cbm di indonesia

22
COALBED METHANE DI INDONESIA : DARI PERSPEKTIF OPERATOR I. CBM Indonesia Coalbed methane (CBM) adalah bentuk dari gas alam yang terjadi di batubara. Selama proses koalifikasi, sejumlah besar gas (kebanyakan metana) terbentuk secara biologis dalam lapisan batubara dan terlepas selama ekstrasi batubara. Walaupun produksi CBM adalah aspek pelengkap pertambangan batubara. Ini sudah mulai mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun terakhir. CBM memiliki potensi besar sebagai sumber daya global karena didunia mengandung cadangan berlimpah gas. Selain itu CBM adalah bahan bakar yang ramah lingkungan. Negara-negara yang memiliki cadangan CBM yang besar dan aktif dalam produksinya adalah Rusia, China, Alaska, Australia, Kanada dan Amerika Serikat. Sebagian besar cadangan dunia dari CBM, namun masih belum dimanfaatkan. Cadangan CBM di Indonesia adalah salah satu cadangan CBM terbesar di dunia. Saat ini, cadangan negara diperkirakan kurang lebih 453 triliun kaki kubik (tcf) yang setara dengan sekitar enam persen dari total cadangan CBM dunia. Angka ini juga menunjukkan bahwa cadangan CBM di Indonesia lebih dari dua kali

Upload: deny-pradesta

Post on 20-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Coalbed Methane

TRANSCRIPT

COALBED METHANE DI INDONESIA : DARI PERSPEKTIF OPERATOR

I. CBM Indonesia

Coalbed methane (CBM) adalah bentuk dari gas alam yang terjadi di

batubara. Selama proses koalifikasi, sejumlah besar gas (kebanyakan metana)

terbentuk secara biologis dalam lapisan batubara dan terlepas selama ekstrasi

batubara. Walaupun produksi CBM adalah aspek pelengkap pertambangan

batubara. Ini sudah mulai mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun

terakhir.

CBM memiliki potensi besar sebagai sumber daya global karena

didunia mengandung cadangan berlimpah gas. Selain itu CBM adalah bahan

bakar yang ramah lingkungan. Negara-negara yang memiliki cadangan CBM

yang besar dan aktif dalam produksinya adalah Rusia, China, Alaska,

Australia, Kanada dan Amerika Serikat. Sebagian besar cadangan dunia dari

CBM, namun masih belum dimanfaatkan.

Cadangan CBM di Indonesia adalah salah satu cadangan CBM terbesar di

dunia. Saat ini, cadangan negara diperkirakan kurang lebih 453 triliun kaki

kubik (tcf) yang setara dengan sekitar enam persen dari total cadangan CBM

dunia. Angka ini juga menunjukkan bahwa cadangan CBM di Indonesia lebih

dari dua kali lipat cadangan gas alam dunia. Namun, pemanfaatan di

Indonesia dari sumber energi tersebut masih rendah.

Potensi CBM terbesar di Indonesia terletak pada:

a. Sumatera Selatan

b. Kalimantan Selatan

c. Kalimantan Timur

Dan beberapa potensi CBM kecil di Indonesia terletak pada:

a. Riau

b. Bengkulu

Pertama proyek CBM yang signifikan di Indonesia merupakan

lapangan Sanga Sanga di Kalimantan Timur yang mendapat penghargaan -

pada tahun 2009 - untuk sebuah konsorsium di mana BP dan ENI memegang

saham besar. Perusahaan energi milik negara Pertamina melakukan proyek

CBM kedua dunia (terletak di Sumatera Selatan) melalui anak usahanya

Pertamina Hulu Energi. Menjelang masa mendatang, perusahaan ingin lebih

mengembangkan aset CBM di negara ini.

Pemerintah Indonesia telah menyadari potensi CBM sebagai sumber

daya untuk pembangkit listrik karena efektivitas biaya (dibandingkan dengan

impor minyak) dan sifat ramah lingkungan. Mulai tahun 2007 pemerintah

telah melewati beberapa undang-undang baru untuk pengembangan CBM

sebagai bagian dari program untuk merangsang pengembangan sumber daya

yang tidak konvensional. Undang-undang ini ditujukan untuk memberikan

perlindungan yang lebih bagi investor dan meningkatkan bagi hasil CBM

operator hingga 45 persen (minyak dan operator gas menerima 15 dan 30

persen masing-masing). Namun mengingat bahwa pengembangan CBM di

Indonesia masih agak dalam keadaan masa pertumbuhan Bidang, demikian

pula kerangka hukumnya. Regulator migas negara Indonesia BPMigas (yang

diubah menjadi SKK Migas pada tahun 2012) yang disetujui lebih dari 50

kontrak pengembangan CBM dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintah Indonesia bermaksud untuk mengangkat peran sumber

terbarukan dalam kombinasi energi dunia ke arah masa depan :

