bronkopneumoni
DESCRIPTION
KASUS TUTORIAAL/PBLTRANSCRIPT
BRONKOPNEUMONIA
1. Resti, perempuan, 3 tahun, datang ke Klinik Dokter Keluarga karena
mulai mengalami sesak napas 3 hari yang lalu dan hari ini bertambah
sesak. Sesak napas tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca,
aktivitas, dan posisi.
a. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histology dari organ yang terlibat
pada kasus?
Jawab:
Anatomi dari sistem respirasi terbagi menjadi saluran napas atas
(upper respiratory tract) dan saluran napas bawah (lower respiratory
tract). Saluran napas atas dimulai dari hidung, pharynx, dan larynx.
Sedangkan saluran napas bawah dilanjutkan dari trakea, bronkus primer,
bronkus sekunder, bronkus tersier, bronkiolus terminalis, bronkiolus
respiratory, ductus alveolaris, saccus alveolaris, dan alveolus.
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
Respirasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu respirasi eksternal: proses
pertukaran O2 & CO2 ke dan dari paru-paru ke dalam O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 + H2O masuk ke paru-paru. Kemudian dikeluarkan dari
tubuh dan respirasi internal/respirasi sel: proses pertukaran O2 &
peristiwa CO2 di tingkat sel biokimiawi untuk proses kehidupan.
BRONKOPNEUMONIA
HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI
a. Saluran pernapasan konduksi (ekstrapulmonal): trakea, bronkus,
bronkiolus dilapisi oleh epitel bertingkat semu silia (epithelium
pseudostratificatum ciliatum) mengandung banyak sel goblet.
b. Saluran pernapasan respirasi (intrapulmonal): bronkioulus
respiratorius, ductus alveolaris, dan saccus alveolaris oleh sel epitel
selapis gepeng. Tidak ditemukan sel goblet dalam alveoli.
c. Trakea dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel
goblet. Dinding terdiri dari mukosa, submukosa, cartilago, dan
adventisia.
d. Laring dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia
b. Apakah penyebab sesak nafas pada kasus ini?
Jawab:
Ventilasi : obstruksi jalan napas akibat adanya hipersekresi mukus
pada saluran pernafasan,
Difusi : alveoli rusak atau terjadi edema, serta adanya hambatan
pada saluran nafas
Transportasi : kadar Hb yang berkurang sehingga O2 yang diikat Hb darah
tidak adekuat
Regulasi : tingginya kadar co2 pada darah di respon oleh sistem
kemoreseptor perifer yang diteruskan ke area pernapasan dorsal di medula
sehingga menyebabkan peningkatan ventilasi.
BRONKOPNEUMONIA
c. Mengapa keluhan sesak napas bertambah berat?
Jawab: Sesak nafas penderita semakin berat dikarenakan adanya perubahan fase
antara hepatisasi merah yang di tandai dengan semakin banyaknya cairan eksudat
dan kefase hepatisasi kelabu yang membuat alveoli menjadi padat (konsolidasi)
akibat cairan eksudat tersebut sehingga proses difusi O2 dan CO2 terganggu dan
mengakibatkan tubuh berkompensasi dengan pernafasan yang cepat dan dangkal
(sesak nafas)
d. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan sesak
napas pada kasus?
Jawab: Terdapat hubungan usia karena pada bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap keluhan seperti pada kasus disebabkan oleh respon imun
yang belum adekuat. Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan prevalensi
antara perempuan dan laki-laki.
e. Apa makna sesak napas tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi
cuaca, aktivitas, dan posisi?
Jawab: menyingkirkan diagnosis banding Asma Bronkhiale
2. Lima hari yang lalu, penderita batuk berdahak disertai pilek dan panas
tinggi.
a. Mekanisme demam?
Jawab: ISPA → peradangan → respon imun (makrofag, netrofil) →
pengeluaran sitokin → merangsang asam arakidonat di hipotalamus →
pengeluaran PGE2 → mengganggu set point → demam.
