cita hukum dalam kaitanya dengan pranata hukum

Upload: tamma31285

Post on 02-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan sosiologis tentang pranata hukum yang mana berkaitan dengan lembaga" pengendalai sosial atau masalah sosial di masyarakat

TRANSCRIPT

CITA HUKUM1.Hukum Sebagai Sistem Norma dan Fungsi-FungsinyaHukum dalam perkembangannya tidak hanya dipergunakan untuk mengatur tingkah laku yang sudah ada dalam masyarakat dan mempertahankan pola-pola kebiasaan yang telah ada, namun juga sebagaimana yang tercantum pada hasil Keputusan Seminar HukumNasional ke III Tahun 1974 di Surabaya bahwa perundang-undangan terutama dalam masyarakat dinamis dan sedang berkembang, merupakan sarana untuk merealisasi kebijaksanaan negara dalam bidang-bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan nasional sesuai dengan skala prioritas dalam pembangunan nasional. Olehnya itu, berangkat dari fenomena di atas maka ada beberapa masalah yang perlu diketahui yakni mengenai tujuan yang hendak diwujudkan dalam hukum, fungsi yang dapat dilakukan oleh hukum serta kaitan antara fungsi hukum dengan sistem norma.Disamping itu, hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah dalam kehidupan bersama, keseluruhan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Namun demikian, hingga sekarang belum diperoleh suatu pengertian hukum yang memadai dengan kenyataan, sehingga pengertian yang mungkin diberikan pada hukum adalah sebagai berikut :1)Hukum dalam arti ilmu;2)Hukum dalam arti disiplin atau system ajaran tentang kenyataan;3)Hukum dalam arti kaedah atau norma;4)Hukum dalam arti tata hukum atau hukum positif tertulis;5)Hukum dalam arti keputusan pejabat;6)Hukum dalam arti petugas;7)Hukum dalam arti proses pemerintahan;8)Hukum dalam arti perilaku yang teratur;9)Hukum dalam arti jalinan nilai.Selain pengertian tersebut di atas dapatlah dikemukakan beberapa pendapat para ahli. Menurut Van Vollen Hoven, hukum adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergolak terus-menerus dalam keadaan bentur dan membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejalalainnya. Demikian pula Soediman mendefinisikan hukum sebagai pikiran atau anggapan orang tentang adil dan tidak adil mengenai hubungan antar manusia.Secara garis besar pengertian hukum tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) pengertian dasar :Pertama,hukum dipandang sebagai kumpulan ide atau nilai abstrak. Konsekuensi metodologi adalah bersifat filosofis.Kedua,hukum dilihat sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak, maka pusat perhatian terfokus pada hukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom, yang biasakita bicarakan sebagai subyek tersendiri terlepas dari kaitannya dengan hal-hal di luar peraturan-peraturan tersebut. Konsekuensi metodologinya adalah bersifat normatif-analitis.Ketiga,hukum dipahami sebagai sarana/alat untuk mengatur masyarakat, maka metode yang dipergunkan adalah metoda sosiologis.2.Fungsi Cita Hukum Dalam Pembangunan Hukum Yang DemokratisDalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang bersifat demokratis harus mempresentasikan peran hukum sebagai alat untuk mendinamisasikan masyarakat. Dengan demikian fungsi cita hukum dalam negara yang sedang dalam perubahan dapat mengakomodasikan semua dinmika masyarakat yang kompleks seperti Indonesia.Menurut Burkhardt Krems sebagaimana dikutip oleh Attamimi, pembentukan peraturan perundang-undangan meliputi kegiatan yang behubungan dengan isi atau substansi peraturan, metoda pembentukan, serta proses dan prosedur pembentukan peraturan. Setiap bagian kegiatan tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratannya sendiri agar produk hukum tersebut dapat berlaku sebagaimana mestinya baik secara yuridis, secara politis maupun sosiologis. Sementara itu, dalam penjelasan UUD 1945 Negara Republik Indonesia 1945 pasal 11 ayat 3 secara tegas menyatakan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum.Eine Rechtstaat, a state based on Law, a state governed by Law.Itu berarti, hukum bukanlah produk yang dibentuk oleh lembaga-lembaga tinggi negara saja, melainkan juga yang mendasari dan mengarahkan tindakan-tindakan lembaga-lembaga tersebut.Hubungannya hukum sebagai sistem, maka menurut Ludwig Von Bertalanfy, sistem adalahcomplexes of elements standing interaction; a system is a set of elements standing interrelation among themselves and with the environtment.Secara lebih umum Shrode and Voich mendefinisikan sistem sebagaia set of interrelated parts, working independently and jointly, in pursuit of common objectives of the whole, within a complex environtment.Definisi-definisi system tersebut menekankan kepada beberapa hal berikut ini:1.System itu berorientasi kepada tujuan (Purpose behavior the system is objective oriented).2.Keseluruhan adalah lebih dari sekedar jumlah dari jumlah-jumlahnya (Holism the whole is more than the sum of all the parts).3.Suatu system berinteraksi dengan system yang lebih besar, yaitu lingkungan(Openness the system interacts with a larger system, namely its environment).4.Bekerjanya bagian-bagian dari system itu menciptakan sesuatu yang berharga (Transformation the working of the parts creates something of value).5.Masing-masing bagian harus cocok satu sama lain(Interrelatedness the various parts must fit together).6.Ada kekuatan pemersatu yang mengikat system itu(Control mechanism there is a unifying force that olds the system together).Sementara itu, dalam penjelasan umum UUD 1945 secara tegas menggariskan bahwa pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan adalah mewujudkan cita hukum (Rechtsidee), yang tidak lain adalah Pancasila. Istilah cita hukum (Rechtsidee) perlu dibedakan dari konsep (Rechtsbegriff), karena cita hukum ada di dalam cita bangsa Indonesia, baik berupa gagasan, rasa, cipta, dan pikiran. Sedangkan, hukum merupakan kenyataan dalam kehidupan yang berkaitan dengan nilai-nilai yang diinginkan dan bertujuan untuk mengabdi kepada nilai-nilai tersebut.Cita hukum dapat dipahami sebagai konstruksi pikiran yang merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum pada cita-cita yang diinginkan masyarakat. Demikian pula Gustav Radbruch, seorang ahli filsafat hukum beraliran Neo-Kantian sama seperti Rudolf Stammler, berpendapat bahwa cita hukum berfungsi sebagai tolok ukur yang bersifat regulatif dan konstruktif. Tanpa cita hukum, maka produk hukum yang dihasilkan itu akan kehilangan maknanya.3.Pergeseran Paradigma Hukum Dari Paradigma Kekuasaan Menuju Paradigma MoralBerangkat dari kenyataan terdahulu bahwa kehidupan hukum di Indonesia cenderung berkiblat pada paradigma kekuasaan, maka keadaan ini harus dirombak sehingga muncullah gerakan reformasi. Dalam hal ini, lahirlah berbagai dinamika pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang menekankan pada bidang ekonomi dan paradigma pertumbuhan akan berhasil bila didukung oleh stabilitas politik. Oleh karena itu, menurut Alfian, format baru politik yang dipakai agar dapat menjamin stabilitas adalah dengan membangun lembaga eksekutif yang kuat. Lahirnya Undang-undang No. 15 dan Undang-undang No. 16 Tahun 1969 masing-masing tentang Pemilu dan tentang Susduk MPR/DPR/DPRD pada masa awal Orde Baru merupakan sebagian dari instrumen hukum yang dibuat untuk mendukung pencipta lembaga eksekutif yang kuat. Hal ini dapat dicermati dari adanya kemungkinan masuknya tangan eksekutif di lembaga legislative melalui kewenangan pengangkatan atas sebagian anggota lembaga perwakilan rakyat serta penetapan lembagarecallbagi anggota DPR/MPR.Dalam perjalanan sejarah, kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran beberapa hal mendasar dalam pembangunan.Pertama,strategi dan implementasi pembangunan dengan model pertumbuhan, ternyata membawa implikasi yang terlalu jauh, tidak berjalannyatrickle down effects,melebarnya jurang pemisah antara strata social dan antar daerah, kehancuran sektor-sektor usaha kecil termasuk sector industri rumah tangga dan sektor informal. Dampak lainnya ialah bertambahnya pengangguran absolut dan terselubung, membengkaknya hutang Negara, terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, dan pertumbuhan itu sendiri bersifat semu.Kedua,tumbuh dan berkembangnya rejim-rejim yang represif, yang menurut Herbert Feith disebut sebagaiRepressive-Developmentalist Regimes,yang cenderung korup atau berkembangnya korupsi, kolusi, manipulasi, dan nepotisme; hapusnya partisipasi politik rakyat, terbatasnya kebebasan pers, sangat minimnya peran serta masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan, bahkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan perampasan hak-hak rakyat semakin mengemuka.Pada zaman orde baru, dinamika pembangunan berdasarkan tipologi dan hukumnya menyebabkan produk hukum dipandang sebagai produk politik. Potret hukum yang diwarnai oleh sistem politik seperti itu menyebabkan ia hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan tujuan-tujuan politik. Hal ini tentunya menggambarkan bahwa hukum yang dilandasi oleh paradigma kekuasaan akan menghadirkan hukum yang tidak demokratis, yaitu sistem hukum yang totaliter. Sistem hukum seperti itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut :1.Sistem hukumnya terdiri dari peraturan yang mengikat yang isinya berubah-ubah tegantung putusan penguasa yang dibuat secara arbitrer.2.Dengan teknikalitas tertentu, hukum dipakai sebagai kedok untuk menutupi penggunaan kekuasaan secaraarbiter.Hukum diterima berdasarkan kesadaran palsu dan menurunkan derajat manusia.3.Penerimaan social terhadap hukum didasarkan pada kesadaran palsu dan merendahkan derajat manusia.4.Sanksi-sanksi hukum mengandung pengrusakan(disintegration)terhadap ikatan-ikatan social serta menciptakan suatu suasana nihilisme social yang menyebar.5.Tujuan akhirnya adalah suatu legitimasi institusional, terlepas dari seberapa besar diterima oleh masyarakat.

