buku panduan: pendidikan vokasi pariwisata untuk … · 2020. 7. 10. · buku ini merupakan panduan...
TRANSCRIPT
1
(Logo UNESCO-SDG & Kemdikbud)
Buku Panduan:
Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan
Berkelanjutan
Buku Panduan Guru:
Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan
UNESCO Office, Jakarta
Jl. Galuh II No. 5
Kebayoran Baru
Jakarta 12110, Indonesia
©UNESCO 2020
Editors:
Mee Young Choi dan Ade Ayu Kurnia; UNESCO Jakarta Office
Ucapan terima kasih kepada semua Penulis yang berkontribusi pada Buku Panduan
Guru ini bersama dengan ucapan terima kasih khusus kepada Nadiem Makariem, B.A,
M.B.A., Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Wikan Sakarinto,
Ph.D. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Sabli, S.H., M.H. Direktur Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru dan Tenaga
Kependidikan Bisnis dan Pariwisata (PPPPTK Bispar), Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Peringatan:
UNESCO berada pada posisi netral pada semua masalah yang berkaitan dengan
kebijakan publik. Oleh karena itu, kesimpulan yang dicapai dalam publikasi UNESCO
harus dipahami sebagai milik penulis dan tidak dikaitkan dengan anggota staf, pejabat,
direktur, wali amanat, penyandang dana, atau UNESCO sendiri
3
KATA PENGANTAR
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD)
adalah pendorong utama untuk pencapaian
pembangunan berkelanjutan. Target 4.7 dari Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 4 adalah pada tahun
2030, menjamin semua peserta didik memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan yang siperlukan untuk
meningktkan pembangunan berkelanjutan, termasuk
antara lain, melakui pendidikan pembangunan
berkelanjutan dan gaya hidup yang berkelanjutan, hak
asasi manusia, kesetaraan gender, promosi budaya
damai dan non kekerasan, kewarganegaraan global dan penghargaan terhadap
keanekaragaman budaya dan kontribusi budaya terhadap pembangunan berkelanjutan.
Oleh karena itu, upaya untuk mengintegrasikan ESD dalam pendidikan guru akan sangat
diperlukan dalam mengubah masyarakat menuju keberlanjutan.
Dengan dukungan dari Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA),
UNESCO bekerja untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan dan untuk mempromosikan tindakan untuk perubahan
kelembagaan, khususnya dalam pendidikan vokasi pariwisata. Buku Panduan Guru ini
merupakan pencapaian dari proyek SIDA, “Pelatihan Pengembangan Kapasitas
Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan yang berorientasi pada Aksi untuk Perubahan
Kelembagaan dalam Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan
di Indonesia dan Timor-Leste melalui kerjasama Selatan-Selatan” dan dikembangkan
dengan memanfaatkan keahlian dan bantuan lembaga Indonesia. Buku pedoman guru
ini dirancang untuk memberikan pelatihan peningkatan kapasitas bagi para pendidik
guru dan pengembang kurikulum yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam
implementasi lapangan dalam rangka mendidik siswa untuk belajar tentang apa itu ESD
dan bagaimana hal itu dapat menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tim Unit Pendidikan UNESCO Office
Jakarta dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bisnis Pariwisata (PPPPTK Bispar) yang telah mengembangkan Buku
Pedoman Guru yang bermanfaat ini untuk Pelatihan Nasional Pengembangan Kapasitas
Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan yang berorientasi Aksi untuk Perubahan
Kelembagaan dalam Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Saya berharap buku panduan ini, dengan contoh-contoh kegiatan pendidikan dan
rencana pelajaran, akan membantu para guru untuk mempromosikan ESD
diwilayahnya.
SHAHBAZ KHAN
Direktur dan Perwakilan
UNESCO Office, Jakarta
KATA PENGANTAR
Arief Rachman Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 3
KATA PENGANTAR 4
DAFTAR GAMBAR 6
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM 7
GLOSARIUM 8
BAB 1 PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 10
1.1 PENDAHULUAN 10
1.1.1 LATAR BELAKANG 10
1.1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN 11
1.1.3 KONSEP PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
12
1.2 PENGGUNAAN BUKU PANDUAN 14
BAB 2 PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PENDEKATAN
PEMBELAJARAN 16
2.1. PENDAHULUAN 16
2.2 TUJUAN PEMBELAJARAN 17
2.3 KETERAMPILAN ABAD 21 17
2.3.1 KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS 18
2.3.2 KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF 19
2.3.3 KETERAMPILAN BERKOLABORASI 19
2.3.4 KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI 20
2.4 KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS) 21
2.5 PENDEKATAN PEMBELAJARAN 22
BAB 3 PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN
KEBERLANJUTAN 25
3.1 PENDAHULUAN 25
3.2 TUJUAN PEMBELAJARAN 25
3.3 PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN
KEBERLANJUTAN 26
3.3.1 PARIWISATA DAN PARIWISATA KEBERLANJUTAN 26
3.3.2 PERHOTELAN 38
3.3.3 KULINER 45
3.3.4 KECANTIKAN RAMBUT DAN KULIT 56
BAB 4 KESIMPULAN DAN RENCANA AKSI 77
4.1 KESIMPULAN 77
4.2 RENCANA AKSI 78
REFERENSI 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kolam Surya 12
Gambar 2. Integrasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 14
Gambar 3. Top 10 Skills Important in The Workforce 17
Gambar 4. Tiga Komponen Utama Keterampilan Abad 21 18
Gambar 5. Diagram Pendekatan Belajar Mengajar Berbasis ESD 23
Gambar 6. Produk Ekowisata dalam Pasar Wisata 35
Gambar 7. Produksi Kain di Desa Wisata Cigugur, Kuningan 37
Gambar 8. Simbol – Simbol Berbahaya 41
Gambar 9. Nasi Tumpeng 45
Gambar 10. Talam Singkong 47
Gambar 11. Siklus Cara Mengurangi Sisa Makanan 48
Gambar 12. Sampah Limbah Makanan 51
Gambar 13. Pemisahan Sampah Daun untuk Pembuatan Kompos 55
Gambar 14. Pemisahan Sampah Serutan Kayu untuk
Pembuatan Kompos 56
Gambar 16. Postur Beautician dalam Bekerja 72
Gambar 17. Posisi Duduk yang Benar dan Salah 73
Gambar 18. Cara Mengangkat dan Menurunkan Benda
yang Benar dan Salah 74
Gambar 19. Postur Tubuh Beuatician yang Benar dan Salah 74
Gambar 20. Postur Tubuh Hairdresser yang Benar dan Salah 75
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Integrasi Elemen ESD 13
Tabel 2. Klasifikasi Proses Berpikir Taksonomi Bloom 21
Tabel 3. Limbah dapat Didaur Ulang dan Tidak dapat Didaur Ulang 53
Tabel 4. Penanganan Pertama pada Kecelakaan di Area Salon 60
Tabel 5. Kartu Kecelakaan Kerja 62
Tabel 6. Alat Sterilisasi dan Cara Penggunaannya 63
Tabel 7. Bahan Sanitasi dan Metode Sanitasi 64
7
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM
4Cs Critical thinking, creativity, collaboration, communication
ESD Education for Sustainable Development
FAO Food and Agriculture Organization
HOTS Higher Order Thinking Skills
IPAL Instalasi Pengelolaan Air Limbah
KNIU Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO
MSG Monosodium Glutamate
NA Nilai Akhir
NHT Numbered Head Together
NK Nilai Keterampilan
NS Nilai Sikap
pH Power of Hidrogen
RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SDG Sustainable Development Goals
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
TA Test Akhir
TNT Trinitrotoluena
TPA Tempat Pembuangan Akhir
TPS Think-Pair-Share
UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
UV Ultraviolet
WHO World Health Organization
Wisnus Wisatawan Nusantara
WTO World Trade Organization
GLOSARIUM
Bahan Kimia Produk yang umumnya berbentuk cairan yang
digunakan oleh tata graha dalam proses pembersihan
Bahan Pembersih
Kimia
Bahan kimia untuk pembersihan area hotel oleh bagian
tata graha
Bakteri Kelompok mahluk hidup yang sangat kecil
Beautician Seseorang yang ahli dalam seni mempercantik
penampilan pribadi
C1-C6.
Tingkatan Taksonomi Bloom pada proses Kognitif
Pembelajaran
(Kognitif 1 merujuk kepada kemampuan mengingat,
Kognitif 2 merujuk kepada kemampuan memahami,
Kognitif 3 merujuk kepada kemampuan menggunakan,
Kognitif 4 merujuk kepada kemampuan menganalisis,
Kognitif 5 merujuk kepada kemampuan mengevaluasi,
dan Kognitif 6 merujuk kepada kemampuan
menciptakan)
Daya Tampung
Wisata
Bagaimana mengelola tingkat pengunjung yang
ditetapkan dengan sumber daya lokal dan infrastruktur
yang tersedia
Detergen Zat pembersih yang digunakan bagian tata graha untuk
menghilangkan lemak dan bakteri dari pakaian, alat
makan dsb
Disentri Penyakit peradangan usus
Esthetician Seorang spesialis yang bekerja untuk sebagai perawat
kecantikan untuk membersihkan dan mempercantik kulit
Eye Lash Tint Kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bulu mata
Grease Trap Alat perangkap minyak
Hairdresser Seorang yang spesialis yang bekerja menata rambut
laki-laki maupun perempuan
Homestay Rumah pribadi yang menawarkan akomodasi untuk
tamu yang membayar
Hydrogen peroxide Senyawa kimia dengan rumus H2O2
Industri Pariwisata Kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata
Insektisida Obat pembasmi serangga, digunakan oleh bagian tata
graha
Kepariwisataan Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta
interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan pengusaha
Kolera Penyakit diare akibat infeksi bakteri
Kompos Hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik
9
Limbah Hasil buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi
Nail Polish Kosmetika yang digunakan untuk mewarnai kuku
Organisme Mahluk hidup yang sangat kecil
Pariwisata
Keberlanjutan
Pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak
ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa
depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri,
lingkungan dan masyarakat setempat
Pariwisata Merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung oleh berbagai macam fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan
pemerintah
Patogen Organisme yang berukuran sangat kecil,
mikroorganisme
Pemangku
Kepentingan
Seluruh individu yang memiliki ketertarikan pada suatu
kegiatan, pemangku kepentingan bisa terdiri dari
organisasi bisnis, tamu, venddor, media, masyarakat,
dan sebagainya
Pengomposan Proses dimana bahan organik mengalami penguraian
Pengusaha
Pariwisata
Orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata
Postur Tubuh Bentuk tubuh atau sikap badan yang terlihat dari ujung
kaki sampai kepala yang ada pada diri seseorang
Skin Peeling Kosmetika yang digunakan untuk menghaluskan kulit
dengan cara penggosokan pada kulit bagian atas
Stock Air kaldu hasil dari perebusan tulang dan bumbu
Transportasi Pengangkutan barang oleh berbagai jenis kendaraan
Usaha Pariwisata Merupakan usaha yang menyediakan barang atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata
Wisata Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara
Wisatawan Orang yang melakukan wisata
BAB 1
PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 LATAR BELAKANG
endidikan untuk pembangunan berkelanjutan adalah suatu upaya menciptakan
masyarakat yang mampu menghadapi tantangan global secara kreatif dan
konstruktif, masyarakat yang tangguh dan dapat berkontribusi untuk menjamin
kelangsungan kehidupan secara berkelanjutan. Melalui pendidikan yang
berkualitas, pembangunan berkelanjutan akan dapat terus dipertahankan. Melalui
pendidikan berkualitas, generasi muda memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai yang dapat diterapkan untuk keberlangsungan hidup.
Pendidikan yang bermutu merupakan faktor kunci untuk pembangunan
berkelanjutan. Untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU Kemdikbud, 2019) sangat memperhatikan
beberapa hal penting di bawah ini, yaitu:
1. Sistem pendidikan yang relevan, yaitu membekali peserta didik dengan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kehidupan sosial yang sesuai
dengan abad 21.
2. Transformasi pendidikan, yaitu pembelajaran yang inovatif, pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik nantinya dapat
berperan sebagai agen perubahan di dalam masyarakat.
3. Meningkatkan rasa keadilan dan saling menghormati, yaitu ikut
memperhatikan, menghargai, dan memperbaiki situasi dan lingkungannya,
bukan hanya pada orang di zaman sekarang tetapi juga bagi generasi
mendatang.
4. Membantu mengatasi perubahan iklim, yaitu mengajar peserta didik ikut
terlibat meminimalisir dampak bencana, dan mengurangi penyebab bencana.
5. Membangun masyarakat yang ramah lingkungan, yaitu menyiapkan peserta
didik agar mampu membantu melestarikan dan mengembalikan kualitas
lingkungan, meningkatkan kesejahteraan manusia, dan memiliki gaya hidup
berkelanjutan.
UNESCO adalah pimpinan badan PBB untuk Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan dan bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen, koordinasi
dan implementasi Program Aksi Global (Global Action Programme - GAP) tentang
Pembangunan Berkelanjutan. Di Indonesia, kerjasama UNESCO dengan Pusat
Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)
Bisnis dan Pariwisata dalam mengembangkan pendidikan kepariwisataan di
Indonesia merupakan suatu upaya menghadirkan pendidikan berkualitas di bidang
kepariwisataan dan dapat mendorong pembangunan berkelanjutan.
Kerjasama UNESCO dengan PPPPTK Bisnis dan Pariwisata diwujudkan dalam
pembuatan modul belajar untuk meningkatkan kompetensi guru-guru di bidang
kepariwisataan serta pelatihan peningkatan kualitas guru. Hasil dari kerjasama ini,
diharapkan guru-guru dapat menghadirkan pendidikan berkualitas di sekolahnya,
dan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
kehidupan yang dapat diterapkan untuk keberlangsungan hidupnya.
P
11
Bidang pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dalam kerjasama ini
meliputi (1) pendidikan berkualitas, (2) menjaga ekosistem darat dan laut, dan (3)
kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Ketiga bidang pendidikan untuk
berkelanjutan ini dikemas dalam satu paket pendidikan dan pelatihan guru-guru
bidang kepariwisataan dan wakil kurikulum di sekolah.
1.1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN
Buku ini merupakan panduan bagi pengembang kurikulum (wakil kepala sekolah
bidang kurikulum) dan guru-guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam
rangka pembangunan berkelanjutan. Tujuan secara umum dari buku panduan ini
adalah meningkatkan kompetensi wakil kepala sekolah (wakasek) bidang
kurikulum dan para guru dalam:
1. Mengintegrasikan konsep dan prinsip pendidikan yang mendukung
pembangunan berkelanjutan ke dalam kurikulum dan pembelajaran di dalam
kelas;
2. Mengintegrasikan konsep keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skill atau HOTS) dalam pembelajaran kepariwisataan untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan.
Secara khusus, buku pedoman ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi unsur-unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam proses
pembelajaran kepariwisataan yang dapat mendukung pembangunan
berkelanjutan (Pendidikan Bermutu).
2. Menjelaskan konsep ekowisata melalui pembelajaran yang berorientasi
HOTS yang mendukung pembangunan berkelanjutan (Menjaga ekosistem
darat dan laut).
3. Menjelaskan konsep pengelolaan makanan lokal, dan pengelolaan limbah
makanan melalui pembelajaran berorientasi HOTS yang sekaligus
mendukung pembangunan berkelanjutan (kesehatan yang baik dan
kesejahteraan).
4. Menjelaskan konsep manajemen laundry dan penggunaan bahan pembersih
non-kimia melalui pembelajaran berorientasi HOTS yang mendukung
pembangunan berkelanjutan (kesehatan yang baik dan kesejahteraan).
5. Menjelaskan konsep keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja pada
sektor kecantikan melalui pembelajaran berorientasi HOTS yang dapat
mendukung pembangunan berkelanjutan (kesehatan yang baik dan
kesejahteraan).
1.1.3 KONSEP PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Salah satu arah kebijakan pemerintah untuk pendidikan kejuruan bermutu adalah
meningkatkan kualitas pendidikan vokasi serta pendidikan pelatihan keterampilan.
Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka Peningkatan Kualitas dan
Sumber Daya Manusia Indonesia merupakan tahapan pencapaian Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 dalam rangka pemenuhan 58 juta tenaga
terampil sampai 20301. Implementasi dari revitalisasi tersebut dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Guru melalui penyelenggaraan program revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), yaitu Pemenuhan dan Peningkatan Profesionalitas
Guru.
Salah satu rencana kegiatan pada program revitalisasi SMK melalui pemenuhan
dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan adalah
pengembangan kompetensi pedagogik melalui program pendidikan dan latihan
(diklat) dan diberikan secara tematik sesuai kebutuhan. Rencana kegiatan ini
diantaranya dapat diwujudkan dengan mengintegrasikan pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan pada pelatihan guru di PPPPTK Bidang Bisnis dan
Pariwisata.
Berdasarkan pedoman integrasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan2,
kerangka integrasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dipengaruhi
oleh 6 elemen yang terdiri dari: Materi, Metode, Kurikulum, Kebijakan, Komunitas
dan Institusi.
1 Revitalisasi SMK, Pemenuhan dan Peningkatan Profesionalitas Guru 2018, hal 17 2 A Guide for Teacher Educations, Integrating Education for Sustainable Development (ESD) in
Teacher Education in South-East Asia, page 19
Gambar 1. Kolam Surya
13
Integrasi elemen-elemen tersebut adalah:
Tabel 1. Integrasi Elemen ESD
ELEMEN
Praktik
ESD
MATERI
1 Merupakan elemen pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dikaitkan dengan masalah dan tema spesifik yang
mengidentifikasi titik awal untuk belajar tentang
pembangunan berkelanjutan.
METODE
2 Merupakan elemen pendekatan pembelajaran, sering
digambarkan sebagai pembelajar-berpusat dan metode
partisipatif.
KURIKULUM
3 Merupakan elemen yang mengidentifikasi praktik
pembelajaran (mis. Mata pelajaran baru, pembelajaran
lintas disiplin, pembelajaran berbasis proyek, dll.)
diterapkan oleh universitas dan lembaga pendidikan guru
untuk mengintegrasikan pendidikan untuk pengembangan
berkelanjutan dalam tujuan perubahan kurikulum yang
lebih besar.
Konteks
ESD
KEBIJAKAN
4 Elemen ini mencakup kebijakan di semua tingkatan
(global, nasional, kementerian pendidikan dan
kebudayaan, dan kebijakan berbasis sekolah)
KOMUNITAS
5 Elemen ini mencakup realitas lokal dan komunitas serta
pemangku kepentingan utama (mis. Peserta didik, guru,
orang tua, masyarakat, sektor swasta, masyarakat
sipil)yang membentuk dan berkontribusi pada pendidikan
dan keberlanjutan.
INSTITUSI
6 Merupakan elemen kepemimpinan transformatif yang
mencakup pengembangan kebijakan, identifikasi dan
penggunaan sumber daya secara bijak dan memupuk
kemitraan yang mendukung integrasi ESD dalam tujuan
transformasi kelembagaan yang lebih besar. Sebagai
contoh institusi terkait adalah Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
bidang Bisnis dan Pariwisata.
Berdasarkan elemen-elemen integrasi tersebut, buku panduan ini akan
membahas integrasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di bidang
pariwisata dengan fokus pada materi, metode mengajar dan pembelajaran yang
relevan yang merupakan bagian dari Praktik ESD. Sedangkan Konteks ESD akan
digunakan sebagai dasar untuk pengembangan implementasi dari Praktik ESD.
Gambaran dari elemen integrasi di bidang pariwisata adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Integrasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
Bidang Pariwisata
1.2 PENGGUNAAN BUKU PANDUAN
Buku panduan ini memuat lima hal penting yang harus dikuasai oleh guru-guru
kepariwisataan agar dapat menghadirkan pendidikan berkualitas bagi peserta
didiknya. Kelima hal tersebut adalah:
1. Pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Pengelolaan ekowisata.
3. Pengolahan makanan lokal dan pengelolaan limbah makanan.
4. Manajemen laundry dan penggunaan bahan kimia pembersih.
5. Keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja pada bidang kecantikan.
Peserta pada pendidikan dan pelatihan ini perlu mencermati petunjuk, uraian
materi dan melakukan aktivitas pembelajaran sebagaimana diinstruksikan pada
setiap bab. Setiap bab akan mempresentasikan konsep-konsep yang jelas dan
menyediakan studi kasus, ilustrasi dan aktivitas, serta mengidentifikasikan
sumber-sumber atau referensi sebagai acuan untuk menggali lebih mendalam
melalui bacaan tersebut.
Pengelolaan Ekowisata.
Pengolahan Makanan Lokal beserta manfaat tumbuhan lokal dan Pengelolaan Limbah
Makanan.
Manajemen Laundrydan Penggunaan bahan
kimia pembersih.
Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja pada Bidang Kecantikan
Ekosistem Darat dan Laut,
Kesehatan yang Baik dan
Kesejahteraan
Materi
Sosial
Ekonomi
Lingkungan
Metode Pembelajaran
(HOTS)
Curah Pendapat
Deskripsikan dalam kelompok, contoh-contoh integrasi ESD pada
bidang keahlian Usaha Perjalanan Wisata (UPW), Tata Boga dan
Kecantikan yang telah tertuang pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Anda.
Aktivitas 1.1
15
BAB 2
PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
2.1. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan dari pembangunan berkelanjutan adalah menyediakan
pendidikan bermutu kepada masyarakat melalui pembelajaran yang
bermakna. Pembelajaran adalah sebuah proses untuk mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan, yang ditunjukkan oleh adanya perubahan
perilaku sebagai akibat dari pengalaman belajar. Belajar juga dipandang
sebagai suatu proses membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
berbagai sumber belajar. Ketika pengalaman belajar dapat membawa
perubahan perilaku pada peserta didik, maka pembelajaran tersebut dapat
dikategorikan pembelajaran yang bermakna. Proses pembelajaran
bermakna dipandang sebagai penyiapan peserta didik untuk memasuki
dunia kerja. Oleh karena itu, sekolah dalam hal ini perancang kurikulum dan
para guru perlu memberikan pembelajaran yang bermakna, salah satunya
dengan melihat keterampilan apa yang dibutuhkan di dunia kerja, dan apa
yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup di sekitarnya.
Gray (2016) memaparkan sepuluh keterampilan yang yang paling
dibutuhkan di tempat kerja pada tahun 2020 sesuai world economic forum,
yaitu:
1. Keterampilan menyelesaikan masalah kompleks
2. Keterampilan berpikir kritis
3. Kreativitas
4. Keterampilan mengelola SDM
5. Keterampilan berkoordinasi dengan orang lain
6. Keterampilan emosional
7. Keterampilan menilai dan mengambil keputusan
8. Keterampilan berorientasi melayani
9. Keterampilan bernegosiasi
10. Keterampilan fleksibilitas pengetahuan
Curah Pendapat
1. Apa yang Saudara ketahui tentang pembangunan berkelanjutan?
2. Apa yang anda ketahui tentang pendidikan bermutu?
3. Bagaimana hubungan pendidikan bermutu dengan pembangunan
berkelanjutan?
Aktivitas 2.1
17
Gambar 3. Top 10 Skills Important in The Workforce
Sekolah perlu menyiapkan peserta didiknya dengan 10 keterampilan
tersebut melalui pengalaman belajar yang bermakna, yaitu pengalaman
belajar yang melibatkan peserta didik untuk berpikir pada jenjang tingkat
tinggi, dan pembelajaran yang bermutu yang mendukung tercapainya tujuan
pembangunan berkelanjutan. Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan
bagian dari kesepuluh keterampilan yang dibutuhkan tersebut.
2.2 TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca dan menyelesaikan aktivitas pada pembelajaran ini,
peserta diklat dapat:
1. Menjelaskan konsep keterampilan abad 21;
2. Menjelaskan konsep keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai bagian
dari konsep pendidikan pembangunan berkelanjutan;
3. Menjelaskan pendekatan pembelajaran berorientasi keterampilan
berpikir tingkat tinggi;
4. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan
pembelajaran bermakna dan pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan.
2.3 KETERAMPILAN ABAD 21
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan tiga komponen
utama sebagai keterampilan abad 21, yaitu kualitas karakter, literasi dasar,
dan kompetensi, sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Tiga Komponen Utama Keterampilan Abad 21
Kualitas karakter yang mencakup religiositas, nasionalisme, kemandirian,
gotong royong, dan integritas, penting ditanamkan kepada peserta didik
melalui pembelajaran di kelas. Dengan memiliki karakter seperti tersebut di
atas, peserta akan lebih tangguh di dalam persaingan pasar kerja nasional,
regional, maupun internasional.
Enam literasi dasar sebagai mana disebut pada gambar di atas juga menjadi
faktor penting untuk dimiliki oleh peserta didik. Keenam literasi dasar ini
menjadi bekal dasar siswa untuk mampu tumbuh, belajar, dan bersaing nanti
di pasar global.
Pada keterampilan abad 21, proses pembelajaran yang berorientasi HOTS
adalah proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan
4C yaitu critical thinking (berpikir kritis), creative (berpikir kreatif),
communication (keterampilan berkomunikasi secara efektif), dan
collaboration (keterampilan berkolaborasi). Bagian berikut ini membahas 4C
ini untuk membantu guru memahami lebih dalam tentang konsep 4C di
dalam pembelajaran.
2.3.1 KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
Beberapa definisi dari berpikir kritis adalah seperti berikut ini:
1. Kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional mengenai apa
yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercayai, dan mencakup
kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen (Lau & Chan, 2018).
2. Keterampilan menganalisis dan melihat/mengidentifikasi hubungan
antara satu atau konsep dengan yang lainnya (Mulnix, 2012), dan
19
merumuskan pendapat anda sendiri dan mengambil kesimpulan sendiri
(Lee Watanabe-Crockett, 2017).
Orang yang berpikir kritis itu adalah seorang pemikir yang aktif, mengajukan
pertanyaan untuk dapat memahami, mencari jawaban dan solusi, memiliki
argumen untuk mendukung pendapatnya, menginterpretasi, menganalisis
secara logis, dan mengevaluasi argumen orang lain (Cojocariu & Butnaru,
2014). Seseorang yang berpikir kritis tahu bagaimana memanfaatkan
informasi untuk memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber
informasi yang relevan untuk menambah pengetahuannya.
2.3.2 KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF
Kreativitas dedefinisikan sebagai kemampuan menghasilkan ide atau
gagasan yang orisinal dan yang memiliki nilai. Kreatif atau tidaknya suatu
gagasan atau capaian harus dilihat dari segi nilai yang terkandung di
dalamnya – orisinalitas dan manfaatnya (Csikszentmihalyi, 2014; Lai,
Yarbro, DiCerbo, & Geest, 2018; Robinson, 2011), atau kemampuan
menghasilkan respon, produk, atau solusi yang tepat dan orisinil terhadap
suatu tugas atau pekerjaan.
Kreativitas itu dapat muncul atau tidak pada seseorang atau kelompok
sangat tergantung kepada:
1. Kemampuan intelektual atau keahlian di bidang tertentu, termasuk
kemampuan mensintesis dan menganalisis (Sternberg, 2006).
2. Pengetahuan faktual akan domain atau disiplin ilmu tertentu dan
keterampilan teknis yang dimiliki (Amabile, 2012).
3. Faktor kepribadian - proses yang terkait dengan kreativitas, yang
mencakup kemampuan untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda
dan menerima ambiguitas serta keberanian mengambil resiko (Amabile,
2012; Smith, Nerantzi, & Middleton, 2014; Sternberg, 2006)
4. Motivasi intrinsik untuk terlibat dalam kegaiatn kreatif (Amabile, 2012;
Sternberg, 2006)
5. Lingkungan sosial dimana proses kreativitas itu terjadi, misalnya
sekolah, rumah, atau tempat kerja; motivasi eksternal yang datang dari
faktor lingkungan, nilai-nilai yang berlaku di institusinya, atau
penghalang lain yang mungkin muncul (Amabile, 2012; Sternberg,
2006).
6. Tingkat keyakinan akan kemampuan sendiri dan kemampuan untuk
mengontrol pengaruh dari luar (Smith et al., 2014).
2.3.3 KETERAMPILAN BERKOLABORASI
Sebagai seperangkat pengetahuan dan keterampilan, kolaborasi itu
mengandung komponen seperti (1) bekerja efektif dan saling menghormati
anggota kelompok; (2) berlatih untuk fleksibel; (3) membuat konsensus
bersama untuk mencapai tujuan; (4) tanggung jawab bersama; dan (5)
menghargai kontribusi dari setiap anggota kelompok.
Keterampilan berkolaborasi perlu diajarkan secara implisit pada semua mata
pelajaran, dan diajarkan terus menerus pada setiap kegiatan pembelajaran.
Pemberian tugas kelompok harus disertai dengan instruksi agar peserta
didik belajar berbagi tugas dengan adil, mendorong anggota kelompoknya
untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, menggunakan
keterampilan sosial yang tepat, menolak gagasan teman dengan baik tanpa
menjatuhkan atau merendahkan teman, memecahkan masalah, belajar
mendengar teman anggota kelompok.
Berikut ini adalah beberapa strategi agar peserta didik saling berinteraksi
mengkomunikasikan gagasannya dan berpartisipasi secara aktif
menanggapi gagasan temannya:
1. Ciptakan kegiatan belajar yang kompleks yang membutuhkan interkasi,
dengan demikian peserta didik akan berkolaborasi.
2. Tanamkan kepada setiap peserta didik bahwa mereka adalah sebagai
bagian dari suatu kelompok, harus aktif berpartisipasi dalam kerja
kelompok, dan membuat konsensus.
3. Fokus pada penguatan dan pengembangan keahlian, dan pada
pemecahan masalah dan keterampilan berpikir (Clifford, 2018).
4. Manfaatkan teknologi karena teknologi dapat meningkatkan proses
kolaborasi. Tetapi harus diingat dan ditekankan bahwa interaksi dan
bertukar pikiran antar peserta didik lewat teknologi yang menjadi fokus
utama, bukan interaksi peserta didik dengan teknologi (Arya, 2017;
Clifford, 2018).
2.3.4 KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
Sebagai suatu domain yang kompleks, komunikasi mencakup banyak hal,
diantaranya keterampilan membaca, menulis, komunikasi orang-ke-orang,
dan komunikasi publik. Komunikasi orang-ke-orang ini mencakup banyak
keterampilan, termasuk keterampilan komunikasi (verbal, non verbal, dan
mendengar), kecerdasan emosional, kemampuan bekerja dengan orang lain
dalam team, keterampilan negosiasi, persuasi, dan mempengaruhi orang
lain untuk mencapai hasil saling menguntungkan, kemampuan mengatasi
konflik dan ketidaksepahaman dengan cara positif, dan kemampuan
mengidentifikasi dan memecahkan masalah (SkillsYouNeed.com, 2018)
21
2.4 KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS)
Keterampilan abad 21 menuntut peserta didik agar dapat memecahkan
masalah kompleks. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali keterampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTS). Tabel berikut menjelaskan klasifikasi proses
berpikir menurut taksonomi Bloom, yaitu mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta
(C6).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagaimana pada taksonomi Bloom
terjadi pada C4 hingga C6 yang mencakup keterampilan menganalisis,
mensintesis, berargumen, memahami secara mendalam, menerapkan,
mengevaluasi dan mencipta (Watson, 2019).
Tabel 2. Klasifikasi Proses Berpikir Taksonomi Bloom
Kategori
Proses Kognitif Definisi
Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari
ingatan jangka panjang.
Mengerti
Mengambil arti/makna dari instruksi yang
diberikan, termasuk komunikasi secara oral/lisan,
tulisan dan grafik.
Menerapkan Mengikuti atau menggunakan prosedur di situasi
yang berbeda/tidak lazim.
Menganalisis
Memisahkan bahan menjadi bagian-bagian dan
menentukan bagaimana tiap bagian tersebut
saling berhubungan satu sama lain dan terhadap
suatu struktur atau fungsi secara keseluruhan.
Mengevaluasi Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan
standar.
Mencipta Menyatukan elemen-elemen agar membentuk
sebuah kesatuan yang logis atau fungsional;
Curah Pendapat
Apa yang Saudara ketahui tentang keterampilan berpikir tingkat
tinggi?
Aktivitas 2.1
Kategori
Proses Kognitif Definisi
menyusun kembali elemen-elemen menjadi
sebuah pola atau struktur baru.
2.5 PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Oleh
karena itu perlu mempraktekkan esensi pendekatan saintifik di dalam
pembelajaran yang memuat aktivitas: mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/mencoba, mengasosiasikan/mengolah informasi, dan
mengomunikasikan.
Beberapa aktivitas pembelajaran yang menunjukkan proses pembelajaran
saintifik adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok (berkolaborasi), berdiskusi untuk
menyelesaikan tugas yang menuntut mereka menganalisis suatu
masalah, mengidentifikasi penyebab terjadinya suatu permasalahan,
mencari solusi alternatif, mengujicoba solusi, mengevaluasi, dan
menyimpulkan.
2. Tiap kelompok mengkomunikasikan hasil kerja kelompok kepada
kelompok lainnya.
3. Guru berperan sebagai fasilitator, dan tidak mendominasi kelas.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk
perilaku saintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan
diantaranya adalah model pembelajaran melalui penyingkapan/penemuan
(Discovery/Inquiry Learning), model pembelajaran berbasis masalah
(Problem-based Learning/PBL), model pembelajaran berbasis projek
(Project- based Learning/PJBL), Cooperative Learning yang mempunyai
berbagai metode seperti: Jigsaw, Numbered Head Together (NHT), Make a
Match, Think-Pair-Share (TPS), Example not Example, Picture and Picture,
dan lainnya.
Ndirahisha dan Shumba (2018) mengemukakan bahwa pendekatan
pembelajaran yang dapat mendukung pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan adalah pendekatan yang melibatkan partisipasi aktif peserta
didik untuk berkolaborasi dalam proyek aksi yang menginvestigasi
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan nyata, memecahkan
permasalahan, serta membuahkan perubahan ke arah yang lebih baik,
seperti tampak pada diagram di bawah ini.
23
Gambar 5. Diagram Pendekatan Belajar Mengajar Berbasis ESD
Agar pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan lebih bermakna, pembelajaran dengan pendekatan belajar
berbasis project dipandang sangat tepat. Melalui pembelajaran berbasis
project, secara berkolaborasi peserta didik akan belajar mengidentifikasi
permasalahan yang ada di sekitarnya, berempati terhadap permasalahan
tersebut, berdiskusi dan curah pendapat tentang berbagai kemungkinan
project yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan,
berkolaborasi membangun purwarupa, mengujicoba purwarupa,
mengevaluasi, serta memperbaikai purwarupa. Di dalam membangun
purwarupa, peserta didik akan mempertimbangkan dampak sosial, dampak
ekonomi, dan dampak lingkungan dari purwarupa tersebut. Di akhir
pembelajaran, peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
untuk mendapatkan umpan balik yang dari guru dan peserta didik di
kelompok lainnya.
Pendekatan Belajar dan Mengajar
Berbasis ESD
Keterlibatan dan Partisipasi
Siswa
Pembelajaran Dunia Nyata dan
Pemecahan Masalah
Kolaborasi
Proyek Perubahan
Berorientasi Aksi
Curah Pendapat
Dalam kelompok kecil (4 orang), setiap kelompok menemukan
informasi tetang satu model pembelajaran yang berbeda, dan
presentasikan di kelas.
Aktivitas 2.3
Berikut ini adalah sintaks dari Project Based Learning:
1. Pertanyaan mendasar
2. Mendesain perencanaan produk
3. Menyusun jadwal pembuatan
4. Memonitoring keaktifan dan perkembangan proyek
5. Menguji hasil
6. Evaluasi pengalaman belajar
Curah Pendapat
Di akhir pembelajaran modul ini, Saudara harus membuat RPP
pada salah satu mata pelajaran yang ada di modul ini, dengan
memperhatikan pembelajaran bermakna dan pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan. Gunakan format RPP sebagaimana
ditunjukkan pada Permendikbud nomor 22 tahun 2016.
Aktivitas 2.4
25
BAB 3
PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN
KEBERLANJUTAN
3.1 PENDAHULUAN
Pendidikan kepariwisataan yang berkualitas perlu memperhatikan
pembangunan yang berkelanjutan, yang memperhatikan keseimbangan
pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan. Sektor kepariwisataan yang
dicakup dalam modul ini mencakup materi usaha perjalanan wisata,
hospitality (tata graha dan binatu), kuliner, dan tata kecantikan rambut dan
kulit.
Pada materi usaha perjalanan wisata, Saudara mempelajari konsep
pariwisata yang berkelanjutan mencakup komponen pariwisata, jasa
pendukung kepariwisataan, konsep sapta pesona dan ekowisata.
Pada materi hospitality, Saudara mempelajari bahan-bahan kimia pembersih
dan cara penggunaannya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja
di lingkungan hotel.
Pada materi kuliner, Saudara mempelajari konsep pengolahan makanan
lokal dan pengelolaan limbah makanan.
Pada materi tata kecantikan rambut dan kulit, Saudara mempelajari upaya
keselamatan dan kesehatan kerja pada konteks salon kecantikan.
3.2 TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi usaha perjalanan wisata, Saudara dapat:
1. Memahami konsep pariwisata, komponen pariwisata, dan jasa
pendukung pariwisata untuk mendukung pembangunan berkelanjutan
2. Menerapkan konsep sapta pesona dalam konteks perjalanan wisata
yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
3. Menerapkan konsep ekowisata dalam pengembangan wisata
berkelanjutan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Setelah mempelajari materi hospitality (tata graha dan binatu), Saudara
dapat:
1. Menjelaskan konsep manajemen laundry sesuai dengan konsep
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
2. Mengidentifikasi bahan pembersih yang ramah lingkungan.
3. Menggunakan bahan kimia pembersih dengan tepat dan aman sesuai
dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
4. Menganalisis dampak penggunaan bahan kimia pembersih terhadap
sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem lingkungan.
Setelah mempelajari materi kuliner, Saudara dapat:
1. Menganalisis konsep pengolahan makanan lokal dan limbahnya sesuai
konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
2. Menganalisis dampak pengolahan makanan lokal dan pengelolaan
limbahnya terhadap sistem Lingkungan, sosial, dan ekonomi.
3. Membuat rancangan pengolahan makanan lokal sesuai dengan
konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
4. Membuat rancangan pengelolaan limbah sesuai dengan konsep
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Setelah mempelajari tata kecantikan rambut dan kulit, Saudara diharapkan
dapat:
1. Menerapkan konsep keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja pada
bidang kecantikan
2. Mengidentifikasi potensi bahaya yang terjadi di salon
3. Mendemonstrasikan persiapan kerja sesuai prosedur keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja.
3.3 PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN
KEBERLANJUTAN
3.3.1 PARIWISATA DAN PARIWISATA KEBERLANJUTAN
3.3.1.1 Pengertian Pariwisata Dan Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan
untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-
senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau
waktu libur serta tujuan- tujuan lainnya.
Sedangkan menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Siapakah Wisatawan itu?
Seseorang atau lebih yang melakukan perjalanan wisata serta melakukan
kegiatan yang terkait dengan wisata disebut Wisatawan. Wisatawan warga
negara Indonesia yang melakukan perjalanan wisata disebut Wisatawan
Nusantara (Wisnus). Sedangkan wisatawan warga negara asing yang
melakukan perjalanan wisata disebut Wisatawan Mancanegara (Wisman).
3.3.1.2 Komponen Pendukung Pariwisata
Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata memerlukan berbagai
kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai kembali lagi ke
tempat tinggalnya. Aktivitas pariwisata sangat terkait dengan kehidupan kita
sehari-hari. Sama seperti yang kita lakukan setiap hari, wisatawan juga
butuh makan dan minum, tempat menginap, serta alat transportasi yang
membawanya pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk memenuhi
27
kebutuhan dan pelayanan tersebut, pariwisata harus didukung oleh berbagai
komponen yaitu:
Obyek dan daya tarik wisata
Ada banyak alasan mengapa orang berwisata ke suatu daerah. Beberapa
yang paling umum adalah untuk melihat keseharian penduduk setempat,
menikmati keindahan alam, menyaksikan budaya yang unik, atau
mempelajari sejarah daerah tersebut. Intinya, wisatawan datang untuk
menikmati hal-hal yang tidak dapat mereka temukan dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Alam, budaya serta sejarah tersebut merupakan bagian
dari obyek dan daya tarik wisata.
Obyek dan daya tarik wisata mencakup:
1. Obyek wisata alam
Misalnya iklim, pantai dan laut, flora dan fauna, gua, air terjun, serta
hutan yang indah.
2. Obyek wisata budaya
Misalnya arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi, benda-
benda seni dan kerajinan, ritual atau upacara budaya, festival budaya,
kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari, keramah- tamahan,
makanan.
3. Obyek wisata buatan
Misalnya acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi, festival
musik.
Transportasi dan infrastruktur
Wisatawan memerlukan alat transportasi baik itu transportasi udara, laut dan
darat untuk mencapai daerah wisata yang menjadi tujuannya. Misalnya
untuk menuju Nias Selatan, wisatawan harus naik pesawat udara dari Medan
atau kapal laut dari Sibolga. Lalu perjalanan dilanjutkan dengan
menggunakan mobil ke Teluk Dalam. Tersedianya alat trasportasi adalah
salah satu kunci sukses kelancaran aktivitas pariwisata.
Komponen pendukung lainnya adalah infrastruktur yang secara tidak
langsung mendukung kelancaran kegiatan pariwisata misalnya: air, jalan,
listrik, pelabuhan, bandara, pengolahan limbah dan sampah.
Namun, meskipun tidak semua daerah tujuan wisata memiliki komponen
pendukung yang baik, suatu daerah tetap bisa menarik wisatawan untuk
berkunjung karena ada hal-hal unik yang hanya bisa ditemui atau dilihat di
tempat tersebut.
Akomodasi (tempat menginap)
Akomodasi adalah tempat dimana wisatawan bermalam untuk sementara di
suatu daerah wisata. Sarana akomodasi umumnya dilengkapi dengan
sarana untuk makan dan minum. Sarana akomodasi yang membuat
wisatawan betah adalah akomodasi yang bersih, dengan pelayanan yang
baik (ramah, tepat waktu), harga yang pantas sesuai dengan kenyamanan
yang diberikan serta lokasi yang relatif mudah dijangkau.
Jenis-jenis akomodasi berdasarkan bentuk bangunan, fasilitas, dan
pelayanan yang disediakan, adalah sebagai berikut:
1. Hotel
Hotel merupakan sarana akomodasi (menginap) yang menyediakan
berbagai fasilitas dan pelayanan bagi tamunya seperti pelayanan
makanan dan minuman, layanan kamar, penitipan dan pengangkatan
barang, pencucian pakaian, serta pelayanan tambahan seperti salon
kecantikan, rekreasi (contoh: sarana bermain anak), olahraga (contoh:
kolam renang, lokasi senam, lapangan tenis, biliard dll.). Klasifikasi hotel
dapat dilihat dari lokasi, jumlah kamar, ukuran, serta kegiatan yang
dapat dilakukan tamu di hotel selama menginap. Klasifikasi hotel
ditandai oleh tanda bintang (*), mulai dari hotel berbintang satu sampai
dengan bintang lima. Semakin banyak bintangnya akan semakin banyak
pula persyaratan, layanan dan fasilitas dengan tuntutan kualitas yang
semakin tinggi.
2. Guest house
Guest house, adalah jenis akomodasi yang bangunannya seperti tempat
tinggal. Umumnya guest house hanya memiliki fasilitas dasar yaitu
kamar dan sarapan tanpa fasilitas tambahan lainnya.
3. Homestay
Berbeda dengan Guest House, Homestay, jenis akomodasi yang
populer di wilayah perkotaan maupun pedesaan di Indonesia,
menggunakan rumah tinggal pribadi sebagai tempat wisatawan
menginap.
Umumnya homestay memberikan pelayanan kamar beserta makanan
dan minuman. Salah satu kelebihan dari homestay adalah wisatawan
bisa mendapatkan kesempatan untuk mengenal keluarga pemilik.
Mereka bisa juga mengenal lebih jauh tentang alam dan budaya sekitar
terutama bila si pemilik rumah memiliki banyak pengetahuan tentang itu.
4. Losmen
Losmen merupakan jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau
keseluruhan bangunan sebagai tempat menginap. Losmen memiliki
fasilitas dan pelayanan yang jauh lebih sederhana dibandingkan hotel.
Losmen tidak dirancang menyerupai tempat tinggal seperti guest house.
5. Perkemahan
Tidak seperti jenis akomodasi lainnya, perkemahan merupakan sarana
menginap yang memanfaatkan ruang terbuka dengan menggunakan
tenda.
6. Vila
Merupakan kediaman pribadi yang disewakan untuk menginap.
Bedanya dengan homestay adalah tamu akan menyewa rumah secara
29
keseluruhan dan pemilik rumah tidak berada pada rumah yang disewa
tersebut. Sedangkan pada homestay, tamu hanya menyewa kamar dan
berbaur bersama pemilik rumah.
Usaha makanan dan minuman
Usaha makanan dan minuman di daerah tujuan wisata merupakan salah
satu komponen pendukung penting. Usaha ini termasuk di antaranya
restoran, warung atau cafe. Wisatawan akan kesulitan apabila tidak
menemui fasilitas ini pada daerah yang mereka kunjungi. Sarana akomodasi
umumnya menyediakan fasilitas tambahan dengan menyediakan makanan
dan minuman untuk kemudahan para tamunya.
Selain sebagai bagian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, makanan
adalah nilai tambah yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Banyak wisatawan tertarik untuk mencoba makanan lokal, bahkan ada yang
datang ke daerah wisata hanya untuk mencicipi makanan khas tempat
tersebut sehingga kesempatan untuk memperkenalkan makanan lokal
terbuka lebar. Bagi wisatawan, mencicipi makanan lokal merupakan
pengalaman menarik.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam mengelola usaha makanan
dan minuman adalah jenis dan variasi hidangan yang disajikan, cara
penyajian yang menarik, kebersihan makanan dan minuman yang disajikan,
kualitas pelayanan serta lokasi usaha tersebut. Penyedia jasa harus
memperhatikan apakah lokasi usahanya menjadi satu dengan sarana
akomodasi, atau dekat dengan obyek wisata sehingga mudah dikunjungi.
3.3.1.3 Jasa Pendukung Lainnya
Jasa pendukung adalah hal-hal yang mendukung kelancaran berwisata
misalnya biro perjalanan yang mengatur perjalanan wisatawan, penjualan
cindera mata, pusat informasi pariwisata, jasa pemandu pariwisata, kantor
pos, bank, sarana penukaran uang, internet, wartel, tempat penjualan pulsa,
salon, dll.
Dari berbagai jasa pendukung yang disebutkan di atas, pusat informasi
pariwisata dan jasa pemandu pariwisata merupakan salah satu faktor
penting dalam mendukung kesuksesan suatu daerah tujuan wisata.
Merekalah yang memberikan panduan kepada wisatawan mengenai daerah
yang dikunjunginya.
Wisatawan bisa memperoleh informasi di pusat informasi wisata, baik
berupa penjelasan langsung maupun bahan cetak seperti brosur, buku,
leaflet, poster, peta dan lain sebagainya.
Jasa pendukung lainnya yang sangat penting adalah jasa pemandu.
Pemandu harus memahami informasi mengenai daerah tempat ia bekerja.
Pengetahuan tentang pelayanan dan keramah-tamahan juga sangat
diperlukan. Pemandu tidak hanya sekedar memberikan informasi, tapi juga
harus dapat meningkatkan kesadaran wisatawan untuk menghormati alam
dan budaya setempat.
Jasa pendukung tersebut sangat tergantung pada daerah atau tujuan wisata,
semakin terpencil, maka jasa pendukung akan semakin minim. Namun hal
ini umumnya dapat dimaklumi karena wisatawan yang memilih pergi ke
tempat terpencil sudah mempersiapkan diri dengan kondisi lapangan yang
terbatas.
Sapta Pesona
Perlu pemikiran bersama bagaimana membuat wisatawan betah dan ingin
terus kembali ke tempat kita. Ada dua hal penting untuk menjawab
pertanyaan di atas. Pertama, pelayanan yang baik. Bayangkan, bila
wisatawan sudah datang jauh-jauh, merencanakan perjalanannya
sedemikian rupa, serta mengeluarkan uang yang tidak sedikit, tapi ketika
datang ke daerah kita ternyata mereka menemui supir yang kasar, tidak
sopan dan menipu penumpang, atau pedagang asongan yang memaksa
untuk membeli dagangan, atau akomodasi yang kotor serta warung makan
dengan makanan dan minuman yang kotor dan tidak enak. Tentu kita tidak
ingin hal ini terjadi di daerah kita. Kedua, menjaga keindahan dan kelestarian
alam, serta budaya karena hal tersebut merupakan aset pariwisata kita.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia memiliki
program yang disebut Sapta Pesona. Ada tujuh unsur yang penting kita
terapkan untuk memberikan pelayanan yang baik serta menjaga keindahan
dan kelestarian alam dan budaya di daerah kita, yaitu: aman, tertib, bersih,
indah, ramah sejuk, dan kenangan.
Aman
Wisatawan akan selalu datang ke tempat yang menurut mereka aman. Yang
berarti bebas dari perang, ancaman manusia, (seperti: kejahatan), serta
bebas dari rasa takut. Untuk itu kita perlu menciptakan lingkungan dan rasa
aman di daerah kita. Keadaan ini dapat tercermin dari keadaan seperti aman
dari pedagang- pedagang asongan yang memaksa wisatawan untuk
membeli, aman dari pencopetan, pencurian dan lain sebagainya. Kondisi
aman juga dapat tercermin dari penggunaan peralatan keselamatan saat
berwisata (misal: helm, pelampung, P3K, tali dll.), serta informasi yang jelas
mengenai kondisi yang akan dihadapi oleh wisatawan (misal: jalan mendaki,
terjal, trek dengan batu besar yang sulit, musim hujan yang mengakibatkan
jalan licin, dll).
Tertib
Wisatawan akan merasa senang apabila tempat yang didatanginya berada
dalam kondisi yang tenang dan teratur. Kondisi seperti ini bisa diciptakan
31
dengan ketertiban. Lokasi yang dekat dengan keributan dan sumber suara
akan mengurangi kenyamanan para wisatawan dalam berwisata.
Selain itu, salah satu cara untuk menciptakan ketertiban adalah dengan
menetapkan harga yang jelas karena wisatawan lebih senang dengan harga
yang pasti. Wisatawan hanya memilih jasa dan barang dengan harga tetap
dan/atau rasional (yaitu harga yang sesuai dengan kualitas jasa/barang yang
diberikan).
Bersih
Bersih dalam segala hal: bersih diri, lingkungan, bebas sampah dan polusi
lainnya. Tempat sampah harus disediakan di berbagai tempat untuk
memudahkan pengunjung menjaga kebersihan. Tempat menginap yang
kotor akan mempengaruhi kenyamanan bagi wisatawan. Kamar tidur dan
kamar mandi yang digunakan oleh wisatawan juga haruslah bersih.
Ramah
Keramahan adalah salah satu kunci sukses pariwisata. Senyum ramah yang
tulus dan tidak dibuat-buat saat menyambut wisatawan adalah salah satu hal
yang membuat mereka betah di tempat kita. Keramah-tamahan rakyat
Indonesia sudah sangat terkenal oleh para wisatawan mancanegara. Kita
harus terus mempertahankan predikat ini.
Perilaku tidak sopan dan kasar dari penduduk setempat akan membuat
perjalanan wisatawan tidak menyenangkan. Perbuatan memaksakan
kehendak atau menipu dengan memberikan harga tinggi misalnya, akan
membuat wisatawan kapok dan tidak ingin berkunjung lagi ke tempat kita.
Sejuk
Terciptanya lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan
kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa
betah bagi wisatawan, shingga mendorong lamanya tinggal dan kunjungan
yang lebih panjang.
Indah
Indah tidak berarti harus mewah. Meskipun sederhana, lokasi yang nyaman,
rapi dan bersih dapat menciptakan keindahan tersendiri. Oleh karena itu,
jagalah keindahan lingkungan sekitar kita.
Kenangan
Apa yang dinikmati oleh wisatawan selama di tempat yang dikunjunginya
tidak bisa dibawa pulang, kecuali cenderamata dan kenangan indah.
Keindahan ombak, pantai, dan segarnya udara di desa hanya bisa dinikmati
di Indonesia. Namun wisatawan dapat membawa pulang kenangan indah
dari daerah yang dikunjunginya. Kenangan indah, keramah- tamahan dan
kepuasan adalah hal yang tidak terbeli dan selalu membuat wisatawan ingin
kembali.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pariwisata
Dalam mendukung penyelenggaraan pariwisata di daerah kita, sangat
penting untuk:
1. Tetap mempertahankan nilai-nilai adat istiadat, norma dan agama yang
berlaku;
2. Menjaga kelestarian budaya dan lingkungan sekitar;
3. Memastikan keberlanjutan kegiatan usaha pariwisata sehingga dapat
meningkatkan perekonomian.
Manfaat pariwisata
Melalui pariwisata kita dapat:
1. Memperkenalkan kebudayaan dan daerah kita.
2. Melestarikan alam dan lingkungan.
3. Meningkatkan kebanggaan pada daerah kita.
4. Meningkatkan kecintaan untuk menjaga budaya.
5. Menciptakan lapangan kerja dan peluang ekonomi sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan menciptakan kesejahteraan.
6. Menciptakan hubungan yang baik antar suku dan bangsa.
Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang:
1. Dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang;
2. Tidak merusak alam dan budaya masyarakat setempat agar dapat
diwariskan pada generasi penerus. Pada prinsipnya, pariwisata
berkelanjutan adalah pariwisata yang aktivitasnya tetap memperhatikan
keseimbangan alam, lingkungan, budaya dan ekonomi agar pariwisata
tersebut terus berlanjut. Dengan kata lain, pengelolaannya haruslah
dapat memberikan keuntungan secara ekonomi bagi seluruh pihak
terkait baik itu pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat setempat.
Dalam pariwisata berkelanjutan, wisatawan yang datang tidak hanya
untuk sekedar bersenang- senang, melainkan juga untuk mendapatkan
pengalaman yang lebih agar mendapat wawasan dan pengembangan
pengetahuan bagi dirinya. Sikap yang harus dilakukan ketika
berkunjung ke suatu daerah untuk mendukung pariwisata berkelanjutan
adalah:
3. Bertanggung jawab, dalam arti tidak mengakibatkan kerusakan alam
dan budaya pada daerah yang dikunjunginya;
4. Menghormati adat istiadat dan budaya penduduk daerah tujuan wisata.
Pariwisata berkelanjutan dapat diterapkan pada semua daerah tujuan
wisata dan padasemua jenis aktivitas pariwisata. Pariwisata
berkelanjutan harus mencakup kualitas, kesinambungan serta
keseimbangan aspek-aspek lingkungan, budaya dan manusia. Untuk
33
mewujudkannya, ada berbagai jenis pariwisata yang dapat kita pilih. Di
antaranya adalah ekowisata.
3.3.1.4 Ekowisata
Pengertian ekowisata
Ekowisata harus dipahami melalui dua sisi yaitu 1) Ekowisata dari segi
konsep dan 2) Ekowisata dari segi pasar.
Ekowisata dari segi konsep
Ekowisata merupakan pariwisata bertanggung jawab yang dilakukan pada
tempat-tempat alami, serta memberi kontribusi terhadap kelestarian alam
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat (TIES – The
International Ecotourism Society dengan sedikit modifikasi).
Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
(2002), Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat dan pemerintah setempat.
Ekowisata memiliki banyak definisi yang seluruhnya berprinsip pada
pariwisata yang kegiatannya mengacu pada lima elemen penting yaitu:
Curah Pendapat
Saudara diminta mengidentifikasi alasan mengapa kelestarian
lingkungan penting bagi wilayah Saudara. Berikan contoh
bagaimana kelestarian lingkungan dapat memberi manfaat bagi
wilayah Saudara.
Curah Pendapat
Saudara diminta mencari contoh-contoh praktik ekowisata di
Indonesia yang sederhana dan mudah diterapkan oleh siapa saja
di berbagai daerah tujuan wisata.
Aktivitas 3.1.1
Aktivitas 3.1.2
1. Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan yang
dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan
wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman
akan pentingnya pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman
diberikan melalui kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan
pelayanan yang prima.
2. Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik
lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.
3. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya.
4. Memberikankeuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal,
untuk itu, kegiatan ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan).
5. Dapat terus bertahan dan berkelanjutan. Dalam ekowisata, prinsip
tanggung jawab dan menghormati alam dan budaya setempat menjadi
sangat penting. Wisatawan harus menyesuaikan diri dengan budaya
dan situasi setempat, bukan sebaliknya. Wisatawan juga harus
menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan menghormati budaya
dari kawasan yang dikunjunginya.
Ekowisata dari segi pasar
Kata ekowisata selalu mengacu pada bentuk kegiatan wisata yang
mendukung pelestarian. Ekowisata semakin berkembang tidak hanya
sebagai konsep tapi juga sebagai produk wisata (misalnya: paket wisata).
Akhir-akhir ini, paket wisata dengan konsep ”eko” atau ”hijau” menjadi trend
di pasar wisata. Konsep”kembali ke alam” cenderung dipilih oleh sebagian
besar konsumen yang mulai peduli akan langkah pelestarian dan keinginan
untuk berpartipasi pada daerah tujuan wisata yang dikunjunginya.
Akomodasi, atraksi wisata maupun produk wisata lainya yang menawarkan
konsep kembali ke alam semakin diminati oleh pasar.
Namun sebaiknya para penyedia jasa pariwisata, daerah tujuan wisata
maupun pemerintah setempat yang ingin berorientasi pada ekowisata harus
memiliki kebijakan dan program tersendiri terkait pelestarian lingkungan,
budaya setempat dan manfaat kepada masyarakat lokal. Karena pada
banyak tempat, produk- produk wisata yang dijual kebanyakan
menyematkan kata ”eko” atau ”kembali ke alam” hanya sebagai label untuk
menarik konsumen, namun tidak disertai dengan semangat melestarikan
atau melibatkan masyarakat setempat dalam produk wisata tersebut.
Produk Ekowisata dalam pasar wisata secara umum dapat dilihat pada
bagan berikut ini:
35
Gambar 6. Produk Ekowisata dalam Pasar Wisata
Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas ekowisata menjadi bagian
dari wisata alam dan memiliki keterkaitan dengan wisata budaya dan rural.
Ekowisata bahkan tidak berhubungan langsung dengan pariwisata yang
bersifat tantangan/ petualangan atau adventure. Perbedaannya, pada
ekowisata, aktivitas wisatawan lebih berfokus pada pengamatan dan
pemahaman mengenai alam dan budaya pada daerah yang dikunjungi,
dengan mendukung kegiatan pelestarian serta lebih mengutamakan fasilitas
dan jasa yang disediakan oleh masyarakat setempat.
Pada pariwisata alam, wisatawan hanya sebatas menikmati aktivitasnya
pada alam yang dikunjunginya dengan tidak memperhatikan dukungan
terhadap pelestarian alam dan budaya serta penggunaan fasilitas dan jasa
dari masyarakat setempat. Sedangkan pada pariwisata yang lebih bersifat
tantangan/ petualangan (adventure), aktivitas yang dilakukan menonjolkan
aktivitas fisik yang menantang untuk menunjukkan ego dan kemampuan
menaklukkan kondisi tertentu pada alam yang dikunjungi.
Ekowisata di Indonesia
Tahun 2002 adalah tahun dimana dicanangkannnya Tahun Ekowisata dan
Pegunungan di Indonesia. Dari berbagai workshop dan diskusi yang
diselenggarakan pada tahun tersebut di berbagai daerah di Indonesia baik
oleh pemerintah pusat maupun daerah, dirumuskan 5 (lima) Prinsip dasar
pengembangan ekowisata di Indonesia yaitu:
1. Pelestarian
2. Pendidikan
3. Pariwisata
4. Perekonomian
5. Partisipasi masyarakat setempat
Lima prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia
1. Pelestarian
Prinsip pelestarian pada ekowisata adalah kegiatan ekowisata yang
dilakukan tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan
dan budaya setempat. Salah satu cara menerapkan prinsip ini adalah
dengan cara menggunakan sumber daya lokal yang hemat energi dan
dikelola oleh masyarakat sekitar. Tak hanya masyarakat, tapi wisatawan
juga harus menghormati dan turut serta dalam pelestarian alam dan
budaya pada daerah yang dikunjunginya. Lebih baik lagi apabila
pendapatan dari ekowisata dapat digunakan untuk kegiatan pelestarian
di tingkat lokal. Misalnya dengan cara menyisihkan sekian persen dari
keuntungan dikontribusikan untuk membeli tempat sampah dan
membayar orang yang akan mengelola sampah.
2. Pendidikan
Kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur
pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat tumbuhan
dan hewan yang ada di sekitar daerah wisata, dedaunan yang
dipergunakan untuk obat atau dalam kehidupan sehari-hari, atau
kepercayaan dan adat istiadat masyarakat lokal. Kegiatan pendidikan
bagi wisatawan ini akan mendorong upaya pelestarian alam maupun
budaya. Kegiatan ini dapat didukung oleh alat bantu seperti brosur,
leaflet, buklet atau papan informasi.
3. Pariwisata
Pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan
dengan berbagai motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi.
Ekowisata juga harus mengandung unsur ini. Oleh karena itu, produk
dan jasa pariwisata yang ada di daerah kita juga harus memberikan
unsur kesenangan agar layak jual dan diterima oleh pasar.
4. Ekonomi
Ekowisata juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat terlebih
lagi apabila perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber
daya lokal seperti transportasi, akomodasi dan jasa pemandu.
Ekowisata yang dijalankan harus memberikan pendapatan dan
keuntungan (profit) sehingga dapat terus berkelanjutan. Untuk dapat
mewujudkan hal itu, yang penting untuk dilakukan adalah memberikan
pelayanan dan produk wisata terbaik dan berkualitas. Untuk dapat
memberikan pelayanan dan produk wisata yang berkualitas, akan lebih
baik apabila pendapatan dari pariwisata tidak hanya digunakan untuk
kegiatan pelestarian di tingkat lokal tetapi juga membantu
pengembangan pengetahuan masyarakat setempat, misalnya dengan
pengembangan kemampuan melalui pelatihan demi meningkatkan jenis
usaha/ atraksi yang disajikan di tingkat desa.
37
Gambar 7. Produksi Kain di Desa Wisata Cigugur, Kuningan
5. Partisipasi masyarakat setempat
Partisipasi masyarakat akan timbul, ketika alam/budaya itu memberikan
manfaat langsung/tidak langsung bagi masyarakat. Agar bisa
memberikan manfaat maka alam/ budaya itu harus dikelola dan dijaga.
Begitulah hubungan timbal balik antara atraksi wisata-pengelolaan-
manfaat yang diperoleh dari ekowisata dan partisipasi.
Partisipasi masyarakat penting bagi suksesnya ekowisata di suatu
daerah tujuan wisata. Hal ini bisa dimulai dari diri kita sendiri. Jangan
terlalu berharap pemerintah akan melakukan semua hal karena kita juga
memiliki peranan yang sama dalam melakukan pembangunan di daerah
kita. Partisipasi dalam kegiatan pariwisata akan memberikan manfaat
langsung bagi kita, baik untuk pelestarian alam dan ekonomi. Bila kita
menjaga alam tetap lestari dan bersih, maka kita sendiri yang akan
menikmati kelestarian alam tersebut, bila kita berperan dalam kegiatan
pariwisata, maka kita juga yang akan mendapatkan manfaatnya secara
ekonomi.
Tipe
Wisata
Nama Daerah
Tujuan Wisata Lokasi Deskripsi
Curah Pendapat
Saudara diminta mencari contoh-contoh praktik ekowisata dan
wisata massal di lokasi yang mudah diakses dari Sekolah
Saudara.
Aktivitas 3.1.3
Ekowisata
Wisata Massal
3.3.2 PERHOTELAN
3.3.2.1 Konsep Manajemen Laundry
Laundry adalah bisnis jasa pencucian pakaian dengan menggunakan mesin
cuci maupun dengan mesin pengeringnya secara otomatis bekerja dan
dengan cairan pembersih dan pewangi yang khusus untuk pakaian. Laundry
merupakan departemen housekeeping yang bertugas dan bertanggung
jawab memproses semua aktivitas pencucian baik untuk operasional hotel
dan tamu hotel. (Muhammad Syawal Ainul Yaqin, 2016 & Muhammad Yasin
Simargolang, 2018).
Terkait dengan usaha laundry dewasa ini tidak sekedar mencuci dan
mengeringkan cucian namun harus memperhatikan dampak sosial, ekonomi
dan lingkungan. Hal ini harus dilakukan sesuai dengan konsep pendidikan
berorientasi ESD.
Contoh:
1. Dampak sosial dimaksud adalah, usaha laundry sesuai konsep ESD
mesti melibatkan masyarakat setempat.
2. Dampak ekonomi seperti penggunaan air yang berlebihan tidak
disarankan, penggunaan chemical yang tidak sesuai dengan ukuran
dihindari, bekas kemasan botol harus dimanfaatkan kembali supaya
bernilai ekonomis
3. Dampak lingkungan misalnya penggunaan bahan kimia yang tidak
ramah lingkungan mesti dihindari, pembuangan limbah cucian mesti
diolah terlebih dahulu apakah sudah aman sebelum dibuang.
3.3.2.2 Penggunaan Bahan Kimia Pembersih
Kebersihan dan kenyamanan di hotel merupakan hal utama yang diinginkan
oleh tamu. Proses pembersihan hotel dilakukan setiap hari. Berbagai macam
jenis bahan kimia pembersih yang digunakan dan ,sangat penting bahwa
menggunakan bahan kimia pembersih sesuai dengan permukaan yang akan
dibersihkan.
Aktivitas 3.2.1
39
Tiga tujuan utama penggunaan bahan kimia pembersih di bagian tata graha
yaitu menghilangkan kotoran, menghancurkan mikroorganisme berbahaya,
memelihara perabot, perlengkapan dan pemukaannya. Bahan pembersih
kimia dibuat untuk menghilangkan tanah dari permukaan melalui aksi
kimianya. Semakin kuat bahan kimia yang digunakan, semakin besar
efeknya pada pekerjaan yang dilakukan. Kekuatan bahan kimia pembersih
diukur pada skala pH.
Membersihkan bahan kimia yang telah ditingkatkan dengan alkali atau asam
untuk memperkuat daya pembersihannya dapat berbahaya bagi manusia
dan seringkali tidak dapat digunakan pada permukaan tertentu. Pembersih
netral dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan tetapi daya
pembersihnya terbatas.
Bagian Housekeeping telah menggunakan bahan kimia yang efektif untuk
tujuan tertentu, tetapi jika disalahgunakan dapat membahayakan langsung
bagi karyawan yang menggunakannya dan untuk orang lain (misalnya, staf
dan tamu) yang melakukan kontak langsung dengan zat tersebut.
Waktu telah berubah. Prioritas utama adalah kesehatan karyawan, tamu,
anak-anak, di bumi ini dan generasi yang belum lahir yang akan mengikuti
kita. Kabar baiknya adalah hotel-hotel tersebut dengan cepat dimana hotel
tersebut dapat melindungi lingkungan. Hotel membuat perubahan dengan
cara mereka yaitu melindungi lingkungan dengan metode baru dan dengan
mendidik staf teknik.
Refleksi
Proses pembersihan dilakukan setiap hari di hotel dengan
menggunakan bahan kimia pembersih. Bagaimana upaya
menguranginya?
Aktivitas 3.2.2
Aturan umum ketika menggunakan bahan kimia pembersih:
1. Selalu mengikuti instruksi yang dibuat oleh pabrik.
2. Jangan pernah menyampur bahan kimia.
3. Membaca label.
4. Menghubungi pemasok atau penyelia, jika tidak yakin dengan
penggunaan bahan kimia.
5. Hindari kontak langsung dengan kulit, mata dan mulut.
6. Gunakan bahan kimia pada ruangan yang mempunyai ventilasi baik.
7. Hindari kontak langsung dengan makanan.
8. Selalu menggunakan pakaian pelindung diri dan perlengkapan.
9. Setiap bahan kimia harus disimpan di tempat khusus dengan diberi
tanda “Gudang Bahan Kimia”.
10. Penggunaan bahan kimia dilakukan dengan layak.
11. Memastikan jenis bahan kimia yang sesuai dengan tempat
penyimpanan.
Agar laundry attendant tidak salah dalam pengggunaan bahan kimia dan
aman dalam pemakaian maka harus memahami arti dari simbol-simbol
bahan kimia berbahaya, seperti tabel dibawah ini:
Bahaya Iritasi Mudah Meledak Beracun
Mengidentifikasi bahan kimia pembersih Setiap saat Saudara berhubungan dengan penggunaan bahan kimia pembersih, hal yang penting diperhatikan yaitu: a) Pemberian informasi dan pelatihan yang tepat. b) Pemantauan dan pengawasan yang memadai. c) Peralatan keamanan dan perlindungan diri.
Bahan kima pembersih
Kegunaan Bahaya bagi lingkungan
Deterjen
Desinfektan
Pembersih
41
Gambar 8. Simbol – Simbol Berbahaya
Keterangan:
1. Explosive (Mudah Meledak)
Bahan kimia dengan simbol explosive merupakan bahan kimia yang
mudah meledak ketika terdapat panas atau sumber api kecil, bahkan
gesekan juga dapat menyebabkan bahan ini meledak. Contoh bahan
kimia yang mudah meledak yaitu trinitro toluena (TNT).
2. Oxidizing (Pengoksidasi)
Simbol selanjutnya yaitu simbol oxidizing dimana bahan kimia dengan
label ini dapat bersifat sebagai oksidator atau pengoksidasi. Dengan
kata lain bahan ini mudah terbakar pada kenaikan suhu ketika terjadi
kontak dengan bahan yang mudah terreduksi.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kebakaran, biasanya bahan
semacam ini disimpan dalam wadah tertutup dan terhindar dari suhu
tinggi. Contoh bahan kimia pengoksidasi yaitu hidrogen peroksida.
3. Extremely Flammable (Sangat Mudah Terbakar)
Simbol extremely flammable ditujukan untuk bahan dengan tingkat
kemudahan terbakar paling tinggi. Bahkan hanya mengalami kontak
dengan udara pun bahan ini bisa terbakar. Simpan bahan ini pada
tempat tertutup yang terhindar dari udara dan panas. Contoh bahan
kimia extremely flammable yaitu dietil eter.
4. Corrosive (Korosif)
Bahan kimia dengan simbol korosif berarti dapat merusak jaringan pada
makhluk hidup, iritasi, memar, bahkan hingga kulit mengelupas. Bahan
korosif ini sangat berbahaya jika terkena kontak dengan kulit. Contoh
bahan kimia korosif yaitu asam sulfat pekat.
5. Environmental Hazard (Bahaya untuk Lingkungan)
Sangat Mudah
Terbakar Korosif
Bahaya Bagi
Lingkungan
Bahan kimia dapat berbahaya bagi lingkungan dimana bahan tersebut
dapat menyebabkan kematian suatu makhluk hidup. Bahan dengan
simbol kimia ini sebaiknya tidak dibuang pada limbah yang mengarah
ke lingkungan dan membahayakan makhluk hidup lain. Contoh bahan
kimia yang berbahaya bagi lingkungan yaitu petroleum eter.
6. Harmfull Irritant (Bahaya Iritasi)
Simbol bahan kimia ini sama dengan simbol irritant dimana bahan kimia
dapat menyebabkan iritasi, gatal dan luka bakar ketika terjadinya
paparan pada kulit. Contoh bahan kimia ini yaitu fenol.
7. Highly Flammable (Sangat Mudah Terbakar)
Sesuai namanya, bahan highly flammable merupakan bahan kimia yang
sangat mudah terbakar dengan tingkat lebih tinggi dari bahan
flammable. Titik nyala bahan ini sangat rendah bahkan dibawah 21.
Oleh karena itu sebaiknya bahan highly flammable dijauhkan dari
sumber panas tertentu. Contoh bahan ini yaitu logam natrium.
8. Toxic (Beracun)
Simbol toxic atau beracun menunjukkan bahwa bahan tersebut
merupakan bahan yang sifatnya akan menyebabkan sakit bahkan
kematian akibat racun, terutama jika bahan tersebut terhirup atau
tertelan. Bahan kimia dengan simbol ini sebaiknya dihindari untuk
dihirup dan ditelan. Hindari juga terjadinya paparan pada kulit. Contoh
bahan kimia beracun yaitu metanol.
9. Irritant (Iritasi)
Sesuai namanya, simbol irritant ini merupakan bahan kimia yang dapat
menyebabkan iritasi ketika terjadinya paparan pada tubuh.
Efek yang ditimbulkan yaitu seperti gatal bahkan hingga luka bakar kecil
pada kulit. Tindakan pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan
mencegah terjadinya kontak kulit dengan bahan ini. Contoh bahan kimia
irritant yaitu natrium hidroksida.
10. Very Toxic (Sangat Beracun)
Bahan ini bersifat sangat beracun dan sangat berbahaya bagi kesehatan
yang juga mampu menyebabkan sakit kronis bahkan menyebabkan
kematian. Hindari kontak langsung pada tubuh dan sistem pernapasan.
Contoh : Kalium sianida, Hydrogensulfida, Nitrobenzene dan Atripin.
Aktivitas 3.2.3
43
3.3.2.3 Isu-Isu Lingkungan Penggunaan Bahan Kimia Pembersih
Manusia memerlukan lingkungan yang baik untuk bertahan hidup, oleh
sebab itu peran manusia dalam menjaga lingkungan sangat diperlukan.
Beberapa definisi bidang hospitaliti yang berkaitan dengan lingkungan:
1. Pengontrolan dan Pengelolaan Lingkungan
2. Pengontrolan dan pengelolaan lingkungan adalah suatu sistem yang
dilakukan berdasarkan prosedur dan standar yang ada, contohnya
standar kebersihan dan perawatan rutin.
3. Kesehatan lingkungan adalah pola kesehatan lingkungan dimana
terdapat proses menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan kerja
yang dapat menyenangkan tamu.
4. Kebersihan lingkungan adalah pola kesehatan lingkungan dimana
terdapat proses menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan kerja
yang dapat menyenangkan tamu.
5. Solusi pembersihan adalah larutan pembersih yang didapatkan dari
campuran sabun atau deterjen dan air, baik menggunakan bahan kimia
atau tidak.
6. Disinfektan adalah bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme.
7. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sanitasi
merupakan perilaku yang dilakukan secara sadar untuk mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya agar tecipta hidup bersih dan sehat. Ruang lingkup
sanitasi diantaranya; pengelolaan air bersih (safe water control),
pembuangan limbah (sewage control), pengendalian hama (pest
Mengidentifikasi permasalahan penggunaan bahan kimia pembersih (diskusi kelompok)
Tipe Bahaya Pengguna Dampak terhadap
kesehatan
Proses pembersihan Menggunakan detergen dan bahan pembersih untuk mencuci, desinfektan, pembersihan umum & khusus, pembersihan kolam renang
Insektisidan dan Pestisida Mengendalikan hama & tikus
control), pengelolaan limbah (refuse disposal control), pengendalian
pencemaran lingkungan(pollution disposal control).
8. Sanitizer adalah larutan kima pembersih yang dapat mengurangi jumlah
bakteri pada tingkat aman berdasarkan kebutuhan kesehatan
masyarakat.
Beberapa industri perhotelan di Indonesa sudah berupaya mengurangi
dampak lingkungan terhadap tingkat polusi, penggunaan energi keseluruhan
dan penggunaan bahan kimia yang banyak. Upaya yang dilakukan dengan
beberapa cara untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup,diantaranya:
1. Menyarankan tamu penghematan energi di kamar
2. Menyarankan tamu penghematan penggunaan towel
3. Melakukan pelatihan berkaitan dengan penggunaan bahan pembersih
4. Membuang sisa bahan kimia sesuai dengan memperhatikan
lingkungan.
3.3.2.4 Green Hotel
Green hotel adalah upaya hotel menerapkan praktik ramah lingkungan yang
dilakukan dengan cara hemat energy, pengendalian dan pengolahan limbah,
pemanfaatan air dengan benar dan pelaksanaan program daur ulang.
Beberapa cara yang dilakukan antara lain:
1. Program reuse linen dikamar, seperti handuk atau sprei.
2. Lampu hemat energy dengan menggunakan sensor dan/atau pengatur
waktu.
3. Keran dengan aliran rendah atau menggunakan mouser.
4. Toilet aliran rendah dengan menggunakan dual flush.
5. Tempat pendaur ulang sampah.
6. Sabun dan sampo dengan sistem dispenser.
7. Kaca film untuk mengurangi pemanasan dan mempercepat pendinginan
di kamar atau ruang kerja.
8. Bahan pembersih yang tidak berbahaya dan ramah lingkungan.
3.3.2.5 Green Cleaning
Green cleaning adalah cara membersihkan menggunakan larutan
pembersih alami, bahan yang dapat digunakan seperti cuka dan jeruk nipis.
Cuka alami atau asam asetat dihasilkan dari beberapa bakteri penghasil
asam asetat yang dapat digunakan sebagai bahan pembersih serba guna.
Asam asetat pekat bersifat korosif, itu harus digunakan secara hati-hati.
Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar dan iritasi pada mata.
Cuka putih merupakan bahan yang baik untuk membersihkan jamur dan
noda oli. Cuka putih juga dapat membersihkan jendela dan membuat
permukaan logam mengkilap.
Jeruk nipis dapat dilakukan untuk melarutkan kotoran akibat sabun, titik air
yang mengeras dan kuningan tembaga. Jeruk nipis bersifat asam dan
45
antibakteri. Air perasan jeruk nipis (natrium bicarbonat) dapat membersihkan
noda oli dan noda lainnya terutama bahan alumunium dan porselin.
Kombinasi antara minyak zaitun dengan jeruk nipis atau cuka putih dapat
digunakan untuk mengkilapkan porselin.
Soda kue dapat menghilangkan noda air, memoles logam dan
menghilangkan bau. Borak atau bleng dapat mebersihkan noda di karpet,
sedangkan blimbing wuluh dapat membersihkan keramik.
3.3.3 KULINER
3.3.3.1 Konsep Pengolahan Makanan Lokal
Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang
dari barat ke timur, Indonesia mempunyai keragaman dalam adat, tradisi dan
budaya. Setiap daerah di Indonesia
memiliki beragam makanan lokal
khas masing-masing daerah
sehingga menjadi aset kekayaan
bangsa.
Indonesia sebagai negara tropis
kaya dengan bahan pangan lokal
yang tumbuh subur. Masyarakat
Indonesia umumnya amat meyakini
khasiat aneka pangan lokal dengan
bahan makanan seperti tempe,
tahu, madu, ikan, ketela dan lain-lain serta bumbu dan rempah. Bahan-
bahan ini alami, bergizi tinggi, sehat dan aman, murah dan mudah didapat.
Makanan sangat penting untuk kehidupan dan keberlangsungan hidup. Hal
ini juga merupakan bagian penting dari identitas budaya kita, dan
Alternatif green cleaning dalam pembersihan
Bahan Alami Kandungan Objek Pembersihan
dan Cara Pembersihan
Cuka
Jeruk Nipis
Soda Kue
Borak
Garam
Aktivitas 3.2.4
Gambar 9. Nasi Tumpeng
memainkan peran penting dalam perekonomian. Banyak orang menyadari
bahwa makanan yang mereka makan adalah faktor penting yang
mempengaruhi kesehatan, namun belum mengetahui dampak dari makanan
yang kita konsumsi terhadap faktor produksi, lingkungan, sosial dan ekonomi
yang perlu kita perhatikan untuk melindungi generasi yang akan datang
terhadap kelanjutan pangan yang tersedia.
Konsep pangan berkelanjutan yang dikembangkan FAO (Food and
Agriculture Organization) merupakan upaya melindungi konsumen sekaligus
menjaga kelestarian bumi secara bersamaan dengan cara memperhatikan
bahan makanan, proses pembuatannya, serta limbah yang dihasilkan.
Dengan menerapkan sistem pangan berkelanjutan, kita dapat memastikan
bahwa ketersediaan pangan terjamin, bahan pangan diolah melalui proses
yang baik serta berdampak baik pada kesehatan dan lingkungan serta
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Karena itulah melalui jalur pendidikan
akan disosialisasikan mengenai pendidikan pembangunan berkelanjutan
yang harus diketahui dan menjadi perhatian kita semua. Kemudian
mengenalkan dan mengintegrasikan konsep pangan berkelanjutan dengan
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
Pengertian pangan berkelanjutan
Pangan berkelanjutan merupakan produksi bahan pangan, serat, atau
produk hewani serta nabati lain yang diolah dengan teknik khusus agar
lingkungan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dapat terpelihara.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar nantinya bahan pangan tersebut
tetap tersedia dan melimpah bagi generasi mendatang.
Pangan berkelanjutan secara luas dapat dirumuskan sebagai kegiatan
produksi makanan yang ramah lingkungan, mempunyai nilai gizi, teknik
pengolahan yang baik serta mampu mensejahterakan masyrakat. Pangan
berkelanjutan dapat juga diartikan sebagai ketahanan pangan, yaitu
menjaga ketersediaan pangan dan dimanfaatkan agar bernilai ekonomi.
Selain kualitasnya lebih terpercaya, bahan pangan lokal juga tidak
membutuhkan jarak pengiriman yang jauh, sehingga meminimalisir
penggunaan bahan kimia seperti pengawet dan polusi yang dihasilkan saat
distribusi barang. Pada dasarnya sustainable food tidak fokus terhadap jenis
makanannya, namun lebih kepada bagaimana makanan tersebut dihasilkan
dan diolah. Konsep pangan berkelanjutan ini cukup luas, karena tak hanya
menyangkut makanan yang ramah lingkungan saja, namun juga nilai gizi dan
bagaimana pengolahan dari limbah makanan agar tidak berdampak buruk
bagi lingkungan, nilai sosial maupun ekonominya. Sebagai contoh adalah
kentang, penanaman kentang yang dilakukan secara organik dan ramah
lingkungan, lalu diolah dengan teknik memasak yang sebisa mungkin
47
memanfaatkan seluruh bagiannya bahkan kulitnya, hingga tidak menyisakan
limbah.
Pengolahan makanan lokal dengan konsep pangan berkelanjutan
Makanan lokal atau makanan
tradisional Indonesia adalah
makanan yang membudaya
dimasyarakat Indonesia dari
generasi ke generasi. Makanan
lokal sangat sesuai dengan
selera masyarakatnya, tidak
bertentangan dengan keyakinan
agama masyarakat lokal, lantas
dibuat dari bahan-bahan rempah
yang tersedia dari lokal. Biasanya
makanan tradisional diolah dari
resep yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan-bahan yang
diperoleh dari sumber lokal yang memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan
selera masyarakat setempat.
Makanan tradisional Indonesia banyak memiliki nilai filosofi di dalamnya,
baik dari awal pembuatan, makna, dan sifatnya yang bersahabat dengan
alam. Makanan lokal Indonesia didapat dari hasil alam, diperuntukkan bagi
keberlangsungan alam, dan kembali lagi pada alam.
Dengan bervariasinya bahan dasar, maka dapat dihasilkan bermacam-
macam jenis makanan tradisional yang sedemikian rupa sehingga menjadi
makanan yang lezat, sehat dan gizi seimbang. Demikian juga teknik
pengolahannya dilakukan dengan bervariasi seperti
Curah Pendapat
Silahkan diskusikan jawaban dari pertanyaan berikut :
1) Apakah hubungan pangan lokal dengan pangan
berkelanjutan?
2) Menurut Saudara, adakah dampak yang ditimbulkan dari
pangan yang berkelanjutan secara sosial, ekonomi dan
budaya? Sebutkan contohnya dan berikan uraian yang
lengkap!
3) Dapatkah kita mendukung atau membantu konsep pangan
berkelanjutan baik di rumah ataupun di sekolah? Sebutkan
bentuk dukungan tersebut!
Aktivitas 3.3.1
Gambar 10. Talam Singkong
membakar/memanggang, pengasapan, pemepesan, pengukusan,
menggoreng dan menumis, dan lain-lain
Proses pengolahan makanan
Indonesia dimulai dari persiapan
bahan, pengolahan dan penyajian
perlu memperhatikan konsep
keberlangsungan pangan.
Penggunaan bahan lokal seperti
bumbu dan rempah yang segar akan
menghasilkan makanan Indonesia
yang bercita rasa otentik dan sehat.
Adanya pemahaman terhadap
penggunaan bahan yang sehat akan
menghindari penggunaan bahan-
bahan tambahan makanan kimia
seperti pengawet, pewarna dan
penambah rasa seperti penggunaan
MSG.
Dalam upaya mendukung konsep pangan berkelanjutan selain hal di atas
yang bisa kita lakukan sebagai pendidik misalnya saat kita mengajarkan
materi praktek makanan Indonesia, sesungguhnya tanpa kita sadari selama
ini mungkin kita sudah menerapkan konsep pangan berkelanjutan,
mengajarkan kepada peserta didik kita seperti:
1. Mengenalkan bermacam-macam makanan lokal dari berbagai daerah di
Indonesia dan filosofi yang terkandung di dalamnya
2. peserta didik sebelum praktek diminta membuat perancanaan (job
sheet), mereka merencanaakan bahan yang harus dibeli apa saja,
berapa banyak dan biaya untuk praktek tersebut, ajarkan untuk membeli
bahan praktek di pasar terdekat dengan membawa tas belanja atau
plastik sendiri. Hal ini dimaksudkan mengurangi limbah plastik dan
menghemat biaya.
3. Membeli dan memasak berdasarkan perencanaan yang mereka buat
sesuai resep yang digunakan dan jumlah porsi yang dibuat.
4. Menyajikan ataupun mengemasnya dengan bahan yang ramah
lingkungan, seperti kotak makan, kertas roti, ataupun kertas coklat,
hindari penggunaan sterefoam karena sangat sulit di daur ulang.
5. Menyimpan bahan dengan benar, sehingga bahan tidak mudah rusak
dan akhirnya terbuang percuma.
6. Membuang sampah pada tempatnya, memisahkan sampah yang dapat
didaur ulang dengan sampah yang tidak dapat didaur ulang.dan tidak
membuang dilubang cucian piring atau selokan yang menyebabkan
mampet dan kotor.
Gambar 11. Siklus Cara Mengurangi Sisa Makanan
49
7. Biji-bijian, akar atau batang dari sayur-sayuran yang tidak digunakan
dalam pengolahan makanan dapat disisihkan atau dipisahkan untuk
ditanam di kebun sekolah.
8. Menyimpan makanan yang tersisa dengan tepat.
9. Jika memungkinkan mendaur ulang makanan menjadi hidangan baru,
sebagai contoh jika tersisa sambal goreng kentang bisa dibuat arem-
arem dengan isian sambal goreng atau potongan bahan makanan yang
tidak terpakai dapat digunakan untuk membuat hidangan lain seperti
untuk bahan isian, atau lainnya.
Hal ini perlu ditanamkan oleh para pendidik secara terus menerus dan
diingatkan berulang-ulang sehingga peserta didik sudah terbiasa
melakukannya dan akhinya menjadi budaya. Sehingga kita yang bergerak
dalam dunia pendidikan dalam bidang kuliner dapat membantu program
pangan berkelanjutan dan juga membantu meminimalkan sampah atau
limbah makanan, karena mengurangi limbah makanan merupakan hal
menantang, bagaimana sisa makanan dapat dikreasikan menjadi hal baru
dapat berupa hidangan baru atau pun jika tidak dibuat hidangan baru dapat
dijadikan kompos, yang digunakan untuk membuat pupuk bagi tanaman
sekolah atau dijual sehingga bernilai ekonomi.
Aktivitas 3.3.2
3.3.3.2 Strategi Pengelolaan Limbah Makanan
Curah Pendapat
Diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1) Jika mengacu pada konsep keberlanjutan pangan, menurut
Saudara, lima puluh tahun dari sekarang, apa yang akan terjadi
pada pangan lokal di negeri ini?
2) Menurut Saudara, apakah hubungan antara mengkonsumsi
pangan lokal dengan melestarikan makanan tradisional di
negara ini?
3) Sebagai seorang guru, peran apa yang bisa Saudara lakukan
untuk mempromosikan makanan lokal ke peserta didik dalam
upaya melestarikan budaya makanan tradisional?
4) Bagaimana menurut Saudara, dengan pendapat yang
menyatakan “bahwa banyak masakan lokal saat ini didominasi
pada penggunaan bahan-bahan impor”?
5) Buatlah rancangan satu masakan unggulan lokal/daerah
Saudara, sesuai dengan konsep pangan berkelanjutan,
mulailah dengan membuat perencanaan: resep, alat dan bahan
yang digunakan, metode pengolahan dan bagaimana
penyajiannya.
Presentasikan hasil diskusi Saudara!
6) Mungkin tidak kita sadari sebenarnya kita sudah menerapkan
konsep pangan berkelanjutan, sudah mengajarkan kepada
peserta didik kita, untuk itu analisislah apakah dalam Rencana
Pembelajaran (RPP) yang Saudara buat telah menerapkan
atau menggambarkan konsep pangan berkelanjutan:
• jika sudah, berilah tanda dalam rencana pembelajaran
tersebut bagian yang Saudara telah terapkan
• jika belum, Saudara menambahkankan dan memasukkan
konsep pangan berkelanjutan
51
Gambar 12. Sampah Limbah Makanan
Limbah makanan yang berasal dari dapur praktik pengolahan makanan perlu
ditangani dengan baik, karena akan berdampak pada pencemaran
lingkungan. Dapur praktik pengolahan makanan di sekolah menghasilkan
jumlah limbah yang banyak dan akan menimbulkan bau dan pencemaran
pada air di lingkungan sekitar. Tercemarnya air bersih salah satunya
dikarenakan mikro organisme yang tumbuh dalam limbah cair terserap
kedalam tanah tanpa pengolahan yang baik dan benar. Akibatnya sumber
air lingkungan berbau, berubah warna, mengandung bakteri patogen, kolera
dan disentri serta akan menimbulkan sumber penyakit.
Rantai pencemaran limbah makanan perlu diputus agar tidak menimbulkan
dampak yang lebih panjang. Oleh sebab itu untuk menanggulangi masalah
limbah makanan di sekolah perlu adanya peran sekolah, yaitu kepala
sekolah dan warga sekolah untuk bertanggung jawab menyelesaikan
masalah limbah makanan.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi, memisahkan,
mengumpulkan dan mendaur ulang limbah makanan di sekolah melalui
aktivitas-aktivitas yang mendidik pada kegiatan pembelajaran di sekolah.
Peran sekolah adalah mengkoordinir dan mendorong partisipasi semua
warga sekolah. Setiap individu harus bertindak aktif dalam mengurangi
(reduce), menggunakan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle) limbah
makanan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi apabila kita melakukan
pengelolaan limbah makanan di sekolah, itu artinya kita turut mensukseskan
Tahukah Anda berapa banyak limbah makanan yang dibuang
setiap harinya di sekolah?
target program pemerintah Indonesia pada Peraturan Presiden No.59 Tahun
2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan dan target global dunia yang tertuang pada Educational for
Sustainable Development, UNESCO. Dalam Peraturan Presiden No. 59
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan
Pengurangan limbah makanan
Strategi pencegahan dan pengurangan timbulnya limbah makanan di
sekolah dapat dilakukan dengan pendidikan, kampanye kepada warga
sekolah dan kegiatan pemilahan sampah. Warga sekolah diajak untuk
merubah pola pikir dan pola perilakunya bahwa makanan adalah barang
yang berharga sehingga tidak mudah membuang makanan begitu saja.
Pada saat mempersiapkan bahan makanan untuk dimasak harus dilakukan
bijaksana sehingga tidak banyak bagian yang terbuang sebelum dimasak
seperti pada proses pengupasan wortel, pengupasan kentang, memilih
bagian sayuran dan sebagainya.
Pada saat memasak juga perlu dilakukan secara bijaksana, yaitu memasak
secukupnya, diupayakan makanan tidak hangus dan dimasak dengan rasa
yang lezat sehingga habis ketika dikonsumsi.
Pemisahan Limbah
Penanganan limbah makanan sebelum didaur ulang perlu dilakukan
pemilihan, pewadahan dan pengumpulan. Pemilihan adalah langkah
pertama yang sangat penting sebelum limbah didaur ulang. Sampah
makanan harus dipisahkan dari jenis sampah lainnya agar proses daur ulang
berjalan dengan baik.
Bagaimana menghindari dan mengurangi limbah makanan? Langkah pertama menangani masalah limbah makanan adalah dengan menghindari dan mengurangi limbah tersebut. Hal ini dapat dilakukan pada praktik pengolahan makanan di sekolah, melalui: a. Menyiapkan bahan makanan dengan jumlah yang
tepat untuk menghindari kelebihan makanan. b. Memeriksa tanggal kadaluwarsa sebelum membeli
bahan makanan kemasan dan menggunakannya sebelum tanggal tersebut untuk mengurangi kelebihan bahan makanan kadaluarsa.
c. Menyimpan kelebihan bahan makanan diruang pendingin untuk menghindari pembuangan.
53
Limbah yang dapat dan tidak dapat didaur ulang dapat diperlihatkan dalam
tabel berikut:
Tabel 3. Limbah dapat Didaur Ulang dan Tidak dapat Didaur Ulang
No Dapat Didaur Ulang Tidak Dapat Didaur Ulang
1 Buah Bahan cair
2 Sayur Tulang besar
3 Padi Peralatan plastik
4 Mie Produk plastik
5 Kacang Kardus
6 Daging Produk logam
7 Kebun Produk kaca
8 Residu Bahan kimia
Bagaimana membuat pemisahan limbah yang tepat?
Setelah praktik pengolahan makanan di sekolah bisa saja akan terdapat
beberapa sisa makanan yang tidak dapat dihindarkan dan perlu dibuang.
Sampah tersebut harus dipisahkan sesuai jenisnya untuk memudahkan
proses daur ulang. Pemisahan sumber limbah makanan adalah langkah
awal yang penting. Sisa makanan yang bisa didaur ulang dapat dipisahkan
dengan limbah yang tidak dapat didaur ulang. Pada proses mendaur ulang
limbah makanan, perlu dilakukan pemisahan jenis-jenis limbah makanan.
Cara untuk memisahkan limbah makanan dapat dilakukan dengan menandai
tempat penyimpanan limbah makanan dan meletakkan limbah makanan
yang dapat didaur ulang kedalamnya. Kemudian sampah terpilih
ditempatkan dalam wadah yang sesuai. Spesifikasi dari wadah yang
digunakan disesuaikan berdasarkan volume dan material wadah. Material
wadah terbuat dari bahan yang tidak korosif dan kuat, tertutup dan mudah
dibersihkan.
Limbah makanan yang berukuran besar seperti tulang sisa praktik
pembuatan kaldu (stock) perlu dipotong-potong menjadi potongan-potongan
kecil. Agar mudah didaur ulang.
Limbah makanan kemasan yang sudah kadaluwarsa sebaiknya dikeluarkan
dari kemasan sebelum dimasukkan kedalam tempat penyimpanan limbah.
Sebelum melakukan pemisahan limbah sekolah, perlu diketaui jenis-jenis
limbah yang dihasilkan. Berdasarkan limbah praktik di sekolah, maka dapat
dibedakan menjadi empat jenis limbah.
Jenis Limbah dari Kegiatan Praktik Pengolahan Makanan:
1) Limbah organik adalah limbah padat dari sisa makanan, sayur, buah
dan daging, dimana limbah tersebut akan sangat mudah membusuk dan
mudah terurai. Limbah ini dapat menjadi media tumbuhnya organisme
bakteri dan menyebabkan bau tak sedap dilingkungan sekolah serta
merupakan sumber bakteri penyakit.
2) Limbah anorganik adalah limbah padat non organik, seperti kertas dan
plastik. Beberapa limbah padat ini membutuhkan waktu yang sangat
lama untuk dapat terurai. Limbah anorganik seperti kertas, logam, dan
plastik harus dipisahkan dari limbah lainnya untuk dibuang ditempat
sampah yang semestinya atau dimanfaatkan sebagai produk kreatif
sekolah.
3) Limbah cair adalah air kotor sisa proses kegiatan praktik dapur sekolah,
seperti air deterjen mencuci peralatan praktik dan siraman air pencucian
bahan makanan ketika proses memasak. Limbah cair ini jika
mengendap akan menyebabkan bau tidak sedap dan berwarna. Limbah
cair tersebut dapat meresap dalam tanah dan akan menyebabkan
pencemaran sumber air lingkungan sekitarnya.
4) Limbah minyak adalah sisa buangan lemak dalam bentuk air dan
mengandung minyak sisa memasak serta lemak dari cucian daging
hewan. Limbah minyak atau lemak jika dibiarkan mengalir dalam
drainase dapat mencemari sumber air lingkungan karena dalam limbah
cair minyak atau lemak terdapat polutan yang cukup berbahaya dan
menjadikan sumber berkembang biak bakteri patogen.
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan praktik di sekolah dapat diolah
secara mandiri dalam sistem pengolahan air limbah. Misalnya sekolah dapat
mengadakan grease trap pada saluran pembuangan limbah cair di sekolah.
Grease trap berfungsi untuk menyaring limbah cair dan limbah minyak hasil
buangan yang berasal dari dapur praktik sekolah. Limbah cair yang tidak
tersaring pada grease trap perlu diendapkan pada bak pengedapan lemak
lalu masuk kedalam bak penampungan air yang selanjutnya dilakukan
pengolahan air limbah melalui Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) di
Sekolah.
Daur Ulang Limbah Makanan
Daur ulang limbah makanan secara langsung dapat mengurangi jumlah
limbah yang dibuang di Tempat Pembuagan Akhir (TPA). Selain itu, limbah
makanan dapat didaur ulang menjadi kompos melalui peralatan kompos di
55
sekolah. Kompos dapat digunakan sebagai pupuk organik atau pelembab
tanah. Tanah yang diberi kompos akan lebih banyak memiliki kandungan
nutrisi seimbang dibandingkan pupuk kimia. Sekolah dapat menggunakan
kompos untuk tanaman di sekolah dan atau dijadikan pendapatan sekolah
dengan cara menjual kompos kepada warga dilingkungan sekolah,
lingkungan sekolah atau konsumen lainnya.
Gambar 13. Pemisahan Sampah Daun untuk Pembuatan Kompos
Gambar 14. Pemisahan Sampah Serutan Kayu untuk Pembuatan
Kompos
3.3.4 KECANTIKAN RAMBUT DAN KULIT
Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang bertujuan untuk
menciptakan keseimbangan yang berkelanjutan tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang.
Keseimbangan yang berkelanjutan artinya mempertahankan sumber daya
dengan mengatur penggunaannya dan perlindungan terhadap sumber daya
yang ada agar terpelihara untuk jangka waktu yang panjang.
Generasi masa depan harus dapat menikmati dan menggunakan sumber
daya yang tersedia saat ini.
Agar sumber daya dapat terjaga dengan baik maka perlu dilakukan
penggunaan sumber daya seperti air dan energi secara efektif dan efisien,
serta penggunaan bahan yang ramah lingkungan sehingga akan berdampak
pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta kesehatan lingkungan
untuk kehidupan berkelanjutan.
Curah Pendapat
Pengomposan merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah limbah makanan di sekolah. Buatlah rancangan pengomposan yang bisa diterapkan di sekolah Saudara dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Rancangan pengomposan berisi penjelasan dan analisis tentang: a. Jenis limbah makanan di sekolah b. Pemisahan limbah makanan c. Sarana dan prasarana pengomposan d. Cara pengomposan limbah makanan e. Pemanfaatan kompos di sekolah
Aktivitas 3.3.3
57
Bagaimanakah kaitan pembangunan keberlanjutan dengan bidang
kecantikan ?
Bidang kecantikan mencakup perawatan rambut, perawatan kulit dan spa.
Bidang kecantikan sudah menjadi kebutuhan di masyarakat yang akan terus
berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, perkembangan trend
mode kecantikan dan kesadaran masyarakat untuk merawat diri yang
semakin tinggi.
Namun masyarakat perlu memahami bahwa kebutuhan akan kecantikan
berkaitan dengan keselamatan keamanan dan kesehatan kerja seperti
penggunaan kosmetika dan produk yang aman dan ramah lingkungan serta
dampaknya bagi kesehatan, penggunaan alat-alat yang bersih dan
profesionalisme hairdresser dan beautician/ aestetician.
3.3.4.1 Keselamatan dan Keamanan di Lingkungan Kerja pada Bidang
Kecantikan Rambut dan Kulit
Kegiatan praktik pada bidang kecantikan merupakan kegiatan yang sangat
berkaitan erat dengan keselamatan dan keamanan kerja. Hal tersebut
dikarenakan bidang kecantikan berhubungan dengan aktifitas kerja yang
dilakukan pada orang lain dan dilakukan dengan menggunakan layanan jasa
seorang hairdresser dan beautician/aestetician.
Kegiatan pada bidang kecantikan ini dilakukan di salon-salon / spa, baik itu
untuk perawatan rambut, kulit dan tubuh. Karena salon kecantikan selalu
menggunakan alat, bahan dan kosmetika untuk melakukan perawatan atau
layanan jasanya
Keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja merupakan hal dasar yang
harus dilakukan dan dikuasai sebelum melakukan aktivitas atau praktik di
tempat kerja. Kesalahan dan kecorobohan dalam melakukan aktivitas kerja
akan mengakibatkan kecelakaan kerja yang merugikan baik secara materi,
fisik dan psikologis.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka pemahaman dan penerapan
keselamatan dan keamanan kerja sangat penting dilakukan, dimulai dari
lingkup pendidikan, dunia industri sampai ke masyarakat.
Keamanan penggunaan alat, kosmetika dan bahan disinfektan untuk
penerapan kebersihan harus diperhatikan, termasuk di dalamnya
memperhatikan kandungan bahan dan cara penggunaan yang sesuai
prosedur. Oleh sebab itu maka seorang hairdresser, beautician dan
aestetician harus melakukan pekerjaan profesinya secara bertanggung
jawab dan menguasai konsep keselamatan dan keamanan kerja untuk
menghindari terjadinya bahaya kecelakaan kerja. Apabila terjadi kecelakaan
kerja maka seorang hairdresser, beautician dan aestetician harus
memahami dan melakukan tindakan penanganan pertolongan pertama.
Kebijakan keselamatan dan keamanan kerja
berlaku untuk semua orang yang terlibat di
tempat kerja, pengusaha, pegawai,
pelanggan, pengunjung maupun tamu
salon. Baik pengusaha dan karyawan
memiliki tanggung jawab bersama untuk
menjaga kesehatan dan keamanan bekerja
secara efisien, professional, bersih dan aman, sehingga tidak terjadi hal-hal
yang membahayakan. Seperti kecelakaan kerja dan penularan penyakit.
Topik yang akan dibahas pada lingkup keamanan dan keselamatan kerja
mencakup:
1. Faktor Fisik mencakup ruangan dan alat listrik
2. Faktor Kimia mencakup kosmetika dan produk pembersih atau sanitasi
3. Faktor Biologi : mencakup mikroorganisme, antropoda, hewan maupun
tumbuhan produk dan alergi
4. Faktor Ergonomi : (Cara kerja, posisi kerja dan postur yang tidak sesuai,
penataan alat kerja dan area kerja)
Salon kecantikan banyak menggunakan energi listrik dalam melakukan
perawatan dan layanan jasanya. Sehingga apabila tidak memahami
penggunaannya dengan benar dapat berpotensi terjadinya bahaya.
Berikut hal yang harus dilakukan untuk mencegah bahaya penggunaan alat
listrik :
1. Memastikan kabel listrik yang digunakan tidak ada yang terbuka.
2. Jangan menggunakan saluran multi kabel yang melebih kapasitas daya
yang disarankan.
3. Patuhi aturan penggunaan alat listrik sesuai prosedur masing-masing
alat yang memiliki fungsi yang berbeda seperti hairdryer, steamer,
curling tang, mobile skin treatment, waxing warmer dan alat lainnya yang
berbeda cara penggunaannya.
4. Mengecek fungsi dan kelayakan alat listrik sebelum di gunakan pada
klien, seperti current pada alat listrik galvanic yang digunakan pada
perawatan wajah.
5. Pastikan semua alat yang akan digunakan berfungsi dengan baik
sebelum digunakan.
6. Lakukan pengecekan alat setiap enam bulan sekali untuk memastikan
kualitas alat tetap terjaga.
7. Rapikan kembali alat listrik yang telah selesai digunakan, dan lepaskan
kontak sesudah pemakaian.
8. Radiasi sinar dari pemakaian alat-alat, sebaiknya diperhatikan dengan
pemakaian alat pelindung diri yang tepat seperti penggunakan
UTAMAKAN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA DI SALON
59
kacamata pelindung bagi klien. Selain itu perhatikan jarak pengunaan
alat yang tepat.
Selain penggunaan listrik, salon kecantikan juga harus memperhatikan
penggunaan bahan-bahan kimia dan efek sampingnya seperti:
1. Hydrogen peroxide: bahan kimia ini sering digunakan dalam praktik
kecantikan . Perhatikan presentase atau takaran dalam penggunaannya
karena dapat menyebabkan korosif apabila digunakan berlebihan.
2. Pewarna rambut: pastikan kandungan kosmetika pewarna rambut aman
karena dapat menyebabkan kerusakan pada kulit kepala dan rambut.
Selain itu dapat menimbulkan alergi dan sensitifitas pada kulit kepala
dan rambut apabila kandungan kosmetika tidak aman.
3. Maskara : pastikan kandungan kosmetika yang terkandung aman bagi
bulu mata dan tidak menyebabkan iritasi pada mata.
4. Hairspray: hairspray dalam kemasan kaleng (aerosol) merupakan
bahan yang mudah meledak pada suhu yang tinggi. Oleh karena itu
pastikan penyimpanan yang aman dengan temperatur suhu ruang.
Selain itu cara penggunaan hairspray harus memperhatikan jarak yang
tepat pada saat menyemprotkan kearah rambut klien dan jangan
mengenai mata.
5. Skin peeling: dapat menyebabkan iritasi apabila digunakan dan digosok
terlalu keras dengan merotasi terlalu lama pada kulit.
6. Nail polish dan nail remover : kandungan bahan kimia didalamnya dapat
menyebabkan kerusakan pada kuku seperti perubahan warna dan
rapuh pada kuku apabila penggunaannya yang berlebihan. Perhatikan
prosedur penggunaannya dan pilihlah kosmetika yang memiliki
kandungan bahan kimia yang aman dan memiliki ijin Depkes.
7. Bahan pembersih untuk sanitasi/higiene: dapat bersifat korosif apabila
terkena kulit. Jadi sebaiknya dapat memilih yang tepat guna dan
gunakan sesuai prosedur yang tepat.
Setelah mengetahui bahan-bahan kimia yang berpotensi bahaya maka
seorang hairdresser dan beautician/aesthetician harus melakukan
penyimpanan produk dengan baik, menggunakan alat pelindung diri dan
menggunakannya sesuai prosedur yang tertulis pada label kemasan. Untuk
mencegah terjadinya dampak negatif penggunaan produk bahan atau
kosmetika maka perlu diperhatikan bahan – bahan atau kosmetik agar tidak
tertelan, terkena kontak langsung dengan mata atau terkena kontak lansung
dengan bagian tubuh lainnya yang sensitif.
Apakah yang harus dilakukan seorang hairdresser atau
beautician/asthetician apabila terjadi kasus kecelakaan ?
Dibawah ini terdapat ilustrasi bagaimana penanganan pertama apabila
terjadi kecelakan yang dapat terjadi di area salon:
Tabel 4. Penanganan Pertama pada Kecelakaan di Area Salon
Kasus Tindakan
Bahan
kosmetika
yang terkena
mata
Segera basuh mata dengan menggunakan air hangat
kuku.
Terkena
panas atau
luka bakar
ringan
Ambil air dingin segera, dan dinginkan area yang
terkena panas dengan air dingin.
Kemudian dapat dioleskan dengan salep antibiotik untuk
mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit.
61
Kasus Tindakan
Tersengat
listrik
Segera matikan sumber listrik sebelum
menolong korban.
Jangan menyentuh korban sampai aliran listrik
terputus.
Jika arus listrik tidak bisa dihentikan, dorong korban
dengan alat yang tidak menghantarkan listrik,
misalnya sapu, kursi, atau tongkat kayu.
Gunakan alas kaki atau berdirilah di atas bahan
yang tidak menghantarkan listrik seperti matras
karet atau tumpukan koran.
Setelah pasien aman, cek pernapasan dan denyut
jantung pasien.
Jika napas atau jantung tidak berdetak, hubungi
klinik kesehatan terdekat untuk penanganan
pertolongan selanjutnya.
Terpotong
atau luka
tergores
Bersihkan luka dengan kain kasa steril yang lembut
dan hentikan pendarahan dengan cara menekan
bagian luka dengan kain kasa steril yang lembut.
Berikan obat luka seperti obat merah/iodium untuk
mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan.
Tutup luka dengan mengunakan plaster steril.
Kasus Tindakan
Pingsan Pingsan dapat terjadi kapan saja karena kondisi tertentu
seperti berkurangnya aliran oksigen dan gula darah ke
otak, pingsan juga bisa disebabkan oleh kelelahan.
Penanganan dapat dilakukan dengan cara merebahkan
badan klien dan longgarkan pakaian kemudian angkat
kaki ke atas untuk melancarkan peredaran ke arah
kepala dan jangan memberikan sandaran pada
punggung.
Reaksi alergi
terhadap
produk kimia
Tindakan pencegahan : lakukan tes alergi
setiap/sebelum menggunakan bahan atau kosmetika
kimia, dengan cara oleskan sedikit produk yang akan
dipakai pada area belakang telinga klien.
Apabila timbul reaksi alergi (gatal/kemerahan) segera
bilas dengan air sampai bersih dan jangan dilanjutkan
untuk proses kimia.
Apabila terjadi reaksi alergi saat produk sudah terlanjur
diaplikasikan, segera bilas/keramas sampai bersih dan
segera hubungi medis apabila alergi tidak dapat
ditangani.
Ketika terjadi kecelakaan maka lakukan pencatatan dan masukkan ke dalam
form accident. Hal ini dilakukan agar salon dapat merekam kejadian dan
apabila ada pihak-pihak yang ingin menanyakan kejadian sudah terdata
dengan baik.
Tabel 5. Kartu Kecelakaan Kerja
Kartu Laporan Kecelakaan Kerja :
Nama staff yang melapor :
Tanggal dan waktu :
Lokasi :
Detail kejadian :
Nama dan alamat klien yang mengalami kecelakaan :
Nama dan alamat saksi (bila ada) :
Aktivitas 3.4.1
63
3.3.4.2 Penerapan Kesehatan Kerja pada Bidang Kecantikan Rambut
dan Kulit
Setiap hari sebuah tempat perawatan kecantikan atau salon akan didatangi
oleh klien atau pelanggan yang membutuhkan layanan perawatan yang
berbeda-beda pula sesuai kebutuhannya.
Oleh karena itu tempat perawatan salon harus dijaga agar salon tetap bersih
dan tidak menyebabkan terjadinya penularan kuman atau bakteri. Salon
yang bersih dan rapi akan mempengaruhi kenyaman costumer yang datang.
Salon kecantikan dan Spa akan selalu melakukan layanannya secara kontak
langsung dengan klien atau pelanggan yang akan dirawat. Peralatan yang
tidak bersih dan higienis, bila digunakan, akan menjadi media penularan
penyakit dan kuman yang berbahaya.
Sterilisasi adalah membunuh semua jenis kuman (pathogen dan non
pathogen). Sedangkan desinfektan adalah membunuh kuman pathogen.
Penerapan prinsip sanitasi dan higienis harus dilakukan dengan tepat oleh
seorang hairdresser dan beautician/ aesthetician di salon dan spa. Salon
yang tidak menerapkan sanitasi dan higienis yang benar akan
membahayakan klien atau pelanggan yang datang. Hal ini dapat
mengakibatkan bahaya penularan penyakit yang disebabkan oleh
penyebaran kuman, virus atau bakteri.
Berikut alat sterilisasi dan metode sterilisasi yang dilakukan :
Tabel 6. Alat Sterilisasi dan Cara Penggunaannya
Curah Pendapat
Lakukan diskusi dalam kelompok untuk menjawab soal berikut ini ! 1) Apakah yang dimaksud dengan pertolongan pertama pada
kecelakaan? 2) Apakah perbedaan luka bakar tingkat 1 dan luka bakar tingkat 2?
Bagaimanakah cara penanganannya? 3) Apakah efek samping hydrogen peroxide apabila terkena kulit? 4) Apakah yang saudara lakukan ketika dengan tidak sengaja,
tangan saudara terkena logam panas dari penggunaan curling tang ?
APAKAH PERBEDAAN STERILISASI DAN DESIFEKTAN ?
Alat
Sterilisasi
Peralatan
Salon Cara Penggunaan
Autoclaves
Gunting,
tweezer, alat-
alat kecil
terbuat dari
stainless
Cek dahulu volume air
dalam Autoclave, pastikan tinggi
air pada batas yang telah
ditentukan.
Masukkan peralatan dan bahan.
Tutup Autoclave dengan rapat
dan kencang agar uap tidak
keluar.
Nyalakan Autoclave, lalu atur
timer minimal 15 menit dengan
suhu 121oC.
Ultraviolet
Cabinet
Semua alat –
alat baik dari
stainless
maupun bahan
lainnya yang
terbuat dari
plastik dan
melamin
Sinar ultraviolet berfungsi untuk
membasmi kuman atau
mikroorganisme.
Masukan peralatan ke dalam
sterilizer sebelum digunakan.
Lakukan kurang lebih 20 menit
pada tiap sisi permukaan agar
terpapar sinar UV.
Pemanasan
Alami atau
Mesin
Handuk dan
lenan
Setelah dicuci dapat dikeringkan
atau dipanaskan baik dengan sinar
matahari atau menggunakan
setrika panas untuk membasmi
kuman.
Berikut bahan sanitasi dan metode yang dilakukan :
Tabel 7. Bahan Sanitasi dan Metode Sanitasi
Bahan Sanitasi Peralatan
Salon Cara Penggunaan
Bahan Detergent
atau Pembersih
Membersihkan
permukaan
lantai, kaca dan
bahan lainnya.
Perhatikan komposisi
campuran bahan dan air
sesuai petunjuk penggunaan
dan kebutuhan.
65
Sterilisasi Secara
Kimia
Alkohol
Gunting,
tweezer, alat-
alat kecil
terbuat dari
stainless.
Alkohol digunakan untuk
membunuh semua bakteri
Alkohol bersifat Flammable
sehingga perlu penyimpanan
khusus.
Alat dapat dibersihkan
dengan menggunakan kapas
yang telah diberi larutan
alkohol.
Reaksi awal pemakaian
cepat sehingga bertahan
singkat (alkohol menguap 2
menit ) selanjutnya
permukaan mudah
terkontaminasi lagi.
Instrumen Persiapan Kerja di Lingkungan Area Kerja Salon
Hari / tanggal : _______________________________________
Dikerjakan oleh : _______________________________________
No Kegiatan Ya Tidak
1 Membersihkan lantai setelah selesai melayani klien,
terutama setelah melakukan pemangkasan rambut
2 Buanglah limbah pada wadah sampah dengan
penutup yang berpedal.
3 Lantai dipel dan karpet dibersihkan dan divakum
setiap hari.
4 Membersihkan debu diruangan
Refleksi 1) Apakah Saudara sudah melakukan persiapan kerja dengan
melakukan sanitasi higiene dengan benar dan sesuai standar
operasional prosedur !
2) Lakukan persiapan kerja sesuai list dibawah ini dan lakukan cek list
persiapan yang sudah saudara lakukan sesuai daftar instrumen
berikut ini !
Aktivitas 3.4.2
No Kegiatan Ya Tidak
5 Jaga kebersihan jendela, layar, dan gorden.
6 Membersihkan AC dan ventilasi secara teratur
7 Pastikan semua alat yang akan digunakan kerja
berfungsi dengan baik.
8 Selalu membersihkan gagang shower dan
meletakkannya dengan benar di wasbak
9 Sediakan sabun cair pencuci tangan dengan botol
jenis pompa pada wastafel
10 Bersihkan wastafel dan pancuran airnya secara
teratur.
12 Hindari menyentuh area wajah, mulut, atau mata
Saudara selama melakukan perawatan
13 Jika Saudara menjatuhkan alat di lantai, bersihkan
dengan disinfektan sebelum menggunakannya lagi
14
Bersihkan dan disinfeksi semua alat dan peralatan
dengan benar sesuai prosedur setiap kali akan
digunakan dan selesai digunakan serta simpan
dalam wadah yang bersih dan tertutup
15
Jangan letakkan peralatan pada sembarang tempat,
alat-alat yang kecil seperti jepit rambut, pinset dan
peralatan kecil lainnya tidak boleh gigit di mulut
16 Pastikan semua wadah ditandai dan diberi kode,
ditutup rapat dan disimpan dengan benar
17 Kosongkan tempat sampah dan membuang sampah
didalamnya secara teratur sepanjang hari
18 Melarang makan, minum, dan merokok di area di
mana layanan dilakukan
19
Jangan menempatkan makanan pada lemari es yang
digunakan untuk menyimpan produk atau kosmetika
salon
67
No Kegiatan Ya Tidak
20 Jangan menggunakan salon untuk kegiatan
memasak atau tempat tinggal.
21 Hewan peliharaan atau hewan apa pun tidak
diperkenankan ada didalam salon
22
Bersihkan dan disinfeksi semua permukaan area
kerja yang telah digunakan seperti meja manikur,
facial/massage bed, trolly dan kursi yang digunakan
untuk layanan klien.
23 Cawan atau mangkuk kosmetika dibersihkan dan di
disinfeksi setiap selesai digunakan klien.
24 Gunakan lenan atau handuk yang bersih dan hanya
sekali pakai pada klien.
25 Gunakan wadah yang tertutup terpisah untuk lenan
kotor.
26 Gunakan cape atau handuk untuk melindungi kulit
dan baju klien.
27 Desinfeksi semua linen selama pencucian dengan
deterjen dan pemutih
28 Pantau kualitas udara di salon dan bebas asap rokok
29 Mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan
perawatan di salon.
30 Kenakan sarung tangan dan masker penutup mulut
selama melakukan perawatan disalon
31
Campurkan disinfektan sesuai dengan petunjuk
penggunaan secara tepat dan menambahkan air ke
dalam bahan disinfektan
32 Gunakan sarung tangan atau penjepit untuk
mengambil alat yang telah di sterilisasi
33
Tempatkan alat yang sudah di desinfeksi dalam
wadah yang bersih, tertutup, kering dan bebas
kuman
No Kegiatan Ya Tidak
34
Mentaati semua prinsip sanitasi dan higienis dengan
baik dan melakukan desinfeksi peralatan dan diri
pribadi
Aktivitas 3.4.2
69
3.3.4.3 Sterilisasi, Higiene dan Sanitasi
Higiene
Segala upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subyek / manusia misalnya mencuci tangan.
Contoh Mencuci Tangan / Higiene menurut standar WHO (World Health
Organization)
Teknik Mencuci Tangan dengan Air dan Sabun
Diskusi
Diskusikan dalam kelompok:
1) Dari 15 point di bawah ini, pilihlah 5 kesalahan yang paling
sering dilakukan!
2) Berikan alasan mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan!
3) Presentasikan hasil diskusi dengan metode pembelajaran
windows shopping!
a) Menyimpan sisir untuk pelangan dalam saku
b) Menggigit jepit di mulut
c) Tidak memberikan handuk atau cape pada pundak atau
leher klien
d) Menjatuhkan handuk dan kapas di lantai
e) Membersihkan sikat rambut yang kotor di depan klien
f) Menjatuhkan sisir dan langsung menggunakannya pada
klien
g) Terlalu banyak kabel listrik yang dicolokkan ke soket
h) Menggunakan produk kosmetik kadaluwarsa
i) Membiarkan nyamuk dan serangga di dalam ruangan
salon
j) Menggunakan cape atau handuk kotor dan terdapat sisa
rambut dari klien sebelumnya
k) Ada hewan peliharaan di salon
l) Keranjang sampah meluap
m) Stylist/beautician minum atau makan pada saat perawatan
pada klien belum selesai
n) Melakukan prosedur yang tidak benar yang menyebabkan
terjadinya tumpahan air atau produk kosmetik
o) Tangan stylist/beautician masih berbau kosmetika atau
produk yang digunakan oleh klien sebelumnya
0 Basahi terlebih
dahulu kedua tangan
dengan air
1 Beri sabun
secukupnya
2 Gosok kedua
telapak tangan dan
punggung tangan
3 Gosok kedua sela-
sela jari tangan
4 Gosok kedua
telapak tangan
dengan jari-jari rapat
5 Jari-jari tangan
dirapatkan sambil
digosok ke telapak
tangan. Tangan kiri
ke kanan dan
sebaliknya
6 Gosok ibu jari secara
berputar dalam
genggaman tangan
kanan. Lakukan
tangan sebaliknya
7 Gosokan kuku jari
tangan memutar ke
telapak tangan.
Lakukan sebaliknya
8 Basuh dengan air
71
9 Keringkan tangan
dengan handuk
10 Matikan kran air
dengan handuk
11 Sekarang
tangan anda bersih
Sanitasi
Segala upaya pengendalian seluruh faktor-faktor lingkungan fisik manusia
yang menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan serta daya tahan hidup manusia.
Manfaat Higiene dan Sanitasi
1. Memastikan lingkungan (klinik atau salon) bersih.
2. Melindungi setiap individu dari faktor lingkungan yang dapat merusak
kesehatan fisik dan mental.
3. Tindakan pencegahan terhadap penyakit menular.
4. Tindakan pencegahan terhadap keselamatan kerja.
Alat Metode Sanitasi
Handuk
Sisir
Waskom
Pencabut alis
Emery board
Kamisol
Spatula waxing
Kuas make up
Trolly
Refleksi
1) Lengkapi tabel berikut dibawah ini !
2) Jelaskan metode sanitasi untuk alat berikut ini !
Aktivitas 3.4.4
3.3.4.4 Personal Higiene dan Postur Tubuh dalam Bekerja
Personal higiene sangat penting dilakukan dalam bekerja di bidang
kecantikan. Hal ini sangat penting karena seorang hairdresser atau
beautician akan melakukan kontak langsung selama perawatan dilakukan.
Oleh karena itu, standar personal higiene seorang beautician dan
hairdresser harus diperhatikan dan diterapkan selama bekerja secara
professional.
Gambar 15. Postur Beautician dalam Bekerja
Personal higiene meliputi:
1. Mencegah bau badan dengan menggunakan deodorant atau
antiperspirant. Bau badan disebabkan oleh keringat dan bakteri yang
akan membuat klien maupun orang disekitar tidak nyaman.
2. Kebersihan gigi dan mulut. Mencegah bau mulut dengan menyikat gigi,
menggunakan obat kumur, dental flost untuk membuang partikel yang
tertinggal pada gigi. Gunakan masker penutup mulut untuk melakukan
perawatan wajah dan badan.
3. Kebersihan kuku dan tangan. Kebersihan kuku dan tangan sangat
penting dilakukan karena tangan digunakan untuk melakukan
perawatan pada klien.
Bakteri dapat tersebar melalui kuku dan tangan yang kotor. Hal penting
yang harus dilakukan :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan.
b. Kuku harus bersih dan tidak boleh panjang.
c. Gunakan sarung tangan untuk jenis perawatan tertentu.
73
4. Menggunakan baju kerja yang nyaman dan bersih, tidak
menggunakan asesoris berlebihan yang mengganggu dan tidak
menggunakan sepatu hak tinggi pada saat melakukan perawatan.
5. Menata rambut dengan rapih dan menggunakan rias wajah sehari-hari
yang tidak berlebihan.
Postur adalah sikap atau posisi pada saat duduk, berdiri dan berjalan. Sikap
postur tubuh yang baik akan mendukung seseorang bekerja dalam waktu
lama sehingga tidak cepat lelah. Hal ini juga menunjukan seorang
hairdresser dan beautician tidak ceroboh dan menunjukan profesionalisme
kepada pelanggan.
Posisi postur tubuh yang salah akan menyebabkan cepat Lelah dan cedera
otot atau tulang. Posisi postur yang baik akan menjaga kesehatan dan
kekuatan tubuh dalam jangka panjang.
Contoh posisi duduk yang benar dan salah.
Gambar 16. Posisi Duduk yang Benar dan Salah
Selain higiene dan sanitasi
apakah seorang hairdresser atau
beautician perlu memperhatikan
postur yang baik dalam bekerja?
Contoh posisi yang benar dan salah pada saat mengangkat dan menurunkan
benda.
Gambar 17. Cara Mengangkat dan Menurunkan Benda yang Benar dan
Salah
Contoh yang salah dan benar posisi tubuh beautician dan hairdresser pada
saat melakukan perawatan.
Gambar 18. Postur Tubuh Beuatician yang Benar dan Salah
75
Gambar 19. Postur Tubuh Hairdresser yang Benar dan Salah
Diskusi
Diskusikan dalam kelompok pertanyaan berikut ini! 1) Jelaskan mengapa personal higiene disalon sangat penting
dilakukan! 2) Apakah penyebab bau badan dan bagaimana
penanggulangannya! 3) Jelaskan fungsi penggunaan sarung tangan oleh beautician
dan hairdresser pada saat perawatan tertentu? 4) Mengapa seorang beautician atau hairdresser harus menjaga
kebersihan mulut, tangan dan kuku? 5) Menurut saudara apakah posisi postur tubuh sangat penting?
Jelaskan alasannya! 6) Jelaskan 3 sikap postur tubuh yang baik pada saat bekerja! Presentasikan hasil diskusi dengan metode jigsaw!
Diskusi
Diskusikan dalam kelompok pertanyaan berikut ini! 1) Jelaskan mengapa personal higiene disalon sangat penting
dilakukan! 2) Apakah penyebab bau badan dan bagaimana
penanggulangannya!
Aktivitas 3.4.5
Sosial Ekonomi Lingkungan
Curah Pendapat
Setelah mempelajari uraian materi diatas ini, Saudara diminta
untuk menganalisis tiga komponen yaitu sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
1) Bagaimana pengintegrasian pembangunan berkelanjutan
kedalam pembelajaran kepariwisataan khususnya bidang
kecantikan dengan memperhatikan 3 komponen utama yang
mendukung pembangunan berkelanjutan, yaitu sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
2) Berikan contoh dari masing-masing komponen dalam tabel
dibawah ini !
Diskusikanlah dalam kelompok.
Curah Pendapat
Setelah mempelajari uraian materi diatas ini, Saudara diminta
untuk menganalisis tiga komponen yaitu sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
1) Bagaimana pengintegrasian pembangunan berkelanjutan
kedalam pembelajaran kepariwisataan khususnya bidang
kecantikan dengan memperhatikan 3 komponen utama yang
mendukung pembangunan berkelanjutan, yaitu sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
2) Berikan contoh dari masing-masing komponen dalam tabel
dibawah ini !
Diskusikanlah dalam kelompok.
Aktivitas 3.4.6
BAB 4
KESIMPULAN DAN RENCANA AKSI
4.1 KESIMPULAN
Pembangunan berkelanjutan adalah sebuah upaya untuk meningkatkan
kualitas kehidupan manusia dan lingkungannya. Pembangunan sosial,
ekonomi dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan agar keberlangsungan hidup berkualitas manusia dapat
dipertahankan. Untuk menyiapkan pembangunan berkelanjutan, pendidikan
yang mengintegrasikan konsep pembangunan berkelanjutan menjadi sangat
penting. Pendidikan harus memberikan peluang kepada peserta didik untuk
membangun pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dapat
diterapkan untuk keberlangsungan hidup dan lingkungannya.
Pada sektor pendidikan pariwisata, khususnya usaha perjalanan wisata,
akomodasi perhotelan, kuliner, dan tata kecantikan, peningkatan
keterampilan vokasi saja tidak cukup. Kesadaran akan pentingnya menjaga
kelestarian dan kesehatan lingkungan menjadi sangat penting. Generasi
muda perlu dibekali dengan keterampilan abad 21, yang mencakup kualitas
karakter, literasi dasar, dan kompetensi, sebagaimana digariskan pada
konsep keterampilan abad 21 yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada modul ini, peserta dapat mempelajari pendidikan kepariwisataan yang
mendukung pembangunan berkelanjutan, yang mencakup (1) pengelolaan
usaha perjalanan wisata; (2) pengolahan makanan lokal serta pengelolaan
limbah makanan, (3) hospitality (tata graha dan binatu), dan (4) keamanan,
kesehatan, dan keselamatan kerja pada bidang kecantikan. Pengetahuan
dan keterampilan kepariwisataan ini perlu disampaikan dan dilatih kepada
peserta didik dengan memperhatikan pendekatan pembelajaran yang
memfasilitasi peserta didik untuk menjadi warga negara yang mandiri,
berpikir kritis, peduli dan bertanggungjawab terhadap lingkungannya,
mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi, serta berkarakter.
Pada materi pendekatan pembelajaran, hal yang menjadi fokus utama
adalah bahwa pembelajaran itu harus kontekstual dan bermakna, yang
mampu menginvestigasi permasalahan kehidupan sehari-hari dan mampu
memecahkan permasalahannya. Peserta didik perlu terlibat/berpartisipasi
secara aktif dalam proses belajar untuk membangun pengetahuan dan
keterampilannya. Oleh karena itu teori dan prinsip konstruktivisme penting
dipahami, dan pembelajaran berorientasi aksi yang mengarah pada
perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam proses belajar, peserta didik
dilatih untuk berkolaborasi, berkomunikasi dengan baik, berpikir kritis dan
kreatif.
Pada materi usaha perjalanan wisata, melalui diskusi dan kerja kelompok,
peserta diklat mempelajari konsep sapta pesona dan ekowisata yang
mencakup objek wisata, akomodasi, transportasi, serta pendukung
ekowisata lain seperti usaha makanan dan minuman. Dan yang lebih penting
lagi adalah pemahaman akan konsep pariwisata berkelanjutan yang
menekankan pada kelestarian lingkungan dan keseimbangan antara
pembangunan social, ekonomi, dan lingkungan di sektor pariwisata. Lima
prinsip pembangunan ekowisata merupakan isu penting yang harus dijaga,
yaitu pelestarian, pendidikan, pariwisata, perekonomian, dan partisipasi
masyarakat setempat.
Pada materi hospitaliy, khususnya tata graha dan binatu, peserta diklat
mempelajari tentang bahan-bahan kimia pembersih serta cara
penggunaannya. Pemahaman akan simbol-simbol kimia berbahaya serta
istilah-istilah yang sering dipakai juga penting untuk dipahami agar dampak
negative dapat diminimalisir. Konsep “green hotel” dan “green cleaning”
dalam manajemen hotel merupakan isu penting yang mendukung konsep
pembangunan berkelanjutan.
Pada materi kuliner, peserta diklat mempelajari konsep pengolahan
makanan lokal serta konsep pengelolaan limbah makanan. Konsep pangan
berkelanjutan atau ketahanan pangan erat kaitannya dengan ketersediaan
makanan, kualitas makanan, dan nilai ekonomisnya. Konsumsi makanan
lokal dipercaya sebagai tindakan yang tepat karena makanan lokal lebih
segar. Tidak perlu bahan pengawet karena transportasi yang panjang dan
lama. Oleh karena itu, pengetahuan tentang bahan makanan lokal,
pengolahan makanan lokal, serta manajemen limbah makanan lokal menjadi
sangat penting untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.
Pada materi tata kecantikan rambut dan kulit, peserta diklat mempelajari
konsep pembangunan berkelanjutan dalam lingkup kerja salon kecantikan,
yang mencakup keamanan dan kesehatan kerja. Peserta diklat melakukan
studi kasus untuk dapat memahami konsep keamanan dan kesehatan kerja
di tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk
melindungi klien, pekerja (beautician), serta lingkungan kerjanya.
4.2 RENCANA AKSI
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan menerapkan pembelajaran
pada bidang terkait kepariwisataan dengan mengimplementasikan rencana
pembelajaran yang telah dikembangkan. Pembelajaran yang akan
dikembangkan adalah pembelajaran yang mendukung konsep
pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual dan bermakna, dan
pembelajaran yang memecahkan permasalahan yang ada di sekitar peserta
didik. Melalui pendekatan pembelajaran tersebut, peserta didik belajar
berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi, serta membangun
karakter yang positif.
Rencana aksi dituangkan dalam format seperti Tabel di bawah ini:
No Kegiatan Waktu Tempat Sumber
Daya
REFERENSI
Amabile, T.M. 2012. Componential theory of creativity. Retrieved from
https://pdfs.semanticscholar.org/6188/5f52d813d518b4ed5b833b40229902
11f063.pdf
Arya, A. 2017. The role of technology in collaborative learning. Retrieved March
2, 2018, from Education Technology website:
https://edtechnology.co.uk/Article/the-role-of-technology-in-collaborative-
learning
Bantacut, T. 2014. Indonesian Staple Food Adaptations For Sustainability in
Continuously Changing Climates, Journal of Environment and Earth
Science, IPB Dramaga Campus.
Biel, R. 2016. Sustainable Food Systems the Role of the City, UCL Press,
London.
Clifford, M. 2018. 20 collaborative learning tips and strategies for teachers.
Retrieved March 2, 2018, from Teachthought: We grow teachers website:
https://www.teachthought.com/pedagogy/20-collaborative-learning-tips-
and-strategies/
Cojocariu, V.M. and Butnaru, C.E. 2014. Asking questions-Critical thinking tools.
Procedia-Social Behavioral Sciences, 128, 22–28.
Colleti, A.B. 1978. Cosmetology The Keystone Guide To Beauty Culture.
Keystone Publication, USA.
Csikszentmihalyi, M. 2014. The systems model of creativity: The collected works
of Mihaly Csikszentmihalyi. Springer.
Damanik, J. and Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata, Dari Teori ke
Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata UGM dan Penerbit Andi, Yogyakarta.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan. (2009). Panduan
Dasar Pelaksanaan Ekowisata.
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan. 2018. Revitalisasi SMK,
Pemenuhan dan Peningkatan Profesionalitas Guru. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerson, J. 1990. Standar textbook for professional Estheticians. Milady
Publishing Corporation, USA.
Gray, A. 2016. The 10 skills you need to thrive in the fourth industrialrevolution.
Retrieved from World Economic Forum website:
https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-10-skills-you-need-to-thrive-
in-the-fourth-industrial-revolution/
Inskeep, E. 1991. Tourism Planning, an integrated and sustainable development
approach. VNR, New York.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2009. Undang Undang Pariwisata
Republik Indonesia No.10/2009 tentang Pariwisata.
Lai, E.R., Yarbro, J., DiCerbo, K., and Geest, E.de. 2018. Skills for today: What
we know about teaching and assessing creativity. Retrieved March 6, 2018,
from P21 Partnership for 21st century learning website:
http://www.p21.org/our-work/4cs-research-series/creativity
Lau, J. and Chan, J. 2018. What is critical thinking? Retrieved February 14, 2018,
from Critical thinking web website:
http://philosophy.hku.hk/think/critical/ct.php
Lee Watanabe-Crockett. 2017. 12 strong strategies for effectively teaching critical
thinking skills. Retrieved February 15, 2018, from Global Digital Citizen
Foundation website: https://globaldigitalcitizen.org/12-strategies-teaching-
critical-thinking-skills
Lindberg, K. and Hawkins, D.E. 1993. Ecotourism, A guide for Planners and
Managers. The Ecotourism Society, North Bennington.
Mulnix, J.W. 2012. Thinking critically about critical thinking. Educational
Philosophy and Theory, 44(5), 464–479.
Mulyono. 2018. Membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Kompos dari
Sampah Rumah Tangga, Jakarta.
Muraya, C. and Richardson, A.M. 2008. Maintain a Safe, Secure and Hygienic
Salon. Francistown College of Technical and Vocational Education.
Ndirahisha, J. and Shumba, O. 2018. Teaching and learning approaches for
sustainable development. In Guidebook on Education for Sustainable
Development for Educators: Effective teaching and learning in teacher
education institutions in Africa (pp. 115–129). Paris, France: UNESCO.
Pivot Point International and Clif St. Germain, Ph.D. 2010. Salon Fundamental “A
Resource For Your Cosmetology Career”. Teacher’s Support Material,
USA.
Robinson, K. 2011. Out of our minds: Learning to be creative (2nd ed.). West
Sussex, UK: Capstone Publishing.
SkillsYouNeed.com. 2018. Interpersonal skills. Retrieved March 14, 2018, from
https://www.skillsyouneed.com/interpersonal-skills.html
Smith, C., Nerantzi, C., and Middleton, A. 2014. Promoting creativity in learning
and teaching. Presented at the ICED 2014: Educational Development in a
Changing World, Stockholm, Sweden. Retrieved from
http://www.iced2014.se/proceedings/1120_Smith.pdf
Sternberg, R.J. 2006. The nature of creativity. Creativity Research Journal, 18(1),
87–98.
UNESCO Educational, Scientific and Cultural Organization. 2018 Integrating
Education for Sustainable Development (ESD) in Teacher Education in
South-East Asia – A Guide for Teacher Educators.
UNESCO. 2006. Education for Sustainable Development Toolkit. Learning &
Training Tools No 1.
Vtct. 2016. Healthy and Safety in The Salon, Beauty Theraphy Learner Manual,
Vtct.
Ward, D.M., and Cartwright, J. 2004. Health and Beauty Therapy, A Pratical
Approach for NVQ Level 3, Nelson Thornes Ltd; 3dr edition 2004 USA
Watson, S. 2019. Higher-Order Thinking Skills (HOTS) in Education: Teaching
students to think critically. Retrieved November 11, 2018, from ThoughtCo.
website: https://www.thoughtco.com/higher-order-thinking-skills-hots-
education-3111297
Willett, W. Pangan, Planet Bumi, Kesehatan. Jakarta.
Wood, M.E. 2002. Ecotourism, Principles, Practises and Policies for
Sustainability. UNEP and TIES Publication.
WTO Tourism Education and Training Series. 1997. International Tourism: A
Global Perspective. World Tourism Organization, Spanyol.
UNESCO Office Jakarta
Regional Bureau for Sciences in Asia and the Pacific
and Cluster Office to Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, the Philippines, and
Timor Leste.
Jalah Galuh II No. 5, Kebayoran Baru,
Jakarta, Indonesia 12110
Tel.: +62-21-7399818
Fax: +62-21-72796489
Email: [email protected]
Website: http://www.unesco.org/jakarta