ca paru

35
REFERAT RADIOLOGI CARCINOMA PARU Disusun oleh: 1. ATIKA ANDRIANI PUTRI (1102008047) 2. CLARA OCTAVENY PARHAT (1102008060) 1

Upload: atika-putri

Post on 24-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dttd

TRANSCRIPT

Page 1: ca paru

REFERAT RADIOLOGI

CARCINOMA PARU

Disusun oleh:

1. ATIKA ANDRIANI PUTRI (1102008047)

2. CLARA OCTAVENY PARHAT (1102008060)

KEPANITRAAN KLINIK RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SERANG

JUNI 2013

1

Page 2: ca paru

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker yang juga disebut neoplasma ganas atau tumor ganas ialah suatu massa

jaringan yang abnormal, yang pertumbuhannya melebihi dan tidak dikoordinasi

dengan jaringan normal, dan tetap berperangai demikian walaupun rangsangan yang

menimbulkan perubahan tersebut telah hilang. Pada umumnya penderita kanker

berakhir dengan kematian.

Di negara-negara maju, kematian akibat kanker menempati urutan pertama di

antara 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Di negara-negara berkembang

seperti Indonesia, kanker menempati urutan ke 7 sesudah penyakit-penyakit infeksi

saluran cerna, infeksi saluran nafas, penyakit kardiovaskular, dan lain-lain.

Sekitar 90 persen penderita karsinoma paru pria berkaitan dengan merokok.

Untuk menegakkan diagnosis kanker paru diperlukan bermacam pemeriksaan, seperti

dengan foto radiografi dada maupun dengan CT Scan.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui dan memahami penyakit kanker paru, terutama mengenai

gambaran radiologinya.

2

Page 3: ca paru

2. Memenuhi sebagian syarat untuk Ujian Stase Radiologi RSD Panembahan

Senopati Bantul

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru. Sebagian

besar karsinoma paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi karsinoma paru

bisa juga berasal dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke

paru. Karsinoma paru merupakan karsinoma yang paling sering terjadi, baik

pada pria maupun wanita.

B. ETIOLOGI

Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tapi ada tiga faktor

yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit ini :

merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini merokok

agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.

Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90 % kasus karsinoma paru

pada pria dan sekitar 70 % kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang di

hisap semakin besar resiko untuk menderita karsinoma paru, hanya sebagian kecil

karsinoma paru (sekitar 10-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan

oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes,

3

Page 4: ca paru

radiasi, arsen, kromat, nikel, eter, gas mustard, dan pancaran oven arang bisa

menyebabkan karsinoma paru meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang

juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab karsinoma paru masih

belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di

rumah tangga. Kadang karsinoma paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma

sel alveolar) terjadi pada orang yang parunya telah memiliki jaringan parut akibat

penyakit paru lainnya seperti tuberkulosis dan fibrosis.

C. KLASIFIKASI

Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan :

1. Small cell lung cancer (SCLC)

2. Non small cell lung cancer (NSCLC / karsinoma skuamosa, adenokarsinoma,

karsinoma sel besar)

WHO(1999) membuat klasifikasi histologis untuk karsinoma paru dan pleura sebagai

berikut :

1. Tumor epitelial :

a. Jinak : papiloma, adenoma

b. Lesi prainvasif : displasia skuamosa / karsinoma in situ, hiperplasia

adenomatosa atipik, hiperplasia sel neuroendokrin paru difus

c. Ganas :

- Karsinoma sel skuamosa : papiler, sel jernih, basaloid

- Small cell carcinoma : combined small cell carcinoma

4

Page 5: ca paru

- Adenokarsinoma

(i) Asinar

(iii) Papiler

(iv) Bronkoalveolar : nonmusinosa, musinosa, musinosa campuran

(v) Karsinoma padat dengan formasi musin

(vi) Adenokarsinoma dengan subtipe campuran

- Karsinoma sel besar

- Karsinoma adenoskuamosa

- Karsinoma dengan sarkomatoid pleomorfik atau unsur sarkomatosa

- Tumor karsinoid

2. Lain-lain : tumor jaringan lunak

3. Tumor mesotelial

4. Penyakit limfoproliferatif

5. Tumor sekunder

6. Unclassified tumors

10. Lesi seperti tumor

D. PATOLOGI

1. SCLC

Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang

hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali

tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip bentuk

5

Page 6: ca paru

biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul disekeliling pembuluhdarah halus

menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu

juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap disekitar

pembuluh darah.

