central serous retinopathy ( csr )

Upload: nofrismanto

Post on 02-Jun-2018

401 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    1/17

    Central Serous Retinopathy ( CSR )

    nama

    nim

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

    email

    PENDAHULUAN

    Central Serous Chorioretinopathy (CSCR) dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan

    lepasnya retina dari lapis pigmen epitel di daerah makula akibat masuknya cairan melaluimembrane Bruch dan pigmen epitel yang inkompeten (pelepasan bagian neurosensori dari

    retina terjadi sebagai akibat dari kebocoran cairan koriokapilaris setempat melalui suatu

    defek di epitel pigmen retina. ) 1,2

    Biasanya, CSCR dialami pria berusia 20 sampai 50 tahun. Penyebab CSCR tidak diketahui.

    Riwayat sakit kepala migrain, penggunaan agen vasokonstriksi, hiperkortisol endogen,

    merokok, dan penggunaan kortikosteroid sistemik (oral, intranasal, dan inhalasi), agen

    psikofarmakologi alkohol, antibiotik (oral), dan antihistamin (oral) dapat dipikirkan sebagai

    faktor resiko CSCR. 2,12,13

    Beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk patofisiologi penyakit ini antara lain adalah

    transport ion yang abnormal di seluruh epitel pigmen retina (RPE/ retinal pigment

    epithelium ) dan vaskulopati koroidal fokal. 2,4,13,15 Gejala klinis dari CSCR, metamorfosia

    sepihak, penglihatan kabur unilateral, mikropsia, gangguan adaptasi gelap, desaturasi warna,

    penurunan kemampuan adaptasi terang, dan skotoma relatif. 2,13,15 Diagnosis dapat ditegakkan

    dari anamnesa pemeriksaan fisik menggunakan oftalmoskop, dan pemeriksaan penunjang

    dengan menggunakan slitlamp , angiografi fluoresens, Optical Coherence Tomography

    (OCT), Multifocalelectroretinography (mfERG), dan ngiografi ICR 2,12,15,17,18 Diagnosis

    banding untuk CSCR antara lain adalah neovaskularisasi koroidal subretinal, vaskulopati

    koroidal polipoidal, membran neovaskular koroidal, age related macular

    degeneration ,macular edema, dan macular hole .2,13

    http://emedicine.medscape.com/article/1226030-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1226030-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224224-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224320-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224320-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224320-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224320-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224224-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1226030-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1226030-overview
  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    2/17

    Pengobatan terkini dari CSCR adalah dengan aspirin dosis rendah 21, injeksi bevacizumab

    intravitreal, 22,23 fotokoagulasi laser, terapi fotodinamik 13,25, dan transpupillary thermotherapy

    (TTT). 26

    Komplikasi yang dapat timbul antara lain berupa neovaskularisasi subretina dan edema

    makula sistoid kronik. 12,13 Prognosis penyakit ini baik; Sekitar 80% mata dengan CSCR

    mengalami resorpsi spontan cairan subretina dan pemulihan ketajaman penglihatan normal

    dalam 6 bulan setelah awitan gejala.Namun, walaupun ketajaman penglihatan normal,

    banyak pasien mengalami defek penglihatan permanen, misalnya penurunan ketajaman

    kepekaan terhadap warna, mikropsia, atau skotoma relatif; 20-30% akan mengalami

    kekambuhan penyakit baik sekali maupun lebih dari sekali. 12,13

    ANAMNESIS

    Anamnesis yaitu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan yaitu berupa rekam medik pasien.

    Dapat dilakukan pada pasiennya sendiri (auto) atau pada keluarga terdekat (allo). Hal-hal

    yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah sebagai berikut :

    Identitas

    Nama

    Umur

    Jenis kelamin

    Alamat

    Agama dan suku bangsa

    Riwayat penyakit

    Keluhan utama , anamnesis tentang penyakitnya sendiri diawali dengan keluhan

    utama, ialah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.

    Riwayat penyakit sekarang , pada bagian ini penyakit disusun secara kronologis,

    terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan penderita sejak sebelum ada keluhan

    sampai anak dibawa berobat. Bila pasien telah mendapat pengobatan sebelumnya,

    hendaklah ditanyakan kapan berobat, kepada siapa, serta apa saja yang telah diberikan

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    3/17

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    4/17

    dengan kartu Snellen pada refraksi adalah refraksi : 6 M, 5 M, dan 3 M (memakai

    kaca pantul ). Jika ditulis Visus 6/6, artinya angka 6 di atas (pembilang) menunjukkan

    kemampuan jarak baca penderita, sedangkan angka 6 di bawah menunjukkan

    kemampuan jarak baca orang normal.

