completejvc,h

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

Upload: hendiwishnu

Post on 17-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

j,fkvjb

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara memuaskan (Fiske, 2012: 1). Sebagai makhluk sosial dimana masing-masing individu akan terjadi interaksi yang kemudian akan mempengaruhi satu sama lainnya demi kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing.Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan.Secara umum media merupakan alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metoda yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau pelatihan.Advertorial berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris Advertising dan Editorial. Advertorial juga merupakan gabungan dari iklan dan tajuk. Advertising (periklanan) berarti penyajian materi secara persuasif kepada publik melalui media massa dengan tujuan untuk mempromosikan barang atau jasa,sementara editorial berarti pernyataan tentang opini yang merupakan sikap resmi dari redaksi terhadap suatu topik. Jadi pengertian advertorial adalah artikel yang dimuat di media massa dengan cara membayar yang bertujuan untuk promosi atau berkampanye.selain itu juga advertorial bisa diartikan sebagai iklan yang disusun atau dibuat sedemikian rupa sehingga seperti sebuah artikel yang dikarang oleh media cetak yang bersangkutan.Ada beberapa konteks komunikasi yang terjadi di kehidupan kita, seperti komunikasi intrapribadi, antarpribadi, kelompok, publik, organisasi, dan massa. Salah satunya adalah komunikasi massa. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Media yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi yang keduanya dikenal dengan sebutan media massa elektronik, surat kabar dan majalah yang biasa disebut media massa cetak dan media online yang mana melalui dunia maya. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber informasi bagi khalayak yaitu media elektronik. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat tinggalnya. 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka mengahabiskan waktu untuk menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agee, et. al. 2001: 279). Menurut Skornis dalam bukunya Television and Society; An Incuest and Agenda (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya memppunyai sifat istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan bahkan gabungan dari ketiga unsur diatas . Dengan layar yang relatif kecil diletakkan di sudut ruangan rumah televisi menciptakan suasana tertentu dimana para permirsanya duduk dengan santai tanpa kesengajaan untuk mengikutinya. Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, news anchor, artis-artis) dengan komunikan (permirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual. (Kuswandi, 1996). Kegiatan penyiaran di Indonesia melalui televisi dimulai pada tahun 1962 bertepatan dengan diselenggarakannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau ASEAN GAMES di Senayan. Pada saat itu pula, pemerintah mulai mendirikan stasiun televisi dan membangun pemancar untuk meliput acara tersebut. Sejak itulah muncul stasiun televisi nasional milik pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI. TVRI berada di bawah Departemen Penerangan pada saat Orde Baru. Sekitar 27 tahun, TVRI memonopoli pertelevisian Indonesia dimana masyarakat hanya bisa menyaksikan satu-satunya televisi di Indonesia. Sampai pada akhirnya di tahun 1989, pemerintah memberikan izin pendirian stasiun televisi swasta, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia atau RCTI yang bersifat komersial. Setelah itu, televisi swasta makin bermunculan mengikuti TV swasta sebelumnya seperti, SCTV, TPI (yang sekarang bernama MNC), ANTV, Indosiar, TV7 (yang sekarang bernama Trans 7), Lativi (yang sekarang bernama TV One), Metro TV, dan lain-lain. TV One dan Metro TV memfokuskan tayangannya pada siaran berita. Metro TV sebagai anggota media Group dibawah naungan PT Media Televisi Indonesia menyiarkan beberapa program yang dapat dinikmati masyarakat. Seperti program Talkshow dengan acara Kick Andy, Just Alvin, Mata Najwa, dan Mario Teguh Golden Ways, news dengan acara Metro Pagi, Indonesia Now, dsb, feature dengan acara Genta demokrasi, Metro Highlights dan Metro Realitas, dan dokumenter dengan acara Inside, Metro File, dsb.1.2 Gambaran Umum PT Media Televisi Indonesia1.2.1 Sejarah PT Media Televisi Indonesia (Metro TV)

Metro TV adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000, Metro TV merupakan salah satu anak perusahaan dari MEDIA GROUP yang dimiliki oleh Surya Paloh. Surya Paloh merintis usahanya di bidang pers sejak mendidrikan surat kabar harian PRIORITAS.

Pada tahun 1989, ia mengambil alih Media Indonesia, yang kini tercatat sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah Kompas Indonesia. Oleh karena kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak ke media elektronik. Metro TV bertujuan untuk menyebarkan berita ke seluruh pelosok Indonesia. Selain bermuatan berita, Metro TV juga menayangkan beragam program informasi mengenai kemajuan teknologi, kesehatan, pengetahuan umum, seni dan budaya, dan lainnya lagi guna mencerdaskan bangsa. Metro TV terdiri dari 70% berita (news), yang ditayangkan dalam tiga bahasa yaitu, Indonesia, Inggris, dan Mandarin dengan 30% program non berita (non news) yang edukatif.

Metro TV mulai mengudara pada 25 November 2000 dengan 12 jam tayang. Dan sejak 1 April 2001 Metro TV sudah mengudara selama 24 jam. Metro TV dapat ditangkap secara teresterial di 280 kota yang tersebar di Indonesia, yang dipancarkan dari 52 transmisi.

Selain secara tersterial, siaran Metro TV dapat ditangkap melalui televisi kabel di seluruh Indonesia, melalui Satelit Palapa 2 ke seluruh Negara-negara ASEAN, termasuk di Hongkong, Cina Selatan, India, Taiwan, Macao, Papua New Guinea, dan sebagian Australia serta Jepang.

Metro TV melakukan kerjasama dengan beberapa televisi asing yaitu kerjasama dalam pertukaran berita, kerjasama pengembangan tenaga kerja dan banyak lagi. Stasiun televisi tersebut adalah CCTV, Channel 7 Australia, dan Voice of America (VOA). Selain bekerjasama dengan stasiun televisi Internasional. Metro TV juga memiliki Internasional kontributor yang tersebar di Jepang, China, USA, dan Inggris. Dengan kerjasama internasional ini Metro TV berusaha untuk memberikan sumber berita mengenai keadaan dalam negeri yang dapat dipercaya dan komprehensif kepada dunia luar dan juga hal ini mendukung Metro TV untuk menjadi media yang secara cepat, tepat dan cerdas dalam mendapatkan beritanya.Metro TV juga memiliki 19 buah mobile satelit untuk dapat menayangkan secara live kejadian-kejadian yang berlangsung setempat. Peralatan tersebut berupa:

1. 12 buah mobil SNG ( Satelite News Gathering ).2. 7 buah mobil ENG ( Electronic News Gathering ).

