blu unsyiah; tantangan dan...

25
DUTA BACA UNSYIAH Karantina Memperkuat Karakter Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp. KG Memilih Konservasi Gigi sebagai Jalan Hidup BLU Unsyiah; Tantangan dan Peluang ENERGI BARU UNIVERSITAS EDISI 221 . MARET 2018 www.humas.unsyiah.ac.id ISSN 0215-2916

Upload: others

Post on 06-Sep-2019

17 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DUTA BACA UNSYIAH Karantina Memperkuat

Karakter

Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp. KGMemilih Konservasi Gigi

sebagai Jalan Hidup

BLU Unsyiah; Tantangan dan

Peluang

ENERGI BARUUNIVERSITAS

EDISI 221 . MARET 2018

w w w. h u m a s . u n s y i a h . a c . i d

ISSN

021

5-2

916

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

3

BAGI seorang muslim, tentu tak asing lagi dengan

hadis Rasulullah Saw yang berbunyi, “Ketahuilah setiap

kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai

pertanggungjawabannya atas yang dipimpin, penguasa

yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai

pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap

kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya

dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang

dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah

suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai

pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak

seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan

dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap

kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (H.

R. Bukhari).

Hadis di atas menjelaskan betapa besarnya tanggung jawab

seseorang yang diberi kepercayaan menjadi pemimpin.

Selain harus bertanggung jawab terhadap keluarga, ia juga

harus bertanggung jawab terhadap organisasi atau lembaga

yang dipimpinnya. Tetapi, yakinlah Allah Swt menakdirkan

seseorang mengemban amanah besar ini karena dipandang

mampu menjalankan tanggung jawab tersebut.

Pemimpin sering diibaratkan sebagai nakhoda yang menuntun

bahtera menuju tujuan yang direncanakan. Untuk menjamin

rasa aman bagi penumpangnya, dibutuhkan nakhoda yang

handal dalam mengendalikan laju bahtera tersebut. Demikian

juga dalam sebuah organisasi. Seorang pemimpin harus

memiliki kompetensi tinggi sehingga dapat membangun

organisasi dan mengembangkannya ke arah lebih baik. Selain

membangun organisasi yang mampu bersaing, seorang

pemimpin juga harus mewujudkan harapan yang diinginkan

bawahannya.

Di sisi lain, pemimpin juga harus menjalankan visi, misi,

dan program kerja yang telah ditetapkan dan dijanjikan.

Sebab hal ini merupakan tolak ukur penilaian orang-orang

sekitar terhadap kompetensi dirinya, sekaligus menjadi poin

perbandingan dengan pemimpin sebelumnya. Oleh karena

itu, sudah sepantasnya pemimpin terpilih harus melakukan

perubahan yang mengarah kepada pengembangan organisasi.

Di awal tahun 2018, Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah),

Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., melantik pimpinan baru

dari beberapa fakultas. Dalam sambutannya, Rektor meminta

kepada pejabat terpilih untuk melakukan perubahan dan

pengembangan di fakultas masing-masing. Terutama dalam

peningkatan akreditasi program studi dan jumlah dosen yang

bergelar doktor.

Geliat perubahan pun semakin terasa setelah Prof. Dr. Ir.

Samsul Rizal, M.Eng terpilih kembali sebagai Rektor Unsyiah

periode 2018-2022. Diharapkan dengan semangat baru ini

dapat membawa Unsyiah menjadi perguruan tinggi ternama

di Asia Tenggara. Terlebih lagi saat ini, telah banyak kegiatan

berskala nasional dan internasional yang melibatkan para

civitas akademika Unsyiah. Ini membuktikan Unsyiah semakin

diperhitungkan keberadaannya. Semoga dengan perubahan

dan perkembangan yang telah dicapai oleh universitas ini,

dapat membawa perubahan lebih baik bagi masyarakat.

(Redaksi)

Asa padaSang Nakhoda

HUSNI FRIADY, S.T., M.M.

