buku
TRANSCRIPT
PENYIRAM TANAMAN OTOMATIS
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER SEBAGAI
PENGATUR JUMLAH VOLUM AIR
AUTOMATIC WATERING PLANT BASED ON
MICROCONTROLLER TO CONTROL WATER VOLUME
Oleh:
Agung Bandaso Karurukan
NRP. 7107 030 027
Dosen Pembimbing :
Paulus Susetyo Wardana, S.T.
NIP. 19700410.199603.1.002
JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2010
PROYEK AKHIR
PROYEK AKHIR
PENYIRAM TANAMAN OTOMATIS
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER SEBAGAI
PENGATUR JUMLAH VOLUM AIR
AUTOMATIC WATERING PLANT BASED ON
MICROCONTROLLER TO CONTROL WATER VOLUME
Oleh:
Agung Bandaso Karurukan
NRP. 7107 030 027
Dosen Pembimbing :
Paulus Susetyo Wardana, S.T.
NIP. 19700410.199603.1.002
JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2010
ii
PENYIRAM TANAMAN OTOMATIS
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER SEBAGAI
PENGATUR JUMLAH VOLUM AIR
Oleh :
Agung Bandaso Karurukan
NRP. 7107030027
Proyek Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)
periode Wisuda Oktober 2010
di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Disetujui dan disahkan pada tanggal 11 Agustus 2010
oleh
Dosen Penguji Proyek Akhir : Dosen Pembimbing:
1 1. 1.
2
Ir.Ratna Adil, M.T. Paulus Susetyo W, S.T.
NIP.19510323.198711.2.001 NIP.19700410.199603.1.002
2.
Reesa Akbar, S.T.
NIP.19750729.200.112.1.001
3.
Firman Arifin, S.T., M.T.
NIP.19740925.200.112.1.002
Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknik Elektronika
Ir. Rika Rokhana, M.T.
NIP. 19690905.199802.2.001
iii
ABSTRAK
Saat ini bercocok tanaman hias merupakan sebuah bisnis yang
cukup menguntungkan, dimana harga dari tanaman hias sangat bervariasi
mulai dari puluhan ribu sampai ratusan juta. Dengan begitu banyak orang
yang mulai mencoba untuk memulai bisnis ini. Alat ini menggunakan
sensor kelembapan, yang akan memonitoring keadaan dari kadar air yang
berada di tanah, sebagai wadah tumbuhnya tanaman. Pengaturan volume
air akan terjadi saat kadar air yang berada pada tanah berkurang, jika pada
tanah kekurangan air maka selang air akan akan mensupply air dengan
pompa yang dikendalikan oleh mikrokontroler ATMega 8535 dengan
pertimbangan waktu penyiraman 07:00-10:00 atau 17:00-19:00[10] dengan
RTC, sehingga di dapatkan kebutuhan air yang sesuai dengan keinginan,
hasil dari pengamatan sensor akan di tampilkan ke LCD.Sistem
penyiraman otomatis ini mampu mendukung perawatan tanaman sehingga,
dapat merawat tanaman tanpa perlu diawasi secara kontinyu. Dengan
terjaganya kelembapan 60% - 70%[9] tanah pada tanaman, sehingga hasil
yang telah diujikan menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik.
Kata kunci :ATMEGA 8535,RTC, LCD
iv
ABSTRACT
Currently grow ornamental plants is a fairly profitable business,
where the price of ornamental plants is very varied from tens of thousands
to hundreds of millions. With so many people who start trying to start this
business. This tool uses moisture sensors, which will monitor the condition
of water content in soil, as a container plant growth. Setting the volume of
water will occur when water levels are on the ground is reduced, if the soil
water shortage will be the water hoses to pump water supply controlled by
the microcontroller 8535 with consideration ATMega watering time 7:00
to 10:00 or 17:00 – 19:00 [10] with the RTC, so in getting water needs in
accordance with the wishes, the result of observation of the sensor will be
displayed to the automatic sprinkler LCD. Sistemis capable of supporting
treatment plants that can take care of plants without the need to be
supervised continuously. By maintaining the humidity 60% - 70% [9] the
ground on the plant, so the results that have been tested to produce better
growth
Keywords: ATMEGA 8535, RTC, LCD
v
KATA PENGANTAR
Segala hormat dan puji syukur kepada Allah Yang Maha
Esa karena atas berkat dan tuntunanNya penulis berhasil
menyelesaikan buku laporan Proyek Akhir yang berjudul :
PENYIRAM TANAMAN OTOMATIS MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER SEBAGAI PENGATUR JUMLAH
VOLUM AIR
Proyek Akhir ini disusun guna memenuhi salah satu
persyaratan akademis untuk mendapatkan gelar Ahli Madya
(A.Md.) pada Jurusan Teknik Elektronika di Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya – Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini Masih banyak
kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu penulis
membuka peluang kritik dan saran dari para pembaca dan
diharapkan adanya penyempurnaan ditahun mendatang. Akhirnya
penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan terutama untuk mendukug kegiatan
akademis.
Surabya ,9 Agustus 2010
Penulis
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Salam Sejahtera
Atas berkah rahmat Allah Yang Maha Esa serta tuntunanNya
sehingga saya selaku penyusun telah diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan proyek akhir ini. Dengan segala hormat dan kerendahan
hati, Saya selaku penyusun dan penulis tak lupa mengucapkan banyak
terima kasih, kepada semua pihak yang banyak memberi masukan dan
bantuan kepada saya sehingga proyek akhir ini dapat terselesaikan dengan
baik. Saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir.Dadet Pramadihanto, M.Eng, Ph.D. selaku Direktur
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
2. Ibu Ir.Rika Rokhana, MT. selaku Kepala Jurusan Elektronika
yang selalu memberikan yang terbaik bagi kami.
3. Bapak Paulus Susetyo Wardana, ST. dan bapak Firman Arifin,
ST.,MT. yang sabar membimbing, memberi ilmu pengetahuan
baru, arahan, masukkan dan menemani dikala aku bingung dan
penat.
4. Bapak dan ibu yang selalu merawat diriku dari bayi sampai
dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Tak ada tutur kata yang
pantas terucap dan budi yang kulakukan untuk membalas semua
kasih sayang, pengorbanan, dukungan serta doa yang selama ini
diberikan kepadaku.
5. Adik-adik dan kakaku tersayang yang menjadi motivasiku.
6. Semua dosen yang pernah mengajariku, memberiku ilmu,
membuatku jadi mengerti. Semoga ilmu dari Beliau beliau
bermanfaat bukan hanya bagiku tapi juga bagi orang banyak.
7. Arek-arek Pemasa yang kucinta makasih banget dukungan dan
doanya
8. Semua teman-teman D3EA ’07, tengkyu buat persahabatannya,
dan dorongannya
9. Teman se-angkatan yang aku kenal, yang tidak bisa disebutkan
namanya satu persatu disini.
Semoga Allah YME senantiasa memberikan perlindungan dan
memberikan yang lebih dikemudian hari.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................ vi
DAFTAR ISI .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Tujuan Proyek Akhir ................................................... 1
1.3 Perumusan Masalah ..................................................... 1
1.4 Batasan Masalah ......................................................... 2
1.5 Metodologi ................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan .................................................. 3
BAB II. TEORI PENUNJANG
2.1 Mikrokontroler ............................................................ 5
2.2 Pemograman Bahasa C ................................................ 9
2.3 Sensor Kelembapan ..................................................... 12
2.4 Real Time Clock .......................................................... 14
2.5 Instrument Amplifier ................................................... 16
2.6 Rangkaian Converter AC to DC .................................. 21
2.7 Penyearah setengah gelombang ................................... 22
BAB III. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN
3.1 Konfigurasi Sistem ..................................................... 23
3.2 Perancangan dan Pembuatan Perangkat Lunak ........... 39
BAB IV. PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1 Pengujian perangkat elektronik ................................... 41
4.1.1 Penguian mikrokontroler ATMega 8535 ............ 41
4.1.2 Pengujian modul RTC ........................................ 44
4.1.3Pengujian Rangkaian Instrument amplifier .......... 46
viii
4.1.4 Pengujian Rangkaian AC To DC .................. 51
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................ 55
5.2 Saran ............................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ATMega 8535 ............................................................... 7
Gambar 2.2 dua batang elektrode tembaga sebagai sensor .............. 13
Gambar 2.3 Konfigurasi pin DS 1307 .............................................. 14
Gambar 2.4 Antarmuka RTC dengan controller .............................. 15
Gambar 2.5 Arsitektur DS 1307 ....................................................... 16
Gambar 2.6 Rangkaian penguat dengan 1 Op Amp .......................... 17
Gambar 2.7 Rangkaian pengurang dengan 2 Op Amp ...................... 18
Gambar 2.9 Rangkaian pengurnag dengan 3 OpAmp........................ 18
Gambar 2.9 Rangkaian Amplifier stage 1 dari instrument .............. 19
Gambar 2.10 Rangkaian Amplifier stage 2 dari instrument ............ 20
Gambar 2.11 Rangkaian konversi AC to DC .................................... 21
Gambar 2.12 Rangkaian Amplifier instrument ................................. 21
Gambar 2.13 Rangkaian penyearah setengah gelombang ................. 22
Gambar 3.1 Block diagram secara keseluruhan ................................. 23
Gambar 3.2 Block diagram sensor ..................................................... 24
Gambar 3.3 Rangkaian kristal mikrokontroler ................................. 25
Gambar 3.4 Skematik Power suplly keseluruhan sistem ................... 25
Gambar 3.5 Rangkaian Power suplly mikrokontroler ...................... 25
Gambar 3.6 Power supply ................................................................. 26
Gambar 3.7 skematik RTC ................................................................ 28
Gambar 3.8 Modul RTC pada sistem ............................................... 28
Gambar 3.9 Rangkaian instrument amplifier ................................... 29
Gambar 3.10 Modul instrument amplifier ......................................... 29
Gambar 3.11 Konfigurasi IC TLO 074 ............................................ 30
Gambar 3.12 skematik AC to DC .................................................... 30
Gambar 3.13 Modul rangkaian AC to DC ........................................ 31
Gambar 3.14 Grafik sensor dengan keadaan lurus ............................ 32
Gambar 3.15 Grafik sensor dengan keadaan miring kiri .................. 32
Gambar 3.16 Grafik Sensor dengan keadaan miring kanan ............. 33
Gambar 3.17 Grafik pengaruh jarak terhadap resistansi tanah .......... 35
Gambar 3.18 Rangkaian sensor ........................................................ 35
Gambar 3.19 Elektrode dengan berbagai sinyal input ....................... 37
Gambar 3.20 Flowchart program ...................................................... 40
Gambar 4.1 Rangkaian diffrensial amplifier ..................................... 49
Gambar 4.2 Difrensial amplifier ....................................................... 49
Gambar 4.3 Rangkaian instrument Amplifier secara keseluruhan ..... 44
x
Gambar 4.4 Instrument amplifier dengan input output ..................... 49
Gambar 4.5 Rangkaian konverter AC to DC ................................... 52
Gambar 4.6 Grafik output sensor .................................................... 54
Gambar 4.7 Grafik perbandingan volum dengan tegangan ............. 54
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Konduktivitas beberapa material ..................................... 34
Tabel 3.2 Output dari sensor dengan sinyal input DC ....................... 34
Tabel 3.3 Output dari sensor dengan sinyal input halfwave .............. 34
Tabel 3.4 Output dari sensor dengan sinyal input AC ...................... 34
Tabel 3.5 Pengambilan data output sensor disekitar tanaman ......... 39
Tabel 4.1 Hasil pengujian output sensor ........................................... 43
Tabel 4.2 Pengujian driver ................................................................ 44
Tabel 4.3 Pengujian RTC .................................................................. 45
Tabel 4.4 Hasil pengujian output sensor halfwave dan DC .............. 52
Tabel 4.5 Hasil pengujian output sensor halfwave ............................ 53
Tabel 4.6 Hasil pengujian output sensor setelah dikuatkan ............. 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyaknya pecinta tanaman hias yang masih melakukan
perawatan tanaman hias secara konvensional, yaitu dengan memberikan air
sesuai dengan jadwal, menggunakan penyiram tanaman. Hal ini
menyebabkan pemilik tidak bisa meninggalkan tanaman hiasnya dalam
waktu yang lama, karena tanaman dapat kekurangan air.
