buku utama bappenas- 2007

Upload: brianpangoendian

Post on 01-Mar-2018

272 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    1/231

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    2/231

    i

    Bismillahirrahmanirrahim,

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

    TAHUN 2007 ini merupakan tahun ketiga dalam pemerintahan di

    bawah kepemimpinan saya. Sebagaimana dua tahun sebelumnya, tekad

    kita untuk mempercepat tercapainya kesejahteraan rakyat, dengan jalan

    memantapkan fokus pelaksanaan pembangunan di segala bidang, terus

    kita konsolidasikan. Karena itu, sebagaimana pada tahun 2006 yang lalu,

    tahun 2007 ini pun, Pemerintah kembali menyusun dan menerbitkan

    Buku Pegangan tentang Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pem-

    bangunan Daerah. Mengingat pembangunan daerah merupakan

    bagian integral dari pembangunan nasional, maka Pemerintah terusmemberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap kelangsungan

    dan keberhasilan pembangunan di daerah. Perspektif inilah yang

    mendasari penyusunan buku ini, dan diformulasikan ke dalam tema

    Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sinergi Kebijakan Investasi Pusat

    dan Daerah.

    Pemerintah Daerah memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai penyelenggara

    pemerintahan, sekaligus sebagai penyelenggara utama pembangunan

    di daerah. Sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah, PemerintahDaerah berperan menata kehidupan masyarakat dalam kerangka

    regulasi. Sedangkan sebagai penyelenggara utama pembangunan

    di daerah, Pemerintah Daerah berperan sebagai pelaksana dan

    penanggung jawab utama atas keseluruhan proses pembangunan yang

    dilaksanakan di daerah, yaitu dalam kerangka investasi, penyediaan

    barang dan pelayanan publik. Semua ini harus dilakukan secara benar,

    sehingga tujuan desentralisasi yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat,

    pemerataan, keadilan dan akuntabilitas pemerintahan, dapat dicapai

    secara terukur.

    KATA SAMBUTAN

    PRESIDEN

    REPUBLIK INDONESIA

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    3/231

    ii

    PRESIDEN

    REPUBLIK INDONESIA

    Dalam upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah yang

    lebih berkualitas dan berkelanjutan, perekonomian daerah perlu

    didukung dengan investasi di sektor-sektor produktif dan jasa. Saat

    ini, kita merasakan betapa pentingnya peranan investasi swasta,

    mengingat keterbatasan kapasitas fiskal pemerintah (Pusat, Provinsi,

    Kabupaten/Kota). Keterbatasan ini akan semakin menyulitkan kita

    dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, bila pertumbuhan

    ekonomi di daerah pun mengandalkan konsumsi masyarakat. Saya

    akui, tidak ada jurus kunci dan jalan mulus untuk memecahkan semua

    itu, tetapi saya percaya bila Pemerintah Daerah bersungguh-sungguh

    bekerja dengan baik, maka pertumbuhan ekonomi yang dirangsang

    oleh investasi swasta akan terus mekar, dan pada akhirnya akan

    menyejahterakan rakyat di daerah.

    Kita semua telah mengetahui bahwa investasi dapat menjadi pendorong

    roda perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan, tatkala

    semua pihak mendapat manfaat (gain) maksimal dari aktivitas tersebut.

    Dalam situasi ini, pengusaha mendapat keuntungan yang memadaiuntuk melakukan penambahan modal, meningkatkan produktifitas,

    meningkatkan kesejahteraan pekerja, dan melakukan ekspansi usaha.

    Bagi tenaga kerja, dorongan kegiatan ekonomi melalui investasi dan

    perdagangan dapat mengurangi pengangguran. Kita pun sudah sangat

    paham iklim investasi di daerah belum tercipta sebagaimana diharapkan.

    Daya saing antardaerah di bidang ini juga masih sangat timpang. Ada

    daerah yang memiliki daya saing tinggi, berbanding terbalik dengan

    daerah lain, yang daya saingnya sangat rendah.

    Kendala-kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah memang

    beragam. Namun sejauh yang telah diketahui, kendala-kendala yang

    dirasakan pada saat ini, berakar pada kekeliruan pikiran dan nilai dasar

    (mindset) mengenai hakikat otonomi. Akibatnya tidak sedikit daerah

    yang seolah-olah berlomba menciptakan regulasi, yang substansinya

    menimbulkan beban biaya ganda bagi dunia usaha, dan pada akhirnya

    berakibat terjadinya ekonomi biaya tinggi. Hal ini tidak dapat kita

    biarkan terus-menerus mewarnai penyelenggaraan pemerintahan dan

    pembangunan di daerah.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    4/231

    iii

    Pemerintah Daerah perlu mengambil langkah-langkah kreatif

    dan inovatif dalam menciptakan iklim yang kondusif, terutama

    pemerintahan, dan lingkungan ekonomi. Bila hal ini dapat dilakukan

    oleh semua Pemerintah Daerah, maka akan tercipta lingkungan ekonomi

    yang kompetitif. Setiap wilayah atau daerah akan memiliki keunggulan

    tertentu yang dapat merangsang para pengusaha untuk berinvestasi.

    Dalam hubungan itu, pemerintahan yang memiliki wilayah dengan

    keunggulan yang relatif sama, bahkan berbeda sekalipun perlu menjalin

    kerjasama yang bersifat produktif dalam menciptakan lingkungan

    ekonomi yang berdaya saing.

    Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah,

    merupakan dua sisi kegiatan yang saling berhubungan satu sama

    lain. Performa pembangunan di daerah, sesungguhnya merupakan

    cerminan atas performa penyelenggaraan pemerintahan, begitu

    sebaliknya. Karena itu, ke depan kita perlu melakukan langkah-langkah

    konsolidasi terhadap cara berpikir seperti ini dalam menyelenggarakan

    pemerintahan dan pembangunan di daerah. Tujuannya adalah agarkita tidak salah kaprah dalam mewujudkan visi pembangunan dalam

    kerangka otonomi daerah.

    Upaya menciptakan tata kepemerintahan yang baik, walaupun telah

    menghasilkan kemajuan di beberapa daerah, namun kita harus

    mengakui sejujur-jurnya bahwa di daerah lain hal ini belum sepenuhnya

    dapat diwujudkannya. Sekarang saatnya kita melakukan percepatan

    untuk merealisasikan hal itu. Konsep ini memerlukan kecerdasan

    tertentu, baik pada tataran memahami maupun melaksanakannya.Sebagai sebuah konsep, tata kepemerintahan yang baik merupakan

    suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih,

    demokratis dan efektif. Di dalamnya mengatur pola hubungan yang

    sinergis dan konstruktif antara pemerintah, dunia usaha swasta dan

    masyarakat.

    Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik membutuhkan komitmen

    kuat, tekad untuk berubah menjadi lebih baik dan sikap konsisten. Hal ini

    memang tidak mudah, karena diperlukan pembelajaran, pemahaman,

    PRESIDEN

    REPUBLIK INDONESIA

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    5/231

    iv

    serta implementasi nilai-nilai atau prinsip-prinsipnya secara utuh.

    Namun, betapapun sulitnya, kita tidak memiliki pilihan lain, kecuali

    harus melaksanakannya. Transparansi, partisipasi, penegakan hukum

    dan akuntabilitas, merupakan empat prinsip utama dalam konsep

    ini. Prinsip-prinsip ini perlu dikembangkan dan dielaborasi menjadi

    prinsip-prinsip turunan yang bersifat implementatif dalam tugas pokok

    setiap organisasi.

    Akhirnya, secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada Menteri

    Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas yang

    telah mengordinasikan penyusunan Buku Pegangan Tahun 2007 ini

    bersama jajaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

    Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri.

    Saya instruksikan kepada seluruh anggota Kabinet Indonesia Bersatu

    beserta jajarannya, serta kepada para Kepala Daerah, baik provinsi,

    kabupaten dan kota untuk menggunakan Buku Pegangan Tahun 2007

    ini sebaik-baiknya dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintahandan pembangunan di daerah. Di atas segala-galanya hal ini dimaksudkan

    untuk kesejahteraan rakyat kita, dan demi peningkatan harkat dan

    martabat mereka.

    Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi upaya kita dalam membangun

    bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini.

    Sekian dan Selamat bekerja.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Jakarta, 17 April 2007

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

    PRESIDEN

    REPUBLIK INDONESIA

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    6/231

    Daftar Isi

    v

    KATA SAMBUTAN .................................................................................................... i

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x

    DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xi

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG ..................... ........................ ........................ ................. I - 2

    1.2 FUNGSI PEMERINTAH DAERAH ..................... ........................ ................. I - 6

    1.3 MAKSUD DAN TUJUAN .................... ........................ ........................ ......... I - 7

    1.4 SISTEMATIKA PEMBAHASAN ...................... ........................ ..................... I - 8

    BAB II

    PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

    2.1 REVITALISASI PELAKSANAAN DESENTRALISASI DANOTONOMI DAERAH..................................................................................... II - 2

    2.1.1 Review Pelaksanaan Grand StrategyImplementasi

    Otonomi Daerah ...................... ........................ ........................ ......... II - 3

    (1) Penataan Urusan Pemerintah ..................... ........................ ......... II - 3

    (2) Penataan Kelembagaan Pemerintah Daerah ....................... . II - 5

    (3) Penataan Kepegawaian Daerah ..................... ........................ ..... II - 6

    (4) Revitalisasi Peran Lembaga Perwakilan Daerah ................... II - 6

    (5) Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah ..................... ......... II - 7

    (6) Peningkatan Pelayanan Publik ........................ ........................ ..... II - 8 (7) Pembinaan dan Pengawasan ...................... ........................ ......... II - 9

    2.1.2 Penataan Daerah Otonom Baru ..................... ........................ ..... II - 10

    2.2 STATUS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN

    PEMBANGUNAN DAERAH (KONDISI TERKINI) ..................... ............. II - 11

    2.3 RENCANA AKSI NASIONAL DESENTRALISASI FISKAL (RANDF) ... II - 17

    2.4 KERJASAMA ANTAR DAERAH ..................... ........................ ..................... II - 19

    2.5 ISU-ISU STRATEGIS ..................... ........................ ........................ ................. II - 21

    Daftar Isi

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    7/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    vi

    (1) Tata Kepemerintahan yang Baik ........................ ........................ .. II - 21 (2) Standar Pelayanan Minimum (SPM) ..................... ...................... II - 23

    (3) Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan ... II - 24

    (4) Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ................ II - 24

    (5) Pengembangan Kapasitas ....................... ........................ .............. II - 25

