bronkopneumoni

32
BRONKOPNEUMONIA 1. Resti, perempuan, 3 tahun, datang ke Klinik Dokter Keluarga karena mulai mengalami sesak napas 3 hari yang lalu dan hari ini bertambah sesak. Sesak napas tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas, dan posisi. a. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histology dari organ yang terlibat pada kasus? Jawab: Anatomi dari sistem respirasi terbagi menjadi saluran napas atas (upper respiratory tract) dan saluran napas bawah (lower respiratory tract). Saluran napas atas dimulai dari hidung, pharynx, dan larynx. Sedangkan saluran napas bawah dilanjutkan dari trakea, bronkus primer, bronkus sekunder, bronkus tersier, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratory, ductus alveolaris, saccus alveolaris, dan alveolus. FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI Respirasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu respirasi eksternal: proses pertukaran O 2 & CO 2 ke dan dari paru-paru ke dalam O 2 masuk ke dalam darah dan CO 2 + H 2 O masuk ke paru-paru. Kemudian

Upload: tutor-tujuh

Post on 13-Feb-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KASUS TUTORIAAL/PBL

TRANSCRIPT

Page 1: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

1. Resti, perempuan, 3 tahun, datang ke Klinik Dokter Keluarga karena

mulai mengalami sesak napas 3 hari yang lalu dan hari ini bertambah

sesak. Sesak napas tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca,

aktivitas, dan posisi.

a. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histology dari organ yang terlibat

pada kasus?

Jawab:

Anatomi dari sistem respirasi terbagi menjadi saluran napas atas

(upper respiratory tract) dan saluran napas bawah (lower respiratory

tract). Saluran napas atas dimulai dari hidung, pharynx, dan larynx.

Sedangkan saluran napas bawah dilanjutkan dari trakea, bronkus primer,

bronkus sekunder, bronkus tersier, bronkiolus terminalis, bronkiolus

respiratory, ductus alveolaris, saccus alveolaris, dan alveolus.

FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Respirasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu respirasi eksternal: proses

pertukaran O2 & CO2 ke dan dari paru-paru ke dalam O2 masuk ke dalam

darah dan CO2 + H2O masuk ke paru-paru. Kemudian dikeluarkan dari

tubuh dan respirasi internal/respirasi sel: proses pertukaran O2 &

peristiwa CO2 di tingkat sel biokimiawi untuk proses kehidupan.

Page 2: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI

a. Saluran pernapasan konduksi (ekstrapulmonal): trakea, bronkus,

bronkiolus dilapisi oleh epitel bertingkat semu silia (epithelium

pseudostratificatum ciliatum) mengandung banyak sel goblet.

b. Saluran pernapasan respirasi (intrapulmonal): bronkioulus

respiratorius, ductus alveolaris, dan saccus alveolaris oleh sel epitel

selapis gepeng. Tidak ditemukan sel goblet dalam alveoli.

c. Trakea dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel

goblet. Dinding terdiri dari mukosa, submukosa, cartilago, dan

adventisia.

d. Laring dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia

b. Apakah penyebab sesak nafas pada kasus ini?

Jawab:

Ventilasi : obstruksi jalan napas akibat adanya hipersekresi mukus

pada saluran pernafasan,

Difusi : alveoli rusak atau terjadi edema, serta adanya hambatan

pada saluran nafas

Transportasi : kadar Hb yang berkurang sehingga O2 yang diikat Hb darah

tidak adekuat

Regulasi : tingginya kadar co2 pada darah di respon oleh sistem

kemoreseptor perifer yang diteruskan ke area pernapasan dorsal di medula

sehingga menyebabkan peningkatan ventilasi.

Page 3: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

c. Mengapa keluhan sesak napas bertambah berat?

Jawab: Sesak nafas penderita semakin berat dikarenakan adanya perubahan fase

antara hepatisasi merah yang di tandai dengan semakin banyaknya cairan eksudat

dan kefase hepatisasi kelabu yang membuat alveoli menjadi padat (konsolidasi)

akibat cairan eksudat tersebut sehingga proses difusi O2 dan CO2 terganggu dan

mengakibatkan tubuh berkompensasi dengan pernafasan yang cepat dan dangkal

(sesak nafas)

d. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan sesak

napas pada kasus?