Kekurangan dari pengamatan secara konvensional dapat
mengakibatkan tanaman hias dapat kekurangan air atau kelebihan air,
teknologi pengontrolan dengan menggunakan mikrokontroler sangat
membantu dengan memasang sensor kelembapan di dalam tanah, sehingga
tanaman mendapatkan air sesuai dengan kebutuhan, dan juga pengontrolan
ini memungkinkan pemilik tanaman hias dapat meninggalkan tanaman hias
tanpa takut tanaman hias akan mati karena kekurangan air.
1.2 Tujuan
Sesuai dengan judul “Penyiram Tanaman Otomatis
Menggunakan Mikrokontroler Sebagai Pengatur Jumlah Volum Air”
maka tujuan dari Proyek Akir ini adalah :
Merancang dan membuat sensor kelembapan tanah untuk
menyiram tanaman sebagi kontrol kelembaban tanah, dengan
karateristik penyiraman adalah sebagai berikut : kelembaban 60% -
70%, penyiraman dilakukan pada jam 08:00 – 10:00 atau 17:00 – 19:00.
Dan akan diujikan pada jenis tanaman anthurium.
1.3 Perumusan Masalah
1. Pengaturan kadar kelembapan pada tanaman sesuai dengan
keperluan tanaman.
2. Monitoring kelembapan dan volume air dalam tanah
3. Bagaimana agar sinyal keluaran pada sensor stabil.
4. Bagaimana mekaniknya.
5. Elemen apa yang digunakan sebagai electrode
2
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada pembuatan sistem pengatur volume air ini
adalah :
1. Pada proyek akhir ini digunakan sebuah pompa yang kecil.
2. Jenis tanaman yang digunakan adalah anthurium.
3. Tanah yang dipakai adalah tanah anthurium.
4. Elektrode yang dipakai jenis penghantar tembaga.
5. Spesifikasi yng digunakan pada tanaman anthurium penyiram
dilakuakn pada pukul 08:00-10:00 atau 17:00 – 19:00
1.5 Metodologi
1.5.1 Perancangan Sistem
Perencangan sistem ini disesuaikan dengan kondisi nyata yang
ada di lapangan, penyiraman akan dilakukan sesuai dengan kadar air yang
berada pada pot. Kadar air akan dikirim lewat sensor kelembapan yang
akan diproses dengan mikrokontroler ATMEGA 8535, dan akan mengatur
pergerakan dari pompa air , dimana pompa ini akan akan mensupply air ke
tanaman hias sesuai dengan keperluanya.
1.5.2 Pembuatan Perangkat keras
sistem pengaturan volume air ini menggunakan perangkat keras
yang telah di rancang, bangunan perangkat keras dari sistem ini terdiri dari
minimum sistem AT Mega 8535 dengan device yang lainnya
1.5.3 Pengujian Dan Integrasi Sistem
Dilakukan pengujian perangkat keras maupun sistem yang telah
terintegrasi. Pengujian meliputi, pengujian keakuratan data yang di
kirimkan oleh sensor ke mikrokontroler, pengujian keakuratan dari jumlah
air yang di perlukan oleh tanaman hias.
1.5.4 Pengumpualan dan Analisa Data
3
Dari hasil pengujian didapatkan beberapa data yang dapat
digunakan untuk menganalisa kemampuan sistem komunikasi baik secara
sistem yang independen dan sistem yang telah terintegrasi. Pengumpulan
data dan analisa ini juga dapat menunjukan kemampuan dan tingkat
keberhasilan sistem.
1.5.5 Evaluasi hasil pengujian sistem
Dari hasil pengujian, pengumpulan data dan analisa data dapat
dilakukan sebuah evaluasi keseluruhan sistem, sehingga dapat dapat di
lakukan perbaikan maupun pengembangan untuk peningkatan kemampuan
dari sistem.
1.5.6 Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan dimaksudkan untuk dokumentasi dari
keseluruhan pembuaatan sistem komunikasi pada tugas akhir ini mulai dari
perancangan sampai pengujian sistem. Pada laporan juga di sertakan data-
data yang dapat menunjukkan kemampuan dari sistem yang di buat.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan pada Proyek Akhir ini adalah :
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan, batasan
masalah, seerta sistematika pembahasan yang digunakan.
Bab II : Teori Penunjang
Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan dalam
pembuatan Proyek Akhir ini, baik tentang mikrokontroler, sensor
kelembapan, RTC, Penguat instrumentasi, dan rangkaian konversi
sinyal AC ke DC.
Bab III : Perancangan Alat
4
Dalam bab ini di uraikan perincian dan perencanaan dan
perancangan yang meliputi rangkaian minimum sistem,dan
rangkaian device yang lainnya.
Bab IV : Pengujian dan Analisa
Dalam bab ini diuraikan mengenai analisa sistem kerja dalam
sub sistem maupun dalam integrasi sistem sesuai dengan
perencanaan dan perancangan alat yang meliputi analisa
pengambilan data dari sensor dan device yang lainnya
BAB V : Penutup
Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan pembahasan serta
saran-saran untuk pengembangan Proyek Akhir ini.
Daftar Pustaka
Dalam bagian ini berisi tentang refrensi-refrensi yang telah dipakai
oleh penulis sebagai acuan dan penunjang serta parameter yang mendukung
penyelesaian proyek akhir ini baik secara praktisi maupun secara teoritis.
5
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1. MIKROKONTROLER
2.1.1. Pengertian Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang
mempunyai masukkan da keluaran seta kendali dengan program yang
mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang
bias ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler
adalah sebuah computer didalam chip yang di gunakan utuk mengontrol
peralatan elektronik mikrokontroler itu sejenis mikroprosesor yang
menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Secara harafiah adalah
“pengendali kecil” dimana sebuah sistem elektronik yang sebelumnya
banyak memerlukan komponen-komponen pendukung seperti IC TTL
dan CMOS dapat di reduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta
dikendalikan oleh mikrokontroler ini. Mikrokontroler pertama kali di
temukan Texas Instrument dengan seri TMS 1000 pada tahun 1974 yang
merupakan mikrokontroler 4 bit pertama. Mikrokontroler ini mulai di
buat sejak 1971. Merupakan sebuah mikrokontroler dalam sebuah chip,
lengkap dengan RAM dan ROM. Kemudian pada tahun 1976 Intel
mengeluarkan mikrokontroler yang kelak menjadi populer dengan nama
8748 yang merupakan mikrokontroler dari keluarga MCS 48. Sekarang
di pasaran banyak sekali ditemui mikrokontroler mulai dari 8 bit sampai
dengan 64 bit, sehingga perbedaan antara mikrokontroler dan
mikroprosesor sangat tipis. Masing-masing vendor mengeluarkan
mikrokontroler dengan dilengkapi dengan fasilitas – fasilitas yang
cenderung memudahkan user untuk merancang sebuah sistem dengan
komponen luar yang relative lebih sedikit
2.1.2. Jenis Mikrokontroler
Secara teknis haya ada 2 jenis, pembagian, pembagian ini
didasarkan pada kompleksitas instruksi – instruksi yang dapat di
terapkan pada mkrokontroler terseebut. Kedua jenis mikrokontroler ini
adalah :
1. RISC (reduced Instruction Set Coputer)
6
Mikrokontroler ini memiliki instruksi terbatas tetapi memiliki
fasilitas yang banyak
2. CISC (Complex Instruction Set Computer)
Mikrokontroler jenis ini memiliki instruksi yang lengkap tapi
memiliki fasilitas yang secukupnya saja.
