jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2015/02/jurnal.docx · web viewdalam menyukseskan suatu...

67
1 PARTISIPASI MASYARAKAT PASCA PEMILIHAN KEPALA DESA PERTAMA DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN JURNAL Oleh : JUMADI NIM : 100565201254 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Upload: leduong

Post on 10-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PARTISIPASI MASYARAKAT PASCA PEMILIHAN KEPALA DESA

PERTAMA DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN

BINTAN

JURNAL

Oleh :

JUMADI

NIM : 100565201254

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2014

2

ABSTRAK

Progres atau kemajuan Negara Indonesia dari awal kemerdekaan sampai saat ini sudah cukup signifikan, karena kepedulian pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah tertuang dalam berbagai Undang- Undang yang dibuat oleh pemerintan pusat terlebih- lebih kepeduliannya kepada desa. Ini dibuktikannya dengan terbitnya Undang- Undang tentang desa yang memberikan perhatian khususnya terhadap pembangunan pedesaan.

Partisipasi masyarakat merupakan hal yang terpenting dalam

pembangunan Indonesia kedepan, tanpa partisipasi masyarakat proses pembangunan tidak akan berjalan dengan baik. Tugas pemerintah lah menggali potensi partisipasi masyarakat dengan cara memberikan perhatian dan kepedulian kepada masyarakat, sehingga masyarakat akan memberikan respon yang baik terhadap pemerintah. Pada penelitian ini mengenai partisipasi masyarakat pasca pemilihan Kepala Desa desa Toapaya dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan menyajikan dan menghimpun data primer dan data skunder

Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masyarakat Toapaya sangat merespon terhadap Pemerintah Desa Toapaya dalam berbagai program Pemerintah Desa Toapaya maupun program usulan oleh Masyarakat Toapaya.Tingginya partisipasi ini disebabkan perhatian dan kepedulian pemerintah Desa Toapaya terhadap Masyarakat setempat.

Rekomendasi penelitian ini adalah perlu mempertahankan bahkan

ditingkatkan lagi partisipasi masyarakat untuk meraih desa yang lebih baik lagi.Demikianlah hasil penelitian ini ditulis oleh peneliti, dalam penelitian dan penulisan skripsi ini banyak sekali kekurangannya, karena sudah menjadi mahkluk ciptaanNya yang mempunyai kesalahan dan kesempurnaan hanyalah milik-Nya semata.

Kata kunci: Partisipasi, Masyarakat, Pemilihan Kepala Desa

3

A b s t r a c t

Progress or advancement Indonesia state from the beginning of independence to date has been significant, because for the central goverment concern to the local goverment set out in various laws made by the central goverment to the village concern. This is demonstrated by the publication of the law on the village which gives particular attention to rural development.

Public participation is paramount in the development of indonesi in the future, without the participation of the community development process will not properly. The goverments task was to explore the potential of community participation by providing care and concern for the community, so that people will be a good response to the goverment. In this study of community participation after village elections Toapaya using Qualitative Descriptive Method by presenting and collecting primary data and secondary data.

The result of this study can be drawn the conclusion that, at the community is responding to the goverment toapaya villages in various goverment programs toapaya villages or community programs proposed by toapaya the hight participation of village goverment attention and concern to the local community toapaya.

Recomendation of this study is the need to maintain and even increase futher participation in the community to achieve a better village. This the results of this study written by researchers, in this thesis research and writing a lot of shorcomings, because it is a creature that have errors and perfection are just hers alone.

Keywords: participation, community, village elections

4

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..1

ABSTRAK……………………………………………………………………….2

ABSTRACT……………………………………………………………………...3

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..4

A. Latar Belakang………………………………………………………….6

B. Perumusan Masalah…………………………………………………...11

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………...12

D. Kegunaan Penelitian…………………………………………………..12

E. Metode Penelitian……………………………………………………..12

1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data………………………………..13

2. Teknik Analisa Data………………………………………………..14

F. Landasan Teori……………………………………………………….14

1. Partisipasi Masyarakat………………………………………………….14

2. Partisipasi politik………………………………………………………18

3. Faktor yang mempengaruhi partisipasi………………………………...25

4. Pemilihan kepala desa………………………………………………….28

G. Hasil Penelitian………………………………………………………29

1. Karateristik Informan……………………………………………...29

2. Partisipasi Buah Pikiran…………………………………………...30

3. Partisipasi harta dan uang…………………………………………33

4. Partisipasi tenaga atau gotong- royong…………………………...36

5. Partisipasi sosial…………………………………………………..38

5

6. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten….39

H. Penutup……………………………………………………………..41

1. Kesimpulan……………………………………………….41

2. Saran ……………………………………………………...41

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...42

6

A.Latar Belakang Masalah

Dilihat dari perkembangan Negara Republik kita sejak Proklamasi sampai

sekarang ini tergambar bahwa hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah telah mengalami perubahan-perubahan, baik ditinjau dari segi keuangan

sampai aspek pengawasan dan pembangunan. Suatu kenyataan bahwa pemberian

sebagian kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah merupakan

langkah awal dalam rangka mempercepat perkembangan daerah. Hal ini terjadi

karena kedekatan pemerintah daerah dengan masyarakat yang merupakan suatu

faktor penunjang dalam pembangunan daerah.

Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut

Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah,

dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran

serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan

amanat Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintahan Daerah yang mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan

(Medebewind), diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhasan suatu daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7

Dalam kenyataannya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang Pemerintahan Desa diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 terus karena tidak sesuai dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan dan

tuntunan penyelenggaraan otonomi daerah, perlu diganti (Direvisi) dan kemudian

disyahkan Undang-Undang yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur hal-hal mendasar,

mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan desa, susunan

organisasi pemerintahan desa, Badan Perwakilan Desa, lembaga lain, Keuangan

Desa dan Kerja Sama Desa Serta adanya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang pedoman umum pengaturan mengenai desa menegaskan bahwa desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal usul dan adat-istiadat

setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di dalam

kabupaten.

Oleh karna itu, posisi desa yang memiliki otonomi desa sangat strategis

sehingga memerlukan perhatian seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi

daerah karna otonomi desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan

perwujudan otonomi daerah.

Inti dari konsep pelaksanaan otonomi daerah, adalah upaya

memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan

hal- hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian ,

8

tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi

daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak diabaikan, serta memelihara

kesinambunagn antara pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun pemerintah

desa.

Pemerintah Kabupaten Bintan misalnya membina kerja sama dengan pihak

desa tentang segala pelaksanaan kewenangan yang diberikan kepada desa tentang

pengaturan dan pelaksanaan pembangunan serta dengan memperhatikan

kewenangan-kewenangan yang dimiliki desa (Otonomi Desa).

Setiap desa memiliki kondisi dan potensi yang khas, berbeda dengan desa

lainnya, demikian pula aspirasi dan karakter masyarakatnya. Oleh sebab itu,

pembangunan di desa memang sepatutnya lebih banyak ditentukan oleh

masyarakat desa itu sendiri. Kedudukan pemerintah desa yang telah diberi

kewenangan penuh untuk memberdayakan masyarakatnya sudah tentu harus

mempunyai kemampuan untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan lebih

mengedepankan hak-hak masyarakat.

