case luka bakar -

37
Nama Mahasiswa : Maya Syafira TandaTangan: NIM : 030.07.161 Dokter Pembimbing : Dr. Benno Syahbana, Sp.B IDENTITAS PASIEN Nama lengkap : Imam Jenis kelamin : laki - laki Umur : 18 tahun Suku bangsa : WNI Status perkawinan : belum menikah Agama : islam Pekerjaan : pembuat tahu Pendidikan : smp Alamat : jl. Mampang prapatan VII Tanggal masuk RS: 21 September 2011 A. ANAMNESIS Diambil dari autoanamnesis, tanggal 27 September 2011, Jam 07.00 WIB Keluhan Utama: Tangan dan tungkai kanan kiri masuk kedalam tangkar tahu yang mendidih. Riwayat Penyakit Sekarang: Os datang ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal 21 September pukul 22.00 dengan keluhan terpeleset sehingga kedua telapak tangan dan tungkai masuk kedalam tangkar tahu yang berisikan air 1

Upload: indra-pratama-dana

Post on 19-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

cases

TRANSCRIPT

Page 1: Case Luka Bakar -

Nama Mahasiswa : Maya Syafira TandaTangan:

NIM : 030.07.161

Dokter Pembimbing : Dr. Benno Syahbana, Sp.B

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Imam Jenis kelamin : laki - laki

Umur : 18 tahun Suku bangsa : WNI

Status perkawinan : belum menikah Agama : islam

Pekerjaan : pembuat tahu Pendidikan : smp

Alamat : jl. Mampang prapatan VII Tanggal masuk RS: 21 September 2011

A. ANAMNESIS

Diambil dari autoanamnesis, tanggal 27 September 2011, Jam 07.00 WIB

Keluhan Utama:

Tangan dan tungkai kanan kiri masuk kedalam tangkar tahu yang mendidih.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Os datang ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal 21 September pukul 22.00 dengan

keluhan terpeleset sehingga kedua telapak tangan dan tungkai masuk kedalam tangkar tahu yang

berisikan air mendidih. Kejadian tersebut terjadi 20 menit SMRS. Setelah terkena air mendidih,

os langsung dibawa ke UGD RSUD Budi Asih tanpa diberi pengobatan apapun. Os masih bisa

berjalan sendiri tanpa bantuan. Os merasakan sangat perih di telapak tangan dan tungkai kanan

kiri. Os juga merasakan menggigil dan demam .

Tidak ada sakit kepala. Tidak ada mual, muntah. Tidak ada gangguan BAB dan BAK.

Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, alergi obat dan makanan disangkal.

Penyakit Penyakit Dahulu

Os mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

1

Page 2: Case Luka Bakar -

Riwayat Keluarga

Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, alergi obat dan makanan pada keluarga

disangkal.

B. PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan Umum

Tinggi Badan : 160 cm

Berat Badan : 40 kg

Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg

Nadi : 72 x/menit

Suhu : 38,4 oc

Pernafasaan : 20/menit

Keadaan gizi : kurang

Kesadaran : compos mentis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Mobilitas ( aktif / pasif ) : aktif

Umur menurut taksiran pemeriksa : sesuai

Status Generalis

Kepala : Normocephali, alis simetris

Mata : Pupil bulat isokor , CA (-/-) , SI (-/-), RCL (+/+ ), RCTL ( +/+ )

Hidung : Simetris , septum deviasi (-), deformitas (-), sekret (-/-)

Telinga : Normotia , nyeri tekan tragus dan mastoid (-), sekret(-/-)

Tenggorokan : Normal, tidak hiperemis.

Mulut : Kering (-), sianosis (-)

Leher : Trakea ditengah, leher tidak kaku, KGB

dan kelenjar thyroid tidak teraba membesar

Thoraks

Paru

Inspeksi : Hemithoraks simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-),

deformitas (-)

2

Page 3: Case Luka Bakar -

Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V , 1 cm medial linea midclavicularis

sinistra

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : BJ I-II regular , mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, tidak teraba massa, turgor normal

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+ ) normal

Status Lokalis

Ekstremitas

Atas : Kanan : luka bakar derajat I dan II 0.5%. edema (-)

Kiri : luka bakar derajat Idan II 0.5%. edema (-)

Bawah : Kanan : luka bakar derajat I dan II 10%. Pitting edema (+).

Blister (+)

Kiri : luka bakar derajat I dan II 8%. Pitting edema (+).

