buletinjuni05
DESCRIPTION
vcTRANSCRIPT
Perkembangan Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Pulau,Tahun 1980-2003 (Ha)
0500,000
1,000,0001,500,0002,000,0002,500,0003,000,0003,500,0004,000,000
1980
1985
1990
1995
2000
2001
2002
2003
SUMATERA JAWA KALIMANTAN
SULAWESI BALI & NTT
PPeettaa PPeerrkkuummppuullaann PPeettaannii PPeemmaakkaaii AAiirr ((PP33AA)) DDii IInnddoonneessiiaa TTaahhuunn 22000044
N. ACEH
SUMUT
RIAU
JAMBI
SUMBAR
BENGKULU SUMSEL BABEL
LAMPUNG
BANTEN
DKI JAKARTA
JABAR
JATENG
DI YOGYAKARTA
JATIM
BALI
NTB
NTT
KALBAR KALTENG
KALTIM
KALSEL
SULSEL
SULTRA
SULTENG
GORONTALO
SULUT
MALUKU
MALUKU PAPUA
Jumlah P3A = 21 – 482 Jumlah P3A = 575 - 1727 Jumlah P3A = 2474 - 9845
BULETIN
PENGELOLAAN LAHAN DAN AIREdisi Juni 2005
DAFTAR ISI 1. Perkembangan Luas
Lahan Sawah dan Lahan Kering, Tahun 1980-2003
2. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Tahun 2001-2004
3. Pengembangan Tata Air Mikro (TAM), Tahun 2002-2004
4. Dukungan Sektor Pengairan untuk Pengembangan Sarana Pertanian Tahun 2003-2004
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
Sekretariat Redaksi Jl. Harsono RM No.3 Gd.D Lantai VIII Pasar Minggu – Jakarta 12550
Telp/fax. (021)7820026
Kata Pengantar
Assalammualaikum Wr.Wb,
Sidang pembaca yang terhormat, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT, sehingga buletin Pengelolaan Lahan dan Air edisi pertama, Juni 2005 ini dapat
tersusun.
Buletin Pengelolaan Lahan dan Air ini menyajikan data dan kajian perkembangan
pembangunan bidang Pengelolaan Lahan dan Air, antara lain:
(1). Luas lahan sawah dan kering tahun 1980-2003.
(2). Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) tahun 2001-2004.
(3). Pengembangan Tata Air Mikro (TAM), tahun 2002-2004.
(4). Dukungan sektor pengairan untuk pengembangan prasarana pertanian tahun 2003-
2004.
Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang terhormat sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan penerbitan
buletin edisi berikutnya.
Harapan kami, semoga buletin Pengelolaan Lahan dan Air ini ada manfaatnya
bagi para pembaca, para pimpinan terkait dan pelaku agribisnis.
Wassalammualaikum Wr.Wb.
Jakarta, Juni 2005 Direktur Jenderal,
Ir.Hilman Manan, Dipl.H.E
Buletin PLA Edisi Juni 2005 1
Total luas lahan sawah diperoleh dari total luas lahan sawah yang berpengairan dan tidak berpengairan yaitu sawah tadah hujan, pasang surut, lebak, polder, dan rawa-rawa yang ditanami padi atau rembesan serta lainnya. Sementara itu lahan bukan sawah adalah lahan yang dimanfaatkan untuk pekarangan/bangunan dan halaman, tegal/kebun, ladang/huma, padang rumput dan sebagainya. Perkembangan Luas Lahan Sawah Perkembangan luas lahan sawah di Indonesia secara nasional dari tahun 1980 hingga 2000 cenderung meningkat yaitu dari 4,914,392 hektar di tahun 1980 menjadi 7,787,339 hektar pada tahun 2000. Sebaliknya sejak tahun 2000 hingga tahun 2002 luas lahan sawah cenderung menurun menjadi 7,748,848 hektar pada tahun 2002, namun pada tahun 2003 luas lahan sawah kembali meningkat menjadi 8,400,030 hektar. Tahun 1995 hingga tahun 2000 menurun sebesar 1,97%. Pada tahun 2000 ke tahun 2001 terjadi penurunan luas lahan menjadi 7.779.733 ha dengan tingkat penurunan sebesar 0.10%. Tingkat pertumbuhan yang negatif juga terjadi dari tahun 2001 hingga 2002 sebesar 0,40% dengan luas lahan pada tahun 2002 turun menjadi 7,748,848 hektar. Setelah terjadi penurunan lahan dua tahun berturut-turut, pada tahun 2002-2003 tingkat pertumbuhan luas lahan sawah yang positif berhasil dicapai sebesar 8,40% dimana luas lahan sawah pada tahun 2003 meningkat menjadi 8.400.030 hektar (Tabel 1, Tabel 2 dan Grafik 1).
