case ileus nikita

71
BAB I PENDAHULUAN Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus paralitik. Ileus obstruksi merupakan kegawatdarurataan abdomen dan merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen diluar appendisitis akut. Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Obstruksi usus dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, diluar usus, maupun di lumen usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut maupun kronis, parsial maupun total. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering adalah karsinoma, terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Sebagian besar obstruksi mengenai usus halus. Obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi atau sumbatan di dalam lumen usus. 75% dari kasus obstruksi usus halus disebabkan oleh adhesi intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya adalah hernia inkarserata dan penyakit Chron.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembadahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. (1,2,3) 1

Upload: nikita-rizky-arimami

Post on 27-Oct-2015

129 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Ileus Nikita

BAB I

PENDAHULUAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang

segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan

ileus paralitik. Ileus obstruksi merupakan kegawatdarurataan abdomen dan merupakan 60-

70% dari seluruh kasus akut abdomen diluar appendisitis akut.

Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang

disebabkan oleh sumbatan mekanik. Obstruksi usus dapat disebabkan karena adanya lesi pada

bagian dinding usus, diluar usus, maupun di lumen usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut

maupun kronis, parsial maupun total. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering adalah

karsinoma, terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Sebagian besar obstruksi

mengenai usus halus. Obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi

atau sumbatan di dalam lumen usus. 75% dari kasus obstruksi usus halus disebabkan oleh

adhesi intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya adalah hernia inkarserata

dan penyakit Chron.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan

diagnosis dini dan tindakan pembadahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.(1,2,3)

1

Page 2: Case Ileus Nikita

BAB II

LAPORAN KASUS

STATUS ILMU PENYAKIT BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

LONG CASE

Nama Mahasiswa : Nikita Rizky Arimami

NIM : 030.08.180

Dokter Pembimbing : dr. Harinto Sp.B

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : An.M Jenis kelamin :Laki-laki

Umur : 10 Tahun Suku bangsa : Betawi

Status perkawinan : Belum Menikah Agama :Islam

Pekerjaan : Pelajar SD Pendidikan : SD

Alamat : Jl. Kalibata Tengah Rt 03/05 Tanggal masuk RS : 25/04/13

II. ANAMNESIS

Dilakukan alloanamnesis dengan ayah pasien pada tanggal 27 April 2013, jam

12.00.

Keluhan utama

Tidak bisa buang air besar dan buang angin sejak 5 hari SMRS

Keluhan tambahan

Nyeri perut , mual, muntah

2

Page 3: Case Ileus Nikita

Riwayat penyakit sekarang

6 hari SMRS pasien mengeluh tidak biasa buang air besar dan nyeri perut.

Nyeri perut melilit dan dirasakan disemua bagian perut. Orang tua pasien

membawa pasien ke Puskesmas, diberi obat sirup dan obat tablet (orangtua

pasien lupa nama obat). Setelah minum obat pasien bisa BAB, BAB keras,

warna kecoklatan, tidak ada lendir atau darah. Demam dan riwayat diare

sebelumnya disangkal

5 hari SMRS pasien mengeluh perutnya sakit lagi, kali ini pasien tidak bisa

BAB lagi, dan tidak bisa buang angin. Pasien mengeluh perutnya sakit,

terasa mual dan muntah setiap kali makan. Muntah berisi makanan yang

dimakan, namu kemudian menjadi hanya cairan kekuningan saja

2 hari SMRS, OS masih belum bisa BAB , tidak mau makan karena

perutnya sakit dan terasa mual. OS diantar ke IGD RSUD Budhi Asih oleh

orang tua pasien, diberi obat mikrolax dan obat mual . OS diminta kontrol

ke poli anak RSUD Budhi Asih.

1 hari SMRS OS datang ke poli anak RSUD Budhi Asih . OS tidak bisa

BAB, tidak bisa buang angin,muntah-muntahsetiap kali makan dan

perutnya terasa sangat sakit, kemudian OS disarankan untuk dirawat.

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat menderita keluhan yang sama disangkal

Riwayat diare dan minum obat antidiare sebelumnya disangkal

Riwayat cacingan dan keluar cacing dari anus disangkal

Riwayat sulit BAB disangkal

Riwayat usus buntu dan operasi pada daerah perut disangkal

Riwayat terdapat benjolan pada pusar, lipat paha, dan kantung buah zakar

disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama seperti pasien.

Riwayat Persalinan dan Kehamilan

3

Page 4: Case Ileus Nikita

Anak laki - laki dari ibu G1P0A0, hamil 39 minggu, lahir spontan ditolong oleh bidan. Bayi langsung

menangis saat lahir. Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir 49 cm, lingkar dada dan lingkar

kepala ibu lupa.

Kesan: neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, vigorous baby.

Riwayat Pemeliharaan Prenatal

Ibu rutin memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekat. Pemeriksaan dilakukan sejak

ibu mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 7 bulan, 1 kali setiap bulan. Saat memasuki usia

kehamilan 8 bulan, pemeriksaan dilakukan 2 kali setiap bulan hingga lahir. Selama ibu hamil, ibu

mendapat suntikan TT 2 kali. Selama hamil, ibu tidak pernah menderita penyakit. Riwayat

perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma disangkal. Obat – obatan yang diminum selama

masa kehamilan adalah vitamin dan obat penambah darah.

Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal baik

Riwayat Pemeliharaan Postnatal

Pemeliharaan postnatal dilakukan di Posyandu dan anak dalam keadaan sehat.

Kesan: riwayat pemeliharaan postnatal baik

Riwayat Makan dan Minum Anak

ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.

Mulai usia 6 bulan, anak diberi ASI dan bubur susu

Mulai usia 8 bulan, anak diberi tim saring dan buah (pisang).

Mulai usia 1 tahun sampai sekarang, anak diberikan makananpadat seperti anggota keluarga yang lain.

Kesan: kualitas dan kuantitas makanan baik

Riwayat Imunisasi

BCG : 1x (usia 1 bulan), scar (+) di lengan kanan atas

Hep B : 4x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4, 6 bulan)

Polio : 4x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4, 6 bulan)

DPT : 3x (diberikan saat pasien usia 2, 4, 6 bulan)

Campak : pernah, 1x, usia 9 bulan

4

Page 5: Case Ileus Nikita

Riwayat imunisasi tambahan: tidak pernah dilakukan

Kesan: anak telah mendapat imunisasi dasar lengkap sesuai dengan usia anak.

Riwayat pengobatan

Pasien berobat ke Puskesmas 6 hari SMRS, diberi obat sirup dan tablet. Tetapi keluhan tidak

membaik. Kemudian pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih, diberi obat mikrolax dan obat

mual, tetapi keluhan belum membaik. Pasien datang ke poli anak RSUD Budhi Asih dan

disarankan untuk dirawat.

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp. 3.500.000,- per bulan. Ibu

pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Menanggung 2 orang anak. Biaya pengobatan ditanggung

KJS.

Kesan: keadaan sosial ekonomi kurang.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Kesan gizi : Gizi cukup

Tanda vital

Tekanan darah : 90/70 mmHg

Nadi : 88x/menit

Suhu : 36,4°C

Frekuensi napas : 28x/menit

Status generalis

Kepala : Normocephali, rambut warna hitam , distribusi merata

Mata : Cekung (-/-), Konjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat

isokor, reflex cahaya langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+)

Hidung : deviasi septum (-), konkha oedem (-/-), hiperemis (-/-), sekret (-/-)

Telinga : Simetris, liang telinga lapang, reflex cahaya membrane timpani (+/+),

serumen (+/+), sekret (-/-)

5

Page 6: Case Ileus Nikita

Mulut : Bibir kering (+), anemis (-) ,tonsil dan faring dalam batas normal

Leher : Trakea terletak di tengah, KGB dan tiroid tidak tampak membesar

Thoraks

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V LMC sinistra

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru

Inspeksi : Dinding dada simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : Vocal fremitus teraba simetris

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Status Lokalis Regio Abdomen

Inspeksi : Cembung, hernia umbilikalis (-), sikatriks (-), bekas luka operasi (-)

Auskultasi : BU (+) , metallic sound (+)

Palpasi : Distended, nyeri tekan (+) diseluruh kuadran abdomen terutama

supraumbilikus, nyeri tekan epigastrium (+), Nyeri tekan titik Mc

Burney (+), Rovsing sign (+), Blumberg sign (+), defans muscular (-)

Perkusi : hipertimpani, nyeri ketuk (+)

Ekstremitas

Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Akral sianosis -/- -/-

Capillary Refill Time < 2” < 2”

Pemeriksaan Rectal Toucher :

Tonus sfingter ani baik

Mukosa rektum licin

Feses (-), lendir (-), darah (-), massa (-), nyeri (+).

