uji kandungan lemak pada powder nannochloropsis sp. …digilib.unila.ac.id/62029/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
UJI KANDUNGAN LEMAK PADA POWDER Nannochloropsis sp. ISOLAT
LAMPUNG MANGROVE CENTER (LMC) DENGAN PERBEDAAN
TEMPERATUR PENGERINGAN
(Skripsi)
Oleh
Cynthia Resti
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
ABSTRAK
UJI KANDUNGAN LEMAK PADA POWDER Nannochloropsis sp. ISOLAT
LAMPUNG MANGROVE CENTER (LMC) DENGAN PERBEDAAN
TEMPERATUR PENGERINGAN
Oleh
Cynthia Resti
Nannochloropsis sp. merupakan jenis fitoplankton yang ditemukan di perairan
Lampung Mangrove Center. Salah satu mikroalga yang umum dimanfaatkan sebagai
pakan alami adalah Nannochloropsis sp di dalam pembudidayaan perikanan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas powder Nannochloropsis sp.
isolat LMC berdasar kandungan lemak dengan perlakuan suhu yang berbeda.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2019 di Laboratorium
Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) dan Laboratorium
Botani, Jurusan Biologi, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Lengkap (RAL) dengan suhu
pengeringan yang berbeda yaitu -500C, 200C, 300C, 500C dan 700C. Setiap perlakuan
dilakukan pengulangan sebanyak empat kali. Parameter yang di amati yaitu
kepadatan populasi, laju pertumbuhan spesifik, waktu generasi, berat pasta, berat
powder, kandungan lemak powder Nannochloropsis sp., dan kualitas air. Data
kepadatan populasi disajikan dalam bentuk grafik, laju pertumbuhan spesifik, waktu
generasi, berat pasta, dan kualitas air disajikan dalam bentuk diagram batang dan
dijelaskan secara deskriptif, sedangkan data berat powder dan kandungan lemak
powder Nannochloropsis sp. LMC dianalisis menggunakan varian satu arah
(ANOVA), bila terdapat hasil berbeda nyata maka dapat dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf α = 0,05. Hasil dari penelitian ini yaitu persentase
kandungan lemak dari powder Nannochloropsis sp. tertinggi yaitu pada perlakuan
suhu 500C sebesar 2,90 %, dimana suhu 500C berbeda nyata dengan kandungan
lemak pada suhu 300C dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya, dan suhu 500C
memiliki kandungan lemak yang optimal untuk powder Nannochloropsis sp.
Kata kunci : Nannochloropsis sp. LMC, kandungan lemak, suhu, powder
Nannochloropsis sp.
iii
UJI KANDUNGAN LEMAK PADA POWDER Nannochloropsis sp. ISOLAT
LAMPUNG MANGROVE CENTER (LMC) DENGAN PERBEDAAN
TEMPERATUR PENGERINGAN
Oleh
Cynthia Resti
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Judul Skripsi : UJI KANDUNGAN LEMAK PADA POWDER
Nannochloropsis sp. ISOLAT LAMPUNG
MANGROVE CENTER (LMC) DENGAN
PERBEDAAN TEMPERATUR PENGERINGAN
Nama Mahasiswa : Cynthia Resti
NPM : 1617021029
Jurusan / Program Studi : Biologi / S1
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Drs. Tugiyono, M.Si, Ph.D Emy Rusyani, SPi., M.Si
NIP 196411191990031001 NIP 197109281994032002
2. Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Drs. M. Kanedi, M.Si
NIP 196101121991031002
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Tugiyono, M.Si., Ph.D. ………………….
Anggota Penuji : Emy Rusyani, S.Pi., M.Si. ………………….
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc. ………………….
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, S.Si., M.T.
NIP. 197407052000031001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi :19 Maret 2020
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Cynthia Resti
NPM : 1617021029
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Perguruan Tinggi : Universitas Lampung
menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa skripsi saya berjudul:
“Uji Kandungan Lemak pada Powder Nannochloropsis sp. Isolat Lampung Mangrove Center (LMC) dengan Perbedaan Temperatur Pengeringan”
baik gagasan, data, maupun pembahasannya adalah benar karya saya sendiri yang
saya susun dengan mengikuti norma dan etika akademik yang berlaku, selanjutnya
saya juga tidak keberatan jika sebagian atau seluruh data dari skripsi digunakan oleh
dosen untuk kepentingan penelitian sepanjang nama saya dicantumkan.
Jika di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar sarjana maupun tuntutan
hukum.
Bandar Lampung, 19 Maret 2020
Yang menyatakan,
(Cynthia Resti)
NPM: 1617021029
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Cynthia Resti, biasa disapa dengan cin
atau tia. Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal
15 September 1998, putri sulung Bapak Jamsari dan Ibu
Asih Gayatri dari dua bersaudara. Pendidikan pertama
yang ditempuh penulis yaitu Taman Kanak-kanak (TK)
Aisyiah Bandar Lampung, lulus pada tahun 2004. Penulis
melanjutkan Pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) di
SD Negeri 3 Bumi Waras, lulus pada tahun 2010.
Pendidikan formal selanjutnya yaitu bersekolah di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 16 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2013. Selanjutnya penulis
menempuh Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Tanjung Karang,
penulis lulus pada tahun 2016.
Pada tahun 2016 penulis melanjutkan Pendidikan di Universitas Lampung melalui
jalur (SNMPTN) dengan program studi Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA). Pada tahun 2017 penulis mengikuti Karya Wisata
Ilmiah (KWI) di Desa Margosari, Pringsewu. Pada tanggal 7 Januari – 7 Februari
2019, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Central Proteina
Prima Kalianda dengan judul laporan PKL “Teknik Pemeliharaan Induk dan
Produksi Naupli Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di PT. Central
Proteina Prima Kalianda, Lampng Selatan”. Pada tahun 2019 tepatnya bulan Juli
– Agustus penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode II di Desa
Kagungan, Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat selama 40
hari. Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Pengenalan Alat
Laboratorim (PAL) dan Biologi Dasar selama perkuliahan.
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis sampai pada tahap ini.
Karya kali ini ku persembahkan untuk
Kedua orangtuaku
Orang terhebat yang hadir di dalam hidupku dengan penuh rasa tulus, ikhlas, dan sabar dalam mendidik, membesarkan serta menasihatiku. Tak
pernah berhenti mendoakanku, mendukung, tek kenal lelah memenuhi segala kebutuhanku dan memberikan kasih sayang yang tiada tara kepadaku.
Adikku tersayang
Terimakasih sudah menjadi hadiah terindah dalam hidupku, yang selalu memberikan banyak warna di dalam kehidupan dengan mendoakan
keberhasilanku, semoga aku bisa menjadi kebanggaanmu.
Sahabat-sahabatku
Termakasih telah hadir di hidupku, untuk semua senyum yang pernah terukir, tawa yang tak terhingga batasnya, dan air mata yang sempat jatuh
dan semua hal baru yang kalian ajarkan kepadaku. Aku sayang kalian.
MOTTO
Namanya proses harus dilewati entah di setengah perjalanan buat kamu lengah, hampir putus asa, dan mulai tak terarah, tapi ingatlah ada dua sosok yang selalu mendoakan kamu dan mengingatkanmu yaitu kedua
orang tua kamu, sehingga kamu mulai bangkit dan berjuang untuk mencapai keberhasilan itu
Hidup adalah tempat kita berproses, maka dari itu jalanilah proses sebaik-baiknya. Kadang perjalanan hidup melelahkan terkadang juga
menyakitkan, tolong jangan putus asa, suatu saat kau akan berterimakasih dengan dua hal itu, karena dua hal itu bisa membuatmu terbiasa dan kuat
menjalani (Nugra Tri Apriliando Putra)
Janganlah engkau meremehkan orang lain, barangkali dia di sisi Allah lebih
baik darimu, lebih utama, dan lebih dekat pada Allah (Ibnu hajar Al-Haitami)
Ketika semuanya terasa mustahil, janganlah menyerah, karena harapan itu selalu ada (Tweening)
Life is about 3 days. Yesterday, today, and tomorrow. Yesterday gave me some experiences, today must be better than yesterday and tomorrow which
I don’t know what will happen later but must be planned (Alifah Rahma Sari)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Kandungan
Lemak pada Powder Nannochloropsis sp. Isolat Lampung Mangrove Center
(LMC) dengan Perbedaan Temperatur Pengeringan ”. Sholawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, motivasi bimbingan, dan saran semua pihak. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung
2. Drs. M. Kanedi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Bologi FMIPA Universitas Lampung.
3. Drs. Tugiyono, M.Si., Ph.D., selaku Pembimbing I yang telah membimbing,
memberi saran dan kritik pada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Terimakasih Bapak atas bimbingan dan motivasinya selama ini.