Jawab: Terdapat hubungan usia karena pada bayi dan anak kecil lebih

rentan terhadap keluhan seperti pada kasus disebabkan oleh respon imun

yang belum adekuat. Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan prevalensi

antara perempuan dan laki-laki.

e. Apa makna sesak napas tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi

cuaca, aktivitas, dan posisi?

Jawab: menyingkirkan diagnosis banding Asma Bronkhiale

2. Lima hari yang lalu, penderita batuk berdahak disertai pilek dan panas

tinggi.

a. Mekanisme demam?

Jawab: ISPA → peradangan → respon imun (makrofag, netrofil) →

pengeluaran sitokin → merangsang asam arakidonat di hipotalamus →

pengeluaran PGE2 → mengganggu set point → demam.

Page 4: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

b. Mekanisme refleks batuk?

Zat iritan merangsang glotis, trakea, dan bronkus memacu reseptor

kirim signal melalui afferen ke medula spinalis medula kirim

respon melalui eferen ke otot pernafasan dan pita suara otot

pernafasan kotraksi dengan kuat menimbulkan efek inspirasi

maksimal pita suara menutup peningkatan tekanan intra torakal

mengurangi volume cavum thorax pita suara buka tiba-tiba

udara keluar cavum thorax batuk.

c. Mekanisme batuk berdahak?

Jawab: Adanya mikroorganisme terjadi rangsangan pada reseptor batuk

(farings, larings,trakea, bronkus, hidung (sinus paranasal)reseptor di

saluran nafas terpacureseptor akan mengirimkan melalui oleh saraf

aferen ke pusat batuk (medula spinalis) impuls diteruskan ke oto

pernafasan (otot farings, larings, diafragma, interkostal) melalui saraf

eferen otot-otot pernafasan berkontraksi dengan kuat terjadi inspirasi

maksimal (untuk mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya

sehingga terjadi peningkatan tekanan intratorakal penutupan glottis

(untuk mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal

besar) peningkatan tekanan intratoraks glotis terbuka terjadi

ekspirasi yang cepat, singkat, dan kuat batuk secara eksplosif untuk

mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik seperti

mukus.

d. Apa hubungan sesak nafas dengan pilek, panas tinggi dan batuk

berdahak?

Dengan terjadinya proses inflmasi akan mengaktivasi makrofag

(fagositosis) ( TNF α, IL-1, IL-6) → induksi prostaglandin →

peningkatan termostat di hipothalamus → set point meningkat →demam.

Peradangan juga merangsang sel goblet untuk memproduksi mukus

Page 5: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

berlebih penimbunan mukus batuk/ pilek mukus yang banyak

akan menganggu saluran pernafasanpenyempitan saluran pernafasan

suplai O2 berkurang sesak nafas

3. Sebelumnya Resti diberi ibunya obat parasetamol dari warung namun

belum ada perubahan.

a. Mengapa setelah diberi obat parasetamol keluhan Resti belum ada

perubahan?

Jawab:

Dimana obat-obatan yang dijuaal diwarung kebanyakan obat-obatan bebas yang

hanya mengobati gejala yang ditimbulkan saja tanpa mengobati penyakit yang

sebenarnya.

Keberhasilan terapi bergantung pada:

• Ketepatan diagnosis

• Ketepatan terapi berdasarkan diagnosis

• Ketepatan dosis

• Sensitifitas mikroorganisme terhadap antibiotic

• Ketepatan dari segi farmakokinetik obat.

b. Kemungkinan obat yang dikonsumsi?

Jawab:

Antipiretik (obat penurun panas)

Obat batuk

Obat asthma

Obat-obat symptomatik

Page 6: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

4. Sejak sakit, Resti sukar makan dan minum.

a. Mengapa Resti sukar makan dan minum?

