blu unsyiah; tantangan dan...
TRANSCRIPT
DUTA BACA UNSYIAH Karantina Memperkuat
Karakter
Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp. KGMemilih Konservasi Gigi
sebagai Jalan Hidup
BLU Unsyiah; Tantangan dan
Peluang
ENERGI BARUUNIVERSITAS
EDISI 221 . MARET 2018
w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d
ISSN
021
5-2
916
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
3
BAGI seorang muslim, tentu tak asing lagi dengan
hadis Rasulullah Saw yang berbunyi, “Ketahuilah setiap
kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya atas yang dipimpin, penguasa
yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap
kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya
dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah
suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai
pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak
seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan
dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap
kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (H.
R. Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan betapa besarnya tanggung jawab
seseorang yang diberi kepercayaan menjadi pemimpin.
Selain harus bertanggung jawab terhadap keluarga, ia juga
harus bertanggung jawab terhadap organisasi atau lembaga
yang dipimpinnya. Tetapi, yakinlah Allah Swt menakdirkan
seseorang mengemban amanah besar ini karena dipandang
mampu menjalankan tanggung jawab tersebut.
Pemimpin sering diibaratkan sebagai nakhoda yang menuntun
bahtera menuju tujuan yang direncanakan. Untuk menjamin
rasa aman bagi penumpangnya, dibutuhkan nakhoda yang
handal dalam mengendalikan laju bahtera tersebut. Demikian
juga dalam sebuah organisasi. Seorang pemimpin harus
memiliki kompetensi tinggi sehingga dapat membangun
organisasi dan mengembangkannya ke arah lebih baik. Selain
membangun organisasi yang mampu bersaing, seorang
pemimpin juga harus mewujudkan harapan yang diinginkan
bawahannya.
Di sisi lain, pemimpin juga harus menjalankan visi, misi,
dan program kerja yang telah ditetapkan dan dijanjikan.
Sebab hal ini merupakan tolak ukur penilaian orang-orang
sekitar terhadap kompetensi dirinya, sekaligus menjadi poin
perbandingan dengan pemimpin sebelumnya. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya pemimpin terpilih harus melakukan
perubahan yang mengarah kepada pengembangan organisasi.
Di awal tahun 2018, Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah),
Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., melantik pimpinan baru
dari beberapa fakultas. Dalam sambutannya, Rektor meminta
kepada pejabat terpilih untuk melakukan perubahan dan
pengembangan di fakultas masing-masing. Terutama dalam
peningkatan akreditasi program studi dan jumlah dosen yang
bergelar doktor.
Geliat perubahan pun semakin terasa setelah Prof. Dr. Ir.
Samsul Rizal, M.Eng terpilih kembali sebagai Rektor Unsyiah
periode 2018-2022. Diharapkan dengan semangat baru ini
dapat membawa Unsyiah menjadi perguruan tinggi ternama
di Asia Tenggara. Terlebih lagi saat ini, telah banyak kegiatan
berskala nasional dan internasional yang melibatkan para
civitas akademika Unsyiah. Ini membuktikan Unsyiah semakin
diperhitungkan keberadaannya. Semoga dengan perubahan
dan perkembangan yang telah dicapai oleh universitas ini,
dapat membawa perubahan lebih baik bagi masyarakat.
(Redaksi)
Asa padaSang Nakhoda
HUSNI FRIADY, S.T., M.M.
IFTITAH
EDISI 207 . JANUARI 2017 EDISI 221 . MARET 2018
5
IZIN TERBITDITERBITKAN OLEHPERINTIS
PEMBINA
PENASIHAT BIDANG REDAKSI
PENASIHAT BIDANG ADMINISTRASI & PENGEMBANGANKETUA PENGARAHPEMIMPIN REDAKSIWAKIL PEMIMPIN REDAKSIREDAKTUR PELAKSANASEKRETARIS REDAKSIEDITOR PEWARTA
FOTOGRAFERLAYOUTERADMINISTRASI & KEUANGAN LOGISTIK SIRKULASIWEB MASTER
STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda AcehProf. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.); T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala) Dr. Hizir (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC. (Wakil Rektor III); Dr. Nazamuddin, S.E., M.A. (Wakil Rektor IV)
Prof. Dr. Husni Jalil, S.H., M.Hum. (Wakil Rektor II)Drs. Zulkarnaini M. YasinHusni Friady, S.T., M.M.Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.Rika Marlia, S.E., M.M.Muarrief Rahmat, S.Pd.Ferhat, S.E.Ibnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si. |Uswatun Nisa S.I.Kom., M.A. | Muksalmina, S.Sos.I.Syahri Afrizal, S.I.Kom.Sayed JamaluddinNadia Ulfa, A.Md.Munawar, S.H. | Amrizal, S.Pd.SaidiMuhammad Iqbal, S.I.Kom.
WARTA UNSYIAHEDISI 221 . MARET 2018
ISSN 0215-2916TEBAL ISI 48 HALAMAN
DITERBITKAN OLEHHUMAS UNIVERSITASSYIAH KUALA
REDAKSI WARTA UNSYIAH
[email protected] TVWEBSITEwww.humas.unsyiah.ac.idFACEBOOK@univ.syiahkuala.idINSTAGRAM@[email protected]
Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke email [email protected] (600-700 kata)
WARTAEnergi Baru Universitas
POLEMUniversitas peureule energi, ureueng peureule gizi(*Universitas butuh energi, orang butuh gizi)
SAG
OE
PO
LEM
IFTITAH 3ASA PADA SANG NAKHODA
EDUKASI 6-7CARA MUDAH MENYAMPAIKAN KOMPLAIN
MAHASISWA 8-9DUTA BACA UNSYIAH KARANTINA MEMPERKUAT KARAKTER
FOKUS 10-15ENERGI BARU UNIVERSITASMENINGKATKAN DAYA SAING UNIVERSITAS
PROFIL 18-19Dr. drg. CUT SORAYA, M.Pd., Sp. KGMEMILIH KONSERVASI GIGI SEBAGAI JALAN HIDUP
PENGABDIAN 20-21MEMBANGUN DESA DENGAN PROGRAM UNGGULAN
RELIGIA 26-27TIGA MODAL DASAR KEPEMIMPINAN
PERSPEKTIF 28-29BLU UNSYIAH; TANTANGAN DAN PELUANG
RISET 30-31SERBA-SERBI UMBI JANENG
KREATIF 32-33TANAMAN MULIA
FAKULTAS 38-39MEMAKSIMALKAN PEMANFAATAN VIDEO CONFERENCE
ENGLISH 40-41BRINGING THE WORLD TO ACEH; THE DARMASISWA SCHOLARSHIP PROGRAM’S FIRST YEAR IN ACEH PROVINCE
MUTU 44-45MENAKAR STANDAR MUTU BARU UNSYIAH DENGAN REKONSTRUKSI MINDSET
ASPIRASI 46-47MENURUTMU, APA YANG HARUS MENJADI PERHATIAN REKTOR DEMI KEMAJUAN UNSYIAH KE DEPAN?
84 DAFTAR ISIREDAKSI
18 40
6 7EDUKASIEDUKASI
Complaint Management System UPT Perpustakaan Unsyiah
Cara Mudah Menyampaikan KomplainKomplain adalah salah satu bentuk
ketidakpuasan yang ditujukan kepada
organisasi, baik terkait dengan produk
atau proses penanganan keluhan itu
sendiri. Dari komplain diharapkan adanya
tanggapan atau penyelesaian secara
tersurat atau tersirat1. Melihat dari
definisi ini, komplain merupakan proses
komunikasi untuk kelancaran aktivitas
di perpustakaan. Di mana pemberi
komplain menjadi komunikator dan
staf perpustakaan menjadi komunikan
dan komplain yang diterima sebagai
pesan yang membutuhkan penyelesaian.
Penyelesaian komplain yang diterima
oleh komunikator merupakan feed
back dalam proses komunikasi tersebut.
Keberhasilan komunikasi tersebut
ditandai dengan feed back yang baik dari
pemberi komplain dalam artian komplain
terselesaikan.
Dalam proses mediasi penyelesaian
bentuk komplain maupun keluhan dari
pemustaka, Perpustakaan Unsyiah telah
meluncurkan suatu produk layanan
untuk menampung kritik, saran, ide
maupun keluhan-keluhan yang dianggap
membangun. Layanan Complaint
Management System merupakan
sebuah aplikasi yang menampung dan
menerima komplain pemustaka secara
online. Sistem ini dibangun untuk
memetakan setiap kendala yang dialami
pemustaka dalam pemanfaatan layanan
perpustakaan di Unsyiah. Pemetaan ini
akan dijadikan tolak ukur keberhasilan
perpustakaan dalam menciptakan
layanan kerja di Perpustakaan Unsyiah.
1. SOP complain handling UPT. Perpustakaan Unsyiah
Berikut media penyampaian komplain
yang disediakan oleh Perpustakaan
Unsyiah: Melalui web khusus komplain
http://uilis.unsyiah.ac.id/complaint/login.
php.
Melalui beberapa media, seperti:
email ([email protected]),
Facebook (@pustaka.unsyiah), WhatsApp,
Twitter (@unsyiah_lib), dan Instagram.
Keseriusan Perpustakaan Unsyiah dalam
menangani penyelesaian komplain baik
internal maupun eksternal sangat kuat.
Perpustakaan langsung menetapkan
standar penanganan komplain yang
dimulai dari proses pencatatan hingga
penyelesaiannya. Penanganan komplain
yang diterima telah ditetapkan dalam
prosedur operasional baku komplain
handling NO. PRO-PM-11. Penyusunan
SOP komplain handling (ISO 10002:
Customer Satisfaction/Complain
Handling).
Penyelesaian komplain haruslah tepat
sasaran, terproses cepat, dan sesuai
kebutuhan pemberi komplain. Semua
komplain yang diterima akan dianalisis
eksternal. Dalam hal ini perpustakaan
harus dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut demi mewujudkan pelayanan
prima bagi pemustaka.
Komplain-komplain yang diterima
oleh Perpustakaan Unsyiah baik dari
pihak internal maupun eksternal dapat
dijadikan bahan evaluasi diri terhadap
kelancaran aktivitas perpustakaan
dalam pemenuhan informasi kepada
pemustaka. Adanya komplain yang
diterima memudahkan perpustakaan
dalam memperbaiki kekurangan yang
ada pada Perpustakaan Unsyiah.