4. Emy Rusyani, S.Pi., M.Pi., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dengan sabar dan ikhlas dalam membimbing penulis. Terimakasih Ibu
untuk semua ilmu, nasihat dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
5. Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc., selaku Pembahas yang tidak pernah bosan
memberikan kritik dan saran serta nasihat-nasihat dalam menyempurnakan
penulisan skripsi. Terimakasih Bapak sudah sabar membimbing dan menguji
penulis sehingga terselesainya skripsi ini dengan baik.
6. Drs. Suratman Umar, M.Sc., selaku dosen Pembimbing Akademik penulis yang
telah membimbing penulis selama di bangku perkuliahan.
7. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu dan pengalamannya yang sangat berharga selama masa
perkuliahan.
8. Seluruh staf Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan selama penelitian berlangsung.
9. Kedua orang tua penulis, ayah Jamsari dan mama Asih Gayatri. Terimakasih sudah
mendidik dan membesarkan dengan segala doa yang tulus dari kalian, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini di waktu yang tepat. Penulis persembahkan
karya dan gelar ini hanya untuk kalian.
9. Teman, sahabat sekaligus partner sejak maba, PKL, hingga penelitian yaitu
Ananda Syifadella Rizki, Azzah Nabilah, Attiyyah Rizki Sulaiman, dan Destria
xiii
Nuansa atas kebersamaan, kerja sama, baik suka maupun duka. Selalu memberi
semangat, dukungan, serta nasihat, semoga kita selalu diberi kemudahan dalam
segala hal dan apa yang diinginkan dapat terwujud.
10. Sahabat sekaligus keluarga sejak SD hingga sekarang The Gembel’s, Alifah
Rahma Sari, Tannisah, dan Vinka Leonita yang selalu ada, selalu mendengarkan
keluh kesah penulis, memberi semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
11. Sahabatku sejak masa SMA, Annisa Julia Dwisanti dan Hartsa Hanifah yang
selalu menjadi pendengar yang baik, terimakasih atas kebersamaan nya hingga
saat ini.
12. Sahabat seperjuangan selama dikampus Ayuk Gemay, cipa, ajah, attiyyah, dindo,
gumay, hasti, intan, adel, ainun, dan ines atas kebersamaan dan kerjasama, suka
dan duka yang telah dilewati bersama, semoga selalu terjaga silaturahmi diantara
kita.
13. Teman sekaligus keluarga Gatau Males Pance Pamili, Destika Putri Gumay,
Farhan Bramasta, dan Karlos Ivory Butar Butar atas kebersamaan selama KKN
dan sampai sekarang yang telah memberikan semangat kepada penulis.
14. Teman-teman sekaligus keluarga KKN periode II Pekon Kagungan, Kecamatan
Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat, Farhan, Kabul, Tobi, Nanda,
Alda, dan Dyah yang telah memberikan pengalaman dan cerita hidup selama 40
hari.
xiv
15. Teman-teman biologi angkatan 2016 yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu yang telah berjuang dari awal maba, semoga selalu terjalin silaturahmi
diantara kita.
16. Almamater tercinta Universitas Lampung dan semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Namun besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan memberikan wawasan bagi pembaca dan terkhusus untuk penulis.
Bandar Lampung, 19 Maret 2020
Penulis
Cynthia Resti
NPM 1617021029
xv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ...................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... x
MOTTO .......................................................................................................... xi
SANWACANA ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian ................................................................................... 3
D. Kerangka Pikir ........................................................................................ 3
E. Hipotesis ................................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan Mangrove .................................................................................... 5
B. Pakan Alami .......................................................................................... 6
C. Fitoplankton ........................................................................................... 7
D. Morfologi dan Klasifikasi Nannochloropsis sp. .................................. 8
E. Pertumbuhan dan Perkembangan Nannochloropsis sp. ....................... 10
F. Kandungan Lemak Nannochloropsis sp. .............................................. 13
G. Faktor-Faktor Lingkungan yang Berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Nannochloropsis sp. ........................................................ 13
H. Pengaruh Suhu Pengeringan pada Powder Berdasarkan
Kandungan Lemak ............................................................................... 15
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ............................................................................... 18
B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 18
C. Rancangan Percobaan .......................................................................... 21
D. Prosedur Kerja ..................................................................................... 22
1. Sterilisasi Alat dan Media ............................................................... 22
2. Pembuatan Larutan Pupuk .............................................................. 23
3. Perbanyakan Bibit Awal Nannochloropsis sp. .............................. 24
4. Pembuatan Pasta ............................................................................. 25
5. Pembuatan Powder ......................................................................... 26
xvii
6. Pengamatan........................................................................................... 27
a. Pengamatan Pertumbuhan ................................................................ 27
b. Berat Pasta ....................................................................................... 28
c. Berat Powder .................................................................................... 29
d. Analisis Kandungan Powder Nannochloropsis sp. ......................... 29
e. Kualitas Air ...................................................................................... 29
7. Analisis Data .................................................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kepadatan Populasi Nannochloropsis sp. ............................................ 32
B. Laju Pertumbuhan Spesifik Nannochloropsis sp. ................................ 34
C. Waktu Generasi ..................................................................................... 35
D. Berat Pasta Nannochloropsis sp. .......................................................... 37
E. Berat Powder Nannochloropsis sp. ...................................................... 39
F. Kandungan Lemak Nannochloropsis sp. .............................................. 41
G. Kualitas Air Nannochloropsis sp. ........................................................ 44
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................... 48
B. Saran ...................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49
LAMPIRAN .................................................................................................... 54
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam kultur Nannochlropsis sp.
selama penelitian ............................................................................... 18
Tabel 2. Bahan Yang Digunakan Dalam Kultur Nannocloropsis sp.
Selama Penelitian .............................................................................. 21
Tabel 3. Komposisi Pupuk Pertanian ............................................................... 23
Tabel 4. Kisaran Kualitas Air Selama Penelitian ............................................. 45
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Koloni Nannochloropsis sp. ........................................................... 9
Gambar 2. Morfologi Nannochloropsis sp. ..................................................... 10
Gambar 3. Fase-Fase Pertumbuhan Fitoplankton ............................................ 12
Gambar 4. Prosedur Kerja ................................................................................ 22
Gambar 5. Kepadatan Populasi Nannochloropsis sp. ...................................... 32
Gambar 6. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik Nannochloropsis sp. ............... 34
Gambar 7. Grafik Waktu Generasi Nannochloropsis sp. ............................... 35
Gambar 8. Grafik Berat Pasta Nannochloropsis sp. ....................................... 37
Gambar 9. Grafik Rata-Rata dan Standar Deviasi Berat Powder
Nannochloropsis sp. ..................................................................... 39
Gambar 10. Grafik Rerata dan Standar Deviasi Kandungan Lemak
Nannochloropsis sp. Setiap Perlakuan ........................................ 41
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Kepadatan Populasi Nannochloropsis sp.
Selama Penelitian ......................................................................... 55
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Laju Pertumbuhan Spesifik
Nannochloropsis sp ..................................................................... 56
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Waktu Generasi Nannochloropsis sp. pada Setiap
Akuarium .................................................................................... 57
Lampiran 4. Data Berat Pasta Nannochloropsis sp. Selama Penelitian ........... 58
Lampiran 5. Data Berat Powder Nannochloropsis sp. ..................................... 59
Lampiran 6. Kandungan Lemak Nannochloropsis sp. .................................... 62
Lampiran 7. Gambar Foto Kegiatan ................................................................ 64
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang tumbuh pada daerah pasang surut,
yang tergenang pada saat pasang dan bebas genangan pada saat surut. Komunitas
tumbuhan yang mendiami hutan mangrove toleransi terhadap garam, terutama
pantai yang terlindung, laguna, dan muara sungai. Secara ekologis hutan
mangrove berfungsi sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat
memijah (spawning ground), dan tempat berkembang biak (nursery ground)
berbagai jenis ikan, udang, kerang, dan biota laut lainnya (Kusmana, 2003).
