budaya dan kuasa

10
Ikwan Setiawan Program Studi S2 Linguistik Fak. Sastra Univ. Jember

Upload: syuhadak-syuhadak

Post on 03-Jul-2015

443 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

budaya

TRANSCRIPT

Page 1: Budaya dan kuasa

Ikwan Setiawan

Program Studi S2 Linguistik

Fak. Sastra Univ. Jember

Page 2: Budaya dan kuasa

Kelas Penguasa dan Ide Kuasa

(Marx & Engels)Ide-ide tentang kelas penguasa dalam setiap epos manusiaadalah ide kuasa. Misalnya, kelas yang memiliki kekuatanmaterial dalam masyarakat pada saat bersamaan akanmemiliki kekuatan intelektual yang berkuasa.

Kelas penguasa akan mengendalikan alat-alat produksimental (budaya), sehingga ide kuasa merupakan ekspresiideal dari relasi material dominan untuk mewujudkan idedominasi kelas penguasa.

Ide-ide kuasa tersebut diproduksi dan didistribusikansecara ajeg sehingga bisa menentukan gerak budaya dalamsetiap epos peradaban manusia.

Page 3: Budaya dan kuasa

Agar sebuah kelas baru bisa menempati kelas penguasa,

mereka harus bisa menghadirkan kepentingan mereka

sebagai kepentingan bersama dari masyarakat, serta

mengusahakannya sebagai satu-satunya yang tepat dan

berlaku universal.

Selama berkuasanya kelas aristokrat, misalnya, konsep

kebangsawanan, kesetiaan, kehormatan, dan lain-lain

menjadi budaya dominan. Sementara, dalam kelas borjuis,

konsep kebebasan, kesamaan, dan wiraswasta, menjadi

budaya dominan.

Page 4: Budaya dan kuasa

Memahami-kembali Tesis Base and

Superstructure (Raymond Williams)

Basestructure: kekuatan produksi dalam masyarakat

(modal, mesin/teknologi, buruh, cara dan proses

produksi, serta distribusi).

Basestructure tidaklah bersifat statis dan semata-mata

berkaitan objek—modal, teknologi dan buruh, tetapi

bersifat dinamis dan produktif.

Kekuatan produktif: produksi utama dalam relasi

ekonomi kapitalis, produksi utama masyarakat ataupun

manusia itu sendiri, produksi material dan reproduksi

kehidupan riil.

Page 5: Budaya dan kuasa

Superstructur

e

Dalil awal: superstructure merupakan refleksi, imitasi, dan

reproduksi realitas basestructure dalam superstructure

(ideologi, budaya, hukum, kehidupan masyarakat, agama,

maupun sistem kenegaraan).

Menjadi kualifikasi operasional yang bersifat filosofis,

contoh-contoh riil dalam praktik kultural sulit untuk

ditemukan.

Dalil kedua: superstructure dideterminasi oleh

basestructure melalui proses “mediasi”—inkorporasi dan

artikulasi—dari kehidupan nyata yang akan berimplikasi

pula pada proses kultural dalam masyarakat; resiprokal.

Page 6: Budaya dan kuasa

Menjalankan Hegemoni

melalui Budaya

Dalam masyarakat terdapat budaya dominan (dominant

culture), budaya residual (residual culture), dan budaya yang

baru berkembang (emergent culture).

Budaya dominan: budaya yang berkembang secara dominan

dalam masyarakat, semisal budaya kapitalis.

Budaya residual: budaya dari masa lampau atau tradisi

lampau, bersfiat alternatif terhadap budaya dominan.

Budaya emergen: budaya baru yang menciptakan makna dan

praktik baru yang seringkali bersifat oponen terhadap

budaya dominan.

Page 7: Budaya dan kuasa

Budaya dominan-efektif

Agar sebuah budaya dominan bisa bersifat dan berpengaruh

secara efektif terhadap masyarakat secara luas, kekuatan

produktif (basestruture) harus melakukan inkorporasi;

mengambil secara selektif kekuatan-kekuatan kultural

residual maupun emergen.

Dalam proses produksi budaya baru—dominan-efektif—

mereka mengartikulasikan budaya residual dan emergen

secara selektif, yang sekiranya bisa mendukung perluasan

kepentingan kelompok/kelas dominan.

Page 8: Budaya dan kuasa

Hegemoni: Bersifat Kompleks

dan Non-KoersifDengan prinsip inkorporasi dan artikulasi, budaya dominan-

efektif merupakan nilai, makna, dan praktik yang bersifat

kompleks serta bukan sesuatu yang tunggal.

Sebagai kompleks ia harus terus-menerus diperbarui agar

tetap bisa menjaga keefektifannya dalam kehidupan

masyarakat.

Dengan posisi dan proses demikian, kekuatan dominan bisa

menjalankan kuasanya secara efektif tanpa harus

menghadirkan kekerasan, karena proses kultural dan moral

yang mereka kembangkan menjadikan masyarakat

menganggapnya sebagai kewajaran: hegemoni.

Page 9: Budaya dan kuasa

Habitus, Modal Kultural,

dan Kekuasaan (Pierre Bourdieu)

Habitus: struktur perilaku yang terstrukturkan secara apik

dan ajeg sehingga dianggap sebagai sesuatu yang sudah

biasa.

Habitus berada dalam ranah kehidupan sehari-hari; dalam

banyak aspek dan praktik sehingga memproduksi makna-

makna yang bukan dianggap sebagai bentuk kuasa.

Praktik demikian akan menjadikan klasifikasi sosial dalam

masyarakat bukan lagi dianggap sebagai bentuk penindasan,

tetapi kewajaran karena masyarakat memang

membutuhkannya.

Page 10: Budaya dan kuasa

Modal ekonomi, modal simbolik, modal

kultural, dan kekuasaanBagi kelas sosial atas yang memiliki modal ekonomi(kekayaan material) akan lebih mudah untuk mendapatkanmodal simbolik (benda pusaka, pendidikan, pangkat/jabatan). Sementara, bagi kelas bawah akan sulit mendapatkan modal simbolik tersebut.

Relasi sosial akan berlangsung dalam moda yang terkesanalamiah, karena sudah sewajarnya kelas atas memilikihabitus yang berbeda dari kelas bawah. Selain itu, kelas atasbisa menjalankan praktik kebaikan terhadap kelas bawah.

Kelas atas memiliki modal kultural (pengaruh) yang berasaldari modal ekonomi dan simbolik untuk terusmelanggengkan habitus yang ada dalam masyarakat; melanggengkan kekuasaan.