bp gulma
DESCRIPTION
sagasgfsaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan tanaman yang tumbuh di lahan budidaya yang
kehadirannya tidak di kehendaki oleh manusia karena dianggap merugikan
terhadap tanaman utama yang dibudidayakan. Kehadiran gulma dapat
menurunkan produksi dari tanaman yang di budidayakan karena bersaing
memperebutkan unsur hara yang diberikan kepada tanaman. Sifat gulma yang
mudah tumbuh pada lahan budidaya harus tetap diperhatikan pertumbuhan
dan perkembangannya untuk mengetahui kapan akan dilakukan pengendalian
terhadap gulma jika gulma tersebut sudah masuk ke lahan budidaya dan
mengganggu pertumbuhan tanaman. Kehadiran gulma di dalam agroekosistem
tidak hanya merugikan tanaman namun banyak yang belum mengetahui
peranan gulma dalam agroekosistem antara lain manfaat bagi tanah sebagai
penutup tanah sehingga kelembaban di atas maupun bawah tanah dapat terjaga
sehingga banyak terdapat mikroorganisme maupun organisme yang dapat
membantu proses penguraian bahan organik yang diberikan ke tanah, gulma
juga dapat dimanfaatkan sebagai penahan erosi karena mengurangi hantaman
air hujan agar tidak langsung mengenai tanah begitu juga mengurangi run off,
selain itu gulma juga dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan habitat bagi
musuh alami. Oleh karena itu agar keberadaan gulma pada lahan budidaya
tidak tidak merugikan maka perlu di manajemen dengan baik agar gulma
menjadi bermanfaat bagi ekosistem.
Menurut Sukman (2002) gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada
waktu, tepat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Gulma yang tumbuh
pada tempat tanaman berasal dari biji gulma itu sendiri yang ada di tanah.
Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman tanaman perlu diketahui
untuk menentukan cara pengendalian yang sesuai. Selain jenis gulma,
persaingan antara tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam
kaitan dengan waktu pengendalian yang tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu
diperhatikan karena dapat mengeluarkan senyawa alelopati yang meracuni
tanaman (Monaco, 2002).
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang
tidak diinginkan oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat merugikan
tanaman lain yang ada di dekat atau di sekitar tanaman pokok tersebut
(Ashton, 1991). Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan
bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan
yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan
kerugian.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang dapat diambil dari
kegiatan praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gulma.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari gulma.
3. Untuk mengetahui peranan gulma dalam lahan budidaya.
4. Untuk mengetahui gulma apa saja yang tumbuh di lahan budidaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gulma
a. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu
tertentu tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma tidak dikehendaki karena
bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya
pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi
(Soerjani et al. 1996).
b. Menurut Soerjani (1988), yang dimaksud gulma ialah tumbuhan yang
peranan, potensi, dan hak kehadirannya belum sepenuhnya diketahui.
c. Gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan
habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas
manusia (Sastroutomo, 1990).
d. Menurut Ronoprawiro (1991), tidak ada tumbuhan yang sama sekali tidak
berguna maka gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang potensi
perusakannya melebihi potensi kegunaannya.
2.2 Klasifikasi Gulma
2.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Daur Hidupnya atau Umur
a. Gulma semusim (annual weed).
Gulma ini berkembang biak secara generatif melalui biji, hanya
dapat hidup selama satu daur yang biasanya kurang dari satu tahun, contoh
Ageratum conyzoides (babandotan).
b. Gulma tahunan (perenial weed)
Gulma tahunan berkembang biak secara generatif melalui biji, dan
secara vegetatif melalui rimpang, stolon dan setek batang. Gulma ini hidup
lebih dari satu tahun atau hidup sepanjang tahun dan berbuah berulang
kali. Untuk gulma yang membentuk rimpang atau umbi dapat hidup
sepanjang tahun, contoh Imperata cylindrica (alang-alang).
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Habitat
a. Gulma fakultatif, tumbuh di habitat yang belum ada campur tangan
manusia. Gulma ini tumbuh pada lahan yang belum dikelola untuk
budidaya tanaman, seperti padang alang-alang.
b. Gulma obligat, tumbuh di habitat yang sudah ada campur tangan manusia.
Gulma ini biasanya tumbuh menyertai tanaman budidaya, seperti sawah,
ladang dan perkebunan.
