chapter i.pdf

4
1 Universitas Sumatera Utara BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Di Indonesia masalah kesehatan mata saat ini adalah masih tingginya angka kebutaan. Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak saat ini, sedangkan masalah kesehatan mata yang lain termasuk penyakit tumor orbita. 1 Tujuan upaya kesehatan mata di Indonesia antara lain adalah menurunkan angka kebutaan, kesakitan mata dan gangguan penglihatan. Salah satu ancaman dan kesakitan mata disebabkan oleh penyakit tumor mata. Angka kejadian tumor mata dibandingkan dengan penyakit mata lainnya terhitung kecil, hanya 1% diantara penyakit keganasan lainnya. Namun dampak yang ditimbulkan oleh tumor mata pada penderita cukup besar, karena mengakibatkan kebutaan bahkan kematian karena sifat metastasisnya. 2,3 Tumor orbita adalah tumor yang menyerang orbita. Sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata, dan kelenjar air mata. Rongga orbita di batasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar, sinus ethmoid, dan sphenoid. Sebelah superior oleh dasar fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal, dan sayap sphenoid besar. Sebelah inferior oleh atas sinus maksilaris. 1 Tumor orbita dapat berupa tumor primer maupun tumor sekunder dan dapat bersifat jinak maupun ganas. Semua jaringan pada orbita dapat mengalami neoplasia. Perluasan dari struktur anatomi yang berdekatan, seperti kelainan limfoproliferatif dan metastasis hematogen dapat menyebabkan invasi sekuder pada orbita. 2 Beberapa studi mengajukan pembagian tumor orbita berdasarkan lokasinya sebagai berikut; tumor lakrimal, limfoma, tumor syaraf optik, keganasan infiltratif karena berbeda pendekatan pengobatan. 3-5 Pemeriksaan awal penderita adalah bertujuan membuat diagnosis. Diagnosis tumor orbita bergantung pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Manifestasi klinis terpenting dari tumor orbita adalah proptosis, namun proptosis tidak selalu menjadi keluhan utama. Keluhan utama pasien dapat pula berupa gangguan tajam penglihatan, diplopia, kelopak mata sulit dibuka, atau nyeri. 6,7 Pada pemeriksaan fisik, perhatian khusus perlu diberikan pada pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang, respon pupil, gerakan bola mata dan inspeksi permukaan bola mata, kelopak mata dan jaringan sekitarnya. Proptosis merupakan tanda Universitas Sumatera Utara

Upload: agniajolanda

Post on 10-Apr-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter I.pdf

1

Universitas Sumatera Utara

BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia masalah kesehatan mata saat ini adalah masih tingginya angka kebutaan.

Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak saat ini, sedangkan masalah kesehatan mata

yang lain termasuk penyakit tumor orbita.1

Tujuan upaya kesehatan mata di Indonesia antara

lain adalah menurunkan angka kebutaan, kesakitan mata dan gangguan penglihatan. Salah satu

ancaman dan kesakitan mata disebabkan oleh penyakit tumor mata. Angka kejadian tumor mata

dibandingkan dengan penyakit mata lainnya terhitung kecil, hanya 1% diantara penyakit

keganasan lainnya. Namun dampak yang ditimbulkan oleh tumor mata pada penderita cukup

besar, karena mengakibatkan kebutaan bahkan kematian karena sifat metastasisnya.2,3

Tumor orbita adalah tumor yang menyerang orbita. Sehingga merusak jaringan lunak

mata, seperti otot mata, syaraf mata, dan kelenjar air mata. Rongga orbita di batasi sebelah

medial oleh tulang yang membentuk dinding luar, sinus ethmoid, dan sphenoid. Sebelah

superior oleh dasar fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal, dan sayap

sphenoid besar. Sebelah inferior oleh atas sinus maksilaris.1

Tumor orbita dapat berupa tumor primer maupun tumor sekunder dan dapat bersifat jinak

maupun ganas. Semua jaringan pada orbita dapat mengalami neoplasia. Perluasan dari struktur

anatomi yang berdekatan, seperti kelainan limfoproliferatif dan metastasis hematogen dapat

menyebabkan invasi sekuder pada orbita.2

Beberapa studi mengajukan pembagian tumor orbita

berdasarkan lokasinya sebagai berikut; tumor lakrimal, limfoma, tumor syaraf optik, keganasan

infiltratif karena berbeda pendekatan pengobatan.3-5

Pemeriksaan awal penderita adalah bertujuan membuat diagnosis. Diagnosis tumor orbita

bergantung pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Manifestasi klinis

terpenting dari tumor orbita adalah proptosis, namun proptosis tidak selalu menjadi keluhan

utama. Keluhan utama pasien dapat pula berupa gangguan tajam penglihatan, diplopia, kelopak

mata sulit dibuka, atau nyeri.6,7

Pada pemeriksaan fisik, perhatian khusus perlu diberikan pada

pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang, respon pupil, gerakan bola mata dan inspeksi

permukaan bola mata, kelopak mata dan jaringan sekitarnya. Proptosis merupakan tanda

