buletin informasi cuaca iklim dan gempabumt edisi mei 2016 okt 2018.pdfrh tertinggi 97 % tanggal 01...

20
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN SEPTEMBER 2018 A. Monitoring Dinamika Atmosfer September 2018 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan September 2018: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama September 2018, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan menghangat. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.49°C dan nilai bulanan September 2018 adalah +0.3 sehingga termasuk kategori Netral. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi Netral. Namun nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada September tercatat -10.0 yang menunjukkan kondisi El Nino. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang menghangat diprediksi kondisi El Nino Lemah berlangsung pada Oktober 2018 hingga Maret 2019. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir September 2018 (Sumber : BoM)

Upload: others

Post on 11-Sep-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN SEPTEMBER 2018 A. Monitoring Dinamika Atmosfer September 2018

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan September 2018:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama September 2018, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan menghangat. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.49°C dan nilai bulanan September 2018 adalah +0.3 sehingga termasuk kategori Netral. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi Netral. Namun nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada September tercatat -10.0 yang menunjukkan kondisi El Nino. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang menghangat diprediksi kondisi El Nino Lemah berlangsung pada Oktober 2018 hingga Maret 2019.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir September 2018 (Sumber : BoM)

Page 2: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia pada bulan September 2018

menunjukkan peningkatan nilai pada kisaran Kuat Positif. Indeks minggu terakhir September 2018 tercatat +0.86, hal ini berkontribusi terhadap pengurangan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI Kuat Positif ini diprediksi masih berlangsung pada Oktober 2018 dan DMI Normal pada November 2018 hingga Maret 2019.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir September 2018 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO selama September 2018 sempat aktif pada pertengahan bulan di Benua Maritim Indonesia (BMI) namun lemah, yang tentunya kurang berkontribusi pada kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia. Dari anomali OLR wilayah Indonesia, terlihat warna kuning hingga coklat mendominasi hampir di seluruh wilayah Indonesia, namun untuk wilayah Sumatra Utara dan Barat serta Timur Papua didominasi warna biru muda. Hal ini menunjukkan wilayah Indonesia keseluruhan cenderung lebih kering terkait sedikitnya daerah liputan awan pada September 2018 dan khusus wilayah Banyuwangi menunjukkan dominan Positif (kering).

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama September 2018, Warna biru adalah OLR negatif, warna coklat adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)

Page 3: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Pada September 2018, aliran massa udara didominasi monsun Timuran hampir di seluruh wilayah Indonesia akibat masih banyaknya gangguan tropis terbentuk di Utara ekuator. Kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya pembentukan awan hujan di wilayah Selatan ekuator. Memasuki awal Oktober monsun Timuran diprediksi masih stabil namun melemah. Memasuki kondisi peralihan, banyaknya pertemuan dan belokan angin di wilayah ekuator dapat mendukung pembentukan awan hujan, serta perlu diwaspadai terhadap kejadian angin kencang sesaat pada kondisi peralihan ini.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien

September (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional September 2018 lapisan 850 mb

(sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di seluruh wilayah Jawa Timur selama September 2018 kondisinya terjadi anomali positif yang mengindikasikan adanya dominasi massa udara dari barat dan lemahnya angin timuran dari klimatologisnya. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di sebagian Jawa Timur khususnya Banyuwangi tidak terjadi anomali atau netral. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama September 2018.

Page 4: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada September 2018 berkisar antara -2.0 hingga +0.5º C yang berada dikisaran negatif (mendingin). Untuk perairan sekitar

Selatan Jawa cenderung cukup dingin dan hampir di seluruh perairan Indonesia bagian Barat bernilai negatif, namun untuk perairan Timur Papua cenderung hangat. Dengan suhu muka laut kisaran 24 – 28°C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan berkurangnya potensi penguapan dan pembentukan awan selama September 2018. Dinginnya suhu perairan ini menjadi salah satu faktor dalam berkurangnya pembentukan awan hujan di Jawa selama September 2018. Untuk Jawa Timur di beberapa wilayah masih sesekali terjadi hujan ringan pada dini hari akibat kondisi lokal setempat dan didukung anomali positif suhu muka laut yang berfluktuatif harian dan bersifat lokal.