    2.6. KELEMBAGAAN TERKAIT PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

    DAERAH DAN PERBAIKAN IKLIM INVESTASI DI DAERAH .............. II - 26

    (1) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)................................................ II - 26

    (2) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) .................. II - 28

    (3) Asosiasi Pemerintah Daerah ....................... ........................ .......... II - 29

    (4) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ..................... .. II - 29

    BAB III

    PEMBANGUNAN DAERAH, PENINGKATAN INVESTASI,

    DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

    3.1. PEMBANGUNAN DAERAH ...................... ........................ ........................ .. III - 2

    3.2. PERANAN INVESTASI BAGI PEMBANGUNAN DAERAH ................... III - 6

    (1) Keragaan Investasi di Daerah ..................... ........................ .......... III - 8

    (2) Kendala dan Tantangan Investasi di Daerah ..................... ...... III - 11

    (3) Daya Tarik Investasi Daerah ..................... ........................ .............. III - 15

    (4) Daya Saing Daerah ..................... ........................ ........................ ...... III - 17

    3.3. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH YANG BERPENGARUH

    TERHADAP INVESTASI ...................... ........................ ........................ .......... III - 24

    (1) Kerangka Regulasi ...................... ........................ ........................ ...... III - 25

    (2) Kerangka Anggaran ....................... ........................ ........................ .. III - 27

    (3) Peningkatan Kualitas Pelayanan ....................... ........................ .. III - 29

    (4) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    (UMKM) dan Koperasi ........................ ........................ ...................... III - 31

    (5) Pengembangan Klaster ........................ ........................ .................. III - 33

    BAB IV

    SINKRONISASI PUSAT DAN DAERAH DALAM

    PERBAIKAN IKLIM INVESTASI

    4.1. PAKET KEBIJAKAN PERBAIKAN IKLIM INVESTASI ........................ ...... IV - 2

    (1) Bidang Umum ...................... ........................ ........................ .............. IV - 3

    (2) Bidang Kepabeanan dan Cukai ...................... ........................ ...... IV - 6

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    8/231

    Daftar Isi

    vii

    (3) Bidang Perpajakan............................... ........................ ..................... IV - 7(4) Bidang Ketenagakerjaan ....................... ........................ ................. IV - 13

    (5) Bidang Pemberdayaan UKMK ..................... ........................ ......... IV - 14

    4.2. PAKET KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN

    INFRASTRUKTUR ......................................................................................... IV - 15

    (1) Sektor Perhubungan ....................... ........................ ........................ . IV - 18

    (2) Sektor Energi ..................... ........................ ........................ ................. IV - 22

    (3) Sektor Telekomunikasi ....................... ........................ ..................... IV - 25

    (4) Sektor Air Minum ........................ ........................ ........................ ..... IV - 29

    (5) Kemajuan Pelaksanaan Paket Kebijakan Percepatan

    Pembangunan Infrastruktur ........................ ........................ ......... IV - 31

    4.3. PAKET KEBIJAKAN SEKTOR KEUANGAN ..................... ........................ . IV - 33

    (1) Stabilitas Sistem Keuangan ...................... ........................ ............. IV - 34

    (2) Lembaga Keuangan Perbankan dan Non Bank ..................... IV - 34

    (3) Pasar Modal ........................ ........................ ........................ ................. IV - 35

    4.4. KEBIJAKAN PERTANAHAN ....................... ........................ ........................ . IV - 40

    4.5. PEMANTAPAN KEAMANAN, KETERTIBAN, DAN

    STABILITAS POLITIK..................................................................................... IV - 49

    4.6. PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS ...................... ..... IV - 51

    (1) Kriteria Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus

    di Indonesia ....................................................................................... IV - 53

    (2) Kelembagaan Kawasan Ekonomi Khusus ....................... ......... IV - 54

    BAB V

    RENCANA KERJA PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN

    ANGGARAN 2007

    5.1. TEMA DAN PRIORITAS RKP TAHUN 2007 ....................... ..................... V - 2

    5.2 SASARAN-SASARAN RKP TAHUN 2007 ....................... ........................ . V - 3

    5.3 PRIORITAS ANGGARAN 2007 ..................... ........................ ..................... V - 8

    5.3.1 Arah Kebijakan Fiskal, Asumsi Ekonomi Makro

    dan Postur APBN ...................... ........................ ........................ ......... V - 8

    (1) Arah Kebijakan Fiskal ...................... ........................ ........................ . V - 8

    (2) Asumsi Ekonomi Makro ..................... ........................ ..................... V - 10

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    9/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    viii

    (3) Postur APBN ...................... ........................ ........................ .................. V - 11 5.3.2 Belanja Negara ..................... ........................ ........................ .............. V - 13

    (1) Belanja Pemerintah Pusat ........................ ........................ .............. V - 13

    (2) Belanja Daerah ..................... ........................ ........................ .............. V - 13

    LAMPIRAN

    1 Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMDN

    Menurut Lokasi, 2001-September 2006 ...................... ...................... L - 2

    Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMA

    Menurut Lokasi, 2001-September 2006 ....................... ...................... L - 3

    2 Indikator Utama dan Variabel Penentu Daya Saing Daerah ........ L - 4

    3 Rekapitulasi Alokasi Anggaran Tahun 2007

    Menurut Lokasi (Provinsi) dan Kementerian / Lembaga .............. L - 10

    4 Penetapan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumberdaya Alam

    Pertambangan Umum Tahun Anggaran 2007

    untuk Kabupaten/kota se-Indonesia ........................ ........................ .. L - 18

    5 Rincian Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi

    dan Kabupaten/Kota Tahun 2007 ......................................................... L - 31

    6 Dana Penyesuaian DAU Tahun 2007 ...................... ........................ ...... L - 46

    7 Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun

    Anggaran 2007 untuk Kabupaten/kota se-Indonesia .................. L - 47

    8 Dana Penyesuaian Infrastruktur Jalan dan Lainnya

    Tahun 2007 ......................... ........................ ........................ ........................ .. L - 56

    9 Posisi Penghimpunan Dana Bank Umum Menurut

    Lokasi Dati.I .................................................................................................. L - 63

    10 Perkembangan Inflasi 45 Kota ..................... ........................ .................. L - 64

    11 Perkembangan Jumlah BPR Nasional ....................... ........................ .. L - 66

    12 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah ..................... .............. L - 67

    13 Posisi Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek Dati.I .............. L - 68

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    10/231

    ix

    Daftar Tabel

    Tabel 2.1 Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana

    Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 ...................... ................. II - 12

    Tabel 2.2 Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana

    Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 ...................... ................. II - 16

    Tabel 2.3 Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana

    Undang-Undang No. 25 tahun 2004 ...................... ................. II - 17

    Tabel 3.1 Distribusi Investasi di Indonesia menurut

    Provinsi Tahun 2005 (dalam %) ..................... ........................ ..... III - 9

    Tabel 3.2 Kontribusi Investasi terhadap PDRB menurut

    Provinsi di Indonesia Tahun 2005 (dalam %) ........................ III - 10

    Tabel 3.3 Perbandingan Kemudahan Memulai Usaha Negara-

    Negara di Kawasan Asia Tenggara, China, dan India ......... III - 14

    Tabel 3.4 Indikator dan Sub Indikator Penentu

    Daya Saing Daerah ......................................................................... III - 22

    Tabel 3.5 Komposisi Skala Usaha Menurut Wilayah ..................... ......... III - 32

    Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Tindakan Paket Kebijakan

    Perbaikan Iklim Investasi .............................................................. IV - 3

    Tabel 4.2 Bidang Usaha Tertentu dan Daerah Tertentu ...................... . IV - 9

    Tabel 4.3 Rekapitulasi Jumlah Keluaran Paket Kebijakan

    Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tahun 2006 ....... IV - 16

    Tabel 4.4 Rekapitulasi Jumlah Kebijakan, Program dan

    Tindakan Paket Kebijakan Sektor Keuangan ....................... . IV - 34

    Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Bank Umum ...................... ................. IV - 37

    Tabel 4.6 Matriks Perbandingan Perpres Nomor 36/2005 dan

    Perpres Nomor 65/2006 ............................................................... IV - 42

    Tabel 5.1 Asumsi Ekonomi Makro ....................... ........................ ................. V - 11

    Tabel 5.2 APBN-P 2006 dan APBN 2007 dalam triliun rupiah ............ V - 12

    Tabel 5.3 Alokasi Dana Alokasi Khusus ..................... ........................ ......... V - 16

    Daftar Tabel

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    11/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    x

    Daftar Gambar

    Gambar 1.1 Pelaku Pembangunan ...................... ........................ .............. I - 7

    Gambar 2.1 Pola Interaksi Tiga Pilar Good Governance....................... II - 22

    Gambar 3.1 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,

    Pembangunan Daerah, dan Pembangunan

    Nasional .......................................................................................III - 4

    Gambar 3.2 Hubungan Kinerja Pembangunan Daerah dan

    Kinerja Pembangunan Nasional .........................................III - 5

    Gambar 3.3 Daya Tarik Investasi Daerah Berdasarkan

    Persepsi Dunia Usaha ............................................................. III - 16

    Gambar 3.4 Kerangka Kebijakan Investasi Daerah............................... III - 26

    Gambar 4.1 Kawasan Ekonomi Khusus di Guangzhou, Cina ............ IV - 52

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    12/231

    xi

    Daftar Singkatan

    AAMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

    APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara

    APEKSI : Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia

    API : Arsitektur Perbankan Indonesia

    APKASI : Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia

    APPSI : Asosiasi Pemerintah Propinsi Seluruh Indonesia

    APS : Angka Partisipasi Sekolah

    BBAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    BBN-KB : Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

    BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal

    BLK : Balai Latihan Kerja

    BPK : Badan Pemeriksa Keuangan

    BPN : Badan Pertanahan Nasional

    BTB : Bantuan Tunai Bersyarat

    BUMD : Badan Usaha Milik Daerah

    CCIP : Competitiveness Industrial Performance

    D

    DAK : Dana Alokasi KhususDAU : Dana Alokasi Umum

    DBH : Dana Bagi Hasil

    Depdagri : Departemen Dalam Negeri

    DME : Dimethyl Ether

    DP : Dana Penyesuaian

    DPD : Dewan Perwakilan Daerah

    DPOD : Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah

    DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

    DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    Daftar Singkatan

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    13/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    xii

    EEDI : Electronic Data Interchange

    EPPD : Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    FFDR : Financing to Deposit Ratio