Masing- masing telah mengalami perkembangan dan telah
memiliki keturunan/keluarga masing-masing. Beberapa
mikrokontroller yang sering/umum dipakai adalah:
1. Mikrokontroler MCS – 51
Mikrkontroler ini termasuk dalam keluarga mikrokontroler
CISC. Sebagian besar instruksinya dieksekusi dalam 12 siklus
clock.
Mikrokontroler ini berdasarkan arsitektur Hardvard dan
meskipun awalnya dirancang untuk aplikasi mikrokontroler chip
tunggal, sebuah mode perluasan telah mengisinkan sebuah ROM
luar 64 KBdan RAM luar 64 KB diberikan alamat dengan cara
jalur pemilihan chip yang terpisah untuk akses program dan
memori data.
Salah satu kemampuan dari mikrokontroler 8051 adalh
pemasukkan sebuah mesin pemroses Boolean yang mengijinkan
operasi logika Boolean tingkatan bit dapat dilakukan secara
langsung dan secara efisien dalam register internal dan RAM.
Karena itulah MCS51 digunakan dalam rancangan awal PLC
(Programmabel Logic Control).
2. AVR
Mirokontroler Alv and Vegard’s Risch processor atau sering
disingkat AVR merupakan mirokontroler RISC 8 bit. Karena RISC
inilah sebagian besar kode instruksinya dikemas dalam satu siklus
clock. AVR adlah jenis mikrokontroler yang paling sering
digunakan dalam bidang elektronika dan instrumentasi.
Secara umum AVR dapat di kelompokan dalam 4 kelas.
Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalh
memori, pheripheral dn fungsinya. Keempat kelas tersebut adalah
keluarga ATTiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan
AT86 RFxx.
3. PIC
7
Pada awalnya, PIC merupakan kependekan dari
programmable interface controller. Tetapi pada perkembangannya
berubah menjadi programmable Intelegent Computer.
PIC termasuk keluarga mikrokontroler berarsitektur
Hardvard yang dibuat oleh Microchip Technology. Awalnya
dikembangkan oleh devisi Mikroelektronik General Instument
dengan nama PIC 1640. Sekarang microchip telah mengumumkan
perubahan PIC-nya yang keenam
PIC cukup popular digunakan oleh para developer karena
biayanya yang rendah , ketersediaan dan penggunaan yang luas,
data base aplikasi yang besar, serta pemograman (dan
pemograman ulang) melalui hubungan serial pada computer.
2.1.3. Mikrokontroler ATMega 8535
ATMega8535 merupakan salah satu mikrokontroler 8 bit
buatan Atmel untuk keluarga AVR yang diproduksi secara masal pada
tahun 2006. Karena merupakan keluarga AVR, maka ATMega8535 juga
menggunakan arsitektur RISC.
Gambar 2.1 ATMega 8535
Secara singkat, ATMega8535 memiliki beberapa kemampuan:
1. Sistem mikrokontroler 8 bit berbasis RISC dengan
kecepatan maksimal 16 MHz.
8
2. Memiliki memori flash 8 KB, SRAM sebesar 512 byte
dan EEPROM (Electrically Erasable Programmable
Read Only Memory) sebesar 512 byte.
3. Memiliki ADC (Pengubah analog-ke-digital) internal
dengan ketelitian 10 bit sebanyak 8 saluran.
4. Memiliki PWM (Pulse Wide Modulation) internal
sebanyak 4 saluran.
5. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan
maksimal 2,5 Mbps.
6. Enam pilihan mode sleep, untuk menghemat penggunaan
daya listrik
Konfigurasi Pin Mikrokontroler AVR ATMega 8535
Mikrokontroler ATMega8535 memiliki 40 pin untuk
model PDIP, dan 44 pin untuk model TQFP dan PLCC.
Nama-nama pin pada mikrokontroler ini adalah
1. VCC untuk tegangan pencatu daya positif.
2. GND untuk tegangan pencatu daya negatif.
3. PortA (PA0 - PA7) sebagai port Input/Output dan
memiliki kemampuan lain yaitu sebagai input
untuk ADC
4. PortB (PB0 – PB7) sebagai port Input/Output dan juga
memiliki kemampuan yang lain.
5. PortC (PC0 – PC7) sebagai port Input/Output untuk
ATMega8535.
6. PortD (PD0 – PD7) sebagai port Input/Output dan juga
memiliki kemampuan yang lain.
7. RESET untuk melakukan reset program dalam
mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 untuk input pembangkit sinyal
clock.
9. AVCC untuk pin masukan tegangan pencatu daya untuk
ADC.
10. AREF untuk pin tegangan referensi ADC.
9
Pengisian program pada Mikrokontroler AVR
Untuk melakukan pemrograman dalam mikrokontroler
AVR, Atmel telah menyediakan software khusus yang dapat
diunduh dari website resmi Atmel. Software tersebut
adalahAVRStudio. Software ini menggunakan
bahasa assembly sebagai bahasa perantaranya. Selain
AVRStudio, ada beberapa software pihak ketiga yang dapat
digunakan untuk membuat program pada AVR. Software dari
pihak ketiga ini menggunakan bahasa pemrograman tingkat
tinggi seperti bahasa C, Java, atau Basic. Untuk melakukan
pemindahan dari komputer ke dalam chip, dapat digunakan
beberapa cara seperti menggunakan kabel JTAG atau
menggunakan STK buatan Atmel.
2.2 Pemograman Bahasa C
Akar Bahasa C adalah bahasan BCPL yang dikembangkan oleh
Martin Richard pada tahun 1967. Bahasa C adalah bahasa
stasndart,artinya suatu program di tulis dengan versi bahasa C tertentu
akan dapat di kompilasi dengan versi bahasa C yang lain dengan sedikit
modifikasi. Beberapa alasan mengapa Bahasa C banyak digunakan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahasa C tersedia hampir di semua jenis komputer.
2. Kode bahasa C sifatnya portabel.
3. Bahasa C hanya menyediakan sedikit kata – kata
kunci.
4. Proses executable program bahasa C lebih cepat.
5. Dukungan Pustaka yang banyak.
6. C adalah bahasa yang terstruktur.
7. Selain bahasa tingkat tinggi, C juga dianggap sebagai
bahasa tingkat menengah
8. Bahasa C adalah Compiler.
Struktur Penulisan Program C
Struktur dari progrram C dapat dilihat sebagai kumpulan dari
sebuah atau lebih fungsi-fungsi, fungsi pertama yang harus ada di
10
program C sudah ditentukan namanya, yaitu bernama main(). Suatu
fungsi di program C dibuka dengan kurung kurawal () dan ditutup
dengan kurung kurawal tertutup (). Diantara kurung kurawal dapat
dituliskan statemen – statemen program C. Berikut ini adalah struktur
dari program C
1. Tipe-tipe dasar
Data merupakan suatu nilai yang bias dinyatakan dalam bentuk
konstanta atau variabel. Konstanta menyatakan nilai yang tetap,
sedangkan variabel menyatakan nilai yang dapat diubah- ubah
selama eksekusi berlangsung.
Data berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi lima
kelompok, yang dinamakan sebagai tipe data dasar. Kelima tipe
data dasar adalah:
• Bilangan real presisi-tunggal
• Bilangan real-presisi ganda
• Karakter
• Tak bertipe (void)
Tabel 2.1 memberikan informasi mengenai ukuran
memori
Tabel 2.1 Ukuran memori untuk data
Operator
11
Operator atau tanda operasi adalah suatu tanda atu ttombol
yang digunakan unuk suatu operasi tertentu. Operasi aritmatik yang
tergolong sebagai operator binary adalah :
• ( * ) Perkalian
• ( / ) Pembagian
• ( % ) Sisa Pembagian
• ( + ) Penjumlahan
• ( - ) Pengurangan
Adapun operator yang tergolong sebagai operator unary
• ( - ) Tanda Minus
• ( + ) Tanda plus
3. Fungsi- Fungsi Umum yang Sering Digunakan Menampilkan data
• Fungsi printf()
Fungsi printf() merupakan fungsi yang paling umum
digunakan dalam menampilkan data. Berbagai jenis data dapat
ditampilkan ke layar dengan memakai fungsi ini.
• Fungsi putchar()
Fungsi putchar()digunakan khusus untuk
menampilkan sebuah karakter di layar. Penampilan karakter
tidak diakhiri dengan perpindahan baris. Contoh :
Putchar („A‟);
Menghasilkan keluaran yang sama dengan
Printf (“%c”,‟A‟);
Memasukkan Data dari Keyboard
Data dapat dimasukkan lewat keyboard saat eksekusi
berlangsung. Untuk keperluan ini, C menyediakan sejumlah
fungsi, diantaranya adalah scanf() dan getchar().
• Fungsi scanf()
Fungsi scanf() merupakan fungsi yang dapat
digunakan untuk memasukkan berbagai jenis data.
• Fungsi getchar()
12
Fungsi getchar()digunakan khusus untuk menerima
masukan berupa sebuah karakter dari keyboard
2.3 SENSOR KELEMBAPAN
Sensor ada adalah alat untuk mndeteksi/mengukur sesuatu yang
digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar, dan
kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem
pengendal dan robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai
mata,pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan dikelola oleh
kontroler sebagai otaknya
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara
elektronik berfungsi mengubah besaran fisik (misalnya : temperature,
gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang proporsional.
