citra geofoto
DESCRIPTION
CITRA GEOFOTOTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pelaksanaan praktikum yang bertemakan interpretasi citra
pengindraan jauh, dilakukan untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah
geologi foto. Selain itu praktikum ini dilakukan agar kita lebih memahami
dan mengerti apa itu interpertasi citra pada pengindraan jauh. Sehingga kita
dapat mengenali suatu obyek dengan melakukan interpretasi citra. Dalam
interpretasi citra sendiri terdiri antara beberapa unsure yaitu
Rona
Tekstur
Pola
Bentuk
Bentuk bayangan , dan
Asosiasi
Sehingga untuk memudahkan kita dalam pengenalan suatu
obyek yang berdasarkan interpretasi citra. Maka kita harus mengerti dan
mengenali unsure-unsur dalam foto udara tersebut.
1.2Maksud dan Tujuan
1.2.1Maksud
Mengidentifikasi obyek geologi dengan interpretasi citra
Mengetahui peranan citra dalam pemecahan masalah geologi
Melihat kenampakan geologi berdasarkan interpretasi citra
Mengetahui cara interpretasi citra pada pengindraan jauh
Mengetahui fungsi dan dapat mengidentifikasi citra
1.2.2 Tujuan
Dapat mengidentifikasi obyek geologi dengan interpretasi citra
Dapat mengetahui peranan citra dalam pemecahan masalah
geologi
Dapat melihat kenampakan geologi berdasarkan interpretasi citra
Dapat mengetahui cara interpretasi citra pada pengindraan jauh
Dapat mengetahui fungsi dan dapat mengidentifikasi citra
1.3 Ruang Lingkup Spasial
Interpretasi citra dalam pengindraan jauh ini sendiri
merupakan salah satu metode geologi untuk memudahkan kita
dalam mengenali suatu obyek dengan cara jarak jauh. Metode ini
sangat efektif digunakan sebab hemat biaya, tempat dan waktu.
1.4 Ruang Lingkup Subspasial
Dalam interpretasi citra itu sendiri, kita harus mengetahui
unsure- unsure citra pada foto udara, sebagai dasar penelitian, unsure
citra itu sendiri antara lain :
Rona
Tekstur
Pola
Bentuk
Bentuk bayangan , dan
Asosiasi
BAB II
DASAR TEORI:
2.1 Rona
Merupakan unsur pengenal utama atau primer terhadap suatu obyek
pada citra penginderaan jauh . Fungsi utama adalah untuk identifikasi batas
obyek pada citra. Penafsiran citra secara visual menuntut tingkatan rona
bagian tepi yang jelas, hal ini dapat dibantu dengan teknik penajaman citra
( enhacement) . Rona merupakan tingkat / gradasi keabuan yang teramati
pada citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara hitam-putih.
Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya
elektromagnetik sehingga akan nampak lebih hitam disbanding obyek yang
relative lebih kering.
2.2 Warna
Merupakan wujud yang yang tampak mata dengan menggunakan
spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum elektromagnetik tampak
( Sutanto, 1986). Contoh obyek yang menyerap sinar biru dan
memantulkan sinar hijau dan merah maka obyek tersebut akan tampak
kuning. Dibandingkan dengan rona , perbedaaan warna lebih mudah
dikenali oleh penafsir dalam mengenali obyek secara visual. Hal inilah
yang dijadikan dasar untuk menciptakan citra multispektral.
2.3 Bentuk dan Ukuran
Merupakan asosiasi sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi
umum suatu obyek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh.
Bentuk mempunyai dua makna yakni :
bentuk luar / umum
bentuk rinci atau sususnana bentuk yang lebih rinci dan spesifik.
Ukuran merupakan bagian informasi konstektual selain bentuk dan
letak. Ukuran merupakan atribut obyek yang berupa jarak , luas , tinggi,
lereng dan volume (sutanto, 1986). Ukuran merupakan cerminan penyajian
penyajian luas daerah yang ditempati oleh kelompok individu.
2.4 Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra ( Kiefer,
1979). Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampkan yang kecil, tekstur
sering dinyatakan kasar,halus, ataupu belang-belang (Sutanto, 1986).
Contoh hutan primer bertekstur kasar, hutan tanaman bertekstur sedang,
tanaman padi bertekstur halus.
2.4 Pola
Merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk mendiskripsikan
tata ruang pada kenampakan di citra. Pola atau susunan keruangan
merupakan ciri yang yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia
dan beberapa obyek alamiah. Hal ini membuat pola unsure penting untuk
membedakan pola alami dan hasil budidaya manusia. Sebagai contoh
perkebunan karet , kelapa sawit sanagt mudah dibedakan dari hutan
dengan polanya dan jarak tanam yang seragam.