Komplain yang diberikan oleh pemustaka
merupakan sebuah bentuk kesetiaan dan
kepedulian yang ditunjukkan mereka
kepada perpustakaan.
dan diselesaikan secepatnya, sehingga
komplain yang sama tidak terjadi lagi di
waktu mendatang.
Kehadiran Complain Management
System diharapkan mampu memberikan
kepuasan bagi para pengguna, sejalan
dengan moto yang diutarakan oleh
Taufiq Abdul Gani, turning complaining
customer to loyalty customer. Upaya-
upaya yang dilakukan oleh Perpustakaan
Unsyiah harus diapresiasi dan didukung
oleh semua pihak demi terwujudnya
pelayanan prima di Perpustakaan Unsyiah
dan Unsyiah sebagai universitas. (rk)
Selama ini, Perpustakaan Unsyiah
telah menunjukkan banyak
perubahan dan prestasi yang
membanggakan bagi Unsyiah. Di bawah
pimpinan Dr. Taufiq Abdul Gani dan
dukungan semua pihak, Perpustakaan
Unsyiah telah melakukan banyak
gebrakan yang berani dan membangun.
Hal ini terbukti dengan akreditasi A
yang diperoleh dan sertifikat ISO 9001:
2008 berstandar internasional. Hasil
yang diperoleh ini tidak membuat
Perpustakaan Unsyiah berbangga diri.
Perpustakaan Unsyiah terus berupaya
mempertahankan kualitas layanan
sesuai standar pelayanan prima kepada
pemustaka.
Pelayanan prima pada perpustakaan
sudah diatur dalam undang-undang
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
Komplain-komplain yang diterima oleh Perpustakaan Unsyiah baik dari pihak internal maupun eksternal dapat dijadikan bahan evaluasi diri terhadap kelancaran aktivitas perpustakaan dalam pemenuhan informasi kepada pemustaka.
MAULINA, S. IP
PUSTAKAWAN UPT PERPUSTAKAAN UNSYIAH
perpustakaan No. 47 Tahun 2007
tentang layanan perpustakaan ayat (1),
“Layanan perpustakaan dilakukan secara
prima dan berorientasi bagi kepentingan
pemustaka.”
Kualitas sebuah perpustakaan sangat
ditentukan oleh pelayan yang disajikan
kepada pemustaka. Kualitas layanan
yang baik, ruangan yang nyaman, daya
tanggap pustakawan terhadap keluhan
pengguna, keamanan merupakan faktor
yang penting untuk mencapai pelayanan
prima.
Perpustakaan dalam memenuhi
kebutuhan pemustaka tidak terlepas
dari permasalahan yang muncul setiap
harinya. Salah satunya adalah komplain
yang berasal dari pihak internal maupun
8
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
MAHASISWA 9MAHASISWA
maupun kampus. Mereka menjalani
pelatihan dengan jadwal ketat agar
terbentuk kedisiplinan. Selain itu, juga
ada materi bela negara yang menjadi
pengalaman baru bagi para finalis.
Salman Alfarisi, salah satu finalis Duta
Baca Unsyiah, mengatakan selama
karantina ada dua poin penting yang
diajarkan, yaitu kedisiplinan dan
rasa kekeluargaan. Poin ini sejalan
dengan tujuan panitia yang ingin
membentuk mental disiplin, berani,
dan jiwa volunteerism bagi para duta.
Karantina juga merupakan praktek
yang memberikan pengalaman nyata,
berbeda dari sekadar materi di dalam
ruangan. Selain itu, para duta baca juga
diharapkan menjaga komitmen terkait
dengan perkuliahannya sebab seorang
duta baca merupakan contoh bagi
mahasiswa lain.
“Terkadang kita perlu isolasikan
mereka dalam satu tim agar terbentuk
teamwork, kesetiakawanan, dan jiwa
volunteerism,” ujar Dr. Taufik Abdul
Gani.
Selain karantina, para finalis juga
mengikuti berbagai pelatihan dan
kegiatan sosial di banyak tempat, seperti
di Yayasan Bina Upaya Kesejahteraan
Para Cacat (Bukesra) di Ulee Kareng dan
Sekolah Luar Biasa (SLB). Pemenang Duta
Baca Unsyiah 2018 akan ditentukan
berdasarkan penilaian dewan juri yang
diumumkan saat acara Unsyiah Library
Fiesta (ULF) pada 26-30 Maret nanti. (un)
Duta Baca UnsyiahKarantina Memperkuat Karakter
Duta baca dapat dikatakan
sebagai simbol dunia membaca.
Orang yang menduduki posisi
ini selalu identik dengan dua hal yaitu
baca dan buku. Perpustakaan Nasional
menjabarkan tugas utama duta baca
adalah sebagai motivator peningkatan
minat baca dan memperkuat kegiatan
perpustakaan. Selain itu, juga
untuk mengampanyekan gerakan
gemar membaca secara sinergis dan
berkelanjutan.
Selain Perpustakaan Nasional yang
memiliki duta baca, sejak tahun 2016
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) juga
memilih duta baca dari kalangan
mahasiswa yang digelar oleh UPT
Berbeda dengan penyelenggaraan di
tahun lalu, tahun ini setiap calon duta
baca harus menjalani pendidikan yang
lebih kompleks. Tercatat sebanyak
20 finalis mengikuti karantina selama
empat hari, 8-11 Maret, di Dodik Bela
Negara, Rindam Iskandar Muda, Mata Ie,
Kabupaten Aceh Besar.
Selama masa karantina, para finalis
dibekali pendidikan dari sejumlah
narasumber baik dari pihak rindam
Perpustakaan Unsyiah. Menariknya,
Unsyiah merupakan universitas pertama
yang memiliki duta baca.
Kepala UPT Perpustakaan Unsyiah,
Dr. Taufik Abdul Gani, mengatakan
bahwa mahasiswa yang menjadi
Duta Baca Unsyiah akan menjadi
representative perpustakaan dalam
membangun hubungan civitas kampus
dan masyarakat. Para duta baca ini juga
diwajibkan menjalani berbagai program
untuk meningkatkan kompetensi diri,
seperti literasi informasi, user education,
dan public relation.
Mulkan Kautsar, Duta Baca Unsyiah
tahun 2017, mengatakan gelar duta
baca bukan hanya memberi manfaat bagi
dirinya sendiri, tetapi juga orang lain.
“Saya berharap bisa terus
mengampanyekan hal-hal positif
yang telah saya dapatkan selama ini.
Selempang hanya untuk sementara,
tetapi gelar sebagai duta baca bagi saya
adalah untuk selamanya”.
Seorang duta baca juga dituntut untuk
memiliki banyak keahlian. Untuk itu,
setiap calon duta baca harus melewati
berbagai tahap pendidikan guna
menambah dan menguatkan skill
kemampuan diri. Peningkatan skill inilah
yang mulai diterapkan dalam pemilihan
Duta Baca Unsyiah tahun 2018 ini.
Terkadang kita perlu isolasikan mereka dalam satu tim agar terbentuk teamwork, kesetiakawanan, dan jiwa volunteerism.
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
13FOKUS
Setelah sempat tertunda,
Menteri Riset Teknologi
dan Pendidikan Tinggi
(Menristekdikti) Republik
Indonesia, Prof. H.
Mohammad Nasir, Ph.D., Ak., akhirnya
melantik Rektor Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah) terpilih, Prof. Dr. Ir. Samsul
Rizal. M.Eng., di Auditorium Gedung D
Lantai II Kemenristek Dikti pada Selasa 27
Februari 2018 lalu. Alasan penundaan ini
karena padatnya jadwal Menristekdikti
sebab harus mengunjungi beberapa
daerah di Indonesia.
akreditasi yang cukup signifikan, yaitu
dari nilai C melompat ke nilai A.
Hingga tahun 2017 lalu, tak kurang
dari 18 perguruan tinggi telah datang
ke Unsyiah. Mereka datang untuk
mempelajari metode dan skema kerja
efektif dari Unsyiah, sehingga berhasil
mencapai lompatan nilai akreditasi
tersebut. Unsyiah juga mendapatkan
kepercayaan sebagai Perguruan Tinggi
Asuh (PT Asuh) untuk dua perguruan
tinggi di Aceh, yaitu Universitas Jabal
Ghafur (Unigha) dan Universitas
Serambi Mekkah (USM).
Semenjak diasuh oleh Unsyiah, dua
perguruan tinggi ini menunjukkan
banyak perubahan yang positif. Seperti
yang terjadi di USM, dari 21 program
studi yang ada di kampus tersebut
sebagian besar telah terakreditasi
B. Berkat hasil kerja nyata inilah
Unsyiah meraih penghargaan dari
Kemenristekdikti sebagai Perguruan
Tinggi Unggul dari 26 Pegururan Tinggi
yang ditunjuk sebagai PT Asuh.
“Dengan penghargaan ini, artinya kita
telah berhasil dan mudah-mudahan
dapat melanjutkan kegiatan lain secara
bersama-sama demi memajukan
pendidikan Aceh,” harap Rektor saat
menutup program PT Asuh akhir
Desember 2017 lalu.
Begitu juga dari segi publikasi ilmiah,
sejak tahun 2012 jumlah publikasi
Unsyiah meningkat tajam yaitu dari
69 judul publikasi di jurnal berindeks
Scopus, menjadi 1.025 judul di akhir
tahun 2017. Atas pencapaian ini,
Terpilihnya kembali Samsul Rizal untuk
memimpin Unsyiah periode 2018-2022
memberikan pengaruh positif bagi
universitas tertua di Aceh ini. Sebab
Unsyiah kembali dipimpin oleh sosok
yang sama, tetapi dengan semangat
yang baru. Energi baru inilah yang
membuat Unsyiah kembali fokus
menuntaskan visinya.
“Saya maju kembali karena ingin
Unsyiah terus menjadi lebih baik,” ujar
Rektor saat apel Senin pertama setelah
ia dilantik.
Unsyiah dinobatkan menjadi perguruan
tinggi terbaik ke-4 di Indonesia oleh
The Schimago Institutions Rangkings.
Dalam periode ini, target awal Unsyiah
ingin menelurkan 50 judul publikasi
berindeks Scopus setiap tahunnya.
Walaupun faktanya, beberapa tahun
terakhir ini jumlah judul terindeks
Scopus Unsyiah berhasil melebihi 100
judul per tahun. Prestasi ini membawa
Unsyiah menempati peringkat pertama
di Sumatera dalam SINTA (Science and
Technology Index) yang dikeluarkan
Direktorat Pendidikan Tinggi.