Gambar 1.1. Mobil S.N.G Metro TV.

(sumber Company Profile Metro TV, 2013)Ijin Siaran : No. 800/MP/PM/1999.Dikeluarkan pada : Tanggal 25 Oktober 1999.Dikeluarkan oleh : Menteri Penerangan RI.SUSUNAN DIREKSI:

1. President Director : Adrianto Machribie.2. Deputy President Director and Finance & Administration. Director : Andre Burhanudin.3. News Director : Suryopratomo.4. Sales & Marketing Director : Lestary Luhur.5. Technical Director : John Balonso.6. Editor in Chief : Putra Nababan.1.2.2 Visi dan Misi

Metro TV dalam pelaksanaannya memiliki visi dan misi yang menjadi pijakan ketika melakukan proses produksi. Visi dan misi yang memiliki Metro TV diuraikan sebagai berikut:

a) Visi

Metro TV menjadi stasiun televisi Indonesia yang berbeda dengan stasiun televisi lainnya dan menjadi nomor satu dalam program beritanya, menyajikan program hiburan yang berkualitas. Memberikan konsep unik dalam beriklan untuk mencapai loyalitas dari pemirsa maupun pemasang iklan.

b) Misi

Untuk membangkitkan dan mempromosikan kemajuan bangsa dan negara melalui suasana demokratis, agar unggul dalam kompetisi global dengan menjunjung tinggi moral dan etika.

Memberikan nilai tambah di industri pertelevisian dengan memberikan pandangan baru, mengembangkan penyajian informasi yang berbeda dan memberikan hiburan yang berkualitas.

Serta dapat mencapai kemajuan yang signifikan dengan membangun dan menambah aset perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan bagi karyawannya dan menghasilkan keuntungan signifikan bagi pemegang saham.1.2.3 Arti Logo Metro TV

Gambar 1.2. Logo lama Metro TV

Sumber : Company Profile Metro TV, 2013

Gambar 1.3 Logo Baru Metro TV

Sumber : Company Profile Metro TV, 2013

Tanggal 20 Mei 2010, Metro TV memperkenalkan logo dan slogan barunya. Logo baru tetap menggunakan lambang burung elang dan warna dasar biru dan kuning, tetapi dengan jenis huruf Handel Gothic BT Italic yang lebih memberikan kesan modern dan futuristik. Penempatan logo juga diubah dari semula di pojok kanan atas menjadi di pojok kanan bawah, berbeda dengan stasiun-stasiun televisi Indonesia lainnya. Metro TV juga mengusung slogan baru dari sebelumnya Be Smart Be Informed menjadi Knowledge to Elevate.Logo Metro TV dirancang dalam citraan tipografis sekaligus citraan gambar. Oleh karena itu komposisi visualnya merupakan gabungan antara tekstual (diwakili huruf M-E-T-R-T-V) dengan visual (diwakili dengan symbol bidang elips emas dan terdapat gambar kepala burung elang). Elips emas dengan kepala burung elang pada tempat di posisi huruf O dengan pertimbangan kesamaan struktur huruf O dengan elips emas, dan ini menjadi pemisah bentuk-bentuk teks M-E-T-R dan T-V, hal ini dirancang mengingat agar penonton akan menangkap dan membaca sekaligus melafalkan METR-TV sebagai METRO TV.Kehadiran logo METRO TV secara visual tidak saja dimaksudkan sebagai simbol informasi atau komunikasi Metro TV secara institusi, tetapi berfungsi sebagai sarana pembangunan image yang cepat dan tepat dari masyarakat terhadap institusi Metro TV. Melalui tampilan logo masyarakat luas mendapatkan gerbang masuk mengenai memahami serta meyakini visi, misi serta karakter Metro TV sebagai institusi. Logo Metro TV dalam rancang rupa bentuknya berlandaskan pada hal-hal berikut :

Simpel, tidak rumit.

Memberikan kesan global dan modern.

Menarik dilihat dan mudah diingat.

Dinamis dan lugas.

Berwibawa namun familiar.

Memenuhi syarat-syarat teknis dan etnis untuk aplikasi print,

elektronik dan filmis.

Memenuhi syarat teknis danestesis untuk metamorfosis dan

animatif.1.2.4 Arti Logo Bidang Elips Emas Sebagai latar dasar teraan kepala burung elang, merupakan proses metamorphosis atas beberapa bentuk, yaitu : a) Bola Dunia

Sebagai simbol cakupan yang global dari sifat informasi, komunikasi dan seluruh kiprah operasional institusi METRO TV.

b) Telur Emas

Sebagai simbol Bold yang tampil penuh kewajaran. Telur juga merupakan simbol kesempurnaan dan merupakan image suatu bentuk (institusi) yang secara struktur kokoh, akurat, dan artistik sedangkan tampilan emas adalah sebagai simbol puncak prestasi dan puncak kualitas.

c) Elips Sebagai simbol citraan lingkar (ring) benda planet, tampil miring kekanan sebagai kesan bergerak, dinamis. Lingkar (ring) planet sendiri sendiri sebagai simbol dunia cakrawala angkasa, satelit sesuatu yang erat berkait dengan citraan dunia elektronik dan penyiaran.

d) Elang

Simbol kewibawaan, kemandirian, keluasaan penjelajahan dan wawasan. Simbol kejelian, awas, tajam, tangkas namun penuh keanggunan gerak hidupnya anggun.1.3 Struktur Organisasi PT. Media Televisi IndonesiaStruktur organisasi yang terdapat pada gambar 1.3 menjelaskan bahwa President Director, yaitu Andrianto Machribie sebagai dewan tertinggi di PT. Media Televisi Indonesia (Metro TV ) yang dibantu oleh bagian Secretary, Internal Control dan Corporate Comm. Kemudian bagian Secretary bertugas melaksanakan pembuatan laporan dari bagian divisi ataupun dari President Director ke bagian semua Director membawahi News Director, Sales and Marketing Director, Technical Director, Finance and Administration Director. Selain itu Internal Control bertugas mengontrol kegiatan baik dari bagian divisi ataupun dari President Director ke bagian semua Director membawahi News Director, Sales and Marketing Director, Technical Director, Finance and Administration Director. Masing-masing Director tersebut dibantu oleh secretary, namun bagian Sales and Marketing Director dibantu oleh Assisten to Director. Pada bagian News Director, terdapat Chief Editor, Production Services, Devisi Program and Dev. Pada bagian Chief Editor membawahi dua orang Deputy Chief Editor. Chief Editor dibantu oleh secretary dan assisten to Chief Director. Pada bagian Sales and Marketing Director membawahi Divisi Marketing and Buss, dan Divisi Sales. Pada bagian Financial and Adminitration membawahi divisi Financial and Acc dan Divisi HR.BAB II