Plankton memiliki peran yang sangat penting di perairan bagi ikan kecil dan
hewan lainnya sehingga menjadi mata rantai utama dalam rantai makanan di
perairan. Hampir seluruh ikan pelagis kecil dan larvanya memanfaatkan plankton
(fitoplankton atau zooplankton) sebagai makanannya. Kelimpahan fitoplankton
penting bagi potensi makanan ikan di alam (Nontji, 2008).
2
Salah satu mikroalga yang umum dimanfaatkan sebagai pakan alami adalah
Nannochloropsis sp. Pakan alami Nannochloropsis sp. memiliki kandungan
nutrisi yang tinggi dibandingkan fitoplankton lain. Kandungan nutrisi tersebut
meliputi protein 52,11 %, karbohidrat 16,00 %, lemak 27,65 %, EPA 30,50 %,
Total kandungan Highly Unsaturated Fatty Acid (HUFA) sebesar 42,70 %,
vitamin C 0,85 %, dan klorofil α 0,89 % (Fulks dan Main, 1991).
Pembuatan pasta dengan cara pengendapan Nannochloropsis sp. dengan
menambahkan NaOH dalam media kultur, yang kemudian pasta dikeringkan dan
dihaluskan untuk menghasilkan powder, menjadikan pasta dan powder
merupakan cara praktis untuk penyediaan stok pakan alami dalam jumlah yang
cukup dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Sehingga perlu dilakukan
penelitian dalam skala intermediet untuk mengetahui kualitas powder
Nannochloropsis sp. isolat LMC dengan perlakuan suhu pengeringan yang
berbeda.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kualitas powder
Nannochloropsis sp. Isolat LMC berdasar kandungan lemak dengan perlakuan
suhu pengeringan yang berbeda (-500C, 200C, 300C, 500C, dan 700C).
3
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya
dalam bidang budidaya perikanan mengenai ketersediaan pakan alami
Nannochloropsis sp. Isolat LMC dengan kualitas kandungan lemak yang optimal
dalam bentuk powder.
D. Kerangka Pikir
Usaha budidaya ikan di Indonesia saat ini berkembang dengan pesat. Oleh karena
itu dibutuhkan kultur pakan alami yang cukup dan berkualitas untuk keberhasilan
usaha budidaya. Kualitas benih dan pakan sangat mempengaruhi usaha budidaya
perikanan. Ketersedian pakan secara kontinyu adalah faktor utama dalam usaha
pembenihan ikan. Pakan alami merupakan pakan mutlak terutama pada stadia
awal. Salah satu fitoplankton yang baik untuk pakan zooplankton adalah
Nannochloropsis sp. Ketersediaan Nannochloropsis sp. secara kontinyu sering
tidak terpenuhi karena adanya perubahan lingkungan dan kurangnya sinar matahari
pada musim hujan, sehingga sulit untuk melakukan kultur massal. Ketersediaan
pakan alami harus dalam jumlah yang cukup, berkesinambungan dan tepat waktu.
Untuk dapat memenuhi target produksi tersebut, akan lebih mudah tercapai dengan
melakukan penyediaan pakan alami yang dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Penelitian ini akan melakukan pengujian kultur Nannochloropsis sp. dengan
penggunaan pupuk pertanian (Urea 40 ppm, Za 20 ppm, dan TSP 5 ppm) serta
4
penambahan NaOH dengan dosis 175 ppm dalam kultur Nannochloropsis sp.
dalam kondisi puncak pertumbuhan untuk proses pembuatan pasta. Pasta
Nannochloropsis sp. selanjutnya dijadikan powder dengan perlakuan suhu
pengeringan yang berbeda yaitu -500C, 200C, 300C, 500C, dan 700C untuk
mengetahui kualitas powder berdasarkan kadar lemak.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah perlakuan suhu pengeringan
700C akan menurunkan kadar lemak pada powder Nannochloropsis sp. isolat
Lampung Mangrove Center (LMC).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang tumbuh pada daerah pasang surut
(terutama pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat
pasang dan bebas genangan pada saat surut. Komunitas tumbuhan yang mendiami
hutan mangrove bertoleransi terhadap garam (Kusmana, 2003).
Fungsi hutan mangrove digolongkan menjadi tiga macam yaitu fungsi fisik, fungsi
ekologis, dan fungsi ekonomis. Fungsi hutan mangrove secara fisik di antaranya
yaitu menjaga kestabilan garis pantai dan tebing sungai dari erosi atau abrasi,
mempercepat perluasan lahan dengan adanya jerapan endapan lumpur yang
terbawa oleh arus ke kawasan hutan mangrove, mengendalikan laju intrusi air laut
sehingga air sumur di sekitarnya menjadu lebih tawar, melindungi daerah di
belakang mangrove dari hempasan gelombang, angin kencang, dan bahaya
tsunami (Praktikto, 2002).
Fungsi hutan mangrove secara ekologis diantaranya sebagai tempat mencari
makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground), dan tempat
berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota
6
laut lainnya. Hutan mangrove juga menjadi tempat bersarang berbagai jenis satwa
liar terutama burung dan reptil (Howes, 2003). Menurut Arisandi (2002), vegetasi
mangrove memiliki kemampuan untuk memelihara kualitas air, karena vegetasi
ini memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menyerap polutan (logam berat Pb,
Cd, dan cu).
Ekosistem mangrove merupakan kawasan perairan yang subur karena pohon-
pohon memiliki potensi sebagai penghasil bahan organik yang produktif melalui
serasah daun-daunnya. Dihasilkannya mineral seperti nitrogen, fosfor, dan zat hara
lainnya setelah melalui proses penguraian. Unsur mineral ini merupakan kunci
kesuburan dalam transfer energi dan rantai makanan (Brotonegoro dan
Abdulkadir, 1976).
B. Pakan Alami
Faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan salah satunya adalah pakan.
Sebagian besar stadia awal larva ikan memerlukan pakan alami fitoplankton atau
zooplankton (De Pauw, 1982). Menurut Fulks dan Main (1991), fitoplankton
sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya yang komersial, seperti pada jenis
larva ikan, bivalvia dan moluska (larva, juvenil, dan dewasa). Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pakan alami adalah ukuran yag sesuai
dengan bukaan mulut larva, mudah dicerna, tidak beracun,dan mudah dikultur
secara massal (Brown, 1997).
7
Di alam pakan alami sangat beragam jenis dan jumlahnya, dimana dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Pada saat
awal kehidupan larva kedua jenis pakan alami tersebut memegang peran penting
sebagai dasar pemenuhan gizi. Mikroalga dapat digunakan sebagai pakan untuk
berbagai spesies penting akuakultur yaitu kelompok bivalvia, stadia larva beberapa
spesies krustasea, dan stadia perkembangan awal beberapa spesies ikan. Mikroalga
juga dibutuhkan sebagai pakan untuk zooplankton (Mukhlis dkk., 2017).
Nannochloropsis sp. merupakan salah satu pakan alami untuk udang dan berperan
sebagai pakan dari zooplankton, rotifer, dan artemia (Sasmita, 2004).
Nannochloropsis sp. digunakan sebagai pakan alami pembenihan ikan laut. Hal itu
karena kandungan nutrisi pada fitoplankton ini yaitu protein 50 – 55 %,
karbohidrat 16 %, lemak 28,3 %, dan klorofil-a 0,05 % (Paes dkk., 2016).
Nannochloropsis sp. merupakan mikroalga yang umum dimanfaatkan sebagai
pakan alami, terutama pada benih ikan. Nannochloropsis sp. mampu memproduksi
lipid dan protein melebihi rata-rata pada kondisi mikrokultur tertentu dan
terindikasi mampu mereduksi tekanan berupa salinitas dan nitrogen dengan
memproduksi protein dan lipid intraseluler secara berlebih (Muhaemin, 2011).
C. Fitoplankton
Fitoplankton merupakan organisme berklorofil yang mampu mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Bahan organik yang
berasal dari fitoplankton tersebut dimanfaatkan oleh zooplankton, larva ikan,
8
maupun organisme perairan lainnya sebagai sumber makanan. Hampir seluruh
ikan pelagis kecil dan larvanya memanfaatkan plankton (fitoplankton atau
zooplankton), sehingga fitoplankton mempunyai peran yang penting dalam rantai
makanan di perairan (Nontji, 2008).
Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu
melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air, karbon dioksida, sinar surya, dan
garam-garam hara bereaksi menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat.
