bulu babi

15
1. Deskripsi dan Klasifikasi Bulu Babi Bulu babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain. Diadema sp. merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi (Azis 1993 dalam Ratna 2002). Diadema sp. termasuk dalam kelompok echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral. Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan (Barnes 1987 dalam Ratna 2002). Klasifikasi bulu babi (Diadema sp.) menurut Pratt (1935), adalah sebagai berikut: Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Subkelas : Euchinoidea Ordo : Cidaroidea Famili : Diadematidae Genus : Diadema Species : Diadema sp.

Upload: siti-nur-azizah

Post on 28-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bulu babi

1. Deskripsi dan Klasifikasi Bulu Babi 

      Bulu babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh segilima. Mempunyai lima

pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri

memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk

berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang

berhubungan satu sama lain.

     Diadema sp. merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di Indonesia yang

mempunyai nilai konsumsi (Azis 1993 dalam Ratna 2002). Diadema sp. termasuk dalam

kelompok echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur

cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan

aboral. Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda tergantung

jenisnya, serta dapat digerakkan (Barnes 1987 dalam Ratna 2002).

Klasifikasi bulu babi (Diadema sp.) menurut Pratt (1935), adalah sebagai berikut:

Filum : Echinodermata

Kelas : Echinoidea

Subkelas : Euchinoidea

Ordo : Cidaroidea

Famili : Diadematidae

Genus : Diadema

Species : Diadema sp.

Hewan yang memiliki nama Internasional sea urchin atauedible sea urchin ini tidak mempunyai

lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan

dipenuhi dengan duri-duri (Nontji 2005). Durinya amat panjang, lancip seperti jarum dan sangat

rapuh. Duri-durinya terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan,

panjangnya dapat mencapai ukuran 10 cm dan lebih. Penyelam yang tidak menggunakan alas

kaki mudah sekali tertusuk durinya sehingga akan sedikit merasakan demam karena bisa pada

duri tersebut, racunnya sendiri dapat dinetralisir dengan amonia, perlakuan asam ringan (jeruk

lemon atau cuka).

Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua subkelas utama, yaitu bulu

babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin) (Hyman

1955 dalam Ratna 2002), dan hanya bulu babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi

Page 2: bulu babi

(Lembaga Oseanologi Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari

tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral (Lembaga Oseanologi

Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan

pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan

interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem

apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal

(periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital

yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste

vascular system). Sistem ini menjadi cirri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam

pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada

selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera aristotle”, yakni semacam rahang yang

berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong

cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya (Azis 1987 dalamRatna 2002). Di

sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima pasang insang yang kecil

dan berdinding tipis (Hyman 1955 dan Barnes 1987 dalam Ratna 2002)

     Hewan unik ini juga memiliki kaki tabung yang langsing panjang, mencuat diantara duri-

durinya. Duri dan kaki tabungnya digunakan untuk bergerak merayap di dasar laut. Ada yang

mempunyai duri yang panjang dan lancip, ada pula yang durinya pendek dan tumpul. Mulutnya

terletak dibagian bawah menghadap kedasar laut sedangkan duburnya menghadap keatas di

puncak bulatan cangkang. Makanannya terutama alga, tetapi ada beberapa jenis yang juga

memakan hewan-hewan kecil lainnya (Nontji, 2005).

Pada umumnya bulu babi berkelamin terpisah, dimana jantan dan betina merupakan individu-

individu tersendiri (gonochorik/dioecious). Spesies gonochorik secara khusus memiliki rasio

seks sendiri dan jarang bersifat hemafrodit. Munculnya hemafrodoitisme pada Tripneustes

gratilla adalah 1 dari 550 individu. Pembelahan bulu babi terjadi secara eksternal, dimana sel

telur dan sel sperma di lepas ke dalam air laut di sekitarnya (Sugiarto dan Supardi 1995 dalam

Ratna 2002). Gonad jantan dan betina pada bulu babi juga sulit dibedakan tanpa menggunakan

mikroskop. Secara kasar hanya warna yang digunakan untuk membedakan gonad. Misalnya pada

bulu babiParacentrotus livindus, gonad jantan berwarna kuning sedangkan betina berwarna

orange

Page 3: bulu babi

Dalam penelitian Gunarto dan Setiabudi (2002) di perairan Pulau Barang Lompo, Kepulauan

Spermonde, Sulawesi Selatan, didapati ukuran bulu babi terbesar memiliki kisaran tinggi

cangkang 50-61 mm, diameter cangkang 86-94 mm, berat total 148-331 g. Sedangkan ukuran

bulu babi terkecil dengan ukuran tinggi cangkang 27,2-36,4 mm, diameter cangkang 47,4-66,0

mm, dan berat total 41,4-110,9 g.