GAMBARAN UMUM DIVISI MEDIA SERVICE2.1 Gambaran Umum Divisi Media ServicePada stasiun televisi Metro TV terdapat Departemen Media Partner, dimana di bawah departemen ini ada dua divisi, yaitu Media Services dan Partnership, yang bertugas untuk melakukan kerjasama dengan pihak kedua, dalam hal ini klien. Program yang dihasilkan dari Media Services sendiri dapat berupa edukasi maupun informasi. Media Services dipimpin oleh seorang Executive Produser. Divisi Media Services bertanggung jawab terhadap produksi program edukasi dan informasi seputar event-event yang ada di Jakarta maupun Nasional. Adapun program yang termasuk dalam divisi Media Services yaitu, B-News, Cerdas 5 Menit, Lensa Bisnis, Advertorial, Live Event, dan masih banyak program yang menarik lainnya.

2.2 Uraian TugasDivisi Media Service dapat memproduksi liputan/program karena adanya tim produksi yang bekerja semaksimal mungkin untuk menyajikan liputan/program berkualitas serta sesuai dengan keinginan klien dan diharapkan mampu memberikan nilai informasi yang akurat, sarat dengan pengetahuan sehingga membuat penonton lebih cerdas. Struktur organisasi yang ada didalam divisi Media Service antara lain:2.2.1 Executive ProducerExecutive Produser merupakan pimpinan/kepala dari divisi Media Service. Executive Produser berfungsi untuk membantu produser dalam mencarikan tema, menjadi jembatan komunikasi antara Pemimpin dan Wakil Pemimpin Redaksi sekaligus dengan Manager Program, mencari solusi misalnya kekurangan Camera person, kebutuhan staf produksi, alat dan sebagainya. Selain itu, fungsi lainnya untuk mengawasi konten liputan/program untuk kepentingan klien, membantu menyiapkan materi dan kadang juga mengerjakan program tayangannya langsung ketika produser sedang memegang liputan/program klien lainnya.2.2.2 Produser

Produser bertanggung jawab dalam mengkoordinir dan memimpin anggota tim produksi dalam melakukan segala kegiatan mulai dari pra produksi hingga pasca produksi. Karena sedikitnya anggota disini, produser juga merangkap sebagai reporter dan bertemu langsung dengan nara sumber untuk melakukan wawancara. Produser juga berperan dalam pembuatan naskah dan mencari narasumber untuk tema yang akan diangkat dan ditayangkan.2.2.3 Camera Person

Media Service memiliki beberapa Camera Person khusus, jika semua Camera Person Media Service sibuk maka Media Service bisa memanggil Camera Person dari redaksi yang sedang tidak sibuk. Sebelum meliput, Camera Person mempersiapkan peralatan mulai dari kamera hingga mic. Disini Camera Person juga berperan memberikan arahan bagaimana posisi narasumber yang bagus.2.2.4 Staf Produksi Media ServiceStaf produksi Media Service juga berperan sebagai reporter untuk mengumpulkan data mengenai materi acara yang akan ditayangkan dalam liputan/program dan tidak menutup kemungkinan untuk memberikan masukan ide-ide tentang bahan yang menarik untuk diberitakan, berbeda dengan reporter redaksional, reporter Media Service tidak boleh tampil di-depan kamera dengan memakai atribut Metro TV atau menggunakan mic yang ber-akrilik Metro TV pada saat pengambilan wawancara narasumber. Reporter Media Service hanya boleh tampil di-depan kamera menggunakan dengan berpakaian selain seragam Metro TV, karena liputan/program Media Service merupakan pesanan atau sebagai bentuk partnership dengan klien. Staf produksi Media Service memiliki peran yang cukup besar dalam proses produksi liputan/program advertorial.2.2.5Editor Media Service

Editor memiliki peran yang penting dalam produksi video liputan/program advertorial untuk klien, terutama dalam proses editing video liputan/program dan biasanya di-temani oleh staf produksi Media Service untuk memilih stock shot yang bagus.

Strukur Organisasi Media Service.

2.3 Aktivitas Divisi Media ServiceProses Produksi Media Services :2.3.1. Proses Work Order (WO)

Proses dimana seorang Account Executive memasukkan request liputan maupun program yang ingin dibuat oleh klien. WO ini diberikan oleh Account Executive kepada Executive Producer, yang kemudian nantinya akan diserahkan kepada produser sesuai dengan jenis keinginan klien. Setelah selesai maka dilakukan proses peliputan oleh reporter dan cameraman. Ataupun akan dilakukan proses produksi program, jika permintaan pembuatan program.2.3.2. Proses Produksi

Pada proses produksi yaitu melakukan peliputan terhadap suatu event, ataupun melakukan proses taping program. Jika proses liputan, dilakukan oleh reporter ataupun production crew dan cameraman, sedangkan jika produksi (Taping/Live) dilakukan oleh produser yang dibantu dengan production assistant ataupun production crew.2.3.3. Proses Pasca Produksi

Hasil liputan, terlebih dahulu dibuatkan naskah oleh reporter yang kemudian diproses editing. Demikian pun dengan hasil produksi taping, bahan produksi kemudian langsung di proses editing.2.3.4. On AirOn air dilakukan sesuai dengan WO yang diserahkan oleh Account Executive, yaitu dengan schedule yang sudah ditetapkan dan disetujui oleh klien.BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Peranan Divisi Media Service di PT Media Televisi IndonesiaKetika memproduksi sebuah liputan/program advertorial untuk kepentingan klien, maka sangatlah berbeda dengan memproduksi liputan/program untuk kepentingan redaksional. Dalam produksi liputan/program advertorial, waktu maupun tempat telah ditentukan oleh pihak klien, biasanya setelah melakukan kesepakatan (deal) dengan Account Executive (AE) yang berada didalam divisi Marketing, biasanya materi liputan/program juga disiapkan oleh pihak klien sehingga perencanaan dan scheduling telah tersusun dengan baik (tidak mendadak), hal ini berbeda dengan produksi liputan/program redaksional yang biasanya penyusunan schedule-nya tidak beraturan atau tenggat waktu lebih singkat.Dengan waktu yang telah ditentukan oleh klien tersebut maka staf produksi Media Service harus tetap memperhatikan keakuratan, kompetensi, dan informasi yang diberikan oleh klien. Selain itu, staf produksi Media Service juga dituntut untuk lebih kreatif, menciptakan komunikasi yang baik dan membangun image positif kepada klien. Maka dari itu, staf produksi Media Service harus memiliki mobilitas, kepercayaan diri, fleksibiltas, serta ketepatan waktu yang sesuai dengan deadline yang telah ditentukan oleh klien. Dalam proses penggarapan liputan/program advertorial Media Service, penulis dalam hal ini bertugas dalam 3 tahapan tersebut. Berikut ini 3 tahapan diantaranya:

Riset Materi

- Liputan

- Mendampingi Editor

Membuat Proyeksi

- Log and Transfer- Export Video

Membuat TR

- Transkrip SOT dan- Melempar hasil

(Transportation Request) membuat SHOOTLIST export ke QC

Menghubungi Narasumber - Capturing

- Mengambil Kaset

Membuat memo

- Pemotongan SOT kosong ke Library

Riset Gambar

- Dubbing

- Printing3.2 Uraian Tugas Divisi Media Service pada Pra Produksi

Proses produksi dalam sebuah liputan/program televisi selalu meliputi tiga tahapan yang umum dilalui yakni pra produksi, produksi dan pasca produksi. Media Service memiliki peranan penting disetiap proses yang dilalui hingga akhirnya produksi liputan/program kerjasama klien tersebut bisa ditayangkan di televisi. Program-nya sendiri bisa berbentuk liputan khusus dari event/acara yang diselenggarakan oleh klien sebagai salah satu bentuk kerjasama maupun untuk Branding atau kegiatan Public Relations klien tersebut baik secara Live maupun Taping. Bisa juga berbentuk Mini Program Serial yang memiliki episode seperti contohnya yaitu program Cerdas 5 Menit sebuah program tentang edukasi finansial tayang setiap senin sampai jumat yang dipersembahkan oleh PT. Manulife. Atau berbentuk Program Quiz contohnya adalah Jogo Bonito Quiz, quiz yang tayang menyambut kejuaraan sepak bola piala dunia 2014 tersebut di-sponsori oleh Permata Bank. Kumpulan materi pada tayangan-tayangan tersebut diatas merupakan hasil dari kerjasama pada tim Media Service dan klien. Staf produksi yang membantu dan ikut serta dalam proses terselenggaranya liputan/program tersebut. Media Service sangat berperan dalam proses penayangan liputan/program tersebut mulai dari pra produksi, produksi hingga pasca produksi. Tugas Media Service dalam tahap pra produksi antara lain: Riset materi

Salah satu tugas Media Service adalah melakukan riset materi yang berhubungan dengan tema yang akan di angkat dalam tayangan liputan/program yang telah ditentukan oleh klien. Tujuan melakukan riset materi ini adalah sebagai penunjang atau pendukung isi acara. Riset materi dilakukan dengan cara mencari informasi melalui internet maupun dari materi yang telah diberikan oleh klien untuk dipelajari lebih lanjut. Membuat proyeksi

Media Service juga bertugas dalam pembuatan proyeksi. Proyeksi adalah catatan yang diajukan kepada koordinator liputan untuk keperluan liputan yang berisi nama reporter yang akan pergi meliput, meminta camera person serta kamera yang digunakan dan keperluan lain yang dibutuhkan untuk liputan. Contoh bentuk proyeksi : HARI RIYADI (PRODUSER MEDIA SERVICE) 07:00 : LIPUTAN KE MALL KELAPA GADING TENTANG JAKARTA FASHION AND FOOD FESTIVAL 2014//ORDER CAMPERS REDAKSI//KAMERA P2//CLIP ON WIRELESS// Membuat TR (Transportation Request)

TR merupakan formulir yang harus diisi untuk mendapatkan kendaraan saat akan liputan. Ketika ada liputan atau shooting program yang membutuhkan kendaraan, Media Service bertugas membuat TR (Transportation Request). Menghubungi narasumber/Person in Charge (PIC)Media Service bertugas untuk membuat perjanjian dengan narasumber/Person in Charge. Perjanjian tersebut dilakukan dengan cara menghubungi narasumber/Person in Charge untuk mengetahui kapan dan dimana dapat ditemui untuk keperluan liputan serta wawancara. Membuat memo

Pembuatan memo diperlukan untuk meminjaman ataupun meminta barang atau alat yang dibutuhkan untuk keperluan produksi seperti memo peminjaman kamera. Memo peminjaman kamera dibuat jika program acara sudah memiliki camera person sendiri sehingga tidak perlu membuat proyeksi ke Koordinator Liputan. Riset gambar

Riset gambar berguna untuk menutupi kekurangan stok gambar serta mencari gambar yang berhubungan dengan tema yang akan di bahas. Stok gambar didapat dari liputan-liputan yang sudah lewat ada dari berbagai program acara. Pencarian gambar yang dibutuhkan menggunakan Advanced Search yang terhubung langsung dengan library data Metro TV baik yang terdapat pada Library atau Circulation Desk. Advanced Search merupakan program komputer yang dirancang untuk mencari informasi yang tersedia didalam dunia maya. Berbeda halnya dengan direktori web (seperti dmoz.org) yang dikerjakan oleh manusia untuk mengelompokkan suatu halaman informasi berdasarkan kriteria yang ada. Advanced search mengumpulkan informasi yang tersedia sesuai dengan kata kunci yang dimasukkan. Setelah mendapatkan kode kaset yang berhubungan dengan gambar yang dicari, staf produksi membawa daftar tersebut ke bagian Circulation Desk (CD) untuk meminjam kaset. Pada bagian CD (Circulation Desk), dalam hal peminjaman kaset dilakukan dengan cara memberikan ID produser sebagai kode untuk peminjaman kaset. Seperti contoh ID produser Media Service yang bernama Hari Riyadi dengan kode 1620.

3.3 Uraian Tugas Divisi Media Service pada Produksi

Persiapan yang sudah matang yang dilakukan selama proses pra produksi kemudian dilanjutkan dengan proses produksi. Media Service berperan dalam berbagai macam hal yang ada dalam proses produksi. Tugas Media Service dalam proses produksi antara lain : Liputan

Setelah semua persiapan mulai dari membuat janji dengan narasumber/Person in Charge, memesan kamera serta kendaraan operasional, Media Service terjun langsung dalam proses wawancara. Pada saat liputan, Media Service berperan juga sebagai reporter/pewawancara.

Gambar 3.1. Proses Liputan Tim Media Service.

(Sumber : foto dokumentasi pribadi).

Gambar 3.2. Proses Wawancara Tim Media Service.

