buku membangun kota palangka raya
TRANSCRIPT
50 Tahun Kota Palangka Raya ii
Daftar Isi
HalamanKata Pengantar iDaftar Isi iiDaftar Tabel vDaftar Gambar vii
Bab I Pendahuluan I - 1A. Latar Belakang I - 1B. Tujuan dan Sasaran I - 2C. Manfaat I - 3D. Tata Urut I - 3
Bab II Sekilas Sejarah Kota Palangka Raya II - 1A. Asal Muasal Kampung Pahandut II - 1B. Palangka Raya Sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah II – 2C. Palangka Raya Sebagai Daerah Otonom II - 4
Bab III Geomorfologi dan Lingkungan Hidup III - 1A. Gambaran Umum III - 11. Geomorfologi III - 11.1. Letak Geografis, Luas dan Batas Wilayah III - 11.2. Iklim, Topografi, Geologi dan Jenis Tanah III - 42. Lingkungan Hidup III - 52.1. Rona Awal Lingkungan III - 52.2. Perubahan Lingkungan III - 6B. Permasalahan dan Tantangan III - 7C. Potensi dan Peluang III - 9
Bab IV Demografi, Pendidikan dan Kesehatan IV - 1A. Demografi IV - 11. Perkembangan IV - 12. Permasalahan dan Tantangan IV - 43. Potensi dan Peluang IV - 5B. Pendidikan IV - 61. Perkembangan IV - 62. Masalah dan Tantangan IV - 163. Potensi dan Peluang IV - 17C. Kesehatan IV - 191. Perkembangan IV – 192. Masalah dan Tantangan IV – 273. Potensi dan Peluang IV - 28
Bab V Ekonomi dan Sumberdaya Alam V - 1A. Perkembangan Ekonomi V - 11. Pertumbuhan Ekonomi V - 12. Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja V - 13. Pertanian dan Perkebunan V - 44. Kehutanan V - 7
50 Tahun Kota Palangka Raya iii
5. Perikanan V - 96. Pertambangan V - 107. Peternakan V - 118. Koperasi V - 129. Industri, Perdagangan dan Inflasi V - 13B. Permasalahan dan Tantangan V - 14C. Potensi dan Peluang V - 18
Bab VI A. Kondisi dan Perkembangan VI - 1A.1 . Bidang Sosial VI - 11. Fasilitas Sosial VI - 12. Kemiskinan dan Pembinaan Kesejahteraan Sosial VI - 93. Kabakaran Hutan dan Lahan VI - 114. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat VI - 125. Mobilitas Penduduk VI - 136. Komunikasi dan Informasi VI - 147. Prasarana Umum VI - 158. Prestasi dan Penghargaan VI - 15A.2. Bidang Budaya VI - 16A.3 Bidang Politik VI - 19B. Permasalahan dan Tantangan VI - 22B.1. Masalah Sosial VI - 22B.2. Masalah Budaya VI - 23B.3. Masalah Politik VI - 23C. Potensi dan Peluang VI - 24C.1. Bidang Sosial VI - 24C.2. Bidang Budaya VI - 25C.3. Bidang Poliltik VI - 26
Bab VII Penataan Kota dan Prasarana VII - 1A. Kondisi dan Perkembangan VII - 1I.1. Rencana Tata Kota Awal Mula VII - 1I.2. Perkembangan Penataan Kota VII - 7I.3. Prasarana Transportasi VII - 19B. Permasalahan dan Tantangan VII - 21II.1. Penataan Ruang VII - 21II.2. Prasarana VII - 25C. Potensi dan Peluang VII - 26
Bab VIII Pemerintahan Kota VIII - 1A. Pembentukan Pemerintahan Kota Palangka Raya VIII - 1B. Perkembangan Pemerintahan Kota Palangka Raya VIII - 2B. 1. Eksekutif VIII - 21.1. Walikota dan Wakil Walikota VIII - 21.2. Dinas/Badan/Kantor/Unit Kerja VIII - 51.3. Keadaan Pegawai VIII - 101.4. Keuangan Daerah VIII - 141.5. Permasalahan dan Tantangan VIII -161.6. Potensi dan Peluang VIII - 17
50 Tahun Kota Palangka Raya iv
B.2. Legislatif VIII - 182.1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah VIII - 182.2. Permasalahan dan Tantangan VIII - 202.3. Potensi dan Peluang VIII - 20
Bab IX Penutup IX – 1
50 Tahun Kota Palangka Raya v
Daftar TabelNomorTabel
Nama Tabel Halaman
3.1. Luas Wilayah Kota Palangka Raya Dirinci Menurut KecamatanDan Kelurahan III - 2
3.2. Luas Wilayah Kota Palangka Raya Dirinci Menurut Kecamatan,Tahun 1971 - 2006 III - 3
4.1. Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya Menurut Jenis Kelamin,Tahun 1970 - 2005 IV - 1
4.2. Penduduk Kota Palangka Raya Menurut Agama (1970 - 2005 IV - 24.3. Penduduk Kota Palangka Raya Usia 10 Tahun Keatas Menurut
Pendidikan, Tahun 1990 - 2005 IV - 34.4. Indek pembangunan Manusia (IPM) Kota Palangka Raya dan
Kalimantan Tengah, Tahun 2002, 2004 dan 2005 IV - 44.5. Perkembangan Sekolah di Kota Palangka Raya, Tahun 1968 -
1977 IV - 74.6. Perkembangan Sekolah, Kelas, Guru dan Murid pada TK s/d
SMU dan SMK di Kota Palangka Raya, tahun 1980 s/d 2006 IV - 74.7. APK dan APM Tahun 2001/2002 dan tahun 2006/2007 dan target
tahun 2008 IV - 84.8. Hasil EBTA menurut tingkat sekolah, tahun 1980 - 2006 IV - 94.9. Keadaan Guru menurut Ijazah tertinggi tahun 2006/2007 IV - 104.10. Keadaan Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2006/2007 IV – 104.11. Nama Perguruan Tinggi Menurut Status IV - 134.12. Perkembangan Universitas Palangka Raya, tahun 1970 - 2005 IV - 154.13. Prasarana Kesehatan Kota Palangka Raya, tahun 1975 - 2007 IV - 214.14. Tenaga kesehatan di wilayah Kota Palangka Raya, tahun 1970 -
2005 IV - 224.15. Akseptor KB Aktif thaun 1975 -2005 IV - 244.16. Jumlah pelanggan PDAM dan Rumah Tangga di Kota Palangka
Raya tahun 1980 - 2005 IV - 265.1. Distribusi persentase (%) PDRB Kota Palangka Raya, menurut
lapangan usaha, periode 1983 – 2005 menurut harga konstan V - 15.2. PDRB, Investasi dan Tenaga Kerja yang diserap Kota Palangka
Raya, tahun 1993 - 2005 V – 35.3. Luas panen dan produksi padi dan beberapa komoditas palawija
di kota Palangka Raya, periode 1980 - 2005 V – 45.4. Luas dan produksi perkebunan di Kota Palangka Raya dalam
periode 1975 - 2005 V – 65.5. Luas raeal pengusahaan hutan dan produksi log di wilayah kota
palangka raya, tahun 1972 - 1986 V – 75.6. Produksi perikanan kota palangka raya menurut jenis perairan
tahun 1977 – 2005 (ton basah) V - 105.7. Populasi ternak dan produksi daging di kota Palangka Raya,
tahun 1977 s/d 2005 V - 11
50 Tahun Kota Palangka Raya vi
5.8. Jumlah koperasi, anggota dan modal di Kota palangka raya,tahun 1985 - 2005 V - 12
5.9. Unit usaha industri di kota palangka raya, tahun 1975 - 2005 V - 135.10. Tingkat inflasi di Kota Palangka Raya, Banjarmasin dan Nasional,
tahun 1985 - 2005 V - 146.1. Lalulintas kapal, barang dan penumpang di pelabuhan Rambang
tahun 2000 - 2005 VI - 46.2. Daftar hotel di Kota Palangka Raya VI - 66.3. Fasilitas Olahraga di Kota Palangka Raya VI - 86.4. Daftar Fasilitas peribadahan di Kota Palangka Raya VI - 86.5. Jumlah Napi di LP dan Rutan Palangka Raya, tahun 1984 – 2006 VI - 126.6. Arus lalulintas angkutan udara di Bandara Tjilik Riwut tahun 2000
- 2005 VI - 136.7. Daftar fasilitas Publik yang ada di kota Palangka Raya VI - 157.1. Panjang jalan menurut jenis permukaan tahun 1978 - 2005 VII - 198.1. Jabatan, Nama walikota dan periode masa bakti VIII - 38.2. Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Pemerintah Kota Palangka Raya
tahun 2001 VIII - 58.3. Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Pemerintah Kota Palangka Raya
tahun 2007 VIII - 78.4. Banyaknya PNS dan CPNS menurut tingkat pendidikan, 2002 -
2006 VIII - 108.5. PNS Pemerintah Kota Palangka Raya menurut tingkat
pendidikan, per 30 April 2007 VIII - 118.6. PNS yang menjalani Diklat Struktural per 30 April 2007 VIII - 128.7. Banyaknya PNS menurut Golongan kepangkatan, tahun 2002 -
2006 VIII - 128.8. Banyaknya PNS menurut eselon, tahun 2002 - 2006 VIII - 138.9. Nilai PAD Kota Palangka Raya dan sumbangannya terhadap
Kota Palangka Raya, tahun 1993 - 2004 VIII - 158.10 Nama ketua dan wakil ketua DPRD Kota Palangka Raya periode
1965 - 2009 VIII - 19
50 Tahun Kota Palangka Raya vii
Daftar Gambar
NomorGambar
Nama Gambar Halaman
2.1. Mahir Mahar II - 22.2. RTA Milono Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah I berpidato
dalam acara adat di lapangan Bukit Ngalangkang tanggal 18mei 1957 II - 3
2.3. Upacara pemancangan tiang pertama pembangunan kotapalangka raya oleh PJM Dr. Ir. Soekarno, 17 -07- 1957 II - 4
2.4. Menteri Dalam negeri Dr. Soemarno Sastroatmodjomelakukan potong pantan dalam kunjungannya meresmikanKotapraja Palangka Raya, 17 Juni 1965 II - 6
2.5. Lambang Kota Palangka Raya II - 73.1. Bekas kebakaran hutan dan upaya pemadaman dengan
sumber air dari sumur bor dengan menggunakan mesinpompa berkekuatan 10 HP di salah satu lokasi di KotaPalangka Raya, tahun 2005. (Sumber : Dok. TSA CIMTROPUnpar). III - 8
3.2. Tim Serbu Api (TSA) CIMTROP UNPAR, dibawah pimpinanDr. Ir. Suwido H. Limin, MS, membuat dan menyedot sumurbor utk memadamkan kebakaran hutan di wilayah KotaPalangka Raya, tahun 2006. Dengan cara ini tidak adakesulitan mendapatkan air untuk pemadaman kebakaranlahan karena air tanah melimpah di kedalaman 10 meterdikawasan bergambut Kota Palangka Raya (Sumber: Dok.TSA CIMTROP UNPAR, difoto oleh Prof. J.O. Rieley, GuruBesar The University of Nottingham, Inggris). III - 11
4.1. Apel Hari Pendidikan Nasional IV - 114.2. Kantor rektorat Universitas Palangka Raya IV - 154.3. Imunisasi Bayi IV - 234.4. Tower PDAM Kota Palangka Raya IV - 265.1. Gubernur Kalteng A. Teras Narang, SH panen perdana di
desa Bereng Bengkel V - 45.2. Tanaman Jagung di Kelurahan Kalampangan V - 55.3. Log yang ditambatkan di pinggir sungai V - 85.4. Presiden Megawati Soekarnoputri, menanam pohon ulin
dalam pencanangan hutan kemasyarakatan di kelurahanPetuk Bukit V - 9
6.1. Palangka Raya Mall VI - 46.2. Orang utan di pulau kaja kelurahan Sei Gohong VI - 56.3. Museum Balanga, palangka raya VI – 176.4. Sandung Ngabe Soekah di Pahandut Kota Palangka Raya VI - 187.1. Rentjana Situasi Komplek Kantor Kantor Pemerintah di
Palangka RajaVII - 2
7.2. Skematik tata ruang kota Palangka Raya VII - 37.3. Rencana struktur kota Palangka Raya awal mula VII - 4
50 Tahun Kota Palangka Raya viii
7.4. Pesanggrahan Daerah di jalan yang kini bernama Jl.Kalimantan. Dan kini telah musnah terbakar. AkankahPalangka Raya merekonstruksi bangunan bersejarah ini, dimana Presiden RI pertama Ir. Sukarno pernah menginapdipesanggrahan tersebut saat acara pemancangan tiangpertama pembangunan kota Palangka Raya
VII - 5
7.5. Kantor Pekerjaan Umum Awal Mula VII - 57.6. Kantor Penerangan Awal Mula, kini Kantor Dinas
Perhubungan Propinsi Kalteng. Bandingkan dengan KantorPU, serupa tapi kebalikannya
VII - 6
7.7. Kantor Agraria awal mula, kini Kantor Dinas Pertanahan KotaPalangka Raya. Menaranya kini telah dipotong dan digantiKanopi berimage local. Akankan Palangka Rayamengembalikan kembali bentuk asli bangunan bersejarah ini
VII - 6
7.8. Kantor PP dan K awal mula kini Kantor Dinas Pendidikan DanKebudayaan Propinsi Kalteng. Gara-gara gerakan arsitekturberwawasan identitas yang mengelora di seluruh wilayah RIpada tahun 1980an, gedung PP dan K dengan komposisiyang menarik dan bermenara Art Deco yang mana bangunantersebut dibangun dengan semangat membara yangberteteskan peluh keringat bahkan air mata, kini diratakandengan tanah dan bekasnya kini berupa lahan untuk parkerkendaraan. Apakah hal ini merupakan penghargaan bagibangunan bersejarah kota Palangka Raya VII - 7
7.9. Master plan tahun 1971 VII - 97.10. Master plan tahun 1978 VII - 117.11. Sebagian Master Plan tahun 1984 VII - 127.12. Master plan tahun 1991 VII – 137.13. Drainase Primer Kota awal mula berdasarkan Perencanaan
Teknis Drainase Kota Palangka Raya yang dibuat tahun 1992 VII - 157.14. Master plan tahun 1994 VII – 177.15. Jembatan Kahayan VII - 217.16. Peta Pemanfaatan Lahan tahun 1977 VII - 237.17. Model Penghargaan Arsitektur Bersejarah yang patut
dicontoh. Bangunan lama yang tidak berimage ArsutekturDayak melainkan berimage arsitektur Art Deco, karenabersejarah, bentuk aslinnya dipertahankan. Bangunan barudidesain dengan imege Arsitektur Dayak. Suatu Dialogperkembangan kota yang menceritakan masa lampau danmasa kini VII - 25
7.18. Rencana Struktur Kota Palangka Raya berdasarkan ReviewMaster Plan Drainase Kota Palangka Raya 2006 VII - 27
8.1. Kantor Walikota Palangka Raya VIII - 78.2. Gedung DPRD Kota Palangka Raya VIII - 18
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya I - 1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang Kota Palangka Raya kadang-kadang sulit membedakan
fungsi dan perannya sebagai Ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah dan
sebagai Daerah Otonom. Sebagai Daerah Otonom, Kota Palangka Raya
terhitung 17 Juni 1965 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965.
Dari sisi pembangunan kota, hari jadi Kota Palangka Raya adalah tanggal
17 Juli 1957, mengingat pada tanggal tersebut Presiden Republik Indonesia
PJM Dr. Ir. Soekarno, meresmikan pemancangan tiang pertama
pembangunan kota Palangka Raya sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah. Karena itu, pada tahun 2007 ini, pembangunan Kota Palangka Raya
menginjak usia 50 tahun, yang umumnya dikenal sebagai ulang tahun emas.
Dalam usianya yang ke 50 ini, Pemerintah Kota Palangka Raya merasa perlu
untuk menyusun sebuah buku yang berjudul “MEMBANGUN KOTA
PALANGKA RAYA”, sebagai evaluasi tentang kegiatan pembangunan yang
berlangsung selama ini.
Pengertian evaluasi dalam konteks ini ditekankan pada:
a). Perkembangan kota.
b). Permasalahan dan tantangan yang dihadapi.
c). Potensi dan Peluang di masa depan.
Semua ini dilakukan dalam rangka implementasi Visi dan Misi Kota Palangka
Raya yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2004,
yaitu:
"Terwujudnya Kota Palangka Raya yang tertata, tertib dan
berwawasan lingkungan, dalarn suasana kehidupanrnasyarakat yang aman sejahtera dan dinamis sesuai budayabetang".
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya I - 2
Visi tersebut di atas, lebih lanjut dirumuskan dalam 6 (enam) Misi, yaitu:
1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
2) Mewujudkan prasarana dan sarana yang memadai dan maju.
3) Mengembangkan iklim dunia usaha yang kondusif.
4) Mewujudkan Kota Palangka Raya yang asri dan lestari.
5) Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang dinamis dan kreatif.
6) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih.
Dengan mengacu kepada Visi dan Misi tersebut, bidang-bidang
pembangunan yang dievaluasi sesuai dengan pengertian di atas meliputi
beberapa aspek, yaitu:
Geomorfologi dan lingkungan hidup
Demografi, pendidikan dan kesehatan
Sosial, budaya dan politik
Ekonomi dan sumberdaya alam
Penataan Kota dan Prasarana serta
Pemerintahan kota.
B. Tujuan Dan Sasaran
Dalam rangka ulang tahun emas Kota Palangka Raya, tujuan evaluasi adalah
mengetahui tingkat capaian pelaksanaan bidang-bidang pembangunan Kota
Palangka Raya selama jangka waktu tertentu, sesuai dengan ketersediaan
data dan informasi.
Selanjutnya sasaran evaluasi adalah:
1. Terindentifikasinya data dan informasi hasil pelaksanaan pembangunan
serta kondisi dan perkembangan bidang pembangunan (hukum dan
pemerintahan, fisik, sosial budaya dan ekonomi) Kota Palangka Raya.
2. Terukurnya kinerja Pemerintah Kota Palangka Raya dalam
penyelenggaraan pembangunan, berdasarkan formulasi dan tolok ukur
(indikator kinerja) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya I - 3
C. Manfaat
Dengan tersusunnya evaluasi Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya
maka manfaat yang akan diperoleh adalah:
1. Menjadi salah-satu acuan dalam melaksanakan Evaluasi Pelaksanaan
Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya.
2. Sebagai dokumen pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Kota
Palangka Raya.
3. Menjadi masukan dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah
pada masa-masa mendatang, baik jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
D. Tata UrutTata-urut (sistematika) penulisan Membangun Kota Palangka Raya (Evaluasi
Pembangunan 50 Tahun Kota Palangka Raya), adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Sekilas Sejarah Kota Palangka Raya
Bab III Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
Bab IV Demografi, Pendidikan dan Kesehatan
Bab V Perekonomian dan Sumber Daya Alam
Bab VI Sosial, Budaya dan Politik
Bab VII Penataan Kota dan Prasarana
Bab VIII Pemerintahan Kota
Bab IX Penutup
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya II - 1
BAB II
SEKILAS SEJARAH KOTA PALANGKA RAYA
A. Asal Mula Kampung Pahandut.Kampung Pahandut sudah dihuni pada abad ke -18. Hal ini dibuktikan
dengan adanya sandung yang didirikan oleh Bayuh, seorang penduduk yang
diyakini adalah pemimpin kelompok penduduk pertama dalam wilayah
Pahandut, pada tahun 1783. Bayuh dan keluarga berasal dari desa Rawi
(sekarang Bukit Rawi), pada saat itu desa Rawi bukan pada tempatnya
sekarang, tetapi di seberang, sebelah kiri mudik sungai Kahayan. Desa ini
berada pada dataran rendah sehingga sering banjir, dan oleh karena itulah,
desa ini ditinggalkan dan penduduknya pindah ke Desa Bukit Rawi dan juga
ke Pahandut.
Pahandut sebenarnya bukanlah nama permulaan dari desa Pahandut. Pada
saat Bayuh, masih memimpin pemukiman, nama Pahandut adalah
pedukuhan Bayuh. Nama pedukuhan Bayuh ini berubah menjadi Pahandut
mempunyai kaitan dengan seseorang yang di panggil sebagai Pa Handut
(bapa Handut). Sayangnya nama asli dari orang dimaksud tidak diketahui.
Namun diyakini bahwa Pa Handut adalah seorang yang mempunyai
kelebihan secara Supranatural. Beliau adalah seorang prajurit Raja Banjar
(Pangeran Hidayatulah) yang pada tahun 1755 meminta bantuan ke Lewu
Rawi untuk dapat menghentikan masuknya Belanda ke daerah Pedalaman.
Bayuh dan Pa Handut dan 3 temannya yang lain berangkat memenuhi
permintaan tersebut, sebagai utusan dari Lewu Rawi dan diyakini bahwa
bereka bertempur melawan Belanda di daerah Banua Lima Kalimantan
Selatan. Pa Handut menjadi terkenal setelah perang tersebut karena beliau
sulit meninggal dunia. Sulitnya beliau meninggal dunia inilah yang menjadi
berita di sepanjang sungai Kahayan dan nama dimana tempat dia meninggal
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya II - 2
dunia pada akhirnya, dikenal sebagai Pahandut dan nama pedukuhan Bayuh
menjadi tidak dikenal lagi. (Dokumen Sejarah Sandung Ngabe Soekah).
Pada sekitar tahun 1950-an, kampung Pahandut terdiri atas beberapa anak
desa (dukuh), yaitu: Pahandut sendiri, Kereng, Petuk Katimpun, Hampapak,
Tumbang Rungan, Jekan, Marang dan Tahai (Sejarah Kota Palangka Raya,
2003, h.59).
B. Palangka Raya Sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan TengahSetelah melalui perjuangan panjang yang menyita banyak korban, baik harta,
benda, bahkan nyawa, akhirnyan pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah
disetujui oleh Pemerintah RI sebagai salah-satu Provinsi (Provinsi ke 17),
melalui U.U. Darurat No. 10 Tahun 1957 tertanggal 23 Mei 1957, dengan
Gubernur Pertama RTA Milono. Untuk menetapkan di mana dan apa nama
ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, Gubernur RTA. Milono pada tanggal
23 Januari 1957 membentuk suatu Panitia yang diketuai oleh Mahir Mahar.
Melalui beberapa kali
rapat dan konsultasi
dengan pejabat-
pejabat pimpinan
Militer dan Sipil
tingkat Provinsi Kali-
mantan di Banjar-
masin kunjungan
lapangan serta mem-
perhatikan pendapat dari
tokoh-tokoh masyarakat
Dayak antara lain
Damang H.S. Tundjan
dan Damang J. Sailillah,
Panitia sampai kepada
kesimpulan:
“..... sekitar desa Pahandut, di kampung Bukit Jekan dan sekitar BukitTangkiling diusulkan untuk calon ibukota Provinsi Kalimantan Tengah””.(Tjilik Riwut, Kalimantan Memanggil,1958).
Gbr. 2.1. Mahir Mahar(Sumber: Dokumen TT Suan)
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya II - 3
Atas rekomendasi Panitia, tanggal 18 Mei 1957 Gubernur RTA Milono dalam
pidatonya pada upacara adat yang dilaksanakan oleh eks GMTPS Sektor B,
di lapangan Bukit Ngalangkang Pahandut, mengumumkan nama dan tempat
ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Nama yang diumumkan adalah
PALANGKA RAYA.
Dalam pidatonya, Gubernur RTA Milono antara-lain mengatakan:
“....Palangka Raja artinja tempatjang sutji, jang mulia dan besar.Maka kalau usaha nanti taksesuai, lebih baik djangan diberinama Palangka Raja. .... LahirnjaPropinsi Kalimantan Tengahmempunjai keistimewaan atasangka 17, Propinsi KalimantanTengah adalah merupakanPropinsi jang ke-17, dilahirkan olehKabinet, Kabinet jang ke-17, danPahandut kampung jang ke-17 dariKuala Kapuas Ibu Kota KabupatenKapuas, dan kampung jang ke-17dari Muara Sungai Kahajan. ......
akhirnja sekali lagi ditekankan agar rakjat memelihara dengan baik kelahiranPropinsi Kalimantan Tengah jang dilahirkan dalam bulan sutji Hari RajaIdulfitri dan Hari Paskah dan tetap memelihara kesutjian dan kemuliaantersebut, djangan mendjadi tempat: Perebutan pangkat dan kursi”.(TjilikRiwut, Kalimantan Memanggil,1958, h.131– 132).
Kemudian, pada tanggal 17 Juli 1957, sekitar pukul 10 pagi, Presiden
Republik Indonesia PJM. Dr. Ir. Soekarno, meresmikan pemancangan tiang
Gbr. 2. 2 RTA Milono, Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah Iberpidato dalam Acara Adat di Lapangan Bukit Ngalangkang,tgl 18 Mei 1957. Sumber: F. Sion Ibat, 2004.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya II - 4
pertama pembangunan kota Palangka Raya sebagai Ibukota Provinsi
Kalimantan Tengah. Kemudian dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun
1958, Lembaran Negara No. 62 ditetapkan ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah bernama: Palangka Raya.
Selanjutnya Parlemen RI tanggal 11 Mei 1959 mengesahkan UU No. 27
Tahun 1959, menetapkan pembagian Propinsi Kalimantan Tengah dalam 5
(lima) Kabupaten dan Palangka Raya sebagai Ibukotanya.
C. Palangka Raya Sebagai Daerah Otonom.
Provinsi Kalimantan Tengah waktu terbentuknya hanya memiliki tiga
Kabupaten Daerah Tingkat II, yaitu Kabupaten Barito, Kabupaten Kapuas
dan Kabupaten Kotawaringin.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II di Kalimantan, tiga kabupaten tersebut dimekarkan menjadi
5 Kabupaten Daerah Tingkat II ; Kabupaten Daerah Tingkat II Barito
Gbr. 2.3. Upacara Pemancangan Tiang Pertama PembangunanKota Palangka Raya, oleh PJM Dr. Ir. Soekarno, 17-7-1957.
Sumber: Selayang Pandang Kota Palangka Raya, 2005.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya II - 5
dimekarkan menjadi: (1). Kabupaten Barito Utara dan (2). Kabupaten Barito
Selatan. Kabupaten Kotawaringin dimekarkan menjadi: (3). Kabupaten
Kotawaringin Timur dan (4). Kabupaten Kotawaringin Barat, dan (5)
Kabupaten Kapuas.
Kecamatan Kahayan Tengah yang semula berkedudukan di Pahandut secara
bertahap mengalami perubahan dengan mendapat tugas dan fungsi
tambahan mempersiapkan Kotapraja Palangka Raya. Sehubungan dengan
itu ibukota Kecamatan Kahayan Tengah dipindahkan ke Bukit Rawi, dan
pada tanggal 11 Mei 1960 dibentuk pula Kecamatan Palangka Khusus
Persiapan Kotapraja Palangka Raya.
Kotapraja Administratif Palangka Raya dibentuk dengan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Kalimantan Tengah No. 3/Pem.170-C-2-3 tanggal
24 April 1961, yang diperbaiki tanggal 19 Juni 1961, dengan Kepala
Pemerintahan Kotapraja Administratif dijabat oleh Walter Coendrad. Dalam
upaya melengkapi persyaratan menuju Kotapraja yang definitif/otonom,
kemudian dibentuk 3 (tiga) Kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Palangka dengan ibukota Pahandut.
2. Kecamatan Bukit Batu ibukotanya Tangkiling.
3. Kecamatan Petuk Katimpun, ibukotanya Marang Ngandurung Langit.
Selanjutnya awal tahun 1964, Kecamatan Palangka dipecah menjadi 2 (dua)
Kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Pahandut di Pahandut.
2. Kecamatan Palangka di Palangka Raya.
Dengan pengembangan seperti itu, Kotapraja Administratif Palangka Raya
mempunyai 4 (empat) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) kampung, sehingga
ketentuan dan persyaratan menjadi Kotapraja yang otonom sudah dapat
dipenuhi. Dengan disahkannya UU No. 5 Tahun 1965, LN. No. 48 Tahun
1965 tanggal 12 Juni 1965 terbentuklah Kotapraja Palangka Raya yang
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya II - 6
Otonom yang diresmikan pada tanggal 17 Juni 1965 oleh Menteri Dalam
Negeri May.Jen TNI Dr. Soemarno Sosroatmodjo.
Peresmian Palangka Raya
menjadi Kotapraja yang otonom
dihadiri oleh Ketua Komisi B DPR-
GR, bapak L.S. Handoko Widjoyo,
para anggota DPR-GR, pejabat-
pejabat Departemen Dalam
negeri, Deputy Antar Daerah
Kalimantan Brig.Jen. TNI M.
Panggabean, Deyahdak II
Kalimantan, utusan-utusan dari
Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan dan beberapa Pejabat tinggi
Kalimantan lainnya.
Upacara peresmian berlangsung di lapangan Bukit Ngalangkang, diawali
dengan demonstrasi penerjunan payung oleh 14 anggota Wing Pendidikan II
Pangkalan Udara RI Margahayu Bandung yang dipimpin oleh Ketua Tim
Letnan Udara H.M. Dahlan (mantan paratrop AURI yang terjun di Kalimantan
Tengah tanggal 17 Oktober 1947) dengan membawa lambang Kotapraja
Palangka Raya.
Dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri, Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Kalimantan Tengah Tjilik Riwut, sejak tanggal 17 Juni 1965 itu
ditunjuk selaku Penguasa Kotapraja Palangka Raya. Setelah para penerjun
yang membawa Lambang Kotapraja Palangka Raya mendarat, selanjutnya
dibawa oleh para penerjun secara parade jalan kaki ke lapangan upacara
dan diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri dan beliau kemudian
menyerahkannya kepada Penguasa Kotapraja Palangka Raya, Gubernur
Tjilik Riwut.
Gbr. 2.4. Menteri Dalam Negeri Dr. Soemarno Sostroatmodjomelakukan “ Potong Pantan” dalam kunjungannyameresmikan Kotapradja Palangka Raya, 17 Juni 1965(Sumber: Museum Tjilik Riwut dan Arsip T.T. Suan).
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya II - 7
Pada acara peresmian itu juga, penguasa Kotapraja menyerahkan Anak
Kunci Emas, seberat 170 gram kepada Presiden Republik Indonsia, melalui
Menteri Dalam Negeri yang selanjutnya membuka selubung papan nama
Kantor Walikota Kepala Daerah Kotapraja Palangka Raya. Dengan alasan-
alasan yang antara-lain disebutkan di atas, maka tanggal 17 Juni ditetapkan
dan diperingati sebagai Hari Jadi Kota Palangka Raya.
Sayangnya, Lambang Daerah Kotapraja Palangka Raya yang dibawa oleh
para penerjun payung tersebut di atas, dikemudian hari tidak diketahui lagi
keberadaannya. Untuk mengatasinya, Walikota Kepala Daerah Kotamadya
Let.Kol. W.Sandy, mengeluarkan Pengumuman Nomor 339/H-II/1969 tanggal
13 Agustus 1969, tentang Sayembara Pembuatan Lambang Daerah. Dari
hasil sayembara ini diterima 30 buah gambar, yang kemudian disempurnakan
oleh Panitia dan selanjutnya Walikota menugaskan seorang stafnya, yaitu
Handjung Sahai untuk memberi arti dan makna dari Lukisan Lambang
Daerah (Brosur Kotamadya Palangka Raya, 17 Juni 1971).
Lambang Daerah yang telah
disempurnakan dan diberi penjelasan
tentang arti dan makna tersebut
selanjutnya ditetapkan dengan
Peraturan Daerah No.: 1/DPRD-
GR/1970. Lambang Daerah inilah
yang sampai sekarang digunakan.
Anak kunci emas yang diserahkan kepada Presiden, melalui Menteri Dalam
Negeri pada waktu peresmian Kotapraja Palangka Raya tersebut di atas, juga
sekarang ini tidak diketahui keberadaannya. Menurut Drs. Kassier Ng.
Soekah, mantan Sekretaris Daerah Kotamadya Palangka Raya (tahun 1967 –
Gb. 2.5. Lambang Kota Palangka Raya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya II - 8
1975), bahwa pada periode tersebut anak kunci emas tersebut masih ada
dan disimpan pada tempat (brankas) khusus. Namun menurut Drs. Nahson
Taway, mantan Walikota Kotamadya Palangka Raya periode 1993 – 1998,
anak kunci emas tersebut dalam periode beliau sudah tidak ada (Diskusi
dengan beberapa Nara Sumber, tanggal 30 April 2007).
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 1
BAB III
GEOMORFOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Gambaran Umum1. Geomorfologi.
1.1. Letak Geografis, Luas dan Batas Wilayah
Secara geografis Kota Palangka Raya terletak pada posisi 1°30’ – 2°30’
Lintang Selatan dan 6°40’ – 7°20’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan.
Luas wilayah Kota Palangka Raya berdasarkan data tahun 2005 adalah
2.678,51 km2 yang terdiri dari kawasan daratan (hutan, pertanian,
pekarangan, perkebunan, pemukiman).
Berdasarkan satuan Wilayah Administrasi Pemerintahan, Kota Palangka
Raya memiliki 5 (lima) kecamatan dan 30 (tiga puluh) Kelurahan (lihat
Tabel 3.1) dengan perincian sebagai berikut:
(1). Kecamatan Pahandut terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu: Kelurahan
Pahandut, Kelurahan Panarung, Kelurahan Langkai, Kelurahan
Tumbang Rungan, Kelurahan Pahandut Seberang, dan Kelurahan
Tanjung Pinang;
(2). Kecamatan Jekan Raya terdiri dari 4 (empat) kelurahan, yaitu:
Kelurahan Palangka, Kelurahan Menteng, Kelurahan Bukit Tunggal,
dan Kelurahan Petuk Katimpun;
(3). Kecamatan Sebangau terdiri dari 6 (enam) kelurahan, yaitu: Kelurahan
Kereng Bangkirai, Kelurahan Bereng Bengkel, Kelurahan
Kalampangan, Kelurahan Sabaru, Kelurahan Danau Tundai, dan
Kelurahan Kameloh Baru;
(4). Kecamatan Bukit Batu terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan, yaitu: Kelurahan
Marang, Kelurahan Tumbang Tahai, Kelurahan Banturung, Kelurahan
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 2
Tangkiling, Kelurahan Sei Gohong, Kelurahan Kanarakan, dan
Kelurahan Habaring Hurung;
(5). Kecamatan Rakumpit terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan, yaitu: Kelurahan
Petuk Bukit, Kelurahan Panjehang, Kelurahan Petuk Barunai,
Kelurahan Mungku Baru, Kelurahan Pager, Kelurahan Gaung Baru,
dan Kelurahan Bukit Sua.
Tabel 3.1. Luas Wilayah Kota Palangka Raya dirinci menurutKecamatan dan Kelurahan
Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Jumlah (ha)
Rakumpit 1. Mungku baru2. Bukit sua3. Petuk barunai4. Panjehang5. Gaung Baru6. Pager7. Petuk Bukit
18.72514.32614.7103.9435.908
19.33528.367 105.314
Bukit Batu 1. Marang2. Habaring Hurung3. Tumbang Tahai4. Tangkiling5. Banturung6. Sei Gohong7. Kanarakan
12.4007.3584.4847.8645.6448.900
10.550 57.200Jekan Raya 1. Petuk Katimpun
2. Bukit Tunggal3. Palangka4. Menteng
5.97523.7122.4753.100 35.262
Pahandut 1. Langkai2. Panarung3. Tanjung Pinang4. Pahandut5. Pahandut Seberang6. Tumbang Rungan
1.0002.3504.400
950725
2.300 11.725Sabangau 1. Kereng Bangkirai
2. Sabaru3. Kalampangan4. Bereng Bengkel5. Kameloh Baru6. Danau Tundai
27.05015.2254.6251.8505.3504.250 58.350
J u m l a h 267.851Sumber: Bagian Tata Pemerintahan Kota Palangka Raya.
Berdasarkan data sebelumnya yang dihimpun sejak tahun 1971 hingga tahun
2002 luas wilayah Kota Palangka Raya adalah 2.400 Km2. Luas wilayah Kota
Palangka Raya mengalami perubahan sejak tahun 2003. Perubahan luasan
ini terjadi disesuaikan dengan kenyataan dilapangan yang didasarkan pada
Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2002, tentang Pembentukan,
Pemecahan dan Penggabungan Kecamatan dan Kelurahan yang selanjutnya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 3
dilakukan pemekaran kecamatan dan oleh BPN Kota Palangka Raya
dilaksanakan pengukuran sehingga luas wilayah Kota Palangka Raya
menjadi 2.678,51 Km2. Walaupun demikian tambahan luasan ini perlu
klarifikasi dengan Kabupaten Tetangga dan dengan pemerintah Propinsi
Kalimantan Tengah, dengan membuat tata-batas yang jelas dengan
menggunakan peralatan yang moderen terkini*). Hal ini perlu dilakukan
karena beberapa Kabupaten yang berbatasan dengan Kota Palangka Raya
mengklaim bahwa ada wilayah mereka yang masuk dalam wilayah Kota
Palangka Raya, seperti yang terungkap dalam diskusi mengenai usulan
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Revisi
Peraturan Daerah Kalimantan Tengah nomor 8 tahun 2003).
