cedera kepala sedang

16
CEDERA KEPALA SEDANG (CKS) 1. DEFINISI Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (Smeltzer, 2010). Cedera Kepala sedang adalah suatu trauma yang menyebabkan Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam dapat mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 9-12 (Smeltzer, 2010) 2. ETIOLOGI a. Trauma tumpul Kecepatan tinggi : tabrakan motor dan mobil Kecepatan rendah : terjatuh atau dipukul b. Trauma tembus luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya (Mansjoer, 2000:3) c. Jatuh dari ketinggian

Upload: ndok-ima-sitiromawatidija

Post on 17-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BEDAH

TRANSCRIPT

Page 1: cedera kepala sedang

CEDERA KEPALA SEDANG (CKS)

1. DEFINISI

Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa

disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak

(Muttaqin, 2008).

Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai

respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (Smeltzer, 2010).

Cedera Kepala sedang adalah suatu trauma yang menyebabkan Kehilangan kesadaran dan

amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam dapat mengalami fraktur tengkorak

dengan GCS 9-12 (Smeltzer, 2010)

2. ETIOLOGI

a. Trauma tumpul

Kecepatan tinggi : tabrakan motor dan mobil

Kecepatan rendah : terjatuh atau dipukul

b. Trauma tembus

luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya

(Mansjoer, 2000:3)

c. Jatuh dari ketinggian

d. Cedera akibat kekerasan

e. Cedera otak primer

adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Dapat terjadi

memar otak dan laserasi

f. cedera otak sekunder

Page 2: cedera kepala sedang

kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia metabolisme, fisiologi yang timbul

setelah trauma

3. FAKTOR PREDISPOSISI

a) Anak-anak , terutama usia baru lahir sampai 4 tahun

b) Remaja lanjut terutama pada usia 15-24 tahun

c) Usia lanjut ≥ 75 tahun

(Mayo clinic, 2014)

4. FAKTOR PRESIPITASI

a) Kecelakaan lalu lintas (kecelakaan bermotor)

b) Terjatuh dari ketinggian, benturan dan pukulan

c) Tumpukan benda tajam

d) Kecelakaan kerja industry

e) Kecelakaan saat olahraga, contohnya tinju

f) Benturan dari objek yang bergerak dan menimbulkan gerakan (cedera akselerasi)

serta dapat terjadi bila kepala membentur bahan padat yang tidak bergerak dengan

deselerasi cepat dari tulang tengkorak (cedera deselerasi)

(sjamsuhidajat, 2005)

Page 3: cedera kepala sedang

5. PATHWAY

Benturan kepala

Trauma kepala

Trauma akibat deselerasi/ akselerasi

Trauma pada jaringan lunak Cedera jaringan otak

HematomaRusaknya jaringan kepala

Luka terbuka

Resiko tinggi terhadap infeksi

-Perubahan pada cairan intra dan ekstra sel (oedema)

-Peningkatan suplai darah ke daerah trauma (vasodilatasi)

Robekan dan distorsi

Tekanan intracranial ↑

Aliran darah ke otak ↑

Perubahan perfusi jaringan cerebral

Merangsang hipotalamus

Hipotalamus terfiksasi (pd diensefalon)

↓produksi ADH

Retensi Na+H2O

Gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit

Merangsang infe- rior hipotalamus

Mengeluarkan steroid & adrenal

Sekresi HCl ↓

Mual muntah

Resiko gangguan pemenuhan nutrisi

Kerusakan hemisfer motorik

Penurunan kekuatan & tahanan otot

Gangguan mobilitas fisik

Hipoksia jaringan

Kerusakan pertukaran gas

Pernafasan dangkal

Pola nafas tak efektif

Penurunan kesadaran

Gangguan pola bahasa

Tak mampu menyampaikan kata2

Gangguan komunikasi verbal

Gangguan persepsi sensoris

Jaringan sekitar tertekan

Gangguan rasa nyaman

Page 4: cedera kepala sedang

6. TANDA DAN GEJALA

a) GCS 15

b) sadar penuh,

c) orientasi baik dan

d) mengikuti perintah

e) nyeri kepala

f) mual muntah

g) pusing

h) amnesia

(mansjoer, 2010)

