bpsdm.pu.go.id · web viewdalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara...

42
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI U ngkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi dapat menyelesaikan mata pelatihan ini dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki pemahaman mengenai Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi. Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi ini bertujuan untuk untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap ASN di bidang Hukum Kontrak Konstruksi, agar memiliki kompetensi dasar dalam proses yang terjadi dalam pelaksanaan. Waktu pembelajaran selama 44 Jam Pelajaran. Modul ini adalah salah satu upaya untuk memberikan acuan terhadap rincian materi terkait Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi. Kami menyadari bahwa Modul ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik pada isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan Modul ini. Semoga Modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua Pihak terkait atas bantuan dan kerjasamanya yang baik. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi kelancaran proses belajar-mengajar, sehingga keinginan untuk mewujudkan Aparatur yang profesional dan memiliki kompetensi yang handal dapat dicapai dengan baik. Bandung, Juni 2019 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i KATA PENGANTAR Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja truksi

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

U

ngkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi dapat menyelesaikan mata pelatihan ini dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki pemahaman mengenai Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi.

Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi ini bertujuan untuk untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap ASN di bidang Hukum Kontrak Konstruksi, agar memiliki kompetensi dasar dalam proses yang terjadi dalam pelaksanaan. Waktu pembelajaran selama 44 Jam Pelajaran.

Modul ini adalah salah satu upaya untuk memberikan acuan terhadap rincian materi terkait Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi.

Kami menyadari bahwa Modul ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik pada isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan Modul ini. Semoga Modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua Pihak terkait atas bantuan dan kerjasamanya yang baik. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi kelancaran proses belajar-mengajar, sehingga keinginan untuk mewujudkan Aparatur yang profesional dan memiliki kompetensi yang handal dapat dicapai dengan baik.

Bandung, Juni 2019Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. Yudha Mediawan, M.Dev.Plg.NIP. 196610211992031003

i

KATA PENGANTAR

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 2: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

Petunjuk Penggunaan Modul..........................................................................................iii

Pendahuluan.....................................................................................................................iv

A. Latar Belakang........................................................................................................ivB. Deskripsi Singkat....................................................................................................ivC. Tujuan Pembelajaran..............................................................................................ivD. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.......................................................................v

Materi Pokok 1 Sengketa Konstruksi..............................................................................1

A. Pendahuluan...........................................................................................................1B. Ketentuan Umum....................................................................................................2C. Asas dan Ruang Lingkup........................................................................................3D. Hal-hal yang Menimbulkan Sengketa.....................................................................3E. Sejarah, Obyek dan Jenis Arbitrase........................................................................4F. Latihan.....................................................................................................................6G. Rangkuman.............................................................................................................6

Materi Pokok 2 Proses Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi..........................7

A. Musyawarah............................................................................................................7B. Mediasi....................................................................................................................8C. Konsiliasi.................................................................................................................9D. Tata Cara Fasilitasi Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi

melalui Arbitrase.....................................................................................................9E. Dewan Sengketa....................................................................................................15F. Latihan....................................................................................................................21G. Rangkuman............................................................................................................21

Penutup.............................................................................................................................22

A. Evaluasi Kegiatan Belajar......................................................................................22B. Umpan Balik...........................................................................................................23C. Tindak Lanjut..........................................................................................................23D. Kunci Jawaban Soal...............................................................................................24

Daftar Pustaka..................................................................................................................25

Glosarium.........................................................................................................................26

ii

DAFTAR ISI

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 3: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

1. Petunjuk Bagi PesertaUntuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi, maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain: 1) Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-

masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta dapat bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.

2) Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap kegiatan belajar.

3) Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal berikut ini:

a. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang berlaku. b. Pahami setiap langkah kerja dengan baik.

4) Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur atau instruktur yang mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

2. Petunjuk Bagi Instruktur Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk: 1. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.2. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap

belajar.3. Membantu peserta dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab

pertanyaan peserta mengenai proses belajar peserta.4. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang

diperlukan untuk belajar.

iii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 4: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

A. Latar BelakangKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat merupakan instansi di bidang

teknis yang kegiatannya banyak bersinggungan dengan kontrak dan pelaksanaannya. Banyaknya kontrak yang dibuat dalam pelaksanaan berbagai pekerjaan di lingkungan Kementerian PUPR memerlukan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan mengenai pembuatan kontrak. Kesalahan dalam penyusunan suatu kontrak dapat mengakibatkan timbulnya sengketa yang menyebabkan terganggunya proses pekerjaan dan tidak menutup kemungkinan menghambat pembangunan. Tidak hanya dalam penyusunan tetapi juga perlu dipahami masalah penyelenggaraan dan pelaksanaan kontrak, penyelesaian sengketa, dan aspek-aspek teknis lainnya. Kontrak merupakan suatu ikatan perjanjian yang menampung kesepakatan di antara pihak yang akibat dari kesepakatan tersebut muncul suatu hak dan kewajiban akibat hukum yang harus dipatuhi. Oleh karena itu pembuatan suatu kontrak tidak dapat dilakukan asal-asalan harus dilakukan dengan memenuhi aspek hukum karena kontrak merupakan kesepakatan para pihak dengan akibat hukum yang harus dipatuhi.

Pelatihan ini sangat penting mengingat sebagian besar peserta berlatar belakang teknik. Padahal dalam kehidupan nyata, pekerjaan yang ditanganinya tidak mungkin lepas dari aspek hukum sebagai bagian dari pelaksanaan suatu proyek. Untuk itu peserta pelatihan perlu serius mengikuti setiap materi yang disampaikan dan kemudian diimplementasikan pada lingkungan tempatnya bekerja.

Pelatihan yang diperuntukkan bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan dinas-dinas yang berkaitan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bertujuan untuk meningkatkan kompetensi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan hukum kontrak konstruksi. Dengan penyelenggaraan pelatihan ini diharapkan peserta mampu menguasai norma-norma penyusunan suatu kontrak, terutama kontrak konstruksi bukan hanya pada tahapan penyusunan kontrak saja tetapi juga dipelajari hal-hal lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan kontrak seperti penyelesaian sengketa dalam bidang kontrak konstruksi.

B. Deskripsi SingkatMata Pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai pengantar penyelesaian sengketa kontrak kerja konstruksi yang disajikan dengan metode ceramah, diskusi, praktik, pemutaran video/film pendek.

C. Tujuan Pembelajaran1. Hasil Belajar

Setelah selesai pembelajaran peserta mampu memahami tata cara penyelesaian melalui Abitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

iv

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

PENDAHULUAN

Page 5: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

2. Indikator Hasil BelajarSetelah mengikuti pembelajaran mata pelatihan ini, peserta mampu:

2.1 Memahami Sengketa Kontrak2.2 Memahami Proses Penyelesaian Sengketa Kontrak Kontruksi2.3 Memahami Asas da Ruang Lingkup2.4 Memahami Sejarah, Obyek dan Jenis Arbritase.2.5 Memahami sengketa konstruksi meliputi sengketa kontrak kerja konstruksi dan

hal-hal yang menimbulkan sengketa konstruksi2.6 Memahami proses penyelesaian sengketa kontrak kerja konstruksi

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok1. Sengketa Konstruksi

a. Pendahuluan,b. Ketentuan Umum,c. Asas dan Ruang Lingkup,d. Hal –hal yang menimbulkan Sengketa,e. Sejarah, Obyek dan Jenis Arbritasi.

2. Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi

a. Musyawarah, b. Mediasi,c. Konsiliasi,d. Tata Cara Fasilitasi Penyelesaian Sengketa Kontrak melalui Arbitrase,e. Dewan Sengketa

v

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 6: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

A. PendahuluanSengketa konstruksi memerlukan aspek teknik terkait dengan penentuan progress pekerjaan yang dapat diklaim. Dengan demikian, dalam penyelesaian sengketa konstruksi, tidak saja dibutuhkan ahli hukum, namun diperlukan ahli pada disiplin ilmu lain, terutama aspek teknis, untuk memahami akar permasalahan. Jangka waktu penyelesaian sengketa jelas dan relatif singkat. Walaupun perihal jangka waktu penyelesaian sengketa relatif singkat sebagai keunggulan dari mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan (arbitrase) menurut Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak selalu terjadi karena di beberapa negara penyelesaian melalui jalur litigasi dapat ditempuh dengan waktu yang relatif singkat, namun saat ini harus diakui bahwa jalur litigasi memakan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan jalur di luar litigasi. Jangka waktu penyelesaian sengketa yang singkat tentu lebih menguntungkan bagi para pihak yang bersengketa, karena dapat segera memperoleh kepastian mengenai penyelesaian atas sengketa yang sedang terjadi.

