case report_varikokel ryan

8
I. IDENTITAS Nama : Tn. Wahyudin Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 31 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Pegawai negeri Masuk Tanggal : 16 Juli 2012 II. ANAMNESIS - Keluhan Utama Terdapat benjolan pada skrotum dextra - Keluhan Tambahan - - Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan berupa benjolan di bagian skrotum kanan sejak 4 bulan yang lalu sebelum masuk ke rumah sakit. Benjolan tidak bertambah besar namun terasa nyeri bila ditekan. - Riwayat Penyakit Dahulu - - Riwayat Penyakit Keluarga - III. PEMERIKSAAN FISIK a. Status Generalis - Keadaan Umum : Baik - Kesadaran : Kompos mentis - Berat Badan : 60 Kg - Tinggi Badan : 170 cm

Upload: aryan145

Post on 13-Dec-2014

121 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report_Varikokel RYAN

I. IDENTITAS

Nama : Tn. Wahyudin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 31 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai negeri

Masuk Tanggal : 16 Juli 2012

II. ANAMNESIS

- Keluhan Utama

Terdapat benjolan pada skrotum dextra

- Keluhan Tambahan

-

- Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan berupa benjolan di bagian skrotum kanan sejak 4 bulan

yang lalu sebelum masuk ke rumah sakit. Benjolan tidak bertambah besar namun

terasa nyeri bila ditekan.

- Riwayat Penyakit Dahulu

-

- Riwayat Penyakit Keluarga

-

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Kompos mentis

- Berat Badan : 60 Kg

- Tinggi Badan : 170 cm

- Tanda Vital

- Tekanan Darah : 152/102 mmHg

- Nadi : 60 x/menit

- Pernafasan : 24 x/menit

- Suhu : 36,5 oC

Page 2: Case Report_Varikokel RYAN

b. Status Lokalis

Regio : Scrotalis Dextra

Inspeksi : terdapat benjolan pada skrotum sisi kanan

Palpasi : Nyeri tekan (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Darah Rutin

- Hemoglobin : 13 gr/%

- Hematokrit : 40 %

- Trombosit : 350000/mm3

- Leukosit : 8000/mm3

- Masa Pendarahan : 3 menit

- Masa Pembekuan : 11 menit

b. Pemeriksaan Urin Lengkap

- Warna : Kuning

- Kejernihan : Jernih

- Urobilinogen : +

- Protein/albumin : -

- pH : Asam

- Eritrosit : 0/ LPB

- Leukosit : 1-2/LPB

- Silinder : -

- Darah samar : -

- Keton : -

- Bilirubin : -

- Glukosa : -

- Kalsium Oksalat : -

- Epitel Sel : +

V. DIAGNOSIS

Varikokel Dextra

VI. TERAPI

Varikokelektomi

Page 3: Case Report_Varikokel RYAN

VII. PEMBAHASAN

Diagnosis pada pasien ini dibuat berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik

serta ditunjang oleh hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium), kemudian setelah

memastikan diagnosis maka selanjutnya menentukan terapi berupa operasi

varikokelektomi.

Pasien yang akan dioperasi diperiksa terlebih dahulu, meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang untuk menentukan ASA dan pada pasien ini

termasuk kategori ASA I. Anastesi yang nantinya akan digunakan adalah General

Anasthesia (anastesi umum).

Pada operasi varikokelektomi ini, teknik anastesi yang digunakan adalah dengan

menggunakan teknik anastesi umum dimana induksi dilakukan dengan cara pemberian

obat intravena dan pemeliharaan dengan menggunakan gas. Pada saat induksi digunakan

Propofol 150 mg bolus intravena. Dosis induksi bolus Propofol adalah 2- 2,5 mg/kg BB.

Propofol dikemas dalam cairan emulsi minyak di dalam air yang berwarna putih susu

bersifat isotonik dengan kepekatan 1%. Dosis pemeliharaan Propofol secara bolus adalah

0,5-1 mg/kg BB/jam. Secara infus 100-200 µg/kg/menit. Pengenceran Propofol hanya

boleh menggunakan Dextrosa 5%.

