bulu babi pulau panjang

83
I.PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 13.000 pulau, 1.000 pulau diantaranya dihuni oleh penduduk dan selebihnya kosong. Dari sejumlah pulau tersebut, terdapat 12 pulau yang mempunyai luas lebih dari 450 km² menempati 97% seluruh luas daratan. Dengan sebaran banyaknya potensi kelautan di wilayah industri sangat besar. Potensi tersebut tidak saja berupa produk yang memungkinkan dimanfaatkan untuk kepentingan, akan tetapi juga terkait dengan lingkungan laut dan pesisir baik dalam kegiatan ekonomi maupun untuk mendukung aspek keanekaragaman hayati. Pemanfaatan potensi sumber daya laut bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.Pertambahan penduduk yang pesat dan dirasakan makin sempitnya daratan, memaksa untuk berangsur-angsur mengalihkan kegiatan ekonomi ke laut. Terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup akan pangan,

Upload: banni-setyawan

Post on 20-Oct-2015

110 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kelimpahan bulu babi

TRANSCRIPT

Page 1: bulu babi pulau panjang

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 13.000

pulau, 1.000 pulau diantaranya dihuni oleh penduduk dan selebihnya kosong. Dari

sejumlah pulau tersebut, terdapat 12 pulau yang mempunyai luas lebih dari 450

km² menempati 97% seluruh luas daratan. Dengan sebaran banyaknya potensi

kelautan di wilayah industri sangat besar. Potensi tersebut tidak saja berupa

produk yang memungkinkan dimanfaatkan untuk kepentingan, akan tetapi juga

terkait dengan lingkungan laut dan pesisir baik dalam kegiatan ekonomi maupun

untuk mendukung aspek keanekaragaman hayati.

Pemanfaatan potensi sumber daya laut bertujuan untuk mencukupi

kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.Pertambahan penduduk yang

pesat dan dirasakan makin sempitnya daratan, memaksa untuk berangsur-angsur

mengalihkan kegiatan ekonomi ke laut. Terutama dalam memenuhi kebutuhan

hidup akan pangan, mineral maupun bahan mentah. Peluang pengembangan

sumber daya ini belum sepenuhnya didaya gunakan, terutama karena kendala

kurangnya pengetahuan, baik yang dasar maupun terapannya.Dalam kaitan ini,

nelayan, sumber daya manusia yang langsung bergelut dalam eksploitasi

perikanan laut perlu mendapat perhatian yang proposional.

Wilayah pesisir Pulau Panjang memiliki potensi untuk mengalami

perubahan dari keseimbangan ekosistem pulau.Ekosistem yang terdapat di pulau

kecil ini diduga tidak hanya berupa satu jenis habitat yang mandiri, namun

sesungguhnya terdapat keterkaitan satu ekosistem dengan yang lainnya.Teripang

ditemukan pada habitat yang selalu berada dibawah garis surut

Page 2: bulu babi pulau panjang

terendah.Topograpi dari rataan terumbu atau kawasan habitat lain pada lokasi

setempat sangat berpengaruh terhadap distribusi teripang yang ada pada lokasi

tersebut. Habitat dengan dasar pasir karang yang sebagian ditumbuhi lamun (sea

grass) merupakan tempat hidup teripang.Beberapa jenis teripang, ada yang hidup

di daerah dengan habitat yang berbongkah karang (boulders), dan disekitar

kelompok karang hidup.Keterkaitan ekosistem khas wilayah pantai antara lamun

dan terumbu karang telah dibuktikan dengan terdapatnya ketergantungan antar

ekosistem dalam membesarkan biota laut dalam siklus hidupnya.

Kedua ekosistem ini mempunyai peran penting sebagai habitat teripang

dan berbagai biota lainnya. Berbagai jenis teripang yang bernilai ekonomi penting

menjadikan padang lamun dan terumbu karang sebagai tempat mencari makan,

berlindung, bertelur, memijah, daerah asuhan, stabilitas dan penahan sedimen,

mengurangi dan memperlambat pergerakan gelombang, tempat terjadinya siklus

dan sebagai penyerap karbon di lautan. Padang lamun dan terumbu karang juga

berperan penting untuk menjaga kestabilan garis pantai.

Teripang memiliki istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata timun

laut (Holothuroidea) yang dapat dikonsumsi oleh manusia.Biota ini tersebar luas

di lingkungan laut di seluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut

dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.Kelompok timun

laut yang ada di dunia ini terdapat lebih dari 1200 jenis, dan sekitar 30 jenis di

antaranya adalah kelompok teripang.Di perairan Indonesia terdapat banyak jenis

teripang, namun demikian, jenis teripang yang dikenali mempunyai nilai ekonomi

tinggi hanyalah beberapa jenis saja.yaitu teripang pasir (Holothuria scabra),

Page 3: bulu babi pulau panjang

teripang perut hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah

(H. edulis), dan teripang nanas (Thelenota ananas).

Teripang merupakan biota laut yang mempunyai prospek ekonomi sebagai

komoditas ekspor karena kandungan proteinnya yang tinggi.Pengembangan

komoditas ini diperlukan untuk mendukung pendapatan eksport dan

meningkatkan kekuatan ekonomi masyarakat pesisir.Untuk dapat

mengembangkan lebih lanjut maka pengetahuan tentang bioekologinya sangatlah

diperlukan.

I.2. Pendekatan Masalah

Teripang (Holothuroidea) merupakan salah satu biota benthos penghuni

daerah pesisir khususnya di lingkungan terumbu karang dan lingkungan pantai

berlamun. Kedua lingkungan tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung dan

berpijah serta sebagai temapat mencari makan.Di samping itu kehidupan

kehidupan organisme di dalam ekosistem perairan tidak dapat dipisahkan dengan

faktor lingkungan.Faktor lingkungan tersebut menyangkut beberapa sifat perairan

dimana sifat sifat itu seperti faktor fisika, kimia dan biologinya.Terkait dengan

bioekologinya, perubahan faktor lingkungan secara langsung dapat berpengaruh

terhadap kehidupan teripang, pengaruh faktor faktor tersebut akan mempengaruhi

kondisi ekosistem yang selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan teripang.

Pengaruh faktor fisika kimia terhadap teripang dapat berakibat langsung

atau tidak langsung, pengaruh tidak langsung umumnya akan menyebabkan

perubahan kondisi lingkungan. Selanjutnya perubahan ekosistem akan

berpengaruh terhadap distribusi dan kelimpahan teripang. Sementara pengaruh

langsungnya adalah terkait pada kemampuan adaptasi teripang terhadap

Page 4: bulu babi pulau panjang

perubahan faktor fisika kimia. Oleh karenanya dalam rangka mengkaji aspek

bioekologi teripang di pulau panjang maka akan dilakukan penelusuran mendalam

terhadap :

1. Kondisi faktor lingkungan dari perairan karang dan perairan lamun

tersebut;

2. Kualitas ekosistem yang dapat berubah;

3. Keberadaan dan sebaran teripang (Holothuroidea) di suatu perairan

karang dan perairan lamun; dan

4. Komposisi jenis dan kepadatan teripang (Holothuroidea) di suatu

perairan karang dan perairan lamun.

Langkah langkah pendekatan tersebut selebihnya ditujukan pada gambar

1.Skema pendekatan masalah penelitian.

Page 5: bulu babi pulau panjang

Keterangan :

= Hubungan tidak langsung= Hubungan langsung

Gambar 1. Skema pendekatan masalah penelitian

Kesimpulan

Analisis Data

Hasil

OUTPUT

KelimpahanTeripang

FaktorAbiotik: Suhu, Salinitas, Kedalaman, pH,

Arusdankecerahan

PROSES

Ekosistem Padang Lamun dan Terumbu Karang

Preferensi kebiasaan makanan

I

N

P

U

T

Perairan Pantai Pulau Panjang,

Kabupaten Jepara

Page 6: bulu babi pulau panjang

I.3. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang dan permasalahan yang ada,

maka penelitian ini bertujuan mengetahui Perbedaan sebaran, komposisi jenis, dan

kelimpahan teripang (Holothuroidea) pada perairan karang dan lamun di pantai

pulau panjang jepara;

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang manfaat yang ada dalam

penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi tentang keberadaan,

sebran, kepadatan teripang dan komposisi jenis teripang (Holothuroidea) terutama

dalam pengusaha dan pengawasan sebagai upaya untuk pengelolaan serta

pemikirannya.Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai

sumbangan pemikiran bagi pertimbangan dan penelitian lebih lanjut, guna

pengelolaan sumberdaya perikanan terutama sumberdaya teripang

(Holothuroidea).

I.4. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 November 2013 di perairan karang

dan perairan lamun di pantai pulau panjang jepara serta analisa dilakukan di

Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai Universitas Diponegoro Jepara.

Page 7: bulu babi pulau panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Klasifikasi, Morfologi dan Anatomi

Klasifikasi teripang pasir (Holothuria sp.) menurut Barnes (1968);

(Martoyo et. al. 2007) adalah sebagai berikut :

Filum : Echinodermata

Sub filum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Sub kelas : Apidochirotacea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuridae

Genus : 1. Holothuria

Spesies : Holothuria argus

Holothuria vacabunda

Holothuria impatiens

Holothuria scabra

Holothuria marmorata

Holothuria edulis

2. Muelleria

Spesies : Muelleria lecanora

3. Stichopus

Spesies : Stichopu ananas

Stichopu chloronatus

Stichopu variegatus

Page 8: bulu babi pulau panjang

Teripang merupakan salah satu anggota hewan berkulit berduri

(Echinodermata). Duri teripang merupakan butir-butir kapur mikroskopis yang

terbenam dalam jaringan dinding tubuh (Hyman, 1955; Lawrence, 1987).