Jawab: Karena penyempitan saluran pernafasan yang dialaminya sehingga

ia akan merasa semakin sesak jika makan atau minum, kemudian bisa juga

terjadi peningkatan leptin akibat demam yang dialaminya yang

mengakibatkan penurunan nafsu makannya

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan inadekuat dan

imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi mikroorganisme tetap

bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus,

bronkiolus) aktivasi makrofag apabila makrofag tidak mampu

mengatasi mikroorganisme berkembang biak di sekitar alveoli

aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN pengeluaran

sitokin sitokin bersirkulasi menembus hematoencephalic barrier

efek sitokin terhadap SSP (hipotalamus) produksi prostaglandin

impuls ke korteks serebral leptin meningkat penekanan nafsu makan

nafsu makan dan minum menurun.

5. Riwayat penyakit dulu tdk pernah mengalami penyakit yg sama

sebelumnya, tdk ada riwayat alergi. Bapak mengalami batuk pilek.

a. Makna riwayat penyakit dahulu?

Jawab: tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan

tidak ada riwayat alergi menyingkirkan DD berupa Asma Bronchiale,

karena alergi merupakan faktor pencetus pada Asma Bronchiale.

b. Apa makna riwayat penyakit dalam keluarga?

Jawab: bapak penderita saat ini menderita batuk dan pilek, merupakan

faktor resiko penularan infeksi.

Page 7: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

6. Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; Polio

0,1,2,3. Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI. Riwayat lingkungan

tinggal bersama kedua org tua dan 2 org kk di rmh semi permanen

4x4m tanpa kamar, hny ada 2 jendela.

a. Apa makna riwayat imunisasi?

Jawab: Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3;

Polio 0,1,2,3, berdasarkan kasus dari riwayat imunisasi Resti belum

mendapatkan imunisasi campak. Berdasarkan hasil studi menunjukkan

bahwa pneumonia dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak.

b. Apa makna riwayat makanan?

Jawab: Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir merupakan

faktor risiko terjadinya infeksi pada kasus.

Pemberian ASI dapat menurunkan resiko pneumonia pada bayi dan

balita, karena ASI mengandung nutrisi dan zat-zat penting yang berguna

terhadap kekebalan tubuh bayi. Zat-zat protektif tersebut melindungi bayi

dan balita dari berbagai infeksi.

c. Apa makna riwayat lingkungan?

Jawab: Rumah atau tempat tinggal yang buruk (kurang baik) dapat mendukung

terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi

saluran nafas.

Page 8: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

7. BB saat ini = 12 kg (BB sebelum sakit 12,5 kg), TB = 90 cm

Tanda vital: TD: 80/50 mmHg, HR: 120x/menit, regular, RR: 52x/menit, T:

39,5°C

Sp. O2 90%, ditemukan dispneu dan tidak ditemukan anemia serta

sianosis.

Keadaan spesifik:

Kepala : Sklera tidak ikterik, faring tidak hiperemis

Ada napas cuping hidung, tidak ditemukan head bobbing

Toraks :

Inspeksi : Simetris, terdapat retraksi intercostals, subcostal, dan

suprasternal.

Palpasi : Strem fremitus kanan dan kiri meningkat.

Perkusi : Redup pada basal kedua paru.

Auskultasi : Suara napas vesikuler meningkat, ronki basah

halus nyaring pada kedua lapangan paru.

Abdomen : Datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus normal.

Ekstremitas : Tidak ditemukan clubbing finger.

a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?

Jawab:

Hasil pemeriksaan

fisik

Keadaan Normal Interpretasi

BB saat ini = 12 kg (BB

sebelum sakit 12,5 kg),

TB = 90 cm

- BB= umur x 2 +8

=

TB= umur x 6 + 77

Kurus

Page 9: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

Tanda vital:

TD 80/50 mmHg

HR 120x/menit

Regular

RR 52x/menit

T 39,5°C

Sp. O2 90%

Ditemukan dispneu

Tidak ditemukan

anemia serta sianosis

TD 100/60 mmHg

HR 70-110x/menit

Regular

< 40x/menit

36° - 37,5° C

Sp. O2 90%

Tidak ditemukan

dispneu

Tidak ditemukan

anemia serta sianosis

Hipotensi

Takikardi

Normal

Takipnea

Demam (Febris)

Normal

Abnormal

(Dispneu)

Normal (tidak ada

gangguan pada

ekstrapulmonal)

Kepala:

- Sklera tidak ikterik,

faring tidak

hiperemis

- Ada napas cuping

hidung

- Tidak ditemukan

head bobbing

Sklera tidak ikterik,

faring tidak hiperemis.