BRONKOPNEUMONIA
b. Mekanisme refleks batuk?
Zat iritan merangsang glotis, trakea, dan bronkus memacu reseptor
kirim signal melalui afferen ke medula spinalis medula kirim
respon melalui eferen ke otot pernafasan dan pita suara otot
pernafasan kotraksi dengan kuat menimbulkan efek inspirasi
maksimal pita suara menutup peningkatan tekanan intra torakal
mengurangi volume cavum thorax pita suara buka tiba-tiba
udara keluar cavum thorax batuk.
c. Mekanisme batuk berdahak?
Jawab: Adanya mikroorganisme terjadi rangsangan pada reseptor batuk
(farings, larings,trakea, bronkus, hidung (sinus paranasal)reseptor di
saluran nafas terpacureseptor akan mengirimkan melalui oleh saraf
aferen ke pusat batuk (medula spinalis) impuls diteruskan ke oto
pernafasan (otot farings, larings, diafragma, interkostal) melalui saraf
eferen otot-otot pernafasan berkontraksi dengan kuat terjadi inspirasi
maksimal (untuk mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya
sehingga terjadi peningkatan tekanan intratorakal penutupan glottis
(untuk mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal
besar) peningkatan tekanan intratoraks glotis terbuka terjadi
ekspirasi yang cepat, singkat, dan kuat batuk secara eksplosif untuk
mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik seperti
mukus.
d. Apa hubungan sesak nafas dengan pilek, panas tinggi dan batuk
berdahak?
Dengan terjadinya proses inflmasi akan mengaktivasi makrofag
(fagositosis) ( TNF α, IL-1, IL-6) → induksi prostaglandin →
peningkatan termostat di hipothalamus → set point meningkat →demam.
Peradangan juga merangsang sel goblet untuk memproduksi mukus
BRONKOPNEUMONIA
berlebih penimbunan mukus batuk/ pilek mukus yang banyak
akan menganggu saluran pernafasanpenyempitan saluran pernafasan
suplai O2 berkurang sesak nafas
3. Sebelumnya Resti diberi ibunya obat parasetamol dari warung namun
belum ada perubahan.
a. Mengapa setelah diberi obat parasetamol keluhan Resti belum ada
perubahan?
Jawab:
Dimana obat-obatan yang dijuaal diwarung kebanyakan obat-obatan bebas yang
hanya mengobati gejala yang ditimbulkan saja tanpa mengobati penyakit yang
sebenarnya.
Keberhasilan terapi bergantung pada:
• Ketepatan diagnosis
• Ketepatan terapi berdasarkan diagnosis
• Ketepatan dosis
• Sensitifitas mikroorganisme terhadap antibiotic
• Ketepatan dari segi farmakokinetik obat.
b. Kemungkinan obat yang dikonsumsi?
Jawab:
Antipiretik (obat penurun panas)
Obat batuk
Obat asthma
Obat-obat symptomatik
BRONKOPNEUMONIA
4. Sejak sakit, Resti sukar makan dan minum.
a. Mengapa Resti sukar makan dan minum?
Jawab: Karena penyempitan saluran pernafasan yang dialaminya sehingga
ia akan merasa semakin sesak jika makan atau minum, kemudian bisa juga
terjadi peningkatan leptin akibat demam yang dialaminya yang
mengakibatkan penurunan nafsu makannya
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan inadekuat dan
imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus,
bronkiolus) aktivasi makrofag apabila makrofag tidak mampu
mengatasi mikroorganisme berkembang biak di sekitar alveoli
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN pengeluaran
sitokin sitokin bersirkulasi menembus hematoencephalic barrier
efek sitokin terhadap SSP (hipotalamus) produksi prostaglandin
impuls ke korteks serebral leptin meningkat penekanan nafsu makan
nafsu makan dan minum menurun.