6

Page 7: Case Ileus Nikita

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 26/4/2013

Hematologi Hasil Nilai normal Interpretasi

Leukosit 26.2 ribu/µL 3.8- 10.6 ↑

Hemoglobin 12.4 g/dL 13.2 – 17.3 ↓

Hematokrit 39 % 40 – 52 ↓

Trombosit 396 ribu/µL 150 – 440 dbn

Faal hemostasis Hasil Nilai normal Interpretasi

Waktu perdarahan 2.00 menit 1 – 6 dbn

Waktu pembekuan 12.00 menit 5 – 15 dbn

Hati Hasil Nilai normal Interpretasi

Albumin 3.6 g/dL 3.8 – 5.4 ↓

Hitung Jenis Hasil Nilai normal Interpretasi

Basofil 1 0-1 dbn

Eosinofil 1 1-5 dbn

Neutrofil Batang 1 3-6 ↓

Neutrofil segmen 62 25-60 ↑

Limfosit 19 25-50 ↓

Monosit 16 1-6 ↑

Ginjal Hasil Nilai normal Interpretasi

Ureum 12 mg/Dl 17 – 49 dbn

Kreatinin 0.36 mg/dL <1.2 dbn

Asam urat 6.7 mg/dL <7 dbn

7

Page 8: Case Ileus Nikita

Diperiksa tanggal 25/04/13

Elektrolit serum Hasil Nilai normal Interpretasi

Natrium (Na) 138 mmol/L 135 – 155 Dbn

Kalium (K) 4.7 mmol/L 3.6 – 5.5 Dbn

Klorida (Cl) 100 mmol/L 98 – 109 Dbn

Urinalisis Hasil Nilai normal Interpretasi

Warna Kuning tua Kuning

Kejernihan Agak Keruh Jernih

Glukosa Negatif Negatif Dbn

Bilirubin Negatif Negatif Dbn

Keton +3 Negatif Dbn

Ph 6 4.6 – 6 Dbn

Berat jenis 1.020 1.005 – 1.030 Dbn

Albumin urin +1 Negatif Dbn

Urobilinogen 0.2 EU/dL 0.1 – 1 Dbn

Nitrit Negatif Negatif Dbn

Darah Negatif Negatif

Esterase leukosit Negatif Negatif Dbn

Foto Abdomen 3 Posisi

1. Foto Supine

Didapatkan gambaran peningkatan udara pada usus, coiled spring appearance,

dan herring bone appearence

2. Foto AP ½ Duduk

Didapatkan gambaran air fluid level

3. Foto LLD

Didapatkan gambaran step ledder pattern, tidak tampak free air sickle.

8

Page 9: Case Ileus Nikita

Kesan: Terdapat obstruksi pada usus, tidak tampak adanya perforasi

V. RESUME

Seorang anak laki-laki 10 tahun datang diantar orangtuanya dengan keluhan

utama tidak bisa BAB dan buang angindisertai nyeri perut dan muntah-muntah. 6 hari

SMRS pasien mengeluh tidak biasa buang air besar dan nyeri perut. Nyeri perut

melilit dan dirasakan disemua bagian perut. Pasien dibawa ke Puskesmas, diberi obat

sirup dan obat tablet. Setelah minum obat pasien bisa BAB, BAB keras, warna

kecoklatan, tidak ada lendir atau darah. Demam dan riwayat diare sebelumnya

disangkal. 5 hari SMRS pasien mengeluh perutnya sakit lagi, kali ini pasien tidak bisa

BAB lagi, dan tidak bisa buang angin. Pasien mengeluh perutnya sakit, terasa mual

dan muntah setiap kali makan. Muntah berisi makanan yang dimakan, namu

kemudian menjadi hanya cairan kekuningan saja 2 hari SMRS, OS masih belum bisa

BAB , tidak mau makan karena perutnya sakit dan terasa mual. OS diantar ke IGD

RSUD Budhi Asih oleh orang tua pasien, diberi obat mikrolax dan obat mual . OS

diminta kontrol ke poli anak RSUD Budhi Asih.1 hari SMRS OS datang ke poli anak

RSUD Budhi Asih . OS tidak bisa BAB, tidak bisa buang angin,muntah-muntahsetiap

kali makan dan perutnya terasa sangat sakit, kemudian OS disarankan untuk dirawat.

Dari pemeriksaan fisik tanggal 27 April 2013 ditemukan :

Kesan umum : Tampak sakit sedang, compos mentis, gizi baik, tampak lemas

Tanda vital :

Tekanan darah : 90/70 mmHg

HR : 88x/menit

Suhu : 36,4°C

Frekuensi napas : 28x/menit

Nadi : Isi dan tegangan cukup

Status internus ditemukan:

Mulut : bibir kering (+)

Status lokalis ditemukan:

Status Lokalis Regio Abdomen

9

Page 10: Case Ileus Nikita

Inspeksi : Cembung, hernia umbilikalis (-), sikatriks (-), bekas luka operasi (-)

Auskultasi : BU (+) , metallic sound (+)

Palpasi : Distended, nyeri tekan (+) diseluruh kuadran abdomen terutama

supraumbilikus, nyeri tekan epigastrium (+), defans muscular (-)

Perkusi : hipertimpani, nyeri ketuk (+)

Pemeriksaan Rectal Toucher ditemukan: Spincther ani tonus baik, feses (-), darah (-),

lendir (-), massa (-), nyeri (+)

Pemeriksaan penunjang ditemukan:

1. Laboratorium darah rutin: Leukositosis, anemia, hipoalbuminemia, hitung jenis

shift to the left

2. Urinlisis ditemukan: warna urin kuning tua, agak keruh , ketonuria dan

albuminuria

3. Pemeriksaan foto BNO: Didapatkan tanda obstruksi usus tanpa perforasi.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Ileus Obstruktif Total

VII. DIAGNOSIS BANDING

Ileus Obstruktif Total

o Et causa fekalit

o Et causa adhesi

o Et causa bolus Ascaris

o Et causa hernia inkarserata

o Et causa massa

Ileus Paralitik

Appendicitis akut

Gastroenteritis Akut

VIII. PENATALAKSANAAN

UGD

10

Page 11: Case Ileus Nikita

IVFD Asering 2cc/kg bb/jam

Injeksi Ranitidin 2x25 mg

Pasang NGT

Pasang DC

Pasien dipuasakan

Ruang Perawatan

IVFD KaEn Mg 3 2cc/kgbb/jam

IVFD Aminofusin Paed 500cc/24 jam

Injeksi Ceftriakson 2 x 1 gr

Injeksi Metronidazol 2x 500 mg

Injeksi Tradoksic 2x 50 mg

Injeksi Alinamin F 2x ½ ampul

Injeksi Neurobion 2x ½ ampul

Operatif

Dilakukan operasi laparotomi eksplorasi cito tanggal 26 April 2013

karena terapi konservatif tidak berhasil

Laporan Operasi

Operator : dr. Harinto,Sp.B

Diagnosis pra bedah : Ileus Obstruksi

Diagnosis pasca bedah : Ileus Obstruksi dan Appendicitis akut et causa

Ductus Omphaloentericus Persisten Meradang

Jenis operasi : Laparotomi Eksplorasi, Appendictomy

Laporan Operasi:

- Pasien terlentang dengan anestesi umum

- Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik

- Insisi kutis dan subkutis

- Tampak DO:

Ductus omphaloentericus persisten meradang ileum + caecum (vital)

Appendix 5 cm x1 cm

11

Page 12: Case Ileus Nikita

- Dilakukan pembebasan band dan appendictomy

- Perdarahan dirawat,luka operasi ditutup

- Operasi selesai

Instruksi post operasi:

Infus D5:NaCl 2:1 /24 jam

Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr

Injeksi Metronidazol 2x500 mg

Injeksi Tradoksic 2x50 mg

Injeksi Neurobion 2x ½ ampul

Injeksi Alinamin f 2x1/2 ampul

Rawat ICU

Puasa sampai BU (+)

Follow up

27 April 2013 ( Ruang HCU)

S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+)

O : TD: 90/70 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,7 ºC

BU + 1x/menit

Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)

12

Page 13: Case Ileus Nikita

A : Post op Laparotomi H+1

P : Infus D5:NaCl 2:1 /24 jam

Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr

Injeksi Metronidazol 2x500 mg

Injeksi Tradoksic 2x50 mg

Injeksi Neurobion 2x ½ ampul

Injeksi Alinamin f 2x1/2 ampul

Puasa

28 April 2013 (Ruang Perwatan VI Timur)

S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+)

O : TD: 90/70 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,7 ºC

BU + 1x/menit

Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)

A : Post op Laparotomi H+2

P : Infus D5:NaCl 2:1 /24 jam

Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr

Injeksi Metronidazol 2x500 mg

Injeksi Tradoksic 2x50 mg

Injeksi Neurobion 2x ½ ampul

13

Page 14: Case Ileus Nikita

Injeksi Alinamin f 2x1/2 ampul

Puasa

29 April 2013 (Ruang Perawatan VI Timur)

S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+)

O : TD: 110/70 mmHg

N : 88 x/menit

RR : 28 x/menit

S : 36,4 ºC

BU + 2x/menit

Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)

A : Post op Laparotomi H+3

P : Infus KaEn Mg3 + Kcl 10 Meq 46 cc/jam

Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr

Injeksi Metronidazol 2x500 mg

Injeksi vit K 2x ½ ampul

Injeksi transamin 2x ½ ampul

Injeksi Dycinone 2x ½ ampul

Injeksi Adona 2x ½ ampul

Injeksi Ranitidin 2x 25 mg

Propiretik supp 2x 240 mg

Diet Ensure via NGT

30 April 2013 (Ruang Perawatan VI Timur)

14

Page 15: Case Ileus Nikita

S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+), batuk

O : TD: 110/70 mmHg

N : 88 x/menit

RR : 30 x/menit

S : 36,4 ºC

BU + 2x/menit

Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)

A : Post op Laparotomi H+4

P : Infus KaEn Mg3 + Kcl 10 Meq 46 cc/jam

Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr

Injeksi Metronidazol 2x500 mg

Injeksi vit K 2x ½ ampul

Injeksi transamin 2x ½ ampul

Injeksi Dycinone 2x ½ ampul

Injeksi Adona 2x ½ ampul

Injeksi Ranitidin 2x 25 mg

Propiretik supp 2x 240 mg

Aff NGT

Diet ML

1 Mei 2013 (Ruang Perawatan VI Timur)

S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+), batuk

O : TD: 110/70 mmHg

15

Page 16: Case Ileus Nikita

N : 120 x/menit

RR : 28 x/menit

S : 36 ºC

BU + 2x/menit

Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)

A : Post op Laparotomi H+ 5

P : Infus KaEn Mg3 + Kcl 10 Meq 46 cc/jam

Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr

Injeksi Metronidazol 2x500 mg

Injeksi Ranitidin 2x 25 mg

Propiretik supp 2x 240 mg

Boleh Pulang (Bedah)

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam

Ad fungsionam : Bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

16

Page 17: Case Ileus Nikita

BAB III

ANALISIS KASUS

1. Dari anamnesis

Keluhan Utama : Tidak bisa BAB dan buang angin sejak 5 hari SMRS Gejala ini

merupakan manifestasi dari obstruksi. Hasil – hasil pencernaan dan gas-gas yang tertelan

tidak dapat disalurkan ke bagian distal usus dan rectum.

