buku dan bahan ajar perekonomian...
TRANSCRIPT
1
BUKU DAN BAHAN AJAR
PEREKONOMIAN INDONESIA
OLEH
EMAN SULAIMAN, S.T, M.M
STIE CIREBON
2019
KAMPUS : Jl. Brigjend. Darsono 33 Cirebon 45153 Phone (0231) 486475 Fax. (0231) 484005
Indonesia Homepage : www.stiecirebon.ac.id
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas Berkat dan Rahmat-Nyalah penyusunan
handout materi perkuliahan Perekonomian Indonesia ini bisa terlaksana.
Penyusunan handout edisi perdana ini disusun sedemikan rupa untuk memenuhi
kurikulum terbaru yang di sampaikan dalam proses perkuliahan di STIE cirebon dalam
menjawab tantangan era perekonmian moderen dinegara berkembang khususnya Indonesia
yang semakin Maju dan terus nertumbuah dengan di keluarkan kebijakan pemerintah
Penyusun menyadari bahwa belumlah lengkap sempurna baik isi, tulisan maupaun
gaya bahasa yang digunakan tanpa kritikan saran dari semua pihak.
Ucapan terimaksih kepada semua pihak yang mendukung dan STIE Cirebon yang telah
memberikan kepercayaan dalam menyampaikan materi kuliah Perekonomian Indonesia.
Penyusun,
Eman Sulaiman, S.T, M.M
3
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar
2. Sistem Ekonomi Indonesia .................................................................................... 4
3. Sejarah Ekonomi Indonesia .................................................................................. 10
4. Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Struktural Ekonomi ............................... 16
5. Krisis Ekonomi ....................................................................................................... 23
6. Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan ........................................................... 31
7. Perkembangan dan Revitalisasi sektor Pertanian ................................................ 37
8. Pinjaman / Utang Luar Negeri dan Korupsi di Indonesia ..................................... 56
9. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter .............................................................. 81
10. Pelaku - pelaku Ekonomi ...................................................................................... 90
11. Pembangunan Ekonomi Inklusif ........................................................................... 97
12. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ....................................................................... 99
13. Konsep dan Analisis Sistem Neraca di Indonesia ................................................. 110
14. Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Globalisasi Ekonomi ............ 118
15. Tantangan Ekonomi Bagi Presiden Jokowi ............................................................ 124
16. Daftar Pustaka ...................................................................................................... 123
4
BAB I. SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Menjelaskan Sistem - Sistem Ekonomi 2. Menguraikan Sistem Ekonomi Indonesia 3. Menjelasakan apakah Ekonomi Indonesia semakin Liberal 4. Menggambarkan seluruh isi bab 1, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
A. Pengertian Sistem Ekonomi
Yang dimaksud sistem ekonomi adalah suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi
segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta
berdasarkan prinsip tertentu dalam rangka mencapai kemakmuran atau kesejahteraan.
Menurut Gilarso (1992:486) sistem ekonomi adalah keseluruhan tata cara untuk
mengoordinasikan perilaku masyarakat (para konsumen, produsen, pemerintah, bank, dan
sebagainya) dalam menjalankan kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, investasi,
dan sebagainya) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis, dan kekacauan
dapat dihindari.
Sedangkan McEachern berpendapat bahwa sistem ekonomi dapat diartikan sebagai
seperangkat mekanisme dan institusi untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana, dan untuk
siapa barang dan jasa diproduksi (what, how, dan for whom).
B. Macam-macam Sistem Ekonomi
Ada berbagai macam sistem ekonomi di dunia ini yang saling berbeda satu sama lain.
Tumbulnya berbagai macam sistem ekonomi yang berbeda tersebt dalam suatu negara
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
- Ada tidaknya campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi.
- Sistem pemerintahan yang dianut suatu negara.
- Kepemilikan negara terhadap faktor-faktor produksi.
- Sumber daya yang ada dalam suatu negara, baik sumber daya manusia maupun sumber daya
alam yang dimiliki.
Dari ke-empat faktor tersebut, timbul lah berbagai macam sistem ekonomi, diantaranya:
1. Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem ekonomi tradisional adalah suatu sistem ekonomi di mana organisasi kehidupan
ekonomi dijalankan menurut kebiasaan, tradisi masyarakat secara turun-temurun dengan
mengandalkan faktor produksi apa adanya.
Ciri-ciri sistem ekonomi tradisional
- Belum adanya pembagian kerja yang jelas.
- Ketergantungan pada sektor pertanian/agraris.
- Ikatan tradisi bersifat kekeluargaan sehingga kurang dinamis.
5
- Teknologi produksi sederhana.
Kebaikan sistem ekonomi tradisonal
- Menimbulkan rasa kekeluargaan dan kegotongroyongan masing-masing individu dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Pertukaran secara barter dilandasi rasa kejujuran daripada mencari keuntungan.
Keburukan sistem ekonomi tradisional
- Pola pikir masyarakat secara umum yang masih statis.
- Hasil produksi terbatas sebab hanya menggantungkan faktor produksi alam dan tenaga kerja
secara apa adanya.
2. Sistem Ekonomi Terpusat/Komando (Sosialis)
Sistem ekonomi terpusat adalah sistem ekonomi di mana pemerintah memegang peranan
paling penting atau dominan dalam pengaturan kegiatan ekonomi. Dominasi dilakukan
melalui pembatasan-pembatasan terhadap kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota
masyarakat. Negara yang menganut sistem ini antara lain : Rusia, RRC, dan negara-negara
Eropa Timur (bekas negara Uni Soviet).
Ciri-ciri sistem ekonomi terpusat
- Kegiatan perekonomian dari produksi, distribusi, dan konsumsi serta harga ditetapkan
pemerintah dengan peraturan negara.
- Hak milik perorangan atau swasta tidak diakui, sehingga kebebasan individu dalam
berusaha tidak ada.
- Alat-alat produksi dikuasai oleh negara.
Kebaikan sistem ekonomi terpusat
- Pemerintah lebih mudah dalam mengadakan pengawasan dan pengendalian.
- Pemerintah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh kegiatan ekonomi.
- Kemakmuran masyarakat merata.
- Perencanaan pembangunan lebih cepat direalisasikan.
Keburukan sistem ekonomi terpusat
- Adanya pemasungan daya kreasi masyarakat sehingga hampir semua inisiatif, inovasi
diprakarsai oleh pemerintah.
- Adanya pasar gelap yang diakibatkan adanya pembatasan yang terlalu ketat oleh
pemerintah.
- Anggota masyarakat tidak dijamin untuk memilih dan menentukan jenis pekerjaan serta
memilih barang konsumsi yang dikehendaki.
- Pemerintah bersifat paternalistis, artinya apa yang telah diatur/ditetapkan oleh pemerintah
adalah benar dan harus dipatuhi.
3. Sistem Ekonomi Liberal (Kapitalis)
Sistem ekonomi liberal adalah suatu sistem ekonomi yang menghendaki kebebasan yang
seluas-luasnya bagi setiap individu untuk melakukan tindakan ekonomi tanpa campur tangan
dari pemerintah. Suatu kondisi di mana pemerintah benar-benar lepas tangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi dalam istilah ekonomi disebut laissez-faire.
6
Negara-negara yang menganut sistem ekonomi liberal adalah Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Belgia, Irlandia, Swiss, Kanada, dan Indonesia yang pernah menganut sistem
ekonomi liberal pada tahun 1950-an.
Ciri-ciri sistem ekonomi liberal
- Diakuinya kebebasan pihak swasta/masyarakat untuk melakukan tindakantindakan
ekonomi.
- Diakuinya kebebasan memiliki barang modal (barang kapital).
- Dalam melakukan tindakan ekonomi dilandasi semangat untuk mencari keuntungan sendiri.
Kebaikan sistem ekonomi liberal
- Adanya persaingan sehingga mendorong kemajuan usaha.
- Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi kecil sehingga mendorong kesempatan
lebih luas bagi pihak swasta.
- Produksi didasarkan pada permintaan pasar atau kebutuhan masyarakat.
- Pengakuan hak milik oleh negara mendorong semangat usaha masyarakat.
Keburukan sistem ekonomi liberal
- Adanya praktik persaingan tidak sehat, yaitu penindasan pihak yang lemah.
- Persaingan tidak sehat dapat menimbulkan monopoli yang merugikan masyarakat.
- Timbulnya praktik yang tidak jujur yang didasari mengejar keuntungan yang sebesar-
besarnya, sehingga kepentingan umum dikesampingkan.
4. Sistem Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi campuran yaitu suatu sistem ekonomi di mana di satu sisi pemerintah
memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berusaha dalam melakukan kegiatan
ekonomi, tetapi disisi lain pemerintah ikut campur tangan dalam perekonomian yang
bertujuan menghindari penguasaan secara penuh dari segolongan masyarakat terhadap
sumber daya ekonomi.
Ciri-ciri sistem ekonomi campuran
- Adanya pembatasan pihak swasta oleh negara pada bidang-bidang yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
- Mekanisme kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar adalah campur tangan pemerintah
dengan berbagai kebijakan ekonomi.
- Hak milik perorangan diakui tetapi penggunaannya tidak boleh merugikan kepentingan
umum.
Kebaikan sistem ekonomi campuran
- Sektor ekonomi yang dikuasai oleh pemerintah lebih bertujuan untuk kepentingan
masayarakat.
- Hak individu/swasta diakui dengan jelas.
- Harga lebih mudah untuk dikendalikan.
Keburukan sistem ekonomi campuran
- Peranan pemerintah lebih berat dibandingkan dengan swasta.
- Timbulnya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam pemerintah karena banyak sektor-
sektor produksi yang lebih menguntungkan pihak pemerintah sedangkan sedikit sekali
pengawasannya.
7
5. Sistem Ekonomi Pancasila
Sistem ekonomi yang dianut negara Indonesia adalah sistem ekonomi Pancasila. Sistem
ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideologi Pancasila, yang
di dalamnya terkandung makna demokrasi ekonomi yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan
berdasarkan usaha bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan
untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah.
Ciri pokok sistem ekonomi Pancasila terdapat pada UUD 1945 Pasal 33, dan GBHN Bab III
B No.14.
Berikut ini ciri-ciri pokok sistem ekonomi Pancasila.
Pasal 33 Setelah Amandemen 2002
- Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
- Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
- Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
- Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
GBHN Bab III B No. 14
Pembangunan ekonomi yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi menentukan bahwa
masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karenanya
maka pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap
pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha;
sebaliknya dunia usaha perlu memberikan tanggapan terhadap pengarahan dan bimbingan
serta penciptaan iklim tersebut dengan kegiatan yang nyata.
C. Fungsi Sistem Ekonomi
Dari berbagi sistem ekonomi yang ada di dunia ini mempunyai fungsi dalam perekonomian,
di antaranya adalah sebagai berikut.
- Menyediakan perangsang untuk berproduksi.
- Menyediakan cara/metode untuk mengkoordinasi kegiatan individu dalam suatu
perekonomian.
- Menyediakan mekanisme tertentu agar pembagian hasil produksi di antara anggota
masyarakat dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
Sebelumnya, saya mungkin tidak bisa menentukan Sistem Perekonomian mana yang lebih
mudah untuk dilakukan. Tetapi saya melihat dari sisi Negara kita, Indonesia. System
perekonomian manakah yang baik untuk Negara Indonesia ?
8
Menurut pendapat saya :
- Sebagai pendahuluan
Indonesia adalah negara yang terletak di Asia tenggara yang merupakan salah satu negara
kepulauan terbesar di dunia. Menurut bank Dunia, Indonesia digolongkan sebagai negara
yang sedang berkembang (Under-Developed Country). Negara Indonesia menggunakan
sistem ekonomi Pancasila, yaitu sistem ekonomi yang mengambil hal yang baik dari sistem
ekonomi kapitalis dan komunis dan membuang yang buruk dari keduanya.
- Isi pendapat dan komentar
Dunia mengakui ada dua kutub sistem ekonomi yaitu Kapitalis dan Komunis. Sistem
ekonomi Kapitalis bersifat Market Mechanism, yaitu semua hal mengenai perekonomian
diserahkan kepada pasar. Sementara sistem ekonomi Komunis adalah sistem ekonomi
Centralistic, yaitu semua hal diatur oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya sekarang
hampir tidak ada negara yang menggunakan sistem ekonomi tersebut secara murni.
Banyak negara yang menggunakan sistem ekonomi Kapitalis yang berhasil menjadi negara
maju, seperti Amerika, namun tidak sedikit pula negara Komunis/Sosialis yang berhasil
menjadi negara maju, salah satunya adalah China, meskipun keduanya tidak menganut sistem
ekonomi tersebut secara murni lagi.
Pertanyaannya negara indonesia yang merupakan negara sedang berkembang apakah lebih
baik menjadi negara yang menganut sistem kapitalis (liberal), Komunis (sosialis) atau tetap
seperti sekarang yaitu sistem ekonomi campuran atau yang lebih dikenal dengan sistem
ekonomi Pancasila.
Menurut saya Indonesia lebih cocok menggunakan sistem ekonomi Pancasila (campuran)
dengan lima alasan. Kita lihat jika Indonesia mengguanakan sistem ekonomi kapitalisme
murni. Pertama, masih banyak masyarakat Indonesia saat ini yang dibawah garis kemiskinan.
Apabila Indonesia menggunakan sistem ekonomi Kapitalis, maka akan memiskinkan
masyarakat. Ekonomi kapitalis murni tidak bisa diterapkan di Indonesia, karena sistem
tersebut hanya menguntungkan dua golongan, yakni pemilik modal dan perbankan. Orang-
orang yang memiliki modal akan semakin kaya, sementara yang miskin akan semakin miskin
dan akhirnya akan menyebabkan ketimpangan.
Kedua, kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki usaha yang masih tergolong kedalam
UKM ( Usaha Kecil Menengah) yang masih belim bisa bersaing secara sempurna dengan
usaha-usaha yang besar. Oleh sebab itu, maka diperlukan peran pemerintah
(Komunis/Sosialis) untuk membantu dalam mengatur atau memberikan keijakan agar Infant
Industry tersebut bisa berkembang. Dalam kapitalisme murni, pemerintah tidak
diperbolehkan melakukan hal ini, oleh sebab itu kapitalisme murni tidak bisa diterapkan di
Indonesia.
Ketiga, dalam Kapitalis murni, perusahaan atau suatu usaha didirikan dengan tujuan Profit
Motive. Di Indonesia hal itu tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya. Campur tangan pemerintah
sangat diperlukan pada hal-hal tertentu, seperti dalam penyediaan barang-barang publik
seperti jalan dan jembatan. Apabila semua perusahaan bergerak dengan motif keuntungan,
maka barang-barang publik tidak akan pernah tersedia, perusahaan tidak mau membuat
9
barang publik karena tidak menguntungkan bagi perusahaan. Oleh sebab itu maka peran
pemerintah diperlukan.
Keempat, Indonesia adalah negara yang masih sedang berkembang, kegagalan pasar masih
sering terjadi yang dapat disebabkan oleh kurang meratanya informasi dan aksesibilitas
terhadap sarana transportasi dan komunikasi. Apabila ekonomi diserahkan ke pasar
sepenuhnya, maka akan terjadi kegagalan pasar yang akan membuat perekonomian menjadi
buruk. Masalah ekonomi seperti Inflasi dan pengangguran yang tinggi bisa muncul dan
menyebakan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan akhirnya akan terjadi kemiskinan. Peran
pemerintah diperlukan dalam mengatur pasar, seperti menetapkan Ceilling Price dan Floor
Price, atau membuat Lembaga pengaturan pasar seperti BULOG.
Kemudian yang terakhir, kita lihat apabila Indonesia menganut sistem ekonomi
Komunis/Sosialis. Setelah empat alasan diatas, kita lihat bahwa Indonesia tidak bisa
menerapkan sistem ekonomi kapitalis murni. Namun pada kenyataanya Indonesia juga tidak
bisa menerapkan sistem ekonomi komunis murni. Memang peran pemerintah yang menjadi
ciri sistem ekonomi Komunis sangat diperlukan dalam membangun perekonomian Negara
Indonesia, namun peran pemerintah dalam segala bidang atau yang dikenal dengan
pemerintahan terpusat (otoriter) juga tidak baik. Komunisme murni menggunakan konsep
Non Market Mechanism (tidak ada mekanisme pasar), artinya uang tidak diperlukan dalam
perekonomian. Setiap orang bekerja atas nama negara semuanya diatur oleh negara.
Komunisme murni juga mengenal konsep penyamarataan, artinya tidak ada orang yang lebih
dibandingkan orang lain. Pada dasarnya, hampir semua orang di dunia tidak menginginkan
penyamarataan tersebut. Orang yang satu dengan yang lainnya tidak bisa di samakan.
Memang pemusatan komando merupakan suatu hal yang cukup baik karena dengan satu
komando dapat mengarahkan seluruh kegiatan kearah tujuan yang sama. Tetapi hal itu jelas
menghambat inovasi. Kita lihat seperti halnya saat German barat berpisah dengan German
timur, German timur yang menggunakan sistem ekonomi Komunisme lebih tertinggal
dibandingkan dengan German barat, terutama dalam hal teknologi.
10
BAB 2. SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Menjelaskan Sejarah perekonomian masa sebelum kemerdekaan 2. Menguraikan Sejarah perekonomian masa orde lama 3. Menjelasakan Sejarah perekonomian masa orde baru 4. Menjelasakan Sejarah perekonomian masa transisi 5. Menjelasakan Sejarah perekonomian masa reformasi 6. Menggambarkan seluruh isi bab 2, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
Indonesia adalah negara yang memiliki letak geografis yang sangat strategis, karena
berada di antara dua benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik dan Hindia), sebuah
posisi yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan antar benua. Perdagangan saat itu
mengenal sebutan jalur sutra laut, yaitu jarur dari Tiongkok dan Indonesia yang melalui Selat
Malaka menuju ke India. Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai
pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah
di Barat (Kekaisaran Romawi). Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan tradisional disebut
oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh raja-raja dalam
perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa Sriwijaya, saat perdagangan internasional
dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai zaman keemasannya. Raja-raja dan para
bangsawan mendapatkan kekayaannya dari berbagai upeti dan pajak. Tak ada proteksi
terhadap jenis produk tertentu, karena mereka justru diuntungkan oleh banyaknya kapal yang
lewat di daerah mereka.
Sejarah Perekonomian Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4 masa, yaitu:
1. Masa Sebelum Kemerdekaan
Daya tarik Indonesia akan sumber daya alam dan rempah-rempah membuat bangsa-bangsa
Eropa berbondong-bondong datang untuk menguasai Indonesia. Sebelum merdeka setidaknya
ada 4 negara yang pernah menjajah Indonesia, diantaranya adalah Portugis, Belanda, Inggris,
dan Jepang.
Pada masa penjajahan Portugis, perekonomian Indonesia tidak banyak mengalami perubahan
dikarenakan waktu Portugis menjajah tidaklah lama disebabkan kekalahannya oleh Belanda
untuk menguasai Indonesia, sehingga belum banyak yang dapat diberlakukan kebijakan.
Dalam masa penjajahan Belanda selama 350 tahun Belanda melakukan berbagai perubahan
kebijakan dalam hal ekonomi, salah satunya dengan dibentuknya Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC). Belanda memberikan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda
dengan tujuan menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk
menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC milik Inggris.
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi :
a. Hak mencetak uang
b. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
11
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda.
Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai
permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah.
Namun pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi
kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain
disebabkan oleh :
a. Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar
b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar
c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri
d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van
Den Bosch dengan tujuan memproduksi berbagai komoditi yang diminta di pasar dunia.
Sistem tersebut sangat menguntungkan Belanda namun semakin menyiksa pribumi. Sistem
ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang
pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan
menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang
sudah ditentukan oleh pemerintah.
Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan
memanfaatkan tatanan politik Mataram–yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai
tugas dengan tidak mendapat imbalan–dan memotivasi para pejabat Belanda dengan
cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk
gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah
mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah,
mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya
bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu
meningkatnya taraf hidup
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal) terjadi karena adanya desakkan kaum Humanis
Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi kearah yang lebih baik dengan
mendorong pemerintah Belanda mengubah kebijakkan ekonominya. Dibuatlah peraturan-
peraturan agrarian yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak
swasta untuk jangka 75 tahun dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak
boleh. Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan pribumi, tapi malah
menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang tidak diperlakukan layak.
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh
Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Selain itu, dengan landrent, maka
penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang
diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar
untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari
negara penjajah.
Pemerintah militer Jepang menerapkan kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi untuk
mendukung gerak maju Jepang dalam Perang Pasifik. Akibatknya terjadi perombakan besar-
besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan merosot tajam dan terjadi
12
bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan
militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama.
2. Masa Orde Lama
a) Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk karena inflasi yang
disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada Oktober
1946 pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang
Jepang. Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu perdagangan
luar negeri mengakibatkan kekosongan kas negara.
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai kegiatan,
diantaranya :
Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional
yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Coorporation (BTC) berhasil
mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang mengangkut
kebutuhan rakyat, namun semua muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas mengenai peningkatan hasil
produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status dan administrasi
perkebunan asing.
Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran memperbanyak kebun
bibit dan padi ungul, mencegah penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam
pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra, dan mengadakan transmigrasi.
Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan
mengajak partisipasi swasta dalam upaya menegakkan ekonomi pada awal
kemerdekaan.
Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara Indonesia,
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group)
Sistem Ekonomi Ali-Baba
b) Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal pengusaha pribumi masih belum
mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Pada akhirnya hanya memperburuk kondisi
perekonomian Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar agar tingkat harga turun
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional
Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-
Belanda.
c) Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
13
Sebagai akibat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segalanya diatur
pemerintah). Namun lagi-lagi sistem ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi
Indonesia. Akibatnya adalah :
Devaluasi menurunkan nilai uang dan semua simpanan di bank diatas 25.000
dibekukan
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin
Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter
3. Masa Orde Baru
Pada awal orde baru, stabilitas ekonomi dan politik menjadi prioritas utama. Program
pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam
sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha
nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari
salah satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara
terbatas.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8
jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran
pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum
pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka
kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan
dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah
juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB.
Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan
sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan
antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri.
Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi,
kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa
diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.
Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental
pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas
dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga
meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan
berbagai kekacauan di segala
bidang, terutama ekonomi.
4. Masa Orde Reformasi
Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun belum terjadi
14
peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih adanya persoalan-persoalan
fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru. Kebijakan yang menjadi perhatian
adalah cara mengendalikan stabilitas politik. Sampai pada masa kepemimipinan presiden
Abdurrahman Wahit, Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang masa kepemimpinan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde
baru masih belum dapat diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya
KKN, inflasi, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah yang
menjadi masalah polemik bagi perekonomian Indonesia.
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalalah pemulihan ekonomi dan penegakan
hukum. Kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi persoalan ekonomi antara lain :
a. Meminta penundaan utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan paris Club ke-3 dan
mengalokasikan pemabayaran utang luar negri sebesar 116,3 Trilliun.
b. Kebijakan privatisasi BUMN.
Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan
melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi
beban negara. Penjaualan tersebut berhasil menaikan partumbuhan ekonomi Indonesia
menajadi 4,1%. Namun kebijakan ini menibulkan kontroversi yaitu BUMN yang di
privatisasikan dijual pada perusahaan asing.
Masa kepemimpinan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Kebijakan kontroversial pertama Presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM,
yang dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke
subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyrakat. Kemudian muncul pula kebijakan kontroversial yang kedua yakni
BLT bantuan langsung tunai bagi masyarakat miskin. Namun kebanyakan BLT tidak sampai
ke tangan yang berhak, dan pembagaiannya juga banyak menimbulkan masalah sosial.
Kebijkan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur summit pada bulan 2006 lalu, yang mempertemukan para investor
dengan kepala-kepala daerah. Dengan semakin banyak investasi asing di Indonesia,
diharapakan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Pada pertengahan bulan oktober
2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF sebesar 3,2 Miliar dolar AS. Harapan
kedepannya adalah Indonesia tidak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan
kebijakan dalam negeri.
Sistem Perekonomian Indonesia Saat Ini :
Sebagian orang berpendapat bahawa sistem yang digunakan sekarang lebih condong ke barat
atau disebut sistem ekonomi liberal/kapitalis, sistem yang membebaskan segala macam
bentuk kegiatan ekonomi. Pemerintah tak ada urusan dengan ekonomi yang dilakukan oleh
rakyat. Mereka semua mendapat hak yang sama untuk berkreatifitas tak ada larangan. Intinya
adalah sistem ini semua bebas melakukan apa saja sehingga tak mengherankan kaum
pemodal atau kapital menjadi kaum yang super power pada sistem ekonomi sehingga
membuat yang miskin semakin miskin, eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam,
kesenjangan sosial, itulah yang terjadi pada perekonomian Indonesia. Sistem ekonomi liberal
atau kapitalis yang tidak lama lagi akan menuju neo-liberal. Indikasi sistem perekonomian
Indonesia diarahkan untuk mengikuti mekanisme pasar disamping dominasi kekuatan
korporasi swasta yang semakin menguat. Sistem neo-liberal ini semakin subur manakala bola
15
salju globalisasi semakin memasuki berbagai sendi-sendi kehidupan. Semula globalisasi
masih terkait dengan bidang informasi dan komunikasi, namun bola salju globalisasi semakin
membesar dan menggulung bidang lainnya termasuk sektor ekonomi,politik. Contohnya saja
Harga BBM sudah didesak agar secara bertahap mengikuti harga internasional. Di Indonesia
sendiri dapat dihitung para konglomerat yang menguasai perekonomian, itu hanya ada
segelintir orang saja. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuesi kita menganut sistem kapitalis.
Sebenarnya sistem inilah yang dijalan kan di Indonesia walaupun pemerintah tidak
mengakuinya secara terbuka.
Masuknya Sistem tersebut dapat kita lihat dari beberapa Indikator yaitu :
a. Dihapusnya berbagai subsidi untuk masyarakat secara bertahap, sehingga harga barang
barang strategis ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar.
b. Nilai Kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan kurs tetap, sehingga besar kecilnya kurs
rupiah akan ditentukan oleh mekanisme pasar.
c. Perusahaan BUMN mulai beralih ke pihak swasta, sehingga peran pemerintah semakin
berkurang.
d. Keikutsertaan bangsa Indonesai dalam kancah WTO dan perjanjian GATT yang semakin
menunjukan komitmen bangsa Indonesia dalam tata liberalisme dunia.
Dampak positif yang di timbulkan dari sistem kapitalis ini yaitu dari aspek permodalan, kita
dapat dengan mudah mendapatkan modal dengan cepat dari investor asing sedangkan
dampak negatif dari sistem ini banyak terjadi masalah-masalah seperti pengangguran,
kemiskinan, krisis ekonomi dan hutang luar negeri yang tinggi.
Namun meskipun demikian, bagi saya pribadi perekonomian Indonesia bisa dikatakan cukup
memperlihakan peningkatan yang bisa dibanggakan. Terlihat pada saat terjadi krisis global,
dimana banyak negara di dunia mengalami krisis namun tidaklah demikian di Indonesia.
Indonesia masih bisa bertahan dari krisis ekonomi. Walaupun masih dapat bertahan, sudah
seharusnyalah pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia sadar untuk memperbaiki
perekonomian Indonesia yang lebih baik lagi dengan memberantas KKN, memangkas
pengeluaran pemerintah, membuka lapangan pekerjaan, dan lebih memperhatian rakyat demi
terciptanya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada intinya kerjasamalah yang dibutuhkan
bangsa ini untuk mewujudkan tujuan tersebut.
16
BAB III
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Menjelaskan pengertian pertumhbuhan ekonomi 2. Menguraikan teori dan pertumbuhan neo klasik 3. Menjelasakan perubahan struktur ekonomi 4. Menjelasakan teori pendukung perubahan struktur ekonomi 5. Menggambarkan seluruh isi bab 3, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
A. PERTUMBUHAN EKONOMI
Di dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dinyatakan secara ekspilist bahwa
pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional
dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun bukan
suatu indikator yang bagus, tingkat kesejahteraan masyarsakat dilihat dari aspek
ekonominya, dapat diukur dengan penadapatan nasional (PN) perkapita. Untuk dapat
meningkatkan pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan
pertumbuhan PDB dan menjadi salah satu target penting yang harus dicapai dalam
pembangunan ekonomi.
B. KONSEP DAN CARA PENGHITUNGAN
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondidi utama atau
suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan. Jumlah penduduk bertambah setiap tahun, sehingga dengan sendirinya
kebutuhan konsumsi sehari – hari juga berambah setiap tahun, maka dibutuhkan
pertambahan pendapatan setiap tahun.
Selain dari sisi permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk juga
membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan
ekonomi tanpa disertai dengan penambhan kesempatan kerja akan mengakibatkan
ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (cateris paribus),
yang selanjutnya akan mencipatakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan
peningkatan kemiskinan.
Ada dua arti PN, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit PN
adalah PN. Sedangkan dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB, atau merujuk ke
produk nasional bruto (PNB), atau ke produk nasional netto (PNN). Sesuai metode
17
standa, penghitungan PN diawali dengan penghitungan PDB. PDB dapat diukur dengan
tiga macam pendekatan, yaitu pendekaan produksi, pendekatan pendapatan, dan
pendekatan pengeluaran.
C. SUMBER – SUMBER PERTUMBUHAN
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan peningkatan agregat atau
pertumbuhan penawaran agregat. Dari sisi permintaan agregat, peningkatannya didalam
ekonomi bisa terjadi karena PN, yang terdiri atas permintaan masyarakat (konsumen),
perusahaan, pemerintah meningkat. Sisi permintaan agregat (penggunaan PDB) terdiri
dari empat komponen yaitu konsumsi rumah tangga, investasi (termasuk perubahan
stok), konsumsi atau pengeluaran pemerintah, ekspor netto (ekspor barang atau jasa
minus impor barang atau jasa).
Dari sisi penawaran agregat, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh peningkatan
volume dari faktor – faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja, modal
(kapital), tanah; faktor produksi terakhir ini khususnya penting bagi sektor pertanian,
dan energi. Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh peningkatan produktivias dari
faktor - faktor tersebut.
D. TEORI DAN MODEL PERTUMBUHAN – TEORI KLASIK
Dasar pemikiran dari teori klasik adalah pembangunan ekonomi dilandasi oleh sistem
liberal, yang mana pertumbuhan ekonomi dipacu oleh semangat ntuk mendapatkan
keuntungan maksimal.
Beberapa teori klasik tersebut antara lain sebagai berikut :
Teori pertumbuhan Adam Smith
Didalam teori ini, ada tiga faktor penentu proses produksi atau pertumbuhan yaitu
SDA, SDM, Barang Modal.
Teori pertumbuhan David Ricardho
Menurut teori ini,pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA yang terbatas
jumlahnya, dan jumlah penduduk yang menghasilakan jumlah tenaga kerja yang
menyesuaikan diri dengan tingkat upah, diatas atau dibawah tingkat upah
alamiah.
Teori pertumbuhan Thomas Robert Malthus
18
Menurutnya, ukuran kberhasilan pembangunan suatu ekonomi adalah
kesejahteraan negara, yaitu jika PNB potensialnya meningkat.sektor yang
didominankan adalah pertanian dan industri.
Teori Marx
Marx membuat lima tahapan pembangunan perkembangan sebuah perekonomian
yaitu, a) perekonomian komunal primitif, b) perekonomian perbudakan, c)
perekonomian feodal, d) perekonomian kapitalis, e) perekonomian sosialis. Titik
kritis dari teori marx adalah transisi dari perekonomian kapitalis ke perekonomian
sosialis.
E. TEORI NEO KEYNESIAN
Model pertumbuhan yang masuk didalam teori neo-keynesian adalah model dari Harrod
dan Domar yang mencoba memperluas teori keynes, mengenai keseimbangan
pertumbuhan ekonomi dalam persepektif jangka panjang dengan melihat pengaruh dari
investasi, baik pada permintaan agregat maupun perluasan kapasitas produksi atau
penawaran agregat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
F. TEORI NEO KLASIK
Pemikiran neo-klasik didasarkan pada kritik atas kelemahan-kelemahan atau
penyempurnaan terhadap pandangan atau asumsi dari teori klasik. Beberapa model neo-
klasik antara lain ;
a) Model pertumbuhan A.Lewis,
b) Teori pertumbuhan Paul A. Baran,
c) Teori ketergantungan neo-kolonial,
d) Model pertumbuhan W.W. Rostow,
e) Model pertumbuhan Solow.
G. TEORI MODERN
Dalam teori modern faktor –faktor prosuksi yang krusial tidak hanya tenaga kerja dan
modal. Tetapi juga kualitas SDM dan kemjuan teknologi, energi, kewirausahaan, bahan
baku dan material. Dilihat dari kerangka pemikiran kelompok teori modern ada
perbedaan yang mendasar dengan kelompok teori klasik dan neo-klasik diantaranya
adalah yang mencakup tenaga kerja, kapital dan kewirausahaan. Dalam kelompok teori
modern, kualitas tenaga kerja lebih penting dari pada kuantitasnya.
19
H. ANALISIS EMPIRIS : ERA ORDE BARU ; INDONESIA CALON MACAN ASIA
BARU
Melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan Orde Baru dapat
dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami proses pembangunan ekonomi yang
spektakuler. Keberhasilan ini dapatdiukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro.
Dua diantaranya yang umum digunakan adlah laju pertumbuhan PDB dan tingkat PN
perkapita.
Sejak pemerintahan Orde baru, Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka, goncangan
eksternal sangat terasa dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Dampak negstif
resesi ekonomi dunia tahun 1982 terhadap perekonomian Indonesia, terutama terasa pada
laju pertumbuhan ekonomi yang selama 1982 – 1988 jauh lebih rendah dibandingkan
periode sebelumnya
I. PERTUMBUHAN PACSA ORDE BARU
Pemerintahan Orde Baru berakhir pada bulan Mei 1998 pada saat krisis keuangan Asia
mencapai titik terburuknya dan menghantam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2008
hingga 2009 terjadi krisis ekonomi global yang berawal dari suatu krisis keuangan yang
besar di AS, namun ekonomi Indonesia tetap mampu mempertahankan pertumbuhan
yang positif walaupun lajunya lebih rendah.
J. PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Perubahan struktur ekonomi, pada umumnya transformasi struktural. Yang didefinisikan
sebagai suatu rangkain perubahan yang saling terkait satu sama lainnya dalam komposisi
permintaan agregat, perdangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat
(produksi dan penggunaan faktor – faktor produksi yang diperlukan guna mendukung
proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Teori perubahan struktural menitikberatkan pada transformasi ekonomi yang dialami
NB, yang semula bersifat subsisten menuju kesistem perekonomian yang lebih modern.
Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisa perubahan struktur
ekonomi, yaitu Arthur Lewis (Teori Migrasi) dan Horis Chenery (Teori transformasi
Struktural).
Teori Arthur Lewis Membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di pedesaan
dan perkotaan. Teori ini mengamsusikan perekonomian tradisional di pedesaan yang
20
didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri
sebagai sektor utama.
Teori Horis Chenery ;Proses transformasi struktural akan mencapai tarafnya yang paling
cepat bila pergerseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur
diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri atau
ekspor. Dalam modal transformasi struktural, relasi antara pertumbuhan output disektor
industri manufaktur, pola perubahan permintaan domestik kearah output industri dan
pola perubahan perdagangan luar negeri
K. ANALISIS EMPIRIS
Dilihat sejak awal pemerintahan Orde Baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses
perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat.
