budidaya rumput laut

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki perairan pantai yang sangat baik karena posisi geografisnya yang strategis serta berpeluang sebagai pusat perdagangan komoditi perikanan. Melihat peluang tersebut, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan sumber daya hayati perairan yang masih rendah produktifitasnya. Pengembangan budidaya rumput laut Gracillaria Sp di Kabupaten Pemalang telah dilaksanakan semenjak tahun 2002. Sentral lokasi pengembangan tersebut adalah di Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis dan potensi lahan Desa Pesantren yang dapat mendukung pembudidayaan rumput laut. Letak geografis Desa Pesantren berjarak kurang lebih 1 km dari pantai dan budidaya rumput laut sebagian besar dilakukan di area tambak. Usaha budidaya rumput laut sejalan dengan tujuan di atas mengingat budidaya rumput laut memiliki teknik budidaya yang mudah serta prospek pemasarannya yang bagus. Karya tulis ini menguraikan secara rinci penanganan budidaya rumput laut Gracillaria Sp meliputi : aspek pemilihan lokasi, teknologi metode budidaya, pemeliharaan, perawatan, penanggulangan hama dan penyakit, serta panen dan pasca panen. B. Alasan Pemilihan Judul Karya tulis ini diberi judul “Budidaya Rumput Laut” karena di dalamnya berisi keterangan mengenai pembudidayaan rumput laut secara mendetail, sehingga 1

Upload: purdyah-ayu

Post on 26-Jun-2015

2.074 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Budidaya Rumput Laut

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki perairan pantai yang

sangat baik karena posisi geografisnya yang strategis serta berpeluang sebagai

pusat perdagangan komoditi perikanan. Melihat peluang tersebut, maka

diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan sumber daya hayati perairan yang

masih rendah produktifitasnya.

Pengembangan budidaya rumput laut Gracillaria Sp di Kabupaten

Pemalang telah dilaksanakan semenjak tahun 2002. Sentral lokasi pengembangan

tersebut adalah di Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami. Hal ini disebabkan oleh

kondisi geografis dan potensi lahan Desa Pesantren yang dapat mendukung

pembudidayaan rumput laut. Letak geografis Desa Pesantren berjarak kurang

lebih 1 km dari pantai dan budidaya rumput laut sebagian besar dilakukan di area

tambak. Usaha budidaya rumput laut sejalan dengan tujuan di atas mengingat

budidaya rumput laut memiliki teknik budidaya yang mudah serta prospek

pemasarannya yang bagus.

Karya tulis ini menguraikan secara rinci penanganan budidaya rumput

laut Gracillaria Sp meliputi : aspek pemilihan lokasi, teknologi metode

budidaya, pemeliharaan, perawatan, penanggulangan hama dan penyakit, serta

panen dan pasca panen.

B. Alasan Pemilihan Judul

Karya tulis ini diberi judul “Budidaya Rumput Laut” karena di dalamnya

berisi keterangan mengenai pembudidayaan rumput laut secara mendetail,

sehingga kelak dapat digunakan sebagai pedoman untuk orang-orang yang ingin

merintis usaha budidaya rumput laut.

Penulis juga ingin menunjukkan serta menjelaskan potensi kelautan yang

dimiliki oleh Kabupaten Pemalang sehingga kelak banyak masyarakat yang

mengetahui pelaksanaan budidaya rumput laut di Desa Pesantren, Kecamatan

Ulujami, Kabupaten Pemalang dan mau ikut serta untuk mendukung atau terlibat

secara langsung dalam kegiatan budidaya rumput laut tersebut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka susunan rumusan

masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Apa sajakah jenis rumput laut potensial yang dapat dibudidayakan?

2. Apa saja teknik budidaya rumput laut yang biasa digunakan?

3. Bagaimana proses panen dan pasca panen dalam budidaya rumput laut?

4. Bagaimanakah cara manajemen budidaya rumput laut yang baik?

1

Page 2: Budidaya Rumput Laut

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah :

1. Menjelaskan jenis rumput laut potensial.

2. Menjelaskan teknik budidaya rumput laut.

3. Menjelaskan proses panen dan pasca panen rumput laut.

4. Menjelaskan manajemen budidaya rumput laut.

E. Manfaat Penulisan

Dalam karya tulis ini dapat diambil manfaat sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan pembaca tentang budidaya rumput laut.

2. Mengetahui jenis rumput laut potensial.

3. Mengetahui teknik budidaya rumput laut.

4. Mengetahui proses panen dan pasca panen rumput laut serta memahami

manajemen budidaya rumput laut.

F. Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode :

a. Metode Interview

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengadakan tanya jawab langsung dengan Bapak C. Handoyo

selaku sekretaris kelompok pembudidaya rumput laut ’Rumput

Mulyo’.

b. Metode Observasi

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi budidaya

rumput laut Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten

Pemalang.

c. Metode Kepustakaan

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara membaca buku dan artikel yang berkaitan dengan budidaya

rumput laut.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberi gambaran secara singkat tentang isi karya tulis ini, maka

penulis menyusun karya tulis ini dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I, Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, alasan pemilihan judul,

rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

metode penulisan dan sistematika penulisan.

2

Page 3: Budidaya Rumput Laut

BAB II, Rumput Laut Potensial

Berisi keterangan mengenai jenis rumput laut potensial

beserta kandungan dan manfaat dari unsur-unsur yang

ada di dalam rumput laut.

BAB III, Teknik Budidaya Rumput Laut

Mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

pemilihan lokasi pembudidayaan rumput laut beserta

keterangan mengenai teknik budidaya rumput laut

yang sering digunakan oleh para pembudidaya rumput

laut.

BAB IV, Panen dan Pasca Panen

Menjelaskan proses pembibitan, penanaman,

pemupukan dan pemanenan rumput laut beserta hal-

hal yang sebaiknya dilakukan selama proses tersebut.