Keluhan tambahan : Nyeri perut, mual, muntah akibat dari usaha peristaltic usus untuk

melewati sumbatan. Muntah merupakan manifestasi dari obstruksi usus halus, makanan yang

dimakan tidak dapat di cerna, isi muntahan berupa cairan kekuningan yang juga merupakan

tanda dari obstruksi usus halus

Riwayat Penyakit Sekarang :

Tidak bisa BAB, setelah diberi obat dari puskesmas BAB satu kali

menunjukkan gejala obstipasi karena obstruksi, namun baru sebagian (parsial)

karena masih bisa BAB

Tidak bisa BAB dan buang angin sudah menunjukkan gejala obstruksi total

Muntah-muntah cairan berwarna kuning menunjukkan gejala obstruksi dari

usus halus

Nyeri perut akibat dari usaha peristaltik usus untuk melewati sumbatan

2. Dari pemeriksaan fisik :

Tanda vital :

Tekanan darah : 90/70 mmHg

HR : 88x/menit

Suhu : 36,4°C Afebris, menunjukkan tidak ada tanda perforasi

Frekuensi napas : 28x/menit

Nadi : Isi dan tegangan cukup

Status internus ditemukan:

17

Page 18: Case Ileus Nikita

Mulut : bibir kering (+)menunjukkan tanda kekurangan cairan akibat muntah-

muntah

Status lokalis ditemukan:

Status Lokalis Regio Abdomen

Inspeksi : Cembung perut cembung karena gas dan sisa makanan pada usus

tidak dapat dikeluarkan

tidak ada bekas luka operasi menyingkirkan diagnosis banding

ileus obstruktif et causa adhesi post operatif

Auskultasi : BU (+) , metallic sound (+) menunjukkan gejala ileus obstruktif,

menyingkirkan diagnosis banding ileus paralitik

Palpasi : - Distended karena gas dan sisa makanan tidak dapat dikeluarkan

- nyeri tekan (+) terutama supraumbilikus, nyeri tekan epigastrium (+)

menunjukkan obstruksi berada di usus halus

Perkusi : hipertimpani, nyeri ketuk (+)karena banyak udara di dalam

abdomen dan nyeri kolik menyebabkan nyeri saat perkusi

Pemeriksaan Rectal Toucher ditemukan:

Spincther ani tonus baik, feses (-), darah (-), lendir (-), massa (-), nyeri arah jam 7

tidak ditemukan feses berarti obstruksi letak tinggi (ileum), tidak ada massa pada

rectum, nyeri menunjukkan belum dapat disingkirkan diagnosis appendicitis

3. Dari pemeriksaan penunjang di dapatkan :

Leukositosis menunjukkan tanda-tanda infeksi

Anemia bisa disebabkan karena OS tidak dapat makan, sehingga asupan

nutrisi kuran dan terjadi anemia.

Hipoalbuminemia karena tidak ada asupan protein dan terdapat albumin

dalam urin (+1)

Hitung jenis, shift to the left menunjukan keadaan patologis akut

Warna urin kuning tua, agak keruh karena pasien kurang minum (puasa)

Ketonuria hasil lipolisis karena tidak ada makanan yang dicerna

18

Page 19: Case Ileus Nikita

Albuminuria gangguan sementara pada sirkulasi ginjal (pasien puasa dan

kehilangan cairan lewat muntah)

4. Dari pemeriksaan Foto Abdomen 3 Posisi didapatkan:

Gambaran obstruksi tanpa tanda perforasi

DIAGNOSA KERJA

Ileus Obstruktif Total

DIAGNOSA BANDING

Ileus Obstruktif Total

o Et causa fekalit tidak ditemukan fekalit pada pemeriksaan

rectal toucher sehingga dapat disingkirkan

o Et causa adhesi

o Et causa bolus Ascaris riwayat cacingan atau keluar cacind

dari anus disangkal, hasil laboratorium tidak ditemukan

peningkatan eosinofil

o Et causa hernia inkarserata pada pemeriksaan fisik tidak

ditemukan adanya benjolan, sehingga dapat disingkirkan

o Et causa massapada pemeriksaan rectal toucher tidak teraba

adanya massa, namun perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

seperti foto BNO dengan kontras atau USG abdomen untuk

menyingkirkan kemungkinan massa

Ileus Paralitik pada pemeriksaan fisik masih didapatkan bising usus,

dan oemeriksaan elektrolit darah normal, pada foto BNO 3 posisi

didapatkan gambaran obstruksi

Appendicitis akut belum dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan

fisik nyeri perut samar karena nyeri terdapat di seluruh kuadran abdomen,

belum dapat dilakukan appendicogram

Gastroenteritis Akut karena terdapat mual dan muntah-muntah, tetapi

dapat disingkirkan karena mual dan muntah diakibatkan oleh obstruksi

usus halus.

DIAGNOSIS POST OPERATIF

19

Page 20: Case Ileus Nikita

1. Ileus Obstruksi et causa Ductus Omphaloentericus Persisten Meradang

2. Appendicitis Akut

PENATALAKSANAAN

KONSERVATIF

IVFD KaEn Mg 3 2cc/kgbb/jam

IVFD Aminofusin Paed 500cc/24 jam

Injeksi Ceftriakson 2 x 1 gr

Injeksi Metronidazol 2x 500 mg

Injeksi Tradoksic 2x 50 mg

Injeksi Alinamin F 2x ½ ampul

Injeksi Neurobion 2x ½ ampul

Pasien dipuasakan

Pasang NGT

Pasang DC

OPERATIF Laparotomi eksplorasi

Karena terapi konservatif tidak berhasil, maka dilakukan operasi laparotomi

eksplorasi cito untuk menentukan diagnosis dan terapi pada pasien.

Hasil operasi ditemukan ductus omphaloentericus persisten yang meradang sehingga

mengakibatkan onstruksi pada ileum dan mengakibatkan peradangan pada appendix.

PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam dengan tatalaksana yang sudah dilakukan menghindari

bahaya kematian

Ad fungsionam : Bonam tidak ada gangguan fungsi, fungsi kembali seperti

semula

Ad sanationam : Dubia ad bonam dapat berulang jika gaya hidup pasien tidak

sehat; kurang makan makanan berserat, jika terjadi adhesi post

operasi

20

Page 21: Case Ileus Nikita

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

ILEUS OBSTRUKSI

Definisi

Ileus obstruksi merupakan gangguan mekanik baik parsial maupun total dari

pasase isi usus. Ileus obstuktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi

karena adanya daya mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan

penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan pasase lumen usus

tergangggu.(8)

Ileus obstruksi disebut juga obstruksi lumen usus, disebut demikian apabila

disebabkan oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada

obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi

sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada

strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan

berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang

disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan

kombinasi gejala obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.

Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin

sekali disertai strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing

askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. (9)

Epidemiologi

Ileus obstruksi merupakan kelainan bedah yang paling sering ditemui pada

usus halus. Adhesi intraabdominal pasca operasi merupakan etiologi yang paling sering

yaitu 75% dari seluruh kasus. Etiologi yang sering lainnya adalah hernia dan penyakit

Crohn. Pada kolon, kanker merupakan penyebab tersering darri ileus obstruksi.

Penyebab lainnya meliputi menyempitnya lumen usus karena diverkulitis atau penyakit

infeksi usus.(3,10)

Di Indonesia, perlekatan usus merupakan penyebab yang menempati ururtan

pertama saat ini. Maingot melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari ileus adalah

21

Page 22: Case Ileus Nikita

perlekatan. Survey Ileus Obstruksi RSUD dr Soetomo tahun 2001 mendapatkan 50%

dari penyebabnya adalah perlekatan usus, kemudian diikuti hernia 33,3%, keganasan

15%, volvulus 1,7%.

Klasifikasi

1. Secara umum(9)

- Ileus obstruksi sederhana : obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh

darah

- Ileus obstruksi strangulata: ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi

iskemia yang akan menyebabkan nekrosis atau gangren.

2. Berdasarkan letak obstruksi

Letak tinggi : duodenum – jejenum

Letak tengah : ileum terminal

Letak rendah : colon sigmoid – rektum

Gambar 3.1. Klasifikasi ileus berdasarkan letak obstruksi

3. Berdasarkan stadium

Parsial : menyumbat sebagian lumen usus. Sebagian sisa makanan dan udara

masih dapat melewati tempat obstruksi.

Komplit : menyumbat total lumen usus.

22

Page 23: Case Ileus Nikita

Strangulasi : sumbatan kecil tapi dengan jepitan pembuluh darah.

