bulan penimbangan balita vs pin 2016 kota depok

3
BULAN PENIMBANGAN BALITA (BPB) VS PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) Oleh : Muhammad Husni, Nutrisionis Puskesmas Cipayung Depok Baru saja gegap gempita masyarakat Kota Depok khususnya telah melaksanakan kegiatan PIN 2016 dengan semarak. Tiap posyandu seluruhnya melaksanakan kegiatan PIN tanpa terkecuali dan disambut dengan antusias yang tinggi dari masyarakat dengan harapan anaknya terbebas dari polio. Antusiasme yang tinggi ini bisa terlihat dari capaian pelaksanaan PIN yang melebihi target 100% walaupun capaian ini bervariasi dari tiap puskesmas. Namun tetap saja capaian ini sangat membanggakan semua pihak terutama Dinas Kesehatan Kota Depok. Kegiatan PIN ini sendiri tanpa membedakan warga pendatang, warga menginap atau warga tetap, sesuai aturan seluruh warga yang ada di tempat yang melaksanakan PIN boleh diberikan pelayanan asalkan usianya masih dibawah 5 tahun. Kegiatan PIN kali ini dilaksanakan secara serentak se- Nasional dari tanggal 8 Maret s.d 15 Maret 2016. Sedangkan Bulan Penimbangan Balita (BPB) merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan setiap bulan Agustus berbarengan dengan pemberian vitamin A. Sama seperti PIN kegiatan BPB merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan yang diturunkan ke Puskesmas dan dikoordinator oleh Nutrisionis di Puskesmas. Kegiatan ini juga melibatkan posyandu, kader dan masyarakat. Perbedaannya adalah kegiatan BPB kurang mendapat respons positif dari masyarakat hal ini bisa dikatakan dari capaian BPB yang masih dibawah 100%. Rata-rata capaian BPB sekitar 90% dengan data dari kader namun jika dibandingkan dengan data proyeksi maka angkanya berada dibawah 90%. Memang kegiatan penimbangan balita di posyandu merupakan kegiatan rutin setiap bulan di posyandu sehingga banyak para ibu menganggap hal ini biasa. Namun mari kita lihat sebentar, balita gizi buruk tidak serta merta menjadi gizi buruk, membutuhkan proses dan waktu yang panjang untuk anak balita tersebut menjadi gizi buruk. Biasanya balita gizi buruk berawal dari penyakit infeksi ataupun asupan makan yang kurang disebabkan oleh faktor ekonomi. Gizi buruk tidak kalah bahayanya dengan penyakit polio. Gizi buruk juga bisa menyebabkan seorang anak meninggal. Proses seorang anak dari gizi normal-gizi kurang-gizi buruk sebenarnya bisa diamati dengan rutinnya dia ditimbang di posyandu. Hal ini dikarenakan setiap anak yang ditimbang di posyandu sudah mempunyai KMS atau buku KIA. Jika tidak mempunyai KMS/buku KIA maka akan dibuatkan oleh kader. Dari KMS/Buku KIA tersebut tidak hanya terdapat informasi Berat badan normal saja akan tetapi riwayat

Upload: muhammad-husni

Post on 14-Apr-2017

180 views

Category:

Health & Medicine


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bulan penimbangan balita vs PIN 2016 Kota Depok

BULAN PENIMBANGAN BALITA (BPB) VS PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN)

Oleh : Muhammad Husni, Nutrisionis Puskesmas Cipayung Depok

Baru saja gegap gempita masyarakat Kota Depok khususnya telah melaksanakan kegiatan PIN 2016 dengan semarak. Tiap posyandu seluruhnya melaksanakan kegiatan PIN tanpa terkecuali dan disambut dengan antusias yang tinggi dari masyarakat dengan harapan anaknya terbebas dari polio. Antusiasme yang tinggi ini bisa terlihat dari capaian pelaksanaan PIN yang melebihi target 100% walaupun capaian ini bervariasi dari tiap puskesmas. Namun tetap saja capaian ini sangat membanggakan semua pihak terutama Dinas Kesehatan Kota Depok. Kegiatan PIN ini sendiri tanpa membedakan warga pendatang, warga menginap atau warga tetap, sesuai aturan seluruh warga yang ada di tempat yang melaksanakan PIN boleh diberikan pelayanan asalkan usianya masih dibawah 5 tahun. Kegiatan PIN kali ini dilaksanakan secara serentak se- Nasional dari tanggal 8 Maret s.d 15 Maret 2016.

