community development -...

30
staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 1 COMMUNITY DEVELOPMENT Agus Dharma Agus Dharma Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Gunadarma email : [email protected] website : staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/

Upload: lexuyen

Post on 06-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 1

COMMUNITY DEVELOPMENT

Agus DharmaAgus Dharma

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Gunadarmaemail : [email protected]

website : staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/

Page 2: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 2

Program-program pembangunan yang dirancang dari atas tersebut tidak menyentuh permasalahan warga masyarakat yang bervariasi pada tingkat akar rumput (grass root). Timbul kesenjangan antara program pembangunan dari pusat dengan kondisi, permasalahan, dan kebutuhan nyata dalam masyarakat.

Page 3: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 3

Growth Paradigm

Fenomena penyediaan prasarana fisik tersebut sebenarnya sangat berhubungan dengan konsep pembangunan Indonesia di masa Orde Baru yang didominasi oleh growth paradigm.Pada waktu itu inisiatif top-down dianggap sebagai cara yang paling tepat sehingga muncul gejala negara birokratik otoriter dan korporatisme. Sistem otoriter birokratik diciptakan terutama untuk melakukan pengawasan yang kuat terhadap masyarakat, agar arus bawah massa tidak ‘mengganggu’ akselerasi pembangunan. Korporatisme dikembangkan sedemikian rupa sehingga organisasi-organisasi berbasis rakyat tidak dapat tumbuh, sebaliknya yang dikembangkan adalah organisasi yang sudah terkooptasi kekuasaan

Page 4: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 4

Hipotesis trickle down effect yang melekat pada growth paradigm yang dipakai Orde Baru ternyata tidak terwujud. Yang terjadi bahkan sebaliknya, kesenjangan justru makin melebar. Hal ini disebabkan oleh apa yang disebut Myrdal (1968) sebagai ‘circular cumulative causation process’, yaitu proses yang akan memperlebar kesenjangan yang sebelumnya sudah ada melalui suatu mekanisme akumulasi. Kelompok yang paling mapan dalam masyarakat adalah yang paling siap menerima inovasi dari luar (early adopter). Kelompok masyarakat yang sebelumnya sudah mapan tersebut akan semakin diuntungkan dengan adanya program atau proyek pembangunan. Akibatnya kesenjangan yang sebelumnya sudah ada (secara alamiah) kini menjadi diperlebar .

Page 5: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 5

Reinventing the government

Perubahan sistem masyarakat menjadi masyarakat terbuka serta berubahnya tatanan dunia baru menuju era globalisasi menyebabkan berubahnya paradigma pembangunan pada negara-negara berkembang. Terjadi pergeseran fungsi birokrasi (reinventing the government) dimana pemerintah yang tadinya menjadi pelaku utama pembangunan (provider) berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau yang disebut dengan pemerintahan katalis (Osborne dan Gaebler, 1996).

Page 6: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 6

Kirdal dan Silk (1995: 31) menyatakan: “the pattern of growth is just as important as the rate of growth”. Konsep pertumbuhan dan pemerataan seharusnya tidak harus diasumsikan sebagai inkompatibel atau antitesis. Pembangunan dengan pemberdayaan masyarakat (community development)adalah sebuah alternatif pembangunan yang merubah proses pembangunan yang sentralistik menjadi partisipatif.

Page 7: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 7

Latar Belakang CDBanyak potensi komunitas yang selama ini tidak terdayagunakan. Hal ini menjadi lebih terasa penting di saat sumber daya yang ada pada pemerintah semakin menipis.Dalam pola pembangunan konvensional dimana pemerintah membangun dan komunitas tinggal memakai, sering kali komunitas tidak mau merawat sarana atau prasarana yang sudah dibangun. Dalam konteks ini pendekatan pemberdayaan komunitas diharapkan dapat meningkatkan rasa turut memiliki.Dalam pola pembangunan konvensional dimana pemerintah yang merencanakan segala hal, sering kali komunitas ‘menolak’ karena dianggap tidak sesuai dengan yang dibutuhkan (terjadi misfit atau salah asumsi). Pendekatan pemberdayaan komunitas diharapkan dapat mengurangi penolakan tersebut.

Page 8: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 8

Dengan adanya ‘informed commitment’ dalam pemberdayaan komunitas, dapat dihindari terjadinya ‘kooptasi’ dimana potensi yang ada dalam komunitas dimanfaatkan untuk hal-hal yang bukan kepentingan komunitas tersebut.Pemberdayaan komunitas dapat menjawab pertanyaan filosofis: “Sebenarnya pembangunan ini untuk siapa? Bukankah untuk komunitas itu sendiri?”Karena itu dalam konteks ini pembangunan harus dari, oleh, dan untuk komunitas yang bersangkutan.Pemberdayaan komunitas adalah sebuah pembangunan yang partisipatif yang merupakan syarat utama dalam pola pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang efektif.