Blister(+)

3

Page 4: Case Luka Bakar -

LABORATORIUM RUTIN

Tanggal 21 September 2011

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Leukosit 19.4 ribu/µl 5 – 10

Hemoglobin 16.7 g/dl 13 – 16

Hematokrit 48 % 40 – 48

Trombosit 131 ribu/µl 150 – 400

Gula darah sewaktu 151 mg/dl < 180

Albumin 4 g/dl 3.8 – 5.5

Globulin 2.7 g/dl 2.6 – 3.3

SGOT 42 U/l < 32

SGPT 17 U/l < 24

Ureum 31 mg/dl 10 – 40

Creatinine 0.8 mg/dl 0,5 – 1.5

Natrium 146 mEq/L 135 – 153

Kalium 4 mEq/L 3.5 – 5.3

Chlorida 114 mEq/L 98 - 109

RINGKASAN

Os datang ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal 21 September pukul 22.00 dengan

keluhan terpeleset sehingga kedua telapak tangan dan tungkai masuk kedalam tangkar tahu yang

berisikan air mendidih. Kejadian tersebut terjadi 20 menit SMRS. Setelah terkena air mendidih,

os langsung dibawa ke UGD RSUD Budi Asih tanpa diberi pengobatan apapun. Os masih bisa

berjalan sendiri tanpa bantuan. Os merasakan sangat perih di telapak tangan dan tungkai kanan

kiri. Os juga merasakan menggigil dan demam .

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang.

Tekanan darah 110/70mmHg, nadi 72x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, dan suhu 38,4o Celsius.

Status generalis dalam batas normal. Status lokalis telapak tangan kanan kiri terdapat luka bakar

derajat I dan II 1%, tungkai kanan terdapat luka bakar derajat I dan II 10%, tungkai kiri terdapat

luka bakar derajat I dan II 8%

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 19.4 ribu/µl, trombosit 131 ribu/µl,

SGOT 42 U/l, chlorida 114 mEq/L.

4

Page 5: Case Luka Bakar -

DIAGNOSIS KERJA

Combustio grade I dan II 19% at regio palmar dan kruris dextra sinistra

RENCANA PENGELOLAAN

Non medikamentosa:

UGD:

- Periksa ABC

- Periksa laboratorium darah rutin, elektrolit darah, fungsi hati, fungsi ginjal, gula

darah sewaktu.

Rawat inap:

- Diet tinggi kalori tinggi protein

- Mobilisasi

- Periksa laboratorium darah rutin

Medikamentosa:

UGD:

- Kompres NaCl 0,9%

- Salep mebo

- Injeksi TT 1cc

- Injeksi ATS 3000 IU dengan skin test

- Infuse asering 1500cc/8 jam pertama lalu 1500cc/16 jam berikutnya

- Pasien dirawat inap

Rawat inap:

- FFP 1 x 300ml selama 5 hari

- Infuse asering 8 tpm

- Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram

- Cendantron injeksi 2 x 10 gram

- Neuro sanbe 2 x 1 drip

- Metronidazol 2 x 1 gram

- Rantin injeksi 50mg 2 x 1

5

Page 6: Case Luka Bakar -

- Paracetamol 3 x 500 mg

- Mefinal 3 x 500 mg

- Neuroflamin 50mg 3 x 2

- Pujimin caps 3 x 1

- Kompres RL

PENCEGAHAN

- Gunakan sarung tangan oven yang menutupi tangan dan pergelangan tangan.

- Jangan pernah meninggalkan masakan di atas kompor tanpa pengawasan.

- Jangan masak sambil mengenakan pakaian longgar yang bisa menangkap api di atas

kompor.

- Berhati – hati saat memasak.

PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

Follow up tanggal 27 September 2011

S : Nyeri pada tempat luka bakar

6

Page 7: Case Luka Bakar -

O : Tekanan Darah : 110 / 70

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7 oC

Status lokalis :

- luka pada telapak tangan sudah mulai mengering. Nanah ( - ). Darah ( - ). Kulit disekitar

luka kemerahan.

- luka pada tungkai basah. Nanah ( + ). Pitting edema ( + ). Kulit disekitar luka

kemerahan.

Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Leukosit 19.4 ribu/µl 5 – 10

Hemoglobin 12 g/dl 13 – 16

Hematokrit 35 % 40 – 48

Trombosit 142 ribu/µl 150 – 400

Protrombin time (PT) 20.4 Detik 12 – 14

Partial thromboplastin

time (PTT)

84.7 Detik 20 -40

Dimer 0.1 < 0.3

INR 1.32 1.5 – 2.5

Fibrinogen 955 mg/dl 150 – 400

A : Combustio grade I dan II 19% at regio palmar dan kruris dextra sinistra

P : FFP 1 x 300ml selama 5 hari

Infuse asering 8 tpm

Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram

Neuro sanbe 2 x 1 drip

Metronidazol 2 x 1 gram

7

Page 8: Case Luka Bakar -

Rantin 2 x 1

Paracetamol 3 x 500 mg

Mefinal 3 x 500 mg

Neuroflamin 3 x 2

Pujimin caps 3 x 1

Kompres RL

Diet tinggi kalori tinggi protein

Mobilisasi

Periksa laboratorium darah lengkap

Follow up tanggal 28 September 2011

S : Nyeri pada tempat luka bakar

Tidak nafsu makan

8

Page 9: Case Luka Bakar -

O : Tekanan Darah : 110 / 70

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7 oC

Status lokalis :

- luka pada telapak tangan sudah mengering. Nanah ( - ). Darah ( - ).

- luka pada tungkai basah. Nanah ( + ). Pitting edema ( + ). Kulit disekitar luka

kemerahan.

Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Leukosit 7.8 ribu/µl 5 – 10

Hemoglobin 13 g/dl 13 – 16

Hematokrit 38 % 40 – 48

Trombosit 181 ribu/µl 150 – 400

A : Combustio grade I dan II 19% at regio palmar dan kruris dextra sinistra

P : Infuse asering + tramal 8 tpm

Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram

Neuro sanbe 2 x 1 drip

Metronidazol 2 x 1 gram

Rantin 2 x 1

Paracetamol 3 x 500 mg

Mefinal 3 x 500 mg

Neuroflamin 3 x 2

Pujimin caps 3 x 1

Kompres RL

Diet tinggi kalori tinggi protein

Mobilisasi

9

Page 10: Case Luka Bakar -

TINJAUAN PUSTAKA

LUKA BAKAR

DEFINISI

10

Page 11: Case Luka Bakar -

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau

terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau

radiasi (radiation).

EPIDEMIOLOGI

Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang

mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar

telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai

disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya.

Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya

untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit

dengan injuri yang berat.

Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok

umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada

orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).

ETIOLOGI

Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :

Luka Bakar Termal

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan

panas atau objek-objek panas lainnya dengan temperature diatas 46.1 º C (115º F)

Luka Bakar Kimia

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa

kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan

luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak

dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai

zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk

zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

Luka Bakar Elektrik

11

Page 12: Case Luka Bakar -

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang

dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya

voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

Luka Bakar Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali

berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk

keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang

terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

1. Pada Kulit

Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung

pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh

bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang

lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih

besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya

injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti :

2. Sistem kardiovaskuler

Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,

serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri. Substansi-

substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to

seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan

lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel

menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan

menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular

dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan

intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang

mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan

sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap

pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac

12

Page 13: Case Luka Bakar -

output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan

intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali

lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan

suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.

Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak

diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi

penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.

Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai

keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput kembali normal dan

kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah

luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena

kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun

sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah

dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan

diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.

3. Sistem Renal dan Gastrointestinal

Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR

(glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga

berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada

klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.

4. Sistem Imun

Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan

dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada

fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.

Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam

kelangsungan hidup klien.

5. Sistem Respiratori

13

Page 14: Case Luka Bakar -

Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan

“lung compliance”.

TANDA DAN GEJALA LUKA BAKAR

• Merah, kulit membengkak

• Nyeri

• Kulit terlihat basah atau lembab

• Melepuh

• Kulit seperti lilin putih, kulit kasar

• Dalam kasus yang parah kulit menjadi hitam atau hangus

KLASIFIKASI BERATNYA LUKA BAKAR

1. Berdasarkan kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori (lihat tabel 2) yang didasarkan

pada elemen kulit yang rusak.