Grafik 1. Perkembangan Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Pulau, Tahun 1980-2003 (Ha)
0500,000
1,000,0001,500,0002,000,0002,500,0003,000,0003,500,0004,000,000
1980
1985
1990
1995
2000
2001
2002
2003
SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI BALI & NTT
Perkembangan luas lahan tahun 1980 hingga 2000 di Pulau Jawa, Bali, NTT, Sulawesi dan Kalimantan cenderung stagnan. Sementara itu, di Pulau Sumatera, luas lahan sawah dari tahun 1980-2000 terus meningkat namun
Luas lahan sawah tahun 1980-1995 cenderung meningkat Tahun 1995-2002 cenderung turun dan meningkat lagi tahun 2003 (Tabel 2)
Luas Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Bukan Sawah Tahun 1980-2003
Buletin PLA Edisi Juni 2005 2
pada tahun 2000 ke 2001 terjadi penurunan sedikit dari 2,112,239 hektar ke 2,097,939 hektar dengan penurunan sebesar 0,68%. Mulai tahun 2001, luas lahan sawah di pulau Sumatera kembali meningkat dengan peningkatan tahun 2002 ke 2003 mencapai 17,40%, meningkat dari 2,104,462 hektar pada tahun 2002 menjadi 2,470,713 hektar pada tahun 2003 (Tabel 1, Tabel 2 dan Grafik 1). Perkembangan Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah Seperti terlihat pada Grafik 2, secara agregat, perkembangan luas lahan bukan sawah tahun 1980 hingga 2003 di Indonesia cenderung meningkat walau sempat terjadi penurunan pada tahun 2001 ke 2002. Penurunan luas lahan bukan sawah terjadi pada tahun 2001 ke 2002 dari 65,354,821 hektar menjadi 59,786,377 hektar di tahun 2002 dengan penurunan 8,52%. Sementara itu di semua pulau, dari tahun 2002 ke 2003 terjadi peningkatan luas lahan bukan sawah dengan total luas lahan bukan sawah tahun 2003 di Indonesia mencapai 68,059,871 hektar dengan peningkatan dari tahun 2002 ke tahun 2003 mencapai 13, 84% (Tabel 1, Tabel 2 dan Grafik 1).
Grafik 2. Perkembangan Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah Menurut Pulau Tahun 1980-2003
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002 2003
SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI BALI & NTT
Perkembangan luas lahan bukan sawah di Pulau Sumatera cukup berfluktuatif. Pada tahun 2001 luas lahan bukan sawah di Pulau Sumatera seluas 26,594,584 hektar, sedangkan pada tahun 2002 turun menjadi 22,984,767 ha atau turun sekitar -13,85%. Pada tahun 2003 terjadi peningkatan luas lahan kembali menjadi 27,546,079 hektar atau meningkat 22,64%. Sementara itu perkembangan luas lahan bukan sawah di Jawa, Bali dan NTT cenderung konstan. Hampir serupa terjadi di Pulau Sulawesi. Di lain pihak, kenaikan luas lahan bukan sawah yang cukup tajam terjadi di Pulau Kalimantan dari tahun 1980 hingga tahun 2001 seperti terlihat pada Grafik 2 sebelum terjadi penurunan walau tidak terlalu signifikan dari tahun 2001
Luas lahan bukan sawah tahun 1980-2003 cenderung meningkat kecuali tahun 2001-2002 (Tabel 4).
Buletin PLA Edisi Juni 2005 3
hingga 2003. Luas lahan bukan sawah di Pulau Kalimantan di tahun 2001 mencapai 19,954,162 hektar, pada tahun 2002 turun menjadi 18,828,804 hektar atau turun 5,64% dan turun kembali sebesar 0,67% menjadi 18,702,727 hektar di tahun 2003. .
