budidaya nannochloropsis sp

21
BUDIDAYA NANNOCHLOROPSIS SP, BRACHIONUS PLICATILIS Kultur Murni Kultur murni merupakan kultur plankton yang dilakukan di ruangan tertutup dengan tujuan mendapatkan spesies murni (mono spesies). Kegiatan kultur murni meliputi tahapan sterilisasi alat dan bahan, isolasi, kultur media agar dan penyimpanan bibit. 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Sterilisaasi merupakan salah satu usaha pensucihamaan semua aspek yang akan digunakan dengan tujuan agar kegiatan tidak mengalami kegagalan karena adanya kontaminaasi. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah alcohol, kaporit, air tawar dan sabun cair. Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut : 1) Alat-alat direndam dengan HCL (75%) selama ± 20 menit, tujuannya agar kuman dan bbibit penyakit yang menempel pada wadah mati serta menghilangkan sisa- sisa alga bekas kultur sebelumnya 2) Perndaman dengan alkohol (75%) selama 5 menit 3) Bilas dengan sabun cair 4) Bilas dengan air tawar dan keringkan di autoclave pada suhhu 100 0 C selama 10 – 15 menit

Upload: yayan-agito

Post on 14-Jun-2015

1.009 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

searing d internet...

TRANSCRIPT

Page 1: Budidaya Nannochloropsis sp

BUDIDAYA NANNOCHLOROPSIS SP, BRACHIONUS PLICATILIS

Kultur Murni

Kultur murni merupakan kultur plankton yang dilakukan di ruangan tertutup dengan

tujuan mendapatkan spesies murni (mono spesies). Kegiatan kultur murni meliputi

tahapan sterilisasi alat dan bahan, isolasi, kultur media agar dan penyimpanan bibit.

1. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisaasi merupakan salah satu usaha pensucihamaan semua aspek yang

akan digunakan dengan tujuan agar kegiatan tidak mengalami kegagalan karena

adanya kontaminaasi. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah alcohol, kaporit,

air tawar dan sabun cair. Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :

1) Alat-alat direndam dengan HCL (75%) selama ± 20 menit, tujuannya agar

kuman dan bbibit penyakit yang menempel pada wadah mati serta

menghilangkan sisa-sisa alga bekas kultur sebelumnya

2) Perndaman dengan alkohol (75%) selama 5 menit

3) Bilas dengan sabun cair

4) Bilas dengan air tawar dan keringkan di autoclave pada suhhu 1000 C selama

10 – 15 menit

2. Isolasi

Isolasi merupakan usaha pemisahan plankton dengan tujuan mendapatkan satu

plankton. Tahapan ini dilakukan dengan cara pengambilan air laut dengan

menggunakan planktonet, selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop

untuk melakukan pemisahan. Selain dari alam , tahapan isolasi juga dapat dilakukan

pada hasil kultur yang terkontaminasi.

Page 2: Budidaya Nannochloropsis sp

3. Kultur Media Agar

Kultur media agar merupakan kultur yang dilakukan pada media agar,

tujuannya selain untuk mempertahankan kemurnian fitoplankton juga memiliki

kualitas yang baik. Cara kultur fitoplankton pada media agar adalah sebagai berikut :

1) larutkan bacto agar 4,5 gr dalam 300 ml air laut yang telah dipupuk

2) panaskan dan didihkan campuran di atas hot plate sampai menjadi jernih

3) angkat dan tuang campuran bacto agar pada cawan petri dengan ketebalan 3 –

5 mm

4) setelah beku, tuang dan inokulun pada permukaan media agar dengan pipet

yang dibengkokkan seperti huruf L

5) cawan petri segel atau tutup dengan slotip dan letakan dengan terbalik, tunggu

selama 4 – 7 hari.

4. Penyimpanan Plankton

Penyimpanan plankton merupakan salah satu usaha untuk menjaga

kesinambungan stok murni. Stok murni disimpan di lemari es dalam bentuk cair atau

beku. Stok murni dalam bentuk cair dikocok setiap hari dan dilakukan peremajaan

setelah mencapai puncak kepadatan pada hari ke-8. penyimpanan bibit ini bias

bertahan 1 – 6 bulan dan dapat digunakan untuk bibit kultur apabila plankton

mengalami penurunan kualitas.