Desa Toapaya yang mana dalam pembentukan desa ini perlu peraturan

daerah kabupaten Bintan nomor 12 tahun 2007. Dengan terbitnya peraturan

tersebut tentang pembentukan dan pemekaran desa Toapaya yang dulunya masih

dibawah kelurahan Toapaya Asri kini menjadi sebuah desa yang mandiri dan

mempunyai pemerintahan sendiri pula dalam mengatur rumah tangganya.

Pada konteks pemekaran Desa Toapaya masyarakat berharap banyak

tentang kemajuan desanya baik itu dalam bidang pembangunan, pelayanan,

pemberdayaan, dan kesejahteraan. Untuk memaksimalkan tujuan dan harapan

9

yang mulia tersebut dibutuhkan peran, serta partisipasi masyarakat dalam meraih

tujuan atau yang dicita- citakan tersebut.

Dalam pemerataan pembangunan dibutuhkan partisipasi dan peran serta

masyarakat yang sesuai dengan karakteristik desanya sehingga ini akan terjalin

hubungan yang harmonis antara pemerintah desa dengan masyarakat.

Ajang pemilihan kepala Desa Toapaya pertama pada tahun 2008

merupakan salah satu insrtumen partisipasi masyarakat dalam memajukan desa

Toapaya, Dalam perolehan suara pemilihan kepala desa Toapaya pertama tersebut

masyarakat memberikan hak suara sepenuhnya. Ini dikarenakan semangat

pemekaran desa yang mereka harapkan bisa melayani masyarakat dalam urusan

pemerintahan baik itu pelayanan, pembangunan, kesejahteraan, dan

pemberdayaan masyarakat.

Dalam proses demokrasi memang menjadi hal yang biasa apabila daerah

atau desa yang baru dimekarkan semangat demokrasi, partisipasi masyarakat

begitu tinggi misalnya PEMILU Tahun 1999 begitu signifikan perolehan suara,

karena issu demokrasi dan harapan masyarakat begitu kental. Tetapi pada

PEMILU 2004 perolehan suara sangat menurun drastis ini disebabkan oleh tingkat

kepercayan masyarakat pada pemerintah menurun disebabkan oleh pelayanan,

pembangunan, pemberdayaan, dan kesejahteraan masyarakat jauh dari harapan.

Desa Toapaya yang baru dimekarkan pada tahun 2007 merupakan spirit

baru bagi masyarakat Toapaya, harapan yang yang besar itu pada pemerintahan

Desa Toapaya yang baru dimekarkan menjadi desa yang mandiri dan diberikan

keluasan untuk mengurus rumah tangganya sendiri yang sesuai dengan tujuan

10

mulia pemekaran desa Toapaya.Dalam menyukseskan pemekaran desa tidak bisa

dipungkiri bahwa tujuan tercapai berkat dukungan dari elit- elit desa tempatan

yang berharap banyak bahwa kelak desanya menjadi jembatan aspirasi dalam

memperjuangkan keinginan dan kebutuhan masyarakat Toapaya. Harapan itu

terwujud apabila ada sinergisitas antara masyarakat, pemuka masyarakat,

pemerintah desa dan peran pemuda dalam menggapai tujuan menjadi desa yang

makmur dan sejahtera.

Semangat partisipasi pada pemilihan kepala desa pertama desa Toapaya

tahun 2008, memang masih terlihat jelas pemberian suara pada PILKADES I

tersebut, apakah itu masih berlanjut hingga saat ini setelah pemilihan kepala desa

pertama, konsisten masyarakat dalam memberikan partisipasi masyarakat

tergantung pada pelayanan yang diberikan oleh aparatur desa kepada masyarakat

bukan segelintir orang. Sehingga apabila ini berjalan sebagai mana mestinya akan

membawa desa menjadi desa yang sejahtera karena dukungan dan partisipasi

dalam berbagai hal oleh masyarakat sebagai masyarakat grassroot sangat

dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang hakiki.

Setelah melihat maksud, tujuan dan keinginan masyarakat Desa Toapaya

dalam memekarkan diri dari kelurahan Toapaya Asri, penulis ingin melihat

bentuk- bentuk partisipasi masyarakat Toapaya pasca pemilihan kepala desa

pertama Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan ” yang lalu.

Ini menjadi penting karena untuk menjaga stabilitas partisipasi dan

kepedulian masyarakat tidak semudah membalik telapak tangan, membutuhkan

cara atau kepedulian dari pemerintah desa Toapaya kepada masyarakatnya. Baik

11

dalam bidang melayani masyarakat dalam kepengurusan kependudukan,

administrasi umum seperti kepengurusan KTP, Kartu keluarga, Surat keterangan

tidak mampu dan masih banyak kepengurusan administrasi lainnya maupun dalam

bidang kesejahteraan masyarakat.

Sinergisitas tersebut akan terpelihara dengan baik apabila pemerintah desa

beserta pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Bintan

memaksimalkan keinginan dan harapan masyarakat.Dalam mewujudkan tujuan

dan cita- cita bersama tersebut dibutuhkan saranan dan prasarana yang memadai

ditingkat pemerintahan desa maupun tingkat profesionalisme bagi alat pemerintah

desa dalam hal ini adalah Kaur- kaur dan perangkat desa lainnya. Apabila ini

terpenuhi dengan baik maka tujuan menjadi desa yang makmur dan mandiri akan

tercapai sebagaimana yang diharapakan. Kemampuan aparat pemerintah desa

inilah yang akan menjadi alat ukur bagi masyarakat desa dalam memajukan

dasanya yang akan memberikan parisipasi dan kepedulian yang penuh terhadap

kemajuan desanya.

B. Perumusan masalah

Setelah melihat fenomena tersebut di atas maka penulis ingin merumuskan

permasalahan sebagai berikut : Bagaimana Bentuk- bentuk partisipasi masyarakat

yang digunakan oleh masyarakat Toapaya Pasca pemilihan kepala desa Pertama

Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan?

12

C. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui bentuk- bentuk partisipasi masyarakat pasca Pemilihan

Kepala Desa Pertama Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan.

D. Kegunaan Penelitian

a.Untuk penerapan ilmu yang telah peneliti pelajari khususnya dalam bidang ilmu

pemerintahan dan ilmu politik terutama dalam partisipasi masyarakat.

b.Untuk memberikan informasi kepada pemuka masyarakat bahwa betapa

pentingnya peran serta masyarakat memberikan peran serta partisipasi dalam

memajukan desanya.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif,

yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung. Metode

ini menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal kemudian diklasifikasikan

sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Adapun pengertian lain dari metode

penelitian deskriptif menurut Soehartono bahwa ”Penelitian ini bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang

tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau

lebih” (Soehartono, 2002:35). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Partisipasi Politik

Masyarakat pasca Pemilihan Kepala Desa Toapaya kecamatan Toapaya kabupaten

Bintan provinsi Kepulauan Riau tahun 2008

13

2.Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

a. Wawancara Tak terstruktur

Menurut Lisa Harrison (2007:106), yaitu wawancara yang dilakukan

dalam bentuk percakapan yang mengalir bebas,bergantung pada kualitas interaksi

sosial antara investigator dan informan,yang dapat diluruskan kembali oleh

pewawancara jika percakapan menjadi menyimpang dari tema studi riset

tujuannya adalah mendapatkan data kualitatif yang mendetail.

