checklis pemeriksaan tht

17
CHECKLIS PEMERIKSAAN THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) Nama : …………………………………… NIM : ………………………………… ASPEK YANG DINILAI NILAI 0 1 2 Definisi : Telinga adalah organ untuk pendengaran dan keseimbangan yang terdiri dari telinga luar, dalam, dan tengah. Hidung merupakan organ penciuman dan jalan keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru. Tujuan : Pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit Indikasi : Kontraindikasi : Pelaksanaan Persiapan Pasien : a. Pasien anak 1) Pasien duduk dikursi dipangku oleh orang tua 2) Dokter duduk dikursi pemeriksa 3) Kaki orang tua pasien bersilangan dengan kaki pemeriksa. 4) Tangan orang tua memegang kedua tangan

Upload: dita-kusuma

Post on 03-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

checklis pemeriksaan THT

TRANSCRIPT

Page 1: Checklis Pemeriksaan Tht

CHECKLIS PEMERIKSAAN THT (telinga, hidung, dan tenggorokan)

Nama : …………………………………… NIM : …………………………………

ASPEK YANG DINILAI NILAI

0 1 2

Definisi : Telinga adalah organ untuk pendengaran dan keseimbangan yang

terdiri dari telinga luar, dalam, dan tengah.

Hidung merupakan organ penciuman dan jalan keluar masuknya udara dari

dan ke paru-paru.

Tujuan : Pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan digunakan untuk

membantu menegakkan diagnosa penyakit

Indikasi :

Kontraindikasi :

Pelaksanaan

Persiapan Pasien :

a. Pasien anak

1) Pasien duduk dikursi dipangku oleh orang tua

2) Dokter duduk dikursi pemeriksa

3) Kaki orang tua pasien bersilangan dengan kaki pemeriksa.

4) Tangan orang tua memegang kedua tangan pasien, lalu

tangan perawat memegangi kepala pasien

5) Bila tidak ada asisten, minta orang tua untuk memfiksasi

kepala anak dengan memegangi dahi anak menggunakan

1 tangan, bagian belakang kepala anak menempel didada

orang tua sementara tangan yang lain melingkari badan

anak.

b. Pasien dewasa

Pasien duduk dikursi penderita dengan kaki bersilangan dengan kaki pemeriksa.

Page 2: Checklis Pemeriksaan Tht

a. Persiapan alat dan bahan :

a. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga :

1) Lampu kepala

2) Garpu tala

3) Spekulum telinga beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)

4) Pinset telinga

5) Aplikator (plintir kapas)

6) Aligator (cunam) : untuk mengambil benda asing dan

untuk mengangkat polip liang telinga.

7) Cerumen haak dan cerumen spoon : cerumen haak yang

tumpul dan tajam (dengan kait) dan cerumen spoon yang

ujungnya seperti sendok.

8) Obat anestesi lokal : larutan lidokain 2 %

9) Balon politzer

10) Pneumatoskop siegel

11) Otoskop

12) Tampon steril

b. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan hidung :

1) Lampu kepala

2) Spekulum hidung ukuran kecil, sedang dan besar

3) Pinset bayonet

4) Haak untuk mengambil benda asing dihidung

5) Cairan : pemati rasa (lidokain 2%), vasokonstriktor

(Ephedine)

6) Kapas untuk tampon

7) Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang dan besar)

8) Penekan lidah ( tongue depresor, tongue spatula)

9) Lampu spiritus

10) Mangkok bengkok (nearbeken)

11) Tampon steril

c. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan mulut

(laring/faring) :

1) Lampu kepala

2) 2 penekan lidah (tongue spatula)

Page 3: Checklis Pemeriksaan Tht

3) Larutan pemati rasa lokal (lidokain 2%)

4) Cunam untuk mengambil benda asing ditenggorok

5) Kaca laring bebrapa ukuran (kecil, sedang dan besar)

6) Lampu spiritus

Tahap pre interaksi

1. Cuci tangan

2. Siapkan alat-alat

Tahap orientasi

1. Memberi salam, periksa identifikasi klien dengan membaca gelang

identifikasi dan menanyakan nama klien.