    FSAP : Financial Sector Assessment Program

    G

    GTL : Gas to Liquid

    IIICE : Indonesian Infrastructure Conference and Exhibition

    IKM : Industri Kecil dan Menengah

    IMB : Ijin Mendirikan Bangunan

    IMD :Institute of Management and Development

    Inpres : Instruksi Presiden

    KKBI : Kawasan Barat Indonesia

    KEK : Kawasan Ekonomi Khusus

    KEKI : Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia

    KEN : Kebijakan Energi Nasional

    KKN : Korupsi, Kolusi & Nepotisme

    KPBC : Kantor Pelayanan Bea dan Cukai

    KPPOD : Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah

    KPT : Kantor Pelayanan Terpadu

    KUA : Kebijakan Umum Anggaran

    KWBC : Kanwil Ditjen Bea dan Cukai

    LLKPKD : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

    LLAJ : Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

    LPEI : Lembaga Pembiayaan Ekspor Nasional

    LPPD : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    14/231

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    15/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    xiv

    RRPP : Rancangan Peraturan Pemerintah

    RAD-PK : Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi

    RANDF : Rencana Aksi Nasional Desentralisasi Fiskal

    RAN-PK : Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi

    RAPBN : Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara

    RAPERDA : Rancangan Peraturan Daerah

    Renja SKPD : Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

    Renstra SKPD : Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah

    RKA-SKPD : Rencana Kerja dan Anggaran Satuan KerjaPerangkat Daerah

    RKP : Rencana Kerja Pemerintah

    RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah

    RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

    RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

    RUU : Rencana Undang-Undang

    SSDA : Sumber Daya Alam

    SE : Surat Edaran

    SEZ : Special Economic Zones

    SIABE : Sistem Informasi Agroindustri Berorientasi Ekspor

    SIB-ES : Sistem Informasi Baseline Economic Survey

    SI-LMUK : Sistem Informasi Lending Model Usaha Kecil

    SIMTANAS : Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional

    SIPKD : Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah

    SI-PMK : Sistem Informasi Prosedur Memperoleh Kredit

    SI-PUK : Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil

    Sistranas : Sistem Transportasi Nasional

    SPKUI : Sistem Penunjang Keputusan untuk Investasi

    SPM : Standar Pelayanan Minimal

    TTAGP : Trans ASEAN Gas Pipeline

    TFP : Total Factor Productivity

    TKI : Tenaga Kerja Indonesia

    TPB : Tempat Penimbunan Berikat

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    16/231

    xv

    UUU : Undang-Undang

    UMKM : Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

    UNIDO : United Nations Industrial Development Organization

    UPT : Unit Pelayanan Terpadu

    USO : Universal Service Obligation

    WWEF : World Economic Forum

    Daftar Singkatan

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    17/231

    BAB I

    Pendahuluan

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    18/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    I - 2

    1.1 LATAR BELA KANG

    Tujuan utama kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalahpercepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

    Kita semua mengetahui bahwa landasan hukumnya adalah Undang-

    Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

    2004. Sudah barang tentu, reformasi pola kepemerintahan ini diharapkan

    berdampak positif terhadap kinerja ekonomi, meskipun hal ini jelas

    melibatkan proses yang berjangka waktu lama. Dengan mendekatkan

    pengambilan keputusan ke masyarakat, perumusan strategi dan

    langkah-langkah pembangunan diharapkan lebih responsif menangkap

    kebutuhan ataupun isu yang berkembang. Bahkan, dengan perspektif

    yang lebih demokratis tersebut, diharapkan nilai tambah ekonomi

    yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan manfaatnya dirasakan lebih

    langsung oleh seluruh masyarakat.

    Investasi adalah salah satu faktor penting penentu keberhasilan

    pembangunan ekonomi. Keberadaannya merupakan modal dasar bagi

    perwujudan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam jangka

    panjang, bila dibarengi dengan peningkatan daya saing, investasi akan

    Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua

    pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh

    gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

    dan pembangunan daerah. Tema utama tahun 2007 ini adalah

    pengembangan ekonomi daerah dan sinergi kebijakan investasi

    pusat dan daerah. Dengan demikian, upaya pencapaian sasaran

    pembangunan nasional khususnya yang berkaitan dengan

    peningkatan investasi dapat tersinergi secara harmonis dengan

    sasaran pembangunan daerah, serta sesuai dengan potensi dan

    kekhususan yang dimiliki masing-masing daerah.

    Tujuan utamakebijakan

    desentralisasi dan

    otonomi daerah

    adalah percepatan

    terwujudnya

    peningkatan

    kesejahteraan

    seluruh

    masyarakat.

    Investasi adalah

    salah satu faktor

    penting penentu

    keberhasilan konkrit

    dari pembangunan

    ekonomi.

    BAB I PENDAHULUAN

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    19/231

    Pendahuluan

    I - 3

    meningkatkan penawaran melalui peningkatan stok kapital yang padagilirannya akan meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk

    menghasilkan output atau melakukan kegiatan-kegiatan produksi.

    Kegiatan produksi tersebut akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja

    dan proses tersebut pada akhirnya meningkatkan kualitas pembangunan

    ekonomi karena diversifikasi kegiatannya.

    Peningkatan nilai tambah perekonomian di daerah tersebut akan

    memberikan dampak positif pada besaran balas jasa terhadap faktor-

    faktor produksi, misalnya dalam bentuk sewa tanah, upah, bungadan keuntungan akan meningkat karena adanya aktivitas penanaman

    modal. Selain itu, meningkatnya intensitas perekonomian akan

    membuka peluang kerja bagi perekonomian dan penduduk di daerah

    sekitar penanaman modal. Dengan demikian, secara langsung dan tidak

    langsung akan terwujud efek multiplierterhadap kegiatan ekonomi dan

    pendapatan penduduk di kawasan-kawasan sekitar dan pada gilirannya

    akan meningkatkan pendapatan daerah secara keseluruhan. Lingkaran

    ekonomi ini akan semakin besar dengan munculnya investasi pada

    potensi-potensi baru dalam membangun sektor industri lainnya.

    Dengan diserahkannya kewenangan atas sejumlah urusan pemerintahan,

    termasuk di bidang ekonomi kepada pemerintah daerah, maka para

    pelaku usaha akan lebih banyak berhubungan langsung dengan

    pemerintah daerah, daripada dengan pemerintah pusat. Oleh karena

    itu, jelas bahwa kinerja dan pembangunan ekonomi nasional akan

    makin terkait erat dengan kinerja penyelenggaraan fasilitasi usaha

    oleh pemerintah. Hanya bila masing-masing pemerintahan daerahmelaksanakan tanggung jawab tersebut dengan mengembangkan

    berbagai inovasi dalam pembangunan ekonomi yang dibarengi pula

    dengan peningkatan transparansi dan akuntabilitas, maka perwujudan

    suatu perekonomian daerah yang sehat dan berdaya saing serta mampu

    menciptakan kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat setempat akan

    tercipta. Pada gilirannya, terwujudnya kondisi ini di berbagai daerah

    akan memperkuat ketahanan dan daya saing ekonomi nasional.

    Kinerja dan

    perkembangan

    ekonomi serta

    investasi secara

    nasional tidak lagi

    dapat dilepaskan

    dari kinerja

    penyelenggaraan

    fasilitasi usaha di

    berbagai daerah.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    20/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    I - 4

    Kondisi ideal sebagaimana yang digambarkan di atas belum terjadi.Negara kita, dewasa ini masih dihadapkan pada sejumlah masalah

    mendasar. Meskipun stabilitas ekonomi makro terus terjaga, sebagian

    besar pelaku usaha merasa belum mantap untuk mengambil keputusan

    berinvestasi karena kondisi lingkungan berusaha sering dipandang

    belum bersahabat. Rendahnya investasi bersamaan dengan turunnya

    total factor productivity (TFP) menyebabkan pertumbuhan ekonomi

    rendah pada periode 1998 2005. Pertumbuhan ekonomi yang rendah

    menyulitkan upaya penyerapan kesempatan kerja dan pengentasan

    kemiskinan. Peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan masihsangat mengkhawatirkan. Rendahnya investasi juga memperkecil

    peluang alih teknologi dan teknokrasi yang dibawa oleh investasi.

    Adanya langkah sinergis seluruh komponen bangsa dalam rangka

    meningkatkan investasi menjadi semakin mendesak dan perlu. Oleh

    karena itulah, mempertimbangkan berbagai hal tersebut di atas,

    perekonomian daerah dan investasi menjadi tema sentral dari Buku

    Pegangan 2007 ini.

    Permasalahan investasi di Indonesia secara ringkas tertuang dalam

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009.

    Secara lebih spesifik, rinciannya adalah sebagai berikut:

    (1) Prosedur perijinan yang terkait dengan investasi yang panjang,

    dimana prosedur perijinan untuk memulai usaha di Indonesia

    termasuk relatif lebih lama, mahal dan cukup rumit dibandingkan

    dengan beberapa negara tetangga di kawasan Asia-Pasifik;

    (2) Masih rendahnya kepastian hukum yang tercermin dari masih

    banyaknya tumpang-tindih kebijakan antara pusat dan daerah sertakebijakan antar sektor;

    (3) Belum menariknya insentif bagi kegiatan investasi, dimana jika

    dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia termasuk

    tertinggal di dalam menyusun insentif investasi;

    (4) Rendahnya kualitas dan kapasitas infrastruktur yang sebagian besar

    terus memburuk sejak krisis;

    (5) Iklim ketenagakerjaan yang kurang kondusif; dan

    (6) Kurangnya jaminan keamanan untuk melakukan kegiatan investasi/

    usaha.

    Adanya langkahsinergis seluruh

    komponen bangsa

    dalam rangka

    meningkatkan

    investasi menjadi

    semakin mendesak

    dan perlu.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    21/231

    Pendahuluan

    I - 5

    Dalam kerangka pola pemerintahan yang telah terdesentralisasi,peningkatan investasi merupakan hasil dari sebuah kemitraan yang

    sinergis antara para pemeran (stakeholders) ekonomi, baik yang ada

    di tingkat nasional maupun daerah. Kejelasan pembagian tugas dan

    tanggung jawab antara berbagai tingkatan pemerintahan menjadi sangat

    penting di dalam mewujudkan pola pengelolaan secara efisien berbagai

    sumber daya yang tersedia untuk menciptakan kesempatan lapangan

    kerja dan menggiatkan (stimulasi) ekonomi (nasional dan daerah).