Fitoplankton yang subur umumnya terdapat di perairan sekitar muara sungai atau
di perairan lepas pantai di mana terjadi pasang naik (upwelling). Di kedua lokasi
itu terjadi proses penyuburan karena masuknya zat hara ke dalam lingkungan
tersebut
D. Morfologi dan Klasifikasi Nannochloropsis sp.
Menurut Adehoog (2001) dan Garofalo (2009) klasifikasi Nannochloropsis sp.
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Protista
Super Divisio : Eukaryotes
Divisio : Chromophyta
Classis : Eugtimatophyceae
Ordo : Eustigmatales
9
Familia : Monodopsidaceae
Genus : Nannochloropsis
Spesies : Nannochloropsis sp.
Fitoplankton jenis Nannochloropsis sp. memiliki sel yang berbentuk bulat berukuran
2-4 μm, mengandung klorofil sehingga berwarna kehijauan. Nannochloropsis sp.
memiliki kloroplas dan nukleus yang dilapisi membran. Kloroplas tersebut memiliki
stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Ciri khas dari
Nannochloropsis sp. adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen
selulosa (Fitzsimmons, 2001).
Nannochloropsis sp. bersifat kosmopolit dan dapat hidup pada salinitas optimum
sekitar 20-25 ‰. Selain itu fitoplankton ini hidup pada suhu 250 - 300 C tetapi masih
dapat bertahan hidup pada suhu 400C namun pertumbuhannya tidak normal.
Nannochloropsis sp. juga hidup pada pH 8 – 9,5 dan intensitas cahaya 1.000 – 10.000
lux (Balai Budidaya Laut, 2007). Gambar koloni dan morfologi Nannochloropsis sp.
disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Koloni Nannochloropsis sp. (Biondi, 2011)
10
Gambar 2. Morfologi Nannochloropsis sp. (Hoek, 1998)
E. Pertumbuhan dan Perkembangan Nannochloropsis sp.
Pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu,
misalnya satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel dan seterusnya
hingga jutaan jumlahnya. Untuk organisme satu sel seperti Nannochloropsis sp.
pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan jumlah sel (Lakitan, 2007).
Nannochloropsis sp. berkembangbiak secara aseksual yaitu dengan pembelahan
sel atau pemisahan autospora dari sel induknya dan setiap sel yang sudah masak
akan membelah diri dan menghasilkan dua dan empat autospora. Autospora
merupakan spora non flagella yang bentuknya menyerupai sel induknya, tetapi
mempunyai ukuran tubuh yang lebih kecil. Autospora yang telah dihasilkan
11
dibebaskan dari sel induk melalui penghancuran dinding sel dewasa dan
berkembang hingga mencapai ukuran sel induknya (Barsanti dan Gualtieri, 2006).
Penggandaan sel Nannochloropsis sp. terjadi sangat cepat. Hal tersebut
dikarenakan sumber nutrien yang mencukupi (Barsanti dan Gualtieri, 2006).
Menurut Lavens dan Sorgeloos (1996), menyatakan bahwa pertumbuhan
fitoplankton dibagi dalam beberapa fase yaitu sebagai berikut :
1. Fase Lag
Fase lag disebut sebagai fase adaptasi terhadap kondisi lingkungan, karena sel
alga sedang beradaptasi terhadap media tumbuhnya. Pada fase ini ditandai
dengan peningkatan populasi yang tidak nyata dan alga tersebut tetap hidup,
namun tidak berkembang biak.
2. Fase Logaritmik atau Eksponensial
Fase ini ditandai dengan naiknya laju pertumbuhan hingga kepadatan populasi
meningkat beberapa kali lipat. Pada fase ini sel alga sedang aktif berkembang
biak. Ciri metabolisme selama fase eksponensial ini adalah tingginya aktivitas
yang berguna untuk pembentukan protein dan komponen penyusun plasma sel
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan. Pertumbuhn fitoplankton dapat maksimal
tergantung pada spesies alga, intensitas cahaya, dan temperatur.
12
3. Fase Penurunan Laju Pertumbuhan
Fase ini ditandai dengan menurunnya laju pertumbuhan dari yang sebelumnya.
Pertumbuhan sel mulai melambat ketika nutrient, cahaya, pH, CO2 atau faktor
kimia dan fisika lain mulai membatasi pertumbuhan.
4. Fase Stasioner
Fase ini ditandai dengan seimbangnya laju pertumbuhan dengan laju kematian.
Terjadi karena pertambahan populasi seimbang dengan laju kematian sehingga
sepertinya tidak ada lagi adanya pertumbuhan populasi. Jumlah sel cenderung
tetap diakibatkan sel telah mencapai titik jenuh.
5. Fase Kematian
Pada fase ini kepadatan sel menurun dengan cepat karena laju kematian
fitoplankton lebih tinggi daripada laju pertumbuhannya hingga kultur berakhir.
Gambar fase-fase pertumbuhan fitoplankton disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Fase-Fase Pertumbuhan Fitoplankton (Laven and Sorgeloos, 1996)
13
F. Kandungan Lemak Nannochloropsis sp.
Lemak merupakan sumber energi tertinggi dalam makanan ikan. Faktor
pendukung pertumbuhan ikan yang optimal yaitu penambahan lemak ke dalam
pakan. Hal ini dikarenakan lemak memegang peranan penting dalam tubuh ikan
untuk digunakan sebagai sumber energi dan menjaga keseimbangan ikan di dalam
air (Herawati, 2005). Nannochloropsis sp. memiliki kandungan lemak yang cukup
tinggi (31 – 68 %), sedangkan Isochrysis sp. (17,07 %), dan Dunaliella sp. hanya
(6 %) (Erlania, 2009). Kandungan lemak mikroalga tergantung dari jenis
mikroalga, rata-rata pertumbuhan dan kondisi kultur mikroalga (Chisti, 2007).
Nannochloropsis sp. membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis. Kurangnya
cahaya yang dibutuhkan untuk aktifitas fotosintesis akan menyebabkan proses
fotosisntesis tidak berlangsung normal sehingga mengganggu metabolisme
selanjutnya. Dalam proses sintesa bahan organik pada fotosintesis dapat
mempengaruhi periode penyinaran karena hanya dengan energi yang cukup
proses tersebut dapat berjalan dengan lancar. Fotoperiode mempengaruhi
komposisi biokimia yang dikultur selain faktor media kultur, temperatur, ph,
intensitas cahaya, dan stadia waktu panen (Andriyono, 2001).
G. Faktor-Faktor Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Nannochloropsis sp.
Pertumbuhan fitoplankton sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara makro
dan mikro serta kondisi lingkungan di dalam media kulturnya. Faktor-faktor
14
lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton antara lain
sebagai berikut :
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
fitoplankton. Suhu optimal pada mikroalga adalah antara 23 – 250 C,
tergantung pada komposisi medium kultur, spesies, dan tempat budidaya (Sari
dan Manan, 2012). Suhu lebih rendah dari 160 C akan memperlambat
pertumbuhan, sedangkan yang lebih tinggi dari 350 C yang mematikan bagi
sejumlah spesies (Balai Budaya Laut, 2007). Suhu optimum bagi
perkembangan Nannochloropsis sp. adalah 23 - 260 C (Taw, 1990).
2. Cahaya
Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang mampu membentuk senyawa
organik dari senyawa-senyawa anorganik melalui fotosintesis. Dengan
demikian cahaya mutlak diperlukan sebagai sumber energi.
3. Derajat Keasaman (pH)
Kondisi pH mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan kultur
Nannochloropsis sp. yang mampu mengubah keseimbangan karbon anorganik,
ketersediaan nutrisi, dan mempengaruhi fisiologi sel. Nilai pH pada kultur
fitoplankton skala laboratorium dan semi masal berkisar antara 7,7 – 7,8 (Sari
dan Manan, 2012).
15
4. Kandungan CO2 Bebas
Tersedianya CO2 di dalam media kultur merupakan faktor penting untuk
fitoplankton, karena secara langsung dipakai sebagai bahan untuk membentuk
molekul-molekul organik melalui proses fotosintesa. Dalam budidaya
fitoplankton suplai O2 terlarut ke dalam media kultur biasanya dilakukan
dengan pemberian aerasi melalui blower (pompa udara), aerasi juga berfungsi
untuk meratakan sebaran nutrien yang ada (Burkhard dan Riebesell, 1999).