Tidak ada napas cuping

hidung.

Tidak ditemukan head

bobbing.

Normal

Abnormal

Normal

Toraks:

- Inspeksi: Simetris,

terdapat retraksi

intercostals,

subcostal, dan

suprasternal.

- Palpasi: Strem

fremitus kanan dan

Simetris, tidak terdapat

retraksi intercostals,

subcostal, dan

suprasternal.

Strem fremitus kanan

dan kiri normal.

Abnormal (adanya

retraksi)

Abnormal

Page 10: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

kiri meningkat.

- Perkusi: Redup

pada basal kedua

paru.

- Auskultasi : Suara

napas vesikuler

meningkat, ronki

basah halus nyaring

pada kedua

lapangan paru.

Sonor pada basal kedua

paru.

Vesikuler normal, tidak

ada ronki basah halus

nyaring pada kedua

lapangan paru.

Abnormal (tidak

adanya udara

dalam paru)

Abnormal

Abdomen:

Datar, lemas, hepar lien

tidak teraba, bising usus

normal.

Datar, lemas, hepar lien

tidak teraba, bising

usus normal.

Normal

Ekstremitas:

Tidak ditemukan

clubbing finger.

Tidak ditemukan

clubbing finger.

Normal

(Suardi, 2008)

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?

Jawab:

Mekanisme berat badan turun:

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan inadekuat dan

imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi mikroorganisme tetap

bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus,

bronkiolus) aktivasi makrofag apabila makrofag tidak mampu

mengatasi mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar

aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN pengeluaran

sitokin sitokin bersirkulasi menembus hematoencephalic barrier

Page 11: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

efek sitokin terhadap SSP (hipotalamus) produksi prostaglandin

impuls ke korteks serebral leptin meningkat penekanan nafsu makan

nafsu makan menurun penurunan berat badan.

(Price, 2012)

Mekanisme takipnea, takikardi, nafas cuping hidung (+), dan r etraksi

intercostal, subcostal dan suprasternal :

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan

imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke

alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan

mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli

dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli gangguan proses

difusi O2 dan CO2 ke perifer berkurang sesak nafas tubuh

berkompensasi dengan ↑ RR, ↑ HR dan peningkatan usaha bernapas

napas cuping hidung dan retraksi intercostal, subcostal dan

suprasternal.

(Price, 2012)

Mekanisme demam ( Febris):

Pajanan mikroorganisme infeksi saluran pernafasan pengeluaran

pirogen eksogen aktivasi makrofag pengeluaran pirogen endogen

(sitokin IL1, TNF, dan IL6) efek pada SSP (hipotalamus)

pengeluaran asam arakidonat pelepasan PGE2 pengaruh kerja

thermostat di hipotalamus demam (febris).

(Price, 2012)

Mekanisme s tem fremitus kanan dan kiri meningkat :

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan

imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke

Page 12: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan

mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli

dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli saat palpasi Stem

fremitus kanan dan kiri meningkat.

(Price, 2012)

Mekanisme r edup pada basal kedua paru :

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan

imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke

alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan

mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli

dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli saat perkusi terdengar

redup pada basal kedua paru.

(Price, 2012)

Mekanisme s uara napas vesikuler meningkat :

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan

imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke

alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan

mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli

dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli saat auskultasi

terdengar suara napas vesikuler meningkat.

(Price, 2012)

Mekanisme r onkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru :

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan

imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke

alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan

mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli

dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli saat ekspirasi ada

Page 13: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

udara lewat cairan saat auskultasi terdengar ronkhi basah halus

nyaring pada kedua lapangan paru.

8. Pemeriksaan Laboratorium:

Hb: 12,8 gr/dl, leukosit: 22.000/mm3, hitung jenis: 2/2/9/70/24/3, LED: 14

mm/jam.

a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?