Bentuk tubuh teripang secara umum adalah silindris.memanjang dari

ujung mulut kearah anus (orally-aborally). Mulut terletak diujung anterior.dan

anus diujung posterior. Seperti pada echinoderm umumnya, tubuh teripang adalah

pentamer-ous radial symmetry dengan sumbu aksis mendatar.Namun bentuk

simetri tersebut termodifikasi oleh lempeng tegak (dorsoventral plane) nampak

sebagai bilateral symmetry. Seperti halnya Echinodermata lain, selain radial

semitri tersebut, karakteristik lainnya adalah bentuk skeleton dan adanya sistem

saluran air (water-vascular system) (Purwanti, 2009).

Teripang umumnya memiliki tubuh lunak dan licin. Permukaan tubuh

tidak bersilia dan diselimuti oleh lapisan kapur yang tebal tipisnya tergantung

umur. Disepanjang mulut keanus terdapat lima deretan kaki tabung, terdiri dari

tiga deretan kaki tabung dengan pengisap pada bagian perut (trivium) yang

berperan dalam respirasi (Purwanti, 2009). Di bawah lapisan kulit terdapat satu

lapis otot melingkar dan lima lapis otot memanjang. Sesudah lapisan otot terdapat

rongga tubuh yang berisi gonad dan usus (Storer et. al, 1979). 89

Teripang bergerak dengan kaki tabung (podia), yaitu bagian dari sistem

saluran air ambulakra yang bekerja secara hidrolik.Fungsi utama sistem saluran

air adalah mengatur tekanan hidrolik ini sehingga kaki tabung dapat digerakkan.

Pusat sistem saluran air adalah saluran cincin (water ring canal) yang terletak

disekeliling faring. Saluran cincin bercabang ke lima saluran radial, yang masing-

masing dihubungkan dengan kaki tabung melalui cabang-cabang saluran lateral.

Page 9: bulu babi pulau panjang

Fungsi utama kaki tabung adalah sebagai organ pergerakan, namun sebagian

termodifikasi sebagai organ peraba.Kaki tabung yang berfungsi sebagai alat gerak

beradadisisi ven-tral tubuh dan disebut pedisel.Kaki tabung untuk peraba berada

disisi dorsal tubuh dan disebut papila. Beberapa jenis teripang, dari Bangsa

Apodida, kaki tabungnya tereduksi atau hilang sama sekali. Pergerakkan teripang

dari bangsa ini dilakukan dengan kontraksi peristaltik tubuh, yang dibantu oleh

sifat kulitnya yang Iengket.

Di daerah sekeliling mulut, kaki tabung termodifikasi menjadi tentakel

yang berfungsi untuk mengumpulkan makanan. Pada kelompok teripang dikenal

dua cara makan, yaitu menangkap plankton dengan tentakel (Dendrochirotida)

dan dengan menelan pasir kemudian mengambil detritus yang terkandung

(Aspidochirotida). Pasir tersebut kemudian akan dikeluarkan kembali melalui

anus. Teripang mempunyai endoskeleton kalkarius berukuran mikroskopis

sebagai spikula.Bentuk spikula bervariasi dan karakteristik untuk setiap jenis atau

species.

Teripang pada umumnya berkelamin terpisah (dioecious), tetapi tidak jelas

adanya dimorfisma kelamin.Pembuahan umumnya terjadi secara eksternal

dikolom air laut tempat hidupnya.Gonad berkembang membentuk filamen dengan

bentuk percabangan tunggal (Holothuriidae) atau dobel berpasangan

(Stichopodidae).

Perkembangan Holothuria muda dan dewasa sangat bergantung pada jenis

fitoplankton yang mereka makan.Teripang adalah hewan detritus yaitu makan

secara menyapu pasir kedalam mulut. Pergerakan teripang yang lambat

menyebabkannya perlu mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang efisien,

Page 10: bulu babi pulau panjang

yaitu mengeluarkan holothurin yang toksit dan hewan kecil. Holothurin di

keluarkan oleh kelenjar khusus (Martoyo et. al. 2006).

Gambar 2. Anatomi Teripang

Sumber : Suryati, 2010

II.2. Habitat dan Penyebaran Teripang

Teripang umumnya hidup berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang dan

lamun pada zona intertidal sampai kedalaman 20 m dengan dasar berpasir halus

dengan tanaman pelindung seperti lamun, terlindung dari hempasan ombak, dan

perairan yang 10 kaya akan detritus. Di Indonesia, hewan ini banyak tersebar di

daerah Riau, Lampung, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Maluku, dan

Papua (Azis, 1997).

Habitat teripang pasir pada ekosistem terumbu karang dengan substrat pasir

halus dan lamun jenis Cymodocea pada zona intertidal pada kedalaman 0 - 10

meter. Teripang duri atau warty sea cucumber hidup berasosiasi dengan substrat

berbatu pada kedalaman perairan 5 sampai 20 m. Pada siang hari bersembunyi di

bawah atau di celah karang (Hickman 1998 dalam Hearn & Pinillos, 2006).

Teripang getah hidup pada substrat berpasir dengan pecahan karang dan

ditumbuhi dengan padang lamun yang didominasi oleh jenis Thalassia sp.

Page 11: bulu babi pulau panjang

Teripang duri hidup pada perairan dangkal sampai kedalaman 15 m dengan

substrat berpasir dan pecahan karang. Spesies ini suka bersembunyi di sela karang

mati.Stichopus variegatus hidup pada perairan dangkal sampai kedalaman 25 m

dengan substrat pasir berlumpur. Teripang gamat umumnya ditemukan di daerah

yang banyak ditemukan alga atau padang lamun (Palomares & Pauly, 2011).

Hama bagi teripang dalam sebuah kawasan konservasi adalah kepiting,

bulu babi, dan bintang laut.Hewan-hewan tersebut dapat mengakibatkan

kerusakan fisik teripang.Kerusakan fisik yang dialami dapat menyebabkan

penyakit, luka bertambah besar, dan mati apabila tidak diobati.Selain itu,

organisme penempel seperti spons, teritip, dan rumput laut yang menempel pada

kurungan teripang dapat mengganggu sirkulasi air dan menurunkan kualitas air

yang berakibat kurang baik bagi pertumbuhan teripang (Martoyo et.al. 2006).

II.3. Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari

permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan serta

kedalaman perairan.Organisme akuatik memiliki kisaran tertentu yang disukai

untuk pertumbuhannya. Kondisi lingkungan perairan yang cocok untuk

pertumbuhan teripang dengan suhu air laut 24,0–30,0 ºC (Martoyo et.al. 2006).

Salinitas adalah gambaran padatan total dalam air setelah semua karbonat

diubah menjadi oksida, bromida dan iodida diganti oleh klorida, dan bahan

organik telah 11 teroksidasi. Sebaran salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, (Taufik, 2006).

Page 12: bulu babi pulau panjang

Teripang menyukai perairan dengan salinitas optimum sekitar 32,0–

35,0‰. Perubahan salinitas melebihi 3,0‰ dapat menyebabkan terjadinya

pengelupasan kulit teripang yang dalam kondisi ekstrim dapat terjadi kematian

(James et al. 1988 dalam Gultom, 2004).

Arus di laut dipengaruhi oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut, dan

gerakan periodik pasang surut. Teripang hidup dan pertumbuhannya berkembang

dengan baik pada perairan yang tenang. Kecepatan arus yang cocok untuk hidup

teripang adalah 0,30 – 0,50 m/detik (Martoyo et.al. 2006).

Kecerahan perairan menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus

lapisan air sampai kedalaman tertentu.Kecerahan perairan harus tinggi dan bebas

dari bahan pencemar dengan nilai 50 – 150 cm (Martoyo et.al. 2006).

Kelarutan oksigen di perairan bergantung dan berbanding terbalik dengan

suhu dan salinitas.Semakin tinggi suhu dan salinitas maka kandungan oksigen

terlarut semakin kecil. Lapisan atas permukaan laut dalam keadaan normal

mengandung oksigen terlarut sebesar 4,5 – 9,0 mg O2/l (KepMen No. 51 Tahun

2004 Tentang pedoman penetapan baku mutu air laut untuk biota laut in

Dwindaru, 2010).

Kandungan oksigen terlarut di perairan yang baik untuk kehidupan dan

pertumbuhan teripang sebesar 4,0–8,0 ppm (Martoyo et.al. 2006).

II.4. Makanan dan Kebiasaan Makan Teripang

Cara makan teripang dibagi dua yaitu pemakan deposit dan suspensi dengan

sumber makanan kandungan bahan organik, detritus, dan plankton.

Page 13: bulu babi pulau panjang

Kebanyakan teripang aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari hanya

berlindung membenamkan diri dalam pasir (Darsono, 2006). Umumnya makanan

utama untuk

Teripang jenis Holothuria yang hidup di daerah tropis adalah detritus dan

kandungan bahan organik dalam pasir sedangkan plankton, bakteri, dan biota

mikroskopis lainnya sebagai makanan pelengkap.(Gultom, 2004).

Kandungan bahan organik yang tepat untuk kebutuhan nutrisi teripang

pasir dengan nilai 1,41–2,18% (Tsiresy, 2011). Sedimen yang padat bahan

organik memiliki pengaruh terhadap rendahnya pertumbuhan teripang

pasir.Tinggi rendahnya kandungan C-organik dipengaruhi oleh pasokan air dari

daratan (Wood 1987 dalam Dwindaru, 2010). Analisis makanan teripang pasir

85% berupa lumpur; pasir 3,52%; pecahan karang 0,12%; detritus 1,46%, dan

65,47% didominasi oleh plankton kelompok diatom. Nilai persentase konsumsi

makanan kelompok diatom untuk Holothuria leucospilota sebesar 64,89%;

butiran pasir 8,31%; serat tumbuhan 0,15% dan detritus 0,49%. Stichopus

variegatus mengkonsumsi plankton kelompok diatom sebesar 56,17%; butiran

pasir 4,22% dan detritus 1,42% (Yusron & Sjafei, 1997).

