bulletin 78 april 2007

8
Jakarta Information Center Edisi April 2007 Bulletin ini diterbitkan untuk menggalang kembali rasa persau- daraan (brotherhood) sesama teman seangkatan, bukan untuk tujuan-tujuan lain. Sebagian atau seluruh isi buletin ini dapat dikutip/ diperbanyak atau dibagikan kepada Purna Paskibraka angkatan lain bila dianggap perlu. Harapan kami, buletin sederhana ini juga dapat menjadi media komunikasi antar Purna Paskibraka meski ruang gerak dan edarnya sangat terbatas. Paling tidak, bisa menjadi salah satu alternatif se- belum ada media komunikasi lain yang memungkinkan. Dikelola oleh Purna Paskibraka 1978 yang ada di Jadebotabek: !Budihardjo Winarno (Yogya) !Syaiful Azram (Sumut) !Arita Patriana Sudradjat (Jabar) ! Sonny Jwarson Parahiyanto (Jatim) ! Tatiana Shinta Insamodra (Lampung) ! Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar) ! Saraswati (Jakarta) ! Amir Mansur (Jakarta) ! I Gde Amithaba (Bali) ! Sambusir (Sumsel) ! Budi Saddewo (Jateng) ! Halidja Husein (Maluku) !Yadi Mulyadi (Jabar) ! M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra) ! Surat-surat/tulisan dapat dialamatkan ke: SYAIFUL AZRAM, Pondok Tirta Mandala (Tahap V) Blok E4 No. 1 Depok 16415, atau Budi Winarno, Gema Pesona AM-7, Jl. Tole Iskandar 45, Depok 16412, atau SMS ke 0818866130. email: [email protected]. Tahun Depan Kita Berusia 30 Tahun M aksudnya 30 tahun bukanlah usia kita, karena itu sama sekali tidak tergambar kalau berdiri di depan cermin. Semuanya sudah ”kepala 4” bahkan satu dua sudah me- nyentuh angka lima. Tahun 2008 adalah peringatan ulang tahun ke-30 angkatan kita, Paskibraka 1978. Begitu tuakah? Itulah realitas yang harus kita hadapi. Sentakan kaget datang serta-merta ketika Kak Dharminto meng- ingatkan, ”Di ulang tahun kalian yang ke-30 dan ulang tahun Paskibraka ke-40, kalian mau bikin apa?” Pertanyaan tak terjawab itulah yang kemudian mendorong kami di Jakarta berkumpul dan mencari jawaban. Pertama di Sari Kuring Senayan pada 16 Maret dan kedua di kediaman Tatiana pada 1 April 2007. Dengan diskusi tentang kondisi ke-Paskibraka-an dan ke-Purna- Paskibraka-an saat ini sebagai latar belakang, kami pun mencoba mengambil langkah ke depan dengan sejumlah agenda. Tentu saja, tak akan meninggalkan kalian yang kebetulan tidak berada di Ibukota. Mau Reuni lagi? Boleh-boleh saja, nanti kita atur agar bisa bertemu seperti 13 tahun yang lalu, Agustus 1994. Yang jelas, dengan berbekal pengalaman hidup hampir tiga dekade, para Purna Paskibraka 1978 diyakini telah dapat mengendapkan dan Selain di Sari Kuring, 16 Maret 2007, Paskibraka 1978 juga melanjutkan bincang-bincang pada 1 April 2007 di kediaman Tetty. Hadir pula Kak Trisno dan Kak Merry yang selalu ”nyambung” dengan pembicaraan kita. Berdiri dari kiri: Budiharjo Winarno, Syaiful ”Opul” Azram, Tatiana ”Tetty” Shinta, Saraswati, M. Ilham Rauf dan Sonny Jwarson. Duduk: Yadi Mulyadi, Kak Trisno, Kak Merry dan Chelly Urai. mengambil saripati dari apa yang diperoleh sewaktu latihan. Simulasi ”permainan” di Desa Bahagia telah dihadapi di dunia nyata dan kita menjadi tahu, betapa menjadi manusia baik itu teramat sulit. Yang gampang adalah ”senang melihat orang susah” dan ”susah melihat orang senang”. Dari pengendapan itu jugalah, kami kini lebih senang melihat ke depan, meski sebagian besar Purna Paskibraka masih senang melihat ke belakang dan saling menyalahkan satu sama lain. Sampai akhirnya, ada berita baik yang didapatkan dari mantan pelatih kita, Kak Sutrisno. Bersama istrinya, Kak Merry (Paskibraka 1972), dengan lapang dada ia memfasilitasi sebuah forum informal lintas angkatan. Sebuah pertemuan Purna Paskibraka yang isinya lebih mengarah pada ”pemikiran” dan ”pencerahan” telah dimulai 18 Maret lalu dan akan diteruskan di masa mendatang. Kita mengharapkan forum itu dapat diterjemahkan oleh seluruh Purna Paskibraka sebagai langkah positif yang akan mencairkan kebekuan, bukan dengan ”prasangka”. Paskibraka 1978 akan tetap aktif menjadi bagian dari forum itu, dengan harapan ada rencana yang nantinya satu arah dengan agenda kita. Tujuannya hanya satu: bagaimana agar pembinaan Paskibraka dan Purna Paskibraka lebih baik di masa datang. (Syaiful Azram)

Upload: imam-susanto

Post on 13-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Bulletin 78 April 2007

TRANSCRIPT

  • Jakarta Information Center Edisi April 2007

    Bulletin ini diterbitkan untuk menggalang kembali rasa persau-daraan (brotherhood) sesama teman seangkatan, bukan untuktujuan-tujuan lain. Sebagian atau seluruh isi buletin ini dapat dikutip/diperbanyak atau dibagikan kepada Purna Paskibraka angkatan lainbila dianggap perlu.

    Harapan kami, buletin sederhana ini juga dapat menjadi mediakomunikasi antar Purna Paskibraka meski ruang gerak dan edarnyasangat terbatas. Paling tidak, bisa menjadi salah satu alternatif se-belum ada media komunikasi lain yang memungkinkan.

    Dikelola oleh Purna Paskibraka 1978 yang ada di Jadebotabek:! Budihardjo Winarno (Yogya) ! Syaiful Azram (Sumut) ! Arita Patriana

    Sudradjat (Jabar) ! Sonny Jwarson Parahiyanto (Jatim) ! TatianaShinta Insamodra (Lampung) ! Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar) !Saraswati (Jakarta) ! Amir Mansur (Jakarta) ! I Gde Amithaba (Bali)! Sambusir (Sumsel) ! Budi Saddewo (Jateng) ! Halidja Husein(Maluku) ! Yadi Mulyadi (Jabar) ! M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra) !

    Surat-surat/tulisan dapat dialamatkan ke:SYAIFUL AZRAM, Pondok Tirta Mandala (Tahap V) Blok E4No. 1 Depok 16415, atau Budi Winarno, Gema Pesona AM-7,Jl. Tole Iskandar 45, Depok 16412, atau SMS ke 0818866130.email: [email protected].

    Tahun Depan Kita Berusia 30 TahunM aksudnya 30 tahun bukanlah usia kita, karena itu samasekali tidak tergambar kalau berdiri di depan cermin.Semuanya sudah kepala 4 bahkan satu dua sudah me-nyentuh angka lima. Tahun 2008 adalah peringatan ulang tahun ke-30angkatan kita, Paskibraka 1978. Begitu tuakah? Itulah realitas yangharus kita hadapi.

    Sentakan kaget datang serta-merta ketika Kak Dharminto meng-ingatkan, Di ulang tahun kalian yang ke-30 dan ulang tahun Paskibrakake-40, kalian mau bikin apa? Pertanyaan tak terjawab itulah yangkemudian mendorong kami di Jakarta berkumpul dan mencari jawaban.Pertama di Sari Kuring Senayan pada 16 Maret dan kedua di kediamanTatiana pada 1 April 2007.

    Dengan diskusi tentang kondisi ke-Paskibraka-an dan ke-Purna-Paskibraka-an saat ini sebagai latar belakang, kami pun mencobamengambil langkah ke depan dengan sejumlah agenda. Tentu saja,tak akan meninggalkan kalian yang kebetulan tidak berada di Ibukota.Mau Reuni lagi? Boleh-boleh saja, nanti kita atur agar bisa bertemuseperti 13 tahun yang lalu, Agustus 1994.

