chapter ii rss

Upload: kholis-thewe

Post on 26-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    1/15

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Karet Ribbed Smoked Sheet(RSS)

    Karet Lembaran Asap atau biasa disebut dengan Ribbed Smoke Sheet (RSS)

    merupakan salah satu jenis produk karet olahan dari getah tanaman karet Hevea

    brasiliensisyang di peroleh secara perkebunan maupun perorangan (Khomah et all,

    2013). Produk olahan tanaman karet ini memiliki banyak kegunaan dalam pasar

    industri sebagai bahan baku pembuatan industri otomotif dan ban. Di tingkat dunia,

    Thailand, Indonesia dan Malaysia merupakan pengekspor karet terbesar di dunia.

    Indonesia memiliki kecenderungan pengeksporan karet ke negara Amerika Serikat

    (Sinaga, 2011).

    Karet Ribbed Smoked Sheet (RSS) diolah secara mekanis dan kimiawi melalui

    beberapa proses pengolahan yaitu penerimaan lateks kebun, pengenceran, pembekuan,

    penggilingan, pengasapan dan sortasi. Karet Ribbed Smoked Sheet ini banyak

    digunakan dalam pembuatan ban kendaraan bermotor. Karet Ribbed Smoked Sheet

    dapat dilihat pada Gambar 2.1

    (a)

    (b)

    Gambar 2.1Karet RSS : (a) Jenis karet RSS1 ; (b) Jenis karet RSS2

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    2/15

    7

    Proses pengolahan karetRibbed Smoked Sheet(RSS) antara lain :

    Penerimaan Lateks dari pohon karet yang disadap dan dikumpulkan dalam

    wadah untuk selanjutnya disaring guna memisahkan kotoran dan bagian lateks

    yang mengalami prakoagulasi

    Lateks dialirkan ke bak koagulasi untuk diencerkan guna memudahkan

    penyaringan kotoran dan menyeragamkan kadar karet kering agar mutu tetap

    dapat dijaga

    Dilakukan pembekuan lateks di dalam bak koagulasi dengan menambah zat

    koagulan yang bersifat asam berupa asam semut atau asam asetat dengan

    konsentrasi 1-2% dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Tujuan penambahan zat

    koagulan adalah untuk menurunkan pH lateks sehingga lateks akan beku.

    Penambahan koagulan harus disertai pengadukan yang dilakukan sebanyak 6-

    10 kali maju dan mundur guna mencegah terbentuknya gelembung udara yang

    akan mempengaruhi lembaran yang dihasilkan.

    Setelah proses pembekuan, maka akan dilakukan poses penggilingan untuk

    mengeluarkan air, mengeluarkan serum, dan membentuk garis pada lembaran

    dan menipiskan lembaran.

    Dilakukan pengasapan di dalam kamar asap untuk mengeringkan lembaran,

    memberi warna coklat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan.

    Lembaran yang telah matang dari kamar asap akan ditimbang dan dicatat

    dalam arsip produksi dan dilakukan proses sortasi. Proses sortasi dilakukan

    secara manual untuk melihat warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan

    kehalusan gilingan yang telah disesuaikan pada standar SNI 06-0001-1987

    Tabel 2.1. Syarat Kelas Mutu Visual RSS

    Kelas Mutu Penampakan Visual Cacat yang Diperkenankan

    RSS-1 -Kering, bersih, kekar,

    liat

    -Warna cerah dan

    seragam

    -

    Bebas dari gelembung

    udara, bintik putih,

    Sedikit gelembung udara

    sebesar kepala jaru dengan

    letak tersebar

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    3/15

    8

    jamur, bercak, karat dan

    bahan lainnya

    RSS-2 -Kering, bersih, kekar,

    liat

    -

    Warna cukup cerah dan

    cukup seragam

    -Masih diperkenankan

    adanya bintik atau

    bercak

    - Bercak karat atau jamur

    kurang dari 5 %

    -

    Sediki gelembung udara

    sebesar kepala jarum

    dengan letak tersebar

    RSS-3 - Tebal, gelap, warna

    tidak merata

    -

    Terdapat gelembung

    udara dan titik mentah

    serta lengket

    -Gelembung udara

    sebesar tiga kali ukuran

    jarum

    -Bercak, karat dan

    cendawan lebih dari

    10%

    Sumber : Badan Penelitian Teknologi Karet Bogor (2000)