Buletin PLA Edisi Juni 2005 4
TABEL 1. Perkembangan Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Propinsi
Tahun 1980-2003
NO PROPINSI 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002 2003
1 NAD 157,570 171,347 204,526 232,122 300,128 288,574 288,574 524,945
2 SUMUT 272,360 324,698 330,617 330,308 517,483 524,649 471,249 550,414 3 SUMBAR 141,784 159,310 162,492 182,916 230,696 229,641 244,406 233,194
4 RIAU 125,613 116,618 157,807 167,426 118,187 111,935 111,935 111,935
5 JAMBI 130,184 119,632 178,174 204,509 142,980 141,245 128,069 124,151 6 SUMSEL 255,988 337,386 380,803 415,401 430,454 439,668 459,240 512,510
7 BABEL 1,120 1,639 2,846 12,261 2440 979 1,815 3,186
8 BENGKULU 43,606 63,360 60,611 69,186 81,259 83,113 88,362 98,361 9 LAMPUNG 124,133 138,484 165,181 223,131 288,612 278,135 310,812 312,017
SUMATERA 1,252,358 1,432,474 1,643,057 1,837,260 2,112,239 2,097,939 2,104,462 2,470,713
10 DKI 6,251 4,145 3,893 3,025 2,895 2,866 2,866 5,321
11 BANTEN 95,748 104,825 117,303 125,120 192,970 202,046 209,286 246,938
12 JABAR 804,528 799,129 796,973 786,838 944,002 924,871 913,355 944,042 13 JATENG 685,110 671,815 684,354 704,641 991,154 991,251 985,810 972,948
14 DIY 55,780 52,352 51,879 51,182 58,834 58,542 58,253 57,612
15 JATIM 877,838 880,530 902,654 895,103 1,154,536 1,159,592 1,147,007 1,107,766 JAWA 2,525,255 2,512,796 2,557,056 2,565,909 3,344,391 3,339,168 3,316,577 3,334,627
16 KALBAR 206,455 198,160 257,245 334,736 279,495 287,013 299,381 339,466 17 KALTENG 62,140 90,291 224,739 232,028 177,810 182,556 168,717 194,895
18 KALSEL 149,028 266,859 338,995 340,166 402,935 415,828 420,377 420,086
19 KALTIM 52,655 33,815 118,466 88,897 108,187 106,768 119,950 119,946 KALIMANTAN 470,278 589,125 939,445 995,827 968,427 992,165 1,008,425 1,074,393
20 SULUT 24,465 26,797 40,185 46,806 56,197 61,205 63,871 64,605 21 GORONTALO 9,668 13,215 18,357 29,213 22,508 22508 22427 25,495
22 SULTENG 36,665 103,141 107,176 136,728 133,593 128,023 120,960 241,661
23 SULSEL 285,583 304,282 336,727 371,674 684,545 661,273 628519 688,150 24 SULTRA 11,910 46,842 48,676 59,996 67,593 64,075 65060 66,939
SULAWESI 368,291 494,277 551,121 644,417 964,436 937,084 900,837 1,086,850
25 BALI 98,785 97,898 91,985 88,783 85,128 85,525 82,238 81,901
26 NTB 145,051 137,793 153,863 166,021 198,485 214,576 218,496 245,632
27 NTT 54,374 62,416 92,245 84,757 114,233 113,276 117,813 105,914 BALI & NTT 298,210 298,107 338,093 339,561 397,846 413,377 418,547 433,447
INDONESIA 4,914,392 5,326,779 6,028,772 6,382,974 7,787,339 7,779,733 7,748,848 8,400,030
Sumber: Badan Pusat Statistik
Buletin PLA Edisi Juni 2005 5
TABEL 2. Pertumbuhan Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Propinsi Tahun 1980-2003
NO PROPINSI 1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 2000-2001 2001-2002 2002-2003 1 NAD 1.69 3.60 2.56 -2.59 -3.85 0.00 81.91 2 SUMUT 3.58 0.36 -0.02 1.31 1.38 -10.18 16.80 3 SUMBAR 2.36 0.40 2.40 -0.15 -0.46 6.43 -4.59 4 RIAU -1.48 6.24 1.19 -13.96 -5.29 0.00 0.00 5 JAMBI -1.68 8.29 2.80 -9.26 -1.21 -9.33 -3.06 6 SUMSEL 5.68 2.45 1.75 -3.59 2.14 4.45 11.60 7 BABEL 7.91 11.67 33.92 -28.16 -59.88 85.39 75.54 8 BENGKULU 7.76 -0.88 2.68 -0.14 2.28 6.32 11.32 9 LAMPUNG 2.21 3.59 6.20 -1.28 -3.63 11.75 0.39