Dalam tabel 3.2. berikut disajikan perubahan luas wilayah Kota Palangka
Raya menurut Kecamatan dari tahun 1971 – 2006.
Tabel 3.2. Luas Wilayah Kota Palangka Raya dirinci menurut Kecamatan,tahun 1971 – 2006 ( dalam Km2)
Tahun Nama Kecamatan Luas KotaPalangkaRayaPahandut Sabangau Jekan
RayaBukit Batu Rakumpit
1971 1.071 - - 1.329 - 2.400,00
1975 1.071 - - 1.329 - 2.400,00
1981 1.071 - - 1.329 - 2.400,00
1988 1.071 - - 1.329 - 2.400,00
1991 1.071 - - 1.329 - 2.400,00
1995 1.071 - - 1.329 - 2.400,00
2000 1.071 - - 1.329 - 2.400,00
2003 117,25 583 352, 62 572 1.053,14 2.678,51
2006 117,25 583 352,62 572 1.053,14 2.678,51Sumber: BPN Kota Palangka Raya (data dihimpun oleh BPS Kota Palangka Raya)
*). Meskipun Pemerintah Kota Palangka Raya sejak tahun 2003 menyatakan bahwaluas Kota Palangka Raya 2.678,51 km2, tapi pada Buku Kalimantan TengahDalam Angka 2005, h. 6., luas Kota Palangka Raya tetap 2.400 km2.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 4
1.2. Iklim, Topografi, Geologi dan Jenis Tanah
Iklim. Sebagai daerah yang beriklim tropis, wilayah Kota Palangka Raya
rata-rata mendapat penyinaran matahari di atas 50%. Berdasarkan
klasifikasi Oldeman (1975), tipe iklim di wilayah Kota Palangka Raya
termasuk tipe iklim B1, yaitu wilayah dengan bulan basah terjadi antara 7
– 9 bulan (curah hujan > 200 mm/bulan) dan bulan kering (curah hujan <
100 mm/bulan) kurang dari 2 bulan.
Curah hujan tahunan di wilayah Kota Palangka Raya berdasarkan data
curah hujan selama 10 tahun (1993 – 2002) berkisar dari 2.087 - 6.235
mm, dengan rata-rata sebesar 3.487 mm. Curah hujan tertinggi pada
tahun 1994 sebesar 6.235 mm dan terendah pada tahun 2002 sebesar
2.087 mm (BPS Kota Palangka Raya, 2004).
Suhu udara rata-rata berkisar antara 26,5 - 27,50C, dengan suhu udara
rata-rata maksimum 32,50C dan suhu udara rata-rata minimum 22,90C.
Kelembaban nisbi udara relatif tinggi dengan rata-rata tahunan di atas
80%.
Topografi. Keadaan topografis Kota Palangka Raya dapat dibedakan
dalam 2 (dua) tipe yaitu daerah dataran dan daerah berbukit. Daerah
berbukit pada umumnya terdapat di bagian utara Wilayah Kota Palangka
Raya dengan ketinggian mencapai 135 – 197 m dari permukaan laut,
dengan titik tertinggi terdapat di daerah Bukit Tangkiling. Tingkat
kemiringan lahan di daerah berbukit kurang dari 40%. Sedangkan daerah
dataran terdapat di bagian selatan Wilayah Kota Palangka Raya yang
terdiri dari dataran rendah dan rawa, dengan ketinggian kurang dari 40 m
dari permukaan laut dengan kemiringan 0 – 8%.
Geologi. Berdasarkan Peta Geologi lembar Palangka Raya (1613) skala
1:250.000 (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1995), formasi
geologi yang ada di wilayah Kota Palangka Raya, tersusun atas formasi
Aluvium (Qa) yang terbentuk sejak jaman Holosen dan formasi Batuan Api
(Trv). Formasi Aluvium (Qa) merupakan formasi yang tersusun dari
bahan-bahan liat kaolinit dan debu bersisipan pasir, gambut, kerakal dan
bongkahan lepas, merupakan endapan sungai dan rawa. Sementara
formasi Batuan Gunung Api (Trv) merupakan formasi yang tersusun dari
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 5
batuan breksi gunung api berwarna kelabu kehijauan dengan
komponennya terdiri dari andesit, basal dan rijang. Bahan-bahan ini
berasosiasi dengan basal yang berwarna coklat kemerahan.
Jenis Tanah. Jenis tanah yang ada di wilayah Kota Palangka Raya juga
mengikuti pola kondisi topografinya. Di bagian selatan, jenis tanah yang
dominan adalah tanah Gambut dan tanah Aluvial, terutama pada bagian
selatan Kota Palangka Raya dengan kondisi drainase yang kurang bagus.
Sedangkan jenis tanah yang ada di sebelah utara wilayah Kota Palangka
Raya didominasi oleh tanah podsolik merah kuning, podsol dan alluvial.
Pada daerah-daerah pinggir sungai umumnya didominasi oleh tanah
aluvial yang berasal dari endapan sungai. Di Wilayah Kota Palangka
Raya terdapat tiga sungai/anak sungai besar, yaitu Sungai Kahayan,
Sungai Rungan dan Sungai Sebangau.
2. Lingkungan Hidup.
2.1. Rona Awal Lingkungan.Di daerah dimana wilayah kota Palangka Raya sekarang tumbuh
dan berkembang, rona lingkungan awalnya dapat dikatakan adalah
merupakan hutan belantara. Keadaan ini ada di Sungai Kahayan maupun di
Sungai Rungan dan juga di Sungai Sabangau. Di sepanjang sungai
Kahayan permukiman yang ada adalah di Pahandut yang apa mulanya
dapat dikatakan sebagai anak desa Rawi. Diceritakan oleh narasumber
bahwa dipilihnya daerah Pahandut sebagai daerah tempat berpindahnya
sekelompok penduduk Lewu Rawi adalah dikarenakan daerah Pahandut
(sekitar jalan Kalimantan sekarang) adalah daerah yang bebas banjir.
Disekitar inilah hutan mulai ditebang untuk dijadikan permukiman dan juga
daerah perladangan.
Untuk wilayah disepanjang sungai Rungan, permukiman yang ada
adalah di Tumbang Rakumpit (Sekitar Mungku Baru sekarang). Diyakini
penduduk desa inilah yang kemudian menyebar ke bagian hilir hingga ke
desa Tangkiling. Rona awal lingkungan untuk daerah Sungai Rungan untuk
wilayah Kota Palangka Raya belum begitu berubah hingga tahun 1970-an,
sampai adanya perusahaan HPH yang beroperasi pada daerah tersebut.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 6
Hal yang sama juga terjadi untuk daerah sepanjang Sungai Sabangau.
Kereng Bangkirai yang mulanya adalah daerah berhutan.
Permukiman mulai tumbuh seiring denngan banyaknya orang yang
merantau berusaha mencari sumber penghidupan di Sungai Sabangau.
Sejak saat itu daerah Sabangau mulai dihuni yang diperkirakan oleh
narasumber sekitar tahun 1930-an. Diyakini bahwa penduduk yang secara
tetap tinggal pada daerah tersebut adalah seorang pedagang bernama
Surung yang berasal dari Pulang Pisau (Sandung beliau ada di desa Kereng
Bangkirai, seberang Gereja GKE). Beliau inilah yang secara tetap tinggal di
Kereng Bangkirai. Diceritakan oleh narasumber bahwa barang dagangan
beliau dibawa dari Kuala Kapuas dan Banjarmasin menelusuri Sungai
Sabangau dari muara, bukan dibawa dari melewati Pahandut. Hal ini
dilakukan mengingat pada waktu itu diperlukan waktu kurang lebih 3 hari
dari Kereng Bangkirai untuk mencapai Pahandut.
2.2. Perubahan Lingkungan.Perubahan rona awal lingkungan hidup Wilayah Kota Palangka
Raya dapat kita bayangkan melalui tumbuhnya permukiman awal yang ada
di wilayah Kota Palangka Raya. Dari narasumber didapat informasi bahwa
permukiman tertua adalah Pahandut untuk daerah sungai Kahayan dan
Tumbang Rakumpit (sekarang Mungku Baru) untuk daerah Sungai Rungan.
Sedangkan untuk daerah Sabangau adalah desa Kereng Bangkirai.
Pahandut berkembang dan menjadi daerah tujuan mencari
penghidupan oleh banyak orang selain penduduk awal yaitu Bayuh dan
keturunannya, dimulai sekitar tahun 1930-an. Berkembangnya Pahandut
menjadi daerah tujuan berusaha, dikarenakan pada saat itu, Getah
Jelutung, Hangkang, Katiau dan Nyatu adalah komoditi perdagangan yang
penting pada saat itu. Disekitar Pahandut hingga ke Kereng Bangkirai
(Sungai sabangau) dan Tangkiling, merupakan daerah yang sangat banyak
ditumbuhi oleh pohon penghasil getah dimaksud. Keberadaan komoditas
inilah yang mengundang semakin banyak penduduk yang bermukim di desa
Pahandut dan pada sekitar tahun 1930-an. Dalam waktu itu juga juga mulai
tumbuh wilayah permukiman baru yang disebut Bukit Jekan (sekarang
Gedung DPRD dan sekitarnya). Asal penduduk awal yang bermukim pada
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 7
pedukuhan Bukit Jekan diyakini berasal dari desa Penda Barania.
Perburuan terhadap berbagai jenis getah inilah yang menyebabkan
terjadinya perubahan yang cukup berarti terhadap rona awal lingkungan
hidup di wilayah Kota Palangka Raya.
Pahandut semakin berkembang semenjak ditetapkannya wilayah ini
menjadi calon Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Pada saat
peresmiannya, pusat permukiman dan pemerintahan berada di
Pasanggarahan Daerah di jalan Kalimantan. Sejak saat itu permukiman dan
pasar juga berkembang. Selain Pahandut, sejak saat itu permukiman juga
tumbuh disekitar Lapangan Sanaman Mantikei dan Pasar Kameluh.
Perkembangan selanjutnya adalah pengembangan permukiman untuk
pegawai negeri yang tersebar di beberapa tempat. Sejak urusan
pemerintahan secara resmi pindah dari Banjarmasin ke Palangka Raya,
permukiman tumbuh begitu pesat dan rona awal lingkungan menjadi
berubah dari padang belantara menjadi sebuah kota. Selanjutnya pada
akhir tahun 1960an, permukiman juga mulai tumbuh di daerah Bukit Hindu
dan Bukit Tunggal.
Perubahan rona awal lingkungan semakin besar semenjak
dibangunnya jalan ke Tangkiling pada awal tahun 1960-an hingga tahun
1965. Pembangunan jalan tembus ke Tangkiling inilah yang kemudian
memberikan juga perubahan rona lingkungan di sepanjang jalur sungai
Rungan. Perubahan rona lingkungan berikutnya disebabkan mulai
masuknya perusahaan HPH pada tahun 1970-an.
Sebagai hasil dari rentetan perkembangan permukiman, aktivitas
dan fungsi kota Palangka Raya, maka dapat kita saksikan sekarang bahwa
hutan belantara yang adalah merupakan rona awal lingkungan wilayah Kota
Palangka Raya hanya tersisa di beberapa daerah yaitu di Sekitar
Kecamatan Sabangau, Bukit Batu dan Kecamatan Rakumpit.
B. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Keadaan geomorfologi dan lingkungan hidup di Kota Palangka
Raya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor lingkungan alami dan
juga faktor lingkungan non-alami. Faktor lingkungan alami adalah suatu
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 8
keadaan dimana manusia tidak mampu untuk dapat mengendalikannya
sedangkan faktor lingkungan non-alami adalah faktor-faktor yang timbul
sebagai akibat dari tindakan manusia dan pada tingkat tertentu masih dapat
dikendalikan. Berpijak pada keadaan demikian, permasalahan yang dialami
oleh Kota Palangka Raya adalah:
1. Bahwa luas wilayah Kota Palangka Raya sejak tahun 2003 yang
dinyatakan sebesar 2.678,51 km2 masih belum mendapat pengakuan dari
pemerintah Kabupaten tetangga (yang berbatasan) dan dari pemerintah
Provinsi Kalimantan Tengah.
2. Akibat dari faktor alami yaitu letak Kota Palangka Raya yang berada pada
dataran rendah sungai Kahayan, Rungan dan Sungai Sabangau, dengan
komposisi tanah bergambut tipis dengan lapisan bawah berpasir dan
untuk daerah pinggir sungai berjenis tanah aluvial yang umumnya rendah,
adalah kawasan rawan banjir.
3. Perbedaan permukaan air yang tinggi antara muka air sungai Sabangau
dengan Kahayan dan Rungan terutama pada musim hujan akan dapat
berubah menjadi bencana banjir bagi kota Palangka Raya apabila hutan
disepanjang sungai Sabangau tidak terpelihara dengan baik.
Gbr. 3.1. Bekas kebakaran hutan dan upaya pemadaman dengan sumber air darisumur bor dengan menggunakan mesin pompa berkekuatan 10 HP di salahsatu lokasi di Kota Palangka Raya, tahun 2005. (Sumber : Dok. TSACIMTROP Unpar).
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 9
4. Ancaman sangat potensial bagi kawasan hutan tersebut dan sekaligus
bagi kualitas lingkungan hidup Kota Palangka Raya adalah kebakaran
lahan dan hutan.
5. Akibat budaya sungai dimana semenjak dahulu kala masyarakat
Kalimantan Tengah bermukim disepanjang bantaran sungai, maka
permukiman penduduk banyak yang berada pada pinggir sungai padahal
kawasan tersebut adalah kawasan rawan banjir dan cenderung untuk
berkembang menjadi kawasan kumuh.
6. Disiplin penggunaan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota
Palangka Raya masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sehingga
potensial untuk menimbulkan konflik penggunaan ruang terutama pada
kawasan strategis bagi kegiatan perekonomian dan atau pada kawasan
yang sedang berkembang.
7. Sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, sarana dan
prasarana sanitasi lingkungan masih kurang, jangkauan pelayanan air
bersih yang masih terbatas dan saluran drainase yang kurang berfungsi
optimal akibat kurangnya kesadaran akan pengelolaan sampah dan air
limbah rumah tangga.
8. Pengembangan dan penyediaan kawasan hijau terbuka dirasakan kurang
memadai, sementara itu diluar pusat kota, konversi lahan berhutan untuk
penggunaan lainnya terus berlangsung atau dibiarkan menjadi lahan tidur
akan beresiko menjadi kawasan rentan terbakar pada musim kemarau.
9. Penambangan pasir dan batu belah pada kawasan diluar pusat kota tidak
dibarengi dengan upaya reklamasi.
10.Penggunaan air tanah oleh sebagian besar rumah tangga sebagai sumber
air bersih berpotensi untuk menurunkan kuantitas dan kualitas sumber air
tanah.
C. POTENSI DAN PELUANGKeberhasilan dalam pengendalian dampak alami dari keadaan morfologi dan
lingkungan hidup Kota Palangka Raya merupakan potensi sekaligus peluang
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 10
untuk membangun kota Palangka Raya yang tertata, tertib dan berwawasan
lingkungan. Indikasi ke arah tersebut antara lain ditunjukkan oleh:
1. Tersedianya kawasan terbuka hijau yang semakin mengarah kekeadaan
yang lebih baik dibandingkan dengan luasan permukiman dan
penggunaan lainnya.
2. Lebih terkendalinya konversi kawasan hutan menjadi kawasan yang
benar-benar bertujuan produktif dan mulai dimanfaatkannya lahan tidur
menjadi lahan yang produktif.
3. Sudah mulai terwujudnya pengembangan permukiman dan penggunaan
lainnya yang relatif sesuai dengan rencana penggunaan ruang seperti
yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang.
4. Terkendali dan tertatanya pengembangan permukiman dan pusat-pusat
kegiatan ekonomi sehingga tidak menimbulkan kekumuhan dan
ketidaksesuaian dengan Rencana Tata Ruang.
5. Tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan yang cukup
memadai disertai dengan jangkauan pelayanan air bersih yang semakin
luas dengan berkurangnya proporsi rumah tangga yang air bersihnya
bersumber dari air tanah.
Kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup Kota Palangka Raya mempunyai
peluang yang baik untuk ditata dan direncanakan dengan baik karena
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Kota Palangka Raya adalah sebuah Kota yang unik karena mempunyai
wilayah yang tidak hanya terdiri dari kawasan perkampungan seperti
umumnya wilayah Kota, tetapi juga mempunyai kawasan hutan dan desa
yang berada disepanjang sungai Rungan, Kahayan dan Sabangau,
sehingga memberi opsi yang luas dalam pengembangan/pelestarian
lingkungan hidup.
2. Tanah yang relatif landai dengan dikelilingi oleh sungai dan hutan yang
masih luas sehingga fungsi ekologis lingkungan alami masih mampu untuk
memberikan keseimbangan bagi lingkungan hidup di Kota Palangka Raya
3. Kota Palangka Raya adalah sebuah kota yang berkembang dan
direncanakan pembangunannya setelah Indonesia merdeka sehingga
tidak terbentur dengan perkampungan yang telah ada sebelumnya
sehingga Rencana Tata Ruang Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kota
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya III - 11
dapat diandalkan untuk mengatur bagaimana rona lingkungan hidup di
Kota Palangka Raya, khususnya di Pusat Kota.
4. Pengembangan dan perencanaan badan jalan ke wilayah-wilayah
pengembangan akan membuat perkembangan permukiman berkembang
dan tertata dengan baik sesuai dengan rencana yang ada.
5. Pengelolaan sanitasi lingkungan terus diupayakan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
6. Mempertahankan wilayah berhutan adalah suatu hal yang sangat penting
untuk menjaga kota Palangka Raya dari ancaman banjir dan perubahan
kualitas lingkungan. Perbedaan permukaan air yang tinggi antara muka
air sungai Sabangau dengan Kahayan/Rungan terutama pada musim
hujan dapat berubah menjadi bencana banjir bagi kota Palangka Raya
apabila hutan disepanjang sungai Sabangau tidak dipelihara dengan baik.
7. Untuk mengurangi ancaman kekeringan dan kebakaran hutan/ lahan dan
sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan, adalah hal yang paling
strategis yang mesti diperhatikan dalam membangun kota Palangka Raya
dari sesi lingkungan hidup dengan mempertahankan wilayah berhutan di
sebelah Barat dan Utara kota Palangka Raya, yaitu hutan di Sepanjang
Sungai Sabangau dan Sungai Rungan.
Gbr. 3.2. Tim Serbu Api (TSA) CIMTROP UNPAR, dibawah pimpinan Dr. Ir. Suwido H. Limin, MS, membuatdan menyedot sumur bor utk memadamkan kebakaran hutan di wilayah Kota Palangka Raya, tahun 2006.Dengan cara ini tidak ada kesulitan mendapatkan air untuk pemadaman kebakaran lahan karena air tanahmelimpah di kedalaman 10 meter dikawasan bergambut Kota Palangka Raya (Sumber: Dok. TSACIMTROP UNPAR, difoto oleh Prof. J.O. Rieley, Guru Besar The University of Nottingham, Inggris).
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 1
BAB IV
DEMOGRAFI, PENDIDIKAN DAN KESEHATAN
A. DEMOGRAFI
1. Perkembangan
Kota Palangka Raya asalnya hanyalah sebuah desa kecil bernama
Pahandut, Ketika dicanangkan dan dipilih menjadi ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah pada tahun 1957, Pahandut adalah ibukota Kecamatan Kahayan
Tengah dengan penduduk 1.717 jiwa(Tjilik Riwut tahun 1962) dan masih relatif
homogen.
Heteroginitas penduduk kota Palangka Raya mulai terasa meningkat
setelah kedudukan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah resmi
dipindahkan ke Palangka Raya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri tanggal 22 Desember 1959. Sejalan dengan peresmian tersebut maka
sejak 1 Januari 1960 semua dinas/jawatan/instansi tingkat Provinsi Kalimantan
Tengah secara resmi telah dipindahkan dari Banjarmasin ke Palangka Raya.
Perkembangan penduduk kota Palangka Raya sejak tahun 1970 sampai
dengan tahun 2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya Menurut Jenis Kelamin(1970 – 2005)
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
1970 13.110 12,088 25.198
1971 14.695 12.437 27.132
1975 16.961 15.968 32.019
1980 31.943 28.504 60.447
1985 40.998 36.071 77.069
1990 58.284 55.340 113.624
1995 67.722 66.118 133.840
2000 83.534 81.372 164.906
2005 90.359 92.892 183.251
Sunber; Diolah dari BPS Kota Palangka Raya & BPS Provinsi Kalteng
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 2
Tahun 1970 – 1980, laju pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya,
rata-rata 9,1%/tahun, tahun 1980 – 1990, penduduk tumbuh dengan
6,5%./tahun, periode 1990 – 2000, dan periode 2000 – 2005 laju pertumbuhan
hanya 2,1%/tahun.
Suku yang dominan di Kota Palangka Raya adalah suku Dayak sebagai
penduduk asli Kalimantan Tengah, diikuti suku Banjar yang sebagian besar
sebagai pedagang, suku Jawa, dan suku-suku lainnya. Dapat dikatakan bahwa
semua suku bangsa di tanah air mewarnai heterogenitas penduduk Kota
Palangka Raya..
Di samping itu keragaman penduduk Kota Palangka Raya nampak juga
dalam keragaman agama atau kepercayaan yang dianut masyarakat seperti
terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Penduduk Kota Palangka Raya Menurut Agama (1970 – 2005)
Tahun Islam Katholik Kristen Protestan Hindu/Khr Budha Jumlah
1970
1975 20.174 - 8.912 2.933 - 32.019
1977 25.496 - 17.441 5.829 - 48.766
1978 27.861 - 20.894 4.431 - 53.186
1980 37.445 - 19.578 2.424 - 60.447
1983 42.798 - 23.473 6.371 - 72.642
1985 42.773 - 26.156 8.140 - 77.069
1990 63.758 4.039 37.374 6.804 587 112.562
2000 97.196 2.570 46.926 3.576 171 164.906
2005 106.033 8.671 59.074 7.805 2.504 183.251Sunber; BPS Kota Palangka Raya & BPS Provinsi Kalteng*). Thn 1975 s/d 1985, Kristen Protestan dan Katholik digabung.
Penganut agama Islam dan Kristen merupakan bagian terbesar dari
penduduk., dimana pemeluk Islam mencapai 52 % - 63% dan Kristen 27% -
32%. Laju pertumbuhan pemeluk Islam rata-rata 5.7%/tahun, Kristen 6,5%,
Katholik 5,2%, Hindu Kaharingan 3,3% dan pemeluk Budha meningkat dengan
10,15%/tahun.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 3
Sebagai ibukota Pemerintahan Kota sekaligus ibukota Pemerintahan
Provinsi Kalimantan Tengah, pernah dijuluki sebagai kota pegawai karena
penduduk Kota Palangka Raya di dominasi oleh Pegawai Negeri, pelajar dan
mahasiswa.
Perkembangan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kota Palangka
Raya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3. Penduduk Kota Palangka Raya usia 10 tahun ke atas
Menurut PendidikanTingkat
PendidikanTahun1990
Tahun1995
Tahun2001
Tahun2005
Tdk/blm pernah sek 641 1.431 20.986 14.855
Belum Tamat SD 20.893 18.527 - -
SD/sederajat 19.631 24.876 33.897 34.472
SLTP/sederajat 15.463 26.854 25.652 28.259
SLTA Umum 14.672 22.405 28.964 35.902
SLTA Kejuruan 9.612 10.103 9.697 8.363
D-I / D-II - - 1.615 2.723
Akademi/DIII 4.039 2.491 3.156 4.331
S1, ke atas 3.660 6.148 8.791 9.330
J u m l a h 88.611 113.466 132.758 138.235
Sunber; BPS Kota Palangka Raya & BPS Provinsi Kalteng
Tabel di atas menunjukkan bahwa konsentrasi tingkat pendidikan SLTA
(SMU dan SMK) setiap periode menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Demikian juga penduduk yang berpendidikan di tingkat perguruan tinggi. Hal ini
sudah tentu sejalan dengan pesatnya perkembangan lembaga pendidikan baik
yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat / lembaga
pendidikan swasta. Namun dalam Profil Pendindikan Kota Palangka Raya
tahun 2006/2007 ternyata masih terdapat 1.677 jiwa yang masih belum melek
huruf.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Palangka Raya tahun 2002
sebesar 74,2 , pada tahun 2004 meningkat menjadi 76,4 dan tahun 2005
meningkat lagi menjadi 73,2 dimana terjadi kenaikan yang signifikan. Pada
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 4
tahun-tahun tersebut di atas, IPM Kota Palangka Raya selalu lebih tinggi
daripada IPM Provinsi Kalimantan Tengah, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Indek Pembangunan Manusia Palangka Raya danKalimantan Tengah Tahun 2002, 2004 dan 2005.
Indikator Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah2002 2004 2005 2002 2004 2005
Angka HarapanHidup 72.8 72.8 72.9 69.4 69.8 70,7Angka Melek Hurup 98.8 99.3 99.5 96.4 96.2 97.5Rata-rata lamasekolah 10.5 10.4 10.5 7.6 7.8 7,9Rata-rata Pengeluaran Riil(Rp.000) 591.4 620.6 625.7 585.8 615.5 623.6IPM 74.2 76.4 77.0 69.1 71.7 73.2Peringkat secaraNaional 9 4 6 6 6 5
Sumber: BPS Pusat, Januari, 2006.
Secara nasional, Kota Palangka Raya pada tahun 2002 menduduki peringkat
ke 9 dan pada tahun 2004 naik menjadi peringkat ke 4 sedangkan tahun 2005,
Kota Palangka Raya menduduki peringkat ke 6.
2. Permasalahan dan TantanganKalau diperhatikan pertumbuhan penduduk mulai tahun 1980 sampai
dengan tahun 2005, maka angka rata-rata pertumbuhan penduduk Kota
Palangka Raya cukup pesat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk
kabupaten lainnya di provinsi Kalimantan Tengah. Tahun 1980 – 1990 angka
pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya rata-rata 6,1 %. Tahun, 1990 –
2000 mencapai 3,9 %, sedangkan tahun 2000 – 2005 pertumbuhan penduduk
rata-rata menurun menjadi 2,1% per tahun.
Penyebaran penduduk tahun 2005, 86 % penduduk terkonsentrasi
diwilayah perkotaan yaitu di Kecamatan Jekan Raya (91.139 jiwa) dan
Kecamatan Pahandut (66.548 jiwa). Hal ini dapat dipahami karena wilayah
perkotaan perkembangan pembangunannya erat kaitannya dengan
pembangunan kota Palangka Raya sebagai ibukota Kota Palangka Raya yang
sekaligus ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Ini juga berarti bahwa
pemerataan pembangunan masih belum menyentuh daerah pedesaan.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 5
Tantangan yang dihadapi dengan pertumbuhan penduduk ini antara lain
penataan permukiman sehingga tidak terjadi tempat-tempat yang berpotensi
menjadi pemukiman liar, tidak teratur dan kumuh.
Dengan terbukanya akses mobilitas penduduk yang juga akan berdampak
terhadap keanekaragaman penduduk Kota Palangka Raya akan menjadi
permasalahan dan tantangan tersendiri bagi pembangunan Kota Palangka
Raya. Karena keanekaragaman yang di satu sisi merupakan modal
pembangunan dan kekayaan budaya bangsa, namun di sisi lain juga dapat
berpotensi menjadi sumber konflik. Tentu masih jelas dalam ingatan kita
peristiwa berdarah konflik antar etnis di Kalimantan Tengah tahun 2001.
Arus urbanisasi yang tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan kerja
akan mengakibatkan terjadinya pengangguran, yang akhirnya dapat
meningkatkan angka kriminalitas yang bisa mengganggu keamanan dan
ketertiban dalam masyarakat.
3. Potensi dan Peluang Struktur penduduk Kota Palangka Raya kurun waktu 2004/2005
memperlihatkan 67,79 % usia produktif (15 – 64 tahun), sedangkan
penduduk usia di atas 65 tahun hanya 1,92 %. Dengan tingkat
pendidikan penduduk yang semakin tinggi diharapkan dapat
tersedianya tenaga kerja yang semakin berkualitas untuk menunjang
pembangunan Kota Palangka Raya. Sebaliknya kemajuan
pembangunan di wilayah Kota Palangka Raya diharapkan mampu
membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Terbentuknya paguyuban dari suku-suku yang beranekaragam, serta
terbentuknya lembaga kerukunan umat beragama diharapkan dapat
memelihara dan meningkatkan kerukunan dan menciptakan rasa aman
di wilayah Kota Palangka Raya.
Bahwa peringkat indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Palangka
Raya cukup baik, dan di masa yang akan datang agar dipertahankan
peringkat IPM Kota Palangka Raya supaya tetap berada dalam 10
besar secara nasional.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 6
B. PENDIDIKAN
1. PerkembanganMengawali pembangunan provinsi Kalimantan Tengah kebijakan
Pemerintah Daerah dituangkan dalam tiga pokok program yang disebut KP2
yakni : Keamanan, Pembangunan Daerah, dan Pendidikan, maka sejak
tahun 1960-an kemajuan di bidang pendidikan di Kalimantan Tengah sudah
mulai nampak. Demikian juga di Kota Palangka Raya didirikan sekolah-sekolah
Dasar, SMP dan SMA serta beberapa sekolah kejuruan..
Sekolah Menengah Pertama - SMP (sekarang SMPN 1 Pahandut)
diresmikan statusnya menjadi negeri sejak 1 Agustus 1958. Untuk diingat
kembali bahwa menurut seorang nara sumber (Bapa Drs Kiwok Rampai), cikal
bakal SMPN 1 ini adalah SMP Kristen di Pahandut yang waktu itu diprakarsai
oleh Bapak Atjai Tuwan.(Alm). Sedangkan SMA Negeri (sekarang SMU 1
Pahandut), diresmikan berdirinya tanggal 1 Agustus 1959. Kedua sekolah
tersebut terletak di Jln AIS Nasution, menghadap Lapangan Sanaman Mantikei,
sehingga daerah tersebut dikenal dengan nama Kompleks Pelajar Sanaman
Mantikei. Tahun 1964 berdiri Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sekolah
Menengah Olah Raga Atas - SMOA (kemudian dirobah menjadi Sekolah Guru
Olahraga - SGO), tahun 1965 didirikan lagi SMPN-2 (sekarang SMPN-2
Pahandut), dan tahun 1972 berdiri Sekolah Teknik Negeri (STN).
Gbr. 4.1. SMP-1 Dulu Gbr. 4.2. SMP -1 Sekarang
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 7
Gbr. 4.3. SMA-1 DULU
Gbr. 4.4. SMA-1 Sekarang
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 8
Peran masyarakat dalam mendirikan lembaga pendidikan mulai tahun
1964 dengan berdirinya Sekolah Menengah Ekonomi Atas - SMEA 17 Agustus
(sekarang menjadi SMK 2 – Palangka Raya), tahun 1970-an berdiri Sekolah
Kesesahtaraan Keluarga Atas (SKKA) yang diasuh oleh Dharma Wanita
Kotapraja Palangka Raya dan langsung dipimpin oleh Ny. W. Sandy (sekarang
SMK-3 Palangka Raya).
Gbr. 4.5. SMK-2 Gbr. 4.6. SMK-3
Perkembangan Sekolah Dasar sampai dengan SLTA (Negeri dan swasta)
dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1977, sebagai berikut :
Tabel 4. 5. Perkembangan Sekolah di Kota Palangka RayaTahun 1968 - 1977
Tahun Sekolah Dasar SLTP SLTA
1968 22 2 3
1973 26 8 10
1975 36 10 10
1977 44 13 12
Sumber : Memori Pelaksanaan Tugas Gubernus KDH TK.I Kalteng, Ir. R. Sylvanus
Perkembangan lembaga pendidikan yang terdapat di wilayah Kota
Palangka Raya sejak tahun 1980 s/d tahun 2006 seperti dalam tabel-tabel
berikut ini :
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 9
Tabel 4.6. Perkembangan Sekolah, Kelas, Guru dan Murid pada TK s/d SMUsederajat dan SMK di Kota Palangka Raya Tahun 1980 s/d 2006
Jenjang/Tahun 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2006 Prtbn/th(%)
TK/SederajatSekolah (Unit) 19 36 48 52 52 84 102 6.7Kelas (ruang) 50 - 109 99 144 200 269 6.7Guru (org) 59 128 213 274 300 530 232 5.4Murid (org) 1.301 1.656 2.009 2.282 3.217 3.581 4.492 4.9SD/SederajatSekolah (Unit) 66 79 110 138 135 117 118 2.3Kelas (ruang) - 668 877 734 872 935 2.1Guru (org) 504 721 1.186 1.638 1.489 1.629 1804 5.0Murid (org) 9.392 13.297 17.879 20.492 22.614 19.315 22.18 3.4SMP/SederajatSekolah (Unit) 14 17 24 23 26 28 39 4.0Kelas (ruang) - 171 225 228 251 319 4.0Guru (org) 254 353 537 598 922 917 879 4.9Murid (org) 3.907 5.129 6.275 7.881 7.607 8.189 9.887 3.6SMU/Sederajat
Sekolah (Unit) - 7 12 15 15 18 24 6.0Kelas (ruang) - - 102 132 161 201 333 7.7Guru (org) - 208 409 444 547 696 672 5.7Murid (org) - 2.88 4.007 4.219 6.044 7.148 7.348 4.6SMKSekolah (Unit) - 3 4 4 5 12 12 6.8Kelas (ruang) - - 48 33 40 100 110 5.3Guru (org) - 74 241 106 162 377 336 7.5Murid (org) - 1259 2278 1218 1663 3296 25696 15.4
Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kota Palangka Raya & BPS Kota Palangka Raya
Dari seluruh Taman Kanak-Kanak yang ada tersebut hanya satu yang
berstatus negeri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Taman Kanak-Kanak
Pembina.
Penambahan jumlah Sekolah Dasar dari tahun 1980 – 1995 disebabkan
banyaknya berdiri Sekolah Dasar INPRES. Dan jumlah tersebut menurun tahun
2005 karena dilakukan penggabungan beberapa Sekolah Dasar (terutama yang
dulunya disebut SD INPRES yang lokasinya sangat berdekatan), dengan
maksud untuk efisiensi
Yang menarik mengenai perkembangan lembaga pendidikan
SMP/sederajat adalah keadaan pada tahun 2000 dibandingkan dengan tahun
2006. Dilihat dari jumlah sekolah, kelas maupun murid mengalami peningkatan,
sebaliknya jumlah guru terjadi penurunan yang cukup berarti. Hal ini mungkin
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 10
disebabkan karena beberapa guru tersebut telah pensiun, atau pindah seiring
dengan pemekaran kabupaten di propinsi Kalimantan Tengah, sementara
pengangkatan guru baru belum direalisasikan.
Perkembangan yang terjadi pada lembaga pendidikan lanjutan atas (SMA
sederajat dan SMK) yang perlu mendapat perhatian adalah pada kurun waktu
2000 – 2006. Jumlah sekolah, kelas, murid maupun guru tahun 2005
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2000, sedangkan tahun
2006 mengalami penurunan yang cukup berarti.
Kemajuan pembangunan di bidang pendidikan di Kota Palangka Raya
tergambar juga dalan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partsipasi
Murni (APM) baik pada tingkat SD/MI, SMP/MTs, maupun SLTA/MAN. Sebagai
gambaran data tahun 2001/2002 dibandingkan dengan tahun 2006/2007,
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7. APK dan APM Tahun 2001/2002 dan Tahun 2006/2007Dan Target Tahun 2008
Keterangan: APK dan APM dihitung oleh Tim penulis berdasarkan data murid/siswa yang dariDIKNAS Kota Palangka Raya.*). Salah-satu Indikator Kinerja seperti terdapat dalam RENSTRA Kota
Palangka Raya Tahun 2003 - 2008Untuk tingkat SD/MI, APK tahun 2001/2002 mencapai 115,04 %,
sedangkan pada tahun 2006/2007 naik menjadi 119,93 %. Ini berarti bahwa
pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar masih banyak terdapat anak yang tidak
sesuai dengan usia siswa 7 – 12 tahun.