Etiologi

Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga mekanisme,

yaitu blokade intralumen,intramural atau lesi instrinsik dari dinding usus, kompresi

lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus (Thompson 2005). Lesi intraluminal

seperti fekalit, batu empedu, lesi intramural misalnya malignansi atau inflamasi, lesi

ektralumisal misalnya adhesi, hernia, volulus atau intususepsi.(3)

Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh:

1. Adhesi

Adhesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis lokal

atau umum, atau pascaoperasi. Adhesi dapat berupa perlengketan dalam bentuk

tunggal maupun multipel, dan dapat setempat maupun luas.Sering juga ditemukan

adhesi yang bentuknya pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan, dan pita dipotong

agar pasase usus pulih kembali. Ileus akibat adhesi umumnya tiak disertai strangulasi.(9)

2. Hernia inkarserata

Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit cincin hernia sehingga isi

kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, sehingga terjadi

gangguan pasase atau gangguan vaskularisasi. Hernia merupakan penyebab kedua

terbanyak setelah adhesi dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak

mempunyai riwayat operasi abdomen. (9)

3. Askariasis

Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena

higiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Obstruksi umunya

disebabkan oleh gumpalan padat yang terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor

cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.

23

Page 24: Case Ileus Nikita

Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau

pencahar, demam, serangan kolik, muntah, dan cacing keluar dari mulut atau anus. (9)

4. Invaginasi

Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada

dewasa muda. Invaginasi adalah masukya bagian usus proksimal (intussuseptum)

kedalam bagian yang lebih distal dari usus (intussupien). Invaginasi umumnya berupa

intususepsi ileosekal yang masuk dan naik ke kolon asenden serta mungkin keluar

dari rektum. Invaginasi dapat mengakibatkan obstruksi ataupun nekrosis iskemik pada

bagian usus yang masuk dengan kompikasi perforasi dan peritonitis. (9)

5. Volvulus

Volvulus merupakan proses memutarnya usus sehingga menyebabkan

obstruksi usus dan gangguan vaskularisasi. Volvulus jarang terjadi di usus halus.

Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum. (9)

6. Kelainan congenital

Dapat berupa stenosis atau atresia. Kelaianan bawaan ni akan menyebabkan

obstruksi setelah bayi mulai menyusui. (9)

7. Radang kronik

Morbus Chron dapat menyebabkan obstruksi karena udem, hipertrofi, dan

fibrosis yang biasanya terjadi pada penyakit kronik ini. (9)

8. Tumor

Lebih dari separuh tumor jinak ditemukan di ileum, sisanya di duodenum dan

yeyenum. Tumor jinak usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali

jika menimbulkan invaginasi (penyebab tidak langsung) atau karena tumornya sendiri

(penyebab langsung).

24

Page 25: Case Ileus Nikita

Separuh kasus tumor ganas terdapat di ileum. Keluhannya samar, seperti

penurunan berat badan dan sakit perut. Sama halnya dengan tumor jinak usus halus,

tumor ganas juga jarang menyebabkan obstruksi. (9)

9. Batu empedu yang masuk ke ileus

Inflamasi yang berat dari kantung empedu menyebabkan fistul dari saluran

empedu ke duodenum yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus

gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada

ileum terminal atau katup ileosekal yang menyebabkan obstruksi. (9)

Ileus obstruksi pada kolon disebabkan 60% oleh malignansi, 20% oleh divertikulosis dan 5%

oleh volvulus sigmoid. (11)

1. Karsinoma kolon

Obstruksi kolon yang akut dan mendadak kadang-kadang disebabkan oleh

karsinoma. Sekitar 70-75% kasinoma kolon dan rektum terletak pada rektum dan

sigmoid. Karsinoma colon merupakan penyebab angka kematian yang tertinggi dari

pada bentuk kanker yang lain. Faktor predisposisi yang dikenal adalah poliposis

multiple, biasanya terdapat tanda-tanda yang mendahului antara lain penyimpangan

buang kotoran, keluarnya darah perektal dan colon akan mengalami distensi hebat

dalam waktu yang cepat. (9)

2. Volvulus

Volvulus terajadi akibar memutarnya usus (biasanya pada sekum ata sigmoid)

pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan gangguan sirkulasi

vena maupun arteri.

Volvulus sigmoid ditemukan jauh lebih banyak daripada volvulus sekum,

yaitu sekitar 90%.Kelainan ini terutama ditemukan pada orang yang lebih tua, orang

dengan riwayat kronik konstipasi. Volvulus sigmoid sering mengalami strangulasi

bila tidak dilakukan dekompresi.(9)

Volvulus sekum terjadi karena kelainan bawaan kolon kanan yang tidak

terletak retroperitoneal, jadi terdapat mesenterium yang panjang dan sekum yang yang

25

Page 26: Case Ileus Nikita

mobile karena tidak terfiksasi. Kelainan ini biasanya menyerang pada usia 60 tahunan.

Volvulus sigmoid terjadi karena mesenterium yang panjang dengan basis yang

sempit.( 9,11)

3. Divertikel

Divertikel kolon paling sering ditemui di sigmoid. Divertikel kolon adalah

divertikel palsu karena terdiri atas mukosa yang menonjol melalui lapisan otot seperti

hernia kecil. Komplikasi dapat berupa perforaasi, abses terbuka, fistel, obstruksi

parsial, dan perdarahan.

4. Intususepsi/invaginasi

Merupakan suatu keadaan masuknya suatu segmen proksimal usus ke segmen

bagian distal yang akhirnya terjadi obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh

karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia

jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan, dengan abdominal

kolik.

Intususepsi sering terjadi pada anak anak. Namun, sekitar 5-15% dari kasus

intususepsi di belahan bumi bagian Barat terjadi di orang dewasa, yang mana dua per

tiga kasusnya disebabkan oleh tumor atau polip di usus halus(9,11).

5. Penyakit Hirschsprung

Penyakit Hirschprung atau yang disebut juga megacolon dapat digambarkan

sebagai suatu usus besar yang dilatasi, membesar dan hipertrofi yang berjalan kronik.

Penyakit ini dapat kongenital ataupun didapat dan biasanya berhubungan dengan ileus

obstruksi. (12)

Penyebab kongenital dari penyakit ini diakibatkan dari kegagalan migrasi dari

neural crest ke kolon bagian distal. Sedangkan megakolon yang didapat merupakan

hasil dari adanya infeksi ataupun konstipasi kronis. Infeksi Trypanosoma cruzi

menyerang sel ganglion dan menyebabkan megakolon. (12)

26

Page 27: Case Ileus Nikita

Patofisiologi

Patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa

memandang apakah obstruksi itu disebabkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.

Perbedaan utama terletak pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat sejak

awal, sedangkan pada obstruksi mekanik, awalnya peristaltik diperkuat, kemudian

intermitten, dan akhirnya menghilang.(1)

Pada ileus obstruksi usus halus terjadi dilatasi pada usus proksimal secara

progresif akibat akumulasi dari sekresi pencernaan dan udara yang tertelan (70% dari

udara yang tertelan) dalam lumen. Dilatasi dari usus halus menstimulasi aktivitas sel

sekretori, yang berakibat bertambahnya akumulasi cairan. Hal ini mengakibatkan

peristaltik meningkat pada bagian atas dan bawah dari obstruksi, dengan buang air

besar yang jarang dan flatus pada awal perjalanan. (13)

Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan natrium

dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna setiap

hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen

dengan cepat. Hal ini akan mengompresi saluran limfe mukosa dan menyebabkan

limfedema pada dinding usus. Dengan meningkatnya tekanan hidrostatik intraluminal,

meningkatnya tekanan hidrostatik pada capiler akan menyebabkan cairan yang

banyak, elektrolit dan protein ke dalam lumen usus. Kehilangan cairan dan dehidrasi

27

Causes of Intestinal ObstructionLocation Cause

Colon Tumors (usually in left colon), diverticulitis (usually in sigmoid), volvulus of sigmoid or cecum, fecal impaction, Hirschsprung's disease, Crohn's disease

Duodenum

Adults Cancer of the duodenum or head of pancreas, ulcer disease

Neonates Atresia, volvulus, bands, annular pancreas

Jejunum and ileum

Adults Hernias, adhesions (common), tumors, foreign body, Meckel's diverticulum, Crohn's disease (uncommon), Ascaris infestation, midgut volvulus, intussusception by tumor (rare)

Neonates Meconium ileus, volvulus of a malrotated gut, atresia, intussusception

Page 28: Case Ileus Nikita

yang disebabkan oleh hal akan sangat parah dan dapat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas. (13)

Muntah dan pengosongan isi usus merupakan penyebab utama kehilangan

cairan dan elektrolit. Akibat muntah tadi akan terjadi dehidrasi, hipovolemik. Pada

obstruksi proksimal, kehilangan cairan disertai oleh kehilangan ion hidrogen (H+),

kalium dan korida, sehingga terjadi alkalosis metabolik. Peregangan usus yang terjadi

secara terus menerus mengakibatkan timbulnya lingkaran setan penurunan absorpsi

carian dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus

adalah iskemia akibar peregangan dan peningkatan permeabilitas yang disebabkan

oleh nekrosis, disertai dengan absorpsi toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan

sirkulasi sistemik.(1)

Pada obstruksi intestinal simpel, obstruksti terjadi tanpa gangguan

vaskularisasi. Makananan dan cairan yang masuk, sekresi getah pencernaan, dan gas

terkumpul di proksimal obstruksi. Bagian proksimal usus distensi, sedangkan bagian

distalnya colaps.Fungsi absorpsi dan sekresi dari mukosa usus berkurang, dan dinding

usus menjadi edema dan terbendung. Distensi usus yang parah akan semakin

progresif, menambah peristaltik, dan meningkatkan risiko dehidrasi dan progresi ke

arah strangulasi. (8)

Obstruksi intestinal strangulasi merupakan obstruksi dengan gangguan aliran

pembuluh darah, terjadi pada 25% dari pasien dengan ileus obstruksi. Biasanya

berhubungan dengan hernia, volvulus, dan intususepsi. Obstruksi strangulasi bisa

menjadi infark dan gangren dalam waktu 6 jam. Awalnya akan terjadi obstruksi vena,

kemudia oklusi arteri dan akhirnya iskemi cepat dari dinding usus. Usus yang iskemi

akan menjadi edema dan infark, yang berujung gangren dan perforasi. Bila tidak

ditangani akan menjadi perforasi, peritonitis, dan kematian. Pada ileus obstruksi

kolon, strangulasi jarang terjadi (kecuali pasien dengan volvulus).(8,13)

Perforasi dapat terjadi pada bagian yang iskemik (usus halus). Risiko akan

meningkat bila sekum dilatasi dengan diameter > 13 cm.