Classification of Burns Based on Depth Characteristics

Classification Cause Appearance Sensation Healing time Scarring

Superficial

burn

Ultraviolet

light,very

short flash

(flame

exposure)

Dry and red;

blanches 

with pressure

Painful 3 to 6 days None

Superficial

partial

thickness burn

Scald (spill

or

splash),short

flash

Blisters;

moist,red and

weeping;

blanches with

pressure

Painful to air

and

temperature

7 to 20 days

Unusual;

potential

pigmentary

changes

Deep partial

thickness burn

Scald (spill),

flame, oil,

grease

Blisters

(easily

unroofed);

Perceptive of

pressure only

More than 21

days

Severe

(hypertrophic)

risk of

14

Page 15: Case Luka Bakar -

wet or waxy

dry; variable

color (patchy

to cheesy

white to red);

does not

blanch with

pressure

contracture

Full thickness

Scald

(immersion),

flame, steam,

oil, grease,

chemical,

high-voltage

electricity

Waxy white

to leathery

gray to

charred and

black; dry and

inelastic;does

not blanch

with pressure

Deep pressure

only

Never (if the

burn affects

more than 2

percent of the

totalsurfacearea

of the body)

Very severe risk

of 

contrac ture

2. Berdasarkan lokasi luka bakar

Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai

kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang

menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan

persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi

terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen.

Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces.

Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya

ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.

Kategori berat luka bakar menurut ABA (American Burn Assosiation)

15

Page 16: Case Luka Bakar -

TABLE 2 American Burn Association's Grading System for Burn Severity and Disposition of Patients

 Type of burn

Minor Moderate Major

Criteria: <10 percent TBSA burn in adult<5 percent TBSA burn in young or old<2 percent full-thickness burn

10 to 20 percent TBSA burn in adult5 to 10 percent TBSA burn in young or old2 to 5 percent full-thickness burnHigh-voltage injurySuspected inhalation injuryCircumferential burnConcomitant medical problem predisposing the patient to infection (e.g., diabetes, sickle cell disease)

>20 percent TBSA burn in adult>10 percent TBSA burn in young or old>5 percent full-thickness burnHigh-voltage burn Known inhalation injuryAny significant burn to face, eyes, ears, genitalia or jointsSignificant associated injuries (e.g., fracture, other major trauma)

Disposition: Outpatient management

Hospital admission Referral to burn center

Burn = partial-thickness or full-thickness burn, unless specified; TBSA = total percentage of body surface area affected by the injury; young = patient younger than 10 years of age; adult = patient 10 to 50 years of age; old = patient older than 50 years of age.

LUAS LUKA BAKAR

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of

nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan

menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase

dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut

metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar.

Pada metode rule of nine tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap

bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % (lihat gambar 1). Pada metode Lund and

Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat

memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar (lihat gambar 1). Selain dari

kedua metode tersebut di atas, dapat menggunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara

16

Page 17: Case Luka Bakar -

menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak

tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.

Gambar 1. A. metode rules of nine. B. meetode lund and browder

TATA LAKSANA

Indikasi bantuan medis darurat dperlukan untuk:

Luka bakar yang mencakup sebagian besar dari tangan, kaki, wajah, pangkal paha,

bokong atau gabungan utama

Kedua-derajat luka bakar derajat II yang lebih besar dari 3 inci (7,6 cm) di diameter atau

lebih besar dari ukuran telapak tangan korban

Luka bakar derajat III atau IV

Kesulitan bernapas atau luka bakar pada jalan napas

Inhalasi asap

Luka bakar yang disertai dengan kelemahan, penyakit atau nyeri yang tidak terkendali

1. Fase Emergent (Resusitasi)

Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan membaiknya

permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury. Tujuan utama

pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi

dari organ vital.

17

Page 18: Case Luka Bakar -

Penanganan Luka Bakar Ringan

a) Managemen nyeri dengan pemberian dosis ringan morphine atau meperidine dibagian

emergensi. Sedangkan analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pasien rawat jalan.

b) Profilaksis tetanus pada pasien yang belum mendapat imunisasi tetanus dalam waktu 5

tahun terakhir.

c) Perawatan luka awal terdiri dari membersihkan luka (cleansing) yaitu debridemen jaringan

yang mati; membuang zat-zat yang merusak (zat kimia, tar, dll); dan

pemberian/penggunaan krim atau salep antimikroba topikal dan balutan secara steril.

Melakukan latihan ROM (range of motion) secara aktif untuk mempertahankan fungsi

sendi agar tetap normal dan untuk menurunkan pembentukan edema dan kemungkinan

terbentuknya scar.