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan September 2018 (sumber: NOAA)

Gangguan Tropis

Selama September 2018 tidak terdapat aktifitas gangguan tropis di wilayah Samudera Hindia selatan Indonesia. Adapun aktifitas siklon tropis terjadi di Belahan Bumi Utara yaitu Siklon MANGKHUT pada 7-17 September, Siklon BARIJAT pada 11-13 September, Siklon TRAMI aktif pada 21 September, dan Siklon LIUA pada 26-28 September 2018 yang berada di Timur Laut Australia.

Lokasi siklon yang jauh dari Indonesia secara langsung tidak berdampak pada kondisi cuaca di Indonesia. Namun secara tidak langsung turut membuat monsun timuran stabil dan meningkatkan kecepatan angin, arus dan tinggi gelombang di beberapa wilayah Indonesia. Di wilayah Banyuwangi secara umum tidak terpengaruh selama periode terjadinya siklon tropis tersebut.

Gambar 7. Lintasan Siklon Tropis selama bulan September 2018 (sumber: MSS)

TC TRAMI

TC MANGKHUT

TC LIUA

TC BARIJAT

Page 5: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

5

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama September 2018 di Jawa Timur cenderung lebih kering dibanding bulan sebelumnya dengan rata-rata kisaran 55 – 61 %. Dari peta anomali terlihat di wilayah Jawa Timur tidak terjadi anomali atau sama dengan nilai rata-ratanya, hal ini berkorelasi positif dengan berkurangnya pertumbuhan awan dan sedikitnya hujan selama September 2018 dimana wilayah khususnya Jawa Timur sedikit sebaran awannya.

Gambar 8. Kelembaban Udara Relatif September 2018 dan Anomalinya pada level 850 mb

(Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan September 2018 wilayah Banyuwangi mengalami sedikit curah hujan yaitu skala rendah. Hujan kategori rendah (0-50 mm/ bulan) terjadi di sebagian besar wilayah Banyuwangi. Pada September 2018 sebagian besar wilayah di Banyuwangi berada pada Musim Kemarau. Pada Oktober 2018 wilayah Banyuwangi diprediksi akan mengalami masa peralihan musim/pancaroba (Dari musim Kemarau ke Musim Hujan). Perlu diwaspadai terjadinya angin kencang, puting beliung, petir, dan hujan lebat.

Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan September secara spasial hujan yang terjadi seluruh wilayah Banyuwangi dalam kondisi Bawah Normal. Kondisi sifat hujan di Bawah Normal terjadi di seluruh wilayah Banyuwangi. Pada bulan Oktober 2018 diprakirakan sebagian besar wilayah Banyuwangi dominan berada pada masa Peralihan Musim/Pancaroba (Dari musim Kemarau ke Musim Hujan). Pada bulan Oktober 2018 wilayah Banyuwangi bagian Tengah dan Barat memasuki musim hujan.

Untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi hal perlu diwaspadai adalah terjadinya gelombang tinggi serta tingginya kecepatan angin yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana. Hal tersebut disebabkan oleh angin Monsun Australia telah stabil (dari arah Tenggara-Selatan) dan diprediksi cenderung menguat.

Page 6: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

6

B. Pantauan Kondisi Cuaca Bulan September 2018 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan September 2018 menunjukan bahwa wilayah kota Banyuwangi telah memasuki Musim Kemarau, hal tersebut di tandai oleh jumlah curah hujan yang kurang dari 150 mm/ bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Barat Daya, dengan kecepatan 3 – 9 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan intensitas sangat ringan hingga Ringan. Angin maksimum terjadi pada 03 September 2018 yaitu dari arah Selatan dengan kecepatan maximum 13 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 9.0 mm (Bawah Normal). Suhu tertinggi 32.7 °C terjadi pada 27 September 2018, suhu terendah sebesar 21.7 ºC terjadi pada 14 September 2018.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan September 2018, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi September 2018

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI SEPTEMBER 2018

NORMAL SEPTEMBER (1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 27.1 ⁰C 26.2 ⁰C