    Yang jelas, dengan berbekal pengalaman hidup hampir tiga dekade,para Purna Paskibraka 1978 diyakini telah dapat mengendapkan dan

    Selain di Sari Kuring, 16 Maret 2007, Paskibraka 1978 juga melanjutkan bincang-bincang pada 1 April 2007 di kediaman Tetty. Hadir pulaKak Trisno dan Kak Merry yang selalu nyambung dengan pembicaraan kita. Berdiri dari kiri: Budiharjo Winarno, Syaiful Opul Azram,Tatiana Tetty Shinta, Saraswati, M. Ilham Rauf dan Sonny Jwarson. Duduk: Yadi Mulyadi, Kak Trisno, Kak Merry dan Chelly Urai.

    mengambil saripati dari apa yang diperoleh sewaktu latihan. Simulasipermainan di Desa Bahagia telah dihadapi di dunia nyata dan kitamenjadi tahu, betapa menjadi manusia baik itu teramat sulit. Yanggampang adalah senang melihat orang susah dan susah melihatorang senang.

    Dari pengendapan itu jugalah, kami kini lebih senang melihat kedepan, meski sebagian besar Purna Paskibraka masih senang melihatke belakang dan saling menyalahkan satu sama lain. Sampai akhirnya,ada berita baik yang didapatkan dari mantan pelatih kita, Kak Sutrisno.Bersama istrinya, Kak Merry (Paskibraka 1972), dengan lapang dadaia memfasilitasi sebuah forum informal lintas angkatan.

    Sebuah pertemuan Purna Paskibraka yang isinya lebih mengarahpada pemikiran dan pencerahan telah dimulai 18 Maret lalu danakan diteruskan di masa mendatang. Kita mengharapkan forum itudapat diterjemahkan oleh seluruh Purna Paskibraka sebagai langkahpositif yang akan mencairkan kebekuan, bukan dengan prasangka.

    Paskibraka 1978 akan tetap aktif menjadi bagian dari forum itu,dengan harapan ada rencana yang nantinya satu arah dengan agendakita. Tujuannya hanya satu: bagaimana agar pembinaan Paskibrakadan Purna Paskibraka lebih baik di masa datang. (Syaiful Azram)

  • Bulletin Paskibraka 78

    2 Edisi April 2007

    S iang itu HP-ku berdering, ada SMSmasuk. Saat kubuka tertulis:selamat siang bu chelly sayang,apa kabar?

    Tak terdaftar dalam phonebook, tapiperasaan nomor pengirimnya kukenal.Lantaran penasaran, kujawab lagi denganSMS, ini siapa ya...

    Eh, bukannya memperkenalkan diri,malah dijawab ngawur, ibu mau menge-rahkan massa untuk kampanya nanti?perlu berapa orang bu?

    Edan, pikirku, memang siapa yangbutuh massa. Aku lalu menebak-nebak,siapa yang punya kebiasaan seperti itu.Tebakanku berakhir pada seseorang yanghampir 10 tahun tidak ketahuan rimbanya,meski sedikit dengan rasa kurang yakin.Kontan ku-SMS lagi, ini kangmas... ya.Dan, tak lama kemudian jawabannyadatang, masih hiduuuppp ya...

    Dugaanku benar, SMS itu dari BudiharjoWinarno, si ireng dari Yogya. Langsungsaja aku angkat telepon, Apa kabar? Kemana aja kamu, terus sekarang di mana?Pertanyaanku nyerocos ke sana ke maridan selalu dijawab dengan haha... hihi...Agak kesal rasanya, tapi lega bisa men-dengar suaranya yang lama tak terdengar

    Bang, SMS Siapa Ini Bang...sejak ia menghilang dari peredaran.

    Sejak itulah kami kadang-kadang SMS-an atau telepon, cerita tentang zamandahulu kala. Dan, akhir Februari lalu, akumenerima SMS dari Budi yang isinya: buchelly dan teman-teman 78 dapat salamdari kak darminto, beliau mengingatkanbahwa tahun 2008 adalah 30 tahun paski-braka 78, trus diusia yang ke-30 itu maungadain apa??

    Masya Allah, apa benar sudah 30 tahun?Kok lama sekali, padahal rasanya barukemarin kami mengadakan reuni (tahun1994, red), ternyata sudah 13 tahun lalu.

    Aku lalu forward SMS ke Budi dan teman-teman 78. Sonny langsung menyambarkesempatan itu dengan mengajak bertemudi Sari Kuring pada hari Jumat 16 Maret2007 sehabis pulang kantor.

    Akhirnya setelah hampir 12 tahun, akukembali bertemu dengan kangmasku tersa-yang dan lima teman yang lain. Budi tetaptidak berubah. Dia masih sering bertemudengan adik-adik Paskibraka melalui mailist(mailing list) [email protected] dan berbagi penga-laman. Tapi yang paling sering, ya ketemudengan Opul (Syaiful Azram), karenamereka bertetangga di Depok. (Chelly)

    S aat tiba di Sari Kuring, saya melihat KakTrisno dan Kak Merry sudah datang.Saya langsung mendatangi mereka dansegera terlibat obrolan seru karena sudahlama tidak bertemu.

    Saya lalu cerita tentang mailist [email protected] yangternyata banyak peminatnya. Sampai-sampai,ada seorang anak SMP ingin mendaftarmenjadi anggota mailist karena bercita-citamenjadi seorang Paskibraka.

    Sejak awal, saya sudah berusaha melu-ruskan bahwa mailist tersebut hanya untukmereka yang pernah menjadi anggota Pas-kibraka dan tidak terbuka untuk umum. Tapiujug-ujug, ada Purna Paskibraka yang me-nanggapi dengan sangat positif dan mendu-kung keinginan anak SMP itu menjadi anggotamailist, karena dianggap mempunyai jiwakebangsaan yang tinggi.

    Kak Tris dan Kak Merry cuma tertawa dangeleng-geleng kepala. Apa nggak salah tuhkakak-kakak yang mendukung orang luarmenjadi anggota. Dasarnya kan dari alumni.Jangan-jangan si anak nanti bilang sudah jadiPaskibraka karena masuk mailist.

    Pembicaraan lalu berkisar soal salah tafsiryang menurut Kak Tris kurang disadari olehsebagian Purna Paskibraka. Adik-adik yangtidak berhasil sehingga hanya bertugas didaerah dan tidak menjadi Paskibraka di tingkatnasional harusnya bisa menyadari dan me-nerima bahwa ada perbedaan antara merekadengan alumni Paskibraka yang bertugas diIstana. Jadi bukan persoalan ada kelompokeksklusif atau tidak, paparnya.

    Ucapan Kak Tris sekaligus menepis ang-gapan bahwa Paskibraka ada di mana-manadan sama saja, jadi Purna Paskibraka manasaja boleh menjalankan organisasinya menurutkehendak sendiri, sehingga PPI pun sekarangmirip organisasi massa.

    Sebagai ilustrasi Kak Tris mengatakanbahwa ada sebagian Purna yang memintanyamenjadi Ketua Umum PPI. Ya nggak bisa. Sayacuma mantan Danpas dan pelatih. Kalau sayapeduli atau hadir dalam acara Paskibraka, sayahanya mendukung istri saya, Kak Merry yangPurna Paskibraka. Beda dengan Kak AlbertIngkiriwang yang mantan pelatih, tapi jugaPurna Paskibraka, tegasnya.

    Kesadaran seperti Kak Trisno ungkapkanitu, setidaknya bisa menjadikan seorang PurnaPaskibraka (nasional atau daerah) mengertidan waspada sehingga potensinya tidak di-tunggangi untuk maksud-maksud tertentu.Pengalaman membuktikan, bahwa selama iniada di antara kita yang tega memanfaatkansesamanya untuk kepentingan pribadi, menge-jar jabatan atau fasilitas. Setelah semuanyatercapai, yang ada hanya ucapan pendek,Selamat tinggal, Paskibraka!

    Dalam setiap perbincangan, Kak Tris selalumemberikan pertanyaan menantang, SelainPaskibraka Nasional yang dilatih dalam GladianSentra Nasional, apakah bisa dan pantas dise-but Purna Paskibraka? Jawabannya ada pa-da kita semua!! (budi winarno)

    KesadaranSeorang Alumni

    Peduli pada yang Tak BeruntungA da yang terasa lain ketika kami ber-temu pada Jumat sore, 16 Maret,di Sari Kuring Senayan. Sebuah aca-ra sekadar kangen-kangenan yang tadinyaakan dihadiri oleh 15 orang Paskibraka 1978.Tapi ternyata memang sulit, karena yang bisadatang hanya 6 orang (Budi Winarno, AmirMansur, Tatiana Tetty Shinta, Chelly Urai,Sonny Jwarson dan Syaiful Opul Azram).