Penanganan Luka Bakar Berat.

a) Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang mungkin terjadi.

b) Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang). Bagi pasien dewasa dengan luka bakar

lebih dari 15 %, maka resusitasi cairan intravena umumnya diperlukan.

Tabel : Formula resusitasi cairan yang digunakan dalam perawatan luka bakar

24 jam pertama 24 jam kedua

Formula Elektrolit Koloid Dextros Elektrolit Koloid Dextros

Evans Normal

saline

1 ml/kg/%

1 ml/kg/% 2000

ml

0,5 kebutuhan

24 jam I

0,5 kebutuhan

24 jam I

2000

ml

Brooke RL

1,5 ml/kg/%

0,5

ml/kg/%

2000

ml

0,5-0,75

kebutuh-an 24

jam I

0,5-0,75

kebutuh-

2000

ml

18

Page 19: Case Luka Bakar -

an 24 jam I

Modifi-

kasi

Brooke

RL

2 ml/kg/%

0,3-0,5

ml/kg/%

Parkland RL

4 ml/kg/%

0,3-0,5

ml/kg/%

2000

ml

Formula Evans-Brooke

Evans dan Brooke memberikan larutan fisiologik, koloid dan glukosa dalam resusitasi.

Ketiga jenis cairan ini diberikan dalam waktu dua puluh empat jam pertama. Dasar

pemikirannya adalah, bahwa pada luka bakar, dijumpai inefiktifitas hemoglobin dalam

menyelenggarakan proses oksigenasi. Disamping itu terjadi kehilangan energi yang

mempengaruhi proses penyembuhan. Untuk itu diperlukan darah yang efektif dan asupan

energi dalam bentuk glukosa.

Jumlah cairan diberikan dengan memperhitungkan luas permukaan luka bakar dan berat

badan pasien (dalam kilogram). Hari pertama, separuh jumlah kebutuhan cairan diberikan

dalam delapan jam pertama, sisanya diberikan dalam enam belas jam sisa. Jumlah cairan

yang dibutuhkan pada hari pertama adalah sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah

ini

Formula Evans :

1ml/kgBB/ %LB koloid (darah)

lml/kgBB / %LB larutan saline (elektrolit)

2000ml glukosa

Pemantauan : Diuresis (>50 ml/jam)

Formula Brooke :

0.5ml/kgBB/%LB koloid (darah)

1.5ml/kgBB/%LB larutan saline (elektrolit)

2000ml glukosa

Pemantauan : Diuresis (30-50 ml/jam)

19

Page 20: Case Luka Bakar -

Pada hari kedua, diberikan separuh jumlah kebutuhan koloid (darah) dan larutan saline

ditambah 2000 m1 glukosa; pemberian merata dalam 24 jam.

Formula Baxter/Parkland

Parkland berpendapat, bahwa syok yang terjadi pada kasus luka bakar adalah jenis

hipovolemia, yang hanya membutuhkan penggantian cairan (yaitu kristaloid). Penurunan

efektifitas hemoglobin yang terjadi disebabkan perlekatan eritrosit, trombosit, lekosit dan

komponen sel lainnya pada dinding pembuluh darah (endotel). Sementara dijumpai

gangguan permeabilitas kapilar dan terjadi kebocoran plasma, pemberian koloid ini tentu

tidak akan efektif bahkan menyebabkan penarikan cairan ke jaringan interstisiel;

menyebabkan akumulasi cairan yang akan sangat sulit ditarik kembali ke rongga

intravaskular. Hal tersebut akan menambah beban jaringan dan 'menyuburkan' reaksi

inflamasi di jaringan; serta menambah beban organ seperti jantung, paru dan ginjal.

Berdasarkan alasan tersebut, maka Parkland hanya memberikan larutan Ringer's Lactate

(RL) yang diperkaya dengan elektrolit. Sedangkan koloid/plasma, bila diperlukan,

diberikan setelah sirkulasi mengalami pemulihan (>24-36jam).

Hari pertama, separuh jumlah kebutuhan cairan diberikan dalam delapan jam pertama,

sisanya diberikan dalam enam belas jam kemudian. Jumlah cairan yang diperlukan pada

hari pertama adalah sesuai dengan perhitungan Baxter (4 ml/kgBB), sehingga kebutuhan

cairan resusitasi menurut Parkland adalah: 4ml / kgBB / %LB Ringer's lactate dengan

pemantauan jumlah diuresis antara 0,5-l ml/kgBB/jam. Pada hari kedua, jumlah cairan

diberikan secara merata dalam dua puluh empat jam.

