buku k3 ft.pdf

59
1 Manajemen Pendidikan Laboratorium Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat Pada era globalisasi dan industrialisasi, segala macam bentuk pekerjaan, pendidikan, keterampilan, maupun perdagangan telah diukur berdasarkan kualitas standar internasional. Apabila suatu barang, keahlian, atau apapun telah mendapat standar internasional berarti barang tersebut berkualitas dan dapat diterima di pasar global. Tidak mengherankan apabila saat ini banyak perusahaan, sekolah, rumah sakit, tempat kursus, atau yang lainnya berlomba untuk mendapatkan standar tersebut agar produknya dapat diakui dan dapat bersaing di pasar internasional Standar acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas ( ISO-9000, QS- 9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional. Abdul Kadir, dalam situs Departemen Pendidikan Nasional mengatakan bahwa pembangunan menuju era industrialisasi harus didukung oleh mutu atau kualitas sumber daya manusia, karena era industrialisasi indentik dengan penguasaan teknologi canggih. Dalam hal ini tentunya para pengguna teknologi canggih harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Selain kemampuan penguasaan teknologi canggih, pengetahuan tentang keselamatan kerja juga sangat penting, karena dapat meminimalisasi bahaya kecelakaan kerja yang terjadi (http://www.depdiknas.go.id ). Berdasarkan berbagai upaya sekolah untuk meningkatkan kompetensi lulusan pendidikan teknologi dan vokasi sebagai calon tenaga kerja yang profesional, terdapat hal yang sangat penting bagi pengguna tenaga kerja namun kurang diperhatikan oleh lembaga pendidikan yaitu lemahnya penerapan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan praktik. Dari hasil observasi pelaksanaan kegiatan praktik di pendidikan teknologi dan vokasi masih banyak dijumpai peserta didik saat praktik las asitelin tidak menggunakan PENDAHULUAN

Upload: anon913274617

Post on 31-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUKU K3 FT.pdf

1

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Pada era globalisasi dan industrialisasi, segala macam bentuk pekerjaan, pendidikan,

keterampilan, maupun perdagangan telah diukur berdasarkan kualitas standar internasional.

Apabila suatu barang, keahlian, atau apapun telah mendapat standar internasional berarti

barang tersebut berkualitas dan dapat diterima di pasar global. Tidak mengherankan apabila

saat ini banyak perusahaan, sekolah, rumah sakit, tempat kursus, atau yang lainnya berlomba

untuk mendapatkan standar tersebut agar produknya dapat diakui dan dapat bersaing di pasar

internasional

Standar acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen

kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini

industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas ( ISO-9000, QS-

9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan

terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan

pasar internasional.

Abdul Kadir, dalam situs Departemen Pendidikan Nasional mengatakan bahwa

pembangunan menuju era industrialisasi harus didukung oleh mutu atau kualitas sumber daya

manusia, karena era industrialisasi indentik dengan penguasaan teknologi canggih. Dalam hal

ini tentunya para pengguna teknologi canggih harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang memadai. Selain kemampuan penguasaan teknologi canggih, pengetahuan tentang

keselamatan kerja juga sangat penting, karena dapat meminimalisasi bahaya kecelakaan kerja

yang terjadi (http://www.depdiknas.go.id).

Berdasarkan berbagai upaya sekolah untuk meningkatkan kompetensi lulusan

pendidikan teknologi dan vokasi sebagai calon tenaga kerja yang profesional, terdapat hal

yang sangat penting bagi pengguna tenaga kerja namun kurang diperhatikan oleh lembaga

pendidikan yaitu lemahnya penerapan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja pada

kegiatan praktik. Dari hasil observasi pelaksanaan kegiatan praktik di pendidikan teknologi

dan vokasi masih banyak dijumpai peserta didik saat praktik las asitelin tidak menggunakan

PENDAHULUAN

Page 2: BUKU K3 FT.pdf

2

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

kaca mata las, praktik menggerinda tidak menggunakan sarung tangan, pelindung telinga dan

kaca mata kerja, saat praktik mengecat tidak menggunakan kaca mata dan masker.

Menggunakan alat tidak sesuai dengan peruntukannya seperti kunci digunakan sebagai palu.

Meletakan bahan bakar atau bahan mudah terbakar sembarangan. Lantai kotor dan terdapat

tumpahan air atau tetesan oli dibiarkan, pakaian kerja kurang baik karena potensi

menimbulkan kerusakan benda kerja maupun menimbulkan kecelakaan kerja.

Masalah keselamatan kerja dan perawatan alat secara berkelanjutan yang kurang

diperhatikan tersebut akan menjadi kebiasaan peserta didik sehingga apabila sudah lulus dan

memasuki dunia usaha/industri, kebiasaan kerja yang kurang memperhatikan masalah

keselamatan dan kesehatan kerja tersebut tetap dilakukan sehingga menimbulkan kecelakaan

kerja. Hal ini memang masih menjadi kelemahan lembaga pendidikan yaitu masih memiliki

budaya pendidikan, yang berbeda dengan budaya industri. Hal inilah yang membuat lulusan

masih perlu lebih disiapkan perubahan budaya kerja secara menyeluruh untuk dapat bekerja

di industri. Termasuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja saat berada dalam

laboratorium dan atau bengkel kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja belum

diselenggarakan sebagai suatu sistem yang terpadu, bahkan belum mempertimbangkan

pesatnya kemajuan produk teknologi industri yang akan digunakan di industri yang

mempunyai risiko bahaya dalam penggunaannya. Hal tersebut yang menjadi salah satu

penyebab masih tingginya kecelakaan kerja di industri.

Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta

kematian yang disebabkan karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan.

Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.: KEP-13/MEN/84 menyebutkan, bahwa

menurut data Perum ASTEK sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1982 telah terjadi kasus-

kasus kecelakaan kerja sebanyak 65.067 kasus dengan pembayaran jaminan kecelakaan kerja

sebesar Rp. 6,5 milyar untuk 46.515 kasus yang diselesaikan. Penyebab terbesar terjadinya

kecelakaan karena rendahnya pengetahuan pemahamaan dan kesadaran tentang Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K-3) sebesar 64,26 %, karena sikap tingkah laku sebesar 26,89 %.

Kecelakaan yang disebabkan terbentur 40,57 %, terpukul benda, 20,70 % terjatuh 19,19 %,

dan terperangkap diantara benda 16,70 %. Tingkat kekerapan kecelakaan yang paling

menonjol adalah sektor perhubungan, bangunan, pertambangan, industri, dan sektor jasa.

(Bernet N.B. Silalahi dan Rumondang, 1985:187)

Page 3: BUKU K3 FT.pdf

3

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Guna meningkatkan kompetensi lulusan pendidikan teknologi dan vokasi sehingga

menjadi calon tenaga kerja yang produktif dan profesional, dan mengurangi kecelakaan kerja

saat mereka bekerja di industri maka pembiasaan penerapan masalah keselamatan dan

kesehatan kerja perlu dilakukan. Kesehatan dan keselamatan kerja serta perawatan alat erat

kaitannya dengan peningkatan produktivitas kerja, sebab dengan tingkat kesehatan dan

keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi penyebab sakit, cacat,

maupun kematian dapat dikurangi dan ditekan sekecil-kecilnya sehingga pembiayaan dan

kegiatan yang tidak perlu dapat dihindari. Tingkat keselamatan kerja yang tinggi tentunya

akan menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan produktivitas seperti kenyamanan,

kesehatan, dan kegairahan dalam bekerja.

Berdasarkan hal di atas, maka kajian pengembangan sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja (SMK3) dan budaya merawat peralatan secara berkelanjutan sangatlah

mendesak untuk dilakukan. Melalui kajian SMK3 diharapkan diperoleh model desain poster

yang mampu mendorong penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di lembaga pendidikan,

dan mampu menumbuhkan kesadaran akan budaya selamat dan budaya merawat peralatan

secara berkelanjutan terkait dengan pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja, model

promosi yang mampu mendorong peserta didik membiasakan penerapan K3 dan kebiasaan

merawat peralatan praktek secara rutin dan berkelanjutan dalam aktivitas belajar.

Teaching Factory merupakan salah satu hal yang dapat menunjang suatu

keberlanjutan program yang ada di lembaga pendidikan teknologi dan vokasi. Dengan adanya

teaching factory maka peran laboratorium/bengkel menjadi tiang utama untuk semua

kegiatan tersebut, dengan memaksimalkan penggunaan bengkel sebagai suatu modal kerja

yang sangat medukung untuk lebih eksis lagi dimasyarakat. Untuk menjamin suatu produk

yang dihasilkan dari teaching factory aman bagi konsumen tentunya dituntut adanya suatu

penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja dan segala perawatan peralatan yang ada secara

memadai. Upaya lain sebagai jaminan agar lulusan yang dimilki suatu lembaga pendidikan

teknologi dan vokasi lebih memiliki kompetensi yang unggul, fasilitas laboratorium / bengkel

bisa dipergunakan sebagai tempat uji kompetensi TUK tentunya dengan memenuhi segala

persyaratannya, yang salah satunya adalah penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja dan

perawatan peralatan serta pengadministrasian /manajemen dalam bengkel/laboratorium di

lembaga pendidikan yang sudah tertata dan memiliki penjaminan mutu. Dengan adanya

pembudayaan perawatan alat dan penerapan Kesehatan dan keselamatan Kerja, diharapkan

Page 4: BUKU K3 FT.pdf

4

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

program teaching factory bisa berjalan sehingga income yang diperoleh dapat membantu

keberlanjutan suatu program yang ada secara maksimal serta lulusan yang dihasilkan

memiliki kompetensi yang sangat kompetitip di dunia kerja maupun di dunia industri.

System of Facilty Maintenance And Management dalam kajian ini diterjemahkan

bebas sebagai Sistem Manajemen Perawatan dan Penataan Fasilitas. Fasilitas yang terdapat di

lembaga pendidikan teknologi dan vokasi perlu dikelola. Pengelolaannya meliputi bagaimana

sistem perawatannya (maintenance) dan manajemen penataannya, agar dapat lebih cepat,

akurat, dan relevan digunakan oleh praktikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Standar manajemen perawatan yang biasa digunakan di industri Jepang adalah Kaizen yang

dilengkapi dengan JIT, TPM, dan 5S-nya.

Pengembangan Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi secara lebih spesifik

ditempuh dengan berbagai langkah strategis antara lain melengkapi lembaga dengan fasilitas

perpustakaan, bengkel dan laboratorium untuk semua sekolah (Joko Sutrisno, 2007). Sejalan

dikembangkannya sekolah berstandar internasional dengan karakteristik fasilitas setiap ruang

kelas yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, perpustakaan digital dengan

akses ke sumber belajar berbasis TIK serta ruangan multi media dan bengkel serta

laboratorium yang lebih modern, maka makin mengokohkan pentingnya sistem manajemen

perawatan fasilitas secara modern, aman, dan nyaman. Fasilitas dalam hal ini meliputi mesin,

peralatan, perkakas, bahan baku dan lingkungan pendukung kerja praktek di bengkel serta

laboratorium sekolah menengah kejuruan.

Secara teknis Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi sebagai lembaga

penyelenggara pendidikan, dapat diidentikkan sama dengan sebuah industri. Keduanya

menghasilkan suatu produk tertentu yang harus berkualitas. Di sekolah bahan bakunya diolah

melalui proses belajar mengajar, terkait dengan pengembangkan kompetensi teknik produksi.

Di industri modern, mutu produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan

baku, lingkungan kerja, alat dan mesin serta profesionalitas karyawan. Peralatan dan mesin

industri modern sangat mahal harganya, sehingga harus selalu dijaga keutuhannya dan

dirawat agar selalu dalam keadaan siap untuk berproduksi. Kerusakan mesin yang terjadi

sangat disadari sebagai suatu gangguan yang menyebabkan berhentinya proses produksi dan

menurunkan kualitas produk. Oleh karena itu pada industri modern perawatan dan

pemeliharaan fasilitas produksi diselenggarakan secara melembaga, terorganisir dengan

Page 5: BUKU K3 FT.pdf

5

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

sistem manajemen modern, sehingga mampu menjaga mesin tetap siap beroperasi dengan

baik dan mendukung pencapaian produk yang bermutu tinggi.