Bulu babi termasuk organisme yang pertumbuhannya lambat. Umur, ukuran, dan pertumbuhan

tergantung kepada jenis dan lokasi. Chen dan Run (1988) dalam Tuwo (1995) diacu dari Ratna

(2002) melaporkan bahwa bulu babi jenisTripeneuste gratilla yang dipelihara di laboratorium di

Taiwan mengalami metamorfos pada umur 30 hari. PertumbuhanTripneustes gratilla sangat

cepat pada awal perkembangannya, tetapi jumlahnya terbatas. Hal ini diduga erat kaitannya

dengan banyaknya predator yang dialami oleh hewan berukuran kecil. Setelah mencapai umur

tertentu, cangkangnya sudah cukup kuat sehingga jumlah predator yang dapat menyerang dan

memecahkan cangkangnya berkurang. Bulu babi mempunyai banyak predator, yaitu berbagai

jenis ikan, termasuk hiu, anjing laut, lobster, kepiting, dan gastropoda (Kenner 1992; Tegner dan

Dayton 1981 dalam Tuwo 1995). Hal ini juga menyebabkan rendahnya densitas bulu babi.

Predator utama bulu babi jenisDiadema sp. adalah ikan Buntal (Tetraodon) dan ikan Pakol

(Balistes) yang mempunyai gigi yang kuat dan tajam yang dapat mematahkan duri-duri dan

mengoyak cangkang bulu babi (Nontji 2005). Mortalitas bulu babi umumnya sangat tinggi (Ebert

1975 dalam Tuwo 1995). Secara umum di alam bulu babi dapat mengalami kematian massal

pada suhu 34-40˚ C .

2. Habitat dan Penyebaran Bulu Babi

Bulu babi hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan lamun. Bulu babi

ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan merupakan penghuni sejati laut

dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 ‰ (Aziz 1995 dalam Hasan 2002). Hyman (1955)

dalam Ratna (2002) menambahkan bahwa bulu babi termasuk hewan benthonic, ditemui di

semua laut dan lautan dengan batas kedalaman antara 0-8000 m. Karena echinoide memiliki

kemampuan beradaptasi dengan air payau lebih rendah dibandingkan invertebrate lain.

Kebanyakan bulu babi beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batu-batuan atau terumbu

Page 4: bulu babi

karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan Lumpur, karena pada kondisi

demikian kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup

pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi

ombak.

Dalam penelitian Gunarto dan Setiabudi (2002) dilaporkan bahwa perkembangan gonad bulu

babi pada musim kemarau tidak dalam satu stadium, tetapi terdapat gonad dlam periode

berkembang, matang, pijah.

3. Pemanfaatan Bulu Babi

Bagian dari bulu babi yang biasa dimanfaatkan adalah gonad atau telurnya, baik gonad jantan

maupun gonad betina. Bulu babi beraturan mempunyai lima gonad yang tergantung sepanjang

bagian dalam interambulakral pada daerah aboral (Hyman 1955 dalam Ratna 2002). Tergantung

lingkungan dan faktor genetik, bulu babi muda dapat mencapai kematangan seksual sekitar 1-2

tahun setelah beralih dari fase larva ke fase juvenil. Trinidad-Roa (1989) dalam Setiabudi (1996)

diacu dari Ratna 2002, melaporkan bahwa Tripneutes gratilla dari Bali mengalami matang

kelamin pertama kali pada umur 2.5 tahun. Setelah itu produksi gonadnya menurun. Hal ini

ditemukan juga pada kelas echinoidea lainnya (Conand 1989 dalam Tuwo 1995 diacu dari Ratna

2002).

Gonad yang matang berukuran sangat besar, mengisi ruang yang kosong diantara untaian usus

dan meluas mulai pertengahan aboral hingga mencapai lentera aristotle (Hyman 1955 dalam

Ratna 2002). Umumnya gonad yang matang bertekstur lunak dan berlendir. Telur seperti ini

tidak diinginkan sebagai produk perikanan. Telur atau gonad yang dikehendaki adalah yang

bertekstur kompak, dimana kondisi ini terjadi pada saat fase pijah lanjut (Bernard 1977 dalam

Darsono 1986 diacu dari Ratna 2002).

Pemanenan bulu babi sebaiknya dilakukan pada saat indeks kematangan gonad mencapai

maksimal atau sebelum musim pemijahan. Secara teoritis hewan yang boleh ditangkap sebaiknya

adalah yang pernah memijah minimal satu kali agar hewan dapat berkembang biak sebelum

tertangkap (Tuwo 1995dalam Ratna 2002), di California bulu babi merah (Strongylocentrotus

fransciscanus) baru dapat dipanen setelah berumur antara 5-8 tahun. Sedangkan di daerah

Shetland pemanenan Echinus esculentus biasanya dilakuka mulai akhir Desember sampai akhir

Page 5: bulu babi

Februari, tepatnya sebelum musim pemijahan (Penfold dan Boyle 1996 dalam Ratna 2002).