    Namun pada proses sortasi yang dilakukan oleh PT Perkebunan hanya dilandasi

    pada jumlah gelembung yang terdapat pada permukaan lembaran karet RSS. Setiap

    proses pengolahan harus selalu diperhatikan dan diawasi dengan benar. Pengolahan

    yang dilakukan secara salah pada salah satu tahap akan menghasilkan produksi karet

    RSS yang tidak bagus dan akan menyebabkan kerugian yang besar. Beberapa faktor

    yang perlu diperhatikan dalam pengolahan karet RSS antara lain :

    Getah berasal dari karet yang muda yang menghasilkan karet yang lekat,

    lembek dan mudah diulur saat digantung di dalam ruang asap.

    Kebersihan getah dari mulai masuk ke kebun sampe akan diolah di pabrik

    harus dijaga sehingga hasil produksi yang dihasilkan sesuai dengan standard

    mutu

    Perlunya penambahan antikoagulan untuk tangki penerima karet yang jauh dari

    pabrik. Penambahan antikoagulan sebaiknya tidak melebihi batas yang

    ditetapkan sehingga dapat mncegah pemakaian asam semut yang berlebihan

    saat proses pembekuan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    4/15

    9

    Pemberian koagulan yang berlebihan akan menyebabkan koagulum menjadi

    keras dan sulit digiling.

    Penggilingan RSS dilakukan untuk memisahkan air dari gumpalan. Kecepatan

    penggilingan berbeda antara rol yang satu dengan yang berikutnya.

    2.2 Pengolahan Citra

    Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra tentang persepsi

    pada suatu citra. Pengolahan citra digital adalah disiplin ilmu yang mempelajari hal

    yang berhubungan dengan perbaikan citra, kualitas citra (peningkatan kontras,

    transformasi warna, restorasi citra), transformasi citra (rotasi, translasi, skala,

    transformasi geometrik), melakukan pemilihan ciri citra (feature image)yang optimal

    untuk dianalisis, penarikan informasi pada objek atau pengenalan objek yang

    terkandung pada citra, melakukan kompresi untuk memperkecil penyimpanan data,

    transmisi data dan waktu proses data. Input dari pengolahan citra adalah citra dan

    output-nya berupa citra hasil pengolahan (Sutoyo et al, 2009)

    Terminologi yang berkaitan dengan pengolahan citra adalah Computer vision.

    Computer vision ini mencoba meniru cara kerja sistem visual manusia. Dalam

    berbagai aplikasi Computer vision yang banyak dikembangkan adalah proses

    mengambil informasi dari gambar berupa fitur yang telah diekstraksi secara otomatis

    dari gambar itu sendiri. Proses ini sering disebut sebagai CBIR (Content-Based Image

    Retrieval) Proses yang menjadi populer selama beberapa tahun dalam bidang

    pengolahan citra (Choras, 2007).

    CBIR menggabungkan beberapa teknologi seperti multimedia, pengolahan citra

    dan sinyal, pengenalan pola, interaksi manusia dan komputer serta ilmu informasi

    persepsi manusia. Proses CBIR dapat dibagi dalam beberapa tahapan yaitu :

    1. Preprocessing

    Proses ini digunakan untuk memproses citra sebelum dilakukan ekstraksi fitur

    dalam mendeskripsikan konten citra. Proses ini terdiri atas penyaringan,

    normalisasi, segmentasi, dan identifikasi objek. Hasil akhir dari proses

    preprocessingini adalah sebuah area atau pun objek yang akan diekstraksi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    5/15

    10

    2. Ekstraksi Fitur

    Proses mengambil nilai inti (fitur) dari citra yang menggambarkan bentuk,

    tekstur, warna dan lain-lain.