IFTITAH

EDISI 207 . JANUARI 2017 EDISI 221 . MARET 2018

5

IZIN TERBITDITERBITKAN OLEHPERINTIS

PEMBINA

PENASIHAT BIDANG REDAKSI

PENASIHAT BIDANG ADMINISTRASI & PENGEMBANGANKETUA PENGARAHPEMIMPIN REDAKSIWAKIL PEMIMPIN REDAKSIREDAKTUR PELAKSANASEKRETARIS REDAKSIEDITOR PEWARTA

FOTOGRAFERLAYOUTERADMINISTRASI & KEUANGAN LOGISTIK SIRKULASIWEB MASTER

STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda AcehProf. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.); T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala) Dr. Hizir (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC. (Wakil Rektor III); Dr. Nazamuddin, S.E., M.A. (Wakil Rektor IV)

Prof. Dr. Husni Jalil, S.H., M.Hum. (Wakil Rektor II)Drs. Zulkarnaini M. YasinHusni Friady, S.T., M.M.Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.Rika Marlia, S.E., M.M.Muarrief Rahmat, S.Pd.Ferhat, S.E.Ibnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si. |Uswatun Nisa S.I.Kom., M.A. | Muksalmina, S.Sos.I.Syahri Afrizal, S.I.Kom.Sayed JamaluddinNadia Ulfa, A.Md.Munawar, S.H. | Amrizal, S.Pd.SaidiMuhammad Iqbal, S.I.Kom.

WARTA UNSYIAHEDISI 221 . MARET 2018

ISSN 0215-2916TEBAL ISI 48 HALAMAN

DITERBITKAN OLEHHUMAS UNIVERSITASSYIAH KUALA

REDAKSI WARTA UNSYIAH

[email protected] TVWEBSITEwww.humas.unsyiah.ac.idFACEBOOK@univ.syiahkuala.idINSTAGRAM@[email protected]

Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke email [email protected] (600-700 kata)

WARTAEnergi Baru Universitas

POLEMUniversitas peureule energi, ureueng peureule gizi(*Universitas butuh energi, orang butuh gizi)

SAG

OE

PO

LEM

IFTITAH 3ASA PADA SANG NAKHODA

EDUKASI 6-7CARA MUDAH MENYAMPAIKAN KOMPLAIN

MAHASISWA 8-9DUTA BACA UNSYIAH KARANTINA MEMPERKUAT KARAKTER

FOKUS 10-15ENERGI BARU UNIVERSITASMENINGKATKAN DAYA SAING UNIVERSITAS

PROFIL 18-19Dr. drg. CUT SORAYA, M.Pd., Sp. KGMEMILIH KONSERVASI GIGI SEBAGAI JALAN HIDUP

PENGABDIAN 20-21MEMBANGUN DESA DENGAN PROGRAM UNGGULAN

RELIGIA 26-27TIGA MODAL DASAR KEPEMIMPINAN

PERSPEKTIF 28-29BLU UNSYIAH; TANTANGAN DAN PELUANG

RISET 30-31SERBA-SERBI UMBI JANENG

KREATIF 32-33TANAMAN MULIA

FAKULTAS 38-39MEMAKSIMALKAN PEMANFAATAN VIDEO CONFERENCE

ENGLISH 40-41BRINGING THE WORLD TO ACEH; THE DARMASISWA SCHOLARSHIP PROGRAM’S FIRST YEAR IN ACEH PROVINCE

MUTU 44-45MENAKAR STANDAR MUTU BARU UNSYIAH DENGAN REKONSTRUKSI MINDSET

ASPIRASI 46-47MENURUTMU, APA YANG HARUS MENJADI PERHATIAN REKTOR DEMI KEMAJUAN UNSYIAH KE DEPAN?

84 DAFTAR ISIREDAKSI

18 40

6 7EDUKASIEDUKASI

Complaint Management System UPT Perpustakaan Unsyiah

Cara Mudah Menyampaikan KomplainKomplain adalah salah satu bentuk

ketidakpuasan yang ditujukan kepada

organisasi, baik terkait dengan produk

atau proses penanganan keluhan itu

sendiri. Dari komplain diharapkan adanya

tanggapan atau penyelesaian secara

tersurat atau tersirat1. Melihat dari

definisi ini, komplain merupakan proses

komunikasi untuk kelancaran aktivitas

di perpustakaan. Di mana pemberi

komplain menjadi komunikator dan

staf perpustakaan menjadi komunikan

dan komplain yang diterima sebagai

pesan yang membutuhkan penyelesaian.

Penyelesaian komplain yang diterima

oleh komunikator merupakan feed

back dalam proses komunikasi tersebut.

Keberhasilan komunikasi tersebut

ditandai dengan feed back yang baik dari

pemberi komplain dalam artian komplain

terselesaikan.