Bagi pelaku usaha konstruksi, berlaku pula hal demikian karena sengketa konstruksi akan berkaitan dengan banyak hal, namun tidak terbatas pada kelangsungan pekerjaan, pengalihan bangunan, penggunaan bangunan oleh pengguna jasa, kepastian pembayaran. Khusus bagi penyedia jasa, sengketa yang berlarut-larut dapat menghambat keterlibatan penyedia jasa pada tender-tender proyek yang diselenggarakan oleh pengguna jasa yang sedang bersengketa.Layanan penyelesaian sengketa kontrak, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85 dan Pasal 91 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dalam rangka penyelesaian sengketa kontrak pengadaan barang/jasa, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah berjalan. Layanan Penyelesaian Sengketa Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tersbut untuk meningkatkan pelayanan penyelesaian sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang lebih mudah, cepat, dan tepat meliputi: arbitrase atau penyelesaian melalui melalui pengadilan. Begitu juga dengan Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi penyelesaian sengketa, dengan pendekataan musyawarah untuk mencapai kemufakatan dengan tahapan penyelesaiannya melalui: mediasi, konsiliasi dan arbritase. Undang-undang Republik Indonesia nomor 30 tahun 1999 tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dengan pendekatan Arbritase. Dalam hal terjadi

1

MATERI POKOK 1

SENGKETA KONSTRUKSI

Setelah mengikuti pembelajaran mata pelatihan ini, peserta mampu memahami sengketa konstruksi.

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 7: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

perselisihan dengan pihak asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan Kontrak Kerja Konstruksi dalam bahasa Indonesia.

B. Ketentuan Umum 1. Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang

selanjutnya disebut dengan Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan adalah layanan yang dibentuk sebagai alternatif penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

2. Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Sengketa Kontrak Pengadaan adalah perselisihan yang timbul dimulai dari penandatangan kontrak hingga berakhirnya kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah antara pemilik pekerjaan dan pelaksana pekerjaan yang terikat hubungan kontraktual dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

3. Mediasi adalah penyelesaian sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan melalui proses perundingan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang dibantu oleh Mediator.

4. Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan melalui proses perundingan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang dibantu oleh Konsiliator.

5. Arbitrase adalah penyelesaian sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan yang dilakukan oleh Arbiter atau Majelis Arbiter.

6. Mediator adalah pihak netral yang diusulkan para pihak dan/atau ditunjuk Sekretaris Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan untuk membantu para pihak dalam menyelesaikan sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan melalui proses perundingan kedua belah pihak.

7. Konsiliator adalah pihak netral yang diusulkan para pihak dan/atau ditunjuk Sekretaris Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan untuk membantu para pihak dalam menyelesaikan sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan dengan mengusulkan pilihan pilihan penyelesaian atas sengketa tersebut.

8. Arbiter adalah seseorang yang diusulkan Para Pihak dan/atau ditunjuk oleh Sekretaris Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan untuk memeriksa dan memutuskan sengketa kontrak pengadaan.

9. Majelis Arbiter adalah sekumpulan Arbiter berjumlah ganjil minimal tiga Arbiter yang diusulkan Para Pihak dan/atau ditunjuk Sekretaris Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan untuk memeriksa dan memutuskan sengketa kontrak pengadaan.

10. Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian tentang hal yang dipersengketakan untuk membuat terang suatu perkara sengketa kontrak pengadaan.

11. Sekretaris Mediator, Konsiliator, dan Arbiter adalah pegawai Sekretariat yang ditunjuk oleh Sekretaris Layanan untuk melakukan administrasi penyelenggaraan Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase, serta mencatat dan mendokumentasikan jalannya proses Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase.

12. Putusan adalah putusan Arbitrase Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan yang bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum untuk dapat dilaksanakan oleh para pihak secara sukarela.

2

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 8: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

13. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut K/L/PD yang menjadi salah satu pihak dalam sengketa kontrak pengadaan adalah instansi/institusi pemilik pekerjaan dalam Pengadaan Barang/Jasa, baik sebagian atau seluruhnya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

14. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga /Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.

15. Para Pihak dalam sengketa kontrak pengadaan yang selanjutnya disebut Para Pihak adalah pemilik pekerjaan dan pelaksana pekerjaan yang terikat hubungan kontraktual dalam Pengadaan Barang/Jasa.

16. Pemohon adalah pihak yang mengajukan permohonan penyelesaian sengketa kontrak pengadaan melalui Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan.

17. Termohon adalah pihak lawan dari Pemohon dalam Sengketa Kontrak Pengadaan melalui Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan.

18. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan Penyedia atau pelaksana Swakelola.

19. Perjanjian penyelesaian sengketa kontrak melalui Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan adalah kesepakatan Para Pihak yang dibuat secara tertulis untuk menyelesaikan sengketa kontrak yang timbul dari pelaksanaan kontrak di Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan.

20. Akta Perdamaian adalah perjanjian tertulis para pihak yang bersengketa yang berisikan butir-butir kesepakatan penyelesaian sengketa.

C. Asas dan Ruang Lingkup1. Asas

a. Layanan dilaksanakan secara objektif, tidak memihak (imparsial), dan independen;b. Layanan dilaksanakan secara sederhana dan cepat; keseluruhan proses layanan

dilakukan secara tertulis;c. Perjanjian Arbitrase antara Para Pihak meniadakan hak Para Pihak untuk

mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri; memberi kesempatan dan mendengar Para Pihak secara seimbang (audi et alteram partem)

d. Akta perdamaian dan Putusan Arbitrase memuat pertimbangan atas semua hal yang dimohonkan/dituntut; dan

e. Putusan Arbitrase tidak boleh memuat hal yang melebihi tuntutan atau mengabulkan yang tidak dituntut (ultra petita).

2. Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan sebagaimana dilakukan secara bertahap.

D. Hal-Hal Yang Menimbulkan SengketaSengketa dapat terjadi setiap saat disebabkan oleh keadaan yang sekilas tampak tidak berarti dan kecil sehingga terabaikan atau tanpa diperhitungkan sebelumnya. Sengketa secara umum dapat berkenaan dengan hak-hak, status, gaya hidup, reputasi, atau aspek lain dalam kegiatan

3

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 9: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

perdagangan atau tingkah laku pribadi antara lain :

1. Kenyataan yang mungkin timbul akibat kredibilitas para pihak itu sendiri, atau dari data yang diberikan oleh pihak ketiga termasuk penjelasan-penjelasan tentang kenyataan-kenyataan data tersebut;

2. Masalah hukum yang pada umumnya akibat dari pendapat atau tafsiran penyelesaian sengketa yang diberikan oleh para ahli hukum yang terkait;

3. Akibat perbedaan teknis termasuk perbedaan pendapat dari para ahli teknik dan profesionalisme dari para pihak;

4. Perbedaan pemahaman tentang sesuatu hal yang muncul, misalnya dalam penggunaan kata-kata yang membingungkan atau adanya perbedaan asumsi; dan

5. Perbedaan persepsi mengenai keadilan, konsep keadilan dan moralitas, budaya, nilai nilai dan sikap.

Sengketa Jasa Konstruksi terjadi disebabkan karena adanya klaim konstruksi yang tidak terselesaikan secara sempurna. Menurut Blacks Law Dictionary: “Claim to demand as one’s own or as one’s right; to assert, to urge; to insist, cause of action. Means by or through which claimant possession or enjoyment of privilege or thing. Femand for money or property, e.g. insurance claim”.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, WJS Purwadarminta klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (untuk memiliki atau mempunyai) atas sesuatu, “pemerintah Indonesia akan mengajukan klaim ganti rugi kepada pemilik kapal asing itu“.

Bahwa dari dua definisi pengertian tersebut di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa klaim adalah suatu tuntutan ataupun permohonan atas suatu keadaan dan apabila dihubungkan dengan pengertian dalam dunia jasa konstruksi maka dapat diartikan secara sederhana bahwa klaim konstruksi “permohonan atau tuntutan yang timbul dari atau sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa atau antara penyedia jasa utama dengan sub-penyedia jasa atau pemasok bahan atau antara pihak luar dengan pengguna jasa / penyedia jasa yang bisaanya mengenai permintaan tambahan waktu, biaya atau kompensasi lain“.

E. Sejarah, Obyek dan Jenis Arbritase

1. Sejarah ArbitaseKeberadaan arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa sudah lama dikenal meskipun jarang dipergunakan. Arbitrase diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan dipakainya Reglement op de Rechtsvordering (RV) dan Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) ataupun Rechtsreglement Bitengewesten (RBg), karena semula Arbitrase ini diatur dalam pasal 615 s/d 651 reglement of de rechtvordering. Ketentuan-ketentuan tersebut sekarang ini sudah tidak laku lagi dengan diundangkannya Undang Undang Nomor 30 tahun 1999. Dalam Undang Undang nomor 14 tahun 1970 (tentang Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman) keberadaan arbitrase dapat dilihat dalam penjelasan pasal 3 ayat 1 yang antara lain menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase tetap diperbolehkan, akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi dari Pengadilan.

4

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 10: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

2. Objek ArbitaseObjek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan diselesaikan di luar pengadilan melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa lainnya) menurut Pasal 5 ayat 1 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 (“UU Arbitrase”) hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundangundangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual. Sementara itu Pasal 5 (2) UU Arbitrase memberikan perumusan negatif bahwa sengketa-sengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III bab kedelapan belas Pasal 1851 s/d 1854.