    Beberapa algoritma yang digunakan dalam pengembangan CBIR terdiri atas tiga tugas

    yaitu :

    Ekstraksi Fitur

    Seleksi

    Klasifikasi

    Dari ketiga tugas ini, ekstraksi fitur memiliki fungsi paling penting karena fitur

    tertentu didapatkan untuk mendiskriminasikan suatu fitur yang dapat mempengaruhi

    proses klasifikasi. Pada proses klasifikasi pada CBIR , pengolahan citra dan

    pengenalan pola merupakan bagian CBIR. Pada CBIR, pengolahan citra merupakan

    proses awal dan pengenalan pola merupakan proses intepretasi citra.

    Pada penelitian ini akan dilakukan beberapa proses pada prapengolahan yang

    akan digunakan untuk mendapatkan nilai fitur pada proses ekstraksi fitur antara lain :

    Resizing

    Pada proses ini, citra akan diperkecil ukuran pikselnya guna menambah fokus pada

    objek yang akan diidentifikasi, membuang citra yang tidak memiliki informasi

    penting, memperbesar area tertentu pada suatu citra serta mengubah orientasi citra

    (Fajri, 2014).

    Grayscale

    Proses Grayscaleadalah proses merubah nilai - nilai piksel dari warna RGB menjadi

    graylevel. Proses ini dapat digunakan untuk memisahkan bayangan dengan warna asli

    pada citra. Pada citra terdiri dari 24 bit yang setiap pikselnya mengandung warna

    dasar (Red, Green, Blue). Setiap warna dasar ini memiliki 8-bit warna yang berada

    pada rentang warna 0 (00000000) sampai 255 (11111111). Proses perhitungan nilai

    grayscale dapat dilakukan dengan persamaan (2.1)

    2.1

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    6/15

    11

    Thresholding

    Proses thresholding digunakan untuk mengatur derajat keabuan pada citra. Pada

    proses thresholding, citra memiliki dua tingkat keabuan yaitu hitam dan putih. Proses

    penentuan tingkat warna citra pada proses thresholding dilakukan dengan

    mendapatkan nilai ambang.

    Pada proses ini, perhitungan nilai ambang dilakukan pada setiap piksel pada

    citra. Jika nilai yang dihasilkan kurang dari nilai ambang maka nilai piksel tersebut

    akan diubah menjadi warna hitam dan jika nilai yang dihasilkan lebih dari nilai rata-

    rata maka nilai piksel akan diubah menjadi warna putih. Proses perhitungan nilai

    ambang dapat dilakukan dengan persamaan :

    Keterangan :

    T = Nilai threshold

    fmaks = Nilai piksel maksimum

    fmin = Nilai piksel minimum

    2.3

    Ekstraksi Fitur

    Ekstraksi fitur merupakan proses pengambilan ciri dari satu pola/bentuk sehingga di

    dapatkan suatu nilai pada pola citra untuk dilakukan analisis pada proses selanjutnya.

    Tugas ekstraksi fitur yaitu mengubah konten gambar menjadi berbagai konten fitur.

    Fitur-fitur yang memungkinkan membantu dalam proses pendiskriminasian citra akan

    digunakan pada proses selanjutnya. Sedangkan fitur yang tidak terpilih tidak akan

    digunakan.

    Dalam beberapa tahun ini, ekstraksi fitur menjadi trend dalam bidang

    pengolahan citra. Proses ekstraksi fitur pada konten citra terbukti cukup handal

    digunakan pada aplikasi professional dalam bidang industri, biomedis, otentifikasi

    dan pencegahan kejahatan.