Data terakhir triwulan II 2010 menunjukkan strukur PDB Indonesia masih didominasi oleh
sektor industri manufaktur, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
ISU PENTING
1. Indonesia sempat dijuluki calon macan asia karena Indonesia mengalami suatu proses
pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro agregat.
Keberhasilan ini dianggap banyak kalangan sebagai prestasi besar dari pemerintahan
orde baru dibawah kepemimpinan presiden Soeharto.
Sekarang tidak lagi dijuluki macan asia, karena Indonesia baru bangkit atau pulih dari
krisis global, tetapi masih menjadi daya tarik dari Indonesia yaitu sumber daya alamnya.
2. Teori pertumbuhan modern lebih relevan dibandingkan teori klasik dalam menjelaskan
pola perkembangan ekonomi dibanyak negara, termasuk negara yang miskin SDA
karena kenyataan pertumbuhan ekonomi tersebut tidak sepenuhnya hanya didorong oleh
akumulasi modal dan penambahan jumlah tenaga kerja, tetapi juga disebabkan oleh
peningkatan produktivitas dari kedua faktor tersebut. Faktor terpenting dari pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan produktivitas bukan jumlah dari faktor-faktor produksi
yang digunakan dan ini mencerminkan adanya suatu progres teknologi.
3. Transformasi ekonomi adalah suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan
lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan
21
impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang
diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
Pengalaman Indonesia sejak Tahun 1945, keadan perekonomian Indonesia sangat buruk,
baru pada awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang dapat dikatakan bahwa
proses perubahan struktur ekonomi indonesia cukup pesat. Keberhasilan ini diukur
dengan laju pertumbuhan PDB per tahun dan tingkat pendapatan nasional per kapita.
4. Kemajuan teknologi, peningkatan pendidikan masyarakat, peningkatan pendapatan
perkapita sering dikatakan sebagai pemicu keberhasilan ekonomi karena faktor tersebut
diatas termasuk indikator penting yang mana jika sejumlah faktor tesebut tumbuh dengan
laju yang tinggi akan membawa dampak semakin cepatnya perubahan struktur ekonomi.
5. Dengan semakin kecilnya sumbangan pertanian terhadap pembentukan PDB dalam
proses transformasi ekonomi, kemiskinan tidak akan bertambah di Indonesia karena
sumbangan dari sektor industri pada PDB meningkat, penjelasannya bahwa barang –
barang manufaktur memiliki elastisitas pendapatan dari permintaan positif dan lebih
besar.
Kecilnya sumbangan pertanian terhdap PDB juga bisa disesabkan karena faktor
penghitungan yang kurang valid, karena beberapa sektor pertanian yang kecil mungkin
saja belum masuk dalam data PDB.
6. Ekonomi modern adalah perekonomian di perkotaan dengan sektor utama industri.
Dalam ekonomi modern kualitas tenaga kerja lebih penting daripda kuantitasnya.
Kualitas tenaga kerja tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikan tetapi juga kondisi
kesehatannya.
Ekonomi tradisional adalah perekonomian di perdesaan yang didominasi oleh sektor
pertanian, karena jumlah penduduknya tinggi , maka tejadi kelebihan suplai tenaga kerja
dan tingkatt hidup masyarakatnya berada pada kondisi subsistem akibat perekonomian
yang sifatnya juga subsistem.
7. Dengan teori Indonesia tidak dapat menghindari krisis ekonomi pada tahun 1997-1998
ataupun krisis global tahun 2008-2009 karena krisis ini menghantam secara global dan
tidak dapat dihindari, Indonesia juga terkena imbasnya terutama lewat penurunan volume
22
ekspor manufaktur untuk sejumlah barang. Namun indonesia tetap mampu
mempertahankan petumbuhan yang positif walaupun lajunya lebih rendah dari pada yang
diharapkan saat sebelum krisis terjadi.
8. Teori Arthur Lewis dan Hollis Cheney terbukti di Indonesia karena di Indonesia terjadi
proses pembangunan ekonomi perdesaan ataupun perkotaan. Juga teori chenery dengan
teori pembangunan yang memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses
perubahan ekonomi di negara berkembang, yang mengalami transformasi dai pertanian
tradisional (subsistem) ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan
ekonomi.
23
BAB 4. KRISIS EKONOMI
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Menjelaskan Jenis krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya 2. Menjelaslakn Jalur Transmisi Kunsi dan Indikator Monitoring Dampak Ekonomi 3. Dapat mengAnalisis Empiris 4. Menggambarkan seluruh isi bab 4, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
DEFINISI KRISIS EKONOMI
Krisis Ekonomi adalah situasi dimana ekonomi dari sebuah negara mengalami penurunan yang disebabkan oleh suatu krisis keuangan. Krisis keuangan pada saat ekonomi, jumlah permintaan uang melebihi jumlah penawaran uang, ini artinya bank-bank dan lembaga keuangan non bank mengalami kehabisan likuiditas. Jika sebuah negara dilanda krisis ekonomi, akibat yang pasti adalah penurunan Produk Domestik Bruto (PDB), pengeringan likuiditas, dan harga-harga naik (inflasi) atau menurun (deflasi). Sebuah krisis ekonomi dapat berbentuk resesi atau depresi, yang juga umumnya disebut krisis ekonomi riil. Penurunan (resesi) dan peningkatan (ekspansi) PDB dan juga PDB tetap (steady-state) adalah bagian dari siklus ekonomi yang pasti akan dialami oleh negara-negara berkembang maupun negara maju. Perbedaan antara resesi dan depresi hanya terletak pada jangka waktu atau lamanya krisis tersebut berlangsung.
Suatu negara disebut mengalami resesi ekonomi apabila penurunan PDB nya berlangsung selama enam bulan berturut-turut. Ini ditandai dengan pengangguran tinggi (kesempatan kerja rendah), tingkat upah stagnasi dan kejatuhan dalam penjualan retail.
Resesi ekonomi biasanya terjadi tidak lebih dari satu tahun dan efeknya lebih ringan dari depresi. depresi ekonomi didefinisikan sebagai titik terendah dalam sebuah siklus ekonomi, yang dicirikan dengan: 1. kemampuan belanja pemerintah menurun (G), 2. jumlah pengangguran besar (lebih dari 50 persen dari jumlah tenaga kerja), 3. konsumsi menurun (c), 4. harga naik dengan laju yang lebih rendah dari laju normal, 5. upah menurun atau persentase lebih kecil dari pada laju pada saat normal, 6. hilangnya harapan masyarakat terhadap masa depan. Dapat dikatakan bahwa semua kegiatan ekonomi merosot dan berdampak pada setiap sektor. Misalnya, saat resesi mungkin banya perusahaan di industri pengolahan mengalami penurunan volume produksi atau bahkan berhenti beroperasi, sedangkan hotel tetap menerima banyak tamu seperti pada saat kondisi ekonomi normal, dalam depresi banyak hotel dan perusahaan transportasi mengalami stagnasi atau kebangkrutan. dengan kata lain depresi adalah saat ekonomi nasional secara toral mengalami kelesuhan. Depresi ekonomi dunia yang sangat terkenal terjadi pada tahun 1930-1940, saat ekonomi AS nyaris mengalami kehancuran total.
A. Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya
Suatu perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis ekonomi. Dilihat
dari proses terjadinya, krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda. Pertama, krisis
ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda sebelumnya,
yang umum disebut goncangan ekonomi tak terduga. Misalnya, kenaikan harga minyak
yang sangat besar di pasar internasional pada tahun 1974, yang dilakukan oleh OPEC
sebagai suatu reaksi keras dari negara-negara Barat terutama AS dan Eropa Barat terhadap
Israel yang sedang terlibat suatu perang besar dengan negara-negara Arab, khususnya,
Mesir, Suriah, Irak dan Yordania. Sedangkan bagi Indonesia yang saat itu masih menjadi
24
salah satu pengekspor minyak di dunia, peristiwa tersebut merupakan suatu keuntungan
besar (oil boom) yang memberikan pemasukan yang sangat besar (yang tidak terduga
sebelumnya) bagi pemerintah.
Sedangkan krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, melainkan melewati suatu
proses akumulasi yang cukup panjang, adalah seperti krisis ekonomi global yang terjadi
pada periode 2008-2009. Krisis ini diawali dengan suatu krisis keuangan yang paling
serius yang pernah terjadi di AS setelah depresiasi pada dekade 30-an, yang akhirnya
merembet ke negara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Eropa lewat keterkaitan-
keterkaitan keuangan global. Setelah beberapa bulan kemudian ekonomi dunia mulai
mengalami resesi yang ditandai dengan penurunan pendapatan dan permintaan global
yang juga berimbas pada perekonomian Indonesia dan banyak negara lainnya di dunia.
Suatu krisis ekonomi di suatu negara atau wilayah bisa berasal dari luar atau dari
dalam negara/wilayah tersebut. Bersumber dari dalam, misalnya penurunan produksi suatu
komoditas secara mendadak. Bersumber dari luar adalah seperti krisis ekonomi global
2008-2009, atau krisis minyak pertama pada tahun1974 dan kedua pada tahun 1979.
Berikut ini akan dibahas sejumlah tipe krisis ekonomi yang mana dunia atau banyak
negara pernah mengalaminya dalam 50 tahun belakangan ini (1961-2011, atau
kemungkinan besar akan terjadi dimasa yang akan datang.
1. Krisis Produksi
Krisis produksi adalah termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari dalam
negeri. Krisis tersebut bisa dalam bentuk penurunan produksi domestik secara mendadak
dari sebuah (atau sejumlah) komoditas pertanian, misalnya, padi/beras. Penurunan
produksi tersebut berakibat langsung pada penurunan tingkat pendapatan riil dari para
petani dan buruh tani padi.
Gambar 1: Krisis Produksi Domestik dan Dampaknya terhadap Kemiskinan
Dalam tipe krisis ini, jalur-jalur transmisi dampaknya terhadap kemiskinan adalah
perubahan-perubahan dalam harga (inflasi), jumlah kesempatan kerja dan tingkat
pendapatan. Kelompok-kelompok masyrakat yang paling rentan terhadap tipe krisis ini
adalah petani dan keluarganya, buruh tani dan keluarganya, dan pada peringkat berikutnya
Kelebihan
permintaan/harga
Inflasi
Output
Pertanian
Kemiskinan
Input bagi sektor-sektor lain
Kesempatan kerja/pendapatan Produksi di sektor-sektor lain
25
adalah pekerja dan pemilik-pemilik usaha sertai keluarga-keluarga mereka di sektor-sektor
lainnya yang terkait lewat produksi dengan subsektor padi.
2. Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase pertama dari efek krisis perbankan adalah kesempatan
kerja dan pendapatan mennurun disubsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua krisis
perbankan merembet ke perusahaan perusahaan yang sangat tegantung pada sektor
perbankan.
Rumah tangga juga kena dampaknya. Ada dua macam dampak terhadap rumah
tangga dan dua tipe kelompok rumah tangga yang terkena dampaknya. Pertama, kelompok
rumah tangga kaya: tabungan mereka hilang karena bank-bank yang menyimpan uang
mereka bangkrut. Di banyak negara, termasuk Indonesia, pemeritah memberikan jaminan
keamnan bagi pemilik-pemilik rekening tabungan di perbankan, tapi hanya hingga suatu
batas (jumlah) tertentu saja. Kedua, kelompok rumah tangga non-kaya: pengeluaran-
pengeluaran mereka terutama untuk barang-barang bukan kebutuhan pokok (seperti mobil,
rumah, naik haji) menurun karaena mereka tidak bisa meminjam dari bank, atau masih
tetap bisa mendapatkan kredir konsumen dengan tingkat R yang sangat tinggi yang
membuat biaya pinjaman terlalu mahal.
Dalam tipe krisis ekonomi ini, jalur-jalur transmisi paling utama lewat mana krisis
tesebut berdampak pada tingkat kemiskinan yakni perubahan dalam arus kredit dari
perbankan ke dunia usaha atau tingkat suku bunga pinjaman, volume produksi (output),
jumlah kesempatan kerja, dan tingkat pendapatan masyarakat.Kelompok-kelompok
masyarkat yang paling rentan terhadap krisis ini adalah bukan masyrakat miskin seperti
dalam kasus krisis produksi pertanian, melainkan masyarakat kelas menengha dan atas
seperti pegawai dan pemilik bank.
3. Krisis Nilai Tukar
Suatu perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS
dianggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut mengalami penurunan atau depresiasi
yang sangat besar yang prosesnya mendadak atau berlangsung terus-menerus yang
membentuk sebuah tren yang meningkat (rupiah per satu dolar AS). Dampak langsung
dari perubahan tersebut adalah pada ekspor dan impor. Paling tidak menurut teori
konvensional mengenai perdagangan internasional, depresiasi nilai tukar dari suatu mata
uang terhadap misalnya dolar AS yang membuat daya saing harga (dalam dolar AS) dari
produk-produk buatan negara dari mata uang tersebut menjadi lebih murah, yang
selanjutnya membauat volume ekspornya meningkat.
Dalam tipe krisis ekonomi ini, jalur-jalur transmmisi kuncinya adalah perubahan
dalam volume ekspor-impor. Sedangkan jalur-jalur sekundernya adalah perubahan dalam
volume produksi, jumlah kesempatan kerja, tingkat pendapatan dan laju inflasi. Kelompok
masyrakat yang paling rentan terhadap krisis nilai tukar adalah mereka yang bekerja di
perusahaan-perusahaan yang berurusan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
ekpor-impor.
26
4. Krisis Perdagangan
Dalam hal krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber eksternal ada dua
jalur utama, yaitu perdagangan dan investasi/arus modal. Di dalam jalur perdagangan itu
sendiri ada dua sub-jalur, yaitu ekspor dan impor (barang dan jasa).
Gambar 2 Krisis Minyak dan Dampaknya pada Kemiskinan di Negara-Negara Pengimpor
Minyak
Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi paling utama adalah perubahan-perubahan
dalam output inflasi,dan kesempatan kerja. Kelompok-kelompok masyarakat yang paling
rentan terhadap krisis tipe ini yaitu: pertama, perusahaan-perusahaan yang sangat
tergantung pada minyak sebagai sumber energi atau bahan baku utama dan pekerja-
pekerja (termasuk keluarga-keluarga mereka) di perusahaan-perusahaan tersebut, dan
kedua, lewat keterkaitan-keterkaitan produksi dan konsumsi/pendapatan domestik, yaitu
perusahaan-perusahaan atau sektor-sektor yang terkait, termasuk pekerja-pekerja
(termasuk keluarga-keluarga mereka).
5. Krisis Modal
Terakhir, suatu pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah besar atau
penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuauh krisis ekonomi bagi
banyak negara miskin di dunia, seperti di Afrika, dan Asia Tengah yang ekonomi mereka
selama ini sangat tergantung pada ULN atau hibah Internasional.
Suatu pelarian modal, baik yang berasal dari sumber dalam negeri maupun modal
asing, terutama investasi asing jangka pendek (yang umum disebut ‘uang panas’), dalam
Harga minyak di pasar Internasional
Biaya impor minyak
Biaya produksi
Kemiskinan
Inflasi
Volume produksi
konstan
Volume Produksi
Kesempatan kerja
Memakai sumber
enerji alternatif
27
jumlah yang besar dan secara mendadak bisa menjelma menjadi sebuah krisis besar bagi
ekonomi dari negara-negara yang sangat memerlukan modal investasi.
Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi memiliki dampak utama, yakni perubahan-
perubahan dalam jumlah investasi, khususnya investasi jangka panjang (volume atau unit
proyek), volume produksi, dan jumlah tenaga kerja yang bekerja. Kelompok-kelompok
masyarakat yang paling rentan terhadap krisis ekonomi dari kategori ini bisa kelompok
miskin tetapi juga bisa kelompok non-miskin, tergantung pada sektor atau industri yang
paling dirugikan dengan kekurangan modal investasi.
B. Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis
Sebagai rangkuman dari pembahasan diatas, Tabel 1 memberikan sebuah daftar dari
jalur-jalur transmisi dampak utama menurut tipe-tipe krisis ekonomi tersebut. Jalur-jalur
itu dapat diperingkat menurut proses munculnya efek-efek dari sebuah krisis:
(*) Jalur-jalur pertama atau primer, yaitu efek-efek pertama yang muncul;
(**) Jalur-jalur kedua/sekunder
(***) jalur-jalur ketiga; dst
Tabel 1 : Jalur- Jalur Transmisi Dampak Utama dan Indikator-Indikator Utama
untuk Memonitor Pengaruh dari Krisis Ekonomi menurut Tipe Krisis
Tipe Krisis
Ekonomi
Jalur-Jalur Transmisi
Utama
Indikator-Indikator Utama untuk
Memonitor Dampak
Krisis
Produksi
Kesempatan Kerja*
Pendapatan*
Inflasi*
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi (IHK) menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis
Perbankan
Kredit*
Suku bunga
pinjaman*
Output*,**
Kesempatan
kerja**,***
Pendapatan**,***
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Nilai
Tukar
Ekspor*
Impor*
Output**
Kesempatan
kerja***
Pendapatan***,****
Inflasi***
Ekspor menurut sektor dan wilayah
Impor menurut sektor dan wilayah
Output menurut sektor dan wilayah
Inflasi menurut wilayah
Kesempatan kerja menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
28
Krisis
Ekspor
Output*
Kesempatan kerja**
Pendapatan**,***
Ekspor menurut sektor dan wilayah
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Impor Output*
Kesempatan kerja**
Pendapatan**
Inflasi**
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Inflasi menurut wilayah
Krisis Modal Output*
Nilai tukar*
Kesempatan kerja**
Pendapatan**
Inflasi**
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Inflasi menurut wilayah
C. Analisis Empiris
1. Krisis Keuangan Asia 1997-1998
Krisis keuangan Asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai
klimaksnya pada tahun 1998 dipicu awalnya oleh larinya modal, terutama modal asing
jangka pendek. Dari Thailand, secara tia-tiba dan jumlah yang tidak kecil, cukup kuat
untuk membuat banyak investor dan pengusaha gugup dalam menanggapinya. Pelarian
tersebut mengakibatkan nilai tukar rupiah bath terhadap dolar AS terdepresiasi dalm
jumlah yang besar. Dalam jangka waktu yang tidak lama, hal yang sama juga terjadi di
Indonesia.
Prosesnya mulai terjadi pada pertengahan kedua taun 1997 dan terus berlangsung
hingga sempat mencapai di atas Rp 10.000 per satu dolar AS dalam periode 6 bulan
pertama tahun 1998. Pemerintah waktu itu berupaya mengehentikan jatuhnya nilai tukar
rupiah dan sekaligus membalikkan arus modal yang lari kembali ke dalam negeri dengan
menaikkan tingkat suku bungan tabungan dalm suatu persentase yang paling tinggi yang
pernah dilakukan oleh otoritas moneter Indonesia dalam sejarah negara terebut. Namun,
upaya itu gagal mengehentikan laju penurunan nilai rupiah dan tidak mampu menarik
kembali modal dari luar Indonesia. Akhirnya, pemerintah Indonesia terpaksa melepas
sistem penentuan kurs rupiah managed floating (bebas terkendali; kurs rupiah bebas
bergerak ke atas dan ke bawah, namun ada batas maksimum dan minimum) pada tahun
1998, karena Bank Indonesia mulai kehabisan stok dolar AS untuk intervensi pasar.
Setelah pengalaman pahit tersebut, pemerintah Indonesia melakukan banyak langkah
untuk mencegah agar di kemudian hari walaupun krisis seperti tahun 1997-1998 tersebut
akan sangat mungkin muncul kembali namunn dampaknya terhadap perekonomian
Indonesia dapat ditekan seminimum mungkin. Langkah-langka tersebut terutama fokus
pada:
29
1. Memperkuat ekspor non-migas
2. Mengurangi dan menghilangkan ketergantungan pada ULN (utang luar negeri),
impor dan investasi jangka pendek atau yang bermotivasi spekulasi dihilangkan
3. Memperkuat sektor perbankan/keuangan
4. Menerpakan kembali mekanisme penentuan lurs berdasarkan sistem bebas
terkendali
5. Menyiapkan cara penanggulangan krisis yang bagus dengan memperhatikan
semua faktor-faktor yang secar teori sangat memungkinkan munculnya suatu
krisis serupa
2. Krisis Ekonomi Global 2008-2009
Krisis ekonomi global 2008-2009 dipicu oleh suatu krisis keuangan yang besar di AS
pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuagan global, krisis tersebut menjalar ke
sebagian besar dunia, terutama negara-negara maju seperti Jepang dan Uni Eropa yang
secara ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS. Oleh banyak ekonom dunia
krisis ini disebut sebagai krisis ekonomi paling serius setelah depresiasi ekonomi besar
yang terjadi pada dekade 30-an.
Berdasarkan laporan mengenai perekonomian Asia dari IMF (International Monetery
Fund) yang dikeluarkan pada bulan April 2009, pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut
secara keseluruhan di prediksi menurun sekitar 1,4 persen pada tahun 2009.
Krisis 2008-2009 tersebut mempengaruhi banyak negara melalui sejumlah jalur, yaitu
ekspor, investasi (termasuk PMA), dan pengiriman uang dari pekerja-pekerja migran.
Namun demikian, jalur yang paling utama untuk sebagian besar negara-negara yang
terkena dampaknya adalah ekspor.
Ekspor merupakan jalur transmisi yang memiliki dampak bagi kebanyakan negara,
terutama negara-negara yang berorientasi ekspor seperti Hongkong-Cina, Korea Selatan,
Malaysia, Singapora, Cina-Taipei, dan Thailand maka krisis ekonomi global 2008-2009
(berbeda dengan kasus krisis 1997-1998) bagi banyak negara, termasuk Indonesia,
merupakan sebuah krisis permintaan dunia.
Sebuah krisis ekonomi bersumber dari luar seperti krisis 2008-2009 yang dapat
memberi suatu dampak sangat buruk terhadap sebuah negara, namun pada saat yang
bersamaan, beberapa sektor ekonomi di negara itu bisa sama sekali tidak merasakan
dampaknya. Ada beberapa sektor yang lebih berorientasi ekspor daripada sektor-sektor
lainnya, dan ada pula beberapa sektor yang mempunyai ketergantungan besar terhadap
impor, sementara ada pula beberapa sektor lainnya yang sangat tergantung pada hanya
menjualnya pada pasar domestik dan menggunakan hanya input-input dari dalam negeri.
Jadi, dari sisi produksi/suplai, sektor-sektor ekonomi yang berbeda bisa mengalami
dampak yang berbeda dari krisis 2008-2009. Untuk melihat hal ini, Tabel 2
memperlihatkan laju pertumbuhan PDB Indonesia berdasarkan tiga sektor periode yaitu:
sebelum krisis 1997-1998, setelah krisis tersebut hingga menjelang krisis 2008-2009 dan
krisis 2008-2009.
30
Tabel 2: Pertumbuhan PDB Indonesia menurut Sektor 1995-2010 (% tahun-ke-tahun)
Sektor 1995 2000 2007 2008 2009
Pertanian 4,4 2,3 3,4 4,8 4,1
Pertambangan 6,7 5,3 2,0 0,5 4,4
Industri Manufaktur 10,8 5,5 4,7 3,7 2,1
Listrik, Gas, dan Suplai Air 15,9 9,6 10,3 10,9 13,8
Bangunan 12,9 5,8 8,6 7,3 7,1
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,9 8,5 8,4 7,2 1,1
Transportasi dan komunikasi 8,5 8,7 13,9 16,7 15,5
Keuangan 11,0 5,7 8,0 8,2 5,0
Jasa-jasa 3,3 2,4 6,6 6,4 6,4
PDB 6,2 5,4 6,3 6,1 4,5
Seperti yang dapat dilihat, sebelum terjadinya krisis 1997-1998 itu, kinerja ekonomi
Indonesia sangat baik dengan laju pertumbuhan PDB yang tinggi rata-rata pertahun selama
dekade 80-an hingga pertengahan tahun 90-an. Satu tahun sebelum krisis 2008-2009
terjadi perekonomian Indonesia relatif sehat, walaupun laju pertumbuhan PDBnya masih
di bawah tingkat yang pernah dicapai pada era sebelum krisis 1997-1998 itu terjadi.
Selama periode krisis 2008-2009, semua sektor ekonomi mampu mempertahankan
pertumbuhan output tetap positif walaupun dalam laju-laju yang menurun. Khusus industri
manufaktur, indeks produksi (2000=100) di Indonesia mengalami suatu penurunan dari
tingkat maksimum 131,83 yang tercatat pada bulan Agustus 2008 ke 124,17 pada bulan
Januari 2009, setelah itu mulai naik kembali.
Jika dilihat dari daerah Asia Tenggara negara Laos sebagai negara kecil yang
dikelilingi oleh negara-negara lain (landlocked), dan (karena itu) ekonominya berorientasi
ke dalam daripada keluar sangat mungkin ekonomi negara tersebut terisolasi dari pengaruh
karena krisis tersebut.
31
BAB 5. KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Menjelaskan Permasalahan Pokok 2. Menjelasakan Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 3. Analisis Empiris kemiskinan dan pendapatan 4. Tujuan Pembangunan Milenium 5. Menguraikan Kebijakan Anti-Kemiskinan 6. Menggambarkan seluruh isi bab 5, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan(yang dimaksud dengan
kesenjangan ekonomi) dan tingkat kemiskinan ( persentase dari jumlah populasi yang hidup
dibawah garis kemiskinan) merupakan dua masalah besar di banyak LDCs , tidak terkecuali
Indonesia. Dikatakan besar ,karena jika dua masalah ini berlarut-larut atau dibiarkan semakin
parah , pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan social yang sangat serius
.Suatu pemerintahan bias jatuh karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi
menghadapi kemiskinannya.Bahkan kejadian tragedi Mei 1998 menjadi suatu pertanyaan
(hipotesis) hingga sekarang andaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia sama
dengan misalnya di Swiss , mungkinkah mahasiswa akan begitu ngotot berdemonstrasi
hingga akkhirnya membuat rezim soeharto jatuh pada bulan mei 1998?
Namun ,sejarah menunjukan bahwa setelah 30 tahun lebih sejak Pelita I tahun 1969 ,
ternyata efek menetes tersebut kecil (kalau tidak bias dikatakan sama sekali tidak ada) ,atau
proses mengalir kebawahnya sangat lambat .Akibat dari strategi tersebut dapat dilihat pada
tahun 1980-an hingga krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997 , Indonesia memang menikmati
laju pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun yang tinggi , tetapi tingkat kesenjangan dalam
pembagian PN juga semakin besar dan jumlah orang miskin semakin banyak ; bahkan
meningkat tajam sejak krisis ekonomi.
KONSEP DAN DEFINISI
Besarny
a kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan.Konsep yang
mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative ,sedangkan konsep yang
pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absoulut.
Kemiskinan relative adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan didalam distribusi
pendapatan ,yang biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata
dari distribusi yang dimaksud .Dinegara maju (DCs) ,kemiskinan relative diukur sebagai
suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata per kapita.Sebagai suatu ukuran relative ,
kemiskinan relative dapat berbeda menurut Negara atau periode didalam suatu
Negara.Kemiskinan absoulut adalah derajat dari kemiskinan dibawah , dimana kebutuhan-
kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.Ini adalah suatu ukuran tetap
(tidak berubah) di dalam bentuk suatu kebutuhan kalori minimum ditambah komponen-
komponen nonmakanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun
32
kemiskinan absolute sering juga disebut kemiskinan ekstrem , tetapi maksud dari yang
terakhir ini bias bervariasi , tergantung pada interpensi setempat atau kalkulasi .
PERTUMBUHAN , KESENJANGAN , DAN KEMISKINAN
Hubungan Antara Pertumbuhan dan Kesenjangan : Hipotesis Kuznets
Data
tahun 1970-an dan 1980-an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di
banyak LDCs , terutama Negara-negara yang proses pembangunan ekonominya sangat pesat
dan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi , seperti Indonesia ,menunjukan seakan-
akan ada suatu kolerasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan
dalam distribusi pendapatan : semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar
pendapatan perkapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya .Bahkan
,suatu study dari Ahuja ,dkk (1997) di Negara-negara di Asia Tenggara menunjukan bahwa
setelah sempat turun dan stabil selama 1970-an dan 1980-an pada saat Negara-negara itu
mengalami laju pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun yang tinggi , pada awal 1990-an
ketimpangan dalam distribusi pendapatan di Negara-negara tersebut mulai membesar
kembali.Hal ini tidak hanya terjadi di LDC ,tetapi juga di DCs .Studi-studi dari Jannti (1997)
dan Mule(1998) memperlihatkan bahwa perkembangan ketimpangan dalam pembagian PN
antara kelompok kaya dengan kelompok miskin di sweeden , inggris , AS , dan beberapa
Negara lainnyaa di Eropa barat menunjukan suatu tren yang meningkat selama 1970-an dan
1980-an.Misalnnya ,Jannti(1997) didalam studi nya membuat suatu kesimpulan bahwa
semakin membesarnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan di Negara-negara tersebut
disebabkan oleh pergeseran-pergeseran demografi , perubahan pasar buruh dan perubahan
kebijakan-kebijakan public.Dalam hal perubahan pasar buruh , membesarnya kesenjangan
pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya saham pendapatan dari istri didalam
total pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab penting .
Hubungan Antara Pertumbuhan dan Kemiskinan
Dasar
teori dari korelasi antara pertumbuhan pendapatan per kapita dan tingkat kemiskinan tidak
berbeda dengan kasus pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan dalam distribusi
pendapatan seperti yang telah dibahas di atas.Mengikuti hipotesis Kuznets ,pada tahap awal
dari proses pembangunan , tingkat kemiskinan cenderung meningkat , dan pada saat
mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur
berkurang.Tentu , seperti telah dikatakan sebelumnya , banyak factor-faktor lain lain selain
pertumbuhan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu
wilayah/Negara,seperti derajat pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi .
Dasar
persamaan untuk menggambar relasi antara pertumbuhan output agregat dan kemiskinan
dapat diambil dari persamaan .Dalam persamaan tersebut , elastisitas dari ketidakmerataan
dalam distribusi pendapatan terhadap pertumbuhan pendapatan adalah suatu komponen kunci
dari perbedaan antara efek bruto (ketimpangan konstan) dan efek neto (ada efek dari
33
perubahan ketimpangan) dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan.Apabila
elastisitas neto dan bruto dari kemiskinan terhadap pertumbuhan pendapatan dinyatakan
masing-masing dengan g dan l ,elastisitas dari ketimpangan terhadap pertumbuhan dengan b ,
dan elastisitas dari kemiskinan terhadap ketimpangan dengan d , maka didapat :
Sudah
cukup banyak studi empiris dengan pendekatan analisis lintas Negara yang menguji relasi
antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan ,dan hasilnya menunjukan bahwa memang ada
suatu korelasi yang kuat antara kedua variable ekonomi makro tersebut .Akhir-akhir ini juga
cukup banyak studi yang mencoba membuktikan adanya pengaruh dari pertumbuhan output
sektoral terhadap pengurangan jumlah orang miskin .Dalam kata lain , kemiskinan tidak
hanya berkolerasi dengan pertumbuhan output agregat atau PDB atau PN ,tetapi juga dengan
pertumbuhan output di sector-sektor ekonomi secara individu.misalnya studi dari Ravallion
dan Datt dengan memakai data dari india menemukan bahwa pertumbuhan bahwa
pertumbuhan output disektor-sektor primer ,khususnya pertanian ,jauh lebih efektif terhadap
penurunan kemiskinan di pedesaan maupun perkotaan .Kakwani juga melaporkan hasil yang
sama dari penelitiannya dari kasus Filipina .dikatakan dalam studinya bahwa sementara
peningkatan 1% output di sector pertanian mengurangi jumlah orang yang hidup dibawah
garis kemiskinan sedikit diatas 1% ,persentase pertumbuhan yang sama dari output disektor
industry dan disektor jasa hanya mengakibatkan pengurangan kemiskinan antara seperempat
jingga sepertiga persen .
PENEMUAN EMPIRIS
1. DISTRIBUSI PENDAPATAN
Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya
menggunakan data BPS mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dari survey social
nasional (susenas).Data pengeluaran konsumsi dipakai sebagai suatu pendekatan (proksi)
untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat .Walaupun diakui bahwa cara ini
sebenarnya mempunyai suatu kelemahan yang serius ; data pengeluaran konsumsi bias
memberikan informasi yang tidak tepat mengenai pendapatan ,atau tidak mencerminkan
tingkat pendapatan yang sebenarnya.Jumlah pengeluaran konsumsi seseorang tidak harus
selalu sama dengan jumlah pendapatan yang diterimanya ,bias lebih besar atau lebih kecil
.Misalnya , pendapatannya lebih besar tidak selalu berarti pengeluaran konsumsinya juga
besar ,karena ada tabungan .Sedangkan jika jumlah pendapatannya rendah , tidak selalu
berarti jumlah konsumsinya juga rendah .Banyak rumah tangga memakai kredit bank
untuk membiayai pengeluaran konsumsi tertentu ,misalnya untuk beli rumah dan mobil
,dan untuk membiayai sekolah anak atau bahkan untuk hiburan.
Demikian pula pengertian pendapatan , yang artinya pembayaran yang didapat
karenabekerja atau menjual jasa , tidak sama dengan pengertian kekayaan .Kekayaan
seseorang bisa jauh lebih besar daripada pendapatannya .Atau , seseorang bisa saja tidak
mempunyai pekerjaan (pendapatan) tetapi ia sangat kaya karena ada warisan keluarga
.Banyak pengusaha-pengusaha muda di Indonesia kalu diukur dalam tingkat pendapatan
mereka tidak terlalu berlebihan ,tetapi mereka (atau orang tua mereka).
34
Secara teoritis ,perubahan pola distribusi pendapatan di pedesaan dapat disebabkan
oleh factor-faktor berikut :
Akibat arus penduduk/L dari pedesaan ke perkotaan yang selama orde baru
berlangsung sangat pesat.sesuai teori A.Lewis (1954) ,perpindahan orang dari
pedesaan ke perkotaan memberikan suatu dampak positif terhadap perekonomian
di pedesaan : kesempatan kerja produktif , tingkat produktivitas dan pendapatan
rata-rata masyarakat di pedesaan meningkat .sedangkan ekonomi perkotaan pada
suatu saat akhirnya tidak mampu menampung suplai L yang meningkat terus setiap
tahunnya ,yang sebagian besar adalah pendatang dari pedesaan ,yang akhirnya
berakibat pada peningkatan pengangguran ,disatu pihak , dan menurunnya laju
pertumbuhan tingkat upah/gaji ,dipihak lain .
Struktur pasar dan besarnya distorsi yang berbeda di pedesaan dengan diperkotaan
,Dipedesaan jumlah sector relative lebih kecil dibandingkan diperkotaan ,dan
sector-sektor yang ada dipedesaan lebih kecil dibandingkan sector-sektor yang
sama diperkotaan .Perbedaan ini ditambah dengan tingkat pendaapatan perkapita
dipedesaan yang lebih rendah daripada diperkotaan .struktur pasar yang sederhana
ini membuat distorsi pasar juga relative lebih kecil dipedesaan dibandingkan
diperkotaan .
Dampak positif dari proses pembangunaan ekonomi nasional.Dampak tersebut bisa
dalam beragam bentuk, diantaranya :
Semakin banyak kegiatan-kegiatan ekonomi di pedeesaan diluar sector
pertanian , seperti industry manufaktur .Diversifikasi ekonomi pedesaan ini
tentu menambah jumlah kesempatan kerja dipedesaan dan juga menambah
pendapatan petani.