2.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Kerugian yang Ditimbulkan
a. Gulma lunak (soft weed)
Gulma lunak yaitu jenis gulma yang tidak begitu berbahaya bagi
tanaman yang dibudidayakan, namun dalam keadaan populasi tinggi harus
dikendalikan, contoh Ageratum conyzoides.
b. Gulma keras atau gulma berbahaya (noxius weed)
Gulma berbahaya adalah jenis gulma yang berpotensi allelopati,
contoh (I. cylindrica), Mikania micrantha (sembung rambat), Chromolaena
odorata (kirinyuh), Cyperus rotundus (teki berumbi).
2.2.4 Klasifikasi Berdasarkan Kesamaan Relatif dalam Sifat Bersaing dan
Responnya terhadap Herbisida
a. Gulma golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput sebagian besar termasuk dalam famili
Gramineae atau Poaceae, dengan ciri-ciri umum adalah berbatang bulat
memanjang, dengan ruas-ruas batang berongga atau padat. Daun
berbentuk pita, bertulang daun sejajar, lidah-lidah daun berbulu,
permukaan daun ada yang berbulu kasar atau halus. Buah berbentuk
butiran tersusun dalam bentuk malai. Berakar serabut, berstolon atau
membentuk rimpang, contoh I. cylindrica, Digitaria ciliaris, Eleusine
indica.
b. Gulma golongan berdaun lebar (broad leaved)
Gulma golongan berdaun lebar sebagian besar termasuk tumbuhan
berkeping dua (Dicotyledoneae) dari berbagai famili. Ciri-ciri umum, yaitu
batang tubuh tegak dengan percabangannya, ada pula yang tumbuh
merambat. Daun tunggal maupun majemuk, helai daun bulat/bulat telur
Bertulang daun melengkung atau menjari dan tepi daun rata, bergerigi atau
bergelombang. Duduk daun berhadapan atau berselang-seling. Bunga
tunggal atau majemuk tersusun dalam suatu karangan bunga. Contoh
Borreria alata, Ageratum conyzoides, Synedrella nodiflora.
c. Gulma golongan teki (sedges)
Famili Cyperaceae mempunyai ciri-ciri umum daun berbentuk
pipih atau berlekuk segi tiga, memanjang yang tumbuh langsung dari
pangkal batang. Permukaan daun biasanya licin tidak berbulu atau ada
yang berbulu agak kasar, tangkai bunga berbentuk seperti lidi, muncul dari
tengah-tengah pangkal batang dan ujungnya tersusun karangan bunga.
Perakaran biasanya membentuk stolon dan bercabang dimana setiap
cabang membentuk umbi, contoh Cyperus rotundus dan Cyperus kyllingia.
d. Gulma golongan pakis-pakisan (fern) contoh Cyclosorus aridus (pakis
kadal).
2.3 Peran dan Fungsi Gulma pada Lahan Budidaya
Gulma dalam agroekosistem mempunyai beberapa peranan penting
yaitu sebagai pencegah erosi tanah, penyubur tanah, dan inang pengganti
(alternate host) predator atau parasitoid serangga hama. Beberapa jenis gulma
rumputan yang tumbuh tegak dan rapat seperti Imperata cylindrica (L.)
Beauv., Saccharum spontaneum L., dan Anastrophus compressus Schlechtend.
atau yang tumbuh menjalar seperti Paspalum conjugatum Berg., Axonopus
compessus (Sw.) Beauv., Ischaemum timorense Kunth, dan Cynodon dactylon
(L.) Pers., ternyata dapat menutup dan melindungi tanah terhadap ancaman
erosi (Arsyad, 1989). Beberapa jenis tumbuhan menjalar yang termasuk
kacangan seperti Centrosema pubencen Bth., Calopogonium mucunoides
Desv., dan Pueraria phaseoloides Bth., di samping dapat mencegah erosi juga
dapat menjaga lengas dan kesuburan tanah (Mangoensoekarjo, 1983; Reijntjes
et al., 1992).
Jenis-jenis gulma kacangan merambat yang daunnya cukup lebar
seperti Pachyrrhizus erosus (L.) Urban. di Asia Tenggara dan Mucuna utilis
Wall. di Afrika Barat digunakan untuk memperpendek masa bera pada
pertanian ladang (Akobundu, 1983). Jenis gulma semak kacangan seperti
Tephrosia vogelii Hook di Kamerun (Prinz, 1986), Sesbaniarostrata di Asia
Tenggara (IRRI, 1988), dan Mucuna pruriens L. di Honduras (Milton, 1989;
Burnch, 1990) ditanam di antara tanaman pangan (jagung), pada musim
kemarau dipangkas sebagai mulsa.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pertanian Berlanjut aspek Budidaya Pertanian dilaksanakan
pada tanggal 27 September 2015 di Karangploso.