Pada ileus obstruksi kolon, terjadi dilatasi pada usus yang letaknya diatas

obstruksi, yang akan menyebabkan edema mukosa, gangguan aliran vena dan arteri ke

usus. Edema dan iskemi yang terjadi meningkatkan permeabilitas mukosa, yang

28

Page 29: Case Ileus Nikita

mengakibatkan translokasi bakteri (termasuk bakteri anaerob Bacteoides) , toksik

sistemi, dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Iskemi pada kolon dapat mengakibatkan

perforasi. (11)

III.6 Manifestasi Klinik

a. Obstruksi usus halus

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai

dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit, baik di dalam lumen usus

bagian oral dari obstruksi maupun oleh munrah. Keadaan umum akan

memburuk dalam waktu yang relatif singkat.(9)

Gejala yang timbul biasanya : kolik pada daerah umbilikus atau di

epigastrium, mual, muntah pada obstruksi letak tinggi, dan konstipasi (pada

pasien dengan obstruksi total). Pasien dengan obstruksi simpel/parsial

biasanya menderita diare pada awal obstruksi. Konstipasi dengan tidak dapat

flatus dirasakan oleh pasien pada fase lanjut..Gerakan peristaltik yang high

pitched dan meningkat yang bersamaan dengan adanya kolik merupakan tanda

yang khas. (8)

Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi

bersifat kolik.Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang

muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruksi usus halus, setiap 15

sampai 20 menit pada ileus obstruksi usus besar. Nyeri dari ileus obstruksi

usus halus demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen.

Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang

memuntahkan apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti

oleh cairan duodenum, yang kebanyakan cairan empedu. Pada ileus obstruksi

usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan

jernih, hijau atau kuning. Muntah fekulen dapat terjadi pada obstruksi usus

halus yang lama yang terjadi karena bakteri yang tumbuh banyak dan

merupakan tanda patognomonik dari ileus obstruksi usus halus bagian distal

komplit.(15)

29

Page 30: Case Ileus Nikita

Pada obstruksi strangulasi, gejalanya biasanya takikardi, demam, asidosis,

leukosistosi, dinding perut yang lemas. Apabila telah terjadi infark, dinding

perut akan lemas dan pada auskultasi didapatkan peristaltik yang minimal.(3,8)

b. Obstruksi kolon

Gejalanya biasanya lebih ringan dan terjadi lebih perlahan dibandingkan

obstruksi pada usus halus. Gejala awalnya adalah peubahan kebiasaan buang

air besar, terutama berupa obstipasi dan kembung, yang kadang disertai kolik

pada perut bagian bawah (suprapubik). Akhirnya,penderita mengeluh

konstipasi menyebabkan adanya distensi abdomen. Muntah mungkin terjadi

namun tidak sering. muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi.

Muntahannya kental dan berbau busuk sebagai hasil pertumbuuhan bakteri

berlebihan karena adanya renggang waktu yang lama.(3,8)

Small-intestinal

obstruction

Large Intestinal

obstruction

Penyebab paing sering Adhesi dan hernia Kanker

Gejala Kolik abdomen dan

muntah dengan interval

yang reguler

Kolik abdomen dan

muntah yang jarang

Pemeriksaan fisik Distensi abdomen mild-

moderate

Distensi abdomen

moderate

Foto polos abdomen Dilatasi lumen usus

halus dengan air fluid

level ; udara dan kotoran

yang sedikit pada distal

Dilatasi kolon dengan

atau tanpa distensi usus

halus dan air fluid level

Tabel 3.2 Tabel Perbedaan Klinis Obstruksi Usus Halus dan Kolon(15)

Diagnosis

30

Page 31: Case Ileus Nikita

Diagnosis ileus obstruksi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis mengenai

gejala klinis yang timbul, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan juga

pemeriksaan penunjang

1. Anamnesis

Pada anamnesis ileus obstruksi tinggi, sering dapat ditemukan

penyebab, misalnya berupa adhesi dalam perut karena dioperasi atau terdapat

hernia. Gejala yang timbul umumya berupa syok, oligouri,dan gangguan

elektrolit.Kemudian ditemukan adanya serangan kolik perut, di sekitar

umbilikus pada ileus obstruksi usus halus dan disuprapubik pada ileus

obstruksi usus besar. Pada anamnesis, didapatkan adaya mual dan

muntah,tidak bisa BAB (buang air besaar), tidak dapat flatus, perut kembung.

Pada strangulasi, terdapat jepitan yang menyebabkan gangguan

peredaran darah sehinggga terjadi iskemia, nekrosi atau gangren. Gangren

menyebabkan tanda toksis seperti, demam, takikardi, syok septik, dengan

leukosistosis.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Pada inspeksi secara umum, terlihat adanya tanda tanda

dehidrasi, dilihat dari turgor kulit, mulut kering. Penderita tampak

gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik. Pada inspeksi

abdomen, terlihat distensi, darm countour (gambaran kontur usus),

darm steifung (gambaran gerakan usus), terutama pada penderita yang

kurus.

Adanya adhesi dapat dilihat dengan adanya bekas luka operasi

pada abdomen. Adanya bejolan di perut, inguinal, dan femoral yang

menandakan adanya hernia.

b. Auskultasi

31

Page 32: Case Ileus Nikita

Pada auskultasi, terdengar hiperperistaltik yang kemudian suara

usus meninggi (metallic sound) terutama pada permulaan terjadinya

obstruksi dan borborygmi sound terdengar sangat jelas pada saat

serangan kolik. Kalau obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi

strangulasi serta peritonitis, maka bising usus akan menghilang(15).

c. Palpasi

Pada palpasi, diraba adanya defans muskular, ataupun adanya

tanda peritonitis seperti nyeri tekan, nyeri lepas, teraba massa seperti

pada tumor, invaginasi, dan hernia.

d. Perkusi

Pada perkusi didapatkan bunyi hipertimpani.

Rectal Toucher

Untuk mengetahui apakah adanya massa dalam rectum. Apakah

ada darah samar, adanya feses harus diperhatikan. Tidak adanya feses

menunjukan obstruksi pada usus halus. Apabila terdapat darah berarti

penyebab ileus obstruksi adalah lesi intrinsik di dalam usus seperti

malignansi. .(11,15)

3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak dapat dijadikan pedoman

untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan ialah

darah lengkap, elektrolit, BUN (blood urea nitrogen), ureum amilase, dan

kreatinin.

Pada ileus obstruksi sederhana, hasi pemeriksaan larobarotiumnya dalam batas

normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis, dan

nliai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan

pada semua jenis ileus obstruksi, terutama strangulasi. Penurunan dalam kadar

32

Page 33: Case Ileus Nikita

serum natrium, klorida dan kalium merupaan manifestasi lebih lanjut, dapat

juga terjadi alkalosis akibat muntah. Bila BUN didapatkan meningkat,

menunjukkan hipovolemia dengan azotemia prerenal.(15)

Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis ileus obstruksi biasanya dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan

radiologi.

a. Foto polos abdomen

Diperlukan foto abdomen 3 posisi yaitu foto posisi supine, foto posisi

setengah duduk, dan foto left lateral decubitus. Pada posisi supine dapat

ditemukan gambaran distensi usus dan herring bone appearance, posisi

lateral dekubitus ataupun setengah duduk dapat ditemukan gambaran step

ladder pattern,

Hal yang paling spesifik dari obstruksi usus halus ialah distensi usus

halus (diamater > 3 cm), adanya air fliud level pada foto posisi setengah

duduk, dan kekurangan udara pada kolon. Negatif palsu dapat ditemukan

pada pemeriksaan radiologi ketika letak obstruksi berada di proksimal usus

halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak adanya

udara. Hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya gambaran air fluid level

ataupun distensi usus.(3)

Pada ileus obstruksi kolon, pemeriksaan foto abdomen menunjukan

adanya distensi pada bagian proksimal dari obstruksi. Selain itu, tampak

gambaran air fluid level yang berbentuk seperti tangga yang disebut juga

step ladder pattern karena cairan transudasi.  

b. Foto Thorax

Foto thorax dapat menggambarkan adanya free air sickle yang terletak

dibawah difaragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi usus.(11)

c.CT scan

33

Page 34: Case Ileus Nikita

CT scan berguna untuk menentukan diagnosa dini dari obstruksi

strangulasi dan untuk menyingkirkan penyebab akut abdominal lain, terlebih

jika klinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT scan juga dapat

membedakan penyebab dari ileus obstrusi usus halus,yaitu penyebab

ekstrinsik (seperti adhesi dan hernia) dengan penyebab instrinsik (seperti

malignansi dan penyakit Chron). Obtruksi pada CT scan ditandai dengan

diameter usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian

yang kolaps dengan diameter kurang dari 1 cm.(11)

Temuan lain pada obstruksi usus yaitu zona transisi dengan dilatasi usus

proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tidak

dapat melewati bagian obstruksi, dan pada bagian kolon terdapat gas ataupun

cairan. Strangulasi ditandai dengan menebalnya dinding usus, pneumatosis

intestinalis (udara pada dinding usus), udara pada vena porta, dan

berkurangnya kontras intravena ke dalam usus yang terkena.(3)

Penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas CT 80-90%, spesifisitas 70-

90% dalam mendeteksi obstruksi.(3)

d. Enteroclysis

Enteroclysis berguna untuk mendeketsi adanya obstruksi dan berguna

membedakan antara obstruksi parsial atau total. Metode ini berguna jika

foto polos abdomen mempelihatkan gambaran normal namun gambaran

klinis menunjukan adanya obstruksi atau jika foto polos abdomen tidak

spesifik. Pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi karena metastase,

tumor yang rekuren, dan kerusakan akibat radiologi. Enteroclysis dapat

dilakukan dengan dua jenis kontras. Barium merupakan kontras yang sering

digunakan dalam pemeriksaan ini. Barium aman digunakan dan berguna

mendiagnosa obstruksi bila tidak terdapat iskemia usus ataupun perforasi.