5. Riwayat penyakit dulu tdk pernah mengalami penyakit yg sama
sebelumnya, tdk ada riwayat alergi. Bapak mengalami batuk pilek.
a. Makna riwayat penyakit dahulu?
Jawab: tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan
tidak ada riwayat alergi menyingkirkan DD berupa Asma Bronchiale,
karena alergi merupakan faktor pencetus pada Asma Bronchiale.
b. Apa makna riwayat penyakit dalam keluarga?
Jawab: bapak penderita saat ini menderita batuk dan pilek, merupakan
faktor resiko penularan infeksi.
BRONKOPNEUMONIA
6. Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; Polio
0,1,2,3. Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI. Riwayat lingkungan
tinggal bersama kedua org tua dan 2 org kk di rmh semi permanen
4x4m tanpa kamar, hny ada 2 jendela.
a. Apa makna riwayat imunisasi?
Jawab: Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3;
Polio 0,1,2,3, berdasarkan kasus dari riwayat imunisasi Resti belum
mendapatkan imunisasi campak. Berdasarkan hasil studi menunjukkan
bahwa pneumonia dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak.
b. Apa makna riwayat makanan?
Jawab: Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir merupakan
faktor risiko terjadinya infeksi pada kasus.
Pemberian ASI dapat menurunkan resiko pneumonia pada bayi dan
balita, karena ASI mengandung nutrisi dan zat-zat penting yang berguna
terhadap kekebalan tubuh bayi. Zat-zat protektif tersebut melindungi bayi
dan balita dari berbagai infeksi.
c. Apa makna riwayat lingkungan?
Jawab: Rumah atau tempat tinggal yang buruk (kurang baik) dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi
saluran nafas.
BRONKOPNEUMONIA
7. BB saat ini = 12 kg (BB sebelum sakit 12,5 kg), TB = 90 cm
Tanda vital: TD: 80/50 mmHg, HR: 120x/menit, regular, RR: 52x/menit, T:
39,5°C
Sp. O2 90%, ditemukan dispneu dan tidak ditemukan anemia serta
sianosis.
Keadaan spesifik:
Kepala : Sklera tidak ikterik, faring tidak hiperemis
Ada napas cuping hidung, tidak ditemukan head bobbing
Toraks :
Inspeksi : Simetris, terdapat retraksi intercostals, subcostal, dan
suprasternal.
Palpasi : Strem fremitus kanan dan kiri meningkat.
Perkusi : Redup pada basal kedua paru.
Auskultasi : Suara napas vesikuler meningkat, ronki basah
halus nyaring pada kedua lapangan paru.
Abdomen : Datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus normal.
Ekstremitas : Tidak ditemukan clubbing finger.
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Jawab:
Hasil pemeriksaan
fisik
Keadaan Normal Interpretasi
BB saat ini = 12 kg (BB
sebelum sakit 12,5 kg),
TB = 90 cm
- BB= umur x 2 +8
=
TB= umur x 6 + 77
Kurus
BRONKOPNEUMONIA
Tanda vital:
TD 80/50 mmHg
HR 120x/menit
Regular
RR 52x/menit
T 39,5°C
Sp. O2 90%
Ditemukan dispneu
Tidak ditemukan
anemia serta sianosis
TD 100/60 mmHg
HR 70-110x/menit
Regular
< 40x/menit
36° - 37,5° C
Sp. O2 90%
Tidak ditemukan
dispneu
Tidak ditemukan
anemia serta sianosis
Hipotensi
Takikardi
Normal
Takipnea
Demam (Febris)
Normal
Abnormal
(Dispneu)
Normal (tidak ada
gangguan pada
ekstrapulmonal)
Kepala:
- Sklera tidak ikterik,
faring tidak
hiperemis
- Ada napas cuping
hidung
- Tidak ditemukan
head bobbing
Sklera tidak ikterik,
faring tidak hiperemis.
Tidak ada napas cuping
hidung.