4.3.5.1. Kultur Semi Massal (intermediet)

Kultur semi massal merupakan kultur lanjutan dari kultur murni yang dilakukan di

dalam ruangan. Kultur skala laboratorium (intermediet) dilaksanakan di DIFTA

(BBRPBL Gondol-Bali).

Tahap-tahap yang dilakukan dalam kultur semi massal adalah persiapan dan sterilisasi

alat dan bahan, pengisian air media dan pemupukan , pembuatan pupuk,

pemeliharaan, pemupukan ulang dan pemanenan.

Page 3: Budidaya Nannochloropsis sp

1. Persiapan dan Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat dan bahan merupakan sarana yang terpenting dalam kegiatan kultur. Oleh

karena itu, persiapan yang oftimal akan menghasilkan kultur yang maksimal.

Sterilisasi alat dan bahan pada kultur semi massal sama halnya dengan sterilisasi pada

kultur murni. Alat-alat yang digunakan pada saat kultur disajikan dalam tabel di

bawah ini.

Tabel 4.32. Alat dan Bahan Kultur Semi Massal

Alat Bahan

Bag cultur 100 liter Nannochloropsis sp 30x106 sel/ml

Selang aerasi Air laut

Lampu neon 2 buah @ 64

Watt Air tawar

Injection, Gelas ukur HCL (70%)

Sphon, Mikroskop Sabun cair

Planktonet

Pupuk Pro analis (Urea, TSP, ZA,

Clewat)

Hemaechytometer

Timbangan digital

2. Pembuatan Pupuk

Pupuk merupakan salah satu media untuk menumbuhkan perkembangbiakan

fitoplankton. Pembuatan pupuk dilakukan sebelum penebaran inokulun. Pupuk yang

digunakan kultur skala semi massal adalah pupuk lokal, pupuk analis dan pupuk pro

analis (PA). Pada saat kegiatan, pupuk yang digunakan adalah pupuk pro analis (PA)

dengan dosis 1 ml pupuk/1 liter volume kultur.

Pupuk yang digunakan pada skala laboratorium ini terbuat dari bahan kimia

PA (Pro Analis) dengan dosis pemakaian 1 ml pupuk untuk 1 lt volume kultur. Jenis

dan formula pupuk adalah yang sudah distandarkan dan umum digunakan yaitu

Cowny® (Walne’s medium). Untuk memudahkan pemakaiannya, terlebih dahulu

dibuat stok pupuk cair.

Page 4: Budidaya Nannochloropsis sp

Tabel 4.33. Komposisi Pupuk Untuk Kultur Skala Laboratorium

No Bahan Kimia Pupuk Walne/Conwy (gram)

Keterangan

Nutrient Media Kultur 4 Liter1 Na EDTA

(Etilene Diamine Tetraacetic Acid)

180

2 NaNO3 4003 H3BO3 1344 NaH2PO4 805 MnCl2.4H2O 1,446 FeCl3.6H2O 5,2Vitamin Solution 4 Liter1 Thiamin 82 B12 4003 Biotin 400Trace Metal Solution 100ml1 ZnCl2 2,12 CoCl2.6H2O 2,03 (NH4)6.Mo7O24.4 H2O 0,94 CuSO4.5H2O 2,0

(Sumber : Laboratorium DIFTA-BBRPBL).

3. Pemeliharaan Fitoplankton

Pemelliharaan fitoplankton meliputi pengamatan pertumbuhan, pengaturan

suplai oksigen dan pemupukan. Pemupukan dilakukan setiap hari dengan dosis

masing-masing kultur sebanyak 20 ml/100 liter volume kultur. Untuk proses

fotosintesis penyinaran dengan 2 buah lampu neon @ 64 Watt selama 24 jam setiap

hari.