Namun, penggunaan barium sering dihubungkan dengan terjadinya

peritonitis, dan harus dihindari bila diduga adanya perforasi.(11)

Enteroclysis jarang digunakan pada keadaan akut. Pada pemeriksaan

ini, digunakan 200-250 mL barium dan diikuti 1-2 L larutan

34

Page 35: Case Ileus Nikita

methylcellulose dalam air yang dimasukan melalui proksimal jejenum

melalu kateter nasoenteric.

e.USG abdomen

USG merupakan pemeriksaan yang tidak invasif dan murah

dibandingnkan CT scan, dan spefisitas dari USG dilaporkan mencapai 100%.

Pemeriksaan ini dapat menunjukan gambaran dan penyebab dari obstruksi

dengan melihat pergerakan dari usus.

Diagnosa Banding

Diagnosa banding dari ileus obstruksi adalah :

a. Ileus paralitik

Pada ileus paralitik terdapat distensi yang hebat namun nyeri yang dirasakan

lebih ringan dan cenderung konstan, mual, muntah, bising usus yang

menghilang, pada pemeriksaan fisik tidak adanya defans muskular dan pada

gambaran foto polos didapatkan gambaran udara pada usus.

b. Appendisitis akut

Pada appendisitis akut, didapatkan gejala nyeri tumpul pada epigastrium yang

kemudian berpindah pada kuadran kanan bawah, demam, mual, dan muntah.

c. Pankreatitis akut

Nyeri pada pankreatitis akut biasanya dirasakan sampai ke punggung. Gejala

ini dapat juga berhubungan dengan ileus paralitik. Pada pankreatitis akut, amilase

kadarnya akan sangat tinggi bbila dibandingkan ileus obstruksi.

d. Gastroenteritis akut

Pada gastoenteritis akut juga terdapat nyeri perut dan muntah. Diare pada

penyakit ini juga menyebabkan adanya hiperperistaltik pada auskultasi.Namun

dapat dipikirkan adanya ileus bila abdomen distensi dan hilangnya suara atau

sedikitnya aktifitas usus.

35

Page 36: Case Ileus Nikita

e. Torsio ovarium, dysmenorrhea, endometriosis

Penatalaksanaan

Ileus obstruksi di usus harus dihilangkan segera setelah keadaan umum

diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu pembedahan meliputi tatalaksana

dehidrasi, perbaikan keseimbangan elektrolit, dan dekompresi pipa lambung. Pada

strangulasi, tidak ada waktu untuk memperbaiki keadaan umum, sehingga strangulasi

harus segera diatasi.(9)

1. Terapi konservatif

Pasien dengan ileus obstruksi bisanya mengalami dehidrasi dan

kekurangan elektrolit (Natrium, kalium, dan klorida) akibat

berkuranganya intake makanan, muntah, sehingga membutuhkan

penggantian cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer

Laktat. Koreksi melalu cairan ini dapat dimonitor melalui urin dengan

menggunakan kateter , tanda tanda vital, pemeriksaan laboratorium,

tekanan vena sentral. (3,11)

Pemberian antibiotik broadspectrum dapat diberikan sebagai profilaksis

atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ileus obstruksi. Injeksi

Ceftriakson 1 gram 1 kali dalam 24 jam dapat diberikan sebagai

profilaksis. Antiemetik dapat juga diberikan untuk mengatasi muntah.(3,11)

Dekompresi traktus gastrointestinal dengan menggunakan nasogastric

tube (NGT) dan pasien dipuasakan. Hal ini berguna untuk mengeluarkan

udara dan cairan dan untuk mengurangi mual, distensi, dan resiko

aspirasi pulmonal karena muntah.

Pada ileus obstruksi parsial, biasanya dilakukan tindakan konservatif dan

pemantauan selama 3 hari. Penelitian menunjukkan adanya perbaikan

dalam pasien dengan keadaan tersebut dalam waktu 72 jam. Namun jika

keadaan pasien tidak juga membaik dalam 48 jam setelah diberi terapi

cairan dan sebagainya, makan terapi operatif segera dilakukan.(3,11)

2. Operatif

36

Page 37: Case Ileus Nikita

Secara umum, pasien dengan ileus obstruksi total memerlukan tindakan

operatif segera, meskipun operasi dapat ditunda untuk memperbaiki keadaan

umum pasien bila sangat buruk. Operasi dapat dilakukan bila rehidrasi dan

dekompresi nasogastrik telah dilakukan. (3,8)

Tindakan operatif dilakukan apabila terjadi :

- Strangulasi

- Obstruksi total

- Hernia inkarserata

- Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif (pemasangat NGT,

infus, dan kateter).(9)

Tindakan operatif pada ileus obstruksi ini tergantung dari

penyebabnya. Misalnya pada adhesi dilakukan pelepasan adhesi tersebut,

tumor dilakukan reseksi, dan pada hernia dapat dilakukan herniorapi dan

herniotomi. Usus yang terkena obstruksi juga harus dinilai apakah masih

bagus atau tidak, jika sudah tidak viabel maka dilakukan reseksi. Kriteria

dari usus yang masih viabel dapat dilihat dari warna yang normal, dan

adanya peristaltik, dan pulsasi arteri.(3)

Kanker kolon yang meyebabkan obstruksi kadang dilakukan reseksi dan

anastomosis, dengan atau tanpa colostomi atau ileostomy sementara. Jika

tidak dapat dilakukan, maka tumor diangkat dan kolostomi atau ileostomi

dibuat. Diverkulitis yang menyebabkan obstruksi, biasanya sering terjadi

perforasi. Reseksi bagian yang terkena devertikel mungkin agak sulit tapi

merupakan indikasi jika terjadi perforasi ataupun peritonitis umum.

Biasanya dilakukan reseksi dan kolostomi, namun anastomosis ditunda

sampai rongga abdomen bebas radang (cara Hartman).Vovulus sekal

biasanya dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang

terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang

juga berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara adhesi. Pada volvuus

sigmoid, dapat dilakukan reposisi dengan sigmoidoskopi, dan reseksi dan

37

Page 38: Case Ileus Nikita

anastomosis dapat dilakukan beberapa hari kemudian. Tanpa dilakukan

reseksi, kemungkinan rekuren dapat terjadi.(8)

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi

ileus :

a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah

sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata

non-strangulasi, jepitan oleh adhesi atau pada volvulus ringan.

b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian

usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan

sebagainya.

c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat

obstruksi,misalnya pada Ca stadium lanjut.

d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung

ususuntuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada

carcinomacolon,invaginasi strangulata dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan

operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan

penderitanya,misalnya pada Ca sigmoid obstruksi, mula-mula dilakukan kolostomi

saja, kemudiani dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

Tindakan dekompresi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga

kesimbangan asam basa darah tetap dilaksanakan pasca tindakan operasi.

Pada obstruksi lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca

bedah saangat penting sampai 6-7 hari pasca bedah. Bahaya pada pasca

bedah ialah toksinemia dan sepsis. Gambaran klinisnya biasanya tampak

pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas

dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.

Komplikasi

Komplikasi dari ileus obstruksi dapat berupa nekrosis usus, perforasi usus

yang dapat menyebabkan peritonitis, syok septik, dan kematian. Usus yang strangulasi

38

Page 39: Case Ileus Nikita

mungkin mengalami perforasi yang mengakibatkan materi dalam usus keluar ke

peritoneum dan mengakibatkan peritonitis. Meskipun tidak mengalami perforasi,

bakteri dapat melintasi usus yang permeabel dan masuk ke sirkulasi darah yang

mengakibatkan syok septik.(14)

Prognosis

Angka kematian pada ileus obstruksi usus non-strangulasi adalah < 5 %,

dengan banyaknya kematian terjadi pada pasien usia lanjut dengan komorbid. Angka

kematian pada operasi ileus obstruksi usus strangulasi berkisar 8-25%. (3)

Pada ileus obstruksi kolon, biasanya angka kematian berkisar antara 15 – 30 %. Perforasi

sekum merupakan penyebab utama kematian. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan

diakukan dengan cepat.

39

Page 40: Case Ileus Nikita

DUCTUS OMPHALOMESENTERICUS PERSISTEN (DUCTUS

VITELLINUS PERSISTENT)

DEFINISI

Yolk sac berhubungan dgn usus primitif oleh duktus omphalomesentericus (vitellinus) yang

akan mengalami regresi pd minggu 5-7 (8-10) gestasi. Kegagalan regresi akan menyebabkan

timbulnya berbagai anomali.

