chorioretinitis toxoplasma
TRANSCRIPT
Disusun oleh:
Harry Sudarma (07120080060)
Maria Kristina Suryanto (07120080015)
Departemen Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto
Jakarta 2012
Referat ChorioretinitisPembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpMdr. Hermansyah, SpMdr. Gartati Ismail, SpM
dr. Mustafa, SpMdr. Henry A W, SpM
Kebutaan di Indonesia pada tahun 2012 3,67 juta (4 orang setiap harinya) tertinggi di Asia Tenggara
24% di antaranya disebabkan oleh penyakit infeksi
Indonesia iklim tropis insidensi infeksi parasit tinggi
Chorioretinis merupakan salah satu penyakit penyebab kebutaan 9% bayi yang terinfeksi secara kongenital buta
Chorioretinis peradangan pada koroid dan retina
75-80% kasusnya disebabkan oleh Toxoplasma gondii dan 85% dari kasus kongenital bersifat bilateral
Pendahuluan
Anatomi dan FisiologiUvea dan Retina
Uvea merupakan lapisan vaskular yang berada pada bagian tengah bola mata, terletak di antara sklera dan retina
Uvea
Uvea
AnteriorIris
Badan siliar
Posterior Koroid
Dipersarafi oleh nervus siliaris
Fungsi primer traktus uvea: Nutrisi dan pertukaran gas Menyerap cahaya
Iris adalah bagian berwarna dari bola mata adanya melanosit
Iris terletak di antara kornea dan lensa, menempel pada bagian terluar dari prosesus siliaris.
Terdapat dua buah otot, yaitu otot sirkular dan radial yang dipersarafi oleh saraf otonom, simpatis dan parasimpatis.
Iris
Sinar terang
Saraf parasimpatis dari nervus okulomotor
Kontraksi otot sirkular
Pupil konstriksi
Sinar redup
Saraf simpatis
Kontraksi otot radial
Pupil dilatasi
Badan siliar terletak memanjang dari akar iris hingga ora serrata pada ora serrata akan bergabung dengan koroid.
Terdiri atas dua bagian: Bagian anterior pars plicata Bagian posterior pars plana
Diperdarahi oleh pembuluh darah mayor dari iris
Dipersarafi oleh nervus siliaris
Badan Siliar
Membentuk aqueous humor
Nutrisi bilik mata depan
Serat-serat otot pada prosesus
siliaris
Kontraksi – relaksasi zonula
zinn
Lensa dapat mengatur fokus
untuk melihat jauh atau dekat
(akomodasi)
• Fungsi badan siliar
Merupakan segmen posterior dari uvea
Bagian dalam koroid halus dan berwarna kecoklatan
memiliki melanosit dan berbatasan langsung dengan pigmen epitel dari retina.
Koroid bagian dalam berbatasan langsung dengan membran bruch retina.
Koroid bagian luar berbatasan langsung dengan sklera.
Koroid
Fungsi koroid:
Banyak vaskularisasi
Memberikan nutrisi pada retina bagian luar
Memiliki sel-sel melanosit
Menangkap cahaya
Cahaya tidak dipantulkan dan tidak disebarkan di
dalam bola mata
Cahaya yang sudah melewati kornea dan lensa
jatuh tepat pada retina
Merupakan jaringan saraf yang terdiri dari 10 lapisan dan melapisi bagian dalam 2/3 posterior bola mata
Retina memiliki 2 sumber vaskularisasi: Cabang dari arteri retina sentralis Arteri koriokapiler
Retina
• 10 lapisan retina: Lapisan epitel pigmen
retina Lapisan fotoreseptor Membran limitans
eksterna Lapisan nuklearis luar Lapisan pleksiformis
luar
Lapisan nuklearis dalam Lapisan pleksiformis
dalam Lapisan sel ganglion Lapisan serabut saraf Membran limitans
interna
Pada retina terdapat sel-sel penglihatan (visual cell): Sel batang Sel kerucut
Pada titik di mana keluarnya nervus optikus dan masuknya pembuluh darah diskus optikus titik buta
Sel batang terdapat lebih banyak dari sel kerucut kecuali di daerah makula
Fovea cekungan kecil pada bagian tengah makula hanya mengandung sel fotoreseptor kerucut dan merupakan daerah dengan konsentrasi sel kerucut terbesar di retina
Makula daerah berbentuk oval dan berwarna kuning yang mengelilingi fovea
Fungsi retina mengubah rangsang cahaya yang diterima fotoreseptor menjadi impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melaui nervus optikus korteks penglihatan