Tidak ditemukan head
bobbing.
Normal
Abnormal
Normal
Toraks:
- Inspeksi: Simetris,
terdapat retraksi
intercostals,
subcostal, dan
suprasternal.
- Palpasi: Strem
fremitus kanan dan
Simetris, tidak terdapat
retraksi intercostals,
subcostal, dan
suprasternal.
Strem fremitus kanan
dan kiri normal.
Abnormal (adanya
retraksi)
Abnormal
BRONKOPNEUMONIA
kiri meningkat.
- Perkusi: Redup
pada basal kedua
paru.
- Auskultasi : Suara
napas vesikuler
meningkat, ronki
basah halus nyaring
pada kedua
lapangan paru.
Sonor pada basal kedua
paru.
Vesikuler normal, tidak
ada ronki basah halus
nyaring pada kedua
lapangan paru.
Abnormal (tidak
adanya udara
dalam paru)
Abnormal
Abdomen:
Datar, lemas, hepar lien
tidak teraba, bising usus
normal.
Datar, lemas, hepar lien
tidak teraba, bising
usus normal.
Normal
Ekstremitas:
Tidak ditemukan
clubbing finger.
Tidak ditemukan
clubbing finger.
Normal
(Suardi, 2008)
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
Mekanisme berat badan turun:
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan inadekuat dan
imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi mikroorganisme tetap
bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah (trakea, bronkus,
bronkiolus) aktivasi makrofag apabila makrofag tidak mampu
mengatasi mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN pengeluaran
sitokin sitokin bersirkulasi menembus hematoencephalic barrier
BRONKOPNEUMONIA
efek sitokin terhadap SSP (hipotalamus) produksi prostaglandin
impuls ke korteks serebral leptin meningkat penekanan nafsu makan
nafsu makan menurun penurunan berat badan.
(Price, 2012)
Mekanisme takipnea, takikardi, nafas cuping hidung (+), dan r etraksi
intercostal, subcostal dan suprasternal :
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan
imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke
alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan
mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli
dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli gangguan proses
difusi O2 dan CO2 ke perifer berkurang sesak nafas tubuh
berkompensasi dengan ↑ RR, ↑ HR dan peningkatan usaha bernapas
napas cuping hidung dan retraksi intercostal, subcostal dan
suprasternal.
(Price, 2012)
Mekanisme demam ( Febris):
Pajanan mikroorganisme infeksi saluran pernafasan pengeluaran
pirogen eksogen aktivasi makrofag pengeluaran pirogen endogen
(sitokin IL1, TNF, dan IL6) efek pada SSP (hipotalamus)
pengeluaran asam arakidonat pelepasan PGE2 pengaruh kerja
thermostat di hipotalamus demam (febris).
(Price, 2012)
Mekanisme s tem fremitus kanan dan kiri meningkat :
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan
imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke
BRONKOPNEUMONIA
alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan
mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli
dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli saat palpasi Stem
fremitus kanan dan kiri meningkat.
(Price, 2012)
Mekanisme r edup pada basal kedua paru :
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan
imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke
alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan
mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli
dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli saat perkusi terdengar
redup pada basal kedua paru.
(Price, 2012)
Mekanisme s uara napas vesikuler meningkat :
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan
imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke
alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan
mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli
dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli saat auskultasi
terdengar suara napas vesikuler meningkat.
(Price, 2012)
Mekanisme r onkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru :
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan
imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke
alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan
mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli
dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli saat ekspirasi ada
BRONKOPNEUMONIA
udara lewat cairan saat auskultasi terdengar ronkhi basah halus
nyaring pada kedua lapangan paru.
8. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb: 12,8 gr/dl, leukosit: 22.000/mm3, hitung jenis: 2/2/9/70/24/3, LED: 14
mm/jam.
