budi

389

Click here to load reader

Upload: zahid-abdush-shomad

Post on 31-Dec-2015

185 views

Category:

Documents


82 download

DESCRIPTION

proposal

TRANSCRIPT

Page 1: BUDI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TTW(Think-Talk-Write) DENGAN PENDEKATAN

REALISTIK PADA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

SMP NEGERI 1 PENAWANGAN

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Budi Raharjo

4101408184

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

i

Page 2: BUDI

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TTW(Think-Talk-Write) dengan Pendekatan Realistik Pada

Materi Segiempat Kelas VII SMP Negeri 1 Penawangan

Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian Skripsi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam pada

hari : Jumat

tanggal : 3 Agustus 2012

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Wiyanto,M.Si Drs.Arief Agoestanto, M.Si

NIP. 196310121988031001 NIP. 196807221993031005

Ketua Penguji,

Drs. Suhito,M.Pd

NIP. 195311031976121001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

Dr. Masrukan, M.Si Ardhi Prabowo, S.Pd., M. Pd.

NIP. 196604191991021001 NIP. 198202252005011001

ii

Page 3: BUDI

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya, Budi Raharjo menyatakan bahwa Skripsi berjudul “

Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TTW dengan Pendekatan Realistik pada Materi Segiempat Kelas VII SMP N 1

Penawangan” ini adalah benar-benar karya asli saya sendiri, disusun dari suatu

penelitian, dan bebas dari unsur-unsur plagiat yang tidak dibenarkan dalam kegiatan

karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata bahwa dalam karya saya tersebut ditemukan

hal-hal yang dapat dijadikan fakta atau bukti adanya unsur-unsur plagiat serta unsur-

unsur lain yang tidak dibenarkan menurut aturan dalam penulisan karya ilmiah, maka

saya siap menerima segala sanksi yang berlaku atau yang telah ditetapkan untuk itu.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran dan kejujuran.

Semarang, Agustus 2012

Penulis

Budi RaharjoNIM. 4101408184

iii

Page 4: BUDI

ABSTRAKRaharjo, Budi. 2012. Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write(TTW) dengan Pendekatan Realistik Pada Materi Segiempat Kelas VII SMP Negeri 1 Penawangan. Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Dr. Masrukan, M.Si. Ardhi Prabowo, S.Pd, M.Pd

Kata Kunci: Kemampuan penalaran, model pembelajaran kooperatif, Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write(TTW), pendekatan realistik matematik.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik mencapai ketuntasan, (2) perbedaan rata-rata kemampuan penalaran model pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik dengan model pembelajaran TTW dan ekspositori, (3) model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik lebih baik dari pada model pembelajaran kooperatif tipe TTW, (4) model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dari pada model pembelajaran ekspositori, dan (5) peningkatan kemampuan penalaran siswa sebelum dan sesudah diberi model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII semester II SMP Negeri 1 Penawangan tahun pelajaran 2011/2012. Dengan menggunakan teknik clusster random sampling diperoleh tiga kelas sampel, yaitu kelas VIIA sebagai kelas eksperimen 1, kelas VIIB sebagai kelas eksperimen 2, dan kelas VIID sebagai kelas kontrol. Berdasarkan uji normalitas diperoleh data berdistribusi normal, dari uji homogenitas diperoleh bahwa sampel mempunyai varians yang sama.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik telah mencapai ketuntasan, (2) terdapat perbedaan rata-rata antara model model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik dengan model TTW dan ekspositori, (3) model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik lebih baik dari model pembelajaran TTW , (4) model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dari model pembelajaran ekspositori, dan (5) model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Saran dari hasil penelitian ini adalah untuk lebih dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menuliskan hasil diskusi dan bekerja sama dalam diskusi kelompok dalam menyelesaikan masalah.

iv

Page 5: BUDI

MOTTO DAN PERSEMBAHANMOTTO

1. Orang yang bahagia bukanlah orang yang berlimpah harta

maupun berpangkat tinggi melainkan orang yang mampu

dan selalu mensyukuri nikmat-Nya sekecil apapun.

2. Dengan ilmu hidup itu menjadi mudah, dengan dzikir hidup

itu menjadi indah, dengan agama hidup itu menjadi terarah,

dengan tali silaturahmi hidup itu menjadi bermakna.

3. Sebaik-baik manusia diantaramu adalah orang yang paling

banyak manfaatnya bagi orang lain.

(H.R. Bukhari dan Muslim)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan buat:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendo’akan dan memberi

motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Adikku tersayang.

3. Saudaraku yang ada di Purwodadi, Kebumen dan Kalimantan.

4. Teman-teman Pendidikan Matematika 2008.

5. Teman-teman kos.

6. Teman-teman PPL SMK N 9 Semarang dan teman-teman KKN

di Desa Cepoko, Gunungpati.

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur, penulis panjatkan kehadiran Allah SWT.

Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ”Peningkatan Kemampuan Penalaran

v

Page 6: BUDI

Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan Pendekatan

Realistik pada Materi Segiempat Kelas VII SMP Negeri 1 Penawangan”.

Terselesainya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik

materiil maupun spirituil. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

perkenankanlah penulis menyampaikan ungkapan terima kasih secara

mendalam kepada :

1. Bapak Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M. Si., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Bapak Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

3. Bapak Drs. Arief Agoestanto, M.Si., Ketua Jurusan Matematika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Dr. Masrukan, M. Si., Pembimbing utama yang telah

menyumbangkan pikiran-pikiran dan masukan-masukannya hingga akhir

pembuatan skripsi ini.

5. Bapak Ardhi Prabowo, S.Pd., M.Pd., Pembimbing pendamping yang telah

menyumbangkan pikiran-pikiran dan masukan-masukannya hingga akhir

pembuatan skripsi ini.

6. Bapak Sunardi, S.Pd.,M.Pd Kepala SMP Negeri 1 Penawangan.

7. Bapak Haryono, S.Pd.,M.Pd. Guru mata pelajaran matematika SMP

Negeri 1 Penawangan, yang telah membantu dalam pelaksanaan

penelitian.

vi

Page 7: BUDI

8. Bapak, Ibu, kakak-kakak dan adikku yang telah memberikan motivasi dan

semangat dalam pembuatan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini,

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun, demi lebih baiknya skripsi ini sangat penulis harapkan. Dan

semoga penulisan yang masih kurang sempurna ini dapat diambil manfaat

bagi yang membutuhkan.

Semarang, Juli 2012

Penulis

vii

Page 8: BUDI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………… iii

ABSTRAK........................................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1...............................................................................................................Latar

Belakang ............................................................................................. 1

1.2...............................................................................................................Rumusa

n Masalah.............................................................................................. 6

1.3...............................................................................................................Tujuan

Penelitian.............................................................................................. 7

1.4...............................................................................................................Manfaat

Penelitian.............................................................................................. 7

1.5...............................................................................................................Batasan

Istilah.................................................................................................... 8

viii

Page 9: BUDI

1.6...............................................................................................................Sistemati

ka Penulisan.......................................................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS............................................ 13

2.1...............................................................................................................Teori

Belajar................................................................................................... 13

2.2...............................................................................................................Model

Pembelajaran Kooperatif...................................................................... 18

2.3...............................................................................................................Model

Kooperatif Tipe TTW........................................................................... 20

2.4...............................................................................................................Pendekat

an Realistik Matematik ........................................................................ 22

2.5...............................................................................................................Pembelaj

aran Matemtika Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan

Pendekatan Realistik............................................................................. 28

2.6...............................................................................................................Kemamp

uan Penalaran Matematik..................................................................... 30

2.7...............................................................................................................Materi

PembelajaranSegiempat …………………………………… 33

2.8...............................................................................................................Kerangk

a Berpikir.............................................................................................. 42

2.9...............................................................................................................Hipotesi

s............................................................................................................. 45

ix

Page 10: BUDI

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 46

3.1...............................................................................................................Jenis

Penelitian.............................................................................................. 46

3.2...............................................................................................................Populasi

dan Sampel............................................................................................ 47

3.3...............................................................................................................Variabel

Penelitian.............................................................................................. 48

3.4...............................................................................................................Desain

Penelitian.............................................................................................. 48

3.5...............................................................................................................Teknik

Pengumpulan Data................................................................................ 49

3.6...............................................................................................................Prosedur

Pengumpulan Data................................................................................ 49

3.7...............................................................................................................Analisis

Instrumen Penelitian............................................................................. 50

3.8...............................................................................................................Analisis

Data Awal............................................................................................. 55

3.9...............................................................................................................Analisis

Data Akhir............................................................................................ 59

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................. 63

4.1 Hasil Penelitian..................................................................................... 63

4.2 Pembahasan.......................................................................................... 77

x

Page 11: BUDI

BAB V PENUTUP........................................................................................... 101

4.1...............................................................................................................Simpula

n............................................................................................................ 101

4.2...............................................................................................................Saran

101

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 107

xi

Page 12: BUDI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba............................................................ 109

2. Soal Tes Uji Coba............................................................................ 111

3. Pembahasan Soal Tes Uji Coba....................................................... 113

4. Daftar Skor Uji Coba....................................................................... 118

5. Perhitungan Validitas Butir Soal...................................................... 119

6. Perhitungan Reliabilitas Soal........................................................... 121

7. Perhitungan Taraf Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal................ 122

8. Ringkasan Hasil Analisis Soal Uji Coba…………………………. 123

9. Daftar Nilai Pretes Siswa................................................................. 124

10. Uji Kenormalan Nilai Awal Pretes …………………….…............ 125

11. Uji Homogenitas Nilai Awal Pretes ……........................................ 126

12. Uji kesamaan rata-rata (ANAVA) Pretes ………………………… 127

13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen 1 ............ 128

14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen 2 ............ 134

15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Kontrol …..………. 140

16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Kelas Eksperimen 1 …….. 142

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Kelas Eksperimen 2 ……… 149

18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Kelas Kontrol …….……… 154

19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 Kelas Eksperimen 1 ……… 156

xii

Page 13: BUDI

20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 Kelas Eksperimen 2……… 163

21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 Kelas Kontrol …………… 168

22. Lembar Kerja Siswa 1 Model TTW dengan Realistik .................... 170

23. Lembar Kerja Siswa 2 Model TTW dengan Realistik ................... 176

24. Lembar Kerja Siswa 3 Model TTW dengan Realistik .................... 184

25. Lembar Kerja Siswa 1 Model TTW ……………………………… 191

26. Lembar Kerja Siswa 2 Model TTW ……………………………… 194

27. Lembar Kerja Siswa 3 Model TTW ……………………………… 197

28. Lembar Kuis I……………………………………………………... 199

29. Lembar Kuis II ..…………………………………………………. 200

30. Lembar Kuis III …………………………………………………... 201

31. Lembar Kunci Jawaban Kuis I …………………………………… 202

32. Lembar Kunci Jawaban Kuis II …………………………………. 203

33. Lembar Kunci Jawaban Kuis III …………………………………. 204

34. PR Pembelajaran 1........................................................................... 205

35. PR pembelajaran 2............................................................................ 206

36. PR Pembelajaran 3........................................................................... 207

37. Pembahasan PR 1 ……………........................................................ 208

38. Pembahasan PR 2……………....................................................... 209

39. Pembahasan PR 3............................................................................. 211

40. Kisi-Kisi Soal Postes Kemampuan Penalaran................................ 212

xiii

Page 14: BUDI

41. Soal Postes Kemampuan Penalaran………...................................... 214

42. Pembahasan Soal Postes Kemampuan Penalaran…………............ 215

43. Daftar Nilai Postes PosTes Kemampuan Penalaran ……………... 218

44. Uji Kenormalan Nilai Postes …….................................................. 219

45. Uji Homogenitas Nilai Postes Kemampuan Penalaran................... 202

46. Uji Kesamaan Rata-rata (ANAVA) Nilai Postes ………………… 221

47. Uji Lanjut(Tukey-Test) …………………………………………… 222

48. Uji Ketuntasan Belajar …………………………………………… 223

49. Uji peningkatan Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen 1........ 224

50. Uji peningkatan Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen 2......... 225

51. Uji peningkatan Kemampuan Penalaran Kelas Kontrol …………. 226

52. Lembar Pengamatan Siswa 1 Kelas Eksperimen 1 ………………. 227

53. Lembar Pengamatan Siswa 2 Kelas Eksperimen 1 ………………. 229

54. Lembar Pengamatan Siswa 3 Kelas Eksperimen 1 ………………. 231

55. Lembar Pengamatan Siswa 1 Kelas Eksperimen 2 ………………. 233

56. Lembar Pengamatan Siswa 2 Kelas Eksperimen 2 ………………. 235

57. Lembar Pengamatan Siswa 3 Kelas Eksperimen 2 ………………. 237

58. Dokumentasi ……………………………………………………… 239

xiv

Page 15: BUDI

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini akan dikaji tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penulisan

skripsi yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

menjadi acuan pembelajaran di Indonesia merinci empat jenis kemampuan

penting yang harus dikuasai oleh siswa, di antaranya: pemecahan masalah

(problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication) dan

menghargai kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika

SD, SMP, SMA dan SMK, disamping memiliki tujuan yang berkaitan dengan

pemahaman konsep seperti yang sudah dikenal selama ini. Dari sini jelas

bahwa kemampuan bernalar (reasoning ability) merupakan salah satu

kompetensi matematika yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika.

Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang

tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran

dan dilatihkan melalui belajar materi matematika, sehingga kemampuan

penalaran matematis sangat penting dan dibutuhkan dalam mempelajari

matematika. Penalaran pemahaman materi matematika dapat dilihat dari

1

Page 16: BUDI

2

penalaran pada pola sifat, atau melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan atau

pernyataan matematika. Dalam melatih kemampuan penalaran dapat

dilakukan dengan mengajarkan matematika tidak hanya sekadar sebagai

sebuah pelajaran tentang fakta-fakta tetapi juga pelajaran yang dapat

mengembangkan kemampuan penalaran. Jika matematika diajarkan hanya

sekadar sebagai sebuah pelajaran tentang fakta-fakta maka hanya akan

membuat sekelompok orang menjadi penghafal yang baik, tidak cerdas

melihat hubungan sebab akibat, dan tidak pandai memecahkan masalah.

Sedangkan dalam menghadapi perubahan masa depan yang cepat, bukan

pengetahuan saja yang diperlukan, tetapi kemampuan mengkaji dan berfikir

(bernalar) secara logis, kritis, dan sistematis.

Siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi antara lain

tampak dari kemampuan berfikir secara logis. Misalnya dalam menyelesaikan

soal-soal matematika, siswa mampu mengemukakan konsep-konsep yang

mendasari penyelesaian soal. Selain itu, siswa mampu berfikir analitik yaitu,

suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Dalam

penelitian ini penalaran yang dimaksud adalah penalaran induktif. Pada

penalaran induktif siswa belajar dari hal-hal yang umum kemudian dari hal

tersebut siswa belajar untuk membuat pernyataan umum. Siswa yang

mempunyai kemampuan penalaran tinggi juga mampu menghubungkan benda

Page 17: BUDI

3

nyata, gambar maupun soal-soal cerita ke dalam ide matematika dan

menjelaskan ide matematika baik dengan lisan maupun tulisan.

Hasil Ujian Nasional tahun ajaran 2011/2012 SMP N 1 Penawangan

menyebutkan bahwa dari 40 macam kemampuan yang diuji ternyata

kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas gabungan

dua bangun datar dan menyelesaikan soal keliling bangun datar penggunaan

konsep keliling dalam keseharian masih menempati urutan kelima dengan

persentase 45,6% lebih rendah dari persentase nasional sebesar 66,39% dan

kesebelas tersulit dengan persentase 57,65% lebih rendah dari persentase

nasional sebesar 72,36%. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika

SMP N 1 Penawangan, kemampuan menyelesaikan soal keliling dan luas

bangun datar dan penggunaan konsep keliling dan luas lemah dikarenakan

siswa cenderung untuk menghafal sifat, rumus dari bangun Geometri. Adapun

penyebab dari siswa yang cenderung menghafal adalah karena siswa kurang

memahami unsur-unsur yang ada pada bangun Geometri, siswa tidak terlibat

langsung dalam pembelajaran dalam menemukan sifat-sifat dan rumus bangun

Geometri. Menurut teori belajar bermakna yang dijelaskan oleh Ausubel

(Dwijanto,2007), hal yang terjadi pada siswa SMPN 1 Penawangan

merupakan tahap dari belajar menghafal dimana telah diketahui kemampuan

menghafal adalah adalah kemampuan tingkat rendah dalam belajar

matematika. Dari hal tersebut jelas bahwa menghafal tidak sesuai dengan

upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran yang pada dasarnya

Page 18: BUDI

4

membutuhkan kemampuan untuk dapat menemukan konsep baru berdasarkan

konsep yang telah dimiliki sebelumnya dengan konsep baru yang diperoleh.

Dari hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan bernalar siswa dalam

menyelesaikan soal keliling dan luas bangun datar dan penggunaan konsep

keliling dan luas masih rendah. Timbul pemikiran untuk mengatasi

permasalahan rendahnya kemampuan penalaran siswa.

Dari hasil studi yang dilakukan Utari, Suryadi (2007) menunjukkan

bahwa agar kemampuan penalaran siswa dapat berkembang secara optimal,

siswa harus memiliki kesempatan yang terbuka untuk berfikir dan beraktivitas

dalam memecahkan berbagai masalah. Dengan demikian pemberian otonomi

seluas-luasnya kepada siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan

permasalahan dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa secara

optimal.

Salah satu cara meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam hal

penelitian ini adalah penalaran induktif, antara lain dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberi

kebebasan untuk mengkonstruksi pengetahuannya, mengkoordinasikan ide-

ide yang dimilikinya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sesuai

dengan hal tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe TTW (Think-

Talk-Write). Model pembelajaran TTW merupakan salah satu dari model

pembelajaran kooperatif yang membangun secara tepat untuk berfikir dan

refleksikan dan untuk mengkoordinasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut

Page 19: BUDI

5

sebelum siswa diminta untuk menulis. Selain itu model pembelajaran TTW

merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kebebasan siswa

dalam mengutarakan ide-ide mereka kepada teman-temannya karena biasanya

siswa lebih terbuka jika bersama temannya. Oleh karena itu model ini sangat

tepat untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Disamping menggunakan suatu model pembelajaran, untuk

meningkatkan kemampuan penalaran induktif juga bisa dilakukan dengan

menggunakan suatu pendekatan yang mengajak siswa untuk mematematisasi

kontekstual, yaitu kegiatan pola pikir siswa yang dikembangkan dari hal-hal

yang bersifat konkrit menuju hal-hal abstrak sesuai dengan pengertian dari

penalaran induktif yang dimulai dari contoh-contoh yang nyata untuk

kemudian dibawa kedalam hal yang abstrak. Salah satu pendekatan yang

mendukung penalaran adalah pendekatan realistik, seperti pendapat dari

Russefendi (dalam Usdiyana, 2009) bahwa untuk membudayakan berpikir

logis atau kemampuan penalaran serta bersikap kritis dan kreatif, proses

pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan realistik. Pendekatan

realistik memiliki karakteristik yang mendukung penalaran sebagai berikut :

menggunakan masalah kontekstual, menggunakan pemodelan, pemanfaatan

konstruksi siswa, interaktivitas dan keterkaitan.

Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan

pendekatan realistik sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan penalaran

siswa, maka atas dasar itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

Page 20: BUDI

6

skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW(Think-Talk-Write)Dengan

Pendekatan Realistik Pada Materi Segi Empat Kelas VII SMP N 1

Penawangan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya muncul

permasalahan utama yang mendasar yaitu apakah model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan

kemampuan penalaran siswa. Hal tersebut dirinci sebagai berikut.

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan

realistik dapat mencapai ketuntasan ?

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata kemampuan penalaran model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan ekspositori?

3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan

realistik lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe TTW?

4. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dari model

pembelajaran ekspositori?

5. Apakah ada peningkatan kemampuan penalaran siswa sebelum dan

sesudah diberi model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan

pendekatan realistik?

Page 21: BUDI

7

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe TTW

dengan pendekatan realistik mencapai ketuntasan.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata kemampuan

penalaran model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan

realistik dengan pembelajaran kooperatif tipe TTW dan ekspositori.

3. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe TTW

dengan pendekatan realistik lebih baik dari pada model pembelajaran

kooperatif tipe TTW.

4. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe TTW

lebih baik dari pada model pembelajaran ekspositori.

5. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan penalaran

siswa sebelum dan sesudah diberi model pembelajaran kooperatif tipe

TTW dengan pendekatan realistik.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1. Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada materi segiempat

yang dalam hal ini jaajargenjang, persegi panjang dan persegi.

Page 22: BUDI

8

1.4.2. Bagi Guru

Membantu guru dalam menciptakan suatu kegiatan belajar yang

menarik dan memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat dilakukan

guru dalam proses pembelajaran.

1.4.3. Bagi Sekolah

Memberikan kepada sekolah sumbangan yang baik dalam rangka

perbaikan proses pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan

kemampuan penalaran siswa pada mata pelajaran Matematika.

1.5. Batasan Istilah

Untuk mendapatkan pengertian yang sama tentang istilah dalam

penelitian dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca,

maka diperlukan batasan istilah. Batasan istilah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1.5.1. Lebih Baik

Pada penelitian ini suatu model pembelajaran kooperatif TTW dengan

pendekatan realistik, model pembelajaran kooperatif TTW dan model

ekspositori dikatakan lebih baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa yang dikenai suatu model pembelajaran dapat

mencapai ketuntasan klasikal lebih dari 75%.

2. Hasil belajar siswa yang dikenai suatu model pembelajaran memiliki

perbedaan rata-rata yang signifikan.

Page 23: BUDI

9

1.5.2. Kemampuan Penalaran Matematik

Dijelaskan oleh Keraf dalam Shadiq (2004), bahwa penalaran sebagai

proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau

evidensi-evidensi yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan. Dalam

penelitian ini kemampuan penalaran dibatasi pada kemapuan penalaran

induktif yaitu proses berpikir yang bertolak belakang dari hal-hal yang khusus

ke umum atau dari hal-hal umum ke umum untuk membuat suatu pola dan

generalisasi sehingga menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian dimana

kesimpulannya masih bersifat probabilitas.

1.5.3. Model Pembelajaran Kooperatif

Joyce dalam Trianto (2011) menyatakan model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan

untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang diciptakan berdasarkan teori

konstruktivis. Dalam model pembelajaran kooperatif siswa secara langsung

terlibat dalam menemukan konsep-konsep melalui proses diskusi dengan

teman sebaya kemudian digunakan dalam memecahkan masalah

1.5.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW(Think-Talk-Write)

TTW(Think-Talk-Write) merupakan salah satu model pembelajaran

dalam kelompok kecil yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

Page 24: BUDI

10

memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian

terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan

bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya (Ansari,2004). Ada 3 fase

utama dalam model pembelajaran TTW yaitu fase Think, fase Talk, fase

Write. Model pembelajaran diawali dengan bagaimana siswa memikirkan ide-

ide dari apa yang telah dibaca (tahap think), kemudian apa yang telah

dibangun dalam pemikiran siswa didiskusikan untuk merefleksikan ide-ide

yang telah disepakati (tahap talk), dan akhirnya siswa menuliskan rangkuman

hasil diskusi dengan bahasa mereka sendiri (tahap write).

1.5.5. Pendekatan Realistik

Pendekatan RME adalah pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal

yang real bagi siswa, menekankan kemampuan ”procees of doing

mathematics’, berdiskusi dan berargumentasi dengan teman sekelas

sehingga mereka menemukan sendiri dan pada akhirnya menemukan

matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara indivindu

maupun kelas. Pada pendekatan ini guru tidak lebih dari fasilitator,

moderator atau evaluator sementara siswa berpikir, mengkomunikasikan

’reasoning’, melatih nuansa demokratis dengan menghargai pendapat orang

lain, (Zulkadi, 2001).

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan RME adalah suatu

pendekatan pembelajaran matematika yang diawali dengan masalah-masalah

yang real/nyata bagi siswa, siswa berdiskusi, berkolaborasi dengan

Page 25: BUDI

11

kelompoknya untuk menentukan jawaban sendiri (informal), sedangkan guru

sebagai fasilitator, moderator yang kemudian mengarahkan dari jawaban-

jawaban siswa ke bentuk formal.

1.5.6. Materi Segiempat

Materi segiempat adalah salah satu materi yang dipelajari di SMP

kelas VII semester genap. Dalam penelitian ini pokok bahasan yang akan

digunakan adalah keliling dan luas jajargenjang, persegi panjang dan persegi.

1.6. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu: bagian

awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Pada bagian awal penulisan skripsi terdiri dari halaman judul,

pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan

daftar lampiran.

Bagian isi terbagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut.

BAB 1 : Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2 : Kajian Pustaka

Berisi kajian-kajian teori yangmendasari dan mendukung permasalahan

skripsi, kerangka berpikir, dan hipotesis.

Page 26: BUDI

12

BAB 3 :Metode Penelitian

Berisi jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, desain

penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, analisis

instrument penelitian, analisis data awal, analisis data akhir.

BAB 4 :Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi hasil penelitian dan pembahasan hasilpenelitian.

BAB 5 :Penutup

Berisi simpulan dan saran dalam penelitian.

Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran

Page 27: BUDI

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Pada bab 2 ini akan dikaji tentang teori belajar, model pembelajaran

kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe TTW(Think-Talk-Write),

pendekatan realistik matematik, kemampuan penalaran matematik, materi

pembelajaran segiempat, kerangka berpikir dan hipotesis yang dijelaskan

sebagai berikut.

2.1. Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai

bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam

pikiran siswa. Dalam penelitian ini menggunakan teori belajar

konstruktivistik, yaitu teori belajar yang menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

dan merevisinya (Trianto,2011). Teori belajar konstruktivistik yang

mendukung model pembelajaran Think-Talk-Write dengan pendekatan

realistik adalah teori belajar Piaget, teori belajar Vygotsky, teori belajar David

Ausubel, dan teor belajar Bruner.

13

Page 28: BUDI

14

2.1.1. Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget (Sugandi,2006) ada tiga prinsip utama dalam

pembelajaran, yaitu belejar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan belajar

lewat pengalaman sendiri yang akan dijelaskan sebagai berikut.

(1) Belajar aktif

Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan dibentuk

dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak,

kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar memungkinkan anak belajar

sendiri, misalnya melakukan percobaan, memanipulasi simbol-simbol,

mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri. Dalam hal ini, fase

think, fase talk, fase write merupakan bentuk dari belajar aktif. Fase-fase

tersebut merupakan bentuk belajar aktif karena siswa dituntut untuk berpikir,

berdiskusi dan menulis hasil diskusinya secara mandiri. Kegiatan

memanipulasi alat peraga yang dalam hal penelitian ini bentuk manipulasi

lewat memutar, melipat dan mengubah bentuk merupakan tahapan yang

menunjukkan pendekatan realistik merupakan pendekatan yang sesuai dengan

konsep belajar aktif;

(2) Belajar lewat interaksi sosial

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memugkinkan terjadinya

interakasi diantara subyek belajar. Interaksi sosial pada siswa diharapkan

perkembangan kognitif akan mengarah ke banyak pandangan. Tahapan ini

terlihat ketika fase talk pada model pembelajaran TTW, yaitu ketika diskusi,

Page 29: BUDI

15

siswa saling mengungkapkan permasalahannya sehingga teman-temannya

saling membantu untuk menyelesaikannya. Pada fase presentasipun juga

terjadi interaksi, yaitu interaksi antara siswa yang presentasi dengan siswa

yang tidak presentasi. Bentuk interaksi dalm fase presentasi terlihat dari

proses tanya jawab antara kelompok penyaji dengan kelompok lain sebagai

pedengar;

(3) Belajar lewat pengalaman sendiri

Perkembangan kognitif siswa akan lebih mudah dan berarti jika

didasarkan pada pengalaman nyata. Pada fase write inilah kemampuan

kognitif peserta untuk didik menuliskan pemahamannya dengan bahasanya

sendiri sesuai dengan apa yang diperoleh dari diskusi. Pada proses presentasi

siswa secara mandiri dapat menerangkan apa yang telah dipelajari dalam

kelompok. Siswa melakukan manipulasi alat peraga, seperti melakukan

kegiatan memutar alat peraga sehingga dapat menemukan simetri putar,

melipatnya untuk menemukan simetri lipatnya, mengubah besar sudut pada

jajargenjang untuk menemukan konsep persegi panjang. Siswa mampu

melakukan hal tersebut dikarenakan ketika fase diskusi guru telah

memberikan petunjuk bagaimana menggunakan alat peraga dengan benar.

2.1.2. Teori Vygotsky

Teori Vygotsky berpendapat bahwa siswa membentuk pengetahuan

sebagai hasil pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky

berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis yang

Page 30: BUDI

16

dapat mempengaruhi perkembangan mental lebih tinggi untuk pengembangan

konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Ada dua ide penting

yang dikemukakan Vygotsky dalam proses pembentukan pengetahuan yaitu

Scaffolding dan Zone of Proximal Development. Kedua ide tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

(1) Scaffolding

Scaffolding berarti memberikan bantuan kepada siswa pada tahap awal

pembelajaran dan kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab

yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya (Trianto, 2011).

Pelaksanaan konsep scaffolding dapat dilihat dari kemampuan siswa untuk

dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan tidak lagi dibantu oleh guru

untuk menjelaskannya kembali;

(2) ZPD (Zoneof Proximal Development)

ZPD (Zone of Proximal Development) yaitu jarak antara tingkat

perkembangan sesungguhnya, yang dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

kemampuan penalaran secara mandiri dan tingkat potensi yang didefinisikan

sebagai kemampuan penalaran yang masih dibantu oleh orang lain melalui

kerjasama.

2.1.3. Teori Belajar David Ausubel

Teori Ausubel terkenal dengan teori belajar bermakna. Ausubel

(Dwijanto,2007) membedakan belajar menjadi belajar menerima dan belajar

menemukan. Pada belajar menerima, bentuk akhir dari sesuatu yang diajarkan

Page 31: BUDI

17

itu diberikan, sedangkan belajar menemukan bentuk akhir itu harus dicari

siswa. Selain itu Ausubel juga membedakan antara belajar bermakna dan

belajar menghafal. Belajar bermakna adalah suatu proses di mana informasi

baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang

yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal diperlukan untuk

memperoleh informasi baru seperti definisi. Menurut teori belajar bermakna,

belajar menerima dan belajar menemukan keduanya dapat menjadi belajar

bermakna apabila konsep baru atau informasi baru dikaitkan dengan konsep-

konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Dalam penelitian ini,

teori belajar David Ausubel ini berhubungan erat ketika menyusun hasil

temuan atau hasil diskusi pada kelompok, mereka selalu mengkaitkan dengan

pengertian-pengertian yang telah mereka miliki sebelumnya.

2.1.4. Teori belajar Jerome S.Bruner

Bruner membagi perkembangan anak menjadi tiga tahap atau fase.

Fase pertama adalah enactive, kedua iconic, dan ketiga symbolic. (Hollyman

dalam Dwijanto, 2007).

Pada usia anak sangat muda, mereka lebih dominan masuk dalam fase

enactive, anak mulai belajar mengguling, duduk, berdiri dan berjalan. Anak-

anak kelompok ini lebih banyak belajar untuk melakukan sendiri. Fase ini

juga terjadi pada semua umur, namun demikian fase ini lebih didominasi pada

anak. Sebagai contoh dalam belajar menggunakan alat musik dari awal, maka

anak muda lebih cepat daripada orang dewasa. Fase iconic adalah fase yang

Page 32: BUDI

18

lebih tinggi dari fase enactive. Pada fase iconic ini, anak sudah dapat balajar

memahami gambar, diagram, dan dapat melakukan operasi menghitung tanpa

objek langsung. Fase terakhir adalah fase symbolic. Pada fase ini, biasanya

terjadi pada masa remaja dan dewasa dimana anak dapat menerima konsep

secara abstrak. Bruner terkenal dengan metode penemuannya. Bruner

memandang bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan

secara aktif oleh manusia, oleh karena itu dengan metode penemuan membuat

pengetahuan siswa/mahasiswa akan menjadi lebih baik. Akibatnya dari

metode ini, bahwa Bruner tidak mengembangkan teori belajar secara

sistematis, namun yang penting adalah bagaimana orang memilih,

mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif.

Selanjutnya seiring dengan struktur kognitif anak, maka Bruner dalam

mengembangkan teorinya mendasarkan atas dua asumsi yaitu: Pertama,

perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif, artinya orang yang

belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan terjadi pada

pada diri individu dan lingkungannya. Kedua, seseorang mengkonstruksi

pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan

informasi yang telah dimilikinya.

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

diciptakan berdasarkan teori konstruktivistik. Teori konstruktivistik

Page 33: BUDI

19

menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan

informasi kompleks, mengecek jika tidak sesuai dengan aturan. Ada satu

prisip utama dalam teori konstruktivistik yaitu guru tidak sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa tetapi guru harus memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan ide-ide siswa dengan mandiri. Sesuai dengan prinsip

dari teori konstruktivistik maka penggunaan model pembelajaran kooperatif

yang didalamnya terdapat diskusi yang cara penyajian pelajaran dengan siswa

dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau petanyaan

yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama

(Djamarah,2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa diskusi menjadi aspek pokok

dalam model pembelajaran kooperatif.

Menurut Trianto (2011), di dalam kelas kooperatif siswa belajar

bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa

yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu

sama lain saling membantu. Dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil

siswa diberi kesempatan untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.

Dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain, pembelajaran

kooperatif memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Arends dalam Trianto (2011)

menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif

memiliki ciri-ciri (a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajar, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) bila memungkinkan, anggota

Page 34: BUDI

20

kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam, dan

penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Dalam pembelajaran kooperatif diperlukan fase-fase pembelajaran

yang tepat. Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif.

Fase-fase tersebut ditunjukkan pada tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku GuruFase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

Fase 6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

2.3. Model Kooperatif Tipe TTW(Think-Talk-Write)

TTW (Think-Talk-Write) merupakan salah satu model pembelajaran

yang memberikan kebebasan siswa dalam mengutarakan ide-ide mereka

kepada teman-temannya karena biasanya siswa lebih terbuka sama temannya.

model TTW memberikan peluang kepada siswa berpikir melalui bahan

Page 35: BUDI

21

bacaan matematika yang selanjutnya mengkomunikasi-kan hasil bacaannya

dengan presentasi dan diskusi (Hadi,2008). Belajar dalam kelompok kecil

dengan model TTW memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai

belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat

secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa

sendiri hasil belajar yang diperolehnya (Ansari,2004). Dalam model

pembelajaran TTW terdapat 3 fase utama yaitu fase Think, fase Talk dan fase

Write.

Fase think (berfikir) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak

dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk

membentuk kesan. Fase think merupakan salah satu bentuk belajar aktif

karena dalam berfikir, otak seringkali mengingat informasi dalam bentuk

gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Dalam berfikir

menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola

dari ide-ide yang berkaitan. Seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,

mengorganisasikan dan merencanakan. Cara berfikir ini dapat

membangkitkan ide-ide baru, asli dan memicu ingatan yang mudah.

Fase Talk dapat digunakan dalam segala macam situasi belajar, namun

tidak merupakan satu-satunya alat. Talk dilakukan dengan diskusi. Diskusi

dapat menguntungkan pendengar yang baik, karena dapat memberi wawasan

baru baginya. Menurut Baroody (Hidayat,2008) ada beberapa kelebihan dari

diskusi kelas, yaitu (a) dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran

Page 36: BUDI

22

dan kemahiran menggunakan strategi, (b) Membantu siswa mengkonstruksi

matematika, (c) memberi informasi bahwa para ahli matematika biasanya

tidak memecahkan masalah sendiri-sendiri, tetapi membangun ide bersama

pakar lainnya dalam satu tim, dan membantu siswa menganalisis dan

memecahkan masalah secara bijaksana.

Fase Write (menulis) adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan

belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Dalam fase

write, siswa dilatih untuk dapat menuangkan hasil pengalaman belajarnya

dengan cara menuliskan penyelesaian masalah sesuai dengan pemahaman

yang mereka terima. Aktivitas write akan membantu siswa dalam membuat

kesimpulan. Sedangkan bagi guru untuk melihat bagaimana langkah

menyelesaikan soal matematika dan menyimpulkan solusi jawabannya.

Menurut Purnamasari (2009), pembelajaran degan model

pembelajaran TTW dilaksanakan dengan cara guru membagikan LKS dan

meminta siswa untuk membaca, memikirkan masalah (think) yang ada dalam

LKS tersebut, memberikan dan menanggapi pendapat dalam diskusi

kelompok (talk), selanjutnya menuliskan hasil (write) dari siswa berpikir dan

berdiskusi kelompok atau kiata kenal dengan presentasi.

2.4. Pendekatan Realistik Matematik

Pendekatan realistik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran

matematika yang dikembangkan di Belanda. Teori ini mengacu pada pendapat

Page 37: BUDI

23

Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika merupakan suatu bentuk

aktivitas manusia dan konsep utama dari pendekatan realistik adalah

kebermaknaan konsep (Wijaya,2012). Suatu masalah realistik tidak selalu

berupa masalah yang ada didunia nyata (real world problem) dan bisa

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu masalah disebut ’realistik’ jika

masalah tersebut dapat dibayangkan dalam pikiran siswa dan pada akhirnya

siswa sendirilah yang mengkonstruk pemikirannya. Oleh karena itu

pendekatan realistik merupakan inovasi pendidikan matematika yang sejalan

dengan teori pembelajaran konstruktivisme (Suryanto, 2010). Menurut Asikin

(2001), terdapat 3 prinsip utama dalam RME yaitu Guided Reinvention dan

Progressive Mathematization, Didactial Phenomenology, Self Developed

Models yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Guided Reinvention dan Progressive Mathematization

Guided Reinvention and Progerssive Mathematization atau penemuan

terbimbing dan bermatematika secara progresif yaitu, siswa diberikan untuk

mengalami proses pembelajaran seperti saat mereka menemukan suatu

konsep. Melalui topik-topik yang disajikan siswa harus diberi kesempatan

untuk mengalami sendiri yang sama sebagaimana konsep matematika

ditemukan;

2. Didactial Phenomenology

Didactial Phenomenology atau dalam bahasa Indonesia berarti

fenomena dikdatik atau pembelajaran yang menekankan pentingnya soal

Page 38: BUDI

24

kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa.