Tingkat produktivitas dan pendapatan L di sector pertanian meningkat ,
bukan saja akibat arus manusia dari sector tersebut ke sector-sektor lainnya
diperkotaan tetapi juga akibat penerapan/pemakaian T baru dan penggunaan
input-input yang lebih baik ,misalnya pupuk hasil pabrik ,dan permintaan
pasar domestic dan X terhadap komoditas-komoditas pertanian meningkat.
Potensi SDA yang ada di pedesaan smakin baik dimanfaatkan oleh penduduk
desa.
2. KEMISKINAN
Kemiskinan bukan hanya masalah Indonesia ,tetapi merupakan masalah
dunia.Laporan dari bank dunia menunjukan bahwa tahun 1998 terdapat 1,2 miliar orang
miskin dari sekitar 5 miliar lebih jumlah penduduk di dunia.Sebagian besar dari jumlah
tersebut terdapat di Asia selatan (43,5%) yang terkonsentrasi di india ,Bangladesh
,Nepal,sri langka ,dan Pakistan .Afrika sub-sahara merupakan wilayah kedua di dunia
yang padat orang miskin.Kemiskinan di wilayah ini terutama disebabkan oleh iklim dan
kondisi tanah yang tidak mendukung kegiatan pertanian , pertikaian yang tidak henti-
hentinya antar suku manajemen ekonomi makro yang buruk dan pemerintahan yang
bobrok .Wilayah ketiga yang terdapat banyak orang miskin adalah Asia tenggara dan
35
Pasifik (23,2%).Kemiskinan di Asia Tenggara terutama terdapat di cina , laos , Indonesia ,
Vietnam , Thailand , dan kamboja .
Di Indonesia ,kemiskinan merupakan salah satu masalah besar . terutama melihat
kenyataan bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin di tanah air berdasarkan garis
kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi
dalam kurun waktu sejak pelita I hingga 1997. Berdasarkan fakta ini ,selalu muncul
pertanyaan : apakah memang laju pertumbuhanyang tinggi dapat mengurangi tingkat
kemiskinan ? atau ,apakah memang terdapat satu kolerasi negative yang signifikan antara
tingkat pertumbuhan dan persentase jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan ?
KEBIJAKAN ANTIKEMISKINAN
Untuk mengetahui kenapa diperlukan kebijakan anti kemiskinan dan distribusi
pendapatan ,perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana hubungan alamiah antara
pertumbuhan ekonomi ,kebijakan , kelembagaan , dan penurunan kemiskinan .
Tahun 1990 ,bank dunia lewat laporannya world development report on poverty
mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan kemiskinan perlu
dilakukan secara serentak pada tiga font : pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya
yang menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi kelompok miskin , pengembangan
SDM yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi , dan membuat suatu jaringan
pengamanan social untuk mereka diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan kesempatan
pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental , bencana alam ,konflik social
, dan terisolasi secara fisik .
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kebijakan, kelembagaan dan penurunan
kemiskinan disajikan dan gambar berikut ini.
Kebijakan lembaga dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO, dsb.
World bank (1990) peprangan melawan kemiskinan melalui:
Pertumbuhan ekonomi yang luas dan menciptakan lapangan kerja yang padat karya
Pengembangan SDM
Membuat jaringan pengaman social bagi penduduk miskin yang tidak mampu
memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja serta
pengembangan SDM sebagai akibat dari cacat fisik dan mental, bencana, konflik
social atau wilayah yang terisolasi
36
World bank (2000) memberikan resep baru dalam memerangi kemiskinan dengan 3 pilar:
1. Pemberdayaan yaitu proses peningkatan kapasitas penduduk miskin untuk
mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintah yang mempengaruhi kehidupan mereka
dengan memperkuat partisipasi mereka dalam proses politik dan pengambilan
keputusan tingkat local.
2. Keamanan yaitu proteksi bagi orang miskin terhadap goncangan yang merugikan
melalui manajemen yang lebih baik dalam menangani goncangan ekonomi makrodan
jaringan pengaman yang lebih komprehensif.
3. Kesempatan yaitu proses peningkatan akses kaum miskin terhadap modal fisik dan
modal manusia dan peningkatan tingkat pengembalian dari asset asset tersebut.
ADB (1999) menyatakan ada 3 pilar untuk mengentaskan kemiskinan:
Pertumbuhan berkelanjutan yang prokemiskinan
Pengembangan social yang mencakup: pengembangan SDM, modal social, perbaikan
status perempuan, dan perlindungan social
Manajemen ekonomi makro dan pemerintahan yang baik yang dibutuhkan untuk
mencapai keberhasilan.
Factor tambahan:
Pembersihan polusi udara dan air kota-kota besar
Reboisasi hutan, penumbuhan SDM, dan perbaikan tanah
Strategi oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan:
1. Jangka pendek yaitu membangun sector pertanian, usaha kecil dan ekonomi pedesaan
2. Jangka menengah dan panjang mencakup:
Pembangunan/ penguatan sector swasta
Kerjasama regional
Manajemen pengeluaran penerintah (APBN) dan administrasi
Desentralisasi
Pendidikan dan kesehatan
Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
Pembagian tanah pertanian yang merata
37
BAB 6. PERKEMBANGAN DAN REVITALISASI SEKTOR PERTANIAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU : 1. Menjelaskan Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional 2. Menjelaskan Perkembangan subsektor-subsektor pertanian 3. Pola pembangunan pertanian di Indonesia 4. Nilai Tukar Petani (NTP), perubahan dan perkembangannya. 5. Konsep ketahanan pangan dan kebijakan pangan 6. Strategi pembangunan pertanian di Indonesia 7. Investasi di bidang pertanian (agrobisnis) 8. Keterkaitan sektor pertanian dengan industri manufaktur 9. Menggambarkan seluruh isi bab 6, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
A. Pengertian Revitalisasi Pertanian
Revitalisasi pertanian mengandung arti sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual dalam arti menyegarkan kembali vitalitas memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Revitalisasi pertanian memiliki tiga pilar pengertian. Pertama, pengertian revitalisasi pertanian sebagai kesadaran akan pentingnya pertanian –dalam arti vitalnya pertanian- bagi kehidupan bangsa dan rakyat Indoesia; kedua, revitalisasi pertanian sebagai bentuk rumusan harapan masa depan akan kondisi pertanian; serta ketiga, pengertian revitalisasi sebagai kebijakan dan strategi besar melakukan “proses revitalisasi” itu sendiri.
B. Pentingnya Revitalisasi Pertanian
Revitalisasi bukan dimaksudkan membangun pertanian at all cost dengan cara-cara yang top-dwon sentralistik; bukan pula orientasi proyek untuk menggalang dana; tetapi revitalisasi adalah menggalang komitmen dan kerja sama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola pikir masyarakat melihat pertanian tidak hanya urusan bercocok tanam yang hanya sekedar menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian mempunyai multi-fungsi yang belum mendapat apresiasi yang memadai dari masyarakat. Pertanian merupakan way of life dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat kita. Pertanian merupakan pemasok sandang, pangan, dan pakan untuk kehidupan penduduk desa dan kota; juga sebagai pemelihara atau konservasi alam yang berkelanjutan dan keindahan lingkungan untuk dinikmati (wisata-agro), sebagai penghasil biofarmaka dan penghasil energi seperti bio-diesel.
Arti penting secara proporsional tidak dimaksudkan untuk menjadikan bidang dan sektor lain menjadi lebih tidak penting, tetapi justru menekankan keterkaitan, saling ketergantungan, dan sinergi. Arti penting pertanian juga dilihat secara konstektual sesuai perkembangan masyarakat. Pertanian tidak dipentingkan melulu karena pertimbangan masa lalu, tetapi terutama karena pemahaman atas kondisi saat ini dan antisipasi masa depan dalam masyarakat yang mengglobal, semakin modern, dan menghadapi persaingan yang semakin ketat. Revitalisasi pertanian juga diartikan sebagai usaha, proses dan
38
kebijakan untuk menyegarkan kembali daya hidup pertanian, memberdayakan kemampuannya, membangun daya-saingnya, meningkatkan kinerjanya, serta menyejahterakan pelakunya, terutama petani, nelayan, dan petani hutan; sebagai bagian dari usaha untuk menyejahterakan seluruh rakyat. Revitalisasi pertanian diarahkan untuk mewujudkan sistem pertanian industrial berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian, dengan sasaran sebagai berikut:
1) Terwujudnya Sistem Pertanian Industrial Yang Berdayasaing. Sistem pertanian industrial dicirikan oleh usaha pertanian bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dalam satu rantai pasok (supply chain) berdasarkan relasi kemitraan sinergis dan adil dengan bertumpu pada sumberdaya nasional, kearifan lokal serta ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan. Sistem pertanian industrial adalah sosok pertanian ideal yang merupakan keharusan agar usaha pertanian dapat bertahan hidup dan tumbuh berkembang secara berkelanjutan dalam tatanan lingkungan persaingan global yang makin ketat.
2) Mantapnya Ketahanan Pangan Secara Mandiri. Mantapnya ketahanan pangan secara mandiri berarti terpenuhinya pasokan pangan dan terjaminnya akses pangan sesuai kebutuhan bagi seluruh masyarakat dengan mengandalkan produksi dalam negeri dan kemampuan daya beli masyarakat. Upaya pemantapan ketahanan pangan tidak boleh merugikan, malah harus didasarkan sebagai bagian integral dari upaya peningkatan kesejahteraan petani.
3) Terciptanya Kesempatan Kerja Penuh Bagi Masyarakat Pertanian. Dalam jangka panjang diharapkan seluruh angkatan kerja pertanian mendapatkan pekerjaan penuh sehingga pengangguran terbuka maupun terselubung tidak lagi terjadi secara permanen. Faktor kunci untuk itu ialah meningkatkan kesempatan kerja di pedesaan dan mengurangi tekanan penyerapan tenaga kerja di pertanian.
4) Terhapusnya Masyarakat Pertanian dari Kemiskinan dan Tercapainya Pendapatan Petani US$ 4500/kapita/tahun. Berkurangnya jumlah masyarakat tani miskin dan meningkatnya pendapatan petani merupakan prasyarat terwujudnya kesejahteraan masyarakat tani yang menjadi sasaran akhir pembangunan pertanian. Ini hanya dapat diwujudkan melalui peningkatan skala usahatani, peningkatan produktivitas dan pengurangan tekanan penduduk pada usaha pertanian.
Adapun arah kebijakan yang akan ditempuh dalam pembangunan pertanian jangka panjang adalah: (a) Membangun basis bagi partisipasi petani; (b) Meningkatkan potensi basis produksi dan skala usaha pertanian; (c) Mewujudkan pemenuhan kebutuhan sumberdaya insani pertanian yang berkualitas; (d) Mewujudkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur pertanian; (e) Mewujudkan sistem pembiayaan pertanian tepat guna; (f) Mewujudkan sistem inovasi pertanian; (g) Penyediaan sistem insentif dan perlindungan bagi petani; (h) Mewujudkan sistem usahatani bernilai tinggi melalui intensifikasi, diverdifikasi dan pewilayahan pengembangan komoditas unggulan; (i) Mewujudkan Agroindustri berbasis pertanian domestik di pedesaan; (j) Mewujudkan sistem rantai pasok terpadu berbasis kelembagaan pertanian yang kokoh; (k) Menerapkan praktek pertanian dan manufaktur
39
yang baik; dan (l) Mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan berpihak kepada petani dan pertanian
Dukungan Kebijakan Lintas Sektoral
Beberapa dukungan kebijakan yang diperlukan untuk merevitalisasi sektor pertanian yaitu: (a) Kebijakan ekonomi makro yang kondusif, yaitu inflasi yang rendah, nilai tukar yang stabil dam suku bunga riil positif; (b) Pembangunan infrastruktur pertanian, meliputi pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi, perluasan lahan pertanian, terutama di luar Jawa, pencegahan konversi lahan terutama di Jawa, pengembangan jalan usahatani dan jalan produksi serta infrastruktur lainnya; (c) Kebijakan pembiayaan untuk mengembangkan lembaga keuangan yang khusus melayani sektor pertanian, lembaga keuangan mikro, pembiayaan pola syaraiah, dan lainnya; (d) Kebijakan perdagangan yang memfasilitasi kelancaran pemasaran, baik di pasar dalam negeri maupun ekspor. Selain itu, untuk melindungi sektor pertanian dari persaingan di pasar dunia, diperlukan: (i) memperjuangkan konsep Strategic Product (SP) dalam forum WTO; (ii) penerapan tarif dan hambatan non-tarif untuk komoditas-komoditas beras, kedelai, jagung, gula, beberapa produk hortikultura dan peternakan; (e) Kebijakan pengembangan industri yang lebih menekankan pada agroindustri skala kecil di perdesaan dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petanai; (f) Kebijakan investasi yang kondusif untuk lebih mendorong minat investor dalam sektor pertanian; (g) Pembiayaan pembangunan yang lebih memprioritaskan anggaran untuk sektor pertanian dan sektor-sektor pendukungnya; (h) Perhatian pemerintah daerah pada pembangunan pertanian meliputi: infrastuktur pertanian, pemberdayaan penyuluh pertanian, pengembangan instansi lingkup pertanian, menghilangkan berbagai pungutan yang mengurangi dayasaing pertanian, serta alokasi APBD yang memadai.
Strategi dan Kebijakan Khusus Jangka Panjang
1. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ketahanan Pangan
Pokok-pokok kebijakan ketahanan pangan yang harus mendapat prioritas dalam pembangunan jangka panjang yaitu; (a) Mengembangkan sistem pengaturan perdagangan pangan yang adil, (b) Melakukan pengendalian konversi lahan, (c) Meningkatkan produktivitas usaha pangan, (d) Peningkatan pengelolaan konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan berimbang, (e) Meningkatkan kutu dan keamanan pangan, (f) Melakukan antisipasi terhadap dinamika perubahan iklim dan sumberdaya air, (g) Meningkatkan pengelolaan pertumbuhan penduduk dan (h) Mengembangkan aliansi solidaritas masyarakat mengatasi masyarakat mengatasi kerawanan pangan.
Langkah-langkah kebijakan operasional pembangunan ketahanan pangan nasional dilakukan dengan: (a) Pengembangan produksi dan ketersediaan pangan, melalui pemeliharaan dan peningkatan kapasitas produksi pangan nasional, peningkatan produksi pangan domestik meliputi volume, kualitas dan keragamannya, serta pengembangan teknologi; (b) Distribusi dan akses pangan melalui pemanfaatan wahana perdagangan internasional, dilaksanakan dengan menfasilitasi dan mengatur ekspor, impor pangan, yang berorientasi pasar dan berpihak pada keseimbangan kepentingan produsen maupun konsumen; serta peningkatan
40
efesiensi sistem distribusi pangan; (c) Pengelolaan terhadap permintaan dan konsumsi pangan melalui pengembangan konsumsi pangan beragam, bergizi dan berimbang serta; peningkatan penghasilan dan daya beli masyarakat terhadap pangan.
2. Strategi dan Kebijakan Pembiayaan Pertanian
Strategi yang ditempuh dalam rangka mengembangkan pembiayaan pertanian adalah sebagai berikut: (a) Menyempurnakan kebijaksanaan pembiayaan yang ada sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas petani dan pelaku agribisnis terhadap sumber pembiayaan; (b) Mengembangkan pola subsidi bunga kredit agar kredit perbankan terjangkau oleh petani kecil di pedesaan; (c) Mengembangkan pola penjaminan kredit dan pola pendampingan bagi UMKM agribisnis; (d) Mengembangkan pembiayaan pola bagi hasil/syariah untuk pembiayaan sektor pertanian; (e) Mengembangkan lembaga keuangan khusus pertanian dan lembaga keuangan mikro (LKM) pedesaan untuk pembiayaan UMKM agribisnis; (f) Mengembangkan skim kredit yang tersedia menjadi skim kredit agribisnis yang mudah diakses oleh petani; (g) Mensosialisasikan sumber-sumber pembiayaan yang telah ada; (h) Meningkatkan kerja sama dengan lembaga keuangan dan negara donor di luar negeri untuk pengembangan pembiayaan agribisnis; dan (i) Meningkatkan partisipasi/memobilisasi dana masyarakat untuk pengembangan agribisnis.
Strategi dan Kebijakan Pengembangan Ekspor Produk Pertanian
Target ekspor komoditas pangan, perkebunan, dan peternakan tahun 2005 diharapkan dapat mencapai 7,8 miliar dollar AS. Nilai expor diharapkan tumbuh minimal 5 persen per tahun, sehingga tahun 2009 total ekspor dapat mencapai 12 miliar dollar AS. Strategi pengembangan ekspor yang perlu ditempuh adalah:
Meningkatkan daya saing produksi dalam negeri melalui: (i) Pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian untuk mampu mengakses teknologi pengolahan hasil dan informasi pasar; (ii) Menumbuh kembangkan industri pengolahan hasil pertanian di perdesaan untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah hasil pertanian, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (iii) Meningkatkan volume, nilai dan keragaman produk ekspor baik segar maupun olahan; (iv) Penumbuhan kawasan agroindustri melalui Pelayanan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P3HP); (v) Pengembangan sarana dan prasarana pasar termasuk cold storage dan packing house; (vi)Harmonisasi tarif, pajak/pungutan ekspor & standardisasi mutu.
Peningkatkan pangsa pasar ekspor melalui: (i) Pengembangan informasi pasar & market intelligence; (ii) Penguatan diplomasi, negosiasi dalam membuka pasar; (iii) Perluasan akses pasar melelui promosi dan pengembangan Free Trade Area (FTA); (iv) Peningkatan kerjasama internasional; (v) Peningkatan kemampuan negosiasi dan diplomasi (sekretariat WTO, training, magang), dan (vi) Sosialisasi hasil-hasil negosiasi & diplomasi.
Untuk mempercepat peningkatan nilai tambah yang pada gilirannya akan berdampak kepada peningkatan kesejahteraan pelakunya, maka strategi pengembangan komoditi pertanian harus difokuskan kepada produk hilir agroindustri. Mengingat besarnya investasi untuk mengembangkan produk hilir, maka komoditi yang akan dikembangkan produk
41
hilirnya harus dipilih yang mempunyai nilai tambah besar, investasinya tidak terlalu besar, pasar produknya cukup luas, penguasaan sumberdaya manusia mencukupi dan tersedianya berbagai prasyarat normatif lain yang mampu dipenuhi. Untuk itu pengembangan komoditi akan diprioritaskan kepada komoditi sebagai berikut: (1) Padi; (2) Jagung; (3) Kedelai; (4) Pisang; (5) Jeruk; (6) Bawang merah; (7) Anggrek; (8) Kelapa Sawit; (9) Karet; (10) Kakao; (11) Kelapa; (12) Tebu; (13) Sapi; (14) Ayam
PERANAN PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL
A. Peranan Pertanian bagi Perekonomian Indonesia
Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa peranan, yang
juga tertuang dalam Repelita VI sebagai berikut:
1. Mensejahterakan petani
Sektor pertanian merupakan sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat
petani. Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan
partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui
peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.
2. Menyediakan pangan
Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan
bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini sudah berjumlah 220 juta jiwa. Dengan
peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatf murah, telah memungkinkan
biaya hdup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya biaya hidup di Indonesia
menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang
cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional
(food security) yang erta kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.
3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar
masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah
Sebagai contoh, mengingat pembangunan besar-besaran terjadi di perkotaan adapun
masyarakat mayoritas berdomisili di pedeaan yang merupakan sumber sektor pertanian.
Maka pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik
pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.
4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri
Indonesia mempunyai sumber daya pertanian yang sangat besar, namun produk
pertanian umumnya mudah busuk, banyak makan tempat, dan musiman. Sehingga dalam
42
era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengkonsumsi nabati alami setiap
saat, dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka peranan agroindustri
akan dominan.
Dan jika sektor pertanian terus ditingkatkan maka diharapkan sektor ini mampu
menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat,
meningkatkan daya beli rakyat, dan mampu melanjutkan proses industrialisasi.
5. Menghasilkan devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu
subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet, kopi,
teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-komoditas tersebut
adalah untuk diekspor.
Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa
dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya (belum termasuk nilai ekspor produk olahan
perkebunan) mencapai US$ 4 milyar per tahun. Sumbangan sector pertanian terhadap
pembangunan dan devisa negara ditentukan oleh produktivitas dari sector ini. Karena sektor
ini memilik sumbangan besar terhadap perekonomian nasional, maka rendahnya
produktivitas pertanian akan berpengaruh terhadap produktivitas perekonomian secara
keseluruhan.
Sumbangan terbesar sektor pertanian selama PJP I (Pembangunan Jangka Panjang)
adalah tercapainya swasembada pangan, khususnya beras dalam tahun. Pada masa tersebut
Indonesia mampu mengekspor beras ke beberapa negara miskin sehingga dapat menambah
devisa. Dampak swasembada tersebut adalah meningkatnya pendapatan masyarakat,
kualitas gizi, serta penghematan devisa. Selain itu, swasembada pangan juga telah
meningkatkan kestabilan ekonomi nasional.
6. Menyediakan lapangan pekerjaan
Sebagaimana diterangkan di muka, sektor pertanian memiliki peran penting dalam
menyerap tenaga kerja. Di tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa angkatan kerja
pada tahun itu diserap oleh subsector pertanian primer.
Lagi, subsektor perkebunan memberikan kontribusinya dalam pembangunan nasional.
Sampai tahun 2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini diperkirakan
mencapai 17 juta jiwa. Kontribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaannya pun
mempunyai nilai tambah tersendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan
43
kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Dengan demikian, selain menyediakan lapangan
kerja subsektor perkebuna ikut mengurangi arus urbanisasi.
7. Pembentukan produk domestik bruto/peningkatan pendapatan nasional
Berdasarkan data yang kami peroleh, subsektor perkebunan merupakan salah satu
subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang
tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi nilai absolut
berdasarkan harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar Rp 33,7
triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2003, atau meningkat
dengan laju sekitar 11,7% per tahun. Dengan peningkatan tersebut, kontribusi PDB
subsector perkebunan terhadap PDB sector pertanian adalah sekitar 16%. Terhadap PDB
secara nasional tanpa migas, kontribusi subsector perkebunan adalah sekitar 2,9% atau
sekitar 2,6% PDB total. Jika menggunakan PDB dengan harga konstan tahun 1993, pangsa
subsektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah 17,6%, sedangkan terhadap
PDB non migas dan PDB nasional masing-masing adalah 3,0% dan 2,8%.
8. Tetap mempertahankan kelestarian sumber daya (peranan dalam pelestarian lingkungan
hidup)
Tidak ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya akan beraneka ragam
sumber daya pertanian secara alami (endowment factor). Maka dari itu, diharapkan dalam
penggunaannya sumber daya ini digunakan secara optimal dan tetap memperhatikan aspek
kelestarian sumber daya pertanian.
B. Realisasi pembangunan pertanian dalam peranannya sebagai sector penting di Indonesia
Dari sekian peranan sektor pertanian terhadap perekonomian nasional, namun
timbul pertanyaan kenapa dengan potensi yang sedemikian besar, sector pertanian belum
dapat mensejahterakan rakyat Indonesia?
Kwik Kian Gie memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dia mengatakan
bahwa sumber daya pertanian ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan
rakyat Indonesia dan sumber daya hutan dan kelautan masih banyak diserap dan
dimanfaatkna oleh masyarakat luar negeri. Padahal dengan sumber daya pertanian yang
melimpah itu sangat bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.
Kwik Kian Gie menambahkan ada kekeliruan dalam arah pembangunan nasional
Indonesia pada masa lalu, salah satunya adalah pembangunan yang lebih dititikberatkan
44
kepada pengembangan foot loose industry yang merupakan relokasi dari negara-negara
maju dan tidak berbasis pada potensi dan pengembangan sumber daya yang kita miliki.
Seperti kita ketahui sektor pertanian memiliki porsi yang besar untuk tenaga kerja.
Dan sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor itu. Salah
satu faktor tersebut adalah karena kualitas sumber daya masyarakat Indonesia masih
rendah. Kualitas tenaga kerja yang tersedia belum dapat memenuhi persyaratan yang
diperlukan untuk bekerja di sektor industri.
PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN 1. Peranan Sektor Pertanian Menurut Kuznets, Sektor pertanian di LDC’s mengkontribusikan thd pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk: a.Kontribusi Produk Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan BB untuk industri manufaktur spt industri: tekstil, barang dari kulit, makanan & minuman b.Kontribusi Pasar Pembentukan pasar domestik utk barang industri & konsumsi c.Kontribusi Faktor ProduksiPenurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal & TK dari sector pertanian ke Sektor lain d.Kontribusi Devisa Pertanian sbg sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui
ekpspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor. Kontribusi Produk. Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat
produksi dg sector non pertanian. Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN
seperti buah, beras & sayuran hingga daging. Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di
dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan harga yg lebih mahal. Kontribusi Pasar. Negara agraris merup sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian spt pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) & produk konsumsi (pakaian, mebel, dll) Keberhasilan kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung: Pengaruh keterbukaan ekonomi Membuat pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan
produk domestic, tapi juga impor sbg pesaing, shg konsumsi yg tinggi dari petani tdk menjamin pertumbuhan yg tinggi sector non pertanian.
Jenis teknologi sector pertanian Semakin moderen, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian
Kontribusi Faktor Produksi. F.P yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi
pertanian Tenaga kerja dan Modal Di Indonesia hubungan investasi pertanian & non pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman LN menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tsb: Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini harus
tetap dijaga & hal ini juga tergantung kepada factor penawaran Teknologi, infrastruktur & SDM dan factor permintaan nilai tukar produk pertanian & non pertanian baik di pasar domestic & LN
Petani harus net savers Pengeluaran konsumsi oleh petani < produksi
45
Tabungan petani > investasi sektor pertanian Kontribusi Devisa. Kontribusinya melalui : Secara langsung ekspor produk pertanian & mengurangi impor. Secara tidak langsung peningkatan ekspor & pengurangan impor produk berbasis pertanian spt tekstil, makanan & minuman, dll Kontradiksi kontribusi produk & kontribusi devias peningkatan ekspor produk pertanian menyebabkan suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian berakibat negative thd pasokan pasar dalam negeri. Untuk menghindari trade off ini 2 hal yg harus dilakukan: Peningkatan kapasitas produksi. Peningkatan daya saing produk produk pertanian
2. Sektor Pertanian di Indonesia Selama periode 1995-1997 PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan & perikanan)
menurun & sektor lain spt menufaktur meningkat. Sebelum krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non pertanian 1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas. Rendahnya pertumbuhan output pertanian disebabkan: Iklim kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun Lahan lahan garapan petani semakin kecil Kualitas SDM rendah Penggunaan Teknologirendah Sistem perdagangan dunia pasca putaran Uruguay (WTO/GATT) ditandatangani oleh 125 negara
anggota GATT telah menimbulkan sikap optimisme & pesimisme Negara LDC’s: Optimis Persetujuan perdagangan multilateral WTO menjanjikan berlangsungnya perdagangan
bebas didunia terbebas dari hambatan tariff & non tariff Pesimis Semua negara mempunyai kekuatan ekonomi yg berbeda. DC’s mempunyai kekuatan
> LDC’s Perjanjain tsb merugikan bagi LDC’s, karena produksi dan perdagangan komoditi pertanian, industri
& jasa di LDC’s masih menjadi masalah besar & belum efisien sbg akibat dari rendahnya teknologi & SDM, shg produk dri DC’s akan membanjiri LDC’s.
Butir penting dalam perjanjian untuk pertanian: Negara dg pasar pertanian tertutup harus mengimpor minimal 3 % dari kebutuhan konsumsi
domestik dan naik secara bertahap menjadi 5% dlm jk waktu 6 tahun berikutnya Trade Distorting Support untuk petani harus dikurangi sebanyak 20% untuk DC’s dan 13,3 %
untuk LDC’s selama 6 tahun Nilai subsidi ekspor langsung produk pertanian harus diturunkan sebesar 36% selama 6 tahun &
volumenya dikurangi 12%. Reformasi bidang pertanian dlm perjanjian ini tdk berlaku utk negara miskin Temuan hasil studi dampak perjanjian GATT: Skertariat GATT (Sazanami, 1995) Perjanjian tsb berdampak + yakni peningkatan pendapatan
per tahun Eropa Barat US $ 164 Milyar, USA US$ 122 Milyar, LDC’s & Eropa Timur US $ 116 Milyar. Pengurangan subsidi ekspor sebesar 36 % dan penurunan subsidi sector pertanian akan meningkatkan pendapatan sector pertanian Negara Eropa US $ 15 milyar & LDC’s US $ 14 Milyar
Goldin, dkk (1993) Sampai th 2002, sesudah terjadi penurunan tariff & subsidi 30% manfaat ekonomi rata-rata pertahun oleh anggota GATT sebesar US $ 230 Milyar (US $ 141,8 Milyar / 67%0 dinikmati oleh DC’s dan Indonesia rugi US $ 1,9 Milyar pertahaun
Satriawan (1997) Sektor pertanian Indonesia rugi besar dlm bentuk penurunan produksi komoditi pertanian sebesar 332,83% dengan penurunan beras sebesar 29,70% dibandingkan dg Negara ASIAN
46
Feridhanusetyawan, dkk (2000) Global Trade Analysis Project mengenai 3 skenario perdagangan bebas yakni Putaran Uruguay, AFTA & APEC. Ide dasarnya: apa yang terjadi jika 3 skenario dipenuhi (kesepakatan ditaati) dan apa yang terjadi jika produk pertanian diikutsertakan? Perubahan yang diterapkan dalam model sesuai kesepakatan putaran Uruguay adalah:
a. Pengurangan pajak domestic & subsidi sector pertanian sebesar 20% di DC’s dan 13 % di LDC’s b. Penurunan pajak/subsidi ekspor sector pertanian 36% di DC’s & 24% di LDC’s c. Pengurangan border tariff untuk komoditi pertanian & non pertanian
Liberalisasi perdagangan berdampak negative bagi Indonesia thd produksi padi & non gandum. Untuk AFTA & APEC, liberalisasi perdagangan pertanian menguntungkan Indonesia dg meningkatnya produksi jenis gandum lainnya (terigu, jagung & kedelai). AFTAIndonesia menjadi produsen utama pertanian di ASEANdan output pertanian naik lebih dari 31%. Ekspor pertanian naik 40%.
3. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai tukar nilai tukar suatu barang dengan barang lainnya. Jika harga produk A Rp 10 dan produk
B Rp 20, maka nilai tukar produk A thd B=(PA/PB)x100% =1/2. Hal ini berarti 1 produk A ditukar dengan ½ produk B. Dengan menukar ½ unit B dapat 1 unit A. Biaya opportunitasnya adalah mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit B.
Dasar Tukar (DT): DT dalam negeri pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dg mata uang nasional DT internasional / Terms Of Trade pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dg
mata uang internasional Nilai Tukar Petani Selisih harga output pertanian dg harga inputnya (rasio indeks harga yang
diterima petani dg indeks harga yang dibayar). Semakin tinggi NTP semakin baik. NTP setiap wilayah berbeda dan ini tergantung: Inflasi setiap wilayah Sistem distribusi input pertanian Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S) D>S harga naik & D<S harga turun Pekembangan NTP tsb menunjukkan pertani di JABAR & JATENG rugi dan di Yogja & JATIM untung.
Hal ini dsebabkan oleh byk factor termasuk system distribusi pupuk di Yogya & JATIM lebih baik dari JABAR & JATENG.
4. Investasi di Sektor Pertanian Investasi di sector pertanian tergantung : Laju pertumbuhan output Tingkat daya saing global komoditi pertanian Investasi: Langsung Membeli mesin Tdk Langsung Penelitian & Pengembangan Hasil penelitian:
47
Supranto (1998) laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor pertanian. Tabel 5.17 Investasi di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor 1993 1994 1995 1996
Pertanian 2.735 4.545 7.128 15.284
Manufaktur 24.032 31.922 43.342 59.218
Simatupang (1995) kredit perbankan lebih byk megalir ke sektor non pertanian & jasa dibanding ke sektor pertanian. Tabel 5.18 Kredit Perbankan di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor 1993 1994 1995 1996
Pertanian 7.846 8.956 9.841 11.010
Manufaktur 11.346 13.004 15.324 15.102
Penurunan ini disebabkan ROI sector pertanian +/- 15 %,shg tdk menarik.
5. Keterkaitan Pertanian dg Industri Manufaktur Salah satu penyebab krisis ekonomi kesalahan industrialisasi yg tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan industri manufaktur (-). Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri manufaktur diawali dg revolusi sector pertanian. Alasan sector pertanian harus kuat dlm proses industrialisasi: Sektor pertanian kuat pangan terjamin tdk ada laparkondisi sospol stabil Sudut Permintaan Sektor pertanian kuat pendapatan riil perkapita naik permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang & output industri menjadi input sektor pertanian Sudut Penawaran permintaan produk pertanian sbg bahan baku oleh industri manufaktur. Kelebihan output siktor pertanian digunakan sbg sb investasi sektor industri manufaktur spt industri kecil dipedesaan. Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.
STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN
Selama empat dasawarsa terakhir, strategi pembangunan pertanian mengikuti tiga
prinsip penting: (1) broad-based dan terintegrasi dengan ekonomi makro, (2) pemerataan dan
pemberantasan kemiskinan, dan (3) pelestarian lingkungan hidup. Dua prinsip utama telah
menunjukkan kinerja yang baik, seperti diuraikan di atas, karena dukungan jaringan irigasi,
jalan-jembatan, perubahan teknologi, kebijakan ekonomi makro, dan sebagainya.
Konsep revitalisasi pertanian yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pola pikir dan strategi besar di atas. Karena fenomena
Revolusi Hijau serta perspektif konsistensi tersebut, pencapaian swasembada beras di era
48
1980-an juga telah diikuti oleh peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan petani
beras di Indonesia, pemerataan sektor pedesaan dan perkotaan.
Pada waktu itu sentra produksi beras di Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera
Barat Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan lain-lain juga identik
dengan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan.
Prinsip ketiga tentang pelestarian lingkungan hidup memang belum banyak
menunjukkan hasil karena baru dikembangkan secara serius pasca-KTT Bumi di Rio de
Janeiro, Brasil, tahun 1992. Singkatnya, pembangunan pertanian harus mampu membawa
misi pemerataan apabila ingin berkontribusi pada pemberantasan kemiskinan serta menjamin
tingkat keberlanjutan pembangunan itu sendiri.
Strategi baru
Berikut ini adalah strategi baru yang coba ditawarkan sehubungan dengan determinan
pola baru pembangunan pertanian di masa mendatang. Strategi yang telah terbukti dan teruji
selama ini tidak harus ditinggalkan, hanya perlu dilengkapi dengan beberapa dimensi berikut:
Pertama, pembangunan pertanian wajib mengedepankan riset dan pengembangan
(R&D), terutama yang mampu menjawab tantangan adaptasi perubahan iklim. Misalnya, para
peneliti ditantang untuk menghasilkan varietas padi yang mampu bersemi di pagi hari, ketika
temperatur udara tidak terlalu panas. Kisah padi gogo-rancah pada era 1980-an yang mampu
beradaptasi dan tumbuh di lahan kering dan tadah hujan, kini perlu disempurnakan untuk
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari sekadar 2,5 ton per hektar. Bahwa
pertanian Indonesia tidak harus bertumpu hanya pada lahan di Jawa tampaknya telah
disepakati, hanya perlu diwujudkan secara sistematis. Misalnya, varietas yang baru perlu diuji
multilokasi dan uji adaptasi di sejumlah daerah kering dengan memberdayakan jaringan
universitas daerah dan Balai Pengembangan Teknologi Pertanian yang tersebar di daerah.