2.5 Bayangan
Merupakan unsure sekunder yang sering embantu untuk identifikasi
obyek secara visual , misalnya untuk mengidentifikasi hutan jarang, gugur
daun, tajuk ( hal ini lebih berguna pada citra resolusi tinggi ataupun foto
udara)
2.6 Asosiasi
Menunjukkan komposisi sifat fisiognomi seragam dan tumbuh pada
kondisi habita yang sama. Asosiasi juga berarti kedekatan erat suatu obyek
dengan obyek lainnya. Contoh permukiman kita identik dengan adanya
jaringan tarnsportasi jalan yang lebih kompleks dibanding permukiman
pedesaan. Konvergensi bukti dalam proses penafsiran citra penginderaan
jauh sebaiknya digunakan unsure diagnostic citra sebanyak mungkin. Hal
ini perlu dilakukan karena semakin banyak unsure diagnostic citra yang
digunakan semakin menciut lingkupnya untuk sampai pada suatu
kesimpulan suatu obyek tertentu. Konsep ini yang sering disebut
konvergensi bukti
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Plastik transparan atau mika putih
Cutter atau gunting
Selotip
Penggaris
Spidol OHP
Sereoskop
Foto udara
3.2 Langkah Kerja
Siapkan stereoskop diatas meja dalam keadaan siap digunakan.
Atur foto sedemikian rupa sehingga terlihat kenampakan geologi
seperti nyata ( kenampakan 3-dimensional).
Letakan plastic transparan diatas foto udara yang akan diamati.
Perhatikan nomor jalur terbang kedua foto harus sama.
Dengan spidol tariklah garis secara vertical dan horisontal yang
menghubungkan dua foto udara (batas / bingkai foto )
Amati foto udara dengan stereoskop
Menentukan unsure-unsur interpretasi citra
3.3 Diagram Alur Pengamatan
Intrepretasi citra
Identifikasi unsure citra pada foto udara
Data sementara
Penyusunan laporan
Start
Pengenalan Alat
finish
BAB IVPEMBAHASAN
Intrepretasi citra, pada praktikum geologi foto kali ini kami
mengamati sebuah foto udara dengan nomor lembar foto Uag. 1056. 152.
24. Dengan menggunakan stereoskop kita dapat melihat kenampakan foto
udara secara 3- dimensi, sehingga kenampakan foto udara tersebut terlihat
lebih nyata.
4.1 Rona
Rona ini sendiri merupakan tingkat / gradasi keabuan yang teramati
pada citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara hitam-putih.
Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya
elektromagnetik sehingga akan nampak lebih hitam dibanding obyek yang
relative lebih kering. Rona cukup susah diidentifikasi sebab banyak factor
yang mempengaruhinya, seperti batuan, relief, kekasaran, tubuh perairan,
dan dari factor- factor tersebut kenampakan ronanya hampir sama.
Pada foto udara yang kita amati kenampakan ronanya dibedakan menjadi
C1. Rona Gelap abu- abu
Dalam mpengamatan ini terlihat rona dengan warna gelap
abu-abu. Hal ini menunjukan bahwa daerah foto udara yang diamati
terdapat perairan seperti danau (daerah basah). Karena obyek yang
basah cendrung menyerap cahaya sehingga rona dihasilkan gelap
abu-abu .
B1. Rona Abu-abu cerah
Warna abu - abu cerah ini sendiri menunjukan bahwa daerah
ini juga mengandung air. Maka daerah ini bisa di identifikasi bahwa
daerah ini banyak terdapat tumbuhan- tumbahan sebab didaerah
yang banyak ditumbuhi pepohonan atau vegetasi kita bisa
menjumpai seperti sungai-sungai dan terdapat cukup sedimentasi,
sehingga daerah ini cendrung berona abu- abu cerah
B2. Rona Abu-abu
Rona abu- abu pada foto udara menunjukan wilayah
pegunungan yang banyak ditumbuhi vegetasi sehingga ronannya
terlihat abu-abu karena cahaya yang dipam\ntulkan tertutup oleh
rimbunnya pohon- pohon yang ada di sekitar pegunungan .
A2. Cerah
Rona cerah ini menunjukan bahwa foto uadara yang kita
amati merupakan daerah atau wilayah kering, yaitu berupa dataran
yang berupa batu-batuan , pasir, dan permukaan jalan sehingga
ronanya terlihat cerah.
A3. Cerah Abu-abu
Pada foto udara yang kita amati warna abu-abu cerah ini bisa
kita kategorikan sebagai punggungan bukit yang kering.
4.2 Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra ( Kiefer,
1979). Pada foto udara yang kita amati kita membagi menjadi 3 kategori
yaitu :
1. Tekstur Kasar
Kenampakan gambar pada foto udara terlihat bergeronjal,
dilihat secara 3 dimensi daerah ini berupa pegunungan. yang
banyak ditumbuhi oleh pohon- pohon yang sangat tinggi, sehingga
teksturnya terlihat tidak rata. Dan dari sini kita bias mengetahui
litologi daerah ini yaitu berupa batuan beku,batu gamping,
konglomerat, dan breksi. Batuan ini sendiri merupakan batuan
penyusun daerah pegunungan.