Setelah pemberian Propofol, kemudian diberikan analgesia berupa Petidin sebanyak

70 mg secara intravena. Petidin merupakan obat golongan opioid yang memiliki kekuatan

kira-kira 1/10 dari morfin dengan awitan yang sedikit lebih cepat dan lama aksi yang lebih

pendek. Dosis pemberian secara intravena bolus 0,1-0,6 mg/kg, infuse 0,1-0,8 mg/kg/jam.

Karena pada pasien ini dilakukan teknik intubasi, maka diberikan pelemas otot

golongan non depolarisasi yaitu Rocuronium Bromide sebanyak 20 mg. Dosis secara bolus

0,6-1,0 mg/kg. Pemberian pelemas otot bertujuan untuk melemaskan otot- otot pernafasan

sehingga memudahkan pemasangan endotracheal tube (ETT). Setelah trias anastesi

(hipnotik/sedatif, analgesia dan relakasasi otot) tercapai maka dilakukan intubasi.

Namun maintenance pada pasien ini tidak menggunakan obat intravena melainkan

secara inhalasi. Untuk pemeliharaan, anastesi yang diberikan adalah anastesi inhalasi

melalui pipa yang dihubungkan ke ETT. Yang digunakan untuk pemeliharaan adalah N2O,

O2 dan Halotan. N2O merupakan zat anastesi lemah dan memiliki efek analgetik kuat.

Pemberian anestesi dengan menggunakan N2O harus disertai O2 25%. Pemberian N2O

bersamaan dengan O2 bertujuan untuk menghindarkan terjadinya hipoksemia akibat

pengenceran gas-gas yang ada di alveoli. Halotan bukanlah turunan eter melainkan

turunan etan. Halotan menyebabkan vasodilatasi serebral, meninggikan aliran darah otak

Page 4: Case Report_Varikokel RYAN

yang sulit dikendalikan dengan teknik anestesi hiperventilasi, sehingga tidak disukai untuk

bedah otak. Pemberian Halotan bertujuan untuk menjaga kondisi pasien dalam kondisi

tidak sadar (efek hipnotik).

Pada pasien ini diberikan juga Ceftriakson sebanyak 2g untuk mencegah infeksi.

Ceftriakson adalah golongan Sefalosporin generasi II yang bekerja baik pada gram positif

dan gram negatif.

Setelah operasi akan selesai, dilakukan penghentian pemberian Halotan dan hanya

diberikan O2 untuk oksigenisasi. Kemudian dilakukan ekstubasi setelah pasien di suction

akibat terbentuknya lendir ataupun akibat hipersalivasi.

Pasca operasi, pasien dibawa ke ruang pemulihan (RR, Recovery Room). Selama di

RR, pasien diberikan oksigen sebanyak 2L/menit untuk mempertahankan saturasi oksigen.

Diberikan juga analgetik berupa Ketorolac 60 mg dan ketamin 2,5 cc yang bertujuan untuk

mengurangi rasa nyeri pasca operasi. Dosis pemuatan Ketorolac 0,5-1,0 mg/kg, dosis

pemeliharaan 0,25-0,5 mg/kg. Dosis pemberian harus dinfuskan secara perlahan untuk

mengurangi resiko phlebitis. Dosis untuk Ketamin pemberian secara IV 0,5-1,0 mg/kg.

RR adalah tanggung jawab bagian anastesi sehingga pasien harus diawasi dengan

ketat dan lengkap sampai dengan pasien kembali sadar dan kondisinya menjadi stabil

kembali, terakhir, jika tidak ada keluhan kemudian pasien dibawa ke bangsal untuk

mendapatkan perawatan.

Page 5: Case Report_Varikokel RYAN

LAPORAN KASUS

VARIKOKELEKTOMI

DENGAN ANESTESI UMUM DAN INTUBASI

Disusun Oleh :

ACHMAD RYAN IMANSYAH

(111.0221.134)

Pembimbing :

Letkol CKM dr. A.B Lubis Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ANESTESI RUMAH SAKIT TK II M.RIDWAN

MEUREKSA JAKARTA

( PERIODE 18 JUNI - 20 JULI )