Kedua, integrasi pembangunan ketahanan pangan dengan strategi pengembangan
energi, termasuk energi alternatif. Strategi ini memang baru berada pada tingkat sangat awal
sehingga Indonesia tidak boleh salah melangkah. Indonesia memang terlambat sekali dalam
menyandingkan ketahanan pangan dengan energi alternatif. Maksudnya, Indonesia butuh
sesuatu yang lebih besar dari sekadar kebijakan pada tingkat Instruksi Presiden Nomor
1/2006 tentang Bahan Bakar Nabati dan Peraturan Presiden Nomor 5/2006 tentang
Diversifikasi Energi.
Ketiga, pembangunan pertanian perlu secara inheren melindungi petani produsen
(dan konsumen). Komoditas pangan dan pertanian mengandung risiko usaha seperti faktor
musim, jeda waktu (time-lag), perbedaan produktivitas dan kualitas produk yang cukup
49
mencolok. Mekanisme lindung nilai (hedging), asuransi tanaman, pasar lelang dan resi
gudang adalah sedikit saja dari contoh instrumen penting yang mampu mengurangi risiko
usaha dan ketidakpastian pasar. Operasionalisasi dari strategi ini, perumus dan administrator
kebijakan di tingkat daerah wajib mampu mewujudkannya menjadi suatu langkah aksi yang
memberi pencerahan kepada petani, memberdayakan masyarakat, dan memperkuat organisasi
kemasyarakatan untuk mampu berperan dalam pasar berjangka komoditas yang lebih
menantang. Di sinilah pertanian tangguh dan berdaya saing akan dapat terwujud.
MASALAH PEMBANGUNA PERTANIAN
Persoalan ketahanan pangan dan modernisasi sektor pertanian adalah masalah krusial
dan membutuhkan penanganan serius karena sekitar 60% penduduk Indonesia dan mayoritas
penduduk miskin tinggal di perdesaan dan mengandalkan hidupnya dari sektor pertanian.
Tapi paradoksnya, di negeri ini tak ada kegiatan ekonomi yang memiliki kisah
semuram sektor pertanian. Peminggiran pembangunan sector pertanian yang dilakukan 30
tahun lebih telah menempatkan para pelaku di sektor ini dalam kondisi hamper “sekarat”.
Para petani selalu berada pada barisan yang selalu kalah, baik oleh alam maupun kebijakan
negara.
Kebijakan pembangunan ekonomi yang dikerjakan secara besar-besaran lewat
strategi industrialisasi ternyata hanya mementingkan sektor industri dan meninggalkan sektor
pertanian. Celakanya, jumlah tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian ini justru masih banyak.
Sektor ini sesungguhnya juga banyak menyerap tenaga kerja serta mampu menekan
angka kemiskinan dan pengangguran. Data survei tahun 2009 BPS memperlihatkan sektor
pertanian masih mampu menciptakan lapangan kerja andalan bagi 41 juta orang di perdesaan,
48,2% di antaranya pengusaha pertanian. Sebaliknya, sektor industri dengan sumbangan
terhadap pendapatn nasional (PDB) yang terus meroket, tetapi faktanya tidak mampu
menyerap tenaga kerja.
Ada dua masalah mendasar yang sampai saat ini masih menggantung di sektor
pertanian. Pertama, soal kepemilikian lahan yang luar biasa kecil. Menurut data BPS,
apabila pada 1983 rata-rata kepemilikan lahan mencapai 0,9 hektare saja, pada 2003 luas
lahan menyusut menjadi 0,78 hektare. Dengan struktur kepemilikan seperti itu, maka atribut-
atribut semacam efisiensi dan produktivitas jelas jauh dari kenyataan.
50
Kedua, menyingkirkan kondisi-kondisi yang menyebabkan sektor pertanian (petani)
selalu kalah. Ketika berhadapan dengan alam, teknologi, dan kelembagaan, sektor pertanian
selama ini hampir selalu pada situasi subordinat, terdesak secara mengenaskan.
Realitas tersebut masih ditambah dengan fakta ketimpangan penguasaan lahan. Studi
yang dilakukan Yustika (2003) menunjukkan, sebagian besar petani memang memiliki lahan
yang sangat sempit, bahkan di antaranya banyak yang tidak punya sepetak pun. Para petani
pun akhirnya cuma jadi buruh tani.
Permasalahan Dan Kebijakan Di Bidang Pertanian
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum
kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi
lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan
kesejahteraan petani meningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pemerintah baik di pusat
maupun di daerah mengeluarkan peraturan-peraturan tertentu; ada yang berbentuk Undang-
undang, Peraturan-peraturan Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lain-lain.
Peraturan ini dapat dibagi menjadi dua kebijakan-kebijakan yang bersifat pengatur
(regulating policies) dan pembagian pendapatan yang lebih adil merata (distributive policies).
Kebijakan yang bersifat pengaturan misalnya peraturan rayoneering dalam
perdagangan/distribusi pupuk sedangkan contoh peraturan yang sifatnya mengatur pembagian
pendapatan adalah penentuan harga kopra minimum yang berlaku sejak tahun 1969 di
daerah-daerah kopra di Sulawesi.
Melihat persoalan di atas, maka intervensi dan keberpihakan pemerintah mutlak
diperlukan untuk melindungi petani dari jerat pasar yang sering kali tidak ramah. Dari
perspektif ini, setidaknya ada dua kebijakan yang layak diperhatikan secara serius.
Pertama, dalam dataran substantif perlu dipikirkan langkah-langkah konkret untuk
menyelesaikan dua masalah mendasar di atas, yakni menyangkut kepemilikian luas lahan dan
mekanisme ekonomi yang selama ini menjerat petani. Pada level ini pemerintah perlu
membicarakan masalah prioritas terkait pemulihan ekonomi yang sedang dikerjakan.
Kedua, dalam dataran pragmatis, pemerintah harus menyusun cetak biru soal
pertanian nasional menyangkut potensi dan identifikasi produk yang harus dikembangkan.
Pada fase ini, pemerintah harus mendaur ulang seluruh kebijakan pertanian, dari mulai
masalah perkreditan, subsidi, harga input dan output, hingga soal distribusi.
Persoalan yang selalu tidak mudah diatasi adalah persoalan keadilan. Hampir setiap
kebijakan jarang akan disambut dengan baik oleh semua pihak. Selau ada saja pihak yang
51
memperoleh manfaat lebih besar dari pihak lainnya dan bahkan ada yang dirugikan. Itulah
sebabnya masalah kebijakan pertanian bukanlah terletak pada banyak sedikitnya campur
tangan pemerintah, tetapi pada berhasil tidaknya kebijakan itu mencapai sasarannya dengan
sekaligus mencari keadilan bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu kebijakan
pertanian yang lebih baik adalah yang dapat mencapai tujuan nasional untuk menaikkan
produksi secara optimal dengan perlakuan yang adil pada pihak-pihak yang bersangkutan itu.
1. Kebijakan Harga
Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak negara dan
biasanya digabung dengan kebijakan pendapatan sehingga disebut kebijakan harga dan
pendapatan (price and economic policy). Segi harga dari kebijakan itu bertujuan untuk
mengadakan stabilitas harga, sedangkan segi pendapatannya bertujuan agar pendapatan
petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun. Kebijakan
harga dapat mengandung pemberian penyangga (support) atas harga-harga hasil pertanian
supaya tidak terlalu merugikan petani atau langsung mengandung sejumlah subsidi tertentu
bagi petani. Di banyak negara seperti; Amerika Serikat, Jepang, dan Australia banyak sekali
hasil pertanian seperti gandum, kapas, padi, dan gula yang mendapat perlindungan
pemerintah berupa harga penyangga dan atau subsidi. Indonesia baru mulai mempraktekkan
kebijakan harga untuk beberapa hasil pertanian sejak tahun 1969. Secara teoritis kebijakan
harga yang dapat dipakai untuk mencapai tiga tujuan yaitu:
stabilitas harga hasil-hasil pertanian terutama pada tingkat petani meningkatkan
pendapatan petani melalui pebaikan dasar tukar (term of trade) memberikan arah dan
petunjuk pada jumlah produksi.
Kebijakan harga di Indonesia terutama ditekankan pada tujuan pertama yaitu
Stabilitas harga hasil-hasil pertanian dalam keadaan harga-harga umum yang stabil berarti
pula terjadi kestabilan pendapatan. Tujuan yang kedua banyak sekali dilaksanakan pada hasil-
hasil pertanian di negara-negara yang sudah maju dengan alasan pokok pendapatan rata-rata
sektor pertanian terlau rendah dibandingkan dengan penghasilan di luar sektor pertanian.
Tujuan yang kedua ini sulit untuk dilaksanakan di negara-negara yang jumlah
petaninya berjuta-juta dan terlalu kecil-kecil seperti di Indonesia karena persoalan
administrasinya sangat kompleks. Pada prinsipnya kebijakan harga yang demikian ini
merupakan usaha memindahkan pendapatan dari golongan bukan pertanian ke golongan
pertanian, sehingga hal ini bisa dilaksanakan dengan mudah di negara-negara yang sudah
maju dan kaya, dimana golongan penduduk di luar pertanian jumlahnya jauh lebih besar
52
dengan pendapatan lebih tinggi dibanding golongan penduduk pertanian. Di negara-negara
ini penduduk sektor pertanian rata-rata di bawah 10 persen dari seluruh penduduk, sedangkan
di negara kita masih antara 60 persen-70 persen.
Tujuan kebijakan yang ketiga dalam praktek sering dilaksanakan oleh negara-negara
yang sudah maju bersamaan dengan tujuan kedua yaitu dalam bentuk pembatasan jumlah
produksi dengan pembayaran kompensasi. Berdasarkan ramalan harga, pemerintah membuat
perencanaan produksi dan petani mendapat pembayaran kompensasi untuk setiap kegiatan
produksi yang diistirahatkan. Di negara kita, dimana hasil-hasil pertanian pada umumnya
belum mencukupi kebutuhan, maka kebijakan yang demikian tidak relevan. Selain kebijakan
harga yang menyangkut hasil-hasil pertanian, peningkatan pendapatan petani dapat dicapai
dengan pemberian subsidi pada harga sarana-sarana produksi seperti pupuk/insektisida.
Subsidi ini mempunyai pengaruh untuk menurunkan biaya produksi yang dalam teori
ekonomi berarti menggeser kurva penawaran ke atas.
2. Kebijakan Pemasaran
Di samping kebijakan harga untuk melindungi petani produsen, pemerintah dapat
mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus dalam kelembagaan perdagangan dengan tujuan
yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan mata rantai pemasaran dari produsen ke
konsumen, dengan tujuan utama untuk memperkuat daya saing petani. Di negara-negara
Afrika seperti Nigeria dan Kenya apa yang dikenal dengan nama Badan Pemasaran Pusat
(Central Marketing Board) berusaha untuk mengurangi pengaruh fluktuasi harga pasar dunia
atas penghasilan petani. Badan pemasaran ini sangat berhasil di Inggris yang dimulai sesudah
depresi besar tahun 1930 untuk industri bulu domba, susu, telor dan kentang. Di Indonesia
Badan Pengurusan Kopra, Badan Pemasaran Lada pada prinsipnya mempunyai tujuan yang
sama dengan Badan pemasaran Pusat di Afrika dan Inggris.
Masalah yang dihadapi di Indoensia adalah kurangnya kegairahan berproduksi pada
tingkat petani, tidak ada keinginan untuk mengadakan penanaman baru dan usaha-usaha lain
untuk menaikkan produksi karena persentase harga yang diterima oleh petani relatif kecil
dibandingkan dengan bagian yang diterima golongan-golongan lain.
Selain kebijakan pemasaran hasil-hasil tanaman perdagangan untuk ekspor, kebijakan
ini meliputi pula pengaturan distribusi sarana-sarana produksi bagi petani. Pemerintah
berusaha menciptakan persaingan yang sehat di antara para pedagang dengan melayani
kebutuhan petani seperti pupuk, insektisida, pestisida dan lain-lain sehingga petani akan
dapat membeli sarana-sarana produksi tersebut dengan harga yang relatif tidak terlalu tinggi.
53
Jadi disini jelas bahwa kebijakan pemasaran merupakan usaha campur tangan pemerintah
dalam bekerjanya kekuatan-kekuatan pasar. Di satu pihak pemerintah dapat mengurangi
pengaruh kekuatan-kekuatan pasar supaya tidak terlalu merugikan pedagang dan petani,
tetapi di pihak lain persaingan dapat didorong untuk mencapai efisiensi ekonomi yang tinggi.
Dalam praktek kebijakan pemasaran dilaksanakan secara bersamaan dengan kebijakan harga.
3. Kebijakan Struktural
Kebijakan struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki strukutur
produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahaan alat-alat pertanian
yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik maupun
sosial ekonomi.
Kebijakan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang erat dari
beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang dimaksud disini tidak mudah untuk
mencapainya dan biasanya memakan waktu lama. Hal ini disebabkan sifat usahatani yang
tidak saja merupakan unit usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan petani
dengan segala aspeknya. Oleh karena itu tindakan ekonomi saja tidak akan mampu
mendorong perubahan struktural dalam sektor pertanian sebagaimana dapat dilaksanakan
dengan lebih mudah pada sektor industri. Pengenalan baru dengan penyuluhan-penyuluhan
yang intensif merupakan satu contoh dari kebijakan ini. Kebijakan pemasaran yang telah
disebutkan di atas sebenarnya dimaksudkan pula untuk mempercepat proses perubahan
struktural di sektor pertanian dalam komoditi-komoditi pertanian. Pada bidang produksi dan
tataniaga kopra, lada, karet, cengkeh dan lain-lain. Dalam kenyataannya pelaksanaan
kebijakan harga, pemasaran dan struktural tidak dapat dipisahkan, dan ketiganya saling
melengkapi.
4. Kebijakan Pertanian dan Industri
Ciri-ciri pokok perbedaan antara pertanian dan industri adalah:
a. Produksi pertanian kurang pasti dan risikonya besar karena tergantung pada alam yang
kebanyakannya di luar kekuasaan manusia untuk mengontrolnya, sedangkan industri tidak
demikian.
b. Pertanian memproduksi bahan-bahan makanan pokok dan bahan-bahan mentah yang dengan
kemajuan ekonomi dan kenaikan tingkat hidup manusia permintaannya tidak akan naik
seperti pada permintaan atas barang-barang industri.
54
c. Pertanian adalah bidang usaha dimana tidak hanya faktor-faktor ekonomi saja yang
menentukan tetapi juga faktor-faktor sosiologi, kebiasaan dan lain-lain memegang peranan
penting. Industri lebih bersifat lugas (zakelijk).
Ketiga ciri khusus pertanian ini nampak dalam teori ekonomi sebagai perbedaan
dalam respons permintaan dan penawaran atas perubahan-perubahan harga.
Elatisitas harga atas permintaan dan penawaran hasil-hasil pertanian jauh lebih kecil
daripada hasil-hasil industri. Misalnya elastisitas harga atas permintaan radio, buku-buku,
mobil dan lain-lain, jauh lebih tinggi daripada elatisitas harga atas permintaan beras dan
bahan pakaian. Hal ini disebabkan pendapatan sektor industri pada umumnya lebih tinggi
daripada pendapatan sektor pertanian maka elastisitas pendapatan atas permintaan barang-
barang hasil industri lebih besar daripada atas bahan makanan pokok.
5. Pendapatan Penduduk Desa dan Kota
Perbedaan kebijakan antar sektor pertanian dan industri dapat dilihat pula dalam
keperluan akan kebijakan yang berbeda antara penduduk kota dan penduduk desa. Perbedaan
pendapatan antara penduduk kota dan penduduk pedesaan adalah sedemikian rupa sehingga
mempunyai akibat dalam pola pengeluaran konsumsi dan perilaku ekonomi lain-lainnya.
Ada tiga hal yang meyebabkan rata-rata pendapatan penduduk kota lebih tinggi
dibanding penduduk desa yaitu:
a. kestabilan dan kemantapan pendapatan penduduk kota lebih besar dibanding pendapatan
penduduk desa
b. lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan yang dapat mendorong kegiatan ekonomi di kota
lebih banyak dibandingkan di desa
c. lebih banyaknya fasilitas pendidikan dan kesehatan di kota yang memungkinkan rata-rata
produktivitas tenaga kerja di kota lebih tinggi.
Salah satu upaya untuk mengurangi perbedaan pendapatan ini adalah dengan
menambah persediaan modal di desa serta mengurangi jumlah tenaga kerja di pedesaan dan
diserap bagi lapangan industri di kota-kota. Dengan lebih banyaknya investasi di desa
misalnya dalam alat-alat pertanian yang lebih modern, huller , traktor dan juga dalam
pembangunan-pembangunan prasarana fisik seperti jembatan-jembatan baru, bendungan
irigasi dan lain-lain maka timbul adanya keperluan akan peningkatan keterampilan tenaga
kerja. Seorang petani yang mengerjakan sawah dengan bajak atau traktor dalam waktu yang
sama akan mampu menyelesaikan luas sawah yang lebih besar daripada petani lain yang
hanya menggunakan cangkul. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah: Adanya
55
tambahan modal yang berupa pajak dan ternak serta mesin traktor pada petani
pertama Adanya keahlian dan keterampilan khusus yang diperlukan oleh petani yang
menjalankan bajak atau traktor itu.
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
Pada era reformasi, paradigma pembangunan pertanian meletakkan petani sebagai subyek,
bukan semata-mata sebagai peserta dalam mencapai tujuan nasional. Karena itu
pengembangan kapasitas masyarakat guna mempercepat upaya memberdayakan ekonomi
petani, merupakan inti dari upaya pembangunan pertanian.
Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat pertanian menjadi
mandiri dan mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Peran Pemerintah adalah sebagai
stimulator dan fasilitator, sehingga kegiatan sosial ekonomi masyarakat petani dapat berjalan
dengan sebaik-baiknya. Pembangunan pertanian yang berhasil harus memiliki langkah-
langkah kebijakan yang diambil yaitu meliputi usaha intensifikasi, ekstensifikasi,
diversifikasi, dan rehabilitasi, yang intinya tercakup dalam pengertian Trimarta Pembangunan
pertanian yaitu kebijaksanaan usaha tani terpadu, komoditi terpadu, dan wilayah terpadu.
Di samping itu juga harus diperhatikan tiga komponen dasar yang harus dibina yaitu
petani, komoditi hasil pertanian, dan wilayah pembangunan dimana kegiatan pertanian
berlangsung, pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan peningkatan
pendapatan petani. Pengembangan komoditi hasil pertanian diarahkan benar-benar berfungsi
sebagai sektor yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor, dan bahan baku bagi
industry.
Pembinaan terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembanngunan
wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah. (Moehar Daniel, 1994)
Sebaliknya, suatu pertanian berkelanjutan lebih mengandalkan pemanfaatan sumber
daya yang tersedia seperti bibit lokal, sumber air, matahari, dan teknologi yang ramah
lingkungan; dan juga sangat mengutamakan pemanfaatan pupuk kandang (kompos) dan
pengendali hama alami atau pestisida dari bahan- bahan alami. Oleh karena itu, inti
pemahaman pertanian berkelanjutan adalah sangat mengutamakan pemanfaatan sumber daya
lokal beserta pengetahuan lokal.
Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber daya alam dan orientasi
perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilaksanakan sedemikian rupa dapat menjamin
pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang
56
dan mendatang (FAO, 1989). Pembangunan di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
harus mampu mengkonservasi tanah, air, tanaman dan sumber genetik binatang, tidak
merusak lingkungan, secara teknis tepat guna, secara ekonomi layak dan secara sosial dapat
diterima. Pertanian berkelanjutan adalah suatu konsep pemikiran masa depan . Pertanian
berkelanjutan adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini , saat yang akan datang dan
selamanya. Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak
menimbulkan bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa
dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak
cucu kita.
BAB 7. UTANG LUAR NEGERI DAN KORUPSI DI INDONESIA INSTRUKSIONAL KHUSUS
DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU : 1. Menjelaskan Latar belakang adanya pinjaman luar negeri. 2. Indikator beban utang luar negeri (DSR, DER, DGNP). 3. Klasifikasi pinjaman / utang luar negeri. 4. Arus modal ke luar negeri (capital flight). 5. Manajemen utang luar negeri. 6. Definisi korupsi 7. Kondisi korupsi dan perkembangannya. 8. Modus korupsi dan pemberantasannya. 9. Dampak korupsi terhadap perekonomian. 10. Menggambarkan seluruh isi bab 7, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
PENDAHULUAN
ULN atau Utang luar Negeri saat ini menjadi perdebatan publik, khususnya dari Negara
berkembang tak terkecuali Indonesia, yang selama ini sering muncul adalah besarnya beban
hutang yang harus ditanggung, bahkan merugikan pembangunan atau membuat rakyat di
negara-negara peminjam menderita.Padahal tujuan utama peminjaman adalah untuk
menjalankan pembangunan ekonomi dan sosial sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
di negara-negara peminjam. (Tambunan,2001)
Pemanfaatan utang luar negeri (ULN) atau bantuan luar negeri sebagai sumber
pembiayaan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah menjadi bagian tak terpisahkan
dari pembangunan ekonomi dan sosial. Bukan hanya di negara-negara berkembang (NB)
termasuk Indonesia, melainkan juga di negara-negara yang sekarang dikenal sebagain negara-
negara maju (NM). Satu contoh yang sangat terkenal adalah pembangunan kembali negara-
negara Eropa Barat pascaperang dunia (PD) II pada dekade 1950-an melalui bantuan dana
57
yang sangat besar dari Amerika Serikat (AS),yang dikenal dengan Marshall Plan.
(Tambunan;2001;1)
Indonesia memiliki kondisi perekonomian menjanjikan pada awal dekade 1980-an
sampai pertengahan dekade 1990-an. Hal ini ditunjukkan dengan angka inflasi yang stabil,
jumlah pengangguran yang cukup rendah seiring dengan kondusifnya iklim investasi yang
ditandai dengan kesempatan kerja yang terus meningkat, angka kemiskinan yang cukup
berhasil ditekan, dan sebagainya. Namun perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh
terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia pada tahun 1997. Hal
ini menyebabkan tingginya angka inflasi, nilai kurs Rupiah yang terus melemah, tingginya
angka pengangguran seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan
semakin membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs Rupiah yang semakin
melemah karena utang luar negeri Indonesia semuanya dalam bentuk US Dollar.
(Majid,2013)
Upaya untuk kembali menstabilkan kondisi perekonomian Indonesia pemerintah
Indonesia melakukan berbagai cara, salah satunya dengan mengambil kebijakan ekonomi
dengan melakukan pinjaman terhadap negara lain (ULN) atau lembaga-lembaga keuangan
internasional, yang tentunya disertai dengan beberapa persyaratan-persyaratan tertentu, dan
menggalakkan Penanaman Modal Asing yang telah ditetapkan melalui undang-undang No.1 /
tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA), yang diharapkan dapat mendorong
peningkatan investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan iklim
investasi yang kondusif selama proses pembangunan di Indonesia.
Arus masuk modal asing (capital inflows) berperan dalam menutup gap devisa yang
ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan. Selain itu, masuknya modal asing juga
mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal (saving
investment gap) bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai
perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi
dan modernisasi. Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah
Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat
pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan
demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri pemerintah tersebut
dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia. Beberapa negara bahkan
tercatat “aktif” dalam hal memberikan bantuan berupa pinjaman kepada Indonesia, baik di
Asia, Eropa bahkan Amerika Serikat serta beberapa lembaga keuangan internasional lainnya.
Utang Luar Negeri merupakan konsekuensi biaya yang harus dibayar sebagai akibat
pengelolaan perekonomian yang tidak seimbang, ditambah lagi proses pemulihan ekonomi
yang tidak komprehensif dan konsisten. Pada masa krisis ekonomi, utang luar negeri
Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah telah meningkat drastis. Sehingga,
pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar utang
luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar negeri dan bunganya
tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara mencicilnya pada tiap tahun anggaran.
Hal ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa
mendatang, sehingga jelas akan membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di
Indonesia.
58
Pada pertengahan dekade 1980-an, modal asing yang masuk ke Indonesia masih
didominasi oleh investasi langsung atau penanaman modal asing (PMA) dan pinjaman luar
negeri (terutama pinjaman pemerintah). Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi di
sektor keuangan/perbankan yang dimulai sejak awal 1980-an, yang antara lain membuat
sektor tersebut, termasuk pasar modal, berkembang dengan pesat, arus modal swasta jangka
pendek dari luar negeri mulai mengalir ke dalam negeri. Penanaman Modal Asing (PMA)
sendiri, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sampai akhir
Juli 2006 meningkat menjadi US$ 3.713.4 juta dengan realisasi proyek yang telah disetujui
pemerintah sebanyak 563 proyek.
Salah satu impak dari kehadiran PMA di Indonesia selama era Orde Baru adalah
pertumbuhan PDB yang pesat, yakni rata-rata per tahun antara 7% hingga 8% yang membuat
Indonesia termasuk negara di ASEAN dengan pertumbuhan yang tinggi. Tidak bisa
dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia, didorong
oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang kondusif
terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini sejak krisis ekonomi 1997 hingga
saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya.
Negara –negara berkembang termasuk Indonesia memanfaatkan ULN dan PMA
sebagai dana untuk pembangunan baik infrastruktur maupun pembangunan ekonomi, tetapi
pada kenyataanya dana ULN dan PMA selama ini tidak semata-mata memberikan hasil yang
diharapakan, melainkan dampak buruk yang berakibat jauh sampai saat ini.
A. Utang Luar Negeri (ULN)
1. Definisi Utang Luar Negeri (ULN)
Tabel 2.1 Definisi Utang Luar Negeri
ULN
adalah seluruh pinjaman serta konsensional baik secara resmi dalam bentuk uang
tunai maupun bentuk bentuk aktiva yang lainnya secara umum ditujukan untuk
mengalihkan sejumlah sumber daya negara-negara maju ke negara berkembang
untuk kepentingan pembangunan atau mempunyai maksud sebagai distribusi
pendapatan (Todaro, 1998:163).
Peraturan Pemerintah No.10 Tahun
2011
Peraturan Bank Indonesia No.
16/21/PBI/2014
Pinjaman Luar Negeri adalah setiap
pembiayaan melalui utang yang
diperoleh pemerintah dari pemberi
pinjaman Luar Negeri yang diikat
oleh suatu perjanjian pinjaman dan
tidak berbentuk surat berharga
negara,yang harus dibayar kembali
dengan persyaratan tertentu.
Utang Luar Negeri yang selanjutnya
disingkat ULN adalah utang
Penduduk kepada bukan
Penduduk dalam Valuta Asing
dan/atau Rupiah, termasuk di
dalamnya pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.
59
ULN
adalah sebagai bantuan berupa program dan bantuan proyek yang diperoleh dari
negara lain. Pinjaman luar negeri atau utang luar negeri merupakan salah satu
alternatif pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan dan dapat digunakan
untuk meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi (Basri,
2000:127).
Pinjama
n luar negeri Indonesia dibedakan dalam 2 kelompok besar, yaitu pinjaman luar
negeri yang diterima Pemerintah (public debt) dan pinjaman luar negeri yang
diterima swasta (private debt). Dilihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri
dibedakan ke dalam pinjaman multilateral, pinjaman bilateral dan pinjaman
dindikasi. Sedangkan dilihat dari segi persyaratan pinjaman, dibedakan dalam
pinjaman lunak (concessional loan), pinjaman setengah lunak (semi concenssional
loan) dan pinjaman komersial (commercial loan).
Selain
pinjaman luar negeri, terdapat juga penerimaan dalam bentuk hibah. Menurut Surat
Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan Ketua BAPPENAS
No.185/KMK.03/1995 dan No. KEP. 031/KET/5/1995 tanggal 5 Mei 1995 yang
telah dirubah dengan SKB No. 459/KMK.03/1999 dan No.KEP.264/KET/09/1999
tanggal 29 September 1999 tentang Tatacara Perencanaan,
Pelaksanaan/Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam
Pelaksanaan APBN, pengertian pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan
negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam
bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman
luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Sedangkan
Hibah Luar Negeri, adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan
atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk
jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang diperoleh dari pemberi hibah luar
negeri yang tidak perlu dibayar kembali.
Pinjama
n luar negeri yang diterima Pemerintah, dimaksudkan sebagai pelengkap
pembiayaan pembangunan, disamping sumber pembiayaan yang berasal dari dalam
negeri berupa hasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak dan tabungan baik
tabungan masyarakat dan sektor swasta. Salah satu masalah dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk
Indonesia adalah keterbatasan modal dalam negeri. Hal ini tercermin pada angka
kesenjangan tabungan investasi “Saving-Investment Gap” (S-I gap) dan “Foreigan
Exchange Gap” (forexgap).
Saving
Investment gap menggambarkan kesenjangan antara tabungan dalam negeri dengan
dana investasi yang dibutuhkan, sedangkan Foreign Exchange Gap menggambarkan
kesenjangan antara kebutuhan devisa untuk membiayai impor barang/jasa dengan
penerimaan devisa hasil expor barang/jasa. karena itu negara-negara berkembang
membutuhkan pinjaman luar negeri untuk menutup kekurangan kebutuhan
pembiayaan investasi dan untuk membiayai devisit transaksi berjalan (current
60
account) neraca pembayaran dalam rangka pembiayaan transaksi internasional
sehingga posisi cadangan devisa tidak terganggu.
2. Jenis – Jenis Utang Luar Negeri
Utang
luar negeri merupakan bantuan luar negeri (loan) yang diberikan oleh pemerintah
negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus dibentuk untuk
memberikan pinjaman semacam itu dengan kewajiban untuk membayar kembali dan
membayar bunga pinjaman tersebut (Zulkarnain,1996:19).
Adapun bentuk-bentuk bantuan luar negeri dapat dibedakan atas :
1. Pinjaman dengan syarat pengembalian
a. Hadiah/Grant: yaitu bantuan luar negeri yang tidak bersyarat pengembalian
atau pelunasannya kembali.
b. Pinjaman Lunak : yaitu pinjaman dengan syarat yang sangat ringan, dimana
jangka waktu pengembaliannya antara 20 tahun sampai dengan 30 tahun dan
tingkat bunga antara 0 sampai dengan 4,5 persen per tahun.
c. Pinjaman/Kredit Ekspor : yaitu kredit yang diberikan oleh negara pengekspor
dengan jaminan tertentu untuk meningkatkan ekspor. Jangka waktu
pembayarannya adalah 7 tahun sampai dengan 15 tahun dan tingkat bunga
antara 4 persen sampai dengan 8,5 persen per tahun.
d. Kredit Komersial : yaitu kredit yang dipinjamkan oleh bank dengan tingkat
bunga dan lain-lain sesuai perkembangan pasar internasional.
2. Pinjaman/Kredit Bilateral/Multilateral
a. Pinjaman/Kredit Bilateral: misalnya bantuan/kredit yang diperoleh dari
negara CGI.
b. Pinjaman/Kredit Multilateral: misalnya bantuan/kredit dari peserta IBRD,
IDA, UNDP, ADB, dan lain-lain. Jangka waktu dan syarat pengembalian
bantuan/kredit bilateral/multilateral adalah berdasarkan perjanjian antara
pemerintah Indonesia dengan pihak-pihak yang memberikan bantuan/kredit.
Sumber-sumber pinjaman luar negeri yang diterima pemerintah Indonesia
dalam setiap tahun anggaran yang berupa pinjaman bersumber dari:
1. Pinjaman Multilateral Pinjaman multilateral sebagian besar diberikan dalam
satu paket pinjaman yang telah ditentukan, artinya satu naskah perjanjian luar
negeri antara pemerintah dengan lembaga keuangan internasional untuk
membina beberapa pembangunan proyek pinjaman multilateral ini kebanyakan
diperoleh dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (BPD), Bank
Pembangunan Islam (IDB), dan beberapa lembaga keuangan regional dan
internasional.
2. Pinjaman Bilateral Pinjaman bilateral adalah pinjaman yang berasal dari
pemerintah negara– negara yang tergabung dalam negara anggota Consultative
Group On Indonesia (CGI) sebagai lembaga yang menggantikan kedudukan
IGGI.
61
Tabel 2.2 :Daftar Negara/Lembaga Kreditor (Pemberi Utang Luar
Negeri) terbesar untukIndonesia
Negara Persentase (%) Jumlah pinjaman
(miliar US$)
Jumlah pinjaman (Rp
triliun)
Jepang 45,5 29.8 358
ADB (Asian
Development Bank)
16,4 10.8 129
World Bank 13,6 8.9 107
Jerman 7 3.1 37
Amerika Serikat 3,7 2.3 28
Inggris 1,7 1.1 13
Negara/Lembaga lain 14,6 9.6 115 Sumber : UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) 2010
3. Teori Utang Luar Negeri
Sumber
keuangan dari luar berupa pinjaman luar negeri dapat memainkan peranan penting
dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya yang berupa devisa atau
tabungan domestik. Pendekatan inilah yang disebut sebagai analisis bantuan luar
negeri dua kesenjangan ( two-gapmodel) ini mengatakan bahwa negara
berkembang pada umumnya menghadapi kendala keterbatasan tabungan domestik
yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang yang investasi yang
ada,serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkan mengimpor barang-barang
modal dan antara yang penting bagi usaha pembangunannya. Secara umum model
ini berasumsi bahwa kekurangan dan kesenjangan ( antara persedian dan
kebutuhan) tabungan (saving gap) serta kesenjangan devisa ( foreign-exchange gap
) itu tdak sama bobotnya, dan satu sama lain berdiri sendiri. Kekurangan tabungan
tidaklah dapat digantikan oleh cadangan devisi begitu juga sebaliknya, kekurangan
devisa tidak pula dapat dipenuhi oleh tabungan dalam negeri.
Secara matematis, model dua kesenjangan secara sederhana dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Kesenjangan Tabungan
Dimulai dengan suatu persamaan atau identitas atas hubungan antara
pemasukan modal ( misalnya, selisih antara ekspor-impor ) dan dengan sumber –
sumber yang dapat digunakan untuk investasi, dengan tingkat investasi, dengan
tingkat investasi domestik, yang dapat di tulis sebagai berikut :
I < F + Sy ………………………………………… ( 1)
Dimana F adalah jumlah arus pemasukan modal. Seandainya nilai F
ditambah sY lebih besar dari I, dan perekonomian itu tengah berada dalam kondisi
full employment, maka bisa dipastikan bahwa tengan terjadi kesenjangan di
tabungan negara tersebut.
2. Kesenjangan Devisa
62
Jika setiap unit investasi yang dilakukan oleh negara – negara berkembang
menyebabkan kenaikan impor sebesar m1, yakni pangsa impor marjinal (
marginal impor share ) di kebanyakan negara berkembang, pangsanya ini berkisar
dari 30 sampai 60 persen dan kecenderungan marjnal terhadap impor ( marginal
propensity to impor) akibat naiknya 1 unit PDB dengan parameter m2, maka
kesenjangan devisa itu dirumuskan sebagai berikut :
( m1-
m2)I + m2Y- E < F…………………………………( 2 )
Simbol E melambangkan tingkat ekspor eksogen. Faktor F dalam kedua
ketidaksamaan diatas merupakan faktor krisis dalam analisis. Jika F,E dan Y
diberikan nilai secara eksogen (ditentukan dari luar), maka salah satu dari
ketidaksamaan diatas menjadi faktor penghambat investasi akan tertekan menjadi
lebih rendah oleh salah satu ketidaksamaan tersebut.