    Untuk pemeriksaan visus bila penderita gagal membaca kartu Snellen maka dilakukan

    dengan :

    a. Hitung jari, visus 6/60 artinya penderita hanya dapat menghitung jari pada

    jarak 6 meter, sedangkan pada orang normal bisa menghitung dalam jarak 60

    meter, begitu juga penilaian visus 5/60, 4/60, 3/60, 2/60, 1/60. Jika pasien

    masih tidak dapat menghitung jari dalam jarak 1 meter, maka lakukan tesgoyangan tangan.

    b. Goyangan tangan, jika pasien dapat melihat goyangan tangan dalam jarak 1

    meter, maka penilaian visus adalah 1/300. Jika pasien gagal melihat gerakan

    tangan dalam jarak 1 meter, lakukan tes persepsi cahaya.

    c. Persepsi cahaya.

    Pemeriksaan visus dilakukan pada masing-masing mata, dengan salah satu

    mata lain ditutup dengan telapak tangan. 1,3

    Pemeriksaan fisik mata

    Pemeriksaan Segmen Anterior

    a. Palpebra, penderita melihat lurus ke depan maka pinggir palpebra atas

    akan menutupi limbus atas (pinggir kornea) selebar 1 2 mm.

    b. Konjungtiva, normanya tidak berwarna dan tranparan.

    c. Kornea, vormanya bening

    d. Bilik mata depan, normalnya mata cukup dalam dan jernih.

    e. Iris dan pupil, normalnya pupil mata kiri dan kanan sama lebarnya dan

    letaknya simetris di tengah. Lebar pupil + 3 mm.

    Pemeriksaan ada 2 cara

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    5/17

    Langsung, yaitu mata disinari dengan sinar langsung, dan diamati

    mata yang disinari.

    Tidak langsung, yaitu mata disinari mata kanan, yang dilihat mata

    kiri, dan sebaliknya.f. Lensa mata, normalnya jernih.

    Pemeriksaan Segmen Posterior

    Untuk melihat segmen posterior mata bisa memakai alat yang disebut Oftalmoskop. 1-3

    Pemeriksaan Lapang Pandang

    Pemeriksaan lapang pandang yang dapat langsung dilakukan oleh dokter umum tanpa alat

    adalah dengan tes konfrontasi. 1

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Tekanan Bola Mata

    Ada 3 cara :

    Tonometer Schiotz

    Tonometer Aplanasi

    Pemeriksaan secara digital dengan jari tangan

    Pemeriksaan Slit Lamp

    Dengan alat ini kita dapat mengetahui segmen anterior dan segmen posterior mata

    secara detail.

    Pergerakkan Bola mata

    Ada 6 gerakan kardinal bola mata, yaitu medial lateral, medial atas bawah, lateral

    atas bawah . Pada mata palsu, biasanya < dari gerakan 4 mata.

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    6/17

    Luas lapang pandang

    Diperiksa dengan 3 cara :

    Goldman perimetri Layar Tangen Screen

    Tes Konfrontasi, dengan menggunakan tangan pemeriksa dan tekhnik

    paling mudah.

    Pemeriksaan Penonjolan Bola Mata

    Pemeriksaan penonjolan bola mata dapat dilakukan dengan alat Ophtalmometri

    Pemulasan Fluorescen

    Hanya epitel kornea yg rusak yang bersifat menyerap fluorescen. Caranya tetes irigasi

    pada mata, penilaian :

    warna hijau (kerusakan epitel kornea)

    Indikasi tes fluorescen :

    Adanya gejala trias (fotofobi, lakrimasi, dan blefarospasme).