Dalam proses mediasi penyelesaian

bentuk komplain maupun keluhan dari

pemustaka, Perpustakaan Unsyiah telah

meluncurkan suatu produk layanan

untuk menampung kritik, saran, ide

maupun keluhan-keluhan yang dianggap

membangun. Layanan Complaint

Management System merupakan

sebuah aplikasi yang menampung dan

menerima komplain pemustaka secara

online. Sistem ini dibangun untuk

memetakan setiap kendala yang dialami

pemustaka dalam pemanfaatan layanan

perpustakaan di Unsyiah. Pemetaan ini

akan dijadikan tolak ukur keberhasilan

perpustakaan dalam menciptakan

layanan kerja di Perpustakaan Unsyiah.

1. SOP complain handling UPT. Perpustakaan Unsyiah

Berikut media penyampaian komplain

yang disediakan oleh Perpustakaan

Unsyiah: Melalui web khusus komplain

http://uilis.unsyiah.ac.id/complaint/login.

php.

Melalui beberapa media, seperti:

email ([email protected]),

Facebook (@pustaka.unsyiah), WhatsApp,

Twitter (@unsyiah_lib), dan Instagram.

Keseriusan Perpustakaan Unsyiah dalam

menangani penyelesaian komplain baik

internal maupun eksternal sangat kuat.

Perpustakaan langsung menetapkan

standar penanganan komplain yang

dimulai dari proses pencatatan hingga

penyelesaiannya. Penanganan komplain

yang diterima telah ditetapkan dalam

prosedur operasional baku komplain

handling NO. PRO-PM-11. Penyusunan

SOP komplain handling (ISO 10002:

Customer Satisfaction/Complain

Handling).

Penyelesaian komplain haruslah tepat

sasaran, terproses cepat, dan sesuai

kebutuhan pemberi komplain. Semua

komplain yang diterima akan dianalisis

eksternal. Dalam hal ini perpustakaan

harus dapat menyelesaikan permasalahan

tersebut demi mewujudkan pelayanan

prima bagi pemustaka.

Komplain-komplain yang diterima

oleh Perpustakaan Unsyiah baik dari

pihak internal maupun eksternal dapat

dijadikan bahan evaluasi diri terhadap

kelancaran aktivitas perpustakaan

dalam pemenuhan informasi kepada

pemustaka. Adanya komplain yang

diterima memudahkan perpustakaan

dalam memperbaiki kekurangan yang

ada pada Perpustakaan Unsyiah.

Komplain yang diberikan oleh pemustaka

merupakan sebuah bentuk kesetiaan dan

kepedulian yang ditunjukkan mereka

kepada perpustakaan.

dan diselesaikan secepatnya, sehingga

komplain yang sama tidak terjadi lagi di

waktu mendatang.

Kehadiran Complain Management

System diharapkan mampu memberikan

kepuasan bagi para pengguna, sejalan

dengan moto yang diutarakan oleh

Taufiq Abdul Gani, turning complaining

customer to loyalty customer. Upaya-

upaya yang dilakukan oleh Perpustakaan

Unsyiah harus diapresiasi dan didukung

oleh semua pihak demi terwujudnya

pelayanan prima di Perpustakaan Unsyiah

dan Unsyiah sebagai universitas. (rk)

Selama ini, Perpustakaan Unsyiah

telah menunjukkan banyak

perubahan dan prestasi yang

membanggakan bagi Unsyiah. Di bawah

pimpinan Dr. Taufiq Abdul Gani dan

dukungan semua pihak, Perpustakaan

Unsyiah telah melakukan banyak

gebrakan yang berani dan membangun.

Hal ini terbukti dengan akreditasi A

yang diperoleh dan sertifikat ISO 9001:

2008 berstandar internasional. Hasil

yang diperoleh ini tidak membuat

Perpustakaan Unsyiah berbangga diri.

Perpustakaan Unsyiah terus berupaya

mempertahankan kualitas layanan

sesuai standar pelayanan prima kepada

pemustaka.

Pelayanan prima pada perpustakaan

sudah diatur dalam undang-undang

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

Komplain-komplain yang diterima oleh Perpustakaan Unsyiah baik dari pihak internal maupun eksternal dapat dijadikan bahan evaluasi diri terhadap kelancaran aktivitas perpustakaan dalam pemenuhan informasi kepada pemustaka.

MAULINA, S. IP

PUSTAKAWAN UPT PERPUSTAKAAN UNSYIAH

perpustakaan No. 47 Tahun 2007

tentang layanan perpustakaan ayat (1),

“Layanan perpustakaan dilakukan secara

prima dan berorientasi bagi kepentingan

pemustaka.”

