bulletin e - pm.unpar.ac.idpm.unpar.ac.id/wp-content/uploads/magazines/e-bulletin-kastrat...umat...
TRANSCRIPT
Edisi Akhir Tahun November 2016e bulletinKAJIAN STRATEGISK A S T R A T
2016
U L A S P E R I S T I W A
2
2016 DAN EKONOMI
DIGITAL
3
POLITIK DAN
AGAMA
7KEKERASAN
SEKSUAL
8BANDUNG
MACET ∙ BANJIR
TESTIMONI DUA TAHUN JOKOWI-JK
SETENGAH PERIODE KASTRAT
Tim RedaksiKhairunnisa
M. Ibnu Haris
Rr. Getha F. Dianari
RESO
2 0 1 7, A P A
K A M U ?LUSI
Dire
ktor
atJe
nder
alK
ajia
nda
nA
ksiS
trat
egis
Kem
ente
rian
Luar
Neg
eri
Lem
baga
Kep
resi
dena
nM
ahas
isw
a16
/17
Edisi Akhir Tahun November 2016
02
DANPOLITIK AGAMAIndonesia merupakan negara hukum yang berdiri di atas nilai-nilai Pancasila. Kemajemukan suku, ras, dan
agama yang ada diantara masyarakat Indonesia tentu menjadikan negara ini semakin kaya akan budaya.
Semboyan “Bhinekka Tunggal Ika” sudah semestinya selalu menjadi pengingat bahwa kita adalah bangsa yang
beragam, namun tetap memiliki tujuan yang sama, seperti yang telah tercantum pada pembukaan UUD 1945
alinea 4. Tak bisa dipungkiri bahwa harapan tak selalu sesuai dengan realitas yang ada. Keberagaman yang
seharusnya dapat dikelola menjadi keharmonisan hidup bersama, justru menjadi bumbu perpecahan saat
segelintir oknum intoleran menganggap adanya perbedaan sebagai sebuah pertentangan. Padalah pada
hakikatnya berbeda bukan berarti bertentangan. Oleh karena itu sebagai masyarakat yang bijak, kita harus dapat
menyikapi segala perbedaan yang ada dengan baik demi tercapainya kerukunan dan kenyamanan hidup
bersama.
Negara kita merupakan salah satu negara yang keterkaitan antara agama dan politiknya cukup erat. Salah satu
faktor dominannya adalah kondisi masyarakat Indonesia sendiri yang mayoritas beragama muslim. Pandangan
umat islam terhadap pemerintahan itu sendiri menurut Charles Kurzman terbagi menjadi dua kelompok besar.
Kelompok pertama adalah kelompok islam fundamentalis yang menolak keras sekularisme (pemisahan antara
urusan negara dan agama) karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang telah diatur dalam
kitab suci. Kelompok pertama ini menganggap bahwa urusan agama dan negara adalah saling terkait karena
islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya tentang politik dan
pemerintahan.
Sementara kelompok yang kedua adalah kelompok islam liberalis yang menganggap bahwa pemisahan antara
urusan agama dan negara adalah suatu keharusan karena agama bersifat privat dan sakral sementara urusan
negara (politik) bersifat publik dan profan (duniawi). Perlu kita sadari bahwa Indonesia bukanlah negara teokrasi
dan bukan pula negara sekuler. Kita memiliki ideologi Pancasila yang menjadi pedoman untuk mencapai
ketentraman hidup berbangsa dan bernegara, salah satunya dalam praktik berdemokrasi. Agama bukan
selayaknya menjadi instrumen untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, melainkan untuk dipahami
nilai-nilainya sebagai amanat rakyat yang harus diperjuangkan.
2 0 1 7, A P A R E S O L U S I K A M U ?