BAB V, Manajemen Budidaya Rumput Laut

Berisi keterangan mengenai teknik sampling dan

manajemen budidaya rumput laut berupa teknik

pemeliharaan rumput laut serta penjelasan tentang

hama dan penyakit yang biasa menyerang rumput laut.

BAB VI, Penutup

Berisi simpulan dan saran.

3

Page 4: Budidaya Rumput Laut

BAB II

RUMPUT LAUT POTENSIAL

A. Rumput Laut

Rumput laut (seaweeds) atau yang biasa juga disebut ganggang (latin:

algae) terdiri dari empat kelas, yaitu:

1. Rhodophyceae (ganggang merah)

2. Phaeophyceae (ganggang cokelat)

3. Chlorophyceae (ganggang hijau)

4. Cyanophyceae (ganggang hijau-biru)

B. Kandungan Rumput Laut

Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah

(Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran

maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan

cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang

memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak

mengandung pigmen klorofil, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid,

dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung

cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan

tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung yodium.

C. Jenis Rumput Laut Potensial

Rumput laut potensial yang dimaksud di sini adalah jenis-jenis rumput laut

yang sudah diketahui dapat digunakan di berbagai industri sebagai sumber karagin,

agar-agar dan alginat. Karaginofit adalah rumput laut yang mengandung bahan

utama polisakarida karagin, agarofit adalah rumput laut yang mengandung bahan

utama polisakarida agar-agar dan keduanya merupakan rumput laut merah

(Rhodophyceae). Alginofit adalah rumput laut coklat (Phaeophyceae) yang

mengandung bahan utama polisakarida alginat.

1. Karaginofit

Rumput laut yang mengandung karaginan adalah dari marga

Eucheuma. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal dengan

tipe spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe cottonii dan lambda

karaginan. Ketiga macam karaginan ini dibedakan karena sifat jeli yang

terbentuk. Iota karaginan berupa jeli lembut dan fleksibel atau lunak.

Kappa karaginan jeli bersifat kaku dan getas serta keras, sedangkan lambda

karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi berbentuk cair.

4

Page 5: Budidaya Rumput Laut

a. Jenis Potensial

E. cottonii dan E. spinosum merupakan rumput laut yang

secara luas diperdagangkan, baik untuk keperluan bahan baku

industri di dalam negeri maupun untuk ekspor. Sedangkan E. edule

dan Hypnea sp. hanya sedikit sekali diperdagangkan dan tidak

dikembangkan dalam usaha budidaya. Hypnea biasanya

dimanfaatkan oleh industri, sebaliknya E. cottonii dan E. spinosum

dibudidayakan oleh masyarakat pantai. Dari kedua jenis tersebut E.

cottonii yang paling banyak dibudidayakan karena permintaan

pasarnya sangat besar. Jenis lainnya Chondrus sp., Gigartina sp.

dan Iridaea sp. tidak dapat ditemukan di Indonesia.

b. Wilayah Pengembangan

Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya tumbuh di

perairan yang mempunyai terumbu karang. la melekat pada substrat

karang mati atau kulit kerang dan batu gamping di daerah intertidal

dan subtidal. Rumput laut dari jenis ini tersebar hampir diseluruh

perairan Indonesia.

2. Agarofit

Agarofit adalah jenis rumput laut penghasil agar. Jenis-jenis rumput

laut tersebut adalah Gracilaria sp. Gelidium sp. dan Gelidiella sp. Agar-

agar merupakan senyawa kompleks polisakarida yang dapat membentuk

jeli. Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan dengan suatu proses pemurnian

yaitu membuang kandungan sulfatnya. Produk ini dikenal dengan nama

agarose. Kualitas agar-agar yang berasal dari Gelidium/Gelidiella lebih

tinggi dibanding dari Gracilaria. Dalam skala industri agar-agar dari

Gelidium mutunya dapat ditingkatkan menjadi agarose, tetapi Gracilaria

masih dalam skala laboratorium.

a. Jenis Potensial

Jenis yang dikembangkan secara luas baru Gracilaria sp. Di

Indonesia, Gracilaria umumnya dibudidayakan di tambak. Jenis ini

mempunyai thallus berwarna merah ungu dan kadang-kadang

berwarna kelabu kehijauan dengan percabangan alternate atau

dichotomy, perulangan lateral berbentuk silindris, meruncing di

ujung dan mencapai tinggi 1-3 cm serta berdiameter 0,5-2 mm.

b. Wilayah Pengembangan

Gracilaria sp. banyak dibudidayakan, di perairan Sulawesi

Selatan (Jeneponto, Takalar, Sinjai, Wajo, Paloppo, Bone, Maros);

Lombok Barat dan Pantai Utara Jawa (Serang, Tangerang, Bekasi,

Karawang, Brebes, Pemalang, Tuban, dan Lamongan). Gracilaria

yang dipanen langsung dari alam kualitasnya kurang baik karena

tercampur dengan jenis lain. Gelidium sp. belum dibudidayakan

karena seluruh produksi Gelidium dihasilkan dari alam.

5

Page 6: Budidaya Rumput Laut

3. Alginofit

Alginofit adalah jenis rumput laut penghasil alginat. Jenis rumput

laut coklat penghasil alginat tersebut adalah Sargasssum sp., Turbinaria

sp., Laminaria sp., Ascophyllum sp., dan Macrocystis sp.

a. Jenis Potensial

Di Indonesia, Sargassum sp. dan Turbinaria sp. merupakan

satu-satunya sumber alginat. Kandungan alginat dalam kedua

rumput laut coklat tersebut relatif tergolong rendah, sehingga secara

ekonomis kurang menguntungkan. Sargassum sp. dan Turbinaria

sp. Belum dibudidayakan di Indonesia, permintaan Sargassum sp.

masih sangat terbatas.