Situasi-situasi yang diberikan dalam suatu topik matematika diberikan atas

dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi dalam pengajaran dan

sebagai titik tolak dalam proses pematimatikaan. Tujuan penyelidikan

fenomena-fenomena tersebut untuk menemukan situasi-situasi masalah

khusus yang dapat digeneralisasikan dan dapat digunakan sebagai dasar

pematimatikaan vertikal. Pada prinsip ini memberikan kesempatan bagi siswa

untuk menggunakan penalaran (reasoning) dan kemampuan akademiknya

untuk mencapai generalisasi konsep matematika;

3. Self Developed Models

Self Developed Models atau dalam bahasa Indonesia berarti

pengembangan model sendiri pada saat menyelesaikan masalah nyata

(kontekstual), siswa mengembangkan model sendiri. Urutan pembelajaran

yang diharapkan dalam pembelajaran matematik realistik adalah penyajian

masalah nyata (kontekstual), membuat model masalah, model formal dari

masalah dan pengetahuan formal. Dengan demikian dalam mempelajari

matematika, dengan melalui masalah yang kontekstual, diharapkan siswa

dapat mengembangkan sendiri model atau cara menyelesaikan masalah

tersebut. Model tersebut dimaksudkan sebagai wahana untuk

mengembangkan  proses berpikir siswa, dari proses berpikir yang paling

dikenal oleh siswa ke arah proses berpikir yang lebih formal.

Page 39: BUDI

25

Dari tiga prinsip utama tersebut, secara garis besar dapat kita

simpulkan bahwa pendekatan realistik menuntut peran aktif siswa dalam

menemukan konsep kemudian mengaplikasikan konsep yang diperolehnya

dalam situasi konkret yang dalam hal ini berupa penyelesaian masalah pada

soal matematika.

Menurut Treffers dalam Wijaya (2012), karakteristik Pendekatan

Realistik adalah menggunakan: konteks, model untuk matematisasi progresif,

pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan

(intertwinment). 

1. Menggunakan Konteks

Konsep Matematisasi dalam Realistik Matematik, pembelajaran

diawali dengan masalah kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan

mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung.  Proses

penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan sebagai

matematisasi konseptual.  Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan

mengembangkan konsep yang lebih komplit.  Kemudian, siswa dapat

mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata

(applied mathematization).  Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-

konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan

matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience)

dan penerapan matematikan dalam sehari-hari;

Page 40: BUDI

26

2. Menggunakan Model untuk Matematisasi Progresif (Matematisasi) 

Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik

yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models).  Peran self

developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi

abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal.  Artinya siswa

membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah.  Pertama adalah

model  situasi yang dekat dengan dunia nyata siswa.  Generalisasi dan

formalisasi model tersebut akan  berubah menjadi model-of masalah tersebut. 

Melalui penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for

masalah yang sejenis.  Pada akhirnya, akan menjadi model  matematika

formal;

3. Pemanfaatan Hasil Konstruksi Siswa

Menurut Streefland, sebagaimana dikutip dalam Jannah(2007)

menekankan bahwa dengan pembuatan produksi bebas siswa terdorong untuk

melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses

belajar.  Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan

masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan

pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan

matematika formal;

4. Menggunakan Interaktivitas

Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam

Realistik Matematik.  Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa

Page 41: BUDI

27

negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau

refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal

siswa;

5. Keterkaitan (Intertwinment) 

Dalam pendekatan realistik, pengintegrasian unit-unit matematika

bersifat esensial.  Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan

dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. 

Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang

lebih kompleks, dan tidak hanya Aritmetika, Aljabar, atau Geometri tetapi

juga bidang lain.

Kelima karakteristik pendekatan realistik akan terlihat jelas ketika

guru mulai mengaplikasikan pendekatan realistik dengan benar. Adapun

urutan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan realistik di sekolah menurut

Suryanto (2010) sebagai berikut (1) siswa mengerjakan masalah kontekstual,

(2) pemberian penjelasan seperlunya oleh guru, (3) siswa mengerjakan soal

realistik yang akan secara informal(algoritma penyelesaian belum diberikan),

(4) pemberian petunujuk oleh guru, bila mana belumada siswa yang dapat

memecahkan masalah, (5) penyampaian hasil kerja oleh siswa, (6) siswa

mengungkapkan pendapat tentang apa yang disampaikan temannya, dan (7)

siswa memperhatikan penjelasan guru yang sedang menunjukkan langkah

formal.

Page 42: BUDI

28

2.5. Pembelajaran Matematika Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan Pendekatan Realistik

Pembelajaran matematika adalah merupakan suatu proses belajar

mengajar oleh guru mata pelajaran matematika dan siswa dalam mengajarkan

pelajaran matematika, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk

menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat,

dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi

interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa

dalam mempelajari matematika tersebut. Dalam penelitian ini, yang dimaksud

dengan pembelajaran matematika adalah proses yang dilakukan guru dalam

kelas dalam mengajarkan obyek-obyek pelajaran matematika, sehingga

tumbuh suatu interaksi antara guru dengan siswa secara aktif.

Untuk menciptakan pembelajaran matematika yang aktif, yang dapat

menciptakan interaksi antara guru dengan siswa diperlukan model

pembelajaran yang mendukung pembelajaran yang aktif. Salah satu model

pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif

adalah model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Pembelajaran dengan

menggunakan model TTW akan lebih baik jika ditambahakan dengan suatu

pendekatan yang juga mendukung pembelajaran aktif. Pendekatan yang

sesuai dengan belajar aktif adalah pendekatan realistik, yaitu suatu pendekatan

yang berdasarkan pada pada pemahaman bahwa belajar matematika harus

dikaitkan dengan dunia nyata. Dari penjelasan tersebut maka yang dimaksud

Page 43: BUDI

29

dengan pembelajaran matematika model pembelajaran kooperatif tipe TTW

dengan pendekatan realistik dalam penelitian ini adalah proses yang dilakukan

guru dalam kelas dalam mengajarkan obyek-obyek pelajaran matematika

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan

pendekatan realistik yang dapat menciptakan pembelajaran yang aktif.

Pada pembelajaran dengan model TTW yang semula hanya terdiri tiga

fase utama yaitu fase think, fase talk dan fase write setelah dikombinasikan

dengan pendekatan realistik menjadi empat fase yaitu ditambah dengan fase

presentasi yang dilakukan setelah fase Write. Selain penambahan fase, sesuai

dengan pendekatan realistik maka dalam fase Talk, guru membagikan dan

menggunakan alat peraga pada siswa sehingga dapat membantu penalaran

siswa untuk menyelesaikan soal. Pembelajaran dengan menggunakan model

TTW dengan pendekatan realistik akan benar-benar bermanfaat jika dalam

proses belajar dijalankan dengan benar. Berikut merupakan fase-fase

pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik yang

ditunjukkan pada tabel 2.2.

Page 44: BUDI

30

Tabel 2.2Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TTW

dengan pendekatan realistikFase Aktivitas Siswa

Fase 1. Think Siswa membaca LKS dan berusaha menemukan permasalahan yang ada pada LKS.

Fase 2. Talk Siswa melakukan diskusi dengan teman satu kelompok tentang permasalahan yang ditemukan pada fase Think. Pada fase Talk, guru membagikan alat peraga dan menginstruksikan siswa untuk menggunakan alat peraga tersebut untuk membantu dalam menyelesaikan masalah.

Fase 3. Write Siswa yang telah menemukan solusi dari permasalahannya kemudian menuliskan jawaban mereka sesuai dengan pemahaman yang mereka peroleh dari hasil diskusi.

Fase 4. Presentasi Siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil kerja didepan kelas disertai dengan peragaan dengan menggunakan alat peraga.

2.6. Kemampuan Penalaran Matematik

Penalaran sebagai proses berpikir yang berusaha menghubung-

hubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan (Keraf

dalam Shadiq, 2004). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

kemampuan penalaran adalah aktivitas siswa untuk menyimpulkan dan

membuat pernyataan berdasarkan pernyataan yang telah diketahui

sebelumnya. Dalam penelitian ini kemampuan penalaran yang diteliti adalah

kemampuan penalaran induktif. Menurut Rohmad (2008), alternatif

pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah

dengan pendekatan induktif. Pembelajaran induktif dimulai dengan

melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya,

Page 45: BUDI

31

menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing

memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar

pengamatan siswa sendiri. Menurut Major (dalam Rohmad, 2008)

berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk

mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan

memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau

generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian

membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki

pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut

setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.

Kemampuan penalaran induktif siswa dalam pembelajaran matematika

diperoleh siswa dari contoh-contoh khusus kemudian dari contoh-contoh

tersebut akan diambil kesimpulan secara umum. akan dapat dicapai jika

proses belajar dalam kelas berlangsung dengan aktif. Hal ini dikarenakan

dengan belajar aktif maka siswa akan berlatih untuk membentuk

pengetahuanya sendiri. Sesuai dengan apa yang telah dibahas pada sub bab

sebelumnya, dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TTW, yaitu pembelajaran yang bersifat aktif. Ini berati kemampuan

penalajran siswa dapat dikembangkan melalui model pembelajaran aktif.

Menurut Nopriyanti (2009), hubungan kemampuan penalaran dengan

pembelajaran kooperatif tipe TTWdapat dilihat dari tabel 2.3

Page 46: BUDI

32

Tabel 2.3Hubungan pembelajaran model TTW dengan pendekatan realistik

dengan kemampuan penalaranModel Pembelajaran

TTW-realistikIndikator Kemampuan Penalaran yang

NampakSiswa membaca teks dan membuat cataatan dari hasil bacaan secara individu untuk dibawa ke forum diskusi

Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram.Kemampuan mengajukan dugaan

Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan

Kemampuan melakukan manipulasi matematika.Kemampuan menyusun bukti, memberikan alas an, Memeriksa kesahihan suatu argument

Siswa berkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasi matematika dalam bentuk tulisan

Kemampuan menarik kesimpulan dariPernyataan

Kegiatan terakhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari.

Kemampuan menentukan pola/sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi

Dari tabel 2.3, kita dapat melihat pada kolom indikator penalaran

induktif terdapat kemampuan melakukan manipulasi. Disinilah pendekatan

realistik terlihat dengan jelas. Pada tahap ini siswa diminta untuk melakukan

pemodelan terhadap suatu permasalahan realistik yang disajikan oleh guru.

Untuk memperlancar kegiatan, siswa disajikan dengan menggunakan alat

peraga berusaha menemukan sifat, menarik kesimpulan dari sifat yang

diperolehnya dengan cara memanipulasi alat peraga tersebut. Bentuk

manipulasi tersebut bisa diwujudkan dengan membuat model matematika,

membawa model matematika ke dunia nyata dengan memanipulasi alat peraga

seperti melipat, memutar, memasangkan dan mengubah bentuk dari alat

Page 47: BUDI

A

F

G

B

D EC

33

peraga. Berdasakan hal tersebut, ini berarti melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik mendukung berkembangnya

kemampuan penalaran siswa.

2.7. Materi Pembelajaran Segiempat

Segiempat adalah salah satu pokok bahasan yang diajarkan pada siswa

kelas VII semester 2. Dalam penelitian ini, materi yang akan dikaji adalah

segiempat yang meliputi jajargenjang, persegi panjang dan persegi. Masing-

masing bangun akan dikaji tentang proses terbentuknya, sifat-sifat, keliling

dan luas. Adapun materi sub pokok bahasan yang akan dipelajari pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.7.1. Hubungan Antar Konsep Pada Segiempat

Gambar 2.1 Diagram Venn Hubungan Antar Konsep Segiempat

Berdasarkan gambar di atas, A adalah himpunan segiempat. B adalah

himpunan jajargenjang. C adalah himpunan layang-layang. D adalah

himpunan trapesium. F adalah himpunan persegi panjang. Jajargenjang yaitu

Page 48: BUDI

E

D

A

C

B F E

34

suatu segiempat sisi-sisinya sepasang-sepasang sejajar (Kusni, 2008).

Berdasarkan diagram Venn di atas, anggota dari B adalah E dan F. Belah

ketupat (E) adalah jajargenjang yang dua sisisnya yang berurutan sama

panjang. Persegi panjang adalah jajargenjang yang satu sudutnya siku-siku. G

(persegi) adalah persegi panjang yang semua sisinya sama panjang. Anggota

dari C adalah E dan G. Irisan dari F dan C adalah G. Sedangkan D (trapesium)

adalah segiempat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar (Kusni,

2008). D tidak beririsan dengan B maupun C.

Untuk diagram pohon hubungan antar konsep segiempat dapat

ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Diagram Pohon Hubungan Antar Konsep Segiempat

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah segiempat atau

quadrilateral. A quadrilateral is the union of four segments determined by

four points, no three of which are collinear. The segments intersect only at the

endpoints (Clemens, 1981). Segi empat adalah gabungan dari empat ruas garis

Page 49: BUDI

D

A

C

BGambar 2.3Jajargenjang

35

yang ditentukan oleh empat titik, bukan tiga titik yang tidak segaris. Ruas

garis hanya berpotongan di akhir titik. Kali ini segi empat yang akan dibahas

terbatas pada persegi panjang, persegi, dan layang-layang. Selain itu akan

dipelajari lebih lanjut mengenai luas dan keliling segi empat. Pengertian dari

keliling dan luas sebagai berikut.

(a) Keliling (A perimeter)

The perimeter of a polygon is the sum of the lengths of the sides of

polygon (Clemens, 1981). Keliling dari suatu segi banyak adalah jumlah dari

panjang sisi dari segi tersebut.

(b) Luas (Area Postulate)

A unique positive number called the area can be assigned to each

polygonal region (Clemens, 1981). Luas adalah bilangan positif unik yang

dapat ditentukan untuk setiap daerah segi banyak.

2.7.2. Jajargenjang

a) Definisi jajargenjang

A parallelogram is a quadrilateral with both pairs of opposite side

parallel (Clemens, 1981). Jajargenjang adalah suatu segiempat yang dua

pasang sis yang berlawanan sejajar.

Page 50: BUDI

D

A

C

BGambar 2.4Jajargenjang

abt

D

A

C

B

t

aGambar 2.5Jajargenjang

36

b) Sifat-sifat jajargenjang

1. Sudut-sudut jajargenjang yang berlawanan sama besar.

2. Sisi-sisi jajargenjang yang berlawanan sama panjang.

3. Kedua diagonal jajargenjang saling membagi dua sama panjang.

4. Jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan dalam jajargenjang adalah

1800.

c) Keliling dan luas jajargenjang.

Perhatikan gambar dibawah ini. Keliling jajargenjang adalah jumlah

panjang semua sisi yang membatasi bangun persegi panjang.

Jajargenjang ABCD pada gambar 2, memiliki 2 pasang sisi yang

sejajar dan sama panjang, yaitu sisi AB dengan sisi CD dan sisi BC dengan

sisi AD. Jika diketahui panjang sisi AB adalah a dan panjang sisi BC adalah

b, maka keliling sebuah jajargenjang dirumuskan dengan dua kali jumlah dua

sisi yang sejajar. Perhatikan gambar dibawah ini.

t

a

Page 51: BUDI

D C

BAGambar 2.6

Persegi panjang

37

Jajargenjang ABCD dengan alas a dan tinggi t akan dicari rumus luas

daerah jajargenjang dengan menggunakan petak-petak yang berbentuk

persegi. Gambar 2.5 merupakan gambar persegi panjang yang dibuat dari

jajargenjang dengan memotong jajargenjang menurut garis tinggi kemudian

poongan diletakkan disisi lainnya. dengan menghitung jumlah petak petak

yang menutupi daerah persegi panjang maka kita akan menemukan luas

daerah jajargenjang. Jadi, luas daerah jajargenjang ABCD dirumuskan dengan

hasil perkalian alas dengan tinggi dari jajargenjang tersebut.

2.7.3. Persegi panjang

(1) Definisi Persegi Panjang

A rectangle is a parallelogram with four right angels (Clemens, 1981:

261). Persegi panjang adalah sebuah jajar genjang dengan empat sudut siku

siku. Namun pengertian tersebut dapat disederhanakan menjadi, persegi

panjang adalah sebuah jajargenjang yang salah satu sudutnya siku-siku.

Page 52: BUDI

BA

CD A B

CDGambar 2.7

A B

CD

B A

DC

Gambar 2.8

A B

CD

C

D A

B

Gambar 2.9

38

(2) Sifat sifat persegi panjang

(a) Persegi panjang memiliki dua pasang sisi yang panjangnya sama panjang.

(b) Besar sudut-sudut persegi panjang adalah sama besar dan sudut-sudutnya

merupakan sudut siku-siku.

(c) Panjang diagonal-diagonal persegi panjang adalah sama panjang dan

diagonalnya saling membagi dua sama panjang.

Page 53: BUDI

39

(3) Keliling persegi panjang

Keliling persegi panjang adalah jumlah seluruh panjang sisinya yaitu

dengan cara menjumlahkan seluruh panjang sisi sisinya.

D C

A B

Gambar 2.10 Persegi panjang ABCD

Perhatikan gambar 2.8 di atas.

Jika AB=p dan BC=l ,

Maka AB=CD=¿ p dan BC=AD=l

Jadi, keliling persegi panjang ABCD=AB+BC+CD+DA

⇔=p+l+ p+l

⇔=2 p+2 l

⇔=2( p+ l)

Simpulan :

Jika persegi panjang dengan panjang=p ,lebar=l dan keliling=K ; maka keliling

persegi panjang dirumuskan, K=2(p+l) .

(4) Luas Daerah Persegi Panjang

Luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan lebarnya.

Berdasarkan gambar 2.7, maka luas daerah ABCD=panjang× lebar=p .l

(Salamah, 2009).

Page 54: BUDI

A B

CD

C B

AD

Gambar 2.12

40

Simpulan :

Jika persegi panjang dengan panjang=p ,lebar=l dan luasnya=L; maka luas

daerah persegi panjang dirumuskan, L=p ×l .

2.7.4. Persegi

(1) Definisi Persegi

Gambar 2.11 Gambar benda sekitar berbentuk persegi.

A square is a rectangle with four congruent sides (Clement, 1981: 261).

Persegi adalah segiempat yang semua sisinya sama panjang dan satu sudutnya

siku-siku (Kusni, 2008).

(2) Sifat-sifat persegi adalah sebagai berikut

(a) Semua panjang sisinya sama panjang.

Page 55: BUDI

A

CD A B

CGambar 2.13B D

Gambar 2.14. Persegi ABCD

D C

BA

41

(b) Setiap sudutnya siku-siku.

(c) Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang, berpotongan di

tengah dan membentuk sudut siku-siku.

(d) Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

(e) Memiliki 4 sumbu simetri.

(3) Keliling Persegi

Keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh sisi-sisinya (Salamah,

2009).

Perhatikan gambar 3.1 di atas.

Misalkan AB = s,

Maka AB = BC = CD = DA = s

Jadi, keliling persegi ABCD ¿ AB+BC+CD+DA .

⇔=s+s+s+s

⇔=4 s

Page 56: BUDI

42

Simpulan :

Jika persegi dengan panjang sisi = s dan keliling = K; maka keliling persegi

dirumuskan, k=4 ×s .

(4) Luas Daerah Persegi

Luas persegi sama dengan hasil kali sisi-sisinya. Berdasarkan gambar

2.14, maka luas daerah ABCD = panjang sisi x panjang sisi = s x s = s2 .

Simpulan:

Jika persegi sisi = s dan luasnya = L; maka luas daerah persegi,

L = s x s = s2.

2.8. Kerangka Berpikir

Pembelajaran ekspositori sejauh ini masih mendominasi

pembelajaran matematika di SMP N 1 Penawangan. Dalam pembelajaran

ekspositori, siswa diposisikan sebagai subyek. Penekanan yang berlebihan

pada isi dan materi diajarkan secara terpisah-pisah. Materi pembelajaran

matematika diberikan dalam bentuk jadi, sehingga siswa tidak mengalami

proses menggeluti, memikirkan dan mengkonstruk pemikirannya dengan

kata lain mereka hanya menerima secara pasif. Penguasaan dan

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak

mendalam mengakibatkan siswa hanya menjadi penghafal rumus dan

kurang berkembangnya kemampuan penalaran siswa.

Page 57: BUDI

43

Sesuai dengan teori pembelajaran konstruktivistik, yaitu pada teori

belajar Piaget, bahwa belajar aktif, belajar lewat interkasi sosial, belajar

lewat pengalaman sendiri, teori belajar Vygotsky tentang konsep ZPD dan

scaffolding , teori Bruner tentang metode penemuannya serta teori belajar

Ausubel yang menjelaskan tentang pembelajaran bermakna, maka untuk

meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran diperlukan

sebuah model yang dapat membantu siswa agar mereka dapat mengalami

proses menggeluti, memikirkan dan mengkonstruk pemikiran serta

pembelajaran yang bermakna sehingga dapat belajar secara aktif dan

bermakna sehingga pada akhirnya siswa dapat secara mandiri dapat

menyelesaikan permasalahan yang sama dikemudian hari. Berdasarkan

teori-teori belajar yang telah disebutkan, model pembelajaran kooperatif

dipandang punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan

proses pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau

memecahkan suatu masalah secara bersama. Selain itu pembelajaran

kooperatif dapat membantu siswa meningkatkan sikap aktif dan kreatif siswa

dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri

terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika,

sehingga akan mengurangi dan menghilangkan rasa kurang percaya diri

terhadap matematika yang dialami banyak siswa yang diharapkan pada

Page 58: BUDI

44

nantinya akan dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Salah satu

model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan keadaan dan teori

belajar yang mendukung keadaan tersebut adalah model pembelajaran

kooperatif tipe TTW. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW,

siswa akan mengalami proses berpikir (think), proses diskusi (talk) dan

proses menulis hasil pemikirannya (write). Dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TTW siswa tidak lagi bersifat pasif tetapi akan menjadi

aktif. Sesuai dengan teori belajar Bruner yang telah dijelaskan pada sub-bab

sebelumnya tentang tahap enakti, iconic, dan symbolic, untuk meningkatkan

kemampuan penalaran siswa diperlukan diberi suatu pendekatan

pembelajaran yang sesuai dengan teori Bruner. Salah satu pendekatan yang

yang sesuai dengan teori Bruner, yang dapat meningkatkan kemampuan

penalaran adalah pendekatan realistik. Pendekatan realistik menuntut siswa

tidak hanya menerima materi jadi, tetapi siswa dalam belajar disajikan

dengan masalah-masalah realistik, maksudnya adalah masalah yang

berkaitan dengan kehidupan nyata. Selain masalah realistik, pada

pendekatan realistik, siswa juga dilatih untuk menyajikan masalah ke dalam

model, dilanjutkan dengan proses interaktif dengan teman satu kelompok,

yang dalam hal ini kelompok yang dibentuk dari model pembelajaran TTW.

Pemberian pendekatan realistik diberikan pada tahap think, talk, write dan

presentasi memberikan kesempatan untuk siswa menyajikan pernyataan

matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, memberikan alasan

Page 59: BUDI

45

atau bukti terhadap kebenaran solusi, kemampuan menarik kesimpulan dari

pernyataan maka akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan

penalaran siswa.

2.9. HIPOTESIS

Hipotesis pada penelitian dengan judul peningkatan kemampuan

penalaran siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan

pendekatan Realistik pada materi segiempat adalah sebagai berikut.

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik

pada materi segiempat dapat mencapai ketuntasan.

2. Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan penalaran model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dan model ekspositori.

3. Pembelajaran melalui model kooperatif tipe TTW dengan pendekatan

realistik lebih baik dari pembelajaran yang hanya menggunakan model

TTW.

4. Pembelajaran melalui model kooperatif tipe TTW lebih baik dari

pembelajaran yang hanya menggunakan model ekspositori.

5. Terdapat peningkatan kemampuan penalaran siswa sebelum dan sesudah

diberi model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan

realistik.

Page 60: BUDI

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan dikaji tentang jenis penelitian, populasi dan

sampel, variabel penelitian, prosedur pengumpulan data, alat dan desain

penumpulan data, teknik pengumpulan data, analisis instrumen, dan metode

analisis data yang dijelaskan sebagai berikut.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kuasi eksperimen

dengan menggunakan dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pada kelas

eksperimen 1 diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TTW

dengan pendekatan realistik, kelas eksperimen 2 menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dan pada kelas kontrol menggunakan

model ekspositori. Pemberian model pembelajaran yang berbeda tiap kelasnya

dimaksudkan untuk mengetahui lebih baik manakah model pembelajaran yang

dapat meningkatan kemampuan penalaran siswa dalam mempelajari materi

pokok segiempat setelah diberi perlakuan.

46

Page 61: BUDI

47

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto 2006:130).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 1

Penawangan tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 320 siswa yang terbagi

menjadi 8 kelas. Pembagian kelas dilakukan secara acak, tidak ada

penggolongan terhadap suatu kelas tertentu.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006:131). Dalam penelitian ini, penentuan sampel ditentukan dengan teknik

cluster random sampling (Azwar,2004:87). Teknik ini digunakan karena

pertimbangan bahwa peserta didik mendapat materi berdasarkan kurikulum

yang sama, siswa berada pada tingkat yang sama, jumlah siswa tiap kelas

sama, dan penempatan peserta didik tidak berdasarkan ranking.

Pada penelitian ini, peneliti menentukan kelas sampel melalui undian

yang terdiri dari 8 kelas kemudian dipilih 4 kelas. Kemudian dari 4 kelas yang

sudah terpilih, dilakukan pengundian lagi untuk menentukan kelas mana yang

akan diberi perlakuan dan kelas mana yang dijadikan kelas ujicoba dan

akhirnya diperoleh 2 kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIIA sebagai

kelas eksperimen 1, kelas VIIB sebagai kelas eksperimen 2, kelas VIID

sebagai kelas kontrol dan kelas VIIC sebagai kelas uji coba. Kelas eksperimen

Page 62: BUDI

48

1 yang diberikan suatu perlakuan yang dalam hal ini pembelajaran kooperatif

tipe TTW dengan pendekatan realistik, kelas eksperimen 2 yang diberi

pembelajaran kooperatif tipe TTW dan satu kelas kontrol yang diberi model

pembelajaran ekspositori.

3.3. Variabel Penelitian

Menurut Kerlinger dalam Arikunto (2006:116), variabel sebagai sebuah

konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep

kesadaran. Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

penalaran siswa kelas VII semester 2 SMP N 1 Penawangan yang dikenai

dengan model pembelajaran.

3.4. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Pretest-

Postes Group yang pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

VIIA Q X1 T

VIIB Q X2 T

VIID Q X3 T

Page 63: BUDI

49

Dengan keterangan sebagai berikut.

Q : nilai pretes

X1,2,3 : pembelajaran dengan model

T : nilai postes

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk memperoleh data skor penalaran

matematika, baik yang diajar dengan pembelajaran Model TTW dengan

pendekatan realistik pada kelas eksperimen 1, dengan model TTW pada kelas

eksperimen 2 maupun yang diajar dengan menggunakan pembelajaran

ekspositori pada kelas kontrol.

3.6. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Menentukan batasan materi yang akan di uji dan alokasi waktu.

2. Menentukan bentuk tes, dalam hal ini adalah uraian.

3. Menentukan subyek penelitian.

4. Menyusun kisi-kisi instrumen, instrumen dan pembahasan. Lihat

lampiran 1-3.

5. Uji coba instrument tes uji coba pada kelas yang dipilih dari populasi.

Page 64: BUDI

50

6. Menganalisis data hasil uji coba instrument untuk mengetahui

validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Hasil uji coba

dapat dilihat pada lampiran 4.

7. Melaksanakan pretes kemampuan penalaran.

8. Analisis nilai pretes untuk mengetahui apakah berdistribusi normal,

homogen dan adakah perbedaan rata-rata. Lihat lampiran 10-12.

9. Menyusun RPP, LKS, kuis, PR dan pembahasannya. Lihat pada

lampiran 13-39.

10. Melaksanakan pembelajaran dikelas.

11. Menyusun kisi-kisi intrumen postes, soal postes, pembahasan. Lihat

lampiran 38-42.

12. Melaksanakan postes kemampuan penalaran dikelas eksperimen 1,

eksperimen 2 dan kontrol.

13. Analisis hasil tes.

14. Menyusun hasil penelitian.

3.7. Analisis Instrumen Penelitian

Materi yang digunakan dalam tes ini adalah materi pelajaran

segiempat pada kelas VII di SMP N 1 Penawangan. Adapun bentuk tes yang

digunakan adalah soal bentuk uraian. Agar tes (alat ukur) yang digunakan

Page 65: BUDI

51

dapat menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan yang diharapkan

maka dalam pembuatannya harus dipersiapkan dengan sebaik–baiknya.

Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

3.7.1. Persiapan

a. Menentukan tujuan pengadaan tes.

b. Menentukan waktu yang disediakan.

c. Menentukan jumlah soal.

d. Menentukan tipe soal.

e. Menentukan kisi – kisi soal.

3.7.2. Uji Coba Instrumen

Setelah instrumen di susun, kemudian diujicobakan untuk di analisis tingkat

kevalidan, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal. Uji coba

dilakukan dikelas VIIC SMP Negeri 1 Penawangan.

3.7.3. AnalisisHasil Uji Coba Instrumen

(1) Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrument (Arikunto, 2006).

Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan rumus sebagai

berikut.

Page 66: BUDI

52

r xy=N .∑ XY−∑ X .∑Y

√ {N .∑ X2−(∑ X )2 }{N .∑Y 2−(∑ Y )2 }(Arikunto,2006)

denganr xy = koefisien korelasi

N = jumlah subyek

X = skor soal yang dicari validitasnya

Y = skor total

XY = perkalian antara skor soal dengan skor total

∑ X2

= jumlah kuadrat skor item

∑Y 2

= jumlah kuadrat skor total

Kemudian hasil r xy dikonsultasikan dengan harga r product moment

dengan taraf signifikan 5%. Jika r xy >rtabel dengan α = 5% maka alat ukur

dikatakan valid atau dengan kata lain jika harga r lebih kecil dan harga kritik

dalam tabel maka korelasi tersebut tidak signifikan.

Dari hasil analisis tes uji coba, diperoleh butir soal valid pada soal uji

coba yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 10. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 5.

(2) Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas soal menggunakan rumus Alpha sebagai

berikut.

Page 67: BUDI

53

r11=( kk−1 )(1−

∑ σb2

σ t2 )

dengan

σ b2=

∑ X2−(∑ X )2

NN dan

σ t2=

∑ X t2−

(∑ X t )2

NN

Dengan keterangan sebagai berikut.

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

∑ σb2

= jumlah varians skor tiap-tiap itemσ t

2= variansi total

N = banyaknya butir

Jikar11 >rtabel maka tes dikatakan reliabel. Dari hasil analisis diperoleh

bahwa nilai r11 = 0.6009 dengan nilai r tabel = 0,312. Dari hasil perhitungan

dapat diketahui bahwa soal uji coba reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 6.

(3) Tingkat Kesukaran Soal

Teknik penghitungannya adalah dengan menghitung berapa persen

siswa yang gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus untuk tiap

item.

Rumus yang digunakan

Tk= rata−rataskormaksimumtiap

soal ,

dengan

(Arikunto, 2003

)

Page 68: BUDI

54

Tk = Tingkat kesukaran

Untuk menginterpretasikan taraf kesukaran dapat digunakan kriteria

sebagai berikut.

JikaTk ≤ 0,30 termasuk soal sukar

Jika 0,31<Tk ≤ 0,70 termasuk soal sedang

Jika Tk > 0,70 termasuk soal mudah.

(Arifin, 2009)

Dari hasil analisis diperoleh bahwa pada soal uji coba, soal yang

termasuk soal bertipe sukar yakni nomor 2, 10, soal bertipe sedang yakni

nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Perhitungan selengkapnya dapat dilahat pada

lampiran 7 .

(4) Daya Pembeda

Untuk menentukan daya pembeda soal untuk tes yang berbentuk

uraian menggunakan rumus.

DP= X KA−X KBSkor Maks ,

dengan

DP= daya pembeda X KA = rata-rata dari kelompok atasX KB= rata-rata kelompok bawahSkorMaks=skormaksimum

Dari hasil analisis diperoleh bahwa pada soal uji coba yang termasuk

soal jelek yakni nomor 2, 4, 5 dan 9, yang termasuk soal cukup yakni nomor (Arifin,2009)

Page 69: BUDI

55

1, 3, 6, 7 dan 10, dan yang termasuk soal baik yakni nomor 8. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.

Berikut adalah tabel ringkasan hasil analisis uji coba instrumen.

Tabel 3.2Rangkuman Hasil Uji Coba

NO Validitas ReliabilitasTingkt.

KesukaranDaya beda

Kesimpulan

1 Valid

0.6009reliabel

sedang Cukup  

2 Non valid sukar Jelek tidak

3 Valid sedang Cukup  

4 Valid sedang Jelek tidak

5 Valid sedang Jelek tidak

6 Valid sedang Cukup  

7 Valid sedang Cukup  

8 Valid sedang Baik  

9 Non valid sedang Jelek tidak

10 Valid sukar Cukup  

Pada soal nomor 2 diperoleh keterangan pada kolom validitas adalah non

valid, maka soal nomor 2 tidak dipakai. Pada soal nomor 4 dan 5 diperoleh hasil

pada kolom daya beda memiliki kriteria jelek sehingga tidak digunakan dengan

pertimbangan indikator pada soal nomor 4 dan 5 sudah sudah ada pada soal

nomor 3 dan 6. Pada soal nomor 9 diperoleh hasil pada kolom validitas adalah

non valid sehingga tidak digunakan.

3.8. Analisis Data Awal

Page 70: BUDI

56

Sebelum sampel diberi perlakuan maka perlu di analisis dahulu

melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata – rata, hal

ini dilakukan supaya berangkat dari titik awal yang sama.

3.8.1. Uji Normalitas

Setelah mendapat data awal yang didapat dari pretes (lihat lampiran 9)

maka data tersebut di uji kenormalannya apakah data ketiga kelompok

tersebut berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.

H 0: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H 1: data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut.

(1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.

(2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.

(3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

(4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.

(5) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus sebagai berikut.

z i=xi−x

s

(6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan

menggunakan tabel.

Page 71: BUDI

57

(7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dengan rumus sebagai

berikut.

χ2=∑i=1

k (Oi−Ei )E i

2

Keterangan:

χ2 = Chi Kuadrat,

Oi = Frekuensi pengamatan, dan

Ei = Frekuensi yang diharapkan.

(8) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel

dengan taraf signifikansi 5% dan dk = k – 3.

(9) Menarik kesimpulan, yaitu jika χ2hitung< χ2

tabe l maka data berdistribusi

normal (Sudjana, 2005).

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai xhit2 sebesar –81,283.

Nilai χ tabel2 adalah 11,070. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa ketiga

kelas berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 10.

3.8.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel

penelitian berasal dari kondisi yang sama atau homogen. Hipotesis

statistikanya sebagai berikut.

H o=σ12=σ 2

2=σ32, artinya kedua kelas mempunyai varians sama.

H 1=¿ terdapat paling sedikit satu tanda tidak sam dengan, artinya kedua kelas mempunyai varians tidak sama.

Page 72: BUDI

58

Untuk menguji kesamaan dua varians tersebut digunakan rumus

berikut.

F=VariansterbesarVarians terkecil

Rumus untuk mencari varians adalah sebagai berikut.

s2=∑ ¿¿¿¿dengan:

s2 = varians sampel,

x i = data ke-i,

x = rata-rata, dan

n = jumlah sampel.

Membandingkan harga Fhitung dengan harga Ftabel, dengan taraf

nyataα=5%. Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika Fhitung≥ F1

2α ( v1 , v2), artinya

varians kedua kelompok sampel berbeda (Sudjana, 2005). Berdasarkan hasil

analisis diperoleh Fhit=1,39 dan F tabel=1,89. Karena Fhit<F tabel maka dapat

disimpulkan bahwa ketiga kelas tersebut homogen. Perhitungan selengkapnya

pada lampiran 11.

3.8.3. Uji Kesamaan Rata-rata (ANAVA)

Untuk mengetahui kesamaan rata–rata dua kelompok sebelum

perlakuan maka perlu di uji menggunakan kesamaan dua rata-rata. Hipotesis

yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H0 : μ1=μ2=μ3

Page 73: BUDI

59

Ha : terdapat paling sedikit satu tanda tidak sama dengan.

Keterangan :

μ1 = rata–rata kelompok eksperimen 1

μ2 = rata–rata kelompok eksperimen 2

μ3 = rata-rata kelompok kontrol

Karena sampel yang digunakan dalam penelitian lebih dari 2, maka

rumus yang digunakan adalah analisis varians klasifikasi tunggal. Sebelum

mengadakan perhitungan F, maka perlu dibuat tabel persiapan. Berikut adalah

tabel persiapan.

Tabel 3.3Anava tunggal

Sumber Variasi (SV)

Jumlah Kuadrat (JK) Derajat Kebebasan (Db)

Mean Kuadrat (MK)

Kelompok (K) JK k=∑ (∑ Xk )2

nk

−(∑ X T )2

Ndbk = k-1

MKk =

JK k

JK d

Dalam (d) JKd=JKT-JKk dbd = N – K

MKd =

JK d

dbd

Total (T)

JKT=∑ XT2 −

(∑ XT )2

Ndbt = N-1 *)

Keterangan.

nk = jumlah subyek dalam kelompok

k = banyaknya kelompok

N = jumlah subyek seluruhnya

Page 74: BUDI

60

(∑ XT )2

N = faktor koreksi yang muncul berkali-kali

Nilai F hitung diperoleh dari

Fhitung=MK k

MK d

, dengan dbf = dbk lawan dbd.

(Arikunto,2006)

Kriteria pengujian adalah H0 diterima jikaFhitung<F tabel.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh Fhit=1,51 dan F tabel=3,07.

Karena Fhitung<F tabel maka dapat disimpulkan bahwa ketiga kelas memiliki

rata-rata yang sama. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 12.

3.9. Analisis Data Akhir

Setelah ketiga sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka

dilaksanakan tes akhir. Hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan

sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Langkah–langkahnya

sebagai berikut.

3.9.1. Uji Normalitas

Uji kenormalan ini digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes

hasil belajar pokok bahasan segiempat dengan menggunakan pembelajaran

TTW realistik, TTW dan ekspositori berdistribusi normal atau tidak.Rumus

yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat dengan tahap perhitungan sama pada

halaman 56.