Berat bulu babi biasanya mencapai 25% dari total berat tubuhnya, tergantung kepadatan populasi

dan tersedianya cukup makanan di alam (Darsono 1986 dalam Ratna 2002). Pemanenan

sebaiknya tidak dilakukan jika rata-rata persentase gonad masih dibawah 10% (Penfold dan

Boyle 1996 dalam Ratna 2002).

Sebagian besar negara-negara di Amerika dan Eropa telah mulai mengembangkan budidaya jenis

ini. Meskipun dalam perkembangannya, terlihat jelas adanya perbedaan mencolok antara produk

tangkapan di laut dan telur dari hasil budidaya. Perbedaan itu utamanya terletak pada warna dan

tekstur telur yang dihasilkan. Warna dan tekstur adalah dua faktor penentu dalam kualitas dan

harga bulu babi. Menurut Pearce dkk (2004) bahwa bulu babi yang diberi pakan buatan dapat

menghasilkan telur yang besar namun warna telur yang dihasilkan pucat (pale), sementara warna

telur bulu babi tangkapan alam jauh lebih kuning kemerahan.

Cangkang dari jenis bulu babi tertentu dilapisi oleh pigmen cairan hitam yang stabil. Cairan ini

dapat digunakan sebagai pewarnaan jala dan kulit. Cangkang dari bulu babi juga diminati

sebagai barang perhiasan. Sedangkan organ dari sisa pengolahan bulu babi biasanya berupa

cangkang dan organ dalam (jeroan) dapat diproses lebih lanjut menjadi pupuk (Zaitsev et al 1969

dalam Ratna 2002).

Umumnya gonad bulu babi dijual dalam keadaan segar, karena memiliki nilai paling tinggi.

Beberapa kriteria kualitas gonad yang memengaruhi harga beli di pelelangan adalah jenis, negara

asal, warna, tekstur, ukuran, rupa, kesegaran, dan rasa. Diantara kriteria tersebut warna,

kesegaran dan negara asal merupakan faktor terpenting dalam menentukan harga. Berdasarkan

warnanya, mutu gonad bulu babi dapat dikelompokkan menjadi mutu sangat baik (Grade A)

dengan gonad berwarna kuning atau orange terang, mutu baik (Grade B) dengan warna gonad

merah muda atau kuning pucat (krem) dan mutu jelek (reject) dengan gonad berwarna coklat

(Penfold dan Boyle 1996; Murniyati dan Setiabudi 1998 dalam Ratna 2002).

5. Komposisi Kimia Gonad Bulu Babi

Gonad bulu babi merupakan makanan tambahan yang kaya akan nilai gizi. Lee dan Hard (1982)

dalam Azis (1995) diacu dari Ratna (2002) melaporkan bahwa dari analisis protein bulu babi,

Page 6: bulu babi

ternyata didalamnya terkandung sekitar 28 macam asam amino. Selain itu gonad bulu babi juga

kaya akan vitamin B kompleks, vitamin A dan mineral (Kato dan Schoeroter 1985dalam Azis

1995 diacu dari Ratna 2002). Pada tabel dapat dilihat hasil analisis proksimat beberapa gonad

bulu babi dan menyajikan komposisi kimia gonad bulu babi Diadema sp..

Gonad bulu babi sebagai organ reproduksi merupakan timbunan protein berkualitas tinggi yang

kaya akan asam-asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dari hasil analisa

kualitatif gonad bulu babi Diadema sp. diketahui bahwa dalam gonad tersebut ditemukan lima

asam amino esensial bagi orang dewasa yaitu lisin, metionin, fenilalanin, threonin, dan valin, dua

asam amino esensial bagi anak-anak yaitu arginin dan histidin, juga ditemukan asam amino

esensial lain yaitu asam aspartat, asam glutamat, glisin, serin (Ismail et al 1981 dalamDarsono

1982 diacu dari Ratna 2002). Beberapa jenis asam amino yang terkandung dalam gonad bulu

babi sangat berperan dalam karakterisasi rasa spesifik gonad bulu babi (Fuke dalamShahidi dan

Botta 1992). Jenis-jenis asam amino tersebut adalah glisin, valin, alanin, methionin, dan asam

glutamat. Selain itu pula nukleotida dari jenis IMP (Inosin Mono Phosphat) dan GMP (Guanosin

Mono Phosphat) juga ikut memengaruhi karakterisasi rasa gonad bulu babi, terutama dalam

pembentukan rasa ”umami”, yaitu rasa khas seperti golongan daging. Kandungan komponen

aktif rasa dari gonad bulu babi disajikan pada tabel 3.