    Yang berbeda tentu saja kehadiran mantanpelatih kita Kak Trisno (Danpas 1977) danistrinya Kak Mery (Paskibraka 1972). Sejakdulu Kak Tris dan Kak Merry punya perhatianlebih pada kita. Berkali-kali, mereka menerimakita untuk berbincang masalah Paskibrakaketika masih tinggal di Halim Perdanakusuma.Kini, setelah pensiun dan masih punya berba-gai kegiatan, terutama kegiatan sosial, kedua-nya masih mau datang ketika kita undang.

    Hidup jangan dibuat jadi sulit. Itu barangkalifilsafat yang kini paling dipegang Kak Tris.Menjalani masa pensiun dengan santai, meno-lak ketika ditawari jadi staf ahli Menteri, kiniKak Trisno justru sangat nyaman dengan ke-giatannya di sebuah yayasan sosial (keluargabesar TNI-AU) yang peduli pada anggota-anggotanya yang dianggap tidak beruntung.

    Memang, masih banyak kegiatan Kak Trisyang lain, sebagian di bidang bisnis, tapi tidaksempat menghabiskan waktunya seperti saatdinas dulu. Buktinya, ia bisa ngobrol bersamakami dari pukul 17.30 sampai 22.00, dan me-ngatakan, Santai saja, kami masih punyacukup waktu untuk berbincang dengan kalian.

    Agak mengherankan memang, ketika se-orang Kak Tris bisa membuat hidupnya nya-man dan nikmat, sementara namanya masihtercatat sebagai pengelola beberapa lembagapendidikan. Dan yang melegakan, lembagapendidikannya juga dibuat peduli dengankeluarga besar TNI-AU yang tidak beruntung.Anak-anak mereka difasilitasi belajar di sanadengan dukungan beasiswa.

    Istilah tidak beruntung itulah yang kemudianmenjadi pelajaran kedua setelah hidup jangandibuat sulit. Saya kemudian membatin, apaiya kalau sebagian besar Purna Paskibrakasudah berhasil membuat hidupnya menjadi ti-dak sulit (hasil kerja keras dan perjuangan ten-tunya), sekarang mau bareng-bareng memi-kirkan kolega-koleganya, kakak-kakaknya, atauadik-adiknya yang kebetulan tidak berun-tung?

    Hampir saja kata-kata itu tercetus dari bibirsaya, ketika tiba-tiba Kak Tris lebih dulu me-nyambar. Ia menyatakan keheranannya ten-tang Purna Paskibraka yang sampai saat inibelum memikirkan kepentingan bersama. Sayasaja yang secara formal bukan anggota Pas-kibraka saya cuma Danpas dan mantan pe-latih lho sudah tak sabar ingin melakukanitu, apa iya kalian yang Purna Paskibraka belummau memikirkannya?

    Seperti tamparan keras, ucapan Kak Trismembangunkan saya. Ternyata, teman-temanyang hadir pun merasakan yang sama. Kitamemang harus memikirkan teman-teman kitayang tak beruntung. (Syaiful Azram)

  • Bulletin Paskibraka 78

    Edisi April 2007 3

    S iang itu, di tengah cuaca Yogya yangcukup terik, tiba-tiba menyeruaksebuah rasa kerinduan: pada teman-teman Paskibraka dan pada para pembina.Sudah terlalu lama aku jauh dari mereka. Takada sesuatu yang dapat mengobatinya,kecuali aku harus bicara dengan mereka. Danpilihanku jatuh pada Kak Dharminto Surapathy.Melalui telepon aku lalu mengontak beliau yangada di Jakarta.

    Kak Dhar adalah salah seorang pembinadan tokoh penting yang ada di belakang layarkesuksesan Paskibraka dalam menjalankantugas di Istana Merdeka Jakarta. Sejak dulu,beliau adalah idolaku dalam hal pengibaranbendera pusaka dan tatacara penghormatanterhadap sang merah-putih. Inilah cuplikanobrolan kami:

    Budi: Assalamu alaikum Kak Dhar.Kak Dhar: Waalaikum salam Warahmatullahi

    Wabarakaatuh. Ini siapa ya? (jawabanterdengar dengan suara serak)

    Saya Budi, Kak,Ini Budi Yogya ya?Betul Kak, ini Budi yang dari Yogya.Hei Bud, apa kabarmu, lama nggak telepon.Iya kak Dhar, sebab saat ini saya ada di

    Yogyakarta.Pindah kerja atau ada tugas.Jika semua lancar inginnya menetap lagi

    di Yogya, Kak.Wah aku kehilangan teman ngobrol nih...

    (Kak Dhar tertawa).Ah nggak Kak, terbukti sekarang saya bisa

    telepon.Iya ya, zaman memang sudah maju

    sehingga membuat kita mudah berkomunikasiKak Dhar, apakah buletin Warta Padi

    yang saya kirimkan sudah sampai?(Beberapa hari sebelumnya aku mengi-

    rimkan bulletin Warta Padi milik Purna Paski-braka DIY kepada Kak Dhar. Satu tahun lalu,aku bekerja sebagai HRD Mgr di Saphir SquareYogyakarta dan sempat membantu PurnaPaskibraka DI Yogyakarta menerbitkan buletinWarta Padi edisi September 2005).

    Sudah, sudah aku terima. Wah sepertibuletin 78 angkatanmu ya..

    Betul Kak. Memang saya meniru yangsudah ada, sebab memang bagus sih.

    Memang tidak ada jeleknya meniru yangbaik, terutama untuk sarana komunikasi

    Bagaimana Kak, komentarnya tentangbuletin tersebut?

    Cukup bagus untuk saling tukar menukarinformasi, hanya bahasanya banyak yangmasih agak kaku, seperti membuat laporansaja. Coba kamu edit agar bahasanya jadi lebihringan, enak dibaca, mudah dimengerti sertalebih komunikatif dan banyak guyonnya.

    Memang benar Kak, sebab saya barubelajar menulis dan editing, masih kalah jauhdengan teman saya Syaiful Azram yangwartawan itu. Dan berita tersebut memang

    baru awal dari sebuah proses untuk belajarkomunikasi dari adik-adik yang ada diYogyakarta.

    Yah memang harus begitu, tetapi secarakeseluruhan sudah cukup informatif kok.

    Kak, mungkin ada tulisan atau hal-halkhusus yang menjadi perhatian Kak Dhar?

    (Dari seberang telepon terdengar sebuahhelaan nafas tua yang panjang dan dalam.Setelah agak lama, baru terdengar kembalisuara Kak Dhar yang bergetar menahan isakseperti menanggung sebuah beban kesedihanyang teramat berat).

    Bud, aku sangat ngenes dan menangis saatmembaca tulisanmu tentang bendera merahputih yang masuk dalam catatan, Muri. Sepertiyang dulu sering kita diskusikan, akhirnya dizaman yang sudah berubah ini memang benar-benar berubah sikap dan perlakuan bangsaIndonesia terhadap sang merah putih.

    Bendera merah putih yang seharusnyadiperlakukan sesuai kepantasannya, ternyatasudah banyak menyimpang. Celakanya, paraPurna Paskibraka banyak yang tidak tahu dantidak mau tahu tentang merah putih sehinggamereka menutup mata terhadap perlakuanyang tidak benar itu.

    (Setelah terdiam agak lama, Kak Dharmeneruskan kata-katanya).

    Saya terenyuh dan tidak dapat memba-yangkan jika hal ini terus menerus terulang.

    Aku NAku NAku NAku NAku Nelongso............elongso............elongso............elongso............elongso............Apa yang akan terjadi pada saat merah putihnantinya tidak lagi dapat mempersatukan jiwarakyat Indonesia.

    Jika kita resapi, akan terasa betapa sak-ralnya bendera merah putih itu, terlebih bagikalian yang pernah menjadi Paskibraka. Maka,akan terasa sangat aneh jika ada PurnaPaskibraka yang membenarkan hal tersebut,karena hal itu menunjukkan lemahnyapemahaman dan ilmu tentang merah putih.Atau, memang hal tersebut sudah disepelekankarena diterjang oleh perkembangan zaman.

    (Aku terdiam dan terus mendengarkansetiap kalimat yang diutarakan Kak Dhar).