Selanjutnya, setelah syok teratasi, maka pemberian cairan mengacu kepada regimen

resusitasi cairan berdasarkan formula yang ada.

Secara umum, patokan klinik yang dipakai untuk melakukan pemantauan antara lain:

Perbaikan kesadaran (perfusi ke serebral), frekuensi pernafasan dan diuresis (produksi

urin per jam), kadar hemoglobin dan hematokrit, Central Venous Pressure (CVP), dan

Pulmonary Artery Wedge Pressure (PWAP) yang merupakan parameter yang paling

akurat dalam menggambar¬kan informasi volume cairan intravaskular; berhubungan

langsung dengan tekanan pada arteri pulmonal. Nilai normal <18 mmHg.

20

Page 21: Case Luka Bakar -

c) Pemasangan kateter urine dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam. Output

urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan keadekuatan dari resusitasi

cairan. Pemantauan diuresis pada resusitasi :

Jumlah urin Keterangan

Syok 0.5 - 1 ml/kgBB/jam Perfusi inadekuat

Hari pertama-kedua 1 - 2 ml/kgBB/jam Sirkulasi stabil

Hari ketiga-keempat 3 - 4 ml/kgBB/jam Fase diuresis

d) Pemasangan nasogastric tube (NGT) bagi luka bakar 20 % -25 % atau lebih perlu

dilakukan untuk mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi.

e) Pemeriksaan vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan untuk

menentukan adekuat tidaknya resusitasi. Pemeriksaan laboratorium dasar akan meliputi

pemeriksaan gula darah, BUN (blood ures nitrogen), creatini, elektrolit serum, dan kadar

hematokrit. Kadar gas darah arteri (analisa gas darah), COHb juga harus diperiksa,

khususnya jika terdapat injuri inhalasi. Tes-tes laboratorium lainnya adalah pemeriksaan

x-ray untuk mengetahui adanya fraktur atau trauma lainnya mungkin perlu dilakukan jika

dibutuhkan. Monitoring EKG terus menerus haruslah dilakukan pada semua klien dengan

luka bakar berat, khususnya jika disebabkan oleh karena listrik dengan voltase tinggi,

atau pada klien yang mempunyai riwayat iskemia jantung atau dysrhythmia.

f) Management nyeri melalui pemberian obat narkotik intravena, seperti morphine.

Pemberian melalui intramuskuler atau subcutan tidak dianjurkan karena absorbsi dari

jaringan lunak tidak cukup baik selama periode ini bila hipovolemia dan perpindahan

cairan yang banyak masih terjadi. Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi

secara oral tidak dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestial.

g) Profilaksis tetanus

21

Page 22: Case Luka Bakar -

h) Escharotomy merupakan tindakan yang tepat untuk masalah gangguan sirkulasi karena

luka bakar yang melingkari bagian tubuh. Insisi terhadap eschar akan

mengurangi/menghilangkan konstriksi sirkulasi. Jika perfusi jaringan adekuat tidak

berhasil, maka dapat dilakukan fasciotomy. Demikian juga, escharotomy dapat dilakukan

pada luka bakar yang mengenai torak untuk memperbaiki ventilasi. Setelah dilakukan

tindakan escharotomy.

2. Fase Akut

Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler

membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah

injuri.

a. Atasi infeksi

b. Perawatan luka dengan hidroterapi dan debridement. Luka pada luka bakar dapat ditreatmen

dengan menggunakan metode/tehnik belutan baik terbuka maupun tertutup. Untuk metode

terbuka digunakan/dioleskan cream antimikroba secara merata dan dibiarkan terbuka

terhadap udara tanpa dibalut. Kelebihan dari metode ini adalah bahwa luka dapat lebih

mudah diobservasi, memudahkan mobilitas dan ROM sendi, dan perawatan luka menjadi

lebih sederhana/mudah. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah meningkatnya

kemungkinan terjadinya hipotermia, dan efeknya psikologis pada klien karena seringnya

dilihat. Pada perawatan luka dengan metode tertutup, memerlukan bermacam-macam tipe

balutan yang digunakan. Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi evavorasi cairan

dan kehilangan panas dari permukaan luka , balutan juga membantu dalam debridemen.