Page 9: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 9

Peran Komunitas dalam Pembangunan

Komunitas dilihat sebagai penerima

bantuan atau sebagai penerima

manfaat (beneficiaries)

Komunitas dilihat sebagai

customer yang harus membayar

kegiatan pembangunan

Komunitas dilihat sebagai pemilik

dari semua kegiatan

pembangunan

Page 10: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 10

Definisi CD (United Nations, 1983)

“Community development is the process by which the effort of the people them selves are united with those of governmental authorities to improve the economic, social, and cultural conditions of communities, to integrate this communities into the life of the national progress. This complex of process is, there for, made up of two essential elements : the participation by the people them selves in efforts to improve their level of living, which as much reliance as possible on their own initiative ; and the provision of technical self-help and mutual help and make this more efective. It is expressed in programmes designed to achieve a wide variety of specific improvement.”

Page 11: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 11

Dapat disimpulkan paling tidak ada 6 unsur dalamdefinisi CD yang sangat penting, yaitu :

Sekelompok orang (a group of people)dalam sebuah komunitas (in a community)mencapai keputusan bersama (reaching a decision)untuk merencanakan dan melaksanakan proses aksi sosial (to initiate a social action process / planned intervention)untuk merubah (to change)situasi ekonomi, sosial, budaya, atau lingkungan mereka (their economic, social, cultural, or environmental situation).

Page 12: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 12

Karakteristik CD

“The empowerment approach places the emphasis on autonomy in the decision-marking of territorially organized communities, local self-reliance (but not autarchy), direct (participatory) democracy, and experiental social learning.”

(Friedman,1992)

Page 13: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 13

Melalui pendekatan ini pengelolaan sumber daya produktif tidak dirancang dan dikelola secara terpusat melainkan oleh warga setempat sesuai dengan masalah, kebutuhan, dan kondisi daerahnya. Prinsip dasarnya adalah kontrol atas suatu tindakan harus dipegang oleh mereka yang akan menanggung akibat tindakan tersebut.

Page 14: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 14

Strategi CD

Dalam komunitas yang sudah mampu dalam mendayagunakan potensi yang dimiliki perlu digunakan strategi non-direktif. Sedang bagi komunitas yang belum berkembang (terbelakang) maka pilihan strategi awalnya adalah strategi direktif.

Page 15: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 15

1. Strategi Direktif

Strategi direktif dilakukan berlandaskan asumsi bahwa pendamping komunitas (community worker) tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk komunitas. Peran community worker lebih bersifat dominan karena mereka yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi komunitas, cara-cara yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut.Dengan strategi ini mungkin banyak hasil yang diperoleh, tetapi hasil yang didapat lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan sering kali lebih bersifat pencapaian secara fisik. Strategi ini mengakibatkan berkurangnya kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar dari komunitas. Sedang bagi komunitas dapat muncul ketergantungan terhadap kehadiran petugas sebagai agen perubahan.

Page 16: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 16

2. Strategi Non-direktif

Strategi non-direktif dilakukan berlandaskan asumsi bahwa komunitas tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pemeran utama dalam perubahan komunitas adalah komunitas itu sendiri, community workerlebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi yang ada.Peran community worker adalah sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya perubahan dalam komunitas. Mereka merangsang tumbuhnya kemampuan komunitas untuk menentukan arah langkahnya sendiri (self-determination) dan kemampuan untuk menolong dirinya sendiri (self-help).

Page 17: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 17

Model-model CD

Appreciation-Influence-Control ( A I C ) Objective-Oriented Project Planning ( Z O P P ) Team UpParticipatory Rural Appraisal ( P R A ) Action ResearchGeneric

Page 18: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 18

1. Appreciation-Influence-Control ( AIC )

Merupakan teknik yang menggunakan bentuk-bentuk lokakarya atau temu wicara yang melibatkan semua stakeholders. Dalam lokakarya tersebut mereka diminta untuk secara bersama-sama mengidentifikasi masalah, tujuan, kebutuhan, dan pendekatan pemecahan masalah dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

Page 19: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 19

Dalam pelaksanaannya penekanan dilakukan terhadap:

appreciation yaitu penghargaan terhadap kepentingan dan masalah orang lain dengan cara ‘mendengarkan’, influence yaitu saling mengusulkan pendapat melalui dialog, control yaitu pengendalian melalui tindakan yang disetujui bersama.

Page 20: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 20

2. Objective-Oriented Project Planning ( Z O P P )Juga merupakan metoda yang menggunakan lokakarya atau temuwicara dimana para stakeholders secara bersama-sama menentukan prioritas dan rencana untuk implementasi atau pemantauan. Dengan menggunakan matriks para peserta lokakarya mersama-sama mengarahkan pada penentuan langkah-langkah bagaimana mencapai tujuan. Matriks yang sudah lengkap dan disetujui merupakan panduan dalam pelaksanaan. Namun matriks ini bukan merupakan sesuatu yang kaku dan tidak dapat berubah, asalkan perubahan tersebut disetujui bersama-sama dalam suatu forum.

Page 21: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 21

3. Team Up

Metoda ini sebenarnya hampir sama dengan metoda diatas tetapi kemudian dikembangkan dengan membentuk semacam team atau panitia. Penciptaan suasana ‘learning by doing’ juga merupakan salah satu karakteristik dari pendekatan ini.