    Dengan bentang geografisnya yang luas hingga meliputi tiga zona waktu,wilayah Indonesia terdiri dari perairan dan daratan yang di dalamnya

    terkandung berbagai sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang

    sangat tinggi. Keragaman ini seharusnya merupakan modal potensial

    sebagai daya tarik investasi. Namun perlu diingat bahwa daya tarik

    investasi suatu negara atau suatu daerah tidak terjadi dengan serta merta,

    dan yang lebih penting lagi, tidak melulu tergantung dari ketersediaan

    SDA dan tenaga kerja yang murah tetapi juga adanya infrastruktur

    yang memadai, insentif, dan kondisi kelembagaan yang menyediakan

    kemudahan iklim usaha. Kombinasi ketersediaan faktor-faktor tersebut

    akan menciptakan kekuatan yang solid untuk meningkatkan daya tarik

    investasi dan daya saing daerah. Dinamika kemampuan daerah-daerah

    dalam mengembangkan potensi unggulannya, baik secara agregat

    maupun sinergi antardaerah selanjutnya akan meningkatkan daya saing

    nasional.

    Secara lebih spesifik, investasi atau penanaman modal membutuhkan

    iklim usaha yang sehat, kemudahan serta kejelasan prosedur. Ikliminvestasi meliputi kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang

    sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang,

    yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu

    investasi. Tiga faktor utama dalam iklim investasi yang sehat tersebut

    mencakup: (1) kondisi ekonomi makro: termasuk stabilitas ekonomi

    makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan stabilitas sosial

    dan politik; (2) pengelolaan kepemerintahan dan berbagai aturan main

    seperti perpajakan dan kebijakan fiskal, kompetensi lembaga fasilitasi

    Peningkataninvestasi merupakan

    sebuah kemitraan

    yang sinergis antara

    para pemeran

    (stakeholders)

    ekonomi, baik

    yang ada di tingkat

    nasional maupun

    daerah.

    Investasi

    membutuhkan iklim

    usaha yang sehat,kemudahan serta

    kejelasan prosedur

    penanaman modal.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    22/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    I - 6

    kegiatan usaha, fleksibilitas pasar tenaga kerja serta keberadaan tenagakerja yang terdidik dan terampil; dan (3) infrastruktur yang mencakup

    antara lain sarana ekonomi seperti lembaga keuangan sampai dengan

    sarana fisik seperti jaringan transportasi, serta kapasitas telekomunikasi,

    listrik, dan air.

    Pembentukan daya tarik investasi, berlangsung secara terus menerus dari

    waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak aspek. Faktor ekonomi,

    politik dan kelembagaan, sosial dan budaya, diyakini merupakan

    beberapa faktor kunci pembentuk daya tarik investasi suatu negaraatau daerah. Keberhasilan negara atau daerah untuk meningkatkan

    daya tariknya terhadap investasi salah satunya tergantung dari

    komitmen dan kemampuan negara atau daerah dalam merumuskan

    dan mengimplementasikan secara konsisten kebijakan yang berkaitan

    dengan investasi dan dunia usaha.

    Dalam konteks pembangunan nasional dewasa ini, kepentingan

    peningkatan investasi sesungguhnya memiliki tujuan yang lebih luas

    daripada hanya sekedar penciptaan pertumbuhan ekonomi secara

    berkelanjutan. Berkaitan dengan isu dan permasalahan yang kita hadapi,

    misi peningkatan investasi pada dasarnya mencakup tiga tujuan yang

    saling berkaitan, yaitu: (1) penciptaan pertumbuhan ekonomi dan

    kesempatan lapangan kerja; (2) berkurangnya jumlah penduduk miskin,

    dan pada gilirannya (3) terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang

    berkelanjutan. Berkenaan dengan tujuan tersebut, upaya peningkatan

    investasi sangat terkait erat dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan

    terhadap masyarakat. Dalam kaitan inilah, diperlukan kepemimpinanyang visioner untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan dan upaya

    memobilisasi para pelaku, organisasi dan sumberdaya.

    1.2 FUNGSI PEMERINTAH DAERAH

    Pemerintah Daerah memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai penyelenggara

    pemerintahan dan sekaligus sebagai penyelenggara utama dalam

    Faktor ekonomi,

    politik dan

    kelembagaan,

    sosial dan budaya,

    diyakini merupakanbeberapa faktor

    kunci pembentuk

    daya tarik investasi

    suatu negara atau

    daerah.

    Diperlukan

    kepemimpinan

    yang visioner untukmengintegrasikan

    berbagai

    kepentingan dan

    upaya memobilisasi

    para pelaku,

    organisasi dan

    sumberdaya.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    23/231

    Pendahuluan

    I - 7

    pembangunan di daerah. Sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah,Pemerintah Daerah berperan utama mengatur tatanan kehidupan

    bermasyarakat di daerah dalam kerangka regulasi. Sedangkan sebagai

    penyelenggara utama dalam pembangunan daerah, Pemerintah Daerah

    berperan sebagai pelaksana dan penanggung jawab utama dalam

    keseluruhan proses pembangunan yang dilaksanakan di daerah, yaitu

    dalam kerangka investasi dan penyediaan barang dan pelayanan publik

    (Gambar 1.1). Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah

    Daerah tetap berprinsip pada asas umum dalam penyelenggaraan

    negara, yaitu asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara,asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas

    profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi, dan asas efektivitas.

    Gambar 1.1 Pelaku Pembangunan

    1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

    Buku ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi antara Pemerintah

    Pusat dan Daerah tentang hak, kewajiban, dan tanggungjawab serta

    peranan dari masing-masingnya dalam penyelenggaraan pemerintahan

    dan pembangunan daerah, khususnya upaya peningkatan investasi

    Pemerintah Daerahmemiliki fungsi

    ganda, yaitu sebagai

    penyelenggara

    pemerintahan dan

    sekaligus sebagai

    penyelenggara

    utama dalam

    pembangunan di

    daerah.

    Buku ini

    dimaksudkan untuk

    menyamakan

    persepsi antara

    Pemerintah Pusat

    dan Daerah.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    24/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    I - 8

    dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangikemiskinan.

    Secara spesifik, tujuan yang ingin dicapai adalah:

    (1) Memantapkan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah

    dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah

    khususnya dalam upaya perbaikan iklim investasi;

    (2) Meningkatkan pemahaman mengenai berbagai landasan hukum

    dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah

    khususnya dalam upaya perbaikan iklim investasi;(3) Meningkatkan pemahaman mengenai aspek-aspek penyelenggaraan

    pemerintahan dan pembangunan daerah khususnya dalam upaya

    perbaikan iklim investasi;

    (4) Memahami berbagai permasalahan strategis dan solusi pemecahan

    penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah

    khususnya dalam upaya perbaikan iklim investasi;

    (5) Mengembangkan dan memantapkan sistem pengendalian dan

    pengawasan (safeguarding system)terhadap pelaksanaan RKP 2007;

    (6) Mengembangan dan memantapkan sistem peringatan dini (early

    warning system) terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di

    daerah;

    (7) Optimalisasi investasi pemerintah dan investasi swasta di daerah.

    1.4 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    Materi buku ini sesungguhnya terbagi atas 3 (tiga) bagian besar. Bagian

    pertama berkenaan dengan deskripsi mengenai progres pelaksanaan

    kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sampai dengan akhir

    tahun 2006 lalu dan berbagai pemikiran yang akan dikembangkan untuk

    merevitalisasi pelaksanaan dalam tahun 2007 ini. Bagian ini dibahas

    dalam Bab 2. Bagian kedua menguraikan berbagai prinsip dan perspektif

    tentang urgensi dari pengembangan ekonomi dan peningkatan investasi

    daerah serta berbagai inisiatif yang telah diselenggarakan terutama oleh

    pemerintah pusat didalam mewujudkan iklim usaha sehat. Diharapkan

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    25/231

    Pendahuluan

    I - 9

    dengan informasi ini, berbagai daerah dalam mengambil langkah-langkahyang diperlukan secara sinergis. Bagian ini diuraikan dalam Bab 3 dan

    Bab 4. Sedangkan bagian yang terakhir adalah merupakan deskripsi dari

    program dan arah kebijakan pemerintah pusat sebagaimana tertuang

    dalam RKP 2007. Bagian ini diuraikan dalam Bab 5.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    26/231

    BAB IIPenyelenggaraan

    PemerintahanDaerah

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    27/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 2

    2.1 REVITALISASI PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN

    OTONOMI DAERAH

    Salah satu tujuan desentralisasi yang diakui secara universal berdasarkan

    Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 (Pemerintahan Daerah) danUndang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 (Perimbangan Keuangan

    antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) adalah mendorong

    terciptanya demokratisasi dalam pemerintahan. Tujuan demokrasi

    akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai instrumen pendidikan

    politik di tingkat lokal yang secara agregat akan menyumbang

    terhadap pendidikan politik secara nasional sebagai elemen dasar

    dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara serta

    mempercepat terwujudnya masyarakat madani (civil society).

    Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang

    efektif diharapkan mampu mendorong proses transformasi

    pemerintahan daerah yang efisien, akuntabel, responsif dan

    aspiratif. Untuk itu, dalam tataran pelaksanaan diperlukan

    sejumlah perangkat pendukung (regulasi) baik berupa peraturan

    atau perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan teknis

    guna menunjang keberhasilan tersebut.

    Secara khusus bab ini menguraikan beberapa komponen utama

    desentralisasi dan otonomi daerah diantaranya: elemen-elemen

    dasar desentralisasi, status peraturan perundang-undangan dan

    peraturan turunan terkait, rencana aksi nasional desentralisasi

    fiskal, kerjasama antar daerah dalam penyediaan pelayanan publik

    dasar dan sejumlah isu-isu strategis.

    Pada bagian akhir bab ini, akan dipaparkan sejumlah lembaga

    kunci (strategis) yang berperan dalam menunjang keberhasilan

    implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.

    Salah satu tujuan

    desentralisasi

    adalah mendorong

    terciptanya

    demokratisasi

    dalam

    pemerintahan.

    BAB II PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    28/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 3

    Disamping itu, desentralisasi juga bertujuan untuk meningkatkankesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan serta akuntabiltas

    pemerintahan. Tujuan ini menuntut Pemerintah Daerah untuk

    melaksanakan percepatan pembangunan daerah, penyediaan kualitas

    dan kuantitas pelayanan yang lebih baik dan mendorong pemerintah

    menjadi lebih akuntabel terhadap masyarakat.

