ca paru blok 18 girt

21
Karsinoma Paru McGirt Lamberth Robert Uniplaita 102011088 C5 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta 11510 Skenario 1 Skenario 1 Seorang wanita berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk darah sejak 4 bulan yang lalu. Pasien telah berobat sebelumnya, dan telah menjalani pengobatan TB selama 2 bulan, tapi keluhan batuk darah tersebut belum berkurang. Selain itu, selama 1 bulan ini, pasien mengeluh sering sakit pada punggung di sekitar tulang belakangnya. Pasien pernah menjalani operasi total pengangkatan payudara 1 tahun yang lalu setelah didiagnosa terkena kanker payudara. Rumusan Masalah: Seorang wanita 55 wanita mengeluh batuk darah sejak 4 bulan yang lalu disertai sakit di sekitar punggung. Hipotesis: Wanita tersebut menderita karsinoma paru. Pendahuluan Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa prakanker. 1

Upload: girt-lamberth-robert-uniplaita

Post on 27-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: CA Paru Blok 18 Girt

Karsinoma Paru

McGirt Lamberth Robert Uniplaita

102011088

C5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta 11510

Skenario 1

Skenario 1 Seorang wanita berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk darah

sejak 4 bulan yang lalu. Pasien telah berobat sebelumnya, dan telah menjalani pengobatan TB

selama 2 bulan, tapi keluhan batuk darah tersebut belum berkurang. Selain itu, selama 1

bulan ini, pasien mengeluh sering sakit pada punggung di sekitar tulang belakangnya. Pasien

pernah menjalani operasi total pengangkatan payudara 1 tahun yang lalu setelah didiagnosa

terkena kanker payudara.

Rumusan Masalah: Seorang wanita 55 wanita mengeluh batuk darah sejak 4 bulan yang lalu disertai sakit di sekitar punggung.

Hipotesis: Wanita tersebut menderita karsinoma paru.

Pendahuluan

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau

epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak

terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus

didahului oleh masa prakanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut

metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan

tindakan yang cepat dan terarah. Penyakit Kanker Paru-paru tergolong dalam penyakit kanker

yang mematikan, baik bagi priamaupun wanita. Dibandingkan dengan jenis penyakit kanker

lainnya, penyakit kanker paru-paru dewasa ini cenderung lebih cepat meningkat

perkembangannya. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan keterampilan dan sarana

yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini

membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi

diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi

medik dan ahli-ahli lainnya.

1

Page 2: CA Paru Blok 18 Girt

Anamnesis1

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru

lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat

keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor - faktor lain yang sering sangat

membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :

Batuk- batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)

Batuk darah

Sesak napas

Suara serak

Sakit pada bagian dada menjalar ke punggung

Sulit menelan

Terdapat benjolan dipangkal leher

Muka dan leher terlihat sembab disertai dengan nyeri hebat pada lengan

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar

paru,seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau

patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :

Berat badan berkurang

Nafsu makan hilang

Demam hilang timbul

Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",

trombosis venaperifer dan neuropatia.

Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan

bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda

obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura

Inspeksi: Pada pemeriksaan ini dilaporkan bentuk thoraks pasien. Apakah terlihat normal,

pectus excavatum, pectus carinatum atau barrel chest. Seterusnya dilaporkan pergerakan

thoraks saat keadaan statis dan dinamis (simetris atau tidak, ada atau tidak dada yang

tetinggal). Kemudian dilaporkan keadaan sela iga apakah terlihat mencekung atau

mencebung atau normal.

2

Page 3: CA Paru Blok 18 Girt

Palpasi: Dilakukan palpasi acak dan terstruktur thoraks anterior atau posterior. Setelah itu

meraba sela iga pasien dan melaporkan. Seterusnya melakukan taktil fremitus pada thotaks

depan dan menjelaskan hasilnya.

Perkusi: Melakukan perkusi acak dan terstruktur sambil menyebutkan hasil perkusinya.

Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui kelainan penyebab perkusi pekak, redup dan

hipersonor pada paru.

Auskultasi: Mendengarkan suara nafas dasar. Kemudian mendengarkan suara nafas

patologis.