Fasilitas pendidikan yang lengkap dan layak, diyakini para ahli dan penyelenggara

pendidikan sebagai faktor pendukung utama dalam upaya menjamin mutu dan tercapainya

tujuan pendidikan (Depdiknas, 2001). Salah satu indikator mutu lembaga pendidikan juga

ditentukan oleh kelengkapan dan kualitas fasilitas pendidikan yang disediakan dalam

penyelenggaraan pendidikan. Adapun fasilitas pendidikan yang memadai bagi

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar meliputi: (1) bangunan beserta kelengkapannya,

(2) perabotan kantor serta mebeler, (3) perpustakaan dengan jumlah, judul, jenis buku, serta

ruang baca yang memadai, termasuk dalam hal ini adalah peralatan kesehatan dan

keselamatan kerja praktek (4) laboratorium dan bengkel praktik beserta mesin, peralatan dan

perkakas secara lengkap dan modern, (5) halaman dan taman yang tertata indah, bersih dan

segar. Fasilitas dalam kajian ini adalah berbagai sarana prasarana yang terkait dengan

penyelenggaraan proses belajar mengajar praktek di bengkel dan laboratorium. Meliputi

mesin, peralatan, perkakas, bahan baku, dan lingkungan pendukung tempat kerja praktek,

yang sangat memerlukan sistem manajemen perawatan, pemeliharaan dan penataan. Tujuan

dari perawatan dan penataan fasilitas tersebut adalah agar dapat digunakan dengan cepat,

akurat, relevan, aman, dan nyaman, sehingga dapat mendukung produktivitas kerja praktek,

dan pembudayaan kerja efektif, efisien dan produktif. Kesemua fasilitas sekolah tersebut

akan dapat berfungsi dan bermanfaat secara optimal apabila lembaga pendidikan mampu

mempertahankan kualitas dan mutu melalui kegiatan penataan, perawatan dan pemeliharaan

yang memadai, dengan biaya hemat dan penggunaan semaksimal mungkin. Pengadaan dan

pelengkapan fasilitas pendidikan telah dilakukan dengan susah payah dan mengeluarkan

biaya yang sangat besar. Tindak lanjut yang seharusnya adalah dengan program optimalisasi

pemanfaatan, penerapan sistem manajemen perawatan dan penataan fasilitas bengkel serta

laboratorium secara lebih memadai.

Salah satu kelemahan Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi adalah masih

memiliki budaya pendidikan, yang berbeda dengan budaya industri. Hal inilah yang membuat

lulusan masih perlu lebih disiapkan agar mampu menghadapi perubahan budaya kerja secara

menyeluruh untuk dapat bekerja di industri. Termasuk budaya perawatan dan penataan

fasilitas produksi di industri, yang di pendidikan berada dalam laboratorium dan atau

bengkel kerja. Kelemahan lain adalah sistem pengadaan fasilitas belum mempertimbangkan

Page 6: BUKU K3 FT.pdf

6

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

sustainibilitas atau keberlanjutan penggunaan dan perawatan, dimana suku cadang dan

keandalan fasilitas belum ada jaminan keberadaannya. Bahkan belum mempertimbangkan

pesatnya kemajuan perubahan produk teknologi industri yang akan digunakan di industri di

masa akan datang.

Kasus yang banyak terjadi antara lain: (1) peralatan rusak sebelum dipakai karena

tidak ada manual atau tenaga ahli yang mampu mengoperasikan alat tersebut dan alat

dibiarkan begitu saja dalam keadaan kotor, lembab dan akhirnya rusak, kemungkinan lain

adalah takut rusak jika menggunakannya, karena dianggap barang langka atau mahal, (2)

peralatan bengkel dan laboratorium cepat rusak karena pengajar kurang mahir

menggunakannya, peserta didik melaksanakan praktik dengan secara coba-coba serta

teknisi/laboran tidak mampu melakukan perawatan, (3) lembaga pendidikan tidak memiliki

sistem manajemen perawatan yang memadai, peraturan yang belum memberdayakan fasilitas,

dengan alokasi dana perawatan yang sangat sedikit.

Pengelolaan fasilitas dan penerapan sistem manajemen perawatan di Lembaga

Pendidikan Teknologi dan Vokasi, yang dilakukan oleh pengajar, teknisi, dan pejabat di

lembaga, akan berdampak langsung terhadap output, outcome dan impact pendidikan.

Outputnya adalah peserta didik mengetahui, melihat, mengalami, dan ikut terlibat dalam

pengelolaan fasilitas dan perawatan serta penataan semua sumberdaya mesin, alat, atau

fasilitas pendukung. Outcome-nya adalah peserta didik dapat memiliki kebiasaan yang baik

dalam pengelolaan dan perawatan fasilitas pendukung yang digunakan. Kebiasaan yang

dikembangkan selama tiga tahun pendidikan inilah yang diharapkan menjadi salah satu

bagian budaya kerja yang unggul dan kompetitif bagi lulusan. Dampaknya adalah lulusan

memiliki daya tawar yang lebih baik dalam penempatan tenaga kerja, memiliki budaya kerja

yang lebih efisien dan efektif dan lebih menguntungkan bagi perusahaan atau tempat kerja.

Terdapat beberapa faktor penyebab yang menjadikan pentingnya untuk segera

menerapan manajemen perawatan dan penataan fasilitas atau fasilitas di lembaga pendidikan

teknologi dan vokasi, antara lain meliputi:

1. Kesadaran terhadap pentingnya penataan dan perawatan berbagai fasilitas pendukung

pendidikan berbasis produksi di industri, masih sangat kurang. Belum menyadari

bahwa tingkat produktivitas, kesehatan dan keselamatan kerja, sangat ditentukan oleh

perawatan dan penataan fasilitas. Belum juga ada kesadaran bahwa perawatan dan

Page 7: BUKU K3 FT.pdf

7

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

penataan yang kurang tepat dapat menimbulkan banyak pemborosan dan kerugian di

berbagai bidang, yang dampak lebih jauhnya adalah pemborosan secara nasional. Hal

ini biasanya disebabkan oleh kerusakan bagian atau komponen yang dapat

menimbulkan kerusakan lainnya, sehingga dapat mengakibatkan teradinya kecelakaan

kerja atau merusak hasil kerja, atau merusak operasi produksi secara keseluruhan.

Penyebab lainnya adalah penataan fasilitas yang kurang ergonomis dan tidak sesuai

dengan asas kesehatan dan keselamatan kerja. Pemborosan dapat meliputi berbagai

sumberdaya yang terkait seperti halnya waktu, tenaga, dana, dan peluang pemasaran

lebih lanjut. Sistem manajemen perawatan fasilitas yang baik akan menekan

terjadinya pemborosan sumber daya, antara lain: mengurangi kerugian akibat

kecelakaan kerja, pencarian alat/mesin, cacat/reject, proses ulang, kegagalan proses,

produksi tak normal, kegagalan alat/mesin, setting ulang; beaya, waktu, tenaga dan

use faktor yang sangat rendah.

2. Kondisi penataan, perawatan dan ketersediaan fasilitas yang belum terstandar

cenderung akan mendidik berbudaya kerja menjadi kurang baik. Peserta didik

cenderung untuk bekerja dengan kurang rapi, menggunakan peralatan yang ada

dengan tidak tepat, enggan mencari atau mengembalikan, atau menata kembali,

bahkan beresiko kerusakan dan bahaya kecelakaan kerja. Kondisi ini akan

menghambat proses pendidikan yang berkualitas, karena ketersediaan fasilitas

pendukung pendidikan di sekolah menjadi terlambat. Penggunaan fasilitas menjadi

kurang dapat dilayani dengan lebih cepat, akurat, relevan, dan selamat, berarti kurang

efektif dan kurang efisien.

3. Lembaga Pendidikan belum memiliki sistem prosedur baku dalam

mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinergikan, mensinkronkan, dan

menyederhanakan penggunaan semua fasilitas dalam rangka pelaksanaan proses

pendidikan yang berkualitas. Prosedur yang ada kadang bersifat sangat ketat, sehingga

mengakibatkan tidak optimalnya penggunaan fasilitas, atau sebaliknya sangat bebas,

sehingga membuat kurang tepat dalam penggunaa, penataan dan perawatannya.

Penggunaan sistem manajemen perawatan fasilitas terstandar akan memudahkan

semua pihak dan memiliki tolok ukur kinerja yang jelas dalam pelayanan pendidikan.

4. Sistem penataan dan perawatan fasilitas di lembaga pendidikan belum teratur dengan

baik, dalam hal ini sistem penataan belum memenuhi asas ergonomika yang bertujuan

untuk dapat ditemukan dan digunakan dengan cepat, akurat, relevan, dan selamat,

maka akan menimbulkan kengganan penggunaan kembali karena pengaturan posisi

Page 8: BUKU K3 FT.pdf

8

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

penataan yang tidak ergonomis. Dokumentasi, administrasi, dan label penyimpanan

serta jadwal perawatan belum terstandar. Banyak peralatan dan fasilitas yang

memiliki angka use faktor/kemanfaatan yang rendah, kerusakan dan keausan yang

berkelanjutan, sulitnya mempelajari pengoperasian, dan dokumentasi manual yang

tidak lengkap. Kondisi lain yang terkait adalah pembelian atau pemesanan fasilitas

yang berbeda spesifikasi permintaan, tetapi terpaksa harus diterima, walaupun

penggunaan teknologi yang kadaluarsa dan sudah tidak diproduksi atau digunakan

lagi, dan ketidak-tersediaan spare-part.

5. Sistem perawatan dan penataan yang kurang tepat akan menimbulkan banyak biaya,

terutama yang dikaitkan dengan perbaikan, penggantian sparepart, penyimpanan yang

kurang rapi, pembelian fasilitas baru, dan perawatan total. Hal ini secara langsung

juga akan terkait dengan kebutuhan tenaga dan waktu yang akan terbuang sebagai

pemborosan, jika penerapan manajemen perawatan dan penataan fasilitas kurang

tepat. Mulai dari lamanya pencarian alat, perbaikan, penggantian, sampai pada

penundaan bahkan pemberhentian proses pendidikan, karena adanya kerusakan atau

bahaya dari fasilitas yang kurang terawat dan kurang tertata rapi. Kebutuhan beaya

yang besar untuk perbaikan, penggantian, penyimpanan, penambahan alat dan

perawatan berat dapat dikendalikan dan diatur sesuai kemampuan sekolah melalui

sistem manajemen perawatan fasilitas yang memadai.

6. Penerapan manajemen perawatan dan penataan fasilitas akan dapat mengurangi

kerugian antara lain: terjadinya kecelakaan kerja, lama dan sulitnya pencarian

alat/mesin, produk kerja yang cacat/reject, timbulnya proses ulang, produksi

taknormal, kegagalan proses, kegagalan alat/mesin, keharusan untuk

penyetelan/seting ulang, bahkan sampai pada mesin yang shutdown dan tidak dapat

berfungsi lagi. Kurang tepatnya penerapan manajemen perawatan dan penataan

fasilitas atau fasilitas akan dapat menjadi potensi sumber bahaya kecelakaan (hazard)

dan menjadi penyebab timbulnya berbagai kesalahan kerja (human error). Misalnya

kesalahan dalam mengambil atau menggunakan fasilitas, kondisi fasilitas yang sudah

mulai rusak atau kurang lengkap komponen pengaman dan pendukungnya.

7. Penataan tempat kerja praktek, masih belum memenuhi standar industri, misalnya

keleluasaan ruang penempatan antarmesin, serta penempatan bahan baku, peralatan

dan perkakas pendukung kerja praktek. Belum dilengkapi dengan pewarnaan lantai,

informasi tanda bahaya, poster keselamatan kerja, evakuasi darurat, penanganan

bencana, dan informasi tentang prosedur kerja terstandar.

Page 9: BUKU K3 FT.pdf

9

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

8. Fasilitas lingkungan pendukung kerja praktek belum memenuhi standar kesehatan dan

keselamatan kerja, sehingga berpotensi dapat menimbulkan sumber bahaya

kecelakaan dan keracunan. Misalnya pengendalian asap dan radiasi praktek las, debu

pemotongan kayu, sisa produksi mesin bubut dan sebagainya. Fasilitas pendukung

pengelolaan limbah dan sampah juga belum dikelola dengan lebih baik.

Manajemen perawatan dan penataan yang memadai akan dapat dengan optimal

mendukung pengembangan Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi. Lembaga

Pendidikan yang berkualitas berarti dapat mencegah berbagai pemborosan dalam proses

pembelajaran produksi. Kurangnya perawatan dan penataan yang memadai, akan

menimbulkan banyak pemborosan waktu, dana, dan tenaga dalam proses pembelajaran

produksi. Selain itu, akan dapat memberi dukungan secara lebih efektif dan efisien terhadap

pelaksanaan sekolah yang berwawasan wirausaha/bisnis, berbasis industri manufaktur,

berbasis industri agro, dan berbasis industri kreatif di Indonesia. Konsekuensi dari

peningkatan jumlah Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi jika tanpa penerapan sistem

manajemen perawatan dan penataan fasilitas yang terstandar, maka akan timbul pemborosan

secara nasional yang luar biasa besarnya.

Berdasarkan hal di atas, maka kajian pengembangan sistem manajemen perawatan

dan penataan fasilitas sangatlah mendesak untuk dilakukan, agar penyelenggaraan pendidikan

menjadi lebih efisien, efektif dan dapat mengurangi berbagai pemborosan atau kerugian.