Chorioretinitis
Inflamasi pada koroid dan retina
Definisi
Menurut Duke Elder:
Etiopatofisiologi
Chorioretinitis infeksi
Chorioretinitis Toksik
Chorioretinitis
Traumatik
Chorioretinitis Idiopatik
Invasi organisme patogen
Chorioretinitis Infeksi
Eksogen
Trauma, perforasi
kornea, post-op
Endogen
Infeksi dari
bagian tubuh lain
menyebar
hematogen
Sekunder
Infeksi menyeba
r perkontinuitatum
dari jaringan sekitar
Chorioretinitis toksik
Eksotoksin
Substansi iritan, e.g: obat
Endotoksin
Toksin yang dihasilkan
dalam tubuh
Autotoksin atau toksin mikrobial
Toksin endo-okular
Toksin yang dihasilkan jaringan okular
Perdarahan, Tumor,
fakotoksik
Chorioretinitis
traumatik
Efek langsung trauma
Efek iritatif produk darah
Microbial invasion Efek kimia
benda asing yang
tertinggal di uvea
Sympathetic ophthalmia
Chorioretinitis idiopatik
Chorioretinitis infeksi
Chorioretinitis toksik
Chorioretinitis
traumatik
Uvea jaringan dengan susunan vaskular yang ekstrim dan merupakan jaringan longgar
Inflamasi terjadi secara berlebihan
Inflamasi uvea secara patologi dibagi menjadi: Supuratif/purulen Nonsupuratif/nonpurulen dibagi menjadi
granulomatous dan nongranulomatous
Patologi
Chorioretinitis supuratif Merupakan hasil infeksi eksogen oleh
organisme piogenik Biasanya hampir selalu merupakan bagian dari
endoftalmitis atau panoftalmitis Karakteristik: eksudat purulen dan infiltrasi
sel-sel PMN Jaringan uvea menebal dan nekrosis, bola mata terisi oleh pus
Chorioretinitis granulomatous Merupakan inflamasi kronik yang bisa
disebabkan benda asing yang bersifat organik-eksogen oleh organisme non-piogenik maupun non-organik oleh perdarahan dan jaringan nekrotik dalam mata.
Karakteristik:infiltrasi plasma sel, limfosit, mobilisasi dan proliferasi sel-sel makrofag epiteloid dan sel raksasa nodul
Chorioretinitis non-granulomatous Merupakan hasil dari reaksi hipersensitifitas. Inflamasi umumnya bersifat difus Karakteristik
Pelebaran pembuluh darah dan
peningkatan permeabilitasn
ya
Rusaknya sawar darah-
aqueous
Eksudat keluar ke aqueous humor disertai infiltrasi
limfosit, sel plasma, dan
makrofag
Pada COA Flare
dan KP
Pada COP
posterior synechiae
Klasifikasi klinis
Akut
< 3 bulan
Kronik
> 3 bulan
KlasifikasiKlasifikasi patologis
Supuratif Nonsupuratif
Granulomatous
Non-granulomato
us
Klasifikasi
etiologi
Infeksi Traumatik Toksik Idiopatik
Klasifikasi manifestasi
kllinis
Chorioretinitis supuratif
Chorioretinitis non-
supuratif
Diffuse chorioretini
s
Disseminated
chorioretinis
Localized chorioretinit
is
Klasifikasi Chorioretinitis Infeksi Berdasarkan Etiologi
Chorioretinitis
Chorioretinitis bakteri
Chorioretinitis parasit
Chorioretinitis virus
Chorioretinitis jamur
Chorioretinitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dibagi menjadi:1. Chorioretinitis tuberkular
Merupakan penyakit granulomatous yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Angka kejadian: 1% Bentuk klinis: Tuberkel miliar (pada meningitis
TB), tuberkel difus (pada TB kronik), dan granuloma soliter
Tidak ada temuan klinis yang spesifik untuk diagnosis
Chorioretinis Bakteri
2. Chorioretinitis sifilis Merupakan infeksi oleh Treponema pallidum Diagnosis apabila secara klinis ditemukan tanda-
tanda khas sifilis, ditegakkan dengan VDRL dan FTA-ABS
3. Chorioretinitis lepra Merupakan infeksi oleh Mycobacterium lepra. Terdapat 2 bentuk klinis Akut dan Kronik Infeksi akut disebabkan reaksi antigen-antibodi
yang ditandai dengan reaksi eksudatif berat Infeksi kronis disebabkan invasi langsung M.lepra
dan ditandai dengan adanya mutiara pada iris Iris pearl
Disebabkan oleh infeksi Cytomegalovirus (CMV).