2. Tekstur sedang
Secara keseluruhan, sebagian besar foto udara yang kita
amati berupa tekstur sedang. Maka daerah ini dapat dikategorikan
sebagai daerah yang banyak ditumbuhi tumbuhan yang tidak cukup
tinggi seperti semak belukar, sawah tebu, serta ladang- ladang
penduduk
3. Tekstur halus
Tekstur halus pada foto udara yang kita amati adalah berupa
sungai, lahan persawahan, dan semak-semak. Dari sini kita juga
dapat mengetahui litologi pada wilayah ini yaitu berupa lempung, liat
dan tanah.
4.3 Pola
Pola ini sendiri merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk
mendiskripsikan tata ruang pada kenampakan di citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang yang menandai bagi banyak obyek
bentukan manusia dan beberapa obyek alamiah. Pada foto udara
Aug.1056.152.24 kami mengamati pola jalan dan sungai. Pola jalan
cendrung teratur dan mengikuti kontur
Sedangkan pola sungai cendrung berkelok-kelok tanpa
memperhatikan kontur. Pola pengalirannya cendrung dendritik, maka
batuan penyusunnya antar daerah foto udara ini cenderung sama tanpa
dipengaruhi oleh lipatan maupun patahan. Arah aliran sungai ini sendiri dari
utara keselatan, maka dapat disimpulkan bahwa daerah utara lebih tinggi
dari daerah selatan.
4.4 Bentuk
Bentuk ini sendiri merupakan variable yang memerikan konfigurasi
atau kerangka suatu obyek. Saat melakukan praktikum kita dapat
mengenali bentuk foto udara yang terlihat secara 3 dimensi melalui
stereoskop. Bentuk- bentuk yang terlihat pada foto udara yang kita amati
adalah pegunungan dengan bentuk seperti kerucut, Arah aliran sungai yang
semakin lebar pada arah muara, pertemuan sungai yang berbentuk
melancip, serta bentuk pemukiman penduduk yang berbentuk blok kotak-
kotak.
4.5 Bentuk Bayangan
Bentuk bayangan ini sendiri merupakan kegelapan yang terjadi pada
suatu area, dimana merupakan akibat dari ketidaklangsungan sinar. Pada
foto udara yang kita amati arah bayangan menuju kearah timur laut.
Bayangan ini membantu kita dalam interpretasi citra sehingga foto udara
yang kita amati tampak terliht lebih nyata. Sehingga lereng-lereng yang
terjal tampak lebih jelas.
4.6 Assosiasi.
Asosiasi merupakan kedekatan erat suatu obyek dengan obyek
lainnya. Assosiasi ini perlu dilakukan karena semakin banyak unsure
diagnostic citra yang digunakan semakin menciut lingkupnya untuk sampai
pada suatu kesimpulan suatu obyek tertentu. Dari kenampakan foto udara
yang kita amati dapat disimpulkan bahwa pola jalan menyesuaikan contour,
serta berassosiasi dengan pemukiman penduduk. Sedangkan pola sungai
berasosiasi dengan lembah , jalan, lahan persawahan, serta pemukiman.
BAB V
KESIMPULAN
1. Rona pada foto udara yang kita amati dibedakan menjadi 4, yaitu:
C1. Rona Gelap abu- abu
B1. Rona Abu-abu cerah
B2. Rona Abu-abu
A2. Cerah
A3. Cerah Abu-abu
2. Tekstur pada foto udara yabng kita amati dibedakan menjadi 3, yaitu :
Kasar : Hutan ( pegunungan yang di tumbuhi vegetasi)
Sedang : semak belukar
Halus : persawahan
3. Bentuk yang terlihat adalah
Pertemuan sungai yang melancip
Pegunungan yang lancip
Bentuk sungai yang lebar pada daerah muara
Bentuk pemukiman yang terkotak-kotak
4. Arah bayangan ke timur laut
5. Pola sungai berassosiasi dengan pemukiman, jalan ,lembah, serta
persawahan
DAFTAR PUSTAKA
Dulbahri, 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Puspics –
Bakorsurtanal – UGM, Yogyakarta
Lillesand and Kiefer, 1993. Remote Sensing And Image Interpretation, Jhon
Villey and Sons, New York.
Lo, C.P, 1986. Penginderan Jauh Terapan, UI- Press, Jakarta.
Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid II, Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
http://www.gmrf.org/proceeding/B6.pdf
http://inderaja.blogspot.com/2007/11/alat-interpretasi-citra.html
http://www.rsgisforum.net/cgi-bin/index.cgi?action
http://www.geocities.com/yaslinus/citra.html
http://id.wordpress.com/tag/sistem-study-geografi
http://www.bppt.go.id/index.php
LAMPIRAN