Page 14: bulu babi pulau panjang

Gambar 3. Tipe tentakel pada berbagai jenis teripang

Sumber : Aziz (1996)

Teripang mempunyai pola waktu yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu

makan setiap saat seperti Holothuria atra, H. flavomaculata, dan H. eduilis dan

berhenti makan satu sampai tiga kali pada siang hari dan selama istirahat

membenamkan diri dalam pasir seperti Stichopus variegatus, S. chloronatus,

Holothuria scabra, H. impatiens, H. lecanora (Bakus 1973 dalam Gultom, 2004).

Tabel 1. Klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran

Jenis Partikel Diameter Partikel (mm) Boulder > 256 Cobble 64 – 256 Pebble 4 – 64 Granule 2 – 4

Sand 0,062 – 2 (62 – 2,000 µm)

Silt 0,004 – 0,062 (4 – 62 µm)

Clay < 0,004 (< 4 µm) Sumber : Dale dan William (1989).

Page 15: bulu babi pulau panjang

III. MATERI DAN METODE

III.1. Materi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teripang dan genus

Holothuridae.Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pantai Pulau

Panjang.Sampel teripang diambil langsung dari alam yang berada di ekosistem

karang dan ekosistem lamun.Pengamatan parameter fisika dan parameter kimia

yang diukur adalah salinitas, pH, kedalaman, kecerahan, dan suhu.

III.1.1.Alat

Alat alat yang digunakan dan yang menunjang pelaksanaan penelitian ini

adalah kuadran transek, Refraktometer untuk mengukur salinitas perairan,

thermometer air raksa untuk mengukur suhu perairan, meteran, Sechi disk untuk

mengukur kedalaman dan kecerahan perairan, tali plastic untuk tempat biota, Bola

arus untuk mengukur kecepatan arus perairan, botol sampel digunakan untuk

penampungan substrat, tempat sampel, timbangan, penggaris digunakan untuk

mengukur biota, peralatan penyelaman ringan berupa masker, Snorkeling dan fins

digunakan untuk membantu dalam pengamatan dilapangan, peralatan tulis di

lapangan digunakan untuk mencatat data yang didapatkan dilapangan dan

laboratorium. Peralatan untuk identifikasi di laboratorium yang berupa Lup (Kaca

Pembesar), Mikroskop digunakan untuk pengamatan biota yang kecil dan pisau

sebagai pemotong, serta buku yang digunakan untuk identifikasi.GPS yang

digunakan untuk mengetahui posisi habitat asli biota.

Page 16: bulu babi pulau panjang

III.1.2.Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah formalin yang digunakan

untuk mengawetkan biota yang diambil sebagai sampel, aquadest yag digunakan

untuk menurunkan konsentrasi formalin

III.2. Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat “Deskriptif”

dengan menggunakan metode studi kasus, yaitu memusatkan perhatian pada suatu

kasus secara intensif yang menghasilkan pengumpulan dan analisa data kasus

dalam waktu tertentu dan terbatas di suatu daerah tertentu (Winarno, 1978).Untuk

mendukung tujuan penelitian maka dilakukan beberapa tahap kegiatan langkah

langkah kegiatan tersebut adalah sebagaimana uraian berikut.

III.2.1.Pemilihan lokasi penelitian

Pada studi pendahuluan telah dilakukan pengamatan pada 3 lokasi di

sekitar perairan pantai Kota Jepara ; yaitu Pantai Kartini, Perairan Pantai Pulau

Panjang, dan Telur Awur. Dari pengamatan tersebut tidak ditemuakan jenis

Holothuridae atau teripang di Pantai Kartini dan Teluk Awur.Oleh karenanya

lokasi penelitian yang ditentukan dalam penelitian ini adalah perairan karang dan

perairan lamun di pantai pulau panjang jepara.Hal ini mendasari pemilihan ini

berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, dimana kedua perairan ini merupakan

perairan karang dan lamun dan ditemukan teripang (Holothuridea) di kedua

perairan tersebut. Dengan diketahui keberadaan dan sebaran lamun dan terumbu

karang di perairan jepara dan dengan berperannya daerah terumbu karang dalam

ekosistem kehidupan teripang (Holothuroidea) akan berakibat terpeliharanya

Page 17: bulu babi pulau panjang

organisme tersebut pada lingkungannya. Sehingga diperlukan adanya data data

yang dapat memberikan gambaran sebaran dan keberadaan teripang di lokasi

penelitian dalam kaitannya dengan sebaran di perairan jepara.

Secara deskriptifn lokasi penelitian tersebut adalah sebagaimana diilustrasikan

pada gambar 4

GAMBAR LOKASI PENELITIAN

Gambar 4. Lokasi penelitian Perairan Pantai Pulau Panjang, Jepara

III.2.2.Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari lapangan

dengan melakukan observasi lapangan untuk mengetahui kondisi yang nyata pada

wilayah studi, yaitu kondisi lokasi pengambilan sampel serta keberadaan

responden. Survei data primer dilakukan dengan metode pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling, yaitu penentuan lokasi dan responden

dengan beberapa pertimbangan tertentu oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-

sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).

Page 18: bulu babi pulau panjang

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal

mencari dan mengumpulkan data tersebut.Data sekunder ini biasanya telah

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.Selain itu, pengumpulan data

dilakukan melalui literatur-literatur yang menunjang data (Sarwono, 2006).

Data primer yang dikumpulkan mencakup data parameter fisika kimia

lingkungan perairan dan data biota. Data peubah fisika kimia perairan tersebut

adalah seperti disajikan pada table 4.

Table 4. Pengukuran Peubah Fisika Kimia Perairan, Metode dan Periode

Pengukuran Selama Penelitian.

N

o Peubah Satuan Metode Periode Pengukuran

1 Arus m/s Bola Arus

3 Hari, 5 kali

Pengulangan

2 Suhu oC Termometer

3 Hari, 5 kali

Pengulangan

3 Salinitas o/oo Refraktometer

3 Hari, 5 kali

Pengulangan

4 pH pH Meter

3 Hari, 5 kali

Pengulangan

5 Kedalaman cm Secci disk

3 Hari, 5 kali

Pengulangan

6 Kecerahan cm Secci disk

3 Hari, 5 kali

Pengulangan

7 Bahan Organik gr/liter Petri disk

1 Hari, 1 kali

Pengulangan

Penelitian, 2013

A. Pengambilan data penutupan karang

Page 19: bulu babi pulau panjang

Line transek50 m

10 m

10 m

I

II

III

Pengambilan data penutupan karang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Memasang line transek yang telah ditandai dengan skala sepanjang 50 meter

sejajar garis pantai) dengan jarak antarlinetransekyaitu 10 meter;

b. Menghitung panjang karang hidup, karang mati, pecahan karang, dan substrat

pada line transek yang telah dipasang;

c. Melakukan pengulangan sebanyak 5 x padamasing-masingstasiun, stasiun A,

stasiun B,stasiun C; dan

d. Mengidentifikasi jenis karang yang ditemukan dengan melihat buku panduan

identifikasi lamun (Rahman dkk, 2010).

Layout metode line transek yang digunakan dalam pengambilan data

penutupan karang dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 4.Jarak Antar Line Transek

B. Pengambilan Data Kelimpahan Teripang (Holothuridea)

Tahap pengumpulan data selanjutnya adalah melakukan pengambilan data

kelimpahan Teripang (Holothuroidea). Pengambilan data kelimpahan teripang

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi (survei) lapangan untuk menentukan lokasi sampling;

I

Page 20: bulu babi pulau panjang

Line transek50 m

10 m

10 m

I

II

b. Plotting GPS;

c. Memasang line transek yang telah ditandai dengan skala sepanjang 50 meter

sejajar garis pantai;

d. Memasang kuadran transek berukuran 1 x 1 meter yang diletakkan pada bagian

tengah line transek; dan

e. Mengambil data kelimpahan Teripang di dalam frame kuadran transek

berukuran 5 x 5 meter sepanjang 50 meter.

Skema kuadran transek yang digunakan dalam pengumpulan data

kelimpahan Teripang dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 5. Penempatan Kuadran Transek Pada Line Transek

C. Pengambilan Kerapatan Lamun

Pengambilan data kerapatan lamun dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Memasang line transek yang telah ditandai dengan skala sepanjang 50

meter sejajar garis pantai) dengan jarak antarlinetransekyaitu 5 meter;

b. Menghitung kerapatan lamun denganline transek; dan

c. Mengidentifikasi jenis lamun yang ditemukan dengan melihat buku

panduan identifikasi lamun Seagrass-Watch (McKenzie et al., 2001).