2. Memperkenalkan nama perawat

3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga.

4. Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum tindakan

5. Memposisikan pasien senyaman mungkin

6. Menjelaskan tentang kerahasiaan.

Tahap Kerja

Pemeriksaan telinga

1) Untuk inspeksi liang telinga dan membran

timpani, pergunakan spekulum telinga atau

otoskop.

2) Untuk visualisasi terbaik pilih spekulum telinga

ukuran terbesar yang masih pas dengan diameter

liang telinga pasien. Diameter liang telinga orang

dewasa adalah 7mm, sehingga untuk otoskopi

pasien dewasa, pergunakan spekulum dengan

diameter 5mm, untuk anak 4mm dan untuk bayi

2,5-3mm.

3) Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila

telinga yang sakit hanya unilateral, lakukan

Page 4: Checklis Pemeriksaan Tht

pemeriksaan terhadap telinga yang sehat terlebih

dahulu.

4) Menggunakan otoskopi :

- Otoskop dipegang menggunakan tangan yang

sesuai dengan sisi telinga yang akan diperiksa,

misalnya : akan memeriksa telinga kanan,

otoskop dipegang menggunakan tangan kanan.

- Otoskop dapat dipegang dengan 2 cara yaitu

seperti memegang pensil atau seperti

memegang pistol. Kedua teknik ini

memastikan otoskop dan pasien bergerak

sebagai 1 unit.

- Untuk pasien : berikan informasi bahwa

prosedur ini tidak menyakitkan, pasien hanya

diminta untuk tidak bergerak selama

pemeriksaan.

- Pastikan daya listrik otoskop dalam keadaaan

penuh (fully charged)

- Bila terdapat serumen yang menghalangi

visualisasi liang telinga telinga dan membran

timpani, lakukan pembersihan serumen

terlebih dahulu

Inspeksi telinga : untuk melihat kelainan pada telinga luar :1) Kulit daun telinga : normal/abnormal

2) Muara/lubang telinga : ada atau tidak

3) Keberadaan telinga : terbentuk/tidak terbentuk, besarnya

kecil/sedang/besar/normal/abnormal, adakah kelainan

seperti hematoma pada daun telinga.

4) Liang telinga : mengenal pars ossea, isthmus dan pars

cartilaginea dari liang telinga, adakah tanda-tanda radang,

apaka keluar cairan/tidak, adakah kelainan

dibelakang/depan telinga.

5) Gendang telinga : dinilai warnanya, besar kecilnya, ada

Page 5: Checklis Pemeriksaan Tht

tidaknya refleks cahaya, perforasi, sikatrik, retraksi,

penonjolan prosessur brevis.

Palpasi telinga , Sekitar telinga :

1) Belakang daun telinga

2) Depan daun telinga

3) Adakah rasa sakit atau tidak

Auskultasi :

Menilai adakah bising disekitar liang telinga.

Tes pendengaran meliputi :

1) Tes bisik( whispered voice test)

Tes bisik dipergunakan untuk skrining adanya gangguan

pendengaran dan membedakan tuli hantaran dengan tuli

sensory neural.

Prosedur :

- Pasien duduk dikursi pemeriksaan

- Pemeriksa berdiri 60cm dibelakang pasien

- Pemeriksa membisikkan serangkaian angka

dan huruf (misal 5-k-2) dan meminta pasien

untuk mengulangi urutan kata dan huruf yang

dibisikkan. Sebelum berbisik, sebaiknya

pemeriksa mengeluarkan nafas (ekspirasi

maksimal) secara perlahan supaya nafas

pemeriksa tidak menggangu suara bisikan.

- Jika pasien dapat mengulang bisikan dengan

benar berarti tidak ada gangguan pendengaran.

Jiak pasien tidak dapat mengulang rangkaian

kata dan huruf yang dibisikkan, ulangi

pemeriksaan dengan menggunakan kombinasi

angka dan huruf yang lain

- Dilakukan pemeriksaan terhadap telinga kanan

dan kiri diawali dengan telinga yang normal

(tidak ada gangguan pendengaran/pendengaran

lebih baik). Selama pemeriksaan lubang

Page 6: Checklis Pemeriksaan Tht

telinga kontra lateral ditutup dengan kapas.