 

 Energy

Mix

      2011

 Energy

Mix

      2025

Oil        50%        23%

Coal        24%        30%

Gas        20%        20%

Renewable

Energy        6%        26%

Perusahaan besar CBM di Indonesia diduduki oleh:

• Ephindo

• Medco Energi International 

• Pertamina Hulu Energi 

• Energi Mega Persada 

• Bumi Resources 

II. Status dari Projek CBM EPHINDO

II.1. Blok Sekayu, Sumatera Selatan

Di Sumatera Selatan terdapat 2 lokasi eksplorasi CBM, yaitu

Sekayu I dan Sekayu II

a. Sekayu I

Sekayu I mendapatkan penghargaan PSC (Production Sharing

Contract) CBM Indonesia ketika ditandatangani pada Mei 2008.

Perusahaan gabungan dioperasikan oleh Medco Energi, Perusahaan

Minyak dan Gas independen terbesar di Indonesia, yang memiliki

50% hak kepemilikan. Ephindo memiliki kepemilikan ekonomis

yang efektif dari 21,5% di PSC, melalui sahamnya di Selatan

Sumatera Energy Inc (SSE), yang dalam proses diubah menjadi

kepentingan kerja langsung, dengan persetujuan Pemerintah.

Sekayu terletak di cekungan Sumatera Selatan, yang

diperkirakan memiliki potensi CBM dari 180 tcf, dan memiliki

manfaat infrastruktur minyak dan gas yang ada cukup besar. The

PSC meliputi area seluas 583 km2. Sampai saat ini partner sudah

dibor dua inti-ke-pilot sumur dan satu inti dengan baik. Kegiatan

dewatering sudah dimulai di dua sumur uji coba, dengan gas yang

telah mengalir ke permukaan.

Signed

May 2008

Total Area 583 sq. km²

Basin South Sumatra

Target Formation(s) PalembangPangadeng

Typical Seam Thickness* ~20m

Coal Quality  Sub-Bituminous

b. Sekayu II

Effective Participating Interests

Medco Energy (operator) 50.0%

McLaren/CBM Asia/FEM* 28.5%

Ephindo* 21.5%

*Held via South Sumatra Energy Inc.

PSC CBM Sekayu II ditandatangani pada 9 Oktober 2013, dan

merupakan projek pertama Ephindo yang dioperasikan di cekungan

Sumater Selatan. PSC terdiri dari dua blok, yang berdekatan dengan

PSC CBM Sekayu I, di mana Ephindo memiliki 21,5% saham yang

tidak beroperasi. Ini, dikombinasikan dengan Studi Bersama yang

diselesaikan di wilayah tersebut di 2012, memberikan Ephindo

pemahaman teknis yang kuat tentang wilayah tersebut dan

menempatkan perusahaan di posisi yang bagus untuk mempercepat

projek Sekayu II.

Ephindo mempunyai 74% saham di PSC, dengan sisa saham

dimiliki oleh Star Energy yang mempunyai dan mengoperasikan

tumpang tindih PSC yang konvensional.

Signed

October 2012

Total Area 451 sq. km²

Basin South Sumatra

Target Formation(s) PalembangPangadeng

Typical Seam Thickness* ~20m

Coal Quality Sub-Bituminous

Prognosed by analogy to Sekayu I

Effective Participating Interests

Ephindo (operator) 74.0%

Star Energy 26.0%

II.2. Blok Sangatta I, Kalimantan Timur

Sangatta I CBM PSC terletak di Kalimantan Timur dan

ditandatangani pada 13 November 2008. Ephindo mempunyai hak

ekonomis yang efektif dari 24% di kontrak tersebut dan bersama-

operator, melalui sahamnya di Sangatta CBM Inc Barat (SWCI), yang

dimiliki bersama oleh Dart Energy Ltd pasangan lainnya di blok ini

adalah perusahaan minyak nasional Indonesia, Pertamina, dengan

working interest 52%. Blok tersebut awalnya meliputi area seluas 1.301

km2, namun sejak itu telah dikurangi menjadi 1.168 km2 setelah

pelepasan wajib 10%.

Komitmen kerja tiga tahun adalah: G & G penelitian; delapan

lubang inti; dan lima sumur eksplorasi. Sampai saat ini tiga lubang inti

dan empat lubang percontohan telah selesai di bagian selatan-timur dari

blok, dengan gas arus yang didirikan dari Maret 2011.

Dalam jangka dekat, perusahaan patungan berencana untuk

menjual gas dari sumur percontohan untuk digunakan oleh PLN di unit

pembangkit listrik berbahan bakar gas 1 MW. Unit ini akan memasok

listrik untuk proyek itu sendiri, serta kota-kekuatan kekurangan

Sangatta, yang saat ini mengandalkan tenaga diesel berbahan bakar

mahal untuk sebagian besar dari kebutuhannya.