Jawab:

Hasil Pemeriksaan

penunjang

Keadaan normal Interpretasi

Hb: 12,8 gr/dl Anak: 11-16 gr/dl

Batita : 9-15 gr/dl

Normal

Leukosit: 22.000

/mm3

Balita: 5.700-18.000 /mm3 Leukositosis

Hitungjenis:

2/2/8/71/24/3

Basofil: 0-1 %

Eusinofil: 1-3 %

Neutrofil batang: 2-6 %

Neutrofil segmen: 50–70 %

Limfosit: 20-40 %

Monosit : 2-8 %

Peningkatan

neutrofil batang

(shift to the left)

LED: 14 mm/jam Anak: <10 mm/jam Meningkat,

adanya infeksi

akut

(Suardi, 2008)

Page 14: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium?

Jawab:

Mekanisme Leukositosis dan Shift to the left :

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan inadekuat dan

imaturitas imun) mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke

saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) aktivasi makrofag

apabila makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme

berkembang biak di sekitar alveoli aktivasi makrofag alveolar dan

infiltrasi sel-sel PMN leukositosis dan Shift to the left.

(Price, 2012)

Mekanisme LED meningkat:

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan inadekuat dan

imaturitas imun) mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke

saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) aktivasi makrofag

apabila makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme

berkembang biak di sekitar alveoli aktivasi makrofag alveolar dan

infiltrasi sel-sel PMN LED meningkat.

9. Pemeriksaan Rontgen:

Page 15: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

Toraks: AP Lateral infiltrat pada kedua lapang paru.

a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan rontgen?

Jawab:

Hasil pemeriksaan

rontgen

Keadaan normal Interpretasi

AP Lateral infiltrat

pada kedua lapang

paru.

Tidak ditemukan

infiltrat pada

kedua lapangan

paru

Menandakan terjadinya

bronkopneumonia ditandai

dengan gambaran difus

merata pada kedua paru,

berupa bercak-bercak

infiltrate yang dapat

meluas hingga daerah

perifer paru

(Suardi, 2008)

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan rontgen?

Jawab:

Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan

imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke

alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan

mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli

dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli gambaran infiltrat

pada kedua lapang paru.

Page 16: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

10. Bila kumpulan gejala dan tanda saling dikaitkan maka :

a. Gangguan apa yang mungkin terjadi pada kasus ini?

Jawab:

Gejala Bronkopne

u- monia

Pneumonia Asthma

Bronkhial

Bronkitis

Akut

Sesak nafas + + +, malam dan dini

hari

+, cuaca dingin

Batuk + + +, berdahak +, berdahak

kronik

Demam + + - +

Pilek + +/- - -

Sianosis + + - -

Nafas

Cuping

hidung

+ + - -

Retraksi + + + +

Suara pekak

pada perkusi

+ +, pneumonia

lobaris

- -

Ronkhi basah

halus nyaring

+ -, suara nafas

bronkhial

-, wheezing

ekspirasi

-, wheezing

Leukositosis ↑ ↑ ↓ ↓ / normal

Page 17: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

b. Data tambahan apalagi yang di perlukan untuk memastikan penyebab

gangguan pada kasus ini?

Jawab:

1. Analisis gas darah, untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan

oksigen.

2. Kultur sputum, untuk menentukan etiologi dan antibiotik yang cocok.

3. Pemeriksaan mikrobiologi ini tidak rutin dilakukan kecuali pada

pneumonia berat. Spesimennya adalah usap tenggorok, secret

tenggorok, secret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura,

aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitive bila ditemukan kuman

dari darah, cairan pleura, aspirasi paru.

4. Uji serologis (untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi

bakteri tipik yang punya aspesifitas dan sensitivitas rendah ), diagnosis

infeksi streptokokus grup A (bisa dari peningkatan titer antibodi

seperti antistreptolisin O, streptozim atau antiDnase B. Uji serologi

sebenarnya tak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis atifik tapi

untuk infeksi atipik seperti mikoplasma dan klamidia dan virus lain

bisa dengan peningkatan antibodi IgM dan IgG.

c. Gangguan apa yang paling mungkin terjadi pada kasus ini?