Struktur wawancara ini memungkinkan fleksibilitas dan pengungkapan

makna,yakni kita mengajukan pertannyaan apabila dirasa tepat, sebab respons

orang sangat dipengaruhi oleh bentuk susunan kata pertanyaan sehingga kita

membutuhkan sedikit pertanyaan formal dalam membahas Partisipasi politik

Masyarakat pasca Pemilihan kepala desa pertama Desa Toapaya Kecamatan

Toapaya Kabupaten Bintan tahun 2008 Wawancara tak terstruktur ini dilakukan

dengan memberikan kebebasan menjawab sepanjang yang ia ketahui, tetapi tidak

menyimpang dari masalah penelitian. Alatnya adalah pedoman wawancara yang

ditujukan kepada informasi kunci.

b.Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa pengumuman,

memo, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan media

massa. Maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti

catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.

Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkrit

tentang Partisipasi Masyarakat pasca Pemilihan kepala desa tahun 2008.

14

3. Teknik Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik deskriptif

kualitatif, yaitu menganalisa data yang diperoleh dilapangan dalam bentuk

kualitatif dan diberikan penjelasan-penjelasan/ kesimpulan dengan menggunakan

pernyataan-pernyataan atau kalimat yang dapat memberikan gambaran di

lapangan tentang Partisipasi Masyarakat pasca Pemilihan kepala desa Pertama

Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan tahun 2008

Karena menyadari adanya keterbatasan pada penelitian ini, maka penulis

menggunakan metode kualitatif dengan mengunakan teknik focus group

sebagaimana menurut lisa harisson (2007:87), teknik focus group adalah teknik

utama dari metode kelompok fokus bahwa metode ini berdasarkan atas interaksi

antar partisipan untuk menghasilkan pemahaman tentang subjek yang diteliti.

F. Landasan Teori

1. Partisipasi Masyarakat

Jika dilihat dari etimologisnya konsep partisipasi dapat ditelusuri dari akar

katanya dari bahasa latin, yaitu kata “pars” yang artinya bagian dan “capere

(sipasi)” yang artinya mengambil Bila digabungkan berarti mengambil bagian.

Sementara dalam bahasa inggris, yaitu kata “part” yang berarti bagian, jika

dikembangkan menjadi kata kerja maka kata ini menjadi “to participate” atau “to

participation” yang bermakna turut ambil bagian atau mengambil peranan dalam

berbagai aktivitas.

Dari pengertian partisipasi masyarakat yang dipaparkan secara etimologis

atau bahasa diatas bisa terlihat bahwa dalam aktifitas partisipasi masyarakat

15

memang dibutuhkan peran serta masyarakat itu sendiri yang mau ambi bagian

dalam berbagai aktifitas warga baik secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi kebijakan atau keputusan oleh pemerintah.

Menurut I.L Pasaribu mengatakan bahwa yang membuat rumusan

pengertian partisipasi dengan meninjau beberapa dimensi, bahwa partisipasi dapat

juga dalam bentuk pertemuan, anjang sana dan sebagainya. Sedangkan partisipasi

dalam bentuk tenaga seperti misalnya kegiatan yang diberikan untuk perbaikan

salah satu pembangunan didesa dan sebagainya.( Efriza, 2012: 151).

Pemaham partisipasi ini mengindikasikan bahwa partisipasi dapat juga

dilihat dari keikutsertaan seseorang memberikan sumbangsih baik berupa barang,

jasa, buah fikiran dan sebagainya, sehingga berimplikasi kepada kemajuan pada

suatu kaum atau negeri bahkan Negara.

Menurut Damsar mengatakan bahwa partisipasi dipahami melalui

pendekatan emik, misalnya partisipasi bisa dimengerti dalam kerangka berfikir

orang Minangkabau dengan istilah sato sakaki atau serta sekaki( Efriza, 2012:

152- 153). Artinya ikut ambil bagian dalam suatu aktivitas publik walau

sekedarnya, katakanlah sekedar sekaki. Bagi orang minangkabau, sato sakaki

merupakan bentuk atau perwujudan suatu kesukarelaan untuk melakukan sesuatu

secara sadar, pada intinya menurut cara berfikir orang Minangkabau, merupakan

suatu refleksi dari keberadaannya dalam suatu komuunitas. Orang yang berada

diluar komunitas, karena memang berada dirantau (diluar kampong halaman

sebagai perantau), bisa saja dirasakan selalu kehadirannya ditengan komunitas

karena di selalu sato sakaki dalam setiap aktivitas publik seperti mengirimkan

16

uang untuk pembanguan masjid, perbaikan jalan kampung, rehabilitasi kantor

wali nagari (kantor kepala desa) atau untuk merayakan peringatan hari besar

keagamaan nasional.

Pemahaman partisipasi ini sebagai berperan serta atau ikut serta, yang

selama ini dipahami masyarakat Indonesia. Banyak kegiatan publik baik yang

memiliki dimensi politik maupun non politik, dapat terselenggara dengan baik

karena adanya peran serta atau keikutsertaan warga.

Menurut Talizuduhu, (1990: 103) Pengertian tentang partisipasi secara

formal adalah turut sertanya seseorang, baik secara mental maupun emosional

untuk memberikan sumbangan kepada proses pembuatan keputusan mengenai

persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan

tanggung jawab untuk melakukannya.

Dari pengertian partisipasi yang disampaikan oleh Talizuduhu ndraha

diatas mengisyaratkan bahwa iktatan yang terjalin dalam masyarakat dalam

melakukan pengaruh baik pada pemerintah maupun non pemerintah dalam

memberikan atau membuat keputusan, sehingga akan berimbas pada masyarakat

itu sendiri.

Menrut pendapat Bryan and White yang dikutip Ndraha (1983: 23) bahwa

partisipasi masyarakat dapat berbentuk :

A.Partisipasi Buah pikiran

Partisipasi buah pikiran merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,

pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun

untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya

17

dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan

kegiatan yang diikutinya.

B.Partisipasi Harta dan uang

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha

bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Sedangkan

Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,

biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

C.Partisipasi tenaga atau gotong- royong

Partisipasi tenaga atau gotong- royong adalah partisipasi yang diberikan dalam

bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan

suatu program. Sehingga apa yang dicita- citakan bersam terwujud dengan baik.

Semangat gotong- royong dalam masyarakat perdesaan masih kental dengan

nuansa kekeluargaan dan kebersamaan.

D.Partisipasi sosial

Adalah suatu dorongan mental dan emosional (seseorang atau kelompok)

yang menggerakkan mereka untuk bersama- sama bertanggung jawab. Disebutkan

juga Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya

arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau

tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi Misalnya

sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain

untuk berpartisipasi.

E.Partisipasi masyarakat dalam kegiatan- kegiatan nyata yang konsisten

18

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten

adalah dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses

politik, terkandung dari sistem dan tata cara penyelenggaraan yang berlaku bagi

masyarakat. Andaikan dalam mengambil kebijaksanaan harus yang lebih bersifat

mobilisasi dari pada partisipasi. Misalnya saja dalam hal pengerahan tenaga untuk

berkerja secara sementara waktu pada kegiatan-kegiatan usaha tertentu yang

bersifat pembangunan. Mobilisasi ini dapat dikenakan antara lain kepada pekerja-

pekerja di Desa Toapaya, dan untuk berkerja di pedesaan atau dalam rangka

pembangunan wilayah, suatu kegiatan masyarakat yang dapat diselenggarakan

atas dasar kesukarelaan, tetapi seringkali pola kekuasaan dan iklim tradisional

yang dipergunakan adalah dengan cara mobilisasi gotong-royong.