4. Penghitungan Kepadatan Fitoplankton

Pertumbuhan Fitoplankton ditandai dengan pertambahan kepadatan

fitoplankton yang dikultur. Untuk menghitung kepadatannya umumnya menggunakan

alat hitung haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Kepadatan rata-rata optimum

Nannochloropsis sp. yang dikultur murni skala laboratorium adalah 5.000-6.000 x 104

sel/ml. Dengan ukuran 2-5 μm. Penghitungan kepadatan dilakukan setiap hari selama

kegiatan kultur dengan menggunakan Haemacytometer di bawah

Page 5: Budidaya Nannochloropsis sp

mikroskop.kepadatan optimum Nannochloropsis, sp. yang dikultur sebanyak 5.000 –

6.000 x 104 sel/ml.

Cara penghitungan kepadatan fitoplankton adalah sebagai berikut :

1) Ambil sampel air media sebanyak 1 ml dengan pipet

2) Teteskan sampel air pada Haemacytometer, amati dibawah mikroskop

3) Hitung dengan cara mengambil 5 titik, rata-ratakan kemudian kalikan dengan

16 kotak dikalikan 104. Hasil penghitungan kepadatan Nannochloropsis sp.

disajikan dalam di bawah ini.

Tabel 4.34. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis sp.

Hari P1 P2 P3 P4 Panen

1 30000000 30000000

2 30000000 30000000 62660000 50230000

3 39000000 40000000 70140000 61550000

4 69560000 42000000 76560000 82670000 P3, P4

5 84890000 72995000 30000000 30000000 P1, P2

6 30000000 30000000 38970000 39450000

7 38280000 39150000 52420000 61110000

8 39720000 51230000 74680000 73850000 P3, P4

9 55640000 79870000 30000000 30000000 P1, P2

Berdasarkan grafik di atas dapat diuraikan bahwa kultur dilakukan pada bag cultur

dengan volume masing-masing 100 liter. Tebar awal dengan kepadatan 30 juta sel/ml

dilakukan selama 8 hari (P1 dan P2) dan 9 hari (P3 dan P4). Berdasarkan diagram di

atas ternyata pertumbuhan dari masing-masing kantong kultur kepadatan yang di

capai hampir mertata. Dengan kepadatan awal 30 juta sel/ml mencapai puncak

kepadatan pada hari ke-4 sebanyak 72.955.000 – 84.890.000 sel/ml. Pada kultur P3

pertumbuhannya paling tinggi dibanding P1, P2 dan P4 sebanyak 84.890.000 sel/ml,

sedangkan kepadatan yang paling rendah pada kultur P2 sebanyak 72.955.000 sel/ml.

Page 6: Budidaya Nannochloropsis sp

5. Pemupukan ulang

Pemupukan ulang dilakukan apabila kultur dilakukan peremajaan. Peremajan

merupakan tidak lanjutan dari kultur yang telah dipanen sebagian. Pemupukan ulang

dalam satu periode kultur sebanyak 3 kali, yaitu pada kultur ke-2 sampai kultur ke-4.

pupuk yang digunakan sama seperti pemupukan awal dengan dosis ½ dari pemupukan

awal, 10 ml/1 liter volume kultur.

6. Pemanenan

Panen Nannochloropsis sp. Dibagi menjadi 2 yaitu panen sebagian dan panen total.

Panen sebagian yaitu panen yang dilakukan hanya 70% dari total kepadatan dan 30%

dilakukan peremajaan untuk kultur lanjutan dengan mengoftimalkan kepadatan 30

juta sel/ml. Panen sebagian dilakukan pada hari puncak (hari ke-4) bertujuan agar

kepadatan berkurang dan sudah dapat diberikan pada kultur rotifer. Panen total

merupakan pemanan yang dilakukan setelah kultur selama 4 periode. Panen total

terutama pada bag cultur, selain panen keseluruhan Nannochloropsis sp. juga

dilakukan penggantian bag culture untuk kegiatan kultur selanjutnya. Panen total

bertujuan agar kualitas media lebih steril dan kualitas Nannochlorpsis sp. tidak terlalu

tua.