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi
persyaratan-persyaratan kualitas yaitu:
1. Linieritas
Konvensi harus benar-benar proporsional jadi jarak karateristik
konversi harus linier
2. Tidak tergantung temperature
Keluaran converter tidak boleh tergantng pada tempeeratur di
sekelilingnya, kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai
masukkan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang
cukup besar.
4. Waktu tanggap
13
waktu yang diperlkan sensor untuk mencapai nilai akhirnya pada
nilai masukkan yang berubah secara mendadak. Sensor harus dapat
berubah cepat bila nilai masukkan pada sistem tempat sensor
tersebut berubah.
5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi
Batasan-batasan tersebut adalah nilai frekuensi masukkan periodik
terendah dan tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor
secara benar. Pada kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa
frekuensi terendah adalah 0 Hz
6. Stabilitas Waktu
Untuk nilai masukkan (input) tertentu sensor harus dapat
memberikan keluaran (output) yang tetap nilainya dalam waktu
yang lama.
7. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dpat memberikan
keluaran yang berlainan. Empat sifat diantaranya syrat-syarat dia
atas, yaitu linieritas, ketergantungan pada temperatur. Stabilitas
waktu dn histerisis menetukan ketelitian sensor
Sensor kelembapan tanah
Sensor kelembapan adalah alat yang digunakan untuk
mendeteksi/mengukur kelembaban tanah dan mengubahnya
menjadi tegangan dan arus listrik.
14
Gambar 2.2 dua batang elektroda tembaga sebagai sensor
2.4 REAL TIME CLOCK (RTC)
Real time clock merupakan suatu chip (IC) yang memiliki
fungsi sebagai penyimpan waktu, RTC umumnya memiliki catu daya
terpisah dari catu daya computer (umumnya berupa baterai litium),
sehingga dapat berfungsi ketika catu daya komputerter putus.
Kebanyakan RTC menggunakan osilator kristal. Rangkaian RTC yang
sering dibuat adalah rangkaian RTC yang menggunakan IC DS 1307,
buatan Dallas Semiconductor yang menggunakan osilator kristal 32,742
KHz sebagai pembangkit detak. DS 1307 adalah chip yang dapat
diakses menggunakan antar muka 2 kawat I2C.
Gambar 2.3 Konfigurasi pin DS 1307
15
Sedangkan daftar pin DS1307:
VCC-Primary Power Supply
X1,X2 – 32.768 kHz Crystal Connection
VBAT - + 3V Battery input
GND – Ground
SDA – Serial Data
SCL – Serial Clock
SQW/OUT – square wave/Output Driver
Adapun beberapa fitur yang dimiliki DS 1307 antara lain sebagai berikut
:
Real Time Clock (RTC) menyimpan data-data detik, menit,
jam, tanggal, bulan, hari dalam seminggu, dan tahun valid
hingga 2100;
56-byte, batterey-backed, RAM nonvolatile (NV) RAM untuk
menyimpan;
Antar muka serial two-wire (I2C).
Sinyal luaran gelombang-kotak terprogram (programmable
squarewave);
Deteksi otomatis kegagalan-daya (power-fail) dan rangkaian
switch;
Konsumsi daya kurang dari 500nA menggunkan mode batrerei
cadangan dengan operasional osilator;
Tersedia fitur industry dengan ketahanan suhu -400C hingga
+850C
Tersedia dalam kemasan 8-pin DIP atau SOLIC
16
Gambar 2.4 Antarmuka RTC dengan Kontroler
Gambar 2.5 Arsitektur DS 1307
2.5 INSTRUMENT AMPLIFIER
2.6.1 Subtractor/ Pengurang
Rangkaian pengurang ini berasal dari rangkaian inverting
dengan memanfaatkan masukan non-inverting, sehingga persamaannya
17
menjadi sedikit ada perubahan. Rangkaian ini bisa terdiri 2 macam
yaitu:
a. Rangkaian dengan 1 op-amp
b. Rangkaian dengan 2 op-amp
c. Rangkaian dengan 3 op-amp
Rangkaian pengurang dengan 1 op-amp ini memanfaatkan kaki
inverting dan kaki noninverting. Supaya benar benar terjadi
pengurangan maka nilai dibuat seragam seperti gambar. Rumusnya
adalah:
VaR
RVb
RR
R
R
RVo
1 sehingga
VaVbVo
Gambar 2.6 Rangkaian pengurang dengan 1 op-amp
Rangkaian pengurang dengan 2 op-amp tidak jauh berbeda
dengan satu opamp, yaitu salah satu input dikuatkan dulu kemudian
dimasukkan ke rangkaian pengurang, seperti gambar dibawah ini.
Perhitungan rumus yang terjadi pada titik Vz adalah :
VyR
RfVz
1
1 sehingga Vo menjadi
VxR
RfVz
R
RfVo
1
11 ………………………………………….......(1)
18
…………………………..………(2)
Vy
R
RfVx
R
RfVo
111
…………………………………………….(3)
Bila Rf=Ri maka persamaannya akan menjadi :
VyVxVo 2
Gambar 2.7 Rangkaian pengurang dengan 2 op-amp
Rangkaian pengurang dengan 3 op-amp sangat lah beda dengan
yang lainnya. Ada 3macam proses yang terjadi disini seperti pada
gambar dibawah ini.
Gambar2.8 Rangkaian pengurang dengan 3 op-amp.
VyR
Rf
R
RfVx
R
RfVo
1
111
1
19
Instrumen Amplifier Merupakan suatu rangkaian berdasarkan
prisip dari defferesial amplifier yang memiliki impedensi input yang
sangat tinggi. Pada dasarnya Instrumen amplifier memiliki dua stage,
yaitu stage yang pertama memiliki impedensi yang sangat tinggi pada
kedua inputnya dan pada stage ini pulalah pengetesan gain dilakukan.
Gain dari rangkaian ini dapat diatur dengan menentukan harga-harga
external resistor yang digunakan sesuai dengan keinginan
.
Gambar 2.9 Rangkaian amplifier stage 1 dari instrument
VRg = e2 – e1 (1)
IRg =
e2 – e1
𝑅𝑔 (2)
Karena tiap Op-amp memiliki impedensi yang sangat tinggi maka arus
hanya dapat mengalir melalui ketiga resistor yang digunakan sehingga
tegangan outputnya diperoleh :
Vo = IRg (2R+Rg) (1)
= e2 – e1
𝑅𝑔 (2R+Rg) (2)
20
Sehingga tegangan output:
Vo = e2 – e1 (1+2R/Rg) (3)
Dimana :
Vo = Tegangan output
e2 = Input 1
e1 = Input 2
R,Rg = Resistor penentu gain
Stage yang kedua berupa defrensial amplifier dengan output yang
memiliki negatif feedback. Rangkaian dari stage kedua instrument
amplifier dapat pada gambar 2.10.
Gambar 2.10 Rangkaian stage 2 dari instrument amplifier
Secara ideal gain dari stage ke dua instrument amplifier ini adalah
memiliki CMMR (Common Mode Rejection Ratio) yang tinggi,
sehingga sangat baik digunakan untuk menangani sinyal yang kecil.
Vo = e2 – e1 (1+2R/Rg)
21
Karena itu seringkali dijumpai penggunaan dari penggunaan dari
instrument amplifier untuk menangani sinyal kecil dan terdapat banyak
noise. Rangkaian lengkap dari instrument amplifier dapat dilihat pada
gambar2.11.
Gambar 2.11 Rangkaian instrumen amplifier
2.6 RANGKAIAN KONVERTER AC TO DC
Rangkaian Converter AC to DC adalah sebuah rangkaian untuk
membaca nilai rata-rata dari sinyal AC pada inputannya. Rangkaian ini
terdiri dari dua bagian yaitu penyearah gelombang penuh dan bagian
filter nilai rata-rata (averaging filter). Untuk Op Amp dipililih TL 082
yaitu suatu chip berisi dua Op Amp yang terkompensasi secara internal.
Rangkaian ini disebut pengubah AC ke DC, karena rangkaian penyearah
gelombang penuh dikenal juga sebagai rangkaian harga mutlak, maka
pengubah AC ke DC dan disebut juga rangkaian harga mutlak, maka
pengubah AC ke DC disebut juga rangkaian harga mutlak rata-rata
(MAV)
22
Gambar 2.12 Rangkaian konversi AC to DC
2.7 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG
Gambar 2.13 rangkaian penyearah setengah gelombang dan output
Sumber masukkan sinussoidal dihubungkan dengan beban resistor
melalui sebuah diode. Untuk keadaan ideal, hambatan masukkan
sinusoidal sama dengan nol dan diode dalam keadaan terhubung dengan
singkat saat berpanjar maju dan keadaan terhubung terbuka saat
berpanjar mundur. Besarnya keluaran akan mengikuti masukkan saat
dibawah ground. Nilai rata-rata bentuk gelombang keluaran ini untuk
beberapa periode, akan bernilai positif atau dengan kata lain keluaran
mempunyai komponen DC. Untuk Komponen AC pada keluaran
mempunyai komponen AC pada kelaran bila keluaran positif yang lebih
besar.
23
BAB III
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN
3.1. Konfigurasi Sistem
Dalam pembuatan sistem kontrol penyiram tanaman otomastis
pada proyek akhir ini, secara umum terdiri dari dua bagian dasar, yaitu
perangkat keras (hardware) dan bagian perangkat lunak(software).
Dimana setiap perangkat ini merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan agar terjadi suatu harmonisasi kerja. Sistem tersebut akan
menyediakan data bagi sistem kontrol untuk mengatur penyiraman
tanaman.