Dari empat benntuk partisipasi masyarakat yang dipaparkan leh Bryan and

White tersebut diatas bisa disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat pedesaan

yang lebih dominan dan sering dilakukan adalah partisipasi buah buah pikiran,

artisipasi harta benda dan uang, partisipasi tenaga dan goton- royong, partisipasi

sosial dan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang dilakukan secara

terus menerus atau konsisten.

2. Partisipasi politik

Menurut Miriam Budiarjo (1994: 183) Partisipasi politik adalah kegiatan

seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan

politik, yakni dengan cara memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau

tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).

19

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah

kegiatan ikut sertanya warga masyarakat secara aktif dalam memberikan suara

dalam pemilu atau menjadi anggota suatu partai. Dengan kata lain, mereka

mengambil bagian dalam proses pemilihan, secara langsung mempengaruhi

proses pembuatan keputusan dan kebijaksanaan.

Pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik di Negara adalah

kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama

untuk menetapkan tujuan serta masa depan masyarakat dan untuk menetapkan

orang- orang yang akan menjadi pemimpin dimasa akan datang. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik berdasarkan pendapat

tersebut, terdiri dari dua indicator : memberikan suara dalam pemilu, menjadi

anggota partai.

Menurut Mochtar Masoed dan Colin Mac. Andrew (1990:16), bentuk

patisipasi politik dibedakan menjadi dua klasifikasi yaitu : Partisipasi politik

konvensional dan partisipasi politik nonkonvensional. Adapun partisipasi politik

konvensional dinyatakan dalam berbagai bentuk yaitu : diskusi politik, kegiatan

kampanye, pemberian suara, membentuk dan bergabung dalam kelompok

kepentingan, komunukasi individual dengan pejabat politik dan administrasi.

Sedangkan bentuk partisipasi nonkonvensional termasuk didalamnya kegiatan

yang legal maupun illegal penuh kekerasan dan revolusioner berupa : Pengajuan

petisi, Berdemonstrasi, Konfrontasi.

Menurut pemahaman yang disampaikan oleh Mochtar Masoed dan Colin

Mac. Andrew bentuk partisipasi bisa secara legal dan illegal yang pengertiannya

20

adalah yang mana bisa dalam bentuk baik maupun dalam bentuk tidak baik yang

hilirnya adalah mencapai maksud dan tujuan yang akan dicapai oleh piak yang

berkepentingan.

Menurut Kevin R dan Hardwick partisispasi politik adalah memberi

perhatian pada cara- cara warga Negara berinteraksi dengan pemerintah , warga

Negara berupaya menyampaikan kepentingan- kepentingan mereka terhadap

pejabata- pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan- kepentigan yang

warga atau masyarakat mau. Indikatornya bisa berupa terdapat interaksi antara

warga Negara dengan pemegang kekuasaan dalam suatu Negara tersebut. Bisa

juga berupa terdapat usaha warga Negara mempengaruhi keputusan atau

kebijakan yang sudah akan dibuat oleh pemerintah ( Efriza, 2012: 155- 156).

Definisi partisipasi politik yang tersebut diatas mengsksplanasikan bahwa

cara warga menyampaikan keinginan dan kemauan yang akan disampaikan

kepada pemerintah yang sedang berkuasa sehingga apa yang diinginkan oleh

rakyat atau masyarakat.

Menurut Ramlan Surbakti (1992:140) partisipasi politik adalah

keikutsertaan warga Negara biasa dalam menentukan segala keputusan

menyangkut kesejahteraan atau keberlangsungan bagi kehidupan manusia itu

sendiri. Indikatornya adalah keikutsertan masyarakat dalam pembuatan kebijakan,

yang dilakukan oleh masyarakat.

Dari pengertian yang dujelaskan pada pendapat diatas menekankan pada

warga atau masyarakat yang selalu ikut serta dalam menentukan kebijakan atau

21

keputusan yang akan dibuat oleh pemerintah sehingga aspirasi dan keinginan

masyarakat atau rakyat terakomodasi dengan baik.

Menurut Michael Rush dan Phillip Althoft (1997: 23) Partisipasi adalah

keterlibatan individual sampai pada bermacam- macam tingkatan didalam sistem

politik. Indikatornya adalah berwujud keterlibatan individu dalam system

perpolitikan, juga memiliki tingkatan- tingkatan partisipasi.

Pada penjelasan dari pemahaman tentang partisipasi politik yang

dipaparkan oleh pakar politik Michael Rush diatas menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan partisipasi politik kegiatan invidu atau perseorangan dalam

proses politik sehingga dapat mempengaruhi penguasa.

Menurut Herbert Mc Closky Partisipasi politik adalah kegiatan- kegiatan

suka rela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam

proses pemilihan pemimpin atau penguasa, dan secara langsung atau tidak

langsung, dalam proses pembentukan kebijakan public. Indikatornya adalah

berupa kegiatan- kegiatan suka rela, dilakukan oleh warga, warga terlibat dalam

proses politik.

Dari pengertian partisipasi politik oleh Mc Closky bisa disimpulkan bahwa

apa saja kegiatan yang sifatnya suka rela yang dilakukan oleh masyarakat dalam

menentukan pemimpin dapat difahami partisipasi politik.

Sebagaimana yang dikatakan Robert (2004: 315) Partisipasi politik

merupakan aspek yang sangat penting dalam demokrasi suatu Negara . Tetapi

partisipasi langsung warga didalam pemerintahan itu pada kenyataanya memiliki

ambivalensi . Disatu sisi peran aktif warga Negara didalam pemerintahan

22

merupakan sesuatu yang ideal . “ direct democracy keeps community life vital and

public institutions accountable,” katanya. Disisi yang lain, partisipasi langsung itu

menimbulkan sikap skeptic dan kekhawatiran. Diantaranya adalah demokrasi

perwakilan dipandang mampu melindungi warga Negara dari bahaya- bahaya

demokrasi langsung.

Pengertian partisipasi politik yang disampaikan oleh Robert diatas

menjeaskan bahwa partisipasi langsung yang akan diberikan oleh masyarakat atau

warga bisa berdampak yang tidak baik terhadap masyarakat yang pada

kenyataannya bisa menimbulkan gesekan antar warga atau masyarakat yang pada

akhirnya berpengaruh pada kehidupan bernegara.

Charles Andrain dan James Smith (2006:67) mengelompokkan tiga bentuk

partisipasi. Pertama adalah partisipasi yang lebih pasif. Didalam tipe pertama ini,

partisipasi dilihat dari keterlibatan politik seseorang, yakni sejauh mana orang itu

melihat politik sebagai sesuatu yang penting, memiliki minat terhadap politik, dan

sering berdiskusi mengenai isu- isu politik dengan teman. Kedua adalah

partisipasi yang lebih aktif. Yang menjadi perhatian adalah sejauh mana orang itu

terlibat didalam organisasi- organisasi atau asosiasi- asosiasi suka rela (voluntary

associations) seperti keompok- kelompok keagamaan, olahraga, pecinta

lingkungan, organisasi profesi, dan organisasi buruh. Ketiga adalah partisipasi

yang berupa kegiatan-kegiatan protes seperti ikut menandatangani petisi,

melakukan boikot, dan demonstrasi.

