cerpen "anak pengamen jalanan"

5
SEMANGAT ANAK PENGAMEN JALANAN

Upload: hanifah-herlini

Post on 30-Dec-2014

276 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Cerita Pendek sederhana. Asli karanganku. Walaupun ceritanya agak sedikit aneh, tapi aku bangga membuatnya, karena, jujur saja ya, aku tidak begitu hobi membuat Cerpen. haha..

TRANSCRIPT

Page 1: Cerpen "Anak Pengamen Jalanan"

SEMANGAT

ANAK PENGAMEN JALANAN

Page 2: Cerpen "Anak Pengamen Jalanan"

2 | P a g e

SEMANGAt ANAK PENGAMEN JALANAN

Hujan baru saja reda, di pinggiran jalan yang cukup lebar, ditambah suara desingan

kendaraan-kendaraan yang melintasi jalan itu, sekelompok anak pengamen berusia sekitar

15 tahun, yaitu Tori, Pardi, dan Mila. Mereka menyambangi setiap kendaraan umum untuk

mengamen demi mendapat uang agar dapat membantu bibi mereka. Itulah kegiatan

keseharian mereka. Menandungkan lagu-lagu yang mereka sukai pada orang-orang itu.

“Nih.. sana-sana pergi. Dasar pengamen! Ganggu aja!”, bentak salahsatu

penumpang pada mereka bertiga

Sering sekali mereka diacuhkan dan banyak orang-orang yang tidak menyukai

setiap kedatangan pengamen. Mereka menganggap para pengamen hanya memuakkan

mereka. Tetapi disamping itu, banyak juga orang-orang yang ikhlas dan baik

mendengarkan mereka.

Tori, Pardi, dan Mila adalah anak-anak yang ditinggalkan orang tua kandung

mereka sejak baru dilahirkan, tak ada yang tahu orang tua ketiga anak tersebut siapa.

Sejak kecil mereka diasuh oleh seseorang tetangganya yang baik hati bernama bi iyul.

Sebelumnya, Bi Iyul tinggal sendirian karena suami dan anaknya telah meninggal,

olehkarena kesendiriannya itulah ada sedikit rasa hatinya untuk merawat anak-anak

tersebut. Walaupun Bi Iyul orang yang tidak mampu, tetapi ia dengan tulus mau

menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Padahal bi iyul hanya bekerja

sebagai pemulung barang rongsok yang berpenghasilan tak tentu. Keadaan itu membuat

Tori, Pardi dan Mila tidak ingin menyusahkan Bi Iyul terlalu banyak. Yaitu dengan mereka

bekerja sebagai pengamen, setidaknya dapat meringankan beban bi iyul dari pendapatan

mereka mengamen.

Page 3: Cerpen "Anak Pengamen Jalanan"

3 | P a g e

Tidak seperti anak lainnya, Walaupun tidak bersekolah, Tori, Pardi, dan Mila,

mereka sering mempelajari sendiri lewat buku-buku bekas yang didapatkan dari tempat

rongsok. Selain itu mereka juga kompak dalam berlatih music dari alat-alat sederhana dan

bernyanyi.

Hari itu, Tori, Pardi, dan Mila tidak biasanaya mendapat penghasilan dari

mengamen sedikit. Dan uang itu hanya bisa dibelikan 2 buah nasi bungkus dengan harga

Rp. 1500 perbungkus, makanan untuk sarapan malam yang biasa mereka beli setiap hari di

warung nasi pak joko. Tidak seperti hari-hari kemarin yang bisa dibelikan 4 bungkus

bahkan ada uang sisa yang bisa ditabung oleh mereka. Namun kini, Nasi bungkus itu akan

diberikan satu bungkus untuk bi iyul dan satu lagi untuk mereka bertiga. mereka akan

memakan satu bungkus diwarung nasi pak joko dibagi menjadi tiga, agar bi iyul memakan

yang tinggal satu bungkus itu.

“Ayo bagian ini untuk kalian berdua, dan yang separo ini bagianku”, kata tori sambil

membagi nasi untuk kedua temannya lebih banyak daripada dirinya.

“Kenapa bagianmu lebih sedikit dari kita tor?” sanggah Mila

“Iya tor.. sini , biar aku tambahin”, sambung Pardi

“Gak usah, aku masih kenyang kok, sudah, kalian makan saja bagian kalian ya”,

jawab Tori.

Walaupun begitu, sebenarnya tori sangat lapar, namun ia lebih mengkasihani lagi

temannya itu.

Setelah Tori selesai makan, tori duduk diteras depan warung nasi tersebut.

Dilihatnya beberapa anak yang baru pulang sekolah dengan tas yang digendongnya. Pulang

berombongan setelah mencari ilmu bersama teman-teman sebayanya. Munculah rasa iri

kepada anak anak yang bersekolah itu,sedangkan ia tidak mendapatkan pendidikan

Page 4: Cerpen "Anak Pengamen Jalanan"

4 | P a g e

selayaknya anak-anak lain. Tori dan temannya bertiga hanya seorang anak buangan oleh

orang tua kandung mereka, yang mereka sendiri tidak pernah mengenalnya. Rasa hati

yang membara ketika mengingat tentang ketidakjelasan orangtua kandung mereka. Tak

ada rasa kerinduan hatinya pada sang ibu. Hanya kekesalan yang menyelimutinya.

“Tor,tor, kok melamun gitu? Ada apa tori? Kamu ada masalah ya? Ayo cerita..” kata

Mila.

“Oh,oh, ga ada apa-apa kok mila, Cuma agak ngantuk nih..hahaha”, balas Tori

“Ah tori.. ya sudah kita lanjut mengamen lagi yuk. Setelah yang ini kita langsung

pulang”, ucap Pardi.

“Ayo, lanjut..” senyum Tori pada temannya,”semangat..”

Diperjalanan pardi mengeluhkan sesuatu.

“Aku ingin kalau kita ngamen, tapi membuat orang-orang yang lain terhibur. Tidak

menjenuhkan mereka.” Ucap Pardi

“bener juga.. disamping kita nyari uang, kita menghibur mereka. Kan dulu kita

selalu nyajiin lagu biasa aja. Pengamen-pengamen lain juga nyajiinya biasa aja”, sambung

Mila

“Bener-bener. Kali ini kita harus buat beda ya.. kita harus jadi orang kreatif. Tapi

yang pasti kita harus cari idenya dulu”, ucap Tori

“Aku siap..”jawab Mila

Tori, Pardi dan Mila pun mengkreasikan lagu mereka, dan tanpa tanggung-tanggung

membuat alat musik serupa gendang,gitar,kecrekan,dan lainya hanya dari alat-alat bekas.

Page 5: Cerpen "Anak Pengamen Jalanan"

5 | P a g e

Setelah beberapa lama mereka berlatih, merekapun siap mengamen dengan

kreativitas mereka.

“Semoga setiap orang yang mendengar kita akan selalu terhibur ya”, harap Tori

kepada temannya

“Iya tor, kita kan sudah berlatih dengan sungguh-sungguh. Aku yakin, pasti orang-

orang tidak akan bosan, karena kita nampilin ngamen yang lebih beda”, jawab Tori

“Gimana kalo kita bikin grup band aja, kaya di TV?”, ucap Mila

“Hah, grup band? Lucu tuh kayanya. Lalu namanya apa?”, sambung Pardi

“ Gimana kalo nama grup band-nya, penga.. panga.. pangaband?”, sambung Tori

“Artinya pengamen yang nge-band”, ucap Pardi

“Ha..ha..ha...”, mereka bertiga tertawa.

“Jadi, kita ngamen dimana nih dengan atribut yang cukup banyak ini?”, Tanya Pardi

“Sepertinya kita sementara ini mengamen di tempat agak luas yang menjadi tempat

berkumpul orang-orang banyak, seperti alun-alun. Setuju?”, ucap Tori.

“Setujuuuu”, jawab Pardi dan Mila

Merekapun mengamen dengan versi terbaru mereka dan membuat orang orang

menjadi terhibur, tidak lagi menjenuhkan, tidak ada lagi bentakan, tidak ada lagi cacian dan

pengacuhan.

Sebaliknnya, mereka ditunggu orang-orang itu.

Mereka adalah anak-anak dengan potensi yang besar,anak yang dibanggakan,

bukan oleh orang tua kandung mereka, tetapi oleh bibi yang mengasuh mereka sejak kecil.