Sehingga, mau atau tidak mau, sistem ini harus segera mulai diterapkan secara bertahap,

namun dengan tujuan dan hasil yang jelas, spesifik, terukur, realistik, dan terjadwal. Kajian

pengembangan di bawah ini, akan berusaha memetakan bagaimana kondisi awal di beberapa

Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi yang dijadikan sebagai sampel, meliputi

bagaimana model penerapan manajemen perawatan dan penataan fasilitas selama ini.

Bagaimana pola administrasi dan dokumentasi serta peraturan atau prosedur yang ada terkait

dengan pengelolaan dan penataan fasilitas pendidikan. Bagaimana aliran dan besarnya

penggunaan dana dalam perawatan dan penataan fasilitas. Bagaimana tingkat kemanfaatan

fasilitas dalam mendukung proses pembelajaran. Bagaimana sistem manajemen perawatan

dan penataan fasilitas yang memadai untuk diterapkan di sekolah dalam rangka peningkatan

kualitas pendidikan.

Page 10: BUKU K3 FT.pdf

10

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Hakikat Keselamatan Kerja

Dalam suatu pekerjaan tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan kerja,

bukan produksi, bukan gaji, bukan kualitas, dan bukan pula keuntungan. Keselamatan kerja

merupakan keadaan terhindar dari bahaya saat melakukan kerja. Menurut Suma‟mur

(1987:1), keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat

kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan distribusi

baik barang maupun jasa. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.

Keselamatan adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja maupun masyarakat pada

umumnya.

Tasliman (1993:1), sependapat dengan Suma‟mur bahwa keselamatan dan kesehatan

kerja menyangkut semua unsur yang terkait di dalam aktifitas kerja. Ia menyangkut subjek

atau orang yang melakukan pekerjaan, objek (material) yaitu benda-benda atau barang-

barang yang dikerjakan, alat-alat kerja yang dipergunakan dalam bekerja berupa mesin-mesin

dan peralatan lainnya, serta menyangkut lingkungannya, baik manusia maupun benda-benda

atau barang.

Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan

kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang

bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain menjadi hambatan langsung, juga merugikan

secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi

untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. (Suma‟mur, 1985:2)

Tujuan keselamatan kerja (Suma‟mur, 1985:1) adalah sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas

masyarakat.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Sementara itu, peraturan perundangan No. I tahun 1970 Pasal 3 tentang keselamatan

kerja ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

KESELAMATAN KERJA

Page 11: BUKU K3 FT.pdf

11

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja;

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan

getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik

maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya;

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau

barang;

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. (Tia Setiawan dan Harun, 1980:11-12)

Salah satu masalah yang hampir setiap hari terjadi di tempat kerja adalah kecelakaan

yang menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti kerusakan peralatan, cedera

tubuh, kecacatan bahkan kematian. Dalam beberapa industri, kemungkinan terjadinya

kecelakaan akibat kurang terjaganya keselamatan kerja lebih tinggi daripada yang lainnya.

Sekitar dua dari tiga kecelakaan terjadi akibat orang jatuh, terpeleset, tergelincir, tertimpa

balok, dan kejatuhan benda di tempat kerja. (Daryanto, 2001: 2)

Suma‟mur (1987:3) mengatakan bahwa 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah

faktor manusia. Lebih lanjut Suma‟mur mengatakan bahwa kecelakaan akibat kerja dapat

Page 12: BUKU K3 FT.pdf

12

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

menyebabkan 5 jenis kerugian (K) yakni : (1) kerusakan, (2) kekacauan organisasi, (3)

keluhan dan kesedihan, (4) kelainan dan cacat, dan (5) kematian.

Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja

mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi dalam proses

produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan

kawan-kawan sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan tidak jarang mengakibatkan luka-luka,

terjadinya kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan

berakibat kematian (Suma‟mur, 1985:6)

Kecelakaan adalah kejadian yang timbul tiba-tiba, tidak diduga dan tidak diharapkan.

Setiap kecelakaan baik di industri, di bengkel, atau di tempat lainya pasti ada sebabnya.

Secara umum terdapat dua hal pokok yang menyebabkan kecelakaan kerja (Suma‟mur,

1985:9) yaitu:

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human

acts).

b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (usafe conditions)

Tasliman (1993:19-27) juga sependapat dengan Suma‟mur bahwa kecelakaan dapat

terjadi dengan sebab-sebab tertentu, yaitu:

a. Kesalahan manusia (human erorr), misalnya kebodohan atau ketidaktahuan,

kemampuan keterampilan yang tidak memadai, tidak konsentrasi pada waktu

bekerja, salah prosedur atau salah langkah, bekerja sembrono tanpa mengingat

resiko, bekerja tanpa alat pelindung, mengambil resiko untung-untungan dan

bekerja dengan senda gurau.

b. Kondisi yang tidak aman, misalnya tempat kerja yang tidak memenuhi syarat

keselamatan kerja, kondisi mesin yang berbahaya (machinery hazards), kondisi

tidak aman pada pemindahan barang-barang serta alat-alat tangan yang

kondisinya tidak aman.

Bernet N.B. Silalahi dan Rumondang (1985:109) secara spesifik mengatakan bahwa

tiga sebab mengapa seorang karyawan melakukan kegiatan tidak selamat adalah:

a. Yang bersangkutan tidak mengetahui tata cara yang aman atau perbuatan-

perbuatan yang berbahaya;

b. Yang bersangkutan tidak mampu memenuhi persyaratan kerja sehingga terjadilah

tindakan di bawah standar;

c. Yang bersangkutan mengetahui seluruh peraturan dan persyaratan kerja, tetapi dia

enggan memenuhinya.

Page 13: BUKU K3 FT.pdf

13

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Peraturan menteri tenaga kerja No. 05/Men/1996 menyatakan bahwa perusahaan kecil

atau perusahaan dengan tingkat risiko rendah harus menerapkan sebanyak 64 kriteria. Di

antaranya aspek keamanan kerja berdasarkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

kerja (Rudi Suardi, 2005:205-209), yaitu:

1) Sistem Kerja

a. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan

telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.

b. Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan

melalui tingkat pengendalian.

c. Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan

suatu sistem “Ijin Kerja” untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi.

d. Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan

pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk

kerja.

e. Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakn secara benar serta

dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.

f. Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai

sesuai standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku.

2). Pengawasan

Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan

dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah

ditentukan.

3). Seleksi dan Penempatan Personal

Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada kemampuan dan tingkat ketrampilan

yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja.

4). Lingkungan Kerja

a. Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-

daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk.

b. Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan ijin masuk.

c. Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai dengan

standar dan pedoman teknis.

d. Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang

sesuai dengan standar dan pedoman teknis.

Page 14: BUKU K3 FT.pdf

14

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

5). Pemeliharaan, Perbaikan dan Perubahan Sarana Produksi

a. Semua catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan,

pemeliharaan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana

produksi harus disimpan dan dipelihara.

b. Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki sertifikat yang masih berlaku.

c. Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personel yang

berkompeten.

d. Apabila memungkinkan, sarana produksi yang akan diubah harus sesuai

dengan persyaratan peraturan perundangan yang berlaku.

e. Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan yang mencakup ketentuan

mengenai peralatan-peralatan dengan kondisi keselamatan yang kurang baik

dan perlu segera diperbaiki.

f. Terdapat suatu system penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika

digunakan (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak

dihidupkan sebelum saatnya.

6). Kesiapan untuk Menangani Keadaan Darurat

a. Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja) telah

diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat tersebut telah didokumentasikan.

b. Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan

darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.

c. Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperhatikan secara

jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan

7). Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

a. Perusahaan telah mengevaluasi alat PPPK dan menjamin bahwa system PPPK

yang ada memenuhi standard dan pedoman teknis yang berlaku.

b. Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja memberikan

kewajiban kepada pengusaha (orang atau badan hukum) untuk menunjukkan dan

menjelaskan kepada para pekerja (Harwinta E. Eyanoer, 1993:14-15), yaitu:

Page 15: BUKU K3 FT.pdf

15

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

a) Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya

b) Semua pegamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat

kerjanya.

c) Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan

d) Cara dan sikap yang aman melaksanakan pekerjaan

Dalam bidang pekerjaan apapun bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan

harus dihindarkan. Tidak ada seorangpun yang berpikiran sehat di dunia ini yang ingin

mengalami kecelakaan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang keselamatan kerja harus

ditanamkan sejak awal agar menjadi kebiasaan hidup yang dipraktikkan sehari-hari.

Berkaitan dengan hal tersebut Suma‟mur (1985:3) mengatakan bahwa usaha-usaha

keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus memperhatikan aspek

manusiawi. Dalam hal ini pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga

kerja merupakan sarana penting.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa faktor penyebab terjadinya kecelakaan

kerja secara umum adalah faktor manusia dan lingkungan. Untuk itu bahaya yang

berhubungan dengan faktor-faktor tersebut harus diketahui, diidentifikasi, dan dievaluasi

secara mendalam sehingga dapat dilakukan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh

kegiatan praktik di bengkel.

Potensi Hazard

Potensi hazard kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium dan bengkel adalah sebagai

berikut:

1. Potensi Hazard Fisik

Potensi hazard secara fisik yang diamati meliputi kebisingan, getaran, radiasi,

suhu, sengatan listrik, kelembaban udara dan kebakaran. Kebisingan merupakan

merupakan potensi hazard yang banyak muncul pada program studi yang

memanfaatkan mesin sebagai sumber bising dan pengerjaan logam seperti program

studi Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Teknik

Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11), dan Kriya (13).

Paparan getaran dijumpai pada program studi Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik

Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik

Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11), dan Kriya (13). Hazard radiasi dijumpai

pada program studi yang memiliki alat yang menghasilkan radiasi seperti sinar X yang

digunakan untuk pemeriksaan logam pada program studi Teknik Mesin (2),Teknik

Page 16: BUKU K3 FT.pdf

16

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11), maupun prodi Teknik Elektronika (4)

maupun Elektro (5) yang banyak memanfaatkan gelombang elektromagnetik dan

komputer.

Hazard suhu dijumpai pada program studi yang menggunakan alat-alat sumber

panas, serta banyak bekerja pada di luar ruangan pada udara panas seprti program studi

Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Teknik Pertanian

(8), Teknik Perkebunan (9),Teknik Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11). Paparan

kelembaban udara dijumpai pada program studi Teknik Pertanian (8), Teknik

Perkebunan (9), Teknik Perkapalan (11). Pada saat ini semua program studi

memanfaatkan alat alat listrik, sehingga potensi hazard sengatan listrik terjadi pada

semua program studi. Demikian pula potensi hazard kebakaran terdapat pada semua

program studi, terutama program studi yang memanfaatkan panas api seperti las

maupun kompor. Untuk lebih jelasnya potensi hazard fisik di SMK dapat dibuat tabel

sebagai berikut:

No Potensi Hazard Fisik Jurusan / Progam

1 Kebisingan 1,2,3,10,11,13

2 Getaran 1,2,3, 8 9,10,11,13

3 Radiasi 2,4,5,10,11

4 Suhu (Panas dan dingin) 1,2,3,8,9,10,11,

5 Sengatan Listrik 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

6 Udara (Kelembaban) 9,11

7 Kebakaran 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

Keterangan:

Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik

Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),

Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik

Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).

2. Potensi Hazard Kimia

Potensi hazard secara kimia yang diamati meliputi cairan, debu, asap, gas dan

serat. Cairan kimia merupakan potensi hazard yang banyak muncul pada program studi

yang memanfaatkan bahan kimia cair dalam proses pembelajarannya. Seperti cat,

thiner, asam sulfat, air raksa, bahan insektisida dan sebagainya. Program studi yang

behubungan dengan bahan tersebut diantaranya Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik

Page 17: BUKU K3 FT.pdf

17

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik

Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11), Kriya (13) dan Rias (14).

Hazard debu kimia dijumpai pada program studi yang memanfaatkan bahan kimia

dalam bentuk bubuk, pengecatan, pengamplasan seperti debu cat, debu dempul, debu

semen, debu asbes dan sebagainya. Program studi yang banyak berhubungan dengan

bahan tersebut antara lain Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik

Otomotif (3), Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik Penerbangan (10),

Teknik Perkapalan (11), Kriya. Hazard asap/kabut dijumpai pada program studi yang

lingkungan/ tempat belajar menggunakan alat pembakaran yang menghasilkan asap,

seperti program studi Mekanik Otomotif (3) saat menghidupkan motor, Teknik

Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9) saat membakar sampah, Tata Boga (6) saat

memasak.