Pengelompokkan partisipasi yang disampaikan oleh Charles Andrain

mengisyaratkan bahwa partisipasi bisa dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu

23

partisipasi seseorang pada minat politik dan membicarakan perihal politik,

keterlibatan sesorang atau individu dalam organisasi politik, kemudian

keterlibatan masyarakat atau warga dalam hal yang bersifat kekerasan.

Menurut Jeffry M. Paige dalam Surbakti (2007: 144) menyebutkan dua

variable penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik

seseorang. Pertama adalah aspek kesadaran politik seseorang yang meliputi

kesadaran terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara. Misalnya hak-hak

politik, hak ekonomi, hak mendapat perlindungan hukum, hak mendapatkan

jaminan sosial, dan kewajiban-kewajiban seperti kewajiban dalam sistem politik,

kewajiban kehidupan sosial, dan kewajiban lainnya. Kedua, menyangkut

bagaimanakah penilaian dan apresiasinya terhadap pemerintah, baik terhadap

kebijakan-kebijakan pemerintah dan pelaksanaan pemerintahannya.

Pendapat yang disampaikan oleh Jeffry M.Paige dalam surbakti bahwa ada

dua variable yang sangat penting tinggi rendahnya tingkat partisipasi dipengaruhi

oleh kesadaran politik seseorang atau individu dan penilaian masyarakat terhadap

kebijakan pemerintah yang dibuat. Sehingga bila pendapat ini dikorelasikan bisa

memberika pengertian bahwa antara kesadran dan penilaian masyarakat terhadap

pemerintah mempunyai hubugan yang tidak terpisahkan, satu sama lain saling

mempengaruhi.

Berdasarkan kedua hal tersebut di atas, Jeffry M. Paige (1971)

membedakan tipe partisipasi masyarakat ke dalam 4 macam, yaitu:

1. Partisipasi Aktif

24

Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku

tanggap (responsif) terhadap berbagai tahapan kebijakan pemerintah atau

dengan kata lain apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan

kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi, maka partisipasi politik

cenderung aktif.

2. Partisipasi Militan-Radikal

Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku

tanggap (responsif) terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Namun

berbeda dari partisipasi aktif, yang cenderung mengutamakan cara-cara

konvensional, partisipasi ini cenderung mengutamakan cara-cara non

konvensional, termasuk di dalamnya cara-cara kekerasan atau dengan

kata lain apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada

pemerintah sangat rendah, maka akan melahirkan militan radikal.

3. Partisipasi Pasif

Kegiatan warga negara yang menerima/menaati begitu saja segala

kebijakan pemerintah. Jadi, partisipasi pasif cenderung tidak

mempersoalkan apapun kebijakan politik yang dibuat pemerintah atau

dengan kata lain apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi

kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi, maka akan melahirkan

partisipasi yang tidak aktif (pasif).

4. Partisipasi Apatis

Kegiatan warga negara yang tidak mau tahu dengan apapun

kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah. Umumnya, warga

25

masyarakat bertindak demikian karena merasa kecewa dengan

pemerintah dan sistem politik yang ada atau dengan kata lain apabila

seseorang tingkat kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah

rendah, maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis).

Empat macam partisipasi yang diasmpaikan oleh Jefry M. Paige bisa

diartikan bahwa peran serta yang akan disampaikan oleh masyarakat bisa berupa

kepedulian masyarakat yang baik dalam penyampaian aspirasi, bisa disampaikan

melalui kekerasan, bisa meneriam apa adanya saja tidak terlalu ambil pusing, dan

bisa juga tidak mau tahu karena sudah terlanjur kecewa, sehingga ada pendapat

masyarakat yang menyatakan bahwa mau bagaimanapun juga kita tetap seperti

ini juga.

Dalam (Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda

paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga

sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain

untuk berpartisipasi.

Dari pendapat yang diungkapkan oleh Pasaribu dan Simanjuntak

memberikan pemahaman bahwa partisipasi sosial yang dimaksud memberikan

perhatian yang lebih kepada sesama masyarakat.

3. Faktor yang mempengaruhi partisipasi

Angell (1967) seperti dikutip oleh Firmansyah (2009) menyatakan bahwa

partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.

26

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi,

yaitu:

a. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia

menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat

yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka

yang dari kelompok usia lainnya.

b. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan

bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa

dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus

rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah

bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang

semakin baik.

c. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk

berpartisipasi.Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang

terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan

kesejahteraan seluruh masyarakat.

d. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang

akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan

27

penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong

seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.Pengertiannya

bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh

perekonomian yang mapan.

e. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi

seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa

memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang

besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Pendapat yang disampaikan oleh Angell dalam Firmansyah bisa

disimpulkan dalam partisipasi sosial masyarakat ada hal- yang mempengaruhinya

diantaranya adalah usia, yang cendrung terikat dengan nilai- nilai sosial ditengah

masyarakat, jenis kelamin yang mengaggap perempuan lebih cocok mengurus

rumah tangga ketimbang mengurus hal- hal yang bersifat kelakian, begitu juga

dengan pendidikan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin kritis terhadap

apa yang akan dilakukan oleh pemerintah. Pekerjaan atau penghasilan adalah hal

yang mendasar menjadi kebutuhan manusia orang lebih suka bekerja ketimabang

memikirkan hal- hal yang berbau politik , ini adalah cara berfikir fragmatis

masyarakat yang sudah tertanam sejak lama. Lamanya menempati suatu daerah

juga tidak kalah mendudkungnya, semakin lama seseorang tinggal di suatu daerah

semakin tinggi partisipasi yang diberikan bagaimana tidak seorang penduduk

28

pindahan yang baru menempati suatu daerah akan mengenal sosok yang akan

dipilih, walupun berpartisipasi tetapi tidak maksimal apa yang diharapakan.

4. Pemilihan kepala desa

Menurut Soetardjo kartohardikoesoemo (1984: 15) perkataan (arti kata)

desa, dusun, desi, seperti juga perkataan Negara, negeri, nagaro, negori

( nagarom), asalnya dari perkataan sankrit ( sansekerta), yang artinya tanah air,

tanah asal, tanah kelahiran.

Jadi bisa kita fahami bahwa yang dimaksud oleh Soetardjo

Kartohardikoesoemo adalah desa merupakan sama pengertiannya dengan arti

Negara, tanah kelahiran asal.

Menurut Kamus besar Indonesia (1930:200) yang menyebutkan bahwa

desa adalah (1) sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan;

kampung; dusun; (2) Udik atau dusun ( dalam arti daerah pedalaman sebagai

lawan kota; (3) tempat; tanah; daerah.

Pada pengertian diatas mengisyaratkan bahwa yang dimaksud dengan desa

adalah tempat- tempat yang jauh dari keramaian, jauh dari teknologi, yang biasa

menggunakan sistem tradisional, yang punya iktan sosial tinggi diantar sesama.

Menurut peraturan pemerintah nomor 57 tahun 2005 tentang desa, disebut

bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas- batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan republik Indonesia.