7. AKIBAT YANG DITIMBULKAN

a) Dapat timbul lesi intracranial walaupun risikonya sangat minimal

(mansjoer, 2010)

8. PENATALAKSANAAN

Menurut Mansjoer (2010) secara umum penatalaksanaan terapeutik pasien

dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:

a) Observasi 24 jam

b) Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.

c) Berikan terapi intravena bila ada indikasi.

d) Anak diistirahatkan atau tirah baring.

e) Profilaksis diberikan bila ada indikasi.

f) Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.

g) Pemberian obat-obat analgetik.

h) Pembedahan bila ada indikasi

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Dongoes (2010), Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Trauma

Capitis  :

a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah

(hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia

(hipovolemia, disritmia jantung)

Page 5: cedera kepala sedang

b. Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan

neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau

kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak,

prosedur invasif. Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi.

Respon inflamasi tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem

tertutup (kebocoran CSS).

d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif.

Penurunan kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal:

tirah baring, imobilisasi.

e. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan

tingkat kesadaran). Kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan.

Status hipermetabolik.

10. INTERVENSI KEPERAWATAN (DONGOES, 2010)

NO Diagnosa

Keperawatan

Tujuan intervensi

1. Perubahan perfusi

jaringan serebral

berhubungan dengan

penghentian aliran

darah (hemoragi,

hematoma) edema

cerebral Penurunan

TD sistemik/hipoksia

(hipovolemia,

disritmia jantung

Mempertahankan

tingkat kesadaran

biasa/perbaikan,

kognisi, dan fungsi

motorik/sensorik.

Kriteria hasil :

Tanda vital stabil

dan tidak ada tanda-

tanda peningkatan

TIK

1. Tentukan faktor-faktor

yg menyebabkan

koma/penurunan

perfusi jaringan otak

dan potensial

peningkatan TIK.

2. Pantau /catat status

neurologis secara

teratur dan bandingkan

dengan nilai standar

GCS.

3. Pantau tanda-tanda

vital: TD, nadi,

Page 6: cedera kepala sedang

frekuensi nafas, suhu.

4. Pantau intake dan out

put, turgor kulit dan

membran mukosa.

5. Turunkan stimulasi

eksternal dan berikan

kenyamanan, seperti

lingkungan yang

tenang.

6. Bantu pasien untuk

menghindari

/membatasi batuk,

muntah, mengejan.

7. Tinggikan kepala

pasien 15-45 derajat

sesuai indikasi/yang

dapat ditoleransi.

8. Batasi pemberian

cairan sesuai indikasi.

9. Berikan oksigen

tambahan sesuai

indikasi.

10. Berikan obat sesuai

indikasi, misal:

diuretik, steroid,

antikonvulsan,

analgetik, sedatif,

antipiretik.

2. Resiko tinggi pola

napas tidak efektif

berhubungan dengan

kerusakan

neurovaskuler (cedera

Tujuan :

Mempertahankan

pola pernapasan

1. Berikan perawatan

aseptik dan antiseptik,

pertahankan tehnik

cuci tangan yang baik.

2. Observasi daerah kulit

Page 7: cedera kepala sedang

pada pusat pernapasan

otak). Kerusakan

persepsi atau kognitif.

Obstruksi

trakeobronkhial.

efektif.

Kriteria hasil :

Bebas sianosis, GDA

dalam batas normal

yang mengalami

kerusakan, daerah

yang terpasang alat

invasi, catat

karakteristik dari

drainase dan adanya

inflamasi.

3. Pantau suhu tubuh

secara teratur, catat

adanya demam,

menggigil, diaforesis

dan perubahan fungsi

mental (penurunan

kesadaran).

4. Anjurkan untuk

melakukan napas

dalam, latihan

pengeluaran sekret

paru secara terus

menerus. Observasi

karakteristik sputum.

5. Berikan antibiotik

sesuai indikasi

3. Resiko tinggi terhadap

infeksi berhubungan

dengan jaringan

trauma, kulit rusak,

prosedur invasif.

Penurunan kerja silia,

stasis cairan tubuh.

Kekurangan nutrisi.