KULIAH ORGANISASI SAHABAT HOBI
Edisi Akhir Tahun November 2016
03
2016DAN
EKONOMI
DIGITAL
Tahun 2016 merupakan momen bersejarah bagi
perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Sejak
Presiden Joko Widodo terpilih di penghujung tahun
2015, pemerintah telah menyatakan dan menunjukkan
komitmennya dalam mewujudkan Indonesia yang
berdaya saing di kancah global. Keinginan ini dibarengi
dengan upaya pemerintah terutama dalam
membangun infrastruktur konektivitas yang
menghabiskan setidaknya tiga ratus triliun dana APBN
setiap tahunnya, serta melibatkan BUMN dan investor-
investor swasta untuk mengatasi kurang lebih lima
puluh persen gap pembiayaan jika hanya berpangku
pada APBN. Pembangunan infrastruktur konektivitas
yang ditargetkan adalah sebanyak 101 proyek
berdasarkan Setkab dan KPS dalam Katadata.co
(2016), serta akan menghabiskan total biaya sebesar
Rp 4.796,2 triliun berdasarkan Kemenkeu RI (2016).
Infrastruktur konektivitas berupa jalan, bandar udara,
pelabuhan dan kereta api dapat menjadi modal utama
peningkatan daya saing negara karena
kemampuannya untuk mempermudah keterhubungan
aktivitas dan mobilitas ekonomi dan sumber daya antar
wilayah merupakan motor penggerak produktivitas.
Namun infrastruktur konektivitas bukanlah satu-
satunya hal yang dapat membuat peningkatan daya
saing tersebut terjadi, pengembangan internet dan
digitalisasi dalam bidang ekonomi khususnya pun
dapat menjalankan fungsi yang sama. Oleh karena itu,
pemerintahan Joko Widodo bertekad mewujudkan cita-
cita “Ekonomi Digital 2020” dan 2016 menjadi garis
start realisasi cita-cita tersebut.
Kunjungan Joko Widodo ke Silicon Valley, 17 Februari
2016 silam, membawakan oleh-oleh untuk tanah air.
Setelah kunjungannya ke kantor Facebook, Twitter,
Google dan Plug and Play tersebut, semangat untuk
membangun ekonomi berbasis digital di t a n a h a i r
semakin kentara. Upaya gencar yang tengah dilakukan
pemerintah saat ini adalah bekerjasama dengan
praktisi e-commerce dalam program 1000 startup.
Program ini diwujudkan melalui pengadaan inkubator
dan pengembangan jaringan mentor bagi para startup
Selain dari sisi kegiatan bisnis, pemerintah juga
memberikan dukungan kepada industri telekomunikasi
domestik untuk membangun infrastruktur internet
sebagai penunjang aktivitas bisnis e-commerce.
Fajrina (2015) melansir kabar bahwa tiga operator
besar Indonesia, yaitu Telkomsel, XL Axiata, dan
Indosat telah sepakat merealisasikan Google Project
Loon, yaitu balon pemancar koneksi internet yang
diterbangkan 20 kilometer di atas permukaan bumi
sehingga mampu menjangkau daerah-daerah terpencil
sekalipun. Meskipun banyak pihak yang menentang,
proyek ini tetap direalisasikan dan didukung oleh
pemerintah Indonesia untuk mewujudkan komitmen
pemerataan akses internet bagi seluruh masyarakat
yang diyakini merupakan kunci pertumbuhan
e-commerce.
Paket kebijakan ekonomi XIV yang diluncurkan
belakangan ini, 10 November 2016, juga sepenuhnya
mengacu pada roadmap pengembangan e-commerce
yang menjadi basis ekonomi digital Indonesia.
Terdapat delapan aspek regulasi utama dalam paket
kebijakan tersebut, yaitu berkaitan dengan pendanaan,
perpajakan, perlindungan konsumen, pendidikan dan
SDM, logistik, infrastruktur komunikasi, keamanan
siber (cyber security), dan pembentukan manajemen
pelaksana (Kemenko Bidang Perekonomian RI, 2016).