Potensi hazard gas dijumpai pada program studi yang melakukan pengecatan,

menggunakan bahan kimia yang mudah menguap, menggunakan alat las listrik,

menggunakan alat penyemprot dengan bantuan aerosol, dan alat pembakaran yang

kurang sempurna. Program studi yang behubungan dengan bahan/ kondisi tersebut

diantaranya Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Tata

Boga (6), Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik Penerbangan (10),

Teknik Perkapalan (11), Kriya (13) dan Rias (14). Beberapa program studi memiliki

potensi terpapar serat abes dan serat kapas seperti program studi Teknik sipil/

Bangunan (1), Mekanik Otomotif (3), Tata Busana (7), dan Teknik Perkebunan (9).

Untuk lebih jelasnya potensi hazard kimia di SMK dapat dibuat tabel sebagai berikut:

No Potensi Hazard Kimia Jurusan / Progam

1 Cairan 1,2,3,6,8,9,11,13,14

2 Debu 1,2,3, 8,9,11,13

3 Asap/ kabut 3,6,8,9

4 Gas 1,2,3,6,8,9,11,13, 14

5 Serat 1,3,7, 9

Keterangan:

Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik

Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),

Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik

Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).

Page 18: BUKU K3 FT.pdf

18

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

3. Potensi Hazard Biologi

Potensi hazard secara biologi seperti serangga, tenggu, ragi, jamur, bakteri dan

virus dijumpai pada program studi Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9). Untuk

lebih jelasnya potensi hazard biologi di SMK dapat dibuat tabel sebagai berikut:

No Potensi Hazard Biologi Hasil

1 Serangga 8.9

3 Tengau 8,9

4 Lumut 8,9

5 Ragi 8,9

6 Jamur 8,9

7 Bakteri 8,9

8 Virus 8,9

Keterangan:

Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik

Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),

Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik

Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).

4. Potensi Hazard Mekanik/ Ergonomi

Potensi hazard secara mekanik/ ergonomi yang diamati meliputi sikap tubuh,

angkat junjung, gerak berulang, pencahayaan dan lay out. Hazard ergonomi tentang

sikap tubuh, pencahayaan dan lay out terjadi di semua program studi. Beberapa disain

alat yang digunakan mempunyai potensi membuat sikap tubuh saat belajar dan pratikum

kurang tepat, lay out peralatan masih belum optimal karena terbatasnya tempat sehingga

sebagaian alat di tempatkan pada daerah tertentu, jarak antar alat kurang diperhatikan.

Hal tersebut juga terjadi pada masalah pencahayaan yang masih kurang, terutama pada

alat atau pekerjaan presisi.

Hazard ergonomi aspek angkat junjung juga potensi terjadi pada program studi

yang memerlukan pemindahan barang yang diatas batas angkat normal, seperti

mengangkat semen, pupuk, tabung oksigen, tabung asitelin dan komponen berat yang

lain. Program studi yang mempunyai potensi hazard ini diantaranya Teknik sipil/

Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Tata Boga (6), Teknik

Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik Penerbangan (10), dan Teknik Perkapalan

(11), Kriya (14). Program studi ini juga mempunyai potensi kerja dengan gerak

berulang dalam jangka waktu lama seperti saat menjahit, mengetik, mengamplas,

Page 19: BUKU K3 FT.pdf

19

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

mengecat dinding dengan kuas, memasang batu/ bata, mengkikir, mengukir dan

sebaginya. Untuk lebih jelasnya potensi hazard ergonomi di SMK dapat dibuat tabel

sebagai berikut:

No Potensi Hazard Ergonomi Jurusan / Progam

1 Sikap tubuh 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

2 Angkat junjung (Material Handling) 1,2,3,5,9,10,11

3 Gerakan berulang 1,2,3,5,9,10,11, 14

4 Pencahayaan dan penglihatan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

5 Lay Out 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

Keterangan:

Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik

Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),

Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik

Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).

5. Potensi Hazard Psikososial

Potensi hazard secara psikososial seperti shif kerja, tekanan kerja, kebosanan

dan bekerja pada hari libur dijumpai pada program studi Teknik Perkapalan saat layar

dan program Pariwisata. Kedua program studi tersebut saat melakukan praktik

pelayaran maupun pendampingan wisata harus bekerja meskipun orang lain sedang

libur, bekerja lebih dari 8 jam sehari, harus melawan kebosanan saat berlayar. Untuk

lebih jelasnya potensi hazard psikososial di SMK dapat dibuat tabel sebagai berikut:

No Potensi Hazard Prikososial Jurusan / Progam

1 Shif Kerja 11, 12

2 Tekanan kerja 11, 12

3 Kebosanan 11

4 Bekerja pada hari libur 11 12

Keterangan:

Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik

Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),

Page 20: BUKU K3 FT.pdf

20

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik

Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).

Upaya-upaya yang Berkaitan dengan Keselamatan Kerja

Menurut Bernett N.B Silalahi dan Rumondang (1985:107) bahwa pencegahan

kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manager lini, penyelia,

mandor kepala, dan juga kepala urusan.

Sementara itu, di dalam Undang-Undang Kesehatan tahun 1992 Pasal 23, disebutkan

bahwa upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja,

dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan

dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang

optimal.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah bahaya dalam lingkungan kerja tentu banyak

macamnya. Keselamatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan

pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja,

proses kerja dan kondisi lingkungan. Dalam situs Departemen Kesehatan disebutkan bahwa

untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh

tiga langkah utama yakni: (1) Pengenalan lingkungan kerja: Pengenalan lingkungan kerja ini

biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini

merupakan langkah dasar yang pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.(2)

Evaluasi lingkungan kerja: Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-

potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam

mengatasi permasalahan.(3) Pengendalian lingkungan kerja: Dimaksudkan untuk mengurangi

atau menghilangkan zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan

sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang

sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah

efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

pengendalian lingkungan kerja dapat diupayakan melalui:

a) Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)

b) Disain dan tata letak yang adekuat

c) Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.

d) Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)

e) Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk

Page 21: BUKU K3 FT.pdf

21

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

f) melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan

harus sesuai dan adekuat.

g) Pembatasan waktu selama pekerja terpajang terhadap zat tertentu yang berbahaya

dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja.

h) Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting, terutama

untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia

serta partikel lain (http://www.depkes.go.id).

Setiap kecelakaan harus dianalisis untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut,

akibatnya, dan langkah apa yang perlu diambil dalam rangka pencegahannya. Suma‟mur

(1984:52-53), mengatakan bahwa gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat

berbagai faktor dapat dihindarkan, upaya-upaya tersebut antara lain:

a. Subtitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang

kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.

b. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan keadaan

ruang kerja, agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara

ini lebih rendah dari pada kadar yang membahayakan, yaitu kadar Nilai Ambang

Batas (NAB). NAB adalah kadar yang padanya atau di bawah dari padanya,

apabila pekerja-pekerja menghirupnya delapan jam sehari, lima hari seminggu,

tidak akan menimbulkan penyakit atau kelainan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

b. Ventilasi keluar setempat (local exhausters), ialah alat yang biasanya menghisap

udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan dari tempat tertentu yang

membahayakan dihisap dan dialirkan keluar.

c. Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang

membahayakan, misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk, agar kegaduhan yang

disebabkannya turun dan tidak menjadi gangguan lagi.

d. Pakaian pelindung, misalnya: masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu, topi,

pakaian, dan lain-lain.

e. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, yaitu pemeriksaan kesehatan kepada

calon pekerja untuk mengetahui, apakah calon tersebut serasi dengan pekerjaan

yang akan diberikan kepadanya, baik fisik maupun mentalnya.

f. Pemeriksaan kesehatan secara berkala/ulangan, untuk evaluasi apakah faktor-

faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan-gangguan/kelainan-kelainan

kepada tubuh pekerja atau tidak.

Page 22: BUKU K3 FT.pdf

22

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

g. Penerangan sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati peraturan-

peraturan, dan agar mereka lebih berhati-hati.

h. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada pekerja secara kontinu,

agar para pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

Bernett N.B. Silalahi dan Rumondang (1985:108) mengatakan bahwa pencegahan

kecelakaan dipandang dari aspek manusianya harus bermula pada hari pertama ketika semua

karyawan bekerja. Setiap karyawan harus diberitahu secara tertulis uraian mengenai

jabatannya yang mencakup fungsi, hubungan kerja, wewenang, tugas dan tanggung jawab,

serta syarat-syarat kerjanya. Dari aspek manusia, gejala penyebab kecelakaan bermula pada

kegiatan tidak selamat manusia itu sendiri. Beberapa perbuatan yang mengusahakan

keselamatan antara lain:

a) Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang diberikan.

b) Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan kepada

atasan.

c) Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipatuhi

secermat mungkin.

d) Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan

perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.

e) Peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipakai atau

dipergunakan bila perlu.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan upaya yang

berkaitan dengan keselamatan kerja di antaranya yaitu dari aspek manusianya, dengan

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pentingnya keselamatan kerja, serta dari aspek

lingkungan yaitu adanya peralatan yang mendukung keselamatan kerja.

Komunikasi dengan Media (mediated communication)

Pengembangan bekerja dengan budaya selamat (Behavior-based safety) telah

memberikan dampak positif terkait dengan bagaimana aspek kesehatan dan keselamatan

dihargai serta penerapannya di lingkungan kerja yang berbeda, Tujuan bekerja dengan

budaya sehat dan selamat adalah untuk mengurangi cedera dan membiasakan gaya hidup

sehat di tempat bekerja melalui pendekatan prilaku perorangan dan membantu dalam

menggali nilai-nilai dan sikap serta mengubah perilaku menjadi lebih positip. Untuk

memperlancar program tersebut perlu dilakukan komunikasi baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Page 23: BUKU K3 FT.pdf

23

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

a. Pengertian Komunikasi

“Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan

mengirimkansimbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar

membangkitkanmakna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang

dimaksudkankomunikator). “Everett M. Rogers menyatakan komunikasi adalah

proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih,

dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”

“Dalam hal ini, berarti komunikasi dibutuhkan untuk memberitahukan atau

menerangkan (to inform). Pembicara sebagai komunikator

menginginkanpendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang

disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui” Komunikasi dilakukan melalui

saluran, yaitu jalan yang dilalu pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya.

Terdapat dua jalan agar pesan komunikator bisa sampai pada komunikan, yaitu

komunikasi tidak bermedia (nonmediated communication) yang berlangsung tatap

muka (face-to-face) dan komunikasi bermedia (mediated communication)

(Vardiansyah, 2004). Istilah lain digunakan oleh Effendy (2002) untuk membedakan

jenis komunikasi tersebut,yaitu komunikasi langsung (direct communication) dan

komunikasi tak langsung (indirect communication) .

b. Komunikasi dengan media (mediated communication)

Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau

sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan/

atau banyak jumlahnya” Pada komunikasi ini arus balik tidak dapat langsung

dirasakan. Komunikator tidak dapat mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia

berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan komunikasi dengan

menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan

persiapannya sehingga komunikasinya dapat berhasil.

Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat dibedakan

atas media massa dan nonmedia massa. “Menurut Bitter definisi sederhana

komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada

sejumlah orang” (Rakhmat, 2005, p.188). “Komunikasi massa adalah penyebaran

pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada “massa yang abstrak”,

yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan” Begitu pesan

disampaikan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima,

dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan.“Komunikasi massa adalah proses

Page 24: BUKU K3 FT.pdf

24

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang

melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat

mekanis, seperti : radio, televisi, surat kabar, dan film” Komunikasi massa

mempunyai kelebihan dalam hal banyaknya komunikan yang dapat dicapai.

Kelemahannya adalah tidak terlihatnya mereka sehingga tidak dapat dikontrol

apakah pesan yang dilancarkan diterima oleh mereka atau tidak, dimengerti atau

tidak. Yang jelas media massa memiliki keampuhan untuk menyebarkan informasi

karena dapat diterima oleh komunikan secara serempak dalam jumlah yang relatif

sangat banyak, ada beberapa jenis media massa: (1) Media massa periodik Media

massa periodik artinya terbit teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan

sebelumnya. Media massa periodik dapat dibedakan atas yang elektronik (radio,

televisi), dan non elektronik atau cetak (surat kabar). (2) Media massa nonperiodik

Media massa nonperiodik dimaksudkan pada media massa yang bersifat eventual,

tergantung pada event tertentu. Setelah event usai, selesai pulalah penggunaanya

artinya tidak berkala. Media massa nonperiodik dapat dibedakan atas manusia dan

benda. Meskipun intensitas media massa nonperiodik kurangdibandingkan dengan

media massa periodik, namun untuk kepentingan tertentu.