Terdapat 2 bentuk klinisKongenital transplasenta, kontak langsung
jalan lahirAcquired pada pasien dengan status imun
yang tidak baik, penularan melalui droplet atau transfusi darah.
Tidak ada gejala spesifik pada chorioretinitis CMV, namun sering ditemukan bersama dengan gejala sistemik Tuli sensorineural, retardasi mental, dan kejang
Chorioretinitis Virus
Disebabkan oleh infeksi oportunistik Candida albicans.
Terjadi pada pasien dengan status imun yang tidak baik (immuno-compromised)
Kandidiasis okular dapat dijumpai dalam bentuk:Uveitis anteriorChorioretinitis multifocalEndoftalmitis
Chorioretinitis multifocal ditandai dengan adanya bercak/area berbentuk bulat, berwarna putih, berjumlah multipel dengan area hemoragik yang pucat pada tengahnya
Roth’s Spots
Chorioretinitis Jamur
Disebabkan oleh infestasi Toxoplasma gondii
Chorioretinitis Parasit
Gejala
Penurunan penglihatan
Photopsia
Floaters
Metamorphopsia
Micropsia
Macropsia
Scotoma
Tanda
Kekeruhan vitreous
Patch pada retina
Gejala dan Tanda Klinis
Uveitis AnteriorKatarakGlaukomaAblasio retina
Komplikasi
a. Terapi non-spesifikKortikosteroidImunosupresan
b. Terapi spesifikTerapi sesuai agen penyebab (antibiotik,
antivirus, antiparasit)
Tatalaksana
ToksoplasmosisDan Chorioretinitis Toksoplasma
Merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii.
Infeksi ini sering terjadi pada fetus maupun bayi yang baru lahir, dapat bersifat lokal dan sistemik
Toksoplasma merupakan protozoa berbentuk bulan sabit dengan panjang 4-7 µm dan memiliki nukleus tunggal yang terletak sentral jarang ditemukan pada darah perifer.
Toksoplasmosis
Siklus hidup toksoplasma terdapat 3 stadium: Tropozoit/takizoit Kista yang mengandung bradizoit Ookista yang mengandung sporozoit
• Transmisi toksoplasmosis: Transmisi kongenital Transmisi oral Transmisi darah/organ
Manifestasi klinis:Toksoplasmosis kongenital
Diagnosis dicurigai apabila terdapat sindrom sabin hidrosefalus, korioretinitis, dan kalsifikasi serebral
Tanda pada ibu: flu-like syndrome yang disertai limfadenopati
Toksoplasmosis akuisita/Acquired Toxoplasmosis Gejala paling khas adalah limfadenopati (pada 90%
kasus), yang paling sering pada daerah servikalis Gejala tersebut dapat disertai dengan demam,
nyeri tenggorokkan, hepatomegali. Infeksi dapat menyebar ke organ-organ lain dan
menimbulkan berbagai manifestasi tergantung organ yang diserang.
