booklet ppt kemendes -...
TRANSCRIPT
KAJIAN IMPLEMENTASIDANA DESA2017
EXECUTIVESUMMARY
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS GADJAH MADA
PUSAT STUDI KEPENDUDUKAN DAN KEBIJAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA
PUSAT STUDI PEDESAAN DAN KAWASANUNIVERSITAS GADJAH MADA
LATAR BELAKANG
Sejarah menunjukkan bahwa desa selama ini terabaikan
baik secara ekonomi, sosial dan politik dalam derap
pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu kehadiran UU
Desa dapat dimaknai sebagai kemenangan perjuangan
pembangunan desa. Lebih jauh, keberadaan Dana Desa
sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Desa tersebut
menjadi instrumen penting dalam mewujudkan komitmen
membangun desa. Beberapa pertanyaan penting yang
perlu dikaji lebih jauh adalah dalam hal ini apakah Dana
Desa membawa perubahan? Mengapa Dana Desa
diperlukan? Dan apakah Dana Desa bermanfaat?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Fisipol
UGM bekerja sama dengan Pusat Studi Kependudukan
dan Kebijakan (PSKK) UGM, Pusat Studi Pedesaan dan
Kawasan (PSPK) UGM dan Institute for Research
Empowerment (IRE), LSM berbasis di Yogya yang
berkonsentrasi pada pemberdayaan desa melakukan rapid
appraisal mengenai implementasi Dana Desa
LATAR BELAKANG
Lahirnya Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa menjadi landasan bagi desa untuk memiliki hak-hak
istimewa secara otonom guna lebih meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang ada di desa. Untuk itu
eksistensi desa dengan adanya regulasi tersebut perlu
ditegaskan kembali melalui kewenangan-kewenangan
yang dimiliki desa baik kewenangan berdasarkan hak asal
usul, kewenangan skala lokal desa serta kewenangan
berdasarkan penugasan dari pemerintah diatasnya.
Beberapa aspek krusial yang diatur dalam UU Desa antara
lain penataan desa, kewenangan desa, keuangan desa,
penyelenggaraan pemerintahan desa. Salah satu isu yang
paling sensitif yang diatur di dalam UU Desa adalah
adanya Dana Desa (DD).
Salah satu tujuan adanya DD adalah mempercepat
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan yang ada di
Indonesia. Pembangunan infrastruktur desa merupakan
faktor penting dalam pengembangan perekonomian
masyarakat desa sehingga menyediakan fasilitas atau
infrastruktur yang layak bagi masyarakat diharapkan
mampu mendorong masyarakat desa untuk tetap tinggal
di desa. Selain itu, dengan adanya DD dapat membuka
kesempatan bagi desa untuk meningkatkan perekonomian
dan kesejahteraan masyarakatnya dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh desa. Arah
pembangunan pedesaan seperti inilah yang nantinya
mampu mempercepat pengentasan kemiskinan dan
pengurangan kesenjangan wilayah antara desa dan kota.
LATAR BELAKANG
Dana Desa dapat mempercepat pertumbuhan dan
pembangunan di Desa, serta kesejahteraan masyarakat
desa
Spirit mewujudkan kemandirian desa
Munculnya pro dan kontra kebijakan dana desa
Perlu adanya kajian tentang capaian implementasi Dana
Desa
TUJUAN
Mengkaji capaian implementasi Dana Desa dengan
berbagai tantangan dan hambatannya.
Mempelajari beberapa praktik cerdas desa dalam
pelaksanaan Dana Desa
Merumuskan rekomendasi kebijakan dan desain
implementasi Dana Desa
TUJUAN
Politik Anggaran
Pro Poor/Pro Job
Akses Warga
Terhadap
Pelayanan Publik
Peningkatan Kualitas
Sarana Dan Prasarana
Dasar
Pemberdayaan
Masyarakat
Desa
Pengembangan Potensi
Ekonomi Lokal
(BUMDes)
Kapasitas
Dan Jejaring
Sosial
Perangkat Desa
dan Stakeholders
Kuasa Warga
Dalam Perencanaan
(Saluran Partisipasi)
Perizinan,
Penganggaran,
Pelaksanaan
Karakteristik
Desa
(SDA, SDM,
Geografis,
Asset Desa)Peran
dan Intervensi
Pemerintah
Kabupaten
Tata
Kelola
Keuangan
Desa
DANA DESA
• Rapid Appraisal
• Mixed Method
METODE PENELITIAN
KUANTITATIF
Ÿ Survei
Ÿ Responden: @30 responden/desa;
Ÿ Aparat dan tokoh masyarakat dipilih secara purposive (kepala desa,
BPD, kepala dusun/RW, tokoh pemuda, tokoh perempuan),
Ÿ Masyarakat dipilih secara random (pelaksana proyek, penerima
manfaat langsung, bukan penerima manfaat langsung, pelaku usaha
di desa).