Layout metode line transek yang digunakan dalam pengambilan data

penutupan karang dapat dilihat pada Gambar berikut:

I

10 mKuadranTra

nsek

5 m

Line Transek

Page 21: bulu babi pulau panjang

Gambar 6. Jarak Antar Line Transek

3.3. Analisis Data

A. Penutupan Karang

Persentase karang hidup, karang mati, pasir dan pecahan karang, dapat

dihitung dengan menggunakan rumus (Odum, 1993):

Dimana:

C : Persentasetutupankarang

Li : Panjangtutupankarangjeniske-i

L : Panjang total transek

Menurut Odum,

(1993),criteriapenilaiankondisiterumbukarangadalahberdasarkan

persentasepenutupankaranghidupdengankategorisebagaiberikut:

1. Kategorirusak : 0 – 25%

2. Kategorisedang : 25 – 50%

3. Kategoribaik : 50 – 75%

4. Kategorisangatbaik : 75 – 100%

B. Kerapatan Lamun

C = x 100 %

Page 22: bulu babi pulau panjang

Kerapatan jenis lamun adalah jumlah total individu atau tegakan lamun

dalam suatu unit area yang dihitung berdasarkan petunjuk English et al. (1994)

sebagai berikut :

Xi = ¿A

Keterangan :

Xi : Kerapatan jenis ke-i (ind/m2 )

ni : Jumlah total individu jenis ke-i (ind)

A : Luas area total pengambilan contoh (m2)

C. Indeks Keanekaragaman Teripang dan Lamun

Perhitungan keanekaragaman jenis ini dilakukan dengan menggunakan

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner yang didasarkan pada logaritma basis

dua (Wilhm dan Doris, 1986; Insafitri, 2010) dengan formula :

H '=−∑n−1

s

pi log pi

Keterangan :

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

Pi : ni/N

Ni : Jumlah individu jenis ke-i

N : Jumlah total individu seluruh jenis

S : Jumlah jenis

Dengan kriteria :

Page 23: bulu babi pulau panjang

H’ < 1 = Keanekaragaman jenis rendah

1 <H’ < 3 = Keanekaragaman jenis sedang

H’ > 3 = Keanekaragaman jenis tinggi

D. Indeks Keseragaman Teripang dan Lamun

Nilai indeks keseragaman digunakan untuk menggambarkan komposisi

individu tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas, yang dihitung dengan

menggunakan petunjuk Krebs (1989), sebagai berikut :

E= H 'Hmax

Keterangan :

E : Indeks keseragaman

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

Hmax : log S

S : Jumlah jenis 26

Dengan kriteria :

0,00<E ≤ 0,50 = Komunitas tertekan

0,50<E ≤ 0,75 = Komunitas labil

0,75<E ≤ 1,00 = Komunitas stabil

E. Indeks Dominasi Teripang

Nilai indeks dominansi digunakan untuk menggambarkan ada tidaknya

dominasi suatu jenis dalam suatu komunitas, yang dihitung dengan menggunakan

indeks dominansi Simpson (Magurran, 1988), sebagai berikut :

Page 24: bulu babi pulau panjang

C=−∑n−1

s

pi

Keterangan :

C : Indeks dominansi Simpson

Pi : ni/N

Ni : Jumlah individu jenis ke-i

N : Jumlah total individu seluruh jenis

S : Jumlah jenis

Dengan kriteria :

0,00<C ≤ 0,50 = Dominansi rendah

0,50<C ≤ 0,75 = Dominansi sedang

0,75<C ≤ 1,00 = Dominansi tinggi

F. Kelimpahan Teripang

Menurut Odum (1993), kelimpahanTeripang (Holothuroidea) dapat

dihitungdenganmenggunakanrumus berikut, yaitu:

Dimana:

KR : Kelimpahan individu

N: Jumlah total individu

Ni : Jumlah individu

G. Metode frekuensi kejadian

KR = x 100%

Page 25: bulu babi pulau panjang

Dalam menentukan persentase frekuensi kejadian, data yang digunakan

adalah jumlah alat pencernaan yang berisi makanan dan jumlah makanan per jenis

dalam tiap alat pencernaan. Metode ini akan menentukan kebiasaan makan ikan

dilihat dari jenis makanan paling banyak dijumpai pada tiap organ pencernaan.

Nilai oi satu jenis makanan dapat dicari dengan rumus (Efendie et al, 1979).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

oi= Li¿ ×100 %

oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan

Li = Jumlah makanan per jenis dalam alat pencernaan

Lt = Jumlah total alat pencernaan yang berisi makanan

H. Indeks of Preponderance (IP)

Indeks of Preponderance (IP) yaitu analisis data yang digunakan untuk

menganalisis tingkat kepenuhan komposisi pakan alami dalam usus Teripang.

Menurut Effendi (2002), IP dihitung dengan rumus: Persamaan tersebut

ditransformaskan ke dalam bentuk logaritma dan diperoleh persamaan linear

sebagai berikut :

IP=( vi× oi

∑(vi ×oi))× 100 %

IP = Indeks utama ( Index of Preponderance);

vi = Persentase volume satu macam makanan;

oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan; dan

Σ (ni x oi) = Jumlah ni x oi dari semua jenis makanan.

Page 26: bulu babi pulau panjang

Isi pencernaan Teripang terdiri dari algae sehingga mengalami

keterbatasan dalam menentukan volume masing-masing makanan, sehingga

dilakukan modifikasi rumus Indeks of Preponderance, untuk menentukan

Indeksof Preponderance menggunakan metode numerical. IP dihitung dengan

rumus:

IP=( vi× oi

∑(vi ×oi))× 100 %

ni = Persentase numerical satu macam makanan

Nilai Index of Preponderance (IP) berkisar antara 0 – 100%.Apabila nilai

IP lebih besar dari 25%, pakan tersebut merupakan pakan utama. Apabila nilai IP

antara 4 – 25%, pakan tersebut merupakan pakan pelengkap, dan apabila IP

bernilai kurang dari 4%, (Haryadi,1983).

I. Analisis Uji Independent T Test dengan SPSS

Uji analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan Uji

Independent T Test dengan pengoperasian program SPSS.MenurutUji Analisis

Independent T Test adalah uji statistik yang membandingkan dua kelompok yang

berbeda atau membandingkan nilai rata-rata dua kelompok independent. Dengan

keputusan adalah sebagai berikut:

a. Ho diterima apabila : Sig > 0.05 (tidak signifikan)

b. Ha diterima apabila : Sig < 0.05 * (signifikan)

: Sig < 0.01 ** (sangat signifikan)

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada perbedaan kelimpahan Teripang pada lamun dan karang.

H1 : Terdapat perbedaan kelimpahan Teripang pada lamun dan karang.

Page 27: bulu babi pulau panjang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pulau panjang merupakan kawasan perairan laut di utara Kota Jepara yang

secara geografis berada kurang lebih 1 mil dari Pantai kartini dengan posisi

koordinat bumi antara 6o 34’ 30” LS 110o 37’ 45” BT.Pulau panjang merupakan

daratan dengan luas 25.000 m2 yang dikelilingi oleh perairan karang dan perairan

lamun.Daerah pantai ini banyak ditemuai terumbu karang dan lamun dalam

ukuran besar dan semakin menjorok kelaut semakin besar ukurannya.Keadaan

pantai landai dengan dasar perairan berupa pasir, lumpur dan pecahan

karang.Kedalaman rata rata kelompok Terumbu Karang dan Lamun berkisar

antara 20 cm sampai 3 meter.Keadaan perairan ini akan tampak jernih bila tidak

terjadi gelombang ukuran besar sehingga kecerahan perairan akan dapat mencapai

dasar perairan.

Page 28: bulu babi pulau panjang

Jenis – jenis lamun yang dijumpai di perairan pulau panjang

adalahSyringodium isoetifolium, Halodule uninervis, Enhalus acoroides, dan

Thallassia hemprichii.Kawasan lamun di Pulau Panjang berada pada sebelah

timur Pulau Panjang. Hasil pengamatan lamun dikawasan lamun sebelah timur

Pulau Panjang adalah disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Kerapatan Lamun Lokasi Pulau Panjang, JeparaNama Spesies Ki KR(%) P (m2) PR(%) F FR(%)

Enhalus acoroides 3432 38.79 7.89 37.99 66 41.51

Thalassia hemprichii 3758 42.47 8.23 39.62 51 32.08

Halodule uninervis 619 7.00 1.38 6.64 12 7.55

Syringodium isoetifolium 1039 11.74 3.27 15.74 30 18.87

  8848 20.77 159

Sumber :Penelitian, 2013

Dari tabel kerapatan lamun pada perairan Pulau Panjang, Jepara jenis

lamun yang mendominasi adalah jenis dari Thalassia hemprichiidanEnhalus

acoroides dengan hasil KR untuk Thalassia hemprichii42.47% dan untuk jenis

Enhalus acoroides38.79%, PR untuk Thalassia hemprichii39.62% dan untuk jenis

Enhalus acoroides37.99%, FR Thalassia hemprichii32.08% dan untuk jenis

Enhalus acoroides41.51%.

Adapun kawasan Terumbu Karang menyebar hampir mengelilingi pulau,

namun berada pada penutupan yang berbeda, pada lokasi dimana holothuria

menyebar di kawasan sebelah barat. Tututpan dari lingkungan ini adalah tersaji

pada tabel di bawah ini :

Page 29: bulu babi pulau panjang

Tabel 3. Penutupan Karang Lokasi Pulau Panjang, JeparaN

o jenis penutupan

stasiun

jumlah1 2 3

1 Karang Hidup 13 16 49 78

2 Karang Mati 2307 1858 2175 6340

3 Pecahan Karang 1362 1332 1915 4609

4 Pasir 1452 1361 1160 3973

Sumber :Penelitian, 2013

Tabel 4. Kerapatan Lamun Lokasi Pulau Panjang, Jepara

no Jenis Penutupan Persentase Penutupan(%)

1 Karang Hidup 0.52

2 Karang Mati 42.27

3 Pecahan Karang 30.73

4 Pasir 26.49

Sumber :Penelitian, 2013

Dari tabel penutupan karang pada Pulau Panjang, Jepara didapatkan

jumlah karang Hidup, karang mati, pecahan karang, dan pasir dari total line 15000

cm KH 78 cm, KM 6340 cm, PK 4609 cm, dan P 3973 cm sehingga di dapatkan

persentasenya untuk Karang hidup 0.52%, Karang mati 42.27%, Pecahan karang

30.73% dan Pasir 26.49%.