H. Pengaruh Suhu Pengeringan pada Powder Berdasarkan Kandungan Lemak
Lemak merupakan bahan atau sumber pembentuk energi di dalam tubuh. Lemak
di dalam tubuh banyak manfaatannya, salah satunya sebagai penghemat protein,
dalam hal ini jika tersedianya energi dalam tubuh telah tercukupi oleh lemak dan
karbohidrat, maka pemanfaatan protein dapat dikurangi atau tidak diperlukan
untuk penghasil energi (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003).
Prinsip dasar pengeringan adalah memindahkan air yang terkandung di dalam
bahan ke lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengeringan dimulai dengan adanya
hembusan udara panas dan kering terhadap bahan pangan. Kontak antara bahan
dengan udara yang masuk menciptakan suasana yang kondusif untuk terjadinya
penguapan air di permukaan dengan kata lain terjadi perpindahan massa dan
panas yang simultan. Dapat disimpulkan proses perpindahan panas terjadi karena
adanya perbedaan suhu antara bahan dengan udara masuk, sedangkan proses
16
perpindahan massa terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi air antara bahan
pangan dengan udara masuk (Syah, 2012).
Proses pengeringan dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan dengan udara
pengering dan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan.
Faktor pertama adalah suhu, kecepatan volumetric, aliran udara pengering dan
kelembaban udara. Faktor yang kedua yaitu ukuran bahan, kadar air awal dan
tekanan parsial di dalam bahan. Suhu pengeringan akan mempengaruhi
kelembaban udara di dalam alat pengering dan laju pengeringan untuk bahan
tersebut. Kelembapan udara yang tinggi, laju penguapan air bahan akan lebih
lambat dibandingkan dengan pengeringan pada kelembaban yang rendah
(Ratnasari, 2014).
Semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu yang digunakan pada proses
pengeringan akan semakin menyebabkan peningkatan kadar lemak dan
berbanding terbalik dengan nilai kadar air yang semakin menunjukkan penurunan
seiring dengan semakin tinggi suhu dan waktu yang digunakan selama proses
pengeringan. Lamanya waktu dan tinggi suhu yang digunakan pada proses
pengeringan akan menyebabkan kandungan lemak yang ada pada bahan juga
semakin meningkat dan kandungan air yang semakin menurun (Yuniarti, 2007).
Penggunaan suhu pengeringan yang terlalu rendah berakibat pada waktu proses
pengeringan yang lama, sementara jika suhu tinggi tekstur bahan akan menjadi
kurang baik (Resmi, 2014).
17
Pengeringan menggunakan oven, kadar airnya lebih sedikit dibandingkan dengan
pengeringan kering angin dan dibawah sinar matahari. Perbedan kadar air ini
dapat disebakan oleh perbedaan waktu dan proses pengeringan yang dilakukan
(Ruperez, 2002).
Suhu udara pengering mempengaruhi laju penguapan air bahan dan mutu
pengeringan. Semakin besar perbedaan suhu dan tingginya suhu udara, maka laju
pengeringan makin cepat (Desrosier, 1988).
18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2019, bertempat di
Laboratorium Zooplankton Balai besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran dan
Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam kultur Nannochlropsis sp. selama
penelitian
Nama Alat Jumlah/Satuan Kegunaan
Meja kayu 7 buah Tempat untuk meletakkan
akuarium
Akuarium 20 buah volume 100 L Wadah kultur
Nannochloropsis sp.
Bak fiberglass 1 m3 Wadah pengumpulan bibit
Nannochloropsis sp. sebelum
di kultur dalam perlakuan
19
Nama Alat Jumlah/Satuan Kegunaan
Ember plastik 3 buah Wadah untuk memindahkan
bibit Nannochloropsis sp. dan
air laut dari bak pengumpulan ke
20 akuarium
Gayung 1 buah Untuk memindahkan
Nannochloropsis sp. dan air laut
ke dalam akuarium
Kran aerasi, selang aerasi,
dan batu pemberat
20 set Sebagai penambah udara (O2)
dalam kultur Nannochloropsis sp.
dan pemberat agar selang tidak
mengapung di atas permukaan
Penyambung I dan T 20 buah Penyambung antar selang
Paralon 2 buah Sumber aerasi dari aerator dan
sebagai pengaduk pasta
Nannochloropsis sp.
Botol semprot 2 buah Wadah alkohol 70%
Corong 2 buah Perantara dalam pemindahan
sampel ke wadah yang lebih kecil
ukurannya agar tidak tumpah
Kertas saring 2 gulung Menyaring bibit Nannochloropsis
sp.
Plankton net 20 μm Menyaring bibit Nannochloropsis
sp. ke dalam akuarium
Filter bag 1 buah Menyaring air laut sebagai media
kultur
Selang plastik 3 inchi 1 gulung Penyalur air laut ke bak kultur
Panci 2 buah Wadah untuk merebus peralatan
aerasi
Kompor 1 buah Alat sterilisasi basah
Gas elpiji 1 tabung Suplai energi panas untuk sterilisasi
Aluminium Foil 1 gulung Wadah sebagai bahan dan penutup
media
Tisu 2 bungkus Pembersih alat
Erlenmeyer 2000 ml Wadah bibit Nannochloropsis sp.
Beaker glass 1000 ml Melarutkan bahan uji
Gelas ukur 1000 ml Mengukur volume pupuk uji
Pengaduk 1 buah Menghomogenkan bahan uji
20
Nama Alat Jumlah/Satuan Kegunaan
Pipet tetes 1 ml Mengambil sampel/bahan uji
dalam skala kecil
Timbangan digital 0,00 g Menimbang bahan uji
Sendok plastik 2 buah Mengambil bahan uji
Mortar-alu 1 buah Untuk menghaluskan pupuk
TSP
Haemocytometer 104 sel/ml Alat penghitung kepadatan
Nannochloropsis sp.
Hand counter 1 buah Alat bantu dalam menghitung
jumlah kepadatan
Nannochloropsis sp.
Object glass 1 buah Menempatkan sampel yang
ingin diamati
Cover glass 1 buah Menutup sampel yang akan
diamati
Saringan 20 buah Menyaring endapan pasta
Kain satin 2 buah Menyaring endapan pasta dari
Air
Tali rafia 1 gulung Pengikat terpal agar tidak
Terbuka
Terpal 1 lembar Penutup akuarium saat
pengendapan pasta
Nannochloropsis sp.
Lemari pendingin 1 buah Menyimpan pasta
Nannochloropsis sp.
Alat tulis 1 buah Mengamati sampel untuk
menghitung kepadatan
Nannochloropsis sp.
Label 1 pak Penanda sampel
Mikroskop 1 unit Mengamati kepadatan
Nannochloropsis sp.
Oven dan Freeze Dryer 1 buah Mengeringkan pasta
Nannochloropsis sp. untuk
dijadikan powder
21
2. Bahan
Bahan yang digunakan selama penelitian, disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan Yang Digunakan Dalam Kultur Nannochloropsis sp. Selama
Penelitian
Nama Bahan Kegunaan
Nannochloropsis sp. LMC (Lampung
Mangrove Center)
Bibit kultur pengujian pada skala
intermediet sebagai bahan uji penelitian
Urea Sumber nutrisi kultur Nannochloropsis
sp.
ZA Sumber nutrisi kultur Nannochloropsis
sp.
TSP Sumber nutrisi kultur Nannochloropsis
sp.
NaOH Bahan koagulan / pengental dalam
pembuatan pasta Nannochloropsis sp.
Alkohol 70% Cairan antiseptik untuk sterilisasi
Akuades Pelarut bahan uji
Kaporit Desinfektan dalam sterilisasi alat dan
media kultur
Air laut steril Media kultur pertumbuhan Sumber
nutrisi kultur Nannochloropsis sp.
Air tawar Pembilas peralatan kultur
Iodin Desinfektan media kultur
C. Rancangan Percobaan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan suhu pengeringan pasta yang berbeda yaitu -500C, 200C, 300C,
500C dan 700C. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali,
sehingga didapatkan 20 satuan percobaan.