SUMATERA 2.72 2.78 2.26 -3.11 -0.68 0.31 17.40 10 DKI -7.89 -1.25 -4.92 -3.63 -1.00 0.00 85.66 11 BANTEN 1.83 2.27 1.30 -1.43 4.70 3.58 17.99 12 JABAR -0.13 -0.05 -0.26 0.03 -2.03 -1.25 3.36 13 JATENG -0.39 0.37 0.59 0.40 0.01 -0.55 -1.30 14 DIY -1.26 -0.18 -0.27 -0.39 -0.50 -0.49 -1.10 15 JATIM 0.06 0.50 -0.17 0.34 0.44 -1.09 -3.42
JAWA -0.10 0.35 0.07 0.16 -0.16 -0.68 0.54 16 KALBAR -0.82 5.36 5.41 -12.76 2.69 4.31 13.39 17 KALTENG 7.76 20.01 0.64 -8.25 2.67 -7.58 15.52 18 KALSEL 12.36 4.90 0.07 -4.47 3.20 1.09 -0.07 19 KALTIM -8.48 28.50 -5.58 -11.11 -1.31 12.35 0.00
KALIMANTAN 4.61 9.78 1.17 -8.46 2.45 1.64 6.54 20 SULUT 1.84 8.44 3.10 -0.50 8.91 4.36 1.15 21 GORONTALO 6.45 6.79 9.74 - - -0.36 13.68 22 SULTENG 22.98 0.77 4.99 -2.56 -4.17 -5.52 99.79 23 SULSEL 1.28 2.05 1.99 2.57 -3.40 -4.95 9.49 24 SULTRA 31.51 0.77 4.27 -0.07 -5.20 1.54 2.89
SULAWESI 6.06 2.20 3.18 0.09 -2.84 -3.87 20.65 25 BALI -0.18 -1.24 -0.71 -1.06 0.47 -3.84 -0.41 26 NTB -1.02 2.23 1.53 0.82 8.11 1.83 12.42 27 NTT 2.80 8.13 -1.68 -1.20 -0.84 4.01 -10.10
BALI & NTT -0.01 2.55 0.09 -0.16 3.90 1.25 3.56 INDONESIA 1.62 2.51 1.15 -1.97 -0.10 -0.40 8.40 Sumber: Diolah dari data Tabel 1
Buletin PLA Edisi Juni 2005 6
TABEL 3. Perkembangan Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah Menurut Propinsi, Tahun 1980-2003
NO PROPINSI 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002 2003 1 NAD 2,015,601 1,498,999 2,083,129 2,379,644 2,600,996 2,390,481 2,390,481 4,571,055
2 SUMUT 3,362,925 3,151,499 3,624,187 3,814,901 4,281,057 6,013,561 2,936,085 3,020,838
3 SUMBAR 1,351,569 1,346,016 1,691,287 1,625,035 1,931,050 2,289,482 1,924,973 2,589,699
4 RIAU 3,053,048 3,001,978 3,311,806 3,510,054 3,955,506 3,658,551 3,658,551 4,183,116
5 JAMBI 2,021,392 2,351,229 2,705,042 2,504,206 2,591,312 2,542,811 2,659,716 3,427,754
6 SUMSEL 5,186,990 3,221,944 4,279,771 4,608,330 5,094,089 4,960,556 4,920,005 5,394,628
7 BABEL 1,166,608 1,042,240 994,507 942,501 1,106,104 899,566 898,619 1,408,099
8 BENGKULU 840,843 746,702 839,945 1,097,344 1,113,974 1,140,602 1,134,346 973,533
9 LAMPUNG 2,015,069 2,068,478 2,038,019 1,903,225 2,008,890 2,174,409 1,937,426 1,977,357
SUMATERA 21,014,045 18,429,085 21,567,693 22,385,240 24,682,978 26,070,019 22,460,202 27,546,079
10 DKI JAKARTA 31,471 32,265 40,146 42,427 18,570 18,219 18,219 77,985
11 BANTEN 434,007 443,871 497,113 464,808 489,435 511,437 540,816 568,001
12 JABAR 1,628,026 1,745,536 1,772,114 1,764,778 1,843,257 1,764,029 1,819,841 1,873,758
13 JATENG 1,497,290 1,521,610 1,530,884 1,521,355 1,562,455 1,549,610 1,533,425 1,540,070
14 DIY 211,544 212,805 215,665 217,204 210,999 217,511 216,525 216,803
15 JATIM 1,918,020 1,970,246 2,059,399 2,055,504 2,135,896 2,209,439 2,179,528 2,169,265