4.1.2. Deskripsi Spesies

Berdasarkan hasil sampling lapngan yang dilakukan di pulau panjang

Jepara, jeis jenis teripang yang ditemukan adalah family Holothuriidae yaitu

Holothuriidae atra dan Holothuriidae Nobilis.Famili Holothuriidae memiliki

Page 30: bulu babi pulau panjang

penampang tubuh bulat sedikit memipih dibagian ventralnya.Tapi bagian abusnya

rata atau halus bergelombang.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan 2 jenis teripang. Deskripsi biologis dari

jenis teripang yang ditemukan adalah sebagai uraian berikut :

a. Holothuria atra

Filum : Echinodermata

Sub filum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Sub kelas : Apidochirotacea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuridae

Genus : Holothuria

Spesies : :Holothuria atra

Jenis teripang ini sering dikenal denangan nama daerah : Teripang raja

(Manado), Teripang kaling (pulau laut), teripang batu keeling (Jepara). Jenis ini

seluruh tubuhnya berwarna hitam termasuk tentakelnya.Nama teripang darah

mungkin diberikan kepada binatang ini yang menyebabkan warna merah pada

bahan pengawet Formalin.Panjang tubuh antara 15 – 35 cm. hidup dalam satu

kelompok besar pada tempat berpasir, sehingga sulit dilihat oleh mata yang

kurang awas.

b. Holothuria nobilis

Filum : Echinodermata

Sub filum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Page 31: bulu babi pulau panjang

Sub kelas : Apidochirotacea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuridae

Genus : Holothuria

Spesies : : Holothuria nobilis

Jenis teripang ini sering dikenal dengan nama daerah Teripang Lontong

(Pulau Seribu dan Jepara). Jenis ini menyerupai teripang keeling, biasanya

diangkat atau dipegang dari dalam air akan mengeluarkan getah putih. Bentuk

badannya memanjang dan bila disentuh akan menjadi pendek seperti mentimun.

Bagian atasnya sedikit kasar, akan tertapi bila diraba akan terasa licin. Bagian

bawah lebih halus.Warna hitam pada seluruh tubuhnya dan bersifat soliter

hidupnya diatas pasir diantara karang karang dan terdapat di sepanjang tahun

danalan jumlah yang sedang.

4.1.3. Struktur Komunitas Teripang

Data yang di peroleh dari hasil pengamatan Struktur Komunitas Teripang

di Pulau Panjang, Jepara disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Struktur komunitas Spesies Holothuridae di daerah lamun dan karang Pulau Panjang, Jepara

NO GENUS

STASIUNNi Pi Ln Pi Pi Ln Pi1 2 3 4 5

1 Holothuria Atra44

39

35

32

19

56.33 0.63 -0.462 0.291

2 Holothuria Nobilis33

25

20

12

10

33.33 0.37 -0.994 0.367

89.6

7 0.658Sumber :Penelitian, 2013

Indeks Keanekaragaman

H’ : -∑ Pi Ln Pi

Page 32: bulu babi pulau panjang

: 0.658

Indeks Keseragaman

e :

: 0.954

D :∑ (Pi)2

: 0.534

Dari tabel Struktur komunitas Spesies Holothuridae di daerah lamun dan

karang Pulau Panjang, Jepara didapatkan indeks keanekaragaman sebesar

0.658Jadi Keanekaragaman biota Holothuriidae sedang, indeks keseragaman

sebesar 0.954Jadi Kemerataan antar spesies relative merata, indeks dominasi

sebesar 0.534Jadi Terdapat spesies yang mendominasi spesies lainya.

4.1.4. Persentase Komposisi makanan

Data yang di peroleh dari hasil pengamatan pada saluran pencernaan (usus)

teripang Jenis Holothuria Atradi Pulau Panjang, Jepara disajikan pada tabel di

bawah ini:

Tabel 6.Jenis Makanan Teripang Holothuria atra

No jenis makan n1 Cyanophyceae 392 Bacillariophyceae 453 Ciliata 274 Butiran Pasir 195 rhizosolenca 236 Chaetoceros 35

Sumber :Penelitian, 2013

H’ Ln S = 0.69 max

Page 33: bulu babi pulau panjang

21%

24%

14%

10%

19%

12%

CyanophyceaeBacillariophyceaeCiliata Butiran PasirChaetocerosrhizosolenca

Gambar 7. Persentase komposisi makanan Pada Holothuria atra

Pada persentase komposisi makanan yang di lihat dari usus dari spesies

Holothuria atra di temukan beberapa jenis fitoplankton yaitu Cyanophyceae yang

memiliki persentase 24 %, Bacillariophyceae dengan persentase 27%, Ciliata

dengan Persentase 16%, butiran Pasir 12%, Rhizhosolenca 12%. Dari hasil

pengamatan di atas teripang jenis holothuria atra dominan memakan fitoplankton

jenis bacillariophyceae dan Cyanophyceae.

Data yang di peroleh dari hasil pengamatan pada saluran pencernaan (usus)

teripang Jenis Holothuria nobilis di Pulau Panjang, Jepara disajikan pada tabel di

bawah ini:

Tabel 7.Jenis Makanan Teripang Holothuria nobilis

No jenis makan n1 Cyanophyceae 422 Bacillariophyceae 393 Ciliata 194 Butiran Pasir 345 rhizosolenca 256 Chaetoceros 32

Sumber :Penelitian, 2013

Page 34: bulu babi pulau panjang

42; 22%

39; 20%

19; 10%

34; 18%

25; 13%

32; 17%

CyanophyceaeBacillariophyceaeCiliata Butiran PasirrhizosolencaChaetoceros

Gambar 8.persentase Komposisi makanan Pada Holothuria nobilis

Pada persentase komposisi makanan yang di lihat dari usus dari spesies

Holothuria nobilis di temukan beberapa jenis fitoplankton yaitu Cyanophyceae

yang memiliki persentase 22%, Bacillariophyceae dengan persentase 20%, Ciliata

dengan Persentase 10%, butiran Pasir 18%, Rhizhosolenca 13%, dan Chaetoceros

17%. Dari hasil pengamatan di atas teripang jenis Holothuria Nobilis dominan

memakan fitoplankton jenis bacillariophyceae dan Cyanophyceae.

4.1.5. Indeks of Preponderance (IP)

Data yang di peroleh dari hasil pengamatan pada saluran pencernaan

(usus) teripang di Pulau Panjang, Jepara disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 8 . Hasil Pengamatan Isi Perut dari Jenis Teripang Holothuria Atra

N

o Jenis Makanan n

x

Ni Oi Ni*Oi IP

1 Cyanophyceae 34 0.16 791 100 79070 15.814

2

Bacillariophycea

e 32 0.15 744 100 74419 14.884

Page 35: bulu babi pulau panjang

3 Ciliata 22 0.10 512 100 51163 10.233

4 Butiran Pasir 45 0.21 1047 100 104651 20.93

5 rhizosolenca 19 0.09 442 100 44186 8.8372

6 Chaetoceros 27 0.13 628 100 62791 12.558

7 Nitzia 36 0.17 837 100 83721 16.744

  Jumlah

21

5   5000   500000

Sumber : Penelitian, 2013

Tabel 9. Hasil Pengamatan Isi Perut dari Jenis Teripang Holothuria

Nobilis

N

o Jenis Makanan n

x

Ni Oi Ni*Oi IP

1 Cyanophyceae 24

0.1

2 609 100 60914 12.183

2 Bacillariophyceae 19

0.1

0 482 100 48223 9.6447

3 Ciliata 28

0.1

4 711 100 71066 14.213

4 Butiran Pasir 46

0.2

3 1168 100 116751 23.35

5 rhizosolenca 21

0.1

1 533 100 53299 10.66

6 Chaetoceros 18

0.0

9 457 100 45685 9.1371

7 Nitzia 41

0.2

1 1041 100 104061 20.812

  Jumlah

19

7   5000   500000

Sumber :Penelitian, 2013

Page 36: bulu babi pulau panjang

Dari tabel Hasil pengamtan isi perut teripang menunjukkan kesamaan jenis

makanan pada Holothuria atra dan Holothuria nobilis yaitu Bacillariophyceae,

Cyanophyceae, Ciliata, Butiran Pasir, rhizosolenca, Chaetoceros, danNitzia

Dari nilai indeks of preponderance pada tabel .di peroleh histogram

persentase index of preponderance pada masing masing jenis teripang sebagai

berikut :

Holothuria Atra

Holothuria Nobilis

0 5 10 15 20 25

15.814

12.183

14.884

9.6447

10.233

14.213

20.93

23.35

8.8372

10.66

12.558

9.1371

16.744

20.812

NitziaChaetocerosrhizosolencaButiran PasirCiliataCyanophyceaeBacillariophyceae

Gambar 9. Histogram Nilai Indeks Of Preponderance

4.1.6. Hasil Pengukuran Kualitas Air Pada Ekosistem Lamun

Hasil pengukuran arus yang di peroleh saat melaksanakan sampling di

lapangan adalah sebagai berikut :

A. Arus

Tabel 10. Hasil Pengukuran Arus Pada Lamun Pulau Panjang, Jepara

tanggalmeter line tanggal

meter line

    1 2 3     1 2 37/11/201

3 0 0.071 0.072 0.043

16/11/201

3 0 0.013 0.043 0.037

5 0.083 0.067 0.043 5 0.018 0.047 0.042

10 0.083 0.041 0.040 10 0.022 0.039 0.054

15 0.062 0.040 0.035 15 0.028 0.052 0.051

20 0.051 0.042 0.037 20 0.032 0.051 0.065

Page 37: bulu babi pulau panjang

25 0.061 0.032 0.040 25 0.048 0.067 0.067

30 0.062 0.028 0.054 30 0.047 0.062 0.059

35 0.061 0.019 0.094 35 0.052 0.078 0.068

40 0.051 0.018 0.090 40 0.057 0.076 0.072

45 0.072 0.012 0.092 45 0.059 0.064 0.073

50 0.076 0.007 0.088 50 0.068 0.071 0.069

Lanjutan tabel

tanggal meter line tanggal meter line 1 2 3 1 2 313/11/2013 0 0.042 0.020 0.014 19/11/2013 0 0.076 0.043 0.014