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter I.pdf

2

Universitas Sumatera Utara

tersering tumor orbita, yang terjadi pada 90% tumor orbita primer.7 Moeloek mendapatkan

model diagnostik tumor orbita dengan gejala klinis, usia, penurunan visus, penglihatan ganda,

pelebaran fisura, proptosis dan terabanya massa. Nilai skoring tertinggi didapat pada gejala

proptosis.8

Pemeriksaan penunjang pada tumor orbita mencakup pemeriksaan darah lengkap jika perlu

termasuk penanda ganas, tes fungsi tiroid, ultrasonografi, computerizedtomographyscan (CT

scan), magnetic resonance imaging (MRI) dan arteriografi). Saat ini8 CT scan adalah teknik

terbaik untuk deteksi dan lokalisasi lesi orbita.7,9

Pemeriksaan satandar baku untuk penentuan

jenis tumor orbita adalah pemeriksaan patologi anatomi (PA).9

Diagnostik penunjang merupakan pemeriksaan yang diperlukan dalam penatalaksanaan

penderita tumor orbita setelah pemeriksaan klinis. Berbagai macam tumor orbita baik jinak

maupun ganas memberikan gambaran CT scan orbita yang berbeda-beda. Jenis tumor orbita

berbagai ragamnya dan pada tindakan perlu diketahui ketepatan diagnosis, minimal mengetahui

sifat jinak atau ganas dari hasil pemeriksaan patologi anatomi. Sebagai ilustrasi 50% massa yang

melibatkan kelenjar lakrimal adalah tumor epitel. Lesi lainnya mencakup kelainan limfo-

inflamsi. Diperkirakan separuh dari tumor epitel kelenjar lakrimal adalah neoplasma jinak.

Adenoma pleomorfik adalah neoplasma jinak tersering yang ditemukan. Karsinoma kistik

adenoid dan karsinoma mukoepidermoid adalah bentuk keganasan tersering yang berasal dari

kelenjar lakrimal.3,7

Tindakan pada adenoma pleomorfik adalah pengangkatan intoto tanpa

didahului tindakan biopsi sebagai ketepatan diagnosis. Oleh karena itu ketepatan diagnosis pada

seluruh tumor orbita sangat diharapkan dari pemeriksaan penunjang, salah satunya adalah CT

scan.

Salah satu pengobatan pada penderita tumor orbita adalah tindakan radikal berupa

tindakan eksenterasi yang jelas mengakibatkan kebutaan. Tindakan ini merupakan hal yang

kontradiktif bagi dokter ahli mata. Di satu pihak dokter mata bekerja seteliti mungkin untuk

mempertahankan penglihatan dan bola mata, di lain pihak terpaksa melakukan tindakan operasi

radikal untuk mempertahankan nyawa penderita.4,5

Penderita tumor orbita yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berada

pada stadium lanjut, sehingga kebanyakan penanganan yang di berikan adalah pengobatan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter I.pdf

3

Universitas Sumatera Utara

radikal, yaitu eksenterasi orbita. Eksenterasi orbita yaitu tindakan pengangkatan bola mata,

jaringan lunak orbita, beserta kelopak mata dan di ikutin dengan rekonstruksi kelopak mata.

Indikasi eksenterasi orbita umumnya adalah untuk penderita tumor ganas orbita, dalam upaya

penyelamatan kehidupan penderita dan tumor jinak orbita dengan indikasi tertentu. Upaya hidup

dari penderita tumor tidak semata-mata oleh karena tindakan orbital, tetapi juga dipengaruhi oleh

berbagai faktor lain.7

Stadium tumor memang berpengaruh terhadap prognosis kehidupan penderita. Tindakan

eksenterasi orbita dilakukan pada stadium lanjut. Akan tetapi pada tumor epitel seringkali bukan

hanya stadium yang menentukan, tetapi besar dan lokasi tumor juga berperan. Tindakan eksisi

pada palpebra, harus diikutin dengan rekonstruksi yang memadai sehingga fungsi palpebra

kembali sebagai organ yang dapat memproteksi bola mata.7,8

1.2.Rumusan Permasalahan

Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik (RSUP HAM) di Medan merupakan rumah

sakit pelayanan tersier di pulau Sumatera. Maka berbagai macam pasien tumor yang dirujuk ke

RSUP HAM dengan berbagai jenis tumor, baik yang stadium awal maupun sudah stadium lanjut.

Di Poliklinik Mata RSUP HAM belum ada data tertulis mengenai karakteristik klinis pasien

tumor. Bagaimana karakteristik klinis pasien tumor orbita yang datang ke Poliklinik Mata RSUP

HAM? Bagaimana jenis tindakan operatif/terapi yang diberikan.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi tindakan operatif pada penderita tumor orbita di

RSUP Haji Adam Malik Medan 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2013

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter I.pdf

4

Universitas Sumatera Utara

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Mengetahui penderita tumor orbita berdasarkan usia

2. Mengetahui penderita tumor orbita berdasarkan jenis kelamin

3. Mengetahui penderita tumor orbita berdasarkan lateralisasi

4. Mengetahui penatalaksanaan pada penderita tumor orbita

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prevalensi dan tindakan pada

tumor orbita pada pasien RSUP HAM sehingga dapat memberikan sumbangan data epidemiologi

bagi angka kebutaan di Sumatera Utara.

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang gambaran usia, jenis kelamin, diagnosis klinis

dan penatalaksanaan penderita tumor orbita di RSUP H. Adam Malik dan sebagai bahan

pengembangan keilmuan maupun penelitian selanjutnya di bidang Ilmu Kesehatan Mata.

Universitas Sumatera Utara