JAWA 5,720,358 5,926,333 6,115,321 6,066,076 6,260,612 6,270,245 6,308,354 6,445,882
16 KALBAR 2,103,075 5,519,878 5,276,752 6,238,595 6,242,729 6,173,053 6,274,928 6,460,972
17 KALTENG 2,313,094 2,146,287 1,996,423 2,410,809 4,868,648 5,490,572 5,590,753 5,181,354
18 KALSEL 1,128,037 1,708,303 1,573,445 1,614,564 2,308,970 1,631,355 1,714,446 1,811,724
19 KALTIM 2,121,655 1,950,398 4,039,559 3,896,561 4,412,863 6,659,182 5,248,677 5,248,677
KALIMANTAN 7,665,861 11,324,866 12,886,179 14,160,529 17,833,210 19,954,162 18,828,804 18,702,727
20 SULUT 515,638 665,018 590,753 699,427 789,362 912,202 799,604 799,604
21 GORONTALO 299,147 294,745 347,487 398,699 354887 354887 357402 381970
22 SULTENG 1,333,033 1,844,290 1,963,389 2,204,040 2,473,789 2,318,723 2,518,996 5,445,842
23 SULSEL 3,607,679 3,075,722 2,391,421 2,443,370 2,759,489 2,564,722 2546880 2,852,370
24 SULTRA 1,021,342 1,531,975 1,535,799 1,617,171 1,465,294 1,469,889 1505069 1,519,272
SULAWESI 6,776,839 7,411,750 6,828,849 7,362,707 7,487,934 7,620,423 7727951 10,999,058
25 BALI 318,035 295,925 307,154 309,369 314,070 308,488 313,824 310,436
26 NTB 525,184 681,771 712,999 661,796 735,581 1,548,889 554,734 748,304
27 NTT 2,584,406 3,345,749 2,994,417 2,311,434 3,033,032 3,058,030 3,067,943 3,307,385
BALI & NTT 3,427,625 4,323,445 4,014,570 3,282,599 4,082,683 4,915,407 3,936,501 4,366,125
INDONESIA 44,604,728 47,415,479 51,412,612 53,257,151 60,347,417 65,354,821 59,786,377 68,059,871
Sumber: Badan Pusat Statistik
Buletin PLA Edisi Juni 2005 7
TABEL 4. Pertumbuhan Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah Menurut Propinsi, Tahun 1980-2003
NO PROPINSI 1980-1985
1985-1990
1990-1995
1995-2000
2000-2001
2001-2002
2002-2003
1 NAD -5.75 6.80 2.70 1.79 -8.09 0.00 91.22 2 SUMUT -1.29 2.83 1.03 2.33 40.47 -51.18 2.89 3 SUMBAR -0.08 4.67 -0.80 3.51 18.56 -15.92 34.53 4 RIAU -0.34 1.98 1.17 2.42 5.75 0.00 0.00 5 JAMBI 3.07 2.84 -1.53 0.69 -1.87 4.60 28.88 6 SUMSEL -9.08 5.84 1.49 2.02 -2.62 -0.82 9.65 7 BABEL -2.23 -0.93 -1.07 3.25 -18.67 -0.11 56.70 8 BENGKULU -2.35 2.38 5.49 0.30 2.39 -0.55 -14.18 9 LAMPUNG 0.52 -0.30 -1.36 1.09 8.24 -10.90 2.06
SUMATERA -2.59 3.20 0.75 1.97 7.74 -13.85 19.84 10 DKI JAKARTA 0.50 4.47 1.11 -15.23 -1.89 0.00 328.04 11 BANTEN 0.45 2.29 -1.33 1.04 4.50 5.74 5.03 12 JABAR 1.40 0.30 -0.08 0.87 -4.30 3.16 2.96 13 JATENG 0.32 0.12 -0.12 0.53 -0.82 -1.04 0.43 14 DIY 0.12 0.27 0.14 -0.58 3.09 -0.45 0.13 15 JATIM 0.54 0.89 -0.04 0.77 3.44 -1.35 -0.47
JAWA 0.71 0.63 -0.16 0.63 0.15 0.61 2.18 16 KALBAR 21.29 -0.90 3.41 0.01 -1.12 1.65 2.96 17 KALTENG -1.49 -1.44 3.84 15.09 12.77 1.82 -7.32 18 KALSEL 8.65 -1.63 0.52 7.42 -29.35 5.09 5.67 19 KALTIM -1.67 15.68 -0.72 2.52 50.90 -21.18 0.00
KALIMANTAN 8.12 2.62 1.90 4.72 11.89 -5.64 -0.67 20 SULUT 5.22 -2.34 3.43 2.45 15.56 -12.34 0.00 21 GORONTALO -0.30 3.35 2.79 - - 0.71 6.87 22 SULTENG 6.71 1.26 2.34 2.34 -6.27 8.64 116.19 23 SULSEL -3.14 -4.91 0.43 2.46 -7.06 -0.70 11.99 24 SULTRA 8.45 0.05 1.04 -1.95 0.31 2.39 0.94