5 0.048 0.020 0.019 5 0.061 0.047 0.019

10 0.039 0.010 0.027 10 0.083 0.039 0.027

15 0.045 0.048 0.034 15 0.062 0.052 0.034

20 0.048 0.048 0.042 20 0.051 0.051 0.042

25 0.052 0.057 0.056 25 0.083 0.067 0.056

30 0.059 0.056 0.062 30 0.062 0.062 0.062

35 0.062 0.052 0.061 35 0.061 0.078 0.061

40 0.069 0.064 0.056 40 0.051 0.076 0.056

45 0.073 0.068 0.072 45 0.083 0.064 0.072

50 0.074 0.072 0.076 50 0.076 0.071 0.076

10/11/2013 0 0.047 0.056 0.030

5 0.053 0.061 0.041

10 0.067 0.073 0.047

15 0.062 0.059 0.039

20 0.045 0.051 0.045

25 0.045 0.067 0.057

30 0.076 0.055 0.062

35 0.082 0.074 0.061

40 0.069 0.082 0.069

45 0.056 0.081 0.073

50 0.043 0.089 0.076

Sumber : Penelitian, 2013

Page 38: bulu babi pulau panjang

Pola pembahasan arus secara visual dapat diperlihatkan pada gambar di

bawah ini :

5 10 15 20 25 30 35 40 45 500.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

Pengulangan I

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

Pengulangan II

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

Pengulangan III

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

Pengulangan IV

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

Page 39: bulu babi pulau panjang

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

Pengulangan V

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

Gambar 10. Grafik Hasil Pengukuran Arus Pada Lamun Pulau Panjang, Jepara

Kecepatan arus yang didapat di lokasi penelitian adalah 0,14 – 0,92 m/s

Dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa kecepatan arus yang ditemukan

daerah lamunmasih dalam kisaran rendah. Waktu pengukuran kecepatan arus pada

ekosistem lamun dilakukan ketika kondisi alam tenang dan kecepatan angina tidak

teralu kencang sehingga penggaruhnya terhadap arus perairan tidak terlalu besar

Menurut Supriharyono (2009), kecepatan arus yang terdapat di perairan

laut berkisar antara 2 – 5 m/s. Kecepatan arus selain dipengaruhi oleh angin, juga

dipengaruhi oleh kondisi alam seperti hujan dan perubahan suhu perairan.

Tenaga angin memberikan pengaruhterhadap arus permukaan sekitar 2 %

dari kecepatan angin tersebut. Kecepatan arus ini akan berkurang seiring dengan

bertambahnya kedalaman perairan sampai akhirnya tidak berpengaruh, yaitu pada

kedalaman 200 m (Bernawis, 2000).

B. Suhu air

Hasil pengukuran suhu yang di peroleh saat melaksanakan sampling di

lapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Hasil Pengukuran suhu Pada Lamun Pulau Panjang, Jepara

Page 40: bulu babi pulau panjang

tanggalmeter line tanggal meter line

    1 2 3     1 2 3

7/11/2013 0 28 31 2916/11/2013 0 28 28 28

5 28 31 28 5 28 28 2810 28 29 28 10 28 28 2815 29 30 28 15 27 28 2820 29 30 29 20 27 28 2725 29 30 29 25 28 27 2730 28 30 29 30 28 27 2735 29 31 29 35 29 28 2740 29 31 29 40 29 28 2845 29 31 29 45 29 28 28

  50 29 30 28   50 29 29 27

Lanjutan tabel

tanggalmeter line tanggal meter line

    1 2 3     1 2 313/11/2013 0 29 27 28

19/11/2013 0 28 31 29

5 29 27 28 5 28 31 2910 28 28 28 10 28 29 2815 29 30 29 15 29 30 2920 29 30 29 20 29 30 2925 30 29 29 25 29 30 3030 29 28 28 30 28 30 2935 28 29 28 35 29 31 2840 28 29 29 40 29 31 2845 29 29 28 45 29 31 29

  50 30 28 29   50 29 30 3010/11/2013 0 28 29 28

5 28 29 2810 28 29 2815 28 29 2920 28 29 2925 29 29 2930 28 29 2935 28 29 2940 29 28 2945 28 28 28

  50 29 28 28

Page 41: bulu babi pulau panjang

Sumber : Penelitian, 2013

Pola pembahasan suhu secara visual dapat diperlihatkan pada gambar di

bawah in

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pengulangan I

line 3line 2line 1

Meter ke-

Suhu (o

C)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pengulangan II

line 3line 2line 1

Meter ke-

Suhu (o

C)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pengulangan III

line 3line 2line 1

Meter ke-

Suhu (o

C)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pengulangan IV

line 3line 2line 1

Meter ke-

Suhu (o

C)

Page 42: bulu babi pulau panjang

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pengulangan V

line 3line 2line 1

Meter ke-

Suhu (o

C)

Gambar 10 . Grafik Hasil Pengukuran Suhu Air Pada Lamun Pulau Panjang,

Jepara

Suhu air yang didapat di lokasi penelitian adalah pada ekosistem lamun

suhu air berkisar antara 27 – 31 oC,. Perbedaan suhu air tiap stasiun dikarenakan

pada line 1, line 2, dan line 3 terdapat perbedaan daerah rataan kedalaman, lama

waktu penyinaran matahari dan curah hujan pada daerah tersebut. Suhu air pada

perairan ini masih dalam batas toleransi suhu perairan pada umunnya.

Menurut Hutabarat dan Stewart (2000), menyatakan bahwa daratan tidak

mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam kemampuannya menyimpan

panas, akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika

menerima radiasi dari matahari daripada lautan. Sebaliknya daratan akan lebih

cepat pula menjadi dingin daripada lautan pada waktu tidak ada insolation

(pemanasan sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.

Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-faktor

meteorologi yang berperan di sini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban

udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya (radiasi matahari). Oleh

sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola musiman (Nontji, 2005).

Page 43: bulu babi pulau panjang

Menurut Young (dalam Hori et al., 1986dalamSugiarto,

1995),menerangkanbahwatitikkritissuhuuntukteripangjenisHolothuria

atraadalahsekitar 25 °C, artinyaapabilasuhu air dibawah25°C,

aktifitasreproduksibulubabiakanterhambat. Suhu air di

daerahtropisselalubernilaidiatas 25°C memungkinkanteripang

memijahsepanjangtahun.

C. Kedalaman

Hasil pengukuran kedalaman yang di peroleh saat melaksanakan sampling

di lapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil Pengukuran Kedalaman Pada Lamun Pulau Panjang, Jepara

tanggal meter line tanggal meter line 1 2 3 1 2 3

7/11/2013 0 80 20 85 16/11/2013 0 17 26 115 87 40 95 5 25 27 28

10 90 65 90 10 27 34 2715 93 85 100 15 34 45 3520 102 80 115 20 39 47 4825 113 85 107 25 42 39 5930 115 120 105 30 59 56 5735 117 125 111 35 69 63 6840 125 140 120 40 82 67 7445 132 145 129 45 93 79 82

50 135 143 120 50 109 91 96

Lanjutan tabel

tanggalmeter line tanggal meter line

1 2 3 1 2 313/11/2013 0 30 72 30

19/11/2013 0 80 85 20

5 45 87 43 5 87 95 4010 40 83 39 10 90 90 6515 20 82 27 15 93 100 8520 57 79 45 20 102 115 80

Page 44: bulu babi pulau panjang

25 82 90 56 25 113 107 8530 80 93 63 30 115 105 12035 97 112 62 35 117 111 12540 69 125 78 40 125 120 14045 98 127 89 45 132 129 145

50 115 119 85 50 135 120 14310/11/2013 0 25 17 34

5 37 27 4310 43 45 4815 59 48 5720 62 60 6025 68 72 7530 79 78 7835 85 85 8440 97 97 9345 112 108 104

50 124 119 116Sumber : Penelitian, 2013

Pola pembahasan kedalaman secara visual dapat diperlihatkan pada

gambar di bawah ini :

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Pengulangan I

line 3line 2line1

Meter ke-

Kedalam

an (cm

)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

50

100

150

200

250

300

350

Pengulangan II

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedalam

an (cm

)

Page 45: bulu babi pulau panjang

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

50

100

150

200

250

300

350

400

Pengulangan III

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedalam

an (cm

)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

50

100

150

200

250

300

350

Pengulangan IV

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedalam

an (cm

)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Pengulangan V

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedalam

an (cm

)

Gambar 11. Grafik Hasil Pengukuran Kedalaman Pada Lamun Pulau Panjang,

Jepara

Kedalaman yang didapat di lokasi penelitian yaitu pada ekosistem lamun

berkisar antara 17 cm sampai dengan 1.43 meter. Kedalaman memiliki peran

terhadap masuknya penetrasi cahaya ke badan air. Apabila semakin semakin

dalam suatu perairan, makan semakin cepat pula penurunan intensitas cahaya

yang masuk ke badan air. Cahaya diperlukan oleh phytoplankton dan tumbuhan

air untuk berfotosintesis. Jadi, apabila semakin dalam suatu perairan maka

intensitas cahaya yang masuk juga akan berkurang dan penyebaran phytoplankton

dan tumbuhan juga akan berkurang.

Page 46: bulu babi pulau panjang

Bagi teripang (sea cucumber), kedalaman mempengaruhi kelimpahan

organisme pada suatu perairan. Secara umum bulu babi dapat ditemukan di daerah

intertidal yang relatif dangkal dan jumlahnya akan semakin menurun apabila

kedalaman perairan tersebut semakin meningkat. Hal ini dikarenakan pada

perairan yang lebih dalam, bahan – bahan organik yang terkandung didalamnya

kurang melimpah, maka produktivitas perairan diatasnya juga berkurang,

sehingga kepadatan organismenya, termasuk teripang juga rendah (Azis, 1993).