4.3.5.2. Kultur Massal

Kultur massal merupakan kultur yang dilakukan diluar ruangan dengan media dan

kepadatan yang lebih besar. Di BBRPBL Gondol – Bali pakan alami yang sering

dibudidayakan secara massal adalah Nannochloropsis sp. dan Brachionus plicatilis.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam kegiatan kultur skala massal adalah : persiapan

alat dan wadah budidaya, pengisisan media, pembuatan pupuk, penebaran bibit,

pemeliharaan dan pemanenan.

Tabel 4.35. Alat dan Bahan Kultur Massal Nannochloropsis sp.

Page 7: Budidaya Nannochloropsis sp

1.

Persiapan Alat dan Wadah Budidaya

Tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam persiapan alat dan wadah budidaya

adalah sterilisasi alat dan wadah, pengeringan dan pemasanga/pengaturan aerasi.

Nannochloropsis sp.

Kegiatan kultur secara masal yang dilakukan di BBRPBL Gondol – Bali

menggunakan 8 buah bak beton dengan kapasitas volume bak berkisar antara 10 – 50

ton. Kultur dilakukan di luar ruangan dengan maksud agar terkena langsung sinar

matahari sebagai proses fotosintesis serta dilengkapi pipa pemasukan air, pengeluaran

air dan aerasi.

Brachionus plicatilis

Wadah budidaya kultur Brachionus plicatilis adalah bak fiber bulat

berdiameter 3 m dan tinggi 1m (volume 5 ton). Bak yang digunakan untuk kultur

rotifer berkapasitas 15 m3. Bak tersebut sebelum dipakai dicuci terlebih dahulu,

kemudian diisi dengan fitoplankton (Nannochlopsis sp.) sebanyak setengah dari

volume bak kultur dengan kepadatan 2,5x106 sel/ml. Bibit Rotifer kemudian

dimasukkan dengan kepadatan 20 ind/ml.

2. Klorinisasi

Klorinisasi merupakan salah satu usaha mensucihamakan segala aspek yang akan

digunakan budidaya dengan menggunakan bahan kimia klorin. Sterilisasi alat dan

Alat BahanBak beton volume 10, 20 dan 50 ton

Nannochloropsis sp 12x106 sel/ml

Selang aerasi Air lautPompa hisap 3000 Watt Air tawarEmber HCL (70%)Sphon Sabun cairPlanktonet

Pupuk lokal (Urea 20 ppm, TSP 30 ppm, ZA 80 ppm, FeCl 2,5 ppm, NaEDTA 5 ppm)

Gelas ukurTimbangan digitalMikroskopPlanktonet 100 mikronHemaechytometerSpatula

Page 8: Budidaya Nannochloropsis sp

wadah budidaya pada saat praktik menggunakan HCL dengan dosis 25 gr/ton. HCL

dilarutkan dengan air yang kemudian disiramkan pada permukaan dinding bak. Proses

penyikatan permukaan bak dilakukan setelah larutan klorin merta pada permukaan

bak. Langkah terakhir media dibersihkan dengan air tawar sampai tidak berbau

kaporit.

3. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan interval waktu antara 6-24 jam. Tujuannya agar media

bebas dari bibit penyakit, bau HCL, dan organisme-organisme yang akan

menyebabkan kontaminasi.

4. Pemasangan/ Pengaturan Aerasi

Aerasi merupakan suplai oksigen yang sangat dibutuhkan oleh palnkton. Berdasarkan

kegiatan PKL, aerasi diberikan pada kultur Nannochloropsis sp. sebanyak 6 titik yang

diletakan pada dasar bak, dengan menggunakan pipa peralon berdiameter 1 cm.

Lubang pengeluaran aerasi berdiameter 2 mm. Sedangkan pemberian aerasi pada bak

kultur Brachionus plicatilis ditempatkan sejajar pada dasar bak menggunakan selang

aerasi berdiameter 0,5 cm yang dilengkapi batu aerasi sebagai pemberat.

5. Pengisian Media Kultur, Pemupukan dan Tebar Bibit

Nannochloropsis sp.