EMBRIOLOGI

Dalam permulaan perkembangannya, saluran cerna hanya berupa suatu tabung

sederhana dengan beberapa benjolan. Bakal lambung, pada saat ini, berupa suatu pelebaran

berbentuk kerucut, sedangkan bakal sekum ditandai oleh suatu pelebaran yang asimetris.

Duktus vitellinus masih berhubungan dengan saluran kolon usus ini.

Usus menjadi matang relatif awal pada masa kehidupan janin. Pada embrio 3 mm yaitu di

minggu keempat, usus depan primitif dan usus belakang hanya berbentuk seperti pipa ketika

lambung dan sekum menjadi jelas terpisah. Pipa ini kemudian memanjang dengan cepat,

menonjol ke tali pusat dan memutar berlawanan jarum jam mengelilingi arteri mesenterika

superior. Pada minggu kedelapan, ujung kaudal bersambung dengan rectum yang

berkembang dari kloaka. Pada minggu kesepuluh, usus cepat masuk kembali ke dalam perut,

kemudian kolon mencapai bentuk yang sempurna. Kebanyakan anomali struktur lambung

dan usus adalah akibat keterlambatan atau penyimpangan pada rangkaian yang kompleks ini.

Pembentukan otot pylorus lambung terlihat pada umur kehamilan 3 bulan dan sel parietal

serta sel utama muncul pada 14 minggu. Sel-sel tipe intestinal yang ditemukan pada mukosa

lambung berangsur-angsur menghilang selama masa kehidupan janin. Villi yang relatif

matang terlihat di sepanjang usus pada umur 12 minggu. Pada umur 20 minggu, kriptenya

sudah dalam dan sel-sel usus berbentuk kolumner dengan beberapa mikrovili. Pembuluh

darah yang memasok usus berkembang sempurna pada umur 12 – 13 minggu. Peristaltik

40

Page 41: Case Ileus Nikita

telah dapat dikenali pada awal minggu kedelapan, tapi biasanya gerakannya belum

terkoordinasi sempurna sampai mendekati lahir. Jaringan limfoid telah berkembang pada

umur 20 minggu.

Gangguan perkembangan selama minggu kesepuluh atau kesebelas akan

mengakibatkan kelainan yang ditandai dengan misalnya, tidak terbentangnya mesenterium

pada dinding belakang atau sekum tidak berada di kanan bawah perut melainkan lebih jauh

ke kranial atau sekum ada di tempat yang normal tetapi tidak stabil dan terpancang

Fungsi usus halus sudah matang pada masa prenatal dan pascalahir.

Pengangkutan glukosa di epitel dapat dideteksi pada jejunum embrio manusia sebelum umur

20 minggu. Penyerapan lemak kurang efisien pada bayi cukup bulan dibanding pada anak

yang lebih tua, bahkan lebih tidak efisien lagi pada bayi prematur daripada bayi cukup bulan.

Penentu penting untuk perbedaan-perbedaan yang terkait umur ini adalah kecepatan sintesis

dan pengangkutan garam empedu yang relatif lambat pada awal kehidupan dan berkurangnya

sekresi kelenjar pankreas. Usus manusia mampu menyerap protein utuh yang secara antigenik

cukup berarti terutama selama minggu-minggu awal kehidupan.

Pada tahap awal kehidupan janin, duktus vitellinus berhubungan dengan kantung

telur dan midgut. Midgut merupakan asal dari sebagian besar duodenum, usus halus, sekum,

appendiks veriformis, colon ascendes, 2/3 colon transversum dextra. Kemudian pada umur 3

minggu, kantung telur membentuk bagian ventral dari usus dan melebar, duktus vitellinus

memendek kemudian berangsur-angsur memanjang dan menyempit. Sejak umur 5 minggu,

midgut normalnya menutup sempurna oleh karena atrofi duktus vitellinus membentuk tali

fibrosa yang kemudian diabsorpsi. Suplai darah bagi duktus vitellinus diperoleh dari sebagian

cabang ventral aorta abdominal, arteri vitellinus. Normalnya, arteri sinistra mengalami

involusi ketika arteri dextra membentuk arteri mesenterika superior. Divertikulum Meckel

mendapat suplai darah dari sisa arteri vitellinus dextra, biasanya cabang akhir mesenterika

superior.

KELAINAN DUCTUS VITELLINUS

I. Divertikel Meckel

a) Epidemiologi

Divertikulum meckel terjadi pada sekitar 2% populasi. Walaupun kebanyakan ditemukan

tidak sengaja pada laparotomi atau laparoskopi, tetapi divertikulum meckel juga dapat

41

Page 42: Case Ileus Nikita

berbahaya dan mengancam jiwa. Studi restrospektif menunjukkan bahwa onset dan frekuensi

komplikasi menurun seiring usia. Total resiko komplikasi berkisar 4-25% pada berbagai

studi.Rasio pria:wanita pada kasus divertikulum yang simtomatik adalah 3:1, tetapi pada

kasus divertikulum yang asimtomatik 1:1.

b) Definisi

Divertikulum Meckel adalah abnormalitas embriologik bagian dari anomali yg dikenal sbg

sisa (duktus) yolk stalk atau sisa duktus omphalomesentericus. Yolk sac berhubungan dgn

usus primitif oleh duktus omphalomesentericus (vitellinus) yang akan mengalami regresi pd

minggu 5-7 (8-10) gestasi. Kegagalan regresi akan menyebabkan timbulnya berbagai

anomali. Yang tersering adalah divertikulum Meckel.

Divertikulum Meckel terletak pada sisi anti mesenteric, tetapi suplai darah dari pembuluh

darah mesenterium ileum (a.vitelina), berasal dari mesenterium yang menyeberangi usus ke

divertikulum. Sebagai suatu kelainan anomali, divertikulum Meckel juga terdiri dari 3 lapisan

usus halus sehingga disebut sebagai true diverticulum.

Dalam divertikulum Meckel, dianut "rule of two":

2% dari Populasi

2 Kaki (60-70cm) dari valve ileocaecal/Bauhini.

2 Type Heterotopic Mucosa.

Usia < 2th.

Panjang ± 2 inchi.

c) Patofisiologi

Mekanisme yang bertanggung jawab bagi anomali ini adalah adalah kegagalan duktus

omfalomesenterikus (vitelinus), yang menghubungkan yolk sac dengan foregut selama

kehidupan embrionik dini untuk menjadi terobliterasi lengkap. Normalnya obliterasi terjadi

pada minggu kelima sampai ketujuh kehamilan kemudian mengalami atrofi. Bila sebagian

atau seluruh duktus omfalomesenterikus dan pembuluh darah penyertanya gagal berobliterasi

(Persistensi duktus vitelinus), maka Kedaan yang terjadi antara lain:

a. Fistel enteroumbilikalis ( ileo-umbilikalis)

b. Fibreus band ( jaringan fibreus) yang menghubungkan antara illeum dengan inner surface

dari umbilikus.

c. Paten sinus vitelino-umbilicalis

d. Penutupan sebagian dari lumen usus

42

Page 43: Case Ileus Nikita

e. Kista duktus vitelinus

d) Presentasi klinis

Presentasi klinis tersering adalah temuan secara kebetulan divertikulum Meckel pada

laparotomi. Divertikulum Meckel dapat juga tampil sebagai kasus terkomplikasi. Komplikasi

yang tersering adalah ulserasi, perdarahan, obstruksi usus halus, diverticulitis dan perforasi.

Berdasarkan studi selama 42 tahun oleh Cullen dkk, resiko seumur hidup untuk terjadi

komplikasi adalah sekitar 6,4%.

Perdarahan

Perdarahan adalah komplikasi paling sering, dengan insidensi 20-30% dari semua

komplikasi. Terjadi lebih sering pd anak <2 tahun dan pada laki. Pasien mengalami BAB

43

Page 44: Case Ileus Nikita

berdarah, yang dapat berupa hematoskezia berulang hingga perdarahan masif yg

menyebabkan syok. Jika perdarahan yang terjadi berlangsung cepat pasien akan mengeluhkan

BAB dengan feces bercampur darah berwarna merah terang. Jika perdarahan yang terjadi

adalah perdarahan minor dengan transit intestinal lambat, feces akan hitam seperti ter. Pasien

dapat juga datang dengan kelemahan dan anemia akibat perdarahan yang berlangsung lama.

Pada 50% kasus, ditemukan mukosa gastrik ektopik yang memproduksi asam yang merusak

mukosa ileum disekitarnya sehingga terjadi ulkus kronik. Ulkus ini dapat menjadi perforasi

dan menyebabkan peritonitis. Pada 5% kasus, ditemukan mukosa pancreas pada

divertikulum.

Obstruksi intestinal

Terdapat pada 20-25% kasus yg simtomatik. Obstruksi yang terjadi sering baru diketahui

disebabkan oleh divertikulum Meckel saat operasi telah dilakukan. Terdapat beberapa

mekanisme terjadinya obstruksi, salah satunya adalah duktus omphalomesenterikus yang

dihubungkan oleh pita fibrotik ke dinding abdomen, dapat menjadi tempat volvulus usus

halus pada pita fibrotik tersebut yang menyebabkan obstruksi. Divertikulum dapat juga

menjadi lead point intususepsi dan menjadi penyebab obstruksi. Ketika terjadi inkarserata

dengan hernia inguinal, divertikulum Meckel kemudian disebut Littré hernia.

Pasien dengan obstruksi intestinal karena divertikulum Meckel akan mengeluhkan nyeri

abdomen, muntah dan obstipasi.