    Ekstraksi fitur memiliki langkah paling penting karena fitur yang dihasilkan

    dapat membantu mendiskriminasikan secara langsung dalam proses klasifikasi

    (Choras, 2007). Hasil akhir dari proses ekstraksi fitur adalah kumpulan fitur dan

    2.2

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    7/15

    12

    sering disebut sebagai vektor fitur. Fitur yang dihasilkan merupakan hasil dari

    representasi gambar.

    Fitur didefinisikan sebagai fungsi dari beberapa pengukuran dimana setiappengukuran menentukan nilai dari sebuah objek dan dihitung sedemikian rupa

    sehingga pengukururan karakteristik objek lebih signifikan. Fitur dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Fitur umum

    Fitur umum merupakan nilai fitur yang bersifat independen seperti warna, tekstur,

    dan bentuk. Menurut level ekstraksi, fitur umum dibagi menjadi :

    Fiturpixel-levelyaitu fitur dihitung pada setiap piksel.

    Fitur local yaitu fitur dihitung berdasarkan hasil subdivisi dari pola citra

    pada citra segmentasi ataupun deteksi tepi.

    Fiturglobalyaitu fitur dihitung pada seluruh konten pada citra.

    2. Fitur spesifik merupakan nilai fitur yang bersifat dependen seperti wajah manusia,

    sidik jari, dan lain-lain.

    Fitur dapat diklasifikasikan kedalam low-level featuresdan high-level features.

    Proses ekstraksi pada low-level featuresdilakukan pada citra asli, dan proses ekstraksi

    pada high-level features bergantung pada fitur low-level features. Proses Ekstraksi

    fitur terbagi menjadi tiga macam yaitu :

    a. Ekstraksi fitur bentuk

    Ekstraksi fitur bentuk adalah perhitungan kesamaan / kedekatan antara

    representasi bentuk dengan fiturnya. Bentuk merupakan fitur visual yang penting

    dan merupakan salah satu fitur sederhana dalam mendeskripsikan konten citra.

    Fitur bentuk dikategorikan pada teknik yang digunakan. Kategori tersebut terdiri

    atas :

    Berdasarkan batas (boundary-based)

    Teknik ini merepresentasikan bentuk daerah dengan menggunakan

    karakteristik eksternal.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    8/15

    13

    Berdasarkan daerah (region-based)

    Teknik ini merepresentasikan bentuk wilayah dengan karakteristik

    internal.

    b. Ekstraksi fitur tekstur

    Tekstur adalah salah satu bagian penting dari citra. Tekstur adalah descriptor

    wilayah yang dapat membantu dalam proses pengambilan informasi. Tekstur

    tidak memiliki kemampuan untuk menemukan kesamaan citra namun dapat

    digunakan untuk mengklasifikasikan citra bertekstur dari non-tekstur dan

    kemudian dapat dikombinasikan dengan fitur lainnya seperti warna untuk

    mendapatkan pengambilan informasi yang lebih efektif.

    Tekstur menjadi karakteristik penting yang dapat digunakan dalam

    pengklasifikasikan dan mengenal objek dan memiliki kemampuan menemukan

    persamaan antara citra-citra pada database multimedia. Pada dasarnya, metode

    representasi tekstur dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu struktural

    dan statistik. Beberapa metode statistik antara lain Fourier power spectra, co-

    occurrence matrices, shift-invariant principal component analysis (SPCA),

    Tamura features, Gabor and wavelet transform.

    c. Ekstraksi fitur warna

    Pada ciri pembeda pada ekstraksi fitur adalah warna. Ekstraksi fitur warna

    merupakan fitur visual yang sering digunakan pada proses pengambilan informasi

    citra. Fitur warna dalam mengklasifikasikan citra memiliki keuntungan yaitu :

    ketahanan, efektif, implementasi yang sederhana, komputasi yang sederhana dan

    kemampuan penyimpanan yang kecil. Beberapa model warna yang sering

    digunakan antara lain : RGB (Red, Green, Blue), HSV (Hue, Saturation, Value)

    dan Y, Cb, Cr(Luminance and Chrominance).