Dengan demikian penerapan rumus tersebut setiap negara akan dapat
diketahui masalah utamanya, apakah kesenjangan tabungan atau kesenjangan devisa.
Hal ini yang lebih penting menurut sudut analisis pinjaman luar negeri adalah
bahwasanya dampak peningkatan arus modal asing akan lebih besar di negara yang
tengah mengalami kesenjangan tabungan ( persamaan 1 ) daripada di negara yang
mengalami kesenjangan devisa ( persamaan 2 ). namun hal ini tidaklah berarti
bahwa negara negara yang mengalami kesenjangan tabungan tidak membutuhkan
utang luar negeri. Model dua kesenjangan inilah merupakan metodologi yang
bersifat garis besar untuk menentukan kebutuhan serta kemampuan relatif dari
masing- masing negara berkembang dalam mengunakan pinjaman luar negerinya
secara efektif. (Michael P. Todaro, 1998 : 169).
4. Indikator dan Pengertian Utang Luar negeri
Tidak semua negara yang digolongkan dalam kelompok negara dunia ketiga, atau negara
yang sedang berkembang, merupakan negara miskin, dalam arti tidak memiliki sumberdaya
ekonomi. Banyak negara dunia ketiga yang justru memiliki kelimpahan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia. Masalahnya adalah kelimpahan sumberdaya alam tersebut masih
bersifat potensial, artinya belum diambil dan didayagunakan secara optimal. Sedangkan
sumberdaya manusianya yang besar, belum sepenuhnya dipersiapkan, dalam arti pendidikan
dan keterampilan, untuk mampu menjadi pelaku pembangunan yang berkualitas dan
berproduksi tinggi.
Pada kondisi yang seperti itu, maka sangatlah dibutuhkan adanya sumberdaya modal
yang dapat digumakan sebagai katalisator pembangunan, agar pembangunan ekonomi dapat
63
berjalan dengan lebih baik, lebih cepat, dan berkelanjutan. Dengan adanya sumberdaya
modal, maka semua petensi kelimpahan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
dimungkinkan untuk lebih didayagunakan dan dikembangkan. Tetapi, pada banyaknya
negara yang sedang berkembang, ketersediaan sumberdaya modal seringkali menjadi kendala
utama. Dalam beberapa hal, kendala tersebut disebabkan karena rendahnya tingkat
pemobilisasian modal di dalam negeri, beberapa penyebabnya antara lain (1) pendapatan per
kapita penduduk yang umumnya relatif rendah, menyebabkan tingkat MPS (marginal
propensity to save) rendah, dan pendapatan pemerintah dari sektor pajak, khususnya
penghasilan, juga rendah. (2) Lemahnya sektor perbankan nasional menyebabkan dana
masyarakat, yang memang terbatas itu, tidak dapat didayagunakan secara produktif dan
efisien untuk menunjang pengembangan usaha yang produktif. (3) Kurang berkembangnya
pasar modal, menyebabkan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah, sehingga banyak
perusahaan yang kesuliatan mendapatkan tambahan dana murah dalam berekspansi. Dengan
kondisi sumberdaya modal domestik yang sangat terbatas seperti itu, jelas tidak dapat
diandalkan untuk mampu mendukung tingkat pertumbuhan output nasional yang tinggi
seperti yang diharapkan.
Solusi yang dianggap bisa diandalkan untuk mengatasi kendala rendahnya mobilisasi
modal domestik adalah dengan mendatangkan modal dari luar negeri, yang umumnya dalam
bentuk hibah (grant), bantuan pembangunan (official development assistance), kredit ekspor,
dan arus modal swasta, seperti bantuan bilateral dan multilateral; investasi swasta langsung
(PMAP); portofolio invesment; pinjaman bank dan pinjaman komersial lainnya; dan kredit
perdagangan (eksper/impor)/ modal asing ini dapat diberikan baik kepada pemerintah
maupun kepada pihak swasta.
Banyak pemerintah di negara dunia ketiga menginginkan untuk mendapatkan modal
asing dalam menunjang pembangunan nasionalnya, tetapi tidak semua berhasil
mendapatkannya, kalau pun berhasil jumlah yang didapat akan bervariasi tergantung pada
beberapa faktor antara lain (ML. Jhingan : 1983, halaman 643-646) :
1. Ketersediaan dana dari negara kreditur yang umumnya adalah negara-negara industri maju.
2. Daya serap negara penerima (debitur). Artinya debitur akan mendapat bantuan modal asing
sebanyak yang dapat diguankan untuk membiayai investasi yang bermanfaat. Daya serap
mencakup kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan proyel-proyek
64
pembangunan, mengubah struktur perekonomian, dan mengaplikasikan kembali
resources. Struktur perekonomian yang simultan dengan pendayagunaan kapasitas
nasional yang akan menjadi landasan penting bagi daya serap suatu negara.
3. Ketersediaan sumber daya alam dan sumberdaya manusia si negara penerima, karena tanpa
ketersediaan yang cukup dari kedua sumberdaya tersebut dapat menghambat pemanfaatan
modal asing secara efektif.
4. Kemampuan negara penerima bantuan untuk membayar kembali (re-payment).
5. Kemampuan dan usaha negara penerima untuk membangun. Modal yang diterima dari luar
negeri tidak dengan sendirinya memberikan hasil, kecuali jika disertai dengan usaha untuk
memanfaatkan dengan benar oleh negara dibuat di dalam negeri. Sehingga peranan modal
asing sebenarnya adalah sebagai sarana efektif untuk memobilisasi keinginan suatu
negara.
Pinjaman luar negeri adalah semua pinjaman yang menimbulkan kewajiban membayar
kembali terhadap pihak luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam Rupiah. Sekarang
ini dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia, termasuk dalam bidang finansial,
menyebabkan arus modal asing semakin leluasa keluar masuk suatu negara. Pada banyak
negara yang sedang berkembang, modal asing seolah-olah telah menjadi salah satu modal
pembangunan yang diandalkan. Bahkan, beberapa negara saling berlomba untuk dapat
menarik modal asing sebanyak-banyaknya dengan cara menyediakan berbagai fasilitas yang
menguntungkan bagi para investor dan kreditur.
Khusus modal asing dalam bentuk pinjaman luar negeri kepada pemerintah, baik yang
bersifat grant; soft loan; maupun hard loan, telah mengisi sektor penerimaan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (goverment budget) yang selanjutnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah dan proyek-proyek pembangunan negara atau investasi
pemerintah di sektor publik. Dengan mengingat bahwa peran pemerintah yang masih menjadi
penggerak utama perkonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang,
menyebabkan pemerintah membutuhkan banyak modal untuk membangun berbagai
prasarana dan sarana, sayangnya kemampuan finansial yang dimiliki pemerintah masih
terbatas atau kurang mendukung. Dengan demikian, maka pinjaman (utang) luar negeri
pemerintah menjadi hal yang sangat berarti sebagai modal bagi pembiayaan pembangunan
65
perekonomian nasional. Bahkan dapat dikatakan, bahwa utang luar negeri telah menjadi salah
satu sumber pembiayaan pembangunan perekonomian nasioanal yang cukup penting bagi
sebagian besar negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.
2.1.2 Karakteristik krisis Utang dan Pembentukan Utang
Utang bagi NSB bukan lagi membantu dalam pembangunannya bahkan menjadi beban.
Beban utang ini disebabkan karena : pertama, Utang yang diterima lebih banyak dinyatakan
dalam bentuk mata uang asing dan bukan dalam bentuk mata uang dalam negeri sehingga
rentan terhadap fluktuasi di pasar moneter internasional. Kedua, kebanyakan utang yang
diterima oleh NSB dalam bentuk US$, sedangkan jumlah US$ yang tersedia dipasar
internasional relatif lebih sedikit dari mata uang asing lainnya seperti Yen, Deutschmark atau
poundsterling sehingga NSB mengalami kesulitan dalam memperoleh US$.
Untuk mengukur sampai sejauh mana tingkat utang membebani suatu negara dapat kita
lihat dari beberapa aspek. Aspek tersebut yaitu:
1. Tingkat Debt service Ratio, yaitu perbandingan antara pembayaran bunga plus cicilan utang
terhadap penerimaan ekspor suatu negara. Sehingga contoh tingkat DSR Brazil dan korea
selatan pada tahun 1982 masing-masing sebesar 81% dan 2,2%. Ini berarti Brazil
menggunakan 81% dari ekspornya untuk membayar utangnya sedangkan Korea selatan hanya
2,2%. Menurut pengalaman di banyak negara batas aman untuk DSR adalah 20%.
2. Persentase utang terhadap GNP (debt to GNP ratio). Meskipun secara absolut jumlahnya kecil,
tetapi jika persentase terhadap GNP relatif besar, hal ini akan memberatkan negara tersebut.
Kedua indikator tersebut dalam penggunaannya tergantung dari permasalahan yang
dihadapai oleh masing-masing negara. Berdasarkan Tabel. 1 terlihat bahwa sebagian besar
utang terserap oleh negara-negara di wilayah Amerika latin dan Karibia serta Asia Tenggara.
Pertanyaan yang timbul kemudian adalah alasan apa yang mendasari negara-negara tersebut
untuk meminjam uang/utang?
Tabel. 1. Konsentrasi Utang Tahun 1982 (% terhadap total utang)
Negara %
Sub-Sahara Afrika 10,8
66
Asia Tenggara
Amerika latin dan Karibia
Afrika Utara dan Timur Tengah
26,8
51,3
11,1
Sumber : Bank Dunia
Sebagaimana diketahui untuk membangunan suatu negara diperlukan adanya dana yang
cukup untuk membiayai kegiatan investasi. Di sisi lain negara-negara tersebut tidak mampu
menyediakan dana yang cukup. Ketidakmampuan ini antara lain disebabkan oleh adanya
faktor-faktor sebagai berikut.
1) Kurangnya tabungan dalam negeri ( saving-investment gap )
Kekurangan tabungan ini tidak lain karena rendahnya tingkat pendapatan penduduk di
samping sistem keuangan yang belum memadai.
2) Kurangnya kemampuan untuk menghasilkan devisa ( foreign exchange )
Untuk melakukan transaksi perdagangan internasional diperlukan devisa, sementara
kemampuan NSB dalam menghasilkan devisa masih rendah.
Kedua faktor itulah yang pada akhirnya mendorong NSB untuk meminjam dana dari
luar negeri dalam bentuk mata uang asing dan bukan mata uang domestik. Keadaan tersebut
semakin diperburuk dengan tingkat bunga pinjaman yang tinggi, rendahnya harga barang-
barang ekspor yang dihasilkan oleh NSB (sebagian penghasil bahan mentah), dan rendahnya
tingkat permintaan terhadap produk-produk NSB. Faktor-faktor tersebut semakin
mempersulit bagi NSB untuk membayar utangnya.
MANAJEMEN UTANG LUAR NEGERI DAN PENGHEMATAN ANGGARAN NEGARA Bank Indonesia (BI) baru-baru ini telah mengingatkan Pemerintah untuk mencermati utang LN Indonesia, khususnya utang LN Pemerintah, baik jangka pendek maupun jangka panjang (short and long term). Manajemen utang, khususnya utang LN sangat berkaitan dengan manajemen anggaran negara (APBN). Semakin besar defisit APBN, maka semakin besar kebutuhan anggaran untuk menutupi defisit, yang sebagian besar diperoleh dari utang domestik dan utang LN. Setiap kali Pemerintah merencanakan anggaran defisit, maka Pemerintah akan segera menerbitkan surat utang (Surat Perbendaharaan Negara dan Surat Berharga Negara), serta mencairkan pinjaman LN dari donor setiap tahun kecuali terdapat Sisa Anggaran Lebih (SAL) yang defisit anggaran. Sementara Menteri Keuangan telah berfikir untuk menggunakan Pos SAL yang disimpan dalam Tabungan Pemerintah sebesar Rp. 35,5 triliun untuk mengurangi defisit anggaran tersebut, dengan maksud
67
untuk menghidari pinjaman baru. APBN-P telah disetujui oleh DPR untuk disahkan menjadi UU, dimana Pendapatan Negara dan Hibah disepakati menjadi sebesar RP. 1.169,9 triliun, terdiri dari Penerimaan Dalam Negeri sebesar Rp. 1.165,2 triliun dan hibah sebesar Rp. 4,6 triliun. Sementara Belanja Negara ditetapkan menjadi Rp. 1.320,7 triliun dengan rincian Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp. 908,2 triliun, dan transfer ke daerah sebesar RP. 412,5 triliun. Dengan demikian, defisit anggaran menjadi 2,1% (Rp. 150,8 triliun) dari PDB. Perlu dipahami bahwa pembiayaan defisit APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara yang juga dilakukan negara lain. Tetapi yang menjadi persoalan adalah, bagaimana memperkecil defisit anggaran setiap tahun. Karena instrumen utama dan terbesar untuk menutupi defisit adalah dari utang (deficit financing). Utang Warisan Kebijakan utang LN telah ada sejak masa Orde Lama. Tetapi pembengkakan utang, khususnya utang LN terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru berkuasa. Pada saat itu mungkin tidak terpikirkan bahwa dampak utang LN akan terus membebani dan mengegerus anggaran negara sampai saat ini. Akibatnya alokasi anggaran untuk belanja pembangunan semakin minim. Jumlah utang LN semakin bertambah, saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, dimana negara harus terbebani denganmembengkaknya jumlah utang terutama disebabkan depresiasi rupiah terhadap kurs dollar, AS. Kondisi ini ikut menyumbang keterpurukan anggaran negara dengan defisit yang semakin besar. Belum lagi beban pembayaran bunga utang LN setiap tahun (interest payment). Utang yang jatuh tempo pada tahun 2009, misalnya, hampir 3 kali lipat lebih besar dari utang LN yang jatuh tempo tahun 2008 sebesar US$ 2,894 miliar. Pemerintah harus membayar utang LN jatuh tempo tahun depan US$ 6,514 miliar. Yang menjadi catatan positif adalah utang LN yang jatuh tempo tahun 2010 turun menjadi US$ 5,215 miliar. Total utang pemerintah hingga Juni 2011 mencapai Rp1,894 triliun (USD 118,6 Miliar) atau naik Rp127 triliun dari akhir 2010 yang sebesar Rp1,677 triliun.Nominal utang bertambah karena penerbitan Surat Berharga Negara(SBN). Sementara penambahan dari utang LN relatif stabil.Sedangkan tahun 2012 penambahan utang LN diperkirakan sebesar US$ 4,516 miliar, tahun 2013 US$ 4,562 miliar, tahun 2014 sebesar US$ 4,371 miliar. Pinjaman utang LN ini akan jatuh tempo tiap tahunnya hingga tahun 2040. Rasio Utang Terhadap PDB Rasio utang terhadap PDB merupakan salah satu indikator dari kondisi perekonomian suatu negara, khususnya kondisi keuangan negara-nya. Rasio utang terhadap PDB saat ini adalah 28,2%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan masa krisis tahun 1998 yang mencapai 151,2% dari PDB. Pemerintah telah memprediksi, rasio utang terhadap PDB sebesar 25% pada pertengahan 2011. Pemerintah memang telah berhasil menurunkan rasio utang terhadap PDB, namun upaya mengurangi resiko utang LN harus terus dilakukan, baik Pemerintah maupun swasta. Penurunan rasio merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat dunia. Presiden menyerukan agar seluruh kementerian menghemat anggaran belanja dalam APBN 2011 untuk memperkecil defisit anggaran negara, khususnya pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah harus berfikir bagaimana cara melakukan penghematan anggaran yang telah dialokasikan pada tahun 2011. Penghematan yang bisa dilakukan
68
misalnya, mengurangi frekwensi perjalanan dinas, baik dalam perjalanan dinas dalam negeri maupun luar negeri yang tidak perlu dan tidak mendesak, mengurangi acara seminar, sosialisasi dan rapat-rapat dinas di luar kota dengan menggunakan hotel mewah dan sebagainya. Khusus untukpenggunaan belanja modal, agar dilakukan penghematan dengan mengkaji kembali hal-hal yang tidak perlu dan kurang bermanfaat, serta melakukan evaluasi atas standar berbagai jenis kegiatan, barang dan jasa yang dapat ditugaskan kepada kementerian terkait untuk menutup ruang terjadinya penyimpangan oleh siapapun yang bertanggungjawab atas program tersebut. Dilain pihak, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran harus dapat mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah secara transparan dan akuntabel. Sehingga, mempersempit ruang gerak untuk melakukan penyelewengan. Presiden juga sudah sering mengingatkan jajaran kementerian untuk benar-benar menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) dan meningkatkan keamanan anggaran negara (safety). Presiden mengatakan, jika Pemerintah menaikkan defisit 0,4%, maka sama dengan menambah pinjaman baru sebesar Rp. 28 Triliun. Penghematan pengeluaran negara yang tidak perlu, justru akan memperkecil penerbitan Surat Utang dan menunda pencairan pinjaman LN. Sudah saatnya Pemerintah benar-benar menyikapi permasalahan defisit anggaran dan mencari alternatif solusi yang membuat aman keuangan negara, khususnya APBN.
KORUPSI DI INDONESIA
Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang dan Para Ahli Korupsi adalah suatu tindakan yang sangat tidak terpuji dan dapat merugikan suatu bangsa.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus korupsi yang terbilang cukup banyak.
Tidakkah kita melihat akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan dari koran maupun media elektronik
yang banyak sekali memberitakan beberapa kasus korupsi di beberapa daerah di Indonesia yang
oknumnya kebanyakan berasal dari pegawai negeri yang seharusnya mengabdi untuk kemajuan
bangsa ini. Dalam tulisan yang singkat ini saya akan mencoba mengulas saecara singkat tentang
pengertian korupsi yang berdasarkan pada undang-undang dan para ahli. Semoga bermanfaat.
Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang
Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang
termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:
Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan
maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Pengertian Korupsi Menurut Ilmu Politik
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi
atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum,
perusahaan, atau pribadi lainnya.
Pengertian Korupsi Menurut Ahli Ekonomi
69
Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi didefinisikan sebagai
pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri),
yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan
setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang
terlibat dalam bidang umum dan swasta.
Pengertian Korupsi Menurut Haryatmoko
Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya untuk
menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan
keuntungan dirinya.
Pengertian Korupsi Menurut Brooks
Menurut Brooks, korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang
diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi.
Perkembangan Korupsi di Indonesia
1. Era sebelum Indonesia Merdeka
Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah diwarnai oleh “budaya-tradisi korupsi” yang
tiada henti karena didorong oleh motif kekuasaan, kekayaan dan wanita. Kita dapat menyirnak
bagaimana tradisi korupsi berjalin berkelin dan dengan perebutan kekusaan di Kerajaan Singosari
(sampai tujuh keturunan saling membalas dendam berebut kekusaan: Anusopati-Tohjoyo-
Ranggawuni-Mahesa Wongateleng dan seterusnya), Majapahit (pemberontakan Kuti, Narnbi, Suro
dan lain-lain), Demak (Joko Tingkir dengan Haryo Penangsang), Banten (Sultan Haji merebut tahta
dari ayahnya, Sultan Ageng Tirtoyoso), perlawanan rakyat terhadap Belanda dan seterusnya sampai
terjadinya beberapa kali peralihan kekuasaan di Nusantara telah mewarnai Sejarah Korupsi dan
Kekuasaan di Indonesia.
Kebiasaan mengambil “upeti” dari rakyat kecil yang dilakukan oleh Raja Jawa ditiru oleh
Belanda ketika menguasai Nusantara (1800 – 1942) minus Zaman Inggris (1811 – 1816), Akibat
kebijakan itulah banyak terjadi perlawanan-perlawanan rakyat terhadap Belanda. Sebut saja
misalnya perlawanan Diponegoro (1825 -1830), Imam Bonjol (1821 – 1837), Aceh (1873 – 1904) dan
lain-lain. Namun, yang lebih menyedihkan lagi yaitu penindasan atas penduduk pribumi (rakyat
Indonesia yang terjajah) juga dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Sebut saja misalnya kasus
penyelewengan pada pelaksanaan Sistem “Cuituur Stelsel (CS)” yang secara harfiah berarti Sistem
Pembudayaan. Walaupun tujuan utama sistem itu adalah membudayakan tanaman produktif di
70
masyarakat agar hasilnya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memberi kontribusi
ke kas Belanda, namun kenyataannya justru sangat memprihatinkan.1[4]
Isi peraturan (teori atau bunyi hukumnya) dalam CS sebenarnya sangat “manusiawi” dan
sangat “beradab”, namun pelaksanaan atau praktiknyalah yang sangat tidak manusiawi, mirip
Dwang Stelsel (DS), yang artinya “Sistem Pemaksaan”. Itu sebabnya mengapa sebagian besar
pengajar, guru atau dosen sejarah di Indonesia mengganti sebutan CS menjadi DS. mengganti
ungkapan “Sistem Pembudayaan” menjadi “Tanam Paksa”.
2. Era Pasca Kemerdekaan
Bagaimana sejarah “budaya korupsi” khususnya bisa dijelaskan? Sebenarnya “Budaya korupsi” yang sudah mendarah daging sejak awal sejarah Indonesia dimulai seperti telah diuraikan di muka, rupanya kambuh lagi di Era Pasca Kemerdekaan Indonesia, baik di Era Orde Lama maupun di Era Orde Baru.
Titik tekan dalam persoalan korupsi sebenarnya adalah masyarakat masih belum melihat
kesungguhan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi. Ibarat penyakit, sebenarnya sudah
ditemukan penyebabnya, namun obat mujarab untuk penyembuhan belum bisa ditemukan.
Pada era di bawah kepemimpinan Soekarno, tercatat sudah dua kali dibentuk Badan
Pemberantasan Korupsi – Paran dan Operasi Budhi – namun ternyata pemerintah pada waktu itu
setengah hati menjalankannya. Paran, singkatan dari Panitia Retooling Aparatur Negara dibentuk
berdasarkan Undang-undang Keadaan Bahaya, dipimpin oleh Abdul Haris Nasution dan dibantu oleh
dua orang anggota yakni Prof M Yamin dan Roeslan Abdulgani.
Salah satu tugas Paran saat itu adalah agar para pejabat pemerintah diharuskan mengisi
formulir yang disediakan – istilah sekarang : daftar kekayaan pejabat negara. Dalam
perkembangannya kemudian ternyata kewajiban pengisian formulir tersebut mendapat reaksi keras
dari para pejabat. Mereka berdalih agar formulir itu tidak diserahkan kepada Paran tetapi langsung
kepada Presiden.
Usaha Paran akhirnya mengalami deadlock karena kebanyakan pejabat berlindung di balik
Presiden. Di sisi lain, karena pergolakan di daerah-daerah sedang memanas sehingga tugas Paran
akhirnya diserahkan kembali kepada pemerintah (Kabinet Juanda).2[5]
71
Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden No 275 Tahun 1963, upaya pemberantasan
korupsi kembali digalakkan. Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menkohankam/Kasab ditunjuk
kembali sebagai ketua dibantu oleh Wiryono Prodjodikusumo. Tugas mereka lebih berat, yaitu
meneruskan kasus-kasus korupsi ke meja pengadilan.
Lembaga ini di kemudian hah dikenal dengan istilah “Operasi Budhi”. Sasarannya adalah
perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang dianggap rawan praktik
korupsi dan kolusi. Operasi Budhi ternyata juga mengalami hambatan. Misalnya, untuk menghindari
pemeriksaan, Dirut Pertamina mengajukan permohonan kepada Presiden untuk menjalankan tugas
ke luar negeri, sementara direksi yang lain menolak diperiksa dengan dalih belum mendapat izin dari
atasan.
Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi dijalankan, keuangan negara dapat
diselamatkan sebesar kurang lebih Rp 11 miliar, jumlah yang cukup signifikan untuk kurun waktu itu.
Karena dianggap mengganggu prestise Presiden, akhirnya Operasi Budhi dihentikan. Menurut
Soebandrio dalam suatu pertemuan di Bogor, “prestise Presiden harus ditegakkan di atas semua
kepentingan yang lain”.
Selang beberapa hari kemudian, Soebandrio mengumurnkan pembubaran Paran/Operasi
Budhi yang kemudian diganti namanya menjadi Kotrar (Komando Tertinggi Retooling Aparat
Revolusi) di mana Presiden Sukarno menjadi ketuanya serta dibantu oleh Soebandrio dan Letjen
Ahmad Yani. Sejarah kemudian mencatat pemberantasan korupsi pada masa itu akhirnya mengalami
stagnasi.
3. Era Orde Baru
Pada pidato kenegaraan di depan anggota DPR/MPR tanggal 16 Agustus 1967, Pj Presiden Soeharto menyalahkan rezim Orde Lama yang tidak mampu memberantas korupsi sehingga segala kebijakan ekonomi dan politik berpusat di Istana. Pidato itu memberi isyarat bahwa Soeharto bertekad untuk membasmi korupsi sampai ke akar-akarnya. Sebagai wujud dari tekad itu tak lama kemudian dibentuklah Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.
Tahun 1970, terdorong oleh ketidak-seriusan TPK dalam memberantas korupsi seperti komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa memprotes keberadaan TPK. Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog, Pertamina, Departemen Kehutanan banyak disorot masyarakat karena dianggap sebagai sarang korupsi. Maraknya gelombang protes dan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggapi Soeharto dengan membentuk Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa seperti Prof Johannes, IJ Kasimo, Mr Wilopo dan A Tjokroaminoto. Tugas mereka yang utama adalah membersihkan antara lain Departemen Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, dan Pertamina. Namun kornite
72
ini hanya “macan ompong” karena hasil temuannya tentang dugaan korupsi di Pertamina tak direspon pemerintah.
Ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah Opstib (Operasi
Tertib) derigan tugas antara lain juga memberantas korupsi. Kebijakan ini hanya melahirkan sinisme
di masyarakat. Tak lama setelah Opstib terbentuk, suatu ketika timbul perbedaan pendapat yang
cukup tajam antara Sudomo dengan Nasution. Hal itu menyangkut pemilihan metode atau cara
pemberantasan korupsi, Nasution berpendapat apabila ingin berhasil dalam memberantas korupsi,
harus dimulai dari atas. Nasution juga menyarankan kepada Laksamana Sudomo agar memulai dari
dirinya. Seiring dengan berjalannya waktu, Opstib pun hilang ditiup angin tanpa bekas sama sekali.3[6]
4. Era Reformasi
Jika pada masa Orde Baru dan sebelumnya “korupsi” lebih banyak dilakukan oleh kalangan elit pemerintahan, maka pada Era Reformasi hampir seluruh elemen penyelenggara negara sudah terjangkit “Virus Korupsi” yang sangat ganas. Di era pemerintahan Orde Baru, korupsi sudah membudaya sekali, kebenarannya tidak terbantahkan. Orde Baru yang bertujuan meluruskan dan melakukan koreksi total terhadap ORLA serta melaksanakan Pancasila dan DUD 1945 secara murni dan konsekwen, namun yang terjadi justru Orde Baru lama-lama rnenjadi Orde Lama juga dan Pancasila maupun UUD 1945 belum pernah diamalkan secara murni, kecuali secara “konkesuen” alias “kelamaan”.
Kemudian, Presiden BJ Habibie pernah mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut pembentukan berbagai komisi atau
badan baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman, Presiden berikutnya, Abdurrahman
Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK).
Badan ini dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman dan dipimpin
Hakim Agung Andi Andojo, Namun di tengah semangat menggebu-gebu untuk rnemberantas korupsi
dari anggota tim, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya dibubarkan.
Sejak itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam upaya. pemberantasan KKN.
Di samping membubarkan TGPTPK, Gus Dur juga dianggap sebagian masyarakat tidak bisa
menunjukkan kepemimpinan yang dapat mendukung upaya pemberantasan korupsi. Kegemaran
beliau melakukan pertemuan-pertemuan di luar agenda kepresidenan bahkan di tempat-tempat
yang tidak pantas dalam kapasitasnya sebagai presiden, melahirkan kecurigaan masyarakat bahwa
Gus Dur sedang melakukan proses tawar-menawar tingkat tinggi.
TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan logika membenturkannya ke UU Nomor 31 Tahun
1999. Nasib serupa tapi tak sama dialami oleh KPKPN, dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan
73
Korupsi, tugas KPKPN melebur masuk ke dalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap.
Artinya, KPK-lah lembaga pemberantasan korupsi terbaru yang masih eksis.4[7]
Pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki, seorang alumni Akademi Kepolisian
(Akpol) 1971, dilantik menjadi Ketua KPK. Di bawah kepemimpinan Taufiequrachman Ruki, KPK
hendak memposisikan dirinya sebagai katalisator (pemicu) bagi aparat dan institusi lain untuk
terciptanya jalannya sebuah "good and clean governance" (pemerintahan baik dan bersih) di
Republik Indonesia. Sebagai seorang mantan Anggota DPR RI dari tahun 1992 sampai 2001,
Taufiequrachman walaupun konsisten mendapat kritik dari berbagai pihak tentang dugaan tebang
pilih pemberantasan korupsi.
Menurut Taufiequrachman Ruki, pemberantasan korupsi tidak hanya mengenai bagaimana
menangkap dan memidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi juga bagaimana mencegah tindak
pidana korupsi agar tidak terulang pada masa yang akan datang melalui pendidikan antikorupsi,
kampanye antikorupsi dan adanya contoh "island of integrity" (daerah contoh yang bebas korupsi).
Pernyataan Taufiequrachman mengacu pada definisi korupsi yang dinyatakan dalam UU No.
31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001. Menurutnya, tindakan preventif (pencegahan) dan represif
(pengekangan) ini dilakukan dengan "memposisikan KPK sebagai katalisator (trigger) bagi aparat
atau institusi lain agar tercipta good and clean governance dengan pilar utama transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas".
KASUS KORUPSI DAN UPAYA PEMBERANTASANNYA DI INDONESIA
Dewasa ini kasus-kasus korupsi yang terjadi di negara Indonesia semakin menarik untuk
dibicarakan. Korupsi bukan hanya terjadi di lingkungan pejabat eksekutif, tetapi terjadi juga
di Lembaga legislatif dan yudikatif.
Korupsi merupakan penyakit masyarakat yang sangat membahayakan karena dapat
mengancam kelancaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Di tengah upaya pembangunan nasional di berbagai bidang, aspirasi masyarakat untuk
memberantas korupsi dan bentuk penyimbangan lainnya semakin meningkat.
Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi harus terus ditingkatkan dengan tetap
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat.
74
Agar dapat menjangkau berbagai modus operandi penyimpangan keuangan negara atau
perekonomian negara yang semakin canggih dan rumit, maka tindak pidana yang diatur
dalam undang-undang ini dirumuskan sedemikian rupa sehingga meliputi perbuatan-
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi secara “melawan hukum”
dari pengertian formil dam materil.
Dengan perumusan tersebut, pengertian melawan hukum dalam tindak pidana korupsi dapat
pula mencakup perbuatan-perbuatan tercela yang menuntut perasaan keadilan masyarakat
harus dituntut pidana. Tindak pidana korupsi dirumuskan secara tegas sebagai tindak pidana
formil. Dengan rumusan secara formil yang dianut dalam undang-undang nomor 20 tahun
2001 tentang
Tindak Pidana Korupsi, maka meskipun hasil korupsi telah dikembalikan kepada Negara,
pelaku tindak pidana korupsi tetap diajukan ke pengadilan dan tetap di pidana.
Undang-undang Tindak Pidana Korupsi menerapkan pembuktian terbalik yang bersifat
terbatas atau berimbang, yakni terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak
melakukan tindak pidana korupsi dan wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta
bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi
yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan, dan penuntut umum
tetap berkewajiban membuktikan dakwaannya.
Selain itu undang-undang tindak pidana korupsi juga memberi kesempatan yang seluas-
luasnya kepada masyarakat berperan serta untuk membantu upaya pencegahan dam
pemberantasan korupsi, dan terhadap anggota masyarakat yang berperan serta tersebut
diberikan perlindungan hukum penghargaan.
Pengertian korupsi menurut pasal 2 (1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2001 tentang
Tindak Pidana Korupsi adalah:
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
Selain itu dalam Pasal 3 dinyatakan, bahwa setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20
(duapuluh) tahun dan atau denda paling sedikit 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Dalam skala nasional tindakan-tindakan yang dilakukan oleh berbagai profesi dapat
dikatagorikan korupsi, seperti:
1. Menyuap hakim adalah korupsi.
75
Mengacu kepada kedua pengertian korupsi di atas, maka suatu perbuatan dikatagorikan
korupsi
apabila terdapat beberapa syarat, misalnya dalam pasal 6 ayat (1) huruf a UU no. 20 tahun
2001. Maka untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi harus memenuhi
unsur-unsur :
1. Setiap orang,
2. Memberi atau menjanjikan sesuatu,
3. Kepada hakim,
4. Dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili.
2. Pegawai Negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan adalah korupsi.
Pasal 11 UU no. 20 tahun 2001 menyatakan, bahwa Untuk menyimpulkan apakah seorang
Pegawai Negeri melakukan suatu perbuatan korupsi memenuhi unsur-unsur :
1. Pegawai Negeri atau penyelenggara Negara,
2. Menerima hadiah atau janji,
3. Diketahuinya,
4. Patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya dan menurut pikiran orang yang
memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
3. Menyuap advokat adalah korupsi.
Mengacu kepada kedua pengertian korupsi di atas, maka suatu perbuatan dikatagorikan
korupsi
apabila terdapat beberapa syarat, misalnya dalam pasal 6 ayat (1) huruf a UU no. 20 tahun
2001 yang berasal dari pasal 210 ayat (1) KUHP yang dirujuk dalam pasal 1 ayat (1) huruf e
UU no. 3 tahun 1971, dan pasal 6 UU no.31 tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi yang
kemudian dirumuskan ulang pada UU no. 20 tahun 2001, maka untuk menyimpulkan apakah
suatu perbuatan termasuk korupsi harus memenuhi unsur-unsur :
1. Setiap orang,
2. Memberi atau menjanjikan sesuatu,
3. Kepada advokat yang menghadiri sidang pengadilan,
4. Dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
MENDESKRIPSIKAN PENGERTIAN ANTI KORUPSI DAN INSTRUMEN
(HUKUM DAN KELEMBAGAAN) ANTI KORUPSI DI INDONESIA
Korupsi adalah tidakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan negara atau perekonomian Negara.
76
Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
Dengan membaca dan mencermati kedua pengertian korupsi di atas, silahkan kalian
rumuskan pengertian anti korupsi!
Anti korupsi secara mudahnya dapat diartikan tindakan yang tidak menyetujui terhadap
berbagai upaya yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
Dengan kata lain, anti korupsi merupakan sikap atau perilaku yang tidak mendukung atau
menyetujui terhadap berbagai upaya yang yang dilakukan oleh seseorang atau korporasi
untuk merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang dapat menghambat
pelaksanaan pembangunan nasional.
Untuk mendukung upaya atau tindakan anti korupsi melalui UU Republik Indonesia nomor
30 Tahun 2002 dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu ada Lembaga
Swadaya Masyarakat yang sangat peduli terhadap pemberantasan korupsi, seperti Masyarakat
Transpa-ransi Indonesia atau juga Lembaga Pemantau Kekayaan Negara.