    Bud, coba kamu realisasikan rencanapenyegaran Purna Paskirabaka di Yogyakarta,jangan lupa tanamkan jiwa merah putih kepadaadik-adikmu. Buat acaranya tidak terlalu formil,seperti sarasehan gitu, agar semua adik-adikdapat santai tetapi penjelasan tentang merahputih dapat merasuk dalam jiwa mereka.

    Jika waktunya cocok, saya ingin sekalidatang dan berbagi ilmu dengan adik-adik diYogya, sekalian menengok anakku yang diTemanggung. Biarlah saya yang sudah rentaini dapat membagikan sedikit ilmu tentangmerah putih kepada mereka.

    Baik kak nanti saya akan koordinasikandengan teman-teman yang lain agar rencanatersebut dapat segera direalisasikan dan KakDhar juga dapat datang ke Yogya. terima kasihatas perhatian Kak Dhar yang begitu besarkepada kami yang ada di Yogya.

    Ya sudah Bud, lain kali disambung lagiobrolan kita, salam buat keluarga dan teman-teman 78 serta semua adik-adik yang ada diYogya. Wasallamu alaikum.

    Walaikumsalam Kak Dhar. ***

    Catatan Kecil Telepon Budi Winarno dengan Kak Dharminto

    MUSEUM Rekor Indonesia (MURI) telah ber-ulangkali mencatat rekor tentang benderamerah-putih yang sama sekali tak mengindah-kan ukuran seharusnya menurut peraturanperundang-undangan, yakni 2 banding 3.

    Pertama kali, MURI mencatat rekor benderaterbesar dengan ukuran 40x20 m. Lalu,Minggu, 15 Agustus 2004, MURI mencatat re-kor Universitas Kristen Petra (UKP) Surabayayang mengibarkan bendera merah putihterbesar, berukuran 45 x 27 m. Tanggal 17Agustus 2005, Pengembang Pasar TanahAbang memecahkan rekor MURI dan GuinnesBook of Records dengan mengibarkanbendera merah putih terbesar di Gedung Ta-nah Abang, Blok A Jakarta dengan ukuran156 x 50 meter. Bendera yang konon dibuatselama 89 jam oleh 50 penjahit itu robek padasaat pertama dikibarkan, lalu diulangi pada hariberikutnya.

    MURI mencatat bendera merah putih ter-panjang di dunia yang dibentangkan oleh lebih6.000 orang, Kamis, 19 Mei 2004, malam mulaidari bundaran Hotel Indonesia hingga IstanaMerdeka Jakarta, sepanjang 5.217 meter.

    MURI mencatat bendera merah putih ter-besar yang dibawa terjun oleh anggota Fede-

    rasi Aero Sport Indonesia (FASI) DI Yogya-karta, di Pangkalan Udara (Lanud) Adisutjiptodengan ukuran 18,6 x 27,6 meter, pada 7 dan11 Agustus 2005. Piagam diserahkan olehDirektur MURI Jaya Suprana kepada KetuaUmum FASI DIY Marsma TNI Benyamin Dandeldisaksikan Menpora Adyaksa Dault.

    Untuk menyukseskan peringatan 50 tahunKonferensi Asia-Afrika (KAA) di Kota Ban-dung, ratusan anggota Laskar Merah Putih dariseluruh Nusantara mengikuti prosesi acaramengarak bendera Merah Putih yang tercatatdi MURI sebagai bendera merah-putihterpanjang (panjang 5.217 meter dan lebar1,2 meter dan dibuat selama tiga bulan) de-ngan membentangkan bendera tersebut me-ngelilingi Taman Monumen Perjuangan RakyatJawa Barat, kemudian melintasi Jalan Dipone-goro dan mengelilingi jalan di kawasan Ga-sibu Bandung, Kamis (21/4/2005) dinihari.

    Catatan rekor yang benar hanya sekali, yaknitahun 2005, ketika Taman Mini Indonesia Indah(TMII) meraih penghargaan MURI untuk rekorbendera terbesar yang dibentangkan di wa-hana danau TMII dalam rangka HUT Kemer-dekaan RI ke-60. Ukuran bendera tersebutadalah 45 x 67,5 meter.***

    MURI dan Rekor Bendera Merah-Putih

  • Bulletin Paskibraka 78

    4 Edisi April 2007

    Renungan

    Dicari: Orang Ketiga!S uatu kali, saya pernah bertanya kepadaKak Husain Mutahar: Apakah padasaat mencetuskan gagasan Paskibrakatahun 1946, Kakak pernah berpikir nantinyaakan ada ribuan alumni dan mereka akandijadikan apa?

    Kak Mut mendadak sontak kaget dan men-jawab, Tidak, tidak pernah. Saya hanya ber-pikir bahwa kalianlah para pemuda yang akanmenjadi penerus bangsa. Kalian adalah simbolmanusia masa depan yang pantas diberi tang-gung jawab itu. Kalau sekarang kalian merasamenjadi korban impian saya karena tidak men-dapat tempat yang semestinya, itu semuasalah saya. Saya pantas merasa bersalah.

    Kak Mutahar sebenarnya tak perlu merasabersalah, karena melahirkan gagasan cemer-lang Paskibraka saja sudah lebih dari cukuppada saat itu. Tugas orang-orang sesudah-nyalah untuk meneruskan gagasan itu menjadisebuah kerja pembinaan yang berkesinam-bungan.

    Tahun 1973, apa yang tak terpikirkan KakMut itu direspon dengan sigap oleh seorangadiknya dari Kepanduan (Pramuka), yaitu IdikSulaeman. Idik yang saat itu menjabat KepalaDinas Pengembangan & Latihan di DepartemanP&K diminta menyempurnakan konsep pela-tihan yang disusun Kak Mut dan timnya ketikamenjabat Dirjen Udaka (Urusan Pemuda danPramuka) Departemen P&K tahun 1966-1968.

    Idik lalu menyusun sebuah konsep lengkapPelatihan Paskibraka dari yang sebelumnyatelah diujicobakan pada 1966-1967 dan terusdigunakan sampai 1972, yakni Latihan PanduIbu Indonesia Ber-Pancasila. Bukan itu saja,ia pun merancang hampir seluruh perangkatpelatihan itu mulai dari menciptakan namaPaskibraka, pakaian seragam, sampai lambangkorps Paskibraka, lambang anggota Paskibraka

    dan atribut-atribut tanda Pengukuhan.Suatu saat, saya pernah pula memuji Kak

    Idik bahwa konsep kedua dari Paskibrakayang dilahirkannya berkesan amat dalam bagisetiap anggota Paskibraka. Kak Idik tersenyumdan hanya menjawab singkat, Its just agame!

    Kak Idik benar. Latihan Pandu Ibu Indone-sia Ber-Pancasila hanyalah sebuah perma-inan. Sebuah simulasi yang memberikankesempatan pada setiap orang yang diajakbermain untuk menemukan sendiri siapadirinya, apa perannya dan apa yang pantasdilakukannya untuk bangsa dan negaranya.

    Permainan kecil itu menjelma menjadi se-buah permainan lain dengan pertaruhan sangatbesar ketika para Purna Paskibraka memasukiarena yang sesungguhnya di kehidupan. Adayang mampu melewatinya dengan meman-faatkan simulasi yang pernah dijalaninyasehingga berhasil mencapai apa yang dicita-citakannya dan diharapkan para pembinanya.

    Namun, ada pula yang melupakannya danhanyut dengan permainan lain. Mereka inilahorang-orang yang kehilangan jiwa Paskibraka.Tak ada yang perlu disesali, karena konseppembinaan Paskibraka memang diarahkanuntuk menciptakan individu-individu yang baik.Terserah dia mau menjadikan dirinya baik, se-hingga keluarganya baik, kelompoknya baik,masyarakatnya baik dan bangsanya baik, atausebaliknya. Its just a game!

    ***

    D alam perjalanan sejarah Paskibraka,dua nama Husain Mutahar dan IdikSulaeman telah menjadi tonggakutama dalam hal konsep. Sosok lainnya, terca-tat menjabarkan konsep besar itu dalam apli-kasinya, semisal Kak Dharminto Surapathyyang sangat ahli di lapangan dan tatacara

    penghormatan terhadap bendera, atau KakSoebedjo dan Bunda Boenakim yang begituberwibawa dan anggunnya di asrama.