II.3. Blok Kutai Batumas, Kalimantan Timur

Ephindo memiliki 50% dan beroperasidi Kutai Timur CBM PSC,

yang ditandatangani pada tanggal 1 April 2011. Sisa 50% dipegang oleh

perusahaan minyak terbesar ke-5 di dunia dan produsen gas terbesar di

Indonesia. Blok ini disediakan 1,496 km2 dalam ukuran dan terletak

sekitar 100 km sebelah barat dari Bontang LNG Plant dan kota

Sangatta.

Tiga tahun komitmen yang kuat terdiri dari: G & G penelitian;

dua sumur inti; dan dua sumur eksplorasi. Pengeboran di blok dimulai

pada akhir-2012. Prognosis Batubara Bituminus ke sub-bituminus dan

muncul dalam beberapa lapisan dari 2-5m masing-masing.

III. Pembaruan Program Eksplorasi : Blok Sekayu

III.1. Program Kerja Eksplorasi

Program kerja eksplorasi di Blok Sekayu mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1) Mendapatkan keyakinan yang cukup dari program eksplorasi untuk

dilanjutkan ke tahap pembangunan

2) Menentukan spacing optimum

3) Menentukan penyelesaian optimum

III.2. Proses Transportasi Gas di Penampungan Gas Batubara

III.3. Blok Sekayu Ephindo

III.4. Parameter Penting untuk CBM

a. Permeabilitas

Pada reservoir CBM kita tahu bahwa permeabilitas adalah

parameter utama dalam menentukan respon dari reservoir, reservoir

coal-seam. Permeabilitas yang tinggi akan meningkatkan produksi

gas karena proses desorpsi gas terjadi cepat. Makalah ini

menyajikan sebuah ide baru untuk mempercepat produksi reservoir

CBM dengan menerapkan stimulasi vibrasi kepada sampel core

CBM yang diperkirakan secara konservatif efek dari vibrasi tersebut

akan memperbaiki properti batuan (porositas dan permeabilitas) dari

sampel core CBM tersebut.

b. Anisotropy

Anisotropi (Anisotropy) adalah : sifat (permeabilitas) material yang

tidak seragam pada arah aliran rembesan yang berbeda. Misalnya,

penyerapan pada lapisan batubara, permeablilitas arah mendatar

berbeda dengan arah vertical.

c. Kapasitas Gas

Rank atau tingkat kematangan batubara, yang ditunjukkan dengan

nilai vitrinit reflectance (Ro) batubara. Batubara dengan rank

menengah Ro 0,55% - 2 % memiliki kapasitas serapan gas metan

yang baik. Makin besar tekanan makin besar kapasitas serapan gas

tetapi dengan kecepatan yang makin berkurang sewaktu mendekati

batas jenuhnya. Makin tinggi temperatur makin kecil kapasitas

serapannya atau mempertinggi desorpsi gasnya. Makin tinggi

kandungan mineral matternya, makin kecil kapasitas serapan

gasnya.

d. Saturation

Hasil lain dari proses coalifikasi adalah air. Air memiliki tempat

yang penting dalam analisa CBM. Air dapat tersimpan dibatubara

melalui dua cara, yaitu : (a) sebagai air yang terikat di matriks

batubara dan (b) sebagai air bebas pada cleat. Matriks yang

mengikat air tidak mobile dan menunjukkan pengaruh yang

signifikan dalam recovery methane dari batubara. Namu, air bebas

pada cleat merupakan salah satu parameter yang penting dalam

produksi methane. Air bebas bersifat mobile pada saturasi air yang

tinggi (lebih besar dari 30%). Banyak endapan batubara merupakan

sistem aquifer yang aktif dan saturasi airnya 100% pada cleat

system.

e. Ketebalan batubara

f. Porositas

Sebagai produksi terjadi dari reservoir batubara, perubahan tekanan

yang diyakini menyebabkan perubahan porositas dan permeabilitas

batubara. Hal ini umumnya dikenal sebagai penyusutan matriks /

pembengkakan. Sebagai gas desorbed, tekanan yang diberikan oleh

gas di dalam pori-pori berkurang, menyebabkan mereka menyusut

dalam ukuran dan membatasi aliran gas melalui batubara. Seperti

pori-pori mengecil, menyusut matriks secara keseluruhan juga, yang

akhirnya dapat meningkatkan ruang gas dapat berjalan melalui

(yang cleat), meningkatkan aliran gas.

III.5. Penurunan Gas Batubara dengan Mengeluarkan Air dan Gas

III.6. Tipikal Kapasitas Gas untuk Batubara Tidak Jenuh

III.7. Metodologi Penyelesaian Sementara Batubara

III.8. Prosedur yang Direkomendasikan

Pada program kerja eksplorasi ini, prosedur yang

direkomendasikan antara lain :

1) Uji bor dan produksi sebuah sumur dengan satu ketebalan lapisan

batubara, oleh perekahan lapisannya.