Sedangkan Bulan Penimbangan Balita (BPB) merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan setiap bulan Agustus berbarengan dengan pemberian vitamin A. Sama seperti PIN kegiatan BPB merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan yang diturunkan ke Puskesmas dan dikoordinator oleh Nutrisionis di Puskesmas. Kegiatan ini juga melibatkan posyandu, kader dan masyarakat. Perbedaannya adalah kegiatan BPB kurang mendapat respons positif dari masyarakat hal ini bisa dikatakan dari capaian BPB yang masih dibawah 100%. Rata-rata capaian BPB sekitar 90% dengan data dari kader namun jika dibandingkan dengan data proyeksi maka angkanya berada dibawah 90%. Memang kegiatan penimbangan balita di posyandu merupakan kegiatan rutin setiap bulan di posyandu sehingga banyak para ibu menganggap hal ini biasa. Namun mari kita lihat sebentar, balita gizi buruk tidak serta merta menjadi gizi buruk, membutuhkan proses dan waktu yang panjang untuk anak balita tersebut menjadi gizi buruk. Biasanya balita gizi buruk berawal dari penyakit infeksi ataupun asupan makan yang kurang disebabkan oleh faktor ekonomi. Gizi buruk tidak kalah bahayanya dengan penyakit polio. Gizi buruk juga bisa menyebabkan seorang anak meninggal.

Proses seorang anak dari gizi normal-gizi kurang-gizi buruk sebenarnya bisa diamati dengan rutinnya dia ditimbang di posyandu. Hal ini dikarenakan setiap anak yang ditimbang di posyandu sudah mempunyai KMS atau buku KIA. Jika tidak mempunyai KMS/buku KIA maka akan dibuatkan oleh kader. Dari KMS/Buku KIA tersebut tidak hanya terdapat informasi Berat badan normal saja akan tetapi riwayat kesehatan si anak bisa dituliskan disana sehingga perjalanan kesehatan atau kesakitan si anak dapat terpantau. Sekali lagi rutinnya seorang anak untuk ditimbang setiap bulan di posyandu masih dibawah harapan. Selain bulan Januari dan Agustus yang notabenenya ada pemberian vitamin A maka bisa dikatakan sekitar 30-40% balita yang hadir untuk ditimbang. Biasanya setelah imunisasi dasar sudah lengkap seorang ibu tidak lagi menimbangkan anaknya di posyandu dengan berbagai macam alasan.

BPB maupun PIN sejatinya adalah tugas semua pihak di wilayah Kota Depok yang cinta akan kesehatan. BPB dan PIN sejatinya sama-sama menjadi perhatian Dinas Kesehatan Kota Depok. Dari segi keterlibatan pucuk pimpinan daerah dalam hal ini Walikota Depok beserta jajarannya dirasakan lebih tercurah pada kegiatan PIN. Perwakilan tiap OPD menjadi supervisor PIN di pos-pos tertentu menjadikan masyarakat senang dikarenakan pemerintah kota Depok dianggap ikut mensuskeskan PIN. Tidak hanya kepala OPD, staf-staf di Dinas Kesehatan pun ditugaskan untuk menjadi supervisor PIN tingkat Puskesmas. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan kegiatan BPB di bulan Agustus.

Page 2: Bulan penimbangan balita vs PIN 2016 Kota Depok

Selain itu pemerintah pusat juga sangat gencar mempromosikan PIN dengan penayangan iklan PIN di stasiun televisi swasta dan iklan ini diputar-putar terus setiap hari. Tidak hanya di tingkat pusat di tingkat daerah pun khususnya di Kota Depok juga sangat gencar promosi kegiatan PIN, hal ini terlihat dari spanduk-spanduk yang terpasang di tingkat puskesmas. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan kegiatan BPB di bulan Agustus.

Dari segi biaya pelaksanaan PIN juga sangat besar berbeda dengan kegiatan BPB, biaya kegiatan PIN mulai dari pertemuan lintas sektor, refreshing kader, pelaksanaan PIN, sampai dengan sweeping PIN seluruh puskesmas di Kota Depok kurang lebih berkisar Rp. 550.000.000 dengan asumsi 11 puskesmas kecamatan mendapat Rp. 50.000.000. Sedangkan biaya pelaksanaan BPB hanya berkisar Rp. 135.000.000 dengan asumsi Rp. 150.000 untuk 900 posyandu.

Dukungan dari lintas sektor pun dirasa sangat kurang untuk kegiatan BPB berbanding terbalik dengan kegiatan PIN yang dari pihak kelurahan serta kecamatan intens mengawal pelaksanaan PIN di wilayahnya masing-masing.

Fakta ini cukup membuat para nutrisionis di Dinas Kesehatan atau di puskesmas untuk ikut turun serta dalam memikirkan jalan keluarnya. Solusi cerdas diperlukan untuk meningkatkan derajat gizi masyarakat Indonesia khususnya Kota Depok melalui program Bulan Penimbangan Balita. Mungkinkah program BPB dibuat seperti PIN yang dilakukan secara serentak ataukah peningkatan pemahaman masyarakat tentang menimbang di posyandu yang perlu ditingkatkan.