Media massa nonperiodik tetap efektif, karena memiliki keampuhan masing-

masing untuk hal-hal tertentu dan kelompok-kelompok tertentu, yang tergolong

sebagai media cetak, meliputi : spanduk, poster,dan brosur.

c. Komunikasi dan Promosi melalui Poster

Poster merupakan media informasi singkat, lengkap dan penting yang

diletakkan di tempat umum. Poster merupakan salah satu alat promosi dengan tujuan

untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik pada sesuatu atau mempengaruhi

seseorang agar bertindak. Jadi tujuan poster adalah untuk mengingat kembali dan

mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan

komunikator. Penempatan poster yang benar akan lebih banyak orang yang melihat,

menikmati, dan membaca pesan-pesan yang tercantum di poster. Poster adalah

gambar yang besar, yang memberi tekanan pada satu atau dua ide pokok, sehingga

dapat dimengerti dengan melihatnya sepintas lalu (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Sedangkan menurut pengertian promosi kesehatan “Poster adalah bentuk media

cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang biasanya ditempel ditembok-

tembok, di tempat-tempat umum, seperti di kendaraan umum”. Berikut adalah

kelebihan dan kekurangan poster sebagai media komunikasi.

Page 25: BUKU K3 FT.pdf

25

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Kelebihannya :

1). Khalayak dapat mengatur tempo dalam membaca. Ia dapat mengulang

bacaannya kembali dan mengatur cara membaca, media yang dapat ditinjau

ulang, pembaca dapat dengan tenang membaca dengan teliti su rat kabar dan

dapat membaca kembali bagian-bagian menurut kehendaknya

2). Karena sifatnya yang tercetak pesan-pesannya bersifat permanen dan kekuatan

utamanya adalah dapat dijadikan bukti

3). Memuat informasi yang cukup lengkap.

4). Saat pembaca tidak paham pada satu bagian dari isinya, pembaca dapat

menanyakannya pada orang lain

5). Dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan keselamatan kerja,serta

merangsang kepercayaan , sikap, dan perilaku

6). Dapat menyampaikan imformasi, mengarahkan orang, melihat sumber lain (

alamat, no. telphone,dll)

7). Dapat dibuat sendiri di rumah dan harganya relatif murah.

Kelemahannya

1). Untuk menikmatinya diperlukan kemampuan membaca dan atensi atau

perhatian.

2). Karena tidak bersifat auditif dan visual, ia memintakan pula kemampuan

imajinasi pembaca untuk menikmati dan memahaminya.

3). Membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan

membutuhkan waktu yang relatif lama

4). Jenis bahan yang digunakan biasanya mudah sobek, artinya kemungkinan

gangguan mekanis tinggi, sehingga informasi yang diterima tidak lengkap,

5). Ditujukan pada audien terbatas, kecuali poster komersiel.

6). Materi yang komplek atau berkualitas tinggi memerlukan ahli grafis dan

peralatan cetak yang canggih ,

7). Biayanya relatif mahal, karena perancangan dan teknik pencetakannya baik dan

profesional.

d. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Promosi merupakan komponen yang dipakai untuk memberitahu dan

mempengaruhi pasar. Istilah promosi dibidang pemasaran mengandung makna

menganjurkan sesuatu serta memberikan saran yang membujuk dan meyakinkan

pada konsumen agar tertarik pada barang yang ditawarkan dan pada akhirnya

Page 26: BUKU K3 FT.pdf

26

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

terealisasi suatu penjualan. Menurut Swastha (1998, p. 222) “promosi adalah arus

informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau

organisasi kepada tindakan yang menciptakanpertukaran dalam pemasaran”.

Betapapun bermanfaatnya suatu produk, tetapi kalau tidak dikenal oleh masyarakat

maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan tidak akan berhasil

dengan baik di pasar. Kegiatan promosi yang sejalan dengan baik rencana

pemasaran secara keseluruhan serta direncanakan, diarahkan dan dikendalikan

dengan baik dapat berperan secara aktif dan berarti didalam meningkatkan penjualan

produk tersebut. Kegiatan promosi tidak hanya di bidang pemasaran produk tetapi

juga digunakan dalam bidang kesehatan.

Determinan pokok kesehatan adalah aspek-asek sosial, ekonomi dan

lingkungan yang sering berada di luar kontrol perorangan atau masyarakat. Oleh

karena itu aspek promosi kesehatan yang mendasar adalah melakukan

pemberdayaan sehinga orang memiliki kontrol yang lebih besar terhadap aspek-

aspek kehidupan yang meningkatkan mempengaruhi kesehatan.

WHO mendefinisikan promosi kesehatan secara ringkas yakni : Promosi

kesehatan dan keselamatan kerja adalah proses membuat orang mampu

meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan memperbaiki kesehatan serta

keselamatan kerjanya. Dengan demikian ada tiga unsur yaitu memperbaiki kesehatan

dan memiliki kontrol yang lebih besar terhadap kesehatan serta keselamatan kerja

merupakan hal yang sangat mendasar untuk tujuan promosi kesehatan dan

keselamatan kerja (linda Ewles dan Ina Simnett, 1994: 20), sedangkan dari aspek

filosofis kegiatan promosi kesehatan jika berhasil akan mempengaruhi kehidupan

seseorang terutama yang berhubungan dengan kesehatannya. Sehubungan dengan itu

maka semua yang terlibat dalam promosi kesehatan harus memahami tujuan

promosi kesehatan. Adapun tujuan kunci dari promosi keehatan adalah

memberitahu orang tentang cara-cara, prilaku, dan gaya hidup yang dapat

mempengaruhi kesehatannya, memberitahu dan menyadarkan bahwa informasi itu

perlu dimengerti guna membantu dalam menggali nilai-nilai dan sikap serta

mengubah perilaku menjadi lebih positip.(linda Ewles dan Ina Simnett, 1994: 49)

e. Pendidikan dan bidang promosi kesehatan dan keselamatan kerja

Soekidjo Notoatmodjo (1997) mengemukakan bahwa Ruang lingkup

pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilihat dari beberapa dimensi,

Page 27: BUKU K3 FT.pdf

27

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

antaralain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan/ aplikasinya,

dan dimensi tingkat pelayanannya.

Dari dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi

tiga yaitu :

1). Pendidikan kesehatan individu, dengan sasaran individu

2). Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

3). Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

Dari dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung

di berbagai tempat sepeti :

1). Pendidikan kesehatan di Sekolah, dengan sasaran siswa/ murid

2). Pendidikan kesehatan di rumah sakit , dengan sasaran pasien dan keluarga

pasien

3). Pendidikan kesehatan di tempat kerja, dengan sasaran pekerja atau

karyawan yang bersangkutan.

Dari dimensi tingkat pelayanan pendidikan Kesehatan dapat dilakukan

berdasarkan lima tingkat pencegahan ( five levels of prootion) yakni :

1) Promosi Kesehatan ( health promotion )

2) Perlindungan khusus ( Specifik Protection )

3) Diagnosa Dini dan Pengobatan segera ( Early diagnosis and Prompt

trethment)

4) Pembatasan Cacat ( Disability limitation) dan

5) Pemulihan (Rehabilitation )

Ada tujuh bidang kegiatan promosi kesehatan dan secara garis besar dapat

dilihat pada diagram berikut ini:

Page 28: BUKU K3 FT.pdf

28

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Gambar 1. Tujuh bidang kegiatan promosi kesehatan dan keselamatan kerja

( Linda Ewles dan Ina Simnett,1994 )

Media Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

a. Pengertian Media Promosi K3

Media (latin) adalah bentuk jamak dari medium. Association for Education and

Communication Technology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk

yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. National Education

Association (NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda yang dapat

dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen untuk

suatu kegiatan . Media promosi kesehatan dan keselamatan kerja adalah semua sarana

atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin di sampaikan oleh

komunikator, baik itu melalui media cetak , elektronika, dan media luar ruang ,

sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuan nya yang akhirnya dapat berubah

perilaku ke arah yang lebih positif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

Media ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap

manusia ditangkap dan diterima melalui panca indera. Media pendidikan ini

dimaksudkan untuk mengarahkan indera kepada suatu obyek, sehingga

mempermudah persepsi seseorang. Media akan sangat membantu di dalam melakukan

penyuluhan agar pesan-pesan kesehatan dan keselamatan kerja dapat disampaikan

Bidang Kegiatan

Promosi Kesehatan

Pelayanan Kesehatan

Preventif Program Pendidikan Kesehatan

Primer,sconder,dan tersier

Kegiatan ekonomi dan

peraturan

Tindakan Kesehatan

Enviromenntal

Kebijakan publik yang

sehat

Pengembangan

organisasi

Kegiatan berbasis pada

masyarakat

Page 29: BUKU K3 FT.pdf

29

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

lebih jelas, dan sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan jelas pula. Dengan

media orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan dan keselamatan kerja yang

dianggap rumit, sehingga dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan dan

keselamatan kerja bagi suatu kehidupan. Dari uraian di atas maka y ang dimaksud

media adalah pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), karena alat-alat

tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan

karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan

bagi masyaraka

b. Manfaat Media Promosi K3

(1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan . (2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.

(3) Membantudalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman. (4) Merangsang

sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.

(5) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para

pendidik/pelaku pendidikan. (6) Mendorong keinginan untuk mengetahui kemudian

lebih mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. (7)Membantu

menegakkan pengertian yang diperoleh

c. Ciri Media Promosi yang baik

(1). Mudah dibuat. (2). Bahan-bahannya dapat diperoleh di bahan-bahan lokal. (3). Di

tulis/digambar dengan sederhana. (4). Memakai bahasa setempat dan mudah

dimengerti oleh masyarakat (5).Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan

dan masyarakat. ( 6) komunikatif dan menarik.

d. Dalam pembuatan media Yang harus diperhatikan tentang Sasaran, antara lain:

(1) Individu atau kelompok. (2) Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur,dan

pendidikan. (3) Bahasa yang di gunakan. (4) Adat-istiadat serta kebiasaan. (5) Minat

dan perhatian (6) Pengetahuan dan pengalaman sasaran tentang pesan yang akan

diterima.

e. Tempat memasang (menggunakan) media promosi K3

(1) Di dalam keluarga (kunjungan rumah, waktu menolong persalinan, merawat bayi,

dan lain sebagainya.(2) Di masyarakat (perayaan hari-hari besar, arisan-arisan,

pengajian, dan seterusnya. (3) Di instansi -instansi (puskesmas, RS, Kantor-kantor,

sekolah, dan seterusnya).

Page 30: BUKU K3 FT.pdf

30

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

f. Alat-Alat Bantu /peraga/ media belajar tersebut dapat dipergunakan oleh:

(1) Petugas-petugas puskesmas/kesehatan. (2) Kader kesehatan. (3) Guru-guru

sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat

g. Tujuan promosi dan tujuan penggunaan media Promosi

Tujuan promosi antara lain:

(1) Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep. (2)

Mengubah persepsi, sikap dan perilaku yang lebih positif . (3) Menanamkan tingkah

laku/kebiasaan yang baru.

Sedangkan Tujuan penggunaan media promosi:

(1) Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan/ dan penyuluhan. (2) Untuk

menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah. (3) Untuk mengingatkan suatu

pesan/informasi. (4) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur dan tindakan.( 5)

Mempermudah penyampaian informasi. (6) Media dapat menghindari keselahan

persepsi.( 7) Dapa memperjelas informasi. (8) Media dapat mempermudah pengertian.

(9) Mengurangi kominikasi yang verbalistik.( 10)menampilkan obyek yang tidak bisa

ditangkap mata (11) Media dapat memperlancar komunikasi.

h. Macam-macam Alat Bantu /peraga/ media Promosi K3

Pada dasarnya ada tiga jenis media promosi atau pembelajaran K3 yakni: (1) Alat

bantu peraga/ media belajar lihat (visual aids), yang berguna dalam menstimulasi

indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya pendidikan dalam bentuk alat yang

diproyeksikan (slide, film, film strip, dsb) dan alat-alat yang tidak diproyeksikan : dua

dimensi (gambar peta, poster, bagan), tiga dimensi (bola dunia, boneka, dsb). (2) Alat

bantu dengan (audio aids) : piringan hitam, pita suara. 3) Alat bantu lihat-dengar :

seperti televisi dan video casset.

i. Media Promosi K3 juga dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Media elektronik

Yaitu suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar dalam

menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronikaContoh: Televisi, Radio,

Film, Kaset, CD, VCD, DVD, Slide Show.

Kelebihan:

Page 31: BUKU K3 FT.pdf

31

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

(a). Sudah dikenal masyarakat (b). Melibatkan semua panca indra (c)

Lebihmudah dipahami (d). Lebih menarik karena ada suara dan gambar (e).

Bertatap muka penyajian dapat dikendalikan (f). Jangkauan relatif lebih besar /

luas (g). Sebagai alat diskusi dapat diulang – ulang

Kelemahan:

(a).Biaya lebih tinggi.( b). Sedikit rumit .(c).Memerlukan energi listrik.(d).

Diperlukan alat canggih dalam proses produksi. (e). Perlu persiapan yang matang.

(f).Peralatan yang selalu berkembang dan berubah (g). Perlu keterampilan

penyimpanan (h). Perlu keterampilan dalam pengoperasian

2) Media luar ruang

Yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum

melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contoh: papan reklame,

spanduk, pameran, banner, TV, layar lebar

Kelebihan:

(a). Sebagai informasi umum dan hiburan (b). Melibatkan semua panca indra

(c).Lebihmenarik karena ada suara dan gambar (d). Adanya tatap muka.(e).