Berdasarkan kegiatan praktik pengisisan air media pada kultur Nannochloropsis sp.

dilakukan setelah proses pengeringan yaitu dengan air laut bersalinitas 34 – 35 ppt

dengan kapasitas 73 % dari volume bak kultur. Pengisia air media dilakukan pada

pagi hari yang disusul dengan pemupukan awal. Jenis pupuk yang digunakan kultur

adalah pupuk local yang terdiri dar urea, TSP, ZA, FeCl, NaEDTA.

Tabel 4.36. Formula Pupuk Kultur Massal Fitoplankton

No Pupuk Formula ppm1 ZA 802 Urea 203 TSP 304 FeCl 2,5

Page 9: Budidaya Nannochloropsis sp

5 NaEDTA (Etilene Diamine Tetracetic Acid) 5

Pada tabel di atas dosis yang diberikan merupakan pemupukan awal guna

meningkatkan kesuburan media untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp. untuk

pemupukan ulang dilakukan setelah berumur 7 hari atau wakt panen dengan dosis pup

½ dari pemupukan awal.

Tahap-tahap pembuatan pupuk adalah sebagai berikut :

1) Timbang bahan-bahan (urea, ZA, TSP, FeCl dan NaEDTA) dengan timbangan

2) Rendam dan larutkan bahan-bahan dengan air laut sampai homogen antara 25 –

30 menit

3) Tebar pupuk pada media kultur secara merata dan aerasi dihidupkan.

Penebaran bibit Nannochloropsis sp. dilakukan dengan metode transfer. Metode

pengaliran bibit ini sangat efisien dalam penebaran dan aman dari kontaminasi. Bibit

ini dihasilkan dari bak kultur yang telah mengalami puncak kepadatan yang sangat

tinggi. Penebaran dilakukan setelah pupuk tersebar merata dengan interval waktu 10 –

15 menit. Padat tebar Nannochloropsis sp pada saat PKL sebanyak 12 x 106 sel/ml.

Brachionus plicatilis

Persiapan media kultur massal Brachionus plicatilis yaitu dengan metode alga. Media

alga yang diberikan adalah Nannochloropsis sp. yang juga sebagai pakan Brachionus

plicatilis. Pengisisan media alga dilakukan dengan metode transfer dari bak kultur

Nannochloropsis sp. Pengisisan terdiri dari 3 tahap yaitu hari I sebanyak 25%, hari II

50% dan hari III 100% dari volume bak kultur. Kepadatan Nannochloropsis sp

sebanyak 2,5 x 106 sel/ml. Padat tebar sebanya 20 ind/ml, dipanen setelah mencapai

puncak kepadatan 250 ind/ml.

6. Pemeliharaan Kultur

Berdasarkan praktek pemeliharaan kultur Nannochloropsis sp dan Brachionus

plicatilis dilakukan setiap hari yang meliputi pengamatan kualitas air, aerasi dan

Page 10: Budidaya Nannochloropsis sp

penghitungan kepadatan. Penghitungan kepadatan Nannochloropsis sp. menggunakan

Hemachytometerdan alat hitung kepadatan Rotifer menggunakan sadgwich

Fulk dan Mains (1991) menyatakan bahwa Brachionus plicatilis dapat tumbuh dengan

baik pada suhu 20 – 300 C, salinitas 30 – 35 ppt, pH 7,5 – 8,5. agar Brachionus

plicatilis dapat berkembang dengan baik alangkah baiknya dipelihara di tempat yang

mendapat sinar matahari dengan suhu antara 27 – 290 C dan pH antara 7,7 – 8,7.

sedangkan untuk salinitas tergantung pada jenis Brachionus plicatilis, untuk jenis air

laut ada yang hidup pada salinitas antara 15 – 18 ppt dan ada pula hidup pada salinitas

28 – 30 ppt.

Nannochloropsis sp.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari diperoleh data kepadatan

Nannochloropsis sp yang dikultur pada bak bervolume 10, 20 dan 50 ton disajikan

dalam tabel (4.37). Untuk mendapatkan data kepadatan yang akurat penghitungan

dilakukan selama pemeliharaan sampai masa panen dengan menggunakan

Hemachytometer.