2. NSCLC

Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan

bridge intra selular. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari

displasia skuamosa ke karsinoma in situ.

3. Adenokarsinoma

Khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan kearah

pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari

bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (carcinoma

embryonic antigen) karsinoma ini bias dibedakan dari mesotelioma.

4. Karsinoma bronkoalveolar

Merupakan sub tipe adenokarsinoma, sel karsinoma bentuk ini mengikuti

permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak jaringan paru.

5. Karsinoma sel besar

Suatu sub tipe dengan gambaran histologis yang dibuat secara eksklusion.

Karsinoma sel besar termasuk NSCLC tetapi tanpa gambaran deferensiasi

skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik tak berdiferensiasi, biasanya

disertai dengan infiltrasi sel netrofil.

6

Page 7: ca paru

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala karsinoma paru tergantung jenis, lokasi dan cara penyebarannya. Pada

fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila sudah

dalam stadium lanjut maka gejala mulai tampak. Gejala dapat bersifat :

1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :

a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

b. Hemoptisis

c. Mengi (wheezing / stridor) karena ada obstruksi saluran napas

d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

e. Atelektasis

2. Invasi lokal :

a. Nyeri dada

b. Dispneu karena efusi pleura

c. Invasi ke perikardium (terjadi tamponade atau aritmia)

d. Sindrom vena kava superior

e. Sindrom Horner (anhidrosis facialis, ptosis, miosis)

f. Suara serak, karena penekanan nervus laringis rekuren

g. Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf

simpatis servikalis

3. Gejala penyakit metastasis :

7

Page 8: ca paru

a. Pada otak, tulang, hati, adrenal

b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula

4. Sindrom paraneoplastik, terdapat pada 10 % kanker paru dengan gejala :

a. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

b. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

c. Hipertrofi osteoartropati

d. Neurologis : demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer

e. Neuromiopati

f. Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)

g. Dermatologis : eritema multiformis, hiperkeratosis, jari tabuh

h. Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)

5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

F. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologi untuk mencari adanya tumor ganas dapat dilakukan

antara lain dengan bronkoskopi invasif dan CT Scan thoraks. Tetapi,

pemeriksaan radiologi seperti foto thoraks PA, lateral, dan fluoroskopi masih

mempunyai nilai yang diagnostik yang tinggi meskipun kadang-kadang dalam

ukuran yang kecil tumor itu tidak terlihat. Meskipun begitu, kelainan lain akan

sangat dicurigai sebagai akibat tumor ganas, misalnya kelainan emfisema

setempat, atelektasis, peradangan sebagai komplikasi tumor atau akibat bronkus

terjepit, dan pembesaran kelenjar hilus yang unilateral. Efusi pleura yang

8

Page 9: ca paru

progresif dan elevasi diafragma juga perlu dipertimbangkan sebagai akibat

tumor ganas.

1. Atelektasis

Gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang disebabkan

sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara segmental, lobaris, atau

hemitoraks. Gambaran atelektasis secara radiologis tidak berbeda dengan

atelektasis yang disebabkan oleh penyumbatan bronkus lainnya.

2. Massa hilus

Pembesaran hilus unilateral merupakan manifestasi dini secara radiologi

karsinoma paru. Hal ini terjadi akibat tumor primer pada hilus tersebut atau

pembesaran hilus. Pembesaran hilus oleh karena metastasis dari luar paru dapat

menyebabkan kelenjar menjadi lebih besar dan menyebar di sisi kiri dan kanan.