Penyajian dapat dikendalikan (f)Jangkauan relatif lebih luas

Kelemahan:

(a). Biaya lebih tinggi (b). Sedikit rumit (c). Ada yang memerlukan listrik dan

atau alat canggih (d). Perlu kesiapan yang matang (e). Peralatan yang selalu

berkembang dan berubah (f). Perlu ketrampilan penyimpanan

3) Media Cetak

Yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan –pesan visual. Pada umumnya

terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalamtata warna Contoh :

Poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, Fungsi Utama :

Memberi informasi dan menghibur

Kelebihan:

(a).Tahan lama (b). Mencakup banyak orang (c). Biaya tidak terlalu tinggi (d)

Tidak perlu energi listrik (e). Dapat dibawa (f). Mempermudah pemahaman (g).

Meningkatkan gairah belajar

Kelemahan :

Page 32: BUKU K3 FT.pdf

32

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

(a). Tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek ( b). Mudah terlipat

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan

sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut:

(1). Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar-gambar.

(2). Leafleat, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembar yang dilipat.

(3). Flyer (selebaran), ialah bentuk seperti leafleat tetapi tidak berlipat.

(4). Flip chat (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik, dan berisi gambar peragaan.

(5). Rubrik atau tulisan. Tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas

suatu masalah kesehatan, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan.

(6). Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi

kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok ditempat-tempat

umum, atau di kendaraan umum.

Poster merupakan media informasi singkat, lengkap dan penting yang diletakkan di

tempat umum. Poster merupakan salah satu alat promosi dengantujuan untuk mempengaruhi

seseorang agar tertarik pada sesuatu atau mempengaruhi seseorang agar bertindak. Jadi tujuan

poster adalah untuk mengingat kembali dan mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu

sesuai dengan apa yang diinginkan komunikator. Penempatan poster yang benar akan lebih

banyak orang yang melihat, menikmati, dan membaca pesan-pesan yang tercantum di poster.

Poster adalah gambar yang besar, yang memberi tekananpada satu atau dua ide pokok,

sehingga dapat dimengerti dengan melihatnyasepintas lalu (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Perbedaan mendasar poster dengan media promosi lainnya adalah poster dibaca orang

yang sedang bergerak,mungkin sedang berkendara atau berjalan kaki. Sedangkan brosur,

booklet, flyer dirancang untuk dibaca secara khusus, mungkin duduk atau sesaat sambil

berdiri. Karena itu poster harus dapat menarik perhatian pembacanya seketika, dan dalam

hitungan detik, pesannya harus dimengerti. Poster digunakan untuk berbagai macam

keperluan, seperti berikut ini: (a). Mengumumkan / memperkenalkan suatu acara (b).

Mempromosikan layanan / jasa (c). Menjual suatu produk (d). Membentuk sikap atau

pandangan.

Page 33: BUKU K3 FT.pdf

33

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Tipikal Poster yang baik

Menurut Linda ewles dan Ina simnett (1985:373) typikal poster yang baik, antara lain:

(1). Berhasil menyampaikan informasi secara cepat (2). Ide dan isi yang menarik perhatian

(3). Mempengaruhi, membentuk opini / pandangan (4). Menggunakan warna-warna yang

menyolok dan menarik (5). Menerapkan prinsip ‟simplicity’ /sederhana dan lugas (6)

Tekankan hal-hal yang penting dengan mengubah huruf, style atau warna ( 7) gunakan

bahasa yang dimengerti sasaran ( 8) besar huruf harus masuk dalam jangkauan mata. (9)

gunakan letak display dengan optimal dan (10) gunakan warna.

Membuat poster perlu memperhatikan psycologi warna atau pemaknaan warna,

agar pesan dan gambar yang dibuat lebih apresiatif dalam merancang pembuatan poster

desainer grafisnya perlu memperhatikan psycologi warna dalam tata penyajian pesannya,

agar lebih menyentuh rasa dan lebih komunikatif serta memberikan daya tarik yang tinggi.

Dalam psycologi warna dapat memiliki makna dan kesan masing-masing seperti

berukut ini :Warna merah memiliki berbagai arti. Merah dapat berarti berhenti, warna merah

juga sering digunakan untuk melambangkan kemarahan, rasa malu, darah, kekerasan, perang,

nafsu, api, dan bisa juga digunakan sebagai tanda bahaya besar, dalam bendera kebangsaan

Indonesia warna merah dalam bendera Indonesia melambangkan keberanian. Di Cina warna

merah berarti perayaan, keberuntungan, dan kemakmuran, dalam desain ragam hias warna

merah berarti ada penekanan atau ada yang harus diperhatikan.

Warna biru sering diasosiasikan sebagai warna langit atau warna lautan. Biru bisa

melambangkan persatuan, ketenangan, percaya diri, kebijaksanaaan, idealisme, loyalitas,

cahaya, planet Bumi, udara, teknologi, konservatisme, kedamaian, kebenaran dan

keramahtamahan. Banyak yang berpendapat biru adalah warna terbaik dengan berbagai sifat

positif.

Kuning adalah warna yang melambangkan sinar matahari, keceriaan,

kegembiraan,optimisme, kekayaan (emas), harapan, liberalisme, ketidakjujuran, ramah,

keserakahan, kelemahan, cemburu, bergairah dan lain-lain. Di Mesir kuning berarti

berkabung, di Jepang berarti keberanian. Warna kuning sering juga diartikan sebagai

lambang keagungan.warna kuning memiliki kesan semangat ,dan panas.

Warna pink sering sering sekali dihubungkan dengan cinta,romantisme, kekagungan,

ungkapan terima kasih, dan simpati. Warna pink juga dapat menyimbolkan kewanitaan,

kesehatan dan pernikahan. Segitiga berwarna pink menyimbolkan homoseksualitas dan

biseksualitas. Pita berwarna pink biasa digunakan untuk menyemangati penderita kanker

payudara. Palermo , salah satu tim kuda hitam Serie-A menggunakan kostum warna pink.

Page 34: BUKU K3 FT.pdf

34

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Warna hijau adalah warna daun dan rumput lapangan sepakbola. Warna ini sering

diasosiasikan dengan pertumbuhan, kelahiran, hal-hal alamiah, kesehatan, keseimbangan, dan

stabilitas. Masih hijau berarti belum berpengalaman. Di Amerika hijau berarti uang, di Cina

berarti aib atau malu, sedangkan di Afrika Utara menyimbolkan korupsi. Pada zaman

pertengahan Di Inggris, Irlandia, dan Amerika warna ini dianggap sebagai warna pembawa

sial.warna hijau memiliki kesan menyejukkan.

Coklat melambangkan ketenangan, kedalaman, kekayaan, stabilitas, tradisi,

kemiskinan, kekasaran. Bisa juga untuk melambangkan organisme natural atau hal-hal

alamiah. Di samping itu warna coklat dapat mendorong orang untuk memilikikeinginan,

kesehatan kesetiaan kesederhanaan, keramahtamahan, dan sifat bertanggungjawab.

Putih melambangkan salju, perdamaian, kebersihan, kesucian, tak bersalah, steril, dan

kesederhanaan. Bendera putih digunakan sebagai tanda menyerah. Di India dan Cina putih

berarti berkabung.

Abu-abu bisa berarti kemewahan, kerendahan hati, penghormatan, keseimbangan,

kebijaksanaan, netralitas, formalitas, kehalusan, kerusakan dan emosi yang kuat. Sering pula

diasosiakan dengan debu, asap, dan polusi. Warna ini juga bisa berarti berkabung.

Warna jingga (oranye) melambangkan Hinduisme, Buddhisme, energi, keelokan,

arogan, keseimbangan, emosi tinggi, suka bermain, dan antusiasme. Seperi warna kuning

warna jingga juga memiliki kesan panas.

Warna hitam sering dihubung-hubungkan dengan misteri, setan, ketakutan, dan

kematian. Warna yang biasa digunakan sebagai warna tinta ini juga dapat berarti modernitas,

kekuatan, duniawi,kesedihan formalitas, dukacita,dan kemewahan, warna hitam berkesan

seram atau gotic warna hitam berkesan mengecilkan.

Selain memperhatikan hal-hal di atas, untuk menghasilkan poster yang baik perlu

menerapkan prinsip-prinsip desain dalam pembuatan poster tersebut, antara lain:

1). Balance ( keseimbangan)

Ada 2 jenis keseimbangan yang bisa diterapkan:

Umumnya, keseimbangan bisa dicapai secara simetris, garis-garis imajiner, baik

vertikal atau horisontal dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan,walaupun

tidak simetris.

2). Movement,( alur baca).

Alur baca yang diatur secara sistematis oleh desainer untuk mengarahkan „mata

pembaca‟ dalam menelusuri informasi, satu bagian ke bagian lain pada poster.

3). Emphasis, (penekanan).

Page 35: BUKU K3 FT.pdf

35

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Prinsip ini yang terpenting dalam mendesain poster. Penekanan bisa dicapai dengan

membuat slogan / judul, atau ilustrasi / foto jauh lebih menonjol dari elemen desain

lain berdasarkan urutan prioritas. Penekanan bisa dicapai dengan:

a). Perbandingan ukuran

b). Latar belakang yang kontras dengan tulisan atau gambar

c). Perbedaan warna yang mencolok

d). Memanfaatkan „white space‟ atau bidang kosong

e ). Perbedaan jenis, ukuran dan warna huruf.

4.) Unity, (kesatuan).

Beberapa bagian dalam poster harus digabung atau dipisah sedemikian rupa menjadi

kelompok-kelompok informasi. Misalnya nama gedung harus dekat dengan teks

alamat. Splash diskon jangan berjauhan dengan produk yang dimaksud. Kesatuan

dapat dicapai dengan:

(a). Mendekatkan beberapa elemen desain, dibuat „overlapping‟ (b). Menggunakan

bidang kotak / lingkaran(c). Memanfaatkan garis untuk pemisahan informasi ( d).

Perbedaan warna background

5). Specific appeal, (penampilan / kesan).

Poster dirancang untuk keperluan khusus berdasarkan suatu tema. Hal ini untuk

memberikan „kesan‟ suatu sentuhan yang sesuai dengan produk, acara atau layanan.

Poster untuk parfum wanita sebaiknya terkesan feminin, lembut atau dekoratif. Poster

untuk menjual truk, sebaiknya menggunakan warna-warna yang berat, huruf-huruf

yang tebal dan masif. Poster untuk promosi K3 sebaiknya memiliki kesan yan

meyakinkan dan dapat memotivasi orang untuk merubah perilaku seseorang /

kelompok menjadi lebih positip dan menyadarkan untuk lebih mengutamakan

kesehatan dan keamanan kerja ( safety first ).

Iklim Keselamatan Kerja di Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi

Dari survay dan penyebaran angket dalam sebuah penelitian pada Lembaga

Pendidikan Teknologi dan Vokasi terhadap iklim keselamatan kerja ternyata masih rendah.

Hal tersebut dapat dilihat dari sangat rendahnya kebijakan pelaksanaan K3 di lembaga

tersebut meskipun beberapa diantaranya telah mencantumkan permasalahan K3 pada bagian

misi.

Keberadaan kelengkapan K3 di lab/ bengkel dan keberadaan alat pelindung diri di

beberapa cukup lengkap. Lembaga belum secara spesifik mencantumkan program sosialisasi

Page 36: BUKU K3 FT.pdf

36

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

dan promosi K3, sosialisasi K3 masih sangat tergantung pada pengajar saat memberikan

penjelasan awal sebelum praktik dan adanya masalah K3 yang terdapat pada lembar kerja

peserta didik saat praktik. Keberadaan pedoman identifikasi bahaya dan resiko K3 belum ada

secara tertulis, pada pengajar dan peserta didik masih mengantungkan dari pengalaman yang

ada. Keberadaan poster masih sangat rendah, yang ada masih dalam bentuk tulisan panjang

utamakan keselamatan kerja.

Keberadaan kotak K3 di lab/bengkel telah ada, namun di beberapa tempat dijumpai

isi obat-obat pertolongan pertama tidak ada (kosong). Satuan tugas K3 belum sampai level

jurusan, administrasi tentang peralatan K3 maupun kejadian kecelakaan kerja ringan belum

dilakukan, dan prosedur tanggap darurat di sekolah belum tersedia. Keterlibatan pengajar

dalam K3 sudah baik, pengajar berperan aktif dalam K3 dengan memberikan penjelasan

tentang K3 sebelum peserta didik melaksanakan kegiatan praktik dan menegur bila tidak

menggunakan alat pelindung diri.