(Sumber : foto dokumentasi pribadi). Log and TransferProses log and transfer dilakukan agar gambar dan suara yang tadinya terpisah dapat disatukan menjadi audiovisual yang utuh. Hal ini dilakukan karena data hasil peliputan yang didapat menggunakan kamera NX70 yang menggunakan P2 dimana bentuknya masih terpisah antara gambar dengan suara. Proses log and transfer ini menggunakan program Final Cut Pro. Final Cut Pro adalah sebuah software profesional untuk menyunting video yang dikembangkan oleh perusahaanMacromediaInc. Lalu dilanjutkan oleh perusahaan Apple Inc. Software ini memungkinkan pengguna untuk mencatat dan menangkap video ke harddisk (internal atau eksternal), agar dapat diedit, diolah, dan menghasilkan output ke berbagai format. Transkrip SOT dan membuat SHOTLIST

SOT atau Sound on Tape merupakan rekaman yang berisikan hasil wawancara dengan narasumber. Shotlist adalah visual-visual yang diambil untuk mendukung atau membentuk alur cerita dari tema yang akan dibahas. Pembuatan transkrip SOT dan membuat Shotlist berguna untuk mempermudah pembuatan naskah serta proses editing sehingga editor tidak susah mencari gambar yang diperlukan. Contoh transkrip SOT dari PT. SUMMARECON DIGITAL CENTER untuk program Lensa Bisnis Metro TV :3.3.1. Contoh Bentuk Script Sound On Tape (SOT)

LB SUMMARECON DIGITAL CENTERPROJECT, MS, HENDI, LB SDC-SERPONG

PT. SUMMARECON AGUNG TBK PADA TANGGAL 30 JUNI 2014 PUKUL 11.00 WIB SECARA RESMI MEMBUKA SUMMARECON DIGITAL CENTER (SDC) // SDC MERUPAKAN PUSAT NIAGA DIGITAL YANG MENYEDIAKAN SEGALA KEBUTUHAN TEKNOLOGI INFORMATIKA SEPERTI BERAGAM PERALATAN KOMPUTER / GADGET / DAN JUGA TEKNOLOGI MOBILE LAINNYA / KAWASAN SDC SERPONG INI MEMILIKI AREA YANG SANGAT LUAS YANG TERDIRI DARI 3 LANTAI DAN 1 BASEMENT //

SOT (SOEGIANTO NAGARIA)..........................DENGAN LOKASI YANG STRATEGIS / SDC SERPONG INI SANGAT MUDAH DIAKSES SERTA MEMILIKI PASAR YANG POTENSIAL KARENA DIKELILINGI OLEH KAWASAN HUNIAN / PENDIDIKAN / DAN KOMERSIAL TERPADU YANG BERKEMBANG DENGAN CEPAT // BERBAGAI FASILITAS PENUNJANG SEPERTI UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA / SURYA RESEARCH AND EDUCATION ENTER / APARTEMEN SCIENTIA RESIDENCES / SDC-DIGITAL CENTER / GARDEN WALK / FOOD VILLAGE DAN MASIH BANYAK FASILITAS LAINNYA // ACARA PERESMIAN SDC SERPONG INI DIHADIRI OLEH BUPATI TANGERANG AHMED ZAKI ISKANDAR / DIREKTUR SUMMARECON SOEGIANTO NAGARIA YANG DIDAMPINGI OLEH JAJARAN DIREKSI DAN KOMISARIS PT SUMMARECON AGUNG TBK //

SOT AHMED ZAKI ISKANDAR.....................................MELALUI ACARA PERESMIAN SDC SERPONG INI / DIHARAPKAN SDC-SERPONG MAMPU MENYEMPURNAKAN DAN MELENGKAPI KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PRODUK DIGITAL DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERKINI /// Capturing

Capturing adalah sebuah proses perekaman sinyal audio video (baik sinyal analog ataupun sinyal digital) ke dalam harddisk (Fachruddin, 2012: 422). Capture gambar dilakukan untuk menambah atau mendukung tema yang akan disiarkan. Hal ini dikarenakan tema yang diangkat bukan hot issue sehingga diperlukan gambar-gambar kejadian atau berita yang direkam saat kejadian yang sebenarnya berlangsung. Stok gambar ini didapat dalam proses pra produksi. Staf produksi Media Service menyimpan data hasil riset gambar dan melakukan capture ketika mendapatkan gambar apa saja yang diperlukan untuk mendukung tema yang diangkat. Adapun proses yang dilalui dalam capture gambar antara lain sebagai berikut :

Membuka program Final Cut Pro, lalu menekan comand+8 yang berarti capture. Selanjutnya kaset dimasukkan kedalam deck VTR dan akan muncul secara otomatis di dalam program Final Cut Pro (Gambar 3.1).

Gambar 3.3. Tampilan Log and Capture.

(Sumber : Screenshot aplikasi Final Cut Pro).

Memasukkan time codeMemasukkan time code berguna untuk langsung menampilkan gambar yang dicari. Gambar 3.4. Tampilan cara memasukkan Timecode.

(Sumber : Screenshot aplikasi Final Cut Pro). Setelah menemukan gambar yang dicari, pada awal durasi tekan I yang berfungsi sebagai penanda awal gambar dan tekan O sebagai penanda akhir dari gambar.

Gambar yang diperlukan sudah ditandai time code-nya. Kemudian tekan tombol Log Clip yang berfungsi untuk menyimpan gambar yang ditandai (Gambar 3.3).

Gambar 3.5. Tampilan Log Clip.

(Sumber : Screenshot aplikasi Final Cut Pro). Setelah gambar yang akan dipotong telah ditandai. Lalu tekan tombol batch (Gambar 3.4). Capture gambar pun dimulai (Gambar 3.5).

Gambar 3.6. Tampilan Batch Capture.

(Sumber : Screenshot aplikasi Final Cut Pro).

Gambar 3.7. Tampilan Proses Capturing.

(Sumber : Screenshot aplikasi Final Cut Pro). Pemotongan Sound On Tape (SOT)Naskah yang sudah direvisi oleh Account Executive (AE) sebagai wakil dari pihak klien, kemudian di-print. Naskah sudah berisi sound on tape (SOT) mana saja yang akan dipakai. Media Service harus menyiapkan sound on tape (SOT) tersebut dengan memotong hasil wawancara sesuai dengan isi naskah lalu menyusun dengan urutan mulai dari segmen satu hingga segmen tiga.

Gambar 3.8. Staf Produksi Media Service Memeriksa & Memotong SOT.

(Sumber : foto dokumentasi pribadi).