BAGIAN II : BUDAYA HUKUM1.Peranan Kultur Hukum Dalam Penegakan HukumHukum sebagai suatu sistem merupakan salah satu peran dalam pokok bahasan ini, dimana untuk dapat memahami persoalan yang berkaitan dengan hukum secara lebih baik, maka hukum hendaknya dilihat sebagai suatu sistem. Pengertian dasar yang terkandung dalam sistem tersebut meliputi : (1) sistem itu selalu berorientasi pada suatu tujuan, (2) keseluruhan adalah lebih dari sekedar jumlah dan bagian-bagiannya, (3) sistem itu selalu berinteraksi dengan sistem yang lebih besar yaitu lingkungannya, dan (4) bekerjanya bagian-bagian dari sistem itu menciptakan sesuatu yang berharga.Bicara soal hukum sebagai suatu sistem, Lawrence M. Friedmen mengemukakan adanya komponen-komponen yang terkandung dalam hukum itu :a.Komponen yang disebut dengan struktur, yang memungkinkan pemberian pelayanan dan pengarapan hukum secara teratur.b.Komponen substansi yang berupa norma-norma hukum, baik itu peraturan-peraturan, keputusan-keputusan dan sebagainya yang semuanya dipergunakan oleh para penegak hukum maupun oleh mereka yang diatur.c.Komponen hukum yang bersifat kultural yang terdiri dari ide-ide, sikap-sikap, harapan dan pendapat tentang hukum.Selain itu, hukum senantiasa dibatasi oleh situasi atau lingkungan dimana ia berada, sehingga tidak heran kalau terjadi ketidakcocokan antara apa yang seharusnya (das sollen) dengan apa yang senyatanya (das sein). Dengan perkataan lain, muncul diskrepansi antaralaw in the booksdanlaw in acton.Oleh sebab itu Chambliss dan Seidman dalam mengamati keadaan yang demikian itu menyebutkanThe myth of the operation of the law to given the lie daily.Sementara itu, hubungan fungsional antara sistem hukum dan masyarakatnya duiuraikan oleh Emile Durkheim yang membedakan antara masyarakat dengan soidaritas mekanik yang mendasarkan diri pada sifat kebersamaan dan hukumnya bersifat represif, dan solidaritas organik yang mendasarkan diri pada individualismne dan hukumnya bersifat restitutif.2.Pengaruh Budaya Hukum Terhadap Fungsi HukumHampir setiap bidang kehidupan sekarang ini diatur oleh peraturan-peraturan hukum. Sesungguhnya penggunaan hukum secara sadar untuk mencapai keadaan masyarakat sebagaimana dicita-citakan itu adalah suatu konsepsi yang modern. Menurut Marc Galanter, sistem hukum yang modern mempunyai cirri-ciri tertentu. Beberapa diantaranya adalah bersifat territorial, tidak bersifat personal, universitas, rasional ; hukum dinilai dari sudut pandang kegunaannya sebagai sarana untuk menggarap masyarakat.Lon Fuller menunjukkan delapan prinsip legalitas yang harus diikuti dalam membuat hukum, yaitu :1. Harus ada peraturannya terlebih dahulu.2. Peraturan itu harus diumumkan.3. Peraturan itu tidak boleh berlaku surut.4. Perumusan peraturan-peraturan harus dapat dimengerti oleh rakyat.5. Hukum tidak boleh meminta dijalankannya hal-hal yang tidak mungkin.6. Diantara sesama peraturan tidak boleh terdapat pertentangan satu sama lain.7. Peraturan-peraturan harus tetap, tidak boleh sering diubah-ubah.8. Harus terdapat kesesuaian antara tindakan-tindakan para pejabat hukum dan peraturan-peraturan yang telah dibuat.Hubungannya dengan hukum sebagai karya kebudayaan bahwa kebudayaan mencakup suatu sistem tujuan-tujuan dan nilai-nilai tertentu. Artinya, kebudayaan merupakan suatublue print of behafioryang memberikan pedoman tentang apa yang harus dilakukan, boleh dilakukan dan apa yang dilarang. Nilai sosial dan budaya tersebut berperanan sebagai pedoman dan pendorong bagi perilaku manusia di dalam proses interaksi sosial.Selanjutnya, dalam komponen budaya hukum Lawrence M. Friedman memasukkan komponen budaya hukum sebagai bagian integral dari suatu sistem hukum. Friedman membedakan unsur sistem itu ke dalam 3 macam yaitu : (1) struktur, yakni kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum dengan berbagai macam fungsinya, (2) substansi, yakni luaran dari sistem hukum termasuk di dalamnya norma-norma yang antara lain berwujud peraturan perundang-undangan, (3) kultur, yakni nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan pengikat sistem itu serta menentukan tempat sistem itu di tengah-tengah budaya bangsa sebagai keseluruhan.Selain itu, Paul dan Dias mengajukan 5 syarat untuk mengefektifkan sistem hukum yaitu :1.Mudah tidaknya makna aturan-aturan hukum itu untuk ditangkap dan dipahami.2.Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan-aturan hukum yang bersangkutan.3.Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum.4.Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dijangkau dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat, malainkan juga harus cukup efektif dalam menyelesaikan sengketa-sengketa.5.Adanya anggapan dan pengakuan yang merata dikalangan warga masyarakat bahwa aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu memang sesungguhnya berdaya kemampuan yang efektif.