Perangkat keras yang digunakan dalam proyek akhir ini ialah
rangkaian minimum sistem ATMega 8535 yang berfungsi sebagai
pengelola masukkan dari sensor kelembapan, menampilkan pada LCD
(2x8) dan mengaktifkan driver untuk mengaktifkan dan dan
mengnonaktifkan pompa air (pompa kecil), RTC (DS1307) sebagai
penyimpan waktu
Blok diagram sistem kontrol penyiraman tanaman secara
keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Blok diagram secara keseluruhan
Driver pompa
Tanah
RTC
LCD
µC
ATMega 8535
Sensor
kelembapan
24
3.1.1 Perancangan dan Pembuatan Perangkat Keras
Gambar 3.2 Blok diagram sensor
Sistem perangkat keras yang digunakan terdidri dari beberapa
perangkat , yaitu kontroler, RTC, dan sensor
3.1.1 Perancangan dan Pembuatan Mikrokontroler
Dalam pembuatan rangkaian mikrokontroler diperlukannya
perakitan yang kuat dari segi kualitas dan seringkas mungkin.
Dalam membuat rangkaian minimum sistem diperlukan
rangkaian penunjang untuk menjamin kehandalan dari minimum sistem
tersebut, rangkaian penunjang yang dibutuhkan antara lain :
Clock generator CPU
Regulator dan noise filter
Interface ke rangkaian luar (tergantung kebutuhan pemakai)
3.1.1.1. Rangkaian Clock Generator
Mikrokontroler ATMega 8535memiliki osilator internal (on
chip oscillator ) yang dapat digunakan sebagi sumber clock bagi CPU.
Untuk menggunakan osilator internal diperlukan sebuah Kristal antara
pin XTAL1 dan XTAL2 dan kapasitor ke ground seperti gambar
dibawah ini. Untuk kristalnya digunakan kristal 11.059200MHz.
sedangkan capsitor yang digunakan adalah 22nF
Sinyal
halfwave Sensor Converter
AC to DC
Penguat
Instrument µC
25
Gambar 3.3 Rangkaian kristal mikrokontroler
3.1.1.2 Perancangan Rangkaian Power Supply
Perncanaan power supply digunakan untuk member kebutuhan
tegangan dari semua perangkat, pada perancangan ini kita mengambil
sumber dari tegangan AC 220 dan diturunkan menggunakan trafao.
Gambar 3.4 Scematic power supply keseluruhan sistem
Gambar 3.5 Power supply keseluruhan sistem
26
Rangakaian power supply yang digunakan untuk memberi
supply tegangan mikrokontroler harus stabil dan mempunyai arus yang
cukup untuk mensupply mikrokontroler sehingga tidak terjadi drop
tegangan saat mikrokontroler dioperasikan.
Mikrokontroler membutuhkan sebuah tegangan supply sebesar
5Volt. Sumber tegangan yang digunakan untuk mensupply sensor
kelembapan adalah 5Volt (half wave) dan 12 Volt untuk mensupply
pompa airnya. Untuk memberi kebutuhan tegangan mikrokontroler yang
cukup diperlukan sumber tegangan yang lebih dari 5 Volt (9Volt) dan
diturunkan menjadi 5 Volt menggunakan IC 7805.
Gambar 3.6 Scematik power supply mikrokontroler
IC 7805 diatas mempunyai arus keluaran maksimal sampai 1 Amper
sehingga cukup untuk member supply pada mikrokontroler. Pemasangan
kapasitor filter juga dilakukan karena dapat mengurangi noise, terutama
pada kaki mikrokontroler yang digunakan sebagai clock. Noise yang
disebabkan oleh ripple tegangan power supply akan sangat mengganggu
kestabilan pembangkit frekuensi clock, karena ketidak stabilan dari
rangkaian ini akan menurunkan performa mikrokontroler dan rangkaian
secara keseluruhan, yang mana imbasnya juga akan megurangi performa
dari sistem ini.
3.1.1.3 Perancangan Interface I/O
Rangkaian I/O dari mikrokrokontroler mempunyai kontroler
direksi yang tiap bitnya dapat dikonfigurasikan secara individual, maka
27
dalam pengkonfigurasian I/O yang digunakan ada yang berupa opersi
port ada pula yang dikonfigurasikan sebagai I/O
Berikut ini akan diberikan konfigurasi dari I/O mikrokontroler
tiap bitnya yang digunakan pada mikrokontroler ATMega 8535 :
PORT A
PORT A digunakan untuk menjadi inputan untuk ADC yang
merupakan masukkan tegangan analaog dari sensor yang
dirubah menjadi tegangan digital.
PORT A.0 sebagai input sensor
PORT B
PORT B digunakan untuk mengakses LCD sehingga
kelembapan dari tanah dapat di tampilkan pada LCD (2x8).
PORT Bit-0 RS (LCD Pin 4)
PORT Bit-1 RD (LCD Pin 5)
PORT Bit-2 EN (LCD Pin 6)
PORT Bit-3 free
PORT Bit-4 DB 4(LCD Pin 11)
PORT Bit-5 DB 5(LCD Pin 12)
PORT Bit-6 DB 6(LCD Pin 13)
PORT Bit-7 DB7 (LCD Pin 14)
PORT C
PORT C digunakan untuk mengakses I2C unruk RTC
(DS1307). Yang berfungsi sebagi penyimpan waktu.
PORT C Bit 0 digunakan sebagai komunikasi dengan pin SCl
pada modul RTC
PORT Bit 1 digunakan sebagai komunikasi dengan pin SDA
pada modul RTC
PORT D
PORT D digunakan untuk mengaktifkan pompa, untuk
menyiram tanaman
28
3.1.1.4 Perancangan Modul RTC
Modul RTC digunakan untuk penyimpan waktu Kristal yang
digunakan 32,742 KHz sebagai pembangkit detak, RTC berkomunikasi
dengan mikrokontroler dengan pin SDA dan SCL. Gambar skematik
dari RTC secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.7.
Gambar 3.7 Scematic RTC
Gambar 3.8 Modul RTC pada sistem
penggunaan batrai, difungsikan saat supply tegangan mikrokontroler
(CPU) putus maka RTC akan terus melakukan counter sehingga waktu
tidak tereset dari awal.
3.1.1.5 Perancangan Rangkaian Penguat (instrument Amplifier)
29
Output dari sensor kelembapan yang tergolong kecil, perlu
dikuatkan dengan rangkaian tambahan yaitu rangkaian instrument
Amplifier, dimana rangkaian ini akan mengutakan output dari sensor
kelembapan agar dapat lebih baik lagi dalam pembacaan ADC pada
mikrokontroler.
Gambar 3.9 Rangkaian Instrument Amplifier
Gambar 3.10 Modul Instrument Amplifier
Rangkaian ini menggunakan 3 buah penguat. Gambar
Rangkaian dapat dilihat seperti pada gambar 3.11. Adapun IC yang
digunakan adalah IC 074
30
Gambar 3.11 Konfigurasi IC TL074
Pada perancangan penguat instrument diperlukan 3 buah op-
amp untuk pada IC 074, VCC dan VEE yang kita gunakan adalah 2
buah batrei 9 Volt yang disusun secara seri.
3.1.1.7 Perancangan AC to DC converter
Output yang dihasilkan dari sensor berupa sinyal halfwave,
sinyal tersebut tidak dapat diproses oleh mikrokontroler, oleh karena itu
diperlukannya rangkaian tambahan yaitu rangkaian converter AC to DC.
Untuk Op Amp dipililih TL 082 yaitu suatu chip berisi dua Op Amp
yang terkompensasi secara internal
Gambar 3.12 skematik rangkaian AC to DC
31
Gambar 3.13 Modul rangkaian AC to DC
3.1.1.8 Perancangan sensor
Banyaknya parameter yang mempengaruhi kelembapan tanah
antara lain, kadar air, senyawa yang terdapat pada tanah, unsur penyusun
tanah, tingkat keasaman tanah, kepadatan tanah dan jumlah air, disini
sensor dibuat agar dapat membaca kelembapan dari tanah untuk
tumbuhan anthurium.
Sensor yang digunakan pada sistem ini adalah dua buah
elektrode yang terpasang dalam tanah yang berfungsi untuk mengukur
kelembapan tanah. Elektrode yang baik adalah kemampuan
konduktivitas dari bahan elektrode tersebut. Tabel 3.1 merupakan
konduktivitas dari beberapa bahan.
Ada beberapa yang memperngaruhi tegangan keluaran dari
sensor yaitu posisi sensor, kedalaman penanaman, jarak antar elektrode
dan sinyal masukan untuk sensor. Dari posisi sensor yang cukup linier
adalah lurus hal itu dapat dilihat gambar 3.14 [10].
32
Gambar 3.14 Grafik sensor dengan keadaan lurus
Gambar 3.15 Grafik dengan kaadaan miring kiri
33
Gambar 3.16 Grafik sensor dengan keadaan miring kanan
Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa grafik cukup linier adalah saat
sensor berada pada kondsi lurus, jarak dari elektrode dapat disesuaikan
dengan volume dari tanah yang diuji.
Sensor kelembapan juga terpengaruh pada kedalaman, panjang
dan luas batang elektrode yang dipendam[11]. Panjang, luas dan
kedalaman dan elektrode dapat disesuaikan dengan objek yang dikontrol
34
Tabel 3.1 Konduktivitas beberapa material
No Material σ,S/m 1 Karbon 3 x 10
4
2 Graphite 105
3 Besi tuang 106
4 Mercury 106
5 Chrome 106
6 Constanta 2,26 x 106
7 Silicon 2 x 106
8 Timah hitam 3 x 106
9 Timah 5 x 107
10 Fosfor 9 x 107
11 Kuningan 1 x 107
12 Seng 1,1 x 107
13 Tungsten 1,7 x 107
14 Duralumint 1,8 x 107
15 Alumunium 3 x 107
16 Emas 4,1 x 107
17 Tembaga 5,7 x 107
18 Perak 6,1 x 107
Dari tabel 3.1 dapat terlihat bahwa konduktivitas terbesar
adalah material yang terbuat dari perak lalu kemudian tembaga. Selain
ekonomis dan material yang mudah didapat, tembaga sebagai material
yang baik cocok digunakan sebagai elektrode pada sistem ini.