Kebijakan ini diharapkan dapat diimplementasi hingga
tataran operasi, tidak seperti paket-paket kebijakan
selama ini yang selalu dikritik karena tidak signifikan
berimbas pada pembangunan ekonomi yang diiming-
imingi.
Edisi Akhir Tahun November 2016
04
PERINGATAN SUMPAH PEMUDA
M U D A B E S T A R IPeringatan Sumpah Pemuda (Persada) merupakan acara tahunan Lembaga Kepresidenan Mahasiswa Universitas
Katolik Parahyangan yang pada tahun ini pelaksanaannya berada di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Kajian
dan Aksi Strategis. Persada tahun ini mengusung tema “Muda Bestari”, berarti pemuda memiliki pengetahuan luas
serta bijaksana dalam mengamalkan nilai sumpah pemuda. Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk
memperingati hari sumpah pemuda, menumbuhkan kembali semangat sumpah pemuda di lingkungan kampus,
memotivasi serta menginspirasi mahasiswa UNPAR dalam mewujudkan nilai-nilai sumpah pemuda melalui
kegiatan-kegiatan positif yang relevan dengan realita pemuda saat ini. Rangkaian acara diawali dengan parade,
membagi-bagikan stiker dan orasi kepemudaan di kampus UNPAR pada tanggal 27 Oktober 2016. Rangkaian
acara berikutnya adalah talkshow yang diadakan tepat pada hari sumpah pemuda, 28 Oktober 2016. Talkshow ini
dihadiri oleh pemuda-pemuda inspiratif sebagai pembicara diantaranya Atalia Kamil, Maruarar Sirait, Nila Tanzil,
Rezha Bayu, dan Priston Sagala. Di rangkaian acara terakhir, yaitu pada tanggal 30 Oktober 2016, Persada
mempersembahkan pertunjukan mural di Bawah Jalan Layang Pasupati, Dago, oleh tim Arsitek UNPAR di bawah
koordinasi Gita Sulistiyo. Acara ini juga diramaikan dengan open mic dan atraksi komunitas-komunitas Bandung
seperti Crescendo, Bandung Street Dance Community, Bike to Campus, IGers Society Bandung, dan Pensil
Kertas.
S E T E N G A H P E R I
3 X T E R B I T
S U D A H
E-bulletin merupakan produk baru Lembaga Kepresidenan Mahasiswa UNPAR yang diinisiasi oleh Direktorat
Jenderal Kajian dan Aksi Strategis. E-bulletin adalah kumpulan artikel yang mengulas peristiwa-peristiwa
bertepatan dengan momentum tertentu sesuai dengan edisi yang diluncurkan. E-bulletin dapat diunduh secara
online melalui web site PM UNPAR (pm.unpar.ac.id). Dalam setengah periode ini sudah terdapat tiga kali
pengunggahan E-bulletin, yaitu Edisi Lebaran Juli 2016, Edisi Kemerdekaan Agustus 2016, dan Edisi Akhir Tahun
November 2016. E-bulletin diharapkan dapat bermanfaat sebagai penambah wawasan dan memberikan informasi-
informasi yang semakin inspiratif, khususnya bagi mahasiswa UNPAR.
Edisi Akhir Tahun November 2016
05
O D E K A S T R A T
TEMU
TOKOH
I N D O N E S I AG O E S
D I G I T A L
Temu Tokoh merupakan acara seminar dan forum diskusi yang outputnya akan dikemas dalam bentuk karya tulis
dan disampaikan kepada DPR-RI sebagai bentuk aspirasi mahasiswa. Seminar dan forum diskusi Temu Tokoh
diselenggarakan pada 12 November 2016 di Sheo Hotel Ciumbuleuit. Dengan mengundang tiga pembicara, yang
pertama yaitu Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat sebagai Guru Besar Institut Teknologi Bandung dan
penggagas smart city di Indonesia. Beliau memaparkan tentang bagaimana smart city bisa diwujudkan di
Indonesia untuk pembangunan yang berkelanjutan. Pembicara kedua adalah Dr. Anton Gustoni, M.Si., sebagai
Kepala Diskominfo Jawa Barat. Beliau memaparkan bagaimana digitalisasi menjangkau sektor pemerintahan serta
berbagai manfaat yang diperoleh dari adanya digitalisasi ini. Pembicara ketiga adalah Arif R. Prasetyo sebagai
Head of Customer Satisfaction Bukalapak. Beliau menjelaskan bagaimana peran digitalisasi dalam merangsang
pertumbuhan bisnis startup di Indonesia, serta bagaimana Bukalapak mewadahi para startup bisnis tersebut.