Di dunia, Sargassum sp. ada sekitar 400 spesies; sedangkan

di Indonesia dikenal ada 12 jenis yaitu : Sargassum duplicatum,

S.hitrix, S.echinocarpum, S.gracilinum, S.obtuspfolium, S.binderi,

S.polyceystum, S.microphylum, S.crassifolium, S.aquafolium,

S.vulgare, dan S.polyceratium. Hormophysa di Indonesia dijumpai

satu jenis yaitu H.tricuetra dan Turbinaria sp. ada 4 jenis yaitu

T.conoides, T.conoides, T.ornata, T.murrayana dan T.deccurens.

b. Wilayah Penyebaran

Algae coklat Sargassum sp. termasuk tumbuhan

kosmopolitan, tersebar hampir diseluruh perairan Indonesia

Penyebaran Sargassum sp. di alam sangat luas terutama di daerah

dengan terumbu karang di semua wilayah perairan.

D. Manfaat Rumput Laut

1. Sebagai bahan obat-obatan (anticoagulant, antibiotics, antihehmethes,

antihypertensive agent), pengurang kolesterol dan insektisida.

2. Karena kandungan gizi yang tinggi, mampu meningkatkan sistem kerja

hormonal, limfatik, dan juga saraf. Meningkatkan fungsi pertahanan tubuh,

memperbaiki sistem kerja jantung dan peredaran darah, serta sistem

pencernaan.

3. Obat tradisional untuk batuk, asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut,

demam, rematik.

4. Kandungan yodium digunakan untuk mencegah penyakit gondok.

5. Kandungan klorofil rumput laut bersifat antikarsinogenik, kandungan serat,

selenium dan seng yang tinggi pada rumput laut dapat mereduksi estrogen.

Disinyalir level estrogen yang terlalu tinggi dapat mendorong timbulnya

kanker, sehingga konsumsi rumput laut memperkecil resiko kanker bahkan

terdapat kemungkinan rumput laut dapat digunakan untuk mengobati

penyakit kanker.

6. Kandungan vitamin C dan antioksidannya dapat melawan radikal bebas.

7. Kaya akan kandungan serat yang dapat mencegah kanker usus besar,

melancarkan pencernaan dan dapat meningkatkan kadar air dalam feses.

6

Page 7: Budidaya Rumput Laut

BAB III

TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT

A. Lokasi

Salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan budidaya rumput

laut adalah pemilihan lokasi, sehingga sering dikatakan kunci keberhasilan

budidaya rumput laut terletak pada ketepatan pemilihan lokasi. Hal ini dapat

dimengerti karena relatif sulit untuk membuat perlakuan tertentu terhadap kondisi

ekologi perairan laut yang selalu dinamis, sehingga besarnya hasil produksi rumput

laut di beberapa daerah sangat bervariasi. Dalam pemilihan lokasi yang tepat untuk

budidaya rumput laut, perlu ditekankan pertimbangan atas faktor resiko,

pencapaian, ekologis, higienis, dan sosial-ekonomi.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan pendekatan beberapa faktor secara

menyeluruh dengan menggunakan skala penilaian tertentu untuk menentukan layak

atau tidaknya suatu lokasi budidaya. Kecocokan lahan budidaya Gracilaria sp.

sangat ditentukan oleh kondisi ekologis yang meliputi kondisi lingkungan fisik,

kimia dan biologi.

B. Faktor Penentu Pemilihan Lokasi

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya

rumput laut adalah sebagai berikut :

1. Faktor Resiko

Faktor resiko merupakan salah satu faktor non-teknis yang perlu

mendapat pehatian dalam pemilihan lokasi budidaya, yang meliputi :

a. Keterlindungan

Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya rumput

laut, maka diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh angin

dan gelombang yang besar. Lokasi yang terlindung biasanya di

perairan teluk atau perairan yang terlindung atau terhalang oleh

pulau.

b. Keamanan

Masalah pencurian dan sabotase mungkin saja dapat terjadi

pada lokasi tertentu, sehingga upaya pengamanan baik secara

perorangan maupun secara kelompok harus dilakukan. Upaya

pendekatan dan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar

lokasi juga perlu dilakukan.

7

Page 8: Budidaya Rumput Laut

c. Konflik Kepentingan

Pemilihan lokasi sebaiknya tidak menimbulkan konflik

dengan kepentingan lain. Beberapa kegiatan perikanan

(penangkapan ikan, pemasangan bubu, dll) dan kegiatan non

perikanan (pariwisata, perhubungan laut, industri, taman laut) dapat

berpengaruh negatif terhadap aktivitas usaha rumput laut.

d. Aspek Peraturan dan Perundang-Undangan

Untuk menguatkan kelanjutan usaha budidaya rumput laut,

maka pemilihan lokasi harus tidak bertentangan dengan peraturan

pemerintah serta harus mengikuti tata ruang yang telah ditetapkan

oleh pemerintah daerah setempat.

2. Faktor Pencapaian

Pemilik usaha budidaya rumput laut cenderung memilih lokasi yang

berdekatan dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring

pertumbuhan dan penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan mudah.

Kemudian lokasi diharapkan berdekatan dengan sarana jalan,

karena akan mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya,

bibit, hasil panen dan pemasarannya. Hal tersebut akan mengurangi biaya

pengangkutan.

3. Faktor Ekologis.

Faktor ekologis suatu lokasi merupakan faktor terpenting, dalam

menentukan keberhasilan usaha budidaya. Parameter ekologis yang perlu

diperhatikan antara lain :

a. Ketersediaan Bibit

Lokasi yang terdapat stok alami rumput laut yang akan

dibudidaya, merupakan petunjuk lokasi tersebut cocok untuk usaha

budidaya rumput laut. Apabila tidak terdapat sumber bibit,

pembudidaya dapat memperolehnya dari lokasi lain dan sebaiknya

didatangkan dari daerah terdekat dengan memperhatikan kaidah-

kaidah penanganan bibit dan pengangkutan yang baik. Pada lokasi

dimana Gracilaria bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain

seperti Euchema cottonii dan Sargassum.

b. Arus

Rumput laut merupakan organisme yang memperoleh

makanan melalui aliran air yang melewatinya atau melalui sintesa

bahan makanan di sekitarnya dengan bantuan sinar matahari.