3.9.2. Uji homogenitas

Page 75: BUDI

61

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelompok dengan

pembelajaran TTW realistik, TTW dan kelompok dengan menggunakan

pembelajaran ekspositori mempunyai varians yang sama. Hipotesis

statistikanya sebagai berikut.

H o=σ12=σ 2

2=σ32, artinya ketiga kelas mempunyai varians sama.

H 1=¿ terdapat paling sedikit satu tanda tidak sama dengan, artinya ketiga

kelas mempunyai varians tidak sama.

Untuk menguji kesamaan dua varians tersebut digunakan rumus sesuai

pada halaman 57.

3.9.3. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis dilakukan untuk menguji apakah pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik dan pembelajaran kooperatif

tipe TTW pada materi jajargenjang, persegi panjang, dan persegi peserta didik

mencapai ketuntasan belajar yaitu sebesar 75% dari jumlah peserta didik yang

ada dikelas tersebut. Dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah telah

mencapai ketuntasan digunakan uji proporsi dengan hipotesis yang diajukan

adalah sebagai berikut.

H 0 :π ≤ 0,75

H 1: π>0,75

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Page 76: BUDI

62

z=

xn−π0

√ π0(1−π 0)n

(Sudjana 2005)Keterangan:

z : nilai z yang dihitung

x : banyaknya peserta didik yang tuntas secara individual

π0 : nilai yang dihipotesiskan

n : jumlah anggota sampel (ukuran sampel)

Kriteria pengujian yaitu H 0 ditolak jika z≥ z0.5−α dengan nilai z0.5−α

untuk α=5%.

3.9.4. Uji Kesamaan Rata-rata(ANAVA)

Untuk mengetahui kesamaan rata–rata dua kelompok sebelum

perlakuan maka perlu di uji menggunakan kesamaan dua rata-rata. Rumus

yang digunakan sama seperti pada halaman 58.

3.9.5. Uji Lanjut (Tukey Test)

Jika dalam Uji Analisi Varians terdapat perbedaan rata-rata antara

ketiga model pembelajaran, maka perlu diadakan Uji lanjut untuk mengetahui

model pembelajaran mana yang berbeda secara signifikan dari ketiga model

yang digunakan. Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk Uji

Lanjut adalah uji Tukey yang lengkapnya disebut Tukes’s HSD(Honestly

Page 77: BUDI

63

Significant Difference Test) karena jumlah sampel yang diteliti

sama.Tekniktukey digunakan dengan cara membandingkan perbedaan setiap

pasangan rata-rata dengan nilai kritis yang ditentukan sebagai berikut.

HSD=q(1−α ,n−k , k) ( MSw/n )(Furqon,2008)

3.9.6. Uji Peningkatan Kemampuan Penalaran(Uji Gain)

Untuk menguji peningkatan kemampuan penalaran hasil eksperimen

yang menggunakan pretes dan postes, maka rumusnya adalah:

t= Md

√ ∑ X2 d

N (N−1)dengan keterangan:Md : mean dari perbedaan postes dengan pretes

∑ X2 d : jumlah kuadrat deviasi

N : subjek pada sampel

d.b : ditentukan dengan N-1(Arikunto,2006).

Kriteria pengujian thit> ttabel dengan α=5%. maka terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil pretes dengan postes.

Page 78: BUDI

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab 4 ini akan dibahas tentang hasil penelitian, dan pembahasan

yang dijelaskan sebagai berikut.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi

terhadap kelas VII di SMP Negeri 1 Penawangan yang menjadi subyek

penelitian. Observasi ini dilaksanakan sebanyak tiga kali dengan waktu

pelaksanaan dan kegiatan sebagai pada tabel berikut.

Tabel 4.1Pelaksanaan Observasi

Hari/Tanggal Kegiatan

Senin, 2 Februari 2012

Meminta ijin kepada kepala sekolah SMP Negeri 1 Penawangan untuk melaksanakan observasi dan penelitian di sekolah.

Sabtu,11 Februari 2012

Melengkapi perijinan penelitian yaitu membawa surat penelitian dari Universitas Negeri Semarang sekaligus melaksanakan wawancara dengan guru matematika tentang kondisi awal siswa serta membuat kesepakatan dengan guru tentang waktu untuk untuk penelitian, dan waktu pelaksanaan tes uji coba.

Jumat,2 Februari 2012

Pelaksanaan tes uji coba dikelas VIIC.

63

Page 79: BUDI

64

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2012 s.d 22 Maret

2012. Pada saat penelitian, guru dan peneliti sepakat untuk menggunakan jam

pelajaran sesuai jadwal yang ada agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan

siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan di

kelas VIIA, VIIB, dan VIID SMP Negeri 1 Penawangan yang masing masing

kelasnya terdiri dari 40 siswa.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti memberikan penjelasan

kepada siswa bahwa proses pembelajaran yang akan dilakukan menggunakan

model pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik untuk kelas VIIA,

model pembelajaran TTW untuk kelas VIIB, dan model pembelajaran

ekspositori untuk kelas VIID. Waktu pelaksanaan penelitian dan materi

kegiatan pembelajaran dipaparkan pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian Ketika Diberi Perlakuan

Hari/Tanggal Waktu Materi Pembelajaran

Jumat, 9 Maret 201207.10-07.50 (VIIA) Pemberian Pretes untuk

mengetahui kemampuan penalaran awal siswa.

07.50-08.30 (VIID)09.30-10.10 (VIIB)

Sabtu, 10 Maret 2012 07.30-08.50 (VIID)Sifat-sifat, keliling dan luas daerah jajargenjang

Selasa, 13 Maret 2012

08.10- 09.30 ( VIIB) Sifat-sifat, keliling dan luas daerah jajargenjang.

09.50- 11.10 (VIID)Sifat-sifat, keliling dan luas daerah persegi panjang.

11. 30-12.50 (VIIA)Sifat-sifat, keliling dan luas daerah jajargenjang.

Kamis, 15 Maret 2012

07.30-08.50 (VIIA) Sifat-sifat, keliling dan luas daerah persegi panjang.09.50-11.00 (VIIB)

Sabtu, 17 Maret 2012 07.30-08.50 (VIID)Sifat-sifat, keliling dan luas daerah persegi.

Page 80: BUDI

65

Selasa, 20 Maret 2012

08.10- 09.30 ( VIIB)Sifat-sifat, keliling dan luas daerah persegi.

11. 30-12.50 (VIIA)Sifat-sifat, keliling dan luas daerah persegi.

Kamis, 22 Maret 2012

11. 30-12.50 (VIIA) Pemberian Postes untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa setelah diberi perlakuan.

09.50-11.00 (VIIB)

07.30-08.50 (VIID)

Penelitian ini terdiri dari dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

Pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen 1 menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik, kelas

eksperimen 2 menggunakan model pembelejaran kooperatif tipe TTW, dan

kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ekspositori. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 2 Februari 2012 sampai dengan

22 Maret 2012, mata pelajaran matematika materi segiempat kelas VII siswa

SMP Negeri 1 Penawangan diperoleh data hasil penelitian. Pengambilan data

akhir pada penelitian ini menggunakan metode tes. Metode tes digunakan

sebagai data penelitian untuk mengukur kemampuan penalaran.

4.1.1.1. Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan Pendekatan Realistik

Pada penelitian ini kelas eksperimen 1 menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekaatan realistik. Model pembelajaran TTW

sendiri sudah mempunyai 3 syntax utama yaitu think (tahapan berpikir), dalam

tahapan ini siswa secara mandiri melakukan kegiatan membaca, menemukan,

mengamati dan meneliti permasalahan yang mereka peroleh dari suatu

Page 81: BUDI

66

masalah yang disajikan dberupa LKS dan soal realistik. Syntax yang kedua

adalah talk, dalam tahapan ini siswa bersam dengan kelompok kecilnya

melakukan kegiatan diskusi, bertukar pendapat tentang masalah realistik yang

sudah ditemukan pada saat melakukan think. Untuk mempermudah jalannya

diskusi, maka setiap kelompok diberikan beberapa alat peraga sederhana

untuk membantu jalannya proses diskusi yang baik. Syntax yang ketiga adalah

write, pada tahapan ini siswa secara mandiri untuk membuat simpulan yang

ditulis pada buku catatan mereka secara mandiri dengan tujuan melatih

kemampuan nalar siswa yang ditunjukkan dengan simpulan yang ditulis

berdasarkan apa yang telah di peroleh dari tahapan sebelumnya.

Langkah pembelajaran kelas eksperimen 1 dimulai dengan

pendahuluan yang dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Proses

pembelajaran inti dimulai dengan membagi peserta didik menjadi beberapa

kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4 orang secara heterogen). Peserta didik

diminta untuk menyesuaikan meja kursi untuk mempermudah diskusi.

Masing-masing kelompok dibagikan LKS , lembar soal realistik dan alat

peraga. Dalam LKS ini terdapat 2 bagian utama yaitu penemuan sifat dan

masalah tentang keliling dan luas segiempat.

Diskusi kelompok dalam pengerjaan LKS didalamnya terdapat syntax

pembelajaran kooperatif tipe TTW yaitu think. Sebelum memulai diskusi,

siswa dikondisikan untuk terlebih dahulu melakukan kegiatan membaca,

mengamati, dan menuliskan permasalahan yang ditemui pada lembar kertas.

Page 82: BUDI

67

Memasuki syntax selanjutnya adalah talk. Diskusi dimulai dengan setiap anak

membacakan hasil temuan masalah, kemudian dibahas sampai benar

menemukan solusi. Dalam rangka memperlancar proses diskusi, siswa

diinstruksikan untuk menggunakan alat peraga untuk mambantu menelesaikan

masalah pada LKS. Jika belum mendapatkan solusi, maka sesegera mungkin

untuk mengganti dengan masalah yang lain, dari anggota lainnya

permasalahannya lebih mudah. Sedangkan lembar soal realistik dikerjakan

pada tahap akhir dengan tujuan siswa dapat memahami dengan benar

mengenai dua bagian awal utama, yaitu tentang sifat, keliling dan luas

sebelum mengerjakan soal kemudian dilanjutkan presentasi hasil kelompok

didepan kelas.

Presentasi yang dilakukan yaitu setiap anggota kelompok sehingga

dalam hal ini tidak ada siswa dalam satu kelompok yang tidak aktif. Dalam

melakukan presentasi, siswa tidak sekedar membacakan hasil diskusi, siswa

diminta untuk memberi penjelasan mengapa mereka bisa mengambil jawaban

tersebut. Dengan menggunakan bantuan alat peraga kemudian masing-masing

peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung guru disini juga ikut memantau melihat

aktivitas peserta didik memastikan presentasi berlangsung kondusif. Pada

kegiatan penutup dilakukan pengayaan dengan mengerjakan kuis secara

individu untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang materi yang

sudah dipelajari. Kuis dikerjakan secara individu yang kemudian dikumpulan.

Page 83: BUDI

68

Pada akhir pembelajaran guru memberikan refleksi materi dan pembagian soal

pekerjaan rumah. Guru juga meminta peserta didik untuk mempelajari materi

selanjutnya di rumah.

4.1.1.2. Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW

Pembelajaran pada kelas eksperimen 2 menggunakan model

pembelajaran TTW. Pelaksanaan model TTW pada kelas eksperimen 2

memiliki syntax yang sama dengan TTW pada kelas eksperimen,

perbedaannya pada kelas ini siswa tidak disajikan alat peraga dan

permasalahan-permasalahan realistik.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan pendahuluan dan penyampaian

apresepsi. Kegiatan inti dimulai dengan penyampaian materi yang dilakukan

oleh guru, kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok ( tiap

kelompok terdiri dari 4 orang secara heterogen ). Pada setiap kelompok

dibagikan LKS dan soal berbentuk lembaran. Didalam LKS terdapat masalah

yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat. Dalam kegiatan diskusi,

masing-masing anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan

kepada anggota yang lain sebelum mempresentasikan kepada kelompok lain.

Presentasi yang dilakukan dengan menunjuk salah satu kelompok

yang kemudian semua anggota kelompok tersebut maju kedepan kelas dan

mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Guru juga melakukan

pembahasan dan evaluasi terhadap hasil pengerjaan LKS. Kemudian

Page 84: BUDI

69

dilanjutkan dengan pengerjaan kuis. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan

memberikan refleksi materi dan membagikan soal pekerjaan rumah. Peserta

didik juga diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada

pertemuan selanjutnya dirumah.

4.1.1.3. Pembelajaran Kelas Kontrol dengan Model Ekspositori

Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

ekspositori yang sudah berjalan si SMP N 1 Penawangan. Pelaksanaan model

ekspositori dimulai dengan pendahuluan dan penyampaian apresepsi oleh

guru. Kegiatan inti dimulai dengan penyampaian materi yang dilakukan oleh

guru, kemudian dilanjutkan dengan latihan soal penerapan sifat, keliling dan

luas segiempat. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan memberikan refleksi

materi dan membagikan soal pekerjaan rumah. Peserta didik juga diminta

untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya

dirumah.

4.1.2. Analisis Tahap Awal

Analisis pada tahap awal dilakukan untuk mengetahui keadaan awal

sampel apakah sampel memiliki kemampuan awal penalaran yang sama atau

tidak. Data yang digunakan adalah nilai pretes pada lampiran 9 mata pelajaran

matematika materi segiempat kelas VII siswa SMP Negeri 1 Penawangan.

Pada tahap ini, uji yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Page 85: BUDI

70

4.1.2.1 Uji Normalitas

Rata-rata nilai awal ketiga kelas sebesar 66,25 dengan nilai terendah

55 dan nilai tertinggi 78. Hasil perhitungan uji kenormalan data pada kelas

eksperimen 1 diperoleh nilai χ2hitung sebesar -81,28. Sedangkan harga χ2

tabel

dengan taraf signifikan 5% dan dk = 8 – 3 = 5 diperoleh nilai χ20,95(3) sebesar

11,070, dengan demikian χ2hitung kurang dari χ2

tabel. Ini berarti kondisi awal hasil

belajar kemampuan penalaran matematika berdistribusi normal. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.

4.1.2.2 Uji Homogenitas

Hasil perhitungan uji Homgenitas yang telah dilakukan diperoleh nilai

Fhitung sebesar 1,39. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikasi 5% atau

taraf kepercayaan 95% dan dk pembilang 39 serta dk penyebut 39, diperoleh

Ftabel sebesar 1,89 dengan demikian Fhitung lebih kecil Ftabel. Ini berarti sampel

berasal dari populasi yang variansnya homogen. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11.

4.1.2.3 Uji Kesamaan Rata-rata (ANAVA)

Dari hasil perhitungan ANAVA yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung =

1,51. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikasi 5% dan dk = 40 + 40

+ 40 - 3 = 117, diperoleh ttabel = 3,07, dengan demikian Fhitung sama dengan 1,51

dan lebih kecil dari Ftabel = 3,07.

Page 86: BUDI

71

Ini artinya rata-rata nilai awal ketiga kelas sampel tersebut tidak

berbeda secara signifikan. Berdasarkan analisis ini maka dapat dikatakan

bahwa ketiga kelas sampel dalam keadaan setara (berangkat dari keadaan

awal yang sama). Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

12.

4.1.3. Analisis Tahap Akhir

Analisis pada tahap akhir dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan kemampuan penalaran siswa model pembelajaran kooperatif tipe

TTW dengan pendekatan realistik, pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dan pembelajaran ekspositori. Data yang digunakan

adalah nilai postes dari kelas kontrol (kelas VIID), kelas eksperimen 1 (kelas

VIIA) dan kelas eksperimen 2 (kelas VIIB) , nilai postes dapat dilihat pada

lampiran 43. Uji yang dilakukan adalah sebagai berikut.

4.1.3.1. Uji Normalitas

Rata-rata nilai tes kemampuan penalaran pada ketiga kelas sebesar

74,55 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 95. Hasil perhitungan uji

kenormalan data pada kelas eksperimen diperoleh nilai χ2hitung sebesar 8,57.

Sedangkan harga χ2tabel dengan taraf signifikan 5% dan dk = 6 – 3 = 3

diperoleh nilai χ20,95(3) sebesar 11,070, dengan demikian χ2

hitung lebih kecil dari

χ2tabel. Ini berarti hasil belajar tes kemampuan penalaran matematika

berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 44.

Page 87: BUDI

72

4.1.3.2. Uji Homogenitas

Hasil perhitungan uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh nilai

Fhitung sebesar 1,42. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikasi 5% atau

taraf kepercayaan 95% dan dk pembilang = 40 – 1 = 39 serta dk penyebut

= 40 – 1 = 39, diperoleh Ftabel sebesar 1,89 dengan demikian nilai Fhitung

kurang dari Ftabel. Ini berarti nilai tes kemampuan penalaran matematika kelas

kontrol, kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 memiliki variansi yang

homogen. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 45.

4.1.3.3. Uji Hipotesis

(1) Uji Hipotesis 1.

Uji hipotesis adalah model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan

pendekatan realistik, model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan

ekspositori terhadap kemampuan penalaran siswa mencapai ketuntasan

klasikal sebesar 75%. Uji Hipotesis yang digunakan adalah uji t satu pihak,

yaitu uji pihak kanan, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

H 0 :π ≤ 0,75H 1: π>0,75

Hasil perhitungan uji Z pada kelas kontrol diperoleh nilai Zhitung sebesar

-2,097. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikasi 5% dan dk = 39,

diperoleh ttabel sebesar 1,64, dengan demikian thitung sebesar -0,29 lebih kecil

dari ttabel sebesar 1,64. Ini berarti rata-rata nilai tes kemampuan penalaran

siswa yang dikenai model pembelajaran ekspositori belum mencapai rata-rata

Page 88: BUDI

73

ketuntasan belajar dalam satu kelas. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 48.

Hasil perhitungan uji Z pada kelas eksperimen 1 diperoleh nilai Zhitung

sebesar 1,835. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikasi 5% dan dk =

40-1 = 39, diperoleh ttabel sebesar 1,64, dengan demikian thitung sebesar 2,975

lebih besar dari ttabel sebesar 1,64. Ini berarti rata-rata nilai tes kemampuan

penalaran siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TTW

dengan pendekatan realistik sudah mencapai rata-rata ketuntasan belajar

dalam satu kelas. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

48.

Hasil perhitungan uji Z pada kelas eksperimen 2 diperoleh nilai Zhitung

sebesar 1,886. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikasi 5% dan dk =

40-1 = 39, diperoleh ttabel sebesar 1,64, dengan demikian thitung sebesar -0,786

lebih besar dari ttabel sebesar 1,64. Ini berarti rata-rata nilai tes kemampuan

penalaran siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TTW

mencapai rata-rata ketuntasan belajar dalam satu kelas. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 48.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan

realistik memiliki ketercapaian rata-rata ketuntasan belajar lebih baik dari

pada model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan ekspositori.

Page 89: BUDI

74

(2) Uji Hipotesis 2 dengan menggunakan One-Way ANAVA

Uji kesamaan rata-rata menggunakan ANAVA dari hasil perhitungan

dilakukan diperoleh nilai Fhitung sebesar 42,85. Harga ini dikonsultasikan

dengan taraf signifikasi 5% dan dk = 40 + 40 + 40 - 3 = 117, diperoleh t tabel

sebesar 3,07, dengan demikian Fhitung = 42,85 lebih besar dari Ftabel sebesar

3,07.Ini artinya rata-rata nilai ketiga kelas sampel tersebut berbeda secara

signifikan. Berdasarkan analisis ini maka dapat dikatakan bahwa setelah

ketiga sampel diberi perlakuan yang berbeda yaitu untuk kelas eksperimen 1

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan

realistik memiliki perbedaan rata-rata lebih tinggi dengan kelas eksperimen 2

menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TTW dan kelas kontrol

menggunakan pembelajaran ekspositori. Hasil perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 46.

(3) Uji Hipotesis 3 dan 4 dengan menggunakan uji Tukey

Uji lanjut digunakan untuk mengetahui dari ketiga model

pembelajaran yang digunakan yaitu kelas eksperimen 1 menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik, kelas

eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TTW dan

kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori manakah yang memiliki

perbedaan rata-rata yang signifikan. Uji yang digunakan adalah Tukey-Test.

Page 90: BUDI

75

Dari hasil perhitungan diperoleh, selisih rata-rata model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TTW sebesar 9,74 dan nilai Rentang Signifikansi Terkecil

(RST) sebesar 3,428. Dengan kata lain nilai RST lebih kecil dari selisih rata-

rata kedua model pembelajaran yaitu 3,428 lebih kecil dari 9,74. Ini berati

rata-rata kemampuan penalaran siswa yang dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik dibanding model

pembelajaran kooperatif tipe TTW berbeda signifikan. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 47.

Selisih rata-rata model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan

model pembelajaran ekspositori sebesar 0,05 dan nilai RST sebesar 3,428.

Selisih rata-rata sebesar 0,05 lebih kecil dari RST sebesar 3,428. Ini berati

rata-rata model pembelajaran kooperatif tipe TTW dibanding model

pembelajaran ekspositori tidak berbeda signifikan. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 47.

(4) Uji Hipotesis 5

Uji peningkatan kemampuan penalaran digunakan untuk mengetahui

seberapa besar peningkatan kemampuan penalaran siswa setelah mendapatkan

perlakuan yang berbeda yaitu kelas eksperimen 1 menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik, kelas

eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TTW dan

kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori.

Page 91: BUDI

76

Hasil perhitungan uji gain pada kelas eksperimen 1 diperoleh nilai

thitung sebesar 6,20. Harga ini dikosultasikan dengan taraf signifikasi 5% dan db

= 40 - 1 = 39, diperoleh ttabel sebesar 2,02, dengan demikian thitung sebesar 6,20

lebih besar dari ttabel sebesar 2,02. Ini berarti terdapat peningkatan kemampuan

penalaran siswa dari pretes dan postes yang signifikan. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 49.

Hasil perhitungan uji gain pada kelas eksperimen 2 diperoleh nilai

thitung sebesar 3,70. Harga ini dikosultasikan dengan taraf signifikasi 5% dan db

= 40 - 1 = 39, diperoleh ttabel sebesar 2,02, dengan demikian thitung sebesar 3,70

lebih besar dari ttabel sebesar 2,02. Ini berarti terdapat peningkatan kemampuan

penalaran siswa dari pretes dan postes yang signifikan. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 50.

Hasil perhitungan uji gain pada kelas kontrol diperoleh nilai thitung

sebesar 2,91. Harga ini dikosultasikan dengan taraf signifikasi 5% dan db =

39, diperoleh ttabel sebesar 2,02, dengan demikian thitung sebesar 2,91 lebiih besar

dari ttabel sebesar 2,02. Ini berarti terdapat peningkatan kemampuan penalaran

siswa dari pretes dan postes yang signifikan. Hasil perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 51.

Page 92: BUDI

77

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis awal diketahui bahwa data dari ketiga kelas

berdistribusi normal dan homogen serta hasil uji kesamaan rata-rata

menunjukkan bahwa nilai Fhit lebih kecil dari Ftabel, jadi dapat disimpulkan

bahwa ketiga sampel berasal dari keadaan awal yang sama. Maksudnya adalah

ketiga kelas tersebut memiliki kemampuan penalaran awal yang sama. Oleh

karena itu, untuk menentukan sampel yang akan dijadikan kelas eksperimen 1,

kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol tidak terikat pada salah satu kelas.

Selanjutnya ketiga sampel diberi perlakuan yang berbeda. Penentuan

ketiga sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan teknik cluster

random sampling. Sehingga diperoleh kelas VIIA sebagai kelas eksperimen 1

dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan

realistik, kelas VIIB sebagai kelas eksperimen 2 dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dan kelas VIID sebagai kelas kontrol dikenai dengan

model pembelajaran ekspositori. Pada akhir pembelajaran, pada kedua kelas

tersebut dilakukan tes untuk mengukur hasil belajar pada aspek penalaran.

Pada data hasil tes tersebut diketahui bahwa data berdistribusi normal. Maka

digunakan statistika parametrik sehingga kesimpulan yang diperoleh dari hasil

perhitungan statistik dapat digeneralisir ke dalam populasi.

Pada kelas ekperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol

dilakukan tes yang sama. Tes dilakukan pada pertemuan ke-empat dengan

Page 93: BUDI

78

waktu 80 menit. Soal evaluasi yang digunakan adalah soal yang sudah

diujicobakan sebelumnya pada kelas ujicoba dengan mengambil soal-soal

yang valid dan reliable. Soal evaluasi yang digunakan berbentuk uraian

digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran siswa. Kemampuan

penalaran bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena

dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, peserta didik dimungkinkan

melakukan beberapa kegiatan yang mendukung terbentuknya kemampuan

penalaran. Bentuk kegiatan tersebut salah satunya terlihat pada kemampuan

siswa untuk menyusun bukti terhadap pernyataan dari soal. Salah satu contoh

terdapat pada gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1. Bentuk Soal Penalaran

Pada gambar 4.1 merupakan salah satu contoh soal penalaran. Hal itu

terlihat bahwa pada soal tersebut memenuhi indikator penalaran. Indikator

yang pertama, siswa dengan bentuk soal tersebut diminta untuk menyusun

bukti, memberikan alasan. Indikator yang kedua siswa dituntut untuk dapat

menyajikan pernyataan matematika tertulis. Perhatikan gambar soal 4.2 berikut

ini.

Gambar 4.2. Bentuk Soal Penalaran dengan Pendekatan Realistik

Page 94: BUDI

79

Pada gambar 4.2 merupakan salah satu contoh soal penalaran yang

dikembangkan berdasarkan realita yang sering dilihat siswa dilingkungan.

Dari kedua soal yang dikembangkan berdasarkan indikator penalaran,

diharapkan jawaban yang ditulis siswa memiliki argument dan langkah-

langkah yang runtut. Perhatikan gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Jawaban Soal Nomor 1

Gambar 4.4 Jawaban Soal Nomor 8

Sesuai dengan penerapan model TTW dengan pendekatan realistik,

langkah pertama yang dilakukan untuk meendapatkan informasi atau inti

permasalahan adalah membaca soal dan menuliskan informasi-informasi yang

terdapat dalam soal. Informasi ini meliputi apa yang diketahui dan yang tidak

diketahui, serta yang ditanyakan dalam soal. Pada soal nomor 1,setelah

menuliskan informasi, siswa diminta untuk menggali pengetahuan kembali

tentang konsep dari jajargenjang sendiri, kemudian menuliskan

Page 95: BUDI

80

jawabanberuepa pertanyaan jika sudah menemukan jawaban yang tepat. Pada

soal nomor 2, setelah menuliskan infomasi siswa membuat rencana

pemecahan masalah. Peserta didik disini diharapkan untuk bisa mencari

hubungan informasi yang diberikan dengan yang tidak diketahui sehingga

memungkinkan peserta didik untuk menghitung. Dalam melaksanakan

rencana, peserta didik harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan

menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah

benar. Langkah yang terakhir adalah melihat kembali. Dalam langkah ini

peserta didik menyimpulkan hasil yang diperoleh dan melakukan pengecekan

atas apa yang telah dilakukan mulai dari langkah pertama sampai terakhir.

Berdasarkan syarat dan indikator yang telah terpenuhi tersebut, maka soal

evaluasi dapat digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran yang

berdasarkan penerapan model TTW dan pendekatan realistik.

Pada penelitian ini pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan bantuan pendekatan realistik. RPP

(Rencana pelaksanaan pembelajaran) yang dibuat sesuai dengan syntax yang

terdapat dalam pembelajaran kooperatif yang didalamnya memuat model

TTW dengan pendekatan realistik. Syntax-syntax tersebuat tertuang dalam

RPP yang telah dipersiapkan. Salah satunya contoh pada cuplikan RPP

gambar 4.5 berikut ini.

Page 96: BUDI

Gambar 4.5 RPP yag disusun dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan pendekatan realistik

Gambar 4.6 RPP yag disusun dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW

81

Pada gambar 4.5 merupakan cuplikan dari RPP yang menggunakan

syntax pembelajaran kooperatif yang menggunakan model TTW dengan

pendekatan realistik dan gambar 4.6 cuplikan dari RPP yang menggunakan

syntax pembelajaran kooperatif yang menggunakan model TTW. Pada

pembelajaran kooperatif tipe TTW, siswa dituntut untuk membentuk

kelompok dan bekerjasama. Kerjasama kelompok yang dilakukan dalam

pembelajaran dimulai dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok

kecil (tiap kelompok terdiri dari 4 orang secara heterogen) dan pada setiap

kelompok dibagikan lembar masalah berupa LKS dan soal realistik.

Pembelajaran yang dilaksanakan siswa sesuai tahapan pada model

Page 97: BUDI

Gambar 4.7. RPP yang berisi tentang fase presentasidengan model koperatif Tipe TTW dengan pendekatan Realistik

Gambar 4.8. RPP yang berisi tentang fase presentasi dengan model koperatif Tipe TTW

82

pembelajaran TTW pada gambar 4.5 juga telah terlihat. Pada kolom ketiga

terdapat fase think yang merupakan salah satu fase dalam model pembelajaran

TTW yaitu siswa diminta untuk membaca dan memikirkan permasalahan apa

yang sedang dikerjakan siswa.

Perhatikan gambar 4.7 dan 4.8, adapun pelaksanaan fase selanjutnya

yaitu fase presentasi (poin p ), siswa bersama kelompoknya maju kedepan

kelas untuk melaksanakan presentasi. Pelaksanaan presentasi oleh kelompok

tidak sekedar membacakan hasil yang mereka tulis pada lembar jawab

masalah, tetapi siswa juga diarahkan untuk dapat menjelaskan mengapa

kelompok tersebut menjawab seperti itu.

Pada pembelajaran dengan model TTW dengan pendekatan realisti,

LKS yang dikerjakan siswa juga sudah disesuaikan dengan model, pendekatan

Page 98: BUDI

83

dan kemampuan yang diukur. LKS dan lembar soal dibuat untuk membentuk

kemampuan penalaran siswa sehingga pada akhirnya kemampuan penalaran

yang terbentuk dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Gambar 4.9 merupakan salah satu contoh kegiatan yang terdapat pada

LKS. Pada kegiatan tersebut, siswa diminta memperhatikan gambar persegi

panjang dan siswa diminta untuk mencari tahu sifat-sifat diagonal yang

dimiliki oleh persegi panjang. Siswa yang telah diberikan model alat peraga

sederhana yang berbentuk persegi panjang diinstruksikan melakukan kegiatan

sesuai gambar 4.9 yaitu dengan melipat model persegi panjang yang terbuat

dari kertas menurut garis putus-putus yang ada pada gambar 4.9. Sesuai

dengan teori belajar Bruner tentang tiga tahapan belajar yaitu enaktif, iconic,

dan symbolic, pada kegiatan di LKS ini siswa yang kesulitan untuk menjawab

Page 99: BUDI

Gambar 4.11. penemuan keliling jajar genjang

Gambar 4.12. Penemuan luas daerah jajargenjang

84

masalah dengan gambar di LKS, maka siswa dikembalikan ke tahap enaktif,

yaitu siswa diberikan bantuan berupa model persegi panjang. Dengan

demikian siswa akan menemukan sendiri konsep tentang diagonal persegi

panjang. Hal ini sejalan dengan teori belajar Ausubel tentang belajar

menemukan yang ditunjukkan dengan siswa dengan kegiatan di LKS berhasil

menemukan sifat diagonal persegi panjang.

Pada gambar 4.11 dan 4.12 yang merupakan cuplikan dari LKS,

merupakan salah satu contoh kegiatan dalam LKS. Langkah-langkah yang

diajukan dalam LKS tersebut merupakan langkah yang berkaitan dengan

penemuan konsep luas persegi panjang. Dengan memiliki kemampuan

penalaran yang baik maka memberikan kesempatan kepada

Page 100: BUDI

85

peserta didik untuk berperan aktif dalam memberikan pernyataan, dan

membuat kesimpulan.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik pada kelas eksperimen 1 dan

pembelajaran kooperatif tipe TTW berhasil meningkatkan kemampuan

penalaran siswa. Kegiatan membaca dalam pembelajaran kooperatif tipe TTW

memberikan kesempatan peserta didik untuk berlatih memikirkan

permasalahan yang ada pada LKS. Pada teori belajar Vygotsky, seperti

percakapan pribadi salah satunya membaca adalah suatu mekanisme yang

ditekankan Vygotsky untuk mengubah pengetahuan bersama menjadi

pengetahuan pribadi. Vygotsky berpendapat bahwa siswa menyerap

percakapan siswa lain dan kemudian percakapan itu untuk membentuk

pengetahuan baru yang akan dimilikinya sendiri. Sehingga dalam proses

membaca soal secara bergantian dalam suatu kelompok dapat membantu

peserta didik untuk memahami serta mencari solusi pemecahan masalah.

Selain itu dalam kegiatan diskusi kelompok pembelajaran kooperatif

tipe TTW dengan pendekatan realistik memberikan kesempatan bagi peserta

didik untuk bertukar ide dan pendapat dalam proses pemecahan masalah. Hal

ini sesuai dengan teori belajar Piaget mendukung penggunaan strategi

pembelajaran dengan interaksi sosial, dimana siswa bekerjasama untuk saling

membantu belajar. Keterlibatan orang lain membuka kesempatan peserta didik

Page 101: BUDI

86

untuk mendapatkan pengetahuan baru untuk menkoneksikan pemahaman

sendiri dengan pemahaman barunya.

Pada penelitian kali ini pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan

pendekatan realistik siswa bersama dengan kelompoknya mengembangkan

dan bertukar pengetahuan dibantu dengan media LKS dan alat peraga..

Sehingga tujuan penggunaan LKS yaitu dibuat untuk melatih proses berpikir

nalar siswa untuk menemukan konsep maupun menyelesaikan masalah dapat

tercapai.

4.2.1.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan Pendekatan Realistik Mencapai Indikator Ketuntasan

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan

pendekatan realistik diharapkan dapat memberikan peningkatan sesuai dengan

nilai ketuntasan yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik menetapakan ketuntasan

klasikal sebesar 75%. Dari hasil penelitian, di SMP N 1 Penawangan

menetapkan nilai ketuntasan indvidu sebesar 70.

Ketuntasan klasikal merupakan salah satu indikator yang digunakan

untuk mengindikasikan apakah siswa sudah menguasai materi yang diajarkan,

dalam hal ini materi yang diajarkan adalah keliling dan luas pada

jajargenjang, persegi panjang dan persegi. Penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik ternyata dapat mencapai

ketuntasan tersebut. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang digunakan

Page 102: BUDI

87

merupakan belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial yaitu adanya proses

diskusi. Ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Piaget (Sugandi,2006).

Pada pertemuan pertama di kelas VIIA, penggunaan alat peraga

memberikan efek yang positif bagi pembelajaran dikelas. Penggunaan alat

peraga seperti memperagakan bentuk persegi dengan menggunakan alat

peraga yang dibuat dari sedotan minuman, memperagakan dari bentuk persegi

menjadi persegi panjang dengan mengubah salah satu sudutnya menjadi sudut

siku-siku, menemukan sifat-sifat persegi, persegi panjang dan persegi dengan

melipat, memutar, meletakkan potongan sudut dalam menyelesaikan masalah

yang ditemui pada LKS. Memasuki fase talk, proses diskusi berlangsung

cukup baik di pertemuan pertama. Aktivitas guru memberi bantuan pada

kelompok yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, seperti “Ayo,

kamu pasti bisa mengerjakannya”,” Berbentuk apakah jika salah satu

sudutnya saya ubah menjadi siku-siku?” bertujuan untuk lebih menghidupkan

diskusi kelompok. Memberikan contoh bagaimana cara memperagakan

bentuk persegi, persegi panjang yang merupakan bentuk lain dari

jajargenjang, persegi yang berasal dari persegi yang keempat sisinya sama

panjang, menemukan sifat-sifat pada persegi dengan melipat, memutar,

meletakkan potongan sudut. Pada pertemuan kedua dan ketiga kegiatan

pembelajaran berlangsung lebih baik dari pada pertemuan pertama. Hal

tersebut terlihat ketika siswa melaksanakan presentasi yang awalnya siswa

belum bisa bertanya dan banyak terpusat kepada guru, namun pada saat

Page 103: BUDI

88

presentasi guru hanya berperan sebagai pengatur diskusi, guru tidak memberi

bantuan materi pada siswa yang presentasi dan siswa sudah bisa mandiri

untuk bertanya. Kegiatan peragaan alat peraga secara mandiri dalam

presentasi ini dengan tidak lagi dibantu guru lewat petanyaan-pertanyaan

merupakan salah satu penerapan kosep scaffolding yang dikemukakan oleh

Vygotsky.

Proses diskusi dalam satu kelompok sebagai penerapan teori belajar

Piaget yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dapat menumbuhkan

motivasi belajar dalam kelas. Akibatnya pembelajaran lebih hidup semua

siswa aktif belajar. Selain didukung oelh teori Piaget, pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif TTW dengan pendekatan realistik juga

didukung oleh teori belajar Ausubel tentang belajar bermakna yang tercermin

dari kegiatan-kegiatan pada model TTW dengan pendekatan realistik bahwa

belajar bermakna dapat terjadi jika siswa belajar dari konstruksi-konstruksi

pemikiran siswa. Siswa melakukan kegiatan membaca, mengamati dan belajar

menyimpulkan sehingga pembelajaran terlihat aktif. Pembelajaran yang aktif

oleh semua siswa inilah yang mendukung ketuntasan belajar klasikal yaitu

sebesar 75%. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

TTW dengan pendekatan realistik memiliki ketercapaian ketuntasan klasikal

lebih baik dari pada model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan ekspositori.

Hasil ini didukung oleh penelitian Fikriyah di SMA N 2 Kudus mengenai

peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis

Page 104: BUDI

89

siswa terhadap pelajaran matematika pokok bahasan logika melalui belajar

dalam kelompok kecil dengan model TTW dengan nilai minimal 60 dan nilai

maksimal 100 dan Jannah di SMP Negeri 2 Tanjung Brebes mengenai

pembelajaran matematika dengan pendekatan RME pada sub materi pokok

bahasan persegi panjang dan persegi tahun pelajaran 2006/2007 yang telah

mencapai ketuntasan dengan nilai minimal 60 dan nilai maksimal 85 dengan

ketuntasan sebesar 75%.