Respon inflamasi

tertekan (penggunaan

Tujuan :

Mempertahankan

normotermia, bebas

tanda-tanda infeksi.

Kriteria evaluasi :

Mencapai

penyembuhan luka

1. Pantau frekuensi,

irama, kedalaman

pernapasan. Catat

ketidak teraturan

pernapasan.

2. Pantau dan catat

kompetensi reflek

gag/menelan dan

kemampuan pasien

untuk melindungi jalan

Page 8: cedera kepala sedang

steroid). Perubahan

integritas sistem

tertutup (kebocoran

CSS).

tepat waktu.napas sendiri. Pasang

jalan napas sesuai

indikasi.

3. Angkat kepala tempat

tidur sesuai aturannya,

posisi mirng sesuai

indikasi.

4. Anjurkan pasien untuk

melakukan napas

dalam yang efektif bila

pasien sadar.

5. Lakukan penghisapan

dengan ekstra hati-

hati, jangan lebih dari

10-15 detik. Catat

karakter, warna dan

kekeruhan dari sekret.

6. Auskultasi suara

napas, perhatikan

daerah hipoventilasi

dan adanya suara

tambahan yang tidak

normal misal: ronkhi,

wheezing, krekel.

7. Pantau analisa gas

darah, tekanan

oksimetri

8. Berikan oksigenasi.

9. Lakukan fisioterapi

dada jika ada indikasi.

Kerusakan mobilitas

fisik berhubungan

dengan kerusakan

Tujuan : Klien

merasa nyaman.

1. Dorong klien untuk

berbaring dalam posisi

terlentang dengan

Page 9: cedera kepala sedang

persepsi atau kognitif.

Penurunan

kekuatan/tahanan.

Terapi pembatasan

/kewaspadaan

keamanan, misal: tirah

baring, imobilisasi

Kriteria hasil :

 Klien akan

melaporkan

peningkatan

kekuatan/ tahanan

dan menyebutkan

makanan yang harus

dihindari.

bantalan penghangat

diatas abdomen.

2. Singkirkan

pemandangan yang

tidak menyenagkan

dan bau yang tidak

sedap dari lingkungan

klien.

3. Dorong masukan

jumlah kecil dan

sering dari cairan

jernih (misal : teh

encer, air jahe, agar-

agar, air) 30-60 ml tiap

½ -2 jam

4. Lindungi area perianal

dari iritasi

Resiko tinggi terhadap

perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan perubahan

kemampuan untuk

mencerna nutrien

(penurunan tingkat

kesadaran).

Kelemahan otot yang

diperlukan untuk

mengunyah, menelan.

Status hipermetabolik

Tujuan :

Intake nutrisi

meningkat.

· Keseimbangan cairan

dan elektrolit.

· Berat badan stabil

1. Mengkaji keadaan

nutrisi untuk

mengetahui intake

nutrisi klien.

2. Kaji faktor penyebab

perubahan nutrisi

(klien tidak nafsu

makan, klien kurang

makan makanan yang

bergizi, keadaan klien

lemah dan banyak

mengeluarkan

keringat).

3. Kolaborasi dengan tim

Page 10: cedera kepala sedang

gizi tentang pemberian

mekanan yang sesuai

dengan program diet

(rendah garam dan

rendah lemak).

4. Membantu keluarga

dalam memberikan

asupan makanan

peroral dan

menyarankan klien

untuk menghindari

makanan yang

berpantangan dengan

penyakitnya.

5. Membantu

memberikan vitamin

dan mineral sesuai

program.

6. Kolaborasi dengan tim

dokter dalam

pemberian Transfusi

Infu

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E, Marry F. MandAlice, C. G. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman

Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. Et al. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 5. Jakarta: Media Aesculapius.

Page 11: cedera kepala sedang

Mayo clinic. 2014.Traumatic Brain Injury. Diunduh pada 28 September 2014 pukul 13:48

melalui http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/traumatic-brain-injury/basics/risk-

factors/con-20029302

Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta: Salemba Medika.

Sjamsuhidayat, R. Jong Wim De. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Copy editor: Adinda

Candralela. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth (Terjemahan). Edisi 8. Jakarta: EGC