3. Jenis - Jenis ArbitaseArbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun arbitrase melalui badan permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang sengaja dibentuk untuk tujuan arbitrase, misalnya UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengket aatau UNCITRAL Arbitarion Rules. Pada umumnya arbitrase ad-hoc ditentukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan penunjukan majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para pihak. Penggunaan arbitrase Ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase.Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola oleh berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka tentukansendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), atau yang internasional seperti The Rules of Arbitration dari The International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, The Arbitration Rules dari The International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) di Washington. Badan-badan tersebut mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendiri-sendiri.BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) memberi standar klausul arbitrase sebagai berikut:"Semua sengketa yang timbul dari perjanjianini, akan diselesaikan dan diputus oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan-peraturan prosedur arbitrase BANI,yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa,sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir".Standar klausul arbitrase UNCITRAL (United Nation Comission ofInternational Trade Law) adalah sebagai berikut:"Setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi atau sehubungan dengan perjanjian ini, atau wan prestasi, pengakhiran atau sah tidaknya perjanjian akan diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan aturan-aturan UNCITRAL.”Menurut Priyatna Abdurrasyid, Ketua BANI, yang diperiksa pertama kali adalah klausul arbitrase. Artinya ada atau tidaknya, sah atau tidaknya klausul arbitrase, akan menentukan apakah suatu sengketa akan diselesaikan lewat jalur arbitrase. Priyatna menjelaskan bahwa bisa saja klausul atau perjanjian arbitrase dibuat setelah sengketa timbul.

5

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 11: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

F. Latihan

G. Rangkuman

6

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 12: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

Pelaksanaan penyelesaian sengketa kontrak konstruksi dilakukan secara bertahap dengan mengacu kepada Peraturan Lembaga LKPP nomor 18 tahun 2018 tentang Layanan Penyelesaian Kontrak kontruksi dengan memperhatikan Perpres nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Undang-Undang RI nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dan Undang-Undang RI nomor 30 tahun 1999 tentang Arbritase dan Penyelesaian Kontrak.

A. MusyawarahMusyawarah merupakan suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.Musyawarah disebut juga tukar pikiran atau perundingan dengan tujuan untuk mencapai mufakat atau persetujuan. Saat ini musyawarah sering dikaitkan dengan dunia politik demokrasi, pada dasarnya prinsip musyawarah merupakan bagian dari demokrasi. Dalam

7

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 13: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan votting atau pemungutan suara.

Ciri-ciri musyawarah yaitu: berdasarkan kepentingan bersama; hasil keputusan dapat diterima dengan dengan akal sehat sesuai hati nurani; usul atau pendapat yang disampaikan mudah dipahami dan tidak memberatkan anggota musyawarah yang lain; prosesnya mengutamakan pertimbangan moral dan bersumber dari hati nurani yang luhur.Dalam hal terjadi sengketa antar para pihak, undang-undang ini mengedepankan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan. Terhadap pelanggaran administratif dalam undang-undang ini dikenai sanksi administratif, sedangkan untuk menghindari kekosongan hukum undang-undang ini mengatur bahwa lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan pelaksanaan dari undang-undang nomor 18 tahun 1999 tetap menjalankan tugas sertifikasi dan registrasi terhadap badan usaha dan tenaga kerja konstruksi sampai terbentuknya lembaga yang dimaksud dalam undang-undang ini.

B. MediasiSecara umum, mediasi adalah salah satu alternatif penyelesaian sengketa. Ada 2 jenis mediasi, yaitu di dalam pengadilan dan di luar pengadilan. Mediasi di luar pengadilan ditangani oleh mediator swasta, perorangan, maupun sebuah lembaga independen alternatif penyelesaian sengketa yang dikenal sebagai Pusat Mediasi Nasional (PMN).Mediasi yang berada di dalam pengadilan diatur oleh Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2003 yang mewajibkan ditempuhnya proses mediasi sebelum pemeriksaan pokok perkara perdata dengan mediator terdiri dari hakim-hakim Pengadilan Negeri tersebut yang tidak menangani perkaranya. Penggunaan mediator hakim dan penyelenggaraan mediasi di salah satu ruang pengadilan tingkat pertama tidak dikenakan biaya. Proses mediasi pada dasarnya tidak terbuka untuk umum, kecuali para pihak menghendaki lain.

8 Kelebihan Mediasi:a. Lebih Sederhana Daripada Penyelesaian Melalui Proses Hukum Acara Perdatab. Efisienc. Waktu Singkatd. Rahasiae. Menjaga Hubungan Baik Para Pihakf. Hasil Mediasi Merupakan Kesepakatang. Berkekuatan Hukum Tetaph. Akses Yang Luas Bagi Para Pihak Yang Bersengketa Untuk Memperoleh Rasa

Keadilan

Proses Pra Mediasi Para pihak dalam hal ini penggugat mengajukan gugatan dan mendaftarkan perkara Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim Pada hari pertama sidang majelis hakim wajib mengupayakan perdamaian kepada para

pihak melalui proses mediasi. Para pihak dapat memilih mediator hakim atau non hakim yang telah memiliki sertifikat sebagai mediator

Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang disepakati, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator

8

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 14: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak gagal memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk

Proses Mediasi Proses Mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak mediator

dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling

lama 14 (empat belas) hari kerja sejak proses Mediasi berakhir Mediator wajib menentukan jadwal pertemuan untuk penyelesaian proses mediasi Pemanggilan saksi ahli dimungkinkan atas persetujuan para pihak, dimana semua

biaya jasa ahli itu ditanggung oleh para pihak berdasarkan kesepakatan Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan

para pihak dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik Apabila diperlukan, kaukus atau pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak

tanpa kehadiran pihak lainnya, dapat dilakukan

Proses Akhir Mediasi Jangka waktu proses mediasi di dalam pengadilan, sepakat atau tidak sepakat, adalah

22 hari, sedangkan untuk mediasi di luar pengadilan jangka waktunya 30 hari Jika mediasi menghasilkan kesepakatan, para pihak wajib merumuskan secara tertulis

kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani kedua pihak, dimana hakim dapat mengukuhkannya sebagai sebuah akta perdamaian

Apabila tidak tercapai suatu kesepakatan, hakim melanjutkan pemerikasaan perkara sesuai dengan ketentuan Hukum Acara yang berlaku.

C. KonsiliasiKonsiliasi adalah penyelesaian sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan melalui proses perundingan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang dibantu oleh Konsiliator dengan memberikan pemecahan permasalahan kepada Para Pihak yang bersengketa. Lama proses penyelesaian sengketa selama 30 hari kerja.

Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator memiliki hak dan kewenangan untuk menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada yang bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan dalam sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga keputusan akhir merupakan proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan di antara mereka.

Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua cara ini adalah melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketanya secara damai. Konsiliasi dan mediasi sulit untuk dibedakan. Istilahnya acapkali digunakan dengan bergantian.Namun menurut Behrens, ada perbedaan antara kedua istilah ini, yaitu konsiliasi lebih formal daripada mediasi.Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh seorang individu atau suatu badan yang disebut dengan badan atau komisi konsiliasi.Komisi konsiliasi bisa sudah terlembaga atau adhoc (sementara) yang berfungsi untuk

9

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 15: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

menetapkan persyaratan-persyaratan penyelesaian yang diterima oleh pihak, namun putusannya tidak mengikat para pihak.Persidangan suatu komisi konsiliasi biasanya terdiri dari dua tahap, yaitu tahap tertulis dan tahap lisan. Dalam tahap pertama, sengketa yang diuraikan secara tertulis diserahkan kepada badan konsiliasi. Kemudian badan ini akan mendengarkanketerangan lisan dari para pihak. Para pihak dapat hadir pada tahap pendengaran, tetapi bisa juga diwakili oleh kuasanya. Berdasarkan fakta-fakta yang diperolehnya, konsiliator atau badan konsiliasiakan mencurahkan laporannya kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan-usulan penyelesaian sengketanya. Usulan ini sifatnya tidak mengikat. Oleh karena itu, diterima tidaknya usulan tersebut bergantung sepenuhnya kepada para pihak.

D. Tata Cara Fasilitasi Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi Melalui ArbritaseBerikut ini adalah tatacara fasilitasi penyelesaian sengketa kontrak konstruksi melalui arbitrase:1. Permohonan Arbitrase

Prosedur arbitrase dimulai dengan pendaftaran dan penyampaian. Permohonan Arbitrase oleh pihak yang memulai proses arbitrase pada Sekretariat BANI. Di dalam permohonan tersebut, pemohon menjelaskan baik dari sisi formal tentang kedudukan pemohon dikaitkan dengan perjanjian arbitrase, kewenangan arbitrase (dalam hal ini BANI) untuk memeriksa perkara, hingga prosedur yang sudah ditempuh sebelum dapat masuk ke dalam penyelesaian melalui forum arbitrase. Penyelesaian sengketa di arbitrase dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak berperkara. Kesepakatan tersebut dapat dibuat sebelum timbul sengketa (Pactum De Compromittendo) atau disepakati para pihak saat akan menyelesaikan sengketa melalui arbitrase (akta van compromis). Sebelum mendaftarkan permohonan ke BANI, Pemohon terlebih dahulu memberitahukan kepada Termohon bahwa sehubungan dengan adanya sengketa antara Pemohon dan Termohon maka Pemohon akan menyelesaikan sengketa melalui BANI. Sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU No. 30/1999, pemberitahuan sebagaimana dimaksud di atas harus memuat dengan jelas:a. Nama dan alamat para pihak;b. Penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase yang berlaku;c. Perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa;d. Dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, apabila ada;e. Cara penyelesaian yang dikehendaki; danf. perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbiter atau apabila tidak

pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil.