4.2.2. Terdapat Perbedaan Rata-rata Kemampuan Penalaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan Pendekatan Realistik dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dan Ekspositori.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

rata-rata kemampuan penalaran siswa yang menggunakan model

pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik dibanding dengan model

pembelajaran TTW dan ekspositori. Adanya perbedaan rata-rata tersebut

mengindikasikan bahwa ketiga sampel yang diberi perlakuan berbeda akan

mengahasilkan hasil yang berbeda pula. Pada kelas eksperimen 1 (VIIA) yang

diberi perlakuan dengan model pembelajaran TTW dengan pendekatan

realistik dalam proses pembelajarannya lebih terlihat aktif. Penggunaan alat

peraga ternyata mampu menarik antusias siswa untuk mencoba menyelesaikan

masalah yang mereka temui secara mandiri kemudian mencoba memberikan

penjelasan kepada teman sekelompok yang belum paham dengan

menggunakan alat peraga tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pada

Page 105: BUDI

90

perhitungan ANAVA diperoleh nilai Fhitung pada ketiga model pembelajaran

adalah 26,015 dan nilai Ftable pada taraf signifikansi 5% adalah 3,07. Sehingga

disimpulkan ketiga model memiliki rata-rata yang berbeda.

4.2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan Pendekatan Realistik Lebih Baik Dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kemampuan

penalaran siswa yang menggunakan model pembelajaran TTW dengan

pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TTW. Hal ini sesuai dengan teori belajar yang di

kemukakan oleh Piaget (Sugandi, 2006).

(1) Belajar aktif

Belajar aktif dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak. Dalam

hal ini kemampuan kognitif yang dimaksud adalah kemampuan

penalaran. Kemampuan penalaran anak berkembang melalui proses

belajar aktif yaitu lewat fase think, yaitu ketika siswa belajar untuk

mencari permasalahan yang ada pada LKS kemudian membuat catatan

kecil, melakukan kegiatan memanipulasi alat peraga (realistik) seperti

memeragakan persegi panjang yang merupakan bentuk lain dari

jajargenjang, persegi yang berasal dari persegi yang keempat sisinya

sama panjang, menemukan sifat-sifat pada persegi dengan melipat,

memutar, meletakkan potongan sudut. dalam menyelesaikan

permasalahan pada LKS.

Page 106: BUDI

91

(2) Belajar lewat interaksi sosial.

Hal ini sesuai dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

TTW yang menekankan pada kerja sama dengan teman satu kelompok.

Pada fase talk, setiap siswa saling mengungkapkan permasalahan yang

diperoleh dalam fase think. Pada fase ini, siswa saling membantu satu

dengan lainnya agar permasalahan yang diperoleh dapat diselesaikan

dan setiap siswa memperoleh pemahaman dalam menyelesaikan

permasalahan tersebut.

Kedua hal yang demikian sesuai dengan teori belajar Vygotsky yaitu

pada konsep tentang ZPD yang menerangkan bahwa terdapat jarak antara

tingkat perkembangan sesungguhnya, yaitu diperlukannya kerjasama antar

siswa untuk menyelesaikan masalah sebelum dapat menyelesaikannya secara

mandiri. Bentuk kerjasama tersebut tercermin pada saat diskusi kelompok.

Konsep scaffolding pada pembelajaran dengan model TTW dengan

pendekatan realistik juga terlihat yaitu pada saat diskusi, seperti pemberian

pertanyaan-pertanyaan guru untuk memancing siswa agar dapat berdiskusi,

memberikan motivasi dan memberi petunjuk cara penggunaan alat peraga

seperti persegi panjang dapat dibentuk dari jajargenjang, persegi yang berasal

dari persegi yang keempat sisinya sama panjang, menemukan sifat-sifat pada

persegi dengan melipat, memutar, meletakkan potongan sudut yang masih

dibantu guru, tetapi ketika presentasi guru hanya mengatur jalannya presentasi

Page 107: BUDI

92

dan siswa secara mandiri mempresentasikan dan memperagakan alat peraga

sendiri.

Sesuai dengan salah satu indikator dari kemampuan penalaran, yaitu

kemampuan untuk memanipulasi matematika penggunaan alat peraga terbukti

mampu meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Setelah siswa melakukan

kegiatan pada fase model pembelajaran TTW dengan menggunakan

pendekatan realistik, sesuai dengan teori belajar Piaget yaitu belajar lewat

pengalaman sendiri, pamahaman yang diperoleh siswa pada model

pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik digunakan untuk

menyelesaikan soal postes.

Berdasarkan kriteria lebih baik yang telah dijelaskan pada bab 1 maka

dari hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran dengan model TTW

dengan pendekatan realistik lebih baik dari model pembelajaran TTW.

4.2.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW Lebih Baik dari Model Pembelajaran Ekspositori.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe TTW tidak memiliki perbedaan rata-rata kemampuan penalaran yang

signifikan dengan kata lain model pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak

lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

Pada model TTW, siswa diajak untuk belajar aktif, belajar melalui

interaksi sosial sesuai dengan teori belajar Vygotsky. Dalam pembelajaran

TTW setelah siswa pada fase talk guru membantu siswa dalam

Page 108: BUDI

93

mengungkapkan permasalahan dan membantu siswa untuk menyelesaikannya.

Sesuai dengan konsep scaffolding yang dijelaskan dalam teori belajar

Vygotsky. Konsep scaffolding adalah proses pemberian bantuan kepada siswa

pada tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut

dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih

permasalahan tersebut. Bentuk pemberian bantuan tersebut terlihat pada saat

diskusi. Akan tetapi dalam pelaksanaan model TTW, masih menimbulkan

beberapa permasalahan. Salah satunya adalah pada fase talk waktu yang di

butuhkan lebih lama. Hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam LKS. Hal ini berarti dalam

proses pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan penalaran masih

diperlukan sebuah media bantu salah satunya dengan menggunakan bantuan

berupa alat peraga untuk memperagakan alat peraga seperti memperagakan

persegi panjang yang merupakan bentuk lain dari jajargenjang, persegi yang

berasal dari persegi yang keempat sisinya sama panjang, menemukan sifat-

sifat pada persegi dengan melipat, memutar, meletakkan potongan sudut.,

tetapi ketika presentasi siswa secara mandiri mempresentasikan hasil diskusi

dan memperagakan alat peraga. Hal yang seperti inilah yang tidak ditemukan

pada model pembelajaran TTW. Meskipun terjadi hal yang demikian, proses

pembelajaran mengalami peningkatan setiap harinya yang bisa dilihat pada

lembar pengamatan pada lampiran 55-57 sehingga pada hasil postes kelas

Page 109: BUDI

94

yang dikenai model pembelajaran TTW dapat mencapai ketuntasan klasikal

sebesar 75%.

Hal yang serupa terjadi pula pada pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran ekspositori. Pada pembelajaran ekspositori siswa

cenderung tidak aktif. Siswa hanya menerima materi dari guru kemudian

mengerjakan latihan soal. Akibatnya kemampuan penalaran siswa kurang

berkembang karena siswa tidak mengonstruk pengetahuannya sendiri.

Sehingga berakibat kelas yang dikenai model ekspositori belum mencapai

ketuntasan klasikal sebesar 75%.

Pada uji lanjut (Tukey-Test), diperoleh nilai RST sebesar 3,428 dan

selisih rata-rata model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan model

pembelajaran ekspositori adalah 0,05. Dengan kata lain selisih rata-rata model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan model pembelajaran ekspositori

lebih kecil dari pada nilai RST. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan model pembelajaran kooperatif

tipe TTW tidak memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan. Walaupun

demikian dengan mempertimbangkan dua kriteria yang ditetapkan untuk

menentukan pembelajaran mana yang lebih baik, maka diperoleh simulan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan TTW lebih baik dari ekspositori

dilihat dari ketuntasan belajar siswa.

Page 110: BUDI

95

4.2.5. Kemampuan Penalaran siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW Realistik, yang Menggunakan TTW dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori.

Model pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik memiliki

prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih

banyak untuk berpikir, berdiskusi, memperagakan alat peraga dan menulis

jawaban. Pada model ini, penerapannya menggunakan struktur kelompok

kecil dengan tiga tahapan utama.

Tahap berfikir (think), yaitu guru mengajukan suatu permasalahan atau

pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran yang tersaji dalam LKS yang

sudah tersedia, kemudian meminta siswa untuk memikirkan pertanyaan atau

permasalahan tersebut secara individual selama beberapa saat. Dalam tahapan

ini guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan motivator dalam proses

pembelajaran tersebut.

Tahap berbicara(talk), yaitu tahap dimana siswa memulai diskusi

dalam satu kelompok tersebut. Sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan

Piaget yaitu belajar aktif dan belajar lewat interakasi sosial, hal ini pula yang

terjadi pada model pembelajaran TTW realistik. siswa mendiskusikan

permasalahan yang mereka temui pada LKS. Dengan proses diskusi, setiap

siswa dapat mengajukan permasalahan untuk dapat diselesaikan. Dalam

tahapan ini, guru mulai membagikan alat peraga sebagai pendekatan realistik.

Dengan menggunakan alat peraga, siswa dapat memperagakan permasalahan

Page 111: BUDI

96

sesuai dengan petunjuk berupa gambar pada LKS. Misalkan ketika siswa akan

menemukan permasalahan tentang simetri putar dan simetri lipat pada persegi

panjang, maka dengan menggunakan alat peraga yang terbuat dari kertas,

siswa dapat memutar dan melipat alat peraga tersebut. Ketika siswa akan

membuktikan bahwa persegi panjang adalah jajargenjang yang salah satu

sudutnya adalah siku-siku, maka dengan menggunakan alat peraga yang

terbuat dari sedotan minuman siswa mengubah ukuran sudut pada persegi

menjadi siku-siku dan akhirnya diperoleh bentuk persegi panjang.

Guru memberikan contoh bagaimana cara memanipulasi alat peraga

seperti guru membuat bentuk persegi dengan sedotan, kemudian guru

mengubah salah satu sudut persegi menjadi sudut siku-siku sehingga bentuk

yang awalnya persegi menjadi persegi panjang dilanjutkan dengan guru

memperagakan cara membentuk persegi dari bentuk awal berupa persegi

panjang dengan secara bersamaan kegiatan tersebut juga diikuti oleh siswa.

Guru memberi perintah secara langsung kepada siswa untuk menggunakan

alat peraga yang terbuat dari kertas untuk melipat, memutar, meletakkan sudut

sehingga siswa dapat menemukan sifat-sifat pada persegi, persegi panjang dan

persegi. Guru menyusun sedotan sehingga mengelilingi meja untuk

menjelaskan konsep keliling.

Dari beberapa kegiatan tersebut yaitu diskusi dan peragaan, siswa

dapat memperoleh jawaban dari permasalahan yang mereka temui. Dalam

Page 112: BUDI

97

tahap ini, guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam memperagakan alat

peraga, pemberi motivasi dan pemberi pertanyaan-pertanyaan.

Tahap menulis (write), yaitu tahap dimana siswa mulai menuliskan

jawaban yang telah mereka peroleh dari proses diskusi (talk). Dalam tahapan

ini, siswa menulis jawaban secara individu menurut pemahaman masing-

masing siswa. Kemudian masing-masing siswa mengumpulkan hasilnya

dalam satu kelompok.

Setelah ketiga tahap utama selesai dilakukan, guru kemudian meminta

salah satu kelompok maju kedepan kelas dan mempresentasikan hasil diskusi.

Dalam hal ini kelompok yang lain sebagai pendengar dan pemberi pertanyaan,

sanggahan terhadap apa yang dipresentasikan oleh kelompok yang maju

kedepan. Untuk lebih menghidupkan suasana presentasi, kelompok

yangsedang presentasi membawa alat peraga yang tadi digunakan ketika

tahapan Talk untuk memperjelas presentasi mereka. Dalam melaksanakan

presentasi, semua siswa yang ada pada kelompok yang ditunjuk untuk

presentasi salaing bekerja sama. Hal ini terlihat dengan adanya pembagian

tugas, seperti dua anak secara bergantian membacakan hasil diskusi, satu anak

sebagai pemeraga alat peraga, satu anak menuliskan simpulan di papan tulis.

Saat proses presentasi, peran guru amatlah penting. Guru tidak lagi

memberi bantuan kepada kelompok yang presentasi seperti halnya ada proses

diskusi. Ini sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Vygotsky yaitu tentang

konsep ZPD. Dalam presentasi,guru berperan sebagai pengatur jalannya

Page 113: BUDI

98

presentasi dan diskusi kelompok agar suasana pembelajaran tetap kondusif

sehingga tidak megganggu kelas lain.

Berdasarakan hasil penelitian, ternyata hasil yang diperoleh

mendukung teori belajar Piaget, Vygotsky, Bruner dan Ausubel. Hal ini

ditunjukkan dengan beberapa uji yang digunakan. Pada uji lanjut (Tukey-

Test), selisih rata-rata model pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik

dan model pembelajaran TTW adalah 9,74. Selisih rata-rata model

pembelajaran TTW dan model pembelajaran ekspositori adalah 0,05 dan nilai

RST sebesar 3,428. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa selisih rata-

rata model pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik dan model

pembelajaran TTW lebih besar dari selisih rata-rata model pembelajaran TTW

dan model pembelajaran ekspositori dan nilai RST. Ini berarti model

pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik mempunyai rata-rata lebih

baik dari model pembelajaran TTW dan ekspositori. Dari uji peningkatan

kemampuan penalaran, nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% dengan db

sebesar 2,02, nilai uji t model pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik

sebesar 6,20, nilai uji t model pembelajaran TTW sebesar 3,70 dan model

pembelajaran ekspositori sebesar 2,91. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian

Widayanti dikelas VIII SMP N 3 Banguntapan mengenai peningkatan

kemampuan penalaran matematis dalam pembelajaran matematika melalui

pendekatan PMRI. Dapat disimpulkan bahwa nilai uji t model pembelajaran

TTW dengan pendekatan realistik lebih besar dari model pembelajaran

Page 114: BUDI

99

lainnya dan nilai ttabel. Ini berarti model pembelajaran TTW dengan

pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan penalaran lebih tinggi

dari model pembelajaran TTW dan ekspositori.

Adapun hal-hal yang menarik yang diperoleh peneliti pada saat

penelitian adalah timbul kesenjangan antara kelas yang diberi perlakuan

model pembelajaran TTW dengan pendekatan Realistik dengan kelas yang

lain. Pada kelas yang menggunakan model pembelajran TTW menghendaki

penggunaan alat peraga, karena mereka menganggap dengan menggunakan

alat peraga mereka lebih mudah menyelesaikan permasalahan yang ada pada

LKS. Pada kelas ekspositori, siswa mengiginkan pembelajaran yang

menggunakan kelompok-kelompok kecil dan penggunaaan alat peraga. Dari

kejadian tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran koopertif

tipe TTW menarik minat siswa untuk belajar, dan penggunaan alat peraga

dalam pembelajran memberikan daya tarik sendiri bagi siswa untuk berani

tampil kedepan kelas untuk menerangkan dengan menggunakan alat peraga.

Adanya tahap berfikir dalam pembelajaran TTW merupakan langkah awal

yang baik dan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya.

Selain itu, dalam tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri

jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru dan menuliskan hasil

pemikirannya mereka masing-masing sehingga kemampuan berfikir setiap

individu bisa berkembang. Dalam kegiatan selanjutnya yaitu berdiskusi

dengan pasangannya yang menimbulkan adanya interaksi antar siswa. Dengan

Page 115: BUDI

100

pembelajaran ini, kemampuan penalaran dan vokasional siswa akan

berkembang. Kunci keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe TTW

dengan pendekatan realistik terletak pada fase think, talk dengan penggunaan

alat peraga, write dan presentasi pada pembelajaran ini. Sehingga dari empat

penelitian yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan

pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Page 116: BUDI

BAB 5

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan serta hasil penelitian dapat

diambil simpulan bahwa

1. Pelaksanaan model pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik di

SMP Negeri 1 Penawangan dapat mencapai indikator ketuntasan.

2. Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan penalaran model

pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TTW dan model ekspositori

3. Model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik

lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe TTW.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dari model

ekspositori.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik

dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TTW dengan pendekatan realistik sebaiknya guru

lebih memperhatikan masalah penggunaan waktu disetiap fase-fase

101

Page 117: BUDI

102

pada model TTW dengan pendekatan realistik terutama pada fase talk

yang disertai dengan penerapan alat peraga oleh siswa.

2. Penerapan model kopertif TTW untuk meningkatkan kemampuan

penalaran sebaiknya memperhatikan besar KKM per mata pelajaran,

karena untuk meningkatkan penalaran merupakan hal yang belum

mudah seperti melihat hasil belajar secara keseluruhan sehingga

pihak sekolah hendaknya lebih bijak dan lebih selektif dalam

menentukan besar kriteria ketuntasan per mata pelajaran.

Page 118: BUDI

103

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I.2004. Abstrak Thesis 2005 Program Studi Pendidikan Matematika.

Downloaddari.http://www.Google.com/search?

q=cache:6PJ4FCNVerUJ:ppsupi.org/abstrakmat 2005.html.

Arifin, Z. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Rev VI).Jakarta:Rineka Cipta

Arikunto, S.2003.Metode Statistika. Bandung: CV

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:BumiAksara.

Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Asikin, M. 2001. RME Prospek dan Alternatif Model Pembelajarannya. Makalah

Seminar disajikan dalam Seminar Nasional Matematika di Jurusan

Matematika.Semarang :FMIPA UNNES.

Azwar, Z. 2004.Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

BSNP.2006. STANDAR ISI Matematika SMP. Semarang: LP3 UNNES

Clemens, S. R., P. G. O’Daffer, & T. J. Cooney. 1981. Geometry with Application

and Problem Solving. Canada: Addison-Wesley Publishing Company.

Djamarah,S.B & Azwar Z.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta

Dwijanto.2007. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Komputer

Terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir

Kreatif Matematik Mahasiswa. Desertasi. Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia

Fikriyah. 2008. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Logika

Melalui Belajar Dalam Kelompok Kecil Dengan Strategi TTW di SMA N 2

Kudus. Skripsi. FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Furqon. 2008. Statistika Terapan untuk Penelitian. Jakarta:Alfabeta

Page 119: BUDI

104

Hadi, S. 2008. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Model Think

Talk Write (TTW) Di Kelas Vii SMP Negeri 1 Manyar Gresik.Jurnal

Pendidikan Matematika: Program Studi Pendidikan Matematika Unmuh

Gresik

Hidayat, W & Anik Y. 2008. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik

Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-

Write (TTW). Bandung: STKIP Siliwangi Bandung

Jannah, M.2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Vii Smp Negeri 2

Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan

Realistic Mathematics Education (Realistik Matematik) Pada Sub Materi

Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007.

Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Kusni.2008.Goemetri Dasar. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Mulyasa.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nopriyanti, T.2009.Kemampuan Penalaran Siswa Pada Pembelajaran Matematika

Model Pembelajaran Think-Talk-Write di Kelas VIII SMP Negeri 1

Inderalaya.Skripsi.Palembang:Unsri Treffers.1991. Didactical Background of

a Mathematics Program for Primary Education. L. Streefland (Ed.), Realistic

Mathematics Education in Primary School (hlm.21-56). Utrecht : Freudenthal

Institute.

Purnamasari, G.2009. Penerapan Model Pembelajaran Think-Talk-Write(TTW)

Untuk Meningkatkan Ketrampilan Menulis Pada Siswa SMA Pasundan Kota

Sukabumi. http :// repository. upi. edu/operator/upload/s_ c0151_

605401_abstract.pdf

Rohmad.2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif Dalam Pembelajaran

Matematika Beracuan Konstruktivisme. Makalah telah disampaikan pada

Seminar Nasional Pendidikan Matematika: Sertifikasi Guru: Meningkatkan

Page 120: BUDI

105

Kualitas Matematika di Indonesia. Di Kampus Pascasarjana UNNES

Semarang, tanggal 16 Januari 2008

Salamah, Umi. 2009. Berlogika dengan Matematika 1. Surakarta: Tiga Serangkai.

Shadiq,F.2004.Pemecahan Masalah,Penalaran dan Komunikasi, disampaikan pada

Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMA Jenjang Dasar pada

tanggal 6-19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

Suarjana, I Made.2007. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah,

Penalaran, Dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Matematika

Realistik.Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UDIKSHA, no.4 TH.XXXX,

Oktober 2007.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugandi, A. & dkk. 2004.Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.

Suryanto dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana

Pustaka.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Cetkan ke-V.Jakarta: Prestasi Pustaka.

Usdiyana, D. & dkk. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP

Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan

http://fpmipa.upi.edu/v3/www/jurnal/april2009/Jurnal%20MIPAl%20_Dian

%20Baru_.pdf,diakses tanggal 28 Desember 2011

Widayanti.2010.Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII

Smp Negeri 3 Banguntapan Dalam Pembelajaran Matematika Melalui

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI).Skripsi.Yogyakarta:FMIPA UNY

Page 121: BUDI

106

Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan

Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Page 122: BUDI

107

.

Page 123: BUDI

Lam

piran 1108

108

KISI-KISI SOAL UJI COBAMata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : SegiempatKelas / Semester : VII / IIWaktu : 2 x 40 menitStandar Kompetensi : 4. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

NO KOMPETENSI DASAR MATERI INDIKATORSOAL

NO SOAL

BENTUK SOAL

1 6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, jajar genjang.

Jajargenjang 1. Peserta didik dapat menentukan dan menuliskan bahwa segiempat adalah jajar genjang jika diketahui unsur-unsurnya.

2. Peserta didik dapat menuliskan panjang diagonal suatu jajar genjang jika diketahui perbandingan diagonal lainnya

1, 2 Uraian

Persegi panjang

1. Peserta didik dapat menggambar sebuah persegi panajng jika diketahui panjang dan lebar persegi panjang.

2. Peserta didik dapat menuliskan sisi yang sama panjang dan sejajar.

3. Peserta didik dapat menuliskan bukti bahwa diagonal-diagonal persegi panjang sama panjang.

3

4a, 4b, 4c

Uraian

Persegi 1. Peserta didik dapat menggambarkan suatu persegi pada bidang koordinat jika diketahui koordinat lainya.

2. Peserta didik dapat menuliskan bukti

5a, 5b, 5c6a, 6b, 6c, 6d

Uraian

Page 124: BUDI

109

bahwa diagonal-diagonal psuatu persegi sama panjang.

2 6.2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

Jajargenjang 1. Peserta didik dapat menentukan luas jajargenjang jika diketahui panjang alas dan tinggi.

2. Peserta didik dapat menuliskan kesamaan luas jajar genjang jika diketahui tinggi yang lain dari suatu jajargenjang

9a, 9b10b

Uraian

Persegi panjang

1. Peserta didik dapat menentukan panjang dan lebar persegi panjang dalam variabel tertentu dan sebenarnya jika diketahui keliling dan unsure yang lainnya.

7a, 7b8a,

Uraian

Persegi 1. Peserta didik dapat menentukan luas dan keliling persegi jika diketahui panjang dan lebar persegi.

8b10a

Uraian

Page 125: BUDI

A

O

D C

B

F

E

A

D C

B

O

110

Lampiran 2SOAL UJI COBA

Satuan Pendidikan : SMP N 1 PenawanganMata Pelajaran : MatematikaMateri : SegiempatWaktu : 80 menit

Petunjuk Mengerjakan Soal1. Berdoalah sebelum mengerjakan.2. Tulislah identitas Anda pada lembar jawab yang disediakan.3. Kerjakan pada lembar jawab yang telah disediakan.4. Periksalah jawaban, sebelum dikumpulkan.

1. Apakah segiempat ABCD suatu jajar genjang jika ruas garis AB//DC, besar ∠ABC = 125° dan besar ∠BAD = 55°? Tuliskan alasan!

2. Perhatikan gambar disamping!

3. Jika diketahui koordinat titik P pada bidang kertesius (2,1) dengan panjang ruas garis PQ = 4 satuan dan PS = 2 satuan. Gambarlah 2 persegi panjang PQRS yang terjadi pada bidang koordinat kartesius.

4. Perhatikan persegi panjang ABCD disamping. Titik O adalah perpotongan diagonal ruas garis AC dan BD.a. Tuliskan sisi-sisi yang sama panjang pada persegi

panjang ABCD.b. Tuliskan sisi-sisi yang sejajar pada persegi

panjang ABCD.c. Dengan menggunakan sifat simetri lipat pada persegi panjang,

Buktikan bahwa panjang ruas garis AC = BD.

5. Diketahui koordinat titik A(2,2) dan titik C (6,6) pada bidang kartesius. Titik O adalah titik tengah ruas garis AC.a. Gambarlah persegi ABCD pada bidang koordinat kartesius. Kemudian

tuliskan koordinat titik B dan titik D.b. Tuliskan koordinat titik O.

Jika diketahui segiempat ABCD adalah jajargenjang dengan diagonal ruas garis AC dan BC . Titik E dan F adalah titik tengah ruas garis OA dan OC, jika perbandingan diagonal AC : BD = 7 : 5. Tentukan perbandingan diagonal segi empat EBFD.

Page 126: BUDI

E I

J

H G

F

A

H

ID C

B

E

G

F

111

c. Dengan menggunakan sifat simetri lipat, Buktikan bahwa panjang panjang ruas garis AC=BD.

6. Diketahui koordinat titik P (–4, 1) danS (–4, 5).a. Gambarlah persegi PQRS jika kedua titik sudut yang lain terletak pada

sumbu koordinat.b. Tentukan koordinat titik Q dan R.c. Tentukan panjang sisi persegi tersebut.d. Jika titik potong kedua diagonalnya adalah titik O, tentukan koordinat

titikO.

7. Diketahui sebuah cermin yang berbentuk suatu persegi panjang memiliki keliling 94 cm. Jika selisih panjang dengan lebar cermin adalah 3 cm. a. Tentukan panjang dan lebar cermin tersebut dalam x.b. Tentukan panjang dan lebar sesungguhnya cermin tersebut.c. Hitung luas cermin tersebut.

8. Diketahui dua buah balok kayu yang sisinya berbentuk persegi mempunyai luas sama dengan luas suatu persegi panjang pada balok kayu yang lainnya. Jika panjang persegi panjang 4 kali lebarnya dan keliling pesegi panjang adalah 40 cm. a. Tentukan luas daerah sisi balok yang berbentuk persegi panjang.b. Tentukan keliling dan luas daerah sisi balok yang berbentuk persegi.

9. Perhatikan jajargenjang EFGH disamping.

10. Perhatikan gambar disamping. Jika dketahui panjang ruas garis AB = 6 cm dan DE =2cm.a. Tentukan perbandingan luas daerah AGFE dengan ABCD.b. Tentukan luas daerah yang diarsir.

Jikapanjang ruas garis HI = 6 cm, ruas garis GH= 12 cm dan ruas garis GF = 8cm.

a. a. Hitung luas daerah jajargenjang EFGH.b. b. Tentukan panjang ruas garis HJ dengan

kesaamaan luas.

Page 127: BUDI

P(2,1)

R(6,3)S(2,3)

Q(6,1)P(2,1)

Q(2,5)R(0,5)

S(0,1)

P(2,1)

Q(2,-3)R(0,-3)

S(0,1)

P(2,1)

S(2,-1)

Q(-2,1)

R(-2,-1)

P(2,1)

Q(2,-3) R(4,-3)

S(4,1)

P(2,1)

Q(2,5) R(4,5)

S(4,1)

112

Lampiran 3

PEMBAHASAN SOAL TES UJI COBANO Jawaban Skor1 Ya, Segiempat ABCD adalah suatu jajargenjang

Alasan: karena segiempat ABCD memiliki sisi sejajar AB dan CD, dan jumlah dua sudut yang berdekatan saling berpelurus. Akibatnya sisi AD sejajar dengan sisi BC. Sesuai dengan definisi segiempat yang memiliki dua pasang sisi berlawanan yang sejajar(AB dan CD, AD dan BC) adalah jajargenjang.Terbukti.

1

3

2 Diketahui perbandingan diagonal AC : BD = 7 : 5AO= ½ AC dan AE = EO = ½ AO. EO = OF = ½ OA. Akibatnya panjang ruas garis EF =2 x ½ OA.

Panjang ruas garis EF = 2 x ½ ( 72 )=7

2Jadi perbandingan panjang diagonal pada segi empat EBFD, yaitu

ruas garis EF : BD = 72

: 5.

1

3

1

3 Persegi panjang PQRS pada bidang kartesius. Jika koordinat titik P(2,1) dengan panjang PQ = 4 satuan dan PS = 2 satuan.Kemungkinan 1 Kemungkinan 2

Kemungkinan 3. Kemungkinan 4.

Kemungkinan 5. Kemungkinan 6.

5

Page 128: BUDI

A

D C

B

O

k

Gb. 2A

D C

B

O

Gb. 1

113

Kemungkinan 7. Kemungkinan 8.

4 Persegi panjang ABCD. Titik O adalah perpotongan ruas garis diagonal AC dan BD

a. Sisi-sisi yang sama panjang adalah AB dan CD, AD dan BCb. Sisi-sisi yang sejajar adalah AB dan CD, AD dan BCc. Bukti bahwa diagonal AC = BD.

Perhatikan Gb1. Dan Gb.2, gambar diatas adalah gambar sebuah model persegi panjang yang pada sudut-sudutnya diberi nama huruf. Jika s isi – sisi pada model persegi panjang ABCD dilipat menurut sumbu k(Gb.2), diperoleh:sisi AO berhimpit dengan sisi BO sisi CO berhimpit dengan sisi DO maka dari model segiempat diatas dapat disimpulkan bahwa panjang ruas garis AO = panjang ruas garis BO dan panjang ruas garis CO = panjang ruas garis DOBerakibatAC = AO + CO = BO + DO = BDJadi panjang ruas garis AC = BD (terbukti)

11

1

2

Page 129: BUDI

A(2,2)

D(2,6)(

C(6,6))

B(6,2)

P(-4,1)

S(-4,5) R(0,5)

Q(0,1)

114

5 a. Gambar persegi ABCD. Koordinat titik B adalah (6,2) dan koordinat titik D adalah (2,6).

b. Koordinat titik O adalah (x,y)

x=x2+x1

2=6+2

2=4

y=y2+ y1

2=6+2

2=4

jadi koordinat titik O adalah (4,4 ) .c. Buktikan bahwa panjang ruas garis AC=BD.

Lihat gambar model persegi ABCD, jika dilipat menurut sumbu k(Gb.2), diperoleh:Sisi AO berhimpit dengan sisi BO dan sisi CO berhinoit dengan sisi DO. Dari model persegi ABCD maka dapat disimpulkan bahwa panjang ruas garis AO = BO dan CO=DOBerakibatAC = AO + CO = BO + DO = BDJadi panjang ruas garis AC = panjang ruas garis BD (terbukti)

1

1

3

6 Koordinat titik P (–4, 1) dan S (–4, 5).a. Gambarlah persegi PQRS jika kedua titik sudut yang lain

terletak pada sumbu koordinat. 1

O

k

Page 130: BUDI

115

b. Koordinat titik Q (0,1), R(0,5).c. Panjang sisi persegi adalah 4 satuan luas.d. Koordinat titik O adalah (x,y). kita pilih 2 titik P(-4,1) dan

R(0,5) sebagai titik ujung-ujung diagonal.(cukup salah satu diagonal)

x=x2+x1

2=

0+(−4)2

=−2

y=y2+ y1

2=5+1

2=3

jadi koordinat titik O adalah (−2,3 ) .

11

2

7 Cermin yang berbentuk persegi panjang dengan keliling 94 cm. Jika selisih panjang dengan lebarnya adalah 3 cm.a. Panjang dan lebar cermin tersebut dalam x adalah

Misalkan panjang ¿ x cmMaka lebar ¿(x−3)cm

b. Panjang dan lebar cermin sesungguhnya adalahKeliling cermin ¿2 x( p+ l)⇔94 = 2 x (x+x-3)⇔ 94=4 x−6⇔ 4 x=100⇔ x=25. Jadi panjang sesungguhnya adalah 25 cm dan lebarnya adalah 22 cm.

c. Luas persegi panjang tersebut adalahL=p ×l=25× 22=550Jadi luas daerah persegi panjang tersebut adalah 550 cm2.

1

3

2

8 Balok yang sisnya berbentuk persegi mempunyai luas sama dengan luas suatu balok yng sisinya berbentuk persegi panjang. Jika keliling pesegi panjang adalah 40 cm, panjang = 4 kali lebarnya.a. Luas persegi panjang

Kll . persegi panjang=20 cmKll . persegi panjang=2 × ( p+l )40=2× ( 4 l+ l )⇔ 20=5 l ⇔l=4Lper . panjang=p ×l=4 l ×l=4.4 × 4=64jadiluaspersegipanjangadala h 64 cm2

b. Keliling dan luas persegiL . persegi=L. persegipanjang⇔ s × s=p× l⇔ s2=64 ⇔ s=8Keliling persegi adalahKLL = 4 x s = 4 x 8 = 32Jadi keliling persegi adalah 32 cm dan luasnya 64 cm.

1

2

2

9 a. Luas jajargenjang EFGH jika panjang ruas garis HI =6 cm dan

Page 131: BUDI

116

GH= 12 cmLuas jajargenjang= Alas x TinggiL=12 ×6=72Jadi luas jajargenjang adalah 72 cm2.

b. L . jajargenjang=Alas ×TinggiL jajargenjang=GH × HIL . jajargenjang=GF× HJAkibatnya⇔ GH × HI=GF × HJ=72⇔ 12× 6=8× HJ⇔ HJ=9jadi panjang ruas garis HJadalah 9cm.

2

3

10 Diketahui panjang AB= 6 cm, DE=2cma. luas AGFE dengan ABCD

L . AGFE=AG ×GF=4 × 4=16Jadi luas daerah AGFE adalah 16 cm2.L . ABCD=AB × BC=6 ×6=36Jadi luas ABCD adalah 36 cm2.Perbandingan luas persegi AGFE : ABCD = 16 : 36.

b. Pada jajar genjang EFCI, alas = 4 cm dan tinggi = 2 cmPada jajargenjang FGHC, alas = 4 cm dan tinggi = 2 cmJelas L. EFCI = L. FGHCLuas EFGHCI = 2 x L.EFCI¿2 ×a × t=2× 4× 2=16.Jadiluasan daeraharsiranadalah 16 cm2 .