Divertikulitis

Kondisi ini terjadi pada 10-20% pasien yg simtomatik, terutama pd usia lanjut. Pasien

mengeluhkan kolik abdomen dan nyeri di area periumbilikal. Perforasi yang terjadi dapat

menyebabkan peritonitis. Stasis di divertikulum (terutama divertikulum dgn leher/pangkal yg

sempit) menyebabkan inflamasi dan infeksi sekunder yang menjadi diverticulitis. Sedangkan

inflamasi yang menjadi adhesi dapat menjadi penyebab obstruksi intestinal. 1

Anomali Umbilikus

Terjadi pada hampir 10% kasus. Anomali yang terjadi berupa fistula, sinus, kista dan pita

fibrotik. Pasien dapat datang dengan discharge kronik dari sinus umbilicus yang disertai

infeksi dan ekskoriasi kulit periumbilikal. Kanulasi dan injeksi dgn kontras radiograf utk

menggambarkan anomali bermanfaat untuk merencanakan tindakan operasi yang akan

dilakukan.

Neoplasma

44

Page 45: Case Ileus Nikita

Merupakan komplikasi yang paling jarang, dilaporkan pada 4-5% kasus. Tipe tumor yang

dilaporkan yaitu paling sering leiomioma, diikuti leiomiosarkoma, carcinoid dan fibroma. 1

Komplikasi lain

Berupa fistula vesicodiverticular, daughter diverticula (pembentukan divertikulum di dalam

divertikulum Meckel).

e) Diagnosis

Pertimbangkan divertikulum Meckel sebagai diferensial diagnosis pada kasus obstruksi atau

perdarahan intestinal, terutama pada hematokezia yang tidak disertai nyeri, terutama pada

anak-anak. Sehingga, diferensial diagnosis nyeri abdomen kuadran kanan bwh pada anak2:

apendisitis, limfadenitis mesenterik, intususepsi dan divertikulitis Meckel.

a.       Foto polos abdomen: kasus obstruksidilatasi, air fluid levels. Perforasigambaran

udara bebas.

b.      USG: melihat fistula dan kista, melihat divertikulitis (struktur tubular yg menebal)

c.       CT scan: divertikulitis massa dengan pita peridiverticular

d.      Meckel Scan

Diagnosis dari diverticulum yang mengalami perdarahan dapat dilakukan dengan technetium

Tc 99m-pertechnate radioisotope scanning atau Meckel scan. Prinsipnya adalah

mengkonsentrasikan isotop, yang dimasukkan secara intravena, di mukosa gaster ektopik.

Hasil positif bila terdapat mukosa gaster ektopik 1,8cm2. Sensitivitas pemeriksaan ini 85%

dengan spesifitas 95%. Premedikasi: pentagastrin dan antagonis reseptor H2. Pentagastrin

untuk meningkatkan produksi asam dan antagonis reseptor H2 untuk menghambat sekresi

intraluminal sehingga produksi asam dapat terkonsentrasi di mukosa gaster.

Angka kejadian hasil negatif palsu cukup tinggi, sehingga hasil negatif tidak mengeksklusi

Divertikulum Meckel. Hasil positif palsu didapatkan pada pasien dengan intususepsi,

volvulus, obstruksi usus halus, apendisitis akut dan karsinoma caecum.

f) Terapi

Terapi yang diberikan disesuaikan klinis. Pada kasus dengan perdarahan dilakukan resusitasi

cairan dan tranfusi PRC, sedangkan pada kasus obstruksi dilakukan laparotomi sito. Pada

pasien asimtomatik, yang secara tidak sengaja ditemukan divertikulum Meckel, harus

dilakukan eksisi bila leher divertikulum sempit atau ada stasis. Sedangkan pada kasus

terkomplikasi, harus direseksi.

Terdapat 4 kemungkinan prosedur yang dapat dilakukan:

–     Divertikulektomi dgn penjahitan bagian dasar

45

Page 46: Case Ileus Nikita

–     Reseksi tepi di dinding usus, dijahit

–     Reseksi segmental, dihubungkan

–     Melepaskan pita fibrosa, dengan atau tanpa divertikulektomi

Pada kasus dengan perdarahan, dilakukan reseksi segmental atau reseksi tepi untuk

membuang mukosa gaster ektopik atau mukosa ileus yg ulserasi. Reseksi segmental

dilakukan pada anak-anak dengan divertikel yang dasarnya lebar dimana resiko stenosis

ileum lebih besar bila di divertikulektomi. Tatalaksana untuk sinus atau fistula umbilicus

adalah eksisi umbilikus. 2

Indikasi operasi

Perdarahan ulcus peptikum

Ileus obstruksi

Degenerasi maligna

divertikulitis

Kontra indikasi

Keadaan umum yang jelek

Diagnosis Banding

Appendisitis akut

Crahn’s disease

Pemeriksaan penunjang

Tes spesifik :sidik abdomen (Sodium Tc-Pertechnetate)

Sensitivitas pada anak 85% dan spesifitas 95%, pada dewasa kurang akurat

Bila sidikan pada orang dewasa negative: kontras usus halus

Indikasi arteriografi : perdarahan akut rectum

BOF :jarang membantu, kecuali obstruksi

e. Teknik Operasi

1. Penderita dalam posisi terlentang dalam general anestesi

46

Page 47: Case Ileus Nikita

2. laparotomi gaaris median dari atas pusat sampai dibawah pusat

3. isolasi ileum 15 cm proksimal dan distal divertikel dengan klem usus

4. reseksi ileum 5 cm proksimal dan distal divertikel

5. reanastomosis ujung-ujung dengan benang absorbable jangka panjang no. 000 secara

delujur sero-submukosa

6. periksa potenso sambungan

7. penutupan luka laparotomi

f. Komplikasi Operasi

Perdarahan

Kebocoran anastomosis

Infeksi lika operasi

47

Page 48: Case Ileus Nikita

g. Mortalitas

Tergantung kondisi klinis pasien pada pasien dengan divertikulum asiptomatis, tidak

didapatkan mortalitas pada reseksi elektif

h. Perawatan pasca Bedah

Pada prinsipnya sama dengan operasi yang melibatkan reseksi usus halus lainnya.

i. Follow-up

Kondisi umum pasien, kondisi abdomen dan fungsi usus, kondisi luka operasi

II. Fistula Vitellina

Kadang-kadang duktus vitellinus tetap bertahan seluruhnya, sehingga membentuk

hubungan langsung antara umbilikus dengan traktus intestinalis. Kelainan ini dikenal

sebagai fistula umbilikalis atau fistula vitellina. Tinja dapat keluar melalui umbilikus.

III. Tali Fibrosa

Pada bentuk lainnya, kedua ujung duktus vitellinus berubah menjadi tali-tali fibrosa,

sementara bagian tengahnya membentuk sebuah kista yang besar yang dikenal sebagai

enterokistoma atau kista vitellina. Karena tali-tali fibrosa tersebut menyeberangi rongga

peritoneum, gelung usus dapat menekuk mengelilingi tali fibrosa tersebut dan tersumbat,

sehingga menyebabkan stangulasi ataupun volvulus.

48

Page 49: Case Ileus Nikita

DAFTAR PUSTAKA

1. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Halus. In : Price Slyvia, Wilson Lorraine,editors.

Patofisiologi Konsep Kinis Proses – Proses Penyakit. Ed 6. Jakarta : EGC ; 2006. p

437-52

2. Sjamsuhidajat R,Dahlan M, Jusi Djang. Gawat Abdomen. Dalam : Sjamsuhidajat R,

Karnadiharja W, Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah.

Ed 3. Jakarta : EGC ; 2012. P 237-45

3. Whang E E, Ashley Stanley, Zinner J Michael. Small Intestine. In :Charles F

Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006. P 702-

11

4. Sherwood Lauralee. Sistem Pencernaan. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. D 2.

Jakarta ; EGC ; 2001. p 570-88

5. Kumar Vinay Kapoor. Small Intestine Anatomy. 2011. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/1948951-overview#showall. Accesed

September 29, 2012

6. Kumar Vinay Kapoor. Large Intestine Anatomy. 2011. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/1948929-overview#showal l . Accesed

September 29, 2012

7. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Besar. In : Price Slyvia, Wilson Lorraine,editors.

Patofisiologi Konsep Kinis Proses – Proses Penyakit. Ed 6. Jakarta : EGC ; 2006. p

456-59

8. Ansari Parswa. Intestinal Obstruction. 2012. Available at :

http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/

acute_abdomen_and_surgical_gastroenterology/intestinal_obstruction.html#v890928.

Accesed September 29, 2012

9. Riwanto Ign. Hidayat A H, Pieter J, Tjambolang T, Ahmadsyah I. Usus Halus,

Apendiks, Kolon, dan Anorektum. Dalam : Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W,

Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta :

EGC ; 2012. p 731- 72

49

Page 50: Case Ileus Nikita

10. Anonim. Bowel Obstruction. 2011. Available at : http://www.webmd.com/digestive-

disorders/tc/bowel-obstruction-topic-overview. Accesed September 29, 2012

11. Hopkins Christy. Large Bowel Obstruction. 2011. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/774045-treatment#showall. Accesed September

29, 2012

12. Bullard Kelli, Rothenberger David. Colon, Rectum, and Anus. In : Charles F

Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006. P 770

13. Nobie Brian. Small Bowel Obstruction. 2011. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview#showall. Accesed September

29, 2012

14. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih

Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 – 42

15. Hodin Richard, Matthews Jeffrey. Small Intestine. Dalam : Norton Jeffey, Bolinger

Randal, Chang Alfred, Lowry Stephen, et all. Surgery Basic Science and Clinical

Evidence. New Yoek : Springer. 2000. P 617-26

16. Kahn E, Daum F. Anatomy, histology, embryology, and developmental anomalies of the small and large intestine. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, eds. Sleisenger & Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2010:chap 96

50