Gerakan air yang cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran

pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya

fluktuasi yang besar terhadap salinitas maupun suhu air. Gerakan air

akan membawa unsur hara, menghilangkan kotoran yang menempel

pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya

8

Page 9: Budidaya Rumput Laut

fluktuasi suhu air yang besar. Kecepatan arus yang baik adalah 20-

40 cm/detik dengan suhu berkisar 20-28oC dan pH berkisar 7,3-8,2.

Indikator suatu lokasi yang memiliki arus yang baik adalah adanya

pertumbuhan karang lunak yang bersih dari kotoran dan cenderung

miring ke satu arah.

c. Dasar Perairan

Dasar perairan yang sesuai adalah berupa pecahan-pecahan

karang dan pasir kasar. Kondisi dasar perairan yang demikian

merupakan indikator adanya gerakan air yang baik, sedangkan

apabila dasar perairan yang terdiri dari karang yang keras,

menunjukkan dasar itu terkena gelombang yang besar dan apabila

dasar perairan terdiri dari lumpur, menunjukkan gerakan air yang

kurang.

d. Kedalaman

Kedalaman perairan sangat tergantung dari metode budidaya

yang akan dipilih. Metode lepas dasar dilakukan pada kedalaman

perairan tidak kurang dari 30-60 cm pada waktu surut terendah,

sedangkan metode rakit apung, rawai dan jalur pada perairan

dengan kedalaman sekitar 2-15 m. Kondisi ini untuk menghindari

rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan

sinar matahari.

e. Kadar Garam

Kadar garam yang sesuai untuk pertumbuhan Gracillaria sp.

adalah berkisar 28-35 ppt. Salinitas yang baik berkisar antara 28-34

ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt. Untuk memperoleh

perairan dengan salinitas demikian perlu dihindari lokasi yang

berdekatan dengan muara sungai.

f. Kecerahan

Rumput laut memerlukan cahaya sebagai sumber energi

guna pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi

pertumbuhan dan perkembangannya yang normal. Lokasi yang

potensial hendaknya dipilih yang memiliki kecerahan air tinggi.

Lokasi budidaya rumput laut sebaiknya pada perairan yang

jernih atau tingkat kecerahan yang tinggi sekitar 2-5 m. Air keruh

mengandung lumpur dapat menghalangi cahaya matahari ke dalam

air serta dapat menutupi permukaan thallus yang dapat

menyebabkan thallus membusuk sehingga mudah patah. Lokasi

yang baik bagi budidaya rumput laut memiliki kecerahan lebih dari

1,5 m pada pengukuran dengan alat secchi disk.

g. Organisme Pengganggu

Lokasi budidaya diusahakan pada perairan yang tidak

banyak terdapat organisme pengganggu misalnya ikan, bintang laut,

bulu babi dan penyu serta tanaman penempel.

9

Page 10: Budidaya Rumput Laut

h. Pencemaran

Lokasi yang telah tercemar, baik yang berasal dari limbah

rumah tangga, aktivitas pertanian, maupun limbah industri harus

dihindari untuk budidaya rumput laut. Sebaiknya hindari pula lokasi

budidaya yang berdekatan dengan muara sungai, karena pada saat

musim penghujan, air yang berasal dari sungai merupakan sumber

sampah, kotoran dan lumpur. Kondisi ini akan menutupi permukaan

thallus rumput laut dan akan mempengaruhi pertumbuhannya.

4. Faktor Higienis

Lokasi budidaya sebaiknya terhindar dari cemaran yang berasal dari

limbah rumah tangga maupun industri. Selain itu cemaran sampah dan

kotoran lumpur yang umumnya terjadi pada daerah aliran muara sungai

sebaiknya dihindari. Hal ini disebabkan karena rumput laut umumnya dapat

menyerap polutan (bahan pencemar) seperti logam berat, sehingga jika

terakumulasi dalam jaringan tanaman akan berdampak pada konsumen.

5. Faktor Sosial-Ekonomi

Aspek sosial-ekonomi yang perlu mendapat perhatian dalam

penentuan lokasi antara lain keterjangkauan lokasi, tenaga kerja, sarana dan

prasarana, serta kondisi sosial masyarakat.

Pemilik usaha budidaya rumput laut biasanya memilih lokasi yang

berdekatan dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring dan

penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan mudah. Kemudian lokasi

diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena akan mempermudah

dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit dan hasil panen.

a. Keterjangkauan Lokasi

Lokasi budidaya yang dipilih yang mudah dijangkau.

Umumnya lokasi budidaya relatif berdekatan dengan pemukiman

penduduk agar lebih mudah melakukan pemeliharaan.

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal di

sekitar lokasi budidaya. Menggunakan tenaga lokal dilakukan

sebagai upaya untuk menghemat biaya produksi dan sekaligus

membuka peluang atau kesempatan kerja.

c. Sarana dan Prasarana

Lokasi budidaya sebaiknya berdekatan dengan sarana dan

prasarana perhubungan yang memadai untuk memudahkan dalam

pengangkutan bahan, bibit, hasil panen dan pemasarannya.

d. Kondisi Sosial Masyarakat

Kondisi sosial masyarakat yang kondusif memungkinkan

perkembangnya usaha budidaya rumput laut.

10

Page 11: Budidaya Rumput Laut

C. TEKNIK BUDIDAYA

Dalam perkembangannya teknik budidaya rumput laut Gracilaria sp. di

masing-masing daerah oleh masyarakat disesuaikan dengan kebiasaan dan kondisi

lokasi tersebut.

Secara umum teknik budidaya rumput laut Gracilaria sp. terdiri dari dua

sistem yaitu sistem lepas dasar dan sistem dasar (tebar). Sistem yang sering

digunakan yaitu sistem tebar karena prosesnya lebih cepat dan tidak memerlukan

alat/bahan yang sulit serta lebih ekonomis, rumput laut cukup ditebar di area

tambak, yang perlu dilakukan oleh pembudidaya yaitu memperhatikan sirkulasi air

dalam tambak. Dalam perkembangannya sistem ini telah berkembang lagi menjadi

beberapa metode, yaitu sistem apung, sistem rakit apung dan sistem jalur.