    Munculnya gagasan Kak Mutahar tentangPaskibraka, sampai penciptaan secara utuhwujud Paskibraka dari Kak Idik, membutuhkanrentang waktu 27 tahun. Dengan mengguna-kan statistik deret hitung sederhana, 27 tahunkemudian yakni pada tahun 2000, seharusnyatelah muncul sebuah konsep baru yang meru-pakan lanjutan dari dua konsep yang telah ada.

    Pertanyaan untuk itu tentu sesederhanapertanyaan saya pada Kak Mutahar di awaltadi: Mau dikemanakan ribuan Purna Paski-braka yang sudah ada? atau Apa yang harusdikerjakan oleh ribuan Purna Paskibraka yangkini ada?

    Waktu tenggat atau deadline memang telahterlewati. Bukan sebentar, tapi 7 tahun. Atauakan menjadi 8 tahun pada saat Paskibrakamemperingati ulang tahunnya yang ke-40 pada2008 mendatang. Sementara itu, para PurnaPaskibraka masih tetap menjadi tulang-tulangyang berserakan, bukan sebuah rangkayang kokoh untuk berdiri saling menopang danmenghasilkan sesuatu yang lebih berarti bagisesamanya.

    Untuk itulah, mungkin saat ini dibutuhkan o-rang ketiga dengan kualifikasi sekaliber HusainMutahar dan Idik Sulaeman. Orang yang mam-pu menciptakan konsep lanjutan pembinaandan pemberdayaan Purna Paskibraka. Ataukalau orang tersebut tidak ada, bolehlahdigantikan dengan sekelompok Purna Paskibra-ka yang bersama-sama menghasilkan sebuahpemikiran baru yang segar dan berguna. Bolehsiapa saja, tepuk dada tanya selera, dan sila-kan acungkan tangan sekarang juga!

    (Syaiful Azram)

    Ibu Dharminto adalah wanita yang tenang, tidak banyak bicara, tapilebih banyak bekerja. Dukungannya teramat besar buat sang

    suami, apalagi pada saat-saat berada di bawah tiang 17 untukmempersiapkan pengibaran bendera pusaka di Istana Merdeka.Selamat jalan Ibu, semoga arwahmu diterima di sisi Allah dan

    amal ibadahmu mendapatkan balasan yang setimpal.

    Kami yang turut berdukacita,

    Keluarga Besar Paskibraka 1978

    Telah meninggal dunia dengan tenang di Jakartapada hari Selasa, 13 Maret 2007,

    Ibu Maslena Dharminto(istri dari Kak Dharminto Surapati)

    Inna lillaahi wainna ilaihi raajiuun

  • Bulletin Paskibraka 78

    Edisi April 2007 5

    Agenda Kita Panjang Juga...

    Pertemuan informal yang dia-dakah di Persada, Halim Per-danakusuma Jakarta, pada 18Maret 2007, akhirnya berlangsungjuga. Acara yang diprakarsai olehYudianto (Paskibraka 1984) sertadifasilitasi Kak Trisno (Danpas 1977)dan Kak Merry (Paskibraka 1972) itudihadiri para Purna Paskibraka(meskipun tidak seluruh angkatan)dan pihak Menpora.

    Kak Tris memang menyebutkan,pertemuan itu hanyalah sebuahlangkah awal dalam mencari jalankeluar tentang belum tepatnyapembinaan Pakibraka dan PurnaPaskibraka. Dan sebagaimana yangtelah diramalkan, pertemuan ituhanya tukar pikiran, dan belum meng-hasilkan langkah konkrit.

    Akhirnya, suasana memang masihdiramaikan dengan membongkar danmengorek-ngorek persoalan lama,

    Dari Pertemuan Informal Purna Paskibraka di Halim

    M inggu, 1 April 2007, rumah Tettydi Pondok Gede Bekasi, jaditempat kumpul-kumpul beri-kutnya setelah di Sari Kuring. Kembaliseluruh teman-teman diundang, tapiyang bisa hadir hanya delapan (Yadi,Chelly, Budi Winarno, Opul, Ilham, Sonny,Saras dan Tetty sebagai tuan rumah).Namun, yang membanggakan, KakTrisno dan kak Merry datang lagi.

    Beda dengan di Sari Kuring, suasanaperbincangan lebih santai, bebas dantidak terikat waktu. Dijanjikan kumpulpukul 11.00, baru pukul 13.00 tujuh o-rang datang. Chelly yang rumahnya ter-dekat justru nongol belakangan, karenaharus menyiapkan es krim.

    Sambil makan siang, pembicaraantidak resmi dimulai, termasuk tanya-me-nanya soal keluarga, anak-anak, kese-hatan dan sebagainya. Baru setelah ituTetty menceritakan hasil perburuannyaketika menghadiri pertemuan informal diHalim. (baca box: Dari Pertemuan Infor-mal Purna Paskibraka di Halim)

    Pada dasarnya, dari pertemuan itubelum ada rencana apapun yang dapatdisesuaikan dengan agendaPaskibraka 78. Karena itu, akhirnya kitasepakat untuk mencoba menyusunagenda sendiri mulai April 2007 sampaiAgustus 2008 yang pada dasarnyamenyambut ulang tahun ke-30Paskibraka 1978. Syukur-syukur bilanantinya dapat berkembang dan sejalandengan peringatan 40 TahunPaskibraka.

    Setelah diinventarisasi, agenda yang

    atau nada bicara yang saling menya-lahkan satu sama lain. Mungkinmereka lupa pada inti persoalan yangsebenarnya yaitu:1) bahwa kualitas pembinaan Paski-

    braka makin hari semakinmenurun dan harus segeradibenahi.

    2) bahwa Purna Paskibraka Indone-sia (PPI) sebagai organisasialumni belum menemukan bentukidealnya, sehingga masih terjebakdalam konsep organisasi massa.

    Namun, ada angin segar yang ber-tiup dari arah lain, ketika KakErlangga (Asisten Deputi Menpora)memaparkan beberapa kenyataanyang dilihatnya selama dua tahunmembina Paskibraka, setelahmenerima warisan dari DirektoratKepemudaan (dulu Pembinaan Ge-nerasi Muda) Depdiknas.

    Kak Erlangga menggambarkan,

    bagaimana kualitas calon Paskibrakayang semakin merosot karena bukanyang terbaik dari daerahnya. Sistemrekrutmen di daerah tidak memadaisehingga hasilnya juga tidak optimal.Ini semua makin memberati tugaspembinaan di Jakarta yang sekarangjustru semakin kehilangan figur-figurkompeten yang mampu me-nanamkan ilmu Paskibraka denganbenar.

    Selain meminta PPI agar lebih man-diri dan tidak selalu menggantungkandiri dengan pemerintah, Kak Erlanggalalu menawarkan bola muntah.Pihak Menpora telah menganggarkandana untuk pembinaan Paskibrakadan alumninya dua kali lipat dari tahunlalu, sehingga terbuka kesempatanbagi Purna Paskibraka yang mampuuntuk mengelolanya dalampembinaan. Siapa sanggup? Silakantangkap!. (Tetty)

    disusun berdasarkan permasalahan ituternyata cukup panjang. Itu karena ba-nyak sekali yang seharusnya kita kerja-kan selama 13 tahun (sejak Reuni 1994)tapi terbengkalai. Belum lagi bila ditam-bah dengan rencana ke depan yang jugaseabrek.

    Tapi, atas saran Saras yang selalu taksabar ingin cepat berbuat, kita sepakatmenyusun agenda berdasarkan waktu,agar tahu apa yang harus segera dilaku-kan dan apa yang mesti ditunda dulu.Semuanya menjadi konkrit, dan dapatdikerjakan secepatnya dengan pende-legasian tugas yang merata.

    Berikut agenda yang akan dilaksa-nakan:1. Pembentukan Paguyuban Paski-

    braka 1978.Paguyuban (atau apapun namanya

    nanti) dibutuhkan untuk membagi tugasagar lebih adil. Ini juga akan mengu-kuhkan keberadaan Paskibraka 1978sebagai sebuah kelompok yang eksisdan kompak. Ketua dan Wakilnya dijabatYadi (Pak Lurah) dan Chelly (Bu Lurah),sementara Sekretaris/Wakilnya diserah-kan pada Opul dan Saras, dan Benda-hara/Wakilnya adalah Arita dan BudiSaddewo.2. Pendirian Yayasan Paskibraka

    1978.Yayasan ini didirikan sebagai

    lembaga resmi yang akan menjadipayung setiap aktivitas formalPaguyuban Paskibraka 1978, baikdalam bidang sosial maupunpenggalangan dana.