Ÿ Lokasi: 20 Desa di 20 Kabupaten di 17 Propinsi (purposive sampling)
Ÿ In depth interviews
Ÿ Informan: PMD atau BPMPD (orang yang mengurusi dana desa secara
teknis), Bupati/wakil bupati/Sekda/asisten (policy maker), DPRD komisi
yang membidangi pemerintahan desa, Kecamatan (Kasi Pemerintahan
atau Sekcam), Kepala Desa/Sekretaris Desa, PTPKD (Pelaksana Teknis
Pengelolaan Keuangan Desa)/bendahara, TPKDesa (tim pelaksana
Kegiatan Desa) unsur masyarakat, BPD (Ketua/anggota), Masyarakat
(Perempuan), Masyarakat (warga miskin), Masyarakat (pemuda)
KUALITATIF
JUSTIFIKASI LOKASI PENELITIAN
17 Provinsi
20 Kabupaten
20 Desa
Ÿ Desa Unggulan Tempo (7
desa)
Ÿ Penghargaan Kemendesa
PDTT,
Ÿ Kemendagri,
Ÿ K/L lainnya
LOKASI PENELITIAN
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
PROVINSI
NAD
Sumatera Selatan
Lampung
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
DIY
Jawa Timur
Jawa Timur
NTT
NTT
NTB
Bali
Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Maluku
Papua
KABUPATEN
Aceh Besar
Banyuasin
Pesawaran
Kuningan
Banyumas
Bantul
Kulonprogo
Jember
Jombang
Sikka
TTS
Lombok Barat
Badung
Bantaeng
Minahasa
Pulang Pisau
Kutai Kertanegara
Kubu Raya
Seram Bagian Barat
Biak
KECAMATAN
Baitussalam
Sembawa
Way Ratai
Ciwaru
Lumbir
Sewon
LendahK
Kencong
Wonosalam
Nita
Amanuban Barat
Lingsar
Mengwi
Pa’jokukang
Kawangkoang Barat
Jabiren Raya
Loajajan
Sungai Kakap
Kariatu
Warsa
DESA
Blang Krueng
Lalang Sembawa
Gunung Rejo
Ciwaru
Dermaji
Panggung Harjo
Sidorejo
Kencong
Jarak
Nita
Tubuhoe
Lingsar
Mengwi
Rappoa
Kanonang Dua
Jabiren
Loaduri Ilir
Sungai Kakap
Negeri Kamarian
Biawer
KETERANGAN
Tempo-Kemendesa
Tempo-Kemendesa
Kemendesa-Lomba Desa Regional I
IRE-TIFA
Tempo-Kemendesa
Lomba Nasional
IRE-TIFA-SIGAP
IRE-KOMPAK
IRE-KOMPAK
Tempo-Kemendesa
IRE-KOMPAK
Kemendesa-Lomba Desa Regional IV
Tempo-Kemendesa
IRE-ACCESS
Tempo-Kemendesa
Tempo-Kemendesa
IRE
IRE-OXFAM
IRE
IRE
CAPAIAN IMPLEMENTASI DANA DESA
SUMATERA JAWA&BALI KALIMANTAN& SULAWESI
MALUKU, NTB,NTT & PAPUA
93.0
90.4
95.7
84.6
72.9
71.4
73.1
63.7
72.9
66.9
81.7
80.7
PENINGKATAN PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PENINGKATAN PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SAAT INI DIBANDINGKANDENGAN 3 TAHUN YANG LALU DI DESA
Fasilitas Umum
Pelayanan Sosial Dasar
Pemberdayaan Masyarakatdan Pengembangan Ekonomi
Keterangan:
Ÿ Fasilitas umum: jembatan, jalan, lapangan olah raga, balai
pertemuan, pasar
Ÿ Pelayanan sosial dasar: PAUD, Posyandu, Polindes/Poskesdes,
MCK Umum, tempat pembuangan sampah
Ÿ Pemberdayaan masyarakat & pengembangan ekonomi: BUMDes,
peningkatan UMKM, pelatihan/KBM, beasiswa, peningkatan
ekonomi lokal, lapangan pekerjaan
Penyediaan tenaga
Bidan desa (Desa Nita,
Kab. Sikka, NTT)Program bedah rumah
(10 unit/tahun)
(Desa Rappoa,
Kab. Bantaeng,
Sulawesi Selatan)
Beasiswa untuk sarjana
(Desa Biawer,
Kab. Biak, Papua)
Program santunan
bagi lansia
Penguatan modal
usaha bagi
janda/duda/lajang,