SULAWESI 1.81 -1.62 1.52 0.34 1.77 1.41 42.33 25 BALI -1.43 0.75 0.14 0.30 -1.78 1.73 -1.08 26 NTB 5.36 0.90 -1.48 2.14 110.57 -64.19 34.89 27 NTT 5.30 -2.19 -5.05 5.58 0.82 0.32 7.80
BALI & NTT 4.75 -1.47 -3.95 4.46 20.40 -19.92 10.91 INDONESIA 1.23 1.63 0.71 2.53 8.30 -8.52 13.84 Sumber. Diolah dari data Tabel 3
Buletin PLA Edisi Juni 2005 8
Forum Koordinasi Pengelolaan Irigasi (FKPI) adalah wadah koordinasi dari dan antar Perkumpulan Petani Pemakai Air, Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air, Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air dengan pemerintah daerah atau lembaga institusi terkait di daerah irigasi lainnya yang dibentuk atas dasar kebutuhan dan kepentingan bersama. Terbentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air didasari dari pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura yang tidak terlepas dari pemanfaatan air irigasi yang pengelolaannya sangat ditentukan oleh keberdayaan kelompok tani pemakai air. Kegiatan ini dilaksanakan diseluruh daerah irigasi permukaan maupun air tanah dan diselenggarakan secara terkoordinasi dengan instansi terkait, dengan target group adalah petani pemakai air berskala kecil yang menggunakan fasilitas jaringan irigasi desa dan bekerjasama dalam pengelolaan suatu daerah pelayanan irigasi. Adapun tujuan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air adalah upaya untuk memfasilitasi Perkumpulan Petani Pemakai Air untuk mengembangkan kemampuan sendiri di bidang teknis, keuangan, manajemen administrasi dan organisasi secara mantap sehingga dapat mengelola daerah irigasi/reklamasi rawa secara mandiri dan berkelanjutan dalam proses yang dinamis dan bertanggung jawab. Sedangkan keanggotaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah semua petani yang mendapat nikmat manfaat secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa yang meliputi pemilik sawah, pemilik penggarap sawah, penggarap/penyakap, pemilik kolam ikan yang mendapat air dari jaringan irigasi/reklamasi rawa dan pemakai air irigasi lainnya. Perkembangan P3A Tahun 2001-2004 Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Indonesia sudah mulai dikembangkan dari tahun 2001. Data yang tersedia menunjukkan P3A sudah berkembang di 28 Propinsi, meliputi Propinsi NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jabar dan Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulut dan Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara, Irian Jaya, DKI Jakarta. Pertumbuhan P3A dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. P3A sudah berkembang 2. P3A sedang berkembang
Perkumpulan Petani Pemakai Air(P3A)Tahun 2001-2004
Buletin PLA Edisi Juni 2005 9
3. P3A belum berkembang Pemberdayaan P3A diseluruh Indonesia mulai dikembangkan pada TA. 2001-2004. Adapun kecenderungan pertumbuhannya dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut :
TABEL 1. Pertumbuhan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Indonesia Tahun 2001-2004
2001 - 2002 2002 - 2003
Pertumbuhan 2001-2004 Sudah Berkembang 14,36 5,88
2001 - 2002 2002 - 2003