Setelah menerima Permohonan Arbitrase dan dokumen-dokumen serta biaya pendaftaran yang disyaratkan, Sekretariat harus mendaftarkan Permohonan itu dalam register BANI. Badan Pengurus BANI juga akan memeriksa Permohonan tersebut untuk menentukan apakah perjanjian arbitrase atau klausul arbitrase dalam kontrak telah cukup memberikan dasar kewenangan bagi BANI untuk memeriksa sengketa tersebut.

2. Penunjukan ArbiterPada dasarnya, para pihak dapat menentukan apakah forum arbitrase akan dipimpin oleh arbiter tunggal atau oleh Majelis. Dalam hal forum arbitrase dipimpin oleh arbiter tunggal, para pihak wajib untuk mencapai suatu kesepakatan tentang pengangkatan arbiter tunggal pemohon secara tertulis harus mengusulkan kepada termohon nama orang yang dapat diangkat sebagai arbiter tunggal.

10

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 16: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

Jika dalam 14 (empat belas) hari sejak termohon menerima usul pemohon para pihak tidak berhasil menentukan arbiter tunggal maka dengan berdasarkan permohonan dari salah satu pihak maka Ketua Pengadilan dapat mengangkat arbiter tunggal. Dalam hal forum dipimpin oleh Majelis maka Para Pihak akan mengangkat masing-masing 1 (satu) arbiter. Dalam forum dipimpin oleh Majelis arbiter yang telah diangkat oleh Para Pihak akan menunjuk 1 (satu) arbiter ketiga (yang kemudian akan menjadi ketua majelis arbitrase).Apabila dalam waktu 14 (empat) belas hari setelah pengangkatan arbiter terakhir belum juga didapat kata sepakat maka atas permohonan salah satu pihak maka Ketua Pengadilan Negeri dapat mengangkat arbiter ketiga.Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan diterima oleh termohon dan salah satu pihak ternyata tidak menunjuk seseorang yang akan menjadi anggota majelis arbitrase, arbiter yang ditunjuk oleh pihak lainnya akan bertindak sebagai arbiter tunggal dan putusannya mengikat kedua belah pihak.

3. Tanggapan TermohonApabila Badan Pengurus BANI menentukan bahwa BANI berwenang memeriksa, maka setelah pendaftaran Permohonan tersebut, seorang atau lebih Sekretaris Majelis harus ditunjuk untuk membantu pekerjaan administrasi perkara arbitrase tersebut. Sekretariat harus menyampaikan satu salinan Permohonan Arbitrase dan dokumen-dokumen lampirannya kepada Termohon, dan meminta Termohon untuk menyampaikan tanggapan tertulis dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah menerima penyampaian Permohonan Arbitrase, Termohon wajib menyampaikan Jawaban. Dalam jawaban itu, Termohon dapat menunjuk seorang Arbiter atau menyerahkan penunjukan itu kepada Ketua BANI. Apabila, dalam Jawaban tersebut, Termohon tidak menunjuk seorang Arbiter, maka dianggap bahwa penunjukan mutlak telah diserahkan kepada Ketua BANI.Ketua BANI berwenang, atas permohonan Termohon, memperpanjang waktu pengajuan Jawaban dan atau penunjukan arbiter oleh Termohon dengan alasan-alasan yang sah, dengan ketentuan bahwa perpanjangan waktu tersebut tidak boleh melebihi 14 (empat belas) hari.

4. Tuntutan BalikApabila Termohon bermaksud mengajukan suatu tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian sehubungan dengan sengketa atau tuntutan yang bersangkutan sebagai-mana yang diajukan Pemohon, Termohon dapat mengajukan tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut bersama dengan Surat Jawaban atau selambat-lambatnya pada sidang pertama. Majelis berwenang, atas permintaan Termohon, untuk memperkenankan tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian itu agar diajukan pada suatu tanggal kemudian apabila Termohon dapat menjamin bahwa penundaan itu beralasan. Atas tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut dikenakan biaya tersendiri sesuai dengan cara perhitungan pembebanan biaya adminsitrasi yang dilakukan terhadap tuntutan pokok (konvensi) yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak berdasarkan Peraturan Prosedur dan daftar biaya yang berlaku yang ditetapkan oleh BANI dari waktu ke waktu.Apabila biaya administrasi untuk tuntutan balik atau upaya penyelesaian tersebut telah dibayar para pihak, maka tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian akan diperiksa, dipertimbangkan dan diputus secara bersama-sama dengan tuntutan pokok. Kelalaian para pihak atau salah satu dari mereka, untuk membayar biaya administrasi

11

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 17: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

sehubungan dengan tuntutan balik atau upaya penyelesaian tidak menghalangi ataupun menunda kelanjutan penyelenggaraan arbitrase sehubungan dengan tuntutan pokok (konvensi) sejauh biaya administrasi sehubungan dengan tuntutan pokok (konvensi) tersebut telah dibayar, seolah-olah tidak ada tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian tuntutan.Jawaban Tuntutan Balik Dalam hal Termohon telah mengajukan suatu tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian, Pemohon (yang dalam hal itu menjadi Termohon), berhak dalam jangka waktu 30 hari atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Majelis, untuk mengajukan jawaban atas tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut.

5. Sidang PemeriksaanDalam sidang pemeriksaan sengketa oleh arbiter atau majelis arbitrase dilakukan secara tertutup. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, kecuali atas persetujuan arbiter atau majelis arbitrase para pihak dapat memilih bahasa lain yang akan digunakan. Para pihak yang bersengketa dapat diwakili oleh kuasanya dengan surat kuasa khusus.Pihak ketiga di luar perjanjian arbitrase dapat turut serta dan menggabungkan diri dalam proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase, apabila terdapat unsur kepentingan yang terkait dan keturutsertaannya disepakati oleh para pihak yang bersengketa serta disetujui oleh arbiter atau majelis arbitrase yang memeriksa sengketa yang bersangkutan. Atas permohonan salah satu pihak, arbiter atau majelis arbitrase dapat mengambil putusan provisionil atau putusan sela lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya pemeriksaan sengketa termasuk penetapan sita jaminan.Pemeriksaan sengketa dalam arbitrase harus dilakukan secara tertulis. Pemeriksaan secara lisan dapat dilakukan apabila disetujui para pihak atau dianggap perlu oleh arbiter atau majelis arbitrase. Arbiter atau majelis arbitrase dapat mendengar keterangan saksi atau mengadakan pertemuan yang dianggap perlu pada tempat tertentu diluar tempat arbitrase diadakan. Pemeriksaan saksi dan saksi ahli dihadapan arbiter atau majelis arbitrase, diselenggarakan menurut ketentuan dalam hukum acara perdata.Arbiter atau majelis arbitrase dapat mengadakan pemeriksaan setempat atas barang yang dipersengketakan atau hal lain yang berhubungan dengan sengketa yang sedang diperiksa, dan dalam hal dianggap perlu, para pihak akan dipanggil secara sah agar dapat juga hadir dalam pemeriksaan tersebut. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180 (seratus delapan puluh) hari sejak arbiter atau majelis arbitrase terbentuk. Arbiter atau majelis arbitrase berwenang untuk memperpanjang jangka waktu tugasnya apabila :a. diajukan permohonan oleh salah satu pihak mengenai hal khusus tertentu;b. sebagai akibat ditetapkan putusan provisionil atau putusan sela lainnya; atauc. dianggap perlu oleh arbiter atau majelis arbitrase untuk kepentingan pemeriksaan.

Dalam hal para pihak datang menghadap pada hari yang telah ditetapkan, arbiter atau majelis arbitrase terlebih dahulu mengusahakan perdamaian antara para pihak yang bersengketa. Dalam hal usaha perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercapai, maka arbiter atau majelis arbitrase membuat suatu akta perdamaian yang final dan mengikat para pihak dan memerintahkan para pihak untuk memenuhi ketentuan perdamaian tersebut. Apabila pada hari yang ditentukan sebagaimana dimaksud termohon tanpa suatu alasan sah tidak datang menghadap, sedangkan termohon telah dipanggil secara patut, arbiter atau majelis arbitrase segera melakukan pemanggilan sekali lagi.

12

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 18: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

Paling lama 10 (sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua diterima termohon dan tanpa alasan sah termohon juga tidak datang menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan diteruskan tanpa hadirnya termohon dan tuntutan pemohon dikabulkan seluruhnya, kecuali jika tuntutan tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum.Majelis wajib menetapkan Putusan akhir dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak ditutupnya persidangan, kecuali Majelis mempertimbangkan bahwa jangka waktu tersebut perlu diperpanjang secukupnya. Selain menetapkan Putusan akhir, Majelis juga berhak menetapkan putusan-putusan pendahuluan, sela atau Putusan-putusan parsial.

6. BiayaPermohonan Arbitrase harus disertai pembayaran biaya pendaftaran dan biaya administrasi sesuai dengan ketentuan BANI.Biaya administrasi meliputi biaya administrasi Sekretariat, biaya pemeriksaan perkara dan biaya arbiter serta biaya Sekretaris Majelis. Mengenai biaya ini didasarkan juga pada besarnya nilai tuntutan yang dicantumkan dalam permohonan arbitrase, baik materiil juga imateriil.