1. Sistem Dasar (Tebar)

Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan

budidaya Gracilaria dengan sistem dasar dalam tambak, antara lain adalah

keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar tambak sebagai

substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit tanaman

bagus, baik jenis dan kualitasnya.

a. Keadaan Tambak

Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang

mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan

sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak

terlalu banyak mengandung lumpur (ketebalan lumpur

maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu, dapat

dilakukan pengurasan lumpur.

Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk,

terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar

tambak. Derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6

sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,8-8,2. Untuk

mengurangi keasaman dapat dilakukan penebaran kapur terlebih

dahulu.

Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak

terlalu banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak

diusahakan memiliki 2 buah pintu air, yang akan berfungsi

sebagai pintu untuk masuk dan keluarnya air.

Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam

tambak untuk melakukan pergantian air.

Gelombang atau arus air di dalam tambak (sebagai akibat angin

atau pengaruh pasang surut) diupayakan tidak terlalu besar,

sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman pada

suatu tempat. Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam

tambak harus cukup untuk memberikan gerakan bagi tanaman.

11

Page 12: Budidaya Rumput Laut

Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapi dan dapat

digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan

dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen

dengan menggunakan alas.

b. Kualitas Air

Salinitas air berkisar antara 12 - 30 dan yang ideal sekitar

15 - 25 .

Suhu air berkisar antara 180o-300oC dan yang ideal sekitar 200o-

250oC.

pH air dalam tambak berkisar antara 6-9 dan yang ideal sekitar

6,8-8,2.

Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air

masih memungkinkan bagi tanaman untuk menerima sinar

matahari.

c. Cara Tanam

Tambak yang keadaan dan kualitas airnya sudah memenuhi syarat

dibersihkan dari kotoran.

Tambak dikuras dengan mengeluarkan dan memasukan air laut

pada saat pasang- surut sehingga air yang ada dalam tambak

merupakan air segar (baru).

Bibit ditanam dengan cara menebarkannya secara merata di dalam

tambak pada saat keadaan cuaca cukup teduh, yaitu pada pagi

hari atau sore hari.

Kepadatan bibit untuk 1 hektar pada penanaman pertama ditebar

sekitar 1 ton bibit/ha.

Catatan :

Apabila pada panen pertama laju pertumbuhan perhari (DGR) tidak kurang dari

3%, atau hasil panen basah sekitar 4 kali berat bibit yang ditanam, maka pada

penanaman kedua dapat ditebar dengan kepadatan menjadi 2 ton/hektar.

Apabila DGR dapat mencapai di atas 4%, atau hasil panen basah sekitar 6 kali

berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman berikutnya dapat ditebar bibit

sehingga kepadatan mencapai sekitar 3-4 ton bibit/hektar.

Kedalaman air dalam tambak harus diatur, sehingga dapat menunjang

pertumbuhan tanaman dan juga meningkatkan isi kandungan dari tanaman. Pada 4

minggu pertama, air dalam tambak supaya dipertahankan pada kedalaman sekitar

30-50 cm, dengan tujuan agar pertumbuhan cabang lebih cepat. Pada minggu

kelima sampai minggu keenam atau ketujuh air dipertahankan pada kedalaman

sekitar 50-80 cm dengan tujuan memperlambat pertumbuhan cabang sehingga

tanaman dapat meningkatkan isi kandungan.

Pada musim kemarau suhu air di dasar tambak diusahakan supaya tidak terlalu

tinggi dan apabila suhu air tinggi maka kedalaman air perlu ditambah, sehingga

suhu di dasar tambak dapat dipertahankan pada kondisi normal.

12

Page 13: Budidaya Rumput Laut

2. Sistem Lepas Dasar (Patok)

Metode ini merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana

pada daerah yang telah ditetapkan (lokasi budidaya) dipasang patok-patok

secara teratur berjarak antara 50–100 cm. Pada sisi yang berlawanan

dengan jarak 50–100 m juga diberi patok dengan jarak yang sama. Satu

patok dengan patok lainnya dihubungkan dengan tali jalur yang telah berisi

rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung kecil yang

berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman bebas

dari lumpur (adanya sedimentasi).

Penanaman rumput laut dengan metode lepas dasar bersusun dua

dilakukan dengan cara pemasangan patok-patok (tiang kayu) pada dasar

perairan dengan ketinggian sekitar 100 cm dari dasar perairan. Tali utama

direntangkan diantara dua patok pada ketinggian pengikatan sekitar 30 cm

di atas dasar perairan (susun pertama) dan juga 30 cm dari susun pertama

direntangkan tali utama (susun kedua). Tali ris direntangkan pada tali

utama dengan jarak antara tali ris sekitar 25–50 cm sehingga jarak tanam

antar ikatan tidak kurang dari 25 cm.

3. Sistem Rakit Apung

Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari empat

buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan

ukuran 2,5-4 x 5-8 m. Pada rakit tersebut dipasang tali pengikat rumput laut

secara membujur dengan jarak 30 cm kemudian rumput laut (bibit) diikat

pada tali tersebut. Berat bibit yang digunakan berkisar antara 50-100 gram.

Setelah rumput diikat maka rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada

lokasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan dua buah jangkar pada

kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman perairan berkisar antara 0,5–

10 meter.

4. Sistem Apung (Metode Long Line)

Konstruksi metode ini semuanya terbuat dari tali PE. Adapun teknik

pembuatan konstruksinya sebagai berikut :

a. Menyiapkan tali PE Ø 10 mm sebagai tali jangkar. Kedua ujung tali

tersebut dihubungkan kemudian dirancang hingga berbentuk persegi

panjang berukuran 100 x 30 m. Pada keempat sudut dilengkapi

dengan empat buah pelampung yang berfungsi mempertahakan

konstruksi agar tetap berada pada permukaan air.

b. Agar konstruksi tersebut tetap pada posisi yang diharapkan maka

pada keempat sudut yang sama diikatkan tali PE Ø 8 mm sebagai

tali jangkar yang dilengkapi dengan enam buah jangkar.