2 Temperatur maksimum 30.6 ⁰C 31.9 ⁰C

3 Temperatur minimum 23.4 ⁰C 21.0 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 32.7 ⁰C 33.5 ⁰C

5 Temp. min. absolut 21.7 ⁰C 19.0 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1013.2 mb 1011.8 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 3.7 knots 3.7 knots

8 Arah angin terbanyak Barat Daya Tenggara

9 Kelembaban rata-rata 72 % 77 %

10 Curah hujan 9.0 mm 48.0 mm

11 Jumlah hari hujan 3 hari hujan 8 hari hujan

Page 7: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

7

Page 8: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

8

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi September 2018 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama September 2018 mencapai 172.0 mm dengan rata-rata harian 5.7 mm, penguapan tertinggi 7.8 mm terjadi pada 23 September 2018.

Penyinaran matahari rata-rata September 2018 ra ta - ra ta 91 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % terjadi pada antara dasarian I, II dan III sedangkan yang terendah 0 % terjadi pada dasarian I September 2018.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 1 3 . 2 m b , tertinggi 1015.4 mb pada 10 September 2018 dan terendah 1011.2 mb pada 29 September 2018.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) September 2018 adalah 7 2 % dengan RH tertinggi 89 % pada 01 September 2018, dan RH terendah 57 % pada 27 September 2018.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Barat , kecepatan angin 3 - 8 knots sebesar 68.6 %. Kecepatan angin tertinggi 13 knots dari arah Selatan.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Kec. Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada

koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Januari 2010. Hingga September 2018 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air, NAM Air (Sriwijaya Group) dan yang terbaru adalah Citilink (Garuda Indonesia Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Nusa Flying.

Kondisi parameter cuaca selama September 2018 di Bandara Banyuwangi dari data

hasil pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Banyuwangi dengan durasi

pengamatan 24 jam (00.00 – 23.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah Bandara Banyuwangi pada bulan September 2018 normalnya berada pada masa

musim Kemarau. Pada September 2018 di Bandara Banyuwangi jumlah hujan 0 mm / bulan

atau tidak ada hujan yang tertakar dan untuk bulan September 2018 berada pada masa

musim kemarau.

Page 9: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

9

Curah hujan selama September 2018 0 mm atau tidak ada hujan sama sekali.

Kelembaban udara relatif rata-rata 81 %. RH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018,

terendah 70 % tanggal 27 Se p tem b er 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1014.3 mb,

tertinggi 1016.6 mb dan terendah 1012.5 mb. Suhu rata–rata 26.1 °C dengan suhu

maksimum absolut 32.4 °C terjadi pada 27 dan 29 September 2018, suhu minimum absolut

18.7 °C pada 26 September 2018. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 3 – 18 knots. Angin

dominan bertiup dari arah Barat. Mayoritas kecepatan angin mencapai 66.0 % berkisar antara 3

– 8 knots. Kecepatan angin tertinggi 14 knots, terjadi pada 02 dan 03 September 2018 dari

arah Tenggara.

Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi September

2018 di Banyuwangi Airport (Sumber: BMKG)

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Selat Bali

Page 10: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

10

Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan September 2018 angin dominan dari arah Selatan dengan kecepatan angin bervariasi 0 – 16 knots. Suhu berkisar antara 22.7 – 30.0°C, Kelembaban Udara Relatif 53.1 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1008.1 – 1016.4 mb. Kondisi cuaca dominan Berawan. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

E. Analisa Hujan September 2018 daerah Banyuwangi

Page 11: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

11

Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 dari stasiun BMKG dan pos-pos

hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Jumlah Curah hujan tertinggi 33 mm/bulan terjadi di Bayulor dengan 2 hari hujan dengan sifat hujan Bawah Normal. Sementara curah hujan terendah 0-20 mm/bulan terjadi di Karangdoro, Kalibaru, Jambewangi, dan Pesanggaran.

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan September 2018

dan Sifat Hujan September 2018 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada September 2018 kurang menerima curah hujan yang bervariasi yaitu kategori Rendah. Jumlah curah hujan yang terjadi di seluruh wilayah Banyuwangi pada September 2018 berkisar antara 0 – 50 mm/bulan. Sifat hujan Bawah Normal terjadi di seluruh wilayah Banyuwangi.