APM untuk semua jenjang sekolah tahun 2006/2007 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2001/2002. Dihubungkan dengan target APM
untuk masing-masing tingkat pendidikan tahun 2008 dalam RENSTRA,
ternyata target yang yang ditetapkan sudah terlampaui
Kelulusan di tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas dari tahun 1980 – 2006 adalah sebagai berikut :
TahunSD / Sederajat SMP / Sederajat SMA / Seserajat
APK APM APK APM APK APM
2001/2002 115,04 % 77,85 % 43,37 % 31,02 % 53,02 % 36,53 %
2006/2007 119,93 % 96,85 96,24 % 70,34 % 83,50 % 65,83 %Target 2008 *) 92,0 65,7 47,2
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 11
TABEL 4.8. : HASIL EVALUASI BELAJAR TAHAP AKHIR (EBTA)
MENURUT TINGKAT SEKOLAH Tahun 1980 - 2006
Tahun
SD dan Yang Sederjat(Negeri dan Swasta)
SMP dan Yang Sederjat(Negeri dan Swasta)
SMA, SMK/n Sederajat(Negeri+Swasta)
Peserta Lulus Tidak Peserta Lulus Tidak Peserta Lulus Tidak
(1) (2) (3) (5) (5) (6) (7) (6) (7) (4)
1980 1.015 969 46 920 827 93 992 900 92
1985 - - - - - - - - -
1986 1637 1401 236 1461 1418 43 1903 1757 146
1988 3137 2982 155 1872 1725 149 2529 2377 152
1990 4557 4204 53 1980 1948 32 1088 1020 68
1993 2372 2360 12 2112 1877 235 2258 2106 152
1995 3046 3042 4 2081 2041 40 2246 1898 348
1998 2978 2951 27 2598 2590 8 3092 3052 34
2000 3368 3352 16 2496 2465 31 5571 5421 50
2005 3119 3119 - 2659 2623 36 3052 2889 163
2006 2.684 2.634 50 1.977 1.867 110 2.622 2.532 90Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kota Palangka Raya
Hasil evaluasi belajar tahap akhir menunjukan keadaan yang bervariasi.
Kurun waktu periode 1980 s.d tahun 1988 angka ketidak lulusan cukup tinggi,
tetapi terjadi penurunan pada periode 1993 – 2005 pada tingkat SD dan SLTP,
namun kemudian pada tahun 2006 terjadi peningkatan. Sebaliknya di tingkat
SLTA pada tahun 2006 justeru terjadi penurunan. Hal ini mungkin disebabkan
ketidak siapan SLTA menghadapi perubahan sistem Ujian Nasional yang baru
diberlakukan.
Tingkat pendidikan guru pada amasing-masing tingkat pendidikak (SD sampai
SMU/ SMK) disajikan pada Tabel berikut.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 12
Tabel 4.9. Keadaan Guru Menurut Ijazah Tertinggi Tahun 2006/2007
Ijazah GuruSekolah tempat mengajar
SD +MI SLP + MTS SMU + MA SMK Jumlahorg % org % org % org % org %
< SLTA 77 4.3 77 2.1SLTA 373 20.7 9 1.0 7 1.0 14 4.2 403 10.9D-I 37 2.1 43 4.9 1 0.1 0.0 81 2.2D-II 907 50.3 69 7.8 7 1.0 0.0 983 26.6SM/D-III 135 7.5 234 26.6 78 11.6 93 27.7 540 14.6S1/S2 - 524 59.6 579 86.2 229 68.2 1332 36.1Jumlah 1804 100.0 879 100.0 672 100.0 336 100.0 3691 100.0Sumber; Diolah dari Profil Pendidikan Kota Palangka Raya 2006/2007
Untuk SD dan MI, pendidikan gurunya 50,3% beriijazah D-II dan 20,7%
berpendidikan SLTA. Guru pada SLTP/MTS yang berpendidikan S1/S2
sebesar 59,6% dan Sarjana Muda/D-III adalah 26,6%. Guru pada SMU + MA
sebagian besar (86,2%) berpendidikan S1/S2 dan 11,6% berpendidikan SM/D-
III. Pada sekolah Menengah Kejuruna (SMK), guru yang berpendidikan S1/S2
sebesar 68,2% dan berpendidikan SM/D-III adalah 27,7%.
Tabel 4.10. Keadaan Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2006/2007Sekolah Layak Semi Layak T. Layak
orang % orang % orang %
SD + MI 1.317 73,00 410 22,73 77 4,97
SLP + MTS 758 86,23 76 8,65 52 5,92
SMU + MA 552 82,14 102 15,18 18 2,68
SMK 187 55,65 95 28,27 43 12,80Sumber; Profil Pendidikan Kota Palangka Raya 2006/2007
Keterangan: Kelayakan yang ditampilkan dalam tabel di atas adalah dengan berdasarkan Ijazahdari guru yang bersangkutan sbb :a) Untuk tingkat SD/sederajat.
- Tidak Layak = berijazah SLTA non keguruan- Semi Layak = berijazah SLTA keguruan dan PGSLP/D-1- Layak = berijazah D-II ke atas
b) Untuk tingkat SMP/sederajat:- Tidak layak = berijazah SLTA dan PGSLP/D-1- Semi Layak = berijazah D-II, dan D-III non keguruan- L a y a k = berijazah D-III/Sarjana Muda Keguruan ke atas
c) Untuk tingkat SMA/sederajat- Tidak layak = berijazah D-II dan D-III non keguruan- Semi layak = berijazah D-III keguruan dan Sarjana non keguruan- Layak = berijazah Sarjana keguruan ke atas.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 13
Ditinjau dari kelayakan
mengajar pada masing-
masing jenjang sekolah
adalah sebagai berikut: pada tingkat SD+MI guru
yang layak mengajar
adalah 73%,
SLP + MTS 86,23%,
Untuk SMU + MA, guru
yang layak mengahar
82,14%
Untuk Sekolah Menengah
Kejuruan, guru yang layak
mengajar 55,65%.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pegawai daerah didirikan Kursus
Dinas C (KDC) tahun 1962, yang kemudian dikembangkan menjadi Akademi
Pemerintahan Dalam Negeri (APDN). Sejak tahun 1990-an APDN dibubarkan
karena adanya kebijakan MENDAGRI bahwa pendidikan kedinasan di
lingkungan DEPDAGRI dipusatkan dan dijadikan Sekolah Tinggi Pemerintahan
Dalam Negeri (STPDN), sekarang Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN),
di Jatinangor,Sumedang.
Sesuai dengan Ketetapan MPRS RI, kebijakan pemerintah pada saat itu
menetapkan agar setiap Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia harus memiliki
Universitas Negeri. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 141
tanggal 10 Nopember 1963 dibentuk Universitas Negeri Palangka Raya yang
terdiri dari 4 (empat) Fakultas :
1) Fakultas Ekonomi
2) Fakultas Pertanian
3) Fakultas Kehutanan
4) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Gbr 4.7. Apel Hari Pendidikan Nasional
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 14
Gbr. 4.7. Gerbang Universitas Palangka Raya
Pada permulaan perkuliaan tahun 1964 dibuka Fakultas Ekonomi,
sedangkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sesuai kebijakan
pemerintah FKIP di seluruh Indonesia di integrasikan pada IKIP. Dengan
demikian di Palangka Raya di samping Fakultas Ekonomi terdapat IKIP
Bandung Cabang Palangka Raya dengan 2 fakultas masing-masing Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP) dan Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS), dan untuk
memimpin ketiga Fakultas tersebut waktu itu dikenal adanya jabatan Dekan
Koordinator yang dipjabat oleh Bapak H. Timang.
Baru pada tahun 1969 IKIP Bandung Cabang Palangka Raya dilebur ke
dalam Universitas Palangka Raya sehingga UNPAR memiliki 3 Fakultas yaitu
A. Fakultas Ekonomi
B. Fakultas Ilmu Pendidikan
C. Fakultas Keguruan Ilmu Sosial
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 15
Sedangkan Fakultas Pertanian dan Fakultas Kehutanan yang ditempatkan di
Kuala Kapuas karena kesulitan tenaga pengajar hanya dapat berjalan kurang
lebih 1 tahun.
Tahun 1973 FKIS diganti nama menjadi Fakultas Keguruan (FKg),
selanjutnya tahun 1982 berdasarkan KePres RI Nomor 67 tahun 1982, FIP dan
FKg digabung menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Sehubungan dengan Fakultas Pertanian dan Fakultas Kehutanan di
Kuala Kapuas yang tidak dapat dilanjutkan, tahun 1981 dibuka Fakultas Non
Gelar Teknologi (FNT) jenjang D-III, yang kemudian pada tahun 1989
diperkenankan membuka program studi Ilmu-Ilmu Pertanian Strata satu (S-1),
dan sejak tahun 1993 FNT berubah menjadi Fakultas Pertanian.
Peran masyarakat di bidang pendidikan tinggi juga mulai nampak sejak
tahun 1970-an dengan berdiri Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus
(UNTAG) Cabang Palangka Raya (sekarang STIH – Tambun Bungai Palangka
Raya).
Lembaga pendidikan tinggi (negeri dan swasta) mengalami perkembangan
yang cukup pesat sejak tahun 1980-an. Berikut nama-nama perguruan tinggi
yang terdapat di wilayah Kota Palangka Raya sampai dengan tahun 2007 :
: TABEL 4.11 : NAMA–NAMA PERGURUAN TINGGI MENURUT STATUS
No Nama Perguruan Tinggi Alamat Status Pengelola
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Universitas Negeri Palangka Jl. Yos Sudarso Kampus Negeri Depdiknas RIRaya (UNPAR) Tunjung Nyaho
2. STAIN Palangka Raya Jl. G. Obos Negeri Depag RI
3. STAHN Palangka Raya Jl. Tambun Bungai No.5 Negeri Depag RI
4. STAKN Palangka Raya Jl. RTA Milono Negeri Depag RI
5. Politeknik Kesehatan Jl. G. Obos No. 30 Negeri DepkesPalangka Raya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 16
(1) (2) (3) (4) (5)5. Universitas Muhammadiyah Jl. RTA Milono Km. 1,5 Disamakan Yayasan
Muham-madiyah
6. UNKRIP Palangka Raya Jl. RTA Milono Km. 8,5 Terdaftar KopertisWilayah XIKalimantan
7. Universitas PGRI Jl. Tjilik Riwut Km.7 Terdaftar KopertisPalangka Raya Jl. Hiu Putih Wilayah XI
Kalimantan
8. AAP Palangka Raya / Jl. Haji Ikap No. 17 Terdaftar KopertisSTIE - YBPK Wilayah XI
Kalimantan
9. STIE Palangka Raya Jl. Yos Sudarso No. 15 Terdaftar Kopertisterakreditasi Wilayah XI
C Kalimantan
10. AMIK Palangka Raya Jl Kinibalu No. 120 Terdaftar KopertisWilayah XIKalimantan
11. STIH “Tambun Bungai” Jl Sisingamaraja Terdaftar KopertisPalangka Raya Wilayah XI
Kalimantan
12. STIBA Palangka Raya Jl. Diponegoro No.3 Terdaftar KopertisWilayah XIKalimantan
13. Sekolah Tinggi Ilmu Jl. Tjilik Riwut Terdaftar KopertisPertanian (STIP) Wilayah XIPalangka Raya Kalimantan
15. AMIK PPKIA Tarakanita Jl Yos Sudarso No. 12 Ijin Penye- KopertisRahmawati Tarakan lenggaraan Wilayah XI
Kalimantan16. Akademi Komunikasi Jl. M. H. Thamrin No.1 Ijin Kopertis
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 17
(1) (2) (3) (4) (5)(AKOM) Palangka Raya Dalam Wilayah XI
Proses Kalimantan
18. Sekolah Tinggi Ilmu Jl. Tjilik Riwut Terdaftar Depag RIPastoral (STIPAS) P.Raya
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah
Gbr. 4.8. STAIN Gbr. 4.8. UNKRIP
Untuk melihat perkembangan perguruan tinggi di Kota Palangka Raya, di
bawah ini disajikannya salah satunya yaitu Universitas Palangka Raya sebagai
universitas negeri terbesar dan tertua.
Perkembangan Universitas Palangka Raya sampai saat ini diperlihatkan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.12. Keadaan Perkembangan Universitas Palangka Raya Tahun 1970 – 2005
Tahun Jumlah Fakultas Dosen Tetap Mahasiswa Lulusan1970/71 3 4 501 361975/76 3 18 663 511980/81 3 100 2.136 441985/86 3 218 2.066 2161990/91 3 407 3.930 4691995/96 4 535 6.591 704
2000/2001 5 612 7.155 1.0272005/2006 5 747 10.101 1.246
Sumber: diolah dari Buku Panduan UNPAR Tahun 2001/2002, dan Provinsi Kalteng DalamAngka tahun 2005.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 18
Sejak tahun 2000/2001 sampai saat ini Universitas Palangka Raya
mengasuh 5 (lima) Fakultas yaitu
1) Fakultas Ekonomi
2. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Fakultas Pertanian
4. Fakultas Teknik
5. Fakultas Hukum
Universitas Palangka
Raya dalam upaya
meningkatkan SDM yang
berkualitas juga telah
membuka program Pasca
Sarjana, yakni Fakultas
Ekonomi telah dimulai
tahun akademik
2004/2005, Fakultas
Pertanian baru pada tahun
akademik 2006/2007, dan
Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan akan
membuka Program Pasca
Sarjananya pada tahun
2008.
2. Masalah dan Tantangan
Laju pertumbuhan lembaga pendidikan baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat ternyata tidak diimbangi/diikuti dengan
pertumbuhan sarana penunjang pendidikan yang memadai, seperti gedung
yang memadai, perpustakaan, laboratorium dan bengkel. Berdasarkan profil
pendidikan Kota Palangka Raya tahun 2006/2007, belum ada SD/MI yang
memiliki perpustakaan.. Di tingkat SLTP (SMP/MTS) hanya 54,05 % yang
memiliki perpustakaan, SMU & MA hanya 58,06 %, sedangkan di SMK hanya
Gbr. 4.9. Kantor Rektorat UNPAR
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 19
50 % yang memiliki perpustakaan. Umumnya yang tidak memiliki fasilitas
perpustakaan dan lain-lain adalah sekolah swasta.Issue strategis adalah, masih terdapatnya penduduk yang belum melek
huruf. Demikian juga putus sekolah pada tingkat pendidikan dasar (SD dan
SMP), merupakan tantangan bagi keberhasilan pelaksanaan “WAJIB
BELAJAR”.
Masalah lain yang dihadapi adalah kualifikasi guru. Dari tabel 11 ternyata
cukup tinggi presentase guru yang tidak layak dan semi layak mengajar. Di SD
+ MI masih terdapat 4,27 %, guru yang tidak layak mengajar, dan 22,73 %
yang hanya semi layak untuk mengajar. Pada jenjang SLP/ + MTS terdapat
3,67 % tidak layak mengajar dan 6,55 % semi layak mengajar. .Di jenjang SMU
+ MA 2,68 % tidak layak mengajar dan 15,18 % semi layak mengajar.
Sedangkan pada jenjang kejuruan (SMK) tidak layak mengajar 12,80 %, semi
layak 28,27 % dan layak 55,65 %.
Tantangan ke depan mengenai kualifikasi guru yaitu menghadapi
diberlakukannya UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru-guru
dituntut berpendidikan minimal S1 dan memiliki sertifikasi.
Pada jenjang SLTP dan SLTA kekurangan guru pada bidang studi tertentu
masih terjadi terutama untuk guru-guru bidang studi MIPA (terutama fisika dan
matemakia), bidang studi Bahasa dan bidang studi Ketrampilan.
Pada jenjang SLTA ternyata minat ke sekolah umum lebih tinggi
dibandingkan minat ke sekolah kejuruan. Bidang-bidang keahlian pada SMK
perlu dikembangkan. Saat ini SMK (swasta) hanya terbatas pada jurusan
ekonomi (SMEA). Mengingat sangat terbatasnya industri/lapangan kerja di Kota
Palangka Raya, maka kurikulum SMK perlu menumbuhkan jiwa kewirausahaan
pada siswa dalam menciptakan lapangan kerja, dengan mengoptimal
pelaksanaan “pendidikan sistem ganda” (PSG)
Pendidikan tinggi yang ada di Kota Palangka Raya juga dapat dikatakan
homogen, dalam arti Fakultas dan jurusan yang dikembangkan kurang
bervariasi. Berkaitan dengan hal tersebut Universitas Palangka Raya sebagai
perguruan tinggi negeri tertua dan terbesar di Kalimantan Tengah harus
berupaya mengembangkan diri dengan membuka Fakultas/Jurusan yang
relevan dengan kebutuhan pembangunan, di samping tetap berupaya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 20
meningkatkan kualitas fakultas/jurusan yang sekarang sudah ada agar
outputnya sesuai dengan kebutuhan pasar dan bisa membuka lapangan kerja
sendiri.
3. Potensi dan Peluang Program Paket A sangat besar manfaatnya untuk mengatasi penduduk yang
belum melek huruf dan yang belum memiliki ijazah Sekolah Dasar, demikian
juga program Paket B bagi mereka yang belum memiliki ijazah SMP.
Program Wajib Belajar 9 tahun menuntut agar setiap penduduk
berpendidikan minimal berijazah SMP. Salah satu upaya untuk tercapainya
pelaksanaan Wajib Belajar 9 tahun ini perlu direalisasikan program
pendidikan SD/SMP satu atap.
Bahwa target dalam RENSTRA Kota Palangka Raya tahun 2003 – 2008
khususnya mengenai APM (angka partisipsi murni) tingkat SD/sederajat,
SLTP dan SLTA. Sudah dapat dilampaui pada tahun 2006/2007.
Letak Kota Palangka Raya yang cukup stragegis dan mudah dijangkau dari
tiap-tiap kabupaten, lebih-lebih dengan dibangunnya infrastruktur yang
menghubungkan kabupaten-kabupaten dengan ibukota provinsi. Karena itu
Kota Palangka Raya yang memiliki potensi dan peluang yang besar untuk
pengembangan pendidikan.
Karena Kota Palangka Raya jauh dari pelabuhan laut, maka perkembangan
dari sektor perdagangan dan ekonomi akan lambat, maka pengembangan di
bidang pendidikan hendaknya menjadi program unggulan dalam memacu
kemajuan pembangunan Kota Palangka Raya. Pembangunan di bidang
pendidikan ke depan agar lebih mengutamakan relevansi dengan kebutuhan
pembangunan dan peningkatan mutu, agar mampu bersaing dengan
lembaga-lembaga pendidikan di luar Kalimantan Tengah, sehingga
ketergantungan generasi muda dalam memperoleh pendidikan bermutu
yang selama ini cenderung ke luar Kalimantan Tengah dapat teratasi. Untuk
itu amanat UUD’45 mengenai anggran pendidikan sebesar 20 % dari
APBD/APBN, diharapkan dapat direalisasi oleh Pemereintah
Kota/Kabupaten dan Propinsi Kalimantan Tengah, sehingga akan
mempercepat pengembangan/peningkatan pendidikan di Kalimantan
Tengah umumnya, Kota Palangka Raya khususnya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 21
Peran swasta yang cukup tinggi dalam bidang pendidikan mulai dari tingkat
pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi, merupakan modal yang
sangat berarti bagi pengembangan pendidikan. Yang perlu dilakukan adalah
pembinaan dan pengawasan agar kualitas tetap menjadi komitmen dari
semua lembaga pendidikan.
Ujian Akhir Nasional (UAN) sebagai salah satu upaya dalam rangka
meningkatkat mutu pendidikan hendaknya tidak hanya dilihat dari sudut
persentase kelulusan siswa, tetapi lebih dari itu harus dilihat sebagai
instrumen pemetaan untuk mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan
pendidikan.
Peluang pengembangan dan peningkatan pendidikan tinggi sangat besar.
Dengan cukup banyaknya perguruan tinggi baik negeri maupun swasta,
diharapkan terjadi persaingan yang positif, baik peningkatan mutu maupun
dalam membuka program-program baru yang relevan bagi pembangunan
Kota Palangka Raya khususnya dan Kalimantan Tengah umumnya.
Universitas Palangka Raya berpotensi menjadi pionir pengembangan dan
peningkatan pendidikan tinggi. Karena selain memliki memiliki
sarana/prasarana yang cukup memadai, UNPAR juga sudah memiliki
tenaga pengajar dengan kualifikasi berpendidikan S2 , S3 dan sejumlah
guru besar (S2; 337 orang., S3; 39 orang, guru besar 11 orang).
Peningkatan kualifikasi pendidikan tenaga pengajar harus menjadi program
prioritas UNPAR dalam masa – masa mendatang lebih-lebih dengan akan
diberlakukannya Undang Undang No. 14 tahun 2005 yang mensyaratkan
tenaga pengajar di perguruan tinggi minimal berpendidikan Pasca Sarjana /
S-2
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 22
C. KESEHATAN1. Perkembangan
Pembangunan di bidang kesehatan baru kelihatan secara nyata dengan
dibangunnya sebuah Rumah Sakit Pemerintah yakni Rumah Sakit Umum
Palangka Raya tahun 1965.
Gbr. 4.10. RSUD Dr. Doris Sylvanus
Cikal bakal berdirinya RSUD Dr. Doris Sylvanus diawali berdirinya klinik di
rumah Bapak Abdul Gafar Aden di jalan Sutanegara pada tanggal 30 Juni tahun
1959, yang pengelolaannya dibantu oleh istirinya Ibu Lamus Lamon.
Tahun 1960 klinik tersebut dipindahkan ke Jl Suprapto dan tahun 1961
dipindahkan lagi ke Jl. Bahutai Dereh (sekarang Jl. Dr. Sutomo) dan
berkembang menjadi sebuah Rumah Sakit kecil ( RSU Palangka Raya) dengan
kapasitas 16 tempat tidur, dilengkapi dengan peralatan kesehatan dan
laboratorium. Dari tahun 1961 sampai dengan tahun 1963 RSU Palangka Raya
dipimpin oleh dr. Loe Boen Sio.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 23
Sampai dengan tahun 1973 pemilikan / pengelolaan RSUD Palangka
Raya berada di bawah Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya, dan sejak
tahun 1974 dialihkan pengelolaannya menjadi milik Pemerintah Provinsi
Kalimantan Tengah.
RSU Palangka Raya semakin berkembang dan tahun 1977 diresmi
menjadi Rumah Sakit kelas D dengan kapasitas 65 tempat tidur, dan tahun
1978 ditingkatkan kapasitasnya dengan 100 tempat tidur.
Dengan Surat Keputusan Gubernur KDH Provinsi Kalimantan Tengah
Nomor 641/KPTS /1980, dengan terpenuhinya standard Depkes RI, RSUD
Palangka Raya ditingkatkan dari kelas D menjadi kelas C dengan kapasitas 162
tempat tidur.
Berdasarkan Surat Keputusan DPRD Provinsi Daerah Tingkat I
Kalimantan Tengah Nomor 8 tanggal 7 Mei 1992, nama Rumah Sakit Umum
Palangka Raya diganti menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter DorisSylvanus.
Sesuai dengan PERDA Provinsi Kalteng No. 11 tahun 1999, RSUD Dr.
Doris Sylvanus ditingkatkan menjadi kelas B non Pendidikan, yang baru resmi
operasional sejak 1 Mei 2001 dengan dilantiknya dr. Arnold Singarimbun
sebagai pejabat Pengelola, dengan kapasitas 205 tempat tidur.
Pelayanan Rawat Inap terdiri atas 17 ruangan yaitu; Penyakit Dalam Pria,
Penyakit Dalam Wanita, Bedah Pria, Bedah Wanita, Kebidanan dan Kandungan,
Penyakit Paru, Syaraf-THT-Mata – Gigi dan Mulut, Perinatologi, Kelas Utama,
VIP 1, VIP 2, VIP 3, ICU, ICCU, NICU, dan Haemodialisa
Pelayanan Rawat Jalan RSUD terdiri dari 13 poliklinik yaitu; Jantung, THT,
Paru, Kulit dan Kelamin, Syaraf, Penyakit Dalam, Gigi dan Mulut, Mata,
Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Bedah, Kesehatan Jiwa, dan
Klinik Pegawai. .Penunjang Pelayanan (Instalasi) lainnya terdiri dari; Farmasi,
Patologi Klinik, Anestesi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Bedah sentral, Gizi,
Pemeliharaan Sarana, dan Kamar Jenazah.
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya memiliki Visi ”RSUDDr.D.Sylvanus menjadi RS Terbaik dan Pusat Rujukan di Kalteng 2010”,dengan misi :
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 24
a. Meningkatkan Pelayanan yang bermutub. Meningkatkan SDM yang profesional dan berkomiitmen tinggic. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sarana prasaranad. Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien
dan Motto Pelayanan : ”BAJENTA BAJURAH”, artinya memberikan pelayanan
dan pertolongan kepada semua orang dengan ramah tamah, tulus hati dan
kasih sayang.
Untuk mempersiapkan tenaga paramedis, Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah menyelenggarakan pendidikan di bidang kesehatan. Tahun
1967 didirikan SPKU/SPKP, kemudian tahun1973 ditingkatkan menjadi Sekolah
Pengatur Rawat (SPR), yang dirubah menjadi Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK) tahun 1974. Lembaga pendidikan kesehatan ini menjadi embrio
berdirinya Akademi Perawat, Akademi Kebidanan, dan Akademi Gizi pada
tahun 2001, dan sekarang menjadi Politeknik Kesehatan yang berada di bawah
UPT Departemen Kesehatan. Sejak tahun 2001 SPK tidak lagi menerima siswa
baru, sehingga diharapkan ke depan tenaga perawat minimal berpendidikan
akademi dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Gbr. 4.11. SPK
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 25
Setelah diresmikannya Kotapraja Palangka Raya tahun 1965, didirikan
pula Balai Pengobatan/Poliklinik (sekarang Puskesmas), berturut-turut di
Kecamatan Pahandut dan kecamatantan Bukit Batu – Tangkiling
Sampai saat ini diwilayah Kota Palangka Raya terdapat 3 (tiga) Rumah
Sakit pemerintah masing-masing Rumah Sakit Umum Daerah Doris Sylvanus
(dulu RSUD Palangka Raya), Rumah Sakit Korem, dan Rumah Sakit
Bhayangkara, satu Rumah Sakit Swasta, serta terdapat 8 Puskesmas
(Kecamatan Pahandut 2 Puskesmas, Kecamatan Jekan Raya 4 Puskesmas,
Kecamatan Sebangau 1 Puskesmas, Kecamatan Bukit Batu 1 Puskesmas),
dan didukung oleh 43 Puskesmas Pembantu PUSTU). Diharapkan tahun 2007
diresmikan PUSKESMAS Rakumpit di Mungku Baru. PUSKESMAS Tangkiling,
Bereng Bengkel dan Pahandut telah dilengkapi dengan fasilitas pelayanan
Rawat Inap.
Untuk menjangkau daerah-daerah rawan kesehatan dan mempercepat
pelayanan, masing-masing PUSKESMAS dilengkapi dengan sarana Pelayanan
PUSKESMAS Keliling, baik kendaraan darat (mobil) maupun kendaraan sungai
(Speetboad).
Tabel 4.13. Prasarana kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 1975 – 2007
Tahun
Rumah Sakit Puskesmas/PUSTU BP (BKIA/RSB)
ApotikPem Swt Jlh Pusk Pustu Jlh Pem Swt Jlh
1975 2 - 2 10
1980 2 - 2 3 - 3 6 - 6 1+1
1985 2 2 5 16 21 1+2
1990 2 5 20 25 1 1+5
1995 2 2 5 27 32 2+6
2000 2 1 3 7 38 45 2
2005 2 1 3 8 41 49 3
2007 3 1 4 8 43 52
Sumber; Diolah dari Kalteng Dalam Angka dan Profil Kesehatan Kota
Seiring dengan pembangunan prasarana kesehatan maka tenaga
kesehatan juga semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas,
dengan semakin banyaknya tenaga dokter (umum maupun spesialis) di wilayah
Kota Palangka Raya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 26
Gbr. 4.12. Puskesmas Bukit Hindu Gbr. 4.13. Puskesmas Pahandut
Gbr. 4.14. Mobil Ambulans Gbr. 4.15. Puskesmas Keliling
Tabel 4.14. Tenaga Kesehatan di Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 1970 - 2005
Tahun
Dokter.
Bidan + P.Rawat Apt/Ass + TnTeknis Jlhum gigi spsls
1970 4 2 - - - -
1975 6 3 - - - 9
1980 7 2 - 173 29 211
1985* 7 9 1 124 1 (ass.Apt)
1990* 25 6 - 36 99 10 186 362
1995 9 5 - 45 98 - 124 285
2001* 58 14 17 100 330 24 107 668
2005* 40 13 18 137 418 72 50 748
Sumber; Kalteng Dalam Angka* Termasuk Tenaga Kesehatan di RSU Palangka Raya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 27
Pada tahun 2007 ini di RSUD Dr. Doris Sylvanus dilayani oleh 20
orang dr. spesialis, yaitu dr.spesialis kebidanan dan kandungan 3 orang, dokter
spesialis kesehatan anak 2 orang, dokter spesialis penyakit dalam 2 orang,
dokter spesialis bedah 2 orang, dokter spesialis bedah mulut 1 orang, dokter
sepesialis kulit dan kelamin 1 orang, dokter Spesialis THT 1 orang, dokter
Spesialis neorologi 1 orang, dr.spesialis mata 1 orang, dr.spesialis anesetesi 1
orang, dokter spesialis jantung 1 orang, dokter spesialis patologi klinik 1 orang,
dr.spesialis gigi anak 1 orang, dokter Spesialis rehabilitasi 1 orang, dan dokter
spesialis bedah syaraf 1 orang.
Peningkatan sarana dan tenaga kesehatan sangat mempengaruhi
peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Peningkatan pelayanan
kesehatan ternyata memberikan dampak positif bagi peningkatan kesehatan
masyarakat.
Berikut ini hanya dikemukakan beberapa indikator yang menunjukkan
peningkatan kesehatan masyarakat di Kota Palangka Raya.
a. Angka Kematian Bayi (AKB)Angka kematian bayi didefinisikan jumlah bayi yang meninggal setiap
1.000 kelahiran hidup -KH).
Angka kematian Bayi tahun 2001
mencapai 12,33 / 1.000 KH, tahun
2002 6,15 / 1.000 KH, tahun 2003
10,17 / 1.000 KH, tahun 2004 2, 97 /
1.000 KH , sedangkan tahun 2005
turun menjadi 1,4 / 1.000 KH, namun
tahun 2006 naik mencapai
5,2/1.000KH. Walaupun demikian
AKB Kota Palangka Raya tetap jauh
lebih rendah dari AKB tingkat
nasional yang mencapai 34/1.000
KH.Gbr. 4.16. Imunisasi Bayi
Sumber: Dok. Dinkes Kota
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 28
b. Angka kematian Ibu (AKI)Angka kematian ibu didefinisikan sebagai jumlah ibu yang meninggal
akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas setiap 100.000 kelahiran
hidup (KH). Angka kematian Ibu tahun 2002 mencapai 80/100.000 KH, tahun
2003 tercatat sebesar 53,54/100.000 KH, dan tahun 2004 turun menjadi
49,46/100.000 KH, sedangkan tahun 2005 adalah 0, artinya tidak
ditemukan/tidak ada dilaporkan, tahun 2006 terlapor 1 kasus yang berarti
21,5/100.000 KH. Seperti halnya AKB, AKI di Kota Palangka Raya juga jauh
lebih rendah dari angka kematian ibu (AKI) secara nasional yang tercatat
mencapai 304/100.000 KH.
Baik angka kematian Bayi maupun angka kematian Ibu, keduanya
merupakan indikator sensitif karena mencerminkan kualitas pelayanan
kesehatan dasar yang paling awal dan sangat menentukan status kesehatan
masyarakat. Karena itu kedua indikator ini menjadi primadona dalam
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
c. Status GiziStatus gizi bayi/balita dan ibu hamil adalah tolak ukur paling penting dalam
menentukan status gizi masyarakat. Tahun 2005 masih tercatat 0,62 balita gizi
bermasalah dan tidak terdapat balita dengan status gizi buruk. Sedangkan
masalah gizi ibu hamil yang dilaporkan di Kota Palangka Raya adalah Anemia
Gizi Besi yang tercatat mencapai 9,4 % pada tahun 2001 dan tahun 2005,
sedangkan tahun 2006 turun menjadi 5,4 %.
d. Penanggulangan Penyakit Menular (langsung)Penyakit menular langsung antara lain adalah TBC. Penyembuhan
penderita TBC Kota Palangka Raya tahun 2004 baru mencapai 80,3 %, tahun
2005 meningkat menjadi 86,5 %, dan tahun 2006 mencapai 98,64 %.
e. Pelayanan Keluarga BerencanaPeningkatan pelayanan KB tergambar pada tabel di bawah ini.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 29
Tabel 4.15. Akseptor KB Aktif Tahun 1975 – 2005
Tahun Alat Kontrasepsi yang digunakan
Pil IUD Kondom Suntik Implan Lain-2 total
1975 69 13 6 4 92
1978 243 23 5 1 - 4 276
1980 673 218 177 192 - 10 1.270
1983 1.643 1.492 183 144 203 4.995
1985 1.804 777 174 1641 260 5.656
1990 5.031 2.373 320 4.961 522 410 13.617
1995 7.452 3.221 495 7.958 869 299 20.594
2000 10.345 1.354 592 8.775 1.137 371 22.574
2005 9.457 982 263 9.228 1.038 318 21.286
Sumber; Palangka Raya Dalam AngkaCatatan. Secara persentase Peserta KB aktif tahun 2005 77,2 %, meningkat dibandingkan tahun2001 hanya 76,64 % ( PUS tahun 2001 berjumlah 30.705, tahun 2005 berjumlah 27.577)
Peningkatan kesehatan masyarakat sudah tentu tidak terlepas dari peran serta
masyarakat yang antara lain tercermin dari hal-hal berikut ini;
a. PosyanduPosyandu di Kota Palangka Raya tahun 2005 tercatat 116 buah, yang
berjalan dengan baik dan telah mencapai kriteria “Purnama” 17,2 % dan
“mandiri” 2,6 %, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2001 dengan
jumlah posyandu 97 buah dan yang mencapai kriteria “purnama” 11,34 %, dan
“Mandiri” 2,06 %
b. Rumah Sehat dan Tempat Umum SehatKesadaran masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat sangat
penting artinya dalam peningkatan kesehatan masyarakat.
Tahun 2001 tercatat 78,17 % rumah sehat (sampel yang diambil 5.525 rumah),
sedangkan tahun 2005 tercatat 73,9 % (sampel yang diambil 9.678 rumah).
Tempat-tempat umum sehat tahun 2001 tercatat 52,61 % (sampel yang diambil
268), sedangkan tahun 2005 tercatat 81,4 % (sampel yang diambil 473 tempat).
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 30
Hal yang memprihatinkan di Kota Palangka Raya Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) masih sangat rendah. Berdasarkan hasil survei PHBS untuk
tatanan rumah tangga tahun 2005 di kecamatan Sebangau dan mengambil
sampel 210 rumah sesuai rekomendasikan WHO menunjukkan hanya 3,33 %
rumah yang dapat dikategorikan sebagai rumah tangga ber-PHBS. Angka ini
sangat rendah dari target yang ingin dicapai tahun 210 sebesar 65 %.
c. Akses Air bersih.Salah-satu indikator kinerja pemerintah Kota Palangka Raya seperti
dimuat dalam RENSTRA tahun 2003 – 2008, adalah cakupan pelayanan air
bersih untuk rumah tangga.
Suatu rumah tangga dianggap memperoleh air bersih apabila air bersih apabila
memiliki akses terhadap air bersih yang bersumber dari:
a). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
b). Air kemasan
c). Sumur pompa tangan/sumur bor
d). Mata air terlindung
Khusus tentang pelayanan air bersih dari PDAM, disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 4.16. Jumlah Pelanggan PDAM dari Rumah Tanggadi Kota Palangka Raya Tahun 1980 - 2005
Tahun Pelanggan PDAM dariRumah Tangga
Jumlah RumahTangga Kota
% Rumah TanggaPelanggan PDAM
Keterangan
1980 672 11310 5.941985 1266 15717 8.051990 3095 24965 12.401995 4411 33990 12.982000 6389 40535 15.762003 9972 41530 24.012004 10569 42882 24.652005 10777 42347 25.45
Sumber:1). Palangka Raya Dalam Angka, 1985, 2003, 2004, 2005.2). Kalimantan Tengah Dalam Angka, 1980, 1985, 2003, 2004, 2005.
Pada tahun 1980, jumlah pelanggan PDAM yang berasal dari rumah tangga
(RT) hanya 672 RT, dan jumlah ini hanya sekitar 6% saja dari jumlah rumah-
tangga Kota Palangka Raya tahun yang bersangkutan.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 31
Jumlah pelanggan rumah-tangga dalam periode 1980 – 2005, meningkat
dengan pertumbuhan 11,7%/tahun sedang jumlah rumah tangga tumbuh
dengan 5,4%/tahun.
Pada tahun 2003, jumlah pelanggan rumah tangga tercatat 9.972 RT atau 24%
dari jumlah RT di Kota Palangka Raya. Pada tahun 2005, persentase rumah
tangga yang menjadi pelanggan PDAM meningkat sedikit yaitu 25,5%.