Tabel 4.37. Hasil Pengamatan Kepadatan Nannochloropsis sp. secara Massal

HariBak1 2 3 4 5 6 7 8

1 3.430 5.860 11.320 8.530 6.910 8.710 6.520 3.6402 3.670 7.780 12.010 8.590 8.560 6.460 5.350 4.6303 4.540 6.910 10.630 7.270 7.720 5.200 6.400 6.6404 7.480 9.160 11.710 6.760 9.070 7.420 7.720 9.3105 9.190 9.400 5.560 7.330 5.470 8.440 7.780 9.6106 11.920 7.600 1.390 11.620 9.520 - 5.500 11.2007 12.460 6.790 1.960 12.460 10.180 - 7.840 -

Keterangan : Jumlah kepadatan x 103

Berdasarkan diagram di atas dapat diuraikan bahwa perkembangan

Nannochloropsis sp. Pada bak 1 dengan tebar awal sebanyak 3.430.000 sel/ml

mencapai puncak kepadatan di hari ke-7 sebanyak 12.460.000 sel/ml. Pada bak 2

tebar awal sebanyak 5.860.000 sel/ml mengalami puncak pada heri ke-5 dengan

kepadatan 9.400.000 sel/ml. Pada bak 3 dengan tebar awal sebanyak 11.320.000

Page 11: Budidaya Nannochloropsis sp

sel/ml mencapai puncak kepadatan di hari ke-2 sebanyak 12.010.000 sel/ml, akan

tetapi pada hari ke-4 dilakukan panen sebagian yang dialirkan pada kultur rotifer

sebanyak 10.630.000 sel/ml. Selanjutnya dilakukan peremajaan kembali dengan

kepadatan 5.560.000 sel/ml. Pada bak 4 dengan tebar awal sebanyak 8.530.000 sel/ml

mencapai puncak kepadatan di hari ke-7 sebanyak 12.460.000 sel/ml. Pada bak 5

dengan tebar awal sebanyak 6.910.000 sel/ml mencapai puncak kepadatan di hari ke-7

sebanyak 10.180.000 sel/ml. Pada bak 6 dengan tebar awal sebanyak 3.430.000 sel/ml

mengalami pertumbuhan yang tidak stabil mencapai puncak kepadatan di hari ke-5

sebanyak 8.440.000 sel/ml. Pada bak ke-5 kegiatan kultur tidak dilanjutkan kembali

karena kualitas Nannochloropsis sp. tidak baik dan terjadi kontaminasi. Pada bak 7

dengan tebar awal sebanyak 6.520.000 sel/ml, seperti halnya pada bak 6 pola

pertumbuhannya tidak stabil sehingga mencapai puncak kepadatan di hari ke-7

sebanyak 7.840.000 sel/ml. Pada bak 8 dengan tebar awal sebanyak 3.640.000 sel/ml

mencapai puncak kepadatan di hari ke-6 sebanyak 11.200.000 sel/ml.

Dari 8 bak yang dikultur, pemanenan dilakukan secara total dan sebagian. Pemanenan

dilakukan apabila ada permintaan dari bak kultur rotifer dan pembenihan.

Nannochloropsis sp berumur 4 hari diberikan pada rotifer dan Nannochloropsis sp.

yang berumur 7 hari diberikan pada pembenihan larva. Perbandingan perkembangan

Nannochloropsis sp.

Berdasarkan diagram di atas dapat duraikan bahwa perkembangan Nannochloropsis

sp. Perkembangan yang paling baik pada bak 1 dan 2, sedangkan pola

pertumbuhan/perkembangan Nannochloropsis sp. yang paling rendah pada bak 7,

dengan kepadatan 11.200.000 sel/ml.

Brachionus plicatilis

Berdasarkan hasil pengamatan selama 14 hari, Brachionus plicatilis yang dikultur

pada bak bervolume 50 ton dilakukan penghitungan dengan menggunakan alat hitung

kepadatan rotifer Sadgwich (4.50) diperoleh data kepadatan Brachionus plicatilis

yang disajikan dalam tabel (4.38)(113).