Oleh karena itu, pemohon arbitrase hendaknya lebih bijak dalam menetapkan nilai tuntutannya. Satu dan lain hal, karena pendaftaran biaya arbitrase dihitung berdasarkan prosentase nilai tuntutan dan majelis arbitrer hanya akan mengabulkan nilai tuntutan yang dapat dibuktikan oleh pemohon. Silahkan merujuk pada tabel biaya di BANI. Apabila terdapat pihak ketiga di luar perjanjian arbitrase turut serta dan menggabungkan diri dalam proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase seperti yang dimaksud oleh pasal 30 Undang-undang No. 30/1999, maka pihak ketiga tersebut wajib untuk membayar biaya administrasi dan biaya-biaya lainnya sehubungan dengan keikutsertaannya tersebut. Dalam hal Termohon tidak memberikan tanggapan atau diam saja, maka Pemohon arbitrase berkewajiban untuk membayar beban biaya perkara Termohon. Pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan dimulai sebelum biaya administrasi dilunasi oleh kedua belah pihak. Kelebihan arbitrase Di samping berbagai kelebihan dari penyelesaian sengketa di arbitrase, yang menurut saya menjadi keunggulan adalah arbitrer pemeriksa perkara adalah ahli yang memiliki kompetensi dalam bidang usaha yang dipersengketakan. Dengan demikian, sang arbiter telah memiliki dasar pemahaman yang lebih dari cukup tentang bisnis/industri itu sendiri.

Bahkan sepanjang pengalaman saya, belum pernah ditemukan adanya kolusi dengan arbiter ataupun pungli yang dilakukan petugas di sekretariat BANI. Hal ini tentunya menjadi keunggulan lain yang membuat kita lebih nyaman untuk menyelesaiakan sengketa di arbitrase, dibanding pengadilan dengan segala intrik mafia peradilannya.Perselisihan yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak dalam suatu proyek bila tidak diselesaikan akan menimbulkan klaim dimana hal ini membutuhkan tambahan biaya dan waktu bahkan dapat mempengaruhi kredibilitas pihak-pihak tersebut. Oleh karena itu klaim sebisa mungkin dihindari dengan meminimumkan kemungkinan yang terjadi, karena klaim bukanlah hal yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak (ahuja & Walsh, 1983).

Ada beberapa cara yang dilakukan pihak yang terlibat dalam kontrak untuk mengantisipasi terjadinya klaim. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: dokumentasi, pengetahuan tentang kontrak, gambaran yang Jelas tentang perubahan order, rencana dan

13

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 19: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

penjadwalan, tindakan Proaktif dan Presenvation Of Rights. Untuk menghindari terjadinya klaim diperlukan pengetahuan dan pengalaman dalam mempersiapkan suatu dokumentasi. Adanya dokumentasi yang baik, lengkap dan benar dapat dipakai sebagai alat atau dasar untuk mengetahui adanya kejadian atau perubahan baik yang berupa kemajuan maupun keterlambatan dari proyek tersebut.Dokumentasi juga dapat digunakan sebagai dasar untuk membenarkan atau menolak tindakan dari salah satu pihak untuk meminta tambahan waktu dan uang. Dokumen tentang kontrak harus dibaca secara keseluruhan dan dimengerti sebelum melakukan penawaran untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu (Jergeas, 1994). Perubahan order dapat mengakibatkan perubahan pada dokumen kontrak karena perubahan order dapat menyebabkan perubahan pada harga yang telah disepakati, perubahan jadwal pembayaran perubahan pada jadwal penyelesaian pekerjaan dan perubahan pada rencana dan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak (Fisk, 1997). Perubahan order ini tidak hanya mengakibatkan adanya tambahan biaya saja tetapi juga akan mengakibatkan tambahan beban pekerjaan, tambahan biaya administrasi, biaya dari adanya tambahan waktu dan biaya-biaya (Jergear & Hartman, 1994).

Semua pihak yang terlibat dalam suatu kontrak pada dasarnya ingin mendapatkan keuntungan dan sedapat mungkin mengurangi tanggung jawab terhadap kemungkinan terjadinya klaim. Manajer poryek harus mempertimbangkan hal-hal di bawah ini untuk melindungi keuntungan kontraktor dan mengurangi tanggung jawab.Semua tindakan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak dan dapat menyebabkan terjadinya klaim harus dicatat dan dilengkapi dengan waktu kejadiannya, hal-hal seperti melakukan pekerjaan yang berbeda dari gambar dan spesifikasi, menggunakan cara atau metode yang berbeda atau lebih mahal, bekerja diluar rencana yang ditetapkan, permintaan untuk berhenti bekerja merupakan tindakan-tindakan yang harus dihindarkan untuk menghindari terjadinya klaim (Jergeas, 1994)Dalam menghadapai masalah konstruksi haruslah diingat bahwa penyelesaian dengan musyawarah jauh lebih baik dari pada mengajuan klaim. Tujuan yang hendak dicapai bukanlah untuk membuktikan siapa yang benar melainkan penyelesaian masalah yang ada. Banyak cara untuk menyelesaikan perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap terbuka (open minded) dan keinginan yang kuat dalam menyelesaikan masalah dari pihak terlibat. Adanya kesadaran bahwa dalam menyelesaikan proyek tepat waku, cost dan standar mutu dan spesifikasi sesuai dengan perjanjian sebelumnya adalah tujuan utamanya (Wahyuni, 1996). Bila salah satu pihak tidak memenuhi syarat yang sudah dipenuhi, maka perselisihan tersebut tidak akan selesai.

Jika klaim konstruksi tidak dapat diselesaikan dengan segera, pihak-pihak yang terlibat harus dilanjutkan ke forum penyelesaian masalah lebih formal. Yang termasuk dalam hal ini adalah: Negosiasi, Mediasi, Arbitrasi dan Litigasi.Yang dimaksud dengan negosiasi adalah cara penyelesaian yang hanya melibatkan kedua belah pihak yang bersengketa, tanpa melibatkan pihak-pihak yang lain. Hal ini mirip dengan musyawarah dan mufakat yang ada di Indonesia, dimana keinginan untuk berkompromi, adanya unsur saling memberi dan menerima serta kesediaan untuk sedikit menyingkirkan ukuran kuat dan lemah adalah persyaratan keberhasilan cara ini. Di dalam negosiasi ini kontraktor dan pemilik memakai arsitek dan insinyur sebagai penengah. Biasanya kontraktor diminta mengajukan klaim kepada arsitek/insinyur yang diangkat menjadi negosiator. Arsitek/Insinyur ini akan mengambil keputusan yang sifatnya tidak

14

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 20: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

mengikat, kecuali keputusan tentang ‘efek arstistik’ yang konsisten dengan apa yang telah ada dalam dokumen kontrak.

Mediasi merupakan cara penyelesaian masalah di awal perselisihan berlangsung. Mediasi ini melibatkan pihak ketiga yang tidak memihak dan dapat diterima kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak ketiga ini akan berusaha menolong pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan penyelesaian, meskipun mediator ini tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan penyelesaian masalah tersebut. Mediasi sama menguntungkannya dengan arbitrasi. Mediasi dapat menyelesaikan masalah dengan cepat, murah, tertutup dan ditangani oleh para ahli. Tetapi yang menjadi masalah adalah keputusan mediasi ini tidak mengikat. Jadi apabila persetujuan tidak dapat dicapai, seluruh usaha mediasi hanya akan membuang-buang uang dan waktu.Arbitrasi adalah metode penyelesaian masalah yang dibentuk melalui kontrak dan melibatkan para ahli dibidang konstruksi. Para ahli tersebut bergabung dalam badan arbitrase. Badan ini akan mengatur pihak-pihak yang telah menandatangani kontrak dengan klausul arbitrasi didalamnya untuk melakukan arbitrasi dan menegakkan keputusan arbitrator. Hal yang menguntungkan dari cara arbitrasi ini adalah sifat penyelesaiannya yang cepat dan murah jika dibandingkan dengan litigasi. Selain itu, cara arbitrasi ini dilakukan secara tertutup serta dilakukan oleh seorang arbitrator yang dipilih berdasarkan keahlian.

Keputusan arbitrasi yang bersifat final dan mengikat merupakan alasan penting digunakannya cara ini untukmenyelesaikan masalah. Keputusan pengadilan biasanya terbuka untuk proses peradilan yang lebih panjang. Hal ini menghasilkan penundaan yang lama dan memakan biaya dalam penyelesaian masalah. Sedangkan keputusan dari arbitrasi ini tidak dapat dirubah tanpa semua pihak setuju untuk membuka kembali kasusnya.Litigasi adalah proses penyelesaian masalah yang melibatkan pengadilan. Proses ini sebaiknya diambil sebagai jalan akhir bila keseluruhan proses diatas tidak dapat menghasilkan keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak yang bersengketa. Proses pengadilan ini tentu saja akan mengakibatkan salah satu pihak menang dan yang berkantor di wilayah tersebut atau proyeknya sendiri ada pada daerah itu. Jika kedua belah pihak yang berselisih berkantor pusat di daerah lain, maka pihak yang memulai litigasi yang memilih forum dimana litigasi itu berlangsung. Lama waktu penyelesaian merupakan hal yang patut diperhitungkan dalam penggunaan cara ini. Tergantung dari yuridiksinya, suatu perselisihan konstruksi yang kompleks dapat menghabiskan waktu antara 2 sampai 6 tahun sebelum mencapai pengadilan (Arditi, 1996). Proses penggalian fakta yang panjang dan detil membuat litigasi ini menjadi sangat mahal. Untungnya, bila ada kesalahan pengadilan dalam peryataannya atau dalam penggunaan prinsip-prisip hukum, pihakpihak yang melakukan litigasi tentunya dapat naik banding.