Page 22: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 22

4. Participatory Rural Appraisal ( PRA )

Metoda termasuk yang paling banyak dikenal dan digunakan baik secara ‘rigid’maupun dengan interpretasi bebas dan bahkan juga dipakai dalam setting yang bukan rural. Digunakan pendekatan interaktif (kadang-kadang dengan menggunakan alat-alat presentasi visual) serta dengan menggunakan pelatihan-pelatihan. Metoda ini mengarahkan masyarakat lokal untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri untuk selanjutnya menyusun rencana aksi.

Page 23: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 23

5. Action Research

Metoda ini juga mengajak masyarakat lokal untuk mengamati diri sendiri dan kemudian mengusulkan pemecahan masalah yang mereka hadapi. Kadang kala metoda ini juga menunjukan bahwa pemberdayaan komunitas tersebut bukan merupakan tujuan akhir, tetapi bisa merupakan bagian dari suatu penelitian yang lebih besar.

Page 24: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 24

6. Generic

Metoda improvisasi yang dilakukan dengan menggunakan akal sehat (common sense), pengalaman, serta pengetahuan tentang berbagai metoda pembangunan partisipatif yang telah ada.

Page 25: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 25

Pola Umum Proyek CD

(1)KAJIAN

MASYARAKAT

(2)PERSIAPAN

SOSIAL

(3)PERENCANAAN PARTISIPATIF & PENGAMBILAN KEPUTUSAN INTERAKTIF

(4) KESEPAKATAN

TINDAK

(5) T I N D A K

H A S I L

(5) PENGEMBANGAN

LEMBAGA

Page 26: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 26

Hambatan utamaBelum dipahaminya makna konsep partisipasi secara benar oleh perencana dan pelaksana pembangnunan. Definisi partisipasi yang berlaku di kalangan lingkungan aparat perencana dan pelaksana pembangunan adalah kemauan rakyat untuk ‘mendungkung’ secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah. Definisi seperti ini mengasumsikan adanya subordinasi subsistem oleh suprasistem dan subsistem adalah suatu bagian yang pasif dari sistem pembangunan nasional.

Page 27: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 27

Pembangunan (development) sebagai sebuah ideologi maka pembangunan harus ‘diamankan dan dijaga dengan ketat’. Persepsi ini mendukung asumsi bahwa subsistem adalah sustu subordinate dari suprasistem dan membuat subsistem menjadi bagian yang benar-benar pasif. Pengamanan yang ketat terhadap pembangunan menimbulkan reaksi balik rakyat yang merugikan usaha membangkitkan kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Reaksi balik itu berupa berbagai budaya baru yang muncul seperti ‘budaya diam’ dan ‘budaya mencari selamat’

Page 28: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 28

Bias-bias pemikiranPembangunan masyarakat di tingkat bawah lebih lebih memerlukan bantuan material dari pada keterampilan teknis dan manajerial.Lembaga-lembaga yang telah berkembang di kalangan masyarakat cenderung tidak efisien dan kurang efektif, bahkan menghambat proses pembangunan.Sektor pertanian dan pedesaan adalah sektor tradisional, kurang produktif, dan masa investasinya panjang, oleh sebab itu tidak perlu diprioritaskan pengembangannya.Ketidakseimbangan akses dalam sumber dana merupakan hal yang wajar dalam pembangunan. Pengetahuan dan teknologi modern (internasional) lebih baik dari pengetahuan dan teknologi masyarakat setempat (indigenous knowledge and technology).

Page 29: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 29

Yang perlu dikembang oleh pemerintah

menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki komunitas (empowering)melindungi dan mencegah penindasan yang kuat terhadap yang lemah.

Page 30: COMMUNITY DEVELOPMENT - agus_dh.staff.gunadarma.ac.idagus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3702/Community...berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan (enabler) atau

staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/ 30

Perubahan Pola Manajemen Sektor Publik

MANAJEMEN TRADISIONAL MANAJEMEN KONTEMPORER

Dasar Dinamika Manajemen

Digerakan oleh aturan dan petunjuk pelaksanaan (rule driven)

Didorong niat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (need driven)

WawasanPembangunan

Sektoral Kewilayahan (regional)

Sumber Inisiatif Gagasan para pakar dan perencana Pembangunan

Isu dan peluang pembangunan serta inisiatif masyarakat

Makna Desentralisasi Distribusi kekuasaan dan sumber daya

Mendekatkan pengambilankeputusan ke sumber isu

Pola Pembangunan Berdasarkan rencana terpusat (non-partisipatif)

Berdasarkan konsensus pusat-daerah (partisipatif)

Penganggaran Pembangunan

Sesuai mata anggaran(Line item budgeting)

Sesuai kegiatan program(Program budgeting)

Pengambilan Keputusan

Deterministik –Berdasar analisis rasional

Interaktif –Dipengaruhi aspek psiko-sosial

Modal Utama Modal fisik (dana dan sumber daya)

Modal virtual (intelek, jejaring kerjasama, & kredibilitas)