Sedang Berkembang 7,96 3,52
2001 - 2002 2002 - 2003
Belum Berkembang 5,54 1,56
Grafik 1 menunjukkan bahwa perkembangan P3A yang sudah berkembang di Indonesia pada tahun 2001-2002 menunjukkan peningkatan cukup besar yaitu sebesar 14,36%, yaitu dari 6,985 kelompok pada tahun 2001 menjadi 7,988 kelompok pada tahun 2002 dan pada tahun 2002-2003 juga menunjukkan peningkatan sebesar 5,88% yaitu dari 7,988 kelompok pada tahun 2002 menjadi 8,458 kelompok pada tahun 2003, sedangkan pada tahun 2003-2004 menunjukkan jumlah P3A konstan (pertumbuhan nol).
Grafik 1. Perkembangan Jumlah P3A yang Sudah Berkembang, Tahun 2001-2004
Grafik 2 menunjukkan bahwa perkembangan P3A yang sedang berkembang di Indonesia pada tahun 2001-2002 menunjukkan peningkatan cukup besar yaitu sebesar 7,96%, yaitu dari 18,686 kelompok pada tahun 2001 menjadi 20,370 kelompok pada tahun 2002 dan pada tahun 2002-2003
02,000
4,0006,000
8,00010,000
2001 2002 2003 2004
Jumlah P3A yang sudah berkembang tahun 2001- 2004 mengalami peningkatan
Jumlah P3A yang sedang berkembang tahun 2001- 2004 tumbuh positif
Buletin PLA Edisi Juni 2005 10
juga menunjukkan peningkatan sebesar 3,52%, yaitu dari 20,370 kelompok pada tahun 2002 menjadi 21,088 kelompok pada tahun 2003, sedangkan pada tahun 2003-2004 menunjukkan jumlah P3A konstan (pertumbuhan nol).
Grafik 2. Perkembangan Jumlah P3A yang Sedang Berkembang, Tahun 2001-2004
Perkembangan P3A yang belum berkembang di Indonesia pada tahun 2001-2002 menunjukkan peningkatan cukup besar yaitu sebesar 5,54%, yaitu dari 15,224 kelompok pada tahun 2001 menjadi 14,381 kelompok pada tahun 2002 dan pada tahun 2002-2003 juga menunjukkan peningkatan sebesar 1,56%, yaitu dari 14,381 kelompok pada tahun 2002 menjadi 14,157 kelompok pada tahun 2003, sedangkan pada tahun 2003-2004 menunjukkan jumlah P3A konstan (pertumbuhan nol).
Grafik 3. Perkembangan Jumlah P3A yang Belum Berkembang, Tahun 2001-2004
17,000
18,000
19,000
20,000
21,000
22,000
2001 2002 2003 2004
Jumlah P3A yang belum berkembang tahun 2001-2004 terus menurun karena statusnya telah meningkat
Buletin PLA Edisi Juni 2005 11
Dilihat dari ketiga grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah P3A baik yang sudah berkembang maupun yang sedang berkembang pada tahun 2001-2003 menunjukkan peningkatan, sedangkan jumlah P3A yang belum berkembang dari tahun 2001 ke 2003 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pergeseran dari P3A yang belum berkembang menjadi sedang berkembang dan P3A sedang berkembang menjadi P3A yang sudah berkembang. Pergeseran ini dikarenakan kesadaran dan pengetahuan masyarakat petani pemakai air akan pentingnya kelembagaan P3A semakin membaik serta koordinasi yang baik antar instansi terkait, sehingga pertumbuhannya stabil dan dapat dikatakan bahwa kemampuan petani dalam mengelola daerah irigasi/reklamasi rawa sudah mandiri dan berkelanjutan dalam proses yang dinamis dan bertanggung jawab, begitu juga di bidang teknis, keuangan, manajemen administrasi dan organisasi sudah semakin mantap.