Sengketa konstruksi dapat diselesaikan melalui beberapa pilihan yang disepakati oleh para pihak yaitu melalui :

1) Badan Peradilan (Pengadilan);2) Arbitrase (Lembaga atau Ad Hoc);3) Alternatif Penyelesaian Sengketa (konsultasi, negosiasi, mediasi, konsilisasi).Klaim sebisa mungkin dihindari dengan meminimumkan kemungkinan yang terjadi, karena klaim bukanlah hal yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak (ahuja &

15

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 21: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

Walsh, 1983)

E. Dewan Sengketa (Dispute Board)Kontrak kontribusi adalah suatu kontrak yang dinamis dan belum lengkap kerana tidaklah mungkin untuk mengemukakan semua hal yang eungki terjadi atau yang tidak mungkin terjadi selama pelaksanaan konstruksi. Untuk menghadapi segala kemungkinan, betuk kontrak konstruksi yangmemamg merupakan kontrak konsruksi yang bersifat dinamis, mengatur tentang:a) Pembagian resikob) Variasi (perubahan)c) Penanganan sengketaPerbedaan pendapat dari para pihak dalam menginterprestasikan dokumen kontrak seringkali berkembang menjadi sengketa yang serius. Jika para pihak ggal memyelesaikan sengketa melalui neosiasi, mereka dapat maju ke arbitrase atau litigasi (pegadilan). Setiap pihak ingin dapat maju ke arbitrase maupun litigasi karena mereka paham bahwa arbitrase dan/atau litigasi memakan waktu dan memerlukan biaya yang cukup besar. Apalagi dalam proses arbitarse dan litigasi hubungan antarv pihak memburuk dan proyek tidak berhasil diselesaikan (dan saalah satu pihak akhirnya akan kehilangan muka).

Cara terbaik guna menghindari terjadinya sengketa adalah menghindari atau mengurangi perbedaan interprestasi yang berkembang menjadi sengketa resmi. Tugas utama dari DB adalah menghindari mengawa proyek dan mengurangi perbedaan interprestasi selama proyek berjalan, sehinga tidak berkembang menjadi sengketa. Membuat keputusan atau rekomendasi sebenarnya adalah tugas sekunder DB.

Suatu DB terdiri atas tiga (atau satu, tergantung pada ukuran dan kopleksitas proyek) anggota yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang jenis konstruksi, interprestasi dokumen kontrak, prose DB dan benar-benar independen dan tidak memihak. Suatu DB dibentuk pada permulaan proyek dan kepada anggota DB harus diberikan dokumen kontrak sepereti persyaratnkontrak, gambar, spesifikasi dan program kerja sehingga para anggta menjadi terbiasa dengan proyek. DB mengunjungi lapangan secara teratur tiga bulanan untuk bertemu dengan orang lapangan dan mengamati kemajuan dan permasalahan proyek, jika ada. Di antara kunjungan-kunjungan di lapangan, enjinir atau para pihak mengirimkan laporan bulanan kemajuan proyek, pemberitahuan klaim dan korespondensi penting laninnya kepada anggota DB agar anggota DB tertap terinformasikan. DB merupakan bagian dari tim pelaksanaan yang membantu para pihak menghindari sengketa dan menyelesaikan sengketa melalui negosiasi yang bersifat kekeluargaan. Jika para pihak gagal menyelesaikan sengketa, sengeketa dirujuk ke DB untuk dimintakan penetapannya. Karena anggota DB sudah terbiasa dengan dokumen kontrak dan pelaksanaan di lapangan serta keamjuan proyek, tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk mempertimbangkan suatu sengketa. Meskipun jika penetpan ditak oleh satu atau kedua pihak, ini akan menjadi dasar bagi egosiaso selanjunya dalam suasan kekeluargaan. Jadi, manfaat dari DB adalah pencegahan terjadinya sengketa dan penyelesaian sengketa secara dini tanpa menyimpan sikap permusuhan.

Konsep DB dibentuk pad awaktu penggunaan “dewan penasehat gabungan yang terdiri dari 4 orang” pad aproyek Boundary Dam dan Underground Powerhouse Complex pada pertengahan tahun 1960 an di Negara bagian Washington dan industri terowongan pertama yag menggunakan DRB berlangsung pada tahun 1975 pada pelaksanaan pengeboran kedua Eishenhower Tunnel di Colorado. Ini merupakan keberhasilan yang menggembirakan. DRB

16

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 22: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

(Dispute Review Board) menyediakan 3 sengketa selama pelaksanaan dan rekomendasi DRB diterima. Para pihak merasa puas pad aakhir proyek. Pada tahun 1980 Bank Dunia mengajukan suatu DB (kemudian disebut “Claims Board”) pad apryek El Cajon di Honduras yang juga berhasil. Pada tahun 1995 Standar Dokumen Penawaran Bank Dunia mempublikasikan persyaratan FIDIC yang dimodifikasi yang menghilangkan ketentuan “Engineer’s Decesion” dan mengalihka tugas ini kepada DB.

1. Jenis-Jenis Dispute BoardTerdapat tiga jenis utama DB, Dispute Review Board (DRB), Dispute Adjudication Board (DAB) dan Combined Dispute Board (CDB)

a. Dispute Review Board (DRB)DRB telah digunakan secara luas di AS selama tiga decade dan merupakan bentuk yang dominan di sana. Secara internasional, Bank Dunia juga menetapkan DRB pada Januari 1995 dan edisi berikutnya dari Standard Bidding Document, Procurement of Works dan melanjutkan penggunaannya sehingga edisi Mei 2000 ketika mengadopsi DAB. DRB terus digunakan di bawah International Chamber of Coomerce (ICC) Dispute Board Rules.DRB mengeluarkan sutau rekomendsi, masing-masing pihak bisa menyatakan ketidakpuasannya atas rekomendasi dengan menegluarkan suatu pemebritahuan, kemudian par apihak boleh melanjutkan negosiasi atau salah satu pihak dapat memeinta bantuan aritrase atau pergi ke pengadilan. Jika tidak ada pihak yang menyatakan ketidakpasannya dala suatu jangka waktu tertentu. Rekomendasi menjadi mengikat. Dikatakan bahawa rekomendasi DRB tidak ‘mendikte”para pihak dam oleh karenany, mungkin menjadi dasar bagi penyelesaian secara kekeluargaan tanpa merusak hubungan baik antara para pihak.

b. Dispute Adjudication Board (DAB)DAB merupakan sautu keputusan dalam kaitanya ddengan sengketa, yang mengikat oara pihak begitu dikeluarkan. Ini merupakan bentuk DB yang paling umum digunakan dalam kontrak konstruksi internasiona. Para pihak harus menaatinya tanpa kecuali meski salah satu pihak menyatakatak ketidakpusannya. Tergantung pada ketentuan tentang DAB pada persayaratn kontrak, para pihak dapat menegosiasikan masalah atau pihak yang berekabertan dpat segera meminta arbitrase. Meskipun erkeberatan keputusan DAB tetap mengikat hingga dan kecuali para pihak meneytujui sebaliknya atau siding arbitrase memutusan bebreda. Beberapa orang mempertanyakan apakah DAB memadai untuk proyek internasional dengan budaya bisnis multibangsa. Baik FIDIC CC 1999 maupun FIDIC MDB 2006, mengatur mengenai DAB meskipun DAB disederhanakan penyebutannya menjad DB dalam MDB Edition.

c. Combined Dispute Board (CDB)CDB adalah Dewan unik yang diperkenalkan oleh ICC pada tahun 2004. Sesuai dengan namanya, ini merupakan suatu proses gabunga antara DRB dan DAB. Tujuan dari bantuk baru ini adalah untuk menggabungkan keuntungan dari kedua jenis DB, yaitu DRB dan DAB; DRB menerbitkan suatu rekomendasi sedangkan DAB menerbitkan suatu keputusan. CDB normalnya beroperasi sebagai DRB. Akan tetapi salah satu pihak kadangkadang membutuhka suatu keputusan yng harus segera dipenuhi meskipun mereka berniat aju ke arbitrase.Kejadian apa saja yang membutuhkan keputusan segera?

a) Salah satu pihak bisa bangkrut kalau tidak segera menerima pebayaran

b) Salah satu pihak ingin agar pihak lain menghentikan penggunaan keahliannya secara

17

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 23: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

illegal atau tidak sesuai dengan perjanjian lisensi mengingat kerusakan sulit diubah lagi jika penerapanya harus menunggu proses arbitrase yang panjang 440

c) Salah satu pihak mengalami ketakutan bahwa pihak lain kan segera menarik jaminan pelaksaaan dalam jumlah besar, hingga kerugian yang amat besar dalam waktu dekat dari pihak yang telah memberikan jaminan

Untuk memutuskan apakah akan menggunakan pendekatan DAB atau pendekatan DRB, harus disikapi secara hati-hati.