Karsinoma paru sentral manifestasinya bertambahnya opasitas pada region hilus.

3. Nodul soliter pada paru

Bercak kalsifikasi dalam nodul sering dinyatakan sebagai proses jinak. Bila ada

kalsifikasi maka kita perlu lakukan CT Scan toraks untuk memastikan adanya

nodul di dalamnya. Bayangan nodul pada paru berukuran beberapa milimeter

sampai 4 cm atau lebih dan tidak mengandung kalsifikasi harus diutamakan pada

kecurigaan sebagai karsinoma bronkogen terutama usia diatas 40 tahun.

5. Pneumonitis yang tidak sembuh

Peradangan paru sering disebabkan aerasi yang tidak sempurna akibat sumbatan

sebagian bronkus dan pengobatan dengan antibiotik umumnya tidak memberi

9

Page 10: ca paru

hasil sempurna atau berulang kembali peradangannya. Sering setelah peradangan

berkurang terlihat gambaran massa yang sangat dicurigai sebagai keganasan.

6. Efusi pleura

Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah (progresif)

atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru perlu dipertimbangkan

sebagai keganasan paru yang sudah bermetastasis ke pleura. Biasanya cairan

pleura itu terdiri atas cairan darah.

7. Elevasi diafragma

Letak tinggi diafragma sesisi dengan bayangan masa tumor yang diakibatkan

kelumpuhan nervus frenikus dapat diperlihatkan pada pemeriksaan fluoroskopi

dimana pergerakan diafragma berkurang atau tak ada sama sekali.

8. Perselubungan dengan destruksi tulang sekitarnya

Suatu perselubungan padat terutama di puncak paru dengan gambaran destruksi

tulang iga atau korpus vertebra sekitarnya merupakan tumor ganas primer pada

paru (sulcus superior) lanjut yang dikenal sebagai tumor Pancoast yang secara

klinis disertai dengan sindrom Horner.

9. Metastasis paru

Paru merupakan salah satu alat tubuh yang sering dihinggapi anak sebar tumor

ganas asal tempat lain. Penyebaran dapat bersifat hematogen dan limfogen.

a. Metastasis hematogen

Tumor ganas anak yang sering bermetastasi ke paru adalah tumor Wilms,

neuroblastoma, sarkoma osteogenik, sarkoma Ewing; sedangkan tumor

10

Page 11: ca paru

ganas dewasa adalah karsinoma payudara, tumor ganas saluran cerna, ginjal,

dan testis. Gambaran radiologis dapat bersifat tunggal (soliter) atau ganda

(multipel) dengan bayangan bulat berukuran beberapa milimeter hingga

sentimeter, batas tegas. Bayangan tersebut dapat mengandung bercak

kalsifikasi, misalnya pada anak sebar sarkoma osteogenik dan kavitas dapat

terbentuk meskipun jarang (5%) yang disebabkan nekrosis iskemik.

b. Metastasis limfogen

Anak sebar limfogen sering menyebabkan pembesaran kelenjar

mediastinum yang dapat meningkatkan penekanan pada trakea, esofagus,

dan vena kava superior dengan bermacam keluhannya. Anak sebar juga bisa

menetap di saluran limfe peribronkial atau perivaskuler yang secara

radiologis memberi gambaran garis-garis berdensitas tinggi yang halus

seperti rambut. Contoh keganasannya yaitu karsinoma tiroid dan kelenjar air

liur dapat menetap di paru selama bertahun-tahun dengan keadaan umum

yang baik.

Beberapa gambaran radiologi karsinoma paru :

11

Page 12: ca paru

Gambar 1. NSCLC dengan bronkoskopi. Sebuah lesi sentral besar didiagnosis NSCLC.

Gambar 2. NSCLC lobus paru kiri bawah dengan efusi pleura kiri.

12

Page 13: ca paru

Gambar 3. NSCLC dengan kolaps paru kiri atas e.c. karsinoma bronkogenik endobronkial.