3.Pembinaan Kesadaran HukumKesadaran hukum dalam konteks ini berarti kesadaran untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum. Kesadaran hukum masyarakat merupakan semacam jembatan yang menghubungkan antara peraturan-peraturan hukum dengan tingkah laku hukum anggotamasyarakatnya.Menurut Sunaryati Hartono, betapapun kesadaran hukum itu berakar di dalam masyarakat, ia merupakan abstraksi yang lebih rasional daripada perasaan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran hukum merupakan suatu pengertian yang menjadi hasil ciptaan para sarjana hukum.Kenyataan menunjukkan bahwa masalah kesadaran hukum ini timbul apabila nilai-nilai yang akan diwujudkan dalam peraturan hukum itu merupakan nilai-nilai yang baru. Olehnya itu, menghadapi produk hukum yang cenderung memasukkan unsur-unsur baru itu, apakah seseorang pemegang peran akan bertindak sesuai dengan ketentuan hukum seperti itu atau tidak, sangat tergantung pada 3 variabel utama yakni, (1) apakah normnaya telah disampaikan, (2) apakah normanya serasi dengan tujuan-tujuan yang diterapkan bagi posisi itu, (3) apakah si pemegang peran digerakkan oleh motivasi yang menyimpang.Disamping itu, dalam proses bekerjanya hukum sangat ditentukan oleh beberapa faktor penting yaitu : (1) peraturan-peraturan hukumnya, (2) badan pembuat undang-undang, (3) badan pelaksana hukum, (4) masyarakat sebagai sarana pengaturan, (5) proses penerapan hukum, (6) komunikasi hukumnya, (7) kompleks kekuatan sosial politik dan lain-lain yang bekerja atas diri pembuat undang-undang, birokrat (pelaksana hukum) maupun masyarakat sendiri sebagai pemegang peran, (8) proses umpan balik antara semua komponen tersebut.Di lain sisi, hubungannya dengan pembinaan kesadaran hukum, pada dasarnya kesadaran hukum itu sendiri merupakan kontrol agar hukum yang telah dibuat itu dapat dijalankan dengan baik di dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya usaha-usaha ke arah pembinaan kesadaran hukum masyarakat. Pembinaan ini hendaknya berorientasi kepada usaha-usaha untuk menanamkan, memasyarkatkan dan melembagakan nilai-nilai yang mendasari peraturan hukum tersebut.Selain itu, para pembuat undang-undang perlu menyadari bahwa dengan mengeluarkan peraturan hukum itu tidak berarti pekerjaan telah selesai. Melainkan, pekerjaan itu masih berlanjut dan merupakan suatu proses yang sangat panjang. Untuk itu, perlu dipikirkan sarana apa sajakah yang dibutuhkan agar peraturan hukum itu dapat dijalankan dengan semestinya untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki.Selanjutnya, harus disadari pula bahwa hukum itu adalah ketentuan-ketentuan yang tidak personal sifatnya. Oleh karena itu, pengendoran dalam hal pelaksanaan hukum perlu dihindari, dan pola pelaksanaannya harus dijalankan secara tetap dan teratur.

PENGERTIAN HUKUMPRANATA

PENGERTIAN HUKUM PRANATASebelum berbicara lebih jauh tentang hukum dan hukum pranata pembangunan, ada baiknya kita pahami dulu pengertian hukum dan pranata karena jika kita salah pengertian selanjutnya kita bisa salah paham. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, hukum adalah 1) peraturan atau adat yg secara resmi dianggap mengikat, yg dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; 2) undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; 3) patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yg tertentu; 4) keputusan (pertimbangan) yg ditetapkan oleh hakim (dl pengadilan); vonis.

Sedangkan Pranata adalah sistem tingkah laku sosial yg bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yg mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dl masyarakat; institusi. Pranata di bidang arsitektur dapat dikaji melalui pendekatan sistem, karena fenomena yang ada melibatkan banyak pihak dengan fungsi berbeda dan menciptakan anomaly yang berbeda sesuai kasus masing-masing.Jadi, hukum pranata adalah hukum yang terdiri dari kaidah-kaidah atau peraturan dan intuisi atau pranata untuk melaksanakan kaidah tersebut.STRUKTUR HUKUM PRANATAStruktur Hukum Pranata di Indonesia : 1. Legislatif (MPR-DPR), pembuat produk hukum 2. Eksekutif (Presiden-pemerintahan), pelaksana perUU yg dibantu oleh Kepolisian (POLRI) selaku institusi yg berwenang melakukan penyidikan; JAKSA yg melakukan penuntutan 3. Yudikatif (MA-MK) sbg lembaga penegak keadilan Mahkamah Agung (MA) beserta Pengadilan Tinggi (PT) & Pengadilan Negeri (PN) se-Indonesia mengadili perkara yg kasuistik; Sedangkan Mahkamah Konstitusi (MK) mengadili perkara peraturan PerUU 4. Lawyer, pihak yg mewakili klien utk berperkara di pengadilan, dsb.CONTOH-CONTOH UMUM DAN STUDI BANDING Contoh Kontrak Kerja Bidang Konstruksi : Kontrak pelaksanaan pekerjaan pembangunan rumah sakit antara CV. PEMATA EMAS dengan PT. KIMIA FARMA Nomor : 1/1/2010 Tanggal : 25 November 2010 Pada hari ini Senin tanggal 20 November 2010 kami yang bertandatangan di bawah ini :Nama : Richard Joe Alamat : Jl. Merdeka Raya, Jakarta Barat No. Telepon : 08569871000 Jabatan : Dalam hal ini bertindak atas nama CV. PEMATA EMAS disebut sebagai Pihak PertamaNama : Taufan Arif Alamat : Jl. Ketapang Raya, Jakarta Utara No telepon : 088088088 Jabatan : dalam hal ini bertindak atas nama PT. KIMIA FARMA disebut sebagai pihak kedua.Kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan ikatank ontrak pelaksanaan pekerjaan pembangunan Rumah Sakit yang dimiliki oleh pihak kedua yang terletak di Jl. Matraman no 9, Jakarta Timur. Setelah itu akan dicantumkan pasal pasal yang menjelaskan tentang tujuan kontrak,bentuk pekerjaan,sistem pekerjaan,sistem pembayaran,jangka waktu pengerjaan,sanksi-sanksi yang akan dikenakan apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran kontrak kerja,dsb.

LEMBAGA PRANATA

Salah satu unsur yang menentukan dalam penegakan hukum(law enforcement)adalah institusi pengadilan. Karena selain sebagai penentu akhir terhadap setiap konflik hukum (perkara), institusi pengadilan juga memiliki kewenangan dalam memutus sengketa yang belum ada undang-undang yang mengaturnya (yurisprudensi). Berikut ini adalah lembaga peradilan yang ada di Indonesia.

Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia. Sesuai dengan UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.Kewajiban dan wewenangMenurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan Wewenang Mahkamah Konstitusi adalah: * Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum* Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.

Ketua Mahkamah KonstitusiKetua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun. Hakim KonstitusiMahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah Agung, 3 orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden. Masa jabatan Hakim Konstitusi adalah 5 tahun, dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.

SejarahSejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi diawali dengan Perubahan Ketiga UUD 1945 dalam Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B yang disahkan pada 9 November 2001. Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945, maka dalam rangka menunggu pembentukan Mahkamah Konstitusi, MPR menetapkan Mahkamah Agung menjalankan fungsi MK untuk sementara sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil Perubahan Keempat. DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui secara bersama Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu. Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2003, Presiden mengambil sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana Negara pada tanggal 16 Agustus 2003.

Mahkamah Agung

Mahkamah AgungMahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.

* Peradilan Umum pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Negeri, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung* Peradilan Agama pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Agama, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Agama dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung * Peradilan Militer pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Militer, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Militer dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung * Peradilan Tata Usaha negara pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha negara, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung

Kewajiban dan wewenangMenurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA adalah: * Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang* Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi * Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi

Ketua

Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang ketua. Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung, dan diangkat oleh Presiden. Hakim Agung dipilih dari hakim karier dan Non karier, profesional atau akademisi

Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung sebanyak maksimal 60 orang. Hakim agung dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak berdasarkan sistem karier dari kalangan profesi atau akademisi.

Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat, untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

Tugas Hakim Agung adalah Mengadili dan memutus perkara pada tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali (PK).

Pengadilan Militer

Peradilan militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan bersenjata untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.

Badan yang termasuk ke dalam ruang lingkup peradilan militer adalah adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan militer yang meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan Militer Pertempuran.

Pengadilan di lingkungan Peradilan Militer adalah Pengadilan Militer sebagai Pengadilan Tingkat Pertama. Klasifikasi Pengadilan di lingkungan Peradilan Militer ditetapkan berdasarkan :a. Pengadilan Militer kelas A berkedudukan di kota tempat Komando Daerah Militer (Kodam) berada.b. Pengadilan Militer kelas B berkedudukan di kota tempat Komando Resort Militer (Korem) berada.

Oditurat merupakan badan pelaksana kekuasaan pemerintahan negara di bidang penuntutan dan penyidikan di lingkungan Angkatan Bersenjata berdasarkan pelimpahan dari Panglima,yang hampir sama tugas dan fungsinya dengan lembaga kejaksaan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.

Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer merupakan badan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan Bersenjata. Pelaksanaan kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.

Pengadilan Militer bersidang untuk memeriksa dan memutus perkara pidana pada tingkat pertama dengan 1 (satu) orang Hakim Ketua dan 2 (dua) orang Hakim Anggota yang dihadiri 1 (satu) orang Oditur Militer dan dibantu 1 (satu) orang Panitera.

Pengadilan Militer Tinggi

Pengadilan Militer Tinggi merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Mayor ke atas.

Selain itu, Pengadilan Militer Tinggi juga memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.

Pengadilan Militer Tinggi juga dapat memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya.Pengadilan Militer Tinggi bersidang untuk memeriksa dan memutus perkara pidana pada tingkat pertama dengan 1 (satu) orang Hakim Ketua dan 2 (dua) orang Hakim Anggota yang dihadiri 1 (satu) orang Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1 (satu) orang Panitera.

Pengadilan Militer Utama

Pengadilan Militer Utama merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi yang dimintakan banding.

Selain itu, Pengadilan Militer Utama juga dapat memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang wewenang mengadili antar Pengadilan Militer yang berkedudukan di daerah hukum Pengadilan Militer Tinggi yang berlainan, antar Pengadilan Militer Tinggi, dan antara Pengadilan Militer Tinggi dengan Pengadilan Militer.

KedudukanPengadilan Militer Utama berada di ibu kota negara yang daerah hukumnya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Pengadilan Militer Utama melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadilan Militer Pertempuran di daerah hukumnya masing-masing.

Susunan PersidanganDalam persidangannya, Pengadilan Militer Utama dipimpin 1 orang Hakim Ketua dengan pangkat minimal Brigadir Jenderal atau Laksamana Pertama atau Marsekal Pertama, kemudian 2 orang Hakim Anggota dengan pangkat paling rendah adalah Kolonel yang dibantu 1 orang Panitera (minimal berpangkat Mayor dan maksimal Kolonel).TINGKATAN PERADILAN DI INDONESIA

Pengadilan Tata Usaha NegaraPengadilan Tata Usaha Negara (biasa disingkat: PTUN) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Tata Usaha Negara berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.

Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk melalui Keputusan Presiden dengan daerah hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Susunan Pengadilan Tata Usaha Negara terdiri dari Pimpinan (Ketua PTUN dan Wakil Ketua PTUN), Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (biasa disingkat: PTTUN) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang berkedudukan di ibu kota Provinsi. Sebagai Pengadilan Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara di tingkat banding.

Selain itu, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara juga bertugas dan berwenang untuk memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Tata Usaha Negara di dalam daerah hukumnya.

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dibentuk melalui Undang-Undang dengan daerah hukum meliputi wilayah Provinsi. Susunan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara terdiri dari Pimpinan (Ketua PTTUN dan Wakil Ketua PTTUN), Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris

Pengadilan Agama

Pengadilan Agama (biasa disingkat: PA) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Agama memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:* perkawinan * warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam * wakaf dan shadaqah* ekonomi syari'ah

Pengadilan Agama dibentuk melalui Undang-Undang dengan daerah hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Susunan Pengadilan Agama terdiri dari Pimpinan (Ketua PA dan Wakil Ketua PA), Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita.

Pengadilan Tinggi Agama

Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota Provinsi. Sebagai Pengadilan Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Agama memiliki tugas dan wewenang untuk mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat banding.

Selain itu, Pengadilan Tinggi Agama juga bertugas dan berwenang untuk mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Agama di daerah hukumnya.

Pengadilan Tinggi Agama dibentuk melalui Undang-Undang dengan daerah hukum meliputi wilayah Provinsi. Susunan Pengadilan Tinggi Agama terdiri dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris

Pengadilan Negeri

Pengadilan Negeri (biasa disingkat: PN) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.

Daerah hukum Pengadilan Negeri meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Susunan Pengadilan Negeri terdiri dari Pimpinan (Ketua PN dan Wakil Ketua PN), Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita. Pengadilan Negeri di masa kolonial Hindia Belanda disebut landraad.

Pengadilan Tinggi

Pengadilan Tinggi merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan Tingkat Banding terhadap perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri.

Pengadilan Tinggi juga merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir mengenai sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.

Susunan Pengadilan Tinggi dibentuk berdasarkan Undang-Undang dengan daerah hukum meliputi wilayah Provinsi. Pengadilan Tinggi terdiri atas Pimpinan (seorang Ketua PT dan seorang Wakil Ketua PT), Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris.

TINGKATAN LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia (UU No. 4 tahun 2004 Bab 1 pasal 1)Kekuasaan Kehakiman di Indonesia mempunyai arti yaituKekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, semi terselengaranya Negara hukum Republik Indonesia.Kekuasaan Kehakiman di Indonesia meliputi tiga lembaga peradilan, yaitu :1.Mahkamah Agung ( UU No. 5 tahun 2004 )Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pemerintah, Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi.Susunan MA terdirin dari Pimpinan, Hakim Anggota, dan Sekretaris MA. Pimpinan MA terdiri dari seorang Ketua, dua Wakil Ketua, dan beberapa orang Ketua Muda, yang kesemuanya dalah Hakim Agung dan jumlahnya paling banyak 60 orang. Sedangkan beberapa direktur jendral dan kepala badan.Mahkamah Agung mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung, yaitu :Peradilan UmumPeradilan Umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh lembaga-lembaga berikut ini.Pengadilan TinggiPengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibukota provinsi, dengan daerah hukum meliputi wilayah provinsi.Pengadilan NegeriPengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang sehari-hari memeriksa dan memutuskan perkaratingkat pertama dari segala perkara perdata dan pidana untuk semua golongan yang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota.Peradilan AgamaPeradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-Undang. Dalam lingkungan Peradilan Agama, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh :Pengadilan Tinggi AgamaPengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi.Pengadilan Negeri AgamaPengadilan Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.