- Telinga yang lain diperiksa dengan cara sama,

tetapi dengan kombinasi angka dan huruf yang

berbeda

- Pasien tidak mengalami gangguan

pendengaran jika pasien dapat mengulang

dengan benar paling sedikit 3 dari 6 kombinasi

angka dan huruf yang dibisikkan.

2) Tes penala/ garputala

Bertujuan untuk menilai ada tidaknya gangguan

pendengaran (tuli) dan membedakan tuli hantaran dan tuli

sensory neural.

Tes penala didasarkan pada 2 prinsip utama yaitu :

- Telinga dalam lebih sensitif terhadap hantaran

suara oleh udara, dibandingkan oleh tulang

- Bila ada gangguan pada hantaran suara oleh

udara, telinga yang terganggu lebih sentif

terhadap hantaran oleh tulang, disebut tuli

hantaran murni (conductive hearring loss).

Yang dipakai biasanya adalah garputala frekuensi 512hz.

Tes penala meliputi :a) Tes rinne

Tes rinne berberguna untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang, sehingga membantu menegakkan diagnosis tuli hantaran.- Untuk menilai hantaran udara, ujung lengan

panjang garputala yang sudah digetarkan

dipasang 1 inci didepan meatus auditorius

eksternus

- Pasien ditanya apabila sudah tidak mendengar

garpu tala dipindah ke prosesus mastoidea

- Setelah itu, prosedur diatas dibalik.

Pemeriksaan dimulai dari prosesus mastoidea

kedepan meatus auditorius eksternus.

Page 7: Checklis Pemeriksaan Tht

- Interpretasi hasil :

Tes rinne positif : suara dari konduksi udara

lebih keras dibandingkan konduksi tulang

(tidak ada tuli hantaran)

Tes rinne negatif : suara dari konduksi tulang

lebih keras menunjukkan adanya tuli hantaran

atau tuli sensory neural total (suara garputala

ditransmisikan melalui konduksi tulang

tengkorak dan diterima oleh telinga

kontralateral.

b) Tes weber :

- Tes ini dilakukan setelah tes rinne, bertujuan

untuk membedakan tuli hantaran dan tuli

sensory neural

- Garputala yang sudah digetarkan diletakkan di

verteks atau ditengah dahi

- Pasien ditanya “ suara terdengar sama keras

atau lebih keras disatu sisi (kiri atau kanan”

- Interpretasi hasil :

Suara terdengar sama keras ditelinga kiri dan

kanan : tidak ada lateralisasi/ normal.

Suara terdengar lebih keras disatu sisi : ada

lateralisasi

jika lateralisasi kearah telinga yang terganggu

(tuli hantaran)

jika lateralisasi kearah telinga kontralateral

atau telinga yang sehat (tuli sensory neural).

Pemeriksaan hidung

a. Pemeriksaan rinoskopi anterior

Urutan pemeriksaan :1) Lakukan temponade selama 5 menit dengan kapas yang

dibasahi larutan lidokain 2 % dan efedrin.

2) Angkat tampon hidung

Page 8: Checklis Pemeriksaan Tht

3) Lakukan inspeksi, mulai dari :

- Cuping hidung ( vestibulum nasi)

- Bangunan dirongga hidung

- Meatus nasi inferior : normal/tidak

- Konka inferior : normal/tidak

- Meatus nasi medius : normal/tidak

- Konka medius : normal/tidak

- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi

septum

- Keadaan rongga hidung : normal/tidak, sempit/lebar,

ada pertumbuhan abnormal : polip, tumor, ada benda

asing/tidak, berbau/tidak.

