clasiccal conditioning

6
Clasiccal Conditioning Pengondisian klasik ini sangat erat kaitannya dengan aliran behaviorisme. Ivan Pavlov sebagai seorang ahli fisologi, sangat kental dengan aliran behaviorisme, yang melakukan  percoban antara anjing, makanan anjing, dan bel. Dia melakukan percobaan membunyikan  bel kemudian respon anjing biasa saja. Anjing kemudian di berikan stimulus berbeda yaitu makanan anjing (bel belum dibunyikan) kemudian anjing tersebut mengeluarkan air liur. Lalu Ivan Pavlov mengondisikan kedua stimulus, bel dan makanan anjing, secara bersamaan. Setelah pengondisian yang dilakukan Ivan Pavlov tadi membuat anjing akan mengeluarkan air liur saat mendengarkan bel walaupun makanan anjing itu tidak ada. Pembelajaran itu disebut dengan pengondisian klasik ( Classical Conditioning ). Menurut Paser & Smith (2009) classical conditioning merupakan organisme yang mengasosiasikan dua stimulus, stimulus netral yang tadinya tidak menimbulkan respon menjadi menimbulkan respon karena adanya asosiasi.  Prinsip Dasar   Acquisition Akusisi (acquisition )  periode atau waktu saat respon itu dipelajari (Paser & Smith, 2009). Pembelajaran ini juga meliputi sebuah rangsangan netral yang diasosiasikan dengan Unconditioned Stimulus, kemudian rangsangan yang dikondisikan (Conditoned Stimulus ) yang menghasilkan Conditioned Respons. Ada dua hal penting dalam proses akusisi ini yaitu waktu dan kemungkinan. Selang waktu antara Conditioned Stimulus dan Uncoditioned Stimulus adalah salah satu hal penting dalam pengondisian klasik. Jarak waktu yang optimal antara CS dan UCS hanyalah sepersekian detik. Kaitannya dengan eksperimen Pavlov, ji ka bel itu dibunyikan 20 menit setelah makanan diperlihatkan, maka anjing itu tidak akan mengasosiasikan bunyi bel sebagai makanan anjing. Namun, menurut Robert Rescola meyakini bahwa agar pengondisian klasik terjadi tidak dibutuhkan selang waktu yang singkat antara CS dan UCS, namun dibutuhkan suatu kemungkinan. Kemungkinan ( contingency) dalam pengodisian klasik memiliki arti kemunculan satu rangsangan diikuti dengan rangsangan yang lain yang dapat diramalkan. Pada contohnya, cahaya kilat, biasanya diikuti dengan bunyi gemuruh halilintar. Hal ini membuat seseorang menutup telinga saat dia melihat cahay a kilat sebagai antisipasi datangnya bunyi gemuruh.

Upload: lina-lutfiyah

Post on 17-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fddidukydhdj

TRANSCRIPT

Clasiccal ConditioningPengondisian klasik ini sangat erat kaitannya dengan aliran behaviorisme. Ivan Pavlov sebagai seorang ahli fisologi, sangat kental dengan aliran behaviorisme, yang melakukan percoban antara anjing, makanan anjing, dan bel. Dia melakukan percobaan membunyikan bel kemudian respon anjing biasa saja. Anjing kemudian di berikan stimulus berbeda yaitu makanan anjing (bel belum dibunyikan) kemudian anjing tersebut mengeluarkan air liur. Lalu Ivan Pavlov mengondisikan kedua stimulus, bel dan makanan anjing, secara bersamaan. Setelah pengondisian yang dilakukan Ivan Pavlov tadi membuat anjing akan mengeluarkan air liur saat mendengarkan bel walaupun makanan anjing itu tidak ada. Pembelajaran itu disebut dengan pengondisian klasik (Classical Conditioning). Menurut Paser & Smith (2009) classical conditioning merupakan organisme yang mengasosiasikan dua stimulus, stimulus netral yang tadinya tidak menimbulkan respon menjadi menimbulkan respon karena adanya asosiasi. Prinsip Dasar AcquisitionAkusisi (acquisition) periode atau waktu saat respon itu dipelajari (Paser & Smith, 2009). Pembelajaran ini juga meliputi sebuah rangsangan netral yang diasosiasikan dengan Unconditioned Stimulus, kemudian rangsangan yang dikondisikan (Conditoned Stimulus) yang menghasilkan Conditioned Respons. Ada dua hal penting dalam proses akusisi ini yaitu waktu dan kemungkinan. Selang waktu antara Conditioned Stimulus dan Uncoditioned Stimulus adalah salah satu hal penting dalam pengondisian klasik. Jarak waktu yang optimal antara CS dan UCS hanyalah sepersekian detik. Kaitannya dengan eksperimen Pavlov, jika bel itu dibunyikan 20 menit setelah makanan diperlihatkan, maka anjing itu tidak akan mengasosiasikan bunyi bel sebagai makanan anjing. Namun, menurut Robert Rescola meyakini bahwa agar pengondisian klasik terjadi tidak dibutuhkan selang waktu yang singkat antara CS dan UCS, namun dibutuhkan suatu kemungkinan. Kemungkinan (contingency) dalam pengodisian klasik memiliki arti kemunculan satu rangsangan diikuti dengan rangsangan yang lain yang dapat diramalkan. Pada contohnya, cahaya kilat, biasanya diikuti dengan bunyi gemuruh halilintar. Hal ini membuat seseorang menutup telinga saat dia melihat cahaya kilat sebagai antisipasi datangnya bunyi gemuruh.