Dubbing

Pada hari editing, Media Service berperan juga sebagai dubber untuk mengisi voice over (VO) acara, atau juga bisa mencari dubber lain yang karakter suaranya khas dan sesuai dengan tema liputan/program advertorial. Setelah proses dubbing selesai, editor akan memotong voice over (VO) tersebut dan menyusunnya sesuai dengan urutan yang ada di dalam naskah.3.4 Uraian Tugas Media Service pada Pasca Produksi

Proses pra produksi dan produksi sudah dilewati. Semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat tayangan liputan/program klien sudah lengkap, maka tahap selanjutnya adalah tahap pasca produksi. Tugas Media Service dalam proses pasca produksi antara lain : Mendampingi editor

Mendampingi editor termasuk ke dalam tugas staf produksi Media Service. Staf produksi Media Service membantu editor mencari dimana stok gambar yang diperlukan. Sebelum proses editing staf produksi Media Service memasukkan data yang akan di edit ke dalam komputer. Staf produksi Media Service juga menyusun rough edit sehingga editor lebih mudah menyusun gambar yang lebih detail dengan menambahkan effect dan sound effect tertentu. Export video

Video hasil editing yang sudah bersih atau dikoreksi oleh Account Executive (AE) sebagai wakil dari pihak klien, kemudian akan di-export oleh staf produksi Media Service. Dalam proses export, staf produksi Media Service harus memisahkan setiap video persegmen. Video yang di-export dalam bentuk DV-PAL sehingga dapat ditayangkan melalui VTR atau TO (Technical Operational) Melempar hasil export ke QC

Video yang sudah di-export dan berupa file MOV kemudian dilempar ke QC (Quality Control). Proses pelemparan hasil editing ini menggunakan program FileZilla yang terhubung langsung dengan server QC atau Quality Control (Gambar 3.6). FileZilla adalah program aplikasi jaringan yang berguna untuk transfer file via protokol FTP di jaringan komputer atau internet (Gambar 3.7). Setelah proses pengecekan, staf QC (Quality Control) akan memberitahukan kepada staf produksi jika ada hal yang harus diubah atau diperbaiki dalam video. Staf produksi Media Service memberitahukan kepada editor untuk dilakukannya revisi yang telah diinstruksikan oleh QC (Quality Control). Setelah perbaikan video selesai kembali dilempar ke QC (Quality Control). Jika QC (Quality Control) sudah menyetujui dan video tersebut sudah dianggap layak tayang maka proses selanjutnya adalah printing.

Gambar 3.9. Program FileZilla.

(Sumber : Screenshot aplikasi Filezilla di Mac OS).

Gambar 3.10. Tampilan Program FileZilla.

(Sumber : Screenshot aplikasi Filezilla di Mac OS). Mengambil Kaset Kosong ke LibraryKetika video telah layak tayang dalam sisi teknis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Maka video tersebut siap untuk di Print atau printing. Dalam hal ini kaset diperlukan untuk melakukan proses printing. Kaset yang digunakan adalah DVCPRO 33 karena tayangan Inside yang hanya berdurasi tiga puluh menit dan dibutuhkan DVCPRO berdurasi tiga puluh tiga menit. Staf produksi Media Service harus mengambil ke bagian Library untuk mendapatkan kaset DVCPRO. Kaset kosong dapat diambil dengan mengisi form pengambilan kaset kosong. PrintingHasil editing yang sudah disetujui oleh Account Executive (AE) sebagai wakil pihak klien, dan QC (Quality Control), kemudian dilempar ke server komputer yang digunakan untuk proses printing. Printing disini memiliki arti merekam hasil jadi video dalam bentuk digital kedalam kaset DVCPRO. File yang sudah tersimpan dalam komputer khusus untuk print di atur posisinya menggunakan software Final Cut Pro. Sebelum memasukkan segmen pertama, dimasukkan Color Bar yang berguna agar segmen pertama tidak terpotong. Color Bar diatur berdurasi selama paling lama satu menit. Segmen satupun dimasukkan dan diberi Slag. Slag merupakan gambar hitam berdurasi sepuluh detik yang berfungsi sebagai jeda antara segmen satu, dua dan tiga dalam proses print agar antar segmen tidak berhimpitan atau terpotong. Setelah selesai memasukkan semua segmen, kaset DVCPRO dimasukkan kedalam deck. Sebelum memulai proses printing harus dipastikan dulu DVCPRO yang dimasukkan sudah berada pada posisi awal. Untuk memastikan lagi bisa dilakukan dengan menekan tombol Reset lalu TC Preset dan yang terakhir Set, proses tersebut bisa mencegah pita kaset tersangkut. Printing dilakukan dengan menekan tombol record dan play secara bersamaan, pada bagian awal file yang sudah diatur rapi tidak perlu di play karena selama satu menit pertama digunakan untuk merekam Color Bar. Setelah mencapai waktu satu menit, video yang sudah disusun diputar dan otomatis terekam didalam DVCPRO. Mengirimkan hasil rekaman liputan/program kepada klienSetelah seluruh proses rekaman selesai dan hasilnya telah disetujui oleh Account Executive (AE) sebagai wakil dari pihak klien, maka hasilnya harus segera di-kirimkan kepada pihak klien sebagai bukti dokumentasi dan hasil kerjasama antara kedua belah pihak.

3.5 Hambatan Divisi Media Service dalam Liputan/Program AdvertorialDalam produksi liputan/program advertorial untuk klien, tak selamanya selalu berjalan sesuai dengan rencana. Sering kali, hambatan tersebut menggangu dalam memproduksi liputan/program sehingga tim Media Service bekerja tidak optimal. Berikut ini kendala-kendala yang dihadapi oleh Media Service baik dari Pra Produksi hingga Pasca Produksi: 3.5.1 Hambatan dalam Proses Pra Produksi

Pekerjaan yang kita kerjakan tidak selalu berjalan dengan lancar. Hambatan atau kendala selalu ada untuk membuat pekerjaan tidak berjalan dengan lancar. Begitu juga dengan proses pra produksi liputan/program klien. Media Service dalam menjalankan tugasnya sering sekali menghadapi beberapa kendala pada proses pra produksi. Kendala-kendala tersebut pada akhirnya dapat mengganggu kelancaran tugas Media Service. Kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut: Tanda tangan Produser untuk memo

Memo salah satu bagian penting dalam pra produksi. Memo diperlukan untuk meminjam kamera yang digunakan dalam liputan. Memo dapat diserahkan kepada koordinator kamera setelah ditandatangani oleh produser. Proses peminjaman kamera sering tertunda karena produser yang menandatangani memo untuk peminjaman kamera sering tidak hadir.3.5.2 Hambatan dalam Proses ProduksiProses produksi tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada beberapa kendala yang dialami oleh staf produksi Media Service. Kendala yang dialami selama proses produksi antara lain : Keterlambatan naskah