    2.1.1 Review Pelaksanaan Grand Strategy Implementasi

    Otonomi Daerah

    Untuk mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah

    sebagai instrumen demokratisasi dan peningkatan kesejahteraan di

    tingkat lokal, telah disusun Strategi Besar (Grand Strategy)Pelaksanaan

    Otonomi Daerah dengan tujuan menjadi pedoman bagi pemerintahan

    daerah dalam melaksanakan otonomi daerah secara eekti, efisien,

    ekonomis dan akuntabel. Grand Strategy Pelaksanaan Otonomi

    Daerah ini akan dipayungi dalam bentuk Surat Edaran dari Menteri

    Dalam Negeri. Elemen dasar pemerintahan daerah mencakup: (1)

    urusan pemerintahan, (2) kelembagaan, (3) personil, (4) perwakilan,

    (5) keuangan daerah, (6) pelayanan publik, dan (7) pengawasan.

    (1) Penataan Urusan Pemerintah

    Salah satu permasalahan yang menonjol dalam konteks kebijakan desen-

    tralisasi dan otonomi daerah adalah perbedaan persepsi yang luas

    mengenai pengertian kewenangan (authority) dan urusan (functions).

    Secara konseptual, istilah kewenangan tidak bisa disamakan dengan

    istilah urusan pemerintahan, karena kewenangan dapat diartikan sebagai

    hak dan atau kewajiban untuk menjalankan satu atau beberapa ungsi

    manajemen (pengaturan, perencanaan, pengorganisasian, pengurusan,

    pengawasan). Sedangkan urusan pemerintahan lebih melekat pada

    pengertian ungsi publik (Hoessein, 1993).

    Penataan urusan pemerintahan bertujuan untuk memperjelas dan

    menentukan pembagian kewenangan masing-masing tingkatan

    Telah disusun

    Grand Strategy

    Implementasi

    Otonomi Daerah

    dengan tujuan

    menjadi pedoman

    bagi pemerintahan

    daerah dalam

    melaksanakan

    otonomi daerahsecara efektif,

    efisien, ekonomis

    dan akuntabel.

    Kewenangan dapat

    diartikan sebagai

    hak dan atau

    kewajiban untuk

    menjalankan satu

    atau beberapa

    fungsi manajemen

    Desentralisasijuga bertujuan

    untuk meningkat

    kesejahteraan

    rakyat, pemerataan

    dan keadilan

    serta akuntabiltas

    pemerintahan.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    29/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 4

    pemerintahan secara proporsional sehingga nantinya prinsip moneyfollows functions dan structures follows functions dapat direalisasikan.

    Kriteria pembagian urusan pemerintahan adalah sebagai berikut :

    Pertama,urusan menjadi urusan Pemerintah Pusat mencakup: politik

    luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal nasional, yustisi,

    dan agama.

    Kedua, urusan yang bersiatconcurrentatau urusan yang dikelola bersama

    antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Pembagianurusan tersebut berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan

    efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan

    pemerintahan.

    Ketiga, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan

    daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan

    pemerintahan yang bersiat wajib berpedoman pada Standar Pelayanan

    Minimal (SPM) yang dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh

    Pemerintah. Beberapa bidang yang berkaitan dengan pelayanan dasar

    seperti pendidikan, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal,

    prasarana lingkungan dasar dan sebagainya. Sedangkan urusan

    pemerintahan yang bersiat pilihan adalah urusan pemerintahan yang

    secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan

    daerah yang bersangkutan.

    Tindak lanjutnya, pemerintah telah menyelesaikan RancanganPeraturan Pemerintah (RPP) tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

    antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

    Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. RPP tersebut akan mengatur

    pembagian kewenangan yang meliputi 31 bidang urusan pemerintahan,

    yaitu: pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, penataan ruang,

    perumahan, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan

    hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan

    perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga

    Pemerintah telah

    menyelesaikan

    Rancangan Peraturan

    Pemerintah (RPP)

    tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan

    antara Pemerintah

    Pusat, Pemerintahan

    Daerah Provinsi, dan

    Pemerintahan Daerah

    Kabupaten/Kota

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    30/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 5

    sejahtera, sosial, ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, koperasi danusaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan dan pariwisata,

    kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,

    otonomi daerah-pemerintahan umum-administrasi keuangan daerah-

    perangkat daerah-kepegawaian dan persandian, pemberdayaan

    masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, perpustakaan, komunikasi

    dan inormatika, pertanian dan ketahanan pangan, kehutanan, energi

    dan sumberdaya mineral, kelautan dan perikanan, perdagangan, dan

    perindustrian. Sampai dengan saat ini (Januari 2007), ada 6 (enam)

    bidang yaitu pendidikan nasional, lingkungan hidup, perhubungan,pertanahan, badan koordinasi penanaman modal, dan arsip yang belum

    disepakati (deeniti) dan dikonsultasikan kembali ke departemen teknis

    oleh Departemen Dalam Negeri ke departemen terkait.

    (2) Penataan Kelembagaan Pemerintah Daerah

    Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintahan daerah

    (pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota yang masing-masing

    dikepalai oleh Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan

    Walikota/Wakil Walikota) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (yang

    terdiri dari DPRD Propinsi dan Kabupaten/Kota, yang masing-masing

    merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan

    sebagai lembaga pemerintahan daerah di tingkat Propinsi dan

    Kabupaten/Kota).

    Untuk menciptakan kelembagaan yang berorientasi pada pelayanan

    publik masing-masing daerah dalam menyusun kelembagaan peme-

    rintahan daerah perlu memperhatikan: dimensi right sizing, jumlah

    penduduk dan sumber daya aparatur pemerintah daerah (nilai

    rasio pemberi pelayanan dan jumlah yang dilayani), potensi dan

    kemampuan keuangan daerah (PDRB dan PAD), dan kemampuan

    untuk menggerakkan investasi melalui kerjasama kemitraan antara

    pemerintah-masyarakat-swasta.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    31/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 6

    (3) Penataan Kepegawaian Daerah

    Sejalan dengan UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas

    UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sistem

    manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) menggunakan gabungan dari

    unified system dan separated system. PNS baik di Pusat maupun di

    Daerah diharapkan memiliki kualitas yang setara dan memiliki norma,

    standar, dan prosedur manajemen kepegawaian yang sama. Selain itu,

    pelaksanaan mutasi kepegawaian baik vertikal maupun horisontal perlu

    dikonsultasikan kepada organisasi pemerintah di atasnya agar terwujud

    prinsip pembinaan karier PNS yang utuh dalam kerangka Negara

    Kesatuan RI. Hal tersebut akan sangat membantu dalam mewujudkan

    akurasi data mutasi pegawai dalam mendukung pengalokasian dana

    perimbangan secara nasional.

    Dengan penataan urusan pemerintahan secara benar, pembentukan

    kelembagaan secara tepat, dan personil yang memiliki kapasitas dan

    proesionalisme memadai, penyelenggaraan otonomi daerah diharapkan

    akan semakin membaik dan mampu meningkatkan pelayanan dan

    kesejahteraan rakyat.

    Pada saat ini sedang disusun pola pengembangan karier PNS meliputi

    standar kompetensi, kebijakan minus growth, perencanaan karir dan

    pengembangan karir dan pengembangan jabatan untuk ungsional

    (mengurangi tekanan pada jabatan struktural).

    (4) Revitalisasi Peran Lembaga Perwakilan Daerah

    Dalam UU No. 32 Tahun 2004 secara garis besar telah diatur beberapa

    prinsip pengaturan mengenai tugas, wewenang dan kewajiban, serta

    larangan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sedangkan

    pengaturan tentang eksistensi dan peran DPRD selain diatur dalam UU

    Nomor 32 Tahun 2004 juga diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2003

    tentang Susunan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Secara

    lebih rinci pengaturan untuk DPRD dilengkapi dengan PP Nomor 24

    Tahun 2004 yang disempurnakan dengan PP Nomor 37 Tahun 2005;

    Pada saat

    ini sedang

    disusun pola

    pengembangan

    karier PNS

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    32/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 7

    dan PP Nomor 25 Tahun 2004 yang disempurnakan dengan PP Nomor53 Tahun 2005. Secara khusus PP Nomor 37 Tahun 2006 akan ditinjau

    ulang agar tidak merugikan negara.

    Dengan terbitnya berbagai peraturan perundang-undangan tersebut,

    masing-masing lembaga diharapkan dapat menjalankan tugas dan

    ungsi secara optimal sekaligus mempertegas hubungan kemitraan

    antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kedudukan yang setara

    bermakna bahwa lembaga pemerintahan daerah memiliki kedudukan

    yang sama, sejajar dan tidak saling membawahi. Hal ini tercermindalam pembuatan kebijakan daerah (berdasarkan aspirasi masyarakat)

    berupa peraturan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai

    dengan ungsinya sehingga antara kedua lembaga itu terbangun suatu

    hubungan kerja yang sinergis.

    (5) Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah

    Melalui desentralisasi fiskal, Pemerintah Daerah dituntut untuk

    mengelola keuangan daerah secara akuntabel dan transparan. Dengan

    kebijakan normati yang ada, pemerintah daerah diberi kesempatan

    untuk melakukan perubahan kebijakan dan sistem pengelolaan keuangan

    daerah. Dasar-dasar yang melatarbelakangi perubahan adalah :pertama,

    perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan seiring otonomi

    daerah dan desentralisasi, kedua, semangat reinventing governancedan

    good governance, dan ketiga, realitas regulasi dan instrumen pengelolaan

    keuangan daerah dalam bentuk peraturan pelaksanaan yang baru dan

    mendorong terciptanya iklim investasi yang baik.

    Hak Pemerintah Daerah dalam pengelolaan keuangan daerah adalah:

    (1) memungut pajak dan restribusi daerah serta mengelola kekayaan

    daerah; (2) memperoleh dana perimbangan, dan (3) melakukan

    pinjaman. Dalam melaksanakan hak tersebut, Pemerintah Daerah

    mempunyai kewajiban untuk: (1) mengelola sumber keuangan daerah

    secara eekti, efisien, transparan, akuntabel dan taat sesuai dengan

    ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (2) mensinergikan

    kebijakan pembangunan daerah dan kebijakan nasional; serta (3)

    Masing-masing

    lembaga

    diharapkan dapat

    menjalankan tugas

    dan fungsi secara

    optimal sekaligus

    mempertegas

    hubungan kemitraanantara Pemerintah

    Daerah dan DPRD.