2) Uji bor dan produksi sebuah sumur dengan lubang horizontal

multilateral setidaknya dua lapisan batubara.

3) Cocokkan terlebih dahulu data produksi gas dan air untuk

memperoleh deskripsi waduk yang baik.

4) Gunakan data dari pencocokan sebelumnya untuk menentukan jarak

sumur optimal.

5) Pada titik ini kita memiliki data dari dua sumur sehingga kita dapat

menggunakan simulator untuk melihat penyelesaian lain dan jarak

sumur.

III.9. Profil Kasus Dasar Produksi

IV. Tantangan dan Peluang Saat Ini

IV.1. Tantangan

Adapun tantangan yang ada saat ini, antara lain:

a. Teknologi

1) Keterbatasan informasi geologis dan pemboran

2) Teknologi baru, operasi dewatering dan produksi air yang besar,

laju produksi gas yang rendah, butuh ratusan sumur, berbagi

fasilitas di area yang tumpang tindih, cocok untuk tujuan

pemboran, alat-alat khusus dan jasa kontraktor yang

berpengalaman.

3) Gas terus menerus diproduksi sebelum POD (Plan of

Development).

b. Sumber daya manusia

1) Kurangnya keahlian CBM di negara, di perusahaan minyak dan

gas, di badan pengawas, di perusahaan jasa.

2) Butuh pelatihan khusus CBM di luar negri.

3) Banyak petugas keamanan yang dibutuhkan.

c. Investasi

Industri CBM akan memulai krisis global ekonomi, harga minyak

mentah mempengaruhi harga gas.

d. Lingkungan hidup

Gas terus menerus diproduksi sebelum POD, produksi air yang

besar, mengumpulkan ratusan baris sumur, program rehabilitasi dan

implementasi, tumpang tindih dengan pertanian, perkebunan, dan

wilayah masyarakat.

e. Legal

Koordinasi antara: pemerintahan pusat dan lokal, operator minyak

dan gas dan pemegang izin CBM, pemegang izin KP/CCoW dan

CBM, legal untuk menjual gas yang sudah diproduksi sebelum

POD.

IV.2. Peluang

a. Harga minyak mentah yang rendah harus membawa perkembangan

turun harga:

1) Ketersediaan rig

2) Harga baja dan dukungan layanan

b. Cadangan gas konvensional yang habis membuka kesempatan bagi

CBM untuk mengisi celah.

c. Domestic Market Obligation (DMO) adalah peluang pasar domestik

untuk CBM (kesempatan perdagangan).

d. Menjual gas yang sudah diproduksi sebelum POD akan menarik

investor (jika dibagi antara industri minyak dan gas dan kontraktor).

V. Kesimpulan

Dari hasil bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. CBM berpotensi dalam program diversifikasi energi nasional.

2. Mengembangkan sumber CBM nasional adalah salah satu cara untuk

mengatasi defisit energi nasional.

3. Industri minyak dan gas perlu membawa suasana yang lebih kondusif

dalam segala aspek (hukum, keuangan, fiskal, keamanan, dll) untuk

menantang pengembangan CBM nasional.

4. Transfer teknologi CBM dari luar negeri perlu dipercepat

5. Ada tantangan untuk mengatasi dan kesempatan untuk mengejar.

6. Ephindo tetap mempelopori ekplorasi dan perkembangan CBM nasional,

berharap mempunyai aliran gas di 2012.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Coalbed Methanes in Indonesia - http://www.indonesia-

investments.com/id/bisnis/komoditas/coalbed-methane/item269. Diakses

pada 11 April 2015.

Anonim. Operations – http://www.ephindo.com/operations. Diakses pada 11

April 2015.

Anonim. 2010. MENENTUKAN CADANGAN CBM (COAL BED METHANE)

MENGGUNAKAN METODE MATERIAL BALANCE -

http://semutberbisik.blogspot.com/2010/02/menentukan-cadangan-cbm-

coal-bed.html. Diakses pada 16 April 2015.

Suryana, Asep dan Fatimah. 2012. Tinjauan Terhadap Bitumen Padat Dan Gas

Metan Batubara Di Indonesia - http://psdg.bgl.esdm.go.id. Diakses pada 16

April 2015.

Tanuwijaya, Christian. 2009. Seeking Effects Of Vibration Stimulation On

Coalbed Methane (CBM) Reservoir To Accelerate Gas Production Using

Laboratory And Reservoir Stimulation Studies - http://www.bgl.esdm.go.id.

Diakses pada 16 April 2015.

Siahaan, Jefri Hansen. 2010. Coal Bed Methane -

http://arsipteknikpertambangan.blogspot.com. Diakses pada 16 April 2015.