29

Kewenangan desa adalah: menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

sudah ada berdasarkan hak asal usul desa meneyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenanagan kabupaten/ kota yang diserahkan

pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung

dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

Di Indonesia, istilah desa adalah istilah desa adalah pembagian wilayah

administrative dibawah kecamatan, yang dipimpin oleh kepala desa. Sejak

diberlakunya otonomi daerah istilah desa dapat disebut dengan nama lain,

misalnya di Madura dan Bali dusun dan marga, Sumatra selatan dusun dati,

Maluku kuta, Batak uta atau huta, Minangkabau nagari. Begitu pula segala istilah

dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik

adat istiadat desa tersebut.

G. Hasil Penelitian

1. Karateristik Informan

Karateristik informan merupakan profil sumber data yang diharapkan

dapat menggambarkan pemahaman terhadap data dari hasil penelitian sehingga

dapat diletakkan pertimbangan yang logis dan proporsional atas hasil penelitian

ini. Kategori pengelompokkan informan dalam penelitian ini diambil 15 (Lima

belas) informan yang terdiri dari 1 (Satu) orang kepala Desa sebagai informan

kunci, 3 (tiga) orang KAUR Desa, 1 (satu) orang Sekretaris Desa, 1( Satu) orang

ketua Badan permusyawaratan Desa, 1 (satu) orang ketua PKK Desa Toapaya, 2

(Dua) orang kepala Dusun, 2 (Dua) orang Ketua Rukun Warga, 2 (Dua) orang

30

Ketua Rukun Tetangga, 1 ( Satu) orang Tokoh pemuda atau Ketua Karang

Taruna, 1 (Satu) orang ketua Lembaga Keuangan Desa.

Imforman dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Toapaya yang

sudah disebutkan diatas tadi, yaitu berjumlah 15 orang imforman yang peneliti

anggap mengetahui seluk beluk yang terjadi di Desa khususnya yang mengenai

partisipasi politik masyarakat pasca pemilihan kepala desa tahun 2008 tersebut.

Dalam hal ini peneliti membagi informan berdasarkan tingkat pendidikan, umur,

jenis kelamin, serta jenis pekerjaan imforman.

2.Partisipasi Buah Pikiran

Partisipasi buah pikiran merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,

pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun

untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya

dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan

kegiatan yang diikutinya.

Dalam menyukseskan suatu bangsa bermusyawarah mufakat dalam artian

menyumbang pemikiran yang terus menerus merupak faktor yang terpenting,

tidak akan sukses suatu bangsa pabila Negara atau pemerintah menutup diri dalam

berbagai aktivitas sumbangsih buah fikiran yang cemerlang, begitu juga dalam hal

pemerintahan desa misalnya,sumbangsih buah fikiran masyarakat terhadap

kemajuan suatu desa adalah hal yang sangat krusial. Adalah Desa Toapaya

misalnya, dalam menjaring aspirasi masyarakat untuk menyusun program-

program pedesaan atau program pemerintah pusat, pemerintah desa sangat

antusias partisipasi masyarakatnya supaya program- program yang akan

31

direncanakan berjalan dengan lancar dan baik. Dari lima belas informan yang

peneliti wawancarai ada 15 orang yang menjawab partisipasi buah fikiran

biasanya diutarakan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa, selain

momen tersebut diatas biasanya kepala desa dalam menjaring aspirasi atau buah

fikir dari masyarakat dalam aktivitas perkumpulan, bertanya apa yang bisa

pemerintah desa lakukan dalam mensukseskan desa.

Tabel Partisipasi PKK

No Kegiatan Sasaran1 Rapat bersama anggota perihal evaluasi kegiatan

tahunan dan pembahasan program kegiatanAnggota PKK dan masyarkat

2 Menghadiri rapat pembentukan TPK DAK dikantor desa

Pemerataan pembangunan

3 Rapat bersama anggota perihal bantuan operasional dari pemrintah Desa Toapaya

Anggota PKK

4 Musrenbangdes DAU Pemerataan pembangunan

Dari data tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa dengan kehadiran

ibu- ibu PKK Desa Toapaya dalam memberikan partisipasi dalam bentuk buah

pikiran atau ide pada pembangunan Desa Toapaya memang cukup massif.

Sehingga hasil dari partisipasi yang diberikan oleh anggota PKK Desa Toapaya

terhadap pembangunan Desa bisa terlihat pada kegiatan yang yang bersifat positf

dalam program pembangunan desa. Data keberhasilan program PKK juga bisa

terlihat pada tabel berikut dibawah ini.

Tabel IV.2Progam PKK Desa Toapaya

No Program PKK Keterangan

1 Penghayatan dan pengamalan pancasila -

2 Gotong- royong 5 Kegiatan

32

4 Sandang 2 Kegiatan

5 Pendidikan dan keterampilan 2 Kegiatan

6 Kesehatan 14 Kegiatan

7 Pengembangan kehidupan koperasi 12 Kegiatan

8 Pelestarian lingkungan 12 Kegiatan

Jumlah Kegiatan yang terealisasi 47 Kegiatan

Sumber: Data olahan wawancara peneliti 2014

Data yang peneliti dapatkan tersebut bisa menguatkan bukti bahwa

keterlibaan kaum hawa atau perempuan di Desa Toapaya cukup baik ini ditandai

dengan tingginya partisipasi yang dilakukan oleh kaum perempuan dalam

naungan program PKK.

Setiap bangsa di dunia ini pasti punya keinginan untuk membangun, tapi

tidak semua bisa terwujud dengan baik jikalau dalam segi pendanaan masih

minim, dan kepedulian masyarakat juga masih minim. Memang tidak semua

orang berpandangan baik terhadap perencanaan pembangunan, banyak sebagian

orang berpandangan sinis, dan apatis terhadap apa yang direncanankan oleh

pemerintah karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa perencanaan yang

dibuat hanya akan menghambur- hamburkan uang saja, karena dari situ ada celah

oleh pemerintah untuk penyelewengan anggaran sehingga anggapan ini terus ada

dan melekat pada masyarakat. Lain halnya dengan masyarakat Desa Toapaya

yang begitu peduli terhadap program Pemerintah Desa khususnya dan pemerintah

Kabupaten Bintan umumnya.

33

Berdasarkan wawancara dan data- data yang diperoleh dan dilakukan oleh

peneliti kepada informan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam

memberikan buah fikiran, ide usulan argumentasi kepada pemerintah Desa untuk

memajukan Desanya bisa disimpulkan bahwa masyarakat memberikan

partisipasinya bisa dalam forum formal dan informal. Forum formal biasanya

dalam musyawarah rencana pembangunan desa atau biasa disebut

MUSRENBANGDES, forum informal pertemuan biasa dengan kepala desa, bisa

itu di rumahnya, mesjid, musholla dan tempat pertemuan lainnya lainnya. Untuk

di Desa Toapaya itu sendiri dalam hal memberikan buah fikiran terbilang cukup

baik, indikatornya adalah setiap peneliti mewawancarai setiap informan semuanya

menjawab kearah tinggi khususnya untuk partisipasi buah fikiran dan bisa

didukung dengan berbagai aktifitas warga yang disajikan dalam bentuk data.

3.Partisipasi harta dan uang

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-

usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

Sedangkan Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang

harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas tanah dan lain

sebagainya. Dalam kasus Desa toapaya peran serta masyarakat terbilang cukup

baik, karena demi kemaslahatan bersama masyarakat juga rela memberikan tanah

dengan bentuk hibah kepada pemerintah desa untuk dibangun fasilitas sosial.