    Pemerintah

    Daerah dituntutuntuk mengelola

    keuangan daerah

    secara akuntabel

    dan transparan.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    33/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 8

    melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada pemerintah pusatdan masyarakat.

    Beberapa kinerja yang telah dicapai pada aspek ini adalah : (1) penataan

    regulasi di bidang keuangan daerah dengan menerbitkan: PP No. 6 Tahun

    2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, RUU tentang

    Badan Usaha Milik Daerah (telah disampaikan ke Departemen Hukum

    dan HAM), RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (sedang

    dalam proses pembahasan dengan DPR); (2) Peningkatan Kapasitas

    Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi Penyusunan Pedoman EvaluasiPerda APBD, Evaluasi Raperda Propinsi tentang APBD dan Rapergub

    tentang Penjabaran APBD TA 2005 dan 2006, Sosialisasi dan Bimbingan

    Teknis PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan

    Permendagri No. 13 Tahun 2006; (3) Pengembangan Sistem Inormasi

    Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Inormasi Keuangan Daerah

    melalui pengembangan Daerah Media Inkubator SIPKD di 71 Daerah

    Terpilih.

    (6) Peningkatan Pelayanan Publik

    Penyelenggaraan kebijakan desentralisasi merupakan upaya nyata dari

    pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberian

    pelayanan umum yang lebih optimal. Sebagai acuan penyediaan

    pelayanan masyarakat, pemerintah daerah harus berpedoman kepada

    PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan

    Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang akan dijabarkan dalam bentuk

    peraturan menteri yang bersangkutan.

    Untuk itu setiap pemerintah daerah diwajibkan menyusun rencana

    pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan

    mengacu pada batas waktu pencapaian SPM. Rencana pencapaian SPM

    dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra

    SKPD). Untuk target tahunan pencapaian SPM, dituangkan dalam

    Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan

    Pemerintah daerah

    harus berpedoman

    kepada PP Nomor

    65 Tahun 2005

    tentang Pedoman

    Penyusunan dan

    Penerapan Standar

    Pelayanan Minimal

    (SPM) sebagai

    pegangan hukumbagi pelaksana

    SPM.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    34/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 9

    Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran(KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

    (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan memperhatikan

    kemampuan keuangan daerah.

    (7) Pembinaan dan Pengawasan

    Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan oleh

    Pemerintah Pusat dan atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di

    Daerah. Pemerintah Pusat melalui Menteri dan Pimpinan LembagaNon Departemen melakukan pembinaan sesuai dengan kewenangan

    teknis masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri

    untuk pembinaan provinsi dan dikoordinasikan oleh Gubernur untuk

    tingkat kabupaten/kota.

    Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah kegiatan

    yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan

    sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundangan yang

    berlaku. Pengawasan pemerintah terutama dilakukan terhadap peraturan

    daerah dan peraturan kepala daerah. Dalam upaya mengoptimalkan

    ungsi pembinaan dan pengawasan, pemberian sanksi akan dilakukan

    apabila diketemukan adanya penyimpangan dan pelanggaraan atas

    penyelenggaraan pemerintahan daerah.

    Salah satu pedoman dalam pembinaan dan pengawasan ini, telah

    diterbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

    2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada

    Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

    Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Inormasi Laporan

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Disamping

    itu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005

    tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasann Penyelenggaraan

    Pemerintahan Daerah

    Pengawasan atas

    penyelenggaraan

    pemerintahan daerah

    adalah kegiatan

    yang ditujukanuntuk menjamin

    agar pemerintahan

    daerah berjalan sesuai

    dengan rencana dan

    ketentuan peraturan

    perundangan yang

    berlaku.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    35/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 10

    2.1.2 Penataan Daerah Otonom Baru

    Sejak pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-

    undang Nomor 32 Tahun 2004, telah terbentuk 363 Kabupaten, 93

    Kota, dan 33 Provinsi (tidak termasuk 5 Kotamadya dan 1 Kabupaten

    Administrati di DKI Jakarta).

    Hasil evaluasi awal terhadap beberapa daerah otonom baru, hanya

    sebagian kecil daerah yang mampu memberikan pelayanan yang baik

    kepada masyarakat. Sebagian besar daerah otonom baru lainnya masih

    menghadapi permasalahan mendasar seperti: keterbatasan pembiayaan,

    penetapan batas wilayah, rencana tata ruang dan wilayah, penyerahan

    aset, dan kedudukan ibukota

    Berdasarkan inormasi yang dihimpun oleh Departemen Dalam Negeri,

    animo masyarakat (kelompok tertentu) untuk membentuk daerah

    otonom baru relati tinggi. Hal ini dapat terlihat dari data usulan

    pembentukan daerah otonom hingga saat ini (Januari 2007) sebanyak

    21 usulan pembentukan provinsi dan 110 usulan pembentukan

    kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut terdapat 16 calon kabupaten/

    kota yang sudah dibahas dalam sidang DPOD, dan selebihnya ditunda

    pembahasannya menunggu penyelesaian PP pengganti PP Nomor 129

    Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran,

    Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Kelemahan mendasar dari

    PP ini adalah menggunakan sistem agregat(tanpa ada komponen yang

    mempunyai bobot tertentu baik bobot teknis dan administrati) dalam

    menentukan kelayakan pembentukan daerah otonom baru. Revisi PPtersebut diharapkan dapat menjadi pedoman (acuan ) penataan daerah

    ke depan. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam revisi PP ini adalah

    : penambahan pengeluaran eksekuti dan legislati harus proposional

    dengan pengeluaran untuk kesejahtraan masyarakat dan pelayanan

    publik (nasional, propinsi, kabupaten dan kota), pembentukan daerah

    otonom baru harus terintegrasi dan selaras dengan arah pembangunan

    daerah secara nasional.

    Hasil evaluasi

    awal terhadap

    beberapa daerah

    otonom baru,

    hanya sebagian

    kecil daerah

    yang mampu

    memberikan

    pelayanan yang

    baik kepada

    masyarakat.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    36/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 11

    Berdasarkan pasal 6 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, daerahdapat dihapuskan dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang

    bersangkutan tidak mampu menyelenggarakan otonom daerah.

    2.2 STATUS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN

    DAERAH (KONDISI TERKINI)

    Untuk mempercepat pelaksanaan otonomi daerah yang diamanatkan

    UU 32 Tahun 2004 dan UU 33 Tahun 2004, pemerintah telahmenerbitkan sejumlah peraturan perundang-undangan. Berdasarkan

    hasil inventarisasi, terdapat 28 Peraturan Pemerintah, 2 Peraturan

    Presiden dan 2 Permendagri yang merupakan penjabaran langsung UU

    Nomor 32 Tahun 2004.

    Perkembangan penyusunan peraturan pelaksanaan UU Nomor 32

    Tahun 2004 sampai saat ini sebagai berikut : sudah selesai sebanyak 12

    (dua belas) PP, 1 (satu) Perpres, 2 (dua) Permendagri, sudah disampaikan

    ke Dapartemen Hukum dan HAM/Setneg sebanyak 6 (enam) RPP, serta

    dalam proses finalisasi draf di Departemen Dalam Negeri sebanyak 10

    (sepuluh) RPP dan 1 (satu) Rancangan Perpres (tabel 2.1).

    Terdapat 28 Peraturan

    Pemerintah, 2Peraturan Presiden

    dan 2 Permendagri

    yang merupakan

    penjabaran langsung

    UU Nomor 32 Tahun

    2004.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    37/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 12

    Tabel 2.1Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana

    Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

    No.PERATURAN

    PELAKSANAAN

    DASARPENGATURAN UU

    32 / 2004

    STATUSPENYUSUNAN

    I. PERATURAN PEMERINTAH

    1. PP tentang pemilihan,

    pengesahan danPemberhentian KepalaDaerah dan Wakil KepalaDaerah

    Pasal 33 ayat (3) Selesai dengan

    diterbitkannya PPNo. 6 Tahun 2005

    2. PP tentang PedomanPembentukan dan SusunanOrganisasi Satuan PolisiPamong Praja

    Pasal 148 ayat (2) Selesai denganditerbitkannya PPNo 32 Tahun 2004

    3. PP tentang StandarAkuntansi Pemerintahan

    Pasal 184 Selesai denganditerbitkannya PPNo 24 Tahun 2005

    4. PP tentang Pedoman

    Penyusunan PeraturanTatatertib DPRD

    Pasal 43 ayat (8),

    Pasal 46 ayat (2),Pasal 54 ayat (6), danPasal 55 ayat (5)

    Selesai dengan

    diterbitkannya PPno.53 tahun 2005

    5. PP tentang KedudukanProtokoler, KeuanganPimpinan dan Anggota DPRD

    Pasal 44 ayat (2) Selesai denganditerbitkannya PPno. 37 tahun 2005

    6. PP tentang PedomanPengelolaan KawasanPerkotaan

    Pasal 199 Dalam prosespenyelesaian

    7. PP tentang Desa Pasal 203, Pasal 208,Pasal 210, Pasal 211,

    Pasal 213, Pasal 214,dan Pasal 216

    Selesai denganditerbitkannya PP

    No. 72 tahun 2005

    8. PP tentang Kelurahan Pasal 127 Selesai denganditerbitkannya PPno. 73 tahun 2005

    9. PP tentang PengangkatanSekretaris Desa menjadi PNS

    Pasal 202 Dalam prosespenyelesaian

    10. PP tentang PedomanPengelolaan Barang MilikNegara/Daerah

    Pasal 178 Selesai denganditerbitkannya PPNo.6 Tahun 2006

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    38/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 13

    No.PERATURAN

    PELAKSANAAN

    DASARPENGATURAN UU

    32 / 2004

    STATUSPENYUSUNAN

    11. PP tentang PedomanPembinaan dan PengawasanPenyelenggaraanPemerintahan Daerah

    Pasal 223 Selesai denganditerbitkannya PPNo. 79 Tahun 2005

    12. PP tentang EvaluasiPenyelenggaraanPemerintahan Daerah

    Pasal 6 ayat (3) danPasal 27 ayat (5)

    Dalam prosespenyelesaian

    13. PP tentang Tata Cara

    Pembentukan, Penghapusan,dan Penggabungan Daerah

    Pasal 4, Pasal 5 dan

    Pasal 6

    Dalam proses

    penyelesaian

    14. PP tentang PedomanPenyusunan Standardan Penerapan StandarPelayanan Minimal

    Pasal 11 ayat (4) Selesai denganditerbitkannya PPNo. 65 Tahun 2005

    15. PP tentang PembagianUrusan Pemerintahan AntaraPemerintah, PemerintahanDaerah Provinsi dan Pemerin-tahan Kabupaten/Kota