PENINGKATAN PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
CONTOH INOVASI PENGGUNAAN DANA DESA
KONTRIBUSI DANA DESA BAGI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PRESENTASE PENDAPAT MASYARAKAT TERKAIT KONTRIBUSIDANA DESA BAGI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA
Fasilitas Umum
Pelayanan Sosial Dasar
Pemberdayaan Masyarakatdan Pengembangan Ekonomi
Keterangan:
Ÿ Fasilitas umum: jembatan, jalan, lapangan olah raga, balai
pertemuan, pasar
Ÿ Pelayanan sosial dasar: PAUD, Posyandu, Polindes/Poskesdes,
MCK Umum, tempat pembuangan sampah
Ÿ Pemberdayaan masyarakat & pengembangan ekonomi: BUMDes,
peningkatan UMKM, pelatihan/KBM, beasiswa, peningkatan
ekonomi lokal, lapangan pekerjaan
SUMATERA JAWA&BALI KALIMANTAN& SULAWESI
MALUKU, NTB,NTT & PAPUA
84.9
82.9
88.5
62.7
53.7
55.5
63.9
69.9
66.2
87.9
89.4
90.5
Kepentingan masyarakat dan desa
dalam aspek sarana dan
prasarana dasar dan
pemberdayaan masyarakat desa
mulai terpenuhi secara bertahap
dengan DD.
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
RpRp
KONTRIBUSI DANA DESA BAGI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PRESENTASE PENDAPAT MASYARAKAT TERKAIT KONTRIBUSIDANA DESA BAGI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA
DD mulai digunakan desa sebagai
instrumen untuk mengembangkan
lembaga sosial ekonomi baru
(BUMDesa) dan meretas jalan baru
“desa membangun”
RESPONSIVITAS PROGRAM
PRESENTASE PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG TINGKATKESESUAIANN PEMBANGUNAN SARANA PRASARANADENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT DI DESA
SUMATRA JAWA & BALI KALIMANTAN & SULAWESI
MALUKU, NTT, NTB, & PAPUA
0
0
4.44
0
6.67
15.71
0
15.33
23.33
1.33
14
24
84.44
11.11
74.29
2.38
48.67
2.67
52.67
8
0 0.95 10 0
Sangat tidak sesuai
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
TIDAK TAHU
Visi perubahan desa mulai
dirumuskan dan dijalankan
dengan memanfaatkan DD
RESPONSIVITAS PROGRAM
PRESENTASE PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG TINGKATKESESUAIANN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKATDENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT DI DESA
Sangat tidak sesuai
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
TIDAK TAHU
Visi perubahan desa mulai
dirumuskan dan dijalankan
dengan memanfaatkan DD
SUMATRA JAWA & BALI KALIMANTAN & SULAWESI
MALUKU, NTT, NTB, & PAPUA
0
0
12.22
0
12.38
20.95
1.33
7.33
18.67
2.67
13.33
22.67
82.22
4.44
60.48
1.43
35.33
2.00
54
6
1.11 4.76 35.33 1.33
TRANSPARANSI
PRESENTASE PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG TINGKATKESESUAIANN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKATDENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT DI DESA
Sangat tidak Terbuka
Tidak Terbuka
Cukup Terbuka
Tebuka
Sangat Terbuka
TIDAK TAHU
SUMATRA JAWA & BALI KALIMANTAN & SULAWESI
MALUKU, NTT, NTB, & PAPUA
0
2.6
7.79
0
4.58
11.45
0.83
14.88
9.09
3.38
23.65
15.54
64.94
15.58
63.36
15.27
48.76
19.01