2

3

Jumlah skor 50

NIlai=Jumlahskor ×2

Page 132: BUDI

117

Lampiran 4SKOR TES UJI COBA

NO

SKOR TIAP SOAL JUMLAH SKOR

TOTAL1 2 3 4 5 6 7 8 9 104 5 5 5 5 5 6 5 5 5 50

UC-01 4 0 3 4 1 2 3 5 0 0 22UC-02 3 1 2 2 3 1 4 0 1 0 17UC-03 2 0 1 2 2 0 0 0 0 0 7UC-04 2 1 5 3 3 3 3 5 2 3 30UC-05 1 0 0 2 3 4 0 1 2 2 15UC-06 2 0 0 2 3 3 3 0 5 0 18UC-07 1 0 0 2 3 3 3 0 2 0 14UC-08 1 0 3 2 4 3 6 3 0 0 22UC-09 1 0 2 3 3 2 3 1 2 0 17UC-10 2 0 4 2 1 1 3 4 1 2 20UC-11 2 0 3 3 4 5 3 4 5 2 31UC-12 4 1 2 2 3 5 6 4 2 4 33UC-13 4 0 1 2 3 4 6 2 5 3 30UC-14 1 2 1 2 1 0 0 1 5 1 14UC-15 1 0 3 3 2 3 4 1 1 1 19UC-16 3 2 1 2 3 3 4 2 2 0 22UC-17 1 0 2 2 3 3 6 1 2 0 20UC-18 0 2 0 2 3 4 4 3 2 0 20UC-19 0 0 1 2 1 1 6 5 2 2 20UC-20 1 0 1 2 3 5 4 2 2 2 22UC-21 0 0 2 2 3 5 6 3 2 2 25UC-22 2 2 3 3 2 5 4 2 2 3 28UC-23 4 0 0 2 3 3 5 0 5 0 22UC-24 4 0 0 2 3 1 6 1 2 0 19UC-25 2 0 3 4 4 5 6 4 1 1 30UC-26 2 0 1 2 2 5 0 2 2 4 20UC-27 1 1 1 2 1 0 0 1 5 3 15UC-28 1 0 0 3 4 3 4 1 2 0 18UC-29 0 1 0 2 3 2 0 0 2 0 10UC-30 0 1 2 3 3 4 3 3 2 5 26UC-31 1 0 2 2 3 1 3 0 2 0 14UC-32 4 0 0 3 4 5 5 3 2 2 28UC-33 2 0 3 1 4 3 0 0 2 2 17UC-34 0 5 2 2 3 4 5 2 5 2 30UC-35 0 1 0 3 3 3 5 1 2 0 18UC-36 2 1 3 2 3 3 5 1 3 2 25UC-37 1 0 1 2 1 1 5 1 1 2 15UC-38 4 1 2 2 3 5 5 4 2 4 32UC-39 4 1 4 3 4 5 4 4 2 3 34UC-40 3 0 2 3 3 5 0 4 5 0 25

Page 133: BUDI

Lam

piran 5118

118

Validitas Butir Soal Uji Coba

NONO

ABSEN

N=1N=2 N=3

N=4 N=5 N=6 N=7

N=8 N=9 N=10

jum N*jum^2

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 39 4 1 4 3 4 5 4 4 2 3 34 136 34 136 102 136 170 136 136 68 102 1362 12 4 1 2 2 3 5 6 4 2 4 33 132 33 66 66 99 165 198 132 66 132 1323 38 4 1 2 2 3 5 5 4 2 4 32 128 32 64 64 96 160 160 128 64 128 1284 11 2 0 3 3 4 5 3 4 5 2 31 62 0 93 93 124 155 93 124 155 62 625 13 4 0 1 2 3 4 6 2 5 3 30 120 0 30 60 90 120 180 60 150 90 1206 25 2 0 3 4 4 5 6 4 1 1 30 60 0 90 120 120 150 180 120 30 30 607 4 2 1 5 3 3 3 3 5 2 3 30 60 30 150 90 90 90 90 150 60 90 608 34 0 5 2 2 3 4 5 2 5 2 30 0 150 60 60 90 120 150 60 150 60 09 22 2 2 3 3 2 5 4 2 2 3 28 56 56 84 84 56 140 112 56 56 84 56

10 32 4 0 0 3 4 5 5 3 2 2 28 112 0 0 84 112 140 140 84 56 56 11211 30 0 1 2 3 3 4 3 3 2 5 26 0 26 52 78 78 104 78 78 52 130 012 36 2 1 3 2 3 3 5 1 3 2 25 50 25 75 50 75 75 125 25 75 50 5013 40 3 0 2 3 3 5 0 4 5 0 25 75 0 50 75 75 125 0 100 125 0 7514 21 0 0 2 2 3 5 6 3 2 2 25 0 0 50 50 75 125 150 75 50 50 015 23 4 0 0 2 3 3 5 0 5 0 22 88 0 0 44 66 66 110 0 110 0 8816 20 1 0 1 2 3 5 4 2 2 2 22 22 0 22 44 66 110 88 44 44 44 2217 1 4 0 3 4 1 2 3 5 0 0 22 88 0 66 88 22 44 66 110 0 0 8818 8 1 0 3 2 4 3 6 3 0 0 22 22 0 66 44 88 66 132 66 0 0 2219 16 3 2 1 2 3 3 4 2 2 0 22 66 44 22 44 66 66 88 44 44 0 6620 10 2 0 4 2 1 1 3 4 1 2 20 40 0 80 40 20 20 60 80 20 40 4021 17 1 0 2 2 3 3 6 1 2 0 20 20 0 40 40 60 60 120 20 40 0 2022 18 0 2 0 2 3 4 4 3 2 0 20 0 40 0 40 60 80 80 60 40 0 023 19 0 0 1 2 1 1 6 5 2 2 20 0 0 20 40 20 20 120 100 40 40 024 26 2 0 1 2 2 5 0 2 2 4 20 40 0 20 40 40 100 0 40 40 80 4025 15 1 0 3 3 2 3 4 1 1 1 19 19 0 57 57 38 57 76 19 19 19 1926 24 4 0 0 2 3 1 6 1 2 0 19 76 0 0 38 57 19 114 19 38 0 7627 35 0 1 0 3 3 3 5 1 2 0 18 0 18 0 54 54 54 90 18 36 0 028 6 2 0 0 2 3 3 3 0 5 0 18 36 0 0 36 54 54 54 0 90 0 3629 28 1 0 0 3 4 3 4 1 2 0 18 18 0 0 54 72 54 72 18 36 0 1830 5 1 0 0 2 3 4 0 1 2 2 15 15 0 0 30 45 60 0 15 30 30 1531 9 1 0 2 3 3 2 3 1 2 0 17 17 0 34 51 51 34 51 17 34 0 17

Page 134: BUDI

119

32 2 3 1 2 2 3 1 4 0 1 0 17 51 17 34 34 51 17 68 0 17 0 5133 33 2 0 3 1 4 3 0 0 2 2 17 34 0 51 17 68 51 0 0 34 34 3434 37 1 0 1 2 1 1 5 1 1 2 15 15 0 15 30 15 15 75 15 15 30 1535 27 1 1 1 2 1 0 0 1 5 3 15 15 15 15 30 15 0 0 15 75 45 1536 31 1 0 2 2 3 1 3 0 2 0 14 14 0 28 28 42 14 42 0 28 0 1437 7 1 0 0 2 3 3 3 0 2 0 14 14 0 0 28 42 42 42 0 28 0 1438 14 1 2 1 2 1 0 0 1 5 1 14 14 28 14 28 14 0 0 14 70 14 1439 29 0 1 0 2 3 2 0 0 2 0 10 0 10 0 20 30 20 0 0 20 0 040 3 2 0 1 2 2 0 0 0 0 0 7 14 0 7 14 14 0 0 0 0 0 14

jum 73 23 66 94 111 123 142 81 94 57 864 1729 558 1591 2089248

6 2962334

0 2042210

5 1440 1729

Bandingkan nilai rtabel dengan Rhitung , makadiperoleh hasil seperi pada tabel sebagai berikut.

nilai r tabel dengan tingkat kepercayaan 5%:40 0.312

btr^2 207 51 178 236 341 481 672 267 306 165but*tot 1729 558 1591 2089 2486 2962 3340 2042 2105 1440

R_XY 0.430.2

4 0.49 0.37 0.38 0.73 0.51 0.7 0.2 0.56ket val non val val val val val val non val

Page 135: BUDI

120

Lampiran 6

RELIABILITAS SOAL UJI COBA

NO NO ABSEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jum1 39 4 1 4 3 4 5 4 4 2 3 34

KELO

MPO

K AT

AS

2 12 4 1 2 2 3 5 6 4 2 4 333 38 4 1 2 2 3 5 5 4 2 4 324 11 2 0 3 3 4 5 3 4 5 2 315 13 4 0 1 2 3 4 6 2 5 3 306 25 2 0 3 4 4 5 6 4 1 1 307 4 2 1 5 3 3 3 3 5 2 3 308 34 0 5 2 2 3 4 5 2 5 2 309 22 2 2 3 3 2 5 4 2 2 3 28

10 32 4 0 0 3 4 5 5 3 2 2 2811 30 0 1 2 3 3 4 3 3 2 5 2612 36 2 1 3 2 3 3 5 1 3 2 2513 40 3 0 2 3 3 5 0 4 5 0 2514 21 0 0 2 2 3 5 6 3 2 2 2515 23 4 0 0 2 3 3 5 0 5 0 2216 20 1 0 1 2 3 5 4 2 2 2 2217 1 4 0 3 4 1 2 3 5 0 0 2218 8 1 0 3 2 4 3 6 3 0 0 2219 16 3 2 1 2 3 3 4 2 2 0 2220 10 2 0 4 2 1 1 3 4 1 2 2021 17 1 0 2 2 3 3 6 1 2 0 20

KELO

MPO

K BA

WAH

22 18 0 2 0 2 3 4 4 3 2 0 2023 19 0 0 1 2 1 1 6 5 2 2 2024 26 2 0 1 2 2 5 0 2 2 4 2025 15 1 0 3 3 2 3 4 1 1 1 1926 24 4 0 0 2 3 1 6 1 2 0 1927 35 0 1 0 3 3 3 5 1 2 0 1828 6 2 0 0 2 3 3 3 0 5 0 1829 28 1 0 0 3 4 3 4 1 2 0 1830 5 1 0 0 2 3 4 0 1 2 2 1531 9 1 0 2 3 3 2 3 1 2 0 1732 2 3 1 2 2 3 1 4 0 1 0 1733 33 2 0 3 1 4 3 0 0 2 2 1734 37 1 0 1 2 1 1 5 1 1 2 1535 27 1 1 1 2 1 0 0 1 5 3 1536 31 1 0 2 2 3 1 3 0 2 0 1437 7 1 0 0 2 3 3 3 0 2 0 1438 14 1 2 1 2 1 0 0 1 5 1 1439 29 0 1 0 2 3 2 0 0 2 0 1040 3 2 0 1 2 2 0 0 0 0 0 7

JUMLH 73 23 66 94 111 123 142 81 94 57 864

VAR BUTIR1.8

9 0.97 1.770.3

9 0.852.6

4 4.31 2.642.1

8 2.15Nilai r tabel dengan tingkat kepercayaan 5 %: 40= ,312

jum.varbut 19.77564103varSktot 43.06666667Reelia 0.6009 reliabe

Page 136: BUDI

121

Lampiran 7TARAF KESUKARAN DAN DAYA BEDA

NONO

ABSEN1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH4 5 5 5 5 5 6 5 5 5 50

1 39 4 1 4 3 4 5 4 4 2 3 342 12 4 1 2 2 3 5 6 4 2 4 333 38 4 1 2 2 3 5 5 4 2 4 324 11 2 0 3 3 4 5 3 4 5 2 315 13 4 0 1 2 3 4 6 2 5 3 306 25 2 0 3 4 4 5 6 4 1 1 307 4 2 1 5 3 3 3 3 5 2 3 308 34 0 5 2 2 3 4 5 2 5 2 309 22 2 2 3 3 2 5 4 2 2 3 28

10 32 4 0 0 3 4 5 5 3 2 2 2811 30 0 1 2 3 3 4 3 3 2 5 2612 36 2 1 3 2 3 3 5 1 3 2 2513 40 3 0 2 3 3 5 0 4 5 0 2514 21 0 0 2 2 3 5 6 3 2 2 2515 23 4 0 0 2 3 3 5 0 5 0 2216 20 1 0 1 2 3 5 4 2 2 2 2217 1 4 0 3 4 1 2 3 5 0 0 2218 8 1 0 3 2 4 3 6 3 0 0 2219 16 3 2 1 2 3 3 4 2 2 0 2220 10 2 0 4 2 1 1 3 4 1 2 2021 17 1 0 2 2 3 3 6 1 2 0 2022 18 0 2 0 2 3 4 4 3 2 0 2023 19 0 0 1 2 1 1 6 5 2 2 2024 26 2 0 1 2 2 5 0 2 2 4 2025 15 1 0 3 3 2 3 4 1 1 1 1926 24 4 0 0 2 3 1 6 1 2 0 1927 35 0 1 0 3 3 3 5 1 2 0 1828 6 2 0 0 2 3 3 3 0 5 0 1829 28 1 0 0 3 4 3 4 1 2 0 1830 5 1 0 0 2 3 4 0 1 2 2 1531 9 1 0 2 3 3 2 3 1 2 0 1732 2 3 1 2 2 3 1 4 0 1 0 1733 33 2 0 3 1 4 3 0 0 2 2 1734 37 1 0 1 2 1 1 5 1 1 2 1535 27 1 1 1 2 1 0 0 1 5 3 1536 31 1 0 2 2 3 1 3 0 2 0 1437 7 1 0 0 2 3 3 3 0 2 0 1438 14 1 2 1 2 1 0 0 1 5 1 1439 29 0 1 0 2 3 2 0 0 2 0 1040 3 2 0 1 2 2 0 0 0 0 0 7

jum 73 23 66 94 111 123 142 81 94 57 864mak 4 5 5 4 4 5 6 5 5 5min 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0Rat skr 1.825 0.58 1.65 2.35 2.775 3.075 3.55 2.025 2.35 1.43Xa 2.4 0.75 2.3 2.55 3 4 4.3 3.05 2.5 2Xb 1.25 0.4 1 2.15 2.55 2.15 2.8 1 2.2 0.85d beda 0.288 0.07 0.26 0.1 0.113 0.37 0.25 0.41 0.06 0.23

cukup jelek cukup jelek Jelek cukup cukup baik jelek cukup

ti.kes 0.456 0.12 0.33 0.47 0.555 0.615 0.592 0.405 0.47 0.29

sedang

sukar

sedang sedang

Sedang

sedang

sedang

sedang

sedang Sukar

Page 137: BUDI

122

Lampiran 8

RINGKASAN HASIL ANALISIS SOAL UJI COBA

NO SOAL

VALIDITAS

KET RELIABILITAS

TINGKAT KESUKAR

ANKET DAYA

BEDAKET KESIMPU

LAN

1 0.43 valid

0.6009Reliabe

l

0.456 sedang 0.288 cukup Dipakai

2 0.24 non valid

0.115 sukar 0.07 jelek Tidak

3 0.49 valid 0.33 sedang 0.26 cukup Dipakai4 0.37 valid 0.47 sedang 0.1 jelek Tidak5 0.38 valid 0.55 sedang 0.113 jelek Tidak6 0.73 valid 0.62 sedang 0.37 cukup Dipakai7 0.51 valid 0.59 sedang 0.25 cukup Dipakai8 0.7 valid 0.41 sedang 0.41 baik Dipakai

9 0.2 non valid

0.47 sedang 0.06 jelek Tidak

10 0.56 valid 0.286 sukar 0.23 cukup Dipakai

Page 138: BUDI

123

Lampiran 9NILAI PRETES

NO EKS 1 NILAI EKS 2 NILAI KONTROL

NILAI

1 EKS1-01 61 EKS2-01 58 K-01 602 EKS1-02 55 EKS2-02 62 K-02 623 EKS1-03 58 EKS2-03 62 K-03 664 EKS1-04 62 EKS2-04 66 K-04 645 EKS1-05 66 EKS2-05 65 K-05 626 EKS1-06 66 EKS2-06 68 K-06 587 EKS1-07 65 EKS2-07 70 K-07 658 EKS1-08 70 EKS2-08 58 K-08 589 EKS1-09 57 EKS2-09 58 K-09 70

10 EKS1-10 62 EKS2-10 62 K-10 7811 EKS1-11 70 EKS2-11 70 K-11 7012 EKS1-12 75 EKS2-12 68 K-12 6813 EKS1-13 71 EKS2-13 66 K-13 7414 EKS1-14 62 EKS2-14 70 K-14 6515 EKS1-15 70 EKS2-15 74 K-15 7016 EKS1-16 61 EKS2-16 70 K-16 6417 EKS1-17 72 EKS2-17 74 K-17 5518 EKS1-18 72 EKS2-18 68 K-18 7419 EKS1-19 63 EKS2-19 65 K-19 6820 EKS1-20 71 EKS2-20 66 K-20 5621 EKS1-21 64 EKS2-21 69 K-21 6222 EKS1-22 58 EKS2-22 62 K-22 6223 EKS1-23 61 EKS2-23 68 K-23 7624 EKS1-24 66 EKS2-24 64 K-24 6625 EKS1-25 70 EKS2-25 68 K-25 7026 EKS1-26 57 EKS2-26 66 K-26 6627 EKS1-27 61 EKS2-27 71 K-27 7428 EKS1-28 78 EKS2-28 62 K-28 6429 EKS1-29 65 EKS2-29 62 K-29 7030 EKS1-30 66 EKS2-30 58 K-30 7631 EKS1-31 72 EKS2-31 71 K-31 7232 EKS1-32 58 EKS2-32 65 K-32 7433 EKS1-33 69 EKS2-33 60 K-33 7034 EKS1-34 65 EKS2-34 70 K-34 7635 EKS1-35 68 EKS2-35 66 K-35 7236 EKS1-36 62 EKS2-36 74 K-36 6237 EKS1-37 69 EKS2-37 78 K-37 5838 EKS1-38 62 EKS2-38 70 K-38 6239 EKS1-39 70 EKS2-39 62 K-39 6640 EKS1-40 66 EKS2-40 68 K-40 64

Page 139: BUDI

Lam

piran 10

126124

UJI NORMALITAS NILAI PRETESHo : Data berdistribusi normal Pengujian HipotesisHa : Data tidak berdistribusi normal Rumus yang digunakanKriteria yang digunakanHo diterima jika γ 2 hitung ¿ γ 2 tabelPengujian Hipotesis Skor tertinggi ¿78; Skor Terendah ¿55Banyak kelas interval ¿6.3 6 ; Rentang ¿23; Panjang kelas interval ¿3.83 4

Kelas interval  

55 − 57 5 56 3136 280 -10.25 105.0625 525.31 15680

58 − 60 12 59 3481 708 -7.25 52.5625 630.75 4177261 − 63 23 62 3844 1426 -4.25 18.0625 415.4375 8841264 − 66 28 65 4225 1820 -1.25 1.5625 43.75 11830067 − 69 12 68 4624 816 1.75 3.0625 36.75 55488

70 − 72 26 71 5041 1846 4.75 22.5625 586.625 131066

73   75 8 74 5476 592 43.53125 1894.969715159.75

8 43808

76   78 6 77 5929 46271.48014

9 5109.411830656.47

1 35574

Jumlah 120 532 35756 795098.51139

9 7207.25649348054.85

3 530100

Rata-rata ¿66,25 ; Varians ¿30,475 ; Simpangan baku ¿5.52

Batas kelas Z Luas Z Luas Interval

54.5 -2.129 0.483

57.5 -1.585 0.444 0.040 5 1.593 7.287960.5 -1.042 0.351 0.092 12 3.693 18.6896

63.5 -0.498 0.191 0.542 23 21.682 0.080166.5 0.045 0.018 -0.173 28 -6.911 -176.358469.5 0.589 0.222 0.204 12 8.157 1.810172.5 1.132 0.371 0.149 26 5.970 67.2071

Chi kuadrat data -81.2836

Untuk a=5 % , dengan dk=8−3=5 diperoleh γ tabel2 ¿11.070

if ix 2ix 2xxi xx i

ii xf 2xxf ii 2

ii xf

iO iEi

ii

E

EO 2)(

χ2= ∑i=1

k (Oi−Ei )2

E i

Page 140: BUDI

125

Karena γ hit2 <γ tab

2 , maka Ho diterima artinya data berdistribusi normal

Page 141: BUDI

126

Lampiran 11UJI HOMOGENITAS PRETES

HipotesisHo : S1

2=S22=S3

2

Ha : terdapat paling sedikit satu varian yang tidak samaUji HipotesisUntuk menguji hipotesis digunakan rumus

Ho diterima apabila F< F12

a(nb−1): ¿)

Dari data diperoleh:Sumber Variasi Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol

Jumlah 2592 2621 2640

N 40 40 40❑x 64.80 65.51 66

Varians (s2) 32.32 26.34 36.67

Standart deviasi (s) 5.68 5.13 6.06

Berdasarkan rumus di atas diperoleh

F=36.6726.34

=1.39

Pada α=5% dengandk pembilang ¿nb – 1=39dk penyebut ¿nb – 1=39 F tab=1.89

Karena Fhit=1.39<F tab=1.89, maka dapat disimpulkan bahwa varians ketiga kelas homogen.

Daerah penerimaan HoDaerah penolakan Ho

Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho

F 1/2a (nb-1):(nk-1)

1.39 1.89

F =Varians terbesarVarians terkecil

Page 142: BUDI

Lam

piran 12126

127

UJI KESAMAAN RATA-RATA (ANAVA) PRETESHipotesisHo : µ1=µ2=µ3

Ha : paling sedikit ada satu yang tidak sama dengan

NOEKS 1

EKS 2

K(x1-

grnd)^2

(x2-grand)

^2

(x3-grand)

^2

(X1-rata1)

^2

(x2-rata2)

^2

(x2-rata3)

^2

NO

EKS 1

EKS 2

K(x1-grnd)

^2

(x2-grand)

^2

(x3-grand)

^2

(X1-rata1)

^2

(x2-rata2)

^2

(x2-rata3)

^21 61 58 60 26.6 66.55 37.92 14.44 56.40 36.00 30 66 58 76 0.02 66.55 96.86 1.44 56.40 100.02 55 62 62 124.50 17.29 17.29 96.04 12.32 16.00 31 72 71 72 34.1 23.44 34.13 51.84 30.14 36.003 58 62 66 66.55 17.29 0.02 46.24 12.32 0.00 32 58 65 74 66.5 1.34 61.50 46.24 0.26 64.004 62 66 64 17.29 0.02 4.66 7.84 0.24 4.00 33 69 60 70 8.08 37.92 14.76 17.64 30.36 16.005 66 65 62 0.02 1.34 17.29 1.44 0.26 16.00 34 65 70 76 1.34 14.76 96.86 0.04 20.16 1006 66 68 58 0.02 3.39 66.55 1.44 6.20 64.00 35 68 66 72 3.39 0.02 34.13 10.24 0.24 36.007 65 70 65 1.34 14.76 1.34 0.04 20.16 1.00 36 62 74 62 17.3 61.50 17.29 7.84 72.08 16.008 70 58 58 14.76 66.55 66.55 27.04 56.40 64.00 37 69 78 58 8.08 140.2 66.55 17.64 156.0 64.009 57 58 70 83.87 66.55 14.76 60.84 56.40 16.00 38 62 70 62 17.3 14.76 17.29 7.84 20.16 16.00

10 62 62 78 17.29 17.29 140.2 7.84 12.32 144.0 39 70 62 66 14.8 17.29 0.02 27.04 12.32 0.0011 70 70 70 14.76 14.76 14.76 27.04 20.16 16.00 40 66 68 64 0.02 3.39 4.66 1.44 6.20 4.0012 75 68 68 78.18 3.39 3.39 104.0 6.20 4.00 keterangan :13 71 66 74 23.4 0.02 61.50 38.44 0.24 64.00 eks 1 eks 2 kontrol14 62 70 65 17.29 14.76 1.34 7.84 20.16 1.00 Jumlah 2592 2621 264015 70 74 70 14.76 61.50 14.76 27.04 72.08 16.00 Rata-rata 64.8 65.51 6616 61 70 64 26.60 14.76 4.66 14.44 20.16 4.00 grand mean 66.158

17 72 74 55 34.13 61.50 124.5 51.84 72.08 121.0 SST 3517.99 18 72 68 74 34.13 3.39 61.50 51.84 6.20 64.00 Kelompok 91.5612819 63 65 68 9.97 1.34 3.39 3.24 0.26 4.00 Dalam 3544.3220 71 66 56 23.44 0.02 103.2 38.44 0.24 100.021 64 69 62 4.66 8.08 17.29 0.64 12.18 16.00

sumberjumlah kuadrat

df mean kuadrat Fhitung22 58 62 62 66.55 17.29 17.29 46.24 12.32 16.00

23 61 68 76 26.60 3.39 96.86 14.44 6.20 100.0 Kelompok 91.56128 2 45.780641.51

24 66 64 66 0.02 4.66 0.02 1.44 2.28 0.00 Dalam 3544.324 117 30.2925 70 68 70 14.76 3.39 14.76 27.04 6.20 16.00 Total 3635.8853 119 -

26 57 66 66 83.87 0.02 0.02 60.84 0.24 0.00 F tabel dengan alpha 5 %dk¿(2,117) adalah 3.0727 61 71 74 26.60 23.44 61.50 14.44 30.14 64.00 F hitung = 1.51 < F tabel = 3.0728 78 62 64 140.23 17.29 4.66 174.2 12.32 4.00 Kesimpulan: Maka tidak terdapat perbedaan rata-rata antara29 65 62 70 1.34 17.29 14.76 0.04 12.32 16.00 ketiga kelas tersebut.

Page 143: BUDI

128

Lampiran 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1

KELAS EKSPERIMEN 1

Mata Pelajaran : Matematika

Satuan Pendidikan : SMP

Kelas/Semester : VII/2

Materi Pokok : Segiempat

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Pertemuan ke : 1

A. Standar Kompetensi

Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya

B. Kompetensi Dasar

6.2. Mengindentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.

6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan pengertian jajargenjang.

2. Menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya.

3. Menurunkan dan menghitung rumus luas jajargenjang.

D. Model Pembelajaran

Pembelajaran dengan model TTW dengan pendekatan realistik. Model

pembelajaran TTW dengan pendekatan realistik adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu berfikir

nalar suatu materi pelajaran yang diberikan  guru dan belajar aktif.

E. Sumber dan Bahan

Hidayah, Isti. & Sugiarto. 2006. Workshop Pendidikan Matematika-2. Jurusan

Matematika FMIPA: UNNES

Page 144: BUDI

129

Wintarti, Atik & dkk.2008.Contextual Teaching And Learning Matematika.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

F. Alat Pembelajaran

1. Alat Tulis

2. LKS

3. Alat peraga model jajargenjang dari kertas asturo.

4. Batang korek.

G. Kegiatan Pembelajaran1. Pendidikan Karakter Bangsa

Karakter bangsa yang diharapkan muncul dari pembelajaran tersebut

adalah mandiri, tanggung jawab, kerja keras, religius, dan toleransi.

2. Langkah-langkah pembelajaran

Sintak Kegiatan Pembelajaran

Fase Karakteristik

Model

TTW

Pendekatan

realistik

Fase 1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

1. Pendahuluan(10 menit)

a. Guru mengkondisikan kelas.

b. Guru bersama siswa berdoa sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai. (religius)

c. Guru memberi motivasi pada peserta didik

Materi segi empat adalah materi yang sering

keluar di Ujian Nasional dan materi prayarat

untuk materi bangun ruang.

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

e. Guru memotivasi peserta didik bahwa ada

keterkaitan materi pelajaran sebelumnya(garis dan

segitiga) dengan materi jajargenjang ini.

f. Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan

digunakan adalah model pembelajaran TTW dengan

pendekatan Realistik.

g. Guru menyampaikan apersepsi.

Dengan tanya jawab mengingatkan kembali pelajaran

yang lalu yaitu garis-garis sejajar dan bentuk-bentuk

Keterkaitan

Keterkaitan

Page 145: BUDI

130

bangun datar(eksplorasi)

Keterkaitan

Fase 2

Menyajikan

informasi

2. Kegiatan Inti (70 menit)

a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa

dan memberi contoh realistik mengenai

materi yang akan dipelajari dengan media

LKS dan alat peraga. Guru menunjukkan

benda-benda di sekitar siswa sebagai

pemodelan.(kerja keras, eksplorasi)

b. Guru menunjukkan alat peraga berupa daerah

segitiga kemudian alat peraga diserahkan

kepada peserta didik dan dengan instruksi

dari guru peserta didik memanipulasi alat

peraga dan menunjukkan bahwa jajargenjang

dapat dibentuk dari suatu segitiga dan

bayangannya setelah diputar setengah putaran

pada titik tengah salah satu sisinya serta

menjelaskan pengertian jajargenjang. Jajar

genjang adalah suatu segiempat yang sisi-

sisinya sepasang-sepasang sejajar

(eksplorasi).

Fase

Think

Fase

Think

Penggunaan

Konteks

Penggunaan

Pemodelan

Interaktivitas

Fase 3

Mengorgani

sasikan siswa ke

dalam

kelompok

kooperatif

a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-

kelompok yang beranggotakan 4 siswa.

b. Guru membagi LKS realistik pada setiap

kelompok.

Interaktivitas

Fase 4

Membimbing

a. Siswa diminta untuk membaca dan

memikirkan masalah tentang sifat jajar

Fase

ThinkInteraktivitas

Page 146: BUDI

131

kelompok

bekerja dan

belajar

genjang yang telah disajikan pada LKS dan

lembar soal realistik.

b. Siswa berdiskusi sesuai kelompoknya.

Setiap kelompok bekerjasama

menyelesaikan masalah yang ada pada LKS

dan lembar soal realistis yang diberikan oleh

guru.

c. Siswa yang menonjol memberikan bantuan

pada teman satu kelompok dengan

menunjukan kembali bahwa definisi jajar

genjang dengan menggunakan alat peraga.

d. Siswa melakukan kegiatan melipat model

jajar genjang sehingga sisi-sisi yang

berlawanan berhimpit, dengan kegiatan

tersebut siswa akan melatih nalar siswa

bahwa sisi-sisi yang berlawanan pada

sebuah jajar genjang sejajar.

e. Siswa melakukan kegiatan memotong model

jajar genjang pada sudutnya, kemudian

memasangkan pada sudut lainya, dengan

kegiatan ini kemampuan penalaran siswa

dilatih untuk menyimpulkan bahwa besar

sudut-sudut yang berlawanan pada sebuah

jajar genjang sama besar

f. Guru meminta siswa bertanggung jawab

dalam berkelompok.(kerja keras, tanggung

jawab, eksplorasi).

g. Siswa menuliskan jawaban dan simpulan

dari masalah yang mereka temui pada LKS

dan soal pada lembar yang telah disediakan.

h. Guru meminta setiap siswa untuk secara

mandiri menuliskan hasil diskusi kelompok.

Fase

Talk

Fase

Talk

Fase

Write

Fase

Think

Fase

Talk

Interaktivitas

Interaktivitas

Interaktivitas

Interaktivitas

Page 147: BUDI

132

(Mandiri, elaborasi)

i. Siswa diminta untuk kembali membaca dan

memikirkan masalah tentang keliling dan

luas daerah jajar genjang yang telah

disajikan pada LKS dan soal realistik dan

menunjukkan benda-benda sekitar sebagai

pemodelan.

j. Siswa berdiskusi dengan menggunakan alat

peraga sederhana yang telah disediakan

yaitu dengan menggunakan bebrapa batang

korek apa untuk menyelesaikan maslah

tentang keliling jajar genjang dan kertas

berpetak untuk luas daerah jajar genjang.

k. Guru meminta setiap siswa untuk secara

mandiri menuliskan hasil diskusi kelompok.

(Mandiri, elaborasi)

l. Beberapa kelompok diminta untuk maju

mempresentasikan hasil diskusi disertai

peragaan alat peraga.,

Fase

Write

Fase

Present

asi Interaktivitas

Penggunaan

pemodelan

Interaktivitas

Interaktivitas

Pemanfaatan

hasil konstruksi

hasil siswa

Fase 5

Evaluasia. Siswa dikondisikan pada keadaan awal.

Kemudian guru memberikan penguatan

dengan menunjukkan cara penyelesaian

yang benar dan memberikan 2 contoh soal.

(konfirmasi)

b. Siswa diminta guru untuk menyiapkan

selembar kertas untuk menuliskan soal kuis

yang akan dikerjakan siswa.

c. Siswa mengerjakan Soal realistik yang

secara individu (Mandiri, Tanggung

jawab).

Interaktivitas

Penggunaan

konteks

Penggunaan

pemodelan

Interaktivitas

Page 148: BUDI

133

Fase 6

Memberikan

penghargaan

a. Guru menginformasikan bahwa bagi 5 siswa

yang dapat menyelesaikan kuis dengan cepat

dan dapat menjelaskan jawabannya dengan

benar maka akan mendapat nilai tambah.

b. Siswa mengumpulkan jawaban kuis

Guru mengumumkan 5 siswa yang

menjawab dengan benar

3. Penutup (10 menit)

b. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran.

c. Menginformasikan tentang materi yang

akan dibahas pada pertemuan berikutnya

adalah bangun persegi panjang.

(konfirmasi)

d. Siswa dan guru melakukan refleksi.

(toleransi)

e. Siswa diberi pekerjaan rumah

f. Guru mengucakan salam dan keluar kelas

tepat waktu. (religius)

Interaktivitas

Interaktivitas

H. PenilaianPenilaian dilakukan dengan memberikan tes/kuis individu.

Penawangan,Mengetahui Guru Matematika PenelitiSMP N 1 Penawangan

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM. 4101408184

Page 149: BUDI

134

Lampiran 14

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1

KELAS EKSPERIMEN 2

Mata Pelajaran : Matematika

Satuan Pendidikan : SMP

Kelas/Semester : VII/2

Materi Pokok : Segiempat

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Pertemuan ke : 1

A. Standar Kompetensi

Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

B. Kompetensi Dasar

6.2. Mengindentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.

6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan pengertian jajargenjang.

2. Menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi dan

sudutnya.

3. Menurunkan dan menghitung rumus luas jajargenjang.

D. Model Pembelajaran

Think Talk Write (TTW)

E. Sumber dan Bahan

Wintarti, Atik & dkk.2008.Contextual Teaching And Learning

Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Page 150: BUDI

135

F. AlatPembelajaran

1. Alat Tulis.

2. Penggaris.

3. LKS.

G. Kegiatan Pembelajaran

1. Pendidikan Karakter Bangsa

Karakter bangsa yang diharapkan muncul dari pembelajaran

tersebut adalah mandiri, tanggung jawab, kerja keras, religius, dan

toleransi.

2. Langkah-langkah pembelajaran

Sintak Kegiatan Pembelajaran Fase Model

TTW

Fase 1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

1. Pendahuluan(10 menit)

a. Guru mengkondisikan kelas.

b. Guru bersama siswa berdoa sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai. (religius)

c. Guru memberi motivasi pada peserta didik

Materi segi empat adalah materi yang sering

keluar di Ujian Nasional dan materi prayarat

untuk materi bangun ruang.

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

e. Guru memotivasi peserta didik bahwa ada keterkaitan

materi pelajaran sebelumnya(garisdan segitiga)

dengan materi jajargenjang ini.

f. Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan

digunakan adalah model pembelajaran TTW

g. Guru menyampaikan apersepsi.

Dengan tanya jawab mengingatkan kembali pelajaran

yang lalu yaitu garis-garis sejajar dan bentuk-bentuk

bangun datar(eksplorasi)

Page 151: BUDI

136

Fase 2

Menyajikan

informasi

2. Kegiatan Inti (70 menit)

a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa

dan member penjelasan mengenai materi

yang akan dipelajari dengan media LKS.

(kerja keras, eksplorasi)

b. Guru menunjukkan menjelaskan pengertian

jajargenjang(realistik). Jajargenjang adalah

suatu segiempat yang sisi-sisinya sepasang-

sepasang sejajar(eksplorasi).

Fase Think

Fase 3

Mengorganisasik

an siswa ke

dalam kelompok

kooperatif

a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-

kelompok yang beranggotakan 4 siswa.

b. Guru membagi LKS pada setiap kelompok

Fase 4

Membimbing

kelompok

bekerja dan

belajar

a. Siswa diminta untuk membaca dan

memikirkan masalah tentang sifat jajar

genjang yang telah disajikan pada LKS dan

lembar soal.

b. Siswa berdiskusi sesuai kelompoknya. Setiap

kelompok bekerjasama menyelesaikan

masalah yang ada pada LKS dan lembar soal

yang diberikan oleh guru.

c. Siswa yang menonjol memberikan bantuan

Fase Think

Fase Talk

Fase Talk

Page 152: BUDI

137

pada teman satu kelompok dengan

menunjukan kembali bahwa definisi jajar

genjang yang telah dijelaskan guru.

d. Siswa bekerja dalam satu kelompok dengan

tugas yang telah dibagi-bagi.

e. Guru meminta siswa bertanggung jawab

dalam berkelompok.(kerja keras, tanggung

jawab, eksplorasi).

f. Siswa menuliskan jawaban dari masalah

yang mereka temui pada LKS dan soal pada

lembar yang telah disediakan.

g. Guru meminta setiap siswa untuk secara

mandiri menuliskan hasil diskusi kelompok.

(Mandiri, elaborasi)

h. Siswa diminta untuk kembali membaca dan

memikirkan masalah tentang keliling dan

luas daerah jajar genjang yang telah

disajikan pada LKS .

i. Siswa kembali berdiskusi untuk

menyelesaikan masalah tentang keliling jajar

genjang dan kertas berpetak untuk luas

daerah jajar genjang.

j. Guru meminta setiap siswa untuk secara

mandiri menuliskan hasil diskusi kelompok.

(Mandiri, elaborasi)

k. Beberapa kelompok diminta untuk maju

mempresentasikan hasil diskusi disertai

peragaan alat peraga.,

Fase Write

Fase Think

Fase Talk

Fase Write

Fase

Presen tasi

Page 153: BUDI

138

l. Siswa dikondisikan pada keadaan awal.

Kemudian guru memberikan penguatan

dengan menunjukkan cara penyelesaian yang

benar dan memberikan 2 contoh soal.

(konfirmasi)

Fase 5

Evaluasi

a. Siswa diminta guru untuk menyiapkan

selembar kertas untuk menuliskan soal kuis

yang akan dikerjakan siswa.

b. Siswa mengerjakan Soal yang secara

individu (Mandiri, Tanggung jawab).

Fase 6

Memberikan

penghargaan

a. Guru menginformasikan bahwa bagi 5 siswa

yang dapat menyelesaikan kuis dengan cepat

dan dapat menjelaskan jawabannya dengan

benar maka akan mendapat nilai tambah.

b. Siswa mengumpulkan jawaban kuis

Guru mengumumkan 5 siswa yang menjawab

dengan benar.

3. Penutup (10 menit)

a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran.

b. Menginformasikan tentang materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya adalah

bangun persegi panjang. (konfirmasi)

c. Siswa dan guru melakukan refleksi.

(toleransi)

d. Siswa diberi pekerjaan rumah

e. Guru mengucapkan salam dan keluar kelas

tepat waktu. (religius)

Page 154: BUDI

139

H. PenilaianBerdasarkan hasil tes/kuis.

Penawangan,Mengetahui Guru Matematika PenelitiSMP N 1 Penawangan

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM.4101408184

Page 155: BUDI

140

Lampiran 15

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1KELAS KONTROL

Mata Pelajaran : MatematikaSatuan Pendidikan : SMPKelas/Semester : VII/2Materi Pokok : SegiempatAlokasi Waktu : 3 x 45 menitPertemuan ke : 1

A. Standar KompetensiMemahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannyaB. Kompetensi Dasar6.2. Mengindentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalahC. Indikator

1. Menjelaskan pengertian jajargenjang.2. Menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi dan

sudutnya.3. Menurunkan dan menghitung rumus luas jajargenjang.

D. Sumber dan BahanWintarti, Atik.dkk.2008.Contextual teaching and learning Matematika.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan NasionalE. Alat Pembelajaran

1. Alat Tulis2. Penggaris

F. Kegiatan Pembelajaran1. Pendahuluan (10 menit)a. Guru mengkondisikan kelas.b. Guru menyampaikan apersepsi.

Dengan tanya jawab mengingatkan kembali pelajaran yang lalu yaitu garis-garis sejajar dan bentuk-bentuk bangun datar.

c. Guru memberi motivasi peserta didik yang berkaitan dengan jajargenjang.

Page 156: BUDI

141

2. Kegiatan Inti (70 menit)a. Guru menjelaskan pengertian jajargenjang. Jajargenjang adalah suatu

segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang sejajar(eksplorasi).b. Guru menjelaskan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh jajargenjang.c. Guru menjelaskan konsep keliling dan luas daerah jajargenjang.d. Guru memberikan contoh soal tantang keliling dan luas jajargenjang.

Lampiran 1e. Guru memberikan kuis individu.lampiran 2.(b-delaborasi)3. Penutup (10 menit)a. Peserta didik bersama guru membuat rangkuman.

1) Sifat-sifat jajargenjang antara lain:(a) Sisi-sisi yang berlawanan sama panjang.(b) Sudut-sudut yang berlawanan sama besar.(c) Diagonal-diagonal saling membagi dua sama besar.(d) Jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan 1800.(e) Kedua diagonal saling membagi dua sama panjang.

2) Jika daerah jajargenjang mempunyai alas = a, tinggi = t dan luas = L maka L = a x t.

b. Guru memberikan PR I. lampiran 3c. Guru mengadakan refleksi.G. PenilaianBerdasarkan hasil kerja kelompok.

Penawangan,Mengetahui Guru MatematikaSMP N 1 Penawangan Peneliti

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM.4101408184

Page 157: BUDI

142

Lampiran 16

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2KELAS EKSPERIMEN 1

Mata Pelajaran : MatematikaSatuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VII/2Materi Pokok : SegiempatAlokasi Waktu : 2 x 45 menitPertemuan ke : 2

A. Standar KompetensiMemahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

B. Kompetensi Dasar6.2. Mengindentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

C. Indikator Pencapaian Kompetensi1. Menjelaskan pengertian persegi panjang.2. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi dan

sudutnya.3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas daerah persegi panjang.

