budidaya pembenihan bcf ( banggai cardinal fish ) berbasis in aquaculture
TRANSCRIPT
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Budidaya Pembenihan BCF ( Banggai Cardinal Fish ) berbasis in Aquaculture
BIDANG KEGIATAN:
PKM-K
Diusulkan oleh:
Sulham Syahid L111 11 253 2011
Steven L111 09 265 2009
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki keanekaragaman ikan hias yang sangat tinggi. Perairan
Indonesia menyimpan 4.500 jenis ikan hias air tawar dan laut sehingga dengan
keragaman ini Indonesia layak disebut sebagai “surga” keragaman ikan hias. Dari
jumlah ini, yang efektif diperdagangkan sekitar 100 jenis. Beberapa komoditas ikan
hias air laut Indonesia menjadi primadona internasional, salah satunya adalah Ikan
Banggai Cardinal (Pterapogon kauderni )
Ikan Banggai Cardinal atau juga dikenal dengan Banggai Cardinal Fish yang
memiliki nama ilmiah Pterapogon kauderni merupakan ikan laut endemik di
Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, dan tidak ditemukan di tempat lain
di dunia. Masyarakat setempat menyebutnya “capungan” atau “bibisan”. Habitat
alami Banggai Cardinal Fish dapat ditemukan di perairan laut dangkal dengan
kedalaman 0 sampai 5 meter, dengan pH 8,1 sampai 8,4 dan suhu perairan 25 sampai
28 0C
Banggai Cardinal Fish biasanya hidup secara berkoloni (bergerombol) di
antara terumbu karang dan kumpulan bulu babi, setiap gerombol terdiri dari 30
sampai 40 ekor. Selain itu, ikan ini sering terlihat berenang di padang lamun.
Panjang badannya sekitar 6 sampai 8 centimeter, bentuk badannya agak pipih
dengan ekor terbelah dua mirip burung wallet, memiliki warna cokelat muda
keperakan dengan variasi bintik putih pada badan dan sirip. Ada belang melintang
berwarna hitam di badannya mulai dari sirip punggung sampai sirip perut, juga dari
jari-jari lemah sirip punggung sampai dengan sirip dubur.
Gambar 1. Ikan Banggai Cardinal Fish
(Hopkin, 2005)
Sejak 1990, Banggai Cardinal Fish menjadi salah satu ikan hias yang diincar
para kolektor dalam dan luar negeri. Karakter yang berbeda dengan ikan apogonid
lain membuat ikan endemik di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, ini banya
dicari. Diperkirakan 5.000 ekor ditangkap tiap pekan dan sedikitnya 600-700
ribuekor diekspor oleh nelayan lokal setiap tahun. Diperkirakan pada tahun 2001-
2004, Banggai Cardinal Fish yang diperdagangkan mencapai 700-900 ribu ekor tiap
tahun.
Penangkapan Banggai Cardinal Fish, yang semula terkonsentrasi di Pulau
Banggai, akhirnya meluas sampai keseluruh Banggai Kepulauan, termasuk daerah
yang awalnya belum terjamah. Akibat meningkatnya permintaan Banggai Cardinal
Fish diluar negeri dengan harga yang cukup menjanjikan tersebut, maka lama
kelamaan tentu keberadaan Banggai Cardinal Fish susah ditemukan dan akhirnya
akan mengalami kepunahan akibat overharvesting.
Berkaca dari kondisi di atas, mendorong kami untuk melakukan usaha budidaya
Ikan Banggai Cardinal (Pterapogon kauderni ). Dengan adanya budidaya ikan Ikan
Banggai Cardinal diharapkan ketergantungan pasar terhadap Ikan Banggai Cardinal
dari alam menjadi berkurang, karena tersedianya pasokan secara kontinyu dengan
produk yang berkualitas dari hasil pembudidayaan.
Kendala awal dalam memulai usaha ini adalah karena belum adanya usaha
budidaya ikan Banggai Cardinal Fish di Makassar yang dapat dijadikan sebagai pilot
project. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir dengan semakin berkembangnya informasi
dan teknologi (IT) sehingga ilmu maupun teknik pembudidayaan ikan Banggai
Cardinal masih dapat diperoleh.
Ikan Banggai Cardinal hasil budidaya memiliki banyak kelebihan dibandingkan
dengan yang langsung diambil dari alam. 1). Benih hasil budidaya memiliki daya
tahan lebih baik ketimbang tangkapan alam dan bisa beradaptasi dengan pakan
buatan, perubahan lingkungan, dan salinitas. 2). Ikan Banggai Cardinal hasil
budidaya memiliki kondisi tubuh yang baik jika dibandingkan dengan hasil tangkapan
dari alam, karena ikan yang diperoleh dari alam biasanya dilakukan tanpa
menggunakan teknis khusus sehingga kondisi tubuh ikan biasanya lecet atau rusak.
