cbm
DESCRIPTION
cbmTRANSCRIPT
Kondisi mesin yang bermasalah dimana engineer dan operator tidak dapat menyelesaikannya dan cenderung
membiarkan, yang kadang menyebabkan “black out”, umum terjadi di setiap industri, termasuk industri perminyakan.
mengapa? Mereka punya target produksi, misalnya saat itu pabrik Semen Andalas menargetkan produksi 1 juta ton
pertahun, hitungannya perhari mereka harus memproduksi sekitar 3000 ton. Kasus yang lebih ekstrim adalah pada
industri perminyakan, dimana target export sudah di tentukan oleh APBN misalnya 600 ribu barel perhari. Teriakan
operator maintenance untuk menghentikan mesin, tidak terdengar. Sampai terdengar suara ledakan mesin “black
out”. Saat itu kehilangan produksi diterima sebagai takdir, bukan sebagai kesalahan perencanaan dan pelaksanaan
perawatan. Hal tersebut sering terjadi di industri Pembangkit Tenaga Listrik, Perminyakan, Perusahaan Air Minum
atau Industri tranportasi. Kita menerima akibat, listirk mati, air tidak keluar, atau bakan pesawat “delay”.
Teknologi perawatan yang berdasarkan jangka waktu, hanya membutuhkan operator yang kuat, rajin, tekun tapi tidak
perlu cerdas. Mereka punya otot yang besar untuk membuka baut dan mur. Hasil riset di angkatan laut Amerika
Serikat tahun 1990, di pangkalan kapalnya bahwa perawatan periodik sering membuat kondisi mesin yang
sebelumnya baik menjadi lebih buruk. Ini karena saat dilakukan pemasangan kembali, terjadi kesalahan. Dalam
banyak kasus kondisi mesin sebenarnya dalam keadaan baik sebelum dilakukan perawatan. Kejadiannya yang lain,
sebuah mesin yang sudah dilakukan perawatan periodik dan ternyata ada masalah, seperti asap yang keluar dari
bak penampung oli, tidak dapat terjawab. Dalam hal tersbut, operator perawatan tidak mau berfikir lebih panjang
karena perawatan periodik sudah dilakukan.
Sekarang sudah ditemukan sebuah teknologi perawatan yang mulai menggantikan fungsi perawatan periodik.
Teknologi ini dinama “condition based mainentance (CBM)” atau “perawatan berdasarkan kondisi”. CBM prinsipnya
menilai mesin dengan standar kondisi. Dua metode CBM yang dikenal luas yaitu analisa getaran mesin dan analisa
oli atau tribology. Analisa getaran lebih popular dan memiliki kapasitas untuk menilai hampir semua sumber
ketidaknormalan ketika mesin beroperasi seperti: adanya kelonggaran baut, misalignment (ketidaklurusan),
imbalance (ketidak seimbangan), kerusakan bantalan, bahkan kondisi oli yang sudah mesti diganti. Teknologi ini
bekerja dengan prinsip, “mesin yang sedang beroperasi jangan dihentikan untuk di rawat, kecuali diketahui pasti apa
penyebabnya”.
Keberhasilan Teknologi CBM bergantung pada pada 4 hal yaitu: sensor, signal analyzer, standar kondisi dan
brainware. Teknologi ini keluar dari disiplin ilmu mesin menuju elektronik, suatu keniscayaan sekarang ini bahwa
electronik dan mesin harus dikawinkan. Mengapa teknologi ini baru diperkenalkan? Masalahnya adalah pada biaya.
Tahun 90an harga sensor di pasaran mencapai 20 juta per buah. Signal analyzer berkisar 200 juta rupiah. Sekarang
seperangkat sensor and “signal analyzer” dapat diperoleh dengan harga 65 juta rupiah. Standar kondisi belum
diketahui sepenuhnya seperti saat itu, umpamanya, bagaimana kondisi getaran jika terjadinya keretakan kecil pada
poros? Ini belum di temukan. Sekarang hampir semua keadaan mesin telah dapat dikaitkan dengan pola getaran,
riset yang berkatian sangat banyak dilakukan, termasuk yang sedang dilakuan oleh Penulis. Brainware adalah orang
yang yang mengoperasikan, membuat laporan setelah menggunakan tiga alat tadi. Ini sebuah tantangan mendidik
operator yang mau mengandalkan otak daripada otot.
Jika CBM berhasil diterapkan secara maksimal di setiap industri, maka akan terjadi penghematan sangat besar.
Penghematan biaya, tenaga dan waktu. Salah satu pengaruh untuk kita adalah terhindarnya putus aliran listrik ketika
kita sedang menonton sinetron favorit. Yang lebih menarik adalah blackout tidak mungkin terjadi karena setiap
perubahan yang mikro dari kondisi mesin telah ditangkap oleh sensor, lebih awal.
Corrective Maintenance dan Preventive Maintenance telah digunakan selama beberapa
dekade, namun keduanya masing-masing masih memiliki titik kelemahan yang signifikan
dalam usaha pencegahan gangguan.
Condition-based maintenance (CBM)Condition-based maintenance (CBM) diperkenalkan untuk mencoba memelihara peralatan
yang benar di saat/waktu yang tepat. CBM didasarkan pada penggunaan real-time
data untuk memprioritaskan dan mengoptimalkan sumber daya pemeliharaan. Pengamatan
status dari sebuah sistem dikenal sebagaicondition monitoring. Sistim yang demikian akan
mampu dengan sempurna menentukan kesehatan peralatan, dan bertindak hanya ketika
pemeliharaan benar-benar perlu.