Pemeriksaan Penunjang1

Pemeriksaan Darah Lengkap

Foto rontgent dada secara posteroior-anterior (PA) & lateral

Pemeriksaan foto rontgent adalah awal pemeriksaan yang sederhana untuk

mendeteksi kanker paru. Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgent dada ulang

diperlukan juga untuk menilai doubling timenya. Dilaporkan bahwa kebanyakan

kanker paru mempunyai doubling time antara 37-465 hari. Bila doubling time > 18

bulan, berarti tumornya termasuk benigna. Tanda- tanda tumor benigna lainnya adalah

lesi berbentuk bulat konsentris solid dan adanya kalsifikasi yang tegas. Pemeriksaan

foto rontgen dada dengan cara tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan

adanya tumor paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan

keberadaan tumor.

CT Scan & MRI

Pemeriksaan CT Scan pada torak lebih sensitif dibandingkan dengan

pemeriksaan foto polos dada biasa, karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul

dengan diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu

mencapai 25-60%. Bila memungkinkan, pemeriksaan CT Scan bisa sebagai

pemeriksaan skrining kedua setelah foto dada biasa.

Pemeriksaan MRI tidak selalu dikerjakan karena hanya terbatas untuk menilai

kelainan tumor yang menginvasi kedalam vertebra, medula spinalis, mediastinum.

Dan pemeriksaan ini sangat mahal.

Untuk staging kanker paru, sedikitnya diperlukan pemeriksaan CT Scan thorax, USG

abdomen (atau CT Scan abdomen), CT Scan otak dan bone scanning.

3

Page 4: CA Paru Blok 18 Girt

Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan

sapaerti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil posotif karena

tergantung:

Letak tumor terhadap bronkus

Jenis tumor

Teknik pengeluaran sputum

Jumlah sputum yang diperiksa (dianjurkan 3-5 hari berturut- turut)

Waktu pemeriksaan szputum (sputum harus segar)

Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat

memberikan hasil positif 67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi

sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini

kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostil kanker paru dapat dilakukan

pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, dan bilasan

dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.

Pemeriksaan Histopatologi

o Bronkoskopi

Hasil positif dengan bronkoskopi dapat mencapai 85% untuk tumor yang letaknya

sentral dan 70-80% untuk tumor perifer. Saat ini terdapat modifikasi dari

bronkoskopi serat optik dapat berupa:

Trans bronchial biopsy (TBLB) dengan tuntutan fluroskopi dan

ultrasonografi.

Flourescence bronschopy sedang dikembangkan dengan memakai

fluorescence enhancing agent seperti Hp D (Hematoporphyrin derivative)

memberikan konsentrat fuoresensi pada jaringan kanker. Hasil

menunjukan 50% sensitif terhadap karsinoma in situ dan displasia berat.

Ultrasound bronchoscopy untuk mendeteksi tumor perifer, tumor

endobronkial, kelenjar getah bening mediastinum dan lesi daerah hilus.

o Trans Torakal Biopsi (TTB)

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran

>2cm sensitivitasnyamencapai 90-95%. Komplikasi pneumotorak dapat mencapai 20-

25% dan hemoptisis sampai 20%.

o Mediastonoskopi

4

Page 5: CA Paru Blok 18 Girt

Lebih dari 20% kanker paru bermetastasis ke mediastinum, terutama Small Cell

Ca dan Large Cell Ca. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah

bening yang terlibat dapat dilakukan dengan cara mediastinoskopi dimana

mediastinoskopi dimasukkan melalui insisi supra sternal. Hasil biopsi

memberikan nilai positif 40%.

Pemeriksaan serologi

Sampai saat ini belum ada pemeriksaan serologi penanda tumor- tumor yang

spesifitasnya tinggi. Beberapa tes yang dipakai adalah Carcinoma Embryonic Antigen

(CEA), Neuron-spesific enolase (NSE), Cytokeratin fragments 19 (Cyfra 21-1). NSE

diketahui spesifik untuk small cell carcinoma.

Differential Diagnosis

Tuberkulosis Paru1

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

basil Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru,

tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Gejala klinis yang dirasakan pada

pasien tuberkulosis adalah:

Demam. Biasanya subfebril meyerupai demam influenza. Tetapi kadang-

kadang dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,

tetapi kemudian dapat timbul lagi. Demam akan seperti itu terus sehingga pasien tidak

akan pernah bebas dengan serangan demam influenza. Keadaan ini dipengaruhi oleh

daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman yang masuk.