Oleh sebab itu, Menristekdikti berharap
Unsyiah dapat terus berinovasi dan
meningkatkan jumlah publikasi
ilmiahnya. Pencapaian ini diharapkan
dapat membawa Unsyiah semakin
diperhitungkan dan menjadi ujung
tombak pendidikan di Indonesia.
“Peningkatan publikasi dan inovasi
dapat mewujudkan Unsyiah sebagai
pintu gerbang pendidikan terbaik di
barat Indonesia,” pungkas Prof. H.
Mohammad Nasir.
Pernyataan Menristekdikti tersebut
tentu saja menjadi motivasi bagi
Unsyiah untuk terus bergerak dan
menguatkan institusinya. Di sisi lain,
pesan tersebut sekaligus menjadi
tantangan bagi Samsul Rizal di periode
baru kepemimpinannya. Tentu
dibutuhkan semangat dan energi baru
agar Unsyiah mampu mewujudkan
harapan tersebut. (ib)
Oleh sebab itu, saat pelantikan,
Menristekdikti menaruh harapan
besar atas kepemimpinan Samsul
Rizal di periode baru ini. Menurut
Menristekdikti, Unsyiah merupakan
salah satu kampus di Indonesia yang
berkembang cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir.
Bahkan, Kemenristekdikti menunjuk
Unsyiah sebagai referensi bagi
universitas lain di Indonesia untuk
belajar akreditasi. Hal ini tidak lepas
dari keberhasilan Unsyiah meraih nilai
12 FOKUS
Dengan penghargaan ini, artinya kita telah berhasil dan mudah-mudahan dapat melanjutkan kegiatan lain secara bersama-sama demi memajukan pendidikan Aceh.
15
ISO 9001:2008 oleh UPT Perpustakaan
Unsyiah, serta ISO 9001:2015 oleh
Biro Akademik, Biro Perencanaan dan
Humas, serta Lembaga Pengembangan
Pendidikan dan Penjaminan Mutu
Unsyiah (LP3M).
Semua sistem tata kelola yang
berlangsung di Unsyiah terbuka bagi
publik. Sebab Unsyiah memahami
untuk mewujudkan resolusi dibutuhkan
komunikasi yang baik dengan berbagai
pihak.
“Unsyiah siap bekerja dan bersinergi
dengan berbagai pihak untuk memajukan
Unsyiah agar dapat bersaing di tingkat
nasional maupun internasional,” ujar
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal,
M.Eng.
Keterbukaan informasi publik yang
dilakukan Unsyiah juga mendapat
apresiasi dari Komisi Informasi Aceh
(KIA). Ini ditandai dengan keberhasilan
Unsyiah meraih peringkat pertama
keterbukaan informasi publik kategori
perguruan tinggi pada tahun 2017 lalu.
Rektor mengatakan semua pencapaian
yang diraih Unsyiah bukanlah kinerja
dari Rektor semata, tetapi merupakan
hasil dari kesamaan visi, kerja keras,
kebersamaan, serta doa.
Oleh sebab itu, demi mewujudkan
resolusi Unsyiah, Rektor mengajak
semua pihak untuk tetap kompak dan
bergandeng tangan untuk membawa
Unsyiah yang inovatif, mandiri,
terkemuka di masa depan.
“Jika kita semua satu visi dengan tetap
menjaga semangat kejujuran, keikhlasan,
dan kebersamaan, saya yakin tak ada
yang tidak mungkin untuk kita capai,”
pungkas Rektor. (ib)
FOKUS
Meningkatkan Daya Saing Universitas
Kepemimpinan yang kuat
merupakan salah satu
indikator suksesnya
sebuah institusi. Hal
ini yang membuat
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) terus
berkembang dan menjadi salah satu
universitas yang diperhitungkan di Pulau
Sumatera. Oleh sebab itu, harapan
Menristekdikti yang menginginkan
Unsyiah sebagai pintu gerbang
pendidikan di barat Indonesia merupakan
sebuah kepercayaan. Pengakuan ini tentu
saja sangat terkait dengan leadership
yang kuat dalam menghasilkan
manajemen institusi yang solid.
Menristekdikti juga berpesan kepada
Rektor Unsyiah terpilih agar semakin
meningkatkan sumber daya manusia,
terutama para dosen.
“Sebab tantangan dan tugas dunia
pendidikan ke depan semakin
berat, maka Unsyiah membutuhkan
sumber daya yang berkualitas,” ujar
Menristekdikti Prof. H. Mohammad Nasir,
Ph.D., Ak.
EDISI 221 . MARET 2018
Harapan Menristekdikti agar Unsyiah
menjadi ujung tombak pendidikan
tinggi di barat Indonesia, sebenarnya
sejalan dengan resolusi Unsyiah tahun
2018 ini. Menurut dokumentasi master
plan, tahun ini Unsyiah memasuki
periode ke-3 (2017-2021) dengan fokus
penguatan daya saing regional. Maka
faktor leadership menjadi sangat penting
untuk mewujudkan resolusi tersebut.
Sebab di tahun 2018 ini, Unsyiah
merencanakan untuk lebih fokus pada
penguatan daya saing regional, terutama
di kawasan ASEAN. Terlebih lagi sejak
EDISI 221 . MARET 2018
14 FOKUS
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) akhir tahun 2015, Unsyiah
sebagai penghasil tenaga kerja intelektual
harus berorientasi pada daya saing
regional.
Untuk mewujudkan resolusi tersebut,
instrumen penting yang disiapkan
Unsyiah adalah menciptakan tata
kelola yang baik. Menristekdikti
menegaskan untuk memajukan sebuah
universitas dibutuhkan tata kelola yang
mengedepankan transparansi, kejujuran,
keadilan, serta sikap tanggung jawab.
“Keempat sikap ini dapat membawa
perguruan tinggi ke arah lebih
baik sekaligus menghadirkan good
government university,” ujar
Menristekdikti.
Diakui atau tidak, nilai akreditasi
Unsyiah merupakan cerminan dari
sistem manajemen dan tata kelola yang
berlangsung di Unsyiah. Selain itu, bukti
lain dari sehatnya tata kelola Unsyiah
adalah dengan perolehan sertifikat
Unsyiah siap bekerja dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk memajukan Unsyiah agar dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti),
Prof. H. Mohammad Nasir, Ph.D., Ak., melantik Prof. Dr. Ir. Samsul
Rizal M.Eng sebagai Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) periode
2018-2022 di Auditorium Gedung D Lantai II Kemenristekdikti,
Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (27/2) siang. Ini merupakan
periode kedua Samsul Rizal memimpin Unsyiah.
19PROFIL
EDISI 221 . MARET 2018EDISI 221 . MARET 2018
Selasa sore, tepatnya tanggal 23 Januari 2018, merupakan hari istimewa bagi Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp.KG. Di gedung AAC Dayan Dawood,
dokter spesialis konservasi gigi ini dilantik menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unsyiah. Pelantikan tersebut sekaligus mencatatkan dirinya sebagai salah satu perempuan yang menjadi dekan di Unsyiah.
Nama dr. Aya, begitu ia disapa, memang tak asing lagi di Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah. Sejarah lahirnya fakultas ini juga tidak terlepas dari peran ibu dari dua orang anak ini. Saat itu, dr. Aya masih menjabat sebagai Sekretaris Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Banda Aceh. Ia kemudian ditawarkan oleh Prof. Abdi Wahab selaku Rektor Unsyiah masa itu untuk mendirikan Fakultas Kedokteran Gigi di Unsyiah.
Bersama timnya, termasuk Drg. Zaki Mubarak, MS, mereka mulai menyusun proposal dan menyiapkan syarat lainnya.
Namun, rencana ini sempat terhenti ketika musibah gempa dan tsunami menimpa Aceh pada tahun 2004 silam. Padahal ketika itu semua persiapan hampir rampung, kebutuhan SDM pun telah terpenuhi. Akhirnya di tahun 2006, barulah izin operasional Fakultas kedokteran Gigi Unsyiah terbit. Maka bagi dr. Aya, FKG telah menjadi bagian hidupnya.
“FKG itu sudah nafas saya, mau tidur FKG, bangun tidur FKG,” ujarnya sambil tersenyum saat ditemui Warta Unsyiah di ruang kerjanya.
Hal ini pula yang membuat dr. Aya mantap untuk maju sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi. Sekalipun
ia seorang perempuan, profesionalitas untuk mengabdi di dunia pendidikan telah menjadi jalan hidupnya.
“Jadi kalau ditanya bagaimana latar belakang saya maju. Ya, saya merasa FKG ini memang milik kita semua. Jadi siapapun boleh (maju) yang penting tujuan kita ini untuk memajukan FKG,” katanya.
Hanya saja keputusan besar tersebut tidak lahir dengan sendirinya. Sebagai
perempuan, dr. Aya sadar bahwa ia punya tanggung jawab lain yaitu mendidik anak dan melayani suaminya. Maka sebelum memutuskan, ia terlebih dahulu berdiskusi dengan suaminya, Ir. T. Alaidinsyah, M.Eng, sekaligus meminta izin.
“Pastinya semua yang menyangkut pekerjaan harus konsultasi dan izin suami. Jangan kata menjadi Dekan, saya melanjutkan pendidikan, bahkan saya bekerja dari awal harus ada support suami,” ungkapnya.
Dukungan seperti inilah yang membuat dr. Aya nyaman menjalankan tugas. Maka, dalam bekerja ia harus cerdas mengatur waktu. Sebab dr. Aya tak ingin rutinitasnya di luar membuat ia lupa fungsinya sebagai ibu di rumah.
“Sesibuk apapun di luar, tapi begitu sampai di rumah saya ciptakan quality time khusus untuk keluarga,” ujarnya.
Selama ini, dr. Aya memang dikenal sebagai ahli konservasi gigi. Menurutnya sejak kuliah ia memang sudah tertarik dengan bidang konservasi yang meliputi penambalan dan perawatan syaraf gigi. Menurutnya 70 persen ilmu kedokteran gigi ini adalah bidang konservasi. Sebab
umumnya masyarakat ke dokter gigi karena ingin ditambal, jika tidak bisa ditangani barulah dicabut.
“Saya melihat kalau gigi dicabut terus bisa ompong semua, ya. Artinya saya tertarik dengan ilmu konservasi ini karena gigi itu adalah bagian penting,” ungkapnya.
Maka, ada kebahagiaan tak terkira bagi dr. Aya jika ia berhasil menolong pasien. Pernah sekali, seorang pasien datang menemuinya dengan perasaan putus asa. Ia sudah berobat kemana-mana, tetapi keputusannya tetap sama bahwa giginya harus dicabut.