D. Model PembelajaranTTW(Think-Talk-Write) dengan pendekatan Realistik.

E. Sumber dan BahanHidayah, Isti. & Sugiarto. 2006. Workshop Pendidikan Matematika-2. Jurusan

Matematika FMIPA: UNNESWintarti,Atik.Dkk.2008.Contextual Teaching And Learning Matematika. Jakarta:

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan NasionalF. Alat Pembelajaran

1. Alat Tulis2. Penggaris3. LKS4. Alat peraga model persegi panjang.5. Sedotan limun.

Page 158: BUDI

143

G. Kegiatan Pembelajaran1. Pendidikan Karakter Bangsa

Karakter bangsa yang diharapkan muncul dari pembelajaran tersebut adalah mandiri, tanggung jawab, kerja keras, religius, dan toleransi.2. Langkah-langkah Pembelajaran

Sintak Kegiatan Pembelajaran

Fase Kareakteristik

Model

TTW

Pendekatan

realistik

Fase 1

Menyampaika

n tujuan dan

memotivasi

siswa

1. Pendahuluan(10 menit)

a. Guru mengkondisikan kelas.

b. Guru bersama siswa berdoa sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai. (religius)

c. Guru memberi motivasi pada peserta didik

Materi segi empat adalah materi yang

sering keluar di Ujian Nasional dan materi

prayarat untuk materi bangun ruang.

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

e. Guru memotivasi peserta didik bahwa ada

keterkaitan materi pelajaran sebelumnya

(jajargenjang) dengan materi persegi panjang ini.

f. Guru menyampaikan model pembelajaran yang

akan digunakan adalah model pembelajaran TTW

dengan pendekatan Realistik.

g. Guru menyampaikan apersepsi.

Dengan tanya jawab mengingatkan kembali

pelajaran yang lalu yaitu sifat-sifat jajargenjang,

bagaimana menentukan keliling dan luas

jajargenjang(eksplorasi)Fase

Think

Keterkaitan

Keterkaitan

Keterkaitan

Fase 2

Menyajikan

2. Kegiatan Inti (70 menit)

a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa Fase Penggunaan

Page 159: BUDI

144

informasi dan memberi contoh realistik mengenai

materi yang akan dipelajari dengan media

LKS dan alat peraga. Guru menunjukkan

benda-benda di sekitar siswa sebagai

pemodelan.(kerja keras, eksplorasi)

b. Guru menunjukkan alat peraga berupa

daerah segitiga kemudian alat peraga

diserahkan kepada peserta didik dan dengan

instruksi dari guru peserta didik

memanipulasi alat peraga dan menunjukkan

bahwa persegi panjang dapat dibentuk dari

suatu segitiga siku-siku dan bayangannya

setelah diputar setengah putaran pada titik

tengah salah satu sisinya serta menjelaskan

pengertian persegi panjang (realistik).

Persegi panjang adalah suatu jajar genjang

yang salah satu sudutnya siku-siku

(eksplorasi).

Think

Fase

Think

Konteks

Penggunaan

Pemodelan

Interaktivitas

Fase 3

Mengorgani

sasikan siswa

ke dalam

kelompok

kooperatif

a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-

kelompok yang beranggotakan 4 siswa.

b. Guru membagi LKS realistik pada setiap

kelompok.

Interaktivitas

Fase 4

Membimbing

kelompok

bekerja dan

belajar

a. Siswa diminta untuk membaca dan

memikirkan masalah tentang sifat jajar

genjang yang telah disajikan pada LKS dan

lembar soal realistik.

b. Siswa berdiskusi sesuai kelompoknya.

Fase

Think

Fase

Talk

Interaktivitas

Interaktivitas

Page 160: BUDI

145

Setiap kelompok bekerjasama

menyelesaikan masalah yang ada pada

LKS dan lembar soal realistis yang

diberikan oleh guru. Guru meminta siswa

untuk memanfaatkan dengan maksimal

alat peraga yang telah disediakan

sebelumnya

c. Guru menginstruksikan bagi siswa /

kelompok yang merasa kesulitan, untuk

bertanya.

d. Siswa yang menonjol memberikan bantuan

pada teman satu kelompok dengan

menunjukan kembali bahwa definisi jajar

genjang dengan menggunakan alat peraga.

e. Siswa melakukan kegiatan melipat model

jajar genjang sehingga sisi-sisi yang

berlawanan berhimpit, dengan kegiatan

tersebut siswa akan melatih nalar siswa

bahwa sisi-sisi yang berlawanan pada

sebuah jajar genjang sejajar.

f. Siswa melakukan kegiatan memotong

model jajar genjang pada sudutnya,

kemudian memasangkan pada sudut lainya,

dengan kegiatan ini kemampuan penalaran

siswa dilatih untuk menyimpulkan bahwa

besar sudut-sudut yang berlawanan pada

sebuah jajar genjang sama besar

g. Guru meminta siswa bertanggung jawab

Fase

Talk

Fase

Write

Interaktivitas

Interaktivitas

Interaktivitas

Interaktivitas

Penggunaan

pemodelan

Interaktivitas

Page 161: BUDI

146

dalam berkelompok.(kerja keras,

tanggung jawab, eksplorasi).

h. Siswa menuliskan jawaban dan simpulan

dari masalah yang mereka temui pada LKS

dan soal pada lembar yang telah

disediakan.

i. Guru meminta setiap siswa untuk secara

mandiri menuliskan hasil diskusi

kelompok. (Mandiri, elaborasi)

j. Siswa diminta untuk kembali membaca

dan memikirkan masalah tentang keliling

dan luas daerah jajar genjang yang telah

disajikan pada LKS dan soal realistik dan

menunjukkan benda-benda sekitar sebagai

pemodelan.

k. Siswa berdiskusi dengan menggunakan alat

peraga sederhana yang telah disediakan

yaitu dengan menggunakan bebrapa batang

korek apa untuk menyelesaikan maslah

tentang keliling jajar genjang dan kertas

berpetak untuk luas daerah jajar genjang.

l. Guru meminta setiap siswa untuk secara

mandiri menuliskan hasil diskusi

kelompok. (Mandiri, elaborasi)

m. Beberapa kelompok diminta untuk maju

mempresentasikan hasil diskusi disertai

peragaan alat peraga.,

Fase

Think

Fase

Talk

Fase

Write

Fase

Present

asi

Interaktivitas

Interaktivitas

Pemanfaatan hasil

konstruksi hasil

siswa

Page 162: BUDI

147

n. Guru meminta siswa untuk berani

bertanya, memberi pendapat kepada

kelompok yang presentasi

Fase 5

Evaluasi

a. Siswa dikondisikan pada keadaan awal.

Kemudian guru memberikan penguatan

dengan menunjukkan cara penyelesaian

yang benar dan memberikan 2 contoh soal.

(konfirmasi)

b. Siswa diminta guru untuk menyiapkan

selembar kertas untuk menuliskan soal kuis

yang akan dikerjakan siswa.

c. Siswa mengerjakan Soal realistik yang

secara individu (Mandiri, Tanggung

jawab).

Interaktivitas

Penggunaan

konteks

Penggunaan

pemodelan

Interaktivitas

Fase 6

Memberikan

penghargaan

a. Guru menginformasikan bahwa bagi 5

siswa yang dapat menyelesaikan kuis

dengan cepat dan dapat menjelaskan

jawabannya dengan benar maka akan

mendapat nilai tambah.

b. Siswa mengumpulkan jawaban kuis

Guru mengumumkan 5 siswa yang

menjawab dengan benar

3. Penutup (10 menit)

a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran.

b. Menginformasikan tentang materi yang

akan dibahas pada pertemuan berikutnya

adalah bangun persegi. (konfirmasi)

Page 163: BUDI

148

c. Siswa dan guru melakukan refleksi.

(toleransi)

d. Siswa diberi pekerjaan rumah

e. Guru mengucakan salam dan keluar kelas

tepat waktu. (religius)

H. PenilaianBerdasarkan tes/kuis individu.

Penawangan,Mengetahui Guru Matematika PenelitiSMP N 1 Penawangan

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM.4101408184

Page 164: BUDI

149

Lampiran 17RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2

KELAS EKSPERIMEN 2Mata Pelajaran : MatematikaSatuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VII/2Materi Pokok : SegiempatAlokasi Waktu : 2 x 45 menitPertemuan ke : 2

A. Standar KompetensiMemahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

B. Kompetensi Dasar6.2. Mengindentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

C. Indikator Pencapaian Kompetensi1. Menjelaskan pengertian persegi panjang.2. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi dan

sudutnya.3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas daerah persegi

panjang.D. Model Pembelajaran

TTW(Think-Talk-Write).E. Sumber dan Bahan

Wintarti,Atik.dkk.2008.Contextual Teaching And Learning Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

F. Alat Pembelajaran1. Alat Tulis2. Penggaris3. LKS

G. Kegiatan Pembelajaran1. Pendidikan Karakter Bangsa

Karakter bangsa yang diharapkan muncul dari pembelajaran tersebut adalah mandiri, tanggung jawab, kerja keras, religius, dan toleransi.

Page 165: BUDI

150

2. Langkah-langkah Pembelajaran

Sintak Kegiatan Pembelajaran

Fase

Model

TTW

Fase 1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

1. Pendahuluan(10 menit)

a. Guru mengkondisikan kelas.

b. Guru bersama siswa berdoa sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai. (religius)

c. Guru memberi motivasi pada peserta didik

d. Materi segi empat adalah materi yang sering keluar

di Ujian Nasional dan materi prayarat untuk materi

bangun ruang.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

f. Guru memotivasi peserta didik bahwa ada

keterkaitan materi pelajaran sebelumnya

(jajargenjang) dengan materi persegi panjang ini.

g. Guru menyampaikan model pembelajaran yang

akan digunakan adalah model pembelajaran TTW

h. Guru menyampaikan apersepsi.

i. Dengan tanya jawab mengingatkan kembali

pelajaran yang lalu yaitu sifat dan keliling serta

luas jajargenjang(eksplorasi)

Fase 2

Menyajikan

informasi

2. Kegiatan Inti (70 menit)

a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa dan

memberi contoh mengenai materi yang akan

dipelajari dengan media LKS. (kerja keras,

eksplorasi)

b. Guru menunjukkan menjelaskan pengertian persegi

Fase

Think

Page 166: BUDI

151

panjang (realistik). Persegi panjang adalah

jajargenjang yang salah satu sudutnya siku-

siku(eksplorasi).

Fase 3

Mengorganisasik

an siswa ke

dalam kelompok

kooperatif

a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok

yang beranggotakan 4 siswa.

b. Guru membagi LKS pada setiap kelompok

Fase 4

Membimbing

kelompok

bekerja dan

belajar

a. Siswa diminta untuk membaca dan memikirkan

masalah tentang sifat persegi panjang yang telah

disajikan pada LKS dan lembar soal.

b. Siswa berdiskusi sesuai kelompoknya. Setiap

kelompok bekerjasama menyelesaikan masalah

yang ada pada LKS dan lembar soal yang

diberikan oleh guru.

c. Siswa diminta untuk berani bertanya jika

mngalami kesullitan

d. Siswa yang menonjol memberikan bantuan pada

teman satu kelompok dengan menunjukan kembali

bahwa definisipersegi panjang yang telah

dijelaskan guru.

e. Siswa bekerja dalam satu kelompok dengan tugas

yang telah dibagi-bagi.

f. Guru meminta siswa untuk mandiri. Jika

mengalami kesulitan, boleh melakukan diskusi

dengan teman satu kelompok/dengan guru.

g. Guru meminta siswa bertanggung jawab dalam

berkelompok.(kerja keras, tanggung jawab,

eksplorasi).

Fase

Think

Fase

Talk

Fase

Talk

Page 167: BUDI

152

h. Siswa menuliskan jawaban dari masalah yang

mereka temui pada LKS dan soal pada lembar

yang telah disediakan.

i. Guru meminta setiap siswa untuk secara mandiri

menuliskan hasil diskusi kelompok. (Mandiri,

elaborasi)

j. Siswa diminta untuk kembali membaca dan

memikirkan masalah tentang keliling dan luas

daerah persegi panjang yang telah disajikan pada

LKS .

k. Siswa kembali berdiskusi untuk menyelesaikan

masalah tentang keliling persegi panjang dan

kertas berpetak untuk luas daerah persegi panjang.

l. Guru meminta setiap siswa untuk secara mandiri

menuliskan hasil diskusi kelompok. (Mandiri,

elaborasi)

m. Beberapa kelompok diminta untuk maju

mempresentasikan hasil diskusi disertai peragaan

alat peraga.,

n. Siswa diminta untuk berani memberikan

tanggapan dari presentasi kelompok lain

o. Siswa dikondisikan pada keadaan awal. Kemudian

guru memberikan penguatan dengan menunjukkan

cara penyelesaian yang benar dan memberikan 2

contoh soal.(konfirmasi)

Fase

Write

Fase

Think

Fase

Talk

Fase

Write

Fase

Presen

tasi

Fase 5

Evaluasi

a. Siswa diminta guru untuk menyiapkan selembar

kertas untuk menuliskan soal kuis yang akan

dikerjakan siswa.

Page 168: BUDI

153

b. Siswa mengerjakan Soal realistik yang secara

individu (Mandiri, Tanggung jawab).

Fase 6

Memberikan

penghargaan

c. Guru menginformasikan bahwa bagi 5 siswa yang

dapat menyelesaikan kuis dengan cepat dan dapat

menjelaskan jawabannya dengan benar maka akan

mendapat nilai tambah.

d. Siswa mengumpulkan jawaban kuis

Guru mengumumkan 5 siswa yang menjawab

dengan benar.

3. Penutup (10 menit)

a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran.

b. Menginformasikan tentang materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya adalah bangun

persegi. (konfirmasi)

c. Siswa dan guru melakukan refleksi. (toleransi)

d. Siswa diberi pekerjaan rumah

e. Guru mengucapkan salam dan keluar kelas tepat

waktu. (religius)

4. PenilaianBerdasarkan hasil kuis.

Penawangan,Mengetahui Guru Matematika SMP PenelitiSMP N 1 Penawangan

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM.4101408184

Page 169: BUDI

154

Lampiran 18RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2

KELAS KONTROLMata Pelajaran : MatematikaSatuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VII/2Materi Pokok : SegiempatAlokasi Waktu : 3 x 45 menitPertemuan ke : 2

A. Standar KompetensiMemahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

B. Kompetensi Dasar6.2. Mengindentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

C. Indikator1. Menjelaskan pengertian persegi panjang.2. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi dan

sudutnya.3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas daerah persegi panjang.

D. Sumber dan BahanWintarti, Atik.dkk.2008.Contextual teaching and learning Matematika.Jakarta:

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan NasionalI. Alat Pembelajaran

1. Alat Tulis2. Penggaris3. LKS

J. Kegiatan Pembelajaran1. Pendahuluan (10 menit)a. Guru mengkondisikan kelas.b. Guru bersama peserta didik membahas PR Ic. Guru menyampaikan apersepsi.d. Dengan tanya jawab peserta didik diajak untuk mengingat pelajaran yang lalu

yaitu jajargenjang dan menyebutkan benda-benda yang berbentuk persegi panjang.

e. Guru memberi motivasi peserta didik yang berkaitan dengan persegi panjang.

Page 170: BUDI

155

2. Kegiatan Inti (100 menit)a. Guru menjelaskan pengertian persegi panjang. Persegi panjang adalah

suatu jajargenjang yang salah satu sudutnya siku-siku (eksplorasi).b. Guru menjelaskan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh persegi panjang.c. Guru menjelaskan konsep Luas daerah persegi panjang.d. Guru memberikan contoh soal tantang keliling dan luas persegi panjang. e. Guru memberikan kuis individu. Lampiran 1.(b-delaborasi)

3. Penutup (10 menit)a. Peserta didik bersama guru membuat rangkuman.

1) Sifat-sifat persegi panjang antara lain:(b) Sisi-sisi yang berlawanan sama panjang dan sejajar.(c) Diagonal-diagonal persegi panjang adalah sama panjang.(d) Diagonal-diagonal saling membagi dua sama panjang.(e) Semua sudut suatu persegi panjang adalah sudut siku-siku.

2) Jika bangun persegi panjang mempunyai panjang = p, lebar = l, dan keliling = K maka K = 2 (p + l).

3) Jika daerah persegi panjang mempunyai panjang = p, lebar = l dan luas = L maka L = p x l

b. Guru memberikan PR II. Lampiran 2.c. Guru mengadakan refleksi.

K. PenilaianBerdasarkan hasil kuis

Penawangan,Mengetahui Guru MatematikaSMP N 1 Penawangan Peneliti

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM.4101408184

Page 171: BUDI

156

Lampiran 19

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3KELAS EKSPERIMEN 1

Mata Pelajaran : MatematikaSatuan Pendidikan : SMPKelas/Semester : VII/2Materi Pokok : SegiempatAlokasi Waktu : 2 x 45 menitPertemuan ke : 3

A. Standar KompetensiMemahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

B. Kompetensi Dasar6.2. Mengindentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

C. Indikator Pencapaian Kompetensi1. Menjelaskan pengertian persegi.2. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya.3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas daerah persegi.

D. Model PembelajaranTTW dengan pendekatan Realistik

E. Sumber dan BahanHidayah, Isti. & Sugiarto. 2006. Workshop Pendidikan Matematika-2. Jurusan

Matematika FMIPA: UNNESWintarti,Atik.dkk.2008.Contextual teaching and learning Matematika. Jakarta:

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan NasionalF. Alat Pembelajaran

1. Alat Tulis2. Penggaris3. LKS4. Alat peraga model persegi yang terbuat dari kertas asturo.

Page 172: BUDI

157

G. Kegiatan Pembelajaran1. Pendidikan Karakter Bangsa

Karakter bangsa yang diharapkan muncul dari pembelajaran tersebut adalah mandiri, tanggung jawab, kerja keras, religius, dan toleransi.2. Langkah-langkah Pembelajaran

Sintak Kegiatan Pembelajaran

Fase Kareakteristik

Model

TTW

Pendekatan

realistik

Fase 1

Menyampaika

n tujuan dan

memotivasi

siswa

i. Pendahuluan(10 menit)

a. Guru mengkondisikan kelas.

b. Guru bersama siswa berdoa sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai. (religius)

c. Guru memberi motivasi pada peserta didik Materi

segi empat adalah materi yang sering keluar di

Ujian Nasional dan materi prayarat untuk materi

bangun ruang.

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

e. Guru memotivasi peserta didik bahwa ada

keterkaitan materi pelajaran sebelumnya(persegi

panjang) dengan materi persegi ini.

f. Guru menyampaikan model pembelajaran yang

akan digunakan adalah model pembelajaran TTW

dengan pendekatan Realistik.

g. Guru menyampaikan apersepsi.

Dengan tanya jawab mengingatkan kembali

pelajaran yang lalu yaitu sifat, keliling dan luas

persegi panjang(eksplorasi)

Keterkaitan

Keterkaitan

Keterkaitan

Fase 2

Menyajikan

informasi

ii. Kegiatan Inti (70 menit)

a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa

dan memberi contoh realistik mengenai

Fase

ThinkPenggunaan

Konteks

Page 173: BUDI

158

materi yang akan dipelajari dengan media

LKS dan alat peraga. Guru menunjukkan

benda-benda di sekitar siswa sebagai

pemodelan.(kerja keras, eksplorasi)

b. Guru menunjukkan alat peraga berupa

daerah segitiga kemudian alat peraga

diserahkan kepada peserta didik dan

dengan instruksi dari guru peserta didik

memanipulasi alat peraga dan

menunjukkan bahwa persegi dapat

dibentuk dari segitiga siku-siku sama kaki

dan bayangannya setelah diputar setengah

putaran pada titik tengah salah satu sisinya

(eksplorasi).

Fase

Think

Penggunaan

Pemodelan

Interaktivitas

Fase 3

Mengorgani

sasikan siswa

ke dalam

kelompok

kooperatif

a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-

kelompok yang beranggotakan 4 siswa.

b. Guru membagi LKS realistik pada setiap

kelompok.

Interaktivitas

Fase 4

Membimbing

kelompok

bekerja dan

belajar

a. Siswa diminta untuk membaca dan

memikirkan masalah tentang sifat persegi

yang telah disajikan pada LKS dan

lembar soal realistik.

b. Siswa berdiskusi sesuai kelompoknya.

Setiap kelompok bekerjasama

Fase

Think

Fase

Talk

Interaktivitas

Interaktivitas

Page 174: BUDI

159

menyelesaikan masalah yang ada pada

LKS dan lembar soal realistis yang

diberikan oleh guru. Guru berkeliling

dan meminta siswa untuk

memanfaatkan dengan maksimal alat

peraga yang telah disediakan sebelumnya

c. Siswa diminta membuat pemodelan

sebelum menuliskan jawaban.

d. Guru menginstruksikan bagi siswa /

kelompok yang merasa kesulitan, untuk

bertanya, sehingga dapat menyelesaikan

masalah sesuai langkah-langkah.

e. Siswa yang menonjol memberikan

bantuan pada teman satu kelompok

dengan menunjukan kembali bahwa

definisi persegi dengan menggunakan alat

peraga.

f. Siswa melakukan kegiatan melipat model

persegi sehingga sisi-sisi yang berlawanan

berhimpit, dengan kegiatan tersebut siswa

akan melatih nalar siswa bahwa sisi-sisi

yang berlawanan pada sebuah jajar

genjang sejajar.

g. Siswa melakukan kegiatan memotong

model persegi pada sudutnya, kemudian

memasangkan pada sudut lainya, dengan

kegiatan ini kemampuan penalaran siswa

dilatih untuk menyimpulkan bahwa besar

Fase

Talk

Fase

Write

Interaktivitas

Interaktivitas

Interaktivitas

Page 175: BUDI

160

sudut-sudut pada sebuah persegi sama

besar

h. Guru meminta siswa bertanggung jawab

dalam berkelompok.(kerja keras,

tanggung jawab, eksplorasi).

i. Siswa menuliskan jawaban dan simpulan

dari masalah yang mereka temui pada

LKS dan soal pada lembar yang telah

disediakan.

j. Guru meminta setiap siswa untuk secara

mandiri menuliskan hasil diskusi

kelompok. (Mandiri, elaborasi)

k. Siswa diminta untuk kembali membaca

dan memikirkan masalah tentang keliling

dan luas daerah persegi yang telah

disajikan pada LKS dan soal realistik dan

menunjukkan benda-benda sekitar sebagai

pemodelan.

l. Siswa berdiskusi dengan menggunakan

alat peraga sederhana yang telah

disediakan yaitu dengan menggunakan

bebrapa batang korek apa untuk

menyelesaikan maslah tentang keliling

jajar genjang dan kertas berpetak untuk

luas daerah persegi.

m. Guru meminta setiap siswa untuk secara

mandiri menuliskan hasil diskusi

kelompok. (Mandiri, elaborasi)

Fase

Think

Fase

Talk

Fase

Write

Fase

Presenta

si

Interaktivitas

Penggunaan

pemodelan

Interaktivitas

Interaktivitas

Pemanfaatan hasil

konstruksi hasil

siswa

Page 176: BUDI

161

n. Beberapa kelompok diminta untuk maju

mempresentasikan hasil diskusi disertai

peragaan alat peraga.,

o. Guru meminta siswa untuk bertanya,

member pendapat kepada kelompok yang

presentasi

Fase 5

Evaluasi

a. Siswa dikondisikan pada keadaan awal.

Kemudian guru memberikan penguatan

dengan menunjukkan cara penyelesaian

yang benar dan memberikan 2 contoh

soal.(konfirmasi)

b. Siswa diminta guru untuk menyiapkan

selembar kertas untuk menuliskan soal

kuis yang akan dikerjakan siswa.

c. Siswa mengerjakan Soal realistik yang

secara individu (Mandiri, Tanggung

jawab).

Interaktivitas

Penggunaan

konteks

Penggunaan

pemodelan

Interaktivitas

Fase 6

Memberikan

penghargaan

a. Guru menginformasikan bahwa bagi 5

siswa yang dapat menyelesaikan kuis

dengan cepat dan dapat menjelaskan

jawabannya dengan benar maka akan

mendapat nilai tambah.

b. Siswa mengumpulkan jawaban kuis

Guru mengumumkan 5 siswa yang

menjawab dengan benar

iii. Penutup (10 menit)

a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran.

Page 177: BUDI

162

b. Menginformasikan bahwa pada

pertemuan berikutnya akan diadakan

ulangan dengan materi jajargenjang,

persegi panjang dan persegi.

(konfirmasi)

c. Siswa dan guru melakukan refleksi.

(toleransi)

d. Siswa diberi pekerjaan rumah

e. Guru mengucakan salam dan keluar

kelas tepat waktu. (religius)

H. PenilaianBerdasarkan tes/kuis individu.Penawangan,Mengetahui Guru Matematika PenelitiSMP N 1 Penawangan

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM.4101408184

Page 178: BUDI

163

Lampiran 20

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3KELAS EKSPERIMEN 2

Mata Pelajaran : MatematikaSatuan Pendidikan : SMPKelas/Semester : VII/2Materi Pokok : SegiempatAlokasi Waktu : 2 x 45 menitPertemuan ke : 3

A. Standar KompetensiMemahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

B. Kompetensi Dasar6.2. Mengindentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalahC. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan pengertian persegi.2. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya.3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas daerah persegi.

D. Model PembelajaranThink Talk Write(TTW).E. Sumber dan BahanWintarti, Atik.dkk.2008.Contextual Teaching And Learning Matematika. Jakarta:

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan NasionalF. Alat Pembelajaran

1. Alat Tulis2. Penggaris3. LKS.

G. Kegiatan Pembelajaran1. Pendidikan Karakter Bangsa

Karakter bangsa yang diharapkan muncul dari pembelajaran tersebut adalah mandiri, tanggung jawab, kerja keras, religius, dan toleransi.

Page 179: BUDI

164

2. Langkah-langkah Pembelajaran

Sintak Kegiatan Pembelajaran

Fase

Model

TTW

Fase 1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi

siswa

1. Pendahuluan(10 menit)

a. Guru mengkondisikan kelas.

b. Guru bersama siswa berdoa sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai. (religius)

c. Guru memberi motivasi pada peserta didik

d. Materi segi empat adalah materi yang sering keluar

di Ujian Nasional dan materi prayarat untuk materi

bangun ruang.

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

f. Guru memotivasi peserta didik bahwa ada

keterkaitan materi pelajaran sebelumnya(persegi

panjang) dengan materi persegi ini.

g. Guru menyampaikan model pembelajaran yang

akan digunakan adalah model pembelajaran TTW

h. Guru menyampaikan apersepsi.

i. Dengan tanya jawab mengingatkan kembali

pelajaran yang lalu yaitu persegi panjang, keliling

dan luasnya(eksplorasi)

Fase 2

Menyajikan

informasi

2. Kegiatan Inti (70 menit)

c. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa dan

memberi contoh realistik mengenai materi yang

akan dipelajari dengan media LKS dan alat peraga.

d. Guru menunjukkan benda-benda di sekitar siswa

sebagai pemodelan.(kerja keras, eksplorasi)

Fase

Think

Page 180: BUDI

165

c. Guru menunjukkan menjelaskan pengertian

Persegi. Persegi adalah suatu segiempat yang sisi-

sisinya sama panjang dan sudunya siku-

siku(eksplorasi).

Fase 3

Mengorganisas

ikan siswa ke

dalam

kelompok

kooperatif

a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok

yang beranggotakan 4 siswa.

b. Guru membagi LKS pada setiap kelompok

Fase 4

Membimbing

kelompok

bekerja dan

belajar

a. Siswa diminta untuk membaca dan memikirkan

masalah tentang sifat jajar genjang yang telah

disajikan pada LKS dan lembar soal kemudian

membuat pemodelannya.

b. Siswa berdiskusi sesuai kelompoknya. Setiap

kelompok bekerjasama menyelesaikan masalah

yang ada pada LKS dan lembar soal yang

diberikan oleh guru.

c. Siswa diminta untuk berani bertanya jika

mengalami kesullitan sehingga dapat menemukan

penyelesaian.

d. Siswa yang menonjol memberikan bantuan pada

teman satu kelompok dengan menunjukan kembali

bahwa definisi persegi yang telah dijelaskan guru.

e. Siswa bekerja dalam satu kelompok dengan tugas

yang telah dibagi-bagi.

f. Guru meminta siswa bertanggung jawab dalam

berkelompok.(kerja keras, tanggung jawab,

eksplorasi).

Fase

Think

Fase

Talk

Fase

Talk

Fase

Write

Page 181: BUDI

166

g. Siswa menuliskan jawaban dari masalah yang

mereka temui pada LKS dan soal pada lembar

yang telah disediakan.

h. Guru meminta setiap siswa untuk secara mandiri

menuliskan hasil diskusi kelompok. (Mandiri,

elaborasi)

i. Siswa diminta untuk kembali membaca dan

memikirkan masalah tentang keliling dan luas

daerah persegi yang telah disajikan pada LKS .

j. Siswa kembali berdiskusi untuk menyelesaikan

masalah tentang keliling jajar genjang dan kertas

berpetak untuk luas daerah persegi.

k. Guru meminta setiap siswa untuk secara mandiri

menuliskan hasil diskusi kelompok. (Mandiri,

elaborasi)

l. Beberapa kelompok diminta untuk maju

mempresentasikan hasil diskusi disertai peragaan

alat peraga.,

m. Siswa diminta untuk memberikan tanggapan dar

presentasi kelompok lain

n. Siswa dikondisikan pada keadaan awal. Kemudian

guru memberikan penguatan dengan menunjukkan

cara penyelesaian yang benar dan memberikan 2

contoh soal.(konfirmasi

Fase

Think

Fase

Talk

Fase

Write

Fase

Presen

tasi

Fase 5

Evaluasi

a. Siswa diminta guru untuk menyiapkan selembar

kertas untuk menuliskan soal kuis yang akan

dikerjakan siswa.

b. Siswa mengerjakan Soal realistik yang secara

Page 182: BUDI

167

individu (Mandiri, Tanggung jawab).

Fase 6

Memberikan

penghargaan

a. Guru menginformasikan bahwa bagi 5 siswa yang

dapat menyelesaikan kuis dengan cepat dan dapat

menjelaskan jawabannya dengan benar maka akan

mendapat nilai tambah.

b. Siswa mengumpulkan jawaban kuis

Guru mengumumkan 5 siswa yang menjawab

dengan benar.

3. Penutup (10 menit)

a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

b. Menginformasikan bahwa pertemuan berikutnya

akan diadakan ulangan dengan materi jajargenjang,

persegi panjang dan persegi. (konfirmasi)

c. Siswa dan guru melakukan refleksi. (toleransi)

d. Siswa diberi pekerjaan rumah

e. Guru mengucapkan salam dan keluar kelas tepat

waktu. (religius)

H. PenilaianBerdasarkan hasil kerja kelompok.

Penawangan,Mengetahui Guru MatematikaSMP N 1 Penawangan Peneliti

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM.4101408184

Page 183: BUDI

168

Lampiran 21RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3

KELAS KONTROLMata Pelajaran : MatematikaSatuan Pendidikan : SMPKelas/Semester : VII/2Materi Pokok : SegiempatAlokasi Waktu : 2 x 45 menitPertemuan ke : 4

I. Standar KompetensiMemahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

J. Kompetensi Dasar6.2. Mengindenti fikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

K. Indikator1. Menjelaskan pengertian persegi.2. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya.3. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas daerah persegi.

L. Sumber dan BahanWintarti, Atik.dkk.2008.Contextual teaching and learning Matematika.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

M. Alat Pembelajarana. Alat Tulisb. Penggaris

N. Kegiatan Pembelajaran1. Pendahuluan (10 menit)

a. Guru mengkondisikan kelas.b. Guru bersama peserta didik membahas PR IIIc. Guru menyampaikan apersepsi.

Dengan tanya jawab peserta didik diajak untuk mengingat tentang sifat-sifat belahketupat dan peserta didik diajak mencari contoh yang berbentuk persegi.

d. Guru memberi motivasi peserta didik yang berkaitan dengan persegi.

Page 184: BUDI

169

2. Kegiatan Inti (70 menit)a. Guru menjelaskan pengertian persegi. Persegi adalah suatu segi empat

yang keempat sisinya sama panjang (eksplorasi).b. Guru menjelaskan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh persegi.c. Guru menjelaskan konsep Luas daerah persegi.d. Guru memberikan contoh soal tentang keliling dan luas persegi.e. Guru memberikan kuis individu. Lampiran 1.(b-delaborasi)

3. Penutup (10 menit)a. Peserta didik bersama guru membuat rangkuman.

1. Sifat-sifat persegi antara lain:a) Semua sisi suatu persegi adalah sama.b) Diagonal-diagonal persegi adalah sama panjang.c) Diagonal-diagonalnya berpotongan dan saling membagi dua sama

panjang.d) Diagonal-diagonalnya berpotongan membentuk sudut siku-siku.e) Sudut-sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

2. Jika bangun persegi mempunyai panjang sisi = s, dan keliling = K, maka K = 4s.

3. Jika daerah persegi mempunyai panjang sisi= s, dan luas = L maka L = s2.

4. Guru memberikan PR IV. Lampiran 2,b. Guru mengadakan refleksi.

O. PenilaianBerdasarkan hasil kerja kelompok.

Semarang,Mengetahui Guru Matematika SMP Peneliti

Haryono,S.Pd.,M.Pd Budi RaharjoNIP. NIM.4101408184

Page 185: BUDI

QP

R

SA

D C

B D CA B

P OD

C

A

BS

R

iii

iii

Ayo kita cari sifat-sifat jajargenjang

170

Lampiran 22

Kelompok :Anggota.1.2.3.4.Indikator1. Peserta didik dapat menemukan sifat-sifat jajargenjang.2. Peserta didik dapat menurunkan rumus keliling dan luas

jajargenjang. Petunjuk : Gunakan alat peraga yang telah disediakanWaktu : 20 menit1. SIFAT-SIFAT JAJARGENJANG

1.1. Kesejajaran Sisi

Perhatikan gambar model jajargenjang dibawah ini!

a. Model jajargenjang ABCD yang terbuat dari kertas pada gambar (i) dilipat dengan sumbu lipat garis PO (gambar(ii)).

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IModel TTW dengan Pendekatan Realistik

Page 186: BUDI

……………………………………………………………………………….

D C

QP

D C

QP1 2

3 4

171

Sisi DC berhimpit dengan sisi …akibatnya ….Jajargenjang ABCD pada gambar (i) dilipat dengan sumbu lipat garis RS(gambar(iii)).Sisi AD berhimpit dengan sisi … akibatnya ….

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait dengan sisi-sisi yang berhadapan pada sebuah jajar genjang!

1.2. Panjang SisiPerhatikan gambar dibawah ini!

(iv) (v) (vi)

Jajargenjang ABCD diputar 1800 pada titik O. Apa akibat dari perputaran 1800 tersebut terhadap titik-titik jajargenjang?1. Titik A tepat menempati titik ….2. Titik B ………………………….3. Titik C ………………………….4. Titik D ………………………….AkibatnyaSisi AB tepat menempati ….. sehingga AB =….Sisi BC ………………………………...... sehingga BC =….

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait dengan panjang sisi-sisi pada sebuah jajar genjang.

1.3. SudutPerhatikan gambar berikut!

Page 187: BUDI

O

A B

D C

A

B

D

C

A B

D C

OC

B A

DA B

D C

O

172

a. Potong sudut B dan A. Letakkan potongan sudut B ke D dan

potongan A ke C(garis 1 dan 2). Apa yang terjadi?∠ ABC menempati ∠….. sehingga ∠ ABC = ∠….. ∠BAD menempati ∠….. sehingga ∠BAD = ∠…..

b. Potongan B dan A . Letakkan potongan sudut B menurut garis

4 dan potongan A menurut garis 3. Apa yang terjadi?∠ A+∠D=…∠B+∠D=…

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait sudut-sudut pada sebuah jajargenjang.

1.4. DiagonalPerhatikan gambar berikut!

(ix) (x) (xi)

vii viii

Page 188: BUDI

t

a

173

Perhatikan diagonal-diagonal pada jajargenjang ABCD. Pada setengah putaran berpusat O.titik B tepat menempati …. sehingga OB = …..titik A tepat menempati …. sehingga OA = …..Simpulkan apa yang kalian temukan terkait diagonal-diagonal pada sebuah jajargenjang.

2. LUAS DAN KELILING JAJARGENJANG2.1. Keliling jajar genjang

Perhatikan gambar berikut!

Bagian atap sangkar burung yang berbentuk Jajar genjang

pada bagian tepinya akan dipasang list karet supaya lebih

awet. Berapa panjang minimal list yang digunakan untuk

menutupi tepi atap sangkar?

kita sketsa dulu apap sangkar seperti pada gambar sebelah kanan yaitu jajar genjang ABCD, sekelilingnya diberi batang korek api yang panjangnya 5 cm/batang Tentukan

1. Berapa banyak batang korek api yang di butuhkan?...2. Berapa jumlah panjang batang korek api tersebut?...3. Keliling Jajar genjang ABCD dapat dinyatakan sebagai

jumlah seluruh batang korek api yang mengelilinginya.Jika AB = p buah korek apiDan BC = s buah korek api, makaKll.ABCD = … +… + … + …

= 2 x ( … + …)2.2. Luas Jajar Genjang

t

potongan1 2 3

Page 189: BUDI

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………………

Kll = … x (… + …)Luas = …. x ….

Mari kita simpulkan bersama-sama

174

Perhatikan gambar 1

Alas = … petak

Tinggi =… petak

Pada gambar 2, jajar genjang dipotong, kemudian potongan di

letakkan di samping sisi sebelah kanan(gambar 3).

Panjang = …. petak

Lebar = …. petak

Luas bangun ……… = ….

Sehingga

Luas Jajargenjang = Luas …..

Luas Jajargenjang = ….. x …..

Luas Jajargenjang = ….. x …..

Rangkuman simpulan

Dari kegiatan tersebut, tuliskan sifat-sifat yang dimiliki sebuah

jajargenjang yang kalian temukan.