    2.4 Metode Zoning

    MetodeZoningmerupakan salah satu metode dalam ekstraksi fitur. Metode Zoning

    dalam proses ekstraksi fitur menghasilkan hasil yang baik dan efisien dalam proses

    klasifikasi dan pengenalan (Rajashekararadhya & Ranjan, 2009). Setiap citra dibagi

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    9/15

    14

    menjadi M x N zona dan dari setiap zona dilakukan perhitungan nilai fitur sehingga

    didapatkan nilai fitur dan zona M x N. Adapun proses pada metode Zoning antara

    lain:

    Hitung jumlah piksel hitam dari setiap zona dari Z1sampai Zn.

    Tentukan nilai zona yang memiliki nilai piksel hitam paling tinggi.

    Hitung nilai fitur pada setiap zona dari Z1 sampai Zn dengan

    persamaan (2.3).

    2.5 Learning Vektor Quantization

    Learning Vektor Quantization (LVQ) pertama kali diperkenalkan oleh Tuevo

    Kohonen yang memperkenalkan Self-Organizing Feature Mapjuga. LVQ merupakan

    jaringan hybrid yang menggunakan supervised dan unsupervised learning. Metode

    LVQ telah digunakan oleh banyak peneliti dalam memecahkan masalah klasifikasi.

    LVQ merupakan sebuah metode klasifikasi berdasarkan model kohonen yang

    dikenal sebagai Self-Organizing Map Network (SOM). Namun LVQ merupakan

    berbeda dengan SOM yang bersifat pembelajaran tidak terawasi, LVQ merupakan

    algoritma pembelajaran terawasi versi model Kohonen dengan arsitektur algoritma

    yang sederhana sehingga hanya terdiri dari satu lapisan input dan lapisan output

    (Azara et al, 2012).

    Learning VektorQuantization (LVQ) merupakan metode pola klasifikasi pada

    setiap unit outputmewakili sebuah kelas/kategori tertentu. Vektor bobot dari sebuah

    unit outputdigunakan sebagai vektor referensi untuk sebuah unit yang diwakili oleh

    sebuah kelas (Wahyono & Ernastuti, 2009).

    Arsitektur LVQ terdiri dari lapisan input (input layer), lapisan kompetitif dan

    lapisan output (output layer). Sebuah bobot akan menghubungkan lapisan input

    dengan lapisan kompetitif. Pada lapisan kompetitif, proses pembelajaran dilakukan

    secara terawasi. Hasil lapisan kompetitif berupa kelas yang dihubungkan dengan

    lapisan output oleh fungsi aktivasi. Arsitektur Jaringan LVQ dapat dilihat pada

    Gambar 2.2

    2.3

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    10/15

    15

    Keterangan :

    X1, X2, ..., Xn : Nilai input

    ||X-W1||, ||X-Wn||: Jarak bobot

    H1, H2 : Lapisan output

    D1, D2 : Nilai output

    N : Jumlah data

    W1,Wn : Nilai Data Inisialisasi

    Pada Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa nilai X1 sampai nilai Xn merupakan

    nilai yang akan digunakan sebagai nilai input. Dengan nilai W1 sampai Wn sebagai

    nilai bobot. Nilai input akan dilakukan perhitungan dengan nilai bobot untuk

    mendapatkan jarak bobot terkecil. H1 dan H2 akan bertindak sebagai lapisan output

    dimana Lapisan ini akan mewakili satu kelas. Maka pada Gambar 2.2 dapat dilihat

    bahwa arsitektur memiliki 2 kelas. D1 dan D2 akan bertindak sebagai nilai output

    pada lapisan outputyang akan digunakan sebagai bobot pada proses pengujian.