“Dok saya sudah hopeless,” ia menirukan suara pasiennya.
Saat itu ia berhasil merawat syaraf gigi pasien tersebut sehingga giginya tidak harus dicabut.
“Ketika saya berhasil melakukan itu, maka kebahagiaan saya dua kali dari kebahagiaan pasien,” ucapnya.
Semangat dan dedikasi dr. Aya dalam menjalani profesinya ternyata telah menginspirasi putrinya, Cut Thirza
Talitha, untuk mengikuti jejak ibunya sebagai seorang dentist. Bahkan, sejak kecil putrinya ini setia menemani ibunya praktek.
“Setiap saya praktek sore, dia selalu duduk di samping saya, apa yang saya lakuin dia lakukan juga. Akhirnya saya jahitkan satu jas dokter kecil. Saya kasih kertas untuk coret-coret, saya bikin resep dia bikin resep juga,” kenang dr. Aya.
Kini, putri kecilnya itu telah tumbuh dan menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah semester enam. Meski ia sempat menolak untuk kuliah di Unsyiah karena ada ibunya, namun akhirnya takdir berkata lain.
“Alhamdulilah setelah beberapa pilihan dia diterima di Unsyiah. Memang doa saya, karena saya takut kalau anak perempuan jauh, nanti kalau sudah spesialis terserahlah,” ujarnya.
Dr. Aya merasa sangat bersyukur karena ada garis keluarga yang mengikuti jejaknya. Sebagai orang tua, ia pun mendukung penuh cita-cita anaknya tersebut. Sebagaimana ketika dulu sang suami mendukung penuh pencapaian hidupnya. (ib)
PROFIL18 PROFIL
Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp.KGDekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah
Memilih Konservasi Gigi sebagai Jalan Hidup
Jadi kalau ditanya bagaimana latar belakang saya maju. Ya, saya merasa FKG ini memang milik kita semua.
21PENGABDIAN
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
20 PENGABDIAN
Sejatinya berpikir kreatif dan
inovatif harus dilakukan setiap
mahasiswa. Tidak hanya mengikuti
pembelajaran di ruang kelas, tetapi
turut berperan aktif di lingkungan sosial.
Banyak hal yang dapat dilakukan seorang
mahasiswa untuk mengembangkan
potensi diri. Salah satunya seperti
dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah
Kuala (FISIP Unsyiah) yang menjadikan
Gampong Angan, Kecamatan
Dasussalam, Kabupaten Aceh Besar
sebagai desa binaan.
Ide desa binaan ini tercetus setahun
lalu. Tim FISIP Unsyiah melakukan survei
di beberapa desa di Aceh yang dimulai
dari Kabupaten Pidie hingga Kabupaten
Aceh Tengah. Setelah melakukan survei
dan berdiskusi dengan Wakil Dekan
Membangun Desa dengan Program Unggulan
masyarakat tentang internet sehat dan
pemanfaatan teknologi dan informasi.
Diharapkan dengan pemahaman yang
baik, masyarakat dapat mempromosikan
produk unggulan desa di dunia maya.
Program terakhir adalah peureumeun
rakyat (pemberdayaan ekonomi) yang
merupakan program jangka panjang FISIP
Unsyiah di desa tersebut. Program ini
berupaya memberdayakan masyarakat
serta melirik peluang usaha sehingga
dapat meningkatkan kehidupan ekonomi
mereka. Contoh sederhananya dengan
memanfaatkan komputer sebagai
peluang usaha loket pembayaran listrik.
Selain itu, juga melakukan peningkatan
produksi pertanian, pembuatan batu
bata, kerajinan tangan yang disesuaikan
dengan profesi mereka sebagai petani
dan pembuat batu bata.
“Karena desanya sangat luas, setiap
minggunya tim door to door ke rumah
masyarakat untuk menyosialisasi program”.
Iwan bercerita, masyarakat begitu
antusias saat peresmian desa binaan.
Tidak hanya anak-anak, bahkan
orang tua juga mengizinkan anaknya
libur sekolah untuk melihat seremoni
peresmian.
“Ada orang tua yang mengizinkan
anaknya libur sekolah untuk ikut
peresmian. Kami juga membuat beberapa
lomba untuk memeriahkan acara.”
Iwan menambahkan desa binaan ini
merupakan salah satu bentuk penerapan
ilmu sosial mahasiswa FISIP Unsyiah.
Kegiatan ini melibatkan mahasiswa dari
empat program studi, yaitu Ilmu Politik,
Ilmu Komunikasi, Sosiologi, dan Ilmu
Pemerintahan. Iwan berharap dengan
kegiatan ini dapat menciptakan mahasiswa
yang kreatif, kritis, dan mau melakukan
pengabdian di tengah masyarakat.
“Kita kampus ilmu sosial sudah
sepantasnya ada desa binaan, biar ada
penerapan ilmu sosial ke masyarakat.
Jadi mahasiswa harus kreatif untuk
menciptakan masyarakat yang mandiri,”
pungkas Iwan. (syr)
III FISIP Unsyiah, Sufyan Abdullah, SH,
M.Hum., tim memilih Gampong Asan
di Kabupaten Aceh Besar sebagai desa
binaan. Gampong Asan dipilih karena
memenuhi persyaratan, seperti akses
jalan, tata letak desa, jumlah penduduk,
penghasilan masyarakat, serta potensi
daerah.
Iwan Sunaria, Ketua Panitia, menjelaskan
ada lima program unggulan yang
dijalankan dalam kegiatan ini. Program
tersebut adalah balee baca (pustaka
gampong), balee beut (Pendidikan
Alquran), meuseuni gampong (kesenian),
mulia gampong (multimedia), dan
peureumeun rakyat (pemberdayaan
ekonomi).
Program balee baca (pustaka gampong)
merupakan program pertama yang
dilakukan dengan fokus menumbuhkan
minat baca anak-anak desa. Program
ini menyediakan beragam koleksi buku
yang bertujuan untuk menumbuhkan
minat baca anak-anak Gampong Asan.
Tersedianya balee baca memberikan
kemudahan bagi anak-anak desa untuk
mendapatkan bahan bacaan sekaligus
pengembangan perpustakaan desa.
“Kami mengajak masyarakat untuk ikut
serta menyumbang buku bacaan. Bisa
hubungi kami via instagram
@dbfunsyiah,” ujar Iwan.
Program yang kedua balee beut
(pendidikan Alquran) yang bertujuan
memberikan pendidikan agama berupa
kajian keislaman, tata cara ibadah,
dan pendidikan Alquran. Program ini
ditangani khusus oleh tim hafiz Alquran
FISIP Unsyiah.
Selanjutnya juga ada program
meuseni gampong yang mengajarkan
anak-anak dan remaja desa tentang
kesenian, seperti tarian dan bermain
alat musik. Program ini bertujuan untuk
mengembangkan kreativitas mereka
sehingga kesenian ini dapat ditampilkan
dalam kegiatan desa.
Selain itu, terdapat program mulia
gampong (multimedia) yang mengajarkan
Kami mengajak masyarakat untuk ikut serta menyumbang buku bacaan. Bisa hubungi kami via instagram @dbfunsyiah.
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
Rektor Unsyiah Prof.Dr.Ir. Samsul Rizal M.Eng saat video conference khataman al quran nasional bersama Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. Kegiatan yang bertajuk Nusantara Mengaji dilaksanakan di Masjid Jamik Unsyiah.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Syiah Kuala (LP2M Unsyiah), melakukan penjemputan 1.280 mahasiswa yang telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Pidie selama satu bulan
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Bersama University of Gottingen Jerman memaparkan hasil penelitian tentang dampak implementasi safe childbirth World Health Organization (WHO) terhadap kualitas pelayanan dan persalinan pada fasilitas kesehatan umum di Aceh. Kegiatan ini berlangsung di ruang VVIP AAC Dayan Dawood.
22 23GALERIGALERI
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) meluncurkan mobil listrik bernama Malem Diwa Urban R.2.0. Karya mahasiswa Teknik Mesin dan Teknik Elektro Unsyiah ini akan ikut dalam kompetisi internasional Shell Eco Marathon di Singapura.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menggelar kuliah umum bersama Z. Arifin Lubis, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, di Balai Senat Unsyiah. Dalam kuliah umum tersebut, Arifin Lubis memaparkan perkembangan dan prospek ekonomi global, Indonesia, dan Aceh.
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
24 25GALERIGALERI
Unit Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah Agama Islam (UP3AI) Unsyiah memulai kegiatan Praktek Ibadah dan Mentoring Tahun 2018. Kegiatan ini ditandai dengan kajian akbar di Masjid Jamik Unsyiah.
Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr.Ir. Samsul Rizal, M.Eng secara resmi melantik tiga Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah di Ruang VIP AAC Dayan Dawood. Mereka yang dilantik adalah drg. Sri Rezeki, Sp.PM sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, drg. Herwanda, M.Kes sebagai Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, drg. Teuku Ahmad Arbi, Sp.BM sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
Sebanyak 30 orang perwakilan Universitas Negeri Medan (Unimed) berkunjung ke Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) untuk menjalin kerjasama. Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Rektor Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, dan diterima oleh Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng di Ruang Balai Senat Unsyiah.
Tim Informasi Teknologi Perpustakaan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) memberikan pelatihan otomasi dan pelayanan mandiri perpustakaan berbasis RFID di Univeristas Muhammadiyah Aceh. Selain memberikan pelatihan, Unsyiah juga melakukan penandatanganan MOU di bidang perpustakaan dengan Universitas Abulyatama dan Universitas Muhammadiyah Aceh.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unsyiah, Dr. Alfiansyah Yulianur BC memberikan arahan dalam acara pertemuan ASEAN OUTREACH C.S.R PROGRAMME 2018 di Askopma Unsyiah.
26 27RELIGIARELIGIA
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
kita juga akan mempertanggunjawabkan kepemimpinan itu di hadapan Allah Swt. Oleh karena itu, seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin berarti memikul beban tanggung jawab di pundaknya.
Seorang pemimpin harus memikirkan kemajuan dan kemaslahatan kelompok masyarakat yang ia pimpin. Seorang pemimpin tidak lagi berbicara tentang saya atau aku, tetapi berbicara tentang kita. Beban berat yang dipikul seorang pemimpin mengharuskannya untuk meng-upgrade kemampuan dan melejitkan potensi dirinya. Ini bertujuan agar mampu menjalankan amanah dengan baik, sehingga manfaatnya dirasakan oleh banyak orang. Oleh sebab itu, seorang pemimpin diharapkan memiliki tiga modal dasar kepemimpinan, yaitu:
1. Memiliki VisiSeorang pemimpin harus memiliki visi kuat dalam kepemimpinannya. Ia harus memahami tujuan dan arah selayak pilot pesawat atau supir bus yang menentukan
arah jalan. Seorang pemimpin harus mengenal dengan jelas jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki visi yang kuat dalam kepemimpinan.