Rumus keliling dan Luas jajar genjang adalah

Page 190: BUDI

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) II

Model TTW dengan Pendekatan Realistik

B C

DA P

Q

A D

CB

B C

DA

B C

L K

A D

B C

DA

LK

D

C

A

QB

P

Ayo kita cari sifat-sifat persegi panjang

……………………………………………………………………………..

175

Lampiran 23

Nama Kelompok:1.2.3.4.Indikator1. Peserta didik dapat menemukan sifat-sifat persegi panjang.2. Peserta didik dapat menurunkan rumus keliling dan luas persegi

panjang. Petunjuk : Gunakan alat Peraga yang telah disediakan.Waktu : 20 menit1. SIFAT-SIFAT PERSEGI PANJANG

1.1. KesejajaranPerhatikan gambar berikut!

(1)

(2)

b. Persegi panjang ABCD pada gambar(1) dilipat dengan sumbu lipat garis PQ.DC berhimpit dengan … akibatnya ….

Page 191: BUDI

………………………………………………………………………………………..

176

Persegi panjang ABCD pada gambar(2) dilipat dengan sumbu lipat garis KL.AD berhimpit dengan … akibatnya ….

1.2. Panjang SisiPerhatikan gambar diberikut!

(3)

(4)

Persegi panjang ABCD pada gambar(3) dilipat dengan sumbu lipat garis PQ. Sehingga,Titik C tepat menempati titik …Titik D ………………………...Akibatnya CD =….Persegi panjang ABCD pada gambar(4) dilipat dengan sumbu lipat garis KL. Sehingga,Titik A tepat menempati titik …Titik D ………………………...Akibatnya AD =….Simpulkan apa yang kalian temukan terkait dengan sisi-sisi yang berhadapan pada sebuah persegi panjang!

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait dengan sisi-sisi yang berhadapan pada sebuah persegi panjang!

Page 192: BUDI

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

177

1.3. Diagonal Persegi PanjangPerhatikan gambar berikut!

(5) (6) (7) (8)

Model persegi panjang ABCD. Diagonal-diagonalnya adalah … dan …

a. Perhatikan diagonal model persegi panjang ABCD, jika model persegi panjang ABCD dilipat dengan PQ sebagai sumbu lipatnya (6), apa yang terjadi?Titik A berhimpit dengan titik …Titik D ……………………………………………Akibatnya

Sisi AO berhimpit dengan … sehingga … =… (a)Sisi DO ………………………... sehingga … = … (b)Tuliskan kesamaan yang terjadi pada diagonal persegi panjang ABCD.AO + OC = AC⇔ …+…=…⇔ …=…

b. Jika persegi panjang ABCD dilipat dengan RS sebagai sumbu lipatnya(7), apa yang terjadi?Titik A berhimpit dengan …Titik B ……………………..Akibanya AO = … = … = …Simpulkan apa yang kalian temukan terkait diagonal-diagonal pada sebuah persegi panjang.

Page 193: BUDI

Bagaimana sifat sudutnya ya??

178

1.4. SudutPerhatikan gambar berikut!

a. Model persegi panjang ABCD dilipat menurut garis PQ.Apakah yang dapat kalian simpulkan tentang sudut-sudut A dan B serta tentang sudut-sudut C dan D?

∠ A ….. jadi ∠ A = ….. (1)

∠ B ….. jadi ∠ B = ….. (2)Dengan cara yang sama, lipat menurut garis KL maka dapat kita simpulkan :

∠ A ….. jadi ∠ A = ….. (3)

∠ D ….. jadi ∠ D = ….. (4)Dari (1), (2), (3), dan (4) maka kita peroleh

∠ A = ….. = ….. = …..b. Perhatikan gambar berikut!

Page 194: BUDI

A B

D C

179

Perhatikan gambar disamping!Empat buah persegi panjang diletakan bersisian dapat menutupi bidang datar tanpa celah dan tidak saling menutupi. Hal ini menunjukkan bahwa keempat buah sudut persegi panjang membentuk sudut satu putaran penuh. Jadi besar tiap-tiap sudut persegi panjang adalah

3600

. .. ..= .. . ..

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait sudut-sudut pada sebuah persegi panjang.

2. KELILING DAN LUAS

2.1. Keliling Persegi Panjang

Untuk dapat menghitungnya, sketsa terlebih dahulu ilustrasinya. Kemudian beri nama P, Q, R, dan S pada tiap-tiap sudut sketsa gambar yang dibuat ! kiat umpamakan Persegi panjang ABCD dibawah adalah sketsa lapangan sepak bola, kemudian sekelilingnya diberi batang korek api yang panjangnya 5cm/batang Tentukan

1. berapa banyak batang korek api yang di butuhkan?

1. …………………………………………………………………2. ……………………………………………………………………

Sebagai pemain sepak bolaprofesional, setiap hari Pedro melakukan latihan bola. Sebelum melakukan latihan, Pedro melakukan pemanasan dengan cara berlari mengelilingi lapangan sepak bola dekat rumahnya, lapangan tersebut berukuran panjang 110m dan lebar 80m. suatu ketika pedro ingin mengetahui jarak yang ia tempuh jika ia mengelilingi lapangan I kali putaran. Bagaimanakah cara Pedro menemukan jarak tempuh lari nya? Mari kita bantu.

Page 195: BUDI

180

2. Berapa jumlah panjang batang korek api tersebut?3. Keliling persegi panjang ABCD dapat dinyatakan sebagai

jumlah seluruh batang korek api yang mengelilinginya.Jika AB = p buah korek apiDan BC = l buah korek api, makaKll.ABCD = … +… + … + …

= 2 x ( … + …)Dari kegiatan diatas maka kita dapat menyelesaikan masalah yang dialami Pedro.Diketahui : panjang lapangan 110 m dan lebarnya 80 m.Maka jarak yang ditempuh Pedro = keliling lapanganKll = 2 x ( … + …. ) = jadi jarak yang ditempuh Pedro

… m

2.2. Luas Daerah Persegi panjang

Perhatikan setiap bangun persegi panjang di bawah ini dan isilah tabel berikut.

Page 196: BUDI

181

Gambar Persegi Panjang

Panjang Lebar Luas Persegi Panjang

.. ... ... × ... = ...

... ... ... × ... = ...

... ... ... × ... = ...

p ... L = ...× ...l

p

Page 197: BUDI

Dalam suatu persegi panjang, jika:P : ukuran panjang persegi panjangl : ukuran lebar persegi panjangK : ukuran keliling persegi panjangMaka, Keliling persegi panjang = ….. + ….. + ….. + …..= ….. + ….. = ….. ( ….. + ….. )Luas persegi panjang = ….. x …..

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………..

Dalam suatu persegi panjang, jika:P : ukuran panjang persegi panjangl : ukuran lebar persegi panjangK : ukuran keliling persegi panjangL : ukuran Luas persegi panjang.Maka, K. persegi panjang = ….. + ….. + ….. + …..= ….. + ….. = ….. ( ….. + ….. )L. persegi panjang = ….. x …..

182

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait keliling dan luas daerah pada sebuah persegi panjang.

Rangkuman simpulan

Dari kegiatan tersebut, tuliskan sifat-sifat yang dimiliki sebuah persegi panjang yang kalian temukan.

Keliling dan luas persegi panjang

Mari kita simpulkan bersama-sama

Page 198: BUDI

A

D C

B A

D C

B

R S

A B

D CP

Q

LEMBAR KERJA SISWA(LKS) III

Model TTW dengan Pendekatan Realistik

Ayo kita cari sifat-sifat persegi

………………………………………………………………………

183

Lampiran 24

Nama Kelompok:1.2.3.4.Indikator : 1. Peserta didik dapat menemukan sifat-sifat persegi.2. Peserta didik dapat menurunkan rumus keliling dan luas persegi. Waktu : 20 menit1. SIFAT-SIFAT PERSEGI

1.1. Kesejajaran

Perhatikan gambar berikut!

(1) (2) (3)

a. Persegi ABCD pada gambar (1), kita lipat dengan sumbu lipat

RS. Apa yang terjadi ?

DC berhimpit dengan … akibatnya ….

b. Persegi ABCD pada gambar(2) dilipat dengan sumbu lipat

garis PQ.

Sisi AD berhimpit dengan … akibatnya ….

Page 199: BUDI

……………………………………………………………………………

D CA D

O

D CB A

O

184

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait dengan sisi-sisi

yang berhadapan pada sebuah persegi!

1.2. Panjang Sisi

perhatikan gambar berikut!

(4) (5) (6)

Persegi ABCD pada gambar(5) dilipat dengan sumbu lipat garis RS. Sehingga,Titik C tepat menempati titik …Titik D ………………………...Akibatnya CD =….Persegi ABCD pada gambar(6) dilipat dengan sumbu lipat garis PQ. Sehingga,Titik A tepat menempati titik …Titik D ………………………...Akibatnya AD =….

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait dengan sisi-sisi yang berhadapan pada sebuah persegi!

1.3. Diagonal persegi

Page 200: BUDI

A

D C

B

D A

BC

(9)

A

D C

B

B A

DC

(10)

A

D C

B

A D

CB

O

(11)

185

Perhatikan gambar berikut.

Apa yang terjadi jika model persegi ABCD diputar 14 putaran (900) dengan pusat O?Jelas O O,A ….., D ….., C ….., B …..OA ODOD …..OB …..Jadi OA = ….., OD = ….., OC = ….., dan OB = …..Jadi OA = ….. = ….. = …..Simpulkan apa yang kalian temukan terkait dengan diagonal-diagonal yang berhadapan pada sebuah persegi!

1.4. Sudut

Page 201: BUDI

……………………………………………………………………..

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait sudut-sudut pada sebuah persegi.

Pak Joko adalah pengusaha mebel. Suatu hari ia ingin membuat meja seperti tampak pada gambar disamping. Bagian atas meja terbuat dari kayu jati yang dipotong pipih. Jika sudah jadi, pada bagian tepi meja ingin diberi list yang terbuat dari almunium. Berapa panjang minimal list yang akan dibutuhkan pak Joko? Mari kita bantu.

186

a. Perhatikan gambar(9), apa yang terjadi jika model persegi ABCD diputar 1800 menurut diagonal BD?∠ ABD ∠ . .. . ., Jadi ∠ ABD = ∠ . .. . .

∠ ADB ∠ . .. . ., Jadi ∠ ADB = ∠ . .. . .

Jadi ∠ ABD = ∠ . .. . . dan ∠ ADB = ∠ . .. . .

b. Perhatikan gambar(10), apa yang terjadi jika model persegi ABCD diputar 1800 menurut diagonal AC?∠BAC ∠ . .. . ., Jadi ∠BAC = ∠ . .. . .

∠ ACB ∠ . .. . ., Jadi ∠ ACB = ∠ . .. . .

Jadi ∠BAC = ∠ . .. . . dan ∠ ACB = ∠ . .. . .

c. Perhatikan gambar(11). Apa yang terjadi jika model persegi ABCD diputar

14 putaran (900) dengan pusat O?∠ AOD ∠ . .. . ., Jadi ∠ AOD = ∠ . .. . .

∠COB ∠ . .. . ., Jadi ∠COB = ∠ . .. . .

∠DOC ∠ . .. . ., Jadi ∠DOC = ∠ . .. . .

∠BOA ∠ . .. . ., Jadi ∠BOA = ∠ . .. . .

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa:∠ AOD = ∠ . .. . . = ∠ . .. . . = ∠ . .. . .

∠ AOD + ∠ . .. . . + ∠ . .. . . + ∠ . .. . . = 3600

Jadi ∠ AOD = ∠ . .. . . = ∠ . .. . . = ∠ . .. . . =

3600

. .. .. = ….

3. KELILING DAN LUAS3.1. Keliling Persegi

Page 202: BUDI

187

jika atas meja diatas kita sket dan didapat gambar dibawah ini yaitu kita peroleh gambar persegi kita namakan Persegi ABCD, sekelilingnya diberi batang korek api yang panjangnya 5cm/batang Tentukan

1. berapa banyak batang korek api yang di butuhkan?

2. Berapa jumlah panjang batang korek api tersebut?

3. Keliling persegi ABCD dapat dinyatakan sebagai jumlah

seluruh batang korek api yang mengelilinginya.

Jika AB = p buah korek api

Dan BC = l buah korek api, maka

Kll.ABCD = … +… + … + …

= 2 x ( … + …)

3.2. Luas Daerah Persegi

Perhatikan setiap bangun persegi di bawah ini dan isilah tabel berikut.

Gambar persegi Panjang sisi Luas (satuan)

… … x … =

Page 203: BUDI

Dalam suatu persegi, jika:s : ukuran panjang persegiK : ukuran keliling persegiL: ukuran luas persegiMaka, Keliling persegi = ….. + ….. + ….. + ….. = ….. + ….. = ….. ( ….. + ….. )Luas persegi = ….. x …..

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………..

Mari kita simpulkan bersama-sama

188

… … x … =

… … x … =

… L =… x ,,,,

Simpulkan apa yang kalian temukan terkait keliling dan luas daerah pada sebuah persegi.

Rangkuman simpulanDari kegiatan tersebut, tuliskan sifat-sifat yang dimiliki sebuah persegi yang kalian temukan.

Page 204: BUDI

189

Keliling dan luas persegi

Page 205: BUDI

Jadi sifat-sifat jajargenjang adalah1. ……………………………………………………………….2. ……………………………………………………………….3. ……………………………………………………………….

A B

D C

O

190

Petunjuk mengerjakan : a. Bacalah doa sebelum mengerjakanb. Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat.c. Diskusikan hasil jawaban secara berkelompok.d. Tulislah nama anggota kelompok dibawah ini:

1. ……………………………2. ………………………….3. ………………………….4. ………………………….Kelompok : ……………………………….

Perhatikan gambar berikut!

Jajargenjang dapat diperoleh dari sebuah persegi panjang yang dipotong sebagian dengan bentuk segitiga siku-siku (segitiga yang diarsir) dan kemudian segitiga tersebut digeser searah dan sepanjang sisi yang lain.Berdasarkan proses terbentuknya jajargenjang di atas diperoleh sifat-sifat jajargenjang berikut ini :

Gunakan penggaris dan busur derajat untuk mengukur panjang dan besar sudutnya1. AB // CD, …… // ….. , AB = …… , …….= …….

Sehingga sisi-sisi yang berhadapan…………………………………dan………………………….

2. A = ….. dan ….. = …... Sehingga sudut-sudut yang berhadapan …………………..

3. AO = …….. dan BO = …….Sehingga diagonal-diagonalnya…………………………………………….

Lembar Kegiatan Siswa 1Lampiran 25

Page 206: BUDI

t

a

191

2. LUAS JAJARGENJANG

(i) (ii) (iii)

(i) Jajargenjang dengan alas a dan tinggi t, (ii) sebelah kiri

jajargenjang digunting, (iii) Hasil guntingan ditempelkan

disebelah kanan jajargenjang.

Perhatikan gambar (i) jajargenjang di atas alasnya adalah a,

tingginya t.

Perhatikan gambar (ii) kongruen dengan gambar (i), alasnya

adalah ….., tingginya adalah …..

Ubah bangun seperti gambar (ii) menjadi bangun seperti pada

gambar (iii). Bangun yang terbentuk adalah …..

Panjangnya adalah …..

Lebarnya adalah …..

Luas daerahnya adalah …..

t

a

Page 207: BUDI

192

Sehingga

Luas Jajargenjang = Luas …..

Luas Jajargenjang = ….. x …..

Luas Jajargenjang = ….. x …..

Simpulan

Dalam suatu jajargenjang jika:

a : ukuran alas jajargenjang

t : ukuran tinggi jajargenjang

L : ukuran luas jajargenjang

Maka L = ….. x …..

Page 208: BUDI

Jadi sifat-sifat persegi panjang adalah1. ……………………………………………………………….2. ……………………………………………………………….3. ……………………………………………………………….4. ……………………………………………………………….5. ……………………………………………………………….

D C

A B

O

A B

D C

193

Petunjuk mengerjakan : a. Bacalah doa sebelum mengerjakanb. Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat.c. Diskusikan hasil jawaban secara berkelompok.d. Tulislah nama anggota kelompok dibawah ini:

1. ……………………………2. ………………………….3. ………………………….4. ………………………….Kelompok : ……………………………….

Kerja kelompokAlat dan bahan : penggaris, busur derajat1. Gambarlah bentuk persegi panjang seperti gambar di

samping dan namailah dengan persegi panjang ABCD!2. Hubungkanlah titik A dengan titik C, titik B

dengan titik D, dan tandailah titik potong kedua garis tersebut dan beri nama titik O !Gunakan penggaris untuk mengukur panjang sisi dan diagonal persegi panjang ABCD tersebut !

3. Bagaimanakah panjang AB dan DC, AD dan BC, AC dan BD?4. Gunakan busur derajat untuk mengukur besar sudut berikut ini!

DAB = ….o, ABC = ….o, BCD = ….o, CDA = …...o

5. Bagaimanakah besar DAB, ABC, BCD, dan CDA ?6. Putarlah persegi panjang ABCD dengan sudut putar 90o, 180o, 2700,

360o. Apakah persegi panjang ABCD berimpit dengan bingkainya?7. Lipatlah persegi panjang ABCD sehingga titik A menempati titik D dan

titik B menempati titik C. Dimanakah letak titik C dan D sekarang?8. Lipatlah persegi panjang ABCD sehingga titik A menempati titik B dan

titik D menempati titik C. Dimanakah letak titik B dan C sekarang?

1. KELILING DAN LUAS PERSEGI PANJANG

a. Keliling Persegi Panjang

Ukurlah bangun persegi panjang di bawah ini! Tentukan

kelilingnya!

Lembar Kegiatan Siswa 2Lampiran 26

Page 209: BUDI

194

Keliling persegi panjang ABCD

= AB + BC + ….. + …..

= ….. + ….. + ….. + …..

= …..

Jadi keliling persegi panjang ABCD adalah …..

Simpulan

Dalam suatu persegi panjang, jika:

P : ukuran panjang persegi panjang

l : ukuran lebar persegi panjang

K : ukuran keliling persegi panjang

Maka K = ….. + ….. + ….. + …..

= ….. + ….. = ….. ( ….. + ….. )

Page 210: BUDI

195

b. Luas Daerah Persegi panjang

Perhatikan setiap bangun persegi panjang di bawah ini dan

isilah tabel berikut.

(i) (ii) (iii)

Daerah persegi panjang Panjang Lebar Luas Daerah

(i)

(ii)

(iii)

…..

…..

…..

…..

…..

…..

….. = ….. x …..

….. = ….. x …..

….. x …..

Simpulan

p

l

Dalam suatu persegi panjang, jika:

P : ukuran panjang persegi panjang

l : ukuran lebar persegi panjang

L : ukuran luas persegi panjang

Maka L = ….. x …..

Page 211: BUDI

Jadi sifat-sifat persegi adalah1. ……………………………………………………………….2. ……………………………………………………………….3. ……………………………………………………………….4. ……………………………………………………………….5. ……………………………………………………………….

D C

A B

O

A B

D C

196

Lampiran 27

Petunjuk mengerjakan : a. Bacalah doa sebelum mengerjakanb. Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat.c. Diskusikan hasil jawaban secara berkelompok.d. Tulislah nama anggota kelompok dibawah ini:

1. ……………………………2. ………………………….3. ………………………….4. ………………………….Kelompok : ……………………………….

Kerja kelompokAlat dan bahan : penggaris, busur derajat1. Gambarlah bentuk persegi seperti gambar di samping dan

namailah dengan persegi ABCD!2. Hubungkanlah titik A dengan titik C, titik B dengan titik D, dan

tandailah titik potong kedua garis tersebut dan beri nama titik O !Gunakan penggaris untuk mengukur panjang sisi dan diagonal persegi ABCD tersebut !

3. Bagaimanakah panjang AB dan DC, AD dan BC, AC dan BD?4. Gunakan busur derajat untuk mengukur besar sudut berikut

ini! DAB = ….o, ABC = ….o, BCD = ….o, CDA = …...o

5. Bagaimanakah besar DAB, ABC, BCD, dan CDA ?6. Putarlah persegi ABCD dengan sudut putar 90o, 180o, 2700, 360o.

Apakah persegi ABCD berimpit dengan bingkainya?7. Lipatlah persegi ABCD sehingga titik A menempati titik D dan titik B

menempati titik C. Dimanakah letak titik C dan D sekarang?8. Lipatlah persegi ABCD sehingga titik A menempati titik B dan titik D

menempati titik C. Dimanakah letak titik B dan C sekarang?

1. KELILING DAN LUAS PERSEGI a. Keliling Persegi

Ukurlah bangun persegi di bawah ini! Tentukan kelilingnya!Keliling persegi ABCD= AB + BC + ….. + …..

Lembar Kegiatan Siswa 3

Page 212: BUDI

197

= ….. + ….. + ….. + …..= …..Jadi keliling persegi ABCD adalah …..

SimpulanDalam suatu persegi, jika:

S : ukuran sisi persegi

K : ukuran keliling persegi

Maka K = ….. + ….. + ….. + …..

= ….. + ….. + ….. + ….. = …..

Page 213: BUDI

s

s

198

b. Luas Daerah PersegiPerhatikan setiap bangun persegi di bawah ini dan isilah tabel berikut.

(i) (ii) (iii)

Simpulan

Dalam suatu persegi, jika:

s : ukuran sisi persegi

L : ukuran luas persegi

Maka L = ….. x ….. = ….

Daerah persegi Panjang Lebar Luas Daerah

(i)

(ii)

(iii)

…..

…..

…..

…..

…..

…..

….. = ….. x …..

….. = ….. x …..

….. x …..

Page 214: BUDI

A F

O

D C

BE

199

Lampiran 28

Nama :

No. Absen :

Petunjuk mengerjakan:

Jawablah soal di bawah ini dengan tepat!

1. Perhatikan gambar disamping.

Panjang ruas garis AB = 15 cm,

luas daerah segitiga AOB = 45 cm2

dan perbandingan panjang ruas garis

OF : DE = 2 : 4.

Tentukanlah luas daerah jajar genjang ABCD.

KUIS I

Page 215: BUDI

200

Lampiran 29

Nama :

No. Absen :

Petunjuk mengerjakan:

Jawablah soal di bawah ini dengan tepat!

1. Diketahui suatu persegi dengan sisi (x + 3) satuan panjang dan persegi

panjang dengan panjang (2x – 3) satuan panjang serta lebar (x + 1) satuan

panjang. Jika keliling persegi panjang = keliling persegi. Tentukan

a. keliling dan luas daerah persegi panjang dalam x satuan

b. panjang dan lebar persegi panjang sebenarnya

2. Perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar tersebut adalah lantai suatu kamar yang berbentuk persegi panjang.

Akan ditutup dengan ubin persegi panjang. Panjang kamar itu 18 ubin dan

lebarnya adalah 14 ubin. Tentukan:

1) Luas daerah kamar?

2) Berapa banyak ubin yang dibutuhkan untuk lantai kamar itu?

3) Keliling lantai kamar?

KUIS II

Page 216: BUDI

201

Lampiran 30

Nama :

No.Absen :

Petunjuk mengerjakan:

Jawablah soal di bawah ini dengan tepat!

1. Keliling suatu cermin yang berbentuk persegi sama dengan bingkainya yang

berbentuk persegi panjang dengan luas persegi panjang yang panjangnya 6 cm

lebih dari lebarnya, jika keliling persegi panjang 52 cm, tentukanlah:

a. panjang sisi persegi

b. keliling dan luas persegi

KUIS III

Page 217: BUDI

A F

O

D C

BE

202

Lampiran 31

KUNCI JAWABAN KUIS I

1. Panjang ruas AB = 15 cm, luas daerah segitiga AOB = 45 cm2

dan perbandingan ruas garis OF : DE = 2 : 4.

Tentukanlah luas daerah jajar genjang ABCD

Penyelesaian:

Diketahui:

Panjang ruas garis AB = 15 cm dan luas daerah segitiga AOB=45 cm2

Perbandingan panjang ruas garis OF : DE=2 :4

Luas daerah segitiga ABO=½ x AB x OF

45=½ x 15 x OF

OF=6

OF : DE=2 :4

OF=6maka DE=12

Luas jajar genjang ABCD=AB x DE

¿15 x12

¿180

Jadi luas daerah jajargenjang ABCD adalah 180 cm2

Page 218: BUDI

203

Lampiran 32

KUNCI JAWABAN KUIS II

1. Persegi dengan sisi (x+3)dan persegi panjang dengan panjang(2 x – 3) serta lebar (x+1) . Kll persegi panjang = Kll persegi.a. keliling dan luas persegi panjang dalam x

Kll persegi panjang=2× ( p+l )¿2 × ( (2 x−3 )+( x−1 ) )¿6 x−8

Jadi keliling persegi panjang adalah 6 x−8 satuan panjang.luas persegi panjang=p ×l

¿ (2 x−3 ) × ( x−1 )¿2 x2−5 x+3

Jadi luas daerah persegi panjang adalah 2 x2−5 x+3 satuan luas.b. panjang dan lebar sebenarnya persegi panjang

Kll persegi panjang=Kll persegi⇔ (6 x−8 )=4 ( x+3 )⇔ (6 x−8 )=4 x+12⇔ 2 x=20⇔ x=10Panjang sebenarnya persegi panjang adalah 17 cm dan lebarnya 9 cm.

2. Misal L : luas persegi panjang K : keliling persegi panjang p : panjang persegi panjang l : lebar persegi panjang

Diketahui: Lantai suatu kamar berbentuk persegi panjang.p = 18 ubinl = 14 ubin

Ditanya:1) Luas lantai kamar itu?2) Berapa banyak ubin yang dibutuhkan untuk lantai kamar itu?3) Keliling lantai kamar itu?Jawab:1) L=p x l

¿18 x14=252 ubin2.Jadi luas lantai kamar itu adalah 252 ubin2.

2) Banyak ubin yang dibutuhkan adalah 252 ubin.3) K=2(p+l) ¿2(18+14 )=64 ubin.

Jadi keliling lantai kamar itu adalah 64 ubin.

Page 219: BUDI

204

Lampiran 33

KUNCI JAWABAN KUIS III1. Kll persegi = L. persegi panjang

Panjang persegi panjang 6 cm lebih dari lebarnyaKeliling persegi panjang 52 cm

a. panjang sisi persegib. keliling dan luas persegi

Penyelesaian:a. Misalkan, Panjang persegi panjang ¿ x+6 cm

Lebar persegi panjang ¿ x cmKll. Persegi panjang ¿2 x( p+ l)

52=2 x (x+6+x )26=2x+620=2xx=10

panjang ¿ x+6=10+6=16 cmlebar ¿ x=10 cmLuas persegi panjang = Panjang x lebar ¿(16 x 10)=160 cm2

Kll persegi = 160 cm,maka panjang sisi persegi 40 cmb. Kll persegi ¿4 s=4(40)=160cm

Luas persegi ¿ s x s=40 x 40=1600 cm2.

Page 220: BUDI

PEKERJAAN RUMAH (PR) I

K P

N M

L

Q

205

Lampiran 34

NAMA :

KELAS :

NO. ABSEN :

Petunjuk mengerjakan:

1. Jawablah soal di bawah ini dengan tepat!

Soal.

Perhatikan gambar diatas. Jikapanjang ruas garis MN=12 cm lebih dari

lebarnya, panjang ruas garis NQ=2 cm lebih dari lebarnya dan keliling jajar

genjang KLMN 88 cm.

a. Tentukan panjang sisi-sisi jajar genjang KLMN .

b. Hitunglah luas daerah jajargenjang KLMN .

c. Tentukan panjang ruas garis NP.

x+12

x+2

x

Page 221: BUDI

PEKERJAAN RUMAH (PR) II

206

Lampiran 35

NAMA :

KELAS :

NO. ABSEN :

Petunjuk mengerjakan:

1. Jawablah soal di bawah ini dengan tepat!

Soal.

1. Suatu cermin yang berbentuk persegi panjang, ukuran panjang 3 cm lebih dari

ukuran lebarnya. Ukuran keliling persegi panjang itu 62 cm. Jika Tito akan

menutupi cermin dengan kertas karton, maka berapa ukuran luas karton

minimal yang diperlukan?

2. Diketahui persegi panjang PQRS pada bidang kertesius dengan koordinat dari

titik P (1,2 ) ,R(6,5) .Titik O adalah perpotongan diagonal PR dengan QS

a. Gambar persegi panjang PQRS pada koordinat kartesius

b. Tulis kordinat titik Q dan S

c. Koordinat O

d. Buktikan panjang ruas garis PR=QS

e. Jika besar sudut Q PR=2 x° dan PRQ=3 x ° tentukan besar ∠ SPR

Page 222: BUDI

PEKERJAAN RUMAH (PR) III

207

Lampiran 36

NAMA :

KELAS :

NO. ABSEN :

Petunjuk mengerjakan:

1. Jawablah soal di bawah ini dengan tepat!

Soal.

1. ABCD adalah sebuah persegi, dengan AB=(2x+8)cm dan AD=(3 x−4)cm , hitunglaha. maka hitunglah besar nilai xb. hitunglah panjang ruas garis AB dan AD yang sebenarnyac. Hitunglah keliling dan luas daerah persegi!

Page 223: BUDI

208

Lampiran 37

PEMBAHASAN PR I

Penyelesaian:a. Kll jajargenjang KLMN =KL+LM +MN+NK

⇔ 88=( x+12 )+x+( x+12 )+ x

⇔ 88=4 x+24

⇔ 64=4 x

⇔ x=16

panjang sisi KLMN adalah

KL=x cm=16 cm dan MN=(x+12)cm=28 cmb. Luas jajargenjang K LMN=LM x NQ

Panjang NQ=18 cm

L .KLMN =LM × NQ

L .KLMN =16 ×18=288.

Jadiluas jajargenjang KLMN adalah288 cm2.

c. Panjang NP dapat dicari dengan menggunakan kesamaan luas jajargenjang

KLMN

KL x NP=LM x NQ

⇔ 28× NP=16 ×18

⇔ NP=16 × 1828

=10,2857

Jadi panjang NP adalah 10,2857 cm.

Page 224: BUDI

209

Lampiran 38

PEMBAHASAN PR II

1. Misal L : luas persegi panjangK : keliling persegi panjangp : panjang persegi panjangl : lebar persegi panjang

Diketahui: bentuk karton persegi panjang p = x + 3 l = x K = 62 cm

Ditanya: berapa ukuran luas karton minimal yang diperlukan untuk membuat model persegi panjang?

Jawab:a. Rumus K=2(p+l)

⇔=2( x+3+ x)⇔=2(2x+3)⇔=4 x+6

Jadi persamaan dalam x adalah K = 4x + 6b. Nilai x

K=4 x+662=4 x+64 x=56x=14Jadinilai xadalah14

c. Jelas l = x = 14Jadi ukuran panjang karton adalah 14+3=17 cm

d. Jadi ukuran lebar karton adalah 14 cme. Luas karton adalah

L=p x l

⇔=17 x 14=238Jadi ukuran luas karton yang dibutuhkan adalah 238 cm2

2. Persegi panjang PQRS P(1,2)R(6,5). Titik O adalah perpotongan diagonal PR dengan QS

a. Gambar persegi panjang PQRS pada koordinat kartesiusb. Tulis kordinat titik Q dan S

Page 225: BUDI

O(3 ½, 3 ½,)

P(1,2)

S(1,5) R(6,5)

Q(6,1)

P

S R

Q

O

k

Gb. 2P

S R

Q

O

Gb. 1

210

c. Koordinat Od. Buktikan PR=QSe. Jika sudut QPR=2 xdan PRQ=3 x tentukan besar sudut SPR

Penyelesaian:a. Gambar Persegi panjang PQRS

b. Koordinat Q(6,1)koordinat (1,5)c. koordinatS(3½ , 3½)d. Bukti bahwa diagonal AC=BD.

Model persegi panjang ABCD dilipat menurut sumbu k, diperoleh:Sisi POberhimpit dengan sisi QOSisi ROberhimpit dengan sisi SOBerakibat panjang PO = QO dan panjang RO = SOPR=PO+RO=QO+SO=¿ BD (terbukti)

e. Sudut PRQ berseberangan dengan sudut SPR sehingga ∠PRQ=∠SPR∠QPR+∠PRQ=90 °2 x+3 x=90°5 x=90 ° ⇔ x=18 °∠ SPR=3 x=3 (18 )=54 °.

Page 226: BUDI

211

Lampiran 39

PEMBAHASAN PR III

Penyelesaian:

Misal L : luas persegi

K : keliling persegi

s : panjang sisi persegi

Diketahui: ABCD persegi

AB=2 x+8

AD=3 x – 4

Ditanya : hitung keliling dan luas persegi?

a. Karena dalam persegi sisi-sisinya sama panjang maka:

AB=AD

⇔ 2x + 8 = 3x - 4

⇔ 2x – 3x = - 4 - 8⇔ - x = - 12⇔ x = 12Jadi nilai x adalah 12

b. UkuranAB dan ADAB=2 x+8

⇔=2.12+8 ⇔=24+8 ⇔=32 cm

Karena sisi-sisi persegi sama panjang maka AD = 32 cmc. K=4 s¿4. 32¿128 cm

L=s2

⇔=122=144

Jadi keliling persegi adalah 128 cm dan luas daerah persegi adalah 144 cm2.

Page 227: BUDI

Lam

piran 40

211212

KISI-KISI SOAL POSTESMata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : SegiempatKelas / Semester : VII / IIWaktu : 2 x 40 menitStandar Kompetensi : 4. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

NOKOMPETENSI

DASARMATERI INDIKATOR NO SOAL BENTUK SOAL

1 6.1.

Mengidentifikasi

sifat-sifat persegi

panjang, persegi,

jajar genjang.

Jajargenjang 1. Peserta didik dapat menentukan dan menuliskan alasan bahwa segiempat adalah suatu jajar genjang jika diketahui unsur-unsurnya dan menuliskan sifat-siafat jajargenjang.

1 Uraian

Persegi

panjang

1. Peserta didik dapat menggambar sebuah persegi panjang jika diketahui panjang dan lebar persegi panjang dan menuliskan unsur-unsur pada persegi panjang.

2 Uraian

Persegi 1. Peserta didik dapat menggambarkan suatu persegi pada bidang koordinat jika diketahui koordinat lainya dan menuliskan sifat-sifatnya.

3a, 3b, 3c,

3d

Uraian

2 6.2. Menghitung

keliling dan luas

Jajargenjang 1. Peserta didik dapat menentukan luas jajargenjang jika diketahui panjang alas dan tinggi.

6b Uraian

Page 228: BUDI

212213

bangun segitiga

dan segiempat

serta

menggunakannya

dalam pemecahan

masalah

Persegi

panjang

1. Peserta didik dapat menentukan panjang dan lebar persegi panjang dalam variabel tertentu dan sebenarnya jika diketahui keliling dan unsur yang lainnya.

4a, 4b

5a

Uraian

Persegi 1. Peserta didik dapat menentukan luas dan keliling persegi jika diketahui panjang dan lebar persegi.

5b

6a

Uraian

Page 229: BUDI

A

H

ID C

B

E

G

F

214

Lampiran 41

SOAL POSTESSatuan Pendidikan : SMP N 1 PenawanganMata Pelajaran : MatematikaMateri : SegiempatWaktu : 50 menit

Petunjuk Mengerjakan Soal1. Berdoalah sebelum mengerjakan.2. Tulislah identitas Anda pada lembar jawab yang disediakan.3. Kerjakan pada lembar jawab yang telah disediakan.4. Periksalah jawaban, sebelum dikumpulkan.

1. Apakah segiempat ABCD suatu jajargenjang jika ruas garis AB//DC, besar ABC=125 ° dan besar BAD=55°? Tuliskan alasan!

2. Jika koordinat titik P(2,1) dengan panjang PQ=4 satuan dan PS=2 satuan. Gambarlah 2 persegi panjang PQRS yang terjadi pada bidang koordinat kartesius.

3. Diketahui koordinat titik P(– 4 ,1) dan S(– 4 ,5) .a. Gambarlah persegi PQRS jika kedua titik sudut yang lain terletak pada

sumbu koordinat.b. Tentukan koordinat titik Q dan R.c. Tentukan panjang sisi persegi tersebut.d. Jika titik potong kedua diagonalnya adalah titik O, tentukan koordinat O.

4. Diketahui suatu cermin yang berbentuk persegi panjang dengan keliling 94 cm. Jika selisih panjang dengan lebarnya adalah 3 cm. a. Tentukan panjang dan lebar persegi panjang tersebut dalam x.b. Tentukan panjang dan lebar sesungguhnya persegi panjang tersebut.c. Hitung luas persegi panjang tersebut.

5. Diketahui suatu balok yang sisinya berbentuk persegi mempunyai luas sama dengan luas suatu persegi panjang. Jika panjang persegi panjang 4 kali lebarnya dan keliling pesegi panjang adalah 40 cm. a. Tentukan luas persegi panjang.b. Tentukan keliling persegi.

6. Perhatikan gambar disamping. Jika dketahui AB=6 cm , DE=2cm.a. Tentukan perbandingan luas AGFE dengan ABCD.b. Tentukan luas daerah yang diarsir.

Page 230: BUDI

P(2,1)

R(6,3)S(2,3)

Q(6,1) P(2,1)

Q(2,5)R(0,5)

S(0,1)

P(2,1)

Q(2,-3)R(0,-3)

S(0,1)P(2,1)

S(2,-1)

Q(-2,1)

R(-2,-1)

P(2,1)

Q(2,-3) R(4,-3)

S(4,1)

P(2,1)

Q(2,5) R(4,5)

S(4,1)

P(2,1)

R(6,-1)S(2,-1)

Q(6,1) P(2,1)

S(2,3)

Q(-2,1)

R(-2,3)

215

Lampiran 42

PEMBAHASAN POSTESNO Jawaban Skor

1 Ya, Segiempat ABCD adalah suatu jajargenjangAlasan: karena segiempat ABCD memiliki panjang ruas garis sisi sejajar AB dan CD, dan jumlah dua sudut yang berdekatan saling berpelurus. Akibatnya sisi AD sejajar dengan sisi BC. Sesuai dengan definisi segiempat yang memiliki dua pasang sisi berhadapan yang sejajar ( AB danCD , AD danBC ) adalah jajargenjang.Terbukti.

1

4

2 Dipunyai jika P(2,1) dengan panjang ruas garis PQ=4 satuan dan PS=2 satuan, maka gambar persegi panjang PQRS pada bidang kartesius.