Tabel Fasilitas umum yang menggunakan tanah hibah

No Nama fasilitas umum Alamat

1 Taman Pendidikan Al- Quran Nur Hidayah Kp. Melayu RT 01

34

2 Taman Pendidikan Al- Quran Al Jihad Kp. Bugis RT 05

3 Taman Pendidikan Al- Quran Nurul ikhsan Kp. Sinjang RT 04

4 Taman Pendidikan Al- Quran Al ikhlas Kp. Cikolek RT 02

5 Poskaming kampung Melayu Kp. Melayu RT 01

6 Poskamling kampung Cikolek Kp. Cikolek RT 02

7 Poskamling kampung Jawa Kp. Jawa RT 03

8 Poskamling Kampung Sinjang Kp. Sinjang RT 04

9 Poskamling kampung Bugis Kp. Bugis RT 05

10 Paud Mutiara Kp. Cikolek RT 02

Tabel Daftar nama- nama penyumbang HUT RI

No Nama penyumbang Jumlah Rupiah

1 Sumbangan Pemdes Rp 1.500.000,00

2 Sumbangan BPD Rp. 1.200.000,00

3 Sumbangan pak Ayong Rp. 150.000,00

4 Sumbangan Staff kantor desa Rp. 700.000,00

5 Sumbangan LPM Rp.300.000,00

6 Sumbangan PKK Rp.150.000,00

7 Sumbangan TPK DAK Rp. 200.000,00

8 Sumbangan per KK wilayah RT 1 Rp. 420.000,00

9 Sumbangan per KK wilayah RT 2 Rp. 500.000,00

10 Sumbangan per KK wilayah RT 3 Rp. 360.000,00

11 Sumbangan per KK wilayah RT 4 Rp. 400.000,00

12 Sumbangan per KK wilayah RT 5 Rp. 450.000,00

35

13 Sumbangan RRI Rp. 1.000.000,00

14 Sumbangan Camat Toapaya Rp. 2.000.000,00

15 Sumbangan Khazalik Rp. 2.000.000,00

16 Sumbangan Fiven Rp. 1.000.000,00

17 Sumbangan Ibu joko Rp. 500.000,00

18 Sumbangan Djaka Rp. 300.000,00

19 Sumbangan Ahmad Rp. 500.000,00

20 Sumbangan PT. Lilin Rp. 300.000,00

21 Sumbangan PT. Pulau Bintan Jay Rp. 300.000,00

22 Sumbangan Pengusaha China Cikolek Rp. 2.300.000,00

Total Rp. 14.380.000,00

Perolehan sumbangan baik kalangan warga biasa maupun pengusaha yang

ada di Desa Toapaya pada acara memperingati HUT RI dari tahun ketahun selau

ada peningkatan dari segi partisipasi masyarakat dalam bentuk uang ini bisa

dibuktikan dengan data yang peneliti peroleh dari kantor Desa Toapaya.

Partisipasi dalam bentuk uang pada masyarakat Desa Toapaya pada acara HUT RI

maupun HUT Desa sangat tinggi, rata- rata sumbangan yang diperoleh pada

acara- acara tersebut 10- 14 juta yang disumbangkan oleh masyarakat. Dari data

yang diperoleh tersebut bisa membuktikan bahwa masyarakat Desa Toapaya yang

penduduknya hanya 1.124 orang dan luas wilayah hanya 3.345 Ha termasuk desa

yang sangat kecil bila dibandingkan dengand desa- desa lain di Kabupaten Bintan

36

bisa mempertahankan partisipasi masyarakat dengan menjaga nilai- nilai

masyarakat.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti kepada informan diatas

dapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam bentuk uang dan barang di Desa

Toapaya memang ada, hanya beberapa informan saja yang menjawab tidak tahu,

selebihnya menjawab ada. Memang untuk di Desa Toapaya dalam berpartisipasi

sumbangan uang dan barang bila dilihat aspek kuantitas masih relative sedikit

yaitu Tanah hibah, sumbangan suka rela untuk menyukseskan hari- hari besar

islam, hari- hari besar NKRI.

4.Partisipasi tenaga atau gotong- royong

Partisipasi tenaga atau gotong- royong adalah partisipasi yang diberikan

dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang

keberhasilan suatu program. Sehingga apa yang dicita- citakan bersama terwujud

dengan baik. Semangat gotong- royong dalam masyarakat perdesaan masih kental

dengan nuansa kekeluargaan dan kebersamaan. Adalah Desa Toapaya misalnya

dalam semangat kegotong- royongan begitu baik karena setiap kegiatan gotong-

royong yang akan dilakukan oleh masyarakat tempatan disesuaikan oleh peluang

untuk melakukan gotong- royong tersebut. Kepala desa Toapaya selalu

menyesuaikan kondisi masyarakat desa yang notabennya adalah petani, yang dari

pagi hingga siang selalu ditempat kerjanya masing- masing. Sehingga jadwal atau

waktu untuk melakukan gotong- royong disesuaikan dengan kondisi masyarakat

setempat. Hasilnya adalah partisipasi dalam gotong- royong sangat baik, karena

dilakukan pada sore hari setelah masyarakat pulang dari tempat kerjanya masing-

37

masing. Inilah yang menjadi tonggak keberhasilan partisipasi masyarakat dalam

hal gotong- royong apa saja.

Tabel Kegiatan gotong- royong masyarakat Desa Toapaya

No Nama kegiatan gotong- royong Keterangan

1 Bangun rumah 30- 50 orang

2 Menjaga kebersihan desa 150- 200 orang

3 Membangun jalan 3 kali

4 Penanggulangan bencana 1 kali

5 Bulan bhakti 150- 200 orang

Tabel Partisipasi keamanan

No Item Substansi

1 Jumlah Poskamling 5 pos

2 Jumlah anggota Hansip/ Linmas 8 orang

3 Jumlah kelompok ronda 35 kelompok

Dari data yang dijelaskan diatas bisa peneliti memberikan penjelasan bahwa

walaupun luas wilayah Desa Toapaya yang hanya 3.345 Ha dan jumlah penduduk

menurut angka tahun 2014 yang hanya 1.124 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-

laki dan perempuan, tetapi tidak menyurutkan niat penduduk atau warga Desa

Toapaya dalam menyukseskan berbagai kegiatan kemasyarakatan ini bisa dilihat

indicator pada tabel diatas.

Tabel Partisipasi gotong- royong PKK Desa Toapaya

38

No Kegiatan Sasaran

1 Gotong- royong bersama anggota Anggota

2 Bulan bhakti gotong- rong bersama seluruh

elemen masyarakat

Masyarakat

3 Berpartisipasi dalam HUT RI Masyarakat

4 Berpartisipasi dalam HUT Desa Toapaya Masyarakat

Dari data yang diperoleh oleh peneliti bisa sedikit memberikan informasi

yang lumayan jelas tentang kaum ibu- ibu atau kaum perempuan juga tidak bisa

dipandang sebelah mata dalam menyukseskan pembangunan khususnya di tingkat

pedesaan, mereka juga memegang peran yang cukup besar sehingga kesuksesan

sebuah desa juga ada ditangan mereka.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap lima belas

informan, maka dapat peneliti simpulkan bahwa dari lima belas informan yang

meberikan informasi kepada peneliti tentang peartisipasi tenaga dan gotong-

royong di Desa Toapaya sangat tinggi, karena dari lima belas informan semuanya

menjawab tinggi untuk partisipasi tenaga dan gotong- royong di Desa Toapaya.