Selain dari konduktivitas dari material elektrode, jarak antara
elektrode juga berpengaruh pada output dari sensor, pada tabel dibawah
ini dapat dilihat pengaruh jarak terhadap reistan tanah.
35
Gambar 3.17 Grafik pengaruh jarak terhadap resistan tanah
Gambar 3.18 Rangkaian sensor
Dari data yang ada diketahui bahwa semakin jauh jarak antar
elektrode maka akan semakin besar resistan yang terukur pada tanah,
maka untuk memaksimalkan kerja dari sensor maka jarak dari antara
sensor adalah 1 centimeter.
36
Adapun sinyal inputan dari sensor akan berpengaruh dari
output sensor, ketahanan dari fisik elektrode. Pada gambar 3.19 dapat
dilihat pengaruh sinyal masukkan sensor terhadap fisik elektrode.
(a) Elektrode sebelum digunakan
(b) Elektrode yang menggunakan sinyal DC 6 V
37
(c) Elektrode dengan sinyal masukkan Halfwave 6V dan f = 50Hz
(d) Elektrode dengan sinyal masukkan AC 6V dan f = 50 Hz
Gamabr 3.19 Elektrode dengan berbagai sinyal input
Dari percobaan penulis mengambil kesimpulan bahwa sinyal
input halfwave dapat menjaga ketahanan dari elektrode yang di gunakan.
38
Tabel 3.2 Output dari sensor dengan sinyal input DC
No
Volume
Air
(ml)
DC Respon
sensor
Sinyal
DC
Kedalaman elektrode (cm)
2cm 3cm 4cm
Vo
1 0 0.015 0.022 0.030 6 menit
2 0.5 0.018 0.025 0.036 6 menit
3 1 0.022 0.032 0.038 6 menit
4 1.5 0.027 0.035 0.040 6 menit
5 2 0.033 0.039 0.043 6 menit
6 2.5 0.038 0.043 0.046 6 menit
Tabel 3.3 Output dari sensor dengan sinyal input halfwave
No
Volume
Air
(ml)
halfwave Respon
sensor
sinyal
Halfwave
Kedalaman elektrode(cm)
2cm 3cm 4cm
Vo
1 0 0.02 0.02 0.04 3 detik
2 0.5 0.039 0.042 0.042 3 detik
3 1 0.042 0.044 0.046 3 detik
4 1.5 0.044 0.045 0.046 3 detik
5 2 0.046 0.047 0.048 3 detik
6 2.5 0.047 0.047 0.047 3 detik
Tabel 3.4 Output dari sensor dengan sinyal input AC
No
Volume
Air
(ml)
sinus Respon
sensor
sinyal
sinusoidal
Kedalaman elektrode(cm)
2cm 3cm 4cm
Vo
1 0 0.04 0.04 0.06 3 detik
2 0.5 0.05 0.052 0.054 3 detik
3 1 0.056 0.063 0.067 3 detik
4 1.5 0.062 0.068 0.070 3 detik
5 2 0.070 0.071 0.071 3 detik
6 2.5 0.070 0.71 0.071 3 detik
Dari hasil percobaan, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa sinyal halfwave dapat menjaga lifetime dari elektrode, dengan
39
respon sensor 3 detik, dengan kedalaman yang dapat disesuaikan dengan
objeknya.
Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa kondisi kelembaban pada
tanah yang tidak sama. Untuk mencari nilai offset dari penguat
instrument dapat kita ambil nilai rata-rata dari salah satu tanaman yang
akan kita uji.
Tabel 3.5 Pengambilan data output sensor disekitar tanaman
No Waktu pengambilan data Tempat
pengabilan
data
Tanah A Tanah B
1
08:00
1 0.19 0.14
2 2 0.22 0.14
3 3 0.15 0.14
4 4 0.14 0.12
5 5 0.12 0.13
6 6 0.19 0.13
7
14:00
1 0.17 0.14
8 2 0.18 0.13
9 3 0.20 0.14
10 4 0.11 0.14
11 5 0.21 0.17
12 6 0.13 0.18
3.2. Perancangan dan Pembuatan Perangkat Lunak
Perencanaan program software penyiraman tanaman pada
proyek akhir ini dibuat sesedehana mungkin dengan maksud agar mudah
dipahami oleh pembaca. Meskipn sederhana, program ini cukup handal
untuk bisa mengontrol kelembapan tanah
Dari program dibawah ini nilai tegangan dari sensor masuk ke
ADC, syarat penyiraman dari bunga Anthurium adalah jika kelembapan
kurang dari 80% dan jam waktu penyiraman adalah pukul 07.00 – 10.00
40
dan 19.00 – 22.00 [9], mikro mengambil data jam dari rangkaian RTC,
jika jam dan kelembapan sudah memenuhi syarat untuk dilakukannya
penyiraman, maka PORT D yang terhubung dengan pompa akan aktif
dan menyiram tanaman sampai kelembapan yang diinginkan, dan begitu
seterusnya program akan berjalan
Gambar 3.20 Flowchart program
STOP
Driver pompa off
Driver pompa on
Konversi ke persentase
persentase
0%<=kelembapan<=70%
T
Inisialisasi
Data=read_adc0 Get RTC
07:00<=pukul<=10:00 atau
19:00<=pukul<=22:00
T
starat
Delay
41
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA
Dalam Bab ini akan di bahas tentang pengujian berdasarkan
perencanaan dari sistem yang di buat. Pengujian ini dilaksanakan untuk
mengetahui kehandalan dari sistem dan untuk mengetahui apakah sudah
sesuai dengan perencanaan atau belum. Pengujian pertama-tama
dilakukan kedalam sistem yang terintegrasi.
Pengujian sistem dilakukan dua kali, pertama pengujian sebelum
terjadi perubahan sistem dan yang kedua yaitu pengujian terhadap
sistem yang sudah mengalami perubahan.
Berikut ini adalah pengujian pada sistem penyiram tanaman air.
4.1 PENGUJIAN PERANGKAT ELEKTRONIK
Pada pengujian ini meliputi :
1. Pengujian Minimum sistem.
2. Pengujian Driver pompa.
3. Pengujian volume air yang dihasilkan oleh pompa air.
4. Pengujian modul RTC.
5. Pengujian Rangkaian Instrument
4.1.1 Pengujian minimum sistem ATMega 8535
Pengujian minimum sistem ini dilakukan terdiri dari pengujian
I/O, ADC dan komunikasi dengan RTC. Pengujian dilakukan dengan
mendownload program ke mikrokontroler, dan melihat keluaran dari
mikrokontroler. Dengan demikian rangkaian minimum sistem ATMega
8535 telah berfungsi dengan baik.
Tujuan :
1. Memastikan sistem minimum dapat berfungsi dengan baik
2. Memastikan setiap fitur yang digunakan (I/O, ADC,
komunikasi dengan RTC).
Peralatan :
42
1. Rangkaian minimum sistem ATMega 8535
2. DC power supply 9Volt
3. PC dilengakapi dengan ISP program
Persiapan :
1. Memasamg rangkaian mikrokontroler ke rangkaian downloader
2. Menulis dan mendownload program pengujian dari
CodeVision AVR ke mikrokontroler.
3. Rangkaian diintegrasi, ADC dengan sensor, modul RTC
dengan kaki I2C mikrokontroler, driver dengan PORT D, dan
LCD dengan PORTB.
4. Mengaktifkan mikrokontroler.
pengujian ADC.
Tujuan :
1. Mengetahui apakah fitur ADC pada mikrokontroler
sudah bekerja dengan baik.
Peralatan :
1. Minimum sistem ATMega 8535 beserta µC yang telah
ada programnya.
2. Rangkaian sensor.
Persiapan :
1. Instal rangkaian sensor.
2. Masukkan output dari sensor ke PORT A (ADC).
3. Instal Rangkaian LCD.
4. Catat output tegangan dan nilai ADC yang ditampilkan
pada LCD.
Pada pengujian ini dilakukan dengan menampilkan data ADC
ke LCD yang dikelurakan oleh sensor.
43
Tabel 4.1 Hasil pengujian Output sensor
NO Vo (tanpa instrument) Vo (Instrument) Volume air (ml)
1 0.13 0.04 0
2 0.15 0.65 16
3 0.21 1.20 32
4 0.27 2.30 48
5 0.29 2.62 64
6 0.28 2.40 80
7 0.28 2.40 96
8 0.27 2.32 112
9 0.27 2.32 128
10 0.27 2.32 144
11 0.27 2.32 160
Analisa Data :
Pada hasil data yang diperoleh dan ditampilkan pada LCD
dapat kita lihat bahwa jumlah volume air yang ada, diwakili oleh Vo =
0.04 Volt (kering/0 ml air) dan Vo = 2.32 Volt (basah/160ml air), dari
data yang didapat dapat kita masukkan nilai ADCnya ke dalam program
sebagai pembanding apakah ketersediaan air untuk tanaman sudah
tercukupi atau belum. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa
fitur ADC, sensor, serta LCD sudah dapat digunakan pada sistem ini.