Tabel 4.38. Pola Perkembangan Rotifer (Brachionus plicatilis)

Page 12: Budidaya Nannochloropsis sp

Hari A B C D E1 30 30 30 30 302 32 38 30 35 273 38 41 32 37 294 42 43 36 42 315 47 57 19 42 366 54 72 24 47 407 60 75 20 46 468 50 71 18 48 509 47 79 21 48 5710 37 66 19 41 5611 35 59 18 37 4712 32 52 17 32 4613 28 46 15 26 4114 6 40 13 17 36

Keterangan : jumlah ind/ml (sumber : Data Primer)Berdasarkan table dapat diuraikan

bahwa perkembangan Brachionus plicatilis antar masing-masing bak memiliki pola

pertumbuhan yang berbeda. Pada bak A dengan tebar awal sebanyak 30 ind/ml

mencapai puncak kepadatan di hari ke-7 sebanyak 60 ind/ml. Pada bak B dengan

tebar awal sebanyak 30 ind/ml mencapai puncak kepadatan di hari ke-9 sebanyak 79

ind/ml. Pada bak C dengan tebar awal sebanyak 30 ind/ml mencapai puncak

kepadatan di hari ke-4 sebanyak 36 ind/ml, perkembangannya mengalami penurunan

pada hari ke-14 menjadi 13 ind/ml. Pada bak D dengan tebar awal sebanyak 30 ind/ml

mencapai puncak kepadatan di hari ke-9 sebanyak 48 ind/ml. Pada bak E dengan tebar

awal sebanyak 30 ind/ml mencapai puncak kepadatan di hari ke-9 sebanyak 57

ind/ml. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa dari tiap perlakuan yang memiliki

tingkat pertumbuhan yang sangat baik yaitu pada bak B, sedangkan pola pertumbuhan

yang paling rendah yaitu pada bak C. Penurunan ini diakibatkan karena suplai pakan

yakni Nannochloropsis sp.mempunyai nutrisi yang sangat rendah atau

Nannochloropsis sp. yang diberikan kualitasnya sangat jelek.

7. Pemanenan

Panen merupakan tahap akhir dari budidaya, dimana hasil dari itu dapat diaplikasikan

pada kegiatan berikutnya. Berdasarkan kegiatan PKL, pemanenan dibagi menjadi 2

bagian yaitu, panen total dan panen sebagian. Panen total merupakan pengambilan

hasil yang dilakukan secara keseluruhan dan tidak dilakukan peremajaan dari sisa

yang telah dikultur. Panen total dilakukan setelah masa kultur mencapai 4 generasi (4

Page 13: Budidaya Nannochloropsis sp

kali panen), tujuannya agar organisme yang dikultur umurnya tidak terlalu tua dan

kualitasnya sudah jelek. Panen sebagian merupakan pemungutan hasil dari suatu yang

dibudidayakan dengan mengambil sebagian organisme yang dikultur dan sisa

organisme tersebut dapat dilakukan peremajaan kembali. Panen sebagian dilakukan

apabila organisme yang dikultur mencapai kepadatan yang melimpah, tujuannya agar

kepadatannya menjadi jarang dan menjaga kematian massal.

Kegiatan pemanenan Nannochloropsis sp dan Brachionus plicatilis dilakukan pada

pagi hari sekitar pukul 07.00 WITA. Rotifer yang dipanen dialirkan dari wadah

budidaya dengan menggunakan selang berdiameter 5 cm serta dilengkapi planktonet.

Planktonet yang digunakan untuk panen Nannochloropsis sp. yaitu saringan halus

dengan ukuran 300 mikron diletakkan pada ujung selang. Sedangkan saringan yang

digunakan untuk panen Rotifer berukuran 150 – 200 mikron. Selanjutnya ditampung

pada wadah sementara untuk diendapkan agar terhindar dari kotoran.

Page 14: Budidaya Nannochloropsis sp

TUGAS PERBAIKAN RESPON

AVERTEBRTA AIR

”Budidaya Nannochloropsis sp”

Nama : Rudiansyah

Nim : 05081009004

Jurusan : Budidaya Perairan

FAKULTAS PERTANIAN

Page 15: Budidaya Nannochloropsis sp

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2009