Gambar 4. NSCLC. Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan kavitas.

Gambar 5. SCLC.

13

Page 14: ca paru

Gambar 6. SCLC dengan massa mediastinal / hilar kanan.

Gambar 7. SCLC dengan pneumonitis obstruktif dan atelektasis lobus paru kanan atas.

Gambar 8. Tumor Pancoast dengan asimetrisitas sulcus superior.

G. DIAGNOSIS

Jika seseorang (terutama perokok) mengalami batuk yang menetap atau semakin

memburuk atau gejala paru lainnya, maka terdapat kemungkinan terjadinya

karsinoma paru. Kadang petunjuk awalnya berupa ditemukannya bayangan pada.

rontgen dada dari seseorang yang tidak menunjukan gejala. Rontgen dada bisa

14

Page 15: ca paru

menemukan sebagian besar tumor paru, meskipun tidak semua bayangan yang

terlihat merupakan karsinoma.

Biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskopik dari contoh jaringan, yang kadang

berasal dari dahak penderita (sitologi dahak). Untuk rnendapatkan jaringan yang

diperlukan, dilakukan bronkoskopi. CT Scan bisa menunjukan bayangan kecil yang

tidak tampak pada foto rontgen dada dan bisa menunjukan adanya pembesaran

kelenjar getah bening. Untuk mengetahui adanya penyebaran ke hati, kelenjar

adrenal atau otak,dilakukan CT Scan perut dan otak. Penyebaran ke tulang bisa

dilihat melalui scanning tulang. Kadang dilakukan biopsi sumsum tulang karena

karsinoma sel kecil cenderung menyebar ke sumsum tulang.

Penggolongan (stadium) karsinoma dilakukan berdasarkan :

1. Ukuran tumor

2. Penyebaran kelenjar getah bening didekatnya

3. Penyebaran ke organ lain

Pada tahun 2009, International Union Against Cancer dan American Joint

Committee on Cancer menyusun sistem klasifikasi TNM terbaru yang mencakup baik

NSCLC, SCLC, dan karsinoid bronkopulmoner sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini.

Tumor DesignationPrior System

(Sixth Edition)New System

(Seventh Edition)

Five-YearSurvival Rate (%)

Size ≤ 2 cm > 2 but ≤ 3 cm > 3 but ≤ 5 cm > 5 but ≤ 7 cm > 7 cm

T1T1T2T2T2

T1aa

T1ba

T2aa

T2ba

T3a

77d

71d

58d

49d

35d

15

Page 16: ca paru

Pleural or pericardial invasion Visceral pleura Parietal pleura Mediastinal pleura Parietal pericardiumCentral airway invasion Tumor extending into mainstem

bronchus > 2 cm from carina Tumor extending into mainstem

bronchus ≤ 2 cm from carina Tumor extending to carinaLung atelectasis Tumor causing atelectasis of less

than entire lung Tumor causing atelectasis of

entire lungSoft tissue invasion Chest wall and superior sulcus Diaphragm Mediastinum Heart or great vessels Trachea EsophagusOsseous invasion Rib Vertebral body Nerve invasion Phrenic nerve Recurrent laryngeal nerveSatellite nodules Same lobe Same lung, different lobeLymph node designation No lymphadenopathy Ipsilateral, peripheral, or hilar–

interlobar zone involvement Ipsilateral upper,

aorticopulmonary, lower, or subcarinal zone involvement

Supraclavicular or contralateral upper, aorticopulmonary, lower, hilar–interlobar, or peripheral zone involvement

T2T3T3T3

T2

T3

T4

T2

T3

T3T3T4T4T4T4

T3T4

T3T4

T4M1

N0N1

N2

N3

T2ab or T2bC

T3T3T3

T2ab or T2bC

T3

T4

T2ab or T2bC

T3

T3T3T4T4T4T4

T3T4

T3T4

T3T4

N0N1

N2

N3

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

NAe

28f

22f

56g

38g

22g

6g

3h

2h

1h

16

Page 17: ca paru

Metastatic disease designation Contralateral lung metastases Pleural or pericardial

dissemination Distant metastases

M1T4

M1

M1aM1a

M1b

Note—Cells in bold indicate a change in the designation from the sixth edition. NA indicates not applicable.aT designation is

listed for tumors completely surrounded by lung. Designation can increase depending on presence and extent of invasion.