31.76
19.59
9.09 5.34 7.44 6.08
RESPON DAERAH TERKAIT REGULASIDANA DESA
RESPON DAERAH TERKAIT REGULASIDANA DESA
Keberadaan Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014
Tentang Desa yang mengatur sangat lengkap mengenai
desa disikapi positif oleh banyak daerah. Bentuk respon
positifnya adalah dengan menerbitkan regulasi di tingkat
Kabupaten/Kota, baik dalam bentuk Peraturan Daerah
maupun Peraturan Bupati yang selaras dan mendukung
Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Jenis-jenis regulasi di level kabupaten yang muncul untuk
merespon Undang-Undang No.6 Tahun 2014 bervariasi
antar kabupaten. Selain untuk merespon UU No.6 Tahun
2014, kemunculan regulasi-regulasi tersebut juga sekaligus
untuk merespon regulasi-regulasi lain di tingkat pusat yang
berkaitan dengan Dana Desa. Regulasi yang dimaksud
adalah regulasi yang dikeluarkan oleh 3 Kementrian yang
terkait dengan Dana Desa, yaitu Kementrian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Keuangan
(regulasi dari kementrian-kementrian tersebut akan
dibahas pada sub-sub bab selanjutnya).
Dari sekian banyak variasi regulasi, regulasi yang sudah
dimiliki oleh cukup banyak kabupaten adalah Regulasi
mengenai Tata Cara Penetapan, Penyaluran, Pengunaan
dan Pelaporan Dana Desa; Regulasi mengenai Pengelolaan
Keuangan Desa; Regulasi mengenai Pedoman Tata Cara
Pengadaan Barang/Jasa di Desa; dan Regulasi mengenai
Kewenangan Desa. Banyak kabupaten sudah menyusun
regulasi-regulasi tersebut karena perannya yang sangat
strategis sebagai pedoman dalam mengimplementasikan
Dana Desa. Selain itu, keberadaannya pun linier dengan
regulasi-regulasi dari pusat.
FAKTOR DETERMINAN
KEBIJAKAN
Ÿ Kebijakan pemerintah pusat terkait implementasi Dana Desa
dinilai oleh daerah (kabupaten) dan desa sebagai sikap yang
mengambil alih kewenangan desa dan bernuansa tidak
percaya kepada desa
Ÿ Peraturan teknis terkait DD yang diterbitkan pemerintah belum
koheran dan sinkron satu dengan lainnya, sehingga
mempersulit daerah dan menjadikan desa terkuras energinya
untuk melayani administrasi DD
Ÿ Dana Desa telah memunculkan dinamika baru di desa yang
mengarah pada perubahan positif. Pemerintah harus menjaga
gajala trend perubahan positif ini dengan memahami kembali
bahwa DD adalah wujud redistribusi sumberdaya negara
(economic justice) karena konskuensi negara menggunakan
asas rekognisi dan subsidiaritas dalam pengaturan desa
KELEMBAGAAN
Ÿ Wajah DD saat ini (perencanaan, penatausahaan, pengawasan,
pelaporan, pertanggungjawaban) merupakan cermin
perlintasan kewenangan yang butuh perbaikan segera di
antara 3 Kementerian yang mengurus DD. Tuntas dulu di
pusat, beres di daerah.
Ÿ Lemahnya OPD yang mengurus pemberdayaan dan
pemerintahan desa yang menjadi leading sector untuk
mengkoordinasikan implementasi DD.
Ÿ Pemdes, BPD dan LKD ada kemauan dan kemampuan untuk
saling bersinergi dalam implementasi DD. Namun kapasitas
masih menjadi tantangan krusial.
TATA KELOLA
Ÿ Era desa yang berwenang merumuskan dan memutuskan
rencana program/kegiatan dan alokasi belanja desa (village
budgeting) mulai dijalankan sebagai momentum transisi
demokrasi lokal. Skema implementasi DD saat ini masih “pisau
bermata dua” terhadap agenda transisi dan konsolidasi
demokrasi lokal
Ÿ Daerah masih berselera “mengatur” ketimbang “memberi
pedoman” kepada desa. Facilitating, Not Steering.
Ÿ Desa mau dan mampu mempraktikkan prinsip-prinsip good
and democratic governance dalam tata kelola DD. Saling silang
peraturan dan peran supradesa justru dianggap mengganggu
desa
PARTISIPASI
PRESENTASE PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG TINGKATTINGKAT KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAMPENINGKATAN PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DI DESA
Sangat tidak Dilibatkan
Tidak Dilibatkan
Cukup Dilibatkan
Dilibatkan
Sangat Dilibatkan
TIDAK TAHU
SUMATRA JAWA & BALI KALIMANTAN & SULAWESI
MALUKU, NTT, NTB, & PAPUA
0
0
4.44
0
8.57
11.43
0.67
11.33
22.67
3.33
11.33
22.00
72.22
23.33
70.44
8.57
51.33
4.67
49.33
12.67
0 0.95 9.33 1.33
Agenda akuntabilitas dan inklusi sosial mulai
disadari dan dipraktikkan, butuh dukungan
afirmasi kebijakan dan pendampingan
PARTISIPASI
PRESENTASE PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG TINGKATTINGKAT KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAMPENINGKATAN PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DI DESA
Sangat tidak Dilibatkan
Tidak Dilibatkan
Cukup Dilibatkan
Dilibatkan
Sangat Dilibatkan
TIDAK TAHU
Agenda akuntabilitas dan inklusi sosial mulai
disadari dan dipraktikkan, butuh dukungan
afirmasi kebijakan dan pendampingan
SUMATRA JAWA & BALI KALIMANTAN & SULAWESI
MALUKU, NTT, NTB, & PAPUA
0
0
10
0
14.76
18.10
0
10
14.67
2.67
10
28
80
8.89
61.43
3.33
46
2.67
51.33
8
1.11 2.38 26.66 0
PELUANG DAN TANTANGAN DANA DESA
Ÿ Alokasi Dana Desa meningkat setiap tahunnya
Ÿ Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap pembangunan
di desa
Ÿ Perkembangan Information and Communication Technology
(ICT) dan pengaruhnya terhadap demokrasi di desa
Ÿ Bonus demografi
Ÿ Terkikisnya modal sosial
Ÿ Birokratisasi manajemen anggaran Dana Desa
Ÿ Sektoralisme kebijakan dan program pemerintah
KESIMPULAN
Kajian ini melakukan pemetaan tentang berbagai isu,
masalah dan solusi untuk melakukan penguatan
kebijakan DD agar lebih berhasil guna bagi desa dalam
menyelenggarakan pemerintahan dan khususnya
pembangunan skala desa.
Pemetaan itu didasarkan pada data kualitatif melalui in-
depth interview dan diskusi dengan praktisi desa dalam
kegiatan diseminasi.
Hasil kajian menggambarkan berbagai pengalaman desa
dalam melakukan upaya memperkuat kemanfaatan dana
desa. Hasil pemetaan juga menegaskan pentingnya
peningkatan SDM, partisipasi masyarakat, pendampingan,
dan perubahan orientasi pembangunan desa yang
menjadi tantangan bersama antara desa, pemerintah
daerah dan pemrintah pusat.
DD sebagai bentuk distribusi dan pemerataan sumber
daya pembangunan dari pemerintah pusat langsung ke
desa, membawa dampak langsung terhadap tata kelola
pemerintahan. Dengan penerimaan sumberdaya
keuangan baru untuk pembangunan, tersirat
tanggungjawab pemerintah desa untuk mengembangkan
tata kelola pemerintahan yang lebih profesional,
partisipatif, dan akuntabel. Dari sisi masyarakat, kehadiran
DD seyogyanya juga menjadi stimulan bagi keterlibatan
lebih aktif dalam pemerintahan dan pembangunan di
wilayahnya.
KESIMPULAN
Hasil kajian atas Peraturan di tingkat kabupaten yang
berkaitan dengan DD (Perbup DD, Perbup Pengelolaan
Keuangan Desa, Perbup PBJ, dst) menunjukkan bahwa
peraturan-peraturan tersebut lebih berfungsi untuk
kepentingan administrasi DD dan payung hukum daerah
dalam prioritas penggunaan DD.
Dana Desa mulai menjadi instrumen perubahan dalam
kesadaran mengembangkan tata kelola pemerintahan
desa yang demokratis (relasi antarunit Pemdes, relasi
antarpihak)
Dana Desa menjadi sumberdaya publik bagi desa untuk
membuat bekerjanya tata kelola pemerintahan desa yang
demokratis guna melahirkan sumber-sumber alternatif
penghidupan di desa
REKOMENDASI KEBIJAKAN
REGULASI
Ÿ Meletakkan kembali secara konsisten spirit UU No.6 Tahun 2014
tentang Desa khususnya pasal 3 yang mengatur asas yang
dipergunakan dalam pengaturan desa.
Ÿ Menempatkan desa sesuai definisinya di dalam pasal 1 UU No.6 Tahun
2014 sebagai sebuah kesatuan masyarakat yang memiliki kewenangan
mengatur dirinya sendiri berdasarkan prakarsa masyarakat dan
sebaliknya menghindari pemahaman desa sebagai sebuah Organisasi
Pemerintah Daerah (OPD) terkecil yang harus mengikuti model
perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan keuangan
sebagaimana model yang selama ini diberlakukan di OPD.
Ÿ Membuat kebijakan satu pintu (terintegrasi) untuk mengatur semua
hal yang menyangkut implementasi Dana Desa (DD), baik pada level
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (kabupaten/kota).
Ÿ Menghindari kebijakan yang bersifat top-down dalam disain kebijakan
yang harus diimplementasikan desa. Sebaliknya menghargai dan
memfasilitasi kreativitas dan inovasi desa dalam mengelola DD untuk
kesejahteraan masyarakat.
Ÿ Melakukan peninjauan setiap tahun terhadap efektivitas proporsi
anggaran untuk bidang pembangunan, pemberdayaan,
penyelenggaraan pemerintahan dan sosial kemasyarakatan
REKOMENDASI KEBIJAKAN
KELEMBAGAAN
Ÿ Memperjelas hubungan kewenangan pemerintah daerah dan desa
dengan mengidentifikasi jenis-jenis kewenangan apa saja yang menjadi
milik daerah dan desa serta menghindari prinsip pembagian
kewenangan sisa (residu).
Ÿ Formulasi Pembagian DD harus lebih mempertimbangkan asas
keadilan dan menambahkan prinsip insentif dan disinsentif.
Ÿ Pemerintah harus meninjau ulang indikator pengklasifikasian desa
karena prakteknya banyak yang tidak sesuai atau tidak pas dengan
kondisi yang sesungguhnya.
Ÿ Mengembangkan model pengawasan yang demokratis, yakni berbasis
pada partisipasi masyarakat dan tata kelola pemerintah daerah
maupun desa yang high performance ketimbang menggunakan
instrumen keamanan untuk menekan penyimpangan DD.
Ÿ Mendorong munculnya pioneer desa yang peduli dan visioner
terhadap pembangunan desa
REKOMENDASI KEBIJAKAN
TATA KELOLA DANA DESA
Ÿ Mengembangkan iklim transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan DD oleh pemerintah desa sehingga diharapkan
akan mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat dan BPD
secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya; tanpa mengesampingkan kearifan lokal.
Ÿ Alokasi DD harus memperhatikan dan mendorong partisipasi
aktif dari kelompok-kelompok marjinal dalam masyarakat.
Ÿ Menyederhanakan prosedur dan mekanisme pelaksanaan dan
pelaporan penggunaan DD.
Ÿ Menggunakan prinsip insentif dan disinsentif dalam kebijakan
pencairan DD dan menghindari prinsip tanggung renteng
karena akan menyandera desa-desa yang ingin segera maju.
Ÿ Menghargai potensi lokal desa, baik dari aspek ketersediaan
SDM, SDA, kelestarian lingkungan, maupun potensi sosial
ekonomi lainnya, untuk mengimplementasikan DD.
KAJIAN IMPLEMENTASI DANA DESA2017
EXECUTIVE SUMMARY