13

Page 14: Budidaya Rumput Laut

c. Setelah selesai menyiapkan konstruksi maka tahap berikutnya

adalah menyiapkan tali jalur yang terbuat dari tali PE Ø 4 mm. Tali

tersebut dipotong 30 m sesuai dengan panjang konstruksi.

d. Pada satu tali jalur dipasang 120 tali PE Ø 2 mm coban (tali titik)

berjarak 25 cm yang berfungsi sebagai tempat mengikat bibit yang

akan digunakan. Bibit yang digunakan adalah tanaman muda dari

hasil budidaya.

e. Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya sesuai

dengan bobot yang dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan

tanaman, ditentukan beberapa sampel dengan berat rata-rata 100

gram kemudian setiap minggu dilakukan penimbangan sampel

tersebut.

5. Sistem Jalur (Metode Kombinasi)

Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode

long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar,

pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE Ø 8 mm

sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5x7 m. perpetak. Satu

unit metode ini terdiri dari 7–8 petak dan pada kedua ujung setiap unit

diberi jangkar. Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput

laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE Ø 2 mm. Setelah bibit diikat

pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah

tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25x30 cm.

14

Page 15: Budidaya Rumput Laut

BAB IV

PANEN DAN PASCA PANEN

A. Pembibitan

Tanaman yang dipilih untuk bibit adalah Gracilaria yang pada usia

panennya memiliki "kandungan agar-agar" yang cukup tinggi dan memiliki

"kekuatan gel" yang tinggi pula. Pemeriksaan di laboratorium oleh pakar sebelum

tanaman dijadikan bibit dapat membantu memilih bibit yang baik dan dapat

mencegah menyebarnya bibit yang berkualitas rendah.

Bagian tanaman yang dipilih untuk bibit adalah thallus yang relatif masih

muda dan sehat, yang diperoleh dengan cara memetik dari rumpun tanaman yang

sehat pula dengan panjang sekitar 5-10 cm. Dalam memilih bibit perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Thallus yang dipilih masih cukup elastis.

2. Thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya lebih besar dari

cabangnya, ujung thallus berbentuk lurus dan segar.

3. Bila thallus digigit/dipotong akan terasa getas (britel).

4. Bebas dari tanaman lain (epipit) dan kotoran lainnya.

5. Tidak terdapat bercak dan terkelupas.

6. Warna spesifik (cerah), umur 25–35 hari, berat bibit 50–100 gram.

B. Penanaman

Kegiatan penanaman untuk semua metode relatif sama (kecuali metode

dasar yang telah dijelaskan di bab sebelumnya), penanaman diawali dengan

mengikat rumput laut (bibit) ke tali jalur yang telah dilengkapi dengan tali pengikat

rumput laut. Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung

dari sinar matahari langsung, umumnya dilakukan ditepi pantai di bawah pohon

atau pondok yang disiapkan khusus. Berat bibit yang ditanam berkisar antara 50-

100 gram/ikatan. Jarak antar tali jalur untuk metode rakit dan metode jalur relatif

sama yaitu 30–35 cm, sedangkan jarak tanam antar tali jalur untuk metode patok

juga relatif sama dengan dengan metode long-line yaitu 50-100 cm dan jarak

antara titik tanaman berkisar antara 20-25 cm. Setelah selesai mengikat rumput laut

maka tali jalur yang berisi rumput tersebut diikatkan pada kerangka yang telah

tersedia.

C. Pemupukan

Seperti pada tanaman lain, rumput laut Gracilaria juga memerlukan nutrisi

pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen.

Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kualitas nutrisi di

dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas air tambak

untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa

tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan.

15

Page 16: Budidaya Rumput Laut

Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih

banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman

memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat. Kendala yang dihadapi dalam

pemupukan adalah seringnya perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk

dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara

bertahap.

Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini

menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dari hasil pengamatan

maka dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk

yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk

2-3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak

mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat

dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.

D. Panen

Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah

pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen

harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap

kualitas produk yang akan dihasilkan. Secara umum kebutuhan akan rumput laut

Gracillaria sp. adalah untuk mendapatkan bahan agar-agar/jeli yang terkandung

dalam rumput laut tersebut. Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki

kandungan agar-agar/jeli sesuai dengan kebutuhan industri maka beberapa hal

yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Umur

Umur rumput laut akan sangat menentukan kualitas dari rumput laut

tersebut. Jika rumput laut tersebut akan digunakan sebagai bibit maka

pemanenan dilakukan setelah rumput laut berumur 45-60 hari karena pada

saat itu tanaman belum terlalu tua. Sedangkan jika rumput laut tersebut

dipanen untuk dikeringkan maka sebaiknya pemanenan dilakukan pada saat

rumput tersebut berumur 1,5 bulan atau lebih karena pada umur tersebut

kandungan agar-agar/jeli cukup tersedia.

2. Cuaca

Hal kedua yang sangat penting pada saat panen adalah cuaca. Jika

pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca cerah maka mutu dari

rumput laut tersebut dapat terjamin. Sebaliknya jika pemanenan dan

penjemuran dilakukan pada cuaca mendung akan terjadi proses fermentasi

pada rumput laut.