Dalam penjelasan umum UU Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi dinyatakan, bahwa Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas
dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah
kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak
pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek
kehidupan masyarakat.
Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja
terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya.
Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, Pemerintah Indonesia telah meletakkan
landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana korupsi.
Berbagai kebijakan telah tertuang dalam bentuk peraturan perundang-undangan, antara lain
dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998
tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan Nepotisme;
Undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah
diubah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas undang-undang
nomor 31 tahun Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan tindak pidana korupsi meliputi tindak pidana korupsi yang :
77
1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
atau penyelenggara negara;
2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
Dengan pengaturan dalam undang-undang ini, Komisi Pemberantasan Korupsi :
1. Dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat dan memperlakukan institusi
yang telah ada sebagai counterpartner yang kondusif sehingga pemberantasan korupsi
dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.
2. Tidak monopoli tugas dan wewenang penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
3. Berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam
pemberantasan korupsi
4. Berfungsi untuk melakukan supervisi dan memantau institusi yang telah ada dan
dalam keadaan tertentu dapat mengambil alih tugas dan wewenang penyelidikan,
penuidikan dan penuntutan (superbody) yang sedang dilaksanakan oleh kepolisian
dan/atau kejaksaan.
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran
serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 3).
Tujuan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi menurut pasal 4 adalah untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi. Sedangkan tugas dan wewenang KPK menurutu pasal 6 adalah :
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara
Refleksi
Setelah kalian mencermati uraian di atas, renungkan kembali masalahmasalah sbb :
1. Bagaimana pendapatmu tentang pelaksanaan peraturan perundangundangan di rumah,
sekolah dan di masyarakat serta dalam kehidupan bernegara?
2. Apa komentar kalian tentang kasus-kasus korupsi yang terjadi di pemerintahan,
lembaga perwakilan rakyat dan di lembaga peradilan?
3. Bagaimana pendapat kalian tentang hukuman yang dijatuhkan oleh hakim terhadap
para koruptor di Indonesia?
Rangkuman
78
Setiap orang mempunyai kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Agar kepentingan antar
orang tersebut tidak bentrok dengan kepentingan orang lain, maka perlu dibuat aturan atau
kaidah hidup. Kaidah hidup adalah pedoman yang dijadikan dasar bagi setiap anggota
masyarakat untuk melakukan berbagai tindakan.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kaidah hidup disebut dengan istilah peraturan
perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan ada yang tertulis dan ada yang tidak
tertulis. Contoh Peraturan perundangundangan tertulis adalah Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan
Peraturan
Daerah.
Contoh Peraturan perundang-undangan tidak tertulis adalah Convention, hukum adat dan
kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang nomor
10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Pembentukan Peraturan perundang-undangan harus memenuhi asas keadilan dan sosiologis.
Salah satu penyakit masyarakat yang dewasa ini banyak mendapatkan perhatian dan sorotan
adalah korupsi. Korupsi saat ini bukan hanya terjadi di lembaga eksekutif, tetapi sudah
merambah ke lembaga yudikatif dan legislatif.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya terutama dengan menjatuhkan hukuman yang berat,
sehingga membuat orang yang akan melakukan tindakan tersebut berpikir dua bahkan
berkali-kali.
DAMPAK KORUPSI BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA
I. Definisi Korupsi
Korupsi merupakan masalah yang sangat populer di masyarakat sehingga banyak definisi
yang muncul sesuai dengan aspeknya masing-masing. Akibatnya, jarang kita temui definisi
yang cukup lengkap dan sempurna dalam menjelaskan korupsi. Wikipedia yang merupakan
salah satu ensiklopedia online menyebutkan bahwa Korupsi berasal dari bahasa Latin:
corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Definisi ini juga tidak luput dari
kekurangan karena disebutkan bahwa korupsi hanya mencakup pejabat publik yang berarti
pegawai pemerintah, politisi dan tidak termasuk sektor swasta. Lebih lanjut, tindak korupsi
tidak hanya mencakup penyuapan atau penyelewengan sejumlah dana, namun lebih luas dari
hal itu. Misalnya, seorang mahasiswa yang izin untuk tidak masuk kuliah dengan alasan sakit,
namun dia bepergian bersama temanya. Hal ini juga merupakan tindakan korupsi. Dari
banyaknya definisi korupsi sulit di bedakan antara penyuapan dan hadiah. Penyuapan
biasanya menimbulkan timbal balik dan hadiah tidak menimbulkan timbal balik karena di
anggap sebagai hibah.
79
1. Faktor-faktor yang Mendorong Tindakan Korupsi
Tindakan korupsi bukanlah hal yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi menyangkut berbagai
hal yang sifatnya kompleks. Faktor-faktor penyebaba bisa dari internal pelaku-pelaku
korupsi, tetapi bisa juga berasal dari situasi lingkunan yang kondusif bagi seseorang untuk
melakukan korupsi. Berikut ini adalah aspek-aspek penyebab seseorang melakukan korupsi
menurut :
Dr. Sarlito W. Sarwo, tidak ada jawaban yang persisi, tetapi ada dua hal yang jelas, yaitu :
1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya)
2. Rangsangan dari luar (dorongan dari teman, adanya kesempatan, kurang kontrol dan
sebagainya).
Dr. Andi Hamzah dalam disertainya menginventarisasi beberapa penyebab koruopsi yaitu:
1. Gaji pegawai negeri yangh tidak sebanding dengan kebutuhan yang semakin tinggi
2. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab
meluasnya korupsi
3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efesien, yang
memberikan peluan untuk korupsi
4. Modernisasi pengembangbiakan korupsi.
Analisa yang lebih detil lagi tentang penyebab korupsi diutarakan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul “Strategi Pemberantasan
Korupsi,” antara lain :
Aspek Individu Pelaku
1. Sifat Tamak Manusia
Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya miskin atau penghasilan tak
cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk
memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri
sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
2. Moral yang Kurang Kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi.
Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang
memberi kesempatan untuk itu.
3. Tingkat upah dan gaji pekerja di sector public
Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya memenuhi kebutuhan hidup
yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka seseorang akan berusaha memenuhinya dengan
berbagai cara. Tetapi bila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam
ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan tindak korupsi, baik itu korupsi
waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar
pekerjaan yang seharusnya.
4. Kebutuhan Hidup yang Mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal
ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya dengan melakukan korupsi.
80
5. Gaya Hidup yang Konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku
konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya.
Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
6. Malas atau Tidak Mau Bekerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat alias
malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-
cara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.
7. Tidak Menerapkan ajaran Agama
Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak korupsi dalam
bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di
tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan
dalam kehidupan.
II. Dampak Korupsi Terhadap Perekonomian
1. Dampak Kualitatif Korupsi Terhadap Perekonomian
Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan pembelanjaan
pemerintah
untuk sektor publik. Korupsi juga memberikan kontribusi pada nilai defisit fiskal yang besar,
meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi membedakan kesempatan individu
dalam
posisi tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas pemerintah pada biaya yang
sesungguhnya ditanggung oleh masyarakat Ada indikasi yang kuat, bahwa meningkatnya
perubahan pada distribusi pendapatan terutama di negara negara yang sebelumnya memakaii
sistem ekonomi terpusat disebabkan oleh korupsi, terutama pada proses privatisasi
perusahaan
negara Lebih lanjut korupsi mendistorsi mekanisme pasar dan alokasi sumber daya
dikarenakan:
2. Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam bentuk
peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika kebijakan dilakukan
dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan dan kebijakan, misalnya, pada
perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan sebagainya, malah akan mendorong
terjadinya inefisiensi.
3. Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan yang
produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada akhimya
menyumbangkan negatif value added.
4. Korupsi menjadi bagian dari welfare cost memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya
memperbesar biaya yang harus dibayar oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak),
sehingga secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.
5. Korupsi mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada penerapan dan
pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rights dan sebagainya). Pada akhirnya hal
ini akan memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi yang dicapai.
6. Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga proses
demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang mengalami masa
transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke perekonomian yang lebih terbuka
atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis, sebagaimana terjadi
dalam kasus Indonesia.
81
Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain dikarenakan program-
program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran, korupsi juga
mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin. Menurut Tanzi
(2002), perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi sasaran korupsi
dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa
mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara berkembang seperti Indonesia,
perusahaan kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan karena perannya yang banyak menycrap
tenaga kerja).
1. Dampak Korupsi pada Perekonomian Anahsa Ekonometrika
Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan angka indeks
korupsi untuk melihat hasilnya pada variabel — variabel ekonomi yang lain. Beberapa hasil
penelitian tersebut adalah
1. Korupsi Mengurangi Nilai Investasi
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk menanamklanmodalnya di
Indonesia dan lebih memilih menginvestasikannya ke negara-negara yang lebih aman seperti
Cina dan India. Sebagai konsekuensinya, mengurangi pencapaian actual growth dari nilai
potential growth yang lebih tinggi. Berkurangnya nilai investasi ini diduga berasal dari
tingginya biaya yang harus dikeluarkan dari yang seharusnya. ini berdampak pada
menurunnya growth yang dicapai. Studi didasarkan atas analisa fungsi produksi dimana
growthadalah fungsi dari investasi.
2. Korupsi Mengurangi Pengeluaran pada Bidang Pendidikan dan Kesehatan
Akibat korupsi pendapatan pemerintah akan terpangkas bahkan lebih dari 50%, sebagai
contoh kasus dugaan korupsi Presiden Soeharto yang tidak kunjung kelar yang di sinyalir
menggelapkan uang negara sekitar 1,7 triliun. Agar pengeluaran pengeluaran pemerintah
tidak defisit maka di lakukan pengurangan pengeluaran pemerintah.
3. Korupsi mengurangi pengeluaran untuk biaya operasi dan perawatan dari infrastruktur
Korupsi juga turut mengurangi anggaran pembiayaan untuk perawatan fasilitas umum.
4. Korupsi menurunkan produktivitas dari investasi publik dan infrastruktur suatu Negara.
5. Korupsi menurunkan pendapatan pajak
Sebagai contoh kasus Gayus Tambunan, seorang pegawai golongan 3A, yang menggelapkan
pajak negara sekitar Rp 26 miliar. Dengan demikian pendapatan pemerintah dari sektor
pendidikan akan berkurang Rp 26 miliar, itu hanya kasus gayus belum termasuk kasus
makelar pajak lainnya
BAB 8. KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Mendeskripsikan kebijakan fiskal dan moneter 2. Mengidentifikasikan jenis-jenis kebijakan fiskal dan moneter.
3. Menggambarkan seluruh isi bab 8, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
A. KEBIJAKAN FISKAL DAN IMPLEMENTASI PERPA-
JAKAN
82
1. Pengertian dan Perkembangan Kebijakan Fiskal
Istilah “fiscal“ berasal dari sebuah kata latin “fiscalis“ yang berasal dari kata benda
“fiscus“ yang dalam bahasa Perancis dinyatakan “fisc”, yang artinya ke-ranjang uang. Arti
“fisc” itu kemudian berkembang lebih luas menjadi “tempat uang negara” atau “kas negara” .
Sehingga, karena kas negara lebih banyak ber-sentuhan dengan atktivitas pemungutan
pajak maka kata fiskal identik dengan pajak dan petugas pajak disebut fiskus. Sebagaimana
telah diuraikan dalam bab sebelumnya, kebijakan fiskal ada-lah kebijakan yang berkaitan
dengan stabilitas dan pembangunan ekonomi. Kebijakan fiskal itu adalah upaya yang
menyangkut penyesuaian antara peneri-maan dan pengeluaran negara untuk mencapai
stabilisasi dan laju pertumbuhan ekonomi yang dikehendaki. Untuk itu, maka kebijakan fiskal
biasanya ditujukan terhadap pertumbuhan perekonomian yang sebenarnya menyamai laju
pertumbuhann potensial melalui peningkatan kesempatan kerja, stabilisasi harga dan
meningkatkan pertumbuhan potensial tanpa mengganggu tujuan lain dari masyarakat.
Pada dasarnya, kebijakan fiskal adalah menyangkut tindakan pemerintah untuk
menyesuaikan atau mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran negara. Dengan
demikian, maka kebijakan fiskal (fiscal policy) mempunyai cakupan yang lebih luas daripada
kebijakan perpajakan (tax policy). Penerimaan negara terdiri dari beberapa sumber dan
pajak adalah salah satu sumber dari penerimaan negara. Namun, tentu saja kebijakan fiskal
di bidang penerimaan, lebih banyak ditekankan kepada pajak sebagai sumber utama
penerimaan negara. Kecuali, di negara yang tidak menggunakan pajak sebagai sumber
pendapatan Negara.
Dari perkembangan penggunaan istilah dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari
kebijakan fiskal seringkali disamakan dengan kebijakan perpajakan (tax policy).
2. Jenis-Jenis Kebijakan Fiskal
Pada bab 2 telah diuraikan mengenai kebijakan fiskal/anggaran berdasarkan sistem
anggaran yang dianut, yaitu anggaran/pembiayan fungsional (the fuctional budget),
anggaran terkendali (the managed budget), anggaran yang stabil (the stabilizing budget),
anggaran berimbang (the balanced budge)t, anggaran berprogram, dan PPBS. Selanjutnya
akan diketengah jenis kebijakan fiskal dari sisi prakteknya.
Kenyataan menunjukkan bahwa perekonomian selalu menghadapi masa-lah
83
pengangguran dan tentu saja upaya-upaya pemerintah untuk aktif langsung dalam
pengendalian perekonomian akan dapat membantu mengatasi masalah ini. Salah satu
bentuk dan campurtangan pemerintah yang dapat dilakukan ada-lah dengan menjalankan
kebijakan fiskal. Dari uraian sebelumnya kita tahu bah-wa yang dimaksudkan dengan
kebijakan fiskal adalah upaya pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi dengan mengubah-ubah penerimaan negara melalui sistem pajak dan mengubah-
ubah pembelan-jaannya.
Ada beberapa jenis kebijakan fiskal yang sering dipraktekkan dalam mengahadapi
gejolak ekonomi. Langkah-langkah konkrit pemerintah dalam mempengaruhi perekonomian
ditempuh dengan menggunakan beberapa jenis kebijakan fiskal, antara lain dengan
menggunakan kebijakan anggaran surplus dan defisit, penstabil otomatik, dan kebijakan
fiskal diskresioner.
a. Kebijakan menggunakan anggaran surplus dan defisit
Dengan menggunakan kebijakan fiskal pemerintah dapat mempengaruhi keadaan
perekonomian yang deflasi maupun inflasi dengan cara mengubah besarnya penerimaan
(pendapatan) dan pengeluaran (belanja).
Dalam keadaan deflasi tingkat kegiatan ekonomi tidak mencapai potensi yang
maksimal dan tentu saja kelesuan ekonomi ini menimbulkan pengang-guran. Dalam
keadaan seperti ini pengeluaran negara perlu diperbesar, sehing-ga akan dapat menaikkan
tingkat kegiatan ekonomi dan mengurangi pengang-guran. Bersamaan dengan kebijakan
memperbesar pengeluatan, untuk men-jamin agar deflasi dapat diperkecil pemerintah dapat
mengurangi pemungutan pajak dari para penerima penghasilan perseorangan maupun dari
perusahaan-perusahaan.
Pada saat perekonomian mengalami inflasi, dimana keseluruhan penge-luaran
melebihi kemampuan perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa,
maka pemerintah harus membuat kebijakan anggaran yang surplus dengan cara
mengurangi pengeluarannya. Kemudian bila kebijakan ini belum berpengaruh kepada
harga, maka dapat dilanjutkan dengan menaikkan tingkat pengenaan pajak kepada
masyarakat.
Jadi kebijakan fiskal/anggaran defisit harus dilakukan pada saat pere-konomian
mengalami kelesuan (deflasi) dan anggaran surplus dilakukan pada saat perekonomian
mengalami inflasi.
b. Penstabil otomatik
84
Dari praktek penggunaan anggaran pendapatan dan belanja diperoleh suatu
gambaran bahwa terdapat beberapa jenis pendapatan dan pengeluaran yang mempunyai
dampak menstabilkan kegiatan ekonomi. Pendapatan atau pengeluaran yang bersifat
mensabilkan ini disebut sebagai Penstabil Otomatik (PO).
Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu selalu
berubah naik dan turun. Tanpa adanya penstabil otomatik per-ubahan-perubahan itu
mungkin akan menjadi lebih besar lagi. Dalam hal ini, berarti penstabil otomatik dalam
sepanjang waktu dapat memperkecil gerak naik turun kegiatan ekonomi. Apabila kegiatan
ekonomi mengalami kemunduran, “PO“ akan mengurangi kemunduran ekonomi yang
terjadi. Sebaliknya, apabila kegiatan ekonomi mengalami perkembangan, maka “PO“ akan
mengurangi kecepatan perkembangan tersebut. Dengan demikian, “PO“ seperti halnya
dengan kebijakan fiskal lainnya, mampu menjadi penyeimbang kegiatan ekonomi. Jenis-
jenis penstabil otomatik yang utama adalah :
Penerapan pajak proporsional dan pajak progresif secara tepat,
Penggunaan pola asuransi pengangguran
Membuat kebijakan harga minimum.
c. Kebijakan fiskal diskresioner
Penstabil otomatik bukanlah kebijakan fiskal yang disengaja ditujukan untuk mengatasi
masalah makro ekonomi yang utama seperti deflasi, pengangur-an, dan inflasi. Kebijakan
pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ma-kro ekonomi adalah kebijakan fiskal
diskresioner. Jadi, untuk menghadapi masalah perekonomian yang selalu naik turun,
kebijakan fiskal diskresioner secara praktis dianggap lebih baik daripada penstabilan
otomatik.
Kebijakan diskresioner adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengubah
pengeluarannya atau pemungutan pajaknya (pendapatan) dengan tujuan untuk : i)
mengurangi naik turunnya tingkat kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu, ii) menciptakan
suatu tingkat kegiatan ekonomi yang dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang
optimum, iii) menurunkan tingkat inflasi, dan iv) memelihara perkembangan ekonomi yang
memuaskan.
Dalam pelaksanaannya, alat kebijakan fiskal diskresioner dapat digunakan salah
satunya atau digunakan secara serentak. Dengan demikian, alat kebijakan fiskal
diskresioner dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
kebijakan untuk membuat perubahan atas pengeluaran/belanja pemerintah saja;
85
membuat perubahan atas pemungutan pajak saja; dan
membuat perubahan serentak (simultan) atas pengeluaran dan pemungutan pajak.
Arah perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan pembahan sistem perpajakan
yang perlu dilakukan tergantung kepada masalah yang sedang dihadapi. Pada masa
perekonomian berada di bawah tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (deflasi) dan
pengangguran cukup tinggi tingkatnya, pemerintah harus berusaha untuk meninggikan
tingkat kegiatan ekonomi dan mengurangi pengangguran dengan melakukan langkah-
langkah yang akan menaikkan pengeluaran secara keseluruhan (agregat). Untuk mencapai
tujuan ini pemerintah dapat memilih salah satu dari beberapa perubahan berikut:
o Meningkatkan pengeluaran/belanja tetapi tidak membuat perubahan atas pungutan
pajak.
o Mempertahankan tingkat pengeluarannya tetapi menurunkan pajak yang dipungutnya.
o Di satu pihak menaikkan pengeluarannya dan di lain pihak menurunkan pajak yang
dipungutnya.
Kemudian, untuk menghadapi perekonomian yang inflasi maka pemerintah dapat
melakukan perubahan-perubahan yang sebaliknya, yaitu :
o mengurangi pengeluarannya; atau
o menaikkan pajak yang dipungut; atau
o mengurangi pengeluarannya dan menaikkan pajak yang dipungut.
B. KEBIJAKAN MONETER
1. Arti Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk
pengendalaian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian
yang diinginkan. Jadi, kebijakan moneter tersebut berka-itan dengan upaya mengatur
penawaran uang dan tingkat bunga dalam tingkat yang wajar dan aman.
Dalam prakteknya, perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut
berkaitan dengan stabilitas makro ekonomi yang dicerminkan oleh stabilitas harga ---
rendahnya laju inflasi, pertumbuhan ekonomi yang baik yang ditunjukkan oleh
perkembangan keluar riil (real output), dan terbukanya kesem-patan kerja. Dari sisi makro
ekonomi yang dimaksud dengan peerkembangan ekonomi yang diinginkan sama dengan
kebijakan fiskal yang menuju kearah terkendalinya pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga,
dan membuka kesem-patan kerja. Di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Undang-
86
undang Nomor 23 tahun Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, disebutkan bahwa tujuan
utama kebijakan moneter di Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan
rupiah.
Kebijakan moneter dengan sasaran tunggal biasanya menggunakan pende-katan
harga (price-based structure), sedangkan kebijakan moneter dengan sasa-ran banyak (multi
purpose/goal) biasanya menggunakan pendekatan kuantitas (quantity-based structure).
Teori pendekatan harga menyatakan bahwa pengen-dalian tingkat hargalah yang secara
efektif dapat mengendalikan stabilitas per-ekonomian, sementara teori pendekatan kuantitas
menyebutkan bahwa pengen-dalian besaran-besaran moneterlah yang dapat
mengendalikan stabilitas per-ekonomian secara efektif.
Secara logika, suatu kebijakan kemungkinan tidak akan dapat mencapai sasaran
melaui suatu jalur saja. Kedua teori di atas dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
mungkin akan efektik digunakan sebagai alternatif kebi-jakan.
Instrumen Sasaran
OperasionalSasaran
Akhir
Sasaran
AntaraInstrumen Sasaran
OperasionalSasaran
Akhir
Pendekatan
Harga
Pendekatan
Kuantitas
Pendekatan
-Langsung
-Tidak langsung
(operasi pasar
terbuka, cadangan
wajib minimum,
fasilitas diskonto)
Suku Bunga Pasar
Uang Antarbank
(pasar uang/jangka
pendek)
Variabel informasi
•Stabilitas Harga
•Pertumbuhan Ekonomi
•Kesdempatan Kerja
-Langsung
-Tidak langsung
(operasi pasar
terbuka, ca-
dangan wajibminimum, fasi-
litas diskonto,
himbauan)
Basis Moneter :
• Uang Primer (M0)
• Cadangan Bank
Besaran Moneter :
•M1, M2
•Kredit
•Sk. Bunga
•Stabilitas harga
•Pertumbuhan ekonomi
•Kesempatan kerja
Sistem Operasi
Gambar 5.1. Sistem Operasi Kebijakan Moneter
Keterangan : M1 = uang kartal + uang giral; M2 = uang kartal + uang giral + uang kuasi
(near money) berupa deposito berjangka, tabungan, pinjaman antar bank
dan rekening valuta asing
Gambar 5.1 di atas menjelaskan bahwa untuk mencapai sasaran akhir yang
diinginkan, baik sasaran tunggal maupun banyak (multi), dapat digunakan pendekatan
87
harga untuk instrumen sasaran operasional, sedangkan pendekatan kuantitas digunakan
untuk instrumen sasaran operasional dan sasaran antara.
Secara garis besar instrumen untuk mencapai sasaran kegaiatan ekonomi yang
diinginkan dapat dibedakan menjadi tiga golongan :
1) menurut cara instrumen mempengaruhi sasaran operasional, yaitu kebijakan lansung
dan tidak langsung.
2) Menurut orientasinya di pasar keuangan, yaitu kebijakan yang berorientasi pasar
(market oriented) dan yang tidak berorientasi pasar (non-market oriented).
3) Menurut diskresinya, terdiri dari diskresi yang berada di bank sentral dan di peserta
pasar.
Keterangan :
Diskresi/kebijaksanaan (discreation) adalah lawan atau kebalikan dari aturan (rule). Diskresi adalah
kebijakan yang dilakukan dengan memperhitungkan penyesuaian secara bertahap sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi.
2. Jenis Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi makro biasanya
dilaksanakan sejalan dengan siklus kegiatan ekonomi atau siklus bisnis (business cycle).
Kebijakan moneter diterapkan untuk menanggulangi efek dari kondisi perekonomian yang
meningkat saat pesat (boom) maupun ketika kegiatan ekonomi sedang melambat (slump)
dan depresi (depression).
a. Kebijakan moneter ekspansif dan kontraktif
Secara teoritis, berdasarkan tujuannya kebijakan moneter terdiri dari dua macam, yaitu
kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif.
1) Kebijakan moneter ekspansif
Kebijakan moneter ekspansif (expansive monetary policy) adalah kebijakan moneter
yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan dengan
cara meningkatkan jumlah uang yang beredar.
2) Kebijakan moneter kontraktif
88
Kebijakan moneter kontraktif (contractive monetary policy) adalah kebijakan moneter
yang ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar.
b. Kebijakan kuantitatif dan kualitatif
Dilihat dari sisi moneter (uang) dan perilaku pengelola bank, kebijakan mo-neter dapat
dibedakan menjadi dua macam kebijakan, yaitu kebijakan kuan-titatif dan kebijakan
kualitatif.
Pada dasarnya, kebijakan kuantitatif adalah suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mempengaruhi pernawaran uang dan tingkat bunga dalam perekonomian dan kebijakan
kualititatif adalah kebijakan yang sifatnya tidak melakukan intervensi tetapi lebih banyak
menekankan pada kesadaran pihak perbankan.
1) Kebijakan Moneter Kuantitatif
Kebijakan kuantitatif adalah suatu kebijakan yang bertujuan untuk mempengaruhi
pernawaran uang dan tingkat bunga dalam perekonomian. Beberapa tindakan yang
berhubungan dengan kebijakan ini antara lain adalah:
a) Operasi Pasar Terbuka dan Tingkat Diskonto (Open Market Operation and
Discount Rate)
Operasi pasar terbuka adalah tindakan otoritas moneter atau bank sentral untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar dengan cara memperjua-lbelikan surat-surat
berharga. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak, bank sentral akan
menjual Surat Berharga Bank Sentral (Surat Berharga Bank Indonesia/SBI) dan/atau
menaikkan suku bunga simpanan pada bank sentral. Dengan cara ini diharapkan
dana yang banyak dimiliki oleh bank-bank umum akan tersedot untuk membeli surat
berharga bank sentral tersebut. Sebaliknya, bila dirasakan jumlah uang yang beredar
relatif sedikit dan di sisi lain para investor mengalami kesulitan menda-patkan
pinjaman dari bank umum, maka bank sentral segera akan membeli surat-surat
berharga bank sentral tersebut dari bank-bank umum dan/atau menurunkan suku
bunga simpanan pada bank sentral. Misalnya, juga dilakukan penurunan suku bunga
atas SBPU (Surat Berharga Pasar Uang). Dengan demikian, maka bank umum akan
segera menjual surat berharga dari bank sentral atau segera menarik dana yang
tadinya disimpan di bank sentral, sehingga pihak bank umum akan memperoleh
dana untuk memberikan kredit.
89
b) Merubah cadangan minimum (reserve requirement).
Bank sentral mewajibkan bank-bank umum yang diizinkan beroperasi untuk
menyetor uang sebesar sekian persen (misalkan 8%) dari modal atau kekayaan
banknya yang diperuntukkan bagi cadangan modal bank tersebut yang dapat
digunakan sewaktu-waktu dalam menhadapi kondisi tertentu. Misalnya untuk
menutup sejumlah dana ketika kalah kliring atau manakala bank umum tersebut
dilanda pengambilan uang yang terusa menerus oleh nasabahnya (rush). Bila bank
sentral menganggap uang beredar terlalu banyak dan bank umum terlalu berlebihan
melakukan ekspansi kreditnya, maka bank sentral dapat meningkatkan setoran wajib
minimum (reserve requirement). Kewajiban setoran wajib bank umum tersebut
dinaikkan lebih besar dari kewajiban sebelumnya, sehingga bank umum tersebut
likuiditasnya akan menurun dan akan bersikap hati-hati dalam memberikan
kreditnya. Sebaliknya, bila jumlah uang yang beredar sedikit dan bank-bank umum
kekurangan dana likuid untu memberikan kredit potensial, maka bank sentral dapat
menurunkan cadangan minimum bank umum.
2) Kebijakan Moneter Kualitatif
Kebijakan kualititatif adalah kebijakan yang sifatnya tidak melakukan intervensi tetapi
lebih banyak menekankan pada kesadaran pihak perbankan Beberapa tindakan yang
berhubungan dengan kebijakan moneter kualitatif antara lain adalah :
a) Pengawasan Pinjaman Selektif
Bank sentral berwenang untuk menentukan jenis pinjaman apa saia yang boleh
diberikan dan diwajibkan dan mana yang tidak boleh atau dapat diberikan tetapi
dengan ketentuan yang ketat. Misalnya, bank sentral mengarahkan bahwa kredit
harus diprioritaskan untuk menunjang kegiat-an pengusaha kecil dan menengah,
sedangkan pemberian kredit untuk yang bersifat pendanaan konsumsi dan investasi
jangka panjang di bi-dang properti diperketat.
b) Himbauan Moral (Moral Suasion)
Bank sentral dapat meminta/menghimbau seluruh bank umum untuk melakukan
tindakan-tindakan yang dianggap perlu dalam menstabilkan peredaran uang dan
suku bunga agar tetap berada pada tingkat yang wajar.
3. Pelaksanaan Kebijakan Moneter dan Fiskal Secara Terpadu
90
Untuk mengembangkan dan mengendalikan perekonomian agar perkem-bangannya
dapat sesuai dengan yang diinginkan, dalam kenyataannya, tidak hanya dapat dilaksanakan
dengan menggunakan kebijakan fiskal saja atau hanya dengan menjalankan kebijakan
moneter saja.
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dapat digunakan untuk mendorong atau
menghambat laju perekonomia. Kedua kebijakan itu dapat digunakan untuk melakukan
ekspansi dan kontraksi.
Pada saat perekonomian melaju dengan pesat dan mengarah ke inflasi yang tidak
terkendali, maka kegiatan atau produktifitas ekonomi harus diperlambat dengan
menggunakan kebijakan moneter kontraksi sehingga jumlah uang yang beredar menurun. Di
sisi lain kebijakan fiskal dilakukan dengan menjalan kebijakan anggaran surplus dengan
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak dan/atau dengan mengurangi
pengeluaran negara. Sebaliknya, pada saat kegiatan ekonomi sedang menurun dan
mengarah ke depresi/deflasi, maka kegiatan ekonomi dapat didorong dengan menggunakan
kebijakan moneter ekspansif dengan menambah jumlah uang yang beredar. Di sisi lainnya,
kebijakan fiskal diarahkan untuk merealisasikan kebijakan defisit anggaran dengan cara
memperbesar pengeluaran/belanja negara.
BAB 9. PELAKU PELAKU EKONOMI
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Mendeskripsikan Pelaku - pelaku Ekonomi 2. Mengidentifikasikan Perusahaan 2 non-koperasi 3. Menjelaskan Koperasi
91
4. Menggambarkan seluruh isi bab 9, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
PELAKU-PELAKU EKONOMI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Sistem ekonomi kerakyatan sendi utamanya adalah UUD 1945 pasal 33 ayat (1), (2), dan (3). Bentuk usaha yang sesuai dengan ayat (1) adalah koperasi, dan bentuk usaha yang sesuai dengan ayat (2) dan (3) adalah perusahaan negara. Adapun dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi “hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh di tangan seorang”. Hal itu berarti perusahaan swasta juga mempunyai andil di dalam sistem perekonomian Indonesia. Dengan demikian terdapat tiga pelaku utama yang menjadi kekuatan sistem perekonomian di Indonesia, yaitu perusahaan negara (pemerintah), perusahaan swasta, dan koperasi. Ketiga pelaku ekonomi tersebut akan menjalankan kegiatan-kegiatan ekonomi dalam sistem ekonomi kerakyatan. Sebuah sistem ekonomi akan berjalan dengan baik jika pelaku-pelakunya dapat saling bekerja sama dengan baik pula dalam mencapai tujuannya. Dengan demikian sikap saling mendukung di antara pelaku ekonomi sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan.
1. Pemerintah (BUMN) Pemerintah Selain sebagai pelaku ekonomi, juga berperan sebagai pengatur kegiatan ekonomi.
a. Pemerintah sebagai Pelaku Kegiatan Ekonomi Peran pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi berarti pemerintah melakukan kegiatan
konsumsi, produksi, dan distribusi. 1 ) Kegiatan produksi Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi, mendirikan perusahaan
negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2003, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN dapat berbentuk Perjan (Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan Umum), dan Persero (Perusahaan Perseroan). Mengenai ciri-ciri dari ketiga bentuk perusahaan negara di atas telah kalian pelajari di kelas VII semester 2. BUMN memberikan kontribusi yang positif untuk perekonomian Indonesia. Pada sistem ekonomi kerakyatan, BUMN ikut berperan dalam menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha hampir di seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, dan perdagangan serta konstruksi. BUMN didirikan pemerintah untuk mengelola cabang-cabang produksi dan sumber kekayaan alam yang strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Misalnya PT Dirgantara Indonesia, PT Perusahaan Listrik Negara, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), PT Pos Indonesia, dan lain sebagainya. Perusahaan-perusahaan tersebut didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, serta untuk mengendalikan sektor-sektor yang strategis dan yang kurang menguntungkan.
Secara umum, peran BUMN dapat dilihat pada hal-hal berikut ini. a) Mengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. b) Sebagai pengelola bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya secara
efektif dan efisien. c) Sebagai alat bagi pemerintah untuk menunjang kebijaksanaan di bidang ekonomi. d) Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga kerja.
2 ) Kegiatan konsumsi
92
Seperti halnya yang telah kalian pelajari pada bab 8 mengenai pelaku-pelaku ekonomi, pemerintah juga berperan sebagai pelaku konsumsi. Pemerintah juga membutuhkan barang dan jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya ketika menjalankan tugasnya dalam rangka melayani masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau jalan raya. Tentunya pemerintah akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk menjalankan tugasnya. Contoh-contoh mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah masih banyak, seperti membeli barang-barang untuk administrasi pemerintahan, menggaji pegawai-pegawai pemerintah, dan sebagainya.
3 ) Kegiatan distribusi Selain kegiatan konsumsi dan produksi, pemerintah juga melakukan kegiatan distribusi. Kegiatan distribusi yang dilakukan pemerintah dalam rangka menyalurkan barang-barang yang telah diproduksi oleh perusahaanperusahaan negara kepada masyarakat. Misalnya pemerintah menyalurkan sembilan bahan pokok kepada masyarakat-masyarakat miskin melalui BULOG. Penyaluran sembako kepada masyarakat dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah harus lancar. Apabila kegiatan distribusi tidak lancar akan memengaruhi banyak faktor seperti terjadinya kelangkaan barang, harga barang-barang tinggi, dan pemerataan pembangunan kurang berhasil. Oleh karena itu, peran kegiatan distribusi sangat penting.
b. Pemerintah sebagai Pengatur Kegiatan Ekonomi Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi tidak hanya berperan sebagai salah satu pelaku ekonomi, akan tetapi pemerintah juga berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan terhadap jalannya roda perekonomian demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam rangka melaksanakan peranannya tersebut pemerintah menempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini. 1) Kebijaksanaan dalam dunia usaha Usaha untuk mendorong dan memajukan dunia usaha,
pemerintah melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini. a) Pemerintah mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. b) Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 mengatur tentang Usaha Perbankan. c) Pemerintah mengubah beberapa bentuk perusahaan negara agar tidak menderita
kerugian, seperti Perum Pos dan Giro diubah menjadi PT Pos Indonesia, Perjan Pegadaian diubah menjadi Perum Pegadaian.