Staf produksi Media Service tidak bisa melakukan proses pemotongan Sound on Tape (SOT) karena terlambatnya pengiriman naskah ke email staf produksi Media Service yang menjadi panduan untuk memotong SOT. Hal ini juga menyebabkan terlambatnya proses editing. Selain itu, naskah yang sudah siap digunakan, terkadang masih mengalami revisi kembali. Karena pihak dari klien kurang menyukai beberapa konten didalam naskah tersebut. Sulit memahami bahasa narasumber

Saat melakukan transkrip Sound on Tape (SOT), staf produksi Media Service mengalami kesulitan dalam memindahkan hasil wawancara dari bentuk video ke tulisan. Kendala ini disebabkan karena cara berbicara narasumber yang kurang jelas atau bahasa yang digunakan sulit dipahami. Keterbatasan ruang ingestRuang ingest berfungsi untuk melakukan proses capturing. Karena hanya disediakan 2 alat untuk proses ingest sehingga staf produksi Media Service harus bergantian dengan staf produksi program lain untuk memakainya. Hal ini menghambat staf produksi Media Service untuk mendapatkan stok gambar yang cukup untuk proses editing.3.5.3 Hambatan dalam Proses Pasca Produksi

Kendala yang dialami oleh staf produksi dalam proses pasca produksi antara lain: Miss communication antara editor dengan staf produksi Media ServiceSelama proses editing, staf produksi Media Service tidak saja bertugas mendampingi editor tetapi juga memberikan ide kepada editor. Saat penyampaian ide ini kadang editor tidak mau menerima masukan dari staf produksi Media Service sehingga terjadi miss communication. Keterbatasan ruang editing dan editor

Ruang editing diperlukan untuk melakukan proses editing khusus liputan/program Media Service. Ruang editing beserta editor sudah ditentukan setiap minggunya. Setelah jadwal ditentukan, staf produksi Media Service memasukkan materi editing ke dalam komputer diruangan yang akan dipakai. Kendala yang dialami, terkadang ruangan editing dipakai oleh program lain tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu. Kendala lain adalah jumlah editor yang terbatas, hal ini membuat proses editing liputan/program advertorial menjadi tertunda dan kadang dikejar waktu tayang. Produser yang tidak hadir

Kehadiran produser dalam proses editing sangat penting karena produser ikut berperan untuk mengawasi jalannya proses editing. Ketidakhadiran produser membuat staf produksi Media Service harus mengawasi editor agar editor bekerja tepat waktu dan bisa menyelesaikan proses editing sesuai jadwal. Revisi yang tertunda

Revisi dilakukan setelah bagian QC (Quality Control) melakukan preview hasil editing yang sudah jadi. Proses revisi tertunda karena editor sering tidak ada ditempat untuk melanjutkan editing. Kekurangan Stok gambar untuk editingSaat proses editing sering terjadi kekurangan stok gambar yang diperlukan untuk mendukung cerita atau problem yang akan dibawakan dalam liputan/program advertorial. Durasi liputan/program over.Ada beberapa kategori liputan/program klien yang berdurasi hanya 2 menit per-video liputan seperti pada program Lensa Bisnis yang memiliki batas durasi yang sudah ditentukan. Ketika proses editing seringkali over dari durasi yang sudah ditentukan biasanya disebabkan oleh wawancara narasumber yang terlalu panjang. Komputer yang mengalami Kendala Teknis.

Ketika proses editing selesai, tahap selanjutnya adalah dilakukannya proses export dalam bentuk DV-PAL. Terkadang hasil export tersebut mengalami trouble. Trouble tersebut bisa berupa timecode break, gambar mengalami crash pixel, dsb. Ini merupakan hambatan yang sangat beresiko jika terjadi pada waktu yang tidak tepat. Keterbatasan alat untuk print kaset.Keterbatasan alat yang digunakan untuk melakukan proses printing merupakan salah satu kendala yang dialami oleh staf produksi Media Service. Alat yang disediakan untuk print kaset hanya terdapat di ruang editing tertentu. Staf produksi Media Service harus meminta izin terlebih dahulu dengan editor atau staf produksi program yang sedang menggunakan ruangan tersebut. Ini menjadi hambatan yang paling besar sehingga sering mengalami keterlambatan dalam pemberian kaset kepada pihak QC (Quality Control).

3.6 Solusi dari Hambatan Media Service dalam Liputan/Program Advertorial. Penulis telah menjabarkan hambatan yang dihadapi pada saat Pra Produksi hingga Pasca Produksi. Berikut ini Solusi dari hambatan yang dihadapi oleh Staf Produksi Media Service mulai dari Pra Produksi hingga Pasca Produksi:3.6.1 Solusi dari Hambatan Pra Produksi

Tak selamanya hambatan yang dihadapi staf produksi Media Service selama pra produksi membuat tugas yang diberikan menjadi terbengkalai. Berikut adalah solusi-solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi kendala yang dialami staf produksi Media Service dalam proses pra produksi : Tanda tangan produser untuk memo

Kendala perlunya tandatangan untuk mengajukan memo karena produser sering tidak datang dapat diatasi dengan meminta tandatangan kepada executive producer yang memiliki jabatan yang lebih tinggi dari produser. Dengan adanya tandatangan dari executive produser, maka memo dapat diberikan untuk keperluan peminjaman kamera dan untuk keperluan lainnya. Tidak ada kaset yang sesuai dengan kategori yang dicari

Tidak tersedianya kaset yang sesuai dengan kategori yang dicari oleh staf produksi Media Service dapat diatasi dengan cara mencari kaset lain yang masih berkaitan dengan kategori yang dicari. Contoh : staf produksi Media Service memerlukan stok kaset yang berisi wawancara dengan Sultan Hamengkubuwono X. Karena tidak adanya stok gambar, kekurangan ini bisa diatasi dengan mencari stok shoot yang memperlihatkan kegiatan yang dilakukan Sultan Hamengkubuwono X walau tidak ada bagian dimana ada shoot sedang wawancara.3.6.2 Solusi Hambatan Produksi

Tak selamanya hambatan yang dihadapi staf produksi Media Service selama produksi membuat tugas yang diberikan menjadi terbengkalai. Berikut solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi kendala yang dialami : Keterlambatan naskah