Dalam RENSTRA Kota
Palangka Raya tahun
2003 – 2008, pada tahun
2003 cakupan pelayanan
air bersih untuk rumah
tangga sudah mencapai
40%.Dihubungkan
dengan Tabel tersebut di
atas ternyata pada tahun
2003, rumah tangga yang
menjadi pelanggan PDAM
hanya sebanyak 24 %.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa pada tahun 2003 minimal terdapat
16% rumah tangga dengan sumber air bersih dari: air kemasan, sumur
terlindung dan dari mata air terlindung.
Pada tahun 2006, jumlah rumah tangga di Kota Palangka Raya mencapai
47.798 RT dan dari jumlah ini sebesar 45.051 RT (94,25 %) dinyatakan
memiliki akses terhadap air bersih, yang terdiri dari pelanggan PDAM 27,4%
dan Sumur Pompa Tangan 65,8%. (Data Dasar Dinas kesehatan Kota
Palangka Raya, 2007, h. 49).
Dengan data dan informasi seperti tersebut di atas, apabila pengertian air
bersih seperti tersebut di atas (tidak hanya dari PDAM) dapat disimpulkan
bahwa target cakupan pelayanan air bersih tahun 2008 sebesar 56% dalam
RENSTRA 2003-2008, sudah dapat dilampaui.
Gbr. 4.17. Penampung Air PDAM Kota Palangka Raya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 32
2. Permasalahan dan TantanganPemukiman penduduk yang masih terpencar dan masih terdapat desa-
desa yang masih relatif sulit terjangkau menjadi salah satu faktor kesulitan
dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan. Demikian juga Tenaga medis
dan paramedis yang masih terpusat di wilayah perkotaan (kecamatan Pahandut
dan kecamatan Jekan Raya).
Tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif masih rendah menjadi
permasalahan tersendiri bagi upaya pembangunan di bidang kesehatan.
Pelayanan pengobatan gratis dengan mengunakan ASKESKIN pada dasarnya
sangat membantu, namun yang masih perlu mendapat perhatiaan adalah
ketepatan sasaran.
Pertambahan penduduk karena arus urbanisasi dapat menimbulkan
permasalahan bagi pemukiman. Lebih-lebih dengan sangat minimnya
sosialisasi rencana tata kota menyebabkan banyak bangunan yang tidak teratur
dan liar akan menggangu penataan kota. Pemukiman di kawasan pinggir
sungai dan sepanjang Danau Seha memerlukan penanganan khusus agar tidak
terkesan menjadi pemukiman kumuh, apalagi dengan adanya wacana dijadikan
arena wisata air di Kota Palangka raya..
Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan keindahan, termasuk
masalah sampah perlu ditingkatkan untuk mewujudkan Palangka Raya kota
cantik
3. Potensi dan Peluang Semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat akan lebih
memudahkan dalam menerima/menyerap informasi – informasi yang
berkembang dalam masyarakat luas termasuk informasi di bidang
kesehatan, demikian juga besarnya golongan usia produktif dapat
dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan di Kota Palangka Raya.
Kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan yang semakin meningkat akan
berdampak positif bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
demikian juga peningkatan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana
kesehatan.
Peran masyarakat dan pihak swasta yang semakin meningkat antara lain
diwujudkan dalam pembangunan prasarana kesehatan seperti Posyandu,
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 33
klinik bersalin, Rumah Sakit, akan mempercepat perkembangan
pembangunan kesehatan guna meningkatkan status/derajat kesehatan
masyarakat.
Apabila pengertian sumber air bersih tidak hanya dari PDAM, tetapi
termasuk sumur pompa tangan (sumur bor), maka cakupan pelayanan
air bersih pada tahun 2006 sudah melampaui target yang ditetapkan
dalam RENSTRA tahun 2003 – 2008.
Semua permasalahan, tantangan potensi dan peluang yang ada akan
memacu pembangunan bidang kesehatan Kota Palangka Raya yang
memiliki visi “Palangka Raya Sehat 2010” dengan misi :
a. Meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan
kesehatan
c. Optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya IV- 34
DAFTAR BACAAN
1. Kalteng Dalam Angka Tahun 1980, 1986, 1990, 2001, 20052. Kota Madya Palangka Raya Dalam Angka Tahun 1976, 1978, 1982, 1985, 1991,
1995,3. Kota Palangka Raya Dalam Angka Tahun 2001, 2002, 2003, 2004 dan 20054. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 19905. Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2001, dan Tahun 20056. Data Dasar Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Rahun 20076. Profil Pendidikan Kota Palangka Raya Tahun 2001/2002 dan tahun 2006/20077. Memori Serah Pelaksanaan Tugas Gubernur KDH Kalimantan Tengah Ir. Renout
Sylvanus8. Sejarah Singkat RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, Dinas Kesehatan9. Sejarah Kota Palangka Raya, Pemerintah Kota Palangka Raya, 200310.Selayang Pandang Kota Palangka Raya, Tahun 2003 dan 2005, Pemerintah Kota
Palangka Raya10.Sejarah Kalimantan Tengah,11. W. Sandy, Memori Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Palangka Raya, untuk
masa jabatan Th. 1967 – 197512, Salundik Gohong, Memori Pelaksanaan Tugas Walikota Palangka Raya, periode
1998/1999 – 2003.13. Pemerintah Daerah Tingkat II Palangka Raya, Brosur Kotamadya Palangka Raya,
17 Juli 1971.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 1
BAB V
EKONOMI DAN SUMBERDAYA ALAM
A. PERKEMBANGAN EKONOMI.Pada tahun 1957, Kota Palangka Raya yang masih baru diresmikan
pembangunannya sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, belum
memiliki prasarana dan sarana ekonomi yang memadai bagi sebuah kota.
Pemukiman penduduk masih terpusat di kampung Pahandut. Bangunan
pemerintah Provinsi di Palangka Raya baru selesai dan ditempati tahun 1960
dan seiring dengan itu nadi perekonomian mulai berdenyut.
Prasarana Ekonomi berupa pasar pada tahun 1960-an hanya 2 buah, yaitu
Pasar Palangka Sari dan Pasar Kameloh. Kemudian setelah Palangka Raya
diresmikan sebagai daerah Otonom menjadi Kotapraja tahun 1965,
perekonomian mulai berkembang.
1. Pertumbuhan Ekonomi.Laju Pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya dalam periode 1983 –
2005, ditunjukkan oleh Tabel berikut.Tabel 5.1. Distribusi Persentase (%) PDRB Kota Palangka Raya, menurut
Lapangan Usaha, periode 1983 – 2005 (Berdasarkan harga Konstan *)
Lapangan Usaha 1983 1985 1990 1995 2000 2003 2004 20051. Pertanian 30.04 26.33 22.17 6.4 5.32 6.66 6.84 6.732. Pertamb.& Penggal. 0.41 0.38 0.36 1.8 1.3 1.79 1.77 1.733. Industri Pengolahan 1.32 1.54 1.73 4.7 6.05 5.75 5.96 6.14. Listrik, Gas & AM 1.81 1.89 2.41 1.2 2.05 1.82 1.82 1.855. Bangunan 7.35 8.37 7.77 11.2 8.92 9.27 8.54 8.366. Perdag. Rest. & Hotel 18.01 16.72 14.08 11.9 14.8 18.20 18.65 18.677. Pengangk.dan Kom. 15.13 15.7 15.8 29.2 27.93 20.78 21.51 22.928. Keu. Persw & js Prshn 2.43 2.81 4.82 6.3 6.42 3.32 3.60 3.79. Jasa-Jasa lainnya 23.5 26.26 30.86 27.3 27.2 32.42 31.31 29.93
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100Perthn rata-rata/thn (%) 10.07 7.32 7.89 3.43 3,17 5,33 5,26
Sumber:1. PDRB Kota Palangka Raya, Tahun 1993 – 2000, BPS Kota Palangka Raya dan BAPPEDA
Kota Palangka Raya, Tahun 2004.2. Kota Palangka Raya Dalam Angka, (Tahun 1989 – 2005).
Keterangan (*)
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 2
Tahun 1983 – 1992 = Distribusi Persentase dihitung dari PDRB menurut harga Konstan tahun 1983Tahun 1993 – 1999 = Distribusi Persentase dihitung dari PDRB menurut harga Konstan tahun 1993.Tahun 2000 – 2005 = Distribusi Persentase dihitung dari PDRB menurut harga Konstan tahun 2000.
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 1983 – 1985 adalah sebesar
10%/tahun. Dalam periode lima tahunan berikutnya, yaitu tahun 1985–
1990 dan 1990-1995 pertumbuhan ekonomi sebesar 7,3% - 7,9%/tahun.
Dalam periode 1995 – 2000 laju pertumbuhan menurun, hanya
3,4%/tahun. Dalam periode ini termasuk masa resesi ekonomi tahun 1998
sampai tahun 2000. Bila dirinci per tahun, tahun 1998 pertumbuhan
hanya 0,18% dan tahun 1999 malah negatif yaitu -1,63%. Laju
pertumbuhan mulai meningkat pada tahun 2004 sebesar 5,33% dan
tahun 2005 sedikit menurun yaitu 5,26%.
Pada tahun 1983, sumbangan lapangan usaha pertanian terhadap PDRB
mencapai 30%. Sumbangan ini pada periode berikutnya semakin menurun
dan sejak tahun 1995 sampai tahun 2005 hanya berkisar 6% - 7% saja.
Turunnya peranan lapangan usaha pertanian ini tidak dikuti oleh
peningkatan yang signifikan dalam lapangan usaha lainnya. Seperti
ditunjukkan dalam Tabel di atas, lapangan usaha yang sumbangannya
relatif meningkat adalah:
a). Industri pengolahan, dari 1,32% tahun 1983 menjadi 6,1% tahun
2005.
b). Pengangkutan dan komunikasi, dari 15.1% tahun 1983 menjadi 22,9%
tahun 2005.
c). Jasa-Jasa (komponen utamanya pertahanan dan pemerintahan), dari
23.5% menjadi 29,9%.
2. Investasi dan Penyerapan Tenaga kerja.
Data tentang investasi untuk Kota Palangka Raya yang dapat digunakan
untuk mengetahui ICOR (incremental capital-output ratio) dan ILOR
(incremental labor- output ratio) hanya tersedia sejak tahun 1993, seperti
ditunjukkan pada Tabel berikut.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 3
Tabel 5.2. PDRB, Investasi dan Tenaga kerja yang diserapKota Palangka Raya, Tahun 1993 – 2005
TahunPDRB*
(Jutaan rp)Investasi Bruto*
(Jutaan rp)Tenaga Kerja
(orang) ICOR ILOR1993 289378.73 98996.46 42890 - -1994 308593.62 113598.44 43207 5.91 0.021995 330438.35 118585.41 43178 5.43 0.001996 354418.74 130918.30 53184 5.46 0.421997 382700.68 135016.80 50760 4.77 -0.091998 383398.31 103747.58 55202 148.71 6.371999 377145.41 104884.14 57357 -16.77 -0.342000 374448.62 105444.73 59512 -39.10 -0.802001 384363.51 107660.22 59548 10.86 0.002002 391973.91 113594.04 56938 14.93 -0.342003 407252.82 120430.93 58831 7.88 0.122004 425640.24 131917.92 59614 7.17 0.042005 449050.5 134437.3 60032 5.74 0.02
Rata-rata /thn 3,40% 2,40% 2,60% 9,6 0,13Keterangan: Diolah dari Pendapatan Regional Kota Palangka Raya dan
Kota Dalam Palangka Raya dalam Angka (beberapa Tahun)*). Menurut harga konstan 1993.
Sumber: Analisis Keuangan Daerah (AKD) Kota Palangka Raya, Provinsi KalimantanTengah, 2006. (Kerjasama BAPPEDA Kota Palangka Raya dengan LembagaPenelitian UNPAR).
Pertumbuhan rata-rata PDRB dalam periode 1993 – 2005 hanya 3,4%,
dan pertumbuhan investasi sebesar 2,4%. Besarnya ICOR 9,6
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan PDRB (output) dengan 1 unit
dibutuhkan tambahan kapital (investasi) sebesar 9,6 unit.
Besaran ILOR adalah 0,13 artinya untuk meningkatkan PDRB dengan 1
unit dibutuhkan tambahan tenaga kerja sebesar 0,132 unit. Dengan kata
lain untuk dapat menciptakan tambahan tenaga kerja sebesar 1 orang,
memerlukan kenaikan/tambahan PDRB sebesar Rp. 7,55 juta.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 4
3. Pertanian dan Perkebunan3.1. Tanaman Pangan
Komoditas utama tanaman pangan terdiri dari padi, jagung ubikayu dan
ubi jalar (Tabel 2.5). Apabila dirinci per kecamatan, padi ladang
terdapat di kecamatan Bukit batu dan kecamatan Rakumpit, padi sawah
baru ada tahun 2005 di Kecamatan Sebangau seluas 7 ha.
Gbr.5.1.Gubernur Kalteng A.Teras Narang, SH panen perdana di desa BerengBengkel, Kec. Sabangau. (sumber: Buletin Isen Mulang No. 133, Okt. 2005)
Produktivitas padi ladang cenderung meningkat, dari 1,32 ha/ton tahun 1980
menjadi 2,3 ton/ha tahun 2005. Dengan peningkatan produktivitas seperti itu,
ternyata produktivitas padi ladang dan padi sawah tahun 2005 relatif sama.
Tabel 5.3. Luas Panen dan produksi Padi dan beberapa KomoditasPalawija di Kota Palangka Raya, periode 1980 – 2005.
Padi dan PalawijaTahun
1980 1985 1990 1995 2000 2005A. Luas Panen (ha)Padi Ladang 1242 416 44 209 25 222Padi Sawah - - - - - 7Jagung 162 111 249 443 447 715Ubi Kayu 391 229 116 213 128 234Ubi Jalar 32 34 62 78 68 49
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 5
B. Produksi (Ton)Padi Ladang 1529 551 41 230 44 511Padi Sawah - - - - - 16Jagung 151 143 245 471 181 1266Ubi Kayu 2726 2250 1076 2047 1245 2471Ubi Jalar 220 220 394 530 468 320
C, Produktivitas (Ton/ha)Padi Ladang 1.23 1.32 0.93 1.10 1.76 2.30Padi Sawah - - - - - 2.29Jagung 0.93 1.29 0.98 1.06 0.40 1.77Ubi Kayu 6.97 9.83 9.28 9.61 9.73 10.56Ubi Jalar 6.88 6.47 6.35 6.79 6.88 6.53
Sumber:1. Kalimantan Tengah Dalam Angka, 1980.2. Palangka Raya Dalam Angka, 1986 s/d 2005.
Tanaman jagung, ubi jalar dan ubi kayu sebagian besar terdapat di kecamatan
Sebangau, Bukit Batu dan Rakumpit. Produktivitas ubi kayu meningkat, yaitu
6,97 ton/ha tahun 1980 menjadi 10,56 ton/ha tahun 2005.
Gbr. 5.2. Tanaman Jagung di Kelurahan Kalampangan
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 6
Dilihat dari luas panen, tanaman padi mengalami penurunan yang
signifikan, yaitu dari 1.242 ha tahun 1980, menjadi hanya 222 ha tahun
2005. Luas panen jagung mengalami peningkatan cukup besar, tahun
1980 hanya 151 ha, meningkat menjadi 1.266 ha pada tahun 2005.
Gbr. 5.3. Hasil Panen
3.2. PerkebunanTerdapat 5 jenis komoditas perkebunan utama yang diusahakan
masyarakat, yaitu karet, kopi, cengkeh, kelapa dan jambu mete (Tabel
5.4). Semua ini diusahakan oleh rumah-tangga atau perkebunan rakyat.
Luas kebun karet pada tahun 1975 hanya 399 ha dan pada tahun 2000
meningkat menjadi 1.199 ha, namun pada tahun 2005 berkurang
menjadi 904 ha. Sebagian besar perkebunan karet berada di kecamatan
Bukit Batu dan kecamatan Rakumpit.
Luas kebun kelapa (kelapa dalam) dalam periode 1975 - 1995
mengalami peningkatan, yakni 49 ha pada tahun 1975 menjadi 256 ha
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 7
pada tahun 1995. Tapi dalam periode selanjut terjadi penurunan luas
kebun, dan pada tahun 2005 hanya 191 ha. Kebun kelapa ini terdapat di
kecamatan Bukit Batu, Sebangau dan juga Rakumpit.
Tabel 5.4. Luas dan Produksi Perkebunan di Kota Palangka TayaDalam periode 1975 - 2005
Luas (ha) Tahun1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005
Karet 399 405 689 790 1489 1199 904Kelapa 49 90 182 166 256 125 191Kopi 16 9 10 11 7 34 11Cengkeh 38 10 18 16 1 2 ?Jambu Mete 0 19 68 77 35 40 11
Produksi (ton)Karet 119 148 12 260 550 525 142Kelapa 23 29 2 24 135 123 31Kopi 2 0.32 0,22 ? ? ? ?Cengkeh ? ? 0,05 ? ? ? ?Jambu Mete 0 1 1,40 1,50 3 ? 2,82
Sumber:1. Palangka Raya Dalam Angka, Tahun 1976, 1978, 1982, 2000 dan 2005.2. Kalimantan Tengah Dalam Angka, 1985.3. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangla Raya.? = data tidak tersedia.
Komoditas perkebunan lainnya seperti kopi, cengkeh, jambu mente,
coklat kelapa sawit memang ada, namun luas dan produksinya masih
kecil./rendah.
Gbr. 5.4. Karet
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 8
4. KehutananPengusahaan hutan di wilayah Kota Palangka Raya dilakukan sejak awal
periode 1970-an. Dalam hal pengusahaan dan pengelolaan/pengawasan
kehutanan, Wilayah Kota Palangka Raya dalam periode 1970-an – 1990-
an berada dibawah CDK (Cabang Dinas Kehutanan)/KPH (Kesatuan
Pemangkuan Hutan) Kahayan. Pada tahun 1983 – 1985 jumlah
pengusaha dalam wilayah CDK/KPH Kahayan adalah 23 unit
Data produksi log pada CDK/KPH Kahayan yang dapat dikumpulkan
hanya terhitung tahun 1972/73 - 1985/1986 (itupun tidak setiap tahun) di
sajikan seperti pada Tabel di bawah ini.
Tabel 5.5. Luas areal Pengusahaan Hutan dan Produksi Log di WilayahKota Palangka Raya, Tahun 1972 – 1986.
Tahun Luas (ha) Jenis Kayu/log (m3)Agathis Meranti Ramin Campuran Jumlah
1970/71 ? ? ? ? ? ?1971/72 ? ? ? ? ? ?
1972/73 269.250 79,418 5,289 5,210 151 90,068
1973/74 267.750 60,184 4,404 71,495 15,633 151,716
1974/75 267.050 22,520 603 5,770 23,892 52,785
1975/76 268.750 13,625 318 70,969 8,770 93,682
1977/78 ? 7,411 96,722 256,883 30,663 391,679
1979/80 ? 2,360 278,219 228,744 92,382 601,705
1983/84 ? 4,682 111,361 262,850 47,007 425,900
1985/86 ? 4,512 108,748 238,116 48,614 399,990
Jumlah Produksi (m3) 194,712 605,664 1,140,037 267,112 2,207,525Persentase (%) 8.82 27.44 51.64 12.10 100.00
Sumber:Palangka Raya Dalam Angka, Tahun 1976, 1978, Tahun 1982, Tahun 1985.Kalimantan Tengah Dalam Angka Tahun 1980 dan 1985
Dari data tabel 5.5. dapat diketahui bahwa dalam periode 1972 s/d 1986
luas areal Penguasaan Hutan dalam wilayah KCDK/KPH Kahayan
mencapai 269,250 ha. Jumlah log yang dihasilkan pada tahun-tahun
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 9
tersebut di atas sebanyak 2.207.525 m3, yang terdiri atas jenis kayu
ramin 1.140.037 m3 (51,64%), meranti 605,664 m3 (27,44%), agathis
sebanyak 194.712 m3 (8,82%) dan campuran termasuk keruing 267,112
m3 (12,10%),
Gbr.5.5 Log yang dikumpulkan di pinggir sungai(sumber Selayang Pandang Kota Palangka Raya, Tahun 2005),
Pada tahun 2003, Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit (LandSat
ETM+7), luas kawasan hutan di wilayah adminsitratif Kota Palangka Raya
sebesar 127,321 Ha yang terbagi atas kawasan hutan produksi terbatas
(HPT) 32,081 Ha dan hutan produksi (HP) 95,240 Ha, Selanjutnya, hutan
rawa sekunder baik dalam kawasan HP maupun kawasan HPT adalah
yang paling luas yaitu 118,620 ha, Vegetasi kawasan non hutan seluas
63,445 ha yang terdiri dari berbagai tipe penutupan lahan,.Belukar rawa
merupakan yang paling luas yaitu 39,049 Ha, diikuti kawasan rawa 14,115
ha. Dengan kondisi seperti tersebut di atas, terdapat ancaman seperti
kebakaran di musim kemarau dan karena itu di masa yang akan datang
diperlukan reboisasi sebagai upaya bersama pemerintah dan masyarakat
dalam menjaga dan melestarikan kawasan hutan di Kota Palangka Raya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 10
Sampai dengan tahun
2006, luas areal Hutan
Kemasyarakatan (Social
Forestry) baru mencapai
3.450 ha dengan jenis
tanaman antara-lain:
karet, waru dan sungkai.
Hutan Kemasyarakatan
ini terletak di kelurahan
Petuk Bukit dan
kelurahan Pager (Dinas
Hutbun, Kota Palangka)
5. PerikananSeperti diungkap pada Bab 3 sebelumnya, perairan dalam wilayah Kota
Palangka Raya, terdiri atas sungai ± 100,09 km2 dan danau seluas =
13,63 km2, Produksi perikanan menurut jenis perairan untuk tahun 1997
s/d 2005 disajikan pada Tabel 5.6. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan
bahwa hasil tangkapan ikan sungai umumnya merata di tiap Kecamatan,
ikan danau dan rawa terutama di kecamatan Bukit Batu dan Rakumpit,
Sejak periode 1995 – 2005 jumlah produksi ikan terus menurun baik yang
berasal dari sungai, danau dan rawa. Budidaya ikan baru dilakukan secara
intensif sejak yahun 1995 dengan sistem karamba dan sebagian besar
berlokasi di kecamatan Pahandut.
Gbr. 5.6. Presiden Megawaty Soekarnoputri, menanam pohon ulindalam pencanangan Hutan Kemasyarakatan di KelurahanPetuk Bukit, tgl. 2 Juli 2003.Sumber: Sejarah Kota Palanagka Raya, 2003.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 11
Tabel 5.6. Produksi Perikanan Kota Palangka Raya menurut JenisPerairan Tahun 1977 s/d 2005 (ton basah)
Tahun Sungai Danau Rawa Budidaya Jumlah Keterangan
1977 ? ? ? - 2.104,00? = tak ada data- = belum banyak
diusahakan1980 3.027,00 2.641,20 2.721,70 - 8.389,90
1985 2.314,00 2.086,00 2.332,00 - 6.732,00
1988 2.437,40 1.637,90 2.269.30 6.334.60
1990 2.065,50 1.952,28 1.459,20 - 5.476,98
1995 852,20 851,70 900,00 84,54 2.688,44
2000 501,90 1,204,60 301,30 188,10 2.195,90
2005 365,10 1,006,73 539,15 871,83 2,782,81Sumber: - Palangka Raya Dalam Angka, Tahun 1976, 1978, Tahun 1982,
Tahun 1989, 1997, 2003, dan 2005,- Dinas Pertanian Kota Palangka Raya
Gbr. 5.7. Hasil Keramba
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 12
5. PertambanganDalam wilayah Kota Palangka Raya, bahan tambang yang potensinya
cukup besar adalah :
Batu Pasir Kwarsa (white sand stones): dengan cadangan tereka
882,045,000 m3 atau cadangan hipotik sebesar 969,318,550 ton,
terdapat di wilayah Kelurahan Mungku Baru, Bukit Sua, Petuk
Barunai, Panjehang, Gaung Baru, Pager Raya dan Petuk Bukit,
Kaolin: dengan cadangan tereka 237,472,000 m3 atau cadangan hipotik
sebesar 373,305,984 ton, terdapat di wilayah Kelurahan Mungku
Baru, Bukit Sua, Petuk Barunai, Pager Raya dan Petuk Bukit,
Pasir kwarsa (white sand): Pasir kwarsa dapat dimanfaatkan menjadi
bahan baku industri semen, pengecoran batu tahan api,
pembuatan kaca dan bahan baku industri keramik, Di wilayah
Kota Palangka Raya deposit pasir kwarsa diperkirakan sebesar
135 juta ton
Gbr. 5.8. Penambangan Pasir
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 13
Tanah Liat (Merah/Kuning): sebagai bahan pembuatan batu bata/
genteng lokasinya tersebar disekitar pinggiran Sungai Kahayan
dan Sungai Rungan
Batu bara , Batu bara di Kota Palangka Raya terdapat di Kecamatan
Rakumpit, memiliki nilai karbon 5190 – 5540 cal,gr, total karbon
39,15 % belerang 0,27% dengan cadangan tereka sekitar 137 juta
ton,
Gambut terdapat di Kecamatan Sebangau, Pahandut dan Jekan Raya
terutama di Kelurahan Kalampangan dan Bereng Bengkel dengan
potensi gambut seluas 5,000 Ha dan ketebalan rata-rata 3,5
meter dengan cadangan deposit 124 juta m3,
Sirkon terdapat di wilayah kecamatan Rakumpit dengan luas areal yang
telah memperoleh ijin KP (tahun 2006) sebesar 32,414,8 ha.
(Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya).
3. PeternakanSeperti halnya perkebunan, peternakan juga masih diusahakan oleh
rumah-tangga (peternakan rakyat), Populasi ternak dan produksi daging di
Kota Palangka Raya dimuat dalam Tabel 5,7, Dalam periode 1977
sampai dengan 2005, populasi sapi, kambing, babi dan ayam mengalami
peningkatan, Demikian juga produksi daging dan telor semuanya
cenderung meningkat,
Tabel 5.7. Populasi ternak dan produksi daging ternakdi Kota Palangka Raya, tahun 1977 s/d 2005,
Populasi Ternak(ekor)
Tahun1977 1978 1980 1985 1990 1995 2000 2005
Sapi 175 182 195 290 1480 1458 2172 2894
Kambing 95 25 32 95 417 648 793 1347
Domba 20 32 31 35 13 62 62 83
Babi 975 985 1,327 1,111 1,008 5,903 6,091 9,73
Ayam Petelur 25,500 1,000 1,250 ? ?
Ayam Kampung 48,225 53,115 64,648 87,653 50,920 86,100 96,200 165,696
Ayam Boiler 515 565 10,135 38,000 1,000,500 68,500 367,720 943,241
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 14
Populasi Ternak(ekor)
Tahun1977 1978 1980 1985 1990 1995 2000 2005
ProduksiDaging (Ton)Sapi 27,3 29,5 59,0 294,75 38,52 320,31 438,17 681,2
Kambing/domba 1,2 1,7 2,5 5,03 3,63 3,7 8,03 14,2
Babi 15,5 16,4 18,8 83,78 45,67 205,9 199,16 183,9
Unggas 60,6 60,8 121,4 611,88 3,059,4 21,415,8 29,0927,6 1,307,5
Telor 102,45 60,00 75 219,08 388 218,3 77,4 165,9Sumber: 1. Palangka raya Dalam Angka4. Dinas Pertanian Kota Palangka Raya,
Populasi ternak sapi sebagian besar terdapat di kecamatan Sebangau,
kambing di kecamatan Pahandut dan Sebangau, babi terdapat di
kecamatan Pahandut, Jekan Raya dan Rakumpit, ayam sebagian besar
di kecamatan Pahandut, Sebangau dan Jekan Raya.
Gbr. 5.9. Ternak Sapi Gbr. 5.10. Ternak Ayam
7. KoperasiPerkembangan Koperasi dan KUD, jumlah anggota serta modal usaha
koperasi di Kota Palangka Raya ditunjukkan dalam Tabel 5,8, Pada tahun
1981 jumlah koperasi dan KUD hanya 37 unit dengan jumlah anggota
2,011 orang.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 15
Tabel 5.8. Jumlah Koperasi, Anggota dan Modal usaha Koperasidi Kota Palangka Raya, Tahun 1985 – 2005,
TahunUnit Usaha Anggota Modal Usaha (jutaan rp)
Koperasi KUD Jlh Koperasi KUD Jlh Simpanan CadanganVolumeUsaha SHU
1981 37 - 37 2011 - 2011 ? ? ? ?
1985 79 5 84 6183 284 6467 230478,60 34,80 827,89 68,351990 114 5 119 16659 1011 17670 1037,04 223,63 2116,08 167,741995 156 6 162 22796 1886 24682 4554,21 303613,00 11465,72 702,522000 253 6 259 29229 1918 31147 21833,91 12346,54 57250,50 5736,472005 316 10 326 26372 2057 28429 15500,00 9700,00 32566,00 2750,92
Sumber: Palangka Raya Dalam Angka, Tahun, 1982, 1989, 1997, 2003, dan 2005,SHU = Sisa Hasil Usaha
? = tak ada data.
Dengan perkembangan seperti tersebut di atas, maka selama 24 tahun,
pertumbuhan unit koperasi rata-rata setiap tahun adalah 9,5% dan
pertumbuhan anggota sebesar 11,7% per tahun,
Dari hubungan antara sisa hasil usaha (SHU) dan volume usaha dapat
diketahui tingkat keuntungan (profitabilitas). Pada tahun 1985 profitabilitas
koperasi sebesar 8,3%, tahun 1990 = 7,9%, tahun 1995 turun menjadi
6,1%, tahun 2000 meningkat mencapai 10% dan tahun 2005 kembali
turun menjadi 8,4%. Dihubungkan dengan indikator Klasifikasi Koperasi,
dengan profitabilitas rata-rata seperti itu, pasti ada koperasi dengan
kualifikasi rendah (C atau D). Menurut salah-seorang nara sumber, pada
tahun 2006 dan 2007 ini terdapat 1(satu) Koperasi dalam wilayah Kota
Palangka Raya yang mampu meraih klasifikasi A+ (sangat baik), yaitu
koperasi milik PT Telkom.
8. Industri, Perdagangan dan InflasiJumlah unit usaha industri pengolahan dan tenaga kerja yang mampu
diserap dalam periode 1975 – 2005 terdapat pada Tabel 5,9, Pada tahun
1975 di Kota Palangka Raya hanya terdapat 235 unit industri kecil dan
usaha ini menyerap 787 orang tenaga kerja,
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 16
Dalam periode 1975 – 1995, unit usaha industri menunjukkan peningkatan
sekitar 3,5%/tahun dan penyerapan tenaga kerja meningkat dengan rata-
rata 5,7%/tahun,
Tabel 5.9, Unit Usaha Industri di Kota Palangka RayaTahun 1975 – 2005,
Tahun Aneka Industri Industri Kecil Jumlah KeteranganPrshn TK Prshn TK Prshn TK
1975 - - 235 814 235 797Setelah tahun 1995,rincian usaha industripengolahan dirubahmenjadi:
1. Industri Hasilpertanian dankehutanan
2. Industri Aneka3. Industri logam,
mesin dan kimia,
1980 13 110 237 982 250 10921985 39 303 232 1653 271 19561990 44 140 324 1630 368 17701995 70 311 401 2140 471 24512000 ? ? ? ? 60 2022002 ? ? ? ? 60 2022005 ? ? ? ? 400 1598Sumber: Palangka Raya Dalam Angka, Tahun 1976, 1982, 1989, 1997, 2003, dan 2005.
? = Tidak ada data.
Namun dalam periode 1997 – 2002, karena pengaruh resesi ekonomi,
jumlah industri dan penyerapannya terhadap tenaga kerja menurun,
sehingga pada tahun 2002 jumlah usaha industri hanya 60 unit dengan
jumlah tenaga kerja juga berkurang menjadi 202, Baru pada tahun 2005
ada peningkatan kembali, di mana jumlah usaha industri mencapai 400
unit dan tenaga kerja yang diserap sebanyak 1,598 orang,
Gbr. 5.11. Hasil Industri Kerajinan
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 17
Menurut hasil Sensus Ekonomi tahun 2006 (BPS, Prov, 2007), jumlah unit
usaha non pertanian di kota Palangka Raya tahun 2006 adalah 18,018
unit dan dari jumlah tersebut diperkirakan 80% adalah unit usaha kecil
dan mikro.
Tingkat inflasi di Kota Palangka Raya banyak dipengaruhi oleh tingkat
inflasi yang terjadi di Banjarmasin dan inflasi tingkat nasional, Sebagai
gambaran, tingkat inflasi di Kota Palangka Raya dan Banjarmasin serta
tingkat nasional disajikan dalam Tabel berikut,
Tabel 5.10.Tingkat Inflasi di Kota Palangka Raya, Banjar Masindan Nasional, periode 1985 – 2005,
Tahun Tingkat Inflasi (%)Palangka Raya Banjarmasin Nasional
1985 4,93 4,04 4,31990 10,52 10,05 9,531995 8,82 9,21 8,642000 8,57 7,57 9,352005 12,12 12,94 17,11
Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka.
Dari data tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa inflasi di Kota
Palangka Raya mempunyai hubungan yang erat dengan inflasi di
Banjarmasin dan tingkat nasional,
B. PERMASALAHAN DAN TANTANGANb,1, Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Tenaga Kerja,
Laju pertumbuhan ekonomi dalam periode terakhir 2000 – 2005
dipandang masih rendah, dan masih belum mampu merubah struktur
perekonomian Kota Palangka Raya ke arah industrialisasi. Penurunan
sumbangan lapangan usaha pertanian dalam PDRB belum dapat
diimbangi oleh kenaikan sumbangan lapangan usaha industri
pengolahan.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 18
Pada tahun 2005, sumbangan industri pengolahan terhadap PDRB baru
mencapai 6,1% sedangkan RENSTRA, sumbangan lapangan usaha ini
dalam PDRB pada tahun 2008 harus mencapai 10%.