Ini menandakan karakteristik desa khususnya ditingkat Desa Toapaya kecamatan

Toapaya kabupaten Bintan cukup baik.

5.Partisipasi sosial

Adalah suatu dorongan mental dan emosional (seseorang atau kelompok)

yang menggerakkan mereka untuk bersama- sama bertanggung jawab. Disebutkan

juga Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya

39

arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau

tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

Berdasarkan tanggapan informan diatas peneliti dapat memaparkan secara

gamblang bahwa, semua informan yang peneliti wawancarai, semua informan

menjawab ada, tentang partisipasi sosial yang ada di tengah- tengah masyarakat

yang bisa dikatakan heterogen di tingkat pedesaan, yang masih memegang

prinsip- prinsip kekeluargaan, kebersamaan, dan karakter masyarakat desa masih

ada dan bahkan sangat tinggi untuk era modern ini.

6.Partisipasi masyarakat dalam kegiatan- kegiatan nyata yang konsisten

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten

adalah dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses

politik, terkandung dari sistem dan tata cara penyelenggaraan yang berlaku bagi

masyarakat. Andaikan dalam mengambil kebijaksanaan harus yang lebih bersifat

mobilisasi dari pada partisipasi. Misalnya saja dalam hal pengerahan tenaga untuk

berkerja secara sementara waktu pada kegiatan-kegiatan usaha tertentu yang

bersifat pembangunan. Mobilisasi ini dapat dikenakan antara lain kepada

pekerja-pekerja di Desa Toapaya, dan untuk berkerja di pedesaan atau dalam

rangka pembangunan wilayah, suatu kegiatan masyarakat yang dapat

diselenggarakan atas dasar kesukarelaan, tetapi seringkali pola kekuasaan dan

iklim tradisional yang dipergunakan adalah dengan cara mobilisasi gotong-

royong.

Dari petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada kelima belas

informan yang dianggap mengetahui permaslahan yang terjadi di desa Toapaya

40

banyak hal yang bisa diambil dan ditarik kesimpulan bahwa, partisipasi

masyarakat baik dalam kegiatan nyata yang dilakukan oleh masyarakat desa

Toapaya secara konsisten ada dilakukan dengan program, yang regulasinya diatur

oleh pemerintah desa Toapaya, yang tidak terprogram bisa dilakukan oleh usulan

masyarakat desa Toapaya itu sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat.

H. Penutup

1. Kesimpulan

41

Bisa ditarik kesimpulan yang terperinci Atas dasar wawancara dan analisis

tentang partisipasi masyarakat dalam partisipasi masyarakat pasca pemilihan

kepala desa pertama Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan,

sebagaimana telah dibahas dan dianalisa secara ilmiah dengan menggunakan alat

analisa berdasarkan landasan teori konsep operasional yang penulis

paparkan,bahwa partisipasi masyarakat dapat berbentuk partisipasi buah fikiran,

partisipasi hata dan uang, partisipasi tenaga atau gotong- royong, partisipasi

sosial, dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten maka

dapat ditarik kesimpulan bahwasanya dalam menyongsong masa depan yang jauh

lebih baik dari sebelumnya yaitu belum dimekarkan adalah menjadi hala prioritas

utama sehingga masyarakat berperan penuh dalam menyukseskan pembangunan

desa yang berkelanjutan. Dari beberapa indikator teori yang peneliti gunakan

dalam mewawancarai informan tersebut hampir semuanya menjawab ada dan baik

bahkan cukup tinggi. Partisipasi yang paling menonjol dari beberapa indicator

bentuk partisipasi tersebut adalah dalam buah pikiran, uang dan barang, dan

tenaga.

2. Saran

Diharapkan kepada masyarakat dari elemen terendah sampai elemen

tertinggi bisa menjaga peran serta secara terus menerus dan berkelanjutan. Ini

menjadi penting, tidak ada kesuksesan yang bisa diraih tanpa kita pikul

bersama.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU- BUKU :

42

Almond dan meriam Budiarjo. 1998. Dasar- dasar ilmu politik. Jakarta. PT.

Gramedia

Asshidiqie Jimly. 2011. Restorasi Penyelenggaraan PEMILU di Indonesia.

Yogyakarta. Fajar Media Press

Budiardjo Miriam. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT. gramedia

Pustaka

Budiantoro Setyo.2012. Pembangunan Inklusif. Jakarta. LP3ES

Ebyhara bakar Abu. 2010. Pengantar Ilmu politik. Yogyakarta. Ar-Ruzz media

Efriza. 2012. Political Explore. Bandung. Cv Alfabeta

Faturohman Denden. 2004. Pengantar Ilmu Politik. Malang. UMM Press

Firmanzah. 2001. Mengelola Partai Politik. Jakarta. Yayasan pustaka obor

Indonesia

Harrison Lisa. 2007. Metodologi Penelitian politik. Jakarta. Prenada Media Group

Kertasapoetra. 1986.Sistem politik Indonesia. Bandung. Sinar baru

Labolo Muhadam. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta. PT.Raja

Grafindo

Nawawi, H. Hadari. 1983. Metode Penelitian Bidang sosial. Jakarta. Gajah mada

Ndraha, Taliziduhu. 1983. Partisipasi Dalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Putra Fadilah. 2003. Partai Politik Dan Kebijakan Publik. Bandar Lampung.

Averoes Press

Rush Michael dan Philip Althof. 2007. Pengantar Sosiologi Politik.Jakarta.

PT.Raja Grafindo

Simanjuntak Tigor. 1982. Persepektif Pembangunan. Jakarta. CV. Masagung

43

Suhartono. 2001. Politik Lokal. Yogyakarta. Lapera Pustaka Utama

Surbakti Ramlan.1984.Memahami Ilmu Politik.Surabaya.Grasindo

Usman Husaini, Akbar Setiady Purnomo.2009. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta. PT Bumi Aksara

Wati Riau. 2009. Teknik Penulisan dan tata tulis karya Ilmiah. Tanjungpinang.

CV.Milaz Grafika

Widjaja.2011.Otonomi daerah dan daerah otonom.Jakarta.PT raja grafindo

persada

Yusran Andi. 2005. Desa Dalam Bingkai Pembangunan. Pekanbaru. Red-Post

Press

Zakaria Yando. 2000. Abih Tandeh. Jakarta. Elsam

44

DOKUMEN :

Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah

Undan- undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tentang pemerintahan Desa

Buku panduan tentang tata cara mekanisme pemilihan dan pengangkatan kepala

desa (Perda kabupaten Bintan nomor 7 tahun 2007)

Undang- undang nomor 06 tahun 2014 tentang Desa

Buku monografi Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan

Jurnal Ilmu Pemerintahan Edisi Tahun 2010 Jurnal Pencerahan Untuk

Memajukan Pemerintahan

Jurnal Fisip Imrah Vol.2, No. 02, Oktober 2011

Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan Vol. 1, Nomor 1, Hal 1- 98,

Tanjungpinang Oktober Tahun 2011

Jurnal fisip umrah vol.1, No. 1 Mei 2011