    Adapun kelebihan dari LVQ adalah :

    1) Nilai error yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan jaringan syaraf

    tiruanBackpropagation

    2) Data set yang besar dapat diringkas menjadi vektor kecil pada tahap klasifikasi

    3) Tidak ada pembatasan pada dimensi codebook

    4)

    Model yang dihasilkan dapat dilakukan perbaharuan secara bertahap

    X1

    X2

    X3

    Xn

    ||X-W1||

    ||X-W2||

    H1

    H2

    D1

    D2

    Gambar 2.Arsitektur jaringan LVQGambar 2.2Arsitektur Jaringan LVQ

    W1

    Wn

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    11/15

    16

    Sedangkan Kekurangan dari LVQ antara lain :

    1)

    Diperlukan perhitungan yang akurat terhadap jarak untuk seluruh atribut

    2)

    Akurasi model LVQ bergantung kepada inisialisasi dan parameter yang

    digunakan dalam perhitungan

    3)

    Distribusi kelas pada data trainingmempengaruhi nilai akurasi

    4) Sulitnya jumlah vektor yang ditentukan pada masalah yang diberikan.

    Parameter-parameter yang diperlukan dalam algoritma LVQ antara lain :

    1. Learning rate() merupakan nilai tingkat pelatihan. Jika terlalu besar maka

    algoritma menjadi tidak stabil dan terlalu kecil maka waktu proses yang

    diperlukan semakin lama. Nilai berada pada rentang 0 < < 1.

    2. Penurunan Learning rate (Dec ) yaitu penurunan tingkat pelatihan.

    Penurunan Learning rate dilakukan setelah selesai dilakukan iterasi pada

    setiap data dan akan dilakukan pada iterasi yang selanjutnya.

    3. Minimimum Learning rate (Min ) yaitu tingkat pelatihan yang masih

    diperbolehkan

    4.

    Maksimum Epoch (MaxEpoch) yaitu jumlah iterasi maksimum yang boleh

    dilakukan selama proses pelatihan. Selama iterasi yang telah dilakukan telah

    mencapai iterasi maksimum, maka iterasi akan dihentikan.

    Metode LVQ dilakukan dengan proses pengenalan terlebih dahulu terhadap pola

    inputkedalam bentuk vektor untuk memudahkan proses pencarian kelas. Setiap output

    menyatakan kelas tertentu maka pola inputdapat dikenali kelasnya berdasarkan output

    yang diperoleh. LVQ mengenali pola inputdengan kedekatan jarak antara vektor inputdan vektor bobot. Pada LVQ terdapat dua proses yaitu :

    a. Proses Training

    Adapun algoritma metode LVQ (Hermanto et al, 2009) adalah sebagai berikut :

    1) Tetapkan nilai bobot (w), maksimum epoch (MaxEpoch), error minimum

    (Eps) danLearning rate().

    2)

    Masukkan :

    Input: x(m,n)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    12/15

    17

    Target : T(1,n)

    3)

    Tetapkan kondisi awal :

    Epoch: 0;

    Err : 1

    4) Kerjakan jika (epoch< MaxEpoch) atau ( > Eps)

    a.

    Epoch=Epoch+ 1

    b. Kerjakan untuk i=1 sampai n

    i.

    Tentukan J hingga ||x-wj|| minimum

    ii. Perbaiki wj dengan ketentuan :

    Jika T = Cjmaka :

    wj (baru) = wj (lama) + [x- wj (lama)]

    Jika T Cjmaka :

    wj (baru) = wj (lama) - [x- wj (lama)]

    c. Kurangi nilai

    Keterangan notasi :

    X vektor latih (x1, x2, ..., xn)

    T kategori benar untuk vektor latih

    Wj vektor bobot unit outputj (w1j, w2j, wnj )

    Cj Kategori yang mewakili outputj

    ||x- wj|| Jarak bobot antara vektor inputdan vektor bobot untuk output

    Pada tahap Training, Algoritma LVQ akan memproses inputdengan menerima

    vektor inputdengan keterangan kelas vektor. Kemudian vektor akan menghitung jarak

    semua vektor pewakil untuk kelas yang ada dengan menghitung jarak terdekat dengan

    Euclidean distance. Vektor yang memiliki jarak terdekat akan dianggap sebagai kelas

    pemenang yang dinamakan sebagai best matching unit(BMU).

    Jika nilai BMU yang didapatkan sesuai dengan keterangan kelas vektor maka

    vektor pewakil pada kelas tersebut akan disesuaikan agar lebih dekat dengan vektor

    inputdan jika nilai BMU yang didapat tidak sesuai dengan keterangan kelas vektor

    maka vektor pewakil pada kelas tersebut akan disesuaikan agar lebih jauh dari vektor

    input.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    13/15

    18

    Proses pada tahap ini dilakukan secara iterasi dengan learning rate yang

    mengecil. Satu iterasi dapat disebut sebagai satu epoch. Pada satu epoch, semua data

    akan dihitung jarak terdekatnya dan akan dilakukan perbaharuan pada vektor pewakil.

    Untuk melanjutkan ke epoch berikutnya maka learning rate akan dikalikan dengan

    Dec . Setelah telah mencapai minimal , maka proses trainingakan dihentikan.

    b. Proses Testing

    Pada tahap testing, data diklasifikasikan dengan cara yang sama sesuai dengan tahap

    training. Dimana proses perhitungan dilakukan dengan mencari jarak terdekat dari

    setiap kelas. Setelah didapatkan jarak pada setiap bobot maka tentukan nilai bobot

    dengan jarak terdekat. Selanjutya nilai bobot tersebut akan ditetapkan sebagai kelas.

    2.6 Penelitian Terdahulu

    Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pada karet

    RSS. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Ahmad et al, 2006) pada pemeriksaan

    mutu karet RSS menggunakan pengolahan citra dengan menganalisi karakteristik

    warna permukaan karet baik menggunakan model warna RGB maupun HSI dan

    karakteristik tekstur menggunakan analisis tekstur untuk tiap tiap kelas mutu RSS

    menghasilkan parameter warna dapat digunakan sebagai parameter mutu karet dan

    fitur tekstur tidak dapat dijadikan parameter mutu karet khususnya dalam menentukan

    batas RSS-2.

    Pada Model RGB, Indeks warna biru dapat digunakan untuk mengklasifikasikan

    mutu RSS dengan kesesuaian yang cukup tinggi namun hasil yang lebih baik dan

    konsistern diperoleh dengan menggunakan warna HIS dengan kriteria H 28 dan I

    220 pada RSS1, H 68 dan S 73 untuk RSS3 dan RSS 2 berada pada llingkup

    selain kriteria RSS1 dan RSS3 dengan tingkat kesesuaian 86% untuk RSS1, 77,5%

    untuk RSS2, dan 95% untuk RSS3.

    Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh (Kurniawan, 2003) pada kajian

    karakteristik mutu karet olahan jenis RSS (Ribbed Smoke Sheet) dengan teknik

    pengolahan citra melakukan empat perlakuan yang berbeda pada proses pengambilan

    citra yaitu perlakuan I, pengambilan citra RSS dengan cahaya lampu dari atas dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    14/15

    19

    tingkat resolusi 192 x 144. Perlakuan II, dengan cahaya lampu dari bawah dengan

    tingkat resolusi 192 x 144. Perlakuan III, dilakukan pencahayaan dari atas dengan

    resolusi 341 x 256 dan perlakuan IV, dilakukan pencahayaan dari bawah dengan

    resolusi 341 x 256.

    Dan parameter yang diukur dari citra RSS meliputi indeks warna RGB,

    komponen warna HIS dan komponen tekstur citra. Hasil pengolahan citra perlakuan I

    menunjukkan bahwa hanya parameter indeks warna biru saja yang dapat digunakan

    sebagai parameter sortasi dengan nilai batas atas sebesar 0.2921 dan batas bawah

    sebesar 0.2843. Hasil pengolahan citra perlakuan II menunjukkan parameter indeks

    warna merah, hijau, biru dan saturasi dapat digunakan sebagai parameter sortasi

    dengan batas atas dan batas bawah masing-masing Merah (0.4143 , 0.3914), Hijau

    (0.3321 , 0.3258), Biru (0.2743, 0.2574) dan Saturasi (95,76).

    Hasil perlakukan III ditemukan bahwa hanya parameter indeks warna biru yang

    dapat digunakan sebagai parameter sortasi dengan nilai batas atas sebesar 0.2929 dan

    batas bawah sebesar 0.2852. Hasil pengolahan citra perlakuan IV menunjukkan

    parameter indeks warna merah, hijau, biru dan saturasi dapat digunakan sebagai

    parameter sortasi dengan batas atas dan batas bawah masing-masing Merah (0.4168,

    0.3927), Hijau (0.3305, 0.3241), Biru (0.2740, 0.2570) dan Saturasi (96.77). Dari hasil

    perbandingan antar setiap perlakukan menghasilkan presentase keberhasilan

    pemutuan resolusi 341 x 256 lebih tinggi dibandingkan resolusi 192 x 144.

    Pada penelitin yang dilakukan oleh (Umyai et al, 2011) dalam mendeteksi

    gelembung udara pada Ribbed Smoked Sheet berdasarkan dimensi fractal pada 500

    citra RSS menghasilkan 98% tingkat keberhasilan klasifikasi ada atau tidaknya

    gelembung pada RSS.

    Pada penelitian yang dilakukan oleh (Pornpanomchai & Chantharangsikul,

    2010) pada Sistem pengklasifikasian RSS menggunakan metode k-Mean Clustering

    dan the Euclidean Distance untuk mengklasifikasikan RSS ke dalam lima kualitas

    yaitu RSS1, RSS2, RSS3, RSS4, dan RSS5 menghasilkan 80.90 % tingkat

    keberhasilan dengan rata rata waktu klasifikasi 10.88 detik per citra RSS

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II Rss

    15/15

    20

    Pada penelitian yang dilakukan oleh (Prabpal et al, 2014) pada klasifikasi

    kualitas karet RSS menggunakan pengolahan citra dengan metode ANN menghasilkan

    tingkat akurasi 90 % pada 100 sampel karet RSS yang dibagi kedalam 4 level yaitu A

    (Sangat Bagus), B (Bagus), C (Cukup), dan D (Jelek)

    Tabel 2.2Penelitian Terdahulu

    Peneliti Judul Penelitian Keterangan

    Ahmad et al,

    2006

    Pemeriksaan Mutu Karet

    RSS Menggunakan

    Pengolahan Citra

    Menggunakan model warna RGB

    dan HSI

    Kurniawan,

    2003

    Kajian Karakteristik Mutu

    Karet Olahan Jenis RSS

    (Ribbed Smoke Sheet)

    Mengunakan 4 perlakuan pada

    pencahayaan dan menggunakan

    model warna RGB dan HSI

    Umyai et al,

    2011

    Air bubbles Detecting on

    Ribbed Smoked Sheet

    Based on Fractal

    Dimension

    Menggunakan metode 2D-box

    counting untuk menghitung

    dimensi fractal

    Pornpanomchai &

    Chantharangsikul,

    2010

    Ribbed Smoked Sheet

    Grading Sistem(RSSGS)

    Menggunakan metode k-Mean

    Clustering dan The Euclidean

    Distance

    Prabpal et al

    2014

    The classify of rubbersheet quality by image

    processing with artificial

    neural network

    Menggunakan metode ANN