22
D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dijelaskan dalam bagan alir di sajikan dalam Gambar 4. :
Gambar 4. Prosedur Kerja
1. Sterilisasi alat dan media kultur
Sterilisasi peralatan dan media kultur dilakukan dengan tahapan sebagai berikut,
menurut (Rusyani, 2012) :
a. Semua peralatan kultur direndam dengan cairan kaporit 100 ppm selama 24
jam.
b. Semua peralatan dicuci dengan sabun cair dan dibilas dengan air tawar
sampai bersih.
c. Semua peralatan disemprot dengan alkohol 70% dan ditiriskan di rak alat
d. Peralatan aerasi (selang aerasi, kran aerasi, batu pemberat, dan penyambung
I dan T) direbus dengan air tawar sampai mendidih.
e. Cover glass, object glass, dan Haemocytometer disemprot alkohol 70% dan
dilap dengan tisu hingga bersih.
Sterilisasi Alat dan
Media Kultur
Pembuatan
Larutan Pupuk
Perbanyakan Bibit Awal
Nannochloropsis sp.
Pembuatan Pasta Pembuatan
Powder
23
Sterilisasi media kultur dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Air media didapatkan dari dasar laut yang berpasir dan d itampung pada tendon
air.
c. Air yang berasal dari tandon disalurkan melalui pipa ke bagian penyaringan
pertama (sand filter).
d. Air laut dilakukan penyaringan dengan tiga tahapan, yaitu cartridge filter
ukuran 10 μm, cartridge filter 5 μm, dan karbon aktif.
e. Hasil dari penyaringan air laut disterilkan menggunakan kaporit 30 ppm dan
dibantu dengan aerasi untuk penetralannya.
f. Kadar salinitas air yang telah steril diukur dengan refractometer dan kandungan
kaporit dalam air menggunakan chlorin test.
g. Air laut steril ditampung dalam bak 100 m3 dan siap untuk digunakan.
2. Pembuatan Larutan Pupuk
Pupuk yang digunakan terbuat dari pupuk pertanian, yaitu Urea (40 ppm), ZA (20
ppm), dan TSP (5 ppm). Adapun tahapan yang dilakukan dalam pembuatan pupuk
pertanian, sebagai berikut :
a. Akuabides disiapkan sebanyak 800 ml ke dalam beaker glass.
b. Bahan-bahan pupuk pertanian ditimbang sesuai komposisi, disajikan pada Tabel
3.
24
Tabel 3. Komposisi Pupuk Pertanian
Bahan Dosis (ppm)
Urea 40
ZA 20
TSP 5
c. Bahan TSP dihaluskan terlebih dahulu menggunakan mortal-alu sebelum
ditimbang, agar saat dihomogenkan terlarut sempurna.
d. Bahan-bahan yang telah ditimbang dilarutkan ke dalam 800 ml akuabides
e. Akuabides ditambahkan hingga larutan menjadi 1000 ml lalu diaduk dengan
pengaduk hingga homogen.
3. Perbanyakan Bibit Awal Nannochloropsis sp.
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari isolat Lampung Mangrove
Center (LMC) yang telah dikultur di Laboratorium Zooplankton Divisi Pakan
Alami di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Adapun
tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan bibit Nannochloropsis sp. adalah
sebagai berikut :
a. Bibit Nannochloropsis sp. isolat LMC dikultur terlebih dahulu dalam skala
laboratorium menggunakan erlenmeyer hingga siap panen.
b. Bibit Nannochloropsis sp. isolat LMC dipindahkan dari laboratorium ke skala
intermediet (akuarium 100 L) dalam 20 akuarium.
c. Kultur Nannochloropsis sp. dilakukan secara berulang hingga menjadi 20
akuarium dengan volume 80 L.
25
d. Air laut steril disiapkan sebagai air media kultur yang disaring menggunakan
filter bag ke dalam bak kultur berukuran 10 m3, kemudian air laut tersebut
diberi iodin sebagai desinfektan dan didiamkan hingga bau iodin hilang.
e. Bibit Nannochloropsis sp. LMC diisi setiap akuarium dengan kepadatan 500 x
104 sel/ml sebanyak 17,7 L, kemudian masukkan air laut steril sebanyak 62,3 L.
Proses yang sama ini dilakukan ke dalam 20 akuarium.Volume ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus pengenceran yaitu :
Keterangan :
V1 : Volume awal bibit Nannochloropsis sp. (L)
V2 : Volume media kultur Nannochloropsis sp. yang dikehendaki (L)
N1 : Jumlah kepadatan awal bibit Nannochloropsis sp. (sel/ml)
N2 : Jumlah kepadatan awal bibit Nannochloropsis sp. yang dikehendaki
(sel/ml)
f. Larutan pupuk pertanian Urea (40 ppm), ZA (20 ppm), TSP (5 ppm) yang telah
dibuat sebelumnya dimasukkan ke dalam masing-masing 20 akuarium dengan
50 ml.
g. Laju pertumbuhan Nannochloropsis sp. LMC dilakukan pengamatan selama
pengujian dengan menghitung kepadatannya setiap hari selama 7 hari kultur.
h. Uji kualitas air dilakukan pada awal dan akhir perlakuan.
4. Pembuatan Pasta
Pasta Nannochloropsis sp. LMC dalam pembuatannya dilakukan saat kultur
mencapai puncak populasi. Pembuatan pasta dilakukan dengan dosis NaOH 175
ppm. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
V1 x N1 = V2 x N2
26
a. Kristal NaOH ditimbang dengan dosis 175 ppm secara hati-hati.
b. NaOH dimasukkan ke dalam botol sampel dan dilarutkan dengan air tawar.
c. NaOH dituangkan ke dalam kultur Nannochloropsis sp. LMC dan dilakukan
pada 20 akuarium.
d. Larutan NaOH dilakukan pengadukan selama proses penuangan menggunakan
paralon.
e. Akuarium kultur Nannochloropsis sp. LMC yang telah diberi NaOH di diamkan
untuk proses pengendapan pasta Nannochloropsis sp.
f. Akuarium ditutup dengan terpal agar tidak terkena paparan sinar matahari
selama 24 jam.
g. Nannochloropsis sp. LMC dipanen yang telah mengendap.
h. Endapan Nannochloropsis sp. dipindahkan semua ke wadah saringan dan kain
satin untuk penyaringan air selama 24 jam.
i. Pasta Nannochloropsis sp. dimasukkan ke dalam plastik klip.
j. Pasta disimpan di lemari pendingin agar kualitas pasta tetap terjaga
5. Pembuatan Powder
Pembuatan powder dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pasta Nannochloropsis sp. dikeringkan menggunakan oven pada variasi suhu
(200C, 300C, 500C, dan 700C) sedangkan suhu -500C dikeringkan pada alat
freeze dryer hingga pasta mengering.
b. Pasta Nannochloropsis sp. yang sudah kering dihaluskan secara manual dengan
ditumbuk di mortar dan alu.
27
c. Powder dipindahkan Nannochloropsis sp. ke wadah yang kering.
d. Uji proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan lemak pada powder
Nannochloropsis sp.
6. Pengamatan
a. Pengamatan Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui kepadatan puncak
populasi Nannochloropsis sp. LMC sehingga dapat mengamati laju
pertumbuhannya selama dilakukannya penelitian. Dalam menghitung kepadatan
sel, sampel kultur Nannochloropsis sp. LMC diambil dengan pipet tetes yang
dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian dibawa ke dalam laboratorium
untuk dihitung dengan Haemocytometer model Neubreur. Diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 10 x 10 kali dan dibantu dengan hand counter
untuk meghitung kepadatan populasi Nannochloropsis sp. Penghitungan
kepadatan dilakukan setiap hari, dimulai dari hari pertama penelitian hingga
hari terakhir penelitian. Menurut Mudjiman (2007), rumus kepadatan populasi
sel adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Jumlah sel/ml : Kepadatan populasi sel dalam 1 ml
N : Jumlah sel dalam seluruh kotak hitung
104 : Volume Haemocytometer
Jumlah sel / ml = N x 104
28
Jumlah kepadatan populasi Nannochloropsis sp. yang telah diperoleh selama kultur,
dapat dihitung laju pertumbuhan spesifiknya. Laju pertumbuhan spesifik ini dihitung
berdasarkan titik tertinggi jumlah populasi. Rumus yang digunakan
untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik menurut Fogg dkk. (1987), yaitu
sebagai berikut :
Keterangan :
k : Laju pertumbuhan spesifik (sel/ml/hari)
Wt : Jumlah sel akhir (sel/ml)
Wo : Jumlah sel awal (sel/ml)
T : Waktu (hari) dari Wo ke Wt
Berdasarkan hasil data pertumbuhan Nannochloropsis sp. dapat dianalisis dengan
kurva pertumbuhan yang didapatkan per satuan waktu. Rumus waktu generasi adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
G : Waktu generasi (jam/sel/ml)
Wt : Jumlah sel akhir (sel/ml)
Wo : Jumlah sel awal (sel/ml)
T : Waktu (jam) dari Wo ke Wt
3,3 : Konstanta
b. Berat Pasta
Berat pasta ditimbang pada masing-masing akuarium sebelum dikeringkan di oven
dan freeze dryer untuk dijadikan powder. Penimbangan berat pasta dilakukan di
Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.