Kemungkinan 1 Kemungkinan 2

Kemungkinan 3. Kemungkinan 4.

Kemungkinan 5. Kemungkinan 6.

Kemungkinan 7. Kemungkinan 8.

5

Page 231: BUDI

P(-4,1)

S(-4,5) R(0,5)

Q(0,1)

216

3 Dipunyai koordinat titik P(– 4 ,1)danS (– 4 , 5).a. Gambarlah persegi PQRS jika kedua titik sudut yang lain

terletak pada sumbu koordinat.

b. Koordinat titik Q (0,1), R(0,5).c. Panjang sisi persegi adalah 4 satuan luas.d. Koordinat titik O adalah (x,y). kita pilih 2 titik P(-4,1) dan

R(0,5) sebagai titik ujung-ujung diagonal.(cukup salah satu diagonal)

x=x2+x1

2=

0+(−4)2

=−2

y=y2+ y1

2=5+1

2=3

jadi koordinat titik O adalah (−2,3 ) .

1

11

2

4 Dipunyai cermin yang berbentuk persegi panjang dengan keliling 94 cm. Jika selisih panjang dengan lebarnya adalah 3 cm.d. Panjang dan lebar persegi tersebut dalam x adalah

Misalkan panjang = x cmMaka lebar =(x-3) cm

e. Panjang dan lebar sesungguhnya adalahKeliling Persegi panjang = 2x(p+l)⇔94=2 x (x+x−3)⇔ 94=4 x−6⇔ 4 x=100⇔ x=25. Jadi panjang sesungguhnya adalah 25 cm dan lebarnya adalah 22 cm.

f. Luas cermin tersebut adalahL=p ×l=25× 22=550Jadi luas daerah persegi panjang tersebut adalah 550 cm2.

1

2

2

5 Dipunyai balok yang berbentuk persegi dengan luas persegi sama dengan luas suatu persegi panjang. Jika keliling pesegi panjang adalah 40 cm, panjang = 4 kali lebarnya.

Page 232: BUDI

217

c. Luas persegi panjangKllpersegipanjang=20 cmKllpersegipanjang=2× ( p+l )40=2× ( 4 l+ l )⇔ 20=5 l ⇔l=4Lper . panjang=p ×l=4 l ×l=4.4 × 4=64jadiluas persegi panjang adala h64 cm2

d. Keliling dan luas persegiL . persegi=L. persegipanjang⇔ s × s=p× l⇔ s2=64 ⇔ s=8Keliling persegi adalahKLL=4 x s=4 x 8=32Jadi keliling persegi adalah 32 cm dan luasnya 64 cm.

1

2

2

6 Dipunyai panjang AB= 6 cm, DE=2cmc. luas AGFE dengan ABCD

L . AGFE=AG ×GF=4 × 4=16Jadi luas daerah AGFE adalah 16 cm2.L . ABCD=AB × BC=6 ×6=36Jadi luas ABCD adalah36 cm2

❑ .Perbandingan luas persegi AGFE : ABCD=16 :36.

d. Jajar genjang EFCI , alas=4cm dan tinggi=2 cmJajargenjang FGHC , alas=4 cmdan tinggi=2 cmJelas L. EFCI = L. FGHCLuas EFGHCI = 2 x L.EFCI¿2 ×a × t=2× 4× 2=16.Jadiluasan daeraharsiranadalah 16 cm2 .

2

3

Jumlah skor 30

NIlai=Jumlah skor

3× 10

Page 233: BUDI

218

Lampiran 43NILAI POSTES

EKSERIMEN 1 EKSPERIMEN 2 KONTROLNO NAMA NILAI NO NAMA NILAI NO NAMA NILAI

1 EKS1-01 76 1 EKS2-01 76 1 K-01 652 EKS1-02 88 2 EKS2-02 70 2 K-02 753 EKS1-03 84 3 EKS2-03 70 3 K-03 704 EKS1-04 74 4 EKS2-04 70 4 K-04 705 EKS1-05 84 5 EKS2-05 63 5 K-05 626 EKS1-06 78 6 EKS2-06 80 6 K-06 757 EKS1-07 73 7 EKS2-07 70 7 K-07 758 EKS1-08 78 8 EKS2-08 77 8 K-08 839 EKS1-09 82 9 EKS2-09 80 9 K-09 7610 EKS1-10 74 10 EKS2-10 70 10 K-10 6211 EKS1-11 78 11 EKS2-11 73 11 K-11 7012 EKS1-12 94 12 EKS2-12 83 12 K-12 8313 EKS1-13 88 13 EKS2-13 70 13 K-13 7014 EKS1-14 84 14 EKS2-14 70 14 K-14 6615 EKS1-15 76 15 EKS2-15 76 15 K-15 7616 EKS1-16 90 16 EKS2-16 70 16 K-16 7017 EKS1-17 67 17 EKS2-17 66 17 K-17 6318 EKS1-18 95 18 EKS2-18 57 18 K-18 7019 EKS1-19 82 19 EKS2-19 73 19 K-19 5620 EKS1-20 95 20 EKS2-20 70 20 K-20 7021 EKS1-21 86 21 EKS2-21 92 21 K-21 8022 EKS1-22 82 22 EKS2-22 76 22 K-22 7623 EKS1-23 78 23 EKS2-23 50 23 K-23 7324 EKS1-24 72 24 EKS2-24 90 24 K-24 7625 EKS1-25 86 25 EKS2-25 56 25 K-25 5626 EKS1-26 76 26 EKS2-26 76 26 K-26 7627 EKS1-27 78 27 EKS2-27 70 27 K-27 7028 EKS1-28 82 28 EKS2-28 73 28 K-28 6529 EKS1-29 82 29 EKS2-29 73 29 K-29 7330 EKS1-30 72 30 EKS2-30 60 30 K-30 7531 EKS1-31 86 31 EKS2-31 76 31 K-31 6032 EKS1-32 84 32 EKS2-32 77 32 K-32 8033 EKS1-33 92 33 EKS2-33 57 33 K-33 7334 EKS1-34 84 34 EKS2-34 73 34 K-34 6535 EKS1-35 74 35 EKS2-35 63 35 K-35 6536 EKS1-36 84 36 EKS2-36 76 36 K-36 7337 EKS1-37 65 37 EKS2-37 73 37 K-37 7538 EKS1-38 78 38 EKS2-38 77 38 K-38 8039 EKS1-39 80 39 EKS2-39 76 39 K-39 7340 EKS1-40 78 40 EKS2-40 83 40 K-40 80

Page 234: BUDI

Lam

piran 44

218219

UJI NORMALITAS NILAI POSTESHo : Data berdistribusi normal Pengujian HipotesisHa: Data tidak berdistribusi normal Rumus yang digunakanKriteria yang digunakanHo diterima jika γ hit

2 <γ tabel2

Pengujian Hipotesis Skor tertinggi¿95; Skor Terendah ¿50; banyak kelas interval ¿7.75 8; Rentang ¿45; Panjang kelas interval ¿5,81 6 ; Rata−rata=74,55 ;Varians=86,25; Simpangan baku=9.29

Kelas interval

50 − 55 2 53 2756 105 -22.05 486.20 972.41 5512.556 − 61 8 59 3422 468 -16.05 257.60 2060.82 2737862 − 67 13 65 4160 838.5 -10.05 101.00 1313.03 54083.2568 − 73 32 71 4970 2256 -4.05 16.40 524.88 15904874 − 79 30 77 5852 2295 1.95 3.80 114.08 175567.580 − 85 24 83 6806 1980 7.95 63.20 1516.86 16335086 - 91 6 89 7832 531 13.95 194.60 1167.62 46993.592 - 97 5 95 8930 472.5 19.95 398.00 1990.01 44651.25

Jumlah 120 588 44730 8946 -8.4 1520.82 9659.7 676584Batas

Z Peluang luas Z Luas Z

 kelas

49.5 -2.70 0.4965        

55.5 -2.05 0.4799 0.0166 2 1.995 0.0000

61.5 -1.41 0.4200 0.0599 8 7.183 0.0929

67.5 -0.76 0.2761 0.1439 13 17.269 1.0552

73.5 -0.11 0.0450 0.2311 32 27.732 0.6567

79.5 0.53 0.2030 0.1580 30 18.957 6.4327

85.5 1.18 0.3808 0.1778 24 21.340 0.3317

91.5 1.83 0.4660 0.0852 6 10.223 1.7447

96.5 2.36 0.4909 0.0249 5 2.993 1.3464Chi kuadrat data 8.5691

Untuk a=5 % , dengan dk=8−3=5 diperoleh γ ² tabel ¿11.070

xxi 2xxi 2ixixif ii xf 2xxf ii 2

ii xf

iO iEi

ii

E

EO 2)(

χ2= ∑i=1

k (Oi−Ei )2

E i

Page 235: BUDI

220

Karena γ hit2 <γ tabel

2 , maka Ho diterima artinya data berdistribusi normal

Page 236: BUDI

221

Lampiran 45UJI HOMOGENITAS POSTES

HipotesisHo : S1

2=S22=S3

2

Ha : terdapat paling sedikit satu varian yang tidak samaUji HipotesisUntuk menguji hipotesis digunakan rumus

Ho diterima apabila F< F12

a(nb−1):(nk−1)

Dari data diperoleh:Sumber Variasi Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol

Jumlah 3217.5 2828 2826n 40 40 40

rata-rata 80.44 70.70 70.65

Varians (s2) 48.17 66.20 46.78Standart deviasi (s) 6.94 8.14 6.84

Berdasarkan rumus di atas diperoleh

F=66.2046.78

=1.42

Pada α = 5% dengandk pembilang ¿nb – 1=39dk penyebut ¿nb – 1=39 F tabel=1.89

Karena Fhit=1.42<F tabel=1.89, maka dapat disimpulkan bahwa varians ketiga kelas homogen.

Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho

1.42 1.89

F =Varians terbesarVarians terkecil

Page 237: BUDI

Lam

piran 46220

222

UJI KESAMAAN RATA-RATA(ANAVA)HipotesisHo : µ1=µ4=µ3

Ha : paling sedikit ada satu yang tidak sama denganNO EKS

1EKS 2

K (x1-grnd)^2

(x2-grand)^

2

(x3-grand)^2

(X1-rata1)^2

(x2-rata2)^2

(x2-rata3)^

2

NO EKS 1

EKS 2

K (x1-grnd)^

2

(x2-grand)^

2

(x3-grand)^2

(X1-rata1)

^2

(x2-rata2)

^2

(x2-rata3)

^21 76 76 65 0.02 0.02 117.94 19.71 28.09 31.92 30 72 60 75 14.90 251.54 0.74 71.2 114. 18.9

2 88 70 75 147.38 34.34 0.74 57.15 0.49 18.92 31 86 76 60 102.82 0.02 251.5 30.9 28.1 113.4

3 84 70 70 66.26 34.34 34.34 12.67 0.49 0.42 32 84 77 80 66.26 1.30 17.14 12.7 39.7 87.42

4 74 70 70 3.46 34.34 34.34 41.47 0.49 0.42 33 92 57 73 260.50 355.70 8.18 133.6 187.7 5.52

5 84 63 62 66.26 165.38 192.10 12.67 59.29 74.82 34 84 73 65 66.26 8.18 117.9 12.67 5.29 31.92

6 78 80 75 4.58 17.14 0.74 5.95 86.49 18.92 35 74 63 65 3.46 165.38 117.9 41.47 59.29 31.92

7 73 70 75 8.18 34.34 0.74 55.35 0.49 18.92 36 84 76 73 66.26 0.02 8.18 12.67 28.09 5.52

8 78 77 83 4.58 1.30 50.98 5.95 39.69 152.52 37 65 73 75 117.94 8.18 0.74 238.2 5.29 18.92

9 82 80 76 37.70 17.14 0.02 2.43 86.49 28.62 38 78 77 80 4.58 1.30 17.14 5.95 39.69 87.42

10 74 70 62 3.46 34.34 192.10 41.47 0.49 74.82 39 80 76 73 17.14 0.02 8.18 0.19 28.09 5.52

11 78 73 70 4.58 8.18 34.34 5.95 5.29 0.42 40 78 83 80 4.58 50.98 17.14 5.95 151.3 87.42

12 94 83 83 329.06 50.98 50.98 183.87 151.29 152.52 keterangan :

13 88 70 70 147.38 34.34 34.34 57.15 0.49 0.42 eks 1 eks 2 kontrol

14 84 70 66 66.26 34.34 97.22 12.67 0.49 21.62 Jumlah 3239 2881 2851

15 76 76 76 0.02 0.02 0.02 19.71 28.09 28.62 rata 2 80.44 70.7 70.65

16 90 70 70 199.94 34.34 34.34 91.39 0.49 0.42 grand mean 75.86

17 67 66 63 78.50 97.22 165.38 180.63 22.09 58.52 SST 9101.6318 95 57 70 366.34 355.70 34.34 211.99 187.69 0.42 Kelompok(K) 2989.844

19 82 73 56 37.70 8.18 394.42 2.43 5.29 214.62 Dalam(d) 6723.22

20 95 70 70 366.34 34.34 34.34 211.99 0.49 0.42

21 86 92 80 102.82 260.50 17.14 30.91 453.69 87.42 sumber JK df mean kuadrat Fhitung

22 82 76 76 37.70 0.02 0.02 2.43 28.09 28.62

23 78 50 73 4.58 668.74 8.18 5.95 428.49 5.52 Kelompok 2989.84 2 1494.922 26.015

24 72 90 76 14.90 199.94 0.02 71.23 372.49 28.62 Dalam 6723.22 117 57.46

25 86 56 56 102.82 394.42 394.42 30.91 216.09 214.62 Total 9713.07 119 -

26 76 76 76 0.02 0.02 0.02 19.71 28.09 28.62 F tabel dengan alpha 5% dk=(2,117) adalah 3.07

Page 238: BUDI

Lam

piran 47

221

223

27 78 70 70 4.58 34.34 34.34 5.95 0.49 0.42 Fhitung = 26.015 ¿ F tabel=3.0728 82 73 65 37.70 8.18 117.94 2.43 5.29 31.92 Kesimpulan : Maka terdapat perbedaan rata-rata antara

29 82 73 73 37.70 8.18 8.18 2.43 5.29 5.52 ketiga model pembelajaran tersebut.

UJI LANJUT(TUKEY-TEST)NO EKS1 EKS 2 KONTROL NO EKS 1 EKS 2 KONTROL

1 76 76 65 32 84 77 802 88 70 75 33 92 57 733 84 70 70 34 84 73 654 74 70 70 35 74 63 655 84 63 62 36 84 76 736 78 80 75 37 65 73 757 73 70 75 38 78 77 808 78 77 83 39 80 76 739 82 80 76 40 78 83 80

10 74 70 62 JUM 3239 2881 2851 msw = 57.4611 78 73 70 Rt22 80.44 70.70 70.65 VAR = 75.2612 94 83 83 VAR 48.17 66.2 46.78 s = 1.2013 88 70 7014 84 70 66 urutan rata-rata 70.65 70.70 80.44 tabel f untuk p = 2 2.8615 76 76 76 3 70.65 - 0.05 9.79 tabel f untuk p = 3 3.4416 90 70 70 2 70.70 - 9.7417 67 66 63 1 80.44 -18 95 57 70 alpha = 0.0519 82 73 56 p = 2 p = 320 95 70 70 rst rst21 86 92 80 2.86 x 1.20 3.44 x 1.2022 82 76 76 3.428 4.12323 78 50 7324 72 90 76 Model Pembelajaran rata-rata i rata-rata k Perbandingan Rst25 86 56 56 TTW real x TTW 80.44 - 70.70 = 9.74 > 3.42826 76 76 76 TTW real x Ekspositori 80.44 - 70.65 = 9.79 > 4.12327 78 70 70 TTW x Ekspositori 70.70 - 70.65 = 0.05 < 3.428

Page 239: BUDI

224

28 82 73 65 Kesimpulan :29 82 73 73 Terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga model pembelajaran µ1>µ2=µ3 .30 72 60 7531 86 76 60

Page 240: BUDI

225

Lampiran 48UJI KETUNTASAN BELAJAR

HipotesisHo : π ≤ 0,75H 1: π>0,75Uji HipotesisUntukmenguji hipotesis, dugunakan rumus

z=

xn−π0

√ π0(π0−1)n

Ho ditolak apabilazhit ≥ z0,5−α dengan taraf signifikansi 0,05.

Dari data, diperoleh.Sumber Variasi Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol

Jumlah 3217.5 2828 2826

N 40 40 40

Rata-rata 80.44 70.70 70.65

Varians (s2) 48.17 66.20 46.78

Standart deviasi (s) 6.94 8.14 6.84

Nilai Z hit 2,975 1,886 -0,290Nilai Z tabel pada alpha = 0.05 adalah: 1.64

Nilai Eksperimen 1 Eksperimen 2 KontrolHarga Z hitung 2,975 1,886 -0,290Keterangan Berarti Berarti Tidak Berarti

KesimpulanDari ketiga model pembelajaran tersebut yang memenuhi ketuntasan klasikal adalah pembelajaran dengan model pembelajaran TTW dengan pendekatan Realistik dan pembelajaran dengan model pembelajaran.

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

Page 241: BUDI

226

Lampiran 49UJI PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN

KELAS EKSPERIMEN 1Ho : Tidak terdapat perbedaan antara Pre-Test dengan Post-TestHa : Terdapat perbedaan antara Pre-Test dengan Post-Test

NO EKS 1NILAI (d)

postes-pretes

NO EKS 1NILAI (d)

postes-pretesPRE POS PRE POS

1 EKS1-01 61 76 15 0.331 21 EKS1-21 64 86 22 41.282 EKS1-02 55 88 33 303.6 22 EKS1-22 58 82 24 70.983 EKS1-03 58 84 26 108.7 23 EKS1-23 61 78 17 2.0314 EKS1-04 62 74 12 12.78 24 EKS1-24 66 72 6 91.685 EKS1-05 66 84 18 5.881 25 EKS1-25 70 86 16 0.1816 EKS1-06 66 78 12 12.78 26 EKS1-26 57 76 19 11.737 EKS1-07 65 73 8 57.38 27 EKS1-27 61 78 17 2.0318 EKS1-08 70 78 8 57.38 28 EKS1-28 78 82 4 1349 EKS1-09 57 82 25 88.83 29 EKS1-29 65 82 17 2.031

10 EKS1-10 62 74 12 12.78 30 EKS1-30 66 72 6 91.6811 EKS1-11 70 78 8 57.38 31 EKS1-31 72 86 14 2.48112 EKS1-12 75 94 19 11.73 32 EKS1-32 58 84 26 108.713 EKS1-13 71 88 17 2.031 33 EKS1-33 69 92 23 55.1314 EKS1-14 62 84 22 41.28 34 EKS1-34 65 84 19 11.7315 EKS1-15 70 76 6 91.68 35 EKS1-35 68 74 6 91.6816 EKS1-16 61 90 29 180.2 36 EKS1-36 62 84 22 41.2817 EKS1-17 72 67 -5 423.3 37 EKS1-37 69 65 -4 383.218 EKS1-18 72 95 23 55.13 38 EKS1-38 62 78 16 0.18119 EKS1-19 63 82 19 11.73 39 EKS1-39 70 80 10 31.0820 EKS1-20 71 95 24 70.98 40 EKS1-40 66 78 12 12.78

ket pre pos (d)

jumlah

3056

3387 623 2791.7

8rata2 76.4 84.7

Md=∑ d

N=15,6

Tes signifikansi 2 desain.

t= Md

√ x2dN (N−1)

= 15,6

√ 2791,7740 (40−1)

=6,20

Harga tabel nilai t dengan signifikansi5 % db=40−1=39 adalah 2,02. t hit=6.20>t tabel=2.02.Kesimpulan : terdapat perbedaan antara hasil pre-test dengan pos-test yang signifikan.

Page 242: BUDI

227

Lampiran 50UJI PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN

KELAS EKSPERIMEN 2Ho : Tidak terdapat perbedaan antara Pre-Test dengan Post-TestHa : Terdapat perbedaan antara Pre-Test dengan Post-Test

NO EKS 1NILAI (d)

postes-pretes

NO

EKS 1NILAI (d)

postes-pretes

PRE POS

PRE POS

1 EKS2-01 58 76 18 152 21 EKS2-21 69 92 23 300.22 EKS2-02 62 70 8 5.41 22 EKS2-22 62 76 14 69.313 EKS2-03 62 70 8 5.41 23 EKS2-23 68 50 -18 560.54 EKS2-04 66 70 4 2.81 24 EKS2-24 64 90 26 413.15 EKS2-05 65 63 -2 58.9 25 EKS2-25 68 56 -12 312.46 EKS2-06 68 80 12 40 26 EKS2-26 66 76 10 18.717 EKS2-07 70 70 0 32.2 27 EKS2-27 71 70 -1 44.568 EKS2-08 58 77 19 178 28 EKS2-28 62 73 11 28.369 EKS2-09 58 80 22 267 29 EKS2-29 62 73 11 28.36

10 EKS2-10 62 70 8 5.41 30 EKS2-30 58 60 2 13.5111 EKS2-11 70 73 3 7.16 31 EKS2-31 71 76 5 0.45612 EKS2-12 68 83 15 87 32 EKS2-32 65 77 12 40.0113 EKS2-13 66 70 4 2.81 33 EKS2-33 60 57 -3 75.2614 EKS2-14 70 70 0 32.2 34 EKS2-34 70 73 3 7.15615 EKS2-15 74 76 2 13.5 35 EKS2-35 66 63 -3 75.2616 EKS2-16 70 70 0 32.2 36 EKS2-36 74 76 2 13.5117 EKS2-17 74 66 -8 187 37 EKS2-37 78 73 -5 11418 EKS2-18 68 57 -11 278 38 EKS2-38 70 77 7 1.75619 EKS2-19 65 73 8 5.41 39 EKS2-39 62 76 14 69.3120 EKS2-20 66 70 4 2.81 40 EKS2-40 68 83 15 86.96

ket pre pos

jumlah262

1 2828 227 3666.775rata2 65.6 70.7

Md=∑ d

N=5,68

Tes signifikansi 2 desain.

t= Md

√ x2dN (N−1)

= 5,68

√ 3666,7740 (40−1)

=3,70

Harga tabel nilai t dengan signifikansi 5% db=40-1=39 adalah 2,02. t hit=3,70>t tabel=2,02.Kesimpulan : terdapat perbedaan antara hasil pre-test dengan pos-test yang signifikan.

Page 243: BUDI

228

Page 244: BUDI

229

Lampiran 51

UJI PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARANKELAS KONTROL

Ho : Tidak terdapat perbedaan antara Pre-Test dengan Post-TestHa : Terdapat perbedaan antara Pre-Test dengan Post-Test

NO EKS 1 NILAI (d) postes-pretes

NO EKS 1 NILAI (d) postes-pretes

PRE POS PRE POS

1 KON-01 60 65 5 0.2025 21 KON-21 62 80 18 180.92 KON-02 62 75 13 71.403 22 KON-22 62 76 14 89.33 KON-03 66 70 4 0.3025 23 KON-23 76 73 -3 574 KON-04 64 70 6 2.1025 24 KON-24 66 76 10 29.75 KON-05 62 62 0 20.703 25 KON-25 70 56 -14 344.16 KON-06 58 75 17 155 26 KON-26 66 76 10 29.77 KON-07 65 75 10 29.703 27 KON-27 74 70 -4 73.18 KON-08 58 83 25 418.2 28 KON-28 64 65 1 12.69 KON-09 70 76 6 2.1025 29 KON-29 70 73 3 2.403

10 KON-10 78 62 -16 422.3 30 KON-30 76 75 -1 30.811 KON-11 70 70 0 20.703 31 KON-31 72 60 -12 273.912 KON-12 68 83 15 109.2 32 KON-32 74 80 6 2.10313 KON-13 74 70 -4 73.103 33 KON-33 70 73 3 2.40314 KON-14 65 66 1 12.603 34 KON-34 76 65 -11 241.815 KON-15 70 76 6 2.1025 35 KON-35 72 65 -7 133.416 KON-16 64 70 6 2.1025 36 KON-36 62 73 11 41.617 KON-17 55 63 8 11.903 37 KON-37 58 75 17 15518 KON-18 74 70 -4 73.103 38 KON-38 62 80 18 180.919 KON-19 68 56 -12 273.9 39 KON-39 66 73 7 6.00320 KON-20 56 70 14 89.303 40 KON-40 64 80 16 131.1

ket Pre pos

jumlah 2640 2826182 3807.9

rata2 66 70.7

Md=∑ d

N=4,55

Tes signifikansi 2 desain.

t= Md

√ x2dN (N−1)

= 4,55

√ 3807.940 (40−1)

=2,91

Harga tabel nilai t dengan signifikansi 5% db=40-1=39 adalah 2,02. t hit=2,91>t tabel=2.02.Kesimpulan : terdapat perbedaan antara hasil pre-test dengan pos-test yang signifikan.

Page 245: BUDI

230

Lampiran 52Lembar Pengamatan Kelas Eksperimen 1

Peningkatan Kemampuan Penalaran SiswaPertemuan ke : 1

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai jika aspek pengamatan terlaksana

Tuliskan deskripsi hasil pengamatan mengenai kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

No Aspek PengamatanSkor Pelaksanaan

Diskripsi1 2 3 4

1 Siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

√ Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

2 Siswa memanfaatkan benda-benda untuk memecahkan masalah

√ Siswa tidak memanfaatkan benda untuk memecahkan masalah.

3 Siswa mampu membuat ataumengembangkan model-model matematika

√ Tiga dari delapan kelompok mampu membuat model.

4 Siswa mampu membuat kesimpulan dari aktivitas yang telah dilakukan

√ Siswa belum bisa menyimpulkan materi dan soal yang ada.

5 Siswa menemukan bermacam-macam cara dan jawaban yang berbeda-beda

√ Dari diskusi siswa mempunyai cara penyelesaian soal yang sama.

6 Siswa menemukan penyelesaian masalah secara mandiri dengan bantuan teman atau petunjuk guru

√ Antara siswa satu dengan yang lain dalam tiap kelompok saling membantu.

7 Siswa mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah

√ Dua dari delapankelompok mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian.

Page 246: BUDI

231

8Siswa memberikan dan menanggapipendapat dari siswa lain

√ Siswa belum memberikan pendapat dan menanggapi pendapat teman lain.

9 Siswa bertanya kepada temannya dalam diskusi kelompok

√ Dalam tiap kelompoksiswa yang satu dengan lainnya saling bertanya hal yang sulit.

10 Siswa bertanya kepada gurujika

mengalami kesulitan

√ Siswa tidak takut untuk bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan.

11 Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi kelompok

√ Setelah diskusi, guru dan siswa membahas hasil diskusi.

12 Siswa memanfaatkan keterkaitan materi yang dipelajari dengan materi matematikalainnya.

√ Siswa belum mampu mangaitkan materi yang dipelajari dengan materi yang lain.

Petunjuk Penilaian:Skor 1: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 25 %Skor 2: 25 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 50 %Skor 3: 50 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75 %Skor 4: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≥ 75 %Perhitungan:

Presentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran = 2448

x100 % = 50 %

Page 247: BUDI

232

Lampiran 53Lembar Pengamatan Eksperimen 1

Peningkatan Kemampuan Penalaran SiswaPertemuan ke : 2

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai jika aspek pengamatan terlaksana

Tuliskan deskripsi hasil pengamatan mengenai kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

No Aspek PengamatanSkor

Pelaksanaan Diskripsi1 2 3 4

1. Siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

√Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

2. Siswa memanfaatkan benda-benda untuk memecahkan masalah

Masih terdapat 2 kelompok belum memanfaatkan benda untuk memecahkan

3. Siswa mampu membuatataumengembangkan model-model matematika

√Sebagian kelompok tidak mampu membuat model.

4. Siswa mampu membuat kesimpulan dari aktivitas yang telah dilakukan

Siswa dibantu guru menyimpulkan materi dan soal yang ada.

5. Siswa menemukan bermacam-macam cara dan jawaban yang berbeda-beda

Dari diskusi siswa mempunyai cara penyelesaian soal yang berbeda-beda.

6. Siswa menemukan penyelesaian masalah secara mandiri dengan bantuan teman atau petunjuk guru

Antara siswa satu dengan yang lain dalam tiap kelompok saling membantu.

7.Siswa mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah

Beberapa siswa dalam kelompokbelum mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian.

Page 248: BUDI

233

8.Siswa memberikan dan menanggapi pendapat dari siswa lain

√Siswa memberikan pendapat dan menanggapi pendapat teman lain.

9.Siswa bertanya kepada temannya dalam diskusi kelompok

Dalam tiap kelompoksiswa yang satu dengan lainnya saling bertanya hal yang sulit.

10.Siswa bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan

√Siswa tidak takut untuk bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan.

11.Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi kelompok

√Setelah diskusi, guru dan siswa membahas hasil diskusi.

12.

Siswa memanfaatkan keterkaitan materi yang dipelajari dengan materi matematika yang lain atau materi pelajaran lain dalam pemecahan masalah

Siswa mampu mangaitkan materi yang dipelajari dengan materi yang lain.

Petunjuk Penilaian:Skor 1: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 25 %Skor 2: 25 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 50 %Skor 3: 50 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75 %Skor 4: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≥ 75 %Perhitungan:

Presentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran = 3048

x100 % = 62,5 %

Page 249: BUDI

234

Lampiran 54Lembar Pengamatan Eksperimen 1

Peningkatan Kemampuan Penalaran SiswaPertemuan ke : 3

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai jika aspek pengamatan terlaksana Tuliskan deskripsi hasil pengamatan mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan

No Aspek PengamatanSkor

Pelaksanaan Diskripsi1 2 3 4

1. Siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

√Siswa berdiskusi mengerjakan soal yang diberikan.

2. Siswa memanfaatkan benda-benda untuk memecahkan masalah √

Siswa memanfaatkan benda untuk memecahkan masalah.

3. Siswa mampu membuat atau mengembangkan model-model matematika

√Siswa mampu membuat model matematika.

4. Siswa mampu membuat kesimpulan dari aktivitas yang telah dilakukan

√Siswa bersama guru menyimpulkan aktivitas yang telah dilakukan.

5. Siswa menemukan bermacam-macam cara dan jawaban yang berbeda-beda

√Siswa menemukan jawaban dengan beberapa macam cara.

6. Siswa menemukan penyelesaian masalah secara mandiri dengan bantuan teman atau petunjuk guru √

Siswa menemukan penyelesaian masalah secara mandiri dengan bantuan teman atau petunjuk guru.

7. Siswa mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah √

Siswa mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian.

8. Siswamemberikan danmenanggapi

pendapat dari siswa lain √

Siswa memberikan pendapat dan menanggapi pendapat teman lain.

9. Siswa bertanya kepada temannya dalam diskusi kelompok √

Siswa bertanya kepada teman saat diskusi berlangsung.

Page 250: BUDI

235

10. Siswabertanya kepadaguru jika mengalami kesulitan √

Siswa bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan.

11. Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi kelompok √

Hasil diskusi ditampilkan di depan untuk dibahas bersama.

12. Siswa memanfaatkan keterkaitan materi yang dipelajari dengan materi matematika yang lain atau materi pelajaran lain dalam pemecahan masalah

Siswa mampu mangaitkan materi yang disampaikan dengan materi geometri.

Petunjuk Penilaian:Skor 1: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 25 %Skor 2: 25 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 50 %Skor 3: 50 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75 %Skor 4: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≥ 75 %Perhitungan:

Presentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran = 3848

x100 % = 79,17 %

Page 251: BUDI

236

Lampiran 55Lembar Pengamatan Eksperimen 2

Peningkatan Kemampuan Penalaran SiswaPertemuan ke : 1

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai jika aspek pengamatan terlaksana

Tuliskan deskripsi hasil pengamatan mengenai kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

No Aspek PengamatanSkor Pelaksanaan

Diskripsi1 2 3 4

1 Siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

√ Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

2 Siswa mampu membuat ataumengembangkan model-model matematika

√ Tiga dari delapan kelompok mampu membuat model.

3 Siswa mampu membuat kesimpulan dari aktivitas yang telah dilakukan

√ Siswa belum bisa menyimpulkan materi dan soal yang ada.

4 Siswa menemukan bermacam-macam cara dan jawaban yang berbeda-beda

√ Dari diskusi siswa mempunyai cara penyelesaian soal yang sama.

5 Siswa menemukan penyelesaian masalah secara mandiri dengan bantuan teman atau petunjuk guru

√ Antara siswa satu dengan yang lain dalam tiap kelompok saling membantu.

6 Siswa mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah

√ Dua dari delapankelompok mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian.

7 Siswa memberikan dan menanggapipendapat dari siswa lain

√ Siswa belum memberikan pendapat dan menanggapi pendapat teman lain.

Page 252: BUDI

237

8 Siswa bertanya kepada temannya dalam diskusi kelompok

√ Dalam tiap kelompoksiswa yang satu dengan lainnya saling bertanya hal yang sulit.

9 Siswa bertanya kepada gurujika

mengalami kesulitan

√ Siswa tidak takut untuk bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan.

10 Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi kelompok

√ Setelah diskusi, guru dan siswa membahas hasil diskusi.

11 Siswa memanfaatkan keterkaitan materi yang dipelajari dengan materi matematikalainnya.

√ Siswa belum mampu mangaitkan materi yang dipelajari dengan materi yang lain.

Petunjuk Penilaian:Skor 1: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 25 %Skor 2: 25 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 50 %Skor 3: 50 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75 %Skor 4: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≥ 75 %Perhitungan:

Presentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran = 2144

x100 % = 47,72 %

Page 253: BUDI

238

Lampiran 56Lembar Pengamatan Eksperimen 2

Peningkatan Kemampuan Penalaran SiswaPertemuan ke : 2

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai jika aspek pengamatan terlaksana

Tuliskan deskripsi hasil pengamatan mengenai kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

No Aspek PengamatanSkor

Pelaksanaan Diskripsi1 2 3 4

1. Siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

√Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

2. Siswa mampu membuatataumengembangkan model-model matematika

√Sebagian kelompok tidak mampu membuat model.

3. Siswa mampu membuat kesimpulan dari aktivitas yang telah dilakukan

Siswa dibantu guru menyimpulkan materi dan soal yang ada.

4. Siswa menemukan bermacam-macam cara dan jawaban yang berbeda-beda

Dari diskusi siswa mempunyai cara penyelesaian soal yang berbeda-beda.

5. Siswa menemukan penyelesaian masalah secara mandiri dengan bantuan teman atau petunjuk guru

Antara siswa satu dengan yang lain dalam tiap kelompok saling membantu.

6.Siswa mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah

Beberapa siswa dalam kelompokbelum mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian.

7.Siswa memberikan dan menanggapi pendapat dari siswa lain

Siswa memberikan pendapat dan menanggapi pendapat teman lain.

Page 254: BUDI

239

8.Siswa bertanya kepada temannya dalam diskusi kelompok

Dalam tiap kelompoksiswa yang satu dengan lainnya saling bertanya hal yang sulit.

9.Siswa bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan

Siswa tidak takut untuk bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan.

10.Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi kelompok

√Setelah diskusi, guru dan siswa membahas hasil diskusi.

11.

Siswa memanfaatkan keterkaitan materi yang dipelajari dengan materi matematika yang lain atau materi pelajaran lain dalam pemecahan masalah

Siswa mampu mangaitkan materi yang dipelajari dengan materi yang lain.

Petunjuk Penilaian:Skor 1: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 25 %Skor 2: 25 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 50 %Skor 3: 50 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75 %Skor 4: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≥ 75 %Perhitungan:

Presentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran = 2644

x100 % = 59,09 %

Page 255: BUDI

240

Lampiran 57Lembar Pengamatan Eksperimen 2

Peningkatan Kemampuan Penalaran SiswaPertemuan ke : 3

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai jika aspek pengamatan terlaksana Tuliskan deskripsi hasil pengamatan mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan

No Aspek PengamatanSkor

Pelaksanaan Diskripsi1 2 3 4

1. Siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

√Siswa berdiskusi mengerjakan soal yang diberikan.

2. Siswa mampu membuat atau mengembangkan model-model matematika

√Siswa mampu membuat model matematika.

3. Siswa mampu membuat kesimpulan dari aktivitas yang telah dilakukan

√Siswa bersama guru menyimpulkan aktivitas yang telah dilakukan.

4. Siswa menemukan bermacam-macam cara dan jawaban yang berbeda-beda

√Siswa menemukan jawaban dengan beberapa macam cara.

5. Siswa menemukan penyelesaian masalah secara mandiri dengan bantuan teman atau petunjuk guru √

Siswa menemukan penyelesaian masalah secara mandiri dengan bantuan teman atau petunjuk guru.

6. Siswa mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah √

Siswa mampu menyusun langkah-langkah penyelesaian.

7. Siswamemberikan dan menanggapi pendapat dari siswa lain √

Siswa memberikan pendapat dan menanggapi pendapat teman lain.

8. Siswa bertanya kepada temannya dalam diskusi kelompok √

Siswa bertanya kepada teman saat diskusi berlangsung.

9. Siswabertanya kepadaguru jika mengalami kesulitan √

Siswa bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan.

Page 256: BUDI

241

10. Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil diskusi kelompok √

Hasil diskusi ditampilkan di depan untuk dibahas bersama.

11. Siswa memanfaatkan keterkaitan materi yang dipelajari dengan materi matematika yang lain atau materi pelajaran lain dalam pemecahan masalah

Siswa mampu mangaitkan materi yang disampaikan dengan materi geometri.

Petunjuk Penilaian:Skor 1: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 25 %Skor 2: 25 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 50 %Skor 3: 50 % < persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75 %Skor 4: persentase peserta didik yang melakukan aktivitas ≥ 75 %Perhitungan:

Presentase aktivitas peserta didik selama pembelajaran = 3144

x100 % = 71,47 %

Page 257: BUDI

242

Lampiran 58DOKUMENTASI

Gambar 1. Siswa melaksanakan tahap think dalam kelompok

Gambar 2. Siswa melaksanakan tahap think

Gambar 3. Siswa melaksanakan tahap Talk

Page 258: BUDI

243

Gambar 4.Tahap Talk disertai dengan pemodelan menggunakan alat

peraga

Gambar 5. Siswa

melaksanakan tahap Write

Gambar 6.Siswa

melaksanakan Kuis

Page 259: BUDI

244

Gambar 7. Hasil konstruksi siswa