bT2a designation if tumor measures ≤ 5 cm in long-axis diameter.

cT2b designation if tumor measures > 5 cm but ≤ 7 cm in long-axis diameter.

dSurvival based on patients staged pathologically with complete resection of tumor (R0) and no nodal or extranodal metastatic disease (N0M0).

eIndividual survival statistics not calculated due to limited information. As a group, 5-year survival rate in patients pathologically

17

Page 18: ca paru

staged with a T3 and T4 designation

(excluding those with tumors > 7 cm or satellite nodules), any R, any N, and M0 was 31% and 22%, respectively.

fSurvival based on patients staged pathologically with complete or incomplete resection of tumor (any R), any nodal disease (any N), and M0.

gSurvival based on patients staged pathologically with any tumor designation (any T) and M0.

hSurvival based on patients staged clinically with any T and any N.

Tabel 1. Seventh Edition of the TNM Classification of Lung Cancer Compared With the Sixth Edition.

Sistem staging juga mengalami revisi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2.

Stage in Seventh Edition

Stage inSixth

EditionN0 N1 N2 N3

T1a T1b T2a T2bT3 (> 7 cm)

T1T1T2T2T2

I AI AI BII A

II B (I B)

II AII A

II A (II B)II B

III A (II B)

III AIII AIII AIII AIII A

III BIII BIII BIII BIII B

18

Page 19: ca paru

T3 (invasion)T3 (satellite nodule, same lobe)T4 (invasion)T4 (ipsilateral nodule, different lobe)M1a (pleural or pericardial dissemination) M1a (contralateral lung nodules) M1b (distant metastatic disease)

T3T4

T4M1

T4

M1

M1

II BIII B (III A)

III A (III B)III A (IV)

IV (III B)

IV

IV

III AIII A (III B)

III A (III B)III A (IV)

IV (III B)

IV

IV

III AIII A (III B)

III BIII B (IV)

IV (III B)

IV

IV

III BIII B

III BIII B (IV)

IV (III B)

IV

IV

Note—Cells in bold indicate a change in the stage from the sixth edition. Adjacent stage in parentheses represents staging from the sixth edition.

Tabel 2. Revisions to Stage Groupings in the Seventh Edition of the TNM Classification for Lung Tumors Compared With the Sixth Edition.

H. PENATALAKSANAAN

Rejimen pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan,

radiasi, dan kemoterapi. Tumor bronchial jinak biasanya diangkat melalui

pembedahan karena bisa menyumbat bronki dan lama-lama bisa menjadi ganas.

19

Page 20: ca paru

Kadang dilakukan pembedahan pada karsinoma selain karsinoma sel kecil yang

belum menyebar. Sekitar 10 - 35% karsinoma bisa diangkat melaui pembedahan,

tetapi pembedahan tidak selalu membawa kesembuhan.

Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru untuk menentukan apakah paru-

paru yang tersisa masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak. Jika

hasilnya jelek, maka tidak mungkin dilakukan pembedahan. Pembedahan tidak perlu

dilakukan jika :

1. Karsinoma telah menyebar keluar paru

2. Karsinoma terlalu dekat dengan trakea

3. Penderita memiliki keadaan yang serius (penyakit jantung atau penyakit paru-

paru yang hebat

Terapi penyinaran dilakukan pada penderita yang tidak dapat menjalani

pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain yang serius. Tujuan dari

penyinaran adalah memperlambat pertumbuhan karsinoma, bukan untuk

penyembuhan. Terapi penyinaran bisa mengurangi nyeri otot, sindroma vena cava

superior, dan penekanan syaraf tulang belakang. Tetapi penyinaran bisa

menyebabkan peradangan paru (pneumonitis karena penyinaran) dengan gejala

berupa batuk, sesak nafas, dan demam. Gejala ini bisa dikurangi dengan

kortikosteroid (prednison).