Batuk/ Batuk darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena ada

iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk- produk radang

keluar tubuh. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin

saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yaitu setelah

berminggu-minggu peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-

produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan

sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah yang pecah, Kebanyakan

terjadi pada kavitas.

Sesak napas. Pada penyakit ringan belum dirasakan sesak napas (baru

tumbuh). Sesak napas akan ditemukan pada penyakit lanjut yang infliltrat mencapai

setengah paru-paru.

5

Page 6: CA Paru Blok 18 Girt

Nyeri dada. Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi

sudah mencapai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang menahun. Gejala malaise

sering ditemukan berupa anoreksia tidak nafsu makan, badan mengurus (bb turun),

sakit kepala, meriang, nyeri otot dll. Makin lama seiring dengan penyakit gejala ini

makin berat.

Bronkiektasis1,2

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi

(ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik,

persisten atau irreversibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-

perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen- elemen elastis, otot- otot

polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh- pembuluh darah.

Etiologi

Penyebab bronkiektasis sampai sekarang belum diketahui jelas. Pada

kenyataan kasus- kasus bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

Gambaran klinis

Gejala dan tanda klinis yang timbul tergantung pada luas dan berat

penyakitnya, lokasi kelainannya dan ada atau tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas

penyakit ini adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya hemoptisis,

dispnea yang menimbulkan suara wheezing dan pneumonia berulang. Penyakit ini

yang mengenai bronkus pada lobus atas yang sering menimbulkan gejala.3

Working Diagnosis1,4

Karsinoma Paru

6

Page 7: CA Paru Blok 18 Girt

Gambar 1. Kanker paru

Etiologi

Sepertinya umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru

belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat

karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti

kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain.

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat

berhubungan dengan kebiasaan merokok.

Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap

organ tubuh tersebut. Zat-zat yang bentuk karsinogen (C), kokarsinogenik (CC), tumor

promoter (TP), mutagen (M) yang telah dibuktikan terdapat dalam rokok.

Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah :

Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti :

1. Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma

2. Radiasi ion pada pekerja tambang uranium

3. Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida.

Polusi Udara. Pasien kanker paru lebih banyak didaerah urban yang banyak

polusi udaranya dibandingkan yang tinggal didaerah rural.

Genetik . terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam

kanker paru, yakni : proto oncogen, tumor supressor gene, gene encoding enzyme.

7

Page 8: CA Paru Blok 18 Girt

Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap

bekarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkenan kanker.1,2

Epidemiologi5

Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi. Di USA tahun 2002 dilaporkan

terdapat 169.400 iasus baru(13% dari kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900

kematian(28% dari kematian akibat kanker). Di inggris mencapai 40.000/ tahun dna di

indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 kanker terbanyak. Di RS kanker Dharmais

jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3 setelah kanker payudara dan leher rahim. Angka

kematian kanker paru di indonesia kurang lebih mencapai satu juta pertahun. Sebagian besar

kanker paru mengenai pria. Life time risk pada pria 1:13 dan wanita 1:20.5

Patologi1

1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)

Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir

semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa

nukleoli.disebut juga “oat cell carcinoma” karena bentuknya mirip dengan biji

gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul sekelilingi pembuluh darah halus

menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga

gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap sekitar pembuluh

darah.

2. Non Small Cell Carcinoma (NSCLC)

a. Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik

Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses kreatiisasi dan pembentukkan

“bridge” intraselular, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari

displasia skuamosa ke karsinoma in situ.

b. Adenokarsinoma

Khas dengan bentuk formasi grandular dan kecenderungan ke arah

pembentukkan konfigurasi papilari. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh

dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengang penanda tumor CEA

(carcinoma Embrionic Antigen) karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelioma

c. Karsinoma Bronkoalveolar

8

Page 9: CA Paru Blok 18 Girt

Merupakan subtipe dari adenokar-sinoma, dia mengikuti/meliputi permukaan

alveolar tanpa menginvasi atau mersak jaringan paru

d. Karsinoma Sel Besar

Ini suatu subtipe yang gambaran histologinya dibuat secara ekslusi. Dia

termasuk NSCLC tapi tak ada gambaran diferensiasi skuamosa atau glandular, sel

bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai oeh infiltrasi sel

neutrofil.1,2

Kanker Paru Sekunder1

Kanker paru sekunder adalah kanker yang bermetastasis ke paru-paru, sedangkan

primernya berasal dari luar paru. Insiden kanker paru sekunder adalah 9,7% dari seluruh

kanker paru. Diperkirakan 30% dari semua neoplasma akan bermetastasis ke paru. Insiden

tumor yang banyak bermetastasis ke paru-paru berturut-turut adalah, Chorio Carcinoma

