cerpen love n travel
DESCRIPTION
CerpenTRANSCRIPT
Sebuah mobil kijang berwarna hitam melaju dengan kencang di sebuah jalan lengang yang
menanjak. Di dalamnya terdapat 4 anak remaja yang sedang asik menikmati perjalanan sambil
sesekali bercanda dan tertawa riang. Salah satunya adalah Roy yang memakai kaos dan celana
panjang jeans sedang berkonsentrasi penuh terhadap jalan di depannya dan mengarahkan kemudi
mobil mengikuti jalan yang mulai berliku-liku dengan hati-hati. Sesekali Roy menimpali
perkataan teman-temannya yang sedang asik mengobrol dan bercanda. Di sebelah Roy, ada
Alvian. Alvian adalah seorang cowok dengan rambut model artis korea yang sedang tren dan dia
sedang asik mendengarkan musik melalui earphonenya sambil mengobrol dengan teman-
temannya.
Di bangku belakang, terdapat 2 orang cewek. Yang satu berkulit putih dengan postur tubuh yang
ideal bernama Clara. Sedangkan yang satu lagi memiliki wajah yang imut serta lesung pipit yang
membuatnya terlihat manis saat tersenyum bernama Sari.
“Eh bagi cemilan dong. Gue laper nih.”, kata Alvian sambil menunjukkan muka memelas kepada
Clara dan Sari yang sedang memakan kripik singkong yang dibawa dari Jakarta.
“Emang lu sendiri ga bawa cemilan ?”, tanya Clara.
“Engga nih hehehe.. Ketinggalan di supermarket karena bokap gue ngasih duit sakunya ngepas”,
jawab cowok berhidung mancung itu.
“Lagian bukannya lu nabung dari jauh-jauh hari sih. Kan rencana liburan kita udah disepakatin
sejak beberapa abad yang lalu.”, celetuk Roy sambil tetap berkonsentrasi pada jalanan.
“Tau nih. Harusnya lu nabung dong. Gue aja nabung di celengan rumah gue per hari 1000
perak.”, kata Sari. “Yodah nih lu ambil keripik singkongnya. Nih buat lu.”, lanjut Sari sambil
menyerahkan keripik singkong yang lagi dimakannya bersama Clara sambil tersenyum manis.
“Makasih ya Sari. Lu emang sahabat gue yang paling baek banget deh.”. kata Alvian sambil
tersenyum pada Sari. Sementara itu Sari berbisik-bisik pada Clara sambil cekikikan.
Alvian yang sudah kelaparan langsung memasukkan tangannya ke dalam kantong keripik itu
untuk memakan keripiknya. Tapi sepanjang Alvian merogoh-rogoh isi kantong tersebut, tidak
ditemukannya satu keripik pun. Kantong keripik tersebut berwarna gelap, sehingga Alvian tidak
bisa melihat isinya dari luar. Setelah beberapa menit, barulah Alvian tersadar kalau dia telah
dikerjain oleh dua cewek yang duduk di belakang. Alvian menengok ke belakang, dilihatnya Sari
dan Clara sedang tertawa geli.
“Kalian ngerjain gue ya ? Parah banget nih. Masa gue disuruh makan kantong keripik nya ? Roy,
lu sebagai sesama kaum pria, lu harus ngebelain gue Roy. Masa harga diri kita sebagai cowok
diinjak-injak begitu saja oleh mereka.”, kata Alvian yang sedang mencari pembelaan dari Roy.
“Harga diri lu aja kali yang diinjak-injak. Harga diri gue mah kaga. Apa untungnya gue
ngebelain lu ?”, kata Roy sambil tertawa meledek.
“Kasian deh lu Alvian… Emang enak ga ada yang belain.”, ledek Clara dan Sari.
Lalu Clara mengambil roti dan memberikannya pada Alvian.
“Makasih banget ya Clara. Lu emang baik banget dah. Udah cantik, pinter, baik lagi. Emangnya
kayak temen yang duduk disebelah lu tuh”, kata Alvian sambil membuka bungkus roti dan
melahapnya dengan cepat.
Clara hanya menunduk sambil tersenyum malu. Dari awal mereka bersahabat, sebenarnya Clara
sudah tertarik pada Alvian. Clara sudah pernah bilang ke Alvian tentang perasaannya, tapi
Alvian waktu itu bilang belum siap pacaran. Jadi Clara hanya bisa menunggu dan berharap.
Lalu mereka berempat terus mengobrol dan tertawa-tawa sampai tidak terasa sudah sampai di
Villa yang mereka sewa semalam di Puncak Pass. Mereka segera turun dari mobil sambil
menggerakkan badan mereka yang agak pegal karena mereka sudah duduk di mobil selama 3
jam.