Pengujian Driver pompa dan pompa
Tujuan :
1. Mengetahui apakah Driver sudah bekerja dengan baik
2. Mengetahui volum air yang di kelurakan dari pompa
setiap detiknya
Peralatan :
1. Gelas ukur
2. Rangkaian driver (BD 139)
3. Rangkaian mikrokontroler beserta µC yang sudah di
program
44
Persiapan :
1. Install rangkaian driver dan pompa
2. Aktifkan pompa dari mikrokontroler
3. Ukur volume air yang dikeluarkan pompa air setiap 60
detik menggunakan gelas ukur.
Tabel 4.2 Pengujian driver
Output Port D 0 Kondisi Driver Kapasitas Air
0 off -
1 on 0.83 ml/detik
Analisa :
Pada pengujian Driver pompa ini menggunakan
transistor NPN BD 139 yang terhubung dengan PORT D
mikrokontroler. Pengujian dilakukan dengan program
sederhana dengan menentukan kapan pompa akan aktif, pada
program ini di program PORT D akan aktif saat nilai ADC =
83. Volum air yang didapat untuk setiap detiknya menjadi
acuan. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa PORT
D (sebagai output driver) sudah berfungsi sesuai dengan
kehendak.
4.1.2 Pengujian Modul RTC
Tujuan :
1. Mengetahui apakah modul RTC sudah berjalan dengan
baik.
Peralatan :
1. Modul RTC
2. LCD
3. Rangkaian mikrokontroler beserta µC yang sudah di
program
Persiapan :
45
1. Install rangkaian modul RTC
2. Aktifkan rangkaian mikrokontroler, amati output pada
LCD
Rumus % Error = jam refrensi −jam RTC
jam refrensi x 100%
Pada tabel no3 dengan tampilan waktu RTC 00:02:58 dapat kita hitung
persentase errornya
%Error = 03:00−02:58
03:00 x 100%= 3.3%
Tabel 4.3 Pengujian RTC
No Tampilan RTC pada LCD Jam refrensi Error
1 00:01:00 00:01:00 0%
2 00:01:59 00:02:00 1.6%
3 00:02:58 00:03:00 3.3%
4 00:03:58 00:04:00 3.3%
5 00:04:58 00:05:00 3.3%
6 00:05:58 00:06:00 3.3%
7 00:06:58 00:07:00 3.3%
8 00:07:58 00:08:00 3.3%
9 00:08:58 00:09:00 3.3%
10 00:09:58 00:10:00 3.3%
11 00:10:58 00:11:00 3.3%
12 00:11:58 00:12:00 3.3%
13 00:12:58 00:13:00 3.3%
14 00:13:58 00:14:00 3.3%
15 00:14:58 00:16:00 3.3%
16 00:16:58 00:17:00 3.3%
17 00:17:58 00:19:00 3.3%
18 00:19:58 00:20:00 3.3%
19 00:20:58 00:21:00 3.3%
20 00:21:58 00:22:00 3.3%
46
Analisa :
Pada pengujian Modul RTC dapat dilihat bahwa RTC
sudah dapat menampilkan waktu pada LCD, ketika rangkaian
minimum sistem dinonaktifkan di lihat apakah modul RTC
sudah dapat menyimpan waktu, jika Modul RTC sudah dapat
menampilkan waktu tanpa mereset dan waktu yang ditunjukan
sudah sesuai dengan jam refrensi, dapat dikatakan modul RTC
memiliki persentase error 3.3%, sehingga modul RTC ini dapat
digunakan pada sistem ini.
4.1.3 Pengujian Rangkain Instrument Amplifier
Pengujian rangkaian stage 3 (diffrensial amplifier)
Tujuan :
1. Mengetahui apakah rangkaian Instrument Aplifier
sudah bekerja dengan baik.
Peralatan :
1. 3 Power supply
2. 1 Volt meter
3. Rangkaian Instrument
Persiapan 1 (Rangkaian diffrensial amplifier) :
1. Install rangkaian Instrument
2. Rangkai Power supply menjadi keluaran ±9Volt
(sebagai VEE dan VCC), dan 1 Volt sebagai input 1
dan 2
3. Nyalakan power supply ukur tegangan keluaran pada
kaki 1 IC 074 dengan Voltmeter, jika belum nol, atur
Rf (VR) sehingga didapatkan output yang nol.
47
Gambar 4.1 Rangkaian diffrensial amplifier
Gambar 4.2 Diffrensial Amplifier
Hasil Output yang didapat adalah 0.04 V, dari data perhitungan
dapat kita daptakan dengan rumus :
VaR
RVb
RR
R
R
RVo
1
……………………………………... (1)
sehingga
48
VaVbVo ………………………………………………………. (2)
Vo = (1-1)
= 0 Volt
Persiapan 2 (pengecekan keseluruhan rangkaian instrument
amplifer)
1. Mencari nilai Resistor (Rg) yang akan digunakan
sebagai penguat dengan Persamaan garis lurus :
4.92 = m0.4+c
0 = m0.10+c
- -
4.92 = 0.14m
m = 4.92/0.14
m=35.14
y=mx+c
0=35.14* 0.14+ c
0=4.92+c
c= -4.92
y = mx+c
= 35.14 * x - c
= 35.14(x-4.92/35.14)
= 35.14(x-0,14
Untuk mencari nilai penguatan (Rg) persamaan
(b2) dimasukkan ke dalam rumus Vo rangkaian
Instrument stage pertama.
35.14 = (1+2R2 / Rg)
y = mx+c
Vo = (1+2R2/Rg)
49
34.14 = (2.(10000Ω) / Rg)
Rg = 20000 Ω / 34.14
=585.8 Ω
Gambar4.3 Rangkaian Instrument Amplifier secara keseluruhan
Gambar4.4 Instrument Amplifier dengan input output
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai
nilai tegangan offset (Voffset) = 0,14 Volt dan besar
Rg = 58.58 Ω. Dari nilai Rg dapat dihitung nilai
penguatannnya :
Av = Rf / Rg
Av = 10000/585.8 = 17.070 kali
Analisa :
50
Sesuai dengan rumus dari penguat instrument yaitu
Vo = (e2-e1)(1+2Rf/Rg)……………………………………. (1)
Dapat kita hitung nilai tegangan outputnya, gunakan tegangan
supply yang konstan, setelah kita uji dengan tegangan dari
power supply dapat kita gunakan input dari sensor yang telah
dirancang dari tabel 4.4, dapat kita hitung nilai Vo (tegangan
output) :
Vo = (Vin-Vofset) (1+17) …………………………………. (2)
Vo = (Vin-Vofset) (18)……………………………………... (3)
Data 2
Vin = 0.15 ; Vout = 0.65
(0.15-0.14) (18) = 0.18
% error = (0.72-0.65)/0.69 * 100%
= 4,2 %
Data 3
Vin = 0.21 ; Vout = 1.20
(0.21 - 0.14) (18) = 1.26
% error = (1.26-1.20)/1.26 * 100%
= 4.7%
Data 4
Vin = 0.21 ; Vout = 2.30
(0.27-0.14) (18) = 2.34
% error = (2.34-2.30)/2.34 * 100%
= 1.7 %
Data 5
Vin = 0.29 ; Vout = 2.62
(0.29-0.14) (18) = 2.7
% error = (2.7-2.62)/2.7 * 100%
= 2,96 %
Data 6 & 7
Vin = 0.28 ; Vout = 2.40
(0.28-0.14) (18) = 2.52
51
% error = (2.52-2.40)/2.52 * 100%
= 4 %
Data 8 s/d 11
Vin = 0.27 ; Vout = 2.32
(0.27-0.14) (18) = 2.34
% error = (2.34-2.32)/2.34 * 100%
= 0.8%
4.1.4 Pengujian Rangkaian AC to DC
Pengujian Rangkaian AC to DC dilakukan untuk mengetahui
apakah rangkaian converter AC to DC sudah dapat berjalan dengan baik,
dimana Vmax dari output Half wave sama dengan output DC yg keluar.
Tujuan :
1. Tujuan dari pengambilan data ini adalah mengetahui
output dari rangkaian AC to DC, sehingga mikrokontroler
dapat dapat mengola data yang masuk lewat POTR ADC.
Peralatan :
1. 2 power supply
2. 2 Avometer
3. 1 osciloscope
Persiapan :
1. Install rangkaian seperti gambar 4.5
2. Ukur Vi dari sensor dan Vo setealah input disetarakan
3. Amati sinyal input dan output dengan mengunakan
osciloscope
52
Gambar4.5 Rangkaian konverter AC to DC
Perhitungan persentase error dari tegangan output dapat dihitung dengan
rumus persentase error :
Rumus % Error = Output sensor –setelah disearahkan
output sensor x 100%
Pada tabel no3 dengan tegangan output sensor 0.34 dan tegangan setelah
disearahkan 0.33 dapat kita hitung persentase errornya
%Error = 0.34 −0.33
0.34 x 100%= 2.9 %
Tabel 4.4 Hasil pengujian Output sensor Half wave dan DC
No
volume
Air
(ml)
Output
sensor
Setelah disearahkan
%error
1 0.25 0.05 V 0.04 V 1 %
2 1 0.13 V 0.13 V 0 %
3 9 0.34 V 0.33 V 2.9 %
4 10 0.35 V 0.35 V 0 %
5 11 0.35 V 0.35 V 0 %
6 12 0.35 V 0.36 V 2.7 %
7 17 0.37 V 0.37 V 0 %
8 18 0.38 V 0.37 V 2.6 %
53
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa rangkaian
AC to DC bekerja dengan range %error 0% – 5 %.