    Pasal 11, Pasal 12,Pasal 13 dan Pasal 14ayat (1) dan ayat (2)

    Dalam prosespenyelesaian

    16. PP tentang Belanja KepalaDaerah dan Wakil KepalaDaerah

    Pasal 168 ayat (1) Dalam prosespenyelesaian

    17. PP tentang LaporanPenyelenggaraanPemerintahan Daerah,

    Pasal 27 ayat (2) danayat (3)

    Dalam prosespenyelesaian

    18. PP tentang LaporanKeterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

    Pasal 42 ayat (1)huruf h

    Dalam prosespenyelesaian

    19. PP tentang HubunganPelayanan Umum AntaraPemerintah dengan

    Pemerintahan Daerah danantar Pemerntah Daerah

    Pasal 15 dan Pasal 16 Dalam prosespenyelesaian

    20. PP tentang PerubahanBatas, Perubahan Nama danPemindahan Ibukota

    Pasal 7 ayat (2) Dalam prosespenyelesaian

    21. PP tentang FungsiPemerintahan Tertentu

    Pasal 9 ayat (3) Dalam prosespenyelesaian

    22. PP tentang Tata CaraPenetapan Kawasan Khusus

    Pasal 9 ayat (6) Dalam prosespenyelesaian

    23. PP tentang Tata CaraPelaksanaan Kerjasama Antar

    Daerah

    Pasal 197 Dalam prosespenyelesaian

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    39/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 14

    No.PERATURAN

    PELAKSANAAN

    DASARPENGATURAN UU

    32 / 2004

    STATUSPENYUSUNAN

    24. PP tentang Penegasan BatasDaerah

    Pasal 229 Dalam prosespenyelesaian

    25. PP tentang PedomanOrganisasi Perangkat Daerah

    Pasal 128 ayat (1),ayat (2), dan ayat (3)

    Dalam prosespenyelesaian

    26. PP tentang Tahapan,Tata Cara Penyusunan,Pengendalian dan EvaluasiPelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah

    Pasal 154 Dalam prosespenyelesaian

    27. PP tentang KedudukanKeuangan Gubernur SelakuWakil Pemerintah

    Pasal 38 ayat (3) Dalam prosespenyelesaian

    28. PP tentang Tata CaraPelaksanaan Tugas danWewenang Gubernur selakuWakil Pemerintah

    Pasal 38 ayat (4) Dalam prosespenyelesaian

    29. PP tentang Tata CaraPengelolaan danPertanggungjawaban

    Penggunaan Dana Darurat

    Pasal 165 ayat (3) Dalam prosespenyelesaian

    30. PP tentang Insentif dan/atau Kemudahan KepadaMasyarakat/Investor

    Pasal 176 Dalam prosespenyelesaian

    31. PP tentang PedomanStandar, Norma dan ProsedurPembinaan dan PengawasanManajemen PNS Daerah

    Pasal 135 ayat (2) Dalam prosespenyelesaian

    32. PP tentang PembentukanKecamatan

    Pasal 127 Dalam prosespenyelesaian

    II. PERATURAN PRESIDEN

    1. Peraturan Presiden tentangDewan PertimbanganOtonomi Daerah

    Pasal 224 Selesai denganditerbitkannyaPerpres No. 28 Tahun2005 tentang DPOD

    2. Peraturan Presiden tentangTata Cara MempersiapkanRancangan Peraturan Daerah

    Pasal 140 ayat (3) Dalam prosespenyelesaian

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    40/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 15

    No.PERATURAN

    PELAKSANAAN

    DASARPENGATURAN UU

    32 / 2004

    STATUSPENYUSUNAN

    3. Peraturan Presiden tentangPedoman PengembanganKapasitas dalam MendukungDesentralisasi danPemerintahan Daerah

    Dalam prosespenyelesaian

    III. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

    1. Peraturan Mendagri tentangPerpindahan Menjadi

    Pegawai Negeri Sipil Pusatdan Pegawai Negeri SipilDaerah

    Pasal 131 ayat (2) Selesai denganditerbitkannya

    Permendagri No 10Tahun 2006 tentangPerpindahanMenjadi PegawaiNegeri Sipil Pusatdan Pegawai NegeriSipil Daerah

    2. Peraturan Menteri DalamNegeri tentang PedomanPenegasan Batas Daerah

    Pasal 229 Selesai denganditerbitkannyaPermendagri No.1tentang PedomanPenegasan BatasDaerah

    3. Peraturan Menteri DalamNegeri tentang Tata CaraPerubahan Batas, PerubahanNama dan PemindahanIbukota

    Pasal 7 ayat (2) Dalam prosespenyelesaian

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    41/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 16

    Tabel 2.2Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana

    Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

    No.PERATURAN

    PELAKSANAAN

    DASARPENGATURAN UU

    33 / 2004

    STATUSPENYUSUNAN

    A. PERATURAN PEMERINTAH

    1. PP tentang DanaPerimbangan

    Pasal 26, 37, dan 42 Telah selesaidengan keluarnya

    PP No 55 Tahun2005

    2. PP tentang PinjamanDaerah

    Pasal 65 (Jugadiamanatkan oleh UUNo 32/2004 Pasal 171ayat 1)

    Telah selesaidengan keluarnyaPP No 54 Tahun2005

    3. PP tentang Sistem InformasiKeuangan Daerah

    Pasal 104 Telah selesaidengan keluarnyaPP No 56 Tahun2005

    4. PP tentang PengelolaanKeuangan Daerah

    Pasal 86 (Jugadiamanatkan oleh UU

    No 32/2004 Pasal 23ayat 2, Pasal 194 danPasal 182)

    Telah selesaidengan keluarnya

    PP No 58 Tahun2005

    5. PP tentang Hibah ke daerah Pasal 45 Telah selesaidengan keluarnyaPP No 57 Tahun2005

    6. PP tentang PengelolaanDana Darurat

    Pasal 48 Dalam prosespenyelesaian

    7. PP tentang PengelolaanDana Dekonsentrasi dan

    Tugas Pembantuan

    Pasal 92 dan 99 Sedang dalamtahap persiapan

    8. PP tentang PengelolaanKeuangan Badan LayananUmum

    - Telah selesaidengan keluarnyaPP No 23 Tahun2005

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    42/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 17

    Tabel 2.3Perkembangan Penyusunan Peraturan Pelaksana

    Undang-Undang No. 25 tahun 2004

    No.PERATURAN

    PELAKSANAANDASAR PENGATURAN

    UU 25 / 2004STATUS

    PENYUSUNAN

    A. PERATURAN PEMERINTAH

    1. PP tentang TataCara Pengendalian

    dan EvaluasiPelaksanaan RencanaPembangunan

    Pasal 30 Telah selesai dengankeluarnya PP No 39

    Tahun 2006

    2. PP tentang Tata CaraPenyusunan RencanaPembangunanNasional

    Pasal 27 ayat (1) danayat (2)

    Telah selesai dengankeluarnya PP No 40Tahun 2006

    2.3 RENCANA AKSI NASIONAL DESENTRALISASI FISKAL

    (RANDF)

    Sebagai bagian dari pelaksanaan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005

    tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

    2004-2009, khususnya Bab 12 Revitalisasi Proses Desentralisasi dan

    Otonomi Daerah, dan penjabaran dari Grand Strategy Pelaksanaan

    Otonomi Daerah, pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional

    Desentralisasi Fiskal (RANDF). RANDF diharapkan menjadi payung

    kebijakan dan peraturan perundang-undangan bagi pelaksanaan

    Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah. PenyusunanRANDF dikoordinasikan oleh tiga Menteri Negara, yaitu Menteri

    Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan

    Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS.

    Tujuan penyusunan RANDF adalah untuk menyediakan suatu kerangka

    kerja yang akan membantu meningkatkan efisiensi dan pemerataan

    dari aliran fiskal pemerintah pusat terhadap daerah dan juga untuk

    mendukung eektivitas pengelolaan keuangan daerah. Secara khusus

    RANDF diharapkan

    menjadi payung

    kebijakan dan

    peraturan perundang-

    undangan bagi

    pelaksanaan

    Revitalisasi Proses

    Desentralisasi dan

    Otonomi Daerah

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    43/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 18

    RANDF bertujuan untuk : (1) menjabarkan berbagai tujuan, strategi,dan aksi pemerintah yang berhubungan dengan desentralisasi fiskal

    dalam waktu lima tahun ke depan; (2) menyediakan suatu kerangka kerja

    yang akan membantu meningkatkan efisiensi dan pemerataan transer

    keuangan pemerintah pusat terhadap daerah; serta (3) mendukung

    pengelolaan keuangan daerah secara eekti.

    RANDF menjelaskan sembilan (9) tujuan kunci untuk perbaikan

    desentralisasi fiskal dan memuat strategi dan aksi untuk membantu

    mencapai berbagai tujuan sebagai berikut :

    (1) Memperjelas kewenangan pengeluaran antartingkat pemerintahan

    yang berbeda;

    (2) Memastikan keseimbangan antara kewenangan pengeluaran dan

    dana yang tersedia;

    (3) Merestrukturisasi pengeluaran publik untuk pelayanan sesuai

    prioritas pembangunan;

    (4) Meningkatkan kapasitas penerimaan;

    (5) Meningkatkan keseimbangan horisontal dan vertikal dalam

    hubungaan pusat dan daerah;

    (6) Memasilitas sistem pinjaman daerah guna mendukung investasi;

    (7) Meningkatkan eektivitas, disiplin, dan akuntabilitas dari pengelolaan

    lokal;

    (8) Memperkuat kapasitas pengelolaan keuangan pusat dan daerah;

    dan

    (9) Meningkatkan koordinasi keseluruhan dari berbagai masalah fiskal

    di bawah payung DPOD.

    Berbagai strategi serta rincian kegiatan dalam RANDF dapat

    dikelompokkan menurut isu-isu sebagai berikut: (1) pengaturan urusan;

    (2) perimbangan urusan dan pendanaan; (3) standar pelayanan minimum;

    (4) restrukturisasi organisasi pemerintah daerah; (5) Pendapatan Asli

    Daerah (PAD); (6) Dana Bagi Hasil (DBH); (7) Dana Alokasi Umum

    (DAU); (8) Dana Alokasi Khusus (DAK); (9) Pinjaman daerah; (10)

    pengelolaan aset dan keuangan; (11) akuntabilitas; (12) pengembangan

    kapasitas; dan (13) koordinasi, monitoring dan evaluasi.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    44/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 19

    Salah satu kendala dalam pelaksanaan RANDF adalah belum selesai-nya revisi PP 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan

    kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, yang menjadi landasan

    hukum bagi pengaturan pembagian kewenangan atas urusan peme-

    rintahan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Provinsi

    dan Kabupaten/Kota).