Merupakan inflamasi koroid dan retina yang disebabkan oleh infestasi parasit Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii merupakan parasit yang harus hidup di dalam sel
Siklus hidupnya rumit dan melibatkan inang primer dan sekunder (primary dan secondary host)
Chorioretinitis Toksoplasma
Manusia dapat terinfeksi T.gondii melalui beberapa cara, yaitu:
Etiopatofisiologi
Kucing (primary
host)
Makan unggas/hewan pengerat yang
terinfeksi
Oosit terbentuk dalam usus
kucing, keluar bersama feses
Oosit tersebut termakan oleh secondary host (mamalia/ungg
as lain, atau manusia)
Oosit menetas karena enzim digestif dan
menjadi takizoit
Manusia memakan
hewan secondary host yang
mengandung bradizoit tersebut
Sistem imun bekerja takizoit menjadi
dorman bradizoit
Bradizoit aktif kembali
menjadi takizoit dan
siklus berulang
Takizoit meninggalkan
usus dan menyebar ke
seluruh tubuh mata
Chorioretinitis
Menyerang lebih kurang 1/3 populasi dunia
Merupakan penyakit paling lazim yang menyebabkan Chorioretinitis 75-80% kasus
Epidemiologi
Berdasarkan manifestasi klinis, diklasifikasikan menjadi:1. Chorioretinitis Toksoplasma kongenital2. Acquired Chorioretinitis Toxoplasma3. Chorioretinitis toksoplasma pada orang yang
imunodefisiensi
Klasifikasi
1. Chorioretinitis toksoplasma kongenitalHasil infeksi akut yang terjadi pada masa
kehamilan70-90% lahir dengan keadaan asimtomatik
manifestasi baru muncul dekade kedua atau ketiga
2. Acquired Chorioretinitis ToxoplasmaSangat jarang terjadi Sangat jarang melibatkan makula hampir
selalu asimtomatikFlu-like illness
3. Chorioretinitis toksoplasma pada orang yang imunodefisiensi
Sering pada pasien dengan HIV+, limfoma, pasien transplantasi organ
Penyebaran penyakit akan sangat cepat dan hampir selalu melibatkan SSP ensefalitis.
1. Gejala KlinisPainlessPenurunan penglihatanPhotopsiaFloatersMetamorphopsiaMicropsiaMacropsiaScotoma
Diagnosis
2. Pemeriksaan fisik: -3. Pemeriksaan Penunjang:
Funduskopi: Jaringan parut pada chorio-retinaKekeruhan vitreousPatch pada retina
Isolasi langsung toksoplasma dari serumIsolasi toksoplasma pada aqueous humor
dengan koefisien Goldmann-WitmerSerologi ELISA atau IFA Titer antibodi
terhadap toksoplasma
Choroidal neovascularizationKatarakUveitis anteriorGlaukomaAblasio retina
Komplikasi
Kombinasi obat yang dipakai:1. Pyrimethamine, sulphadiazine, corticosteroid
Dosis yang digunakan adalah 0,5-1 mg/KgBB/hari untuk pyrimethamine, 120-150mg/KgBB/hari untuk sulphadiazine, dan prednisone 1mg/KgBB/hari
2. Clindamycin, sulphadiazine, corticosteroid
Dosis yang digunakan adalah 20mg/KgBB/hari untuk Clindamycin, 120-150mg/KgBB/hari untuk sulphadiazine, dan prednisone 1mg/KgBB/hari
3. TMP-SMZ, corticosteroidDosisnya adalah 960mg TMP-SMZ tiga kali per hari. Prednisone 1 mg/KgBB/hari
Tatalaksana
1. A K Khurana. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Dehli: New Age International Publisher; 2007.
2. Alessandra G, Rubens NB, Luiz V R, Cristina M, Claudio SS, Miguel N. Ocular toxoplasmosis: An Update and Review of The Literature.2009.
3. Dominiguez SR & Levin MJ. Infections: Parasitic & Mycotic. In WW Hay, JM Levin, JM Sondheimer & RR Deterding editors. CURRENT Diagnosis & Treatment: Pediatrics. USA: The McGraw-Hill Companies; 2011.
4. Fauci et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2012.
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
Daftar Pustaka
6. Lang G. Ophtamology A Pocket Textbook Atlas. 2nd ed. Germany: Appl Aprinta Druck; 2007.
7. Manfred Z. Uveitis: Ocular Toxoplasmosis.Germany: Journal of Uveitis Information Group.2005.
8. Prawirohadjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010.
9. Tortora GJ& Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. Asia: John Wiley & Sons; 2009.
10. Eva-Paul R& John P. Witcher. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology. 16th ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2004.
11. www.emedicine.medscape.com/article/962761-overview. Chorioretinitis. 2012.