    3. Menyambut 30 Tahun Paskibraka1978.

    Dimulai dari penerbitan buku DerapLangkah Paskibraka (Mei-Juni 2007)yang konsepnya sudah dirampungkanOpul. Penerbitan buku ini akan dilanjut-kan dengan buku-buku yang lain, sepertiPedoman Pembinaan Paskibraka danTatacara Penghormatan terhadap SangMerah Putih yang konsepnya dipersiap-kan oleh Budi Winarno.

    Yang paling penting, tentu saja mem-persiapkan Reuni 30 Tahun Paskibraka1978 pada bulan Agustus 2008. Pokjauntuk ini belum ditunjuk karena masihlama. Tapi, kalian terutama yang di da-erah, bisa mengajukan usul bagaimanasebaiknya reuni itu dilaksanakan.

    Kegiatan lain tentu saja bersifat pro-mosi yang membuat nama Paskibraka78 dikenal, seperti yang dilakukan Sarasdengan menempel stiker Paskibra-ka78 di kendaraan yang ikut rally (22&23 April). Konon, Tetty juga sudah punyarencana lain untuk promo ini. Nanti sajakalau udah positif baru kalian diberitahu,katanya diplomatis.4. Menyambut 40 Tahun Paskibraka

    Mengingat rencana untuk itu belum di-wacanakan di tingkat organisasi PPIatau forum informal Purna PaskibrakaNasional, pada prinsipnya kitamenunggu. Begitupun, bila perlu, adasejumlah agenda yang sebagianadalah amanat dari pembina dan KakMutahar yang dapat diusulkan bilaternyata peringatan ini diadakan.***

  • Bulletin Paskibraka 78

    6 Edisi April 2007

    Dua Carik Kain Bendera PusakaT ak banyak cerita yang selama ini terungkap tentangbendera pusaka. Sebagian besar orang hanya tahukalau bendera berukuran 2x3 meter itu dijahit dengantangan oleh Ibu Fatmawati. Bendera itulah yang dikibarkanpada tanggal 17 Agustus 1945, sesaat setalah ProklamasiKemerdekaan RI dibacakan oleh Soekarno di PegangsaanTimur 56 Jakarta.

    Berikut ini, adalah sebuah cerita lain tentang benderapusaka, yang rasanya tidak banyak diketahui orang. Ceritaini dicuplik dari tulisan seorang saksi hidup yang secaratak sengaja terlibat langsung dalam persiapan pembuatanbendera pusaka, yakni Charul Basri.

    ***TAHUN 1944, setahun sebelum Proklamasi Kemer-

    dekaan dikumandangkanoleh Dwi-Tunggal Soe-karnoHatta, Jepang telahmenjanjikan kemerdekaanuntuk Indonesia. Itu berarti,bendera Merah Putih sudahboleh dikibarkan dan lagu In-donesia Raya boleh dikuman-dangkan di seluruh Nusantara.

    Tentu saja, orang-orang yangberperan besar dalam per-siapan kemerdekaan memer-lukan bendera itu, tak terkecualiIbu Fatmawati, istri Soekarnoyang kelak menjadi Sang Prok-lamator. Bendera itu dipersiap-kannya untuk dikibarkan di depankediamannya, Jalan PegangsaanTimur 56 Jakarta.

    Tak dapat dibayangkan, pada saat sebagian rakyat In-donesia ada yang tak punya pakaian dan menggunakankarung, Ibu Fatmawati memerlukan kain berwarna merahdan putih untuk membuat sebuah bendera. Tidak mudahuntuk mendapatkan kain, apalagi barang-barang eksimpor semuanya masih berada di tangan Jepang. Kalau-pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan caradiam-diam dan berbisik-bisik.

    Untuk itulah, Ibu Fatmawati kemudian memanggil seo-rang pemuda bernama Chaerul Basri. Sang pemuda di-mintanya untuk menemui seorang pembesar Jepangbernama Shimizu yang dipastikan dapat membantumencarikan kain merah-putih itu.

    Shimizu yang masih hidup di Jepang dalam usia 92tahun pada 2004 adalah orang yang ditunjuk pemerintahJepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia pada tahun 1943. Kedudukan/jabatan resminyasaat itu adalah pimpinan barisan propaganda Jepangyaitu Gerakan Tiga A.

    Shimizu yang politikus, tidak seperti orang Jepang lain-nya yang selalu bertindak kasar atas dasar hubungan keku-asaan. Shimizu rajin mendengarkan unek-unek, pikirandan pendirian pihak Indonesia. Karena itu, ia lebih diang-gap teman oleh dan mudah diterima di berbagai kalang-an, apalagi dengan kemampuan bahasa Indonesianyayang lumayan, meski masih terpatah-patah.

    Memang benar, Shimizu dapat membantu Chaerul. Kainmerah dan putih yang dibutuhkan Ibu Fatmawati kemudian

    Sejarah

    didapatkan melalui pertolongan seorang pembesar Jepanglainnya yang mengepalai gudang di bilangan Pintu Air, didepan eks bioskop Capitol. Shimizu meminta pada Chaerulagar kain itu diberikan kepada Ibu Fatmawati. Kain itulahyang kemudian dijahit dengan tangan menjadi sebuahbendera berukuran 2x3 meter oleh Ibu Fatmawati.

    Cerita itu terasa amat sepele pada waktu itu, dan takpernah diingat-ingat oleh Chaerul maupun Shimizu. Ituberlangsung sampai tahun 1977, ketika Shimizu berkunjungke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soeharto,Malam harinya, Shimizu mengadakan pertemuan dengantokoh-tokoh Indonesia yang pernah dikenalnya di zamanJepang.

    Pada malam itulah, Ibu Fatmawati menjelaskan kepadaShimizu bahwa bendera Merah Putih yang dikibarkan

    pertama kali di Pegangsaan Timur 56 dan padahari Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus

    1945 yang sekarang dikenal denganBendera Pusaka kainnya berasal dariShimizu. Kenyataan ini begitu mem-banggakan buat Chaerul, maupunShimizu, yang tak menyangka bila apayang mereka lakukan begitu besar

    artinya untuk bangsa Indonesiasampai saat ini.

    Chaerul Basri, sang pemuda,adalah putra asal Bukittinggi

    yang waktu itu telah tamat AMSdi Jakarta. Kebetulan, ia

    adalah teman karib dariAbdullah Hasan (kepo-nakan Husni Thamrin)

    dan begitu tertarik dengangerakan kebangsaan, Indonesia Merdeka. Jadi, Chaeruldan Shimizu sendiri sudah saling kenal.

    Suatu hari, Chaerul pernah dipanggil Shimizu yangsedang mencarikan sebuah rumah untuk orang besar(yang tak lain adalah Soekarno). Chaerul yang tahu betulseluk beluk daerah Menteng, lalu menawarkan sebuahgedung di Jalan Pegangsaan Timur 56. Gedung itulah yangakhirnya menjadi tempat dibacakannya ProklamasiKemerdekaan RI tahun 1945.

    Setelah berhasil mendapatkan rumah buat Bung Karno,hubungan Chaerul dengan Bung Karno dan Ibu Fatmawatimenjadi semakin dekat. Chaerul kenal dengan Ibu Fat-mawati pertama kali di atas feri yang membawanya dariTanjung Karang menuju Merak. Perkenalan itu atas jasasahabatnya, Semaun Bakri, yang ditugaskan Bung Karnountuk menjemput Ibu Fatmawati ke Tanjung Karang.

    Waktu itu, Ibu Fatmawati belum memakai nama Fat-mawati. Semaun berbisik pada Chaerul bahwa Fatmawatiakan mendampingi Bung Karno di Jakarta setelah berpisahdengan Ibu Inggit. Fatmawati masih berkerudung danmemakai pakaian ala Sumatera.

    Chaerul tercatat pernah menjalani kehidupan militer de-ngan pangkat terakhir Mayor Jenderal (Purn). Selain itu, iapernah menjabat Sekjen Departemen Tenaga Kerja, Trans-migrasi dan Koperasi (Depnakertranskop) tahun 1966-1979 dan kini sebagai Ketua Bidang Sosial Budaya danKesejahteraan di Markas Besar Legiun Veteran RI.