Page 7: bulu babi

    Beberapa faktor yang memengaruhi komposisi kimia biota laut antara lain adalah jenis dan

golongan ikan, umur, jenis kelamin, aktivitas pergerakan ikan. Musim, dan jenis makanan yang

tersedia serta fase reproduksi biota tersebut

6. Peranan Bulu Babi dalam Ekosistem Lingkungan

    Selain pemanfaatannya sebagai bahan pangan, biota ini juga sangat berperan dalam

kesetimbangan ekosistem habitatnya. Seperti peran Diadema antillarum bagi terumbu karang

diantaranya yaitu, peningkatan jumlah populasi jenis ini mengakibatkan kematian larva atau

karang muda. Bila populasinya turun (absence grazing) karang akan ditumbuhi oleh alga yang

dapat berakibat pada kematian karang dewasa dan tidak adanya tempat bagi larva karang

(www.terangi.or.id.)

Page 8: bulu babi

    Kehadiran populasi jenis ini penting bagi terumbu karang sebagai penyeimbang.

Kesetimbangan populasi Diadema antillarum akan menjaga kesetimbangan populasi alga dan

karang. Sedangkan kematian massal Diadema antillarumberdampak pada penurunan drastis

tutupan karang, menurunnya kehadiran Invertebrata yang biasanya menetap di wilayah ini.

Selain itu, terumbu karang dapat didominasi oleh alga. Pada tahun 1995 ternyata ditemukan

bahwa populasi Diadema antillarumyang sangat sedikit (pemulihannya membutuhkan waktu

lebih dari 10 tahun). Hilangnya induk menyebabkan jumlah larva juga sangat kurang. Meski

telah mulai ada pemulihan Diadema, namun belum dapat diketahui apakah akan dapat

mengembalikan terumbu karang yang hilang (www.terangi.or.id).

Kematian massal bulu babi pernah terjadi pada tahun 1983-1984 di Pasifik Barat, yang dimulai

dari Panama di awal Januari 1983 yang menyebar ke Karibia, Teluk Meksiko, Bahama, Bermuda

dengan tingkat kematian mencapai 93-100%. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, namun

diduga terinfeksi bakteri. Dampak kematian bulu babi ini menyebabkan biomassa alga

meningkat, karena makanan utama bulu babi adalah alga coklat, alga hijau dan lamun (Lasker

dan Giese 1952; Herring 1972; Chiu 1985 dalam Azis 1993 diacu dari Ratna 2002). Wilayah

perairan St. Croix mengalami peningkatan biomassa alga yang pesat hingga 400-500%, hanya

berselang 5 hari setelah kematian bulu babi (www.terangi.or.id).

    Bila pada masa sebelum kematian alga perairan tersebut didominasi oleh turf alga dan crustose

algae, maka setelah kematian massal bulu babi perairan itu didominasi oleh makro alga seperti

Sargassum dan Turbinaria turbinata. Selain itu, kematian massal ini menyebabkan tutupan alga

crustose, tutupan karang, dan gorgonian menurun drastis. Pada kasus ini, kompetitor bulu babi

yang memakan turf alge ternyata tidak menunjukkan penambahan populasi yang berarti.

Peningkatan populasi kompetitor baru meningkat berarti setelah beberapa tahun dari kematian

massal (www.terangi.or.id).

Page 9: bulu babi

 

                                                            DAFTAR PUSTAKA

Darsono P dan Toso A V. 1987. Umur dan Pertumbuhan Bulu Babi Diadema sp. Leske di

Perairan Terumbu karang Gugus Pulau Pari, Pulau-Pulau Seribu. Jakarta : Puslitbang

Oseanologi LIPI

Gunarto dan Setabudi E. 2002. Perkembangan Gonad Bulu Babi (Tripneustes gratilla) di

Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan,

Departemen Kelautan dan Perikanan.

Hasan F. 2002. Pengaruh konsentrasi garam terhadap mutu produk fermentasi gonad bulu

babi jenis Tripneustes gratilla (L) [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil

Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Kurnia A. 2006. Meraup Yen dengan Memelihara Bulu Babi [online].

www.beritaiptek.com. 5 Juni 2013.

Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan

Pratt H S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill.

Company Inc : New York

Ratna F D. 2002. Pengaruh penambahan gula dan lama fermentasi terhadap mutu pasta

fermentasi gonad bulu babiDiadema sp. dengan Lactobacillus plantarum sebagai kultur

starter [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Shahidi F and Botta. 1994. Seafoods Chemistry, Processing Technology and Quality.

London : Blackie Academic Professional

Timotius, S. 2003. Biologi Terumbu Karang1 [online]. www.terangi.or.id/

publications/pdf/ biologikarang.pdf. 5 Juni 2013.

Page 10: bulu babi