cap

8
4. Manifestasi Klinis Gejala pada masing-masing individu berbeda-beda, diantaranya demam, sesak napas, nyeri dada, dan batuk. Batuk dapat bersifat tidak produktif (kering) atau terdapat sputum yang mukoid atau purulen (produktif). Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan konsolidasi paru seperti perkusi yang redup, suara napas bronkial, dan ronki basah. Tidak didapatkan demam pada 20% pneumonia dan dapat tanpa disertai batuk produktif dan perasaan dingin (Kiss TG, 1982). Gejala diluar sistem pernapasan seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri otot, dan nyeri sendi juga gejala yang sering didapat pada pneumoni. Perlu diingat bahwa pada pasien yang tua keluhan lebih sedikit dibandingkan pada pasien yang lebih muda (Bartlett dkk, 1998). Pada sebagian besar penderita didapatkan leukosit yang normal atau sedikit meninggi, kadang-kadang didapatkan leukositosis. Dapat terjadi peningkatan ureum, kreatinin dan glukosa, terdapat juga hiponatremi atau hipernatremi, hipofosfatemi; dapat terjadi hipoksemi yang disebabkan infeksi akut (Bartlett dkk, 1998). 5. Pemeriksaan Penunjang

Upload: shandra-cewe-buali

Post on 17-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

teks

TRANSCRIPT

Page 1: Cap

4. Manifestasi Klinis

Gejala pada masing-masing individu berbeda-beda, diantaranya demam, sesak napas,

nyeri dada, dan batuk. Batuk dapat bersifat tidak produktif (kering) atau terdapat sputum yang

mukoid atau purulen (produktif). Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda pada tipe pneumonia

klasik bisa didapatkan konsolidasi paru seperti perkusi yang redup, suara napas bronkial, dan

ronki basah. Tidak didapatkan demam pada 20% pneumonia dan dapat tanpa disertai batuk

produktif dan perasaan dingin (Kiss TG, 1982).

Gejala diluar sistem pernapasan seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut, diare,

nyeri otot, dan nyeri sendi juga gejala yang sering didapat pada pneumoni. Perlu diingat bahwa

pada pasien yang tua keluhan lebih sedikit dibandingkan pada pasien yang lebih muda (Bartlett

dkk, 1998).

Pada sebagian besar penderita didapatkan leukosit yang normal atau sedikit meninggi,

kadang-kadang didapatkan leukositosis. Dapat terjadi peningkatan ureum, kreatinin dan glukosa,

terdapat juga hiponatremi atau hipernatremi, hipofosfatemi; dapat terjadi hipoksemi yang

disebabkan infeksi akut (Bartlett dkk, 1998).

5. Pemeriksaan Penunjang

5.1 Radiologi

Pada pneumonia diagnosis radiologik ditegakkan bila didapatkan gambaran infiltrat

sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik, dan intersisial. Tidak

khas untuk menenttukan etiologi pneumonia. Sering kali infiltrat belum terlihat pada 24-48 jam

setelah perawatan. Gambaran radiologi kadang-kadang masih tampak normal pada pneumonia

dini, pneumonia oleh bakteri gram negatif dan tuberkulosis endobronkial (Gleckman dan

Bergman, 1987)

Page 2: Cap

5.2 Laboratorium

Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit

polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan leukopenia. Hitung

jenis menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat (Gleckman dan Bergman, 1987)

5.3 Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui

adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus

(Gleckman dan Bergman, 1987)

5.4 Analisa Gas Darah

Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial

karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik

(Gleckman dan Bergman, 1987)

6. Diagnosis

Diagnosis pneumonia komunitas didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,

pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang yaitu pada foto toraks terdapat infiltrat

baru, atau infiltrat progresif ditambah dengan dua atau lebih gejala seperti batuk, perubahan

karakteristik dahak atau purulen, suhu tubuh lebih dari 38oC (aksila) atau riwayat demam, pada

pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkhial, ronkhi, dan leukosit

>10.000 atau <4500 /uL (Bartlett dkk, 1998).