Kualitas sebuah perpustakaan sangat

ditentukan oleh pelayan yang disajikan

kepada pemustaka. Kualitas layanan

yang baik, ruangan yang nyaman, daya

tanggap pustakawan terhadap keluhan

pengguna, keamanan merupakan faktor

yang penting untuk mencapai pelayanan

prima.

Perpustakaan dalam memenuhi

kebutuhan pemustaka tidak terlepas

dari permasalahan yang muncul setiap

harinya. Salah satunya adalah komplain

yang berasal dari pihak internal maupun

8

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

MAHASISWA 9MAHASISWA

maupun kampus. Mereka menjalani

pelatihan dengan jadwal ketat agar

terbentuk kedisiplinan. Selain itu, juga

ada materi bela negara yang menjadi

pengalaman baru bagi para finalis.

Salman Alfarisi, salah satu finalis Duta

Baca Unsyiah, mengatakan selama

karantina ada dua poin penting yang

diajarkan, yaitu kedisiplinan dan

rasa kekeluargaan. Poin ini sejalan

dengan tujuan panitia yang ingin

membentuk mental disiplin, berani,

dan jiwa volunteerism bagi para duta.

Karantina juga merupakan praktek

yang memberikan pengalaman nyata,

berbeda dari sekadar materi di dalam

ruangan. Selain itu, para duta baca juga

diharapkan menjaga komitmen terkait

dengan perkuliahannya sebab seorang

duta baca merupakan contoh bagi

mahasiswa lain.

“Terkadang kita perlu isolasikan

mereka dalam satu tim agar terbentuk

teamwork, kesetiakawanan, dan jiwa

volunteerism,” ujar Dr. Taufik Abdul

Gani.

Selain karantina, para finalis juga

mengikuti berbagai pelatihan dan

kegiatan sosial di banyak tempat, seperti

di Yayasan Bina Upaya Kesejahteraan

Para Cacat (Bukesra) di Ulee Kareng dan

Sekolah Luar Biasa (SLB). Pemenang Duta

Baca Unsyiah 2018 akan ditentukan

berdasarkan penilaian dewan juri yang

diumumkan saat acara Unsyiah Library

Fiesta (ULF) pada 26-30 Maret nanti. (un)

Duta Baca UnsyiahKarantina Memperkuat Karakter

Duta baca dapat dikatakan

sebagai simbol dunia membaca.

Orang yang menduduki posisi

ini selalu identik dengan dua hal yaitu

baca dan buku. Perpustakaan Nasional

menjabarkan tugas utama duta baca

adalah sebagai motivator peningkatan

minat baca dan memperkuat kegiatan

perpustakaan. Selain itu, juga

untuk mengampanyekan gerakan

gemar membaca secara sinergis dan

berkelanjutan.

Selain Perpustakaan Nasional yang

memiliki duta baca, sejak tahun 2016

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) juga

memilih duta baca dari kalangan

mahasiswa yang digelar oleh UPT

Berbeda dengan penyelenggaraan di

tahun lalu, tahun ini setiap calon duta

baca harus menjalani pendidikan yang

lebih kompleks. Tercatat sebanyak

20 finalis mengikuti karantina selama

empat hari, 8-11 Maret, di Dodik Bela

Negara, Rindam Iskandar Muda, Mata Ie,

Kabupaten Aceh Besar.

Selama masa karantina, para finalis

dibekali pendidikan dari sejumlah

narasumber baik dari pihak rindam

Perpustakaan Unsyiah. Menariknya,

Unsyiah merupakan universitas pertama

yang memiliki duta baca.

Kepala UPT Perpustakaan Unsyiah,

Dr. Taufik Abdul Gani, mengatakan

bahwa mahasiswa yang menjadi

Duta Baca Unsyiah akan menjadi

representative perpustakaan dalam

membangun hubungan civitas kampus

dan masyarakat. Para duta baca ini juga

diwajibkan menjalani berbagai program

untuk meningkatkan kompetensi diri,

seperti literasi informasi, user education,

dan public relation.

Mulkan Kautsar, Duta Baca Unsyiah

tahun 2017, mengatakan gelar duta

baca bukan hanya memberi manfaat bagi

dirinya sendiri, tetapi juga orang lain.

“Saya berharap bisa terus

mengampanyekan hal-hal positif

yang telah saya dapatkan selama ini.

Selempang hanya untuk sementara,

tetapi gelar sebagai duta baca bagi saya

adalah untuk selamanya”.

Seorang duta baca juga dituntut untuk

memiliki banyak keahlian. Untuk itu,

setiap calon duta baca harus melewati

berbagai tahap pendidikan guna

menambah dan menguatkan skill

kemampuan diri. Peningkatan skill inilah

yang mulai diterapkan dalam pemilihan

Duta Baca Unsyiah tahun 2018 ini.