Peradilan MiliterPeradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer. Pengadilan dalam lingkungan militer terdiri dari :Pengadilan Militer UtamaPengadilan Militer Utama merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi yang dimintakan banding.Pengadilan Militer TinggiPengadilan Militer Tinggi merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Mayor ke atas.Pengadilan MiliterPengadilan Militer merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah.Pengadilan Militer PertempuranPengadilan Militer Pertempuran merupakan badan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan militer untuk memeriksa dan memutuskan perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit di medan pertempuran

Peradilan Tata Usaha NegaraPeradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh :Pengadilan Tinggi Tata Usaha NegaraPengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi.Pengadilan Tata Usaha NegaraPengadilan Tata Usaha Negara merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat pertama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.

2.Mahkamah Konstitusi (UU No. 24 tahun 2003)Salah satu lembaga tinggi negara yang melakukan kekuasaan kehakiman (bersama Mahkamah Agung) yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Susunan MK terdiri dari seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, serta 7 orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Hakim konstitusi harus memiliki syarat: memiliki intergritas dan kepribadian yand tidak tercela; adil; dan negarawan yang menguasai konstitusi ketatanegaraan.3.Komisi Yudisial (UU Nomor 22 Tahun 2004)Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Anggota komisi yudisial harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Komisi Yudisial terdiri dari pimpinan dan anggota. Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang merangkap anggota. Komisi Yudisial mempunyai 7 orang anggota, yang merupakan pejabat negara yang direkrut dari mantan hakim, praktis hukum, akademis hukum, dan anggota masyarakat.

Hukum Adat Aceh

Hukum Adat AcehDalam hukum adat semua jenis pelanggaran memiliki jenjang penyelesaian yang selalu dipakai dan ditaati masyarakat. Hukum dalam adat Aceh tidak langsung diberikan begitu saja meskipun dalam hukum adat juga mengenal istilah denda. Dalam hukum adat jenis penyelesaian masalah dan sanksi dapat dilakukan terlebih dahulu dengan menasihati. Tahap kedua teguran, lalu pernyataan maaf oleh yang bersalah di hadapan orang banyak biasanya di meunasah/ mesjid), kemudian baru dijatuhkan denda. Artinya, tidak langsung pada denda sekian rupiah. Jenjang penyelesaian ini berlaku pada siapa pun, juga perangkat adat sekalipun.

Salah satu contoh kokohnya masyarakat dengan peranan lembaga adat seperti terlihat di Gampng Bar. Kampung yang dulunya berada di pinggir pantai, namun tsunami menelan kampung mereka. Berkat kepercayaan masyarakat kepada pemangku-pemangku adat di kampungnya, masyarakat Gampng Bar sekarang sudah memiliki perkampungan yang baru, yaitu di kaki bukit desa Durung, Aceh Besar.Tak pernah terjadi kericuhan dalam masyarakatnya, sebab segala macam kejadian, sampai pada pembagian bantuan pun masyarakat percaya penuh kepada lembaga adat yang sudah terbentuk. Nilai musyawarah dalam masyarakat adat memegang peranan tertinggi dalam pengambilan keputusan.

Sebuah kasus pernah terjadi di tahun 1979. Ketika itu desa Lam Puuk selisih paham dengan desa Lam Lhom. Kasus itu terhitung rumit karena membawa nama desa, namun masalah dapat diselesaikan secara adat oleh Imum Mukim. Ini merupakan bukti kokohnya masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat yang berlaku. Mereka tidak memerlukan polisi dalam menyelesaikan masalah sehingga segala macam bentuk masalah dapat diselesaikan dengan damai tanpa dibesar-besarkan oleh pihak luar.Pencarian Terbaru (100)Contoh hukum adat. Makalah hukum adat. Kasus hukum adat. Contoh kasus hukum adat. Hukum adat aceh. Artikel hukum adat di aceh. Peristiwa adat di aceh.Makalah hukum adat aceh. Contoh makalah hukum adat. Masyarakat hukum adat aceh. Hukum adat. Kasus hukum adat terbaru. Permasalahan hukum adat. Makalah tentang hukum adat.Contoh kasus pelanggaran hukum adat. Hukum aceh. Artikel hukum adat. Hukuman di aceh. Sejarah hukum aceh. Aceh hukum adat. Sejarah lembaga adat aceh.Masalah hukum adat. Makalah hukum adat melayu. Contoh makalah hukum adat di aceh. Contoh hukum adat dalam masyarakat. Hukum hukum di aceh. Peranan hukum adat aceh dalam tata hukum di indonesia. Contoh istilah hukum adat.Hukum adat solo. Contoh masyarakat hukum adat. Daerah hukum adat. Peranan hukum adat melayu dalam tata hukum di indonesia. Makalah hukum dan masyarakat. Contoh kasus adat dan cara penyelesaiannya. Pelanggaran hukum adat.Kasus hukum dan penyelesaiannya. Peranan hukum adat melayu di indonesia. Sistem hukum adat aceh. Kasus hukum adat di masyarakat. Kumpulan makalah tentang adat. Contoh kasus dan penyelesaiannya. Hukum adat daerah.Kumpulan makalah hukum adat. Hukum adat masyarakat aceh. Hukum adat di daerah. Makalah kasus hukum adat. Artikel hukum adat aceh. Sejarah hukum di aceh. Sejarah dan hukum adat aceh.Pengertian hukum adat aceh. Hukum adat sejarah aceh. Makalah peranan dalam hukum adat di indonesia. Pengertiaan adat di aceh. Makalah masyarakat adat. Permasalahan di aceh. Artikel adat.Makalah sistem hukum di aceh. Makalah tentang masalah adat istiadat. Permasalahan pertanian aceh sekarang. Peran hukum adat dalam menyelesaikan kasus. Contoh kasus adat. Contoh kasus adat istiadat. Contoh permasalahan adat istiadat.Contoh hukum adat di masyarakat. Mengenal hukum adat aceh. Permasalahan hukum di aceh. Contoh hukum adat di india. Kasus adat istiadat. Jenis hukuman di aceh. Contoh masalah adat istiadat.Pengertian perkara adat. Contoh berita kasus hukum adat. Makalha hukum adat dan adat. Makalah kasus daerah. Masalah dalam hukum adat. Makalah hukum aat. Artikel kasus adat.Contoh masalah lembaga hukum. Kasus penyimpangan adat. Makalah penyelesaian aceh. Contoh mode dalam lembaga adat. Contoh contoh hukm adat. Apa hukum denda di dalam kampung. Contoh artikel adat.Makalah lembaga keluarga masyarakat gayo lues. Contoh hukuman karena melanggar hukum adat. Makalah peranan hukum adat dalam hukum indonesia. Kasus hukum adat di aceh. Contoh peranan hukum adat dalam tata hukum di indoesia. Makalah peranan hukum adat melayu di aceh. Contoh kasus hukum adat di indonesia.Contoh kasus pelanggaran adat. Makalah sejarah hukum adat indonesia. Kasus pelanggaran adat di aceh. Kasus yang diselesaikan dengan hukum adat. Kasus hukum adat di indonesia. Kasus tentang hukum adat. Contoh adat istiadat melayu.Berita tentang kasus pelanggaran hukum adat. Kasus adat di aceh.