2. KomunikasiKomunikasi merupakan modal penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sebab pemimpin merupakan orang yang akan memberikan arahan dan petunjuk untuk setiap gerakan dan kerja. Modal komunikasi yang baik akan menjamin kesesuaian antara keinginan pemimpin dan harapan orang-orang atau satuan kerja di bawahnya. Jika di tengah perjalanan mengalami masalah, maka para anggota di bawahnya bisa memberikan pandangan dan mengingatkan agar kembali ke jalur yang tepat.
Selain itu, pemimpin harus mampu mengomunikasikan kondisi dan permasalahan yang sedang dihadapi. Komunikasi yang baik dari seorang pemimpin akan menghasilkan kesadaran
dari para anggota dan satuan kerja.
3. KeteladananModal ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin karena konsep keteladanan jauh lebih efektif dan bermakna dari sekedar berkata-kata. Keteladan ini dapat kita baca dengan jelas dalam banyak tulisan tentang kepemimpinan Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw tidak hanya mengetahui permasalahan yang dihadapi, tetapi juga memahami bagaimana menyelesaikannya. Berkaitan dengan ini, Allah Swt berfirman dalam Alquran surat Ash Shaf ayat 2-3 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman mengapakah kamu berkata apa yang kamu tidak perbuat. Sungguh besar murka Allah jika kamu berkata apa yang kamu tidak perbuat”.
Ayat di atas menjelaskan kepada kita tentang pentingnya keteladanan dalam diri seorang pemimpin. Kehadiran pemimpin baru bukan sekadar menggantikan posisi, tetapi juga harus memiliki konsep baru dan membawa inovasi. Ini bertujuan agar masyarakat merasakan perubahan, sehingga dapat menghadirkan keamanan, kemajuan, dan kesejahteraan. (rk)
dapat ditanya tentang tanggung jawab dan tugasnya. Bahkan, seorang pembantu rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya akan ditanya pula dari elemen yang dipimpinnya. Setiap diri adalah pemimpin dan akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban dari hal yang dipimpinnya (H.R. Bukhari Muslim).
Hadis ini memberi gambaran bahwa pada hakikatnya semua kita adalah pemimpin dan kepemimpinan paling sederhana adalah memimpin diri kita sendiri. Setiap
Tiga Modal Dasar Kepemimpinan
Setiap orang merupakan pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Hal ini seperti dikatakan oleh Ibnu Umar RA, “Aku sudah mendengar Rasulullah Saw bersabda: tiap-tiap orang merupakan pemimpin dan bakal diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang kepala negara dapat diminta pertanggungjawaban tentang keadaan masyarakat yang dipimpinnya, seorang suami dapat ditanya aspek keluarga yang dipimpinnya, seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya
ZAMAKHSYARI
PENGURUS MASJID JAMIK DARUSSALAM, UNSYIAH
Setiap diri adalah pemimpin dan akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban dari hal yang dipimpinnya
langkah-langkah itu sepertinya bukan
menjadi kendala dalam pelaksanaan BLU.
Apalagi Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal M.Eng
yang getol ingin menerapkan BLU di
Unsyiah, tahun ini kembali terpilih untuk
memimpin Unsyiah.
Pada dasarnya BLU bukanlah sistem
yang rumit. Meski demikian, jangan pula
menganggap remeh karena sistem ini
menuntut semua pihak agar mampu
berkompetisi dan mengelola keuangan
dengan efisien dan produktif. Semua
civitas akademika harus mempunyai
pola pikir untuk berwiraswasta untuk
mengoptimalkan pemanfaatan aset.
Bahkan, akan lebih baik apabila setiap
orang berlomba untuk menciptakan
inovasi-inovasi baru sesuai dengan
kapasitasnya. Selama ini, inovasi-inovasi
baru cenderung ditemukan para dosen
dan mahasiswa. Ke depan diharapkan
para tenaga pendidik pun akan lebih
produktif dalam menciptakan inovasi-
inovasi baru sesuai dengan kapasitasnya.
Kemudian mahasiswa tidak perlu
khawatir mengenai Sumbangan
Pembinaan Pendidikan (SPP) dengan
berlakunya BLU di Unsyiah. Keberadaan
BLU salah satunya untuk memudahkan
sebuah institusi pemerintah dalam
mengelola keuangannya sendiri. Sebuah
lembaga pemerintah diberi kewenangan
untuk memperoleh dana hibah tanpa
harus menyetorkannya ke dalam kas
negara. Selain itu, sumber penghasilan
yang didapat oleh PTN berasal dari aset
yang dioperasikan, seperti hasil dari
penyewaan gedung. Dengan begitu
Unsyiah bisa memaksimalkan perannya
di dunia pendidikan dengan pundi-
pundi keuangan yang kuat. Dengan
demikian, boleh dikatakan BLU ini adalah
peluang bagi perguruan tinggi untuk
meningkatkan mutu pelayanannya bagi
masyarakat baik dari segi persediaan
barang maupun jasa.
Mungkin yang menjadi tantangan besar
ke depan dalam pelaksanaan BLU yaitu
mengenai manajemen keuangan. Di
sini peran pejabat struktural sangat
signifikan agar mampu mengontrol
iklim keuangan di kampus. Optimalisasi
aset-aset milik kampus adalah alternatif
untuk pengelolaan keuangan tersebut.
Jadi setiap PTN perlu bersaing untuk
menyediakan fasilitas pelayanan yang
baik yang berbasis public service
oriented. Lalu optimisme dan sinergitas
dalam dalam pelaksanaan BLU sangat
penting. Maka semua pihak harus optimis
bahwa moto Unsyiah berupa kejujuran,
keikhlasan, dan kebersamaan dapat
menjadi penyemangat civitas akademika
untuk bekerja sama dalam menyukseskan
pelaksanaan BLU nantinya. (un)
28 29PERSPEKTIFPERSPEKTIF
EDISI 221 . MARET 2018EDISI 221 . MARET 2018
Pelaksanaan sistem Badan Layanan
Umum (BLU) di Universitas
Syiah Kuala sudah di depan
mata. Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
kebanggaan masyarakat Aceh ini sudah
berusaha untuk memenuhi segala syarat
yang telah ditetapkan pemerintah pusat
untuk mengadopsi BLU. Berdasarkan
data yang dimuat di situs Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, hingga
Mei 2016, sebanyak 11 PTN sudah
berstatus PTN-Berbadan Hukum yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Sementara 24 PTN berstatus BLU yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, serta 86 PTN masih berstatus
Satuan Kerja yang kini masih berjalan di
Unsyiah.
Nomor 23 Tahun 2005 Pasal 1 Tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, disebutkan bahwa instansi
pemerintah yang menerapkan BLU harus
mengedepankan prinsip efisiensi dan
produktivitas. Efisiensi yang dimaksud
di sini juga mengenai pelayanan, bukan
hanya anggaran.
Jadi sebagai pelayan publik Unsyiah
harus mengutamakan service oriented
untuk menarik minat serta memuaskan
masyarakat. Apabila costumer focus
menjadi poin utama, maka dengan
sendirinya kampus akan berusaha
semaksimal mungkin untuk menjawab
kebutuhan masyarakat. Hal ini sejalan
dengan sistem BLU yang menuntut
pemerintah agar lebih kreatif dan inovatif
dengan melahirkan produk dan jasa yang
bernilai dan berguna. Misalnya, para
dosen didorong supaya giat melakukan
penelitian serta memublikasikan hasil
penelitiannya tersebut. Sementara itu,
para tenaga pendidik harus memberikan
pelayanan yang efektif kepada
masyarakat dan civitas akademika,
khususnya para mahasiswa.
Sudah pasti upaya ini bisa tercapai jika
sebuah lembaga pemerintah memiliki
manajemen yang baik. Melihat Unsyiah
yang sudah terakreditasi A, maka
REZA FAHLEVI, S.IP
*ALUMNI FISIP UNSYIAH DAN MAHASISWA S2 ADMINISTRASI
PUBLIK DI CHINA UNIVERSITY OF GEOSCIENCES WUHAN, CHINA.
BLU Unsyiah;Tantangan dan Peluang
Penerapan BLU merupakan harapan
civitas akademika Unsyiah. Tentu
semua pihak sudah tahu bahwa BLU
ini diperuntukkan agar sebuah instansi
pemerintah diberikan kewenangan
khusus untuk mengurus keuangannya
secara mandiri. Dengan demikian, PTN
bukan hanya dituntut untuk menjadi
good governance, tapi juga harus
mampu mengambil posisi sebagai good
corporate governance. Dalam artian
Unsyiah harus mampu menyediakan
barang dan jasa atau pelayanan yang
prima kepada masyarakat.
Sederhananya karena Unsyiah
merupakan institusi pemerintah, maka
poin utama yang perlu ditekankan yaitu
public service. Pada Peraturan Pemerintah
Jadi sebagai pelayan publik Unsyiah harus mengutamakan service oriented untuk menarik minat serta memuaskan masyarakat.
timur, umbi janeng biasa dijadikan
makanan pokok pengganti jagung dan
sagu. Konon di masa lalu, umbi janeng
pernah menjadi makanan andalan
sebagai sumber karbohidrat dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.
Selain untuk kebutuhan pangan, janeng
memiliki khasiat yang dapat digunakan
sebagai obat-obatan. Untuk pemakaian
luar, janeng diparut lalu ditempelkan
yang mengalir dan direndam selama
tiga hari. Setelah proses perendaman,
irisan janeng dicuci kembali dan
dijemur sampai kering. Hal tersebut
dilakukan karena senyawa linamarin
dan lotaustralin yang terkandung pada
umbi janeng sifatnya sangat mudah larut
dalam air dan tidak tahan panas.
Kedua, setelah dikupas, irisan janeng
segera diolesi abu dapur dan dijemur
sampai kering. Selanjutnya janeng
direndam dalam air selama satu malam
dan dijemur hingga kering. Metode
ketiga, janeng yang telah dikupas segera
direbus dalam air mendidih selama 30
menit, kemudian diiris tipis, dicuci, dan
dijemur sampai kering. Cara ketiga
ini bertujuan untuk meng-in-aktifkan
enzim linamarase sehingga tidak dapat
mengatalisis pembentukan HCN.
Tujuan proses perendaman selain
melarutkan senyawa linamarin
dan lotaustralin, juga memacu
pertumbuhan mikroorganisme yang
30 31RISETRISET
dapat menguraikan racun pada umbi
janeng. Ketiga cara pengolahan di atas,
residu HCN tersisa sebesar 1-10 mg per
kg gadung. Selanjutnya residu HCN
ini dapat dihilangkan dengan proses
pemanasan yang cukup saat umbi janeng
dimasak. Semoga setelah memahami
manfaat sebagai bahan pangan maupun
obat-obatan dan cara pengolahannya,
tanaman janeng yang banyak tumbuh di
hutan kembali menjadi makanan andalan
sebagai sumber karbohidrat dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.
(mks)
SITTI SALEHA, S.SI., M. SI
STAF PENGAJAR DI JURUSAN KIMIA FMIPA, UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
pada bagian yang sakit. Sebagai obat
dalam, janeng segar atau kering direbus
terlebih dahulu lalu airnya diminum.
Alternatif lain janeng juga bisa diolah
menjadi kolak atau digoreng menjadi
keripik. Jika dikonsumsi secara rutin
janeng dapat menyembuhkan rematik,
kencing manis, kusta, mulas, nyeri
empedu, nyeri haid, radang kandung
empedu, dan kapalan (obat luar).
Dewasa ini, janeng kurang mendapat
perhatian masyarakat untuk
dimanfaatkan sebagai bahan pangan
maupun obat-obatan. Hal ini disebabkan
janeng mengandung racun yang dapat
mengakibatkan pusing dan muntah
apabila proses pengolahannya tidak
dilakukan dengan benar. Sifat alami umbi
janeng yang beracun menyebabkan umbi
ini sering dimanfaatkan sebagai pestisida,
insektisida, dan rodentisida nabati.
Racun pada janeng terdiri dari senyawa
kimia dioskorin dan sianida. Racun
sianida timbul saat jaringan umbi janeng
dirusak, misalnya dikupas atau diiris.
Bila jaringan umbi rusak, dua senyawa
pembentuk racun yaitu linamarin dan
lotaustralin yang terkandung di dalam
umbi akan bereaksi dengan oksigen yang
ada di udara dengan bantuan enzim
linamarase membentuk glukosa dan
sianohidrin. Pada suhu kamar dan kondisi
basa, sianohidrin akan terurai menjadi
asam sianida (HCN) dan aseton.
Ada tiga cara pengolahan untuk
menghilangkan racun pada janeng
yang biasa dilakukan oleh masyarakat.
Pertama, janeng yang telah dikupas dan
diiris harus langsung dicuci dengan air
Serba-SerbiUmbi Janeng
Umbi janeng (Dioscorea
Hispida Dennst) merupakan
sumber karbohidrat yang
baik karena memiliki indeks glikemik
yang rendah. Komposisi utama janeng
adalah karbohidrat dengan bagian yang
dapat dimakan sekitar 85 persen. Jika
dibandingkan dengan singkong, kadar
karbohidrat janeng relatif lebih sedikit,
tetapi memiliki kadar air dan protein
lebih tinggi. Di wilayah Indonesia bagian
Jika dibandingkan dengan singkong, kadar karbohidrat janeng relatif lebih sedikit, namun memiliki kadar air dan protein lebih tinggi.
32
EDISI 221 . MARET 2018
33KREATIFKREATIF
EDISI 221 . MARET 2018
Dinyalakannya lampu teplok yang
sumbunya sudah menghitam
karena terus dibara saban
malam. Ayat-ayat Ilahi mulai diejakan
Ramli, sedang Jumadi tertatih-tatih
mengulang ejaan itu. Rutinitas ini tanpa
berkali-kali. Tercenganglah Ramli. Tak
mungkin ia menolak permintaan anak
semata wayangnya ini. Ia pun memulai
cerita setengah kebenaran itu.
***
Ladang itu terletak nan jauh di rimba.
Untuk menuju ke sana perlu berhari-
hari membuka jalan setapak, barulah
perjalanan kaki dua jam dapat ditempuh.
Ada sungai besar dan dalam yang
membelah hutan. Tetapi, Ramli tidak
kehabisan akal. Ia membuat rakit bambu
untuk menyeberang. Rakit itu selalu
disembunyikannya di semak-semak
bantaran sungai. Berharap tidak ada
orang yang membuntutinya sampai ke
ladang, sebab ia menanam tanaman
mulia.
“Perihal harimau dan buaya, ayah tak
perlu khawatir, ada doa penjinak yang
ditarekatkan kakek ke ayah,” jelas Ramli.
Jumadi terangguk-angguk mengikuti alur
cerita. “Lantas, tanaman mulia apakah
yang ayah maksud?” tanya bocah kecil
alpa terus diterapkan Ramli, terkecuali ia
telat kembali dari ladang yang letaknya
lima kilometer dari pemukiman tempat
ia tinggal. Jikalau ayahnya telat pulang,
maka Jumadi girang bukan main. Ia
bisa leluasa bermain dengan kawan-
kawan sekolah dasar sekampung Alue
Bade. Membakar biji jarak kering yang
ditusuk selayak sate adalah permainan
yang paling ia sukai. Disulutkannya api
di ujung biji, maka lahirlah lilin alam
yang mereka pegang girang untuk
kemudian menyusuri jalan-jalan gelap di
perkampungan. Kalsum, Mak Jumadi,
merepet tak henti-henti melihat baju
anaknya terlukis coklat getah jarak yang
menyerupai pulau-pulau antah-berantah.
Hal yang paling ditunggu Jumadi tak lain
adalah cerita pengantar tidur dari sang
ayah. Mulai dari cerita Abu Nawas, Malin
Kundang, Ahmad Rahmanyang, dan
cerita rakyat lainnya. Walau lelah seharian
ia berladang, cerita itu tetap harus
dikumandangkan Ramli untuk si buah
hatinya. Namun, ada segudang teka teki
dalam benak Jumadi akan ladang yang
saban hari diurus ayahnya. Tak pernah
ada hasil ladang atau kebun ayah yang
dilihat Jumadi. Ketika ia merengek minta
ikut ke ladang, maka dikisahlah harimau
dan macan ganas banyak gentayangan
yang siap mengoyak jantung anak-anak.
Suatu malam, terjebaklah Ramli dengan
cerita permintaan anaknya. Jalan ke
ladang, cara berladang, apa yang
ditanam di sana harus diceritakan.
Kuping Jumadi sudah bosan dengan
koleksi cerita ayahnya yang sudah diulang
itu penasaran. Dikisahlah kembali dengan
sabar dan hati-hati.
Batang tanaman itu paling besar dua kali
jempol kaki orang dewasa. Tingginya
bisa melebihi tinggi orang dewasa,
tetapi tidak sampai terlalu menjulang.
Tumbuhan itu hanya dimanfaatkan
daun dan biji saja. Dia bisa digunakan di
mana saja. Kalau kata perokok, namanya
disandang tembakau mulia. Dalam
meracik bumbu masakan dia digelar
rempah mulia. Masyarakat tempo dulu
mentahtakannya dengan peunajoh raja.
Sedang kata petani picik, ia direndahkan
sebagai tanaman pagar penghalang
hama babi. Tetapi, ayah menanaminya
karena tumbuhan itu memang mulia dan
untuk orang-orang mulia.
“Tapi bukankah raja sudah tidak ada
lagi? Jadi siapa yang harus dimuliakan
untuk mengkonsumsi tanaman mulia
yang ayah tanam?” tanya Jumadi
penasaran. Ramli memutar bola mata
ke langit-langit kamar sambil mengerut
dahi. Ia berpikir keras. Kemudian
melanjutkan ceritanya.
Setiap orang yang mengonsumsi daun
dan biji tanaman mulia akan mulia. Ia
akan merasa seperti raja yang dengan
singgasana tanpa ada beban dunia
akhirat. Orang yang mengonsumsinya
dianugerahkan dapat melayang-layang di
udara melebihi Nabi Sulaiman yang bisa
terbang ke mana saja bersama angin.
Pemerintah sekarang takut tersaingi
dengan lawan politiknya. Dan yang
paling ditakuti oleh presiden, gubernur,
bupati, camat, kepala desa, kepala
lorong sekalipun adalah lahirnya raja-raja
M. YUSRIZAL
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH, FKIP, UNSYIAH.
baru karena mengonsumsi tanaman ini.
Ditakutkan akan menyaingi mereka.
Pemerintah melarang keras untuk
menanami dan mengedarkan tanaman
itu. Kalau masa kerajaan dulu, para
raja dan panglima sagoe mengeluarkan
reusam, aturan pelarangan menanam,
mengedar, dan mengonsumsi tanaman
mulia. Kalau dijumpai, maka orang
itu akan dicambuk beratus-ratus kali
di depan khalayak ramai. Jumadi
mengerutkan dahi pertanda seramnya
cerita sang ayah.
“Apa ayah sudah pernah menjadi
raja? Atau ayah sudah pernah terbang
melayang melebihi Nabi Sulaiman? Apa
ayah tidak takut dijerat dengan hukuman
pemerintah?”
Pertanyaan itu lahir bertubi-tubi dari anak
yang belum balig akalnya. Jam telah
pukul dua belas malam. Ditiupnya lampu
teplok oleh Ramli. Lalu Jumadi terlelap
tanpa memikirkan lagi tanaman mulia itu.
***
“Apa ayah sudah pernah menjadi
raja? Atau ayah sudah pernah terbang
melayang melebihi Nabi Sulaiman? Apa
ayah tidak takut dijerat dengan hukuman
pemerintah?”
Malam ini Jumadi tidur di pangkuan
ayahnya. Dingin merasuk tulang. Tidak
ada kasur empuk. Ia rela tidur dalam
sangkar berjeruji menemani sang ayah.
Terlebih rindu akan lanjutan cerita
tanaman mulia masih terngiang-ngiang.
(cds)
Tanaman Mulia
Apa ayah sudah pernah menjadi raja? Atau ayah sudah pernah terbang melayang melebihi Nabi Sulaiman? Apa ayah tidak takut dijerat dengan hukuman pemerintah?
pixabay.com
EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
34 35GALERIGALERI
MENTERI Perindustrian Republik
Indonesia, Ir. Airlangga Hartarto, MBA,
MMT, memberikan kuliah umum di
depan ribuan mahasiswa dan civitas
Unsyiah di Gedung AAC Dayan Dawood.
Dalam kuliah umum tersebut, menteri
yang tergabung dalam Kabinet Kerja ini
mengangkat tema Revolusi Industri 4.0
dan Sumber Daya Manusia Indonesia.
Menurut Airlangga, saat ini dunia industri
mengalami perubahan besar dan telah
masuk di era revolusi industri keempat
atau yang dikenal dengan Industri
4.0. Perubahan ini ditandai dengan
berkembangnya dunia teknologi digital
yang diintegrasikan ke dalam proses
produksi industri. Untuk itu, ia mengajak
para mahasiswa agar mengambil
kesempatan ini dengan meningkatkan
kemampuan dan kreativitas terutama di
bidang digital.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri
Perindustrian juga meresmikan Gedung
Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah
yang berada di Sektor Timur, Unsyiah.
Kehadiran Gedung ini diharapkan menjadi
pusat bertemunya para alumni untuk
membangun Unsyiah dan Aceh.
EDISI 221 . MARET 2018EDISI 221 . MARET 2018
38 39FAKULTASFAKULTAS
Mahkamah Konstitusi (MK) telah
menyediakan video conference
(vicon) di 42 perguruan tinggi
seluruh Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan persidangan jarak jauh. Sarana
ini dapat dimanfaatkan secara gratis oleh
pemohon dan termohon untuk pelaksanaan
persidangan. Mekanisme persidangan jarak
jauh pun telah diatur dalam PMK Nomor 18
Tahun 2009 tentang Pedoman Pengajuan
Permohonan Elektronik (electronic filing)
dan Pemeriksaan Persidangan Jarak Jauh
(video conference).
Di Aceh, vicon tersedia di dua tempat, yaitu
Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala dan
Fakultas Hukum, Universitas Malikussaleh,
Lhokseumawe. Kehadiran sarana ini
membuat pemohon tidak perlu lagi
mengeluarkan biaya untuk menghadirkan
saksi ke Ruang Sidang MK di Jakarta.
Mereka dapat mengikuti persidangan
menggunakan video conference yang
tersedia di Fakultas Hukum.
Selain sebagai sarana memudahkan akses
masyarakat mencari keadilan, vicon juga
berkontribusi mendukung proses akademik.
Di Fakultas Hukum Unsyiah misalnya,
dalam sebulan tidak kurang dari sepuluh
kuliah umum dan seminar dilakukan
oleh mahasiswa dan dosen dengan
memanfaatkan fasilitas ini. Siapapun dapat
bergabung mengikuti berbagai kegiatan
akademik di ruang vicon.
Keaktifan Fakultas Hukum Unsyiah
memanfaatkan Video Conference
membuahkan hasil besar di tahun ini.
Sejak tahun 2015, Kepaniteraan dan
Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi
melakukan seleksi dan memilih pengelola
vicon terbaik dari 42 universitas. Pada
pertengahan Februari 2018 lalu, Fakultas
Hukum Unsyiah ditetapkan sebagai
pengelola vicon terbaik pertama untuk
periode 2017 dengan nilai 65,5. Disusul
Fakultas Hukum Universitas Mataram
sebagai juara II dengan nilai 56,2
dan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
sebagai juara III dengan nilai 54,9.
T. Irfan Sujana S.Pt, Operator Vicon Fakultas
Hukum Unsyiah, mengatakan ada beberapa
kriteria penilaian, seperti keaktifan
menayangkan persidangan MK, keaktifan
pemanfaatan vicon untuk kuliah umum
atau seminar, dan kesiapan pelayanan
persidangan jarak jauh. Selain itu, juga
terdapat penilaian terkait ketertiban dalam
penyelesaian administrasi, serta pelaporan
pemeliharaan vicon sebagai bagian dari
pengelolaan barang milik negara.
Penghargaan ini menjadi penyemangat bagi
Fakultas Hukum untuk terus meningkatkan
kualitas pelayanan dalam menggunakan
vicon. Mukhlis, SH. M.Hum, Ketua Tim
Pengelola Vicon Unsyiah, berkomitmen untuk
mempertahankan status juara ini di tahun
mendatang. Langkah yang ditempuh dengan
memaksimalkan pemanfaatan vicon untuk
persidangan maupun proses akademik.
“Untuk mempertahankan status juara ini, kita
harus siap bersaing lebih ketat,” ujar Mukhlis.
Pengelola vicon Fakultas Hukum Unsyiah
juga akan bekerja sama dengan pimpinan
fakultas dan berusaha meningkatkan
jumlah keterlibatan para dosen,
mahasiswa, dan civitas akademika. Semua
pihak diharapkan berperan aktif dalam
meningkatkan pemanfaatan fasilitas vicon.
Sementara itu, langkah awal yang
ditempuh dengan mengajak beberapa
tenaga pengajar, pusat studi, dan guru
besar untuk memberikan kuliah umum,
seminar, atau kegiatan akademik
menggunakan fasilitas vicon. Tetapi kedua
kegiatan tersebut (persidangan jarak jauh
dan kegiatan akademik) membutuhkan
partisipasi aktif mahasiswa dalam jumlah
besar sebagai peserta. Peningkatan jumlah
peserta ini sangat diperlukan sebab
menjadi salah satu indikator penilaian
dalam seleksi pengelolaan vicon terbaik
setiap tahunnya.
Menyadari itu, tim vicon Fakultas Hukum
Unsyiah terus berupaya menumbuhkan
motivasi mahasiswa dengan mewajibkan
mereka berpartisipasi dalam kegiatan
persidangan dan kuliah umum. Partisipasi
mahasiswa dalam kegiatan ini direncanakan
menjadi salah satu syarat sidang (ujian
akhir) mahasiswa. Bagi mahasiswa yang
aktif terlibat akan diapresiasi dengan
sertifikat pendamping ijazah.
“Untuk kegiatan persidangan, kewajiban ini
dikhususkan bagi mahasiswa Hukum Tata
Negara,” tegas Mukhlis.
Artinya mahasiswa jurusan tersebut wajib
mengikuti persidangan yang dilakukan
oleh Mahkamah Konstitusi sebagai
penambahan ilmu khususnya di bidang
Hukum Tata Negara. Selain itu, pengelola
vicon juga berencana melibatkan lebih
banyak lagi organisasi mahasiswa untuk
memanfaatkan vicon dalam kegiatan
akademik. Sebab menurutnya, saat ini
hanya mahasiswa yang tergabung dalam
Asian Law Student Association (ALSA) yang
kerap menggunakan fasilitas ini untuk
berkoordinasi dengan perwakilan ALSA di
luar Aceh. (un)
Fakultas Hukum Unsyiah
Memaksimalkan PemanfaatanVideo Conference
Pada pertengahan Februari 2018 lalu, Fakultas Hukum Unsyiah ditetapkan sebagai pengelola vicon terbaik pertama untuk periode 2017 dengan nilai 65,5.
41ENGLISH
For some, the Darmasiswa program
represents an indispensable opportunity
for personal and professional growth.
Mahmoud, a 19-year-old student from
Palestine, will teach Bahasa Indonesia at
the Indonesian Embassy when he returns
home. Mellisa, a 20-year-old student from
Zimbabwe, hopes the language skills she
gains here in Aceh will help her complete
a degree in translation at the University
of Zimbabwe. And Burhan, a 23-year-old
student from Thailand who majored in
Bahasa Melayu, used this experience to
complete research for his thesis.
Taught by expert faculty members of
Unsyiah’s prestigious education faculty
(FKIP), Darmasiswa students attend
rigorous daily Bahasa Indonesia classes
at Pascasarjana Unsyiah. In only six short
months, they have learned to clearly express
themselves through writing, have excelled in
reading, and have become conversationally
fluent in Bahasa. Following course materials
carefully designed by the Bahasa Indonesia
Bagi Penutur Asing (BIPA) program, these
students will leave Indonesia with an
unforgettable souvenir: the ability to speak
Bahasa Indonesia.
Students have been busy outside of the
classroom as well. In addition to studying
Bahasa, Darmasiswa students have learned
to make traditional Acehnese handicrafts
and prepare local Indonesian cuisine like
Boh Rom-Rom. They have also participated
in a variety of cultural excursions to places
like the Tsunami Museum, Museum Aceh,
the PLTD Apung 1, Lampuuk beach,
Kampung Pande (to catch crabs using
traditional fishing methods!), and even to
Sabang Island. Many volunteer their time
teaching English at local pesantren, high
schools, and universities. Some teach karate.
Others are learning to play the sarunee kale.
Perhaps the group’s greatest challenge
has been learning traditional Acehnese
dance. At the invitation of Rector Prof.
Dr. Ir. Samsul Rizal, Darmasiswa students
performed Likok Pulo at Unsyiah’s 57th
anniversary celebration in front of a cheering
audience of students and administrators. “I
love music and dancing, so for me this was
the best activity to get to know Acehnese
culture. We had to practice a long time,”
said Ugne, a 32-year-old student from
Lithuania, reflecting on the experience. Their
hard work certainly paid off, earning them
a standing ovation. They will perform this
Acehnese dance again at the Darmasiswa
Program’s closing ceremony in Jakarta
this May, possibly in front of Indonesian
President Joko Widodo.
As the year comes to an end, some students
are thinking of ways to stay in Indonesia.
“I wanted to go abroad to extend my
knowledge at an institution of higher
education,” says Muhammad, a 34-year-
old student from Senegal. Muhammad
has found a second home in Aceh. “Aceh
is a peaceful place. As a Muslim, I feel so
connected to the people here. The Acehnese
have treated me like family. If possible, I’d
like to finish my Bachelor’s degree at Syiah
Kuala University,” Muhammad remarked.
The Darmasiswa Program’s inaugural
year at Universitas Syiah Kuala has been
a monumental success. When asked if
they would recommend this program to
their friends, every one of the Darmasiswa
students enthusiastically agreed. “The
Darmasiswa Scholarship gives you an
experience second to none. You appreciate
the world more because of your travel, you
are able to see life with a new and different
perspective,” said Chako, reminiscing over
a coffee about his time in Aceh. “I have
established so many lifelong friendships in
Aceh. I don’t want to leave.” (un)
“Darmasiswa has allowed
me learn so much about
Indonesian culture and
language,” said Subkhuddin, a 21-year-old
exchange student from Tajikistan studying
Bahasa Indonesia at Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah). “I am very grateful.”
The Darmasiswa Scholarship Program has
been around since 1974, giving foreign
students the unique opportunity to study
Indonesian language, art and culture at over
fifty of the nation’s best universities.
Beyond just enabling foreigners to study
in Indonesia, this program serves a vital
diplomatic purpose: when students return to
their home countries, they serve as cultural
ambassadors who strengthen Indonesia’s
diplomatic relations abroad, promote
cross-cultural understanding, and enhance
Indonesia’s international image. Yet although
the program has existed for over forty years,
it is celebrating its first year in Aceh.
Comprised of twelve students from China,
Taiwan, Thailand, South Korea, Zimbabwe,
Palestine, the United States, Senegal,
Lithuania, and Tajikistan, it can also be said
that the Darmasiswa Program is bringing the
world to Aceh.
Ria Ervilitia, the Assistant Project Manager
for the Darmasiswa Program at Unsyiah,
stressed the important role Darmasiswa
students have played in increasing tourism
in Aceh Province and improving Aceh’s
international appearance. “Darmasiswa
students can be brand ambassadors, helping
to promote tourism in Aceh. Many foreign
people are afraid to come to Aceh because
of issue like the civil war and the tsunami.
But Darmasiswa students can change this —
they can show people the true Aceh, show
them how beautiful and safe Aceh really is,”
Ervilitia noted.
EDISI 219 . JANUARI 2018
• Ryan Sutherland
• Darmasiswa scholar from the United States, studying Bahasa Indonesia at Universitas Syiah Kuala
• A former Fulbright scholar to Spain that focused on teaching high school students about diplomacy, human rights, peace-keeping and conflict resolution.
• Hopes to work as a public health physician in Indonesia and South America.
• Graduated with highest honors from Emory University in Atlanta, Georgia, majoring in music and biology.
• Working with Sanggar Seni Seulaweuet Banda Aceh and have designed a syllabus for a virtual lecture series about Acehnese traditional dances
• Member of Global Environmental Health Lab’s team of research scientists. GEH is a non-profit based out of New York City. With this organization, he have the chance to participate in public health projects that will help thousands of Indonesians live healthier lives.
• Serving as an e-intern with USAID-Indonesia. He produce social media content, research and write human interest stories on topics ranging from public health to education, and draft and translate official press releases.
PERSONAL INFORMATION
Bringing the World to Aceh;The Darmasiswa ScholarshipProgram’s First Yearin Aceh Province
40 ENGLISH
EDISI 221 . MARET 2018
44 MUTU 45MUTU
EDISI 216 . OKTOBER 2017 EDISI 216 . OKTOBER 2017EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018
Indahnya hasil perjalanan mutu Unsyiah hari ini. Hasil dari proses panjang yang dilakukan secara konsisten, terstruktur,
dan berkesinambungan melalui keberanian dan kebersamaan menerobos kebiasaan yang tak lumrah di lingkungan perguruan tinggi. Saat diikrarkan lebih 15 tahun lalu (cikal bakal Badan Penjaminan Mutu (BJM) Unsyiah) banyak hal yang telah dicapai melalui kerangka standar mutu Unsyiah yang diinisiasi BJM tahun 2006 dan diluncurkan tahun 2008.
Unsyiah sudah melewati tiga tahap proses mutu: membangun kerangka mutu (2001-2006), penguatan dan eksistensi (2008-20015), dan proses rekonstruksi mindset menuju budaya mutu pasca akreditasi A dan era BLU (2016-hingga sekarang). Fase ini rawan karena menjadi tolak ukur pergeseran nilai kuantitatif mutu ke arah nilai kualitatif mutu yang disebut budaya mutu.
Bagaimana menghadapi fase rekonstruksi mindset tersebut? Saat ini, Unsyiah telah memiliki model manajemen mutu melalui implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang terstruktur berkelanjutan berdasarkan standar dan capaian mutu yang telah ditetapkan. Tantangan utama Unsyiah saat ini adalah merealisasi target-target dalam standar mutu baru yang telah disusun oleh LP3M. Standar ini dianggap telah memenuhi bahkan melebihi dari SNPT sebagai acuan seluruh unit kerja dalam menjalankan dan mencapai target mutu. Diharapkan ada manfaat dari standar mutu baru
Menghadapi tahapan aktualisasi budaya mutu ke depan, maka pemahaman terhadap Total Quality Management System (TQMS) harus diartikan seluruh pengambil kebijakan dan pelaksana mutu Unsyiah sebagai upaya meningkatkan kualitas secara terpadu di seluruh lini perguruan tinggi. Pemahaman mutu yang saat ini masih didominasi upaya mendapatkan pengakuan secara eksternal melalui akreditasi, ISO, AUN dan sebagainya, harus digeser menjadi pemahaman yang hadir dari rekonstruksi mindset dari pengambil kebijakan. Sehingga mutu tidak saja terpapar pada setumpuk sertifikat pengakuan A, tetapi juga tercermin dari perubahan sikap, perilaku, dan karakter civitas akademika dalam menjalankan tridharma perguruan tinggi.
Melalui 41 standar mutu baru (draft 2017) Unsyiah, kita berharap mahasiswa
Menakar Standar Mutu Baru Unsyiah dengan Rekonstruksi Mindset
dan dosen semakin puas dengan segala bentuk kondisi sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia. Diharapkan kualitas pelaksanaan kurikulum KPT yang sudah diluncurkan di tahun 2016, tidak dipahami sebatas perubahan jenis dokumen kurikulum atau perubahan nama mata kuliah saja. Perubahan sikap, perilaku, dan karakter oleh pimpinan unit pelaksana ditingkat universitas, fakultas, dan prodi harus dilakukan dalam memenuhi tuntutan KPT itu sendiri. Mungkin belum ada yang berpikir bahwa perubahan SKS pada kegiatan praktikum akan berdampak pada perlunya meningkatkan dana pelayanan praktikum kepada mahasiswa. Dosen pelaksana praktikum harus juga harus meningkatkan dan memperbaharui materi, metode, dan ouput praktikum bagi mahasiswa. Inilah yang disebut dengan rekonstruksi mindset dalam menjalankan mutu di bidang pendidikan atau pembelajaran.
Hal yang sama diharapkan dari hasil implementasi standar mutu baru Unsyiah di bidang penelitian dan pengabdian adalah peningkatan jumlah penelitian dan publikasi. Seperti diketahui, peningkatan penelitian dan publikasi telah membawa Unsyiah pada jenjang populer dan diperhitungkan di peringkat nasional. Pada tahapan rekonstruksi mindset terkait standar mutu baru, pemahaman mutu penelitian dan pengabdian tidak sebatas pada banyak jumlah dosen yang terlibat. Tetapi juga harus diukur luasnya sebaran keterlibatannya di seluruh bidang keilmuan, variasi latar belakang dosen pelaksana penelitian, serta komitmen menjalankan rencana induk penelitian Unsyiah.
Produk hasil kegiatan pengabdian masyarakat harus diterjemahkan bukan
saja dari sisi kemampuan mentransfer teknologi, tetapi juga harus membawa dampak perubahan sosial masyarakat. Parameter mutu seperti ini akan mampu menunjukkan bahwa standar mutu baru Unsyiah memiliki dampak dan bernilai baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dari sisi manajemen internal, rekonstruksi mindset sangat dibutuhkan sehingga ada perubahan perilaku, sikap, dan karakter dalam menyikapi seluruh hambatan dan bootleneck manajemen administrasi, perencanaan, dan keuangan untuk mendukung target standar mutu yang baru. Pengambil kebijakan di bidang ini harus lebih piawai dalam menyikap konsekuensi dari penerapan standar mutu baru Unsyiah nantinya. Terobos-terobosan dalam sistem manajemen administrasi, perencanaan, dan keuangan harus berani dimulai sehingga hadir energi baru bagi pelaksana mutu di tingkat unit kerja pelaksana (fakultas, jurusan, prodi, lembaga dan UPT).
Sementara itu, ketika daya khayal mutu ingin mewujudkan akreditasi internasional, di tatanan program studi kita masih disibukkan dengan sulitnya mendapatkan bahan praktikum, wifi yang lelet, ruang kuliah yang kotor dan panas, kondisi laboratorium, dan lain sebagainya. Kita juga masih disibukkan dengan diskusi status organisasi mutu tingkat fakultas dan prodi yang dirasakan masih terkesampingkan.
Satuan Penjaminan Mutu Fakultas (SJMF) harusnya dijadikan unit mutu yang memiliki kekuatan organisasi dan program rutin yang tercermin dalam Renstra Mutu Fakultas, memiliki SDM yang mewakili seluruh program studi,
Dr. Ir. M. AMAN YAMAN, M.Agric.Sc
KEPALA PUSAT PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (PPSMM)
LP3M UNSYIAH
serta memiliki dana operasional. Prodi kecil harus dibesarkan dan prodi besar harus dipacu agar berprestasi mutu di level internasional. Bahkan jika ingin jujur dalam mutu, program studi yang spesifik harus berani dikembangkan menjadi fakultas dengan justifikasi mutu berbasis potensi Aceh.
Pemikiran semacam ini tentunya tidak dapat diantisipasi hanya dengan sebatas meluncurkan dokumen standar mutu baru saja. Unsyiah harus mulai melakukan rekonstruksi mindset terhadap program dan proses mutu menyangkut perubahan sikap, perilaku, kinerja, dan karakter dari seluruh level pimpinan, pelaksana, unit utama, dan pendukung. Ini untuk mewujudkan TQMS atau yang populer dengan SPMI terstruktur dan berkelanjutan.
Perubahan sikap, perilaku, kinerja, dan karakter dalam menjalankan mutu berkelanjutan akan menunjukan kualitas kedewasaan menjalankan mutu di Unsyiah secara bersamaan. Tuntutan mutu perguruan tinggi tidak pernah berhenti. Standar mutu akan terus meningkat. Tinggal bagaimana segenap pelaksana mutu Unsyiah menyikapinya. Unsyiah sudah dijalur tepat, pacu terus kecepatan mutu, berani melakukan terobosan (out of the box), dan harus berani keluar dari comfort zone mutu (puas hanya dengan akreditasi A saja).
Lalu, kapan mutu akan berubah menjadi budaya mutu di kampus Darussalam tercinta ini? Ketika kedai kopi masih penuh, uap kopi masih mengangkasa sepanjang hari, dan mutu digambarkan imajiner sebagai sertifikat pujian saja, maka waktu dan zamanlah yang akan menjawabnya. Bravo untuk Unsyiah yang bermutu! (rk)
Unsyiah tersebut, yaitu harus mampu menumbuhkembangkan budaya mutu yang tercermin dari perubahan sikap, perilaku, dan karakter dari seluruh civitas akademika Unsyiah.