Hubungan antara PDRB dan investasi yang ditunjukkan oleh ICOR
sebesar 9,6 (periode 1993 – 2005), memberi indikasi bahwa
perekonomian belum efisien,
Demikian juga dengan hubungan antara PDRB dengan tenaga kerja
yang ditunjukkan oleh ILOR sebesar 0,132, memberi indikasi bahwa
sektor-sektor ekonomi kesulitan dalam menyerap tambahan tenaga
kerja,
Untuk periode yang akan datang, misalnya 2006 – 2010 tantangannya
adalah meningkatkan laju pertumbuhan menjadi sekitar 7% - 8% (sama
seperti periode 1990 – 1995),
Terkait dengan laju pertumbuhan yang harus meningkat, diwaktu yang
akan datang diupayakan sumbangan lapangan usaha industri
pengolahan dalam PDRB di atas 10%,
b,2, Pertanian dan Perkebunan, Dalam Tanaman Pangan, khususnya padi sebagian besar usaha tani
masih dilakukan secara tradisional, sehingga produktivitasnya masih
rendah, Sawah di Kecamatan Sebangau masih kecil dan produktivitas
belum berbeda dengan padi ladang,
Sehubungan dengan itu, tantangan di masa depan adalah peningkatan
produktisitas padi ladang dan peningkatan luasan sawah dan
produktivitasnya,
Untuk tanaman palawija, masalahnya selain produktivitas yang relatif
rendah, juga belum berkembangnya pengolahan pasca panen, Dengan
demikian tantangannya adalah mendorong dan memfasilitasi petani
untuk melakukan pengolahan pasca panen sehingga nilai tambahnya
bagi petani meningkat,
Komoditas perkebunan yang masih menunjukkan peningkatan luas dan
produksi terbatas pada karet dan kelapa dalam, Masalahnya bahwa
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 19
kebun ini diusahakan secara tradisional, kurangnya pemeliharaan dan
juga peremajaan, Tantangan dimasa yang akan datang adalah
mendorong pekebun untuk menggunakan teknologi baru dan mencari
investor untuk mendirikan industri pengolahan,
b,3, Kehutanan, Dalam bidang kehutanan ini, di Kota Palangka Raya masalahnya antara-
lain masih terdapat areal bekas areal tebangan HPH tempo dulu yang
belum dihutankan kembali sesuai dengan peruntukannya dalam tata ruang
kota,
Dengan vegetasi kawasan non hutan seperti belukar rawa terdapat
ancaman seperti kebakaran di musim kemarau. Tantangan dimasa yang
akan datang adalah upaya reboisasi upaya bersama pemerintah dan
masyarakat dalam menjaga dan melestarikan kawasan hutan di Kota
Palangka Raya.
b,4, Perikanan,
Dari Tabel 5,5, menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi dalam
lapangan usaha perikanan adalah berkurangnya hasil tangkapan
nelayan, Dari informasi yang dapat dipercaya bahwa pengurangan hasil
tangkapan ikan ini, disebabkan beberapa faktor, antara-lain: kerusakan
lingkungan sungai (air sungai Kahayan dan Rungan yang keruh di
bandingkan 10 tahun yang lalu, oleh penambangan emas rakyat di
bagian hulu/tengah), dan penangkapan ikan dengan menggunakan listrik
dan tuba/racun oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab,
Untuk meningkatkan hasil tangkap, tantangannya antara-lain:
mengembalikan kualitas air sungai, danau dan rawa melalui upaya
pelarangan penambangan emas di jalur sungai dan sempadan sungai,
penerapan hukum atas mereka yang menangkap ikan dengan
menggunakan bahan berbahaya,,
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 20
Bagi kegiatan budidaya, tantangannya selain kualitas air, juga
pengadaan bibit dan pakan ikan yang terjamin dan terjangkau,
b.5. Pertambangan
Potensi pasir kwarsa, kaolin, dan batu bara cukup besar, namun masih
belum diekspoitasi, karena membutuhkan modal besar serta dukungan
prasarana terutama transportasi,
Tantangannya dalam ekplorasi dan eksploitasi bahan tambang adalah
menarik investor untuk menanam modalnya di bidang pertambangan di
wilayah kota Palangka Raya, dengan ketentuan diterapkannya good
mining practise yaitu pengelolaan pertambangan yang pro poor, pro job
dan pro sustain (berkelanjutan),
b,6, Peternakan
Peternakan masih dalam skala kecil oleh rumah tangga,
Bibit ternak, terutama sapi dan ayam buras masih berasal dari luar,
Pakan ayam masih tergantung pasokan dari luar daerah,
Dengan permasalahan seperti tersebut di atas, tantangan untuk masa
yang akan datang adalah peningkatan skala usaha, dan seiring dengan
itu diperlukan inovasi dengan menggunakan komponen lokal untuk
pakan ternak,
b,7, Koperasi dan UKM Dengan tingkat keuntungan koperasi dalam periode 1985 – 2005 antara
6% - 10%/tahun (Tabel 5,7) maka apabila diperhitungkan tingkat inflasi
dan bunga bank, memang sulit untuk meningkatkan keragaan koperasi,
Tantangan untuk masa yang akan datang adalah meningkatkan
profitabilitas koperasi dan UKM menjadi di atas 10%/tahun, sehingga
lembaga ini mampu bersaing dengan lembaga ekonomi lainnya,
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 21
6.8. Industri, Perdagangan dan Inflasi Kota Palangka Raya masih belum memiliki komoditas atau produk
unggulan yang dapat dipasarkan secara nasional dan global,
Industri sebagian besar dalam skala kecil dan mikro dan jumlahnya
cenderung berkurang, Keadaan ini menunjukkan bahwa penciptaan
kesempatan berusaha sektor industri cukup sulit berkembang,
Dengan semakin terbukanya ekonomi Kota Palangka Raya, selain
merupakan peluang berusaha juga dapat menjadi ancaman bagi unit-
unit usaha yang sudah ada,
Bahwa kenaikan harga umum (inflasi) di Kota palangka Raya sangat
ditentukan/dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi di Banjarmasin,
Dengan permasalahan seperti tersebut di atas, tantangan di masa yang
akan datang adalah mendorong dunia usaha (terutama lapangan usaha
industri pengolahan) memiliki daya tarik, daya tahan dan daya saing,
C. Potensi dan Peluang
Kota Palangka Raya sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Tengah
memiliki posisi strategis bagi pembangunan daerah, termasuk
pembangunan di bidang ekonomi, Dalam hubungan ini Kota Palangka
Raya dapat menjadi pemacu pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Gunung Mas dan Kabupaten Katingan, Dengan memperhatikan trend
laju pertumbuhan PDRB dalam periode 1993 – 2005 dengan asumsi-
asumsi tertentu, maka laju pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya
dalam periode RPJP diproyeksikan sekitar 5,5 % – 7,0 %.
Pertumbuhan ekonomi menurut RENSTRA untuk tahun 2008 ditargetkan
mencapai 4,5%, sedangkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 dan
2005 sudah mencapai 5,3%. Dengan memperhatikan kondisi ekonomi
nasional, regional dan prospek investasi, maka pertumbuhan ekonomi
tahun 2008 diperkirakan > 6%. Dengan laju pertumbuhan seperti itu,
diharapkan sumbangan lapangan usaha industri pengolahan terhadap
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya V - 22
PDRB pada tahun 2008 sudah mencapai 10% seperti yang ditarget
dalam RENSTRA.
Dengan lahan yang cukup luas, maka pembukaan sawah baru yang
sudah dimulai tahun 2005, pengembangan usaha perkebunan dan
peternakan merupakan potensi dan peluang dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja,
Iklim investasi masih dapat ditingkatkan, karena memiliki beberapa
potensi sumberdaya alam, seperti danau, rawa, lahan dan potensi
pertambangan, dengan ketentuan diterapkannya pengelolaan investasi
yang pro poor, pro job dan pro sustain (berkelanjutan).
Dengan prasarana ekonomi dan sosial yang relatif lebih baik dan tekad
pemerintah untuk menarik investor maka ICOR akan menurun lagi,
Kecenderungan menurunnya ICOR ini sudah tampak terutama sejak
tahun 2003 – 2005 di mana ICOR sekitar 7,9 sampai 5,7. Dihubungkan
dengan ICOR dalam RENSTRA tahun 2008 yang ditargetkan sebesar 6,
berarti target tersebut sudah dapat dilampaui.
Memberdayakan usaha UMKM dan Koperasi sehingga mampu menjadi
pelaku ekonomi yang berdaya saing dan menyerap tenaga kerja yang
lebih banyak lagi. Potensi dan peluang ini pasti dimiliki, terbukti dengan
ada salah-satu koperasi di Kota Palangka Raya yang dalam tahun-tahun
terakhir ini menduduki klasifikasi A+(sangat baik).
Dalam hubungan dengan kelestarian sumberdaya alam, pemerintah dan
masyarakat Kota Palangka Raya perlu menciptakan pola pengelolaan
kebakaran hutan dan lahan di musim kemarau.
Strategi pengembangan ekonomi Kota Palangka Raya hendaknya
diarahkan pada terciptanya perekonomian lokal yang memiliki daya tarik,
daya tahan dan daya saing.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 1
BAB VI
SOSIAL, BUDAYA, DAN POLITIK
A. KONDISI DAN PERKEMBANGANSulit untuk menggambarkan bagaimana potret pembangunan Kota
Palangka Raya pada awal berdirinya pada tahun 1960-an. Apalagi untuk
menggambarkan bagaimana potret tentang kondisi pembangunan di bidang
sosial, budaya, dan bidang politik. Namun landasan untuk berpikir guna
membayangkan Kota Palangka Raya yang sekaligus sebagai ibukota Provinsi
Kalimantan Tengah adalah desa Pahandut yang dikatakan jumlah penduduknya
masih sangat minim yaitu 1.717 orang. Demikian pula kondisi desa yang linear
berada di bantaran sungai Kahayan dengan rumah konstruksi rumah panggung
dan masih berada di tengah hutan belantara. Di sekitar desa terdapat beberapa
pohon kelapa, pohon durian, pohon langsat, pohon pinang, pohon manggis,
pohon nangka, pohon cempedak dan lain-lain. Di pematang sungai Kahayan
terdapat beberapa buah jamban tempat MCK dan terdapat beberapa buah
perahu sebagai alat transportasi.
Perkembangan pembangunan Kota Palangka Raya pada tahun 1968,
sepuluh tahun setelah Kota Palangka Raya diresmikan oleh Presiden Soekarno
masih belum menunjukkan kemajuan yang dahsyat. Kondisi demikian dapat
dilukiskan oleh seorang penyair H.A Badar Sualiman Usin dalam sebuah
puisinya yang berjudul: “Palangka Raya 1968.” Kota Palangka Raya adalah
Kota Pasir dan dikala siang hari panasnya bagaikan Gurun Sahara. gerobak
dorong pengawal setia pelabuhan Rambang. Terdapat beberapa buah becak,
mobil jenis jip dan truk dan yang paling banyak adalah sepeda. Gedung gereja
dan mesjid mulai aktif dibangun. Hotelpun hampir tidak ada, yang ada hanya
Hotel Bellevue dan pondokan Islam. Pasar hanya dua yaitu pasar Palangkasaridan pasar Kameloh. Fasilitas sosial lainnya adalah lapangan olah raga
Sanaman Mantikei. Tempat rekreasi yaitu bukit Tangkiling dengan batu besar
berbentuk perahu, yaitu Batu Banama. Kondisi objektif tentang Kota Palangka
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 2
Raya pada tahun 1960-an juga ditulis oleh Tjilik Riwut dalam: MemperkenalkanKalimantanTengah danPembangunan Kota Palangka Raya, (1960).
Kesederhanaan dan keterbatasan SDM dan sarana dan prasarana sangat
dirasakan pada saat itu. Ditulis oleh Tjilik Riwut bahwa di dalam Kota Palangka
Raya pada tahun 1962 itu baru ada:
a. Listrik dengan kapasitas 4 x 35 KWH milik Pemerintah Daerah
b. Saluran air minum sedang dibangun
c. Telepon (jalan Gajahmada Palangka Raya)
d. Kantor pos/telegrap (jalan Ahmad Yani Palangka Raya)
e. Dokter, bidan, poliklinik, dan jururawat pada rumah sakit
f. Dua belas buah tempat pembakaran bata
g. Satu tempat pembikinan ubin (tegel)
h. Ada tempat pembuatan tahu, tempe, roti dll
i. Bioskop akan dibangun
j. Radio percobaan Palangka Raya dengan gelombang 37.4 mengudara
terbatas antara jam 6 pagi – 7 sore.
k. Ada pelabuhan/jembatan bernama jembatan Rambang.
l. Lapangan terbang Panarung.
Delapan tahun kemudian yaitu sejak tahun 1968 hingga tahun 1976, H.A Badar
Sulaiman Usin kembali menulis sebuah puisi yang isinya melukiskan tentang
potret pembangunan Kota Palangka Raya pada waktu itu. Kota Palangka Raya
yang dulunya berupa hutan belukar berupa hutan tumih, gerunggang dan
masisin, sekarang tiada terduga sudah terbina menjadi kota indah dengan jalan
raya dan gedung-gedung bertingkat (Selayang Pandang Kota Palangka Raya,
2002).
Ada kendala bagi kami untuk menyajikan data tentang pembangunan
bidang sosial, budaya dan politik di Kota Palangka Raya di bawah tahun 1980-an
disebabkan tidak adanya data atau arsip yang memadai. Namun demikian kami
mencoba menyajikan data tentang perkembangan sosial, budaya dan politik di
Kota Palangka Raya dengan keberadaan data yang sangat minim dari beberapa
nara sumber dan sumber tertulis.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 3
A.1. BIDANG SOSIAL1. Fasilitas Sosial1.1. Pelabuhan Rambang. Dermaga Pelabuhan Rambang adalah pelabuhan
sungai untuk kapal-kapal kecil yang terletak di kampung Pahandut. Dalam tulisan
Tjilik Riwut tahun 1962 dan puisi H.A Badar Sulaiman Usin tahun 1968 dermaga
Pelabuhan Rambang ini sudah ada dan pada saat itu merupakan tempat
tambatan kapal besar dan kecil serta tempat bongkar muat barang. Di singgung
oleh Tjilik Riwut(1962) Pemerintah pusat menyumbangkan beberapa buah Kapal
Motor, diantaranya adalah KM. Palangka Raja(sesuai ejaan aslinya) yang
sebelumnya bernama KM. Pulau Sebaru. Kapal ini berukuran lebih kurang 350
ton yang menghubungkan Banjarmasin dan juga pulau Jawa. Pelabuhan
Rambang, sebelum dibangun jalan darat yang menghubungkan Palangka Raya
dan Banjarmasin, merupakan urat nadi perhubungan, arus barang dan jasa,
serta arus manusia hingga tahun 1990-an. Ada tiga jenis angkutan pada saat itu
yaitu speedboat berkapasitas 35 - 50 orang, “Bis Air” berlantai II, serta kapal
khusus angkutan barang dan alat-alat bangunan. Namun saat ini kondisi
pelabuhan Rambang tidak seramai yang dulu lagi. Sejak tahun 1990-an fungsi
pelabuhan ini hanyalah tempat bongkar muat barang-barang dari Banjarmasin
dan dari Surabaya. Setelah transportasi sungai antara Banjarmasin - Palangka
Raya sudah cukup memadai, maka khusus untuk angkutan
penumpang(manusia) kurang diminati. Pelabuhan speedboat dari pelabuhan
Rambang pindah ke belakang PDAM Kota Palangka Raya melayani jalur Kuala
Kurun –Tewah -Tumbang Miri. Namun nasib pelabuhan speedboat ini sejak
tahun 2005 mulai kurang berfungsi lagi karena jalan darat yang menghubungkan
Palangka Raya – Kuala Kurun -Tewah dan Tumbang Miri sudah cukup memadai.
Di bawah ini disajikan Lalu Lintas Kapal, Barang dan Penumpang di Pelabuhan
rambang Palangka Raya:
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 5
Tabel 6.1. Lalu Lintas Kapal, Barang dan Penumbang di pelabuhan Rambang
Thn Kapal Barang PenumpangMasuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar
2000 2.831 2.814 30.260 1.140 59.576 56.0602001 514 551 16.726 782 10.819 11.0282002 481 487 8.835 366 7.729 7.8222003 380 366 11.773 41 699 6822004 87 87 908 - 24 302005 277 277 4.824 75 2.466 2.140Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka Tahun 2005
1.2. Perdagangan dan Jasa Pariwisataa. Pusat PerbelanjaanPada tahun 1960-an hingga tahun 1990-an ada tiga pasar sebagai pusat
perbelanjaan bagi masyarakat kota Palangka Raya, yaitu Pasar
Palangkasari(Pasar Besar), Pasar Kameloh, dan Pasar Kahayan. Sejak awal
tahun 1990-an pusat perbelanjaan di Kota Palangka Raya maju pesat dengan
berkembangnya pertokoan di sepanjang jalan Ahmad Yani, jalan Darmo
Sugondo, jalan Tjilik Riwut, jalan Dr. Murjani, jalan RTA Milono, jalan Seth Aji,
kompleks Bukit Hindu dan kompleks Pasar Kahayan Palangka Raya.
Gbr. 6.3. Palangka Raya Mall (Palma)
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 6
Pusat perbelanjaan di Kota Palangka Raya pun semakin ramai dengan
kehadiran BARATA dan Citra Raya Shopping Center, Mega Top dan terakhir
Palangka Raya Mall(PALMA)yang berada di jantung Kota Palangka Raya dan
telah diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Tengah pada tanggal 18 April 2007
yang lalu.Kehadiran Pusat perbelanjaan persis di jantung Kota Palangka Raya ini
memiliki nilai sangat strategis di bidang pembangunan ekonomi, pariwisata, dan
juga social-budaya.
Gbr. 6.4. Mega Top Gbr. 6.5. Citra Raya
Di samping itu juga terdapat pusat, kerajinan industri rumah tangga terbuat dari
rotan seperti tikar, bakul, lampit,topi, kipas dan kerajinan getah nyatu, toko-toko
suvenir yang menjual hasil kerajinan industri rumah tangga yang terbuat dari
rotan, kulit kayu, manik, batu-batuan, replica perahu dan rumah betang yang
terbuat dari getah nyatu, replika mandau dan talawang(senjata khas Dayak)
serta akar pasak bumi dan batu kecubung baik sebagai mata cincin,
rantai(kalung), giwang dan lain-lain.
Gbr. 6.6. Hasil Kerajinan Industri Rumah Tangga
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 7
b. Tempat Rekreasi dan HiburanHingga tahun 1980-an ada dua buah gedung bioskop yang cukup representatif
bagi warga Kota Palangka Raya yaitu Bioskop Diana di jalan Darmo Sugondo
dan Bioskop Panala (gedung PALMA sekarang). Bahkan pada tahun 1998
hanya ada satu gedung bioskop. Namun akibat dahsyatnya perkembangan
teknologi informasi seperti televisi, kedua bioskop tersebut akhirnya tutup.
Beberapa pusat rekreasi lainnya adalah Batu Banama dan Taman Alam Bukit
Tangkiling; kolam buaya di Taman Alam Bukit Tangkiling; Danau Tahai.
Selain itu terdapat Kawasan
Reintroduksi Orangutan Nyaru
Menteng; Pulau Kaja di kelurahan Sei
Gohong Kecamatan Bukit Batu
sebagai tempat Suaka Marga Satwa
dengan luas kawasan 150 ha;
Danau Sabangau di Kereng Bangkirai;
Taman Arboretum sebagi pusat hutan
lindung dan pelestarian tanaman
langka; Pantai Sabaru di Kereng
Bangkirai; Pasar Blauran(pasar
malam); dan Pusat PKL di sepanjang
jalan Yos Sudarso Palangka Raya.
Gbr. 6.7. Orangutan, di Pulau Kaja Kelurahan Sei Gohong.(sumber: Selayang Pandang Kota Palangka Raya Tahun 2005)
Perkembangan terbaru sebagai pusat rekreasi dan hiburan adalah Kampung
Lauk dan Kum Kum di tepi Sungai Kahayan, dan jembatan Kahayan, serta Tugu
Pembangunan Kota Palangka Raya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 8
Gbr. 6.8. Tempat Rekreasi Kum-Kum
c. Hotel dan Sarana Pendukung lainnyaPada awalnya yaitu pada tahun 1960-an baru ada sebuah hotel di Kota Palangka
Raya, yaitu Hotel BELLEVUE, berada di sekitar hotel Lampang jalan Ahmad
yani. Namun pada saat ini pertumbuhan hotel pun sangat pesat di Kota Palangka
Raya. Menurut data yang tertulis pada Kota Palangka Raya Dalam Angka tahun
2005, hotel di kota Palangka Raya berjumlah 37 buah. Selengkapnya disajikan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 6.2. Daftar nama hotel yang ada di Kota Palangka RayaNo. Nama Hotel Alamat Telepon Kamar1. Hotel Dandang Tingang(**) Jln.Yos Sudarso 0536-3221805 402. Hotel Rahman Jln.Dr. Murjani 0536-3221428 303. Hotel Hawaii Jln.Tjilik Riwut 0536-3222835 404. Hotel Sakura Jln. Ahmad Yani 0536-3221680 265. Hotel Sampaga Jln. Sumbawa 0536-3221053 256. Hotel Yanti Jln. Ahmad Yani 0536-3221634 207. Hotel Pasah Asi Jln. Raya Galaxi 0536-3230111 158. Hotel Serasi Jln. Dr. Murjani 0536-3221682 199. Hotel Mina Jln.Nias 0536-3222182 36
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 9
No. Nama Hotel Alamat Telepon Kamar10. Hotel Mahkota Jln. Nias 0536-3221672 4411. Hotel Banama Tingang Jln. Ahmad Yani 0536-3228054 1912. Hotel Panarung Jln. Dr. Murjani 0536-3221566 3213. Hotel Dian Wisata Jln. Ahmad Yani 0536-3221241 2114. Hotel Melati Wisata Jln. RTA. Milono 0536-3224176 2115. Hotel Sahid Raya Jln. Bali 59 0536-3221270 3916. Hotel Pahandut Jaya Jln. Kalimantan 0536-3221541 2517. Hotel Putra Mentaya Jln. Sulawesi 8 ----------------- 1218. Hotel Inter Payang Jln. Jawa 0536-3221424 1619. Hotel Batu Suli Jln. Raden Saleh 0536-3226535 3720. Hotel Sahid Tamara Jln. RTA Milono 19 0536-3235501 2521. Hotel Lampang Jln. Ahmad Yani 0536-3220002 2922. Hotel Halmahera Jln. Halmahera 0536-3221222 2723. Hotel Adidas Jln. Ahmad Yani 0536-3221770 2324. Hotel Pelangi Jln. Adonis Samad 0536-3222119 ------25. Hotel Foni Jln. KS. Tubun 0536-3222011 ------26. Hotel Putri Sinta Jln. Nias 0536-3221132 ------27. Hotel Virgo Jln. Ahmad Yani 0536-3221256 ------28. Hotel Nyai Rindang Jln. Tjilik Riwut 0536-3227513 ------29. Hotel Triana Jln. Rajawali 0536-3229037 830. Hotel Laris Jln. Dayak 931. Hotel Payang Losmen Jln. Jawa 0536-3221424 1432. Kecana Kecubung Permai Jln. Jawa 1533. Hotel Ayu Jln. Kalimantan 3134. Hotel Bintang Jln. Pel. Rambang 1235. Hotel Cempaka Kuin Jln. Bali 1436. Hotel Sakura Indah Permai Jln. Sumatera 1737. Hotel Riwut Tarung Jln. Sulawesi 19
Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka tahun 2005
Demikian juga perkembangan tempat-tempat diskotek, restoran, dan tempat
karaoke di Kota Palangka Raya. Fasilitas pelayanan agen perjalanan pun
tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Diantaranya PT. Alam Natura Indah di
jalan Darmo Sugondo Palangka Raya, PT. Adi Angkasa Travel, PT. Delta
Angkasa, PT Bhupala Persada Travel, PT. Dimendra Raya, PT. Raudah Amin
Wisata, PT. Kevin Maulana, PT. Dian Wisata, PT Mulyo Angkasa Raya, PT
Mulyo Madya Abadi, PT. Merpati Nusantara, PT Dirgantara Air Service, PT.
Walet Angkasa, PT. Prima Angkasa. PT. Mentaya Angkasa, PT. Metro Batavia,
PT. Sriwijaya Air dan lain-lain. Semua fasilitas tersebut telah memberikan
kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial, budaya
dan politik, dan membuka akses bagi lancarnya arus mobilitas manusia dan juga
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 10
para wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik. Demikian juga
infrastruktur, khususnya jalan darat yang menghubungkan Kota Palangka Raya
dengan kota kecamatan, kelurahan dan kota kabupaten lainnya di Kalimantan
Tengah cukup memadai.
Gbr. 6.9. Agen Travel
d. Fasilitas Olah Raga.Kota Palangka Raya semestinya memiliki banyak fasilitas olah raga yang bisa
dipilih oleh masyarakat sesuai dengan bakat, hobi dan keahliannya masing-
masing. Tentang perkembangan fasilitas Olah Raga yang ada di Kota Palangka
Raya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6.3: Fasilitas Olah Raga di Kota Palangka Raya.GedungO.Raga
Lap.Spkbola
LapBasket
TenisLap.
Lap.Badminton
Lap.Bolavoli
Kolamrenang
SasanaTinju
Lap.Softball
Lap.golf
Takraw
4 9 13 9 2 13 1 1 1 1 5
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, 2006
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 11
Yang terdaftar ini tentunya adalah milik pemerintah Kota dan juga pemerintah
provinsi Kalimantan Tengah. Namun kolam renang dan lapangan tennis ada pula
yang dikelola oleh pihak swasta. Misalnya kolam renang dan lapangan tenis di
kompleks Subud di Kecamatan Bukit Batu Tangkiling. Kemudian kolam renang
milik Heldy Wawoh (pengusaha) di jalan Kinibalu, Bukit Hindu Palangka Raya.
Gbr. 6.10. Lapangan Golf
e. Agama dan Fasilitas PeribadahanAgama merupakan ajaran moral yang membimbing manusia untuk memiliki
prilaku yang baik dan terpuji dalam kehidupan sosial. Perkembangan agama di
Kota Palangka Raya baik sebagai Kota Daerah Tingkat II, maupun sebagai
ibukota Provinsi Kalimantan Tengah cukup pesat dan dinamis. Agama-agama
yang ada seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Kaharingan, dan
Budha hidup berdampingan dengan harmonis. Sepanjang sejarah berdirinya
kota Palangka Raya masih belum ada/belum pernah terjadi konflik sosial yang
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 12
dipicu oleh fanatisme keagamaan. Pemerintah Kota pun turut bertanggung jawab
dalam mengembangkan fasilitas keagamaan dan pengajarannya, sehingga
setiap agama itu berkembang dengan dinamis. Dari tahun ke tahun
pembangunan rumah-rumah ibadah semakin meningkat, seperti dapat dilihat
pada tabee di bawah ini
Tabel 6.4. Daftar fasilitas peribadahan di Kota Palangka Raya
Thn Masjid Langgar Moshula GerejaKatolik
GerejaProstestan
Pura/ Balai Vihara
1978 9 0 0 0 9 0 01988 37 78 20 4 49 4 01998 79 82 49 6 67 4 22006 126 103 122 9 101 10 3Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka, 2006
Kemudian untuk menjaga kerukunan hidup umat beragama dan antar agama,
Walikota Palangka Raya telah membentuk suatu Forum Komunikasi Antar Umat
Beragama di Kota Palangka Raya sebagai tindak lanjut SKB Menteri Agama,
Mendagri dan Menteri Sosial RI. Forum ini sangat berperan dalam memberikan
masukan misalnya dalam pembangunan rumah ibadah, serta menyelesaikan
berbagai masalah yang berhubungan dengan kehidupan umat beragama dan
antar umat beragama di Kota Palangka Raya.
Gbr. 6.11. Gereja Katedral Gbr. 6.12. Mesjid Raya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 13
2. Kemiskinan dan Pembinaan Kesejahteraan SosialBerdasarkan hasil penelitian Joni Bungai dkk, (2006) tentang kemiskinan, jumlah
penduduk miskin di Kota Palangka Raya tahun 2005 mencapai 12.398 KK.
Namun setelah ada BLT jumlah tersebut membengkak menjadi 15.107
KK(31,45%). Jumlah penduduk miskin tersebut tersebar di 5(lima) kecamatan
yaitu kecamatan Pahandut 4.634 KK(30,75%), kecamatan Jekan raya 3.508
KK(19,41%), kecamatan Bukit Batu 876 KK(29,35%), kecamatan Sabangau
1.334 KK(41,45%) dan kecamatan Rakumpit 426 KK(59%). Bila dilihat
berdasarkan klaster, kemiskinan memiliki karakteristik yang sama terdapat pada
5(lima) kelompok kelurahan sebagai berikut:
1. Kelurahan Pahandut
2. Kelurahan: Panarung, Pahandut Seberang, Tumbang Rungan, Tanjung
Pinang, Bukit Tunggal, Petuk Katimpun, Kameloh Baru, Sabaru, bereng
bengkel, Kalampangan, Danau Tundai, Sabaru, Marang, Tumbang Tahai,
Banturung, Tangkiling, Sei Gohong, Habaring Hurung, Kanarakan, Petuk
Bukit, Panjehang, Petuk Barunai, Mungku Baru, Pager Jaya, Gaung Baru,
dan Bukit Sua.
3. Kelurahan Langkai
4. Kelurahan Palangka
5. Kelurahan Menteng dan Kereng Bangkirai.
Sedangkan analisis tentang penyebab kemiskinan meliputi: (a)rendahnya tingkat
pendidikan dan kesehatan, (b)tidak tersedianya lapangan usaha dan kurangnya
tingkat ketrampilan, (c)terbatasnya lahan yang cocok untuk perkebunan dan
pertanian; (d)tidak memiliki modal untuk membuka usaha, (e)kurang kreativitas
dalam memanfaatkan peluang, (f)belum optimalnya lembaga ekonomi/badan
usaha yang bisa memfasilitasi keluarga miskin, (g)terkesan pemalas dan pasrah,
dan (h)adanya kendala transportasi darat(infrastruktur) bagi keluarga miskin di
pedesaan untuk memasarkan hasil pertanian dan perkebunannya ke
kota(Bungai, 2006). Akhir-akhir ini pemandangan Kota Palangka Raya mulai
kurang sedap dipandang mata dengan kehadiran beberapa pengemis,
pengamen, gelandangan, dan Penjaja Seks Komersial(PSK) di Kota Palangka
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 14
Raya. Padahal bila dicermati, mereka ini adalah para pendatang dari luar kota
Palangka Raya dan bahkan dari luar Kalimantan Tengah. Untuk mengantisipasi
subur dan berlanjutnya kehadiran mereka di kota Palangka Raya, Walikota
Palangka Raya telah mengeluarkan Pengumuman No.023/279/RTS/Dinso,
tanggal 20 April 2007 tentang Penertiban Tuna Sosial. Pengumuman ini
sekaligus untuk menegaskan kembali tentang Peraturan Pemerintah(PP) RI
Nomor 31 Tahun 1980 tentang penanggulangan gelandangan dan pengemis,
dan Perda Nomor 26 Tahun 2002 tentang Penertiban dan Rehabilitasi Tuna
Susila dalam Kota Palangka Raya. Isi pengumuman Walikota itu adalah
melarang siapapun untuk melakukan kegiatan MENGEMIS, MENGAMEN,
MAUPUN MENJAJA SEKS secara liar dalam wilayah kota CANTIK Palangka
Raya. Demikian juga untuk menertibkan pedagang kaki lima, Walikota pun telah
mengeluarkan pengumuman No. 661/145-131/022/2007 tanggal 11 Mei 2007.
Masih berhubungan dengan upaya pemberdayaan keluarga miskin di Kota
Palangka Raya, dalam waktu dekat ini Pemerintah Kota Palangka Raya akan
membangun Rumah Susun(Rusun) dengan biaya sewa/kontrak yang dapat
dijangkau oleh keluarga kurang mampu. Rencana pembangunan Rumah
Susun(Rusun) berlantai 4(empat) tersebut akan dimulai pada awal bulan Juli
2007 dengan dua lokasi pembangunan, masing-masing di Jalan S. Parman(PU
bawah), dan jalan Sesep Madu Palangka Raya. Sedangkan mengenai Penjaja
Seks Komersial(PSK) setiap tahun perkembangannya semakin meningkat baik
yang diasuh di lokalisasi maupun di luar lokalisasi. Misalnya pada tahun 1997
PSK berjumlah 288 orang, tahun 2002 berjumlah 251, dan pada tahun 2006
berjumlah 275 orang(Dinas Sosial Kota Palangka Raya, 2007)
3. Kebakaran Hutan dan LahanSejarah kebakaran hutan tidak bisa dipisahkan dari pengalaman yang dihadapi
oleh masyarakat dan pemerintah Kota Palangka Raya, karena setiap terjadi
kebakaran hutan dan lahan selalu memberikan dampak negatif bagi kehidupan
manusia secara keseluruhan. Misalnya kebakaran hutan pada tahun 1997, 2002
dan tahun 2006 yang merupakan peristiwa kebakaran hutan dan lahan terburuk
dalam sejarah Indonesia, Kalimantan Tengah, dan juga bagi Pemerintah Kota
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 15
Palangka Raya. Kendatipun pemerintah Kota telah mengeluarkan Perda dan
juga himbauan tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan di
wilayah pemerintahan Kota Palangka Raya, namun tampaknya tidak
memberikan rasa patuh bagi masyarakat. Perda Pemerintah Kota Palangka
Raya ini didukung lagi oleh Perda Provinsi Kalimantan Tengah No. 5 Tahun 2003
tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Kendala lainnya yang
berhubungan dengan Perda tentang kebakaran hutan dan lahan dan pembakar
hutan dan lahan, yaitu sulit memperoleh pengakuan dan tidak adanya saksi yang
melihat secara langsung perbuatan seseorang melawan hukum dengan sengaja
membakar hutan dan lahan di wilayah pemerintahan Kota Palangka Raya.
Kebakaran hutan dan lahan mengakibatkan lebih banyak dampak negatif
daripada dampak positifnya. Menurut Widen(2005) kebakaran hutan dan lahan
memberikan banyak dampak negatif baik dampak sosial, budaya, ekonomi,
ekologi, maupun dampak politik bagi masyarakat dan pemerintah Kota Palangka
Raya. Misalnya sekolah harus diliburkan beberapa hari; terganggunya arus
transportasi darat, sungai dan udara; terganggunya kegiatan ekonomi;
gangguan berbagai penyakit seperti iritasi mata dan kulit, sesak napas, asma,
Ispa, sakit kepala dan lain-lain. Di samping itu kerusakan ekosistem hutan,
punahnya berbagai potensi flora dan fauna. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah(2003) 38.569 orang menderita penyakit
ISPA(gangguan Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Atas) di Kota Palangka
Raya. Belum lagi berapa jumlah kecelakaan kendaraan bermotor dan kendaraan
air akibat kabut asap, berapa buah rumah penduduk yang terbakar. Salah satu
upaya antisipatif terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan, pada tahun 2006
di Palangka Raya telah diselenggarakan Seminar tentang Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran hutan dan lahan, dan telah menghasilkan Deklarasi
Palangka Raya tahun 2006. Salah satu perwujudan dari Deklarasi Palangka
Raya itu, Pemerintah Kota Palangka Raya telah membentuk dan melatih
Kelompok Masyarakat Pengendali Kebakaran(KMPK) untuk penanggulangan
kebakaran hutan, lahan dan pekarangan. Sebagai tindaklanjutdari kebijakan
KMPK tersebut, di setiap kelurahan di Kota Palangka Raya telah dibentuk Tim
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 16
Serbu Api Kelurahan(TSAK). Semoga di tahun-tahun yang akan datang,
Deklarasi Palangka Raya(2006) yang merupakan kebijakan dan sekaligus
merupakan komitmen masyarakat bersama pemerintah dalam menciptakan
“LANGIT BIRU”: di musim kemarau di Kalimantan Tengah, dan khususnya di
Kota Palangka Raya bisa terwujud. Harapan ini baru bisa terwujud apabila
kesadaran masyarakat sudah cukup mapan, kemudian disertai dengan
penegakan sangsi hukum secara tegas bagi pembakar hutan, lahan dan
pekarangan.
Gbr. 6.13. Kebakaran Hutan
4. Keamanan dan Ketertiban MasyarakatGangguan keamanan dan ketertiban di Kota Palangka Raya dapat dilihat dari
jumlah narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan
Palangka Raya. Data tentang jumlah narapidana tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 17
Tabel 6.5. Jumlah narapidana di LP dan Rutan Palangka Raya.
Tahun Dewasa Pemuda Anak JumlahLk Prn Lk Prn Lk Prn
1984 66 - 62 - 12 - 1401989 106 1 56 2 10 - 1751995 113 1 57 1 26 - 1982005 268 12 1 4 25 2 3122006 78 4 - - 2 - 84
Sumber: LP dan Rutan Palangka Raya, 2006
Dari data tersebut diantara kejahatan yang paling dominan adalah perjudian(58kasus), ketertiban(25 kasus), pembunuhan(28 kasus), penganiayaan(39 kasus),pencurian(55 kasus), kesusilaan(25 kasus) ,dan Narkoba(25 kasus).5. Mobilitas PendudukKegiatan mobilitas penduduk sangat ditentukan oleh adanya fasilitas infrastruktur
baik jalan darat, sungai/laut, maupun jalur udara. Jalan darat berupa jalur lintas
Kalimantan dari Kalimantan Timur-Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah-
Kalimantan Barat. Jalur sungai menghubungkan provinsi Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah dan beberapa Kabupaten dan kota di provinsi Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Selatan. Sedangkan jalur transportasi laut untuk masuk
ke Kota Palangka Raya bisa melalui pelabuhan Sampit(Kotawaringin Timur),
pelabuhan Kumai(Kotawaringin Barat) dan bisa juga melalui Banjarmasin. Jalur
transportasi udara dari dan ke Bandara Tjilik Riwut yaitu Jakarta dan Surabaya
dilayani oleh dua armada pesawat yaitu Sriwijaya Air dan Batavia Air dengan
pesawat tipe Boing 737 seri 200. Pesawat DAS dengan kapasitas 24
penumpang menjembatani beberapa kabupaten seperti Pangkalanbun, Seruyan,
Kuala Kurun, Murung Raya, Muarateweh, Buntok dengan kota Palangka Raya.
Gbr. 6.14. Bandara
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 18
Di samping itu ada juga sebuah pesawat carteran milik Misi Sosial Asing
MAF(Mission Aviation Fellowship) yaitu berupa pesawat capung yang
mendarat dan lepas landas di sungai. Terbukanya akses mobilitas penduduk ke
Kota Palangka Raya semakin menciptakan heterogenitas masyarakat menuju
suatu masyarakat yang multikultural
Gambaran tentang arus lalu lintas angkutan udara dalam negeri melalui Bandara
Tjilik Riwut Palangka Raya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 6.6. Arus lalu lintas Angkutan Udara di Bandara Tjilik RiwutThn. Pesawat Penumpang
TransitDatang Berangkat Datang Berangkat
2000 1572 1572 36.180 35.169 19372001 1441 1441 29.518 29.323 3112002 736 734 17.944 18.446 1962003 1144 1143 115.108 33.762 832004 2249 2269 83.567 85.009 1532005 1734 1734 85.923 86.966 64Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka Tahun 2005
6. Komunikasi dan InformasiPada tahun 1962, seperti ditulis oleh Tjilik Riwut(1962) baru ada satu buah
siaran radio percobaan dengan gelombang 37.4 namun siarannya masih
terbatas dilaksanakan antara pukul 6 pagi hingga pukul 7 malam. Saat ini di
Kota Palangka Raya telah ada sebuah Radio Republik Indonesia(RRI) Regional I
Palangka Raya. Di samping RRI Regional I tersebut beberapa Radio Swasta pun
maju pesat perkembangannya. Demikian juga kehadiran siaran televisi baik milik
pemerintah seperti TVRI maupun TV swasta seperti TPI, Indosiar, RCTI, SCTV,
Metrotv, dan lain-lain. Di Kota Palangka Raya sendiri telah hadir dua buah siaran
Televisi yaitu TVRI Kalteng dan Borneo TV yang pada saat ini masih
melaksanakan siaran percobaan.
Kemajuan dan perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi
sangat pesat. Diantaranya perkembangan jaringan telepon(lokal, nasional dan
Internasional) serta fasilitas telepon seluler atau Handphone(mobilephone).
Dengan kehadiran Internet maka peranan Kantor pos di Kota Palangka Raya,
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 19
khususnya dalam pengiriman surat-surat agak berkurang, karena surat sudah
bisa dikirim secara cepat dan tepat melalui fasilitas internet berupa Electronic
Mail(E-Mail). Pengiriman E-mail ini dapat dilakukan hanya dalam hitungan detik
sudah sampai kepada tujuannya. Demikian juga kehadiran jasa titipan
kilat(Tiki)yang ada di Kota palangka Raya. Perkembangan Surat Kabar di Kota
Palangka Raya dimulai tahun 1947 dengan hadirnya sebuah majalah bulannan
DOHONG diasuh oleh Mahir Mahar; D Hiung dan Hami. Di Kota Palangka Raya
juga diterbitkan majalah MANDAU dipelopori oleh KW Wenthe, Pagoe Bangel,
Gumbran Saleh, A Manan Rachman dan lain-lain. Ada beberapa nama surat
kabar seperti Pelita Nusantara, Pelita Pembangunan namun kemudian tidak
terbit lagi. Pada tanggal 25 Desember 1971 terbitlah Harian Umum PALANGKA
RAYA POST, tebal 4 halaman ukuran 61 x 93 cm. Sejak tahun 1993 PT.
KALTENG POS pun terbit. Hingga saat ini ada tiga Koran lokal yang ada di Kota
Palangka Raya yaitu KALTENG POS(KAPOS), Palangka Post(PP), dan
Dayakpost.
Gbr. 6.15. TVRI Kalteng
Gbr. 6.16. Kalteng Pos Gbr. 6.17. Dayak Post
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 20
7. Prasarana Umum(Public Service)Beberapa prasarana untuk pelayanan publik pun telah cukup memadai di Kota
Palangka Raya. Diantaranya yang dapat kami sajikan adalah sebagai berikut:
Tabel 6.7. Daftar Fasilitas Pelayanan Publik di Kota Palangka Raya.
No. Nama Alamat Telepon1. Bandar Udara Tjilik
RiwutJln. Adoni Samad 0536-3221041
2. PDAM Jln. Ahmad Yani 0536-32202613. RSUD Dr. Doris
SylvanusJln. Tambun Bungai 0536-3221717
4. BankPembangunanKalteng(BPK)
Jln. RTA Milono 0536-3225602
5. BRI CabangPalangka Raya
Jln. Ahmad Yani 0536-3221750
6. BNI CabangPalangka Raya
Jln. Jendral Sudirman 0536-3223746
7. Bank DanamonCab. PalangkaRaya
Jln. Ahmad Yani 0536-3222131
8. BTN CabangPalangka Raya
Jln. Ahmad Yani 0536-3221356
9. BCA CabangPalangka Raya
Jln. Dr. Murjani 0536-3232165
10. Pos Indonesia PT.Persero CabangPalangka Raya
Jln. Imam Bonjol 0536-3224489
11. Bank IndonesiaCab. PalangkaRaya
Jln. Diponegoro 0536-3222007
12. PLN PT Persero Jln. Ahmad Yani 0536-3221444
Sumber: Panduan Peringatan HUT ke-50 Kalteng tahun 2007.
Gbr. 6.18. BPK Gbr. 6.19. Bank Mandiri
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 21
8. Prestasi dan PenghargaanAtas prestasi yang gemilang untuk menjaga kebersihan dan kerapian Kota
Palangka Raya, Pemerintah Kota Palangka Raya pernah memperoleh
penghargaan Piala Adipura 3(tiga) kali berturut-turut pada tahun 1995, 1996, dan
1997. Kemudian pada tahun 2002, Pemerintah Kota Palangka Raya kembali
memperoleh penghargaan Wahana Tata Nugraha atas prestasinya membina
dan menjaga Tata Tertib berlalu lintas dalam Kota Palangka Raya. Hingga saat
inipun tampaknya Pemerintah Kota Palangka Raya harus tetap bekerja keras
untuk mempertahankan prestasi yang pernah diperolehnya baik di bidang
kebersihan dan kerapian kota maupun di bidang ketertiban berlalu lintas.
Berbagai upaya ke arah itu dapat dilihat dengan keluarnya pengumuman
Walikota tentang larangan bagi pengemis, pengamen, dan PSK liar dalam kota
Palangka Raya, pembersihan PKL dari lingkaran Bundaran Besar, Pembenahan
jalan protokol dan drainase dalam kota Palangka Raya, Penataan Jalan Yos
Sudarso sebagai daerah pengembangan PKL, penertiban berlalu lintas dengan
semua kelengkapan kendaraan bermotor, menyalakan lampu motor pada siang
hari, penggunaan sabuk pengaman(seatbelt) bagi pengendara mobil, serta
melakukan razia secara rutin pada ruas-ruas jalan protokol dalam kota Palangka
Raya.
Gbr. 6.20. Tugu Adipura
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 22
A.2. BIDANG BUDAYAPembangunan di bidang kebudayaan tampaknya memang agak lamban, namun
bukan berarti bahwa pembangunan di bidang kebudayaan kurang mendapat
perhatian. Yang terjadi adalah karena pembangunan di bidang kebudayaan
berada pada urutan prioritas bagian bawah, yaitu di bawah prioritas
pembangunan fisik, pembangunan ekonomi, politik, dan kesejahteraan rakyat.
Namun demikian kami mencoba untuk menyajikan tentang perkembangan dan
pembangunan di bidang kebudayaan seperti di bawah ini.
a. Museum.
Museum Negeri “ Balanga”
Palangka Raya yang
berlokasi di Jalan Tjilik Riwut
Km 2,5 memiliki sejarah yang
cukup unik dan penuh
tantangan. Museum ini mulai
dibangun pada tahun 1963
dengan nama Gedung
Monumen Dewan Nasional.
Gbr. 6.3. Museum Balanga, Palangka Raya
Namun sangat disayangkan karena pada tahun 1966 dan 1970 gedung tersebut
terbakar akibat rembetan api dari semak belukar di sekitar gedung tersebut. Baru
tahun 1972 gedung tersebut dipugar dan tanggal 6 April 1973 diresmikan dengan
nama Museum Balanga. Akhirnya pada tanggal 26 Nopember 1990 Museum
Daerah ini diresmikan menjadi Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah
“BALANGA” oleh Dirjen Kebudayaan Republik Indonesia GPH Poeger. Museum
Balanga ini kendatipun bukan milik Pemerintah Kota Palangka Raya, namun
letaknya di Kota Palangka Raya, sehingga ia menjadi objek penelitian, rekreasi,
pusat pelestarian seni dan budaya, media pembinaan seni, ilmu dan teknologi,
media pendidikan, dan sebagai cermin perkembangan peradaban masyarakat
Kalimantan Tengah.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 23
b. Sandung. Sandung Ngabe Soekah di jalan Dr. Murjani mengalami musibah
kebakaran pada tanggal 15 Nopember 1988. Kemudian Sandung tersebut
telah dipugar kembali pada tahun 1989 mengambil tempat yang strategis
yaitu Taman Budaya Pahandut dan pemugarannya diresmikan oleh
Gubernur Kalimantan Tengah Drs. Suparmanto pada tangal 3 Juni 1989.
Keberadaan Sandung ini
sangat penting untuk
kepentingan objek
pariwisata dan juga untuk
meningkatkan
penghargaan dan
apresiasi generasi muda
kebudayaan dan nenek
moyangnya
c. Sanggar Seni Budaya. Di dalam kota Palangka Raya sebenarnya ada
banyak sanggar seni dan budaya. Namun kenyataannya, secara umum,
sanggar-sanggar tersebut masih belum mendapat pembinaan yang serius dari
Pemerintah Kota dan juga Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Padahal
peranan strategis yang dimainkan oleh sanggar dimaksud adalah sebagai wadah
pengembangan, pembinaan, dan pelestarian kebudayaan daerah.
d. Rumah Betang. Gedung yang memiliki aristektur rumah betang yaitu
Gedung Manggala Wisata di jalan DI. Panjaitan Palangka Raya.
Sementara ini gedung tersebut digunakan sebagai pusat pertunjukan dan latihan
seni dan budaya. Pembangunan bercirikan rumah betang juga terdapat di lokasi
Kantor Gubernur Kalimantan Tengah.
Keberadaan rumah-rumah betang tersebut sangat penting sebagai bagian dari
ciri identitas kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah.
Gbr. 6.4. Sandung Ngabe Soekah, di Pahandut
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 24
Gbr. 6.21. Rumah Betang
e. Kompleks Subud. Komplek Subud merupakan pusat pendidikan, konvensi,
rekreasi, penginapan, olah raga, supermarket, dan aliran kepercayaan yang
diwarisi oleh Muhammad Subuh.
Gbr. 6.22. Komplek Subud
f. Gedung/bangunan bernilai budaya. Beberapa gedung/bangunan yang
terdapat dalam Kota Palangka Raya yang memiliki nilai-nilai budaya lokal adalah
Bundaran Besar; Rumah Jabatan Gubernur; jembatan Kahayan; Gedung DPRD;
Tugu Pemancangan Tiang Pertama Pembangunan Kota Palangka Raya;
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 25
Bundaran Burung di jalan RTA Milono; Gedung Batang Garing Business Center;
gedung Manggala Wisata; serta gedung SMU-1 Palangka Raya. Seminar dan
Simposium Landmark Kota Palangka Raya di Palangka Raya tanggal 12-14 April
2003 belum bisa mengambil kesimpulan tentang pembangunan apa yang perlu
dibangun dan bisa dijadikan Landmark Kota Palangka Raya. Peserta seminar
menyanyangkan karena di tengah bundaran besar Palangka Raya terdapat
Patung TNI. Seharusnya di tengah bundaran tersebut di bangun suatu bangunan
khusus yang memiliki ciri khas lokal dan bisa dijadikan semacam Landmark bagi
Kota Palangka Raya. Misalnya di tengah Bundaran besar tersebut di buat Sketsa
Batang Garing terbuat dari kerangka baja dan tumbuh di atas Balanga yang
besar.
Gbr. 6.23. Batang Garing Center
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 26
A.3. BIDANG POLITIKa. Konflik Antar Etnik. Konflik antar etnik yang pecah pada tanggal 8 Pebruari
2001 sekitar pukul 01.00 pagi dimana konflik tersebut menjalar ke Kota Palangka
Raya Sebagai akibat dari konflik tersebut di Kota Palangka Raya terdata 16
orang meninggal dunia, dan 8 orang luka-luka, 596 buah rumah dirusak, 1.117
buah rumah dibakar, 4 buah mobil di rusak, dan 13 buah mobil dibakar dan 201
becak di bakar dan dirusak(Laporan perkembangan Situasi Aktual di Propinsi
Kalimantan Tengah, 12/11/2001, Badan Perlindungan Masyarakat Kesatuan
Bangsa dan Polisi Pamong Praja).
Sebagai tindak lanjut pemulihan kemanaan paska konflik di Kota Palangka Raya
diselenggarakan Kongres Rakyat Kalimantan Tengah tanggal 4 - 7 Juni 2002.
Kemudian, masih di Palangka Raya tanggal 10 Juli 2001 diselenggarakan
lokakarya pemulihan dan pencegahan konflik antar suku di Kalimantan Tengah
yang diselenggarakan oleh Dewan Ketahanan Nasional bekerjasama dengan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Kemudian Musyawarah Besar(Mubes)
I Damang Kepala Adat se Kalimantan Tengah yang dilaksanakan di Kota
Palangka Raya tanggal 23-24 Mei 2002. Semua pertemuan tersebut ingin
mengingatkan kepada seluruh penduduk Kota Palangka Raya tentang
pentingnya toleransi dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Demikian juga
pentingnya prinsip hidup merantau dengan slogan: “Dimana tanah dipijak
disitulah langit dijunjung.”
b. Dampak Konflik Etnik. Masih sebagai dampak dari konflik antar etnik di atas,
di Kota Palangka Raya bermunculan berbagai macam LSM dan Paguyuban
Etnik, seperti: Paguyuban(LMMDD-KT); Naga Banjar; Kulowargo Wong Jowo;
Lembur Kuring; Kerukunan Masyarakat Bali; Saiyo Sakato; Kerukunan
Masyarakat Sumatera Utara; Kerukunan Masyarakat Sulawesi Selatan;
Kerukunan Kawanua; Kerukunan Keluarga Maluku; KW-Dusmala(Kerukunan
Warga Dusun, Maanyan, dan Lawangan); Kerukunan Warga Hulu Sungai
Selatan(KW-HSS); Kerukunan Keluarga Bakumpai(KK Bakumpai); dan lain-lain.
Kemudian muncul berbagai LSM, diantaranya BAKDI(Badan Amanat Kaharingan
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 27
Dayak Indonesia); LSARKT(Lembaga Studi Aksi Rakyat Kalimantan Tengah);
KSIM (Konsorsium Lembaga Swadaya Masyarakat Kalteng); BM(Betang
Mandiri); LSMT (Lembaga Sosial Masyarakat Tangkasiang); LRPLKT(Lembaga
Rakyat Penyelamat Lingkungan Kalteng); AMM(Aliansi Masyarakat Madani);
LSMPPB(Lembaga Sosial Masyarakat Pengabdian Putra Bangsa);
PWDAS(Persatuan Warga Daerah Aliran Sungai); Hatantiring; Talusung Damar;
HWL(Himpunan Warga Lawangan); PWDPBT(Persatuan Warga Dayak Peduli
Barito Timur); AMIBS(Asosiasi Masyarakat Intelektual Barito selatan) dan lain-
lain. Munculnya beberapa paguyuban dan LSM di atas merupakan indikasi
tentang pentingnya kehidupan yang dinamis, damai, aman dan tentram.
Kemudian menunjukkan kerinduan setiap individu terhadap kehidupan komunal
dan kebudayaannya yang semakin mengalami krisis.
c. Lembaga Kedamangan. Di samping itu kehadiran dan penguatan Lembaga
Kedamangan dirasakan sangat perlu dalam kehidupan sosial yang semakin
kompleks. Dari lima kecamatan yang ada di Kota Palangka Raya, baru tiga
kecamatan sudah memiliki lembaga kedamangannya, yaitu di Kecamatan
Pahandut, Kecamatan Bukit Batu dan Kecamatan Rakumpit. Di harapkan dalam
waktu dekat Kecamatan Sebangau dan Jekan Raya akan menyusul tiga
kecamatan yang sudah membentuk Lembaga Kedamangannya. Untuk saat ini
Damang sangat diperlukan di samping untuk membantu pemerintah(camat)
dalam percepatan, desiminasi dan sosialisasi kegiatan dan hasil pembangunan,
juga diperlukan untuk menegakkan adat istiadat, hukum adat, dan nilai-nilai
budaya. Salah satu bentuk perwujudan komitmen tersebut, maka pada Seminar
Hari jadi ke- 48 Kota Palangka Raya, tanggal 27 Juni 2005 diangkat tema:
“Kalimantan Sistem: Aktualisasi Kearifan Budaya Lokal Dalam Pembangunan
Berkelanjutan.” Dalam seminar tersebut tampak adanya kerinduan setiap orang
untuk kembali melestarikan kearifan budaya lokal masing-masing sebagai
pedoman untuk mengelola kehdiupan bermasyarakat dan mengelola lingkungan
hidup. Kehidupan sosial dan pengelolan lingkungan hidup tampaknya semakin
mengkhawatirkan akibat diabaikannya nilai-nilai kearifan budaya lokal.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 28
d. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat(FKPM). Untuk meningkatkan
terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat di lingkungan Pemerintahan
Kota Palangka Raya, maka akhir-akhir ini telah dilakukan sosialisasi dan
dibentuk Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat(FKPM) pada tingkat kelurahan,
RW dan bahkan RT-RT sebagai upaya pemerintah untuk meringankan tugas
polisi dalam menangani berbagai permasalahan sosial dalam masyarakat.
Rencananya FKPM se Kota Palangka Raya akan dikukuhkan oleh Walikota
Palangka Raya bersamaan dengan HUT Ke-50 Kota Palangka Raya tanggal 27
Juni 2007.
e. Otonomi Daerah. Dengan digulirkannya kebijakan Otomomi Daerah di Kota
Palangka Raya, maka berdasarkan hasil Penelitian tentang Dampak Otonomi
Daerah Terhadap Pola Interaksi Sosial Antar Etnik di Kota Palangka Raya tahun
2006(Widen, 2006), maka berbagai dampak yang muncul adalah kurangnya
pemahaman masyarakat tentang esensi Otonomi Daerah itu sendiri, sehingga
banyak interpretasi yang keliru dan mengarah pada faham primordialisme dan
etnosentrisme. Beberapa contohnya adalah munculnya wacana PUTRA
DAERAH dalam Pemilihan Kepala Daerah(Pilkada), menguatnya identitas etnik
dengan munculnya beberapa paguyuban etnik, dan setiap ada perkelahian antar
pemuda yang berbeda etnik selalu muncul kata-kata yang menantang lawannya
dengan menyebut nama etniknya sendiri. Misalnya: “Wanikah lawan urang
Banjar?” Atau “Ayo amun bahanyi dengan oloh Dayak!”
Perda kependudukan. Salah satu hasil kesepakatan dalam beberapa
pertemuan rekonsiliasi paska Konflik Etnik tahun 2001 yaitu dibuatnya Peraturan
Daerah(Perda) tentang Kependudukan. Maka untuk Kota Palangka Raya telah
diterbitkan Perda No. 02 Tahun 2005 tentang Kependudukan yang berlaku di
lingkungan Pemerintahan Kota Palangka Raya. Diantaranya mengatur tentang
proses administrasi kependudukan seperti keluar masuknya manusia dalam
wilayah hukum Kota Palangka Raya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 29
B. PERMASALAHAN DAN TANTANGANB.1. Masalah Sosial
Berdasarkan hasil penelitian Joni Bungai dkk(2006) dan Widen dkk(2006),
beberapa permasalah sosial yang ada pada Pemerintahan Kota Palangka Raya
adalah sebagai berikut:
Pertama, perkelahian yang dipicu oleh miras, narkoba, dan judi
Kedua, pemeliharaan ternak ayam, babi, dan anjing di lingkungan padat
penduduk
Ketiga, barak dan tempat indekos sebagai sarang kumpul kebo dan selingkuh
dan kurang pengawasan dan belum ada aturan oleh Pemerintah Kota Palangka
Raya.
Keempat, angka kemiskinan dan pengangguran relatif masih tinggi dan lapangan
pekerjaan masih sedikit dan sulit.
Kelima, terbatasnya tenaga kerja berkualitas dan yang sesuai dengan kebutuhan
pasar
Keenam, akhir-akhir ini banyak pengemis, pengamen, gelandangan, dan PSK
yang berkeliaran siang dan malam dalam Kota Palangka Raya.
Ketujuh, bandar judi dadu gurak selalu memanfaatkan lingkungan keluarga yang
sedang berdukacita, khsusunya orang Dayak yang beragama Kristen.
Sedangkan Bandar dadu gurak sendiri datang dari luar kota Palangka Raya.
Kedelapan, kehadiran pedagang kaki lima(PKL) dalam Kota Palangka Raya
semakin kurang teratur dan justru membuat kota menjadi kotor dan kumuh.
B.2.Masalah Budaya
Pertama, semakin lunturnya nilai-nilai budaya dan hukum adat di Kota Palangka
Raya serta belum adanya upaya merevitalisasikan peranan dan fungsi Lembaga
Kedamangan.
Kedua, Belum adanya pembinaan dan perhatian yang serius dan berkelanjutan
terhadap sanggar seni dan budaya di Kota Palangka Raya.
Ketiga, Banyak gedung pemerintah dan pertokoan masih belum memiliki ciri-ciri
arsitektur lokal
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 30
Keempat, Nama-nama jalan dalam kota Palangka Raya masih kacau dan kurang
mencerminkan identitas lokal
Kelima, Taman Budaya yang dulu pernah ada di kompleks Museum Balanga
Palangka Raya sebagai wadah ekspresi seni dan budaya tidak tampak lagi
keberadaannya.
Keenam, pembangunan sumber daya manusia dan pengelolaan lingkungan
masih mengabaikan nilai-nilai budaya lokal(Kearifan lokal)
Ketujuh, belum ada penghargaan yang khusus diberikan kepada individu
maupun kelompok yang konsisten melestarikan kebudayaan dan lingkungan
hidup.
B.3.Masalah PolitikPertama, semakin menguatnya identitas kelompok(etnik dan agama)
Kedua, Heterogenitas penduduk semakin dinamis namun kompleks
Ketiga, belum semua masyarakat memahami esensi dan tujuan dari Otonomi
Daerah
Keempat, Perda Nomor 02 Tahun 2005 tentang kependudukan perlu lebih
intensif disosialisasikan kepada aparat pemerintah yang terkait serta kepada
masyarakat(publik)
C. POTENSI DAN PELUANG
Sesungguhnya berbagai perkembangan, kemajuan, dan juga masalah di bidang
sosial, budaya, dan politik bisa dijadikan sebagai pedoman dan evaluasi bagi
perencanaan dan pengelolaan pembangunan bidang sosial, budaya dan politik
dan sekaligus merupakan potensi dan peluang untuk mencapai visi dan misi
pembangunan yang diharapkan. Demikian juga hasil pembangunan di bidang
sosial, budaya dan politik harus selaras dengan Motto Kota Palangka Raya
dengan akronim CANTIK, yaitu (Terencana, Aman, Nyaman, Tertib, Indah, dan
Keterbukaan).
Beberapa potensi dan peluang yang bisa dikembangkan untuk kemajuan
pembangunan Kota Palangka Raya ke depan adalah sebagai berikut:
C. 1. Bidang Sosial
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 31
1.1. Pariwisata. Di bidang pariwisata masih banyak potensi dan peluang yang
bisa digali dan dikembangkan di masa yang akan datang, seperti:
a. Penataan Taman Wisata Alam Tangkiling, Batu Banama, dan Guest
House
b. Danau Tahai
c. Sarana Wisata Sungai Kahayan(dari bawah jembatan Kahayan –
Pelabuhan Rambang (pp)
d. Arboretum dan Nyaru Menteng(Orang Hutan)
e. Danau Kereng Bangkirai
f. Pembangunan Hotel Berbintang ditepi sungai Kahayan
g. Restoran terapung di bawah jembatan Kahayan dengan Masakan khas
Dayak
h. Pantai Sabaru(kolam renang dan arena balap motor)
i. Habitat Orang Hutan di kelurahan Sei Gohong.
j. Pemutaran lagu-lagu daerah Kalimantan Tengah seperti “Dengan Hanjak
Atei” ‘Anri Arai Atei”, “Tari Manasai”, Tumpi Wayu dan lain-lain di ruang
kedatangan dan keberangkatan di bandara Tjilik Riwut Palangka Raya.
Lagu-lagu tersebut bisa berbentuk instrumentalia atau berupa lagu.
k. Pusat Olah Raga yang terintegrasi(Kolam renang, lapangan badminton,
lapangan tennis , lapangan bola volley dan bola basket) satu lokasi.
1.2. Bidang Kepemudaan: Pemuda adalah aset suatu bangsa atau daerah, oleh
karenanya maka pemuda di Kota Palangka Raya perlu diintensifkan
pembinaannya melalui kegiatan Pramuka, Karang Taruna, Lembaga
Swadaya Masyarakat(LSM) dan kegiatan Olah Raga serta Keagamaan.
1.3. Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuana. Peningkatan SDM masyarakat dan perempuan
b. Optimalisasi database desa/kelurahan se Kota Palangka Raya
c. Pengentasan kemiskinan
d. Peningkatan kerajinan ibu rumah tangga serta peran PKK
e. Pembangunan yang berwawasan jender dan budaya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 32
C. 2. Bidang Budaya2.1. Museum Balanga. Museum Balanga merupakan salah satu asset bidang
pariwisata Kota Palangka Raya. Oleh karenanya perlu ditata, dipromosi,
dan dipublikasi secara professional dan global agar Museum Balanga tidak
hanya dikenal di Kota Palangka Raya, tapi juga secara regional, nasional
dan bahkan internasional.
2.2. Salah satu fungsi kebudayaan adalah mempersatukan atau
mengintegrasikan masyarakat yang heterogen. Oleh karenanya Pusat
Kebudayaan dan Taman Budaya/kampung seni/ sanggar seni dan budaya
perlu diperhatikan pembinaan dan pengembangannya.
2.3. Penguatan Lembaga Kedamangan. Dari lima kecamatan yang ada, baru
tiga kecamatan yang memiliki Lembaga Kedamangan. Diharapkan kedepan
semua kecamatan ini sudah memiliki Lembaga Kedamangan masing-
masing. Tugas Damang Kepala Adat perlu ditegaskan dan diakui baik
sebagai pembina dan pelestari nilai-nilai budaya maupun sebagai pembantu
pemerintah untuk menegakkan tata nilai dan norma social yang berlaku
dalam masyarakat. Di samping itu perlu pula dibentuk Forum Komunikasi
Damang Kepala Adat Kota Palangka Raya.
2.4. Membangun Landmark Kota Palangka Raya. Hingga saat ini Kota Palangka
Raya masih belum memiliki Land Mark Kota yang memiliki ciri-ciri identitas
lokal. Kalau bisa Landmark tersebut dibangun di tengah Bundaran Besar
yaitu berupa Sketsa Batang Garing terbuat dari pipa besi setinggi 20
meter berdiri dalam sebuah Balanga yang mungkin saja ada empat
buah disesuiakan dengan mata angin atau jalan yang bermuara di
bundaran besar yang terbuat dari beton dan pada malam hari dihiasi
dengan lampu hias berwarna warni.
2.5. Penghargaan Tropi Batang Garing. Pemerintah Kota Palangka Raya perlu
membuat Tropi Batang Garing yang bisa diberikan kepada siapa saja yang
dianggap perduli terhadap kebudayaan, lingkungan, pendidikan, serta
kesehatan. Penganugrahan penghargaan ini diberikan setiap peringat hari
jadi Kota Palangka Raya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 33
2.6. Pakaian Adat. Pememrintah Kota Palangka Raya perlu berinisiatif untuk
membuat pakaian adat khas Dayak Kalimantan Tengah terdiri atas celana,
baju, dan lawung. Pakaian adat ini diatur pemakaian secara khusus pada
Sidang Paripurna DPRD Kota Palangka Raya dan pada peringatan Hari jadi
Kota Palangka Raya.
C. 3. Bidang Politik3.1. Forum Komunikasi Antar Umat Beragama. Tindak lanjut SKB tiga menteri
tentang Pembangunan Rumah-rumah ibadah. Forum ini sangat penting
untuk menjaga terjaminnya kehidupan yang harmonis antar umat beragama
di Kota Palangka Raya.
3.2. Forum Dialog Lintas Budaya dan Etnik (Multikulturalisme). Dialog Bulanan
dengan mengangkat tema yang sedang berkembang pada bulan itu. Forum
ini juga penting untuk menjaga hubungan sosial antar etnik agar tetap
harmonis, stabil dan mempertebal toleransi dalam masyarakat multikultural
3.3. Forum Paguyuban Etnik. Kehadiran berbagai Paguyuban Etnik di Kota
Palangka Raya perlu di dorong, difasilitasi dan dibina sebagai modal untuk
memperkuat dan memperkokoh nilai-nilai kesatuan dan persatuan bangsa,
dan sekaligus sebagai wadah pengembangan dan pembinaan nilai-nilai
budaya lokal sebagai modal pembangunan di bidang politik.
3.4. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat(FKPM) perlu dibentuk pada tiap
kelurahan, RT dan tempat-tempat tertentu untuk menjamin terjaganya
keamanan dan ketertiban masyarakat.
3.5. Sosialisasi Otda dan Pendidikan Politik. Setiap individu perlu memahami
esensi dari Otonomi Daerah agar terhindar dari faham etnosentrisme dan
primordialisme yang berlebihan. Demikian juga pemahaman tentang
demokrasi, HAM, toleransi, dan etika yang sudah menjadi nilai-nilai
universal.
3.5. Pembenahan kembali nama-nama jalan, nama dan arsitektur gedung
dengan identitas lokal. Banyak nama jalan dan nama gedung yang belum
mencerminkan nilai-nilai budaya lokal sehingga perlu dibenahi dengan
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VI - 34
nama-nama para pejuang lokal, nama burung khas lokal, nama pohon khas
lokal, nama danau, dan lain-lain. Dimana nama-nama tersebut bisa
memberikan semangat dan kebanggaan bagi masyarakat Kota Palangka
Raya. Demikian pula halnya dengan bentuk fisik arsitektur gedung-gedung
perumahan, perkantoran, dan pertokoan hendaknya mengambil ciri-ciri
arsitektur rumah betang. Sebagai contoh, misalnya, pembangunan
perumahan di Brunei Darussalam. Rumah dibangun bertiang dengan
konstruksi beton dan menggunakan arsitektur rumah betang. Tinggi rumah
sekitar 4 meter dari permukaan tanah dan di bawah rumah bisa
dimanfaatkan sebagai garasi kendaraan bermotor.
1Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
BAB VIIPENATAAN KOTA DAN PRASARANA
Penataan suatu kota selalu berkaitan dengan produk master plan kotanya.
Secara rinci, produk master plan kota dapat berupa RUTRK (Rencana Umum Tata
Ruang Kota), RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota) dan produk master plan
lainnya. Atas dasar uraian ini, kajian mengenai Penataan Kota Palangka Raya
terlebih dahulu dilakukan pendataan mengenai produk-produk yang ada yang
berhubungan dengan penataan ruang mulai produk yang dihasilkan tahun 1957
sampai dengan tahun 2007.
Dari hasil sementara terdapat pendataan produk master plan kota Palangka
Raya, diperoleh beberapa produk master plan yang dihasilkan tahun 1957, master
plan tahun 1971, master plan tahun 1978, master plan tahun 1984, master plan
tahun 1991, masterplan tahun 1994, master plan tahun 1999, master plan tahun
2005 dan master plan tahun 2006. Khusus untuk master plan tahun 2006, master
plan ini pada dasarnya tentang drainase kota Palangka Raya. Akan tetapi dalam
master plan tahun 2006 ini juga direncanakan pengembangan struktur kota Palangka
Raya yang luasnya menjadi 2 (dua) kali lipat kondisi tahun 2006. Dalam master plan
tahun 2006 ini, konsep-konsep awal mula seperti konsep jaring-jaring laba-laba
ditampilkan kembali.
Untuk Prasarana, kajian hanya pada aspek Transportasi yang merupakan
aspek terpenting dalam suatu kota. Dengan data tersebut akan dikaji dan dievaluasi
berkaitan dengan 50 (lima puluh) tahun kota Palangka Raya.
A. KONDISI DAN PERKEMBANGANI.1. Rencana Tata Kota Awal Mula
Kota Palangka Raya mulai dibangun dengan ditandai adanya pemancangan tiang
pertama pembangunan kota oleh Presiden RI pertama Ir. Soekarno pada tanggal 17 Juli
1957. Menurut Riwut (1962 : 5), konsep kota Palangka Raya adalah :
2Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Kota baru dan modern yang didirikan dijaman kemerdekaan berukuran 20 km X 60km = 1.200 km2, didalamnya terdapat empat buah danau yang banyak menghasilkanikan dan pemandangan yang baik untuk para pelancong dimasa yang akan datang,didalamnya juga terdapat 17 puncak bukit antara lain bukit Tangkiling yang tanahnyasubur dan direncanakan menjadi tempat peristirahatan dimasa yang akan datang.
Gbr. 7.1. Rentjana Situasi Komplek Kantor Kantor Pemerintah di Palangka Raja(Sumber : Riwut, 1979).
Menurut gambar Rentjana Situasi Kompleks Kantor Kantor Pemerintah di Palangka
Raja (ejaan lama) yang ada dalam buku Kalimantan Membangun Alam Dan Kebudayaan
karangan Tjilik Riwut tahun 1979 halaman 64, pada Embrio kotanya terdapat sejumlah
massa bangunan yang diberi notasi angka. Jumlah angka tersebut adalah 21 akan tetapi dalam
3Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
gambar tersebut tidak diberikan keterangan mengenai notasi angka tersebut. Ditinjau dari
legendanya, massa bangunan-bangunan tersebut dikelompokkan menjadi 2 yaitu gedung
bertingkat dan tak bertingkat. Saat ini, di depan menuju ke arah sungai Kahayan dari massa
bangunan bernotasi angka satu terdapat Monumen Peletakan Batu Pertama Pembangunan
Kota Palangka Raya. Di depan menuju ke arah sungai Kahayan dari monumen tersebut
sekarang terdapat situs dermaga gubernuran. Bila ditinjau dari fungsi bangunan saat ini,
massa bangunan bernotasi angka 1 merupakan gedung DPRD Tingkat I Kalteng yang
sebelumnya merupakan kantor Gubernur, sedangkan massa bangunan bernotasi angka 9 dari
saat dibangun sampai sekarang merupakan Istana Gubernur.
Gbr 7.2. Skematik tata ruang kota Palangka Raya (Sumber : Tjilik Riwut, 1979)
Berdasarkan gambar Skematik Tata Ruang Kota Palangka Raya yang ada dalam
buku Tjilik Riwut (1979), dalam tata ruang kota Palangka Raya awal mula terdapat sumbu
yang mengarah ke barat daya – timur laut. Sumbu ini kini berupa Jl. Yos Sudarso yang
4Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
diprediksikan menjadi poros utama kota Palangka Raya yang membelah kota menjadi dua
bagian yaitu bagian tenggara dan bagian barat laut. Dalam perkembangannya, skematik tata
ruang kota Palangka Raya tersebut dikembangkan menjadi gambar rencana struktur kota yang
berbentuk menyerupai jaring laba-laba.
Gbr. 7.3. Rencana struktur kota Palangka Raya awal mula (Sumber : Museum Tjilik Riwut)
5Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Gbr. 7.4. Pesanggrahan Daerah di jalan yang kini bernama Jl. Kalimantan. Dan kini telah musnahterbakar. Akankah Palangka Raya merekonstruksi bangunan bersejarah ini, di manaPresiden RI pertama Ir. Sukarno pernah menginap dipesanggrahan tersebut saat acarapemancangan tiang pertama pembangunan kota Palangka Raya (Sumber Gambar : MuseumTjilik Riwut)
Gbr. 7.5. Kantor Pekerjaan Umum Awal Mula (Sumber : Museum Tjilik Riwut)
6Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Gbr. 7.6. Kantor Penerangan Awal Mula, kini Kantor Dinas Perhubungan Propinsi Kalteng.Bandingkan dengan Kantor PU, serupa tapi kebalikannya(Sumber Gambar : Museum Tjilik Riwut)
Gbr.7.7. Kantor Agraria awal mula, kini Kantor Dinas Pertanahan Kota Palangka Raya. Menaranyakini telah dipotong dan diganti Kanopi berimage local. Akankan Palangka Rayamengembalikan kembali bentuk asli bangunan bersejarah ini ? (Sumber Gambar : MuseumTjilik Riwut).
7Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Gbr. 7.8. Kantor PP dan K awal mula kini Kantor Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan PropinsiKalteng. Gara-gara gerakan arsitektur berwawasan identitas yang mengelora di seluruhwilayah RI pada tahun 1980an, gedung PP dan K dengan komposisi yang menarik danbermenara Art Deco yang mana bangunan tersebut dibangun dengan semangat membarayang berteteskan peluh keringat bahkan air mata, kini diratakan dengan tanah dan bekasnyakini berupa lahan untuk parker kendaraan. Apakah hal ini merupakan penghargaan bagibangunan bersejarah kota Palangka Raya ?. (Sumber Gambar : Museum Tjilik Riwut).
I.2. Perkembangan Penataan KotaSejarah masterplan ini didasarkan pada Tjilik Riwut (1979), Rencana Induk
Kota (RIK) Palangka Raya 1978, RIK Palangka Raya 1984, Album Peta RIK
Palangka Raya 1984, Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Palangka Raya
1991, Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Palangka Raya 1994 dan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Palangka Raya 1999/2000
Yang dimaksud masterplan awal mula adalah peta peruntukan lahan
Palangka Raya yang ada dalam buku Tjilik Riwut tahun 1979. Dalam masterplan
tersebut, kota Palangka Raya direncanakan memiliki empat jalan utama. Keempat
jalan ini sekarang bernama : 1). Jl. Tjilik Riwut-Jl. Iman Bonjol-Jl. Milono, 2). Jl. Yos
Sudarso, 3). Jl. Diponegoro dan 4). Jl. Murjani (sampai Panarung). Jembatan
Kahayan diletakkan pada sisi timur kampung Pahandut. Dalam masterplan tersebut,
direncanakan tiga bundaran yang sama besar yaitu bundaran pada simpang tiga
8Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
jalan yang sekarang bernama Jl. Tjilik Riwut, Jl. Yos Sudarso dan Jl. Iman Bonjol,
bundaran pada simpang tiga jalan yang sekarang bernama Jl. Iman Bonjol, Jl. Milono
dan Jl. Diponegro, dan bundaran pada persimpangan jalan yang sekarang bernama
Jl. Diponegoro dan Jl. Murjani. Ditinjau dari peruntukan lahan, dalam masterplan
tersebut pusat pemerintahan berada di sekitar Bundaran Besar dengan Kantor
Gubernur dan Istana Gubernur sebagai pusat kota. Permukiman berada pada sektor-
sektor tertentu dan diantara satu permukiman dengan permukiman lainnya
dipisahkan dengan hutan kota.
Dalam masterplan tahun 1971, pusat pemerintahan tetap berada di sekitar
Bundaran Besar sampai Jl Yos Sudarso sekitar 1 km. Sepanjang Jl. Iman Bonjol
diperuntukkan juga sebagai kantor pemerintah. Lahan diujung Jl. Milono dan Jl. G
Obos yang sekarang merupakan komplek kantor gubernur, dalam masterplan ini
diperuntukkan sebagai Taman Kota. Untuk pusat perdagangan terletak di sekitar
Pasar Kameluh. Di sepanjang tepi sungai Kahayan tetap diperuntukkan sebagai
hutan. Kampung Pahandut tetap diperuntukkan sebagai lahan perumahan. Yang
menarik dari masterplan ini adalah lahan yang sekarang berupa Pasar Palangka Sari
diperuntukkan sebagai hutan kota. Dalam masterplan ini tidak direncanakan
penambahan jalan yang menuju ke Bundaran Besar. Lapangan Mantikai
diperuntukkan sebagai ruang publik kota.
Peruntukan lahan dalam rencana tata ruang tahun 1971 diarahkan sebagai :
Perumahan.
Perkantoran.
Perdagangan
Industri
Cadangan Industri.
Pendidikan Universitas / SLA
Kesehatan.
Pusat Lingkungan
Pusat Air Minum / Tenaga Listrik
Militer
9Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Pelabuhan Lapangan / Open Space
Hutan
Kuburan
Gbr. 7.9. Master Plan tahun 1971.
Menyimpang dari tema masterplan, dalam tahun 1971 dibuat juga gambar
perencanaan jembatan titian yang mengubungkan jalan yang kini bernama JL.
Flamboyan dengan sungai Kahayan. Jalan ini panjangnya 323 meter dengan lebar 4
meter. Jalan titian ini dibuat dari kayu. Jalan titian ini selesai dibangun dalam tahun
anggaran 1972/1973. Dengan adanya jalan titian ini, lambat laun bantran sungai
Kahayan yang berupa hutan dan danau berkembang menjadi perumahan.
Tahun 1978 dibuat masterplan yang diperuntukkan sampai tahun 1996.
Dalam masterplan ini telah ada penambahan jalan yang menuju ke Bundaran Besar
10Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
(Jl. Kinibalu). Jalan. Yos Sudarso dari Bundaran Besar sampai komplek Universitas
Palangka Raya (UNPAR) diperuntukkan sebagai area jasa. Sepanjang Jl. A Yani
juga diperuntukkan sebagai area jasa. Lapangan Mantikai diperuntukkan sebagai
lapangan olah raga. Area pendidikan dipusatkan pada sekitar Lapangan Mantikan.
Hutan yang berada di kampung Pahandut diperuntukkan sebagai area perdagangan
(sekarang menjadi pasar Palangka Sari). Dalam masterplan ini, Bundaran Besar
diperuntukkan sebagai lapangan olah raga dan hutan yang merupakan habitat
binatang Begantan yang letaknya disekitar tepi sungai Kahayan dan danau Seha
diperuntukkan sebagai open space (ruang terbuka). Taman kota di ujung Jl. G Obos
dan Jl. Milono diperuntukkan sebagai perkantoran. Sepanjang tepi sungai Kahayan
pada Jl. Kalimantan diperuntukkan sebagai area perumahan. Danua Seha tetap
dipertahankan sebagai danau.
Peruntukan lahan dalam rencana tata ruang tahun 1978 ini diarahkan untuk :
Perumahan
Perkantoran
Perdagangan
Jasa-jasa
Komplek Industri
Cadangan Industri
Komplek pendidikan
Fasilitas Pelayanan Umum
Lapangan Olah Raga / Open Space
Kuburan Islam / Kristen
Komplek penjara
Pusat Listrik / Air Minum
Rumah Sakit
Komplek Pelabuhan
Terminal Angkutan Umum
Komplek ABRI
Pusat Lingkungan
11Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Pelabuhan Udara
Dermaga Sungai
Gbr. 7.10. Master Plan tahun 1978
Tahun 1984 masterplan tahun 1978 direvisi. Masterplan ini pada dasarnya
merupakan pengembangan masterplan yang dibuat dalam tahun 1978 Dalam
masterplan ini direncanakan sejumlah jalan yang melingkar dan menghubungkan Jl.
Tijilik Riwut, Jl. Yos Sudarso, Jl. G. Obos dan Jl. Milono. Yang menarik dari
masterplan ini adalah lahan tepi sungai Kahayan yang awalnya merupakan danau
Seha dan hutan ditetapkan sebagai Tanah Konservasi / Jalur Hijau.
12Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Gbr. 7.11. Sebagian Master Plan tahun 1984
Peruntukan lahan dalam rencana tata ruang tahun 1984 ini diarahkan
sebagai :
Unit lingkungan perumahan
Perkantoran / Jasa
Pendidikan TinggiPendidikan
Penjara
Taman Hiburan Rakyat
Stadion
Utilitas
PLN
Idustri
Fasilitas Sosial
13Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Tanah Konservasi
Tanah Kubutan
Perdagangan
Tanah cadangan pengembangan
Pada tahun 1991 dibuat Rencana Umum Tata Ruang Kota Palangka Raya
yang diperuntukkan sampai tahun 2001. Dalam tata ruang ini tidak ada perubahan
tata ruang terutama peruntukan lahannya, kecuali di bantaran sungai Kahayan.
Bantaran sungai Kahayan yang dalam tata ruang tahun 1984 ditetapkan sebagai
Tanah Konservasi / Jalur Hijau, dalam rencana ini diperuntukkan sebagai Taman
Konservasi dan sebagain kecil diperuntukkan sebagai areal perdagangan. Dalam
rencana tata ruang tahun 1991 ini, arah pengembangan kota tetap sama seperti
dalam rencana tata ruang sebelumnya.
Gbr. 7.12. Master Plan tahun 1991
14Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Peruntukan lahan dalam rencana ini diperuntukkan sebagai :
Perkantoran dan Jasa
PLN
Industri
Taman Hiburan
Perdagangan
Jalur Hijau
Utilitas
Kuburan
Taman Konservasi
Terminal
Lapangan Terbang
Pusat BWK
Kawasan Perumahan
Lapangan Olah Raga
Kantor Pemerintah
Pendidikan.
Pada tahun 1992, Perencanaan Teknis Drainase Kota Palangka Raya dibuat.
Dalam perencanaan ini, tiga saluran drainase utama kota yang dikenal dengan
saluran pengeringan direncanakan. Tiga saluran ini direncanakan melingkar
melingkari pusat kota. Karena telah ada kawasan Bukit Hindu, saluran pengeringan II
tidak dapat tembus ke kawasan Bukit Hindu. Pada muara Jl. Lambung Mangkuran –
Jl. Yos Sudarso, saluran pengeringan I ini dibelokkan sehingga bertemu dengan
saluran pengeringan alami di depan kantor Pajak .
Pada tahun 1994, RUTRK Palangka Raya yang dibuat tahun 1991 direvisi.
RUTRK Palangka Raya yang dibuat pada tahun 1994 ini diperuntkkan hingga tahun
2004. Dalam RUTRK Palangka Raya ini sebagain besar peruntukan lahan yang
direncanakan dalam RUTRK tahun 1991 tidak mengalami perubahan, kecuali pada
bantaran sungai Kahayan. Bantaran sungai Kahayan yang dalam RUTRK tahun
15Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
1991 diperuntukkan sebagai Taman Konservasi, dalam RUTRK ini diperuntukkan
sebagai perumahan.
Dalam RUTRK ini, telah direncanakan jalan lingkar yang menghubungkan Jl.
Tjilik Riwut dengan Jl. RTA Milono. Peruntukan lahan dalam RUTRK ini diarahkan
sebagai :
Gbr. 7.13. Drainase Primer Kota awal mula berdasarkan Perencanaan Teknis Drainase KotaPalangka Raya yang dibuat tahun 1992.
Terminal Regional
Perkantoran dan Jasa
Komplek ABRI
PLTD
Komplek Olah Raga
Perkantoran
16Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Lembaga Pemasyarakatan
Kuburan
Perdagangan
Pendidikan
Perumahan
Pelabuhan
Rumah Sakit
Pusat Kegiatan Keislaman
Taman Hiburan Rakyat
Rekreasi
Bandara
Jalur Hijau
Konservasi
Cadangan Perluasan
Dalam tahun anggaran 1999/2000 dibuat Rencana Detal Tata Ruang
Kawasan Kota Palangka Raya, dan diperuntukkan hingga 2004/2005. Dalam
rencana ini arah pengembangan kota dan pemanfaatan ruang sama dengan
rencana-rencana sebelumnya kecuali lahan Pahandut seberang khususnya dibawah
jembatan Kahayan. Pada lahan ini diperuntukkan sebagai Wisata & Olah Raga.
Peruntukan lahan dalam RDTRK Kota Palangka Raya ini diarahkan sebagai :
Permukiman
Pemerintahan
Pendidikan
Perdagangan Regional
Perdagangan Kota
Perkantoran Swasta
Fasilitas Kesehatan Kota & Regional
Industri Kecil
Industri Menengah & Besar
17Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Wisata & Olah Raga
Pergudangan
Bandar Udara
Areal Pemakaman
Hutan Kota
Terminal Regional Darat
Terminal Regional Sungai
Gbr. 7.14. Master Plan tahun 1994
Pada tahun 2004, Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kecamatan
Sabangau disusun. Dalam RDTRK Kecamatan Sabangau ini, Master Plan kota
18Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Palangka Raya tahun 1994 lebih didetailkan terutama pada wilayah atau kawasan
yang masuk dalam wilayah Kecamatan Sabagau.
Dalam Pada tahun 2005, Penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Palangka Raya 2005-1015 disusun. Dalam RTRW ini, pemanfaatan wilayah
kota Palangka Raya diperuntukkan sebagai Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya. Dalam RTRW Kota Palangka Raya tersebut, Kawasan Lindung kota
dikembangkan sebagai :
1. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi kawasan sempadan sungai
dan kawasan hutan kota / jalur hijau.
2. Kawasan Suaka Alam yang berupa kawasan Cagar Alam.
3. Kawasan Pelestarian Alam yang berupa Taman Wisata,
4. Kawasan Rawan Bencana seperti Tanah Longsor dan Banjir.
Sedangkan Kawasan Budidaya dikembangkan sebagai :
1. Kawasan Permukiman
2. Kawasan Industri
3. Kawasan Perdagangan Dan Jasa
4. Kawasan Pariwisata
5. Kawasan Pertambangan
6. Kawasan Perikanan
7. Kawasan Peternakan
8. Kawasan Tanaman Tahunan / Perkebunan
9. Kawasan Pertanian Kering
10. Kawasan Pertanian Basah
11. Kawasan Hutan Produksi
12. Kawasan Khusus seperti, militer dan bandara
Pada tahun 2006, Review Master Plan Drainase Kota Palangka Raya disusun
oleh PT. Miramy Konsultan. Dalam master plan ini, kawasan terbangun kota
direncanakan luasnya menjadi dua kali kondisi awal. Dalam master plan ini, konsep
19Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
jarring laba-laba dibentuk kembali. Dalam master plan ini direncanakan dua system
drainase yaitu system makro dan system mikro.
System Makro adalah suatu system drainase yang mengumpulkan aliran-aliran
dan system drainase mikro dan mengalirkannya ke muara yang berupa sungai atau
laut. Sedangkan system mikro adalah bagian dari sitem keseluruhan drainase yang
menampung buangan dari bagian hulu derah drainase dan mengangkutnya pada
system makro.
I.3. Prasarana TransportasiSalah satu upaya memperlancar akses ke berbagai daerah atau wilayah kota,
hingga tahun 2006 telah tercipta jalan darat sepanjang 882,43 km. Secara
kronologis, perkembangan pembangunan jalan darat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.TABEL 7.1. PANJANG JALAN MENURUT JENIS PERMUKAAN (Km)
TahunJenis Permukaan (km)
JumlahAspal Kerikil Tanah lainnya
1978 78,475 0,150 105,265 - 183,890
1983 68,450 28,325 29,600 - 136,375
1985 149,000 18,000 58,000 - 225,00
1990 229.819 25.550 42.950 - 298.569
1995 202.533 16.735 146.735 - 366.003
2000 201,94 8,40 426,37 - 636,71
2002 369,22 27,35 95,12 101,20 592,89
2003 253,48 5,31 250,11 - 508,90
2004 296,83 6,06 525,54 - 828,43
2005 431,455 18,180 378,795 - 828,43
2006 453,24 27,46 347,73 - 828,43Sumber : Dinas PU, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya
20Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Untuk pengembangan jaringan transportasi darat dan menggali potensi PAD
Palangka Raya, pada tahun 2006 telah dibuka dan dilaksanakan Terminal Perintis di
Desa Takaras dengan jurusan Tarakas – Palangka Raya dan Tarakas -- Tumbang
Jutuh. Selain itu, guna mendukung Transportasi Darat, kota Palangka Raya telah
memiliki 2 (dua) buah terminal regional yang terletak di Jl. Tjilik Riwut Km 7,8 dan di
Bundaran Monumen Maskot Daerah yang juga dikenal dengan Bundaran Burung.
Selain itu, terdapat 3 (tiga) buah terminal perintis / mini yaitu terminal Mihing Manasa
di Jl. Darmosugondo, Terminal Datah Manuh di Jl. Yos Sudarso dan Terminal
Beringin di Pahandut Seberang. Di tahun 2007 ini, telah dimulai pembangunan
Terminal Tipe A pada Jl. Mahir Mahar Km 14, 5. Terminal ini nantinya berfungsi
untuk melayani kendaraan umum antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas
batas Negara maupun antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan perdesaan
Dengan kondisi kotanya yang terdapat sungai-sungai, kota Palangka Raya
memiliki sejumlah jembatan yang berjumlah 120 buah. Salah satunya berupa
Jembatan Kahayan. Dengan kondisi sungai-sungai tersebut, kota Palangka Raya
memiliki Dermaga LLASD berjumlah 12 (dua belas) yaitu :
1. Dermaga LLASD Rambang
2. Dermaga LLASD Flamboyan
3. Dermaga LLASD Tangkiling
4. Dermaga LLASD Kereng Bangkirai
5. Dermaga LLASD Sei Gohong
6. Dermaga LLASD Kanarakan
7. Dermaga LLASD Petuk Bukit
8. Dermaga LLASD Gaung Baru
9. Dermaga LLASD Panjehang
10. Dermaga LLASD Takaras
11. Dermaga LLASD Bukit Sua
12. Dermaga LLASD Mungku Baru
21Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Gbr. 7.15. Dermaga Takaras Gbr. 7.16. Dermaga Tangkiling
Gbr. 7.17. Dermaga Sei Gohong Gbr. 7.18. Dermaga Petuk Bukit
Gbr. 7.19. Jembatan Kahayan
22Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
B. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
II.1. Penataan Ruang
Permasalahan dan tantangan Penataan Kota di Palangka Raya pada
dasarnya adalah ketidakkonsekuensinya antara perencanaan dan realita. Hal ini
disebabkan karena produk Perencanaan Kota yang dihasilkan tidak langsung dibuat
dasar hukumnya dan produk perencanaan kota tersebut kurang dipublikasikan
kepada publik. Berikut akan diuraikan perkembangan secara realita kota Palangka
Raya sehingga ketidakkonsekuensinya tersebut dapat diketahui. Uraian
perkembangan berdasarkan pada peta kota tahun 1970, 1977, 1980, 1990, 1997 dan
2006.
Berdasarkan peta tahun 1970, jalan utama kota Palangka Raya seperti Jl. Yos
Sudarso sampai sekitar 800 meter dari Bundaran Besar, Jl. Tjilik Riwut sampai
Tangkiling sepanjang 40 km (jalan terpanjang pertama di Kalimantan), Jl. Iman
Bonjol, Jl. Milono sampai sekitar 700 meter dari Bundaran Kecil, Jl. Diponegoro dan
Jl. A Yani telah dibangun. Antara Jl. A. Yani dengan Jl. Diponegoro telah
dihubungkan oleh dua jalan yang sekarang bernama Jl. Tambung Bungai dan Jl. KS
Tubun. Jalan Murjani pada sisi timur kota Palangka Raya belum dibangun. Dalam
peta tahun 1970 ini, konsentrasi bangunan terpusat di dua tempat yaitu pada embrio
kota Palangka Raya dan pada kampung Pahandut. Pada tahun ini, sepanjang Jl.
Kalimantan hingga Jl. Sulawesi yang merupakan jalan melengkung mengikuti danau
Seha mulai berkembang bangunan yang membelakangi sungai Kahayan, Danau
Seha dan hutan. Di kawasan sekitar Panarung pada sisi utara dari kampung
Pahandut juga telah tumbuh permukiman.
Tahun 1977, konsentrasi bangunan telah menyeluruh sesuai dengan struktur
kota tahun 1970 diatas. Di kampung Pahandut seberang telah ada permukiman.
Pemukiman Bukit Hindu pada sisi barat Bundaran Besar telah dibangun sehingga
pada Bundaran Besar terdapat penambahan jalan yang sekarang bernama Jl.
Kinibalu. Landasan udara bandara Panarung telah ada sekitar 1 km. Di sepanjang Jl.
A Yani hingga Jl. S. Parman telah ada bangunan-bangunan yang dibangun
membelakangi sungai Kahayan. Dermaga Flamboyan telah ada, sehingga jalan
23Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
gertak yang menghubungkan Jl. A. Yani dengan dermaga Flamboyan juga telah ada.
Di sepanjang jalan gertak tersebut telah dibangun rumah-rumah tinggal. Di tahun
1977 ini danau Seha masih nampak akan tetapi hutan mulai terokupasi oleh
permukiman. Jalan G Obos di tahun 1977 ini juga telah ada dengan panjang sekitar
300 meter dari Bundaran Kecil.
Dalam tahun 1980 danau Seha dan hutan sudah tidak nampak. Lahan di
sepanjang sungai Kayahan telah dibangun permukiman. Jalan Milono telah dapat
menghubungkan Palangka Raya dengan kampung Kereng Bangkirai.
Perkembangan kota mulai berkembang ke arah Tangkiling sampai km. 4 dan ke
Kereng Bangkirai sampai km. 3. Di tahun 1980 ini, kampung Pahandut mulai tumbuh
sebagai permukiman padat.
Dalam tahun 1990, danau Seha semakin hilang. Konsentrasi bangunan tetap
berada di kampung Pahandut dan sekitar tepi sungai Kahayan. Akibatnya, sepanjang
Jl. S Parman hingga Jl. A Yani telah dibangun Rumah Toko yang panjangnya sekitar
1 km. Rumah Toko ini dibangun dengan membelakangi sungai Kahayan. Di tahun
1990 ini juga telah ada jalan yang menghubungkan bandara Tjilik Riwut (dulu
Panarung) dengan Jl. Milono pada sekitar km 9. Permukiman Mendawai yang
terbakar tahun 1999 mulai muncul. Jalan Tjilik Riwut sampai km. 7 mulai dibangun
bangunan-bangunan. Permukiman di sekitar Panarung mulai berkembang. Beberapa
real estat mulai dibangun pada area-area tertentu.
24Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Gbr 7.20. Peta Pemanfaatan Lahan tahun 1977
Tahun 1997, Palangka Raya telah memiliki beberapa jalan melingkar yang
menghubungkan Jl. Tjilik Riwut, Jl. G. Obos dan Jl. Milono, sehingga konsentrasi
pertumbungan bangunann mulai berkembang di sekitar jalan yang melingkar
tersebut. Jalan yang menghubungkan kampung Pahandut seberang dengan
kampung Bukit Rawi (sekitar 20 km dari Palangka Raya) telah ada. Permukiman di
sekitar Jl. Beliang, Jl. Bukit Raya dan Jl. Tumenggung Tilung mulai tumbuh. Real
estat mulai berkembang pesat pada area-area tertentu.
Dalam tahun 2006, Palangka Raya tidak jauh berbeda dengan tahun 1997,
namun di tahun 2006 beberapa permukiman seperti permukiman Flamboyan Bawah,
permukiman Mendawai, permukiman Pahandut sisi timur dan permukiman di sekitar
Jl. Kalimantan di depan langgar Nurul Amin tidak nampak. Hal ini disebabkan
25Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
karena permukiman tersebut terkena musibah kebakaran. Dalam tahun 2006 ini,
kampung Pahandut sebagai permukiman tepi sungai menjadi permukiman padat,
sehingga sebagai permukiman tepi sungai kampung Pahandut tidak tampak sebagai
permukiman yang berorientasi ke sungai. Dalam perkembangannya, kampung
Pahandut dan sekitarnya cenderung berkembang menjadi landfront settlement.
Dari kajian diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan penataan kota
Palangka Raya sampai saat ini adalah :
1. Visi bentuk kota yang cenderung belum mantap.
2. Minimnya sosialisasi rencana tata kota kepada publik.
3. Produk tata ruang sebagain besar tidak pernah mencapai pada Rencana
Teknik yang merupakan dasar menata kota secara 3D
4. Ketidaksesuaian sejumlah tata guna lahan rencana dengan tata guna lahan
pengembangan.
5. Hilangnya seluruh lapangan kota yang kini dibangun gedung-gedung
pemerintah.
6. Berubahnya wajah sejumlah arsitektur bersejarah berlanggam Art Deco
(arsitektur awal mula pada embrio kota) menjadi arsitektur berlanggam lokal.
7. Kualitas Situs Bersejarah yang menurun bahkan menghilang
8. Hilangnya image arsitektur lokal dengan adanya perkembangan bahan atap
berpola genteng yang merupakan image arsitektur Jawa.
9. Semakin berkembangnya kepemilikan lahan secara pribadi dan semakin
berkurangnya lahan milik pemerintah.
Sedangkan Tantangannya adalah :
1. Menetapkan Visi bentuk kota yang mantap
2. Penataan Kota yang mendetail (per kelurahan)
3. Rerekonstruksi dan Merencanakan kembali lapangan-lapangan kota.
4. Rekonstruksi Arsitektur bersejarah berlanggam Art Deco pada embrio kota.
5. Membentuk Daerah Milik Jalan dan penghijauan pada jalan kota
6. Peraturan bangunan yang menghasilkan image lokal
7. Meningkatkan lahan milik pemerintah
8. Penetapan Cagar Budaya
26Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Gbr. 7.21. Model Penghargaan Arsitektur Bersejarah yang patut dicontoh. Bangunan lamayang tidak berimage Arsutektur Dayak melainkan berimage arsitektur Art Deco,karena bersejarah, bentuk aslinnya dipertahankan. Bangunan baru didesaindengan imege Arsitektur Dayak. Suatu Dialog perkembangan kota yangmenceritakan masa lampau dan masa kini.
II.2. Prasarana
Permasalahan dan tantangan mengenai Prasarana kota Palangka Raya
terutama aspek transportasi darat adalah masih panjangnya kondisi jalan yang
berupa jalan tanah. Berdasarkan data diatas ditunjukkan bahwa kondisi jalan di
tahun 2006 yang masih tanah tersebut panjangnya 347,73 km dari 828,43 km.
Dengan demikian jalan tanah sepanjang 347,73 km tersebut merupakan tantangan
kota Palangka Raya dalam meningkatkan kondisi kualitas transportasi darat.
Ditinjau dari Drainase kota, meskipun telah dibangun saluran pengeringan
kota sebagai saluran primer kota, akan tetapi secara drainase pada tiap
lingkungannya dinilai kurang mendukung. Akibatnya bila hujan, terkadang terjadi
banjir pada kawasan-kawasan tertentu. Air hujan yang seharusnya mengalir dari
drainase lingkungan tersebut ke saluran pengeringan kota, seringkali tidak terjadi
koneksitas antara saluran pada lingkungan dengan saluran pengeringan.
27Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Pendangkalan saluran yang disebabkan dengan terendapnya pasir dalam saluran
juga menjadikan permasalahan drainase. Selain itu, kondisi lahan kota yang
cenderung datar juga menjadi permasalahan dalam merencanaan drainase kota
yang tepat rencana.
C. POTENSI DAN PELUANGSecara potensi dan peluang, baik secara Penataan Kota dan Prasarana,
wilayah terbangun kota masih sangat luas. Dengan luas kawasan terbangun kota
yang direncanakan sekitar 20 X 20 km, menjadikan potensi yang harus
dikembangkan secara baik sehingga produk penataan kotanya, sarana dan
prasarana kotanya menjadi lebih berkualitas. Memperhatikan usia kotanya yang
baru mencapai 50 tahun dan masih luasnya kawasan yang direncanakan sebagai
kawasan terbangun kota, peluang menjadikan kota Model, Modal dan Modern seperti
yang dicita-citakan para pendiri kota masih sangat terbuka luas. Dengan demikian,
kedepan, kota Palangka Raya apabila ditata sesuai rencana baik secara penataan
kota dan secara sarana dan prasarana diharapkan berpeluang sebagai kota Model
atau kota-percontohan di Indonesia.
28Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VII -
Gbr. 7.22. Rencana Struktur Kota Palangka Raya berdasarkan Review Master Plan DrainaseKota Palangka Raya 2006
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 1
BAB VIII
PEMERINTAHAN KOTA.
A. PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN KOTA PALANGKA RAYA.
Pada waktu terbentuknya, Provinsi Kalimantan Tengah (UU Darurat No. 16
Tahun 1957) hanya memiliki tiga Kabupaten Daerah Tingkat II, yaitu Kabupaten
Barito, Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Kotawaringin. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan, tiga kabupaten tersebut dimekarkan menjadi 5 Kabupaten Daerah
Tingkat II, yaitu, Kabupaten Daerah Tingkat II Barito dimekarkan menjadi: (1).
Kabupaten Barito Utara dan (2). Kabupaten Barito Selatan. Kabupaten
Kotawaringin dimekarkan menjadi: (3). Kabupaten Kotawaringin Timur dan (4).
Kabupaten Kotawaringin Barat, dan (5) Kabupaten Kapuas. Dalam Undang-
undang No.27 Tahun 1959 itu juga menetapkan Palangka Raya sebagai
ibukotanya.
Berbagai kebijakan strategis yang diambil oleh Gubernur Kepala Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah dalam rangka meningkatkan status Kota Palangka Raya
menjadi Kotapraja otonom, antara-lain sebagai berikut:
a). Kecamatan Kahayan Tengah yang berkedudukan di Pahandut secara
bertahap mengalami perubahan dengan mendapat tugas dan fungsi
tambahan mempersiapkan Kotapraja Palangka Raya.
b). Sehubungan itu Ibukota Kecamatan Kahayan Tengah di Pahandut
dipindahkan ke Bukit Rawi, dan pada tanggal 11 Mei 1960 dibentuk pula
Kecamatan Palangka Khusus Persiapan Kotapraja Palangka Raya.
c). Dengan Surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah nomor: 3/Pem.170-C-2-3, tanggal 19 Juni 1961, menetapkan status
Palangka Raya sebagai Kotapraja Administratif dan mengangkat W.
Coendrad sebagai Kepala Pemerintahan Kotapraja Administratif Palangka
Raya.
d). Sebagai kelengkapan Kotapraja Administratif Palangka Raya kemudian
dibentuk 3 (tiga) Kecamatan yaitu:
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 2
1. Kecamatan Palangka di Pahandut.
2. Kecamatan Bukit Batu di Tangkiling.
3. Kecamatan Petuk Katimpun di Marang Ngandurung Langit.
e). Selanjutnya pada awal tahun 1964, Kecamatan Palangka di Pahandut
dipecah menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Kecamatan Pahandut di Pahandut.
2. Kecamatan Palangka di Palangka Raya.
Dengan demikian Kotaparaja Administratif Palangka Raya mempunyai 4(empat)
Kecamatan dan 17 (tujuh belas) kampung dan dengan yang kondisi demikian
telah memenuhi persyaratan menjadi Kotapraja yang otonom. Dengan
disahkannya UU No. 5 Tahun 1965, LN. No. 48 Tahun 1965 tanggal 12 Juni
1965 maka Kotapraja Administratif Palangka Raya ditetapkan sebagai Kotapraja
Palangka Raya yang Otonom, yang diresmikan pada tanggal 17 Juni 1965 oleh
Menteri Dalam Negeri Mayjen TNI Dr. Soemarno Sosroatmodjo.
Pada saat peresmian itu juga Menteri Dalam Negeri sekaligus mengumumkan
bahwa berdasarkan Keputusan Presiden R.I, Tjilik Riwut Gubernur Kalimantan
Tengah ditetapkan sebagai Penguasa Kotamadya Palangka Raya, sampai
terpilihnya Walikota oleh DPRD Kotamadya Palangka Raya yang segera akan
dibentuk.
B. PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN KOTA PALANGKA RAYA.B.1. EKSEKUTIF
1.1. WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
Sejak peresmiannya menjadi daerah otonom sampai sekarang, sebutan
untuk Kota dan Walikota Palangka Raya mengalami beberapa kali
perubahan. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965,
sebutan untuk daerah adalah Kotapraja Palangka Raya dan sebutan
untuk kepala daerah adalah Walikota Kepala Daerah Kotapraja
Palangka Raya. Setelah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 berlaku,
sebutannya menjadi Kotamadya Palangka Raya dan kepala daerahnya
adalah Walikota Kepala Daerah Kotamadya Palangka Raya. Kemudian
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 3
dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, sebutan
daerah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Palangka Raya dan
sebutan kepala daerahnya adalah Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Palangka Raya. Sekarang ini, dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 (yang direvisi dengan U.U. No. 32 Tahun
2004), sebutan daerah menjadi Kota Palangka Raya dan kepala
daerahnya adalah Walikota Palangka Raya.
Nama Walikota dan Wakil Walikota menurut tahun periodenya sejak
1965 sampai sekarang, seperti terurai pada tabel berikut
Tabel 8.1. Jabatan, Nama Walikota dan periode (masa bakti) dan Foto.
No. Nama Priode Foto1. JANTI SACONK 18 September s/d 18 Oktober
1965
2. M. AGOES IBRAHIM 19 Oktober 1965 s/d Januari1967
3 Letkol INF W. SANDY Januari 1967 s/d 6 September1975
4. Letkol CIN MADNOCH 6 September 1975 s/d 27Januari 1978
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 4
5. Letkol CZI KADIJOTO 27 Januari 1978 s/d 16September 1983
6. Drs. LUKAS TINGKES 16 September 1983 s/d 16September 1988
7. Drs. DONNIS NIXONISINGARACA
16 September 1988 s/d 16September 1993
8. Drs. NAHSON TAWAY 16 September 1993 s/d 16September 1998
9. Kolonel INFSALUNDIK GOHONG
22 September 1998 s/d 16September 2003
10. Ir. TUAH PAHOE 11 September 2003 s/dsekarang
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 5
H.M. SAILY MOCHTAR,SE. MT(Wakil Walikota)
11 September 2003 s/dsekarang.
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Kota Palangka Raya.
Sesuai perubahan perkembangan pemerintahan kota tampaknya baru
mulai periode tahun 2003-2008 Walikota Palangka Raya mempunyai
Wakil Walikota, sedangkan sejak periode tahun 1965 sampai dengan 22
September 2003 belum ada jabatan wakil Walikota.
1.1.2. DINAS/BADAN/KANTOR/UNIT KERJA
Menurut salah-seorang nara sumber (Drs. Kassier B. Ng. Soekah –
mantan Sekretaris Daerah Kota Madya Palangka Raya periode 1967 –
1975) bahwa kelembagaan dinas dalam lingkup Kotamadya Palangka
Raya waktu itu yang ada (yang beliau ingat) antara-lain: Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Jawatan Penerangan.
Sedang data tentang dinas/badan/kantor/unit kerja yang diperolah
datanya hanya untuk tahun 2001 dan tahun 2007 terdapat dalam tabel
berikut, termasuk data perubahan perkembangan nama dan jumlah
kecamatan beserta kelurahannya.
Tabel 8.2. Dinas/Badan /Kantor/Unit Kerja Pemerintah Kota Palangka RayaTahun 2001
NO. DINAS/BADAN/ KANTOR/UNIT KERJAI.
II.
SEKRETARIAT :1. Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya (10 Bagian)2. Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya
BADAN :1. Badan Perencanaan Pembangunan Kota Palangka Raya2. Badan Pengawas Daerah Kota Palangka Raya3. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Palangka Raya4. Badan Pendidikan, Latihan dan Pengembangan Kota Palangka Raya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 6
III.
IV.
V.
DINAS :1. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya2. Dinas Pertanian Kota Palangka Raya3. Dinas Penerangan Kota Palangka Raya4. Dinas Sosial Kota Palangka Raya5. Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya6. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palangka Raya7. Dinas Pekerjaan Umum, Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kota
Palangka Raya8. Dinas Perhubungan, Pos dan Telekomunikasi Kota Palangka Raya.9. Dinas Kependudukan dan Tenaga Kerja Kota Palangka Raya10. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya11. Dinas Tata Kota Kota Palangka Raya12. Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya13. Dinas Pertanahan Kota Palangka Raya.
KANTOR :1. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota
Palangka Raya2. Kantor Pengolahan Data Elektronik, Kearsipan dan Perpustakaan
Kota Palangka Raya
KECAMATAN :a. Kecamatan Pahandut ( 11 Kelurahan)
a. Kelurahan Pahandutb. Kelurahan Langkaic. Kelurahan Palangkad. Kelurahan Panarunge. Kelurahan Mentengf. Kelurahan Bukit Tunggalg. Kelurahan Bereng Bengkelh. Kelurahan Kereng Bangkiraii. Kelurahan Tumbang Runganj. Kelurahan Petuk Ketimpunk. Kelurahan Kalampangan
b. Kecamatan Bukit Batu ( 10 Kelurahan)a. Kelurahan Marangb. Kelurahan Tumbang Tahaic. Kelurahan Banturungd. Kelurahan Tangkilinge. Kelurahan Sei Gohongf. Kelurahan Kanarakang. Kelurahan Petuk Bukith. Kelurahan Panjehangi. Kelurahan Petuk Barunaij. Kelurahan Mungku Baru
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Kota
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 7
Gambar 8.1. : Kantor Walikota Palangka Raya
Dengan bergulirnya Otonomi Daerah, sejak tahun 1999, melaluui U.U. No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian di revisi dengan
U.U. No.32 tahun 2004, jumlah dan nama satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
juga mengalami perubahan sehingga pada tahun 2007 seperti Tabel di bawah
ini.
Tabel 8.3. Dinas/Badan /Kantor/Unit Kerja Pemerintah Kota Palangka RayaTahun 2007
I.
II.
III.
SEKRETARIAT :1. Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya (10 Bagian)2. Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya
BADAN :1. Badan Perencanaan Pembangunan Kota Palangka Raya2. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Palangka Raya3. Badan Kepegawaian Daerah Kota Palangka Raya4. Badan Kesatuan bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota
Palangka Raya
5. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana KotaPalangka Raya
6. Inspektorat Daerah Kota Palangka Raya
DINAS :1. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya2. Dinas Pertanian Kota Palangka Raya3. Dinas Penerangan Kota Palangka Raya4. Dinas Sosial Kota Palangka Raya5. Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya6. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palangka Raya7. Dinas Pekerjaan Umum, Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kota
Palangka Raya
Kantor Walikota ketika masih diLapangan Bukit Ngalangkang,Pahandut. Sumber: Sejarah Kota
Palangka Raya, 2003.
Kantor Walikota ketika berlokasi di jlnDiponegoro, sekarang Komplek KantorBank Indonesia Cab. P.Raya. Sumber:Sejarah Kota Palangka Raya, 2003.
Kantor Walikota yang sekarang di jln.Cilik Riwut. Sumber: Selayang PandangKota Palangka Raya, Tahun 2005.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 8
IV.
V.
8. Dinas Perhubungan, Pos dan Telekomunikasi Kota Palangka Raya.9. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Kota Palangka Raya10. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya11. Dinas Tata Kota Kota Palangka Raya12. Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya13. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya.14. Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kota Palangka Raya
KANTOR :1. Kantor Pengolahan Data Elektronik, Kearsipan dan Perpustakaan
Kota Palangka Raya2. Kantor POL PP Kota Palangka Raya3. Kantor Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Kota Palangka Raya
KECAMATAN :1. Kecamatan Pahandut ( 6 Kelurahan)
a. Kelurahan Pahandutb. Kelurahan Langkaic. Kelurahan Panarungd. Kelurahan Tumbang Rungane. Kelurahan Pahandut Seberangf. Kelurahan Tanjung Pinang
2. Kecamatan Jekan Raya (4 Kelurahan)a. Kelurahan Mentengb. Kelurahan Bukit Tunggalc. Kelurahan Palangkad. Kelurahan Petuk Ketimpun
3. Kecamatan Sabangau (6 Kelurahan)a. Kelurahan Bereng Bengkelb. Kelurahan Kereng Bangkiraic. Kelurahan Kalampangand. Kelurahan Kameloh Barue. Kelurahan Danau Tundaif. Kelurahan Sabaru
4. Kecamatan Bukit Batu (7 Kelurahan)a. Kelurahan Marangb. Kelurahan Tumbang Tahaic. Kelurahan Banturungd. Kelurahan Tangkilinge. Kelurahan Sei Gohongf. Kelurahan Kanarakang. Kelurahan Habaring Hurung
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 9
5. Kecamatan Rakumpit (7 Kelurahan)a. Kelurahan Petuk Bukitb. Kelurahan Panjehangc. Kelurahan Petuk Barunaid. Kelurahan Mungku Barue. Kelurahan Pagerf. Kelurahan Ganung Barug. Kelurahan Bukit Sua
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Kota (7 Mei 2007).
Dari data tampak banyak perubahan dalam rangka pengembangan peran tugas
dan fungsi kelembagaan setelah diberlakukannya Otonomi Daerah mulai tahun
2001 itu sampai dengan sekarang ini.
Sekretariat Daerah tahun 2001 (10 bagian) dan tahun 2007 (9 bagian)
tampaknya diciutkan demi efisiensi dan efektivitas kerjanya yang sudah tentu
tidak berarti mengurangi peran tugas fungsi yang diemban.
Pada tahun 2001 ada 4 badan dan tahun 2007 menjadi 6 badan perubahan ini
karena ditambah pembentukan badan-badan baru sesuai tuntutan bidang
pelayanan pembangunan. Demikian pula pada dinas maupun kantor mengalami
perubahan baik jumlah maupun namanya baik yang berhubungan dengan
penggabungan tugas fungsi maupun pembentukan kelembagaan baru.
Jumlah dan nama kecamatan dan kelurahan juga banyak mengalami perubahan
utama dalam rangka pemekaran wilayah pemerintahan dikaitkan baik
pertambahan jumlah penduduk maupun demi peningkatan pelayanan
masyarakat dalam pembangunan diberbagai bidang.
Tahun 2001 hanya ada 2(dua) kecamatan, setelah pemekaran menjadi 5(lima)
kecamatan pada tahun 2007 dengan terbentuknya kecamatan Jekan Raya,
Kecamatan Sabangau dan Kecamatan Rakumpit. Sebaliknya jumlah kelurahan
pada kecamatan induk berkurang disebabkan keberadaannya dimasukan
kedalam wilayah kecamatan pemekaran. Kecamatan Pahandut 2001 terdiri dari
11 kelurahan menjadi 6 kelurahan pada tahun 2007. Pengurangannya yaitu 4
kelurahan masuk kecamatan Jekan Raya. 3 kelurahan masuk kecamatan
Sabangau. Dilain pihak ada 2 kelurahan baru masuk kecamatan Pahandut yaitu
kelurahan Pahandut Seberang dan Tanjung Pinang. Kemudian kecamatan Bukit
Batu tahun 2001 terdiri dari 10 kelurahan sisa 7 kelurahan tahun 2007 karena 4
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 10
kelurahan masuk kecamatan Rakumpit, dilain pihak ada bertambah kelurahan
baru yaitu kelurahan Habaring Hurung.
Seperti diungkap dalam Bab III, bahwa luas wilayah Kota Palangka Raya dalam
periode 1965 – 2002 masih 2.400 km2, dan seiring dengan pemekaran
Kecamatan dan Kelurahan, luas wilayah Kota Palangka Raya meningkat menjadi
2.678,51 km2. Namun penambahan luas wilayah ini masih mendapat sanggahan
oleh para Bupati yang wilayahnya berbatasan dengan Kota Palangka Raya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga dapat dianggap belum mengakui
perubahan luasan ini, dengan indikasi bahwa dalam buku Kalimantan Tengah
Dalam Angka, 2003, 2004 dan 2005, masih dimuat/tertulis luas Kota Palangka
Raya = 2.400 km2 .
1.3. KEADAAN PEGAWAI
1.3.1. Banyaknya Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
Berdasarkan data yang tersedia dan dapat diperoleh, banyaknya pegawai
menurut jenjang pendidikan seperti pada tabel berikut :
Tabel 8.4. : Banyaknya Pegawai Negeri Sipil/Calon PegawaiMenurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Tahun 2002 - 2006
Tahun
Tingkat Pendidikan
SD SMP SMU/SMU Kejuruan
D-I/D-II/D-III/ Sarmud
D–IV/Sarjana/
S2/S3Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2002 132 454 2.385 1.281 1.1211 5.463
2003 133 92 1.982 1.616 1.516 5.339
2004 117 85 2.005 1.653 1.617 5.477
2005 109 77 1.938 1.641 1.688 5.453
2006 104 76 1.895 1.640 1.875 5.590
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Palangka Raya
Data banyaknya pegawai dalam tabel di atas dapat diberi gambaran perubahan
sebagai berikut :
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 11
Jenjang SD tahun 2002 banyaknya 132 orang sedangkan tahun 2006 ada 104
orang, berkurang 28 (21,21%), jenjang SMP tahun 2002 sebanyak 454 menjadi
76 tahun 2006 berkurang 378 (83,26%), jenjang SMU/kejuruan tahun 2002
sebanyak 2.385 orang menjadi 1.895 pada tahun 2006 berkurang 490
(20,55%), Diploma/Sajana Muda 1.281 tahun 2002 menjadi 1.640 tahun 2006
naik 359 (28,02%), jenjang Diploma IV/S1/S2/S3 tahun 2002 sebanyak 1.211
menjadi 1.895 tahun 2006 bertambah 684 (56,48%). Perubahan tersebut
memperlihatkan adanya peningkatan kualitas pegawai dari jenjang
pendidikannya.
Dibandingkan data terakhir per 30 April 2007 dengan tahun 2006 dapat
dijelaskan melalui table berikut :
Tabel 8.5 PNS Pemerintah Kota Palangka MenurutTingkat Pendidikan Per 30 April 2007
No. Tingkat Pendidikan Jumlah1. SD 1032. SLTP 753. SLTA 18744. D.1 1305. D.2 9386. D.3 6017. S.1 1.8268. S.2 619. S.3 0JUMLAH 5.608
Sumber : BKD Kota Palangka Raya (25 Mei 2007).
Bahwa pada tahun 2007 jumlah pegawai jenjang SD 103 berkurang 1 orang
(0,96%), jenjang SLTP/SMP berkurang 1 orang (1,31%), jenjang
SLTA/SMU/Kejuruan berkurang 21 orang (1,11%), jenjang D1/D2/D3 tahun
2007 sejumlah 1.669 orang bertambah 29 orang (1,77%), jenjang S1/S2/S3
tahun 2007 sejumlah 1.887 orang bertambah 12 orang (0,64%). Sedangkan
total pegawai tahun 2007 bertambah 18 orang (0,32%) disbanding tahun 2006.
Tampaknya penam-bahan pegawai dimulai jenjang Diploma/ serjana Muda
dan S1 dan S2 menggambarkan adanya peningkatan kualitas pegawai pada
jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 12
Pada tingkat pemangku jabatan Struktural tampaknya diupayakan pemenuhan
kemampuannya dilihat pada data tahun 2007 seperti tabel berikut :
Tabel 8.6 PNS Diklat Struktural Per 30 April 2007
No. Jenis DiklatJumlah
Yang LulusTes
Yg SudahDiklat
Yang BelumDiklat
1. Diklat PIM TK. II 67 45 222. Diklat PIM TK. III 267 108 1593. Diklat PIM TK. IV 467 282 185
Jumlah 801 435 366Sumber : BKD Kota Palangka Raya (25 Mei 2007).
Dari tabel diatas tampak bahwa dari sejumlah 737 pemangku jabatan/Eselon
sudah mengikuti Diklat PIM TK II,III dan IV sebanyak 435 orang (59,02%).
1.3.2. KEPANGKATAN
Kepangkatan pegawai lingkup Pemerintah Kota Palangka Raya terdapat pada
tabel berikut yaitu sejak tahun 2002 – 2006Tabel 8.7. : Banyaknya Pegawai Negeri Sipil/Calon Pegawai Menurut
Golongan Kepangkatan, Tahun 2002 - 2006
TahunGolongan Kepangkatan
Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2002 107 1.461 3.134 761 5.463
2003 110 1.507 3.067 1.105 5.339
2004 81 998 3.161 1237 5.477
2005 76 932 3.066 1.379 5.453
2006 67 878 3.068 1.577 5.590
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Palangka Raya
Secara keseluruhan terjadi berkurangnya jumlah pegawai pada golongan
kepangkatan I,II dan III sedangkan golongan IV bertambah berdasarkan data
tahun 2002 dan 2006. Terjadinya sejalan perubahan jenjang pendidikan juga
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 13
peningkatan penanganan pemrosesan kenaikan pangkat golongan pegawai
otomatis setelah diberlakukannya otonomi daerah.
Sedangkan bila dibandingkan jumlah pegawai menurut kepangkatan tahun
2007 dengan tahun 2006 terdapat berkurangnya 5 orang (7,46%) pada
Golongan I pada tahun 2007, Golongan II bertambah 19 orang (2,16%),
golongan III bertambah 20 orang (0,65%), kecuali golongan IV berkurang 16
orang (1,01%). Berkuirangnya jumlah pegawai golongan IV kemungkinan
berhubungan mutasi keluar Pemerintahan Kota sebanyak 16 orang
berdasarkan data per 30 April 2007.
Kemudian perubahan total jumlah pegawai 5.608 orang tahun 2007
dibandingkan 2006 sebanyak 5.590 orang terjadi penambahan sejumlah 18
orang (0,32%) sampai dengan 30 April 2007. Gambarannya perubahan
tersebut berkaitan penerimaan pegawai disatu pihak, namun ada juga yang
mutas keluar dari pemerintahan kota seperti data per 30 April 2007.
1.3.3. ESELON PEGAWAI.
Data kepegawaian menurut eselonering terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 8.8. : Banyaknya Pegawai Negeri Sipil/Calon Pegawai Menurut Eselon
Tahun Eselon II Eselon III Eselon IV Eselon V Jumlah
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
2002 21 107 492 - 620
2003 23 111 410 142 686
2004 23 106 401 144 674
2005 25 115 559 22 721
2006 25 119 579 24 747
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Palangka Raya
Dibandingkan data tahun 2002 dan 2006 banyaknya pegawai Eselon II,III dan
IV terjadi penambahan pada setiap jenjang eselon tersebut. Bertambah
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 14
pegawai menurut eselon ini selain adanya penambahan berbagai kelembagaan
pemerintahan juga berkaitan peningkatan pada penanganan kenaikan pangkat
dan jenjang/kualitas pendidikan pegawai.
Jumlah pemegang eselon per 30 April 2007 dibanding tahun 2006, eselon II
tahun 2007 bertambah 1 orang, eselon III bertambah 1 orang, eselon IV
berkurang 10 orang, eselon V sejumlah 24 orang tahun 2007, tetapi tahun 2006
tidak ada datanya. Perubahan jumlah pemangku eselon IV mungkin berkaitan
perubahan pada jumlah dinas/Badan/Kantor dalam jajaran Pemerintahan Kota
Palangka Raya.
1.4. KEUANGAN DAERAH
Penerimaan daerah Kota Palangka Raya yang tertuang dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Palangka Raya, berasal dari 3 (tiga)
sumber penerimaan yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan
dan Lain-Lain Pendapatan Yang Syah dengan komponen sebagai berikut :
a. Pendapatan Asli Daerah
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Bagian Laba Usaha Daerah
- Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan Keuangan
- Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
- Dana Alokasi Umum ( DAU )
- Dana Alokasi Khusus ( DAK )
- Dana Perimbangan Dari Propinsi
c. Lain-Lain Pendapatan yang Syah
Salah-satu prinsip dari otonomi daerah sebenarnya adalah semakin
tingginya kemampuan Pemerintah Daerah untuk membiayai kegiatan
pelayanan dan pembangunan di wilayahnya. Perkembangan Penerimaan
Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palangka Raya dari tahun
1988 s/d tahun 2005 adalah seperti pada Tabel 8.7. berikut:
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 15
Tabel 8.7. Nilai PAD dan sumbangannya terhadap PenerimaanKota Palangka Raya Tahun 1993 s/d 2004
Tahun Nilai PAD(Rp.000)
Penerimaan(APBD)
(Rp. 000)
% PADthdp APBD
Pertumbuhan %
PAD APBD
1988 2 825 484,0
1989 3.736.392,9 32,24
1990 6.036.640,0 61,56
1991 10.688.542.,0 77,06
1992 10.327.649.,0 (3,38)1993 1 075 474,97 11 110 278,6 9,68 - 7,58
1994 1 123 362,32 13 231 593,9 8,49 4,45 19,10
1995 1 599 847,18 15 236 639,8 10,50 42,42 15,15
1996 2 077 751,84 18 257 924,8 11,38 29,87 19,83
1997 2 269 646,75 23 278 428,2 9,75 9,24 27,50
1998 2 526 532,72 30 006 326,8 8,42 11,32 28,90
1999 3 044 917,39 45 378 798,7 6,71 20,52 51,23
2000 3 432 826,53 58 085 051,3 5,91 12,74 28,00
2001 4 962 060,63 62 259 230,0 7,97 44,55 7,18
2002 7 741 339,55 129 104 754,8 6,73 75,10 107,37
2003 6 881 750,00 195 376 997,9 3,52 -12,49 51,33
2004 9 384 123,66 217 714 868,0 4,31 26,66 11,43
2005 13 666 414,03 225 338 311,1 6,06 45,63 3,50
2006 23.174.050,03 358.504.697,3 6,83 69,57 50,66
Pertumbuhan Rata-rata/tahun 1988-1993 - 31,50
Pertumbuhan Rata-rata/tahun 1993-1998 18,63 21,98Pertumbuhan Rata-rata/tahun 1998-2003 22,19 45,46Pertumbuhan Rata-rata/tahun 2003-2006 49,49 22,43
Keterangan: Tahun 1993-2001 Laporan Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya, 2002Tahun 2002 s/d 2005, Kota Palangka Raya Dalam Angka,Tahun 2006, Laporan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya.
Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 16
Dengan menggunakan periode 5 tahunan, laju pertumbuhan APBD Kota
Palangka Raya per-tahun, berkisar antara 21,98% - 45,46%. Tingkat
pertumbuhan tertinggi terjadi pada periode 1998-2003.
Laju pertumbuhan PAD berkisar antara 18,63% - 49,49%, dengan laju
pertumbuhan PAD tertinggi terjadi pada periode 2003 – 2006.
Sumbangan PAD terhadap APBD dalam periode 1993-1997 berkisar
antara 8,49% – 11,38%, periode 1998 – 2002 berkisar 5,91% -8,42%
dan periode 2003 – 2006 berkurang menjadi 3,82% - 6,83%.
Dihubungkan dengan indikator kinerja untuk PAD dan APBD seperti
dituangkan dalam RENSTRA Kota Palangka Raya 2003 – 2008, bahwa
peningkatan APBD tahun 2008 menjadi 134% dari APBD tahun 2003,
jelas bahwa indikator kinerja tersebut sudah terlampaui. Demikian juga
dengan peningkatan PAD tahun 2008 yang ditetapkan sebesar 141%
dari PAD 2003, juga sudah terlampaui.
1.5. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
1.5.1. Luas Wilayah.
Bahwa sampai sekarang revisi RTRW Propinsi Kalimantan Tengah yang
tertuang dalam PERDA Propinsi No. 8 Tahun 2003 masih belum selesai.
Dengan demikian pengakuan atas penambahan luas wilayah Kota
Palangka Raya dari 2.400 km2 menjadi 2.681,5 km2 oleh pemerintah
Kabupaten tetangga dan pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga
tertunda. Dengan demikian tantangannya adalah melakukan diskusi,
kompromi dan dengan pemerintah kabupaten tetangga sehingga dapat
dibuat tata-batas yang jelas dengan menggunakan peralatan yang
moderen terkini.
1.5.2. Sumber Daya Manusia
Faktor sentral dalam pelaksanaan pembangunan disegala bidang adalah
Sumber Daya Manusia. Sebab, dari semua faktor pembangunan maka
Sumber Daya Manusia merupakan faktor terpenting yang sangat
menentukan keberhasilan pencapaian hasil pembangunan.
Permasalahan disini adalah relarif rendahnya kualitas Sumber Daya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 17
Manusia, disiplin, yang tercermin dari kinerja SKPD. Sebab itu tantangan
Pemerintahan Kota Palangka Raya untuk memprioritaskan program
peningkatan dan pemantapan kualitas Sumber Daya Manusia yang
handal secara berkesinambungan.
1.5.3. Sumber Daya Alam
Faktor sumber daya alam dapat ditinjau kaitannya dengan 3(tiga)
persoalan sebagai berikut :
Ketersediaan sumber daya alam yang menurut sifatnya bila digunakan
semakin berkurang volume persediaanya.
Jenis sumber daya alam pada wilayah daerah kota Palangka Raya
relatip terbatas.
Iptek penggalian pemanfaatan sumber daya manusia yang ada masih
memerlukan peningkatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengusahaan potensi sumber daya manusia yang tersedia. Hal ini
tantangannya tersedianya sumber daya manusia, dana dan
prasarana/sarana yang memadai.
1.5.4. Dana, Prasarana dan Sarana.
Berdasarkan data yang ada serta sumber informasi dari media baik dana,
prasarana/ sarana pembangunan kota masih memerlukan kerja keras
meningkatkannya. Kinerja sumber daya manusia yang dapat menjawab
tantangan ini untuk dapat menggali, memanfaatkan sumber daya alam
bagi peningkatan Pendapata Asli Daerah /sumber dana lainnya sekaligus
bagi ketersediaan prasarana/sarana.
1.6. POTENSI DAN PELUANG
1.6.1. Masih terbuka peluang untuk melakukan diskusi, kompromi dan dengan
pemerintah kabupaten tetangga dalam penepatan luas Kota palangka
Raya, sehingga dapat dibuat tata-batas yang jelas dengan menggunakan
peralatan yang moderen terkini
1.6.2. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Kota Palangka Raya
merupakan potensi yang memberi peluang bagi peningkatan penggalian
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber pembangunan lainnya
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 18
secara efisien dan efektip.
1.6.3. Peningkatan dan perluasan kerjasama hubungan dalam negeri maupun
luar negeri yang saling menguntungkan dalam berbagai bidang
tampaknya memungkinkan karena sama-sama membutuhkan.
1.6.4. Promosi daerah Pemerintahan Kota Palangka Raya yang ditunjang
pemprov memberi peluang bertambahnya terus investor masuk baik
dibidang perkebunan, industri, perdagangan bahkan bidang lainnya
kedepan yang berpotensi seperti perikanan, peternakan, dan lain-lain.
1.6.5. Bahwa indikator kinerja untuk PAD dan APBD Kota Palangka Raya
seperti yang ritetapkan dalam RENSTRA 2003 – 2008 ternyata sudah
terlampaui.
B.2. LEGISLATIF
1.6. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DPRD-GR Kotaparaja Palangka Raya untuk pertama kalinya dilantik pada tanggal
23 Juli 1965 oleh PANGDAK (Panglima Daerah Kepolisian) Kalimantan Tengah
Srimardji selaku Anggota Pantja Tunggal Kalimantan Tengah atas nama Gubernur
Kepala Daerah Kalimantan Tengah.
Semula anggota DPRD-GR Kotapraja
Palangka Raya berjumlah 17 orang, yang
kemudian sesuai dengan UU No. 18
Tahun 1965 ditambah menjadi 25 orang.
Nama Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kota Palangka Raya periode 1965 – 2009 terdapat
pada tabel berikut :
Gbr. 8.2. Gedung DPRD Kota Palangka Raya di Jl. Tjilik Riwut.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 19
Tabel 8.8. Nama Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kota Palangka Rayadari periode 1965 S/D 2009
No. Priode Jabatan Nama Foto Ketua1. DPRD – GR
1965 – 1971Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
MUDJI ADJAM
FACHRUL DIRUN
NY. BERTHA A. KOETIN2. DPRD – GR
1971 – 1977Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
M. DINAN ATUK
Kapt. S. Soerono
H. Busra Chalid
3. 1977 – 1982 Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
M. YAZID KOESOEMO
Drs. T.W. PANDJAITAN
Drs. AHMADI ISA4 1982 – 1987 Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Drs. T.W. PANDJAITAN
SUHARSOYO
BURHANSYAH ALY
5. 1987 – 1992 Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Kol. CHI. USMAN MASIOEA
NUMAN MAHAR
H. MT. SULING
6. 1992 – 1997 Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Kol.CHI. USMAN MASIOEA
H. MT. SULING
SANGGURUH D. MASIN
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 20
7. 1997 – 1999 Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
NUMAN MAHAR
Letkol CZI SUMANTO, SE
Drs. ONEN K. USUP
8. 1999 – 2004 Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
SALUNDIK ARON MANGKIN
MAWARDI MALOENIBIE B. BANGKAN (PAW)
SATUMALAYDJONIANTO LAMUYE (PAW)
9. 2004 - 2009 Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
ARIES MARCORIUSNARANG, SE.
Drs. YURIKUS DIMANG
Drs. JAMRAN KURNIAWAN. MM
Sumber : Sekretariat DPRD Kota Palanagka Raya.
2.2. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
2.2.1. SUMBER DAYA MANUSIA
Bahwa mulai sekarang dan kedepan tuntutan pembangunan di berbagai
bidang demikian pesat baik tuntutan terhadap pelayanan kepentingan
masyarakat kota yang semakin berkualitas maupun juga pengaruh dari
luar baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Dilain pihak kualitas SDM
legislative peningkatannya lamban.
PRASARANA DAN SARANA
Prasarana dan sarana kerja juga berpacu sejalan dengan tuntutan
pening-katan pelayanan masya-rakat di berbagai bidang, namun disisi
lain ketersediaannya masih perlu ditingkat baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Evaluasi 50 Tahun Pembangunan Kota Palangka Raya VIII - 21
2.3. POTENSI DAN PELUANG
2.3.1. SUMBER DAYA MANUSIA
Bahwa dari capaian kinerja pemerintah Kota Palangka Raya selama ini
termasuk keberhasilan dalam menempati peringkat 10 besar dalam
indeks Pembangunan Manusia, harus diakui merupakan juga
keberhasilan bersama antara pihak eksekutif dan legislative yang
mampu menciptakan sinergi dalam menggalang partisipasi masyarakat
terhadap pembangunan.
Diwaktu yang akan datang, peningkatan kelembagaan pendidikan
tinggi khususnya di Kota Palangka Raya baik negeri/swasta mulai
Diploma/S1/S2 dan S2 pada saatnya kedepan memungkinkan
peningkatan kualitas legislatif. Hal ini ditunjang kebijakan yang memberi
peluang bagi jajaran anggota Legislatif mengikuti penjenjangan
pendidikannya.
2.3.2. PRASARANA DAN SARANA
Pendanaan daerah harus terus ditingkatkan untuk meningkatkan
memperbaiki kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana bagi anggota
Legislatif sehingga pada akhirnya kualitas pelayanan pada masyarakat
pun semakin meningkat dan lebih baik
50 Tahun Kota Palangka Raya IX - 1
BAB IX
P E N U T U P
Dari pembahasan pada Bab 2 s/d Bab 8, disusunlah ringkasan yang pada
inti berisi kesimpulan dan sekaligs saran sebagai berikut:
Bahwa anak kunci emas seberat 170 gram yang diserahkan pada waktu
peresmian Kotapraja Palangka Raya menjadi Kotapraja definitif, sekarang
sudah tidak diketahui lagi keberadaanya. Pemerintah Kota perlu mencari
informasi tentang keberadaan anak kunci emas tersebut dan apabila tidak
juga dapat ditemukan, diusulkan untuk dibuat duplikatnya.
Untuk mengurangi ancaman kekeringan dan kebakaran hutan/lahan dan
sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan Kota Palangka Raya,
langkah strategis yang perlu diambil adalah mempertahankan wilayah
berhutan di sebelah Barat dan Utara kota Palangka Raya, yaitu hutan di
Sepanjang Sungai Sabangau dan Sungai Rungan.
Bahwa sampai sekarang revisi RTRW Propinsi Kalimantan Tengah (
PERDA Propinsi No. 8 Tahun 2003) masih belum selesai, sehingga
pengakuan atas penambahan luas wilayah Kota Palangka Raya dari 2.400
km2 menjadi 2.681,5 km2 oleh berbagai pihak terkait juga tertunda.
Diperlukan diskusi intensif dan kompromi dengan pemerintah Kabupaten
tetangga dan pemerintah Provinsi sehingga dapat dibuat tata-batas yang
jelas dengan menggunakan peralatan yang moderen terkini.
Bahwa peringkat indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Palangka
Raya tahun 2002 s/d 2005, cukup baik. Diharapkan di masa yang akan
datang peringkat IPM Kota Palangka Raya secara nasional tetap berada
dalam 10 besar.
Bahwa target bidang pendidikan dalam RENSTRA Kota Palangka Raya
tahun 2003 – 2008 khususnya APM (angka partisipasi murni) tingkat
50 Tahun Kota Palangka Raya IX - 2
SD/sederajat, SLTP dan SLTA sudah dilampaui pada tahun 2006/2007.
Pada tahun 2006, jumlah rumah tangga di Kota Palangka Raya
dinyatakan memiliki akses terhadap air bersih mencapai 94,25 %, yang
terdiri dari pelanggan PDAM 27,4% dan Sumur Pompa Tangan 65,8%.
Dengan demikian target cakupan pelayanan air bersih tahun 2008 sebesar
56% dalam RENSTRA, sudah dapat dilampaui.
Dengan akan selesainya pembangunan jalan (diharapkan fungsional
tahun 2009) yang menghubungkan Kota Palangka Raya – dengan
Kabupaten lainnya di Kalimantan Tengah maka Kota Palangka Raya
memiliki potensi dan peluang untuk mewujudkan program unggulan di
bidang pendidikan dan kesehatan. Usulan pada bidang pendidikan dan
kesehatan sebagai program unggulan dilatar-belakangi oleh posisi Kota
Palangka Raya yang sulit bersaing di bidang ekonomi (tanpa pelabuhan
laut) dengan kota-kota lain seperti Banjarmasin, Pontianak dan Balik
Papan.
Pertumbuhan PDRB dalam RENSTRA untuk tahun 2008 ditargetkan
4,50%, sedangkan laju pertumbuhan PDRB tahun 2004 dan tahun 2005
sudah mencapai 5,3%. Namun sumbangan sector industri pengolahan
tahun 2005 baru mencapai 6,1%, sedangkan target dalam RENSTRA,
sumbangan sector ini tahun 2008 harus 10%. Dengan demikian
tantangannya adalah meningkatkan laju pertumbuhan lapangan usaha
industri pengolahan untuk tahun 2007 dan 2008 harus >10%. Tantangan
tersebut di atas dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan investasi,
karena wilayah Kota Palangka Raya memiliki beberapa potensi
sumberdaya alam, seperti danau, rawa, lahan dan potensi pertambangan.
Hal ini didukung pula oleh kecenderungan menurunnya ICOR terutama
sejak tahun 2003 sebesar 7,9 dan tahun 2005 turun menjadi 5,7.
Dihubungkan dengan ICOR dalam RENSTRA tahun 2008 yang
ditargetkan sebesar 6, berarti target tersebut sudah dapat dilampaui.
50 Tahun Kota Palangka Raya IX - 3
Di bidang pariwisata masih banyak potensi dan peluang yang bisa digali
dan dikembangkan di masa yang akan datang, seperti:
Penataan Taman Wisata Alam Tangkiling, Batu Banama, dan Guest
House, Danau Tahai, Arboretum dan Nyaru Menteng(Orang Hutan),
Pantai Sabaru(kolam renang dan arena balap motor), Habitat Orang
Hutan di kelurahan Sei Gohong, Pemutaran lagu-lagu daerah Kalimantan
Tengah seperti “Dengan Hanjak Atei” ‘Anri Arai Atei”, “Tari Manasai”,
Tumpi Wayu dan lain-lain di ruang kedatangan dan keberangkatan di
bandara Tjilik Riwut Palangka Raya. Lagu-lagu tersebut bisa berbentuk
instrumentalia atau berupa lagu, dll.
Pembinaan pemuda dan perempuan di Kota Palangka Raya perlu
diintensifkan melalui kegiatan Pramuka, Karang Taruna, Lembaga
Swadaya Masyarakat(LSM) dan kegiatan Olah Raga serta Keagamaan,
Peningkatan SDM masyarakat dan perempuan, Optimalisasi database
desa/kelurahan se Kota Palangka Raya, Pengentasan kemiskinan,
Peningkatan kerajinan ibu rumah tangga serta peran PKK, Pembangunan
yang berwawasan jender dan budaya.
Salah satu fungsi kebudayaan adalah mempersatukan atau mengin-
tegrasikan masyarakat yang heterogen. Oleh karenanya Pusat
Kebudayaan dan Taman Budaya/kampung seni/ sanggar seni dan
budaya perlu diperhatikan pembinaan dan pengembangannya.
Penguatan Lembaga Kedamangan. Tugas Damang Kepala Adat perlu
ditegaskan dan diakui baik sebagai pembina dan pelestari nilai-nilai
budaya maupun sebagai pembantu pemerintah untuk menegakkan tata
nilai dan norma social yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu
perlu pula dibentuk Forum Komunikasi Damang Kepala Adat Kota
Palangka Raya.
Hingga saat ini Kota Palangka Raya masih belum memiliki Land Mark
Kota yang memiliki ciri-ciri identitas lokal. Disarankan Landmark tersebut
dibangun di tengah Bundaran Besar yaitu berupa Sketsa Batang Garing
50 Tahun Kota Palangka Raya IX - 4
terbuat dari pipa besi setinggi 20 meter berdiri dalam sebuah Balanga
yang terbuat dari beton dan pada malam hari dihiasi dengan lampu hias
berwarna warni.
Sebagai tindak lanjut SKB tiga menteri tentang pembangunan Rumah-
rumah ibadah perlu dibentuk Forum Komunikasi Antar Umat Beragama .
Selain itu diperlukan Forum Dialog Lintas Budaya dan Etnik
(Multikulturalisme). Dialog Bulanan dengan mengangkat tema yang
sedang berkembang pada bulan itu. Forum ini juga penting untuk menjaga
hubungan sosial antar etnik agar tetap harmonis, stabil dan mempertebal
toleransi dalam masyarakat multikultural
Permasalahan dan tantangan dalam Penataan Kota di Palangka Raya
pada dasarnya adalah ketidak-konsistenan antara perencanaan dan
realita. Hal ini disebabkan karena produk Perencanaan Kota yang
dihasilkan tidak langsung dibuat dasar hukumnya dan produk
perencanaan kota tersebut kurang dipublikasikan/disosialisasikan kepada
publik.
Permasalahan dan tantangan mengenai Prasarana kota Palangka Raya
terutama aspek transportasi darat adalah masih panjangnya kondisi jalan
yang berupa jalan tanah.
Memperhatikan usia kotanya yang baru mencapai 50 tahun dan masih
luasnya kawasan yang direncanakan sebagai kawasan terbangun kota,
peluang menjadikan kota Modal, Model dan Modern seperti yang dicita-
citakan para pendiri kota masih sangat terbuka luas.
Bahwa indikator kinerja dalam RENSTRA untuk periode 2003 – 2008,
khususnya yang menyangkut bidang pendidikan, kesehatan, pertumbuhan
ekonomi, ICOR, dan PAD serta APBD sudah terlampaui. Keberhasilan ini
merupakan cerminan bahwa dalam aktivitas Pemerintahan Kota (eksekutif
dan legislatif) telah terwujud sinergisitas dalam memacu pembangunan
Kota Palangka Raya.
50 Tahun Kota Palangka Raya IX - 5
Bagian terakhir dari Bab Penutup ini, disajikan kesimpulan pendapat
beberapa tokoh/orang-orang tua masyarakat Palangka Raya yang sempat
dihubungi tentang wacana pemindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Palangka
Raya, sebagai berikut:
“Setuju Kota Palangka Raya menjadi Ibukota RI, dengan peringatan dan
harapan kepada pemerintah dan masyarakat Dayak, jangan sampai:
bajual uyah, batawah belai.
tepun petak, manana sare.
bahata kajang, bisa puat.
Antang tempun tandak, sabaru tempun talatak”.
Peringatan yang diungkapkan melalui peribahasa dalam bahasa Dayak
Ngaju tersebut dapat diringkas dan diterjemahkan secara bebas sebagai berikut:
”Setuju Palangka Raya menjadi Ibukota RI, dengan pesan kepada pemerintah
dan masyarakat Dayak untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan
sumber daya masyarakat sehingga tidak tersingkir (termarjinalisasi) oleh terpaan
modernisasi dan globalisasi.
Pesan ini tidak jauh berbeda dengan maksud yang terkandung dalam VISIKota Palangka Raya, yaitu:
Terwujudnya Kota Palangka Raya yang tertata, tertib danberwawasan lingkungan, dalarn suasana kehidupan rnasyarakatyang aman sejahtera dan dinamis sesuai budaya betang.
50 tahun kota palangka raya 1
DAFTAR BACAAN
BPS Provinsi Kalimantan Tengah ”Kalteng Dalam Angka Tahun 1980, 1986,1990, 2001, 2005”
BPS Kota Palangka Raya ”Kota Madya Palangka Raya Dalam Angka Tahun1976, 1978, 1982, 1985, 1991, 1995, 2000 s/d 2005”
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan tengah ” Profil Kesehatan PropinsiKalimantan Tengah Tahun 1990, 2001, 2005”
Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya ”Profil Kesehatan Kota Palangka RayaTahun 2001, dan Tahun 2005”
Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya ”Data Dasar Dinas Kesehatan KotaPalangka Raya Tahun 2007”
Dinas Kesehatan kota Palangka Raya. Sejarah Singkat RSUD Dr. DorisSylvanus Palangka Raya
Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya ”Profil Pendidikan Kota Palangka RayaTahun 2001/2002 dan tahun 2006/2007”
Gohong, Salundik,2003 ” Memori Pelaksanaan Tugas Walikota Palangka Raya,periode 1998/1999 – 2003”
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah ”Memori Serah Pelaksanaan TugasGubernur KDH Kalimantan Tengah Ir. Renout Sylvanus”
Pemerintah Kota Palangka Raya ”Sejarah Kota Palangka Raya, 2003
Pemerintah Daerah Tingkat II Palangka Raya,1971.” Brosur KotamadyaPalangka Raya, 17 Juli 1971”
Pemerintah Kota Palangka Raya ”Selayang Pandang Kota Palangka Raya,Tahun 2002 2003 dan 2005”
Riwut, Tjilik, 1962, Memperkenalkan Kalimantan Tengah dan PembangunanKota Palangka Raya
Rusan, Ahim S. Dkk, 2006 ”Sejarah Kalimantan Tengah, Kerjasama antaraLemlit Unpar dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
50 tahun kota palangka raya 2
Sandy, W.,1976 ” Memori Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II PalangkaRaya, untuk masa jabatan Th. 1967 – 1975
Widen, Kumpiady, 2006, Dampak Otonomi Daerah Terhadap Pola Interaksi antarEtnik di Kota Palangka Raya. Laporan penellitian atas kerjasam antaraPemerintah Kota Palangka Raya dengan Lembaga Penelitian UniversitasPalangka Raya
Widen, Kumpiady, 2005, The Impacts of Forest and Peatland Fires on LocalCommunities Health, Ecological, and political Perspective, DalamInternational Journal for Management of Tropical Peatlands, vol 5 no.5 July2005.