13,500
14,000
14,500
15,000
15,500
2001 2002 2003 2004
Buletin PLA Edisi Juni 2005 12
Buletin PLA Edisi Juni 2005 13
Pengembangan Tata Air Mikro (TAM) dilaksanakan pada daerah pengairan pasang surut yang jaringan utamanya (tata air makronya) telah selesai dibuat, tetapi jaringan tata air mikronya belum ada atau telah mengalami kerusakan dan diperlukan rehabilitasi. Pengembangan tata air mikro ini meliputi pembuatan saluran, pintu air, maupun penataan lahannya.
Sejak dimulainya pengembangan Tata Air Mikro tahun 2002, luas pengembangan TAM terus meningkat. Pada tahun 2002 pengembangan TAM dimulai dengan 4500 ha di tiga propinsi yaitu Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat. Hingga tahun 2004, TAM telah dikembangkan di 11 propinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya dengan luas mencapai 23.876 hektar. Dengan demikian secara keseluruhan dari tahun 2002 hingga tahun 2004, telah dikembangkan Tata Air Mikro seluas 37.476 hektar di tiga pulau di Indonesia yaitu Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya (Grafik 1 dan Tabel 1).
Grafik 1. Perkembangan Luas Pengembangan TAM 2002-2004
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2002 2003 2004
Sumatera Kalimantan Irian Jaya
TABEL 1. Luas Pengembangan TAM 2002-2004
Tata Air Mikro (TAM)
Perkembangan luas TAM terus meningkat dari tahun 2002-2004
Buletin PLA Edisi Juni 2005 14
(Ha)
Luas Pengembangan TAM TA - NO. PROPINSI
2002 2003 2004 (1) (2) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) 1 D.I. Aceh - - - 2 Sumatera Utara - - 450 3 Sumatera Barat - - - 4 Riau - 500 1,250 5 Jambi 1,500 2,700 4,029 6 Sumatera Selatan 1,500 2,500 7,650 7 Bengkulu - - 450 8 Lampung - 500 1,000
SUMATERA 3,000 6,200 14,829
1 Kalimantan Barat 1,500 1,000 2,217 2 Kalimantan Tengah - 900 2,250 3 Kalimantan Selatan - 1,000 2,630 4 Kalimantan Timur - - 950
KALIMANTAN 1,500 2,900 8,047 IRIAN JAYA - - 1,000 Total 4,500 9,100 23,876
Buletin PLA Edisi Juni 2005 15
Dukungan sektor pengairan terhadap program pengembangan prasarana pertanian yaitu rehabilitasi jaringan irigasi, pembangunan jaringan irigasi, rehabilitasi sawah, pencetakan sawah, pembangunan JIAT, pembangunan embung dan waduk serta rehabilitasi embung dan waduk. Selain itu untuk prasarana pengendalian banjir meliputi normalisasi sungai, pembangunan prasarana pengendalian banjir, pompa banjir, pengamanan pantai, dan perkuatan tebing. Program rehabilitasi jaringan irigasi tahun 2003 seluas 431.102 ha meningkat 45,11% menjadi 625.579 pada tahun 2004. Peningkatan juga diikuti oleh pembangunan jaringan irigasi dari 125.687 hektar pada tahun 2003 menjadi 147.138 hektar di tahun 2004 yang berarti naik sebesar 17,07% seperti terlihat pada Tabel 1 dan 2. Sebaliknya, rehabilitasi rawa mengalami penurunan sebesar 8,97% dari 70.838 hektar di tahun 2004 menjadi 64.481 hektar. Sementara itu, pencetakan sawah mengalami kenaikan hingga 118,97% dari 2.087 hektar pada tahun 2003 menjadi 4.570 hektar pada tahun 2004. Grafik 1. Program Sektor Pengairan Mendukung Prasarana Pertanian
Tahun 2003-2004
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
Rehab
Jar.Ir
igasi
Pemb.I
rigas
i
Rehab
.Raw
a
Pence
tak.S
awah
Pemb.J
IAT
2003 2004
Dukungan Sektor Pengairan Pada Program Pengembangan Prasarana Pertanian