Pada saat terdiagnosis, karsinoma sel kecil hampir selalu telah menyebar ke

bagian tubuh lainnya, sehingga tidak mungkin dilakukan pembedahan. Karsinoma ini

diobati dengan kemoterapi dan penyinaran. Penderita karsinoma paru banyak

20

Page 21: ca paru

mengalami penurunan fungsi paru. Untuk mengurangi gangguan pernafasan bisa

diberikan terapi oksigen dan obat yang melebarkan saluran udara (bronkodilator).

I. PROGNOSIS

Prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma paru adalah

buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun

telah diperkenalkan berbagai agen-agen kemoterapi yang baru. Dengan demikian,

penekanan harus diberikan pada pencegahan. Tenaga-tenaga kesehatan harus

menganjurkan masyrakat untuk tidak merokok atau hidup dalam lingkungan yang

tercemar polusi industri. Tindakan-tindakan protektif harus dilakukan bagi mereka

yang bekerja dengan asbes, uranium, kromium, dan materi karsinogenik lainnya.

Berikut ini gambaran prognosis dengan menggunakan klasifikasi TNM terbaru :

Factor Median Survival (mo)Five-Year Survival Rate

(%)TNM stage IA IB IIA IIB IIIACell type Bronchoalveolar carcinoma Adenocarcinoma Squamous cell carcinoma Large cell carcinoma Adenosquamous carcinomaSex Female MaleAge (y) < 70

9575442919

8345443426

6640

49

6656433523

6144434129

5241

46

21

Page 22: ca paru

≥ 70 38 38

Tabel 3. Prognostic Factors of Survival in Pathologically Staged Patients With Non–Small Cell Lung Carcinoma.

BAB III

KESIMPULAN

Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru yang dapat

berasal dari sel-sel di dalam paru maupun dari karsinoma di bagian tubuh

lainnya yang menyebar ke paru.

Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tetapi merokok

agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.

Pembagian praktis karsinoma paru yaitu small cell lung cancer (SCLC) dan non

small cell lung cancer (NSCLC).

Gejala klinis dari karsinoma paru seperti batuk yang menetap, dahak bisa

mengandung darah, demam, nyeri dada, sesak nafas, hilangnya nafsu makan,

penurunan berat badan dan kelemahan.

Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan antara lain bronkografi invasif, CT

Scan, serta pemeriksaan radiologik konvensional (toraks PA, lateral, fluoroskopi).

22

Page 23: ca paru

Diagnosis dari karsinoma paru dilakukan berdasarkan penggolongan (stadium)

TNM karsinoma terbaru dari International Union Against Cancer dan American

Joint Committee on Cancer.

Terapi yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan

kemoterapi dengan prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan

karsinoma paru adalah buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun

terakhir ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z. (2007). Kanker Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Irshad, A., Ravenel, J.G. (2009). Imaging In Small Cell Lung Cancer : Multimedia. Diakses tanggal 20 Desember 2010 dari http://emedicine.medscape.com/ article/358274-media

Kligerman, S., Abbott, G. (2010). A Radiologic Review Of The New TNM Classification Of Lung Cancer. Diakses tanggal 20 Desember 2010 dari http://www.ajronline.orgcgireprint1943562.pdf

Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.

Rahardjo, J. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Rasad. S. (2006). Radiologi Diagnostik FK UI Edisi Kedua. Jakarta : Gaya Baru.

Sharma, S., Maycher, B. (2009). Imaging In Non-Small Cell Lung Cancer : Multimedia. Diakses tanggal 20 Desember 2010 dari http://emedicine.medscape.com/article/358433-media

Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.

23

Page 24: ca paru

Sutton, D. (1995). Buku Ajar Radiologi Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 5.

Jakarta : Hipokrates.

24