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Hasil Pemeriksaan
penunjang
Keadaan normal Interpretasi
Hb: 12,8 gr/dl Anak: 11-16 gr/dl
Batita : 9-15 gr/dl
Normal
Leukosit: 22.000
/mm3
Balita: 5.700-18.000 /mm3 Leukositosis
Hitungjenis:
2/2/8/71/24/3
Basofil: 0-1 %
Eusinofil: 1-3 %
Neutrofil batang: 2-6 %
Neutrofil segmen: 50–70 %
Limfosit: 20-40 %
Monosit : 2-8 %
Peningkatan
neutrofil batang
(shift to the left)
LED: 14 mm/jam Anak: <10 mm/jam Meningkat,
adanya infeksi
akut
(Suardi, 2008)
BRONKOPNEUMONIA
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Mekanisme Leukositosis dan Shift to the left :
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan inadekuat dan
imaturitas imun) mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke
saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) aktivasi makrofag
apabila makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme
berkembang biak di sekitar alveoli aktivasi makrofag alveolar dan
infiltrasi sel-sel PMN leukositosis dan Shift to the left.
(Price, 2012)
Mekanisme LED meningkat:
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan inadekuat dan
imaturitas imun) mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke
saluran napas bawah (trakea, bronkus, bronkiolus) aktivasi makrofag
apabila makrofag tidak mampu mengatasi mikroorganisme
berkembang biak di sekitar alveoli aktivasi makrofag alveolar dan
infiltrasi sel-sel PMN LED meningkat.
9. Pemeriksaan Rontgen:
BRONKOPNEUMONIA
Toraks: AP Lateral infiltrat pada kedua lapang paru.
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan rontgen?
Jawab:
Hasil pemeriksaan
rontgen
Keadaan normal Interpretasi
AP Lateral infiltrat
pada kedua lapang
paru.
Tidak ditemukan
infiltrat pada
kedua lapangan
paru
Menandakan terjadinya
bronkopneumonia ditandai
dengan gambaran difus
merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak
infiltrate yang dapat
meluas hingga daerah
perifer paru
(Suardi, 2008)
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan rontgen?
Jawab:
Pajanan mikroorganisme ISPA atas (pengobatan yang inadekuat dan
imaturitas imun) predisposisi berbagai infeksi infeksi berlanjut ke
alveolus peradangan parenkim paru reaksi inflamasi dan pelepasan
mediator inflamasi infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli
dipenuhi cairan eksudat konsolidasi di alveoli gambaran infiltrat
pada kedua lapang paru.
BRONKOPNEUMONIA
10. Bila kumpulan gejala dan tanda saling dikaitkan maka :
a. Gangguan apa yang mungkin terjadi pada kasus ini?
Jawab:
Gejala Bronkopne
u- monia
Pneumonia Asthma
Bronkhial
Bronkitis
Akut
Sesak nafas + + +, malam dan dini
hari
+, cuaca dingin
Batuk + + +, berdahak +, berdahak
kronik
Demam + + - +
Pilek + +/- - -
Sianosis + + - -
Nafas
Cuping
hidung
+ + - -
Retraksi + + + +
Suara pekak
pada perkusi
+ +, pneumonia
lobaris
- -
Ronkhi basah
halus nyaring
+ -, suara nafas
bronkhial
-, wheezing
ekspirasi
-, wheezing
Leukositosis ↑ ↑ ↓ ↓ / normal
BRONKOPNEUMONIA
b. Data tambahan apalagi yang di perlukan untuk memastikan penyebab
gangguan pada kasus ini?
Jawab:
1. Analisis gas darah, untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
oksigen.
2. Kultur sputum, untuk menentukan etiologi dan antibiotik yang cocok.
3. Pemeriksaan mikrobiologi ini tidak rutin dilakukan kecuali pada
pneumonia berat. Spesimennya adalah usap tenggorok, secret
tenggorok, secret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura,
aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitive bila ditemukan kuman
dari darah, cairan pleura, aspirasi paru.