3. Cara Panen

Pembudidaya yang memiliki usaha dalam jumlah besar serta

menggunakan sistem lepas dasar, sistem apung, sistem rakit apung atau

sistem jalur hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara

melepaskan tali jalur yang berisikan rumput laut siap panen. Rumput laut

tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan

16

Page 17: Budidaya Rumput Laut

memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok

atas direntangkan. Setelah itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang

berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan ke antara kedua

patok tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk

dijemur. Hal ini akan menimbulkan luka yang cukup banyak pada rumput

laut tersebut. Kondisi ini akan memberikan dampak yang kurang baik

dimana pada luka tersebut akan mengakibatkan keluarnya air termasuk

kandungan agar dan karagenan yang ada dalam rumput laut tersebut. Oleh

sebab itu pemanenan yang baik adalah meminimalkan luka pada rumput

laut dari setiap hasil panen tersebut.

4. Beberapa cara panen dan pasca panen hasil budidaya rumput laut yang

seharusnya dilakukan dengan metode dasar (tebar).

a. Panen dapat dilakukan setelah tanaman berusia sekitar 45-60 hari

(akan sangat tergantung pada kesuburan lokasi penanaman) atau

dengan memilih tanaman yang dianggap sudah cukup matang untuk

dikeringkan. Sedangkan tanaman yang masih belum matang atau

bagian tanaman yang masih muda dipetik untuk kemudian ditanam

kembali sebagai bibit baru. Sebelum dikeringkan hasil panen dicuci

terlebih dahulu dengan menggunakan air tambak untuk

menghilangkan lumpur dan kotoran lainnya. Apabila tidak ada

permintaan lain dari pembeli maka keringkan langsung dengan sinar

matahari dengan dialasi gedek, kerai bambu, daun kelapa atau

dengan menggunakan bahan lainnya.

b. Untuk pengeringan selama musim penghujan, dapat dilakukan

dengan mengangin-anginkan rumput laut di atas rak (dengan

ketebalan setitar 5-8 cm) atau dengan cara diikat dalam bentuk

rumpun dan digantung di dalam gudang. Dapat pula dilakukan

dengan menggunakan alat pengering khusus, seperti menggunakan

penghembus udara panas.

c. Pengeringan diusahakan sampai pada kekeringan yang cukup

dengan kandungan air sekitar 12%, sehingga pada saat

penyimpanan, kandungan air pada rumput kembali menjadi sekitar

maksimal 18%. Apabila diremas dan terasa sakit pada telapak

tangan, artinya kekeringan rumput laut sudah cukup baik. Rasio

basah : kering pada umumnya sekitar 9:1 atau 8:1.

d. Rumput laut kemudian diayak untuk merontokkan butir-butir halus

garam dan debu yang masih melekat serta sekaligus melakukan

sortir ulang. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam karung dan

penyimpanan dilakukan di gudang yang terhindar dari embun, air

hujan atau air tawar lainnya. Gudang harus ditata sedemikian rupa,

sehingga memiliki sirkulasi udara yang cukup baik.

17

Page 18: Budidaya Rumput Laut

BAB V

MANAJEMEN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

A. Sampling

Untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut yang ditanam, maka selama

satu periode penanaman perlu dilakukan beberapa kali sampling. Sampling

pertama dilakukan pada saat bibit akan ditanam untuk mengetahui berat awal.

Sampling kedua dilakukan setelah tanaman berumur tiga minggu (21 hari).

Sedangkan sampling ketiga dilakukan pada saat panen. Suatu kegiatan budidaya

rumput laut dikatakan baik apabila laju pertumbuhan rata-rata/hari minimal 3 %.

Untuk mengetahui presentase laju pertumbuhan perhari dapat menggunakan

rumus:

α =

Keterangan :

α = laju pertumbuhan harian (% gr bt/hari)

Wn = Bobot rata-rata akhir (gr)

W0 = Bobot rata-rata awal (gr)

n = Waktu pengujian

B. Manajemen Budidaya Rumput Laut

Keberhasilan usaha budidaya rumput laut harus didukung dengan usaha

perawatan selama masa pemeliharaan, bukan hanya terhadap tanaman itu sendiri

tapi juga fasilitas budidaya yang digunakan. Oleh karena itu, peranan pengelola

(pembudidaya) rumput laut sangat diperlukan dalam pembudidayaan rumput laut.

Pemeliharaan rumput laut dari semua metode budidaya adalah relatif sama.

Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan rumput laut tersebut adalah

meliputi : pembersihan lumpur, kotoran dan biofouling yang menempel pada

thallus rumput laut; penyisipan tanaman yang rusak atau lepas dari ikatan;

penggantian tali, patok, bambu serta pelampung yang rusak; penjagaan tanaman

dari serangan predator dan pemantauan pertumbuhan rumput laut secara berkala

serta mempertahankan salinitas dan nutrisi baru.

Untuk mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan

pergantian air minimal setiap tiga hari sekali pada saat surut dan pasang. Pada

musim kemarau pergantian air supaya dilakukan lebih sering untuk menghindari

auhu dan salinitas yang terlalu tinggi sebagai akibat dari penguapan air. Sedangkan

pada musim hujan pergantian air harus diatur untuk menjaga salinitas dalam

tambak tidak terlalu rendah. Karena itu pada saat pergantian air perlu diperhatikan

salinitas air pada saluran pembagi/induk.

18

Page 19: Budidaya Rumput Laut

Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus, konstruksi

budidaya dan tanamannya. Pemeliharaan dilakukan pada saat ombak besar maupun

saat laut tenang.

Hal-hal yang harus dilakukan dalam pemeliharaan adalah :

1. Bersihkan tanaman dari tumbuhan dan lumpur yang mengganggu, sehingga

tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan mendapatkan makanan.

2. Jika ada sampah yang menempel, angkat tali perlahan, agar sampah-

sampah yang menyangkut bisa larut kembali.

3. Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya, sudah lapuk atau putus,

segera diperbaiki dengan cara mengencangkan ikatan atau mengganti

dengan tali baru.

Bila menggunakan metode dasar, maka perlu dilakukan perawatan/

pemeliharaan pada tambak dan tananan dengan melakukan hal-hal sebagai

berikut : membuang tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta kotoran dari

dalam tambak supaya tidak nengganggu pertumbuhan rumput laut Gracilaria sp.

serta perawatan pintu-pintu air, saluran air dan perawatan pematang tambak.