Terkadang kita perlu isolasikan mereka dalam satu tim agar terbentuk teamwork, kesetiakawanan, dan jiwa volunteerism.

10

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

11

ENERGI BARU UNIVERSITAS

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

13FOKUS

Setelah sempat tertunda,

Menteri Riset Teknologi

dan Pendidikan Tinggi

(Menristekdikti) Republik

Indonesia, Prof. H.

Mohammad Nasir, Ph.D., Ak., akhirnya

melantik Rektor Universitas Syiah Kuala

(Unsyiah) terpilih, Prof. Dr. Ir. Samsul

Rizal. M.Eng., di Auditorium Gedung D

Lantai II Kemenristek Dikti pada Selasa 27

Februari 2018 lalu. Alasan penundaan ini

karena padatnya jadwal Menristekdikti

sebab harus mengunjungi beberapa

daerah di Indonesia.

akreditasi yang cukup signifikan, yaitu

dari nilai C melompat ke nilai A.

Hingga tahun 2017 lalu, tak kurang

dari 18 perguruan tinggi telah datang

ke Unsyiah. Mereka datang untuk

mempelajari metode dan skema kerja

efektif dari Unsyiah, sehingga berhasil

mencapai lompatan nilai akreditasi

tersebut. Unsyiah juga mendapatkan

kepercayaan sebagai Perguruan Tinggi

Asuh (PT Asuh) untuk dua perguruan

tinggi di Aceh, yaitu Universitas Jabal

Ghafur (Unigha) dan Universitas

Serambi Mekkah (USM).

Semenjak diasuh oleh Unsyiah, dua

perguruan tinggi ini menunjukkan

banyak perubahan yang positif. Seperti

yang terjadi di USM, dari 21 program

studi yang ada di kampus tersebut

sebagian besar telah terakreditasi

B. Berkat hasil kerja nyata inilah

Unsyiah meraih penghargaan dari

Kemenristekdikti sebagai Perguruan

Tinggi Unggul dari 26 Pegururan Tinggi

yang ditunjuk sebagai PT Asuh.

“Dengan penghargaan ini, artinya kita

telah berhasil dan mudah-mudahan

dapat melanjutkan kegiatan lain secara

bersama-sama demi memajukan

pendidikan Aceh,” harap Rektor saat

menutup program PT Asuh akhir

Desember 2017 lalu.

Begitu juga dari segi publikasi ilmiah,

sejak tahun 2012 jumlah publikasi

Unsyiah meningkat tajam yaitu dari

69 judul publikasi di jurnal berindeks

Scopus, menjadi 1.025 judul di akhir

tahun 2017. Atas pencapaian ini,

Terpilihnya kembali Samsul Rizal untuk

memimpin Unsyiah periode 2018-2022

memberikan pengaruh positif bagi

universitas tertua di Aceh ini. Sebab

Unsyiah kembali dipimpin oleh sosok

yang sama, tetapi dengan semangat

yang baru. Energi baru inilah yang

membuat Unsyiah kembali fokus

menuntaskan visinya.

“Saya maju kembali karena ingin

Unsyiah terus menjadi lebih baik,” ujar

Rektor saat apel Senin pertama setelah

ia dilantik.

Unsyiah dinobatkan menjadi perguruan

tinggi terbaik ke-4 di Indonesia oleh

The Schimago Institutions Rangkings.

Dalam periode ini, target awal Unsyiah

ingin menelurkan 50 judul publikasi

berindeks Scopus setiap tahunnya.

Walaupun faktanya, beberapa tahun

terakhir ini jumlah judul terindeks

Scopus Unsyiah berhasil melebihi 100

judul per tahun. Prestasi ini membawa

Unsyiah menempati peringkat pertama

di Sumatera dalam SINTA (Science and

Technology Index) yang dikeluarkan

Direktorat Pendidikan Tinggi.

Oleh sebab itu, Menristekdikti berharap

Unsyiah dapat terus berinovasi dan

meningkatkan jumlah publikasi

ilmiahnya. Pencapaian ini diharapkan

dapat membawa Unsyiah semakin

diperhitungkan dan menjadi ujung

tombak pendidikan di Indonesia.

“Peningkatan publikasi dan inovasi

dapat mewujudkan Unsyiah sebagai

pintu gerbang pendidikan terbaik di

barat Indonesia,” pungkas Prof. H.

Mohammad