Pavlov ingin mengetahui mengapa anjing itu mengeluarkan air liur. Kemudian dia menemukan bahwa perilaku anjing meliputi komponen yang dipelajari dan tidak dipelajari. Komponen yang tidak dipelajari dari pengondisian klasik didasarkan kepada beberapa rangsangan tertentu yang secara otomatis dapat menghasilkan respon tertentu, dengan kata lain respons-respons ini merupakan respons yang alami atau bawaan sejak lahir. Gerakan refleks merupakan gerakan yang mewakili hubungan otomatis antara rangsangan dan respons. Contoh lainnya saat seseorang mencium makanan busuk dan dia merasa mual atau saat seseorang batuk karena sakit tenggorokan. Sebuah rangsangan yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus-UCS) merupakan rangsangan yang menimbulkan respons tanpa pembelajaran sebelumnya. Dari percobaan Pavlov tadi makanan anjing adalah unconditioned stimulus-UCS. Sebuah respons yang tidak dikondisikan (unconditioned respons-UCR) merupakan respons yang tidak dipelajari sebelumnya dan merupakan proses alami yang dihasilkan dari unconditioned stimulus-UCS. Dari eksperimen Pavlov, air liur yang keluar saat adanya stimulus makanan anjing merupakan unconditioned respons-UCR.Dalam pengodisian klasik yang dilakukan Pavlov bel merupakan rangsangan netral yang tidak direspon oleh anjing (sebelum andanya asosiasi) kalaupun direspon itu hanya akan membangunkan anjing pada saat tidur. Rangsangan yang dikondisikan (conditioned stimulus-CS) merupakan rangsangan yang sebelumnya netral, yang kemudian menghasilkan respons yang dikondisikan setelah adanya asosiasi (memasangkan dua stimulus secara bersamaan) dengan unconditioned stimulus-UCS. Respon yang dikondisikan (conditioned respons-CR) merupakan respons yang telah dipelajari, yang muncul sebagi respon dari conditioned stimulus-CS, saat sebelumnya terjadi asosiasi antara conditioned stimulus-CS dengan unconditioned stimulus-UCS. Sebelum pengondisian yang dilakukan Pavlov, respons anjing terhadap makanan anjing (unconditioned stimulus-UCS) adalah mengeluarkan air liur (unconditioned respons-UCR). Respons anjing terhadap bel (rangsangan netral) adalah tidak merespons. Saat pengondisian, anjing diberikan makanan anjing (unconditioned stimulus-UCS) dan bel dibunyikan (rangsangan netral) kemudian anjing itu meresponsnya dengan mengeluarkan air liur (unconditioned respons-UCR). Setelah pengondisian, bel yang dibunyikan (conditioned stimulus-CS) akan menimbulkan anjing mengeluarkan air liur (conditioned respons) tanpa adanya makanan anjing. Saat itulah anjing mulai mengasosiasikan bunyi bel sebagai makanan anjing, dan anjing akan mengeluarkan air liur saat anjing mendegarkan bunyi bel. Extinction & Spontaneous RecoveryPavlov membuat eksperimen dengan cara membunyikan bel berulang-ulang namun kali ini dia tidak memberikan makanan kepada anjingnya. Eksperiment tadi menghasilkan pelenyapan (extinction). Barad, Gean, dan Luzt juga Joscelyn dan Kehoe (2006, 2007, dalam King, 2010) menyatakan bahwa pelenyapan adalah saat melemahnya respons yang dikondisikan (CR) disebabkan oleh hilangnya rangsangan yang tidak dikondisikan. Tidak adanya asosiasi secara terus-menerus dengan rangsangan yang tidak dikondisikan (UCS), rangsangan yang dikondisikan (CS) akan menjadikan respon yang dikondisikan (CR) melemah. Namun di lain hari, Pavlov membawa anjing itu ke laboratorium kemudian dia membunyikan bel itu lagi dengan tidak memberikan makanan anjing. Air liur anjing itu keluar, hal ini menandakan bahwa respons yang sebelumnya dilenyapkan dapat secara spontan muncul kembali. Pemulihan