Jawab:

Bronkopneumonia stadium hepatisasi kelabu.

d. Bagaimana cara mengatasi kasus ini secara komperhensif?

Jawab:

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak

terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI,

2012; Bradley et.al., 2011)

1. Penatalaksaan Umum

Page 18: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit  sampai sesak nafas

hilang atau PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.

b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

2. Penatalaksanaan Khusus

a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak

diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan

interpretasi reaksi antibioti awal.

b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu

tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung

c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan

manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25

mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin

tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi:

1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan

epidemiologis.

2. Berat ringan penyakit.

3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis.

4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari

Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus

dipertimbangkan berdasarkan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada

kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)

menurut kelompok usia bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan-5 tahun):

a. Beta laktam amoksisillin

b. Amoksisillin - Asam klavulanat

c. Golongan sefalosporin

d. Kotrimoksazol

Page 19: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

e. Makrolid (eritromisin)

f. Apa yang akan terjadi apabila kasus ini tidak teratasi secara

komprehensif?

Jawab:

- Empiema

- Otitis media akut

Komplikasi dari bronchopneumonia antara lain Otitis Media Akut

(OMA). Terjadi bila tidak diobati maka sputum yang berlebihan akan

masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara

ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara kemudian gendang

telinga akan tertarik ke dalam timus efusi.

- Meningitis

- Perikarditis

- Osteomielitis

g. Bagaimana peluang penatalaksanaan gangguan ini sampai tuntas?

Jawab:

Quo at vitam : dubia at bonam

Quo at fungsional : dubia at bonam

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi

didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan

datang terlambat untuk pengobatan.

Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.

Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan

peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi

ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap

infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama

Page 20: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan

dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

h. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini?

Jawab:

Pada kasus Bronkopneumoni tingkat kemampuan yang harus dicapai

adalah tingkat kemampuan 4A.

Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan

secara mandiri dan tuntas.

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan

penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

i. Apa Pandangan Islam pada kasus ini?

Jawab:

Q.S; Albaqoroh ayat 233 yang artinya “Para ibu hendaklah

menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin

menyempurnakan penyusuan dan kewajiban ayah memberi makan dan

pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Janganlah seorang ibu

menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena

anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin

menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan

permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya dan jika kamu ingin

anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila

kamu memberikan pembayaran menurut yang patut, bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu

kerjakan.” (QS.Al Baqarah:233).

Dalam ayat tersebut dijelaskan, jika masa penyusuannya bisa

sempurna sampai dua tahun, maka itu lebih baik, lebih kuat, dan lebih

ideal. Asupan pertama dan yang terbaik bagi sang buah hati adalah ASI

Page 21: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA

(Air Susu Ibu). Allah swt telah menciptakan dengan sempurna komposisi

yang terkandung di dalam ASI. ASI memenuhi seluruh kebutuhan biologis

bayi, karena itulah penting kiranya bagi para ibu agar menyusui bayinya

hingga berusia 2 tahun sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt.

Bayi-bayi yang disusui jarang sekali mengalami kelebihan berat

badan, kemungkinan menderita dehidrasi serta akibat-akibat lainnya.

Jarang di antara mereka yang menderita alergi atau infeksi karena bakteri.

ASI memberikan proteksi alamiah dengan cara mengalirkan antibodi

penting dari ibu ke bayinya. Menyusui juga memberikan manfaat

psikologis pada bayi. Karena dengan menyusu, ia

merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya serta menikmati suara

dan wajah ibunya.

Kesimpulan

Resti, perempuan, umur 3 tahun mengalami sesak napas, batuk berdahak,

pilek, dan panas tinggi karena menderita bronkopneumonia

KK

FR (imunisasi tdk lengkap, lingkungan rmh tdk baik, bapak batuk pilek) batuk,

pilek panas tinggi ISPA atas tatalaksana inadekuat ISPA bawah

bronkopneumonia

Page 22: BRONKOPNEUMONI

BRONKOPNEUMONIA