Hal ini akan memengaruhi kualitas produk nantinya. 3). Jenis seks ikan hasil
budidaya lebih mudah dideterminasi dibanding yang langsung diperoleh dari alam.
Oleh karena itu, pembudidayaan ikan Banggai Cardinal ini memiliki prospek dan
profit ke depan yang sangat baik. Hal ini dikarenakan tingginya harga jual ikan
Banggai Cardinal yaitu Rp 20. 000 - 30. 000 per ekor dengan permintaan jumlah ikan
perbulannya 5000 ekor. Walaupun menurut beberapa produsen harga tersebut relatif
rendah atau dipatok sama dengan hasil tangkapan, kendati ikan hasil budidaya punya
daya tahan hidup lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Ikan Banggai Cardinal Fish merupakan ikan endemik di Kepulauan Banggai,
Provinsi Sulawesi Tengah, dan tidak ditemukan di tempat lain di dunia. serta
mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Nilai jual ikan ini didasari karena
memiliki bentuk tubuh dan warna yang unik serta merupakan ikan hias asli
Indonesia.
Kurangnya stok di alam karena evoresploitasi yang dilakukan oleh nelaya.
1.3 Tujuan
Tujuan didirikannya usaha pembudidayaan ikan Banggai Cardinal Fish adalah
sebagai berikut:
1. Untuk membudidayakan ikan Banggai Cardinal Fish yang selama ini sudah
berkurang di alam
2. Untuk mengurangi ketergantungan permintaan pasar akan ikan hias laut yang berasal
dari alam.
3. Untuk melindungi ekosistem laut dari metode penangkapan yang bersifat destruktif.
4. Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan beralihnya profesi nelayan yang hanya
menangkap ikan hias laut menjadi pembudidaya ikan hias laut.
1.4 Luaran yang Diharapkan
Apabila usaha budidaya ikan Banggai Cardinal Fish telah berjalan dengan baik akan
mendatangkan manfaat yang sangat banyak kepada pihak lain.
1. Untuk memperoleh profit yang tinggi berdasarkan prospek yang sangat menjanjikan.
2. Usaha budidaya ikan Banggai Cardinal Fish ini akan menjadi tempat pilot project
bagi para budidayawan ikan hias laut yang baru akan memulai usahanya.
3. Usaha ini secara tidak langsung akan membantu pemerintah mengurangi masalah
pengangguran karena akan banyak tenaga ahli maupun teknis yang dibutuhkan untuk
bekerjasama.
1.5 Kegunaan
Memberikan semangat dan motivasi kepada mahasiswa dalam berwirausaha serta
memberikan dorongan kepada masyarakat dalam menerapkan teknik pembenihan
BCF dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem di alam.
II. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
A. Wilayah Pemasaran
Hasil budidaya ikan hias BCF ini ditargetkan untuk dipasarkan ke Wilayah
Makassar dan pulau-pulau sekitar Makassar serta Bali yang nantinya dari wilayah-
wilayah tersebut akan diekspor ke Negara Singapura, Eropa dan Amerika sebagai negara
pengimpor ikan hias laut terbesar.
Wilayah Makassar dan pulau-pulau sekitar Makassar merupakan salah satu daerah
target pemasaran hasil budidaya ikan nemo karena dalam wilayah ini banyak terdapat
UMKM yang dapat membeli hasil budidaya ikan hias laut untuk kemudian diekspor ke
luar negeri. Sedangkan wilayah lain, yaitu Bali dijadikan sebagai target pemasaran
karena wilayah ini merupakan dasar (basic) dan pusat (central) pengekspor ikan hias
laut di Indonesia sehingga nantinya diharapkan tingginya para peminat ikan hias yang
akan membeli dengan harga yang telah ditetapkan.
B. Sasaran Konsumen
Sasaran konsumen meliputi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) ikan
hias laut, para eksportir, swalayan-swalayan penjual ikan hias laut, pameran-pameran
hasil budidaya ikan hias laut, dan secara langsung kepada para pencinta/pemelihara ikan
hias air laut itu sendiri.
UMKM maupun eksportir ikan hias laut BCF selama ini memperoleh pasokan
ikan hias dalam jumlah besar yang bersumber dari hasil tangkapan nelayan. Seiring
berjalannya waktu, jumlah ikan BCF akan berkurang karena pasokan dari alam
berkurang. Diharapkan hasil budidaya ini nantinya akan dijual ke UMKM dan eksportir
ikan hias tersebut.
Swalayan, pameran-pameran hasil budidaya ikan hias laut menjadi salah satu
sasaran pelebaran pemasaran kami karena kedua tempat tersebut secara langsung akan
memperkenalkan kepada konsumen yang berkunjung akan keindahan yang dimiliki ikan
BCF, sehingga nantinya para konsumen akan tertarik untuk membelinya.