HUKUM ADAT DAN PRANATA SOSIAL DI ACEH

A.Latar Belakang MasalahAceh penah tercatat dalam sejarah sebagai sebuah kerajaan yang berdaulat dan bermartabat dalam wilayah Nusantara, terutama pada zaman jayanya Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Dari sejarah kesultanan tersebut, Aceh telah mewariskan segunung budaya adat menjadi khazanah sumber perilaku bagi generasi anak cucunya dalam bentuk adat (hukum) dan adat istiadat yang bernilai ritual/agamis, ekonomis dan pembinaan lingkungan hidup serta tatanan kemasyarakatan, bagi kesejahteraan semesta.Warisan adat itu, secarabattom apdiakumulasikan dan diakomodasikan menjadi suatu konsep landasan filosofis masyarakat Aceh (way of life), dalam bentukNarit Majah:Adat bak poe Teumeureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak Putroe Phahang, Reusam bak Laksamana.Landasan filosofis ini menjadi asas adar Aceh yang ada dalam pertumbuhannya dari masa ke masa mengalami pasang surut, dikarenakan perkembangan system politik pemerintahan Negara dan tantatangan perkembangan budaya global.Majelis Adat Aceh (MAA) yang merupakan lembaga resmi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang salah satu tugasnya adalah memelihara dan mengembangkan Adat Istiada Aceh dalam rangka menuju masyarakat Aceh yang bermartabat memiliki Visinya adalah sebagai berikut:Membangun Masyarakat Aceh yang Bermartabat Berlandaskan Adat/Adat Istiadat yang Bersendikan Ajaran Islam.Adat Aceh merupakan asset budaya yang sangat berharga bagi masyarakatnya, terutama dalam menegakkan harkat dan martabat kehidupannya. Secara umum menyangkut dengan asset budaya Aceh tersebut dapat dilihat dalam lima aspek,Pertama,aspek kelembagaan dan fungsionaris adat.Kedua,Institusi Pengkajian dan Pengembangan Adat.Ketiga,Adat dan Perilaku Adat Istiadat.Keempat,Monumen, Mesium, Cagar Budaya dan Situs Sejarah.Kelima,Naskah-naskah adat. Sedangkan jika dilihat dari kesiapan implimentasi adat itu sendiri, maka masyarakat (hukum) adat Aceh tersebut memiliki tiga aspek, yaituPertama,Struktur Adat.Kedua,Fungsionaris (Ketua-Ketua Adat).Ketiga,Materi Adat.Adat Aceh dalam peran dan fungsinya digambarkan sebagai:Udep tan adat lagee kapai tan nahkhoda[hidup tanpa adat semacam kapal tanpa nahkhoda]. Bagaiamana eratnya hubungan adat, masyarakat, dan agama, ditemukan jawabanya melaluinarid majaberikut:Adat ngon agama, lagee zat ngon sifeut[agama dengan adat seperti zat dengan sifat], karena itu seni suara, seni tari, seni lukis, seni puisi dan prosa, syair, pantun, seni gerak dan lain-lain, selalu sejalan dengan nilai-nilai islami. Peranan tokoh adat, ulama, cendikiawan dan para birikrat dalam sesuatu kawasan budaya amat menetukan perkembangan kehidupan adat, demikian pula halnya berlaku dalam masyarakat Aceh, Peranan fungsianoris adat, dalam perspektifhistoritatanan adat Aceh, sejak zaman kesultanan, hingga kurun waktu ini, penuh dengan fluktuasi gelombang krisis berkepanjangan, sehingga tokoh-tooh adat dan kesempatan waktu kehilangan perannya dalam mengembangkan adat bagi kesejahteraan masyarakat. Pergeseran peran tokoh, ulama, fungsionaris dan perhatian birokrat terhadap adat dengan alas an era globalisasi, pendaulatan politik dan kekuasaan nasional, telah membuat situasi termajinalkan peran adat dalam membangun budaya masyarakat.Sekulumit gambaran di atas, memberikan kesan, bagaimana suka dukanya dalam memartabatkan adat Aceh menjadi bagian dari harkat dan jati diri, untuk berperan global dalam kawasan budaya masyarakat Aceh. Untuk menjawap permasalahan tersebut diperlukan kajian khusus menyangkut dengan dasar-dasar hukum adat yang dapat diimplimentasikan dalam kehidupan nyata.B.Kawasan Adat AcehUntuk dapat mengenali dan menerapkan adat secara jelas, maka diperlukan kajian menyangkut denganZonaatau kawasan-kawasan adat adat itu sendiri1.Kawasan GampongGampong adalah merupakan organisasi pemerintahan terendah yang berada di bawah Mukim dalam struktur Pemerintahan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan tugas:1.Menyelenggarakan Pemerintahan2.Melaksanakan Pembangunan3.Pembinaan Kemasyarakatan4.Peningkatan Pelaksanaan Syariat IslamSelanjutnya dalam hal melaksanakan tugas dimaksud, gampong mempunyai fungsi dimana salah satunya adalah Penyelesaikan dalam rangka memutuskan dan atau menetapkan hukum dalam hal adanya persengketaan-persengketaan atau perkara-perkara adat dan hukum adat di Gampong.Dalam sistem pemerintahan gampong di Aceh, Keuchik memegang kekuasaan kepemimpinan berlandaskan pada Mono Trias Function [Kemanunggalan kekuasaan dalam tiga fungsi],yaitu kekuasaan eksekutif, sekaligus dengan legislative dan yudikatif disatu tangan (Keuchik). Keuchik tidak pernah otoliter dalam menjalankan kekuasaan, melainkan sangat demokratis, karena semua materi tugasnya dipahami selalu melalui musyawarah dengan pembantu-pembantunya (Imeum Meunasah, Tuha Peut dan Tuha Lapan).Meunasah adalah merupakan sarana pengembangan agama dan adat bagi gampong, atas dasar itu, maka fungsi meunasah adalah: 1) tempat ibadah dan shalat lima waktu, 2) pendidikan (pengajian), 3) dakwah, 4) diskusi, 5) musyawarah/mufakat, 6) penyelesaian sengketa/damai, 7) pengembangan seni, 8) pembinaan dan pengembangan generasi muda, 9) asah terampil, 10) olah raga, dan 11)tempat istirahat/tidur bagi pemuda laki-laki.2.Kawasan MukimMukim sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa Gampong yang berada langsung di bawah dan bertanggungjawab kepada Camat. Mukim mempunyai tugas:5.Menyelenggarakan Pemerintahan6.Melaksanakan Pembangunan7.Pembinaan Kemasyarakatan8.Peningkatan Pelaksanaan Syariat Islam9.Penyelesaikan dalam rangka memutuskan dan atau menetapkan hukum dalam hal adanya persengketaan-persengketaan atau perkara-perkara adat dan hukum adat di tingkat kemukiman.Pada umumnya tugas Mukim bersifat banding yang diajukan oleh Keuchik, karena tidak selesai pada tingkat Gampong. Pada Kemukiman juga ada Majelis Adat Mukim yang dipimpin oleh Imeum Mukim dan dibantu oleh SekretarisMukim serta dihadiri oleh seluruh Tuha Peut Mukim. Majelis Adat Mukim berfungsi sebagai :1.Badan yang memelihara dan mengembangkan adat2.Menyelenggarakan Perdamaian adat3.Menyelesaikan dan memberikan keputusan-keputusan Adat terhadap persilihan-perselisihan dan pelanggaran adat4.Memberikan kekuatan hukum terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut hukum adatKeputusan-keputusan dan ketetapan-ketetapan Majelis Adat Mukim menjadi pedoman bagi para Keuchik dalam menjalankan roda pemerintahan Gampong.Mesjid adalah sarana pengembangan agama dan adat bagi masyarakat kemukiman, atas dasar itu, maka fungsi mesjid adalah: 1) tempat ibadah dan jamaah jumat, 2) pendidikan (pengajian), 3) dakwah, 4) diskusi, 5) musyawarah/mufakat, 6) penyelesaian sengketa/damai, 7) asah terampil, 10) lembaga silaturrahmi jumatan, dan 11) simbul persatuan dan kesatuan umat.3.Kawasan Lembaga-Lembaga Adat lainnyaKawasan adat Aceh di samping gampong, kemukiman, juga ada kawasan lembaga-lembaga adat yang diberi kewenagan khusus dalam bidang tertentu.1)Keujrun Blang: adalah yang membantu Keuchik di bidang pengaturan dan penggunaan irigasi untuk persawahan.2)Panglima Laot: adalah orang yang memimpin adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di bidang penangkapan ikan di laut, termasuk mengatur tempat/ area penangkapan dan penyelesaian sengketa.3)Peutua Seuneubok: adalah orang memimpin dan mengatur ketentuan-ketentuan tentang pembukaan dan penggunaan lahan untuk perdagangan/perkebunan pada wilayah gunung dan lembah-lembah.4)Harian Peukan:adalah orang yang mengatur ketertiban, keamanan, kebersihan pasar serta mengutip restribusi pasar gampong5)Syahbandar: adalah orang yang mengatur dan memimpin tambatan kapal/perahu, lalu lintas dan masuk-keluar kapal/perahu di bidang angkutan laut, danau dan sungai.Semua lembaga-lembaga adat ini merupakan instutusi kelengkapan perangkat Gampong dan mukim yang berfungsi untuk membangun kesejahteraan masyarakat di lingkungan Gampongnya masing-masing.C.Sumber dan Dasar Adat AcehDalam masyarakat Aceh sepanjang sejarahnya dikenal ada 4 (empat) sumber adat, yaitu:1)Adatullah, yaitu hukum adat yang hamper mutlak didasarkan pada hukum-hukum Allah (Alquran dan Hadis)2)Adat Tunnah, yaitu adat istiadat sebagai manisfestasi dari Kanun dan Reusam yang mengatur kehidupan masyarakat.3)Adat Muhakamah, yatu hokum adat yang dimanisfestasikan pada asas musyawarah dan mufakat.4)Adat Jahiliyah, yaitu adat-Istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang tidak sesuai dengan ajaran Islam, namun masih digemari oleh masyarakat.D.Fungsianoris AdatFungsianoris adat yang dimaksudkan di sini adalah para pimpinan adat baik di tingkat gampong, kemukiman maupun di tingkat kelembagaan adat lainya.1.Keuchik, memegang otorita pemerintahan, agama dan adat yang berfungsi sebagai ketua adat masyarakat gampong yang dipilih secara demokratis oleh rakyatnya sendiri secara langsung. Dulu jabatan Keuchik tidak ada batasan waktu, selama tidak mengundurkan diri dan masih disenangi rakyatnya tetap sebagai Keuchik. Akan tetapi sekarang jabatan Keuchik sudah dibatasi selama 5 (lima) tahun, dan dapat dipilih kembali. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Keuchik dibantu oleh Tuha Peut dan Tuha Lapan.2.Imeum Meunasah adalah memegang peranan dan otorita di bidang agama dan adat yang merupakan join (mitra sejajar) bagi Keuchik dalam menjalankan agama dan adat. Hubungan Keuchik dengan imum bagi masyarakat gampong adalah sebagaiDwi Tunggalyang menurut Snochik Hurgronje dalam bukunyaThe Achehnese[Aceh di Mata Kolonialis] adalahLagee Ku Ngon Ma[seperti ayah dan ibu].3.Tuha Peut(Dewan Empat) Gampong adalah Dewan Empat yang dipilih oleh masyarakat gampong yang terdiri dari empat anggota/pimpinan masyarakat gampong, yaitu: ulama, tokoh adat, tokoh pemerintahan dan tokoh masyarakat. Tuha Peut berfungsi sebagai penasehat dan pertimbangan dalam hal ikhwal masalah masyarakat gampong kepada Keuchik secara aktif dan atau melalui persidangan/munsyawarah.4.Tuha Lapan (Dewan delapan) Gampong adalah Dewan Delapan yang dipilih oleh masyarakat gampong yang terdiri dari ulama, tokoh adat, tokoh pemerintahan, tokoh masyaraka, intelektual, pemuda, tokoh wanita dan saudagar (hartawan). Tuha Lapan berfungsi sebagai penasehat dan pertimbangan dan tugas tambahan lainnya dalam hal ikhwal masalah masyarakat gampong kepada Keuchik secara aktif dan atau melalui persidangan/munsyawarah.5.Imeum Mukim. Tugas pokok dan wewenang Mukim juga menjalankan fungsi adat, termasuk peradilan adat bagi masyarakat hokum yang berada di wilayahnya. Peradilan mukim merupakan peradilan adat tingkat banding (terakhir), untuk memberikan rasa adil bagi seluruh masyarakat.6.Tuha Peut Mukim yang berfungsi sebagai penasehat dan pertimbangan dalam hal ikhwal masalah masyarakat kemukiman kepada Imeum Mukim secara aktif dan atau melalui persidangan/munsyawarah.7.Tuha Lapan Mukum yang berfungsi sebagai penasehat dan pertimbangan dan tugas tambahan lainnya dalam hal ikhwal masalah masyarakat gampong kepada Keuchik secara aktif dan atau melalui persidangan/munsyawarah.Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa gampong dan kemukiman merupakan dua kawasan territorial adat yang sejak masa kerajaan sultan sampai abad global sekarang ini, merupakan benteng struktur adat Aceh yang masih lestari dalam ruang lingkup budaya dan system pemerintahan nasional Republik Indonesia dan struktur lembaga adat gampong adalah terdiri dari: 1) Keuchik, 2) Imeum Meunasah, 3) Tuha Peut, dan 4) Tuha Lapan. Keuchik tetap padaMono Trias Function[kemanunggalan kekuasaan dalam tiga fungsi: Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif]. Aktualisasi kekuasaannya terikat dengan musyawarah mufakat dengan struktur lembaga gampong, sehingga mencermikan kekuasaan dan keputusan yang demokratis.