2) Kebijaksanaan di bidang perdagangan
Di bidang perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan berupa kebijaksanaan ekspor dan kebijaksanaan impor. Pemerintah menetapkan kebijakan ekspor dengan tujuan untuk memperluas pasar di luar negeri dan meningkatkan daya saing terhadap barang-barang luar negeri. Adapun kebijakan impor dimaksudkan untuk menyediakan barang-barang yang tidak bisa diproduksi dalam negeri, pengendalian impor, dan meningkatkan daya saing.
3) Kebijaksanaan dalam mendorong kegiatan masyarakat. Kebijaksanaan pemerintah dalam mendorong kegiatan masyarakat mencakup hal-hal berikut
ini. a) Meningk
atkan pembangunan sarana dan prasarana umum. b) Kebijaksanaan menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil dan petani.
93
c) Kebijaksanaan untuk memperlancar distribusi hasil produksi.
2. Swasta (BUMS)
BUMS adalah salah satu kekuatan ekonomi di Indonesia. BUMS merupakan badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta. Tujuan BUMS adalah untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. BUMS didirikan dalam rangka ikut mengelola sumber daya alam Indonesia, namun dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan pemerintah dan UUD 1945. BUMS dalam melakukan perannya mengandalkan kekuatan pemilikan modal. Perkembangan usaha BUMS terus didorong pemerintah dengan berbagai kebijaksanaan. Kebijaksanaan pemerintah ditempuh dengan beberapa pertimbangan berikut ini. a) Menumbuhkan daya kreasi dan partisipasi masyarakat dalam usaha mencapai
kemakmuran sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. b) Terbatasnya modal yang dimiliki pemerintah untuk menggali dan mengolah sumber daya
alam Indonesia sehingga memerlukan kegairahan usaha swasta. c) Memberi kesempatan agar perusahaan-perusahaan swasta dapat memperluas
kesempatan kerja. d) Mencukupi kebutuhan akan tenaga ahli dalam menggali dan mengolah sumber daya alam.
Perusahaan-perusahaan swasta sekarang ini telah memasuki berbagai sektor kehidupan antara lain di bidang perkebunan, pertambangan, industri, tekstil, perakitan kendaraan, dan lain-lain. Perusahaan swasta terdiri atas dua bentuk yaitu perusahaan swasta nasional dan perusahaan asing. Contoh perusahaan swasta nasional antara lain PT Astra Internasional (mengelola industri mobil dan motor), PT GhobelDharma Nusantara (mengelola industri alat-alat elektronika), PT Indomobil (mengelola industri mobil), dan sebagainya. Adapun contoh perusahaan asing antara lain PT Freeport Indonesia Company (perusahaan Amerika Serikat yang mengelola pertambangan tembaga di Papua, Irian Jaya), PT Exxon Company (perusahaan Amerika Serikat yang mengelola pengeboran minyak bumi), PT Caltex Indonesia (perusahaan Belanda yang mengelola pertambangan minyak bumi di beberapa tempat di Indonesia), dan sebagainya. Perusahaan-perusahaan swasta tersebut sangat memberikan peran penting bagi perekonomian di Indonesia. Peran yang diberikan BUMS dalam perekonomian Indonesia seperti berikut ini. a. Membantu meningkatkan produksi nasional. b. Menciptakan kesempatan dan lapangan kerja baru. c. Membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pendapatan. d. Membantu pemerintah mengurangi pengangguran. e. Menambah sumber devisa bagi pemerintah. f. Meningkatkan sumber pendapatan negara melalui pajak. g. Membantu pemerintah memakmurkan bangsa. 3. Koperasi a. Sejarah Koperasi
Koperasi pertama di Indonesia dimulai pada penghujung abad ke-19, tepatnya tahun 1895. Pelopor koperasi pertama di Indonesia adalah R. Aria Wiriaatmaja, yaitu seorang patih di Purwokerto. Ia mendirikan sebuah bank yang bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat. Usaha yang didirikannya diberi nama Bank Penolong dan Tabungan (Hulp en Spaarbank). Perkembangan koperasi yang didirikan oleh R. Aria Wiriaatmaja semakin baik. Akibatnya setiap gerak-gerik koperasi tersebut diawasi dan mendapat banyak rintangan dari Belanda. Upaya yang ditempuh pemerintah kolonial Belanda yaitu dengan mendirikan Algemene Volkscrediet Bank, rumah gadai, bank desa, serta lumbung desa. Pada tahun 1908 melalui Budi Utomo, Raden Sutomo berusaha mengembangkan koperasi rumah tangga. Akan tetapi koperasi yang didirikan mengalami kegagalan. Hal itu dikarenakan kurangnya
94
kesadaran masyarakat akan manfaat koperasi. Pada sekitar tahun 1913, Serikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Serikat Islam, mempelopori pula pendirian koperasi industri kecil dan kerajinan. Koperasi ini juga tidak berhasil, karena rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat, dan miskinnya pemimpin koperasi pada waktu itu. Setelah dibentuknya panitia koperasi yang diketuai oleh Dr. DJ. DH. Boeke pada tahun 1920, menyusun peraturan koperasi No. 91 Tahun 1927. Peraturan tersebut berisi persyaratan untuk mendirikan koperasi, yang lebih longgar dibandingkan peraturan sebelumnya, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk mendirikan koperasi. Setelah diberlakukannya peraturan tersebut, perkembangan koperasi di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Selama masa pendudukan Jepang yaitu pada tahun 1942 – 1945, usaha-usaha koperasi dipengaruhi oleh asas-asas kemiliteran. Koperasi yang terkenal pada waktu itu bernama Kumiai. Tujuan Kumiai didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun pada kenyataannya Kumiai hanyalah tempat untuk mengumpulkan bahan-bahan kebutuhan pokok guna kepentingan Jepang melawan Sekutu. Oleh karena itulah, menyebabkan semangat koperasi yang ada di masyarakat menjadi lemah. Setelah kemerdekaan, bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan kebijakan ekonominya. Para pemimpin bangsa Indonesia mengubah tatanan perekonomian yang liberalkapitalis menjadi tatanan perekonomian yang sesuai dengan semangat pasal 33 UUD 1945. Sebagaimana diketahui, dalam pasal 33 UUD 1945, semangat koperasi ditempatkan sebagai semangat dasar perekonomian bangsa Indonesia. Berdasarkan pasal itu, bangsa Indonesia bermaksud untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Oleh karena itulah, Muhammad Hatta kemudian merintis pembangunan koperasi. Perkembangan koperasi pada saat itu cukup pesat, sehingga beliau dianugerahi gelar bapak koperasi Indonesia. Untuk memantapkan kedudukan koperasi disusunlah UU No. 25 Tahun 1992.
b . Pengertian Koperasi Keberadaan koperasi di Indonesia berlandaskan pada pasal 33 UUD 1945 dan UU No. 25 Tahun 1992. Pada penjelasan UUD 1945 pasal 33 ayat (1), koperasi berkedudukan sebagai “soko guru perekonomian nasional” dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional. Adapun penjelasan dalam UU No. 25 Tahun 1992, menyebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berdasarkan pada pengertian koperasi di atas, menunjukkan bahwa koperasi di Indonesia tidak semata-mata dipandang sebagai bentuk perusahaan yang mempunyai asas dan prinsip yang khas, namun koperasi juga dipandang sebagai alat untuk membangun sistem perekonomian Indonesia. Koperasi diharapkan dapat mengembangkan potensi ekonomi rakyat dan mewujudkan demokrasi ekonomi yang sesuai dengan yang diamanatkan dalam UUD 1945.
c . Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi Landasan koperasi Indonesia adalah pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Koperasi Indonesia mempunyai beberapa landasan berikut ini. 1) Landasan idiil: Pancasila. 2) Landasan struktural: UUD 1945. 3) Landasan operasional: UU No. 25 Tahun 1992 dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART). 4) Landasan mental: kesadaran pribadi dan kesetiakawanan. UU No. 25 Tahun 1992 pasal 2
menetapkan bahwa kekeluargaan sebagai asas koperasi. Semangat kekeluargaan inilah yang menjadi pembeda utama antara koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainnya.
Koperasi didirikan dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
95
d . Fungsi dan Peran Koperasi
Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1992 pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan peran koperasi seperti berikut ini. 1) Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka.
2) Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
e . Perangkat Organisasi Koperasi
Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri atas rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Penjelasan tentang ketiga perangkat organisasi koperasi ini seperti berikut ini.
1 ) Rapat anggota Rapat anggota merupakan perangkat yang penting dalam koperasi. Rapat anggota ialah rapat yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian besar anggota koperasi. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Melalui rapat anggota, seorang anggota koperasi akan menggunakan hak suaranya. Rapat anggota berwenang untuk menetapkan hal-hal berikut ini. a) Anggaran dasar (AD). b) Kebijaksanaan umum di bidang organisasi. c) Pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan pengawas. d) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan. e) Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugas.
f) Pembagian sisa hasil usaha (SHU).
g) Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi.
2 ) Pengurus
Pengurus dipilih oleh rapat anggota dari kalangan anggota. Pengurus adalah pemegang kuasa
rapat anggota. Masa jabatan paling lama lima tahun. Berikut ini tugas pengurus koperasi.
a) Mengelo
la koperasi dan bidang usaha.
b) Mengaju
kan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi.
c) Menyele
nggarakan rapat anggota.
d) Mengaju
kan laporan pelaksanaan tugas dan laporan keuangan koperasi.
e) Memelih
ara buku daftar anggota, pengurus, dan pengawas.
96
Pengurus bertanggung jawab kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa dalam mengelola
usaha koperasi. Jika koperasi mengalami kerugian karena tindakan pengurus baik disengaja maupun
karena kelalaiannya, pengurus harus mempertanggungjawabkan kerugian ini. Apalagi jika tindakan
yang merugikan koperasi itu karena kesengajaan, pengurus dapat dituntut di pengadilan.
Adapun wewenang pengurus koperasi terdiri atas hal-hal berikut ini.
a) Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan.
b) Memutuskan penerimaan atau penolakan seseorang sebagai anggota koperasi berdasarkan
anggaran dasar koperasi.
c) Melakukan tindakan untuk kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung
jawabnya sebagai pengurus.
3 ) Pengawas
Pengawas koperasi adalah salah satu perangkat organisasi koperasi, dan menjadi suatu
lembaga/badan struktural koperasi. Pengawas mengemban amanat anggota untuk
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi.
Koperasi dalam melakukan usahanya diarahkan pada bidang-bidang yang berkaitan dengan
kepentingan anggota untuk mencapai kesejahteraan anggota. Lapangan usaha itu menyangkut
segala bidang kehidupan ekonomi rakyat dan kepentingan orang banyak, antara lain bidang
perkreditan (simpan pinjam), pertokoan, usaha produksi, dan usaha jasa. Sesuai dengan
namanya sebagai pengawas koperasi, maka tugas-tugas koperasi seperti berikut ini.
a) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan koperasi oleh pengurus.
b) Membuat laporan tertulis mengenai hasil pengawasan yang telah dilakukannya.
Supaya para pengawas koperasi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, mereka harus diberi
wewenang yang cukup untuk mengemban tanggung jawab tersebut. Pengawas koperasi mempunyai
wewenang berikut ini.
a) Meneliti catatan atau pembukuan koperasi.
b) Memperoleh segala keterangan yang diperlukan.
f . Modal Koperasi
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. 1 ) Modal Sendiri Koperasi
a) Simpanan pokok, adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. b) Simpanan wajib, adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama dan wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi pada waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. c) Dana cadangan, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha. Dana cadangan digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi.
97
d) Hibah, yaitu sumbangan pihak tertentu yang diserahkan kepada koperasi dalam upayanya turut serta mengembangkan koperasi. Hibah tidak dapat dibagikan kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan.
2 ) Modal pinjaman koperasi Modal pinjaman dapat berasal dari simpanan sukarela, pinjaman dari koperasi lainnya, pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sumber pinjaman lainnya yang sah.
98
BAB 10. PEMBANGUNAN EKONOMI INSKLUSIF
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Mendeskripsikan Pelaku - pelaku Ekonomi 2. Mengidentifikasikan Perusahaan 2 non-koperasi 3. Menjelaskan Koperasi
4. Menggambarkan seluruh isi bab 10, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
Tujuan utama pembangunan nasional Indonesia adalah untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, yaitu pertumbuhan yang memiliki basis luas, terdapat di berbagai propinsi dan dapat mengurangi ketidaksetaraan pendapatan. Untuk mengembangkan pertumbuhan yang begitu luas, tentunya ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia. Pertama adalah pengembangan aspek infrastruktur, yang menjamin konektifitas nasional dan membantu wilayah yang kurang berkembang untuk dapat menyusul wilayah yang sudah lebih maju, seperti di pulau Jawa. Kedua adalah pendidikan universal dan akses terhadap kesehatan. Ini merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat. Ketiga adalah program penangulangan kemiskinan. Program ini terdiri dari subsidi beras, pemberian dana tunai dan pembangunan lingkungan. Keempat adalah skema keuangan mikro. Skema ini membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mendapatkan dana bantuan. Akibat dampak dari krisis finansial Asia pada 1997-1998, pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak mengalami begitu banyak perubahan, bahkan pemeliharaan infrastruktur juga kurang begitu baik. Lambatnya pengembangan infrastruktur di Indonesia ini dikarenakan masalah pendanaan. Indonesia belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis ekonomi 1997-1998 tersebut. Pada 2005-2006, pemerintah Indonesia memang telah mengenalkan kerangka regulasi dan insentif bagi pembangunan infrastruktur untuk menarik investasi, tidak hanya dari pemerintah tetapi juga sektor swasta. Namun kemajuannya tidak begitu pesat. Salah satu penyebabnya adalah masalah ganti rugi tanah. Pemerintah perlu menyusun regulasi pertanahan baru yang dapat membantu pemerintah dalam hal pengambilalihan tanah untuk kepentingan publik. Aspek lainnya yang cukup penting terkait dengan pertumbuhan yang berkelanjutan ini adalah unsur lingkungan. Indonesia memiliki program perubahan iklim yang targetnya adalah mengurangi emisi CO2 sebanyak 40% dalam waktu 20-30 tahun kedepan, selain beberapa program konservasi dan reboisasi. (Sumber: Kemendag).
Tumbuhnya Wilayah Metropolitan: Menuju Pembangunan Daerah yang Inklusif dan Berkelanjutan
Indonesia telah menjadi salah satu negara dengan populasi urban terbesar di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Pada tahun 2010, tercatat 49.8 persen penduduk Indonesia bermukim di wilayah perkotaan. Laju urbanisasi yang begitu pesat ini membuka sejumlah peluang besar bagi Indonesia. Jika dikelola dengan baik, urbanisasi berpotensi untuk meningkatkan produktivitas, membuka peluang-peluang di bidang ekonomi, serta dapat meningkatkan penghasilan penduduk perkotaan. Studi ini mengkaji struktur, kinerja, dan rintangan yang dihadapi kota dan metropolitan area di Indonesia, dan bagaimana Indonesia dapat meraup
99
keuntungan dari urbanisasi. Hasil studi menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk mengarahkan strategi pembangunan perkotaan pada dua hal berikut:
Perencanaan tata ruang dan prioritas investasi harus konsisten di tiap tingkat kepemerintahan (pusat, propinsi, dankabupaten/kota).
Strategi pembangunan perkotaan harus disesuaikan dengan besarnya kota yang bersangkutan.
Konektivitas antar kawasan metropolitan, begitu juga antara kawasan perkotaan dan pedesaan juga perlu diperbaiki mengingat kondisi geografis Indonesia yang beragam dan terbentang luas. Selain itu, untuk menyelaraskan tren-tren urbanisasi dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), perencanaan pembangunan sebaiknya berfokus pada peningkatan efisiensi kawasan perkotaan dan usaha-usaha untuk meraup keuntungan dari urbanisasi. Strategi pembangunan yang memusatkan kedua hal tersebut akan lebih menguntungkan pertumbuhan kawasan perkotaan dibandingkan strategi yang berpusat pada pembangunan sentra-sentra pertumbuhan baru atau Zona Ekonomi Khsusus.
Temuan utama laporan
Urbanisasi di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan, setidaknya hingga jangka menengah. Indonesia berpeluang untuk meraup keuntungan ekonomi besar dari urbanisasi, dimana urbanisasi menggerakkan pertumbuhan ekonomi regional dan menciptakan kawasan perkotaan dan metropolitan yang aktif dan semarak.
Kota-kota besar pada umumnya lebih produktif dan kompetitif secara ekonomi dibandingkan kota-kota kecil dan daerah pedesaan. Hal ini terjadi karena adanya fenomena pengelompokan yang dikenal sebagai aglomerasi. Dengan menggunakan metode Agglomeration Index, studi ini berhasil mengidentifikasi 44 area aglomerasi di Indonesia. Mayoritas area aglomerasi ini berada di pulau Jawa, Bali dan Sumatera.
Studi ini menunjukkan bahwa kota-kota berukuran menengah (dengan kisaran penduduk 0.5 – 1 juta orang) memiliki kinerja ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan kota-kota lain.
Strategi pembangunan perkotaan sebaiknya tidak seragam, namun disesuaikan dengan karakteristik kota atau metropolitan area. Hasil penelitian ini mengisyaratkan perlunya investasi di sektor infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan pesat di kedua metropolitan terbesar (megacities) dan kota-kota ukuran menengah. Dukungan khusus dibutuhkan didaerah metropolitan berukuran besar (dengan jumlah penduduk berkisar antara 5 – 10 juta orang) yang pertumbuhannya tidak secepat kategori kota dan metropolitan area lainnya, sementara kota-kota kecil sebaiknya berfokus pada peningkatan akses kepada pelayanan umum.
Kondisi pertanahan nasional yang kurang efisien, keterbatasan konektivitas dan akses terhadap fasilitas kredit adalah faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah perkotaan
100
BAB 11. MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Mendefinisikan Pasar Tunggal ASEAN 2. Menjalaskan Posisi Indonesia dalam Perdagangan dan Investasi ASEAN 3. Daya Saing dan Kinerja Indonesia 4. Dampak Liberalisasi
5. Peluang dan Tantangan 6. Menggambarkan seluruh isi bab 11, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN PASAR TUNGGAL ALA ASEAN
ASEAN Way, dengan bergulirnya MEA, sudah saatnya menjadi pemersatu anggota ASEAN menghadapi kesepakatan perdagangan regional yang lebih besar. Kalau ada penghargaan (award) untuk pembentukan blok regional paling tenang sedunia, barangkali pemenangnya adalah Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). Bertepatan dengan momen tutup tahun 2015, tepatnya pada 31 Desember 2015, yang diiringi bising suara terompet menyambut tahun 2016, ASEAN menorehkan babak baru; bergulirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA bersandar pada empat pilar utama; integrasi kawasan sebagai pasar tunggal dan basis produksi; menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan kom petitif; menjamin pembangunan ekonomi di seluruh ASEAN; integrasi ASEAN dalam perekonomian global. Pemimpin ASEAN sudah menandatangani deklarasi pemberlakuan MEA saat mengadakan pertemuan puncak November 2015 lalu di Malaysia, tapi tidak ada gelaran seremonial resmi saat MEA resmi bergulir akhir Desember lalu.
Bising terompet ta hun baru 2016 memang lantang terdengar, tapi tidak dengan negosiasi sepuluh negara ASEAN (Indonesia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Filipina, Laos, Myanmar, dan Kamboja) dalam realisasi MEA.
Salah satu alasan tidak adanya ribut-ribut negosiasi dalam pembentukan MEA adalah adanya dua prinsip tradisional yang dipegang teguh anggota ASEAN; kesepakatan berupa konsensus dan negara anggota tidak saling intervensi terkait isu dalam negeri masing-masing.
Visi MEA jelas, menjadikan kawasan ASEAN sebagai pasar tunggal yang membebaskan arus keluar masuk barang, mo dal, dan tenaga kerja. Ini berarti ada pembebasan tarif bea masuk barang, kemudahan penanaman modal (investasi), dan keterbukaan pasar tenaga kerja.
Namun, meski MEA sudah efektif berlaku, visi tersebut dinilai bakal sulit tercapai lantaran kesepakatan yang bersifat konsensus dan tidak saling mengintervensi sehingga tidak mengikat dan tidak memiliki sanksi bagi anggotanya yang belum mampu memenuhi persyaratan MEA. Misalnya, ada satu negara yang belum sanggup menurunkan tarif bea masuk perdagangan, maka negara tersebut dibolehkan menunda penurunan tarif perdagangan, bahkan tanpa batas waktu tertentu. Tak pelak, bukan hanya terompet tahun baru 2016 yang mengiringi bergulirnya MEA, tapi juga sejumlah kritik dan pan dangan skeptis.
Bergulirnya MEA dinilai tidak akan memberikan efek segera lantaran kedua prinsip tradisional ASEAN tadi. Kantor berita AFPmenyitir catatan Capital Economics, sebuah grup riset, yang mengatakan MEA sulit memberikan hasil kon kret. Dengan prinsip konsensus dan tidak saling mengintervensi diperkirakan bakal sulit mengatasi masalah utama seperti mengurangi hambatan non-tarif. Pasalnya tidak ada penalti dan tanpa kekuatan sentral pula. Capital Economics mengistilahkannya sebagai tidak adanya `game changer\'.
Apalagi, secara politis, negara anggota ASEAN sangat beragam, mulai dari negara demokrasi, komunis, sampai kerajaan. Gareth Leather, ekonom di Capital Economics, menyoroti `ASEAN Way\' berupa konsensus dan tanpa intervensi antarnegara anggota se bagai tantangan utama bagi MEA. Dengan prinsip ini ASEAN, meski dengan MEA bakal kesulitan menjadi pasar tunggal dan basis produksi yang mampu menyaingi sebut saja Cina. John
101
Pang, ekonom di S. Raja ratnam School of International Studies, mengatakan MEA sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN akan berjalan sangat lambat. \"MEA tidak akan menghasilkan perubahan radikal,\" ujar John. Pandangan skeptis juga dilontarkan Joseph Incalcaterra, ekonom HSBC di Hongkong. Kinerja ekonomi ASEAN dalam beberapa tahun terakhir jatuh di bawah potensi ekonomi yang sesungguhnya. Bukan hanya perdagangan intra-ASEAN yang mengalami kontraksi setiap bulan sejak Juli tahu lalu, tapi juga dalam perdagangan global sejak Juni 2013. \"Perekonomian ASEAN lebih rendah dibanding potensinya,\" ungkap Joseph dikutip Financial Times. Pangsa Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN dalam PDB global hanya 3,2 persen, dengan populasi mencapai 8,7 persen. Keterbatasan dalam investasi infrastruktur menjadi kata kunci. Kinerja yang kurang baik itu, meski masih menjadikan ASEAN sebagai kawas an dengan pertumbuhan ekonomi terpesat du nia, terjadi akibat minimnya integrasi eko no mi yang sesungguhnya menjadi tujuan uta ma MEA. Pandangan-pandangan skeptis itu seperti mengingatkan MEA pada pelesetan kepanjangan NATO sebagai No Action Talk Only.
Itu baru dilihat dari sisi prinsip tra disional, konsensus dan tidak saling meng intervensi, yang selama ini dipegang ASEAN. Selain menghadapi tantangan skeptis tadi, tantangan lain yang masih harus di hadapi MEA adalah di sektor perdagangan jasa.
Keterbukaan perdagangan jasa di kawasan ASEAN dinilai masih lambat. Kendati begitu, HSBC mencatat porsi sektorper dagangan jasa di kawasan ASEAN sudah mengalami peningkatan lumayan tinggi, dari 14 persen pada 2006 menjadi 20 persen pada 2015.
Tantangan juga muncul dari sektor keuangan. Integrasi sektor ke uang an ASEAN masih sebatas embrio. ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) sebagai landasan integrasi sektor ke uangan di kawasan pada 2020 belum me nunjukkan perkembangan berarti.
Hal serupa terlihat pula di kalangan pasar modal. ASEAN Capital Markets Forum masih mencari cara jalan untuk melakukan harmonisasi infrastruktur pasar di kawasan. Di sisi lain, pandangan-pandangan optimistis terhadap MEA juga muncul. Meski menyadari MEA yang benar-benar mencerminkan sebagai pasar tunggal ASEAN masih harus melewati jalan panjang, namun bergulirnya MEA di awal tahun ini setidaknya membuka peluang perubahan mindset pelaku bisnis di negara anggota sekaligus menciptakan momentum bagi proses integrasi ekonomi ASEAN yang berkelanjutan. Salah satu modal utama adalah liberalisasi perdagangan. Pada 2010 saja, sudah sekitar 99 persen item dalam daftar keterbukaan perdagangan ASEAN bebas tarif, khusus nya di enam negara ASEAN. Empat negara lain yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam diperkirakan siap bebas tarif pa da akhir tahun ini. Sejumlah produk pertanian dan produk terkait keamanan pangan ne gara anggota memang masih dikecualikan. Selain perdagangan, dengan bergulirnya MEA, setidaknya ASEAN memiliki daya tarik lain terutama dalam persaingan menarik dana-dana asing dibanding kawasan berkembang lain seperti Amerika Latin dan Afrika. Amirul Feisal Wan Zahir, ke pala global banking Maybank, mengatakan dana asing bergerak dari satu ne gara ke negara lain.
Terkait itu, sekarang ini, negara ASEAN bersaing dengan negara lain seperti Cina, India, Rusia dan Brasil secara sendiri-sendiri. \"Investor seringkali kebingungan karena setelah masuk jadi sulit ke luar lantaran di satu negara minim likuiditas. Inilah kenapa ASEAN sebagai sebuah blok ekonomi menjadi penting,\" ujar Zahir. MEA sebagai bentuk pasar tunggal ASEAN harus diakui masih menghadapi banyak tantangan. Tapi itu tidak berarti mematikan visi pasar tunggal ASEAN. Jika dikelola dengan baik, maka visi MEA sebagai pasar tunggal ASEAN diperkirakan mampu menarik investasi langsung dengan ak ses populasi sekitar 625 juta sebagai pasar bagi banyak perusahaan.
Daya tarik investasi langsung itu pada gilirannya akan mendorong perdagangan intra-ASEAN sekaligus mendongkrak pembangunan infrastruktur, yang berujung pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan warga ASEAN. Pasar tunggal ASEAN, suka atau tidak, optimistis atau tidak, sudah bergulir. Ini menjadi momentum penting bagi seluruh negara anggota ASEAN untuk bersama bergerak maju. ASEAN Way, berupa konsensus dan tidak saling mengintervensi antara sesama anggota, selayaknya tidak dilihat sebagai penghambat dan dipandang skeptis. Sebaliknya, ASEAN Way, sudah saatnya menjadi motor penggerak utama bagi pencapaian cita-cita pasar tunggal dengan perdagangan bebas, arus investasi, dan keterbukaan pasar tenaga kerja yang fair lantaran tetap memperhatikan kepentingan dalam negeri masing-masing anggota.
ASEAN Way, dengan bergulirnya MEA, sudah saatnya menjadi pemersatu negara anggota ASEAN ketika hadir
102
dimeja perundingan kesepakatan perdagangan bebas yang lebih besar seperti Regio nal omprehensive Economic Partner ship (RCEP) dan Trans-Pacific Partnership (TPP) yang cenderung mengesankan bergabung sebagai kawan atau berada di luar kesepakatan sebagai lawan.
Apalagi, ASEAN Waysudah terbukti 48 tahun mampu menjaga hubungan baik negara anggotanya sehingga mampu bersama menghadapi beragam tantangan global.
CETAK BIRU MEA
I. Masyarakat ASEAN bersandar pada tiga pilar
1. Masyarakat Ekonomi (MEA)
2 Masyarakat Politik dan Keamanan
3. Masyarakat Sosial-Kultural
II. Karakteristik dan Elemen MEA
1. Menciptakan pasar tunggal dan
basis produksi dengan tujuan me -
nghapus hambatan perdagangan
dan investasi sekaligus membuka
pasar te naga kerja terampil.
2. Mengembangkan kawasan
ekonomi yang kompetitif termasuk
menghapus hambatan nontarif,
mengurangi biaya tran s por tasi
dengan me ngem bang kan infrastruktur,
mendorong inovasi
melalui penerapan kesetaraan hak
intelektual
3. Membentuk karakterisitik ka -
wasan dengan melakukan pembangunan
ekonomi yang adil.
Memberikan dukungan terha dap
usaha kecil termasuk program capacity
building dan bantuan teknis,
guna membantu negara tertinggal
di kawasan.
4. Mengintegrasikan ASEAN da lam
perekonomian global
Menuju MEA 2015
Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang secara resmi bergulir pada 31 Desember
2015 merupakan puncak dari upaya para pemimpin di kawasan yang selama
lebih dari dua dekade terus menggelorakan integrasi ekonomi ASEAN.
1992
103
* Kesepakatan Perdagangan Bebas
ASEAN (ASEAN Free Trade Area -
AFTA) ditandatangani. Berdasar -
kan kesepakatan ini ditetapkan
* ske ma Common Effective Preferential
Tariff (CEPT) berupa pengurangan
tarif bea masuk menjadi 0
persen sampai 5 persen dalam
kurun 15 tahun.
1998
Kerangka Investasi ASEAN
(ASEAN Investment Area - AIA) ditandatangani.
Berdasarkan kerangka ini, investor asing dibolehkan
menerima ‘perlakuan nasional’.
2003
Perjanjian ‘Bali Concord II’ ditandatangani.
Berdasarkan ini negara
anggota sepakat membentuk
Ma sya rakat Ekonomi ASEAN
bersandar pada tiga pilar;
ekonomi, politik dan keamanan,
dan Sosio-Kultural.
2007
Cetak biru (blueprint) Masyarakat
Ekonomi ASEAN ditetapkan. Ber -
dasar cetak biru ini ditetapkan
road map (peta jalan) sebagai persiapan
menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
2009
Kesepakatan ASEAN Trade in
Goods Agreement (ATIGA) ditandattangani.
Berdasarkan kesepakatan
ini skema CEPT diperluas
dan diperbanyak.
2015
Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) efektif diberlakukan mulai
31 Desember 2015
104
Empat Tantangan Industri Properti di Pasar Tunggal
ASEAN
Senin, 18 Januari 2016 | 18:00 WIB
KOMPAS.com - Pada 31 Desember 2015 silam, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
resmi dimulai dengan menjadikan 10 negara ASEAN sebagai blok ekonomi tunggal.
Kini, iklan elektronik dan tradisional tentang MEA dapat ditemui di seluruh Asia Tenggara.
Integrasi negara-negara ASEAN tentunya akan berdampak langsung pada sektor properti. Hal
itu juga didukung oleh Cetak Biru MEA 2025.
Setidaknya ada empat karakteristik kunci MEA. Pertama, MEA merupakan pasar tunggal
berbasis produksi, kedua MEA merupakan wilayah ekonomi yang sangat kompetitif.
Kemudian ketiga, MEA menampilkan wilayah pembangunan ekonomi yang adil dan keempat
MEA memberikan wilayah yang terintegrasi dalam ekonomi global.
Selain karakteristik, MEA juga menawarkan beberapa tantangan sebagai berikut.
1. Beberapa pasar masih membutuhkan lebih banyak transparansi
Konsultan global CBRE dalam catatannya bertajuk "ASEAN Economic Community: A boost
to South East Asian Real Estate" menyatakan bahwa menjalankan bisnis di tiap anggota
negara berbeda satu sama lain.
Singapura dan Malaysia merupakan negara yang cukup transparan dan relatif lebih mudah
untuk menjalankan bisnis.
Sementara itu negara-negara seperti Myanmar, Laos, dan Kamboja lebih banyak menerapkan
aturan dan kebijakan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif.
2. Kurangnya tenaga kerja terampil
Kurangnya tenaga kerja terampil merupakan tantangan yang dihadapi sektor industri,
terutama dalam MEA. Masalah ini mengancam ekspansi sektor industri di wilayah Asia
Tenggara.
Perbedaan keterampilan yang ada di antara pekerja di negara-negara anggota MEA juga
secara jelas mampu membatasi efek positif dari 'aliran bebas tenaga kerja terampil' yang
diinisiasi oleh ASEAN.
Sementara itu industri jasa bisa melakukan pendekatan wait and see untuk mengamati
bagaimana ASEAN mengatasi masalah ini dan mengembangkan lebih banyak lagi
kemampuan kerja terampil para pekerja.
105
Jika ini terus dibiarkan maka hal itu dapat memperlambat kecepatan pasar industri yang bisa
lepas landas dalam waktu dekat ini.
3. Isu kebijakan pro investasi
Kurangnya kebijakan properti di beberapa negara anggota membuat investasi dan aliran pasar
modal cenderung terhambat.
Pembatasan kepemilikan tanah asing dan jangka waktu sewa yang pendek di banyak negara
anggota menghalangi investor real estat melakukan pembelian di wilayah tersebut.
Berkaitan dengan hal itu, CBRE mengusulkan negara-negara anggota untuk menciptakan
lingkungan pro-investasi guna meningkatkan Penanaman Modal Asing (PMA) lebih jauh lagi
dan juga untuk mengembangkan lanskap pembangunan di wilayah ASEAN.
4. Kebijakan kepemilikan yang restriktif
Bagaimana pasar ASEAN dapat mencapai pendekatan pro-investasi? CBRE mengusulkan
tinjauan ekstensif terhadap kebijakan kepemilikan tanah di masing-masing negara anggota
yang berkaitan dengan investasi properti asing.
Cara lainnya adalah dengan memperpanjang jangka waktu kepemilikan sewa pihak asing.
Kedua hal itu diyakini mampu menjadi suatu kebijakan tersendiri yang bisa diterapkan oleh
ASEAN.
Kepala penelitian CBRE Singapura dan Asia Tenggara, Desmond Sim yakin MEA
memainkan peran penting dalam progres industri properti.
Di ASEAN, posisi Indonesia di level menengah-bawah
Pesimistis. Inilah pandangan sejumlah pengamat politik ASEAN saat ditanyakan
pendapatnya mengenai kesiapan Indonesia dalam menghadapi pemberlakuan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA). Dengan kata lain, Indonesia belum siap menghadapi MEA.
Memang, pemerintah Indonesia sudah merespons pemberlakuan MEA dengan mengeluarkan
tiga instruksi presiden (Inpres) sebagai langkah antisipatif guna meningkatkan data saing
nasional.
Pertama, mengeluarkan Inpres nomor 5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi tahun
2008-2009. Kebijakan tersebut sekaligus menetapkan pelaksanaan komitmen Indonesia atas
MEA.
Inpres ini menekankan bahwa program sosialisasi MEA ditujukan kepada para pemangku
kepentingan, terutama pelaku usaha tanpa mengkhususkan pelaku usaha kecil dan menengah.
Sosialisasi MEA ke masyarakat umum tidak termasuk ke dalam program ini.
Kedua, Inpres nomor 11 tahun 2011 yang dirilis 6 Juni 2011. Berbeda dengan kebijakan
sebelumnya, Inpres ini dikhususkan pada program pengembangan sektor Usaha Kecil
Menengah (UKM) dengan sasaran percepatan pengembangan UKM.
106
Hal ini diulangi kembali dalam Inpres nomor 6 tahun 2014 tentang daya saing nasional dalam
rangka menghadapi MEA.
"Sayangnya, implementasi peraturan pemerintah dan sosialisasi yang dilakukan pemangku
kebijakan kepada masyarakat belum optimal," jelas Tri Nuke Pudjiastuti, pengamat ASEAN
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Berdasarkan hasil penelitian tim survei ASEAN yang dilakukan LIPI pada Mei 2015 lalu,
terdapat beberapa hal yang menunjukkan ketidaksiapan Indonesia dalam menyambut MEA.