Pengembangan dalam beberapa tahun belakangan ini sudah memungkinkan penggabungan
instrumentasi terhadap peralatan secara luas, dan diikuti dengan penggunaan perangkat
yang lebih baik untuk menganalisa data kondisi peralatan. Dengan sistem semacam ini
seorang personil pemeliharaan seketika akan lebih mampu dan cekatan dalam memutuskan
kapan yang merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemeliharaan pada berbagai
titik dari sebuah ataupun beberapa peralatan sekaligus. Condition-Based-Maintenance
secara ideal akan memungkinkan seorang/tim personil pemeliharaan untuk melakukan hal
yang benar saja, memperkecil biaya onderdil, sistem downtime dan memperkecil waktu
yang terbuang sia-sia saat menunggu datangnya waktu pemeliharaan.
Tantangan CBM
Di samping kegunaannya, ada beberapa tantangan terhadap penggunaan CBM. Pertama
dan paling utama dari semua dan ditakuti oleh semua orang adalah, biaya awal
pembentukan sistem CBM cukup tinggi (tidak lagi jika dengan sistem yang akan kami
tawarkan). Memerlukan peningkatan model instrumentasi dari sebuah peralatan (seperti
sendor, converter, dll.). Rata-rata umumnya biaya instrumentasi yang digunakan untuk
menganalisa kondisi peralatan yang sudah terinstall di dalam sistem sungguh besar
melebihi harga peralatan itu sendiri. Oleh karena itu, merupakan hal penting untuk
memutuskan pentingnya investasi di depan dalam penambahan sistem CBM terhadap
semua peralatan.
Salah satu hasil dari generasi CBM yang pertama di dalam industri minyak dan gas, jumlah
biaya yang keluar hanya berpusat pada getaran di dalam alat berat yg berputar (heavy
rotating equipment) saja.
Yang kedua memperkenalkan CBM akan meminta/mendorong suatu perubahan utama di
dalam proses bagaimana pemeliharaan harus dilakukan, dan berpotensi kepada seluruh
organisasi pemeliharaan di dalam suatu perusahaan. Perubahan di dalam keorganisasian
umumnya adalah sangat sulit.
Begitu juga, dalam segi teknis operasional inspeksi dan pemeliharaan sebuah peralatan
tidaklah selalu mudah dan sesederhana yang pernah dibayangkan. Sekalipun beberapa
bentuk kaleng peralatan yang dengan mudah diamati dengan mengukur nilai-nilai
sederhana seperti getaran, akselerasi atau pun kecepatan linear, temperatur dan tekanan,
dlsb. Bukanlah sebuah hal yang sepele untuk memutar data yang terukur ke dalam sebuah
actionable knowledge mengenai kesehatan sebuah peralatan.
RETOSA CBM
RETOSA CBM merupakan akronim dari Real Time & Open Systems Architecture for
Condition-Based Maintenance. Sistem ini pertama kali dikenalkan di PLN untuk sebagai
sebuah sistem CBM terpadu untuk memantau dan menganalisa kondisi kesehatan peralatan
pada Bay/Feeder sebuah Substation atau Gardu melalui data trend parameter-parameter
kelistrikan dan grafik beban per-hari.
Sistem ini mampu mengasilkan laporan data peralatan otomatis dalam format XML dan juga
dalam format Ms. Excel yang sudah terformat seperti format logsheet yang diinginkan oleh
owner. Menggunakan sistem database Open XML sehingga mudah untuk diliput kedalam
trend yang ada di dalam website owner.
Ukuran data XML sangat kecil (3kByte saja) sehingga memungkinkan untuk ditampilkan
dalam format web untuk ponsel yang dilengkapi dengan kapabilitas WAP. Kapanpun dan
dumanapun anda dapat memantau sistem yang sedang berjalan.
Mampu meng-handle lebih dari satu peralatan/bay dalam sebuah sistem monitoring CBM.
Untuk sistem CBM yang lebih besar dan luas, RETOSA di desain untuk mampu bekerja dalam
fungsi Remote sehingga dapat dipantau dari berbagai tempat sekaligus.
Investasi CBM itu mahal? Biaya pembuatan sistem automasi dan realtime trend analysis
mahal? Oh Tidak lagi..
RETOSA CBM di develop oleh anak-anak bangsa sendiri yang telah lama eksis dalam dunia
automasi dunia. Tidak perlu lagi khawatir biaya investasi yang tinggi dan harus
mendatangkan tenaga asing yang mahal, yang hakekatnya kualitasnya belum tentu lebih
baik bukan?
RETOSA CBM menggunakan standar .Net Framework yang mampu berjalan si segala jenis
sistem operasi.RETOSA CBM menggunakan standar Open Source sehingga anda dapat
mengolah dan mengembangkan sendiri baik segi tampilan dan format sistem CBM sesuai
kebutuhan dan standar perusahaan.
RETOSA CBM satu ini telah dikembangkan ke dalam beberapa model sesuai keinginan
customer seperti:
CBM: Bay Monitoring & Load Analysis
CBM: Power Transformer Monitoring
CBM: Battery Power System Monitoring
dan tentunya masih banyak lagi sesuai keinginan customer