    Riwayat trauma mata

    Mata merah

    Ada kekeruhan kornea 1-3

    DIAGNOSIS

    Centr al Serous Chor ior etinopathy (CSCR)

    Central Serous Chorioretinopathy (CSCR) dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan

    lepasnya retina dari lapis pigmen epitel di daerah makula akibat masuknya cairan melalui

    membrane Bruch dan pigmen epitel yang inkompeten (pelepasan bagian neurosensori dari

    retina terjadi sebagai akibat dari kebocoran cairan koriokapilaris setempat melalui suatu

    defek di epitel pigmen retina. ) 1,2

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    7/17

    Gambar 1 CSCR jika dilihat menggunakan fundus perimetry 3

    Dari anamnesa didapatkan bahwa pasien CSCR mengalami gejala akut berupa kehilangan

    daya penglihatan dan metamorfosia (khususnya mikropsia). Gejala-gejala lain termasuk

    penurunan visus sentral dan skotoma. Penurunan daya lihat biasanya dapat diperbaiki

    dcengan koreksi hiperopik. Keluhan lainnya berupa penurunan kemampuan adaptasi terang,

    kehilangan kemampuan membedakan warna dan kehilangan sensitivitas kontras. 2

    Dari pemeriksaan fisik menggunakan oftalmoskop dapat ditemukan pelepasan retina serosa

    tanpa ada perdarahan subretina. Pelepasan retina neurosensori tersebut bisa saja sangat kecil,

    dan membutuhkan pemeriksaan lensa kontak untuk mendeteksinya. Pelepasan epitel pigmen,

    bintik dan atrofi RPE, fibrin subretinal, dan lipid subretina atau bintik-bitik lipofusinod dapat

    juga ditemukan. 2

    Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan fundus menggunakan slitlamp ; dapat ditemukan

    adanya pelepasan serosa retina sensorik tanpa peradangan mata, neovaskularisasi retina,

    suatu lubang optik kecil, atau tumor koroid. Lesi epitel pigmen retina tampak sebagai bercak

    abu-abu kekuningan, bundar atau oval, kecil yang ukurannya bervariasi dan mungkin sulit

    dideteksi tanpa bantuan angiografi fluoresens. Zat warna fluoresens yang bocor dari

    koriokapilaris dapat tertimbun di bawah epitel pigmen atau retina sensorik, sehingga

    menimbulkan bermacam-macam pola termasuk konfigurasi cerobong asap. 2,13,17

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    8/17

    Angiografi fluoresens dari epiteliopati pigmen yang difus memperlihatkan hiperfloresens

    granular fokal yang berhubungan dengan defek dan penyumbatan yang disebabkan atrofi dan

    gumpalan RPE dengan satu atau lebih area yang terus mengalami kebocoran halus 17,18

    Optical Coherence Tomography (OCT) dapat digunakan untuk mengidentifikasi pelepasan

    makula bahkan yang sangat halus (subklinik). OCT menunjukkan akumulasi material

    lipofusinoid pada permukaan luar retina yang mengalami pelepasan neurosensori.

    Multifocalelectroretinography (mfERG) merupakan predictor yang lebih sensitif

    dibandingkan dengan OCT; mfERG dapat mendemonstrasikan perubahan fisiologis yang

    berhubungan dengan perbedaan jumlah makula serosa yang lepas. 12,19,20

    Gambar 2 Angiografi floresens pada fase resirkulasi awal dari pasien dengan pelepasan makulameurosensori terlokalisir 2

    Angiografi ICR menunjukkan area hiperfloresens lebih dini pada angiogram dengan adanya

    hiperfloresens dan kebocoran pada pembuluh darah koroidal. Sering, area kebocoran

    multipel dapat dilihat melalui angiografi ICG bahkan ketika belum terlihat apapun di

    angiografi floresens. 12,15,17

    DIAGNOSIS BANDING

    1. Neovaskularisasi koroidal subretinal

    Angiografi ICR dari neovaskularisasi koroidal subretinal biasanya mengungkapkan

    hanya satu bidang hiperfloresens yang semakin melebar.

    2. vaskulopati koroidal polipoidal

    Angiografi ICG dari vaskulopati koroidal polipoidal menunjukkan kaliber kecil, lesi

    vaskular koroidal polipoidal dan tidak ada bidang hipermiabilitas; bijaksana untuk

    mengamati pasien dan mengulang angiografi 2 minggu kemudian.

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    9/17

    3. Membran neovaskular koroidal

    Suatu area kebocoran CSCR harus tetap konstan atau berkurang seiring dengan waktu,

    sedangkan membran neovaskular koroidal kemungkinan akan bertambah.

    4. Age Related Macular Degeneration

    5. Macular Edema

    6. Macular Hole

    7. Retinal Detachment Exudative

    8. Retinal Detachmen t Rhegmatogenous

    9. Vogt-Koyanagi-Harada Disease 2,13

    ETIOLOGI

    Penyebab CSCR tidak diketahui; tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa penyakit

    bersifat infeksiosa atau disebabkan oleh distrofi epitel pigmen retina. 1 Pemahaman akan

    akumulasi patogenik dari cairan retina subneural di daerah makula masih sangat terbatas.

    Sudah diketahui bahwa cairan retina subneural berasal dari koroid. Kebocoran pewarna

    melalui defek fokal abnormal pada level RPE dan akumulasi dalam ruang retina subneural

    terlihat jelas pada angiografi floresens. 2,13,15

    Riwayat sakit kepala migrain dapat dipikirkan sebagai faktor resiko CSCR. Selain itu, CSCR

    juga telah dikaitkan dengan agen vasokonstriksi, hiperkortisol endogen, merokok, dan

    penggunaan kortikosteroid sistemik (oral, intranasal, dan inhalasi), agen psikofarmakologi

    alkohol, antibiotik (oral), dan antihistamin (oral). 2,12,13 Sebuah penelitian menunjukkan terjadi

    CSCR setelah dilakukan Keratektomi Fotorefraktif dan LASIK, tapi angka kejadian sangat

    rendah sehingga dianggap tidak ada hubungannya dengan CSCR itu sendiri. 16

    EPIDEMIOLOGI

    Biasanya, CSCR dialami pria berusia 20 sampai 50 tahun. Tidak ada kasus dilaporkan terjadi

    pada orang yang lebih muda dari 20 tahun. Pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun, CSCR

    dapat terjadi, tetapi bisa menjadi sulit dibedakan dengan usia degenerasi terkait makula. 1,2

    Meningkatnya frekuensi dialami oleh individu yang terlibat dalam pekerjaan yang menuntut

    kemampuan visual yang menampilkan ciri kepribadian tipe A atau yang sedang mengalamiketegangan fisik atau stres emosional. 2,12,13,14

    http://emedicine.medscape.com/article/1226030-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224224-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224320-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224509-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224737-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1229432-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1229432-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1229432-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224737-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224509-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224320-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1224224-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1226030-overview
  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    10/17

    GEJALA KLINIS

    Pandangan kabur / visus menurun

    Skotoma sentral

    Mikropsia

    Metamorfopsia

    Penurunan kemampuan melihat warna dan kontras

    Meskipun metamorfosia sepihak adalah gejala klasik dari CSCR, pasien dapat datang dengan

    penglihatan kabur unilateral, mikropsia, gangguan adaptasi gelap, desaturasi warna,

    penurunan kemampuan adaptasi terang, dan skotoma relatif. Rentang ketajaman visual dari

    20/15 (6/5) hingga 20/200 (6/60) tetapi rata-rata 20/30 (6/9). Ketajaman visual dapat

    diperbaiki dengan koreksi hiperopik. Gejala biasanya sembuh setelah beberapa bulan tetapi

    dapat terjadi lebih lama bahkan setelah cairannya hilang, hanya jarang sekali gejala tersebut

    betul-betul hilang dan tidak kambuh lagi. Tetap ada gejala sisa yang sifatnya permanen

    termasuk metamorfosia, penurunan persepsi kecerahan, dan penglihatan warna yang berubah.2,13,15

    PATOFISIOLOGI

    Beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk patofisiologi penyakit ini antara lain adalah

    transport ion yang abnormal di seluruh epitel pigmen retina (RPE/ retinal pigment

    epithelium ) dan vaskulopati koroidal fokal. Penemuan angiografi Indocyanine Green (ICG)

    telah menyoroti pentingnya sirkulasi koroid dalam patogenesis CSCR. Angiografi ICG telah

    menunjukkan hipermeabilitas multifokal dari koroid dan area-area hipofloresen yang diduga

    terjadi vaskulopati koroid fokal yang lebih besar. Beberapa studi yang menggunakan

    elektroretinografi multifokal menunjukkan disfungsi retina bilateral difus bahkan ketikaCSCR aktif hanya pada satu mata. 2,4,13,15

    Semakin banyak bukti bahwa penyebab CSCR adalah sirkulasi koroidal yang abnormal.

    Dengan menggunakan angiografi ICG, terlihat bahwa terjadi penundaan pengisian kapiler

    lobular koroidal pada area hipermeabel. Kapiler dan venula yang berdilatasi pada satu atau

    lebih lobulus, mengikuti penundaan terlokalisir dari pengisian arteri, dapat menjelaskan

    hipermeabilitas koroidal pada daerah kerusakan RPE.Diduga bahwa kemacetan kapiler dan

    vena lokal pada lobulus yang terkena akan mengganggu sirkulasi, memproduksi iskemia, dan

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    11/17

    terjadi peningkatan eksudasi koroidal dan koroid yang hiperpermeabel secara fokal. Hal ini

    memungkinkan cairan koroidal yang berlebih untuk menumpuk dan menghasilkan pelepasan

    epitel pigmen retina. Sejalan dengan pelepasan itu, target junctions antar sel RPE rusak, dan

    defek fokal dari blood-retinal barrier berkembang. Cairan koroidal melewatinya dan

    menghasilkan ablasi saraf retina. 2,4,13,15

    Kepribadian tipe A, hipertensi sistemik, dan obstructive sleep apnea dianggap memiliki

    hubungan dengan CSCR. Patogenesisnya keemungkinan adalah kortisol yang beredar dalam

    darah meningkat serta epinefrin, yang mempengaruhi autoregulasi dari sirkulasi koroid.Selain

    itu, pasien dengan CSCR menunjukkan respon otonom terganggu dengan penurunan aktivitas

    parasimpatis secara signifikan dan aktivitas simpatik yang juga meningkat secara signifikan. 8

    Kortikosteroid memiliki pengaruh langsung terhadap ekspresi gen reseptor adrenergik dan,

    dengan demikian, memberikan kontribusi pada efek keseluruhan dari katekolamin pada

    patogenesis CSCR. Studi terbaru mengungkapkan bahwa kortikosteroid dapat

    mempengaruhi produksi oksida nitrat, prostaglandin, dan radikal bebas dalam sirkulasi

    koroidal, yang mana ketiga produk itu berpartisipasi dalam autoregulasi dari aliran darah di

    koroid. 8

    PENATALAKSANAAN

    Medika mentosa

    Karena CSR ini merupakan self limited desease, maka tanpa pengobatan pun akan sembuh

    sendiri. Obat yang diberikan pun hanya obat yang dapat mempercepat menutupnya lubang

    kebocoran dilapisan epitel pigmen. Obat yang diberikan adalah vitamin dalam dosis yang

    cukup.

    Penatalaksanaan CSR yang banyak dianut saat ini adalah observasi selama 3-4 bulan sambil

    menunggu resolusi spontan. Biasanya penyakit ini akan sembuh dalam waktu 8-12 minggu

    Asetazolamid sebagai terapi pertama kali dikemukakan oleh Pikkel pada tahun 2002.

    percobaan ini didasarkan pada fakta bahwa asetazolamid terbukti efektif untuk mengurangi

    edema macula yang disebabkan oleh tindakan operasi dan berbagai kelainan intraocular

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    12/17

    lainnya. Penelitian pikkel ini membuktikan asetazolamid dapat memperpendek waktu resolusi

    klinis, tetapi tidak berdampak terhadap tajam penglihatan akhir dan rekurensi CSR

    Non Medikamentosa

    Jika penderita belum sembuh, maka dilakukan pengobatan dengan koagulasi sinar laser yang

    bertujuan untuk menutup lobang kebocoran dilapisan epitel pigmen. Keuntungan melakukan

    koagulasi ini adalah memperpendek perjalanan penyakit dan mengurangi kemungkinan

    kekambuhan tetapi tidak berpengaruh terhadap tajam penglihatan akhir.

    Fotokoagulasi laser Argon yang diarahkan kebagian yang bocor akan secara bermakna

    mempersingkat durasi pelepasan retina sensorik dan mempercepat pemulihan penglihatan

    sentral, tetapi tidak terdapat bukti bahwa fotokoagulasi yang segera dilakukan akan

    menurunkan kemungkinan gangguan penglihatn permanent. Walaupun penyulit fotokoagulasi

    laser retina sedikit, terapi fotokoagulasi laser segera sebaiknya tidak dianjurkan untuk semua

    pasien CSR. Lama dan letak penyakit, keadaan mata yang lain, dan kebutuhan visual

    okupasional merupakan factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan

    pengobatan .

    Dalam menggunakan fotokagulasi laser, dilakukan dua sampai tiga kali penyinaran tepat di

    sisi yang bocor, dengan ukuran titik sinarnya adalah 200m. dilakukan penyinaran selama 0,2

    detik dan dengan intensitas yang ringan untuk menghindari kerusakan RPE yang lebih lanjut.

    Kontraindikasi pengobatan ini adalah apabila sisi kebocorannya dekat dengan FAZ atau tepat

    di bagian FAZ.

    Indikasi fotokoagulasi laser adalah :

    CSR yang berulang

    CSR sesudah 12 minggu belum membaik

    Visus penderita semakin terganggu dan penderita tidak bisa bekerja untuk melakukan

    pekerjaan yang penting.

    Timbulnya deficit visual permanent pada mata disebelahnya

    Munculnya tanda-tanda kronik seperti perubahan kistik pada retina sensorik atau

    abnormalitas RPE ( retina eigment epithelium ) yang luas. 22-26

  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    13/17

    PROGNOSIS

    Sekitar 80% mata dengan CSCR mengalami resorpsi spontan cairan subretina dan pemulihan

    ketajaman penglihatan normal dalam 6 bulan setelah awitan gejala. Jadi, penyakit ini

    termasuk self-limiting condition . Namun, walaupun ketajaman penglihatan normal, banyak

    pasien mengalami defek penglihatan permanen, misalnya penurunan ketajaman kepekaan

    terhadap warna, mikropsia, atau skotoma relatif; 20-30% akan mengalami kekambuhan

    penyakit baik sekali maupun lebih dari sekali. 12,13

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Central Serous Chorioretinopathy (CSCR) adalah penyakit yang menyerang pria muda ( usia

    20-50 tahun) yang menampilkan ciri kepribadian tipe A atau yang sedang mengalami

    ketegangan fisik atau stres emosional. CSCR merupakan self-limiting condition yang

    biasanya sembuh spontan dalam 6 bulan setelah awitan gejala, walaupun banyak pasien

    mengalami defek penglihatan permanen, misalnya penurunan ketajaman kepekaan terhadap

    warna, mikropsia, atau skotoma relatif; 20-30% akan mengalami kekambuhan penyakit baik

    sekali maupun lebih dari sekali.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Jakarta, 2008.

    2. Oh, K. T., 2011. Central Serous Chorioretinopathy . Available from:

    http://emedicine.medscape.com/article/1227025 [Accessed: June 20 th, 2012]

    3. Rohrschneider, K. Micropertimetry in Macular Disease. Pada: Holz, F. G., Spaide, R. F.

    Essentials In Ophthalmology: Medical Retina. Springer Inc., Germany. 2007. 14-15.

    4. Gemenetzi, M., De-Salvo, G., Lotery, A. J., 2010. Central Serous Chorioretinopathy: An

    Update On Pathogenesis And Treatment. Eye (2010) 24, 1743 1756, Macmillan

    http://emedicine.medscape.com/article/1227025-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/1227025-overview#showall
  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    14/17

    Publishers Limited. Diperoleh dari:

    http://search.proquest.com/docview/816559789/fulltextPDF/1378DD46897661A471/1?ac

    countid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

    5. Junqueira, L. C., Carneiro, J. Sistem Fotoreseptor dan Audioreseptor. Pada : Junqueira, L.

    C., Carneiro, J . Alih bahasa: Tambayong, J. Editor: Dany, F. Histologi Dasar: Teks dan

    Atlas . Edisi 10 . Penerbit EGC. Jakarta, 2007: 458-462.

    6. Scanlon, V.C., Sanders, T. The Senses: The Eye. Pada: Scanlon, V.C., Sanders, T.

    Essentials of Anatomy and Physiology, 5 th Ed. F. A. Davis Company, Philadelphia. 2007:

    202-210

    7. Seeley, T. H., et al. The Special Senses. Pada: Seeley, T. H., et al. (Eds). Gabbe: Seeley-

    Stephens-Tate: Anatomy and Physiology, 6 th Ed. The McGraw-Hill Companies. New

    York, 2004: 511-522.

    8. Ganong, W. F. Vision. Pada: Ganong, W. F., Review of Medical Physiology. 21 st Ed. The

    McGraw-Hill Companies. New York, 2003.

    9. Hansen, J.T., Koeppen, B.M. Neurophysiology: Visual System. Pada: Hansen, J.T.,

    Koeppen, B.M. (Eds.). Netters Atlas of Human Physiology . Lippincott, Williams &

    Wilkins, New York. 2000: 43-44.

    10. Guyton, A.C., Hall, J. E. The Eye: II. Receptor and Neural Function of the Retina. Pada:

    Guyton, A.C., Hall, J. E. Textbook of Medical Physiology, 11 th Ed .Elsevier Inc.

    Pennsylvania. 2006: 626-639.

    11. Sherwood, L. Mata: Penglihatan. Pada : Sherwood, L., Pendit, B. U. (Ed.). Fisiologi

    Manusia dari Sel ke Sistem . Edisi kedua. Penerbit EGC. Jakarta, 2001: 160-175.

    12. Hardy, R. A. Retina dan Tumor Intraokular. Pada: Vaughan, D. G., Asbury, T., Riordan-

    Eva, P., Suryono, Y. J. (Ed.). Oftalmologi Umum, Edisi 14. Penerbit Widya Medika.

    Jakarta, 2000: 197-219.

    http://search.proquest.com/docview/816559789/fulltextPDF/1378DD46897661A471/1?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/816559789/fulltextPDF/1378DD46897661A471/1?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/816559789/fulltextPDF/1378DD46897661A471/1?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/816559789/fulltextPDF/1378DD46897661A471/1?accountid=50257
  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    15/17

    13. Wirostko, W. J., Pulido, J. S. Central Serous Chorioretinopathy. Pada: Yanoff, M.,

    Duker, J. S., Augsburger, J. J. (Eds.). Ophthalmology Second Edition. Mosby, Inc, Spain.

    2004: 2245-2254.

    14. Wynn , P. A., 2001. Idiopathic central serous chorioretinopathy a physical

    complication of stress?. Occupational Medicine, Vol. 51 No. 2. Diperoleh dari:

    http://occmed.oxfordjournals.org/content/51/2/139.full.pdf+html [Diakses 20 Juni 2012]

    15. Lang, G. E., Lang, G. K. Central Serous Chorioretinopathy. Pada: Lang, G. K.

    Ophthalmology: a Short Textbook . Thieme, Inc, New York. 2000:335-337.

    16. Moshirfar, M., et al., 2011. Clinical Study: The Incidence of Central Serous

    Chorioretinopathy after Photorefractive Keratectomy and Laser In Situ Keratomileusis.

    Hindawi Publishing Corporation Journal of Ophthalmology Volume 2012 . Diperoleh

    dari: http://www.hindawi.com/journals/jop/2012/904215/ [Diakses 20 Juni 2012]

    17. Spaide R. F. Autofluorescence from the Outer Retina and Subretinal Space. Pada: Holz,

    F. G., Schmitz-Valckenberg, S., Spaide, R. F. , Bird, A. C. (Eds). Atlas of Fundus

    Autofluorescence Imaging. Springer Inc., Germany. 2007.: 241-247.

    18. Staurenghi, G., Levi, G., Pedenovi, S., Veronese, C. New Developments in cSLO Fundus

    Imaging: Fundus Autofluorescence in Acute and Chronic Central Serous

    Chorioretinopathy. Pada: Holz, F. G., Spaide, R. F. Essentials In Ophthalmology:

    Medical Retina. Springer Inc., Germany. 2007. p27.

    19. Moschos, M., et al., 2006. Assessment of Central Serous Chorioretinopathy by Optical

    Coherence Tomography and Multifocal Electroretinography. Ophthalmologica 2007

    Vol.221 p292 298. Diperoleh dari:

    http://search.proquest.com/docview/224705088/fulltextPDF/1378D9E7B4C5B3832FE/1

    5?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

    20. Yip, Y. W. Y., et al., 2009. Correlation Between Functional And Anatomical

    Assessments By Multifocal Electroretinography And Optical Coherence Tomography In

    http://occmed.oxfordjournals.org/search?author1=P.+A.+Wynn&sortspec=date&submit=Submithttp://occmed.oxfordjournals.org/search?author1=P.+A.+Wynn&sortspec=date&submit=Submithttp://occmed.oxfordjournals.org/search?author1=P.+A.+Wynn&sortspec=date&submit=Submithttp://occmed.oxfordjournals.org/content/51/2/139.full.pdf+htmlhttp://occmed.oxfordjournals.org/content/51/2/139.full.pdf+htmlhttp://www.hindawi.com/journals/jop/2012/904215/http://search.proquest.com/docview/224705088/fulltextPDF/1378D9E7B4C5B3832FE/15?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/224705088/fulltextPDF/1378D9E7B4C5B3832FE/15?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/224705088/fulltextPDF/1378D9E7B4C5B3832FE/15?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/224705088/fulltextPDF/1378D9E7B4C5B3832FE/15?accountid=50257http://www.hindawi.com/journals/jop/2012/904215/http://occmed.oxfordjournals.org/content/51/2/139.full.pdf+htmlhttp://occmed.oxfordjournals.org/search?author1=P.+A.+Wynn&sortspec=date&submit=Submit
  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    16/17