3.2 Alat dan bahan
Plastik : Sebagai tempat sampel yang akan diidentifikasi
Meteran : Untuk mengukur luasan lahan
Tali rafia : Untuk membuat plot besar pengamatan dan
digunakan untuk membagi plot besar
pengamatan menjadi beberapa plot.
Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
Kamera/HP : Untuk dokumentasi
Penggaris : Untuk mengukur lebar kanopi
Komoditas: Sebagai bahan pengamatan di lahan (Padi,
Cabai, Bawang Prei, dan Jati)
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Transek Lahan
3.3.2 Analisis Vegetasi (Gulma)
Batas pembagian plot dibuat dengan tali rafia dan kayu
penahan di setiap pinggirnya agar jarak antar rafia tidak
berubah. Pembagian plot dilakukan seperti gambar berikut:
Persiapan alat dan bahan
Melakukan pengamatan di lahan (jenis penggunaan lahan, jenis komoditas, pola tanam, jarak tanam, dan luas lahan)
Mencatat dan menggambar keadaan transek pada lahan tersebut
Dokumentasi
3.4 Analisa Perlakuan
3.4.1 Transek Lahan
Mula-mula siapkan alat dan bahan. Selanjutnya lakukan pengamatan di
lahan (jenis penggunaan lahan, jenis komoditas, pola tanam, jarak tanam,
dan luas lahan). Lalu mencatat dan menggambar keadaan transek pada lahan
Siapkan alat dan bahan
Membuat plot dengan luasan 5x5 m
Plot dibagi menjadi lima sub plot
Batas pembagian plot dibuat dengan tali rafia dengan ukuran 5x5 m
Mengambil sampel (spesies) yang berbeda dalam satu plot untuk dilakukan analisis
Menghitung jumlah individu spesies berbeda dalam tiap area sub plot pengamatan
Mengukur spesies tertinggi beserta lebar kanopinya
Mencatat data pengamatan dan menghitung Summed Dominance Ratio (SDR) dari masing-masing data vegetasi yang sudah diambil
Membuat laporan hasil praktikum lapang
tersebut serta lakukan dokumentasi pada lahan tersebut yang mewakili
daerah transek.
3.4.2 Analisa Vegetasi (Gulma)
Mula-mula siapkan alat dan bahan. Lalu membuat plot dengan luasan 5x5
m yang terbagi menjadi lima sub plot. Batas pembagian plot dibuat dengan
tali rafia dengan ukuran 5x5 m. Selanjutnya ambil sampel (spesies) yang
berbeda dalam satu plot untuk dilakukan analisis dan hitung jumlah individu
spesies berbeda dalam tiap area sub plot pengamatan. Lalu dilakukan
pengukuran spesies tertinggi beserta lebar kanopinya serta mencatat data
pengamatan dan menghitung Summed Dominance Ratio (SDR) dari masing-
masing data vegetasi yang sudah diambil. Dan membuat laporan hasil
praktikum lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Akobundu, I.O., 1983 No Tillage and Weed Control in the Tropics. dalam No Tillage Crop Production in the Tropics.
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Burnch,1990. Low Input Soil Restoration in Honduras; the Cantarranas Farmer to Farmer Extention Programme. Gatekeeper Series 23 London Second Ed.
IRRI, 1988. The Role of Green Manure Crops in Rice Farming Symtem. Green Manure in Rice Farming. Proc. of a Symposyum on Sustainable Agriculture. Los Banos, Philippines.
Mangoensoekarjo, 1983. Gulma dan Cara Pengendalian pada Budidaya Perkebunan. Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Milton, F.B., 1989. Velvet bean: an alternative to Impofe small Farmers Agriculture. ILEIA Newsletter.
Prinz, D., 1986. Increasing the Productivity of Smallholder Farming System by Introduction panted fallows. Plant Research and Development 24: 31-56
Reijntjes, C., Haverkrt, B., and A.W. Bayer, 1999. Farming for the Future, an Introduction to Low External –Input and Sustainable Agriculture (Pertanian Masa Depan, Pengantar Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah, alih bahasa Y. Sukoco). Kanisius, Yogyakarta.
Ronoprawiro, S., 1991. Pemanfaatan Gulma Sebagai Salah Satu Pilihan Cara Pengendalian Gulma. Pidato Dies Natalis V atau Pancawarsa I Universitas Wangsa Manggala.
Sastroutomo, S.S., 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soerjani, M. and P. Motooka. 1988. Peranan Gulma dalam Pengelolaan Lingkungan. Konperensi XI HIGI di Bogor.
Soerjani, M., M. Soendaru dan C. Anwar. 1996. Present Status of Weed Problems and Their Control in Indonesia. Biotrop. Special Publication.