D. Kecerahan

Hasil pengukuran kecerahan yang di peroleh saat melaksanakan sampling

di lapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil Pengukuran kecerahan Pada Lamun Pulau Panjang, Jepara

tanggal meter line tanggal meter line 1 2 3 1 2 3

7/11/2013 0 TU TU TU16/11/2013 0 TU TU TU

5 TU TU TU 5 TU TU TU10 TU TU TU 10 TU TU TU15 TU TU TU 15 TU TU TU20 TU TU TU 20 TU TU TU25 TU TU TU 25 TU TU TU30 TU TU TU 30 TU TU TU35 TU TU TU 35 TU TU TU40 TU TU TU 40 TU TU TU45 TU TU TU 45 TU TU TU

50 TU TU TU 50 TU TU TU

13/11/2013 0 TU TU TU19/11/2013 0 TU TU TU

5 TU TU TU 5 TU TU TU10 TU TU TU 10 TU TU TU15 TU TU TU 15 TU TU TU20 TU TU TU 20 TU TU TU25 TU TU TU 25 TU TU TU30 TU TU TU 30 TU TU TU35 TU TU TU 35 TU TU TU40 TU TU TU 40 TU TU TU45 TU TU TU 45 TU TU TU

50 TU TU TU 50 TU TU TU

Page 47: bulu babi pulau panjang

Lanjutan tabel

tanggalmeter line

1 2 310/11/2013 0 TU TU TU

5 TU TU TU10 TU TU TU15 TU TU TU20 TU TU TU25 TU TU TU30 TU TU TU35 TU TU TU40 TU TU TU45 TU TU TU

50 TU TU TUSumber : Penelitian, 2013

Kecerahan yang didapat pada ekosistem lamun adalah tidak terukur ().

Hal ini berarti bahwa dasar perairan masih dapat terlihat dengan jelas dari

permukaan. Pernyataan ini diperkuat oleh Hutabarat dan Stewart (2000) yang

menyatakan bahwa pada perairan yang dalam dan jernih, proses fotosintesis dan

penetrasi cahaya hanya dapat sampai kedalaman sekitar 200 meter.

Menurut Ghufran et al., (2007), dengan mengetahui kecerahan suatu

perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan proses

asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang jernih, yang agak keruh, dan

yang paling keruh. Air tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih baik

untuk kehidupan biota perairan.

Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh besar namun secara tidak

langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-

tumbuhan yang menjadi sumber makanan serta penyedia oksigen bagi mereka.

Page 48: bulu babi pulau panjang

Cahaya juga merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan

populasi hewan laut (Romimohtarto dan Juwana, 2009).

4.1.7. Hasil Pengukuran Kualitas Air Pada Ekosistem Terumbu Karang

Hasil pengukuran arus yang di peroleh saat melaksanakan sampling di

lapangan adalah sebagai berikut :

A. Kecepatan arus

Tabel 14. Hasil Pengukuran Arus Pada Karang Pulau Panjang, Jepara

meter line tanggal meter line1 2 3 1 2 3

0 0.013 0.033 0.05016/11/2013 0 0.004 0.012 0.013

5 0.015 0.023 0.050 5 0.006 0.009 0.01510 0.016 0.035 0.060 10 0.004 0.01 0.01515 0.018 0.031 0.060 15 0.007 0.012 0.01720 0.021 0.033 0.080 20 0.005 0.015 0.02125 0.023 0.025 0.070 25 0.008 0.014 0.02330 0.019 0.023 0.080 30 0.011 0.011 0.01935 0.018 0.024 0.090 35 0.009 0.009 0.01840 0.022 0.031 0.060 40 0.012 0.013 0.02245 0.018 0.033 0.100 45 0.013 0.017 0.01750 0.018 0.034 0.100 50 0.014 0.018 0.018

0 0.009 0.011 0.01619/11/2013 0 0.076 0.043 0.014

5 0.008 0.009 0.014 5 0.061 0.047 0.01910 0.012 0.009 0.017 10 0.083 0.039 0.02715 0.014 0.012 0.018 15 0.062 0.052 0.03420 0.009 0.013 0.014 20 0.051 0.051 0.04225 0.008 0.011 0.013 25 0.083 0.067 0.05630 0.010 0.008 0.012 30 0.062 0.062 0.06235 0.009 0.009 0.016 35 0.061 0.078 0.06140 0.012 0.012 0.018 40 0.051 0.076 0.05645 0.013 0.015 0.015 45 0.083 0.064 0.07250 0.009 0.017 0.016 50 0.076 0.071 0.076

0 0.008 0.008 0.0115 0.007 0.009 0.013

10 0.010 0.014 0.01315 0.009 0.011 0.01620 0.008 0.012 0.01625 0.012 0.015 0.01430 0.016 0.013 0.01535 0.014 0.011 0.017

Page 49: bulu babi pulau panjang

40 0.014 0.013 0.01545 0.011 0.017 0.01750 0.012 0.017 0.015

Pola pembahasan arus secara visual dapat diperlihatkan pada gambar di

bawah ini :

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

Pengulangan I

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus m

/s)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.035

0.04

0.045

0.05

Pengulangan II

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

Pengulangan IV

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.035

0.04

0.045

0.05

Pengulangan III

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

Page 50: bulu babi pulau panjang

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

Pengulangan V

line 3line 2line 1

Meter ke-

Arus (m

/s)

Gambar 12. Grafik Hasil Pengukuran Arus Pada Terumbu Karang Pulau Panjang,

Jepara

Kecepatan arus yang didapat di lokasi penelitian adalah 0,04 – 0,09 m/s

Dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa kecepatan arus yang ditemukan

daerah lamunmasih dalam kisaran rendah. Waktu pengukuran kecepatan arus pada

ekosistem lamun dilakukan ketika kondisi alam tenang dan kecepatan angin tidak

teralu kencang sehingga penggaruhnya terhadap arus perairan tidak besar

Menurut Supriharyono (2009), kecepatan arus yang terdapat di perairan

laut berkisar antara 2 – 5 m/s. Kecepatan arus selain dipengaruhi oleh angin, juga

dipengaruhi oleh kondisi alam seperti hujan dan perubahan suhu perairan.

Tenaga angin memberikan pengaruhterhadap arus permukaan sekitar 2 %

dari kecepatan angin tersebut. Kecepatan arus ini akan berkurang seiring dengan

bertambahnya kedalaman perairan sampai akhirnya tidak berpengaruh, yaitu pada

kedalaman 200 m (Bernawis, 2000).

B. Suhu air

Hasil pengukuran suhu yang di peroleh saat melaksanakan sampling di

lapangan adalah sebagai berikut :

Page 51: bulu babi pulau panjang

Tabel 15. Hasil Pengukuran Suhu Pada Lamun Pulau Panjang, Jepara

tanggal meter line tanggal meter line1 2 3 1 2 3

7/11/2013 0 28 29 2916/11/2013 0 29 28 28

5 28 29 29 5 29 29 2810 28 29 29 10 29 29 2815 28 29 29 15 29 29 2820 27 29 29 20 29 28 2725 27 29 29 25 29 28 2730 27 30 29 30 28 28 2735 27 30 29 35 28 28 2740 27 30 29 40 28 27 2745 27 29 28 45 28 27 2750 27 29 28 50 28 27 27

Lanjutan tabel

tanggal meter line tanggal meter line1 2 3 1 2 3

10/11/2013 0 28 28 28 19/11/2013 0 28 31 295 28 28 28 5 28 31 2910 27 29 28 10 28 29 2815 28 29 28 15 29 30 2920 29 29 27 20 29 30 2925 29 29 27 25 29 30 3030 29 28 28 30 28 30 2935 29 28 28 35 29 31 2840 29 28 27 40 29 31 2845 28 29 27 45 29 31 2950 29 30 27 50 29 30 30

13/11/2013 0 29 29 285 29 29 2810 29 29 2815 29 28 2820 29 28 2825 29 28 2830 29 28 2835 28 28 2740 28 28 2745 29 27 27

50 29 27 28

Sumber : Penelitian, 2013

Page 52: bulu babi pulau panjang

Pola pembahasan arus secara visual dapat diperlihatkan pada gambar di

bawah ini :

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pengulangan I

line 3line 2line 1

Metre ke-

Suhu (

oC)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pengulangan II

line 3line 2line 1

Metre ke-

Suhu

(oC)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

20

40

60

80

100

120

Pengulangan III

line 3line 2line 1

Meter ke-

Suhu

(oC)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pengulangan IV

line 3line 2line 1

Meter ke-

Suhu

(oC)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pengulangan V

line 3line 2line 1

Meter ke-

Suhu

(oC)

Gambar 13. Grafik Hasil Pengukuran Suhu Air Pada Terumbu Karang Pulau

Panjang, Jepara

Page 53: bulu babi pulau panjang

Suhu air yang didapat di lokasi penelitian adalah pada ekosistem lamun

suhu air berkisar antara 27 – 30oC,. Perbedaan suhu air tiap stasiun dikarenakan

pada line 1, line 2, dan line 3 terdapat perbedaan daerah rataan kedalaman, lama

waktu penyinaran matahari dan curah hujan pada daerah tersebut. Suhu air pada

perairan ini masih dalam batas toleransi suhu perairan pada umunnya.

Menurut Hutabarat dan Stewart (2000), menyatakan bahwa daratan tidak

mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam kemampuannya menyimpan

panas, akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika

menerima radiasi dari matahari daripada lautan. Sebaliknya daratan akan lebih

cepat pula menjadi dingin daripada lautan pada waktu tidak ada insolation

(pemanasan sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.

Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-faktor

meteorologi yang berperan di sini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban

udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya (radiasi matahari). Oleh

sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola musiman (Nontji, 2005).