Selain itu, para pencinta/pemelihara ikan hias air laut menjadi sasaran pemasaran
kami karena melihat semakin banyaknya peminat ikan hias laut yang menjadikan ikan
hias ini sebagai hobi maupun pajangan pribadi.
C. Strategi Pemasaran
Setiap usaha akan selalu berusaha untuk mencapai target penjualannya. Dalam hal
ini, usaha budidaya yang kami lakukan untuk memajukan/mengembangkan usaha ke
depan, ada beberapa strategi pemasaran yang akan ditempuh.
Pertama, strategi pemasaran pada tahap perkenalan. Melihat usaha
pembudidayaan ikan hias laut di Makassar belum ada, maka kami berusaha pada saat ini
untuk menjadi pelopor ‘pionir’ pasar. Pelopor pasar biasanya menikmati pangsa pasar
yang lebih tinggi daripada pengikut awal maupun pendatang akhir apabila tetap
mempertahankan kualitas produksinya (Kotler, 1995). Oleh karena itu, kami akan
berusaha mempertahankan kualitas produksi demi untuk mempertahankan kepercayaan
konsumen nantinya.
Melakukan promosi dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi melalui situs
jejaring sosial seperti: facebook, twitter, maupun membuka blog sendiri. Diharapkan
masyarakat luas pencinta ikan hias laut BCF akan mengetahui bahwa ternyata ada
pembudidaya ikan hias laut BCF berstandar di Makassar.
Usaha lainnya adalah dengan menghubungi dan memperkenalkan secara langsung
kelebihan-kelebihan yang dimiliki ikan hias BCF kepada UMKM yang bergerak di
bidang ikan hias laut, para eksportir, swalayan-swalayan, stand-stand pameran, maupun
kepada pencinta/pemelihara ikan. Secara tidak langsung kami juga memperkenalkan
usaha kami sebagai penyedia produk ikan hias laut BCF dalam jumlah besar dan
memenuhi standarisasi warna, ukuran, dan kualitas ikan ekspor. Diharapkan nantinya
mereka akan beralih dari ikan hias hasil tangkapan secara langsung dari alam ke hasil
budidaya kami.
Usaha awal lainnya, yaitu dengan membidik pasar lokal dengan cara menjual
akuarium air laut dan fasilitas standar lainnya untuk pemeliharaan ikan hias laut, serta
memberi penjelasan mengenai cara pemeliharaan ikan hias laut yang baik.
Kedua, strategi pemasaran pada tahap pertumbuhan. Dalam tahap ini
beberapa strategi yang akan dijalankan, yaitu memberi diskon pembelian bagi mereka
yang telah menjadi pelanggan dan telah memenuhi jumlah kuota pembelian ikan BCF
setiap bulannya.
Meningkatkan strategi perluasan penjualan ikan hias BCF dengan tiga cara: 1).
Menjual langsung kepada pihak-pihak pencinta ikan hias laut, 2). Menjual kepada
UMKM yang nantinya mereka akan menjual kepada pengekspor ikan hias laut, dan 3).
Menjual langsung kepada pengekspor ikan hias laut.
Strategi pemasaran pada tahap mapan yaitu dengan menempuh berbagai cara
perluasan pendistribusian hasil produksi ikan hias BCF dengan membuka cabang
pengembangan baru di wilayah lainnya.
Sewaktu-waktu, kami akan menaikkan harga penjualan sebagai tanda kualitas
yang lebih unggul dan tentunya akan dibarengi dengan peningkatan kualitas mutu jual
ikan hias laut.
D. Persaingan Usaha
Para pelaku usaha di bidang budidaya ikan hias laut Pterapogon kauderni di
Makassar sama sekali belum ada, sehingga otomatis persaingan usahapun tidak ada,
yang berarti peluang untuk mengembangkan usaha ini untuk menjadi lebih baik ke
depan sangatlah besar.
III. METODE PELAKSANAAN
III.1 Waktu dan tempat
Kegiatan budidaya pembenihan BCF ( Banggai Cardinal Fish ) dilakukan selama
4 bulan di Laboratorium Penangkaran dan Rehabilitasi Ekosistem Laut,
Laboratorium, Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin.
III.2 Kegiatan Pra Produksi
III.2.1 Survei
Pada kegiatan pra-produksi survei dilakukan kegiatan seperti survei
lokasi budidaya benih ikan BCF, peluang permintaan pasar dan
konsumen
III.2.2 Penyediaan alat dan bahan
Penyedian akuarium dengan sistem resirkulasi air laut yang
terus berlangsung dan dilengkapi dengan shelter berupa karang
mati kelompok Acrophora
Penyedian benih ikan BCF ukuran 2-3 cm dan pakan alami
III.3 Kegiatan Produksi
Pada kegiatan produksi ini dilakukan penebaran benih untuk tahap pertama
sekitar 250 ekor.