(80%), Osteo sarcoma (75%), kanker ginjal (70%), kanker tiroid (65%), melanoma (60%);

kanker payudara (55%), kanker prostat (45%) kanker nasofaring (20%) dan kanker lambung

(20%).

Sedangkan gambaran yang ditimbulkannya bisa sebagai nodul soliter yang sering

terdapat pada kanker kolon, kanker ginjal, kanker testis, kanker payudara, sarkoma dan

melanoma. Tetapi gambaran terbanyak (75%) adalah lesi multiple. Metastase ke paru jarang

memberikan keluhan atau gejala, misalnya batuk atau hemoptisis, karena lesi metastasis

jarang menginvasi bronkus. Keluhan sering terjadi sesak.

Masalah bisa timbul bila didapatkan nodul soliter pada pasien yang diketahui

menderita kanker pada tempat lain. Biasanya nodul soliter tersebut dianggap kanker paru

primer, apalagi bilapasien berusia lebih dari 35 tahun dan faktor risikonya tinggi.1,2

Gambaran Klinis Kanker Paru1

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejala-gejala klinis. Bila

sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :

9

Page 10: CA Paru Blok 18 Girt

1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :

- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.

- Hemoptisis

- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas

- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

- Atelektasis

2. Invasi lokal :

- Nyeri dada

- Dispnea karena efusi pleura

- Invasif ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia

- Sindrom vena kava superior

- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

- Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus barkialis dan saraf simpati

servikalis

3. Gejala Penyakit Metastasis :

- Pada otak, tulang, hati, adrenal

- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)

4. Sindrom Paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :

- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

- Hematologi : leukositosis anemia, hiperkoagulasi

- Hipertrofi osteoartropati

- Neurologik : dementis, ataksia, tremor, neuropati perifer

- Neuromiopati

- Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)

- Dematologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh.

- Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara

radiologis

- Kelainan berupa noduler soliter.1,2

Stadium klinis

10

Page 11: CA Paru Blok 18 Girt

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut

International Union Against (IUAC)/ The American Joint Comittee on Cancer

(AJCC) 1997 adalah sebagai berikut:

Gambar 2: Stadium klinis kanker paru

Penatalaksanaan1

Tujuan pengobatan kanker:

a. Kuratif: untuk menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan

meningkatkan angka harapan hidup.

b. Paliatif: mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup

c. Rawat rumah (pada kasus terminal): mengurangi dampak fisik maupun psikologik

kanker baik pada pasien maupun keluarga.

d. Suportif: menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti pemberian

nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan obat

anti infeksi.

Non- Medika mentosa

o Radioterapi

11

Page 12: CA Paru Blok 18 Girt

Pada kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif

dan bisa juga paliatif pada tumor dengan komplikasi efek obstruksi pembuluh

darah/bronkus. Keberhasilan mencapai 20% dengan cara radiasi dosis paruh.

Medika mentosa

o Kemoterapi

Prinsip kemoterapi adalah, sel kanker mempunyai sifat mitosis dan

proliferasi yang tinggi. Sitostatika kebanyakan efektif terhadap sel bermitosis.

Dosis obat kemoterapi harus diberikan optimal dan sesiai jadwal.

Kemoterapi digunakan sebagai pengobatan baku untuk pasien mulai

dari stadium IIIA dan untuk pengobatan paliatif. Kebanyakan obat sitostatik

mempunyai aktivitas cukip baik pada NCSLC dengan tingkat respons antara

15-33%, walaupun demikian penggunaan obat tunggal tidak mencapai remisi

komplit. Resimen CAMP terdiri dari siklofosfamid, foksorubisinm metotrexat,

prokarbasin. Obat lain yang bisa digunakam sebagai obat tunggal adalah

paclitaxel, docetaxsel, vinorelbine dan lain- lain.

Komplikasi1

Efusi pleura

Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan di dalam kantong yang mengelilingi paru-paru

(kantong pleura), yang bisa menyebabkan sesak nafas. Pengumpulan cairan di kantong pleura bisa

disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah kanker.

Sindroma vena kava superior

Sindroma vena kava superior terjadi jika kanker menyumbat sebagian atau seluruh vena-vena

(vena kava superior), yang mengalirkan darah dari tubuh bagian atas ke dalam jantung. Penyumbatan

vena kava superior menyebabkan vena-vena di dada bagian atas dan di leher membengkak, sehingga

terjadi pembengkakan di wajah, leher dan dada bagian atas.

Sindroma penekanan tulang belakang

Sindroma penekanan tulang belakang terjadi jika kanker menekan tulang belakang atau saraf-

saraf tulang belakang, dan menyebabkan nyeri serta hilangnya fungsi.

Semakin lama penderita mengalami kelainan neurologis, semakin kecil kemungkinan kembalinya

fungsi saraf yang normal. Biasanya pengobatan akan memberikan hasil yang terbaik jika dilakukan

dalam 12-24 jam setelah timbulnya gejala. Diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) intravena

12

Page 13: CA Paru Blok 18 Girt

untuk mengurangi pembengkakan dan terapi penyinaran. Meskipun jarang, jika penyebabnya tidak

diketahui, pembedahan akan membantu diagnosis yang tepat dan mengobati keadaan ini karena

memungkinkan ahli bedah untuk mengurangi tekanan pada korda spinalis.

Prognosis1

Small Cell Lung Cancer

o Dengan adanya perubahan terapi 15-20 tahun belakangan ini kemungkinan

hidup rata- rata yang tadinya <3 bulan menigkat jadi 1 tahun.

o Pada kelompok limited disease kemungkinan hidup rata-rat naik menjadi 1-2

tahun.

o 30% meninggal karena komplikasi lokal dari tumor, 70% meninggal karena

karsinoma dan 50 % meninggal karena bermetastasis ke otak (autopsi)

Non Small Cell Lung Cancer

o Yang terpenting pada prognosis kanker paru ini adalah menentukan

stadiumnya.

o Dibandingkan dengan jenis lain dari NSCLC, karsinoma skuamosa tidaklah

seburuk yang lain. Pada pasien yang dilakukan tindakan bedah, kemungkinan

hidup mencapai 5 tahun. Rata- rata, pasien meninggal akibat komplikasi

torakal.

Pencegahan1

Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti

merokok dapat mengurangi resiko kanker paru.

Akhir- akhir ini pencegahan chemoprevention banyak dilakukan, yakni dengan

memakai derivat asam retinoid, carotenoid vitamin C, selenium dan lain- lain. Jika

seseorang beresiko terkena kanker paru maka pengguna betakaroten, retinol,

isotretinoin ataupun N-acetyl-cystein dapat meningkatkan resiko kanker paru pada

perokok. Untuk itu, penggunaan kemopreventif ini masih memerlukan penelitian

lebih lanjut sebelum akhirnya direkomendasikan untuk digunakan.

13

Page 14: CA Paru Blok 18 Girt

Kesimpulan

Pada pasien tersebut terbukti menderita kanker paru. Kanker paru yang diderita pasien

tersebut bisa karena metastasis kanker payudara nya. Tetapi untuk diagnosis pasti jenis dari

kanker paru, harus dilakukan pemeriksaan seperti radiologi dan patologi anatomi untuk

menentukan jenis dan stage yang diderita pasien tersebut.

Daftar Pustaka

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit

dalam. Jilid 2. Edisi IV. Jakarta: Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam

fakultas kedokteran universitas indonesia. Mei 2007;h.1025-6.

2. Mansjoer Arif (2000), et al, Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3 jilid 1,

mediaaesculapius. Jakarta.

3. Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I , Edisi ke-2. Balai Pustaka Penerbit FKUI,

Jakarta.

4. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Edisi 6,

vol 2. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 2005. Hal 737-75.

5. Amin Z. Kanker paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribata M,

Setiadi S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna

publishing.2009.h.693.

14