Tabel 4.5 Hasil pengujian output sensor halfwave
No
volume
Air(ml)
Pengukuran 1
Pengukuran 1
Pengukuran 1
1 0.25 ml 0.05 V 0.04 V 0.04 V
2 1 ml 0.13 V 0.13 V 0.15 V
9 8 ml 0.35 V 0.36 V 0.36 V
10 9 ml 0.38 V 0.33 V 0.33 V
11 10 ml 0.35 V 0.35 V 0.35 V
12 11 ml 0.35 V 0.35 V 0.35 V
18 17 ml 0.37 V 0.37 V 0.38 V
19 18 ml 0.38 V 0.37 V 0.38 V
20 19 ml 0.41 V 0.42 V 0.42 V
Gambar4.6 Grafik output sensor
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0 10 20
1
Series3
Series1
Poly. (Series1)
Vo
54
Tabel 4.6 Hasil pengujian Output sensor setelah dikuatkan
No
Volume Vo
1 0 ml -1.33 V
2 1 ml -0.23 V
3 5 ml 1.06 V
4 13 ml 2.37 V
5 15 ml 2.46 V
6 20 ml 5 V
Gambar4.7 Grafik perbandingan volum dengan tegangan
Dari hasil data yang diperoleh didapat persamaan untuk mencari
nilai volume air dengan inputan teganagn
y = -0.217x3
+ 1.391x2
+ 2.512x + 1.106
keterangan :
x = Tegangn input untuk ADC
y = Volum air
y = -0.217x3 + 1.391x2 + 2.512x + 1.106
0
10
20
30
-4 -2 0 2 4 6
Perbandingan Volume dengan tegangan
55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perencanaan dan pembuatan sistem
kemudian dilakukan pengujian dan analisanya, ada beberapa kesimpulan
yang dapat diambil dari sistem penyiraman tanaman otomatis dengan
mengatur jumlah volume air, antara lain :
1. Sensor yang baik untuk proyek akhir ini adalah tembaga dengan
nilai konduktivias 5,7 x 107 σ,S/m, dengan jarak antara elektrode
1cm, sinyal input berupa half wave, frekuensi yang digunakan
adalah 50 Hz, dengan posisi elektrode lurus.
2. Toleransi pada sistem ini :
Toleransi pegambilan data hanya untuk bunga anturium
dengan persentase error 3 %
Respon pengambilan data dari sensor yang baik adalah 3
detik.
3. Kelebihan dari sistem yang dibuat ini antara lain :
Modul RTC yang menjaga waktu penyiraman tanaman pada
tanaman anturium, sehingga tanaman yang disiram sesuai
dengan jam penyiramannya (jam 07.00-10.00 atau 17:00-
19:00 )[9]
5.2 Saran
Untuk mendapatkan performa yang lebih baik dari sistem
penyiram tanaman otomatis ini, masih terdapat kelemahan sehingga
perlu diperbaiki untuk penyempurnaan. Saran untuk pengembangan
lebih lanjut system penyiram tanaman ini adalah :
1. Untuk mendapatkan data yang valid dapat digunakan elektrode
penghantar yang baik namun tahan pada korosi.
2. Untuk meningkatkan kegunaan alat ini program dapat ditambah
dengan pemilihan jenis tanah dan volume tanah, sehingga lebih
friendly.
3. Penggunaan pompa air untuk satu tanaman lebih baik
menggunakan wiper (pompa pembersih kaca mobil), jika
56
pengontrolan lebih dari satu sebaiknya menggunakan pompa
dengan daya yang lebih besar.
4. Penyiraman sebaiknya terjadi secara merata pada semua bagian
tanah.
5. Noise Pada power supply sangat pengaruh pada sensor maupun
IC 074, untuk IC 074 lebih stabil menggunakan batrei sebagai
VCC dan VEE serta input Offsetnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. M. Ary Heryanto,ST. 2008 Pemograman bahasa C Untuk
Mikrokontroler ATMEGA8535.
[2]. Dwirgo Sahlinal, Zuriati, Dewi Kania Widyawati, Sistem Otomasi
Penyiraman Bibit Tanaman Berbasis Programabel Logic Controler
(PLC)2001 Proyek Akhir : T. Informatika STMIK Damajaya.
[3] . http://euphorbiaku.blogspot.com/2007/04/kembangku-berbunga-
terus.html.
[4]. http://www.godongijo.com/index2.php?task=fullart&PID=57.
[5].http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid
=8.
[6]. Imade J dan Budi R. 2008. Pemograman bahasa C dan implementasi
edisi kedua. Indonesia : Bandung
[7]. Ardi W. 2008. ATMega8/32/16/8535. Indonesia Bandung
[8]. Robert F C dan Frederick F D.1994. Edisi Kedua Penguat
Operasional dan Rangkaian Terpadu Linier.
[9]. Majalah Trubus.
[10] Deni Rhamdani FT UI 2008. Analisa Resistansi tanah.
[11] Ide Hardiana Santi, dkk 2010. Penerapan Metode Geolistrik
Mapping Konfigurasi Dipole-dipole Untuk Mengkaji Hubungan
Antara Panjang Elektrode Dan Kedalaman Tanah Terhadap Nilai
Resistifitas Bawah Permukaan Tanah. Malang
Lampiran Program
/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.03.4 Standard
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2008 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com
Project :
Version :
Date : 7/10/2010
Author :
Company :
Comments:
Chip type : ATmega8535
Program type : Application
Clock frequency : 11.059200 MHz
Memory model : Small
External RAM size : 0
Data Stack size : 128
*****************************************************/
#include <mega8535.h>
#include <stdio.h>
#include <math.h>
// I2C Bus functions
#asm
.equ __i2c_port=0x15 ;PORTC
.equ __sda_bit=1
.equ __scl_bit=0
#endasm
#include <i2c.h>
// DS1307 Real Time Clock functions
#include <ds1307.h>
// Alphanumeric LCD Module functions
#asm
.equ __lcd_port=0x18 ;PORTB
#endasm
#include <lcd.h>
#include <delay.h>
#define ADC_VREF_TYPE 0x00
// Read the AD conversion result
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage
delay_us(10);
// Start the AD conversion
ADCSRA|=0x40;
// Wait for the AD conversion to complete
while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCW;
unsigned char h,m,s;
char buffer[33], buffer2[33], buffer3[33];
// Declare your global variables here
unsigned int data;
float vin;
unsigned int persen;
void set(void)
rtc_set_time(16,55,00);
void get_time(void)
rtc_get_time(&h,&m,&s);
sprintf(buffer,"%02d:%02d",h,m);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts(buffer);
void lembap(void)
lcd_gotoxy(6,0);
lcd_putsf("Lembap:");
delay_ms(500);
void volume(void)
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("volume air: ml");
lcd_gotoxy(0,1);
delay_ms(500);
void adc(void)
data = read_adc(0);
vin = ((float)data*0.0048); //vref : 1024 (bit)= 0.0048
persen = ((vin/4.92)* 100);
sprintf(buffer2,"%d",persen);
lcd_gotoxy(13,0); // persentase kelembapan
lcd_puts(buffer2);
puts(buffer2); //tampilkan serial
void ml(void)
int x;
data = read_adc(0);
vin = ((float)data*0.0048); //vref : 1024 (bit)= 0.0048
x = (-0.217*(pow(vin,3)) + (1.391*(pow(vin,2)) + 1.106));
sprintf(buffer3,"%d",x);
lcd_gotoxy(11,1);
lcd_puts(buffer3);
void agung(void)
lcd_gotoxy(2,1);
lcd_putsf("Eben Haezer");
delay_ms(500);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("Agung Karurukan ");
delay_ms(1000);
lcd_clear();
lcd_gotoxy(2,1);
lcd_putsf("3 D3 ELKA A");
delay_ms(500);
lcd_gotoxy(2,0);
lcd_putsf("7107030027");
delay_ms(1000);
lcd_clear();
void main(void)
// Declare your local variables here
// Input/Output Ports initialization
// Port A initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
// Port D initialization
// Func7=Out Func6=Out Func5=Out Func4=Out Func3=Out Func2=Out Func1=Out
Func0=Out
// State7=0 State6=0 State5=0 State4=0 State3=0 State2=0 State1=0 State0=0
PORTD=0x00;
DDRD=0xFF;
// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 0 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC0 output: Disconnected
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 1 Stopped
// Mode: Normal top=FFFFh
// OC1A output: Discon.
// OC1B output: Discon.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer 1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 2 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// External Interrupt(s) initialization
// INT0: Off
// INT1: Off
// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization
TIMSK=0x00;
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 691.200 kHz
// ADC Voltage Reference: AREF pin
// ADC High Speed Mode: Off
// ADC Auto Trigger Source: None
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x84;
SFIOR&=0xEF;
// I2C Bus initialization
i2c_init();
// DS1307 Real Time Clock initialization
// Square wave output on pin SQW/OUT: On
// Square wave frequency: 1Hz
rtc_init(0,1,0);
// LCD module initialization
lcd_init(16);
set();
agung();
while (1)
ojid:
get_time();
adc();
volume();
ml();
lembap();
if (h>=7&&h<=10 || h>=17&&h<=19)
if ( persen<=70) //buffer2 = % kelembapan
PORTD=1;
delay_ms(10000);
PORTD=0;
delay_ms(100);
goto ojid;
if (persen>=71)
PORTD=0;
delay_ms(500);
goto ojid;
goto ojid;
;
Lampiran Gambar
Gambar Power supply
Gambar RTC
Gambar Minimumsistem
Gambar modul AC to DC
Gambar penguat instrument
Gambar keseluruhan
Nama : Agung B Karururkan
TTL : Wawondula 08 November 1988
Alamat : Jl Nusa Indah no 23 (Manado)
Email : [email protected]
Telp : 0431-866562/081356848725
Riwayat pendidikan :
1. 1995-2001 : SD GMIM 28 Manado
2. 2001-2004 : SMP N 4 Manado
3. 2004-2007 : SMA N 1 Manado
4. 2007-2010 : Pendidikan D3, Jurusan Teknik Elektronika
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS
Pengalaman kerja :
Kerja Praktek PT INCO (SULSEL)