BINCANG KITA HARI INI merupakan salah satu fungsional
Direktorat Jenderal Kajian dan Aksi Strategis LKM UNPAR yang telah
dilaksanakan dua kali dalam setengah periode ini. Bentuk acara Bincang Kita
Hari Ini adalah diskusi antara moderator atau pembicara dengan mahasiswa
tentang suatu isu krusial yang tengah terjadi di masyarakat. Tujuan diadakannya
acara ini adalah membangun kepekaan dan sikap kritis mahasiswa. Isu yang
diangkat pada Bincang Kita Hari Ini pertama, tanggal 29 Agustus 2016, adalah
mengenai wacana kenaikan harga rokok menjadi lima puluh ribu rupiah, juga
berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan
(HMPSEP). Sedangkan pada Bincang Kita Hari Ini kedua, tanggal 20
September 2016, kemacetan Bandung menjadi isu terpilih yang menitikberatkan
pada tata kelola infrastruktur kota. Dalam pembahasan kemacetan Bandung,
Drs. M. Ishak Somantri, MSP dihadirkan sebagai pembicara untuk memaparkan
faktor-faktor penyebab kemacetan di Kota Bandung, dampak-dampak yang
ditimbulkan dari persoalan kemacetan yang terjadi, upaya yang tengah
dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam mengatasi kemacetan, serta solusi
yang tepat dapat diusulkan. Bertepatan dengan HUT Kota Bandung ke-206,
kajian lanjutan diskusi Bincang Kita Hari Ini mengenai kemacetan Bandung
dikirimkan ke Pemerintah Kota Bandung pada tanggal 30 September 2016.
Edisi Akhir Tahun November 2016
06
Pemilu presiden dua tahun silam yang memenangkan pasangan Jokowi-JK seolah memberikan gambaran seperti
apa pemimpin ideal yang saat ini diinginkan rakyat. Jokowi mewakili sosok pemimpin yang jujur, sederhana, mau
berbaur, banyak bekerja bukan bicara. Sosok Jokowi tersebut menjadi salah satu bekal pemerintah dalam
membangun kepercayaan publik. Sarwanto (2016) melalui hasil survei SMRC menunjukkan bahwa terus ada
peningkatan kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo sebesar 41%
pada tahun 2015 dan 59% pada tahun 2016, lebih tinggi dibandingkan masa pemerintahan SBY.
Revolusi mental, reformasi struktural
Revolusi mental menjadi sebuah slogan yang populer pada masa awal kepemimpinan Jokowi. Pemerintah
mengawali realisasi slogan tersebut dengan melakukan perubahan struktural yang kurang lebih tercermin pada
pengelolaan APBN Kabinet Kerja di tahun 2015. Terdapat perubahan paradigma pengelolaan keuangan negara
dengan mengalihkan sebagian belanja yang bersifat konsumtif menjadi produktif melalui subsidi energi dan belanja
kementerian negara/lembaga. Pemerintah begitu percaya diri melepas BBM ke mekanisme pasar, mencabut
subsidi BBM untuk kemudian penyaluran dana dialihkan ke infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan bantuan-
bantuan sosial. Kinerja birokrat juga dibuat lebih produktif dengan mengalokasikan dana-dana rapat atau pesta ke
pembangunan, juga bekerja lebih cepat dan transparan lewat e-government.