Dibawah peraturan Dispute Board Foundation (DRBF) suatu organisasi yang bersifat voluntary, yang mengembangkan prinsio menyamakan persepsi dan interprestasi, sebelum terjadinya sengketa DRBF berpusat di Seatlle, USA kebetulan saat ini penulis adalah Country Representative utuk Indonesia.

Bilamana salah stu pihak meminta keputusan DAB dan pihak yang lain menolak, CDB memiliki kuasa untuk menentukan apakah referensi harus dibuat dalam kedudukannya sebagai DRB atau DAB. Peraturan tidak berbicara mengenai batas waktu bagi Dewan untuk menentukan proses yang mana yang akan digunakan, apakah DRB atau DAB tetapi diperkirakan pada permulaan prosedur sengketa resmi. DRBF mempunyai suatu tatacara/procedure untuk penggunaan DB.

2. Membentuk dan Mengoperasikan Dispute Boarda. Waktu

Seringkali terjadi kasus dimana pembebasan tanah untuk Tapak konstruksi belum selesai, jalan masuk ke Tapak belum diperoleh, Gambar-gambar untuk pelaksanaan belum disampaikan kepada kontraktor secara tepat waktu , mobilisasi peralatan konstruksi belum selesai menjelang tanggal yang ditetapkan dan seterusnuya. Jadi, masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan sering terjadi sejak permulaan suatu proyek yang berakibat buruk pada kemajuan pekerjaan dan mungkin terhadap keselurihan proyek. Tujuan dari sebuagh DB adalah untuk mencegah timbulnya sengektea resmi dengan cara menetelesaikan ketidaksepakatan seblum berkembang menjadi sengketa resmi, jika timbul. Oleh karena itu, jelaslah bahwa suatu DB harus dibentuk pada permulaan suatu proyek untuk memenuhi tujuannya. Maka FIDIC 1999 Yellow Book dan Silver Book mengatur suatu DB “ad-hoc”, yang dibentuk setelah munculkan suatu sengketa. Dari sudut padanga kami, DB “ad-hoc” kehilangan nilai utama dari konsep suatu DB.

b. Kualifikasi AnggotaFIDIC CC, ICC Dispute Board Rules dan DRBF Practise and Procedure menyebutkan kualifikasi atau kelengkapan yang hampir sama yang dibutuhkan oleh anggota DB. Berikut ini adalah yang tercantum dalam DRBF (Dispute Resolution Board Foundation), Practices dand Procedure Edisi 2007. Ketika mencalonkan anggota dewa yang prospektif, para pihak harus mengenali atribut yang diperlukan, yaitu:a) Obyektivitas, netralitas, ketidakbepihakan dan tidak berat sebelah dan bebas dari

konflik kepentingan selam berlangsungnya kontrakb) Dedikasi kepada tujuan dan prinsip-prinsip prose DBSebagai tambahan dari atribut di atas, para pihak harus mengevaluasi pengalaman dan kualifikasi dari anggota yang prospektif untuk proyek tertentu, yang berkaitan dengan:

a) Interprestasi dokumen kontrakb) Penyelesaian sengketa konstruksi

18

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 24: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

c) Jenis konstruksi yang pernah ditanganid) Metode konstruksi khusus yang digunakane) Bidang pekerjaan yang rawan sengketaSetiap anggota DB menjamin bahwa ia memenuhi ketentuan selama berlangsungnya kontrak dan akan memberitahukan setiap perubahan yang mungkin timbul

c. Pemilihan AnggotaMenurut FIDIC Conditions of Contact NDB Harmonised Edition 2006 Pink Book, setiap pihak harus menominasikan seorang anggota untuk disetujui oleh pihak lainnya. Para pihak harus mengkonsultasikan kedua anggota yang dipilih dan harus eneytujui anggota yang ketiga yang akan menjadi Ketua. Sebagai tambahan terhadap atribut yang disebutkan di atas. Ketua harus memeilik kemampuan untuk mengadakan rapat yanga efektif dalam situasi yang sulit.

Dimana data dijumpai anggota DB yang qualified? Jika diminta, DRBF, saat ini Country Representativeuntuk Indonesia adalah Sarwono Hardjomudjadi, dapat menominasikan atau menunjuk anggota DB.

d. PembiayaanBiaya untuk proses DB terdiri atas dua bagian: remunerasi dan pengeluaran sewajarnya (reasonable expenses) dari anggota DB dan biaya ini harus dibagi rat di antara para pihak. Remunerasi terdir atas Monthly Retainer (gaji bulanan dan Daily Fee (biaya harian).

Berdasarkan persayaratan umum perjanjian DB dar FIDIC Red Book, Retaner Fee per bulan kalender harus dianggap sebagai pembayaran penuh atas:

a) Kesiapan berdasarkan pemebritahuan untuk pelaksanaan kunjungan lapangan dan sidang-sidang

b) Familiar dengan seluruh perkembangan proyek dan mengamankan/menjaga arsip terkait.

c) Seluruh pengeluaran untuk urusan kantor dan overhead termasuk jasa sekertaris, fotocopy dan alat-alat kantor yang dibutuhkan sesuai dengan tugas.

Daily Fee dianggap sebagai pembayaran penuh atas:

a) Setiap hari atau bagian dari hari hingga maksimum dua hari waktu perjalanan untuk setiap arah untuk perjalanan dari tempat tinggal anggota dan lapangan atau lokasi lain dari rapat-rapat dengan anggota yang lain:

b) Setiap hari kerja pada saat kunjungan lapangan, sidang-sidang atau penyiapan keputusan

c) Setiap hari yang dihabiskan untik membaca gugatan dalam rangka persiapan sidang

Kontraktor juga harus menyediakan transportasi lokal dari dan ke lapangan dan jika lokasi lapangan terpencil, kontraktor akan meneydiakan akomodasi dan makan bagi DB yang biayanya dibagi rata dengan oengguna jasa. Penggantian biaya dari pengguna jasa diselesaikan dengan memasukkan dalam tagihan bulanan berikutnya atau jika terdapat tahapan pembayaran dengan tagihan terpisah.

Bagian lain adalah biaya yang dikelaurkan oleh masing-masing pihak. Kontraktor harus menegluarkan biaya untuk perjalanan dan akomodasi untuk staf perusahaan yang ikut

19

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 25: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

serta dalam kunjungan kapangan. Jika harus melakukan rujukan dan mengadakan sidang, kontraktor harus membayar seluruh biaya untuk penyiapan position paper, baiaya untuk mendapatkan pendapat ahli, jika perlu biaya perajlaanan dan akomodasi staf peruahaan dan para ahli yang ikut serta atau menghadiri sidang atau rapat di lapangan (biasanya, penasehat hukum tidak ikut serta dalam sidang DB). Pengguna jasa harus membayar biaya serupa untuk keikutsertaannya dalam proses, termasuk Enjinir yang secara tipikal memiliki keterlibatan yang besar termasuk membuat konsep gugatan tertulis dari pengguna jasa mendapatkan pendapat ahli dan membantu dalam setiap siang.

Seringkali, meskipun kontrak meminta adanya DB para pihak memandang bahawa DB itu sangat mahal dan karena tidak dan belum terjadi ketidaksepakatan permulaan kontrak (para pihak seoah-olahbaru saja berbulan amdu) oleh karena itu mereka menunda pemebtukkan DB dan mengatakan “kami akan membentuk DB apabila kami menemui sengketa yangtidak dapat kami selesaikan melalui diskusi secara kekeluargaan” atau mereka akan membentuk DB tetapi meminta DB melakukan keunjungan lapangan setahun sekali dan bukan tiga bulan sekali, sehingga mereka dapat menghemat biaya. Sikap ini mencerinkan kurangnya pengalaman penggunaan DB dan kurangnya pengertian bahwa sebuah DB yang dibentuk dan dipelihara secara baik merupakan penghematan paling berharga yang bisa mereka peroleh.

Marilah kita melihat apa yang terjadi apabila sebuah DB dibentuk sejak awal dan beroperasi dengan baik. DB akan terbiasa dengan kontrak sejak awal dan dari kunjungan lapangan ditambah dengan membaca laporan tertulis yang diterima di antara kunjunga lapangan DB akan terbiasa dengan kemajuan pekerjaa. Dari Pengalaman proyek serupa di temaptalian, DB akan mewaspadai hal-hal yang beresiko dan bermasalah. DB memiliki pengalaman untuk membantu para pihak untuk menghindari konflik dan ketika ketidaksepakatan muncul, membimbing para pihak sehingga penyelesaian secara kekeluargaan dapat tercapai tanpa meningkatkan ketidaksepakatan menkjadi sengketa resmi. DB yang paling berhasil adalah yang tidak pernah berurusan dengan tuntutan resmi secara tertulis dan mengadakan siding. Malahan hanya dnega menggnakan tulisan yang sudah ada dari orang-orany yang emnangani kotrak dari hari ke ahri dan diskusi secaa informasi, mereka dapat membimbing para pihak kepada penyelesaian yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Secara tipikal hanya staf manajemen lapangan yang terlibat dengan DB dan tidak diperlukan keterlibatan manajemen senior dari para pihak untuk mencapai penyelesaian atas ketidaksepakatan di lapangan.