E.Proses Penyelesaian PerkaraProses penyelesaian perkara harus melalu beberapa tahapan sebagai berikut:1.Penerimaan Perkara2.Keuchik member tahukan kepada anggota fungsionaris (hakim) peradilan3.Mendengar keterangan dari pihak bersengketa4.Penentuan bentuk penyelesaian dan sanksinya5.Pelaksanaan PutusanDalam menentukan bentuk penyelesaian dan sanksinya perangkat peradilan adat harus berpedoman kepada azas-zas berikut:1.Diarahkan pada kerukunan2.Dilakukan dengan kompromi3.Berdasarkan Keselarasan4.Asas Kepatutan5.Dilakukan secara formal dan Material6.Pemberitahuan bentuk penyelesaian dan sanksi adatAsas- asas di atas wajib menjadi pedoman bagi perangkat peradilan adat agar terjamin kenyamanan, keadilan dan kepatutan baik proses, sanksi maupun pelaksanaan Putusan.HUKUM DAN PRANATA HUKUMPada bab ini dibicarakan masalah defenisi hukum, apa yang membedakan antara oerilaku yang terlembaga dan yang tidak terlembaga, apa yang menjadi perbedaan antara lembaga atau pranata hukum dengan pranata lainnya.Untuk berbicara mengeni pranata hukum maka konsep hukum harus jelas terlebih dahulu Bohannan menimpun beberapa pendapat ahli tentang hukum dan atribut atau suatu ciri yang menyertai hukum. Beberapa pendapat yang dihimpun Bohannan adalah pendapat para sarjana Eropa bahwa hukum menekankan pada pentingnya moral dan pada prinsipRule of lawataukebenaran dan keharusanyang bersumber dari filsafat moral. Masih dalam aliran yang sama seorang ilmuan bernama Hart berpendapatada 3 pokok permasalahan yang utama:Bagaimana hubungan antara hukum dan usaha untuk menegakkan tata sosial?Bagaimana hubungan antara kewajiban hukum dan kewajiban moral?Apakah yng dimaksud dengan aturan (rule) dan sampai berapa jauhkahhukum itu merupakan aturan?Stone menyebutkan bebrapa atribut yng biasa ditemukn pada hukum: Hukum adalah suatu yang keseluruhan yang rumit sifatnyamencakup norma sosial yang mengatur kelakuan manusia Norma ini memiliki sifat sosial Membentuk suatu aturan yang rumit namun mempunyai aturan Dan aturan ini sangat memaksa Dilembagakan Dan hukum efektif dalam mempertahankan dirinyaLembaga atau pranata hukumAp yang menjadi pembed antar turan hukum dengan aturan-aturan lain? Untuk memahami hl ini diperlukan pengertian akan konsep pranata atau lembaga. Malinowski mendefenisikan pranata sebagai berikut:Sekelompok orang-orang yang bersatu dan terrganisir utuk tujuan tertentu yng memiliki sarana kebendaan dan teknis untuk mencapai tujuan tersebut atau paling tidak melakukan usaha yang masuk akal yang diarahkan untuk mencapai tujuan tadi; yang mendukung sistem nilai tertentu, etika dan kepercayaan-kepercayaan yang memberikan pembenaran kepada tujuan tadiBerdasarkan hal ini kita dapat melihat apakah semua kegiatan manusia terpola acau bersifat acak .Jadi lembaga atau pranata hukum dibetuk masyarakata tujuannya adalah untuk melegalkan peraturan dan peraturan ini akan digunakan untuk menindak pekanggaran yang terjadi. Lembaga hukum mempinyai kekuatan untuk campur tangan dalam penyelesaian sengketa didalam lembga sosial lainnya.Kaitan antara hukum dan ilmu-ilmu sosialUntuk mengerti realits sosial didalam msyarakat yang tidak cuma berada di tataran teoritis ahli hukum memerlukan analis dari berbagai disiplin ilmu sosia. Salah satu realitas yang terjadi di masyarakat termasuk gejala hukum. Bagaimana hukum diterapkan dan berlaku dimasyarat akan sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat setempat, bagaimana hukum negara diapresiasi oleh suatu kelompok masyarakat tidak akan sama dengan cara kelompok lain mengapresiasi karena yang merupkan elemen kehidupn msyarakat tidak dapat dipisahkan dalam menganalisa dan mempelajarinya dari elem lain. Budaya yang ada pada suatu kelompok masyarakt tertentu harus dilihat secara holistik dan keseluruhan karena unsur-unsur budaya ini akan berakaitan satu sama lain, demikian juga dalam memahami hukum.