    " syaiful azram

  • Bulletin Paskibraka 78

    Edisi April 2007 7

    In Memoriam Bunda Bunakim

    Terlalu indah dilupakanterlalu sedih dikenangkansetelah aku jauh berjalandan kau kutinggalkan

    Betapa hatiku bersedihmengenang kasih dan sayangmusetulus pesanmu kepadakudan kau kan menunggu

    Andai kan kau datang kembali,jawaban apa yang kan ku beri,adakah jalan yang kutemuiuntuk kita kembali lagi

    Bersinarlah bulan purnamaseindah serta tulus cintanyabersinarlah terus sampai nantilagu ini ku akhiri.

    ayup-sayup terdengar lagu dari suaralembut Ruth Sahanaya. Angankumelambung, mengenang seorang wa-nita lain yang tetap hadir dalam hatiku selainibu dan istriku. Dialah Bundaku, Bunda Boe-nakim, Bunda Paskibraka yang sudah ber-pulang menghadap Sang Pencipta pada suatupagi, tanggal 1 Juli 2005.

    Tahun 1978 aku mengenal Bunda danmenjadi anaknya untuk waktu tak sampaisebulan. Tapi, sepulangnya dari asramaPaskibraka, bagiku ia tetap menjadi Bunda,begitu pula bagi semua Purna Paskibraka yangberjumlah lebih dari seribu orang.

    Di mata anak didiknya, Bunda adalah ibuyang baik, penuh perhatian dan cinta. Semuaorang menyayanginya dan selalu terkenangakan sapaannya yang akrab dan bersahaja.Bunda Boenakim tidak pernah mau merepotkanorang lain. Selalu bertutur ramah dan sumri-

    ngah dengan siapapun, walau jari jemaritangannya yang keriput tetap sibuk denganbenang dan jarum menjahit pakaiannya sendiri.

    Bunda yang sederhana adalah sosok pem-bina yang sangat akrab di asrama maupun dimana saja kita bertemu. Teman ngobrol yangenak, karena selalu nyambung. Memberikanpetuah tentang kehidupan dengan bahasayang lugas dan menunjukkan tauladan hidupyang membumi.

    Bunda selalu tersenyum setiap waktu. Ja-rang sekali dia marah, namun dia akan benar-benar marah jika ada yang menginjak-nginjakharga diri anak-anaknya. Termasuk ketikaanggota Paskibraka diperlakukan dengan salahdan seenaknya oleh para pelatih dari militer.

    Tetapi, dengan penuh cinta ia mau memberimaaf setelah para pelatih sadar dan maumengubah sikap mereka yang salah.

    Suatu saat, aku pernah sama-sama naikbis kota dengan Bunda. Dengan sigap danlincah di usia yang tergolong lanjut, ia mencaritempat kosong di tingah himpitan penumpangyang berjubel. Dengan spontan Bunda mengu-capkan terima kasih kepada seorang pelajaryang memberinya tempat duduk.

    Ketulusan dan pesona Bunda begitu mem-bekas, terlebih ucapan lembutnya setiap malamdi asrama, saat mengantar anggota Paski-braka menuju peraduan. Dia selalu mengi-ngatkan agar kita selalu hormat dan patuhkepada orangtua dan kepada orang yang lebihtua, di manapun kita berada.

    Bunda mengingatkan kita agar selalu berdoakepada Yang Maha Kuasa untuk kesehatandan kebahagiaan orangtua. Dia mengajari kitauntuk terus berbakti kepada Ibu Pertiwi dankepada semua ibu yang melahirkan kita.

    Dengan kesederhaan Bunda mengajari kitaakan hidup yang penuh perjuangan dan janganpernah berputus asa. Sama seperti cerita per-juangan Bunda saat menghadapi suami yangwafat di pangkuannya. Dengan tabah dantulus serta tawakal, Bunda menyerahkan jiwasuaminya kehadirat Yang Maha Kuasa untukkemuliaan bumi Indonesia.

    Begitu banyak kenangan indah yang Bundaajarkan kepada kita dan kita belum bisa meng-ikuti semua teladan yang ditunjukkannya. Se-moga Bunda sekarang berada di alam kelang-gengan dengan penuh kebahagian sesuai amaldan ibadah yang begitu indah dan penuhwarna.

    Sekarang, aku semakin tahu bahwa BundaBoenakim dengan tulus ikhlas sangat me-ngasihi kita. Semua dilakukan dengan teladancitra diri dan kasih sejati. Bunda, memang selalumengajari serta membina dengan hati dancinta. (Budi Winarno)

    Membina dengan Hati dan Cinta

    Bunda Bunakim dan Kak Mutahar

    i dekat kantor Kecamatan Sukmajaya,Depok, ada warung nasi uduk Bu Tiniyang cukup laris dan mempunyai banyakpelanggan. Di hari Minggu atau libur, sayasering membeli nasi uduk dengan tambahantelor dadar agak gosong. Rasanya lumayanenak dan harganya juga tergolong murah.

    Di suatu hari saya bersama isteri mampir kewarung tersebut untuk membeli nasi uduk dankue-kue karena sudah kangen untuk menci-cipinya. Tetapi bu Tini sang empunya warungtidak kelihatan. Yang ada hanya seorangbapak yang sibuk melayani pembeli. Saat tibagiliran saya dan isteri, bapak tersebut sambilmenunduk bertanya, Mau beli apa Bu, sepertibiasa ya? Isteriku menjawab Iya Pak, 2bungkus ya, pake telor dadar agak gosong.Eh, ibu mana Pak, kok nggak kelihatan...

    Isteriku bilang, kalau Bu Tini tidak ada, makasi bapak yang jualan. Tangannya memangsepintas terlihat cekatan membungkus nasi.Tapi waktu itu aku lebih tertarik memilih-milihkue dan tak begitu memperhatikannya.

    Saat menyerahkan nasi pesanan dan mata

    kami bertatapan, wajah si bapak yang tadinyasenyum tiba-tiba terbengong. Lho, kamukan kalau nggak salah Budi Yogya ya?katanya.

    Aku agak kaget mendengar pertanyaan itu.Tapi setelah melihat kumis melintang dan se-nyumnya yang lugu serta ndeso, maka mele-daklah tawaku. Ya ampun, sampeyan PakRanggani tho, apa kabar? jawabku sambilmenjabat erat tangannya yang terasa mulaikeriput.

    Giliran isteriku yang terbengong-bengong,sebelum kujelaskan bahwa Pak Rangganiadalah pegawai bagian umum/konsumsi yangmengurusi Paskibraka, termasuk aku, duluuutahun 1978 di asrama PHI Cempaka Putih. PakRanggani terkekeh mendengar penjelasankusambil nyeletuk, Bu, Budi ini dulu item, tapisampai sekarang kok masih item ya? Cumatambah gendut, jadi saya pangling.

    Kami tertawa lepas sehingga para pembelilain pada heran. Maaf, ini teman saya dansudah lebih 20 tahun tidak ketemu, katanyamenjelaskan kepada para pembeli itu.

    Nasi Uduk Pak Ranggani Pak Ranggani ternyata masih ramah, baikdan sederhana seperti dulu. Bud, kalo samaistrimu aku sudah lama kenal, wong langganan.Pantes senengnya telor gosong, wong kamujuga gosong, ledeknya.

    Bu Tini yang biasa menjaga warung, ter-nyata anak Pak Ranggani. Sejak pensiun, iatinggal di Depok dengan anaknya. Syaifulbilang, dia pun pernah bertemu Pak Rangganiketika sedang membayar rekening listrik didepan kantor PLN (di sebelah Kantor Camat),tapi lupa nanya alamat.

    Ternyata, Pak Ranggani masih ingat denganPaskibraka 78. Katanya, anaknya cakep-cakep, baik dan tidak bandel. Aku jadi teringatsetiap tiba waktu istirahat saat latihan, pastisudah tersedia minuman dan makanan kecildiiringi senyum di balik kumis tebalnya.

    Kenanganku jadi melayang jauuuh ke waktuitu, dan sekarang baru benar-benar merasa-kan betapa para Pembina, Pelatih dan orang-orang yang mengurus kita dulu selalu memberiteladan kehidupan dan perhatian kepada kitaserta melayani dengan hati yang penuh rasasayang dan cinta.