Keterlambatan naskah yang terjadi bisa diatasi dengan penulis naskah mengirimkan TOR naskah episode yang akan ditayangkan. TOR merupakan naskah kasar yang berisi gambaran umum dari segmen satu hingga segmen tiga. Dengan adanya TOR staf produksi bisa menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk editing sehingga proses editing tidak tertunda. Sulit memahami bahasa narasumber

Kesulitan yang dialami saat melakukan proses transkrip bisa diatasi dengan mengganti sudut pandang penulisan transkrip SOT menjadi bahasa yang tidak langsung atau mengganti kata-kata narasumber dengan kalimat yang memiliki arti yang sama. Keterbatasan ruang ingestRuang ingest yang terbatas untuk digunakan dalam proses capture dapat diatasi dengan cara staf produksi Media Service melakukan proses ingest beberapa hari sebelum dilakukan proses editing. Cara lain dengan datang lebih pagi atau pada jam-jam istirahat karyawan disaat ruang ingest jarang dipakai.3.6.3 Solusi Hambatan Pasca Produksi

Tak selamanya hambatan yang dihadapi staf produksi Media Service selama pasca produksi membuat tugas yang diberikan menjadi terbengkalai. Berikut solusi yang dapat mengatasi kendala yang terjadi selama proses pasca produksi : Miss communication antara editor dengan staf produksi.Miss communication yang terjadi antara editor dengan staf produksi Media Service selama proses editing diatasi dengan meminta bantuan Account Executive (AE) sebagai perwailan pihak klien untuk memberikan solusi. Contoh : staf produksi Media Service memberikan saran agar salah satu scene tidak diberi efek tetapi editor tidak mau mendengarnya. Staf produksi Media Service meminta Account Executive (AE) sebagai perwakilan dari pihak klien untuk melakukan preview hasil editing dan menandai beberapa scene yang harus diperbaiki. Keterbatasan ruang editing dan editor.Penggunaan ruang yang seharusnya sudah terjadwal seringkali dilanggar oleh staf produksi program acara lain. Hal ini dapat diatasi dengan cara memasang tulisan Lagi dipakai untuk editing program!! Tayang hari Kamis!! pada selembar kertas yang ditempelkan pada layar monitor komputer. Editor program acara Metro TV yang memakai ruang editing telah dijadwalkan, seharusnya editor mematuhi peraturan terserbut tapi seringkali terjadi pelanggaran sehingga hal ini menghambat proses editing. Produser yang tidak hadir.Produser yang tidak hadir pada saat proses editing dapat diatasi dengan meminta Account Executive (AE) sebagai perwakilan dari pihak klien untuk ikut serta mengawasi proses editing. Revisi yang tertunda.Perbaikan video yang tertunda karena editor selalu pergi setelah melakukan proses editing dapat diatasi dengan meminta bantuan dari editor lain yang sedang tidak bekerja. Kekurangan stok gambar untuk editing.Kekurangan stok gambar saat proses editing dapat ditutupi dengan menambahkan gambar dari program acara lain yang memiliki hubungan dengan episode yang akan ditayangkan. Durasi liputan/program over.Durasi acara yang lebih setelah melalui proses editing dapat diatasi dengan cara memotong bagian Sound on Tape (SOT) yang tidak penting. Komputer yang mengalami Kendala Teknis.

Komputer yang terkadang mengalami kendala dapat diatasi dengan meminta bantuan kepada orang teknisi. Keterbatasan alat print kaset.Kekurangan alat yang digunakan untuk proses print kaset dapat diatasi dengan cara meminta izin kepada staf yang sedang menggunakan alat print.BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Staf produksi Media Service sangat berperan dalam membuat liputan/program advertorial, Metro TV. Staf produksi Media Service berada dalam naungan Produser dan Executive Producer. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya staf produksi Media Service selalu berpegangan pada Produser, Account Executive (AE), dan klien.

Dalam proses pra produksi, staf produksi Media Service berperan dalam menyiapkan keperluan yang dibutuhkan pada saat memproduksi maupun sebelum melakukan produksi. Oleh karena itu, seorang staf produksi Media Service harus memiliki tanggung jawab, pengetahuan yang lebih serta memiliki loyalitas terhadap permintaan liputan/program advertorial dari pihak klien tersebut.

Staf produksi Media Service dengan Staf produksi program lainnya memiliki tugas yang sama dari awal proses pra produksi hingga pasca produksi tersebut selesai. Misalnya saja melakukan riset materi, membuat memo, menghubungi narasumber dan riset gambar.Dalam proses produksi liputan, staf produksi Media Service juga berperan sebagai reporter, dimana dalam proses produksi adalah melakukan liputan dan membuat transkrip dari hasil liputannya tersebut. Demikian pula dengan peranan camera person dimana ia harus membuat shootlist. Camera person lebih mengetahui shot mana saja yang digunakan. Namun pada akhirnya staf produksi Media Service juga lah yang mengambil alih peranan tersebut.Setelah proses pra produksi dan produksi dilaksanakan, staf produksi Media Service memasuki proses pasca produksi. Dalam pasca produksi, staf produksi Media Service juga sangat berperan dalam menggantikan peranan seorang produser. Dalam pelaksanaan proses pasca produksi, staf produksi Media Service menemani seorang editor. Secara teori, produser berperan untuk mengawasi program hingga proses akhir program tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, produser memiliki peranan ganda, yaitu sebagai reporter mengingat sumber daya manusia sangat terbatas. Akhirnya, staf produksi Media Service mengambil alih peranan produser dalam menentukkan visual gambar yang akan digunakan. Dalam proses pasca produksi, staf produksi juga mengalami kendala dari segi peralatan, seperti kurangnya alat untuk print kaset dan komputer yang terkadang mengalami error sehingga menghambat proses kerja tim Media Service.

Walaupun banyak peranan yang harus diambil alih oleh seorang staf produksi Media Service, staf produksi Media Service memiliki keuntungan lebih. Keuntungan yang dapat diambil adalah mengetahui secara keseluruhan proses kerja dalam sebuah liputan/program Advertorial. Selain itu, staf produksi Media Service mengetahui bagaimana persiapan materi dan mengembangkan materi tersebut menjadi lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKAArdianto, Elvinaro, dkk. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Darmastuti, Rini. 2012. Media Relations : konsep, strategi dan aplikasi. Jakarta: Elex Media.Fiske, John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Diterjemahkan oleh: Hapsari Dwiningtyas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pranoto, Naning. 2011. 24 Jam Memahami Creative Writing. Jakarta: Gramedia.

Uraian Tugas Staf Media Service pada

PASCA PRODUKSI

Uraian Tugas Staf Media Service pada PRODUKSI

Uraian Tugas Staf Media Service pada

PRA PRODUKSI

119