K = 𝑙𝑛𝑊𝑡−𝑙𝑛𝑊𝑜
𝑇
G = 𝑇
3,3 (log 𝑊𝑡−log 𝑊𝑜)
29
c. Berat Powder
Pasta Nannochloropsis sp. ditimbang sebanyak 150 g untuk dijadikan powder pada
suhu pengeringan yang berbeda (-500C, 200C, 300C, 500C, dan 700C).
Penimbangan tersebut dilakukan di Lab Botani, Jurusan Biologi Universitas
Lampung.
d. Analisis Kandungan Powder Nannochloropsis sp.
Pengamatan kandungan powder dilakukan dengan analisis proksimat serta
menggunakan spesifikasi metode Manual Gerhard. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui persentase kandungan lemak pada powder Nannochloropsis sp. LMC.
Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Analisis proksimat sendiri merupakan suatu
metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau
pangan.
e. Kualitas Air
Selama penelitian berlangsung dilakukan uji kualitas air. Diambil sebanyak tiga
sampel perlakuan secara acak. Uji kualitas air ini dilakukan di dalam Laboratorium
Kualitas Air Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada awal
dan akhir perlakuan penelitian. Parameter yang diuji antara lain sebagai berikut :
1. Derajat Keasaman (pH)
Alat yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman adalah pH meter, yaitu
dengan cara membilas bagian ujung elektroda menggunakan akuades dan
30
memasukkan ke dalam larutan penyangga untuk kalibrasi. Kemudian mengatur
control pada pH meter sampai terbaca larutan penyangga pH dan membilas
kembali ujung elektroda dengan akuades. Selanjutnya dimasukkan ke dalam air
sampel, tunggu sampai beberapa saat hingga nilai menunjukkan angka konstan
(Hutagalung, 1997).
2. Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan menggunakan refractometer, yaitu dengan cara
dikalibrasi terlebih dahulu refractometer dengan aquadest sampai nilai
menunjukkan skala 0. Selanjutnya sampel air kultur di teteskan pada prisma
refractometer dengan pipet tetes, lalu melakukan pembacaan nilai salinitas di
skala refractometer.
3. Dissolved Oxygen (DO)
Alat yang digunakan untuk mengukur DO adalah DO meter, yaitu dengan cara
memasukkan bagian elemen DO meter ke dalam air sampel, kemudian tunggu
beberapa saat sampai nilai menunjukkan angka yang konstan.
4. Amoniak
Pengukuran amoniak dilakukan menggunakan alat spectrophotometer, yaitu
dengan cara memasukkan sampel air ke dalam Erlenmeyer 100 ml kemudian
disaring dengan whatman paper 0,45 μm sebanyak 25 ml. Kemudian
ditambahkan 1 ml larutan fenol. 1 ml larutan natrium nitroprusid, dan 2,5 ml
larutan oksidator, lalu di homogenkan dan diamkan selama 10 menit untuk
membentuk reaksi kompleks. Masukkan sampel tersebut ke dalam
31
spectrophotometer dengan panjang gelombang 640 nm dan catat hasil
pengukuran yang tertera pada alat tersebut.
5. Nitrit
Alat yang digunakan untuk pengukuran nitrit adalah spectrophotometer.
Disaring terlebih dahulu sampel yang akan diukur dengan kertas saring
berdiameter pori 45 μm ke dalam erlenmeyer 100 ml ukur dengan 50 ml.
Tambahkan 2 ml larutan pewarna, homogenkan, dan diamkan selama 10 menit
untuk membentuk reaksi kompleks. Sampel selanjutnya dimasukkan ke dalam
spectrophotometer dengan panjang gelombang 543 nm dan catat hasil
pengukuran yang tertera pada alat tersebut.
7. Analisis Data
Data yang diperoleh dapat disajikan dalam bentuk grafik dan dijelaskan secara
deskriptif yaitu data kepadatan populasi, laju pertumbuhan, waktu generasi, berat
pasta Nannochloropsis sp. dan data analisis kualitas air. Sedangkan berat powder
Nannochloropsis sp. dan kandungan lemak dianalisis menggunakan analisis sidik
ragam (ANOVA), bila terdapat hasil berbeda nyata maka dapat dilanjutkan dengan
uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf α = 0,05.
48
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persentase
kandungan lemak dari powder Nannochloropsis sp. tertinggi yaitu pada perlakuan
suhu 500C sebesar 2,90 %, dimana suhu 500C berbeda nyata dengan kandungan
lemak pada suhu 300C dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya, dan suhu
500C memiliki kandungan lemak yang optimal untuk powder Nannochloropsis sp.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk menggunakan
suhu 500C dalam pembuatan powder Nannochloropsis sp. agar kandungan lemak
dalam powder optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adehoog and Kevin Fits Simon. 2001. Marine Ecologycal Proceses. Great Britain.
London.
Agustini, S. N. W. 2008. Pengaruh konsentrasi nitrat sebagai sumber nitrogen dalam
media kultur terhadap pembentukan asam arakidonat pada mikroalga
Porphyridium cruentum. LIPI. Jakarta. Hal 1-8.
Andriyono, S. 2001. Pengaruh Periode Penyinaran Terhadap Pertumbuhan Isochrysis
galbana Klon Tahiti. (Skripsi). IPB. Bogor. Hal 14 – 22.
Arisandi, P. 2002. Mangrove Hilang Pencemaran Pantaipun Datang.
www.ekoton.or.id , diakses pada 7 Oktober 2019.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut. 2007. Budidaya Phytoplankton dan
Zooplankton Balai Budidaya Laut Lampung. Dirjen Perikanan Departemen 57
Kelautan dan Perikanan Proyek Pengembangan Teknologi (BBPBL). Lampung.
Barsanti, L. dan Gualtieri, P. 2006. Algae : Anatomy, Biochemistry and
Biotechnology. CRC Press. United States of America. 301 hal.
Bellou, S. and G. Aggelis. 2013. Biochemical activities in Chlorella sp. and
Nannochloropsis salina during lipid and sugar synthesis in a lab-scale open
pond simulating reactor. J. Biotechnol. 1:1-12.
Biondi, N. and M. Tredici. 2011. Algae and Aquatic Biomass for a Sustainable
Production of 2nd Generation Biofuels. UNIFI. Page 148-150.
Brotonegoro, S. dan S. Abdulkadir. 1976. Penelitian Pendahuluan tentang Kecepatan
Gugur Daun dan Penguraiannya dalam Hutan Bakau P. Rambut. Prosiding
Seminar Ekosistem Mangrove 27 Februari-1 Maret 1976. hlm. 81-85.
Brown, M.R, S.W Jeffery, J.K. Volkman and G.A. Dunstan. 1997. Nutritional
Properties of Microalgae for Mari - culture. Aquaculture. 151. P 315 – 331.
50
Brooker, D.B., F.W.B. Arkema, dan C.W. Hall. 1974. Drying Cereal Grains.
TheAVI Publishing Com-pany. Inc., Westport, Connecticut. 600 p.
Burkhard, S.J. Zondervan and U. Riebesell, 1999. Effect Of CO2 Concentration On
C:N:P Ratio In Marine Phytoplankton : A Species Comparison. Limnol And
Ocean. 44 (3) : 683 – 690.
Chisti, Y. 2007. Biodiesel from Microalgae. Biotechnology Advances, 25 : 294 – 306.
Creswell, J. W. 2010. Phytoplankton Culture for Aquaculture Feed. Southern
Regional Aquaculture Center University of Florida Sea Grant. No. 5004.
De Pauw, N. 1982. Use and Production of Microalgae As Food for Nursery Bivalves.
Laboratory of Marin e Culture State University of Ghent, Belgium.
Desrosier, N. W., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Muljohardjo.
UI - Press, Jakarta.
