laporan manajemen anggrek rss

25
LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN UMUM : BOR, LOS, TOI DAN BTO DI RUANG ANGGREK 1 RSUP DR SARDJITO Disusun oleh : Dita Amanda Sakti (P07120111008) Feri Suhindra (P07120111015) Fery Agustina (P07120111016) Tia Marina (P07120111036) Yuniarti (P07120111040)

Upload: ditamanda

Post on 28-Nov-2015

290 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

manajemen

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Manajemen Anggrek RSS

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

INDIKATOR MUTU PELAYANAN UMUM : BOR, LOS, TOI DAN

BTO DI RUANG ANGGREK 1 RSUP DR SARDJITO

Disusun oleh :

Dita Amanda Sakti (P07120111008)

Feri Suhindra (P07120111015)

Fery Agustina (P07120111016)

Tia Marina (P07120111036)

Yuniarti (P07120111040)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2013

Page 2: Laporan Manajemen Anggrek RSS

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

INDIKATOR MUTU PELAYANAN UMUM : BOR, LOS, TOI DAN BTO

DI RUANG ANGGREK 1 RSUP DR SARDJITO

Disusun Oleh :

Dita Amanda Sakti (P07120111008)

Feri Suhindra (P07120111015)

Fery Agustina (P07120111016)

Tia Marina (P07120111036)

Yuniarti (P07120111040)

TINGKAT III REGULER

Telah mendapat persetujuan pada tanggal ________________ 2013

Oleh :

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Pendidikan

( ) ( )

Page 3: Laporan Manajemen Anggrek RSS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang

komplek, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

pelayanan di rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan,

pendidikan dan penelitian, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis

disiplin. Agar rumah sakit mampu melakanakan fungsi yang demikian

kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang

profesional baik di bidang teknis medis maupun administrisi kesehatan.

Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus

mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua

tingkatan. Kinerja rumah sakit secara nyata dapat diukur dengan memakai

indikator pengukur mutu pelayanan rumah sakit yang diatur oleh

Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor : 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan

dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Kemudian ditindak lanjuti

dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 228/ Menkes/SK/III/202

tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Yang Wajib Dilaksanakan Daerah. Terakhir dari Kementrian Dalam Negeri

telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No: 6 tahun 2007

tentang Petunjuk Teknis Tentang Penyusunan dan Penetapan Standar

Pelayanan Minimal.

RSUP Dr. Sardjito Yogkayarta sebagai rumah sakit tipe A dan rumah

sakit rujukan di Yogyakarta dan Jawa Tengah wilayah selatan dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu. Ditambah dengan wujud komitmen

dalam pesiapan akreditasi Joint Commissions International (JCI) yang fokus

pada pelayanan bermutu dan patient savety.

Berdasarkan uraian di atas penulis akan membahas pelaksanaan

indikator mutu pelayanan rumah sakit khususnya pada tingkat efisiensi ruang

rawat inap Anggrek 1 di RSUP Dr. Sardjito bulan Oktober 2013.

Page 4: Laporan Manajemen Anggrek RSS

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktik klinik manajemen di bangsal Anggrek 1 RSUP

Dr. Sardjito mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan

ketrampilan manajemen keperawatan terapan di ruangan pada

sekelompok klien.

2. Tujuan khusus

Setelah menyelesaikan praktik klinik manajemen diharapkan mahasiswa

mampu :

a. Menerapkan konsep kepemimpinan dalam pemberian pelayanan

keperawatan.

b. Menerapkan model team nursing dalam memberikan pelayanan

keperawatan ( setiap tim terdiri dan satu kedua dan beberapa anggota)

c. Melaksanakan peran sebagai ketua tim yang melaksanakan:

1) Perencanaan pelayanan keperawatan

2) Pendelegasian tugas anggota tim dan koordinasi dalam pelayanan

keperawatan

3) Penggerakan dan pengarahan kepada anggota tim.

4) Evaluasi dan supervise anggota tim

d. Melaksanakan peran sebagai anggota tim dan koordinasi dalam

keperawatan yang meliputi:

1) Perencanaan asuhan keperawatan

2) Pelaksaan tindakan keperawatan

3) Koordinasi dalam pemberian asuhan keperawatan..

e. Mengidentifikasi pelaksanaan dan hasil indikator mutu umum

keperawatan yang meliputi : BOR, LOS, TOI, dan BTO.

C. Ruang Lingkup

Indikator mutu pelayanan keperawatan meliputi : BOR, LOS, TOI, dan BTO

di IRNA 1 bangsal Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Page 5: Laporan Manajemen Anggrek RSS

D. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilaksanakan di bangsal

Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito berlangsung selama 1 minggu dari tanggal 25

sampai dengan 30 November 2013.

Page 6: Laporan Manajemen Anggrek RSS

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Indikator Mutu Umum

Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu

kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel

yang digunakan untuk menilai suatu peubahan. Menurut WHO, indicator

adalah variable untuk mengukur perubahan. Indikator sering digunakan

terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indikator adalah

pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi

(Wilson&Sapanuchart, 1993). Indikator juga mempunyai arti variabel yang

menunjukan satu kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk

mengkur perubahan (Green, 1992) dan WHO (1981) menguraikan indikator

adalah variabel untuk mungukur suatu perubahan baik langsung maupun

tidak langsung. Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai

pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan

berdampak pada pelayanan.

Dimensi mutu merupakan suatu pandangan dalam menentukan

penilaian terhadap jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas,

efisiensi, keselamatan dan keamanan, kenyamanan, kesinambungan

pelayanan, kompetensi teknis dan hubungan antar manusia berdasarkan

standar WHO.

Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat

diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria,

dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-

aspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi pelayanan kesehatan

tersebut.

B. Karakteristik

Karakteristik dari suatu indikator adalah:

1. Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek

yang akan dinilai.

Page 7: Laporan Manajemen Anggrek RSS

2. Dapat dipercaya (reliable), yaitu mampu menunjukkan hasil yang sama

pada saat yang berulang kali, unutk waktu sekarang maupun yang akan

datang.

3. Peka (sensitive), yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya

tidak perlu banyak.

4. Spesifik (spesific), yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang

jelas, tidak bertumpang tindih.

5. Berhubungan (relevan)

C. Jenis Indikator

Indikator mutu rumah sakit akan mencerminkan mutu pelayanan dari

rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain

sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk

mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan

untuk masa yang akan datang. Jenis-jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah

Sakit:

1. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari:

a. Angka Pasien dengan Dekubitus;

b. Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.

c. Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.

d. Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.

e. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.

2. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari

a. Angka Infeksi Luka Operasi.

b. Angka Komplikasi Pasca Bedah.

c. Waktu tunggu sebelum operasi effektif.

d. Angka Appendik normal.

3. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari

a. Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan

Rujukan.

b. Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan

Rujukan.

c. Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan

Rujukan.

Page 8: Laporan Manajemen Anggrek RSS

d. Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan

dan Bukan Rujukan.

4. Indikator Mutu Pelayanan Medis

a. Angka infeksi nosokomial

b. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)

c. Kematian pasca bedah

d. Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)

e. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)

f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)

g. ADR (Anasthesia Death Rate)

h. PODR (Post Operation Death Rate)

i. POIR (Post Operative Infection Rate)

5. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah

sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat

inap:

a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service

days to inpatient bed count days in a period under consideration”.

Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase

pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini

memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat

tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-

85% (Depkes RI, 2005).

Rumus :

BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X

Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%

b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization

stay of inpatient discharged during the period under consideration”.

AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat

seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran

tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,

Page 9: Laporan Manajemen Anggrek RSS

apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang

perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang

ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus :

AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat

tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator

ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :

TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah

pasien keluar (hidup +mati)

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in

occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)

adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa

kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya

dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :

BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur

e. NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam

setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini

memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.

Rumus :

NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup

+ mati) ) X 1000 ‰

f. GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk

setiap 1000 penderita keluar.

Rumus :

GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar

(hidup + mati)) X 1000 ‰

Page 10: Laporan Manajemen Anggrek RSS

6. Unit cost untuk rawat jalan

a. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien

b. Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya

1) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari

2) Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak

PS dengan asal pasien

a) Jumlah pelayanan dan tindakan medik

b) Jumlah tindakan pembedahan

c) Jumlah kunjungan SMF spesialis

d) Pemfaatan oleh masyarakat

e) Contact rate

f) Hospitalization rate

g) Out patient rate

h) Emergency out patient rate

7. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien

8. Indikator tambahan

9. Angka Kematian di IGD (IGD).

10. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).

11. Angka Infeksi RS.

12. Reject Analisis (Radiologi).

13. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).

14. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).

15. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).

16. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).

17. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).

18. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi)

Page 11: Laporan Manajemen Anggrek RSS

BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. Gambaran Singkat Bangsal Anggrek 1 Rsup Dr. Sardjito

Bangsal Anggrek 1 terletak di lantai 1 IRNA RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Bangsal Anggrek 1 merupakan bangsal rawat inap penyakit dalam. Kapasitas

bangsal Anggrek 1 memiliki 27 tempat tidur, yang terdiri dari 3 kamar kelas 1

yang berada di kamar 1 dan 3 (dengan jumlah 1 tempat tidur tiap kamar), 7

kamar kelas 2 yang berada dikamar 2, 4, 5, 6, 7, 9, 11 (dengan jumlah 2

tempat tidur tiap kamar), 3 kamar kelas 3 yang berada di kamar 8, 10 dan 12

(dengan jumlah 3 dan 6 tempat tidur setiap kamar). Setiap kamar dilengkapi

dengan sarana prasarana yang mendukung program pengobatan pelayanan

keperawatan.

Dalam pengorganisasian penugasan tenaga keperawatan, Bangsal

Anggrek 1 menggunakan metode primary tim dengan PN dan AN untuk

melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Metode ini menggunakan tim

terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan dibagi menjadi 3

tim yang terdiri dari tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam suatu

grup kecil yang saling membantu.

Bangsal Anggrek 1 dipimpin oleh Bapak Setyo Tri Wibowo, S.Kep, Ns

selaku kepala ruang dengan 3 PN (ketua tim). Masing-masing PN

membawahi 3 sampai 4 anggota tim (AN). Struktur keperawatan di bangsal

dapat dilihat pada bagan di bawah ini

Page 12: Laporan Manajemen Anggrek RSS

Bagan : Struktur Organisasi Bangsal Anggrek 1

Ka. RuSetyo Tri Wibowo,S.Kep, Ns

PN 3Sulis Martuah, AMK

PN 1Dwianti, S.Kep, Ns

ANSetyowati, AMK

Rida, AMK

Niken, AMK

ANSuparti, AMK

Dyah Dwi I,AMK

Dwi Retnoningrum, S.Kep, Ns

PN 2Dalmi Isnawati, AMK

ANSemiyati, AMK

Sukadi, AMK

Upik Sukowati, AMK

PH/PRTSudirjo (PH)

M. Enggarwati (PH)Mardiman (PRT)Tri Iriani (PRT)

Page 13: Laporan Manajemen Anggrek RSS

B. Hasil Pengamatan

Jumlah pasien periode bulan Oktober 2013 : 109 orang

Jumlah pasien keluar hidup : 101 orang

Jumlah pasien keluar mati : 8 orang

Jumlah lama dirawat pasien : 734 hari

Jumlah tempat tidur : 28 hari

Distribusi diagnosis medis :

Dx. Medis Jumlah PersentaseASD 2 1.83%Procoronograpi 1 0.92%MFH 2 1.83%Ca 23 21.10%Pansitopeni 7 6.42%Talasemia 1 0.92%Hematemesis 4 3.67%CKD 4 3.67%SS 16 14.68%GIST 1 0.92%Sepsis 2 1.83%VE 1 0.92%Pro Cath 2 1.83%VCSS 1 0.92%Efusi Pleura 2 1.83%CHF 10 9.17%SLE 2 1.83%APS 4 3.67%Syok Hipovolemik 1 0.92%MDS 3 2.75%Colesistitis 1 0.92%Gastritis 1 0.92%ITP 2 1.83%KHS 1 0.92%Massa 3 2.75%GEA 1 0.92%DVT 1 0.92%DM 2 1.83%Atelektasis 1 0.92%MCI 1 0.92%Limfadenopati 1 0.92%CML 3 2.75%

Page 14: Laporan Manajemen Anggrek RSS

MM 1 0.92%AMI 1 0.92%  109  

Hasil perhitungan indikator mutu umum :

1. BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X

Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%

BOR = 734/28𝑥31x100%

= 84.56%

2. AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

AVLOS = 734/((101+8))

= 6,73

3. TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah

pasien keluar (hidup +mati)

TOI = ((28𝑥31)−734)/109

= 1,229

4. BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur

BTO = 109/28

= 3,892

C. Faktor Pendukung

1. RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi rujukan

dari berbagai RS Daerah wilayah DIY dan sekitarnya.

2. RSUP Dr. Sardjito dalam rangka peningkatan mutu asuhan dan

pelayanan akan menghadapi akreditasi JCI, sehingga seluruh

komponen pelayanan baik medis maupun keperawatan memperbaiki

kinerjanya.

D. Faktor Penghambat

1. Pendokumentasian register pasien masih kurang lengkap, sehingga

merugikan dari segi penghitungan indikator mutu umum.

Page 15: Laporan Manajemen Anggrek RSS

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan didapatkan, hasil Bed

Occupancy Rate (BOR) di Bangsal Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito pada bulan

Oktober adalah 84,56%. Ini tergolong dalam kategori baik karena Departemen

Kesehatan RI (2005) menyebutkan bahwa indikator BOR haruslah > 75 % untuk

dapat dikatakan baik. Sumber lain menyebutkan bahwa BOR dikatakan baik

apabila rentangnya antara 60 – 85 %. Berdasarkan analisis yang dilakukan,

efisiensi penggunaan tempat tidur baik karena RSUP Dr. Sardjito merupakan

rumah sakit rujukan tipe A untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah, sehingga

banyak pasien dengan penyakit yang tak tertangani di daerah langsung dirujuk

ke RSUP Dr. Sardjito dan bangsal Anggrek 1 merupakan bangsal penyakit dalam

tanpa ada spesifikasi khusus kecuali pasien infeksius, jadi pasien dengan

penyakit apapun akan diterima di bangsal ini. Namun, bila dibandingkan dengan

hasil BOR pada bulan yang sama tahun 2012, hasil ini dapat dikatakan menurun.

Pada bulan Oktober tahun 2012, BOR Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito

mencapai 85,81 %. Hal ini dapat disebabkan adanya 6 pasien keluar yang tak

terdokumentasi tanggal keluar RS di buku register. Selain itu tahun ini telah

ditambahkan satu temat tidur di ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito sehingga

mempengaruhi hasil penghitungan BOR.

Indikator mutu umum kedua adalah Length of Stay (LOS) atau lamanya

hari rawat pasien dalam suatu periode. Lama rawat pasien di Bangsal Anggrek 1

RSUP Dr. Sardjito adalah 6, 73 hari. Berdasarkan Departemen Kesehatan (2005)

hasil ini menunjukkan bahwa lamanya hari rawat inap baik, yaitu antara 6-9 hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya rawat inap pasien antara lain alasan

masuk pasien, dimana sebanyak 14,68% dari pasien yang dirawat dengan

rencana kemoterapi selama 1-5 hari, pasien dirawat dengan kanker sebanyak

21,10%, selain itu jumlah pasien dengan observasi penyakit dan penegakan

diagnosa sebanyak 9,17% sehingga lama rawat inap menjadi berkurang.

Turn Over Interval (TOI) merupakan indikator lamanya tempat tidur tidak

dihuni. Di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito, nilai indikator TOI adalah 1, 229

hari. Pada November 2012, nilai indikator TOI adalah 1,95. Hal ini tidak berbeda

Page 16: Laporan Manajemen Anggrek RSS

jauh dengan nilai indikator TOI 2013. Berdasarkan Departemen Kesehatan RI

(2005), TOI dikatakan baik dalam rentang 1 – 3 hari. Namun, hal ini dapat

meningkatkan tingginya angka infeksi nosokomial karena sebelum tempat tidur

ditempati pasien baru, belum sempat didesinfeksi setelah ditinggalkan pasien

lama.

Indikator mutu umum yang keempat adalah Bed Turn Over (BTO). BTO

merupakan rata-rata suatu tempat tidur dipakai dalam suatu periode. Setelah

dilakukan penghitungan BTO di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito adalah

3,892 kali. Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), BTO dalam satu tahun

idealnya adalah 40-50 kali. Hasil BTO di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito

pada bulan Oktober tahun 2012 adalah 3, 52. Sehingga dapat dikatakan bahwa

BTO tahun ini meningkat daripada tahun lalu.

Secara umum, indikator mutu umum di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr.

Sardjito tergolong baik untuk bulan Oktober tahun 2013. Semua indikator

mencapai angka ideal.

Page 17: Laporan Manajemen Anggrek RSS

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indikator mutu pelayanan rumah sakit adalah tolok ukur untuk

memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan

relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses, dan

outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.

Indikator mutu rumah sakit akan mencerminkan mutu pelayanan

dari rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara

lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk

mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan

untuk masa yang akan datang.

Salah satu indikator mutu rumah sakit adalah indikator mutu

pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit yang meliputi : BOR

(Bed Occupancy Rate), BTO (Bed Turn Over), TOI (Turn Over

Interval), ALOS (Average Length of Stay).

Setelah dilakukan pengamatan di ruang Anggrek 1 RSUP

Dr. Sardjito terkait indikator mutu rumah sakit di bulan

Oktober2013 didapatkan hasil

BOR : 84,56%

BTO : 3,892 kali

TOI : 1, 229 hari

ALOS : 6, 73 hari

Secara umum, indikator mutu umum di Ruang Anggrek 1 RSUP

Dr. Sardjito tergolong baik untuk bulan Oktober tahun 2013. Semua indikator

mencapai angka ideal.

Page 18: Laporan Manajemen Anggrek RSS

B. Saran

1. Diharapkan seluruh petugas di ruang Anggrek 1 bekerja sama dan

saling mengingatkan untuk mendokumentasikan data pasien dengan

lengkap, sehingga dapat memudahkan dalam rekapitulasi guna

mengukur indikator mutu pelayanan

2. Diharapkan meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan

paripurna sehingga dapat mempertahankan atau meningkatkan hasil

penghitungan indikator mutu di ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito

Page 19: Laporan Manajemen Anggrek RSS

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2001. Petunjuk pelaksanaan indikator mutu pelayanan rumah sakit.

Jakarta

Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktek keperawatan

profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Djuhaeni, H. 2000. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Tasikmalaya :

PERSI Cabang Jawa Barat.

Rabiah Marhabang, Thini Nurul Rochmah dan Emma Pesik Adam 2004.

Modifikasi model pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap

RSUD Dr. Haryoto Lumajang dalam rangka peningkatan mutu asuhan

keperawatan

Sianturi G. 2004. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat, Diakses di

http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0116/kes2.html.