4. Uji serologis (untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi
bakteri tipik yang punya aspesifitas dan sensitivitas rendah ), diagnosis
infeksi streptokokus grup A (bisa dari peningkatan titer antibodi
seperti antistreptolisin O, streptozim atau antiDnase B. Uji serologi
sebenarnya tak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis atifik tapi
untuk infeksi atipik seperti mikoplasma dan klamidia dan virus lain
bisa dengan peningkatan antibodi IgM dan IgG.
c. Gangguan apa yang paling mungkin terjadi pada kasus ini?
Jawab:
Bronkopneumonia stadium hepatisasi kelabu.
d. Bagaimana cara mengatasi kasus ini secara komperhensif?
Jawab:
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak
terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI,
2012; Bradley et.al., 2011)
1. Penatalaksaan Umum
BRONKOPNEUMONIA
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas
hilang atau PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan
interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25
mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin
tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi:
1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan
epidemiologis.
2. Berat ringan penyakit.
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis.
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus
dipertimbangkan berdasarkan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada
kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan-5 tahun):
a. Beta laktam amoksisillin
b. Amoksisillin - Asam klavulanat
c. Golongan sefalosporin
d. Kotrimoksazol
BRONKOPNEUMONIA
e. Makrolid (eritromisin)
f. Apa yang akan terjadi apabila kasus ini tidak teratasi secara
komprehensif?
Jawab:
- Empiema
- Otitis media akut
Komplikasi dari bronchopneumonia antara lain Otitis Media Akut
(OMA). Terjadi bila tidak diobati maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara
ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara kemudian gendang
telinga akan tertarik ke dalam timus efusi.
- Meningitis
- Perikarditis
- Osteomielitis
g. Bagaimana peluang penatalaksanaan gangguan ini sampai tuntas?
Jawab:
Quo at vitam : dubia at bonam
Quo at fungsional : dubia at bonam
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan
datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.
Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi
ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
BRONKOPNEUMONIA
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
h. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini?
Jawab:
Pada kasus Bronkopneumoni tingkat kemampuan yang harus dicapai
adalah tingkat kemampuan 4A.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
secara mandiri dan tuntas.
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
i. Apa Pandangan Islam pada kasus ini?
Jawab:
Q.S; Albaqoroh ayat 233 yang artinya “Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut, bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS.Al Baqarah:233).
Dalam ayat tersebut dijelaskan, jika masa penyusuannya bisa
sempurna sampai dua tahun, maka itu lebih baik, lebih kuat, dan lebih
ideal. Asupan pertama dan yang terbaik bagi sang buah hati adalah ASI
BRONKOPNEUMONIA
(Air Susu Ibu). Allah swt telah menciptakan dengan sempurna komposisi
yang terkandung di dalam ASI. ASI memenuhi seluruh kebutuhan biologis
bayi, karena itulah penting kiranya bagi para ibu agar menyusui bayinya
hingga berusia 2 tahun sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt.
Bayi-bayi yang disusui jarang sekali mengalami kelebihan berat
badan, kemungkinan menderita dehidrasi serta akibat-akibat lainnya.
Jarang di antara mereka yang menderita alergi atau infeksi karena bakteri.
ASI memberikan proteksi alamiah dengan cara mengalirkan antibodi
penting dari ibu ke bayinya. Menyusui juga memberikan manfaat
psikologis pada bayi. Karena dengan menyusu, ia
merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya serta menikmati suara
dan wajah ibunya.
Kesimpulan
Resti, perempuan, umur 3 tahun mengalami sesak napas, batuk berdahak,
pilek, dan panas tinggi karena menderita bronkopneumonia
KK
FR (imunisasi tdk lengkap, lingkungan rmh tdk baik, bapak batuk pilek) batuk,
pilek panas tinggi ISPA atas tatalaksana inadekuat ISPA bawah
bronkopneumonia
BRONKOPNEUMONIA