Erlania. 2009. Prospek Pemanfaatan Mikroalga Sebagai Sumber Pangan Alternatif
Dan Bahan Fortifikasi Pangan. Media Akuakultur. Vol.4 No.1 : 59 – 66.
Fitzsimmons, K. 2000. Algae.
http://www.ag.arizona.edu/azaqua/algaeclass/lecturenotes/classone.htm.
Diakses pada 19 Oktober 2019.
Fogg, G. E., dkk. 1987. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology. The Univercity
of Wiconsin Press. Medison.
Fulks, W and K.L. Main. 1991. The design operations of commercial – Scale Live
Feeds Production System. Rotifers and Mikroalgae Cultur System. Proceeding
of a U.S. – Asia Workshop. Edited by Wendy Fluks and Kevan L. Main. The
Ocean Institute Hawaii.
Gao, K., dan H. Hu. 2006. Response of Growth and Fatty Acid Compositions of
Nannochloropsis sp. to Environmental Factors Under Elevated CO2
Concentration. Biotechnol Lett. 28 : 987-992.
Garofalo, R. 2009. Alga and Aquatic Sustainable Production of 2nd Generation
Biofuels. Aquafuels. 109 pp.
Hamazaro, 2009. Penggunaan NaOH dalam Pembentukan Gel Rumput Laut. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara Medan.
51
Herawati, V. W. 2005. Bahan Ajar Manajemen Pemberian Pakan Ikan. Universitas
Diponegoro. Semarang. Hal. 6.
Hoek, C. V. D., Mann, D. G. dan Jahns, H. M. 1998. Algae: An introduction to
phycology. Cambridge University Press. UK.
Howes, J., D. Bakewell, & Y.R. Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai, Bogor :
Wetlands International-Indonesia Programme.
Hutagalung, H. P., Setiapermana, D. dan Riyono, H. 1997. Metode Analisis Air Laut,
Sedimen dan Biota. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Kartasapoetra, G. dan Marsetyo. 2003. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta.
Kusmana, C., S. Wilarso, I. Hilwan, P. Pamoengkas, C. Wibowo, T Tiryana, A.
Triswanto, Yunasfi, & Hamzah. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Bogor:
Fakultas Kehutanan IPB.
Lakitan, B. 2007. Dasar - Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Lavens dan Sorgeloos , P. dan Sorgeloos, P. 1996. Manual on The Production and
Use ofLive Food for Aquaclyure. FAO Fisheries Technical Paper. Rome.
Maladi, Irham, dkk. 2013. Analisa Uji Fisik, Ammonia (NH3), Nitrit (NO2),
Penentuan Kadar Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Klorin (Cl) dalam Sampel Air
Minum Nestle dan Cleo. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Meadows, P. S.and J. L. Campbell. 1988. An Introduction to Marine Science. John
Wiley and Sons. New York.
Mudjiman, A. 2007. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Muhaemin, M. 2011. Dynamic Response of Ultra Violet Absorbing in Dunaliella sp.
Maspari Journal : Marine Science Research. Vol 3(2) : 20-23.
Mukhlis, A., Z. Abidin, I. Rahman. 2017. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Amonium
Sulfat Terhadap Pertumbuhan Populasi Sel Nannochloropsis sp. Jurnal
Biowallacea, 3 (3), 149- 155.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Jakarta.
52
Paes, C. R., Faria, G. R., Tinoco, N. A., Castro, D. J., Barbarino, E., & Lourenço, S.
O. 2016. Growth Nutrient Uptake and Chemical Composition of Chlorella sp.
and Nannochloropsis oculata Under Nitrogen Starvation. Latin American
Journal of Aquatic Research, 44 (2), 275-292.
Praktikto, W. 2002. Perencanaan perlindungan pantai alami untuk mengurangi
resiko terhadap bahaya tsunami. Makalah disampaikan dalam lokakarya
nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Jakarta, 6-7 Agustus 2002.
Kementerian Perikanan Republik Indonesia.
Ratnasari, Y. N. 2014. Pengaruh Suhu Dan Lama Perendaman Terhadap Laju
Pengeringan Kacang Hijau Pada Kinerja Alat Rotari Dryer. Doctoral
Dissertation, Undip.
Resmawati, M.B., Masithah, E.D., dan Sulmartiwi, L. 2012. Pengaruh Pemberian
Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru (Sardinella sp.) terhadap Kepadatan Populasi
Spirulina platensis. Journal of Marine and Coastal Science, 1 (1) : 22-33.
Resmi. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Karakteristik Jamur
Tiram Putih Kering. (Skripsi). Universitas Pasundan.
Ruperez, P. 2002. Mineral Content of Edible Marine Seaweeds. Food Chemistry.79 :
23 – 26.
Rusyani, E. 2012. Molase sebagai Sumber Mikro Nutrien pada Budidaya
Phytoplankton Nannochloropsis sp., Salah Satu Alternatif Pemanfaatan Hasil
Samping Pabrik Gula. Thesis Pascasarjana Universitas Lampung. Lampung.
Rusyani, E. 2014. Produksi Fitoplankton Pasta (Nannochloropsis sp.) Sebagai
Penyedia Konsentrat Fitoplankton Untuk Produksi Rotifer Kepadatan Tinggi
Dalam Mendukung Kesetimbangan Produksi Benih. Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut. Lampung
Sari, I.P., dan Manan, A. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada
Kultur Skala Laboratorium, Intermediet dan Masal. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 4(2): 123 – 127.
Sasmita, P. G, Wenten LG. 2004. Pengembangan Teknologi Ultrafiltrasi untuk
Pemekatan Mikroalga. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia.
ITB. Bandung. Hal 1-5.
Suantika, G. 2009. Efektivitas Teknik Kultur Menggunakan Sistem Kultur Statis,
Semi-Kontinyu dan Kontinyu terhadap Produktivitas dan Kualitas Kultur
Spirulina sp. J. Matematika dan Sains. 14 (2) :1-9.
53
Susana, T. 2004. Sumber Polutan Nitrogen dalam Air Laut. Oseana. 29 (3): 25-33.
Susilaningsih, D., A.C.Djohan, D.N.Widyaningrum, dan K.Anam. 2009. Biodiesel
from Indigeneous Indonesian Marine Microalgae, Nannochloropsis sp. Journal
of Biotechnology Research of Tropical Region. 2:1-4.
Syah, D. 2012. Pengantar Teknologi Pangan. PT Penerbit IPB Press. Bogor.
Sylvester, B. D., D. Nelvy, dan Sudjiharno. 2002. Persyaratan Budidaya
Fitoplankton dalam Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya
Laut, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Kelautan dan Perikanan. Bandar
Lampung. Hal 34 –57.
Suantika, G. 2009. Efektivitas Teknik Kultur Menggunakan Sistem Kultur Statis,
Semi-Kontinyu dan Kontinyu terhadap Produktivitas dan Kualitas Kultur
Spirulina sp. J. Matematika dan Sains. 14 (2) :1-9.
Taufiq, M. 2004. Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Pengeringan Jagung pada
Pengering Konvensional dan Fluidized Bed. Doctoral Dissertation.
Taw, N. 1990. Petunjuk Kultur Murni dan Massal Mikroalga. Proyek Pengembangan
Udang. United Nation Development Progamme. Food and Agriculture
Organization of the United Station.
Wahyuni, K. A., Anindiastuti, L. M., Sapta dan Agus, H. 2001. Teknik Penyimpanan
dan Kegunaan Nata de Nanno. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Laut.
Lampung.
Wijayanti, Steviolita. 2019. Kualitas Pasta Nannochloropsis sp. Isolat Lampung
Mangrove Center (LMC) Berdasarkan Uji Kandungan Lemak. (Skripsi).
Universitas Lampung.
Yuniarti, N., D. Syamssuwida dan A. Aminah. 2007. Pengaruh penurunan kadar air
terhadap perubahan fisiologi dan kandungan biokimia benih eboni (Diospyros
celebica Bahk.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman edisi agustus Vol. 5 No. 3
Hal. 191 – 198. Balai Pembenihan. Teknologi Pembenihan Bogor. Bogor.
Zuhra, S. dan C. Erlina. 2012. Pengaruh Kondisi Operasi Alat Pengering Semprot
terhadap Kualitas Susu Bubuk Jagung. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan.
Vol 9. No. 1 Hal. 36 – 44. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Syiah Kuala.