Mereka berempat memang sudah lama merencanakan untuk pergi berlibur ke daerah Puncak
Pass dan Cisarua untuk melepas kepenatan dari tugas kuliah yang membelenggu. Dan sekarang
mereka sudah sampai. Udara yang sejuk menyambut mereka. Saat itu masih sekitar pukul 08.00
WIB. Mereka memang tadi pergi pagi-pagi untuk menghindari kemacetan.
Lalu mereka masuk ke Villa dan meletakkan tas bawaan mereka di kamar yang telah ditentukan
mereka masing-masing. Villa tersebut hanya 1 tingkat dan terdiri dari 2 kamar, sehingga Roy
tidur dengan Alvian dan Clara tidur dengan Sari.
“Eh rencananya kita mau kemana dulu sih ?”, tanya Roy pada teman-temannya.
“Hmm.. Hari ini kita sih ke Telaga Warna dan Gunung Mas. Mau kemana dulu nih ?”, kata Sari.
“Ke Telaga Warna dulu ajah. Trus baru ke Gunung Mas. Gimana ?”, kata Alvian yang
mengungkapkan pendapatnya.
“Setuju !!!!”, kata mereka berempat serempak.
Mereka pun istirahat sejenak di Villa, lalu pergi menuju Telaga Warna. Disana mereka berempat
cukup puas melihat pemandangan yang sangat indah dan air telaga yang dapat berubah-ubah
warnanya. Mereka sangat mengagumi keindahan dan keanekaragaman alam Indonesia. Lalu
mereka pergi makan siang di sebuah restoran makanan khas sunda. Setelah kenyang, mereka
melanjutkan perjalanan mereka ke Gunung Mas. Di Gunung Mas, mereka berjalan-jalan keliling
kebun teh. Disana ada beberapa kuda. Alvian dan Sari yang senang naik kuda, segera memilih
kuda yang ingin mereka tunggangi. Alvian menunggangi sebuah kuda berwarna coklat,
sedangkan Sari memilih kuda berwarna putih.
Tak lupa mereka mengunjungi pabrik pembuatan teh yang juga ada disitu. Tak terasa matahari
mulai kembali ke perabuannya, mereka memutuskan untuk kembali ke Villa mereka.
Sesampainya di Villa, mereka kembali ngobrol-ngobrol santai sambil menonton televisi yang ada
di ruang tamu. Tak terasa sudah pukul 8 malam.
“Ehh gue laper berat nih.”, kata Roy tiba-tiba.
“Iya gue juga laper nih. Beli makan yuk. Gimana kalo gue aja yang beli, yang lain tunggu di sini
aja. Trus makannya bareng-bareng di Villa.”, usul Alvian.
“Boleh banget tuh. Ya udah sana gih beli.”, kata Sari yang memang telah lapar.
“Gue ikut Alvian deh. Kasian kalo lu pergi sendiri ga ada temennya.”, kata Clara dengan hati
yang berbunga-bunga.
“Boleh-boleh. Supaya gue ada temen ngobrol.”, kata Alvian yang segera mengambil kunci
mobilnya siap berangkat.
Alvian dan Clara pun berangkat. Sedangkan Sari dan Roy tetap asik menonton TV. Tiba-tiba
Roy memecah keheningan malam “Sar, gue mau cerita sama lu nih. Tapi lu jangan bilang siapa-
siapa ya. Ini rahasia kita berdua aja.”. Melihat wajah temannya yang begitu serius, Sari berkata
“Iya gue janji. Emang ada apa sih ? Serius amat kayaknya.”
“Hmm.. Sebenernya gue suka sama Clara. Lu bisa bantuin gue buat jadian sama dia ga ?”
Pernyataan Roy barusan membuat Sari kaget. “Serius lu Roy ? Becanda ya lu ? Atau lagi
kecapean ?”. “Gue serius Sar. Gue suka sama Clara.”
Sari bingung mau menjawab apa karena Sari tahu kalau Clara tidak menyukai Roy, melainkan
Alvian. Tapi Sari juga tidak mau membuat Roy sakit hati. “Iya, gue pasti ngebantuin lu buat
jadian sama Clara.”, kata Sari sambil tersenyum tipis. “Makasih banget ya Sar, lu emang sahabat
gue banget.”. Roy kembali asik menonton TV dengan bersemangat, sementara Sari sedang
bingung memikirkan perkataan Roy barusan.
Clara dan Alvian pun kembali dengan membawa sate dan sop kambing sebagai menu makan
malam mereka. Setelah makan, mereka bermain kartu sebentar. Lalu mereka memutuskan pergi
ke supermarket untuk membeli beberapa keperluan dan makanan untuk sarapan besok pagi.