PERADILAN SEBAGAI PRANATA HUKUM DAN ORANATA SOSIAL1. Pengertian Pranata dan Pranata Hukum

Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus. Norma/aturan dalam Pranata berbentuk tertulis (Undang-undang Dasar/ undang-undang yang berlaku, sanksi sesuai hukum resmi yang berlaku) dan tidak tertulis(hukum adat, kebiasaan yang berlaku, sanksinya ialah sanksi sosial/moral(misalkan dikucilkan)). Pranata bersifat mengikat dan relatif lama.Pranata dalam bahasa Inggris yaitu institusi. Pranata adalah norma-norma yang dijadikan pedoman dalam memenuhi kebutuhan spesifik.pranata hokum adalah Norma-norma yang dipedomani untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman. Tertib berarti keseluruhan dan tentram berarti melekat pada diri masing-masing.

Jadi dapat disimpulakan bahwa Pranata Peradilan adalah bagian dari Pranata hokum dan Pranata Hukum bagian dari Pranata sosilal.

Kedudukan, Kewenangan dan Kewajiban MKKedudukanMahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum dan keadilankewenanganMahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:

1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Memutus pembubaran partai politik, dan 4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.kewajibanMahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga: 1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupaa) penghianatan terhadap negara;b) korupsi; c) penyuapan;d) tindak pidana lainnya; 2. atau perbuatan tercela, dan/atau 3.tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Undang Undang Dasar 1945 Undang Undang Tentang Mahkamah Konstitusi RI UU no 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Undang Undang Tentang Mahkamah Konstitusi RI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

kepolisian Negara Republik Indonesia(Polri) adalah Kepolisian Nasional diIndonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawahPresiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayahIndonesia. Polri dipimpin oleh seorangKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia(Kapolri). Sejak22 Oktober2010Kapolri dijabat olehJenderal PolisiTimur Pradopo.

Periode 1950-1959Dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17 Agustus 1950 dan diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap dijabat R.S. Soekanto yang bertanggung jawab kepada perdana menteri/presiden.Waktu kedudukan Polri kembali ke Jakarta, karena belum ada kantor digunakan bekas kantorHoofd van de Dienst der Algemene Politiedi GedungDepartemen Dalam Negeri. Kemudian R.S. Soekanto merencanakan kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi Markas Besar Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung perkantoran termegah setelah Istana Negara.Sampai periode ini kepolisian berstatus tersendiri antara sipil dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan gaji tersendiri. Anggota Polri terorganisir dalamPersatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia(P3RI) tidak ikut dalamKorpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak zaman revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan namaBhayangkaritidak ikut dalamDharma WanitaataupunDharma Pertiwi. Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante dan Parlemen. Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil melahirkan Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik dibanding dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu standar PBB).Masa Orde LamaDenganDekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan Konstituante, Indonesia kembali keUUD 1945, namun dalam pelaksanaannya kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir.Juanda) diganti dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di bawah pada Menteri Pertama sampai keluarnyaKeppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di mana Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio.Pada tanggal 13 Juli 1959 denganKeppres No. 154/1959Kapolri juga menjabat sebagai Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan Kepolisian Negara).Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959.DenganTap MPRS No. II dan III tahun 1960dinyatakan bahwaABRIterdiri atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960 sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan nasional.Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No. 13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU.Dengan Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri, Menteri/KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU, Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran dikoordinasikan oleh Wakil Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan. Dengan Keppres No. 134/1962 menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian (Menkasak).Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) dan langsung bertanggung jawab kepada presiden sebagai kepala pemerintahan negara. Dengan Keppres No. 290/1964 kedudukan, tugas, dan tanggung jawab Polri ditentukan sebagai berikut:1. Alat Negara Penegak Hukum.2. Koordinator Polsus.3. Ikut serta dalam pertahanan.4. Pembinaan Kamtibmas.5. Kekaryaan.6. Sebagai alat revolusi.Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang. Sementara di tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena politik NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi sebagian anggota ABRI dari keempat angkatan.Masa Orde BaruKarena pengalaman yang pahit dari peristiwa G30S/PKI yang mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI, maka untuk meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan bagian dari organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama.Setelah Soeharto dipilih sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang bukan angkatan perang.Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969.Pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, dan AU diganti menjadi Kepala Staf Angkatan.

UNDANG - UNDANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSISejumlah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan KPK antara lain: Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negera yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tindak Pidana Pencucian Uang Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK Undang-Undangn No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 Tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian