centella asiatica acc
TRANSCRIPT
ISOLASI ASIATICOSIDE DARI DAUN PEGAGAN
Centella asiatica L
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Dapat dirincikan tujuan percobaan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara mengisolasi triterpen dari tumbuhan Centella
asiatica (L) Urban.
2. Agar bisa memahami dan menjelaskan keadaan sampel yang telah murni.
3. Sebagai pedoman penelitian
1.2 Latar Belakang
Pengadaan bahan baku obat di Indonesia masih merupakan masalah yang
harus dipecahkan. Jumlah obat yang beredar saat ini 95 % bahan bakunya diimpor
dari negara lain. Oleh sebab itu pemerintah berupaya agar pengadaan bahan baku
obat tersebut dapat diatasi sendiri. Salah satunya dengan cara mengali sumber
daya alam yang ada dan meningkatkan penguasaan teknologi pengolahannya.
Centella asiatica (L.) Urban merupakan tanaman yang banyak ditemukan
di Indonesia. Di Indonesia tanaman ini lebih dikenal dengan nama pegagan.
Centella asiatica (L.) Urban telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai bahan
pengobatan secara tradisional. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai
obat untuk menyembuhkan sariawan, diuretik, menambah nafsu makan, obat
wasir, antelmintik, antitoksik, antiinfeksi, antipiretik dan radang pada kulit. Selain
itu, pegagan dipercaya bisa meningkatkan ketahanan tubuh, menyembuhkan lepra,
TBC, sirosis hati, skleroderma, keloid, gangguan pembuluh vena, penyakit
traumatis, lupus, sebagai tonik untuk memperkuat dan meningkatkan daya tahan
otak dan saraf, serta menurunkan gejala stress dan depresi. Selain itu pegagan
juga digunakan sebagai bahan kosmetika untuk mengatasi selulit, antikerut dan
pengencang kulit, serta dalam perawatan kulit kering dan bersisik. Hal yang
sangat menarik, pegagan dapat pula digunakan sebagai pengganti Ginkgo biloba
1
terutama untuk mengatasi kepikunan dini dan meningkatkan kecerdasan otak.
Untuk pengobatan sakit kulit seperti borok, eksim dan luka, peluruh air seni
(diuretik) dan pembersih darah dengan menggunakan air rebusan daun atau
seluruh bagian tanaman yang di atas tanah.
Melihat banyaknya kegunaan dan banyaknya ditemukan di Indonesia
maka perlu diketahui kandungan senyawa yang terdapat dalam tanaman Centella
asiatica (L.) Urban. Salah satu dari senyawa yang banyak terkandung di dalamnya
adalah golongan triterpenoid. Tumbuhan pegagan ini mengandung campuran
triterpenoid dalam kadar yang cukup tinggi, yaitu asiatikosid, asam asiatat, dan
asam madekasat. Campuran ini mempunyai khasiat untuk merangsang biosintesa
kolagen yang digunakan dalam pengobatan lepra, luka bekas operasi, luka bakar,
dan jaringan perut.
Dengan alasan-alasan yang demikian maka dibutuhkan seorang farmasis
untuk menformulasinya. Salah satu yang menarik di sini adalah senyawa
triterpenoid yang terkandung dalam daun pegagan tersebut, yang setelah diteliti
ternyata banyak sekali manfaat dan kegunaannya dalam bidang pengobatan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani
2.1.1 Klasifikasi
Tumbuhan Centella asiatica (L) Urban dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Umbellales
Family : Umbelliferae
Genus : Centela
Spesies : Centella asiatica (L) Urban
2.1.2 Morfologi
Centella asiatica (L) Urban berupa herba tahunan, tanpa batang tetapi
dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata dengan panjang 10
cm sampai 80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2 –
10 lembaran daun, kadang-kadang agak berambut. Tangkai daun panjangnya
sampai 40 cm. Helaian dan berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis
tengah sampai 10 cm. Pinggir daun beringgit dan bergerigi, terutama kearah
pangkal daun. Pembungaan menyerupai payung 1-5 yang keluar dari ketiak
daun kelopak. Gagang bunga panjangnya 5-50 mm, lebih pendek dari
tangkai daun. Bunga umumnya berjumlah tiga, yang ditengah duduk dan
yang di samping bergagang pendek. Daun pelindung berjumlah dua dan
panjangnya 3-4 mm berbentuk bulat telur. Tajuk berwarna merah
lembayung dengan panjang 1 cm dan lebarnya sampai 0,75 mm. Buah
berbentuk pipih, lebarnya 7 mm dan tingginya 3 mm, berlekuk dua, berusuk,
berdinding tebal dan berwarna kuning kecoklatan.
3
2.1.3 Nama Daerah
Tumbuhan ini dijumpai di berbagai daerah di Indonesia dengan nama:
Melayu : Daun kaki kuda, Daun penggaga
Minangkabau : Pugago
Jakarta : Pegagan
Sunda : Antanan, Antanan bener, Cowet gompeng
Jawa : Gagan-gagan, Gangganan, Kerok batok, Pacul gowang,
Rendeng, Calingan rambat
Madura : Kos-tekosan
Makasar : Pagaga
Bugis : Tungke-tungke
Halmahera : Kori-kori
Ternate : Koliditi manora
Irian : Dagauke, Santanan
2.1.4 Penyebaran
Pegagan merupakan tumbuhan asli Madagaskar dan banyak dijumpai
tumbuh di kawasan Asia lainnya seperti India, Pakistan, Srilangka, Malysia,
dan Indonesia. Pegagan tumbuh liar di daerah tropis mulai dari dataran
rendah sampai ketinggian 2500 m di atas permukaan laut. Pegagan lebih
banyak dijumpai tumbuh di daerah terbuka atau sedikit kelindungan,
terutama pada tanah yang lembab seperti tegalan, padang rumput, dan
persawahan.
2.2 Kandungan Kimia dan Kegunaan Pegagan
2.2.1 Kandungan kimia pegagan
Kandungan kimia pegagan adalah glikosida triterpenoid, triterpenoid,
alkaloida, asam amino, dan asam lemak. Komponen minyak atsiri pegagan adalah
sitronelal, linalool, neral, mentol, linalil asetat, dan sitronelil asetat. Pengagan
mengandung tiga masam triterpenoid yaitu asiatikosida, asam asiatat, dan asam
madekasat.
4
Asam Asiatikat
Asam Madekasat
Asiatikosida
2.2.2 Kegunaan pegagan
Pegagan telah lama digunakan masyarakat sebagai sayuran dan obat
tradisional. Penggunaanya sebagai obat tradisional di Jawa Tengah menduduki
tempat kedua setelah tumbuhan dari famili Zingiberaceae. Pegagan dalam
pengobatan tradisional mempunyai efek farmakologi sebagai antitusif, antipiretik,
antelmetikum, obat luka. Suku Sinhala di Srilangka dan India menggunakan
5
pegagan sebagai obat untuk kesegaran tubuh dan kelelahan otak, gangguan
mental, tekanan darah tinggi, abses, rematik, demam, luka, borok, lepra, gangguan
saraf, dan ikterus.
Masyarakat memakai pegagan dengan cara menumbuk daun segar, lalu
diperas dan air perasannya digunakan sebagai bahan obat. Cara lainnya dengan
mengeringkan daun atau herba lalu dijadikan serbuk, dan ditaburkan pada bagian
yang akan diobati.
Campuran triterpenoid dalam pegagan mempunyai khasiat merangsang
biosintesis kolagen dan digunakan dalam pengoabatan lepra, luka bekas operasi,
luka bakar, keloid, fibrosis, dan radioterapi
2.2.3 Sediaan
Sediaan yang mengandung campuran triterpenoid dari pegagan beredar di
Indonesia dengan nama dagang Madecassol®, buatan Laroche Navarone
(Perancis). Sediaan ini berbentuk tablet 10 mg/tablet, salep 10 mg/g, serbuk tabur
20 mg/g dan kasa steril 1 g/lapis.
2.3 Triterpenoid
2.3.1 Tinjauan umum triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualen. Triterpenoid merupakan golongan terbesar dari senyawa terpenoid.
Triterpenoid secara kualitatif dapat dikenali dengan pereaksi Lieberman-
Burchard yang memberikan warna merah jingga sampai ungu. Sebagian besar
triterpenoid mempunyai 4 atau 5 cincin yang bergabung dengan pola yang sama.
Sedangkan gugus fungsinya tertentu, seperti adanya ikatan rangkap, -OH, -
COOH, keton, aldehid, gugus asetoksi, cincin oksida, atau lakton.
2.3.2 Sumber triterpenoid
Triterpenoid di alam tersebar luas pada tumbuh-tumbuhan dan beberapa
jenis hewan. Triterpenoid yang berasal dari tumbuh-tumbuahn, umumnya
6
mempunyai kerangka struktur pentasiklik, sedangkan triterpenoid yang berasal
dari hewan mempunyai kerangka struktur tetrasiklik.
Triterpenoid saponin atau glikosida triterpenoid adalah suatu senyawa yang
apabila dihidrolisa akan menghasilkan sapogeni berupa triterpenoid dan molekul
gula. Triterpenoid saponin banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi,
terutama pada famili Caryophyllaceae, Sapindaceae, Polygalaceae, Sapotaceae,
Chenopodiaceae, Papaveraceae, Myrtaceae, Umbelliferrae, dan Cucurbitae.
Sterol adalah triterpenoid dengan bentuk dasar cincin siklopentan
perhidrofenantren, berguna sebagai bahan dasar hormon sex, asam empedu dan
sebagainya. Sterol mulanya hanya ditemukan pada hewan tapi pada saat ini
ditemukan pada tumbuhan, yang dikenal dengan fitosterol. Fitosterol ini terutama
ditwemukan pada tumbuhan tingkat rendah, hanya beberapa yang ditemukan pada
tumbuahn tingkat tinggi.
Kardenolida atau glikosida jantung adalah racun yang banyak berkhasiat
farmakologi didapat dari Scrophulariaceae, Apocynaceae, Moraceae,
Asclepiaceae.
2.3.3 Sifat fisika dan kimia triterpenoid
Triterpenoid tidak berwarna, berbentuk kristal, dan sering mempunyai titik
lebur yang tinggi. Secara umum triterpenoid sulit ditentukan sifatnya karena
kurang reaktif. Sifat kimia triterpenoid pada dasarnya harus dipandang sebagai
reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya , misalnya 3 -Hidroksil
menunjukkan semua sifat dari alkohol sekunder.
2.3.4 Biosintesa triterpenoid
Reaksi pembentukan triterpenoid dimulai dari asam asetat yang diaktifkan
oleh koenzim-A, bergabung membentuk asam asetoasetat. Asam asetoasetat
dengan asetil koenzim-A akan bergabung membentuk rantai karbon bercabang
berupa asam mefalonat. Asam mefalonat mengalami reaksi fosforilasi, eliminasi
asam fosfat dan proses dekarboksilasi membentuk isopentil piropospat (IPPP),
dan berisomerisasi menjadi dimetil alilpiropospat (DMAPP) dengan bantuan
enzim isomerase. IPPP sebagai unit isopren aktif akan bergabung secara kepala ke
7
ekor dengan DMAPP, penggabungan ini merupakan langkah pertama dari
siklinasi isopren untuk membentuk senyawa terpenoid. IPPP dan DMAPP akan
menghasilkan geranil piropospat (GPP), yang merupakan senyawa antara bagi
semua senyawa monoterpenoid.
Pengabungan IPPP dengan GPP akan membentuk senyawa Farsenil
piropospat (FPP), yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa
seskuiterpenoid. Pembentukan triterpenoid adalah merupakan pengabungan FPP
yang menghasilkan skualen. Skualen dapat membentuk lebih dari 20 macam
kerangka tritepenoid, tergantung pada konformasi skualen yang mengalami proses
multisiklinasi.
2.4 Metoda Ekstraksi
Tumbuhan sebelum diekstraksi terlebih dahulu dikeringkan. Pengeringan ini
bertujuan untuk menghilangkan air, sebab dengan adanya air pada tumbuhan
dapat menyebabkan penguraian dan oksidasi zat aktif.
Tumbuhan diekstraksi dengan metode yang cocok (maserasi, perkolasi, dan
sokletasi). Pemilihan metode ekstraksi bertujuan agar komponen yang diekstraksi
dapat tertarik sempurna tanpa mengalami perubahan terhadap sifat dan
strukturnya. Pertimbangan pemilihan metoda ekstraksi bergantung pada sifat zat
yang akan diekstraksi, jumlah sampel yang akan digunakan. Sedangkan pemilihan
pelarut sangat bergantung pada sifat komponen aktif yang akan diekstraksi.
Ekstrak selanjutnya diuapkan sampai seluruh pelarutnya menguap. Apabila
senyawa yang dikandung ekstrak berupa senyawa tunggal maka hasil yang
diperoleh akan berbentuk kristal. Apabila ekstrak bercampur dengan komponen
lain, maka diperlukan proses lebih lanjut untuk memisahkan masing-masing
komponen.
2.5 Metoda Pemisahan dan Pemurnian
Komponen terpisah dalam bentuk murni, didapatkan dengan cara
kromatografi. Kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi lapis
tipis, kromatografi kolom, kromatografi gas, dan kromatografi cairan tekanan
tinggi.
8
Jumlah senyawa dalam bentuk ekstrak diketahui dengan cara kromatografi
lapis tipis. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel atau bahan lain yang
cocok, fasa geraknya digunakan pelarut dalam bentuk tunggal atau campuran
beberapa pelarut dengan perbandingan yang cocok, sehingga didapat pemisahan
senyawa pada plat kromatografi yang dapat diamati dengan atau tanpa bantuan
penampak noda. Triterpenoid secara umum dipisahkan dengan kromatografi lapis
tipis dan kromatografi gas.
Penampak noda untuk mendeteksi senyawa golongan triterpenoid adalah
pereaksi Liebermann-Burchard, Antimon triklorida dalam kloroform (Carr-Price)
dan asam sulfat pekat dalam etanol. Pemisahan masing-masing senyawa dalam
jumlah besar dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis preparatif atau
kromatografi kolom.
Karbon dapat menyerap zat-zat yang mempunyai muatan terkutup di
permukaannya. Pada suhu biasa penyerapan pada permukaan tersebut terjadi
karena adanya gaya tarik(Van der Waals) dari karbon yang cukup stabil.
Sedangkan pada suhu tinggi terjadi penyerapan melalui antar aksi kimia dengan
panas yang dibutuhkan untuk reaksi kimia.
Molekul polar cenderung untuk berkumpul di permukaan karbon.
Banyaknya molekul yang diserap sesuai dengan banyaknya molekul yang berada
di permukaan. Permukaan karbon mempunyai kedudukan yang terlokalisasi dan
seragam. Penyerapan pertama menempati lapisan pertam permukaan karbon. Bila
terjadi penyerapan yang kedua menempati lapisan yang luasnya sama dengan luas
permukaan lapisan yang pertama.
Karbon aktif lebih banyak menyerap senyawa yang mempunyai gugus
aromatis seperti alkaloid, flavonoid, dan fenol. Sedangkan senyawa yang tidak
mempunyai gugus aromatik seperti triterpenoid hanya seperti terserap.
9
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang di gunakan dalam isolasi pegagan ini antara lain : Grinder;
Timbangan Analitik; Botol infuse 500 ml; Corong; Rotary evaporator; Pipet tetes;
Vial.
3.1.2 Bahan
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan, antara lain: Daun pegagan kering
100 gram; Ethanol; Kertas saring; Reagen LB; dan norit; Eti asetat ; Methanol.
3.2 Cara Kerja
Sortir simplisia pegagan yang telah kering dari pengotor, lalu dihaluskan
dengan grinder. Timbang sebanyak 100 gram dan masukkan ke dalam botol infus.
Maserasi dengan etanol sampai sampel terendam seluruhnya selama 3x3 hari.
sambil dikocok setiap harinya. Kemudian saring maserasi pegagan tadi dengan
menggunakan kertas saring dan maseratnya ditampung dengan botol infuse yang
lain. Tambahkan norit aktif yang telah dipanaskan dalam oven kedalam botol
infuse yang berisi maserat pegagan, aduk dan diamkan sampai larutan menjadi
bening dan jernih. Jika belum jenih, saring dan tambahkan kembali norit yang
baru. Diamkan sampai jernih dan bening. Jika larutan telah jernih, saring larutan,
dan filtratnya dirotary sampai kering dan berbentuk serbuk putih. Hitung berat
rendemen yang didapatkan. Kemudian lakukan KLT dengan menggunakan eluen
dikclorometan : heksan = 9 : 1. Hitung nilai Rf.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Warna kristal : putih
Berat pegagan : 100 gram
Berat kristal : 2,5677 gram
Jarak pelarut : 4,4 cm
Jarak noda : 3,25 cm
= 3,25
4,4
= 0,7386
= X 100%
= 2,5677 %
4.2 Pembahasan
Pada pemeriksaan triterpenoid dari pegagan (Centella asiatica (L) Urban)
yang digunakan adalah bagian daunnya yang telah disortir terlebih dahulu. Daun
pegagan (Centella asiatica (L) Urban) yang digunakan merupakan daun yang
telah kering. Tujuan digunakan daun yang telah kering agar simplisia bertahan
lama dan tidak berjamur.
Untuk pemeriksaan triterpenoid ini kami menggunakan metode maserasi.
Dipilihnya metode ini karena metode ini lebih sederhana, hanya dengan
perendaman beberapa hari. Selain itu sampel yang digunakan dalam jumlah yang
11
2,5677 100
banyak. Pelarut yang digunakan adalah etanol, karena etanol ini merupakan
pelarut yang universal yang bisa melarutkan semua senyawa yang terkandung
dalam simplisia. Selain itu harganya juga relatif lebih murah dibandingkan
dengan pelarut-pelarut lainnya.
Daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban) dimaserasi dengan etanol
selama empat hari. Setelah empat hari disaring dan filtratnya ditempatkan pada
wadah yang lain. Kemudian daun pegagan tersebut dimaserasi lagi selama empat
hari. Maserasi ini dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut. Hasil penyaringan
berupa filtrat digabungkan seluruhnya. Hasil saringan ditambahkan dengan norit
sampai warna filtrat tersebut menjadi bening dan tidak berwarna. Tujuan
ditambahkan norit ini adalah untuk menarik klorofil dan pengotor-pengotor yang
terdapat pada filtrat. Selain itu juga untuk menarik senyawa-senyawa yang
mempunyai gugus polar dan aromatis seperti alkaloid, flavonoid dan fenol.
Kemudian disaring dan divakumkan dengan rotary evaporator sampai menjadi
bentuk serbuk berwarna putih.
Pada percobaan kali ini didapatkan nilai rendemennya sebanyak 2,5677 %,
sedangkan Rfnya yaitu 0,7386.
12
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
Dari praktikum yang dilakukan, dapat kami simpulkan bahwa:
1. Daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban) mengandung senyawa
triterpenoid, diantaranya adalah asam asitik, asam madekasat, dan asam
asiatikosida yang merupakan senyawa mayor.
2. Selain triterpenoid, tumbuhan ini juga mengandung senyawa minor yang
bukan triterpenoid seperti : alkaloid, asam amino, asam lemak,
thankuniside, isothankuniside, mesoinositol, centellose, caretenoids,
garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium magnesium, kalsium,
besi, zat semak dan tennin. Komponen minyak atsiri pegagan seperti
citronelol, linalool, neral, mentol, vellarine (campuran antara damar dan
minyak terbang).
3. Rendemen yang didapatkan adalah 2,5677 % dan nilai Rf = 0,7386.
5.2. Saran
Demi kelancaran dan kesuksesan dari percobaan yang dilakukan, maka
praktikan menyarankan kepada praktikan selanjutnya supaya :
Teliti, hati-hati dan serius dalam melaksanakan percobaan, dan sesuai dengan
prosedur kerja.
Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan percobaan.
13
Pergunakan alat seperti vial, botol infus atau pipet tetes yang benar-benar
bersih dan kering.
Teliti dalam memilih pelarut dan eluen yang akan digunakan sesuai dengan
tingkat kepolarannya.
Lakukan penambahan reagen secara kuantitatif.
Pergunakanlah reagen yang baru untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Pergunakan pipet tetes yang berbeda untuk masing-masing reagen atau larutan
uji untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Sebelum di KLT pastikan dahulu kristal yang diperoleh sudah murni dan
bebas dari pengotor agar hasil KLT lebih baik dan nilai Rfnya sama dengan
literatur.
14
DAFTAR PUSTAKA
Besari, Ismail, dkk. 1995. Kimia Organik Universitas. Bandung: PT Armico.
Djamal, Rusdji. 1988. Prinsip-prinsip Dasar Bekerja dalam Bidang KBA. Padang:
Unand.
Winator W.P. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan. Jakarta: Agro Media Pustaka.
15