Page 3: Cap

7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding pneumonia, yaitu :

1.      Pneumonia non-bakterialPneumonia pada masa neonatus bisa terjadi sebagai akibat infeksi congenital atau infeksi

yang diperoleh pada saat proses kelahiran misalnya rubella, toksoplasmosis, herpes simplex, Sifilis. Pada anak usia 2 minggu - 6 bulan, C.trachomatis merupakan penyebab penting dari sindrom afebrile pneumonia. Selama masa kanak, kebanyakan pneumonia disebabkan oleh viral respiratorik misalnya adenovirus, virus influenza, virus parainfluenza, virus coxsackie A dan B. Mycoplasma pneumoniae merupakan penyebab yang jarang pada anak masa prasekolah, tetapi merupakan penyebab penting pneumonia pada masa sekolah, remaja, dan dewasa muda.

2.      Penyakit paru penyebab bukan infeksi·         Pneumonia aspirasi isi lambung·         Pneumonia aspirasi benda asing·         Sekuestrasi lobus paru·         Atelektasis, dll

8. Terapi Farmakologi

Tujuan utama terapi farmakoterapi pada pasien dengan CAP mencakup eradikasi patogen penyebab, memperbaiki tanda dan gejala klinis, meminimalisasi perawatan, dan mencegah reinfeksi. Terapi yang diberikan dinilai dari segi farmakokinetik, efek samping, interaksi obat dan biaya. Selain itu pemilihan terapi juga harus difokuskan pada derajat penyakit, komorbid, gejala klinis, epidemiologi dan paparan sebelumnya. Sebagian besar pasien dengan CAP diberikan terapi empirik berdasarkan patogen tersering yang berhubungan dengan kondisi.Rekomendasi tatalaksana empiris (ATS 2001) (Brunton dkk, 2008).

Grup Karakteristik Antibiotik pilihan

I Rawat jalan, penyakit kardiopulmonal (-), faktor modifikasi (-)

Makrolid Doksisiklin

II Rawat jalan, penyakit kardiopulmonal (+) dan/atau faktor modifikasi (+)

Β lactam oral (cefpodoxime, cefuroxime, amoxicillin dosis tinggi,

Fluoroquinolon antipneumoccocus

Page 4: Cap

amoxicillin/clavulanat) atau parenteral (ceftriaxone diikuti cefpodoxime oral)

Dikombinasi dengan makrolid atau doksisiklin

III A Rawat inap, penyakit kardiopulmonal (+), dan/atau faktor modifikasi (+)

β lactam IV (cefotaxime, ceftriaxone, ampicilin/sulbactam, ampicilin dosis tinggi)

Dikombinasi dengan makrolid IV atau oral atau doksisiklin

Fluoroquinolon antipneumoccocus

III B Rawat inap, penyakit kardiopulmonal (-), faktor modifikasi (-)

Azitromizin IV atau doksisiklin dan β lactam

Fluoroquinolon antipneumoccocus

IV A Rawat ICU tanpa risiko Pseudomonas Aeruginosa

β lactam IV (cefotaxime, ceftriaxone)

Dikombinasi dengan makrolid IV (Azitromisin) atau fluorokuinolon IV

IV B Rawat ICU dengan risiko Pseudomonas Aeruginosa

β lactam antipseudomonas IV tertentu (cefepime, imipenem, meropenem, piperacillin/tazobactam)

Dikombinasi dengan Quinolon antipseudomonas IV (ciprofloxacin)

β lactam antipseudomonas IV tertentu (cefepime, imipenem, meropenem, piperacillin/tazobactam)

Dikombinasi dengan aminoglikosida IV

Dikombinasi dengan makrolid IV (azitromisin) atau fluorokuinolon

Page 5: Cap

nonpseudomonas IV

Bartlett JG, Breiman RF, Mandell LA, File TM Jr: Community Acquired Pneumonia in adults:

Guidelines for management. Clin Infect Dis 26:811-838, 1998

Brunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I. ed. Goodman & gilman’s manual of

pharmacology and therapeutics. 11th edition. New York: McGraw-Hill. 2008.

Kiss TG. Infections of the lung parenchyma. In: Diagnosis and management of pulmonary

disease in primary practice. Sydney: Addison-Wesley Pubi Co. 122, 1982.

Gleckman RA, Bergman MH. Bacterial pneumonia: specific diagnosis and treatment of the

elderly. Geriatrics 1987; 42: 29.

Page 6: Cap