    Terima kasih Pak Ranggani, doa kami selalumenyertaimu... (Budi Winarno)

  • Bulletin Paskibraka 78

    8 Edisi April 2007

    Mahruzal MY (Aceh): Jl. T. Nyak Arief 340 Darussalam, BandaAceh. Telp. 0651-32242 HP. 08111675330811683848.Izziah (Aceh): Jl. Jend. Sudirman 41A, Geuceu Iniem, Banda Aceh.HP. 08126988678.Syaiful Azram (Sumut): Pondok Tirta Mandala Blok E4 No. 1, Depok16415. Telp. 021-8741953. HP. 08161834318.Aida Sumarni Batubara (Sumut): Jl. Halat Ujung Gg. Kelinci No. 1Medan 20127. Telp. 061-712047.Masril Syarif (Sumbar): Jl. Rambutan No. 282 RW VII RT 1 PadangBesi (Indarung), Kota Padang.Telp.0751-202842.Azmiyati Aziz (Sumbar): Jl. Kancil III/Toleransi No.67 Palu. Telp.0451-21928.(Alm) Auzar Hasfat (Riau): Jl. Tasykurun 44 Pekanbaru.Muhammad Iqbal (Jambi): Jalan Nias No.37 RT. 17 Andil Jaya,Jalutung, Jambi 36137. Telp. 0741-42636. HP. 08127860498.Sambusir (Sumsel): Bumi Satria Kencana, Jl. Saddewa RayaBlok 43 No.6/29, Bekasi 17144. Telp. 021-8845215.HP.08568586045.Tatiana Shinta Insamodra (Lampung): Jl. Mesjid No. 88 Kemang,RT 01/07, Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi 17411. Telp. 021-8464430. HP. 085691909089.Amir Mansur (Jakarta): Jalan S. Brantas RT 07/01 No. 235 Cilincing,Jakarta Utara 14130. Telp. 021-4407865. HP. 08159073987.Saraswati (Jakarta): PT Nugra Santana, Wisma Nugra SantanaLt.3 J. Jendral Sudirman Kav.78 Jakarta 10220. Telp. (K) 021-5704893/5/7, Fax. 021-5702040. HP. 0811997659.Yadi Mulyadi (Jabar): Jalan Raya Warung Jaud No.14 RT 03 RWXI Kaligandu Selatan, Serang 42151. Telp.0254-208301.HP.08129078369.Arita Patriana Sudradjat (Jabar): Jl. Mandar XIV Blok DD3 No.1,Bintaro Jaya Sektor 3A, Tangerang 15225. Telp. 021-7359763. HP.0816933910.Budihardjo Winarno (Yogya): Gema Pesona Blok AM/7 Depok16412. Telp. 021-77822421. HP. 0818866130.Endang Rahayu Tapan (Yogya): Jl. Jlagran No. 115 Yogyakarta.Telp. 0274-583063.Budi Saddewo (Jateng): Jl. Pangandaran Raya 53, Bumi BekasiBaru 1 Utara, Bekasi 17115. Telp. 021-8217863. HP.08127116960.Sonny Jwarson (Jatim): Pondok Surya Mandala Blok G1 No.14Jakamulya, Bekasi 17146. Telp. 021-8213430. HP.0818416650.Rahmaniyah Yusuf (Jateng): Jalan Sri Rejeki II No.17 Semarang51040. Telp. 024-607724.I Gde Amithaba (Bali): Jalan Palem Hijau 3 No.19, Taman BeverlyLippo Cikarang 17550. Telp.021-89908203. HP. 0816972827.Oka Saraswati (Bali):Jl.Seruni No.4C, Denpasar. Telp. 0361-226130.Maskayangan (NTB): Jl. Panji Tilar Negara 118 Mataram. Telp.0370-634343. HP. 0817367185.Syarbaini (Kalbar): Jl. Kom. Laut Yos Sudarso, Perumnas II GgMatan II No.18, RT 03/XXXIII Pontianak 78113. Telp.0561-770270.Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar): Antilop Maju Jatibening I, Jl.Merapi 116, Bekasi 17412. Telp. 021-8471948. HP. 08561068417.Fridhany (Kalteng): Jl. HM Arsyad XXXVI Blok D No.7 Sampit.Telp. 0351-22256.Herdeman (Kalteng): Jl. Ci Bangas Gang Berdikari No.1Palangkaraya 73111.

    Rahmawaty Siddik (Kaltim): Jl. Maduningrat Gg Family RT XX No.39 Kampung Melayu, Tenggarong.Nunung Restuwanti (Kalsel): Jl. Kampung Baru RT XV/74 MurungPudak, Tabalong 71571. Telp. 0516-21275.Redhany Gaffurie (Kalsel): Jl. Sutoyo Siswomiharjo, Gg.20Komplek Purnasakti Jalur U/8 RT 40 Banjarmasin 70245.M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra): Jalan Sedap Malam No. 31,Taman Yasmin Bogor 16310. Telp. 0251-315534. HP.081310559578.Halidja Husein (Maluku): Kompleks Ditjen Perla Blok B/14 KramatJaya, Jakarta 10560. Telp. 021-4415269. HP. 08161645571.Johny Ronsumbe (Irja): Kompleks SD Inpres Komba. PO BOX292 Sentani Jayapura.Welly Tigtigweria (Irja): d/a Rindam 7 Trikora, Ifar Gunung,Jayapura.

    Suhartini (Riau): Jl. Pembangunan 2 Selat Panjang,Ellyawaty Hasanah (Jambi): Jl. Merdeka 43 Kuala Tungkal.Nilawati (Sumsel): Jl. Yos Sudarso, RT V No. 5, Telaga Jawa,Lubuk Linggau.Iskandar Rama (Bengkulu): Jl. MH. Thamrin 32 Curup.Ernawati (Bengkulu): Jl.Dwi Tunggal 30 Curup.Akrom Faisal (Lampung): Kampung Baru, Tanj. KarangSalamah Wahyu (Jateng): ---------Mahzur (NTB): --------Wendalinus Nahak (NTT): Jl. Yos Sudarso 9/7 Atambua.Trice De Bora Bria (NTT): Kp. Tanah Merah, Atambua.Frederick Bid Lie Pang (Kaltim): Asrama Don Bosco, Jl. Sudirman59 Samarinda.Daniel Pakasi (Sulut): Jl. KS Tubun 6 Manado.Deetje Saroinsong (Sulut): Jl. Dua Mei Teling, Manado.Sinyo Mokodompit (Sulteng): Jl. Panasakan Dalam 179 Toli-toli.Diyah Palupi (Sulteng): Mess Bayangkara No.2 Toli-toli.Sri Diana Saptawati (Sultra): Komp. Sukaraja I WPA E5 LanudHusein Sastranegara, Bandung.Ridwan (Sulsel): Jl. Andi Mallombasang, Sungguminasa.Hafsah Dahlan (Sulsel): Jl. Baji Minasa 17H Janeponto.Patty Nehemia (Maluku): Kudamati SK 29 No.40 Ambon.

    Mereka yang Ditemukan

    Mereka Harus Dicari...

    Idik Sulaeman : Jalan Budaya (Kemanggisan Ilir 5B) No.2 JakartaBarat 11480. Telp. 021-5480217. HP. 08161413465.Dharminto Surapati : Jl. Bandengan Utara I No.11 RT05/11 JakartaBarat 11240. Telp. 021-6917588. HP. 08129508801Alm. Bunda D. Boenakim : Jl. Tarian Raya Timur No. W-20 KelapaGading, Jakarta 14240. Telp. 021-4517638.Marsda (Purn) Sutrisno SP: Bukit Kencana 3, Blok AV 8 JatiRahayu, Pondok Gede, Bekasi 17414. Telp. 021-84993658. HP.08129901973.Mayjen TNI Albert Inkiriwang : Jl. Mesjid I/8 Pejompongan,Jakarta Pusat 10210. Telp. 021-5706340.Brigjen (Pol) Drs. Jusuf Mucharam : Telp. 021-7250878. HP.0811111066.Brigjen (Pol) Drs. Adrian Daniel : (R) Telp. 0736-21591. (K)Kapolda Bengkulu 0736-51041 dan 52087.

    Pembina & Danpas

    Paskibraka harus memberi bukti,bukan sekedar janjiJika menabur bhakti dan menuai simpatijanganlah lupa diriSekarang Saatnya Hati Nurani BicaraMerah Putih tertanam didadaPadamu Ibu Pertiwi kami mengabdiJayalah Paskibraka

    PCIntel Pentium IV 2.4/3.0 GHzRAM 256/512 MB, HD 40 GBCDROM 52x, Floppy Disk 1.44Monitor 15/17 CRT/LCDKeyboard/Mouse

    LCD PROJECTOR

    NOTEBOOKIntel Pentium IIIIntel Pentium IVCentrinoCore2 Duo

    PRINTER