Beberapa lembaga pendidikan yang telah memiliki organisasi K3 namum belum

mempunyai kantor/ ruang tersendiri yang membidangi K3, kearsipan K3 juga masih rendah,

dan sistem audit K3 belum berjalan. Dari data dalam penelitian tersebut dapat disampaikan

rangkuman kondisi iklim K3 di sekolah sebagai berikut:

No Aspek Hasil

1 Kebijakan Pelaksanaan K3 Sangat rendah

2 Komitmen Pelaksanaan Cukup

3 Organisasi K3 Cukup

4 Rencana Kerja Program K3 Sangat rendah

5 Kelengkapan K3 di Lab/ Bengkel Cukup

6 Kecukupan Alat Pelindung diri Cukup

7 Program Sosialisasi dan Promosi K3 Sangat rendah

8 Pedoman identifikasi bahaya dan resiko K3 Sangat rendah

9 Keberadaan Poster K3 Sangat rendah

10 Keberadaan Kotak K3 di Lab/ Bengkel Baik

11 Satuan tugas K3 level jurusan Sangat rendah

12 Administrasi Ke tiap Lab/ Bengkel Sangat rendah

13 Prosedur tanggap darurat Sangat rendah

14 Keterlibatan guru dalam K3 Baik

15 Keberadaan Tim Audit K3 Sangat rendah

16 Keberadaan Kantor K3 Sangat rendah

17 Kearsipan administrasi K3 Sangat rendah

Rerata Rendah

Bila dilihat dari 9 aspek pada penilaian poster, aspek ukuran poster mempunyai nilai

paling tinggi (17,59) dengan deviasi yang rendah yaitu 0,59. ketepatan maslah K3 (16,14)

Page 37: BUKU K3 FT.pdf

37

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

dengan deviasi1,85, selanjutnya ukuran tulisan (16,11) dengan deviasi 1,46, sedangkan 3

aspek yang mendapat rendah ad alah aspek kesesuai gambar dengan pesan (15,54), dengan

deviasi 1,94, tema pesan yang disampaikan (15,94) dengan deviasi 1,93 dan aspek kata pesan

yang tertulis (15,99) dengan deviasi 1,83. Hasil penilai tiap aspek poster selengkapnya dapat

dibuat tabel berikut ini.

HASIL BERDASARKAN KATEGORI PENILAIAN

NO KATEGORI RERATA Minimal Maksimal

Std

Deviasi

1

Kesesuaian Gambar Dengan

Pesan 15.54 10 19 1.94

2 Tema pesan yang disampaikan 15.94 10 19 1.93

3 Ketepatan masalah K3 16.14 10 20 1.85

4 Komposisi Warna 16.11 10 20 1.75

5 Kata pesan Yang tertulis 15.99 10 19 1.83

6 Kebermaknaan 16.05 10 19 1.74

7 Ukuran tulisan 16.11 11 19 1.46

8 Ukuran Poster 17.59 17 19 0.59

9 Tampilan secara keseluruhan 15.99 10 19 1.74

Jumlah 16.16

Pelaksanaan pembelajaran praktik di Pendidikan Teknologi dan Vokasi mempunyai

potensi hazard yang cukup tinggi. Potensi hazard fisik berupa kebakaran dan tersengat listrik,

potensi hazard ergonomi berupa posisi kerja, pencahayaan dan lay out. Dalam pelaksanaan

pembelajarannya melibatkan alat mekanik mempunyai potensi hazard getaran dan bising,

sedangkan yang banyak memanfaatkan bahan kimia mempuryai potensi hazard kimia.

Potensi hazard biologi potensial pada jurusan pertanian/peternakan ban perkebunan,

sedangkan potensi hazard psikososial dijumpai pada jurusan perkapalan dan pariwisata.

Iklim keselamatan kerja di Pendidikan Teknologi dan Vokasi termasuk masih rendah.

Lembaga Pendidikan mengalokasikan anggaran khusus tentang K3, tetapi belum secara

spesifik mencantumkan program sosialisasi dan promosi K3, sosialisasi K3 masih sangat

tergantung pada pengajar saat memberikan penjelasan awal sebelum praktik dan adanya

masalah K3 yang terdapat pada lembar kerja peserta didik saat praktik. Keberadaan poster di

laboratorium dan bengkel masih sangat rendah, yang ada masih dalam bentuk tulisan panjang

utamakan keselamatan kerja, administrasi tentang peralatan K3 maupun kejadian kecelakaan

kerja ringan belum dilakukan, dan prosedur tanggap darurat belum tersedia.

Page 38: BUKU K3 FT.pdf

38

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Perilaku terhadap Keselamatan Kerja

Menurut kamus Oxford, behaviour is the ways behaves, esp towards other people;

one’s attitude and manner. J. Winardi (2004:32-33), menyatakan bahwa perilaku pada

dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented). Dengan kata lain, perilaku kita pada

umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan spesifik

tidak senantiasa diketahui secara sadar oleh individu. Unit dasar perilaku adalah sebuah

aktivitas. Sesungguhnya dapat kita katakan, bahwa perilaku merupakan seri aktivitas-

aktivitas. Sebagai manusia kita senantiasa melakukan suatu hal, berjalan-jalan, bercakap-

cakap, makan, tidur, bekerja dan sebagainya.

T. Hani Handoko (2001:256) mengatakan, perilaku terjadi karena adanya 1)

Kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, atau dorongan-dorongan yang mendorong, menekan,

memacu, dan menguatkan karyawan untuk melakukan kegiatan dan 2) Hubungan-hubungan

para karyawan dengan faktor-faktor eksternal (insentif) yang menyarankan, menyebabkan,

mendorong, dan mempengaruhi mereka untuk melaksanakan kegiatan. Faktor-faktor

eksternal seperti; gaji, kondisi kerja, hubungan kerja, dan kebijakan perusahaan tentang

kenaikan pangkat, delegasi dan wewenang, dan sebagainya, memberikan nilai atau kegunaan

untuk mendapatkan perilaku karyawan yang positif dalam usaha pencapaian tujuan

organisasi. Begitu juga pada saat praktik di bengkel, seseorang akan berperilaku sesuai

motivasi yang terdapat dalam dirinya.

Pengetahuan, persepsi, motivasi, dan perilaku adalah hal yang saling berhubungan.

Dalam penelitian Abdul Kadir (http://www.depdiknas.go.id), dikatakan bahwa tingkat

pengetahuan keselamatan kerja peserta didik di enam provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan, secara umum masih

kurang yaitu sebanyak 46,10%. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan

didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (tertentu).

Sedangkan menurut Kamus Oxford, disebutkan knowledge is the facts, information,

understanding and skills that a person has acquired through experience or education.

Kaitannya dengan K-3, pengetahuan seseorang akan mempengaruhi terhadap perilaku

ataupun sikapnya dalam bekerja.

Telah dikemukakan di atas bahwa perilaku terjadi karena adanya motif-motif tertentu.

T. Hani Handoko (2001:252) mengatakan motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong

yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan dirinya.

Page 39: BUKU K3 FT.pdf

39

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Berdasarkan penelitian Herzbeg, dkk, ada dua kelompok faktor-faktor yang

mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi. Faktor-faktor penyebab kepuasan kerja (job

satisfaction) mempunyai pengaruh pendorong bagi prestasi dan semangat kerja, dan faktor-

faktor penyebab ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) mempunyai pengaruh negatif.

Faktor-faktor pemuas kerja di antaranya adalah prestasi, penghargaan, pekerjaan kreatif dan

menantang, tanggung jawab, serta jaminan kemajuan dan peningkatan (T. Hani Handoko,

2001:259-260).

B. F. Skinner dalam T. Hani Handoko mengemukakan teori pembentukan perilaku

(operant conditioning) didasarkan atas hukum pengaruh (law effect), yang menyatakan

bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi pemuasan cenderung diulang,

sedangkan perilaku yang diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi hukuman cenderung tidak

diulang. Dengan demikian perilaku individu di waktu mendatang dapat diperkirakan atau

dipelajari dari pengalaman di waktu yang lalu. Proses pembentukan perilaku secara sederhana

dapat digambarkan sebagai berikut:

(T. Hani Handoko, 2001:264)

J. Winardi (2004:4) mengutip pendapat Jones yang mengatakan bahwa motivasi

berkaitan dengan persoalan bagaimana perilaku diawali, di energi, dipertahankan, diarahkan,

dihentikan, dan jenis reaksi subjektif macam apa terdapat di dalam organisme yang

bersangkutan, sewaktu segala hal yang dikemukakan berlangsung.

Gray, dkk, dalam J. Winardi mengatakan motivasi merupakan sejumlah proses yang

bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menimbulkan sikap entusiasme

dan presistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan-tertentu. John R. Schermerhorn Jr.

c.s. (2004:2) mengatakan bahwa motivasi untuk bekerja merupakan istilah yang digunakan

dalam bidang perilaku keorganisasian, guna menerangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat

pada diri seorang individu, yang menjadi penyebab timbulnya tingkat, arah, dan persistensi

upaya yang dilaksanakan dalam bekerja.

Motivasi adalah sebuah kosep yang dapat kita gunakan untuk memahami mengapa

suatu perilaku terjadi. Individu berperilaku karena adanya sejumlah kekuatan yang

mendorong dari dalam maupun dari luar dirinya guna mencapai keinginan atau kebutuhan

tertentu.

Rangsangan

(stimulus)

Tanggapan Konsekuensi-

konsekuensi

Tanggapan

diwaktu yang

akan datang

Page 40: BUKU K3 FT.pdf

40

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang di antaranya adalah lingkungan,

pengetahuan, persepsi, (apa yang dianggap atau dirasakan sebagai hal yang benar), norma-

norma sosial, sikap-sikap, dan adanya mekanisme-mekanisme pertahanan (J.

Winardi:2004:9). Seseorang yang pengetahuan dan persepsinya rendah, dan tidak termotivasi

hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal bekerja, belajar, atau melaksanakan

kegiatan lain. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa antara pengetahuan, persepsi,

serta motivasi akan membentuk perilaku atau mengapa seseorang melakukan perbuatan

tertentu.

Page 41: BUKU K3 FT.pdf

41

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

CONTOH PENERAPAN DI RUANG KERJA PRAKTIK

Bahaya :

1. Tergores

2. Terpotong

3. Tertusuk

4. Terbentur

5. Terkena karat

Kenapa :

Sebagian besar bahan merupkan benda

tajam yang jika tidak memakai sarung

tangan akan dapat membahayakan

Solusi :

1. Menggunakan sarung tangan

2. Poster untuk menggunakan

APD

SALAH BENAR

CONTOH DAN ANALISIS

PENERAPAN

Tidak menggunakan sarung tangan Menggunakan sarung tangan

(sumber:businessinsider.com)

Tidak menggunakan pakaian kerja Menggunakan pakaian kerja

(sumber : www.paronomio.com )

Page 42: BUKU K3 FT.pdf

42

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Bahaya :

1. Panas

2. tergores

Kenapa :

Panas dan bahaya tergores sangatlah

sering dijumpai dibengkel

Solusi :

1. Menggunakan pakaian kerja

2. Poster untuk menggunakan APD

Bahaya :

1. Terjatuh kecelakaan kerja

2. Tergores

3. Terjepit

4. Luas tempat berkurang

Kenapa :

Jika alat tidak tertata dengan rapi akan

menyulitkan mahasiswa dan akan

menimbulkan PAK

Solusi : Meletakkan alat berdekatan dengan

fungsi yang sama

Tata letak alat yang salah Tata letak alat yang benar

( Sumber : www.indotrading.com)

Sumber: V

Alat tidak digunakan dengan peletakan

yang salah

Alat tertata rapi

(Sumber :azizsangbandar.blogspot.com)

Page 43: BUKU K3 FT.pdf

43

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Bahaya : Luas bengkel semakin sempit

Kenapa : Kurang leluasa dalam bekerja

Solusi : Meletakkan alat yang tidak digunakan

ditempat khusus

Bahaya :

1. Terluka

2. Tergores

3. Terpotong

4. Terjepit

Kenapa :

Saat kita menggunakan alat ini tanpa

prosedur yang benar, disaat itu lah kita

membahayakan diri kita. Oleh karena itu,

sangat penting peran SOP yang tertempel

pada mesin. Mesin yang berbahaya atau

dapat menimbulkan resiko besar.

Solusi : Diberi SOP

Bahan tidak berada di rak bahan Bahan tertata rapi

Alat yang tidak terdapat SOP Alat yang terdapat SOP

SOP

Page 44: BUKU K3 FT.pdf

44

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Bahaya :

1. Luka

2. Kecelakaan kerja

Kenapa :

Jika poster jatuh dan mengenai mahasiswa

akan mengakibatkan kecelakaan kerja

Solusi : Dipajang ditempat yang benar

Bahaya : Kecelakaan kerja

Kenapa :

Saat kita menggunakan peralatan tanpa

prosedur yang jelas, disaat itu lah kita

membahayakan diri kita. Oleh karena itu,

sangat penting peran SOP yang tertempel

pada mesin-mesin yang berbahaya atau

dapat menimbulkan resiko besar.