Membangun ekonomi dari akar, pertumbuhan ekonomi tetap mandek
Tak dipungkiri bahwa pembangunan yang dimulai dari perbaikan infrastruktur adalah sebuah tindakan yang cermat.
Benar adanya bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya (alam, manusia dan budaya), hanya
saja kendala yang terjadi selama ini sumber daya tersebut belum bisa dieksplor atau dikelola dengan optimal
menjadi nilai tambah. Salah satu penyebabnya adalah karena budaya perekonomian yang terbentuk selama ini
memusat di Pulau Jawa, serta terdapat indikasi ketidakmampuan manajemen daerah dan asymmetric information.
Oleh karena itu, membuat Indonesia menjadi satu merupakan sebuah kunci, bukan hanya untuk memeratakan
pembangunan, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan membuka pundi-pundi pendapatan
baru sehingga dapat mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat.
Lantas, mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia malah cenderung kendur kala Jokowi memimpin? Sampai akhir
tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menyentuh angka 4.8% (World Bank, 2016). Meskipun kuartal
dua tahun ini pertumbuhan ekonomi tumbuh menjadi 5.18% (BBC, 2016), pertumbuhan tersebut masih belum bisa
dikatakan seagresif kala SBY menjabat yang seringkali ditutup dengan 6% sebagai digit pertama. Pertumbuhan
ekonomi yang mandek di masa Jokowi tidak terlepas dari pelemahan ekonomi global yang akhirnya turut
mempengaruhi perekonomian nasional. Namun demikian, kerentanan ini tetap harus dianggap sebagai celah kritik
terhadap kinerja pemerintah, yaitu ketidakberhasilan dalam membangun perekonomian yang mandiri.
Kemandirian bukan berarti melepas interdependensi atau integrasi ekonomi yang selama ini sudah terjalin dalam
lingkup global, melainkan bagaimana masyarakat bisa memanfaatkan kreatifitasnya untuk membangun sektor-
sektor ekonomi mikro hingga besar sehingga dapat menciptakan nilai tambah (nilai jual) semaksimal mungkin atas
sumber daya yang diperoleh dari negeri sendiri. Sedangkan kecenderungan yang terjadi hingga saat ini adalah
produsen dalam negeri hanya menjual barang mentah atau setengah jadi tanpa basis pengolahan. Oleh karena itu,
ketika perekonomian global dihadapkan pada penurunan harga komoditas, Indonesia menjadi salah satu negara
yang paling terkena imbas.
Tugas Jokowi-JK, tugas kita
Selain pembangunan ekonomi, isu-isu sosial pun masih kerap melingkupi masyarakat selama dua tahun Jokowi-JK
menjabat, sekaligus menjadi catatan merah bagi pemerintah. Isu yang dimaksud merujuk pada kekerasan seksual,
kriminalitas (pembunuhan, penculikan dan pembegalan), perang ideologi dan agama, kemiskinan, dan HAM.
Persoalan ini tidak terlepas dari lemahnya penegakan hukum yang menjadi celah bagi penyimpangan-
penyimpangan sosial. Lemahnya penegakan hukum ini didukung oleh survei Litbang Kompas (2016) yang
menunjukkan bahwa kepuasan masyarakat di bidang penegakan hukum hanya sebesar 50.9%.
Tugas Jokowi-JK untuk membangun Indonesia adalah tugas kita bersama sebagai bangsa. Jika mahasiswa
menyadari hal ini, maka mahasiswa seyogyanya tidak hanya mempelajari teori atau realita di atas kertas, tetapi
juga mulai bertanya, “Apa peran yang bisa saya berikan?”. Saat ini mahasiswa dapat menjalankan perannya
sebagai kontrol sosial, tekun dan bersemangat mengembangkan potensi, serta cermat memanfaatkan peluang.