    2.4 KERJASAMA ANTAR DAERAH

    Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom dituntut

    dapat menyediakan pelayanan publik yang optimal. Di samping itu,

    Pemerintah Kabupaten/Kota juga diharapkan kreati dan inovati

    dalam mengelola sumberdaya bagi pembangunan ekonomi. Perbaikan

    pelayanan publik akan meningkatkan daya tarik investasi dan

    mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahteraan masyarakat

    akan meningkat.

    Salah satu kendala dalam peningkatan pelayanan publik dan

    pengembangan ekonomi daerah adalah keterbatasan kapasitas daerah

    (sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan,

    kelembagaan dan asset daerah). Salah satu inovasi untuk mengatasi

    masalah tersebut adalah kerjasama antardaerah. Pengalaman di berbagai

    negara dan prakarsa yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Indonesia

    menunjukkan bahwa kerjasama antardaerah akan meningkatkan

    kapasitas Pemda dalam mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas

    dan terjangkau, dan percepatan pembangunan daerah.

    Kerjasama antardaerah akan menjadi pilihan yang paling rasional di masa

    depan dengan empat pertimbangan. Pertama, sebagian besar daerah

    menghadapi permasalahan keterbatasan fiskal. Kerjasama antardaerah

    yang berdekatan akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya

    dalam penyediaan pelayanan publik. Kedua, perkembangan wilayah

    dan dinamika pergerakan manusia semakin mengaburkan batas-batas

    administrati. Dalam konteks pengembangan ekonomi lokal, kerjasama

    Kerjasama

    antardaerah akan

    menjadi pilihan

    yang paling

    rasional di masa

    depan.

    Setiap pemerintah

    kabupaten/

    kota sebagai

    daerah otonom

    dituntut dapat

    menyediakan

    pelayanan publik

    yang optimal.

    Kendala dalampelaksanaan

    RANDF adalah

    belum adanya

    aspek legal yang

    menjadi landasan

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    45/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 20

    mendorong pengembangan klaster industri untuk meningkatkan dayasaing produk. Sumberdaya masing-masing daerah dapat dikembangkan

    secara sinergis menjadi suatu keunggulan bersama yang saling melengkapi.

    Ketiga, adanya eksternalitas dalam setiap kegiatan pembangunan, baik

    positi maupun negati. Kerjasama antardaerah dapat meningkatkan

    eektivitas dan efisiensi dalam pemecahan masalah eksternalitas negati

    yang sering terjadi seperti bencana banjir, kekeringan, kebakaran dan

    tanah longsor sebagai akibat dari pemanaatan sumberdaya alam yang

    kurang bijaksana. Kerjasama antardaerah juga akan menciptakan

    eksternalitas positi berupa pengelolaan sumberdaya, peningkatanproduktivitas, perluasan pemasaran dan penciptaan lapangan kerja

    bagi penduduk sekitar. Keempat, adanya kesenjangan antardaerah dan

    antarpenduduk dan munculnya masalah sosial baru sebagai akibat

    migrasi penduduk dari daerah miskin ke daerah kaya. Kerjasama

    antardaerah akan meningkatkan eektivitas pemecahan masalah

    kependudukan dan kemiskinan. Kelima, terjadinya tumpang tindih

    perizinan pengelolaan sumber daya alam. Pengeluaran surat izin,

    surat keterangan dan bukti hak atas kepemilikan tanah ulayat yang

    terjadi di wilayah perbatasan antardaerah oleh masing-masing daerah

    seringkali tumpang tindih sehingga mengakibatkan konflik horisontal

    dan berdampak pada terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban

    umum.

    Kerjasama antardaerah dapat dilakukan untuk mengoptimalkan

    pengelolaan sumberdaya, dan pemecahan masalah lintasdaerah

    dalam bidang: (1) peningkatan pelayanan publik; (2) penataan ruang

    antardaerah; (3) penanggulangan kemiskinan dan masalah sosial lain;(4) pengembangan kawasan perbatasan; (5) penanggulangan bencana;

    (6) penanganan potensi konflik; dan (7) pengembangan ekonomi dan

    promosi. Peran pemerintah provinsi sangat penting dalam mendorong

    dan memasilitasi kerjasama antardaerah.

    Beberapa contoh kerjasama antardaerah yang telah berjalan baik selama

    ini antara lain adalah: (1) KARTAMANTUL (bentukan kerjasama

    antara Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul); (2)

    SUBOSUKAWONOSRATEN (kerjasama diantara 6 kabupaten dan 1

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    46/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 21

    kota eks Karesidenan Solo: Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,Wonogiri, Sragen, Klaten), (3) JAVA PROMO (beranggotakan

    sebanyak 14 kab/kota, di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah); (4)

    BARLINGMASCAKEB (kerjasama antar daerah yang melibatkan

    Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen); (5)

    Pengelolaan sampah terpadu di JABODETABEKJUR (Jakarta, Bogor,

    Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur); (6) Kerjasama Pengembangan

    Wilayah PAWONSARI (Pacitan, Wonogiri, dan Gunung Kidul); (7)

    Badan Kerjasama Pegunungan Tengah dan Pantai Selatan (BK-PTSP)

    yang meliputi Pegunungan Bintang, Yahukimo, Tolikara, Jayawijaya,Mimika, Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Mimika, Asmat, Boven Digoel

    dan Kaimana.

    Pada saat ini sudah diusulkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)

    tentang Kerjasama Antar Pemerintah Daerah. Peraturan ini akan menjadi

    pedoman bagi pemerintahan daerah untuk melakukan kerjasama sesuai

    dengan karateristik dan kebutuhan lokal. Di samping itu, kerjasama

    antara daerah diharapkan menjadi salah satu solusi (terobosan) untuk

    mengurangi dorongan pemekaran daerah.

    2.5 ISU-ISU STRATEGIS

    (1) Tata Kepemerintahan yang Baik

    Tata kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan

    suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih,demokratis dan eekti, serta di dalamnya mengatur pola hubungan

    yang sinergis dan konstrukti antara pemerintah, dunia usaha

    swasta dan masyarakat. Tata kepemerintahan yang baik meliputi tata

    kepemerintahan untuk sektor publik (good public governance) yang

    merujuk pada lembaga penyelenggara negara (eksekuti, legislati dan

    yudikati) dan tata kepemerintahan untuk dunia usaha swasta (good

    corporate governance), serta adanya partisipasi akti dari masyarakat

    (civil society). Para pihak inilah yang sering disebut sebagai 3 (tiga) pilar

    penyangga penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

    Tata kepemerintahan

    yang baik (good

    governance)merupakan suatu

    konsepsi tentang

    penyelenggaraan

    pemerintahan yang

    bersih, demokratis

    dan efektif, serta di

    dalamnya mengatur

    pola hubungan yang

    sinergis dan konstruktif

    antara pemerintah,

    dunia usaha swasta dan

    masyarakat.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    47/231

    Buku Pegangan 2007 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

    II - 22

    Upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik membutuhkankomitmen kuat, tekad untuk berubah menjadi lebih baik, sikap

    konsisten, dan waktu yang tidak singkat karena diperlukan pembelajaran,

    pemahaman, serta implementasi nilai-nilai atau prinsip-prinsipnya

    secara utuh oleh seluruh komponen bangsa termasuk oleh aparatur

    pemerintah dan masyarakat luas. Di samping itu, perlu kesepakatan

    bersama serta sikap optimistik yang tinggi dari seluruh komponen

    bangsa bahwa penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik dapat

    diwujudkan demi mencapai masa depan bangsa dan negara yang lebih

    baik.

    Secara umum terdapat 4 (empat) prinsip utama dalam tata kepe-

    merintahan yang baik, yakni transparansi, partisipasi, penegakan

    hukum dan akuntabilitas. Berbagai pihak mengembangkan dan

    melakukan elaborasi lebih lanjut dalam berbagai prinsip turunan tata

    kepemerintahan yang baik, serta melaksanakannya sesuai dengan tugas

    pokok organisasi, seperti prinsip wawasan ke depan, supremasi hukum,

    demokrasi, proesionalisme dan kompetensi, daya tanggap, keefisienan

    dan keeektian, desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha swasta

    dan masyarakat, komitmen pada pengurangan kesenjangan, komitmen

    pada lingkungan hidup, dan komitmen pada pasar yangfair.

    Gambar 2.1 Pola Interaksi Tiga Pilar Good Governance

    Upaya mewujudkantata kepemerintahan

    yang baik

    membutuhkan

    komitmen kuat,

    tekad untuk berubah

    menjadi lebih baik,

    sikap konsisten, dan

    waktu yang tidak

    singkat.

    Empat prinsip

    utama dalam tata

    kepemerintahan

    yang baik, yakni

    transparansi,

    partisipasi,

    penegakan hukum

    dan akuntabilitas.

  • 7/25/2019 Buku Utama Bappenas- 2007

    48/231

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    II - 23

    Beberapa pemerintahan daerah (Kabupaten Sragen-Jawa Tengah,Kabupaten Sidoarjo-Jawa Timur, Kabupaten Solok-Sumatera Barat, Kota

    Pare-Pare-Sulawesi Selatan, Provinsi Gorontalo dan daerah lainnya)

    sedang melakukan perbaikan dalam menerapkan good governance

    melalui reormasi birokrasi yang diarahkan pada peningkatan kualitas

    pelayanan publik, pelayanan prasarana dasar, perbaikan manajemen

    pemerintahan dan aspek lainnya.

    (2) Standar Pelayanan Minimum (SPM)

    Pelaksanaan SPM secara luas menghadapi beberapa kendala dan

    tantangan yaitu : (1) belum jelasnya pembagian kewenangan antara

    Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai akibat dari belum

    selesainya revisi PP Nomor 25 Tahun 2000; (2) kompleksitas dalam

    merancang SPM; (3) ketersediaan dan kemampuan penganggaran

    relati terbatas; (4) penyusunan SPM bidang kesehatan, pendidikan,

    dan layanan dasar lainnya perlu di