Pertama, berbagai kegiatan yang dilakukan kementerian dan lembaga pemerintah cenderung
sektoral dan tidak selaras antara pusat dan daerah.
"Ini dapat dilihat dari pembentukan ASEAN Economic Community Center (AEC Center)
yang didirikan September 2015 lalu. Manfaat pembentukan AEC ini tidak maksimal
dirasakan oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak tahu mengenai hal ini," jelas Tri.
Padahal, tujuan pembentukan AEC terbilang positif yakni untuk memberikan edukasi,
konsultasi dan advokasi, dengan harapan pelaku usaha dan industri mengetahui cara
memanfaatkan MEA dan cara mengekspor hasil produksinya.
Kedua, penerapan kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) masih jauh dari harapan,
khususnya bagi UKM terkait dengan pengajuan dan proses sertifikasi yang masih berbelit dan
mahal.
"Penerapan SNI juga belum didukung sepenuhnya oleh infrastruktur SNI atau laboratorium
uji dan personel yang memadai," tambahnya.
Ketiga, pemerintah pusat dan daerah belum sepenuhnya menunjukkan keberpihakan kepada
UKM. Padahal, menurutnya, UKM harus menjadi fokus penting dalam pelaksanaan MEA.
Keempat, permasalahan terkait infrastruktur dan konektivitas yang dihadapi oleh dunia usaha
dalam Priority Integration Sector (PIS) di Indonesia. Keterbatasan infrastruktur dan
konektivitas ini yang mempengaruhi tingkat kemampuan daya saing produk dan jasa yang
dihasilkan.
Kelima, sifat pasif masyarakat Indonesia umumnya dianggap sebagai faktor utama
penghambat sosialisasi MEA. "Selain itu, terbatasnya tenaga penyuluh dan minimnya
intensitas kegiatan penyuluhan membuat sosialisasi MEA tidak berkembang," papar Tri.
Posisi Indonesia
Pengamat ekonomi internasional dan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro Semarang Nugroho SBM melihat, pelaksanaan MEA memiliki keuntungan
sekaligus ancaman bagi Indonesia.
“Bicara mengenai keuntungan pelaksanaan MEA bagi Indonesia, konsumen Indonesia akan
menikmati harga barang dan jasa dengan harga yang lebih murah dan mutu yang lebih baik,
pengusaha Indonesia yang siap akan menikmati pasar tanpa hambatan yang lebih besar/luas,
107
dan tenaga kerja trampil Indonesia bisa mencari pekerjaan yang menjanjikan upah dan
perlindungan kerja yang lebih baik secara lebih mudah,” urainya panjang lebar.
Adapun sektor yang memiliki peluang besar untuk unjuk gigi adalah industri kreatif dan
sektor pariwisata. Sektor pariwisata berpeluang karena keindahan alam Indonesia masih
banyak yang belum digarap dan keragaman budayanya juga menjanjikan.
Dilihat dari sisi ancaman pelaksanaan MEA bagi Indonesia, hal itu meliputi kesiapan
infrastruktur seperti listrik, jalan, pelabuhan, dan pelabuhan udara yang belum memadai,
mutu SDM yang masih rendah, pola pikir pengusaha Indonesia yang lebih senang menggarap
pasar dalam negeri dan kurang paham terhadap aturan-aturan MEA.
Menurut Nugroho, saat ini, posisi Indonesia di antara negara ASEAN lainnya berada di level
menengah ke bawah.
Nugroho menyontohkan, dari aspek kemudahan melakukan bisnis, Indonesia berada di
peringkat tujuh dari sepuluh negara ASEAN. Dari sisi daya saing, Indonesia berada di bawah
Singapura, Malaysia, dan Thailand.
“Bila tidak ada pembenahan, maka Indonesia akan tertinggal dan hanya akan menjadi pasar
bagi produk dan jasa dari negara-negara ASEAN yang lain,” urainya .
Posisi Indonesia di ASEAN
No Kategori Peringkat di
ASEAN
1 Daya saing global (Laporan daya saing global 2015-2016) 4
2 Logistik (Indeks kinerja logistik dan indikatornya 2014) 5
3 Pajak (Pedoman pajak ASEAN 2015) 9
4 Produktivitas (Basis data produktivitas 2014) 4
5 Kelistrikan (Survei ke 23 investasi dan hubungannya dengan biaya di
Asia dan Oseania 2013) 2
6 Suku bunga (Ekonomi perdagangan 2015) 9
7 Peringkat investasi (Ekonomi perdagangan 2015) 5
8 Upah minimum (Survei ke 23 investasi dan hubungannya dengan biaya
di Asia dan Oseania 2013) 7
9 Kemudahan memulai bisni (Melakukan bisnis 2015) 7
Sumber: Kementerian Perindustrian dan litbang KOMPAS
Terkait dengan kesiapan Indonesia, tim survei ASEAN LIPI memiliki sejumlah rekomendasi
yang bisa dilakukan agar dapat mendongkrak daya saing Indonesia. Rekomendasi untuk
tingkat kebijakan dan peraturan, rekomendasinya terdiri atas enam poin.
108
Pertama, Presiden RI tetap memposisikan Indonesia sebagai pendorong utama pelaksanaan
Masyarakat ASEAN.
Kedua, Kementerian Koordinator bidang Ekonomi memposisikan Indonesia agar tidak
menjadi pasar bagi produk ASEAN melainkan juga sebagai produsen yang mampu bersaing
di ASEAN.
Ketiga, Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi memformulasikan kebijakan dan
peraturan Rencana Aksi Nasional (RAN) dalam menghadapi MEA.
Keempat, Kementerian Perdagangan menjadi penggerak dalam gerakan sosialisasi terpadu
melalui AEC Center.
Kelima, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan kementerian terkait
membangun strategi dalam membangun strategi dalam rangka memperkuat daya saing
perusahaan. Hal ini bisa dilakukan melalui peningkatan kualitas produk yang dihasilkan, baik
untuk industri berbasis sumber daya alam, manufaktur, maupun jasa, dengan standar kualitas
global.
Keenam, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Badan Standarisasi Nasional
(BSN) dan lembaga terkait memperhatikan posisi UKM dalam penerapan Standar Nasional
Indonesia (SNI) oleh pemerintah sebagai bentuk perlindungan terhadap produk dalam negeri.
Selain itu, pemerintah perlu mendorong pembangunan Standar Regional ASEAN atas dasar
jejaring Standar Nasional dari negara-negara anggota ASEAN.
Meski banyak pihak yang pesimistis, namun tidak demikian halnya dengan Presiden Joko
“Jokowi” Widodo. Menurut Jokowi, kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA saat ini
sudah mencapai 94,1%.
"Jika kita menghitung seluruh persoalan yang harus dipersiapkan, kesiapan Indonesia sudah
mencapai 94,1%," jelas Jokowi di sela-sela acara ASEAN Summit di Kuala Lumpur
Convention Center (KLCC) beberapa waktu lalu seperti yang dikutip dari antaranews.com.
Jokowi juga menjelaskan, tingkat kesiapan setiap negara ASEAN beragam mulai dari 92%,
93%, dan 94%. "Ini artinya, suka atau tidak suka, semuanya harus dipersiapkan," tegasnya.
Namun, tren dalam 5 tahun terakhir kurang berpihak pada Indonesia. Rata-rata pertumbuhan impor
non migas Indonesia dari negara-negara ASEAN sejak 2010 mencapai 4,7%, sementara rata-rata
pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke kawasan ASEAN dalam 5 tahun terakhir hanya 0,66%,
jauh di bawah pertumbuhan impor.
Akibat pertumbuhan ekspor yang kalah pesat dibanding pertumbuhan impor ini, neraca
perdagangan non migas Indonesia yang masih surplus US$ 3,14 milyar terhadap ASEAN pada 2010
lalu perlahan berubah menjadi defisit US$ 889,62 juta pada 2014. Tetapi, di tahun ini neraca
perdagangan non migas Indonesia dengan ASEAN kembali mengalami surplus, tercatat ada surplus
sebesar US$ 1,6 miliar hingga Oktober 2015.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), yang dikutip detikFinance, Kamis
109
(31/12/2015) tren impor Indonesia dari Kawasan ASEAN lima tahun terakhir (2010-2014)
menunjukkan peningkatan sebesar 4,70%, dimana impor pada tahun 2010 sebesar US$ 23,85 miliar
menjadi US$ 29,76 miliar pada tahun 2014. Tren ekspor Indonesia ke Kawasan ASEAN lima tahun
terakhir (2010-2014) adalah sebesar 0,66%, dimana ekspor pada tahun 2010 sebesar US$ 26,99
miliar menjadi US$ 28,87 miliar pada tahun 2014.
Impor non migas Indonesia dari Kawasan ASEAN tahun 2014 mencapai nilai US$ 29,76 miliar, nilai ini
mengalami penurunan sebesar 1,75% terhadap impor periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar US$ 30,29 miliar. Sementara impor non migas Indonesia dari Kawasan ASEAN
periode Januari-Oktober 2015 mencapai nilai US$ 21,43 miliar, nilai ini mengalami penurunan
sebesar 14,95% terhadap impor periode Januari-Oktober 2014 yang tercatat sebesar US$ 25,20
miliar.
Lima komoditas impor Indonesia dari Kawasan ASEAN dengan nilai tertinggi pada tahun 2014 yaitu
Telephone For Cellular Networks Or For Other Wireless Networks (851712) sebesar US$ 939,57 juta
(3,16%); Cane Sugar, Raw, In Solid Form, Not Containing Added Flavoring Or Coloring Matter
(170111) sebesar US$ 656,15 juta (2,20%); Polypropylene, In Primary Forms (390210) sebesar US$
561,78 juta (1,89%) ; Polyethylene Having A Specific Gravity Of Less Than 0.94, In Primary Forms
(390110) sebesar US$ 456,70 juta (1,53%); dan Para-Xylene (1,4-Dimethylbenzene) (290243) sebesar
US$ 445,49 juta (1,50%).
Adapun lima komoditas impor Indonesia dari Kawasan ASEAN dengan nilai tertinggi pada periode
Januari-Oktober 2015 yaitu Parts Of Telephone Sets (851770) sebesar US$ 567,99 juta (2,65%) ; Cane
Sugar, Raw, In Solid Form, Not Containing Added Flavoring Or Coloring Matter (170111) sebesar US$
449,63juta (2,10%) ; Ethylene (Ethene) (290121) sebesar US$ 390,73 juta (1,82%) ; Polypropylene, In
Primary Forms (390210) sebesar US$ 362,64 juta (1,69%) ; Parts And Accessories For Motor Vehicles,
Nesoi (870899) sebesar US$ 356,15 juta (1,66%).
Ekspor non migas Indonesia ke ASEAN tahun 2014 mencapai nilai US$ 28,87 miliar, nilai ini
mengalami penurunan sebesar 3.94% terhadap ekspor tahun 2013 yang tercatat sebesar USD 30,06
milyar. Sementara ekspor non migas Indonesia ke Kawasan ASEAN pada Januari-Oktober 2015
mencapai nilai US$ 23,03 miliar, nilai ini mengalami penurunan sebesar 4.73% terhadap ekspor
periode Januari-Oktober 2014 yang tercatat sebesar US$ 24,18 miliar.
Lima komoditas ekspor Indonesia ke Kawasan ASEAN dengan nilai tertinggi pada tahun 2014 yaitu
Bituminous Coal, Whether Or Not Pulverized, But Not Agglomerated (270112) sebesar US$ 1,49
miliar (5,19%) ; Coal, Other Than Anthracite Or Bituminous, Whether Or Not Pulverized, But Not
Agglomerated (270119) sebesar US$ 1,26 miliar (4,37%) ; Tin, Not Alloyed, Unwrought (800110)
sebesar US$ 1,11 miliar (3,85%); Palm Oil And Its Fractions, Refined But Not Chemically Modified
(151190) sebesar US$ 1,01 miliar (3,48%) ; Cigarettes Containing Tobacco (240220) sebesar US$
701,43 juta (2,43%).
Sementara lima komoditas ekspor Indonesia ke Kawasan ASEAN dengan nilai tertinggi pada periode
Januari-Oktober 2015 yaitu Bituminous Coal, Whether Or Not Pulverized, But Not Agglomerated
(270112) sebesar US$ 1,11 miliar (4,84%) ; Coal, Other Than Anthracite Or Bituminous, Whether Or
110
Not Pulverized, But Not Agglomerated (270119) sebesar US$ 1,07 miliar (4,67%) ; Palm Oil And Its
Fractions, Refined But Not Chemically Modified (151190) sebesar US$ 756,50 juta (3,28%) ; Palm Oil
And Its Fractions, Crude, Not Chemically Modified (151110) sebesar US$ 610,19 juta (2,65%); Gold,
Nonmonetary, Unwrought Nesoi (Other Than Powder) (710812) sebesar US$ 588,60 juta (2,55%).
Berdasarkan data ekspor dan impor di atas, neraca perdagangan non migas Indonesia dengan ASEAN
untuk periode tahun 2014 mengalami defisit sebesar US$ 889,62 juta, dimana nilai ini mengalami
peningkatan sebesar 279,13% dari nilai defisit tahun 2013 sebesar US$ 234,64 juta.
Sementara untuk neraca perdagangan non migas Indonesia dengan ASEAN untuk periode Januari-
Oktober 2015 mengalami surplus sebesar US$ 1,60 miliar, yang berarti mengalami peningkatan
sebesar 257,13% dari nilai defisit periode Januari-Oktober 2014 sebesar US$ 1,02 miliar.
111
BAB 12. KONSEP DAN ANALISIS SISTEM NERACA DI INDONESIA
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Mendefinisikan Neraca Pendapatan Nasional 2. Neraca Pemerintah (APBN) 3. Neraca Pembayaran (BOP) 4. Definisi Neraca Pembayaran (Balance Ofpayrnents) 5. Kegunaan Dari Neraca Pembayaran 6. Ikhtisar / Ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia 7. Transaksi Berj Alan (Current Account) 8. Neraca Perdagangan Luar Negeri (Trade Balance) 9. Transaksi Modal Dan Finansial (Capital And Financial Account) 10. Perubahan Cadangan Devisa (Change In Reserves Assets)
11. Special Drawing Rights (SDR) 12. Menggambarkan seluruh isi bab 12, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
NERACA PEMBAYARAN DAN PENDAPATAN NASIONAL
I. Pendah
uluan
Tulisan ini membahas tentang Neraca pembayaran dan Pendapatan sosial.Di dalam Neraca
pembayaran akan di jelaskan tentang tujuan utama dan komponen-komponen dari Neraca
pembayaran.Didalam Pendapatan nasional juga akan dijelaskan ini lebih rinci lagi dengan
disertakan cara menghitungnya.
Dengan membaca tulisan ini anda diharapkan dapat mengerti dan menjelaskan mengenai
Neraca pembayaran,Pendapatan nasional serta dapat menghitung GDP,GNP,NNP,NNI,PI dan
DI.
Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah
dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran
terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-
item finansial.
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam transaksi.
1. Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari
dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang
menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.
2. Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari
luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi
yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara.
Tujuan utama neraca pembayaran yaitu untuk memberikan informasi kepada pemerintah
tentang posisi keuangannya, khususnya yang terkait dengan hasil praktek hubungan ekonomi
dengan negara lain. Neraca pembayaran juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan
bidang moneter, fiskal, perdagangan dan pembayaran internasional
112
Komponen Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dibagi kedalam empat komponen sebagai berikut:
a. Neraca perdagangan/Neraca Barang.
Neraca perdagangan yaitu selisih nilai ekspor dan impor barang. Neraca perdagangan
termasuk kategori neraca berjalan atau Current Acount. Neraca perdagangan Indonesia
umumnya mengalami surplus, artinya nilai ekspor melebihi nilai impor.
b. Neraca Jasa-jasa.
Neraca jasa-jasa yaitu selisih antara ekspor jasa dan impor jasa. Neraca jasa termasuk
kategori neraca berjalan atau Current Acount Neraca jasa Indonesia selalu mengalami defisit
dan defisitnya lebih besar dari surplus pada neraca perdagangan.
c. Neraca Modal
Neraca modal atau Capital Account merupakan selisih antara aliran modal masuk dan modal
keluar. Selama masa krisis ekonomi terlihat neraca modal Indonesia negatif karena
banyaknya arus modal jangka pendek ke luar negeri.
d. Neraca Emas
Neraca Emas atau Gold Account adalah transaksi emas ebagai alat bayar atas uang,
sedangkan transaksi non monetary gold termasuk ke dalam kategori current account karena
diperlukan sebagai barang komoditas biasa.
Setelah mempelajari bab tentang sistem perekonomian di Indonesia, dan mengetahui macam-
macam sistem ekonomi di seluruh dunia, sekarang akan di bahas beberapa elemen penting
yang menentukan tingkat kesejahteraan ekonomi suatu negara.
Neraca pembayaran, pendapatan nasional, produk domestik bruto atau GDP, dan produk
nasional bruto atau GNP adalah elemen-elemen penting dalam suatu perekonomian negara,
karena dengan mengetahui dan mempelajari ke empat hal tersebut, kita dapat mengetahui,
menganalisis, dan menetukan hasil dari kebijakan ekonomi yang diajalankan suatu negara.
Apakah mempunyai dampak positif? Apakah berjalan dengan baik? Dan dapat menentukan
kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara.
II.Neraca Pembayaran
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga
keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode,biasanya selama satu tahun.
1. Siklus aliran pendapatan (circular flow) dan interaksi antar pasar.
a. Siklus Aliran Pendapatan (Cirlular Flow)
Model circular flow membagi perekonomian menjadi empat sector :
• Sektor Rumah Tangga (Household Sector)
• Sektor Perusahaan (Firms Sector)
• Sektor Pemerintah (Government Sector)
• Sektor Luar Negeri (Foreign Sector)
b. Tiga Pasar Utama (Three Basic Markets)
Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar yang begitu banyak dikelompokkan menjadi tiga
pasar utama (three basic markets) :
• Pasar Barang Dan Jasa (Goods And Services Market)
• Pasar Tenaga Kerja (Labour Market)
• Pasar Uang Dan Modal (Money And Capital Market)
113
2. Metode penghitungan pendapatan nasional
Ada tiga cara perhitungan pendapatan nasional, yaitu metode output (output approach),
metode pendapatan (income approach), dan metode pengeluaran (exspenditure approach).
Masing-masing metode (pendekatan) melihat pendapatan nasional dari sudut pandang yang
berbeda, tetapi hasilnya saling melengkapi.
a. Metode Output (Output Approach) Atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara perhitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian
menjadi beberapa sektor produksi.
b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas
factor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
c. Pengeluaran (Exspenditure Approach)
menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam
perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran
agregat dalam suatu perekonomian :
• Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
• Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
• Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
• Ekspor Neto (Neto Export)
3. Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agregatif
tujuan perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat lainnya adalah
untuk menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau
meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan rakyat. Beberapa pengertian yang harus di
pelajari berkaitan dengan hal tersebut adalah :
a. Produk Domestic Bruto (Gross Domestic Products)
b. Produk Nasional Bruto (Gross National Products)
c. Produk Nasional Neto (Net National Products)
d. Pendapatan Nasional (National Income)
e. Pendapatan Personal (Personal Income)
f. Pendapatan Personal Disposable (Disposable Personal Income)
4. PDB harga berlaku dan harga konstan
Nilai PDB suatu periode tertentu sebenarnya merupakan hasil perkalian antara harga barang
yang diproduksi dengan jumlah barang yang di hasilkan. Sebagai contoh : PDB 2007 adalah
hasil perkalian antara harga barang tahun 2007 dengan jumlah barang yang di produksi tahun
2007.
Untuk memperoleh PDB harga konstan, kita harus menentukan tahun dasar (based year),
yang merupakan tahun dimana perekonomian berada dalam kondisi baik atau stabil. Dan
harga barang pada tahun tersebut dapat kita gunakan sebagai harga konstan.
5. Manfaat Dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a. Perhitungan PDB Dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu
Negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. Angka tersebut dikenal sebagai
114
angka PDB per kapita.
Biasanya makin tinggi angka PDB perkapita, kemakmuran rakyat di anggap makin tinggi.
Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) juga menggunakan angka PDB perkapita untuk menyusun
kategori tingkat kemakmuran suatu Negara.
b. Perhitungan PDB Dan Masalah Kesejahteraan Social
Perhitungan PDB maupun PDB perkapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat
kesejahteraan social suatu masyarakat. Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang di pakai
adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan
masa depan yang lebih baik.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak di perhatikannya dimensi
nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang di anggap memenuhi kebutuhan
fisik atau materi yang dapat di ukur dengan nilai uang.
c. PDB Per Kapita Dan Masalah Produktivitas
Sampai batas-batas tertentu, angka PDB perkapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas
suatu Negara. Untuk memperoleh perbandingan prokditivitas antar Negara, ada beberapa hal
yang perlu di pertimbangkan :
• Jumlah dan komposisi penduduk
• Jumlah dan struktur kesempatan kerja
• Faktor-faktor nonekonomi
d. Penghitungan PDB Dan Kegiatan-Kegiatan Ekonomi Tak Tercatat
(Underground Economy)
Angka statistik PDB Indonesia yang di laporkan oleh badan pusat statistik hanya mencatat
kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu statistik PDB belum mencerminkan seluruh
aktivitas perekonomian suatu Negara.
Di Negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih di sebabkan oleh
kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih di dominasi oleh kegiatan
pertanian dan informal.
KONSEP PENDAPATAN NASIONAL
1. PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product)
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh
unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam
perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang
asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan
2. PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)
PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara
dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri.
Rumus
GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri
3. NNP (Net National Product)
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu,
setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
Rumus :
NNP = GNP – Penyusutan
115
4. NNI (Net National Income)
NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi
pajak tidak langsung (indirect tax)
Rumus :
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
5. PI (Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke
tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan social,
pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
Rumus :
PI = (NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social +
Pajak perseorangan )
6. DI (Disposible Income)
DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh
penerimanya.
Rumus :
DI = PI – Pajak langsung
III. Pendapatan Nasional
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang
berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam
perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Jadi jika di simpulkan lagi pendapatan
nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK)
di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama
satu tahun.
Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional
1.Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang
dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara
(domestik) selama satu tahun, baik WNI atau WNA. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk
juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk
barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan
dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Rumus PDB
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor – impor)
PDB = C + I + G + (X – M)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh
sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan
sektor luar negeri. Rumus ini termasuk rumus pendekatan pengeluaran.
1.Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun,
termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di
luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah
116
negara tersebut jadi hanya WNI saja.
Rumus PNB
PNB = PDB – PPLN + PPDN
PNB = PDB + PPPN
Jika PDB kurang meberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan
oleh faktor – faktor produksi milik perekonomian domestik, dalam PNB dapat di ketahui. Di
negara yang sedang berkembang nilai PNB lebih kecil dari PDB karena nilai impor faktor
produksi lebih besar daripada nilai ekspor faktor produksi.
1.Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau
penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian
barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi
umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan
kesalahan meskipun relatif kecil.
1.Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut
jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya
NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak
langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak
penjualan, pajak hadiah, dll.
1.Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan
kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer
payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas
jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu,
contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang,
bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan
perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap
badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di
dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan),
dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan
dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
1.Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan
yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI)
dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya
tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak,
contohnya pajak pendapatan
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga metode, yaitu:
1.Metode pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga,
dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode
tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
Rumus à PN = w + i + r + π
w = upah / gaji
i = pendapatan bunga
r = pendapatan sewa
π = keuntungan
1.Metode produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu
117
negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu.
Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan
bahan mentah atau barang setengah jadi). Namun dalam perhitungan metode ini dapat terjadi
perhitungan ganda, untuk menghindarinya terdapat 2 cara yaitu, menghitung nilai akhir dan
nilai tambah. Yang dimaksud nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai
input antara.
Rumus à NT = NO – NI
NT = Nilai tambah
NO = Nilai ouput
NI = Nilai input antara
Dari persamaan tersebut sebenarnya dapat dikatakan bahwa proses produksi merupakan
proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi yang baik adalah
aktivitas yang menghasilkan NT > 0. Dengan demikian besarnya PDB adalah :
PDB = n∑i=1 NT
i = sektor produksi ke 1, 2, 3 ….
1.Metode pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran agregat untuk
membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu.
Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang
dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption),
pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor
dikurangi impor (X − M)
Kesimpulan
Neraca pembayaran merupakan ringkasan transaksi-transaksi penduduk suatu Negara dengan
penduduk Negara lain. Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan
jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Tujuan utama neraca
pembayaran yaitu untuk memberikan informasi kepada pemerintah tentang posisi
keuangannya, khususnya yang terkait dengan hasil praktek hubungan ekonomi dengan negara
lain. Neraca pembayaran juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan bidang
moneter, fiskal, perdagangan dan pembayaran internasional
Pendapatan nasional merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga
keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode,biasanya selama satu tahun.
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang
meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan
penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan
sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara.
Tujuan utamannya adalah untuk memberikan informasi kepada pemerintah tentang posisi
keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara lain serta membantu di dalam
pengambilan kebijaksanaan moneter,fiskal,p erdagangan dan pembayaran internasional.
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam transaksi.
1.Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari
dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang
menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.
2.Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari
luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi
yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara.
Intinya, neraca pembayaran dan pendapatan nasional memiliki manfaat yang hampir sama.
118
Yaitu dapat mengetahui terutama PDB suatu negara kemudian meningkat dengan PNB,
umumnya suatu negara berkembang tidak memilki PDB yang lengkap dan terperinci seperti
Indonesia alur PDB nya tidak terperinci Amerika Serikat.
Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan
data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama
satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain,
diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data
pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara
industri, pertanian, atau negara jasa.
Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia
termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, termasuk negara
yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.
Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya
kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor
pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga
digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu,
membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan
perumusan kebijakan pemerintah.
119
BAB 13. PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM)
INSTRUKSIONAL KHUSUS DIHARAPAKAN MAHASISWA MAMPU :
1. Menjelaskan tentang UMKN di era MEA 2. Menjelaskan tantangan serta strategi UMKM 3. Menggambarkan seluruh isi bab 13, dan sekaligus mampu mendiskusikanya
Definisi Usaha Kecil
Usaha kecil didefinisikan berbeda-beda menurut sudut pandang masing–masing orang yang
mendefinisikan, ada yang melihat dari modal usaha, penjualan dan bahkan jumlah tenaga
kerja yang dimiliki. Tetapi pada dasarnya prinsipnya adalah sama.
M. Tohar mendefinisikan perusahaan kecil adalah sebagai berikut Usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang (Tohar,
2001:1).
Menurut Ina Primiana mendefinisikan usaha kecil adalah sebagai berikut (Primiana,
2009:11):
1. Pengembangan empat kegiatan ekonomi utama (core business) yang menjadi motor
penggerak pembangunan, yaitu agribisnis, industri manufaktur, sumber daya manusia
(SDM), dan bisnis kelautan.
2. Pengembangan kawasan andalan, untuk dapat mempercepat pemulihan perekonomian
melalui pendekatan wilayah atau daerah, yaitu dengan pemilihan wilayah atau daerah
untuk mewadahi program prioritas dan pengembangan sektor-sektor dan potensi.
3. Peningkatan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
Sedangkan Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Ahmed Riahi Balkaoui,
mendefinisikan perusahaan kecil sebagai berikut: Sebuah perusahaan kecil yang operasinya
relatif kecil, biasanya dengan pendapatan total kurang dari $5 juta. Perusahaan itu umumnya
(a). dikelola oleh pemilik sendiri, (b) memiliki beberapa pemilik lain, jika ada, (c) semua
pemilik secara aktif terlibat dalam menjalankan urusan-urusan perusahaan kecuali mungkin
anggota keluarga tertentu, (d) jarang terjadi pemindahan hak kepemilikan, dan (e) memiliki
struktur modal yang sederhana (Balkaoui, 2000:50).
Menurut M. Kwartono Adi mendefinisikan usaha kecil adalah sebagai berikut: Usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- dan milik Warga Negara Indonesia
(Adi, 2007:12).
Zulkarnain mendefinisikan pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
memenuhi kriteria sebagai (Zulkarnain, 2006:125):
120
1. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta rupiah, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar rupiah.
3. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai,atau terafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
menengah atau skala besar.
4. Berbentuk badan usaha yang dimiliki perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, termasuk koperasi.
Dari definisi diatas usaha kecil dapat disimpulkan bahwa di dalam usaha kecil ada dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Pemusatan kepemilikan dan pengawasan di tangan seseorang atau beberapa orang,
2. Terbatasnya pemisahan dalam perusahaan.
DEFINISI DAN PENGERTIAN UMKM - UMKM ADALAH?
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
Secara umum ciri ciri UMKM adalah : manajemen berdiri sendiri, modal disediakan sendiri, daerah
pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah karyawan yang dipekerjakan terbatas.
Asas pelaksanaan UMKM adalah kebersamaan, ekonomi yang demokratis, kemandirian,
keseimbangan kemajuan, berkelanjutan, efesiensi keadilan, serta kesatuan ekonomi nasional.
KRITERIA UMKM
Untuk membedakan sebuah usaha apakah itu termasuk usaha mikro, usaha kecil, atau usaha
menengah, oleh pemerintah diberikan batasan berdasarkan undang undang sesuai dengan kriteria
jenis usaha masing masing yang didasarkan atas peredaran usaha dan atau jumlah aktiva yang
dimiliki sebagai berikut :
Kriteria Usaha Mikro adalah :
Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 - lima puluh juta rupiah,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
121
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 - tiga ratus juta rupiah.
Kriteria Usaha Kecil adalah :
Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 - lima puluh juta rupiah sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 - lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 - tiga ratus juta rupiah sampai dengan
paling banyak Rp 2.500.000.000,00 - dua setengah milyar rupiah.
Kriteria Usaha Menengah adalah :
Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)’.
KLASIFIKASI USAHA KECIL MENENGAH
Dalam perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4(empat) kelompok yaitu :
1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima
2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)
Contoh Bisnis UMKM
Bisnis yang bagaimanakah yang termasuk bisnis UMKM? maka kita harus melihat ulang KRITERIA UMKM diatas, bila bisnis tersebut masuk dalam kriteria yang telah dijelaskan maka bisnis tersebut merupakan bisnis UMKM, Contoh UMKM : Contoh UMKM Bidang Kuliner - Jualan cemilan, gorengan, jualan makanan, membuka rumah makan, membuka restoran kecil atau bisa juga membuka usaha kafe. Contoh UMKM Bidang Fashion - toko pakaian skala kecil, distro yang menjual pakaian khusus untuk anak muda, toko batik, baju muslim dan lain sebagainya. Namun apabila anda memiliki modal yang pas-pasan tak perlu takut untuk memulai usaha fashion, karena saat ini sudah banyak supplier
122
fashion yang menawarkan penjualan dengan sistem reseller dan dropshipping. Contoh UMKM Bidang Pertanian - Bisnis UMKM dalam bidang pertanian ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan, negara kita ini memiliki tanah yang cukup subur, 70% mayoritas pekerjaan masyarakat Indonesia ialah Petani. Melihat hal yang demikian tentunya usaha apapun di bidang pertanian memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Contoh UMKM bidang pertanian cukup banyak seperti usaha pertanian padi, jagung, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan lain sebagainya. UMKM adalah usaha kerakyatan yang saat ini mendapat perhatian dan keistimewaan yang diamanatkan oleh undang-undang, antara lain bantuan kredit usaha dengan bunga rendah, kemudahan persyaratan izin usaha, bantuan pengembangan usaha dari lembaga pemerintah, serta beberapa kemudahan lainnya.
PERKEMBANGAN UMKM 2016
Jumlah pelaku usaha industri UMKM Indonesia termasuk paling banyak di antara negara
lainnya, terutama sejak tahun 2014. Terus mengalami perkembangan sehingga diperkirakan
tahun 2016 jumlah pelaku UMKM di Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan.
Saat ini populasi penduduk dengan usia produktif lebih banyak daripada jumlah lapangan
kerja yang tersedia. Hal ini memicu khususnya para pemuda untuk menciptakan peluangnya
sendiri dengan membuka bisnis. Sebagian besar tergolong sebagai pelaku usaha sektor
industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Pada tahun 2014, Abdul Kadir Damanik selaku Staf Ahli Menteri KUKM bidang Penerapan Nilai Dasar
Koperasi menyebutkan terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM di Indonesia. Di 2016 diperkirakan
jumlah pelaku UMKM terus bertambah. Selama ini UMKM telah memberikan kontribusi pada PBD
58,92% dan penyerapan tenaga kerja 97,30%.
Pada 2016 ini, Presiden Jokowi menyatakan UMKM yang memiliki daya tahan tinggi akan
mampu untuk menopang perekonomian negara, bahkan saat terjadi krisis global.
UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia dan ASEAN. Sekitar 88,8-
99,9% bentuk usaha di ASEAN adalah UMKM dengan penyerapan tenaga kerja mencapai
51,7-97,2%. Oleh karena itu, kerjasama untuk pengembangan dan ketahanan UMKM perlu
diutamakan.
Perkembangan potensi UMKM di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam
penyaluran kredit kepada pelaku UMKM. Menurut data Bank BI, setiap tahunnya kredit
kepada UMKM mengalami pertumbuhan.
Selain bank, banyak perusahaan BUMN dan swasta yang ikut serta untuk membantu
peningkatan UMKM di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah PT. Telkom Indonesia dan
PT. Pegadaian yang memberikan bantuan berupa permodalan dan akses pasar.
Menyadari pentingnya kontribusi UMKM dalam meningkatkan perekonomian yang positif di
Indonesia, 3 BUMN telah bersinergi untuk mendorong peningkatan UMKM di Indonesia.
123
PT. Permodalan Nasional Madani bersama dengan PT. Asuransi Jiwasraya dan Jamkrindo
berkomitmen untuk mendukung aktivitas para pelaku UMKM Indonesia. Sinergitas ini
bermanfaat untuk mengembangkan serta memberdayakan sektor UMKM dan perempuan di
Indonesia. Lebih lanjut bisa turut andil dalam menekan angka kemiskinan.
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sudah diberlakukan sejak awal tahun 2016 ini. Hal ini
tentu saja menuntut para pelaku UMKM agar bisa bersaing dengan para pengusaha dari
negara ASEAN lainnya. Oleh karena itu dukungan penuh dari pemerintah, pelaku usaha besar
dan masyarakat sangat diperlukan untuk mendongkrak pertumbuhan UMKM supaya tidak
sampai ada atau banyak yang tumbang.
124
DAFTAR PUSTAKA 1. Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2016
2. Tulus T.H. Tambunan, 2015, Perekonomian Indonesia, Edisi kedua, Ghalia Indonesia
3. Richard L.Daft, 2012, Era Baru Manajemen, Edisi 8 Buku 1, Salemba Empat.
Perekonomian Indonesia Orde Lama hingga Pasca Krisis,Tulus Tambunan,
Pustaka Quantum, Jakarta, 2006.
4. Globalisasi Menghempas Indonesia,Sugeng Bahagijo,LP3ES, Jakarta,2006.
5. Indonesia Pasca Soeharto.Geoff Forrester, Terjemahan,Tajidu press, Yogyakarta,
2006
6. Indonesia Beyond Soeharto,Editor;Donald K.Ememerson, Gramedia, Jakarta,2001.
7. Materi-materi yang berkaitan berasal dari koran, internet,dll.