Oleh karenanya, kemudian hari Indonesia dapat maju karena memiliki banyak sumber daya manusia berkualitas.
TESTIMONI DUA TAHUN JOKOWI-JK
Edisi Akhir Tahun November 2016
07
Merebaknya kasuskekerasan seksualdi Indonesia
Miris rasanya melihat Indonesia sebagai negara
yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
budaya ketimuran masih diliputi oleh isu
kekerasan seksual. Sepanjang tahun 2016, ada
dua kasus yang paling menggegerkan
masyarakat tanah air. Kasus yang pertama
adalah kasus pemerkosaan serta pembunuhan
Yuyun, seorang siswi SMP yang dicabuli
bergiliran hingga tewas oleh 14 pria yang sedang
mabuk. Parahnya lagi, diketahui bahwa beberapa
pelaku yang memerkosanya adalah remaja yang
masih di bawah umur. Tidak lama setelah adanya
kasus Yuyun, Indonesia kembali digegerkan
dengan kasus pemerkosaan dan pembunuhan
Eno Parinah yang dilakukan secara keji. Eno
diperkosa lalu dibunuh dengan cara yang sangat
biadab, yaitu dengan dimasukkan gagang
cangkul secara paksa ke dalam kemaluannya.
Tidak heran, kedua kasus ini menjadi dua kasus
kekerasan seksual yang paling menggegerkan
sepanjang 2016 karena dinilai sudah terlampau
jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Kekerasan seksual cukup erat kaitannya dengan
isu kesetaraan gender dan hal ini cukup menarik
untuk dibahas. Ketika kita mendengar isu
kekerasan seksual, hal yang selalu terlintas di
pikiran kita terkait dengan objek kekerasan
seksual adalah wanita walaupun pada realitasnya
tak menutup kemungkinan bahwa kekerasan
seksual ini dapat terjadi pula pada pria. Kendati
demikian, wanita lah yang pada umumnya
menjadi korban kekerasan seksual. Hal ini
disebabkan oleh sifat pria yang biasanya merasa
lebih dominan dan memegang control terhadap
wanita sehingga sering kali wanita berada pada
posisi yang lemah dan tidak dapat melakukan
perlawanan.
Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan)
membagi kasus kekerasan seksual ini dalam tiga ranah,
yaitu ranah personal, publik, dan negara. Menurut data yang
dirilis oleh website Komnas Perempuan dalam Lembar Fakta
CATAHU (Catatan Tahunan) 2015-2016, tren kasus
kekerasan seksual pada ranah personal dan komunitas
cenderung meningkat secara signifikan. Dalam ranah
personal, jumlah kasus kekerasan seksual meningkat dari
2274 kasus menjadi 3325 kasus. Dalam ranah publik, kasus
kekerasan seksual meningkat dari 2161 kasus menjadi 3051
kasus. Sungguh menyedihkan melihat bangsa Indonesia
masih mengalami permasalahan sosial semacam ini. Nilai-
nilai luhur terkait moral dan kemanusiaan yang telah
dirumuskan oleh para pejuang ternyata masih belum dapat
meresap ke dalam jiwa-jiwa penerus bangsa. Pemahaman
mengenai kesetaraan gender dan pendidikan karakter
(moral) sudah semestinya diajarkan sejak dini untuk
mencegah dan mengurangi tindak kekerasan seksual di
masa yang akan datang. Semoga kedepannya pemerintah
dan masyarakat bisa saling berkolaborasi dalam upaya
pencegahan, penanganan, serta penghapusan segala
bentuk kekerasan seksual di Indonesia.
BANDUNGBANJIR ∙ MACET
Edisi Akhir Tahun November 2016
08
Diketahui pada tanggal 24 Oktober 2016 di Bandung
pada siang hari terjadi hujan lebat selama kurang lebih
2 jam. Berbeda dengan hujan serupa sebelumnya, kali
itu berdampak sangat luas terhadap kota Bandung,
khususnya di daerah-daerah yang dialiri oleh sungai
Citepus. Pada saat itu sungai Citepus mengalami
peluapan dikarenakan kelebihan debit air yang
ditampung, menyebabkan air yang tidak tertampung
pun melimpas ke jalan raya. Terhitung di beberapa titik
terjadi banjir, namun yang terparah yaitu di daerah
Pasteur dan Pagarsih. Bahkan di Pagarsih jalanan
pun terlihat seperti sungai, dikarenakan genangan air
bergerak membawa apa saja yang dilewatinya. Banjir
tersebut merupakan bukti betapa rusaknya kawasan
Bandung Utara. Daerah yang seharusnya menjadi
resapan air telah beralih fungsi menjadi bangunan-
bangunan akibat banyaknya pembangunan
penginapan maupun villa di kawasan Bandung Utara.
LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat
menyebut, alih fungsi lahan di Kawasan Bandung
Utara seluas 3000 hektar adalah penyebab banjir ini.
Terjadinya genangan air di depan BTC yaitu
dikarenakan penampang saluran di kedua sisi
sepanjang jalan Pasteur tidak mampu menampung
debit air yang didapat dari sungai Citepus. Sehingga
air pun meluap ke luar saluran dan menggenangi Jalan
Pasteur tepat di depan Mall BTC. Genangan tersebut
menyebabkan kendaraan dari arah kota Bandung dan
menuju Kota Bandung tidak bisa lewat. Dampak yang
ditimbulkan yaitu mobil maupun motor tidak bisa
melewati Jalan Pasteur sehingga Jalan Pasteur pun
macet total. Karena Jalan Pasteur merupakan pintu
masuk dan keluarnya kendaraan menuju Bandung
maupun keluar Bandung, otomatis jalan lainnya seperti
Jalan Sukajadi, Pasoepati, Pasir Kaliki, juga pintu Tol
Pasteur mengalami kemacetan sehingga hampir
seluruh Kota Bandung macet total.
Setelah kejadian tersebut Ridwan Kamil selaku
walikota meminta maaf kepada warganya dan segera
mewacanakan pembangunan tol air. Tol air yang
dimaksud ialah perbaikan gorong-gorong air yang
targetnya telah rampung di seluruh Bandung pada
Desember 2016. Sebanyak kurang lebih 80 pekerja
dikerahkan 24 jam nonstop agar proyek infrastruktur ini
selesai sesuai dengan target. “Untuk tol air di titik
tersebut (Pasteur) akan kami pasang pipa sepanjang
50 meter dengan menggunakan pompa pendorong
air,” tutur Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kota Bandung Agoes Sjafroedin, Kamis (17/11/2016).
Sistem kerja tol air adalah dengan menarik air yang
tumpah ke jalan, dikembalikan ke sungai, untuk
dialirkan ke hilir. Sebagai percontohan, tol air sudah
ada yang dibangun di kawasan Gedebage. Menurut
warga Gedebage, kalau biasanya genangan banjir
baru hilang dalam setengah hari, sejak ada tol air bisa
surut dalam 2 jam. Memang belum bisa sepenuhnya
mengatasi banjir, tetapi bisa lebih cepat mengurangi
genangan. Sementara itu, Pemerintah Kota Bandung
menyiapkan anggaran sebesar Rp 300 miliar untuk
penanggulangan bencana. Untuk mengatasi banjir di
Kota Bandung, pada 2017 nanti Pemkot Bandung akan
membangun 5 titik danau resapan diantaranya di Jalan
Bima, Sirnaraga, Pasar Gedebage, Masjid Terapung
Gedebage dan di Babakan Jeruk. Untuk pembangunan
danau resapan ini menurut Ridwan Kamil tidak akan
berjalan cepat, perlu setidaknya waktu 4 tahun untuk
menyelesaikannya sehingga saat ini pembangunan
difokuskan untuk gorong-gorong air terlebih dahulu.