Setelah pulang dari supermarket, mereka pergi tidur. Di kamar Clara dan Sari …
“Sariiiii… Gue seneng banget deh. Tadi kan gue lupa bawa jaket pas beli sate. Trus tiba-tiba
Alvian ngasih pinjem jaketnya buat gue supaya gue ga kedinginan. So sweetttttt.. !”, kata Clara
sambil senyum-senyum sendiri.
“Mungkin Alvian sebenernya juga suka sama lu. Tapi dia ga masih gengsi buat ngungkapin
perasaannya ke lu. Pokoknya kalo lu bahagia, gue pasti akan bahagia juga kok. Kan lu sahabat
gue dari kecil”, kata Sari.
“Makasih ya Sari. Gue ngantuk nih. Gue tidur dulu ya. Siapa tau gue bisa mimpiin Alvian.
Mimpi indah bareng dia hehe..”, kata Clara sambil merebahkan tubuh di ranjangnya.
“Oke. Gue juga udah ngantuk. Tapi gue seneng banget hari ini. Akhirnya kita bisa liburan. Yah
walaupun capek, tapi semua itu terbalaskan dengan kepuasan hati kita.”, kata Sari yang mulai
menutup matanya. Mereka semua pun tidur untuk melepas lelah.
Keesokan harinya, sinar matahari menyambut mereka. Roy, Alvian, Clara dan Sari pun
terbangun dari tidurnya. Lalu mereka memutuskan untuk berjalan-jalan keliling Villa untuk
merasakan udara sejuk di pagi hari dan kehangatan sinar matahari. Setelah itu, mereka kembali
ke Villa untuk mandi dan sarapan. Mereka harus segera keluar dari Villa jam 8 karena mereka
hanya menyewa selama satu malam. Hari ini mereka akan kembali ke Jakarta, tapi sebelumnya
mereka akan mampir dahulu ke daerah Cisarua untuk pergi ke Curug Cilember.
Curug Cilember adalah sebuah air terjun dengan keindahannya yang sangat menawan. Namun,
untuk mencapai Curug Cilember, mereka harus berjalan kaki kurang lebih selama 3 jam. Mereka
pun bergegas mengemasi tas dan pergi meninggalkan Villa menuju Curug Cilember.
Sesampainya di gerbang Curug Cilember, mereka memarkir mobil dan memulai perjalanan
dengan berbekal roti, air mineral dan baju ganti. Mereka berjalan sambil mengobrol ria, sehingga
lelah yang ada pun tidak terasakan oleh mereka. Mereka terlihat bergembira sekali.
Setelah menempuh perjalanan berkilo-kilo meter, akhirnya mereka sampai di Curug Cilember.
Pesona air terjun ini sangat indah. Kelelahan mereka terbayar lunas oleh keindahan Curug
Cilember. Kesegaran air terjun di depan mereka seakan-akan mengajak mereka untuk segera
bermain air. Mereka pun bermain air terjun sampai puas sambil sesekali berfoto-foto untuk
mengabadikan kenangan mereka. Setelah puas bermain, mereka pergi berganti baju. Sari telah
selesai berganti baju dan kemudian menyusul Alvian. Sembari menunggu Roy dan Clara, Alvian
berkata “Gue mau ngomong sesuatu sama lu.”
“Apa ? Ngomong aja lah.”, jawab Sari sambil tersenyum.
“Gue sayang sama lu. Awalnya gue nganggep perasaan ini cuman kayak perasaan seorang
sahabat. Tapi ternyata gue sayang sama lu lebih dari seorang sahabat. Lu mau kan jadi pacar
gue ?”, jujur Alvian sambil menatap Sari serius dan menggenggam tangannya. Sari pun bingung.
Dia tidak mungkin mengkhianati Clara, sahabatnya dari kecil.
“Sorry, gue ga bisa jadi pacar lu. Lu kan tau kalo Clara sayang sama lu. Gue ga mungkin
khianatin dia. Dia udah gue anggep sebagai saudara gue sendiri. Lu bisa ngerti kan Vian ? Lu ga
marah sama gue kan ?”, kata Sari sambil melepas genggaman tangan Alvian.
“Oke, gue bisa ngerti lu. Walaupun gue agak kecewa, tapi gue ga marah sama lu kok. Tapi boleh
ga gue meluk lu sekali ini aja ?”, kata Alvian dengan raut muka sedih.
“Boleh kok.”, jawab Sari sambil tersenyum tipis.
Mereka pun berpelukan dan ternyata Clara telah selesai berganti baju dan menyaksikan kejadian
tersebut. “Pengkhianat !!! Gue benci sama lu Sar. Gue pikir lu itu sahabat gue. Tapi ternyata lu
adalah musuh dalam selimut.”, kata Clara sambil menangis pergi menjauh dari Sari. Roy yang
juga melihat itu semua segera mengejar dan berusaha menghibur Clara.
“Clara… Lu salah paham. Gue ga begitu….”, kata Sari sambil menangis dan juga mengejar
Clara. “Pergi !! Gue pengen sendiri sekarang.”, kata Clara sambil meluapkan emosinya. Sari dan
Roy pun meninggalkan Clara yang duduk sendiri di atas sebuah batu sambil menangis. Mereka
kembali ke tempat Alvian. “Sorry ya Sar. Ini semua salah gue.”, kata Alvian dengan penuh
penyesalan.
“Bukan salah lu kok. Cuman salah paham biasa. Gapapa”, kata Sari sambil berusaha tidak
menangis walaupun sebenarnya hatinya saat ini hancur.
Setelah beberapa menit, mereka memutuskan pergi turun dari Curug Cilember. Clara sudah tidak
menangis lagi, tapi beberapa kali Sari mencoba mendekati Clara, tapi Clara hanya diam dan
pergi menjauh. Sepertinya Clara masih marah pada Sari. Setelah menempuh perjalanan yang
tidak mengenakkan itu, mereka sampai dan pergi ke restoran untuk makan siang. Saat makan
siang pun suasana tidak jauh berbeda. Beberapa kali Roy dan Alvian mencoba menetralisir
suasana dengan melontarkan lelucon, tapi yang lainnya tetap diam saja.
Selesai makan siang, mereka menikmati pemandangan yang ada sebentar. Roy berjalan dengan
Clara, sedangkan Alvian berjalan dengan Sari.
“Gue ga nyangka ternyata Clara bener-bener marah sama gue. Daritadi gue udah berusaha ngajak
dia ngomong dan gue udah coba jelasin ke dia, tapi dia diemin gue terus. Gue gatau lagi harus
gimana Alvian. Gue sedih banget.”, kata Sari pada Alvian. “Lu tunggu disini bentar ya.”, kata
Alvian sambil berlari meninggalkan Sari sendirian. Ternyata Alvian berlari menghampiri Clara
yang sedang berjalan bersama Roy. “Gue mau ngomong sama lu Clara. Lu itu bener-bener
keterlaluan ya sampe diemin Sari kayak gitu. Dia itu sahabat lu dari kecil. Asal lu tau aja ya, tadi
itu gue emang nembak si Sari buat jadi pacar gue, tapi dia nolak gue karena dia ga mau nyakitin
lu. Gue yang minta pelukan sama Sari buat terakhir ini aja. Sari tuh udah berkorban buat lu, tapi
kenapa lu malahan giniin dia. Dia tuh sedih daritadi sampe ga mau makan. Lu sadar dong
Clar !”, kata Alvian sambil berusaha mengendalikan emosinya. Clara pun tersadar dan segera
berlari sambil menangis ke arah Sari. “Sari, maafin gue ya. Gue emang bukan sahabat lu, gue ga
percaya sama lu. Gue emang jahat. Maafin gue ya Sar. Gue udah tau semuanya dan gue udah
sadar sekarang.”, kata Clara sambil memeluk Sari. “Gue juga minta maaf sama lu ya. Gue ga
pernah punya niat sedikitpun untuk nyakitin lu.”, kata Sari.
Lalu Clara bertanya pada Roy “Roy, tawaran lu yang tadi masih berlaku kan ?”. “Oh yang itu..
Iya, masih kok.”, jawab Roy. “Oke, gue terima tawaran lu untuk jadi pacar lu.”, kata Clara
sambil tersenyum. Roy pun juga tersenyum, hatinya senang sekali.
“Apan sih maksud kalian ? Kok gue ga ngerti ?”, kata Alvian yang bingung. “Jadi gini loh,
sebenernya tadi pas di air terjun, Roy nembak gue buat jadi pacarnya, tapi gue bilang mikir-mikir
dulu. Tapi setelah gue sadar, Roy itu baik dan peduli banget sama gue. Dan dia selalu ada saat
gue butuh. Dan yang lebih penting lagi, gue mau Sari jadian sama Alvian. Gue sama Roy. Sari
sama Alvian”, jelas Clara. “Tapi bukannya lu suka sama Alvian ?”, tanya Sari. “Sekarang gue
udah ga suka sama Alvian lagi kok, kan sekarang gue udah punya Roy.”, jawab Clara sambil
menggandeng tangan Roy.
Dan akhirnya Alvian berpacaran dengan Sari, sedangkan Roy berpacaran dengan Clara. Mereka
kembali ceria dan tertawa bersama-sama. Masalah telah selesai. Liburan kali ini akan menjadi
liburan yang tak terlupakan bagi mereka. Ya begitulah, jodoh tidak akan pernah tertukar dan hati
tidak akan pernah salah memilih.