    Central Serous Chorioretinopathy. Doc Ophthalmol (2010) Vol. 120:193200. Diperoleh

    dari:

    http://search.proquest.com/docview/214496701/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/

    1?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

    21. Caccavale, A., et al., 2010. Low-Dose Aspirin As Treatment For Central Serous

    Chorioretinopathy. Dove Press Journal: Clinical Ophthalmology, Vol.4. Diperoleh dari:

    http://www.dovepress.com/low-dose-aspirin-as-treatment-for-central-serous-

    chorioretinopathy-peer-reviewed-article-OPTH-recommendation [Diakses 20 Juni 2012]

    22. Jamil, A. Z., et al., 2012. Intravitreal Bevacizumab in Central Serous Chorioretinopathy.

    Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan 2012, Vol. 22 No. 6.

    Diperoleh dari: www.jcpsp.pk/archive/2012/Jun2012/06.pdf [Diakses 20 Juni 2012]

    23. Inoue, M., et al., 2010.Results of One-Year Follow-Up Examinations after Intravitreal

    Bevacizumab Administration for Chronic Central Serous Chorioretinopathy.

    Ophthalmologica 2011 Vol.225 p37 40. Diperoleh dari:

    http://search.proquest.com/docview/821564964/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/

    3?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

    24. Sturm, V., 2008. Early Laser Photocoagulation Treatment as an Option in Central Serous

    Chorioretinopathy. Ophthalmic Surgery, Lasers & Imaging , Vol 40, No 5. Diperoleh

    dari:

    http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/

    14?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

    25. Gupta, B., Mohamed, M.D., 2010.Photodynamic Therapy for Variant Central Serous

    Chorioretinopathy: Efficacy and Side Effects. Ophthalmologica 2011 Vol. 225 p207 210.

    Diperoleh dari:

    http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/

    14?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

    26. Wei, S. T., Yang, C. M., 2004. Transpupillary Thermotherapy in the Treatment of Central

    Serous Chorioretinopathy Ophthalmic Surgery, Lasers & Imaging , Vol 36, No 5.

    http://search.proquest.com/docview/214496701/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/1?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/214496701/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/1?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/214496701/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/1?accountid=50257http://www.dovepress.com/low-dose-aspirin-as-treatment-for-central-serous-chorioretinopathy-peer-reviewed-article-OPTH-recommendation1http://www.dovepress.com/low-dose-aspirin-as-treatment-for-central-serous-chorioretinopathy-peer-reviewed-article-OPTH-recommendation1http://www.dovepress.com/low-dose-aspirin-as-treatment-for-central-serous-chorioretinopathy-peer-reviewed-article-OPTH-recommendation1http://www.jcpsp.pk/archive/2012/Jun2012/06.pdfhttp://www.jcpsp.pk/archive/2012/Jun2012/06.pdfhttp://www.jcpsp.pk/archive/2012/Jun2012/06.pdfhttp://search.proquest.com/docview/821564964/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/3?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/821564964/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/3?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/14?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/14?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/14?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/14?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/14?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/14?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/14?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/14?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/821564964/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/3?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/821564964/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/3?accountid=50257http://www.jcpsp.pk/archive/2012/Jun2012/06.pdfhttp://www.dovepress.com/low-dose-aspirin-as-treatment-for-central-serous-chorioretinopathy-peer-reviewed-article-OPTH-recommendation1http://www.dovepress.com/low-dose-aspirin-as-treatment-for-central-serous-chorioretinopathy-peer-reviewed-article-OPTH-recommendation1http://search.proquest.com/docview/214496701/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/1?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/214496701/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/1?accountid=50257
  • 8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

    17/17

    Diperoleh dari:

    http://search.proquest.com/docview/215686702/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/

    15?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

    http://search.proquest.com/docview/215686702/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/15?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215686702/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/15?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215686702/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/15?accountid=50257http://search.proquest.com/docview/215686702/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/15?accountid=50257