Sedangkan kerugiannya adalah membatasi mobilitas menurunkan kemungkinan efektifitas

exercise ROM. Pemeriksaan luka juga menjadi terbatas, karena hanya dapat dilakukan jika

sedang mengganti balutan saja.

d. Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat selama fase akut sangatlah penting untuk

meningkatkan penyembuhan luka dan pencegahan infeksi. BMR (basal metabolik rate)

mungkin 40-100% lebih tinggi dari keadaan normal, tergantung pada luasnya luka bakar.

Respon ini diperkirakan berakibat pada hypotatamus dan adrenal yang menyebebkan

22

Page 23: Case Luka Bakar -

peningkatan produksi panas. Metabolik rate menurun bila luka telah ditutup. Selain itu

metabolisme glukosa berubah setelah mengalami luka bakar, mengakibatkan hiperglikemia .

Rendahnya kadar insulin selama fase emergent menghambat aktifitas insulin dengan

meningkatkan sirkuasi catecholamine, dan meningkatkan glukoneogenesis selama fase akut

yang semuanya mempunyai implikasi terhadap terjadinya hiperglikemia pada klien luka

bakar. Formula yang digunakan untuk menghitung kebutuhan energi, dipengaruhi oleh

beberapa hal yaitu berat badan, jenis kelamin, usia, luasnya luka bakar dan aktifitas atau

injuri. Formulasinya adalah sebagai berikut:

(25 kcal x berat badan (kg) + (40 kcal x % luka bakar) = kcal/hari.

e. Managemen nyeri dengan morphine, codein, meperidine adalah analgetik narkotik yang sering

digunakan untuk mengatasi nyeri yang berkaitan dengan LB dan treatmennya. Obat-obat

farmakologik lainnya yang dapat digunakan meliputi analgesik inhalasi seperti nitrous oxide,

dll. Obat antiinflamasi nonsteroid juga dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan sampai

sedang.

f. Terapi fisik untuk mencegah dan menangani kontraktur meliputi terapi posisi, ROM exercise,

dan pendidikan pada klien dan keluarga.

g. Metode nonoperasi untuk meminimalkan hipertropi scar adalah dengan terapi tekanan

(pressure therapy). Yaitu dengan menggunakan pembungkus dan perban/pembalut elastik

(elastic wraps and bandages). Sedangkan tindakan pembedahan untuk mengatasi kontraktur

dan hipertropi scar meliputi Split-thickness dan full-thickness skin graft, Skin flaps, Z-

plasties, Tissue expansion.

h. Anak-anak dengan luka bakar> 10% dari luas permukaan tubuh mereka dan orang dewasa

dengan luka bakar lebih dari 15% dari tubuh mereka harus dipindahkan ke unit luka bakar

khusus

KOMPLIKASI

1. Lokal infeksi. Luka bakar dapat membuat kulit rentan terhadap infeksi bakteri, terutama

staphylococcus infeksi, dan meningkatkan risiko sepsis.

23

Page 24: Case Luka Bakar -

2. Sepsis. Sepsis cepat berkembang menjadi kondisi yang mengancam jiwa yang dapat

menyebabkan shock dan kegagalan organ.

3. Hipovolemia. Luka bakar dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan kehilangan

cairan. Hal ini dapat mengakibatkan volume darah yang rendah (hipovolemia).

Kehilangan darah yang parah dan kehilangan cairan membuat jantung tidak dapat

memompa darah yang cukup untuk tubuh.

4. Hipotermia. Kulit membantu mengontrol suhu tubuh, sehingga ketika sebagian besar

kulit terluka, akan kehilangan panas tubuh. Hal ini meningkatkan risiko hipotermia -

ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada yang dapat menghasilkan panas,

menyebabkan suhu tubuh sangat rendah.

5. Masalah pernapasan. Menghirup udara panas atau asap dapat membakar saluran udara

dan menyebabkan kesulitan bernapas. Menghirup asap kerusakan paru-paru dan dapat

menyebabkan kegagalan pernapasan.

6. Jaringan parut. Luka bakar dapat menyebabkan bekas luka dan keloid disebabkan oleh

pertumbuhan berlebih dari jaringan parut.

7. Tulang dan masalah sendi. Luka bakar yang mendalam dapat membatasi gerakan tulang

dan sendi. Jaringan parut dapat membentuk dan menyebabkan kontraktur, ketika kulit,

otot atau tendon memendek dan mengencang, menarik sendi secara permanen keluar dari

posisi.