- Adakah discharge dalam rongga hidung, bagaimana

deskripsi discharge ( banyak/sedikit, jernih, mucous,

purulen, warna discharge, apakah berbau)

b. Pemeriksaan rinoskopi posterior

Untuk pemeriksaan :1) Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan

lidokain spray 2%

2) Tunggu beberapa menit

3) Ambil kaca laring ukuran kecil

4) Masukkan atau pasang kaca laring pada daerah ismus

fausium arah kaca ke kranial

5) Evaluasi bayangan-bayangan dirongga hidung posterior

(nasoparing)

6) Lihat bayangan di nasoparing :

- Fossa rossenmuler

- Torus tubaris

- Muara tuba auditiva eustachii

- Adenoid

- Konta superior

- Septumnasi posterior

- Choana

Page 9: Checklis Pemeriksaan Tht

c. Pemeriksaan transiluminasi/diaspanaskopi sinus

Jika didapatkan nyeri tekan sinus atau gejala-gejala

lain yang menunjukkan sinusitis,pemeriksaan

transiluminasi/diaspanakopi sinus kadang dapat membantu

diagnosis meskipun kurang sensitif dan spesifik.

Prosedur pemeriksaan :

- Ruangan gelap

- Menggunakan sumber cahaya kuat dan

terfokus,arahkan sumber cahaya di pangkal hidung d

bawah alis

- Lindungi sumber cahaya dengan tangan kiri. Lihat

bayangan kemerahan di dahi karena sinar

ditransmisikan melaui ruangan udara dalam sinus

prontalis kedahi

- Bila pasien menggunakan gigi palsu pada rahang atas,

mintalah pasien untuk melepasnya. Minta pasien

untuk sedikit mengadahkan kepala dan membuka

mulut lebar-lebar. Arahkan sinar dari sudut mata

bagian bawah dalam kearah bawah.

- Lihat bagian palatum durum didalam mulut.

Bayangan kemerahan dipalatum durum menunjukkan

sinus maksilaris normal yang terisi oleh udara. Bila

sinus terisi cairan bayangan kemerahan tersebut

meredup atau menghilang.

Cara lain, sumber cahaya dimasukkan kemulut diarahkan kemata dan

diperhatikan keadaan pupil. Bila pupil midriasis (anisokor), kemungkinan

terdapat cairan/massa pada sinus. Bila pypil isokor tidak terdapat cairan atau

massa.

Pemeriksaan tenggorokan

a. Pemeriksaan Laring-Faring

Urutan :

Page 10: Checklis Pemeriksaan Tht

1. Siapkan alat

2. Siapkan pasien

3. Lakukan anamnesis

4. Lakukan pemeriksaan rongga mulut

Anamnesis Apa alasan datang kerumah sakit/dokter (keluhan utama)

a. Sulit untuk menelan (dispagia) dan Sakit untuk menelan

(odynofagia) :

- Sejak kapan?

- Apakah disertai keluhan-keluhan dibibir dan rongga

mulut?

- Apakah disertai dengan keluhan-keluhan lain

- Apakah disertai dengfan keluhan untuk menelan

- Diagnosis banding :

1. Benda asing

2. Paringitis akut dan kronis

3. Allergi

4. Tonsilitis akut dan kronis

5. GERD, divertikulum, stiktur,achalasia

6. Massa

7. Gangguan neurologi

b. Serak (hoarseness)

- Sejak kapan?

- Apakah disertai dengan keluhan yang lain seperti

sesak napas/batuk?

- Apakah ada riwayat trauma?

- Batuk-batuk : apakah batuk dulu atau serak ; apakah

serak dulu baru batuk?

- Diagnosis banding

1. Laringitis akut dan kronis

2. Allergi

3. TB

4. Nodul

Page 11: Checklis Pemeriksaan Tht

5. Neuplasma

6. GERD

7. Gangguan neurologi (post stroke)

Tahap terminasi

1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan

tindakan.

2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan

3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.

4. Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien

Tahap Evaluasi

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan, dan respon klien

terhadap tindakan yang dilakukan

Tahap dokumentasi

Mendokumentasikan seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan, dan

respon klien terhadap tindakan yang dilakukan

.

.

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

Page 12: Checklis Pemeriksaan Tht

2= dikerjakan dengan sempurna