spontan (spontaneous recovery) adalah respons yang dikondisikan dapat kembali muncul setelah ada jeda waktu beberapa saat tanpa dilakukannya pengondisian lebih lanjut (Paser & Smith, 2009). Generalization & DiscriminationDalam eksperimen Ivan Pavlov, dia menemukan kalau anjing mengeluarkan air liur tidak hanya mendengarkan bunyi bel (setelah pengondisian) saja tapi juga saat anjing medengarkan bunyi siulan. Pavlov menemukan bahwa semakin mirip suatu bunyi dengan bunyi bel, maka anjing akan tetap mengasosiasikan dengan makanan anjing yang membuat anjing mengeluarkan air liur. Temuan itu dapat disebut sebagai generalisasi (generalization). Generalisasi sendiri adalah stimulus yang mirip dengan conditioned stimulus akan menghasilkan conditioned respon yang sama (Paser & Smith, 2009). Generalisasi dalam pengondisian klasik merupakan kecenderungan sebuah rangsangan yang mirip dengan rangsangan yang dikondisikan (CS) tentunya yang asli, menghasilkan respons yang sama dengan respons yang dikondisikan (CR). Generalalisasi ini juga memiliki nilai mencegah pembelajaran menjadi terlalu spesifik. Contohnya saat seseorang yang belajar mengemudi tidak perlu belajar dari awal lagi ketika dia berganti mobil atau jalan yang berbeda. Namun, generalisasi ini bukan selamanya menguntungkan. Bayangkan jika seekor kucing yang menggeneralisasikan bahwa ikan kecil tidak berbahaya, sampai akhirnya kucing itu menemukan ikan kecil yang ternyata adalah ikan piranha dan akan membahayakan kucing itu sendiri. Maka dari itu perlulah untuk mendiskriminasi suatu rangsangan. Diskriminasi (discrimination) adalah proses belajar untuk merespon beberapa rangsangan tertentu dan tidak merespon rangsangan yang lain.. Dalam eksperimen Pavlov, dia memberikan makanan anjing kepada anjingnya hanya setelah bunyi bel dan Pavlov tidak akan memberikan makanan anjing jika bukan bunyi bel. Dengan cara ini, Pavlov ingin membuat anjing belajar untuk dapat membedakan bunyi bel dengan bunyi lainnya. Higher-order conditioningAnjing yang mengeluarkan air liur tadi dihadapkan pada kotak hitam (rangsangan netral). Respon anjing itu tetap biasa saja. Kemudian pengondisian dilakukan saat bel berbunyi kotak hitam itu didapkan secara bersama-sama. Setelah pengondisian kotak hitam menjadi CS. Namun, kekuatan dari CS baru ini lebih lemah dari yang sudah ada. Hal ini disebut dengan higher-order conditioning. Higher-order conditioning ini adalah stimulus nertal menjadi CS setelah pengondisian dengan CS lama yang sudah mapan (Passer & Smith, 2009).Dalam Dunia pendidikan, proses siswa mengalami ketakutan dengan guru berkumis tebal yang awalnya netral, lalu pada suatu ketika guru tersebut marah menimbulkan rasa takut pada siswa seperti berikut ini: Guru berkumis tebal ( neutral stimuli ) > tidak takut Marah ( UCS ) > takut (UCR) Guru berkumis tebal + marah > takut Guru berkumis tebal ( CS ) > takut (CR) Generalization : saat ada guru lain yang juga berkumis tebal, siswa juga merasa takut. Discrimination : saat ada guru lain yang berkumis, siswa tidak merasa takut. Extinction : saat guru tersebut di pertemuan selanjutnya dan selanjutnya dan selanjutnya tidak marah, siswa di kelas tidak merasa takut lagi dengan guru tersebut. Spontaneous Recovery : saat suatu hari guru tersebut datang kembali ke kelas tersebut, siswa merasa takut.

Daftar Pustaka

King, Laura A (2010). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika

Passer, M. W., R. E. Smith (2009). Psychology, The Science of Mind and Behavior, Fourth Edition. New York: McGraw Hill International Edition.