8. Nekrosis tubular akut pada ginjal dapat disebabkan oleh mioglobin dan hemoglobin

dilepaskan dari otot yang rusak dan sel darah merah. Respon ginjal terhadap cedera

termal sulit untuk ditafsirkan, tetapi sangat jelas bahwa gagal ginjal akut jarang terjadi

pada kasus-kasus dimana resusitasi yang cepat dan memadai dilakukan

9. Perubahan gastrointestinal setelah cedera termal yang umum dan sering menjadi

dimanifestasikan dengan muntah-muntah coffeeground awal kasus luka

bakar. Patogenesis lesi ini dan perubahan fungsional belum diklarifikasi. .

PENCEGAHAN

Untuk mengurangi risiko luka bakar rumah tangga biasa:

• Jangan pernah meninggalkan masakan di atas kompor tanpa pengawasan.

• Putar gagang panci ke arah belakang kompor.

24

Page 25: Case Luka Bakar -

• Gunakan sarung tangan oven yang menutupi tangan dan pergelangan tangan.

• Jauhkan cairan panas keluar dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

• Jauhkan pemanas ruang dari bahan mudah terbakar.

• Jika Anda harus merokok, hindari merokok di dalam rumah dan terutama tidak pernah

merokok di tempat tidur.

• Jauhkan bahan kimia, korek api dan korek api dari jangkauan anak-anak.

• Mengatur termostat pemanas air anda antara 120 dan 130 F (49-54 C) untuk mencegah panas.

PROGNOSIS

Hasil dari setiap cedera atau penyakit tergantung pada tiga hal:sifat dari cedera, sifat dari

orang yang terluka atau sakit dan pengobatan yang tersedia. Dalam hal faktor cedera di luka

bakar, prognosis tergantung terutama pada permukaan tubuh persentase total luas dan usia orang

tersebut. Kehadiran cedera inhalasi asap, cedera signifikan lain seperti patah tulang panjang dan

serius co-morbiditas (penyakit jantung, diabetes, penyakit jiwa, niat bunuh diri dll) juga

akan berpengaruh buruk prognosis. Kemajuan dalam resusitasi, manajemen operasi, perawatan

intensif, pengendalian infeksi, kontrol respon hiper-metabolik dan rehabilitasi telah  perbaikan

dramatis dalam kematian dan morbiditas terbakar dalam 60 tahun terakhir.

Skor dimodifikasi Baux menentukan titik kesia-siaan untuk luka bakar utama. Baux skor

ditentukan dengan menambahkan ukuran membakar (% TBSA) dengan usia pasien. Dalam luka

bakar sebagian besar skor 140 atau lebih adalah cedera non-survivable, dan perawatan

kenyamanan harus ditawarkan. Pada anak-anak semua luka bakar kurang dari 100 TBSA% harus

dianggap cedera survivable.

25

Page 26: Case Luka Bakar -

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat, R. De jong, wim. 1997. Buku ajar ilmu bedah. Luka bakar. Jakarta:

EGC.halaman 81 -91

2. Karakat, sumiardi. Bachsinar, bob. 1996. Bedah minor. Trauma termis. Jakarta:

hipokrates. Halaman 91 – 102

3. http://www.burnsurvivor.com/injury_examples_thermalburns.html . Akses pada tanggal

28 September 2011.

4. http://www.medindia.net/education/familymedicine/Burns-Classification.htm . Akses

pada tanggal 28 September 2011.

5. www.medindia.net/education/familymedicine/Burns-Classification.htm#ixzz1ZSSP0t1x .

Akses pada tanggal 28 September 2011.

6. http://emedicine.medscape.com/article/1278244-overview#aw2aab6b3 . Akses pada

tanggal 28 September 2011.

7. http://www.bmj.com/content/329/7457/101.full . Akses pada tanggal 28 September 2011

8. http://www.mayoclinic.com/health/burns/DS01176 . Akses pada tanggal 28 September

2011.

9. http://www.2nddegreeburns.com/ . Akses pada tanggal 28 September 2011.

10. Trunkey, D.D. (1983). Transporting the critically burned patient. In T.L. Wachtel, et al.

(Eds): Current Topics In Burn Care, Rockville, MD: Aspen Publications.

11. Cioffi W.G., Rue L.W. (1991). Diagnosis and treatment of inhalation injuries. Critical

Care Clinics of North America, 3(2), 195.

12. American Burn Association. (1984). Guidelines for service standars and severity

classification in the treatment of burn injury. Bulletin of the American College of

Surgeons, 69(10), 24-28.

26