Solusi : Membuat ulang SOP dengan font dan

warna yang mudah untuk dibaca

Poster tidak dipajang dengan benar Poster yang dipajang

(sumber : garasiopa.com )

SOP tidak jelas

SOP yang jelas

(sumber : fazli-photo.blogspot.com)

Page 45: BUKU K3 FT.pdf

45

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Bahaya :

1. Evakuasi lambat

2. Memakan korban jiwa

Kenapa : Pada saat terjadi kecelakaan kerja

misalnya kebakaran akan susah untuk

mengevakuasi jika tidak terdapat jalur

evakuasi

Solusi : Memberikan jalur evakuasi

Bahaya : Luka semakin parah

Kenapa :

Peralatan P3K yang tidak lengkap akan

membahayakan bagi mahasiswa atau

orang yang bekerja di suatu bengkel.

Karena jika terjadi kecelakaan,

pertolongan pertama yang kita berikan

adalah dengan memberikan pertolongan

dari peralatan yang tersedia di kotak P3K.

Jadi, Kotak P3K dibengkel haruslah

lengkap

Solusi : Melengkapi peralatan yang belum

tersedia dan seslalu di cek

ketersediaannya

Ruangan yang terdapat jalur evakuasi

(sumber :funny-pictures.picphotos.net)

Bengkel yang tidak terdapat jalur

evakuasinya

Standart P3K

(sumber : www.bejubel.com)

Kotak P3K yang tidak memenuhi

standart

Page 46: BUKU K3 FT.pdf

46

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Bahaya :

1. Menyulitkan dalam jalur

keluar

2. Terjadi kecelakaan kerja

Kenapa :

Jika bekerja diluar area kerja akan sulit

untuk pengkondisian dan memicu

kecelakaan kerja.

Solusi :

1. Bekerja di area kerja

2. Membuat poster

3. Memberikan edukasi tentang

pentingnya bekerja di area kerja

Bekerja di area kerja Kerja diluar area

Menggunakan Pelindung Lengkap

(sumber : www.nexencnoocltd.com) Mahasiswa praktek tidak

menggunakan APD

Mahasiswa praktek tidak

menggunakan APD

Menggunakan Pelindung Lengkap

(sumber : www.nexencnoocltd.com)

Page 47: BUKU K3 FT.pdf

47

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Bahaya:

1. Benturan

2. Terpotong

3. Tertusuk

4. Tersayat

5. Tergores

6. Terjepit

7. Tetanus

Kenapa :

Tidak memakai alat pelindung diri akan

menimbulkan berbagai potensi bahaya

seperti luka, luka ini jika terkena besi

yang berkarat akan mengakibatkan

penyakit tetanus yang disebabkan oleh

virus tetanus.

Solusi:

1. Memakai peralatan APD

lengkap

2. Bekerja dengan disiplin tinggi

Bahaya :

1. Terjatuh

2. Terluka

3. Patah tulang

Kenapa :

jika peralatan tersandung dan akan

menimbulkan tergelincir sehingga

mengakibatkan kecelakaan kerja

Solusi : Membuat rak tempat penyimpanan

peralatan

Peralatan rapi

(sumber : 2.bp.blogspot.com)

Peralatan berantakan

Page 48: BUKU K3 FT.pdf

48

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Bahaya :

1. Benturan

2. Tertusuk

3. terluka

Kenapa :

Peralatan yang tidak tertata rapi dapat

mengakibatkan suasana yang acak acakan

dan tidak enak dipandang mata. Dan juga

dapat mengakibatkan kecelakaan pada

saat bekerja.

Solusi :

1. siapkan tempat untuk

menyimpan peralatan

2. segera rapikan peralatan jika

selesai memakainya

Bahaya :

Dalam mencari APD memakan

waktu lama

Kenapa :

Peralatan yang tidak tertata rapi dapat

mengakibatkan suasana yang acak acakan

dan tidak enak dipandang mata. Dan juga

dapat mengakibatkan kecelakaan pada

saat bekerja.

Solusi :

1. siapkan tempat untuk

menyimpan APD

2. segera rapikan APD jika selesai

memakainya

Alat berantakan Alat tertata rapi

(sumber : uniqpost.com)

APD yang diletakkan sembarang Rak

(sumber: www.indotrading.com )

Page 49: BUKU K3 FT.pdf

49

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Bahaya : Memakan waktu yang lama

dalam pengurusan sampah

Kenapa :

Jika sampah non logam dan logam

dicampur maka akan membutuhkan waktu

lagi untuk memisahkannya

Solusi : Memberikan edukasi atau poster

tentang buang sampah di tempat yang

sesuai jenisnya

Bahaya : Muka terluka, Mata terluka,

Mengganggu pernapasan

Kenapa :

Mesin bor yang tidak memiliki tutup akan

membuat serpihan logam berhamburan

dan kemungkinan besar akan mengenai

muka dan mata dan juga mengganggu

pernapasan.

Solusi :

1. Memberikan tutUp pada mesin

2. Menggunakan alat pelindung muka

3. Menggunakan masker

4. Menggunakan kaca mata

Tempat sampah yang tidak

terorganisir

Tempat sampah yang baik

(sumber: picturerumahminimalis.com)

Mesin bor tak berpenutup Masin bor berpenutup

(sumber: Ergonomic check point by ILO)

Page 50: BUKU K3 FT.pdf

50

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

ANALISIS PENERAPAN KONDISI RUANGAN SAAT PRAKTEK

HAZARD : ERGONOMIC

Penyimpanan tas yang kurang memadai dan tidak tertata dengan rapi.

SOLUSI

Sebaiknnya penyimpanan tas di simpan di loker agar tertata dengan rapi.

A. LEMARI PENYIMPANAN ALAT-ALAT LISTRIK.

HAZARD : ERGONOMIC

Tempat penyimpanan yang kotor merupakan sarang bakteri yang dapat

menimbulkan penyakit.

Ruangan bengkel instalasi

Loker

Lemari penyimpanan

Page 51: BUKU K3 FT.pdf

51

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

SOLUSI

Penyimpanan alat – alat sebaiknya di jaga kebersihannya.

B. KONDISI P3K

HAZARD : ERGONOMIC, KIMIA

Isi kotak P3K tidak sesuai dengan standar, sehingga apabila terdapat mahasiswa

yang membutuhkan P3K tidak dapat terpenuhi.

SOLUSI

Isilah kotak P3K sesuai dengan tempat kerja dan jumlah pekerja.

Lemari penyimpanan tertata rapi

Kotak P3K

Page 52: BUKU K3 FT.pdf

52

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Di tata dengan rapi

C. KIPAS ANGIN

HAZARD : FISIS

Debu yang disekitar kipas angin

Resiko

Penyakit pernapasan

SOLUSI

Pembersihan debu secara berkala.

Pemasangan blower untuk menghindari debu yang berterbangan.

Kotak P3K seharusnya

Kipas angin

Pembuangan udara melalui blower

Page 53: BUKU K3 FT.pdf

53

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

D. TEMPAT SAMPAH

HAZARD : ERGONOMIC

terbatasnya jumlah tempat sampah

tidak adanya tanda sampah organic dan non organic

SOLUSI

pemberian tanda samapah organic dan non organic

Pembedaan warna tempat sampah

Tempat penyimpanan sampah

yang kurang memadai

Tempat penyimpanan sampah yang

standart

Page 54: BUKU K3 FT.pdf

54

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

E. TOMBOL EMERGENCY

HAZARD : ERGONOMIC

Peletakan kurang strategis

apabila terjadi kerusakan atau kecelakan akan memakan waktu karena perlu

memerlukan waktu untuk mencari tombol emergency

SOLUSI

Tombol emergency sebaiknya diletakan di tempat yang terjangkau dan peletakanya

strategis

Tombol emergency

Tombol emergency tata letak strategis

Page 55: BUKU K3 FT.pdf

55

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

F. TEMPAT MENCUCI TANGAN

HAZARD : BIOLOGI

Tidak terdapat sabun pencuci tangan

Menimbulkan bakteri dan kuman

SOLUSI

Adanya petugas khusus untuk menangani kebersihan

Wastafel bisa diganti dengan berbahan stainless stell

Tempat cuci tangan

Tempat cuci tangan yang standart

Page 56: BUKU K3 FT.pdf

56

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

B. Contoh Perilaku yang Aman dan Tidak Aman di Bengkel

Kegiatan Yang

Dilakukan Tidak Aman Aman

Mengupas kabel

Hazard : Ergonomi

Elektrik

Risk :

1. Pisau yang

digunakanan dapat

melukai tangan dan

menimbulkan cidera

2. pemotongan kabel

yang tidak sempurna

dapat mengakibatkan

arus yang mengalir

tidak maksimal

Solusi :

1. gunakan tang pemotong

atau tang crimping agar

tangang kita terhindar

dari bahaya pemotongan

menggunakan pisau

2. Gunakan sarung tangan

pelindung agar terhindar

dari bahaya sengatan

listrik.

Menyalakan panel

box MCB 3 phase

Hazard : Ergonomi

Elektrik

Risk :

1. Tangan tidak

menggunakan sarung

Solusi :

1. Gunakan sarung

pelindung tangan untuk

mengatasi apabila ada

Mengupas kabel menggunakan

tang pengupas Mengupas kabel menggunakan

pisau

Menggunakan APD sesuai

standart

Penggunaan APD tidak sesuai

standart

Page 57: BUKU K3 FT.pdf

57

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

pelindung apabila terjadi

arus bocor bisa saja

tersengat oleh listrik

380Volt

2. APD yang digunakan tidak

sesuai dengan standart

aturan yang di tetapkan

dibengkel instalasi listrik.

arus bocor yang

mengalir di sekitaran

panel box dan

menghindari sengatan

listrik apabila terjadi

akebocoran arus.

2. APD digunakan sesuai

standart ketentuan yang

ada dibengkel instalasi

listrik

Penggunaan sepatu

pelindung

Hazard : Mekanik

Risk :

1. Dapat menyebabkan kaki

Terkena Sudut lancip

benda, pecahan kaca,

benda tajam yang jatuh

2. Tertimpa benda benda

panas

3. Tertimpa benda-benda

berat

4. Tertetes Zat Kimia

Solusi:

1. Menggunakan Sepatu

Safety agar terhindar

dari bahaya

2. Jaga sikap saat di

bengkel

Tidak

menggunakan APD

pelindung tangan

Hazard : Elektrik

Risk :

1. Tersengat arus listrik

2. Tertusuk benda tajam

(Kabel tunggal, obeng,

Pemotong kabel)

3. Tangan Kotor ( Tanpa

Solusi:

1. Menggunakan sarung

tangan

2. Manfaat meminimalisir

kecelakaan kerja

3. Terhindar dari hazard

disamping

Sepatu safety

Tidak menggunakan sepatu

safety

Pelindung tangan Tidak memakai pelindung

tangan

Page 58: BUKU K3 FT.pdf

58

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

sengaja menyentuh organ

vital : Hidung, Mata )

Mengangkat

Benda

Hazard:Ergonomic

Mekanik

Risk :

1. Cepat pegal

2. Tangan tergelincir

3. Cidera otot

Gambar 44. Cara pengangkatan

benda yang benar

Solusi:

1. Posisi badan jongkok

2. Tangan menyentuh

bagian paling bawah

benda untuk menopang

Membawa

Barang

Gambar 47. Membawa barang yang

salah

Hazard : Mekanik

Risk :

1. Barang menyenggol benda

lain

2. Cepat Pegal

Gambar 48. Mmbawa barang

yang benar

Solusi:

Didorong bukan ditarik

Gambar 43. Cara pengangkatan

benda yang salah

Page 59: BUKU K3 FT.pdf

59

Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat

Membuka

Laptop pada

tempat kerja

Gambar 49. Membuka laptop

pada tempat yang salah

Hazard: Ergonomic

Risk :

1. Human Error ( tempat

kerja penuh sehingga

terjadi kecelakaan )

2. Resiko barang jatuh atau

tersenggol dengan kabel

atau alat instalasi lain

Gambar 50. Membuka Laptop

pada tempat yg benar

Solusi:

1. Penempatan laptop

yang benar di tempat

pembelajaran teori

2. Menghindari dari

tempat kerja yang

penuh

Bercanda

ditempat kerja

atau di

Bengkel

instalasi

Gambar 51. Bercanda di tempat kerja

Hazard : Elektrik

Mekanik

Risk :

1. Kecelakaan di tempat kerja

( Terjatuh, tertimpa )

2. Membuat suasana kurang

kondusif ( Menurunkan

Konsentrasi )

Gambar 52. Tempat kerja yang

kondusif

Solusi:

1. Kondusif

2. Meningkatkan

Konsentrasi

3. Menurangi potensi

kecelakaan kerja