Jika untuk beberapa alasan, suatu ketidaksepakatan khusus tidak terhindarkan menjadi sebuah sengketa resmi, DB akan diputuskan untuk mengambil keputusan secepatnya dan akan mengontrol pembuatan dokumen seminimal mungkin, mengadakan sidang sesingkat mungkin untuk memberikan pendapat seadil mungkin kepada para pihak, dan kemudian akan enyiapkan keputusan dala suatu batas waktu tertantu dimana mereka terikat kontrak kepada kedua belah pihak. Mereka akan mencarai pendalapt aklamasi dan meski tidak sepenuhnya diterima oleh kedua belah pihak, serigkali sudah membentuk dasar nagi diskusi dan negosiasi lebih lanjut dan mengarah pada suatu penyelesaian tana salah satu pihak memulai arbitrse. Secara tipikal dalam kontrak-kontrak dengan DB seluruh ketidaksepakatan yang muncul selama pelaksanaan akan diselesaiakan menjelang pelaksanaan selesai. Jelaslah bahwa biaya sebuah DB lebih hemat dibanding dengan pertempuran tradisonal pada akhir kontrak dengan dokumen kontrak yang tebal (dan jug adokumen jawaban atas klaim) yang berlarut-larut selama berbulan-bulan setelah

20

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 26: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

pelaksanaan selesai.

Penggunaan DB yang menggunakan seorang ahli dalam bidang konstruksi yang mempunyai pemahaman keilmuan hukum, masih jarang dan belu dikenal sebara luas di Indoensia. Suatu DB terdiri atas tiga (atau satu tergantung pada ukuran dan kompleksitas proyek) anggota yang berpengalaman dan memiliki pegetahuan tentang jenis konstruksi, interprestasi dokumen kontrak, tata laksana DB dan benar-benar independendan tidak meimihak . Suatu DB dibentuk pada permulaan suatdan kepada anggota DB diberikan dokumen proyek kontrak seperti persyaratan kontrak, gambar, spesifikasi dan program kerja sehingga para anggota menjadi terbiasa dengan proyek. DB mengunjungi lapangan secara teratur, katakanlah tiga bulanan utnuk bertemu dengan orang lapangan dan mengamati kemajuan dan permaslaahn proyek, jika ada. Diantara kunjungan-kunjungan lapangan, Engineer atau para pihak mengirimkan laporan bulanan kemajuan proyek, pemberitahuan klaim dan korespondensi penting lainnya kepada anggota DB agar anggota tetap terinformasikan.

DB merupakan bagian dari tim pelaksana proyek yang membantu para pihak menghindari sengketa dan menyelesaikan sengketa melalui negosiasi yang bersifat kekeluargaan, karena DB sudah mengikuti proses sejak awal kontrak ditandatangani kontrak. Jika para pihak gagal menyelesaikan sengketa, sengketa dirujuk ke DB untuk dimintakan penetapannya. Karena anggota DB sudah terbiasa dengan dokumen kontrak dan pelaksanaan di lapangan serta kemajuan proyek, tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk mempertimbangkan suatu sengketa. Meskipun jika penetapan ditolak oleh satu atau kedua pihak, ini akan menjadi dasar bagi negosiasi selanjutnya dalam suasana kekeluargaan. Jadi, manfaat dari DB adalah pencegahan terjadinya sengketa dan/atau penyelesaian sengketa secara dini. DB di Indonesia sebenarnya sudah mempunyai dasar hukum, ini dapat dilihat pada: Pasal 1851 KUH Perdata dan pasal 1858 KUH Perdata.

F. Latihan

21

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 27: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

1. Perselisihan yang timbul dimulai dari penandatangan kontrak hingga berakhirnya kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah antara pemilik pekerjaan dan pelaksana pekerjaan yang terikat hubungan kontraktual dalam pengadaan barang/jasa pemerintah adalah …a. Layanan penyelesaian sengketa kontrakb. Sengketa kontrak PBJ Pemerintahc. Arbitrased. Konsiliasi

2. Peraturan tentang Arbitrase dab Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah …a. UU No 30 Tahun 1999b. UU No 2 Tahun 2017c. Perpres PU No 16 Tahun 2018d. Permen PUPR No 7 Tahun 2019

3. Suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

G. Rangkuman

A. Evaluasi Kegiatan Belajar

22

PENUTUP

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 28: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Modul.

Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pada Modul ini.

Tingkat penguasaan =

Jumlah Jawaban yang BenarX 100%

Jumlah Soal

Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100 %      = Baik Sekali

80 – 89 %        = Baik

70 – 79 %        = Cukup

< 70 %             = Kurang

Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus mengulangi materi modul, terutama bagian yang belum anda kuasai.

Tujuan dari Pelatihan Hukum Kontrak ialah agar para ASN mampu memahami dokumen kontrak serta dapat menetapkan rancangan kontrak yang mencakup pelaksanaan kontrak dan penyelesaian sengketa kontrak konstruksi.

Pentingnya kompetensi ini dimiliki agar para ASN memiliki kualitas dan komitmen yang tinggi dalam bekerja sesuai dengan bidang dan unit organisasiya. Uraian dari materi pokok 1 sampai dengan materi pokok 2, baru menjelaskan mengenai Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi.

Masih banyak hal-hal yang tidak disampaikan dalam modul ini, ada pula yang menjadi mata pelatihan pada program pelatihan jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk lebih memahami mengenai Kebijakan Pengaturan Kontrak Konstruksi, peserta dianjurkan untuk mempelajari, antara lain:

1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, sebagaimana tersebut dalam daftar pustaka.

2. Modul mata pelajaran lain yang terkait.

1. Perselisihan yang timbul dimulai dari penandatangan kontrak hingga berakhirnya kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah antara pemilik pekerjaan dan pelaksana pekerjaan yang terikat hubungan kontraktual dalam pengadaan barang/jasa pemerintah adalah …a. Layanan penyelesaian sengketa kontrakb. Sengketa kontrak PBJ Pemerintahc. Arbitrased. Konsiliasi

2. Peraturan tentang Arbitrase dab Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah …a. UU No 30 Tahun 1999b. UU No 2 Tahun 2017c. Perpres PU No 16 Tahun 2018d. Permen PUPR No 7 Tahun 2019

3. Suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

B. Umpan Balik

C. Tindak Lanjut

23

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 29: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

Latihan Materi 1

1. Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Sengketa Kontrak Pengadaan adalah perselisihan yang timbul dimulai dari penandatangan kontrak hingga berakhirnya kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah antara pemilik pekerjaan dan pelaksana pekerjaan yang terikat hubungan kontraktual dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

2. Sengketa dapat terjadi setiap saat disebabkan oleh keadaan yang sekilas tampak tidak berarti dan kecil sehingga terabaikan atau tanpa diperhitungkan sebelumnya. Sengketa secara umum dapat berkenaan dengan hak-hak, status, gaya hidup, reputasi, atau aspek lain dalam kegiatan perdagangan atau tingkah laku pribadi antara lain kenyataan yang mungkin timbul akibat kredibilitas para pihak itu sendiri, atau dari data yang diberikan oleh pihak ketiga termasuk penjelasan-penjelasan tentang kenyataan-kenyataan data tersebut.

Latihan Materi 2

1. Musyawarah merupakan suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.Secara umum, mediasi adalah salah satu alternatif penyelesaian sengketa. Ada 2 jenis mediasi, yaitu di dalam pengadilan dan di luar pengadilan. Mediasi di luar pengadilan ditangani oleh mediator swasta, perorangan, maupun sebuah lembaga independen alternatif penyelesaian sengketa yang dikenal sebagai Pusat Mediasi Nasional (PMN).Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan melalui proses perundingan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang dibantu oleh Konsiliator dengan memberikan pemecahan permasalahan kepada Para Pihak yang bersengketa. Lama proses penyelesaian sengketa selama 30 hari kerja.

2. Dispute Review Board (DRB), Dispute Adjudication Board (DAB) dan Combined Dispute Board (CDB)

Evaluasi Kegiatan Belajar

1. B2. A3. A4. C5. A

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

D. Kunci Jawaban

24

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 30: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

UU No 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi UU RI No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa WJS Purwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, “klaim” KUH Perdata, Buku III Bab Kedelapan Belas, Pasal 1851 – 1854 Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) FIDIC Conditions of Contract NDB Harmonised Edition 2006 Pink Book PP No 79 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Perpres No 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Permen PUPR No 7 Tahun 2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa

Konstruksi melalui Penyedia Permen PUPR No 288 Tahun 2019 tentang UKPBJ dan UPTPBJ Peraturan LKPP No 7 tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan PBJ Pemerintah Peraturan LKPP No 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan PBJ Melalui

Penyedia Perlem LKPP No 18 Tahun 2018 tentang Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

25

DAFTAR PUSTAKA

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi

Page 31: bpsdm.pu.go.id · Web viewDalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebutuhan barulah dilakukan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

Dispute Board : Dewan Sengketa

Monthly Retainer : Gaji bulanan

Reasonable Expenses : Pengeluaran sewajarnya

Musyawarah : Suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian

Mediasi Alternatif penyelesaian sengketa

Konsiliasi Penyelesaian sengketa kontrak pengadaan di luar pengadilan melalui proses perundingan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang dibantu oleh Konsiliator dengan memberikan pemecahan permasalahan kepada Para Pihak yang bersengketa. Lama proses penyelesaian sengketa selama 30 hari kerja

26

GLOSARIUM

Modul 6: Pengantar Penyelesaian Sengketa Kontrak Kerja Konstruksi