Menurut Young (dalam Hori et al., 1986dalamSugiarto,

1995),menerangkanbahwatitikkritissuhuuntukteripangjenisHolothuria

atraadalahsekitar 25 °C, artinyaapabilasuhu air dibawah25°C,

aktifitasreproduksibulubabiakanterhambat. Suhu air di

daerahtropisselalubernilaidiatas 25°C memungkinkanteripang

memijahsepanjangtahun.

C. Kedalaman

Hasil pengukuran kedalaman yang di peroleh saat melaksanakan sampling di

lapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Hasil Pengukuran Kedalaman Pada Lamun Pulau Panjang, Jepara

Page 54: bulu babi pulau panjang

tanggal meter line tanggal meter line 1 2 3 1 2 3

7/11/2013 0 48 46 9016/11/2013 0 24 56 48

5 52 67 94 5 29 79 5210 67 76 93 10 37 68 6715 78 78 109 15 39 74 7820 68 82 112 20 45 86 6825 79 91 121 25 43 89 7930 86 89 125 30 56 115 8635 89 97 139 35 63 120 8940 112 106 142 40 78 126 11245 128 125 143 45 79 132 128

50 137 128 146 50 97 148 137

Lanjutan tabel

tanggal meter line tanggal meter line 1 2 3 1 2 310/11/2013 0 29 35 45 19/11/2013 0 80 85 20

5 28 29 49 5 87 95 4010 39 34 56 10 90 90 6515 42 37 59 15 93 100 85

20 55 47 65 2010

2 115 80

25 67 59 78 2511

3 107 85

30 86 69 82 3011

5 105 120

35 98 89 95 3511

7 111 125

40 87 78 101 4012

5 120 140

45 125 109 136 4513

2 129 145

50 139 112 157 5013

5 120 14313/11/2013 0 28 32 48

5 35 45 5210 49 67 5915 52 56 6620 65 78 59

Page 55: bulu babi pulau panjang

25 63 88 6930 86 82 7835 87 96 8540 98 112 9145 112 123 120

50 127 139 127Sumber : Penelitian, 2013

Pola pembahasan arus secara visual dapat diperlihatkan pada gambar di

bawah ini :

16/11/2013

0

50

100

150

200

250

300

350

Pengulangan I

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedal

aman

(cm)

16/11/2013

0

50

100

150

200

250

300

350

Pengulangan II

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedala

man (c

m)

19/11/2013

0

50

100

150

200

250

300

350

Pengulangan III

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedal

aman

(cm)

16/11/2013

0

50

100

150

200

250

300

350

Pengulanagn IV

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedal

aman

(cm)

Page 56: bulu babi pulau panjang

16/11/2013

0

50

100

150

200

250

300

350

Pengulangan V

line 3line 2line 1

Meter ke-

Kedal

man (

cm)

Gambar 14. Grafik Hasil Pengukuran Kedalaman Pada Terumbu Karang Pulau

Panjang, Jepara

Kedalaman yang didapat di lokasi penelitian yaitu pada ekosistem lamun

berkisar antara 20 cm sampai dengan 1.57 meter. Kedalaman memiliki peran

terhadap masuknya penetrasi cahaya ke badan air. Apabila semakin semakin

dalam suatu perairan, makan semakin cepat pula penurunan intensitas cahaya

yang masuk ke badan air. Cahaya diperlukan oleh phytoplankton dan tumbuhan

air untuk berfotosintesis. Jadi, apabila semakin dalam suatu perairan maka

intensitas cahaya yang masuk juga akan berkurang dan penyebaran phytoplankton

dan tumbuhan juga akan berkurang.

Bagi teripang (sea cucumber), kedalaman mempengaruhi kelimpahan

organisme pada suatu perairan. Secara umum bulu babi dapat ditemukan di daerah

intertidal yang relatif dangkal dan jumlahnya akan semakin menurun apabila

kedalaman perairan tersebut semakin meningkat. Hal ini dikarenakan pada

perairan yang lebih dalam, bahan – bahan organik yang terkandung didalamnya

kurang melimpah, maka produktivitas perairan diatasnya juga berkurang,

sehingga kepadatan organismenya, termasuk teripang juga rendah (Azis, 1993).

Page 57: bulu babi pulau panjang

D. Kecerahan

Hasil pengukuran kedalaman yang di peroleh saat melaksanakan sampling di

lapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 17. Hasil Pengukuran Kedalaman Pada Lamun Pulau Panjang, Jepara.

tanggal meter line tanggal meter line 1 2 3 1 2 3

7/11/2013 0 TU TU TU16/11/2013 0 TU TU TU

5 TU TU TU 5 TU TU TU10 TU TU TU 10 TU TU TU15 TU TU TU 15 TU TU TU20 TU TU TU 20 TU TU TU25 TU TU TU 25 TU TU TU30 TU TU TU 30 TU TU TU35 TU TU TU 35 TU TU TU40 TU TU TU 40 TU TU TU45 TU TU TU 45 TU TU TU

50 TU TU TU 50 TU TU TU10/11/201

3 0 TU TU TU19/11/2013 0 TU TU TU

5 TU TU TU 5 TU TU TU10 TU TU TU 10 TU TU TU15 TU TU TU 15 TU TU TU20 TU TU TU 20 TU TU TU25 TU TU TU 25 TU TU TU30 TU TU TU 30 TU TU TU35 TU TU TU 35 TU TU TU40 TU TU TU 40 TU TU TU45 TU TU TU 45 TU TU TU

50 TU TU TU 50 TU TU TU

Lanjutan tabel

tanggal meter line 1 2 313/11/2013 0 TU TU TU

5 TU TU TU10 TU TU TU15 TU TU TU20 TU TU TU25 TU TU TU30 TU TU TU35 TU TU TU

Page 58: bulu babi pulau panjang

40 TU TU TU45 TU TU TU

50 TU TU TUSumber : Penelitian, 2013

Kecerahan yang didapat pada ekosistem lamun adalah tidak terukur ().

Hal ini berarti bahwa dasar perairan masih dapat terlihat dengan jelas dari

permukaan. Pernyataan ini diperkuat oleh Hutabarat dan Stewart (2000) yang

menyatakan bahwa pada perairan yang dalam dan jernih, proses fotosintesis dan

penetrasi cahaya hanya dapat sampai kedalaman sekitar 200 meter.

Menurut Ghufran et al., (2007), dengan mengetahui kecerahan suatu

perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan proses

asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang jernih, yang agak keruh, dan

yang paling keruh. Air tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih baik

untuk kehidupan biota perairan.

Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh besar namun secara tidak

langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-

tumbuhan yang menjadi sumber makanan serta penyedia oksigen bagi mereka.

Cahaya juga merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan

populasi hewan laut (Romimohtarto dan Juwana, 2009).

4.1.8. Kelimpahan teripang (sea cucumber)

Kelimpahan jenis Teriapang (sea cucumber) yang ditemukan pada lokasi

sampling tersaji pada Tabel berikut:

Tabel 17. Hasil Kelimpahan teripang (sea cucumber) Pulau Panjang, Jepara

no spesies ekosistemLamun Terumbu Karang

KI KR (%) KI KR (%)1 Holothuria atra 161 93.06 8 8.33

Page 59: bulu babi pulau panjang

2 Holothuria nobilis 12 6.94 88 91.67 Jumlah 173 96

Sumber : Penelitian 2013

4.2. Pembahasan

4.2.1. Jenis Lamun pada Daerah Perairan Pantai Pulau Panjang

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, didapatkan jenis lamun sebanyak 4

jenisadalahSyringodium isoetifolium, Halodule uninervis, Enhalus acoroides, dan

Thallassia hemprichii.

Persentase kerapatan lamun pada perairan Pulau Panjang, Jepara jenis

lamun yang mendominasi adalah jenis dari Thalassia hemprichiidanEnhalus

acoroides dengan hasil KR untuk Thalassia hemprichii42.47% dan untuk jenis

Enhalus acoroides38.79%, PR untuk Thalassia hemprichii39.62% dan untuk jenis

Enhalus acoroides37.99%, FR Thalassia hemprichii32.08% dan untuk jenis

Enhalus acoroides41.51%.

4.2.2. Penutupan karang

Persentase penutupan karang pada Pulau Panjang, Jepara didapatkan

jumlah karang Hidup, karang mati, pecahan karang, dan pasir dari total line 15000

cm yang terdiri dari; KH 78 cm, KM 6340 cm, PK 4609 cm, dan P 3973 cm

sehingga di dapatkan persentasenya untuk Karang hidup 0.52%, Karang mati

42.27%, Pecahan karang 30.73% dan Pasir 26.49%.Menurut Dahuri (2001), dari

nilai persentase penutupan karang hidup diatas termasuk ke dalam kategori karang

dengan kondisi baik yaitu berkisar antara 50 – 75 %. Kondisi penutupan terumbu

Page 60: bulu babi pulau panjang

karang ini dipengaruhi oleh panjang tutupan karang yang ditemukan di lokasi

penelitian. Kondisi penutupan karang yang masih baik memiliki nilai estetika

tinggi yang dapat dijadikan sebagai kawasan pariwisata, kegiatan penelitian, serta

sebagai ekosistem atau tempat hidup bagi banyak jenis-jenis ikan konsumsi yang

berekonomis tinggi.

Menurut Supriharyono (2007), terumbu karang dengan kondisi yang baik

juga akan memiliki produktivitas primer yang tinggi. Hal ini disebabkan karena

terumbu karang memiliki kemampuan untuk menahan nutrien yang masuk ke

dalam ekosistem tersebut serta karena adanya dukungan produksi dari sumber-

sumber lain, seperti phytoplankton, lamun, mikro dan makroalga.

4.2.3. Kelimpahan Teripang (sea cucumber)