C. Hama dan Penyakit

Hama rumput laut yang biasa dijumpai adalah larva bulu babi (Tripneustes)

dan larva teripang (Holothuria sp.). Hama lainnya antara lain ikan beronang

(Siganus sp.), bintang laut (Protoneustes nodulus), bulu babi (Diadema dan

Tripneustes sp.) dan penyu hijau (Chelonia midas). Serangan ikan beronang

umumnya bersifat musiman sehingga setiap daerah memiliki waktu serangan yang

berbeda. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hama tersebut adalah

dengan cara memperbaiki/memodifikasi teknik budidaya, sehingga tanaman

budidaya berada pada posisi permukaan air. Selain itu, juga dapat diterapkan pola

tanam yang serentak pada lokasi yang luas serta melindungi areal budi daya

dengan memasang pagar dari jaring.

Sedangkan penyakit yang dapat menyerang rumput laut adalah penyakit

bakterial, jamur dan ice-ice. Penyakit bakterial yang disebabkan oleh Macrocystis

pyrifera dan Micrococcus umumnya menyerang budi daya Laminaria sp.,

sedangkan penyakit jamur yang disebabkan oleh Hydra thalassiiae menyerang

bagian gelembung udara rumput laut Sargassum sp. Penyakit ice-ice (sebagian

orang menyebutnya sebagai white spot) merupakan kendala utama budi daya

rumput laut Kappaphycus/Eucheuma.

Gejala yang diperlihatkan pada rumput laut yang terserang penyakit

tersebut adalah antara lain: pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna

thallus menjadi pucat atau warna tidak cerah, dan sebagian atau seluruh thallus

pada beberapa cabang menjadi putih dan membusuk. Penyakit tersebut terutama

disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan.

Kecerahan air yang sangat tinggi dan rendahnya kelarutan unsur hara nitrat dalam

perairan juga merupakan penyebab munculnya penyakit tersebut.

19

Page 20: Budidaya Rumput Laut

BAB VI

PENUTUP

Dari uraian materi tersebut di atas, maka diambil beberapa kesimpulan dan

saran sebagai berikut :

A. Simpulan

1. Agar usaha budidaya rumput laut yang dilakukan memberikan hasil yang

baik maka penentuan lokasi budidaya harus dilakukan dengan benar serta

memperhatikan faktor resiko dan faktor pencapaian.

2. Penentuan metode budidaya yang akan digunakan harus disesuaikan

dengan kondisi lokasi budidaya dan kebiasaan masyarakat setempat serta

memperhatikan asas ramah lingkungan.

3. Metode budidaya yang biasa digunakan oleh para pembudidaya rumput laut

ada 5 macam, yaitu sistem dasar (metode tebar), sistem lepas dasar, sistem

apung, sistem rakit apung atau sistem jalur.

4. Agar mendapatkan hasil panen yang baik, maka perlu dilakukan

manajemen budidaya rumput laut yaitu memelihara dan mengawasi terus

menerus, konstruksi budidaya dan rumput laut itu sendiri.

B. Saran

1. Diperlukan bimbingan dan pembinaan dari instansi terkait kepada

pembudidaya rumput laut melalui peningkatkan pengetahuan tentang aspek

biologi dari produk yang dibudidayakan serta teknik budidaya dan

operasionalnya mulai dari perencanaan, proses produksi, panen dan

penanganan hasil panen serta pemasaran dengan dukungan dari kebijakan

pemerintah yang memihak ke pembudidaya.

2. Agar mutu rumput laut hasil panen dapat memenuhi kualitas ekspor, maka

kegiatan panen dan penanganan pasca panen harus memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

a. Panen harus dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari.

b. Kurangi luka pada rumput laut (thallus) saat panen.

c. Penjemuran harus dilakukan di atas para-para atau media yang

disiapkan khusus sebagai tempat penjemuran.

d. Distribusi rumput laut baik bibit maupun hasil pengolahan pasca

panen hendaknya dilakukan dengan baik agar mutu rumput laut

tetap dapat dipertahankan.

20

Page 21: Budidaya Rumput Laut

DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Dion Ragil. 1999. Jenis Rumput laut Potensial. Jakarta : Pustaka Obor.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Garrow, J.S. and James, W.P.T. 1993. Carbohydrate. Human Nutrition and Dietetics.

London : Livingstone.

Sediaoetama, A.D. 1999. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta :

Dian Rakyat.

Winarno, F.G., Fardiaz, S. dan Fardiaz, D. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput

Laut. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Anggadireja, Jana T., A. Zatnika, Surip P. 2008. Rumput Laut-Seri Agribisnis.

Jakarta : Penebar Swadaya.

21

Page 22: Budidaya Rumput Laut

- - L A M P I R A N - -

22

Page 23: Budidaya Rumput Laut

FOTOGRAFI

23

Hasil panen rumput laut Gracilaria sp. di desa Pesantren.

Rumput laut jenis Eucheuma Cottoni.

Hasil panen rumput laut Eucheuma Cottoni di desa Pesantren.

Proses penjemuran rumput laut setelah dibersihkan dari kotoran.

Pembudidaya rumput laut desa Pesantren sedang menyiapkan tali rafia untuk menanam rumput laut

E.cottoni dengan metode long line.

Sekretaris pembudidaya rumput laut desa Pesantren, Bapak Cipto

Handoyo yang tengah mengamati keadaan thallus rumput laut

E.cottoni

Page 24: Budidaya Rumput Laut

24

Rumput laut jenis Hypnea CornutaRumput laut jenis Hypnea.

Rumput laut jenis Hypnea Cervicornis.

Pengangkutan rumput laut hasil budidaya untuk dipasarkan.

Pengawas dari Dinas Kelautan dan Perikanan Pusat

Rumput laut Gracilaria sp. yang telah dikeringkan.

Page 25: Budidaya Rumput Laut

25

Page 26: Budidaya Rumput Laut

26