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Page 12: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

12

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut September 2018 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial beberapa wilayah Banyuwangi pada September 2018 pada umumnya kurang menerima hujan. Untuk kecamatan Kabat, Songgon, Srono, Muncar, dan Gambiran selama 31-60 hari tidak terjadi hujan (klasifikasi sangat panjang) sedangkan kecamatan Wongsorejo dan Purwoharjo telah tidak terjadi hujan berturut-turut selama >60 hari tentunya pada Oktober 2018 di kecamatan tersebut perlu di waspadai terjadinya potensi kekeringan.

II. PROSPEK CUACA BULAN OKTOBER 2018

Page 13: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

13

A. Prediksi Dinamika Atmosfer Oktober 2018

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode El Nino

Lemah masih berlangsung pada Oktober 2018 hingga Maret 2019, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau Kuat Positif pada September 2018 diprediksi bertahan pada Oktober 2018 hingga kembali Normal pada November 2018. Hal ini mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat pada Oktober 2018.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia pada Oktober 2018 di perairan bagian Selatan Jawa diprediksi masih cenderung negatif atau mendingin dan untuk wilayah perairan Utara Papua dan Selatan Nusa Tenggara diprediksi cenderung menghangat, sedangkan di Wilayah Nino 3.4 Samudera Pasifik cenderung pada kondisi El Nino Lemah. Pola kondisi El Nino Lemah diprediksi masih berlangsung pada bulan Oktober 2018 hingga Maret 2019.

Madden Jullian Oscillation pada pertengahan bulan September 2018 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI) namun lemah, dan diprediksi tidak aktif pada Oktober 2018. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR pada awal Oktober 2018 perairan bagian Barat Sumatera dan Timur Papua cenderung terjadi pertumbuhan awan konvektif. Untuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara cenderung sedikit terdapat wilayah pertumbuhan awan konvektif.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Oktober 2018 akan masih sering muncul di Belahan Bumi Utara (BBU). Seiring pergerakan semu matahari memasuki Oktober 2018 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS mulai terlihat yang tentunya akan membuat monsun timuran menjadi tidak stabil dan melemah yang akan sedikit berdampak terhadap peningkatan curah hujan dengan didukung unsur lainnya seperti hangatnya suhu muka laut.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim di Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah Banyuwangi pada bulan Oktober 2018 masih mengalami kekeringan, dan sebagian kecil wilayah yang mengalami hujan ringan. Masih perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim di musim peralihan. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak pola monsun timuran yang melemah maka diprediksi akumulasi curah hujan bulan Oktober 2018 sebagian wilayah diprediksi curah hujannya berada pada kondisi bawah normalnya. Hanya sebagian kecil wilayah yang masih berada dibawah kondisi rata-rata / normalnya.

Page 14: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

14

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA)

Page 15: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

15

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi bulan Oktober 2018 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Oktober 2018 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan wilayah Banyuwangi berkisar 0 mm hingga 200 mm

Sifat Hujan wilayah Banyuwangi dominan Bawah Normal

Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Oktober 2018 Banyuwangi

(Sumber Data: BMKG Staklim Malang)

Page 16: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

16

C. Prakiraan Potensi Banjir Oktober 2018 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Oktober 2018. Dari peta terlihat

wilayah di Banyuwangi diprediksi tidak berpotensi banjir (aman). Memasuki bulan Oktober 2018 mayoritas wilayah Banyuwangi berada pada masa musim kemarau.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Oktober 2018 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI OKTOBER 2018

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Oktober 2018 di wilayah Kota Banyuwangi :

Page 17: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

17

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan pada bulan September 2018 tidak ada kejadian gempa bumi yang dirasakan sampai di Wilayah Kabupaten Banyuwangi.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM SEPTEMBER 2018

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan September 2018 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari -

Tanah Longsor -

Banjir Bandang -

Waterspout -

Page 18: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

18

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Page 19: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

19

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya

Page 20: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 OKT 2018.pdfRH tertinggi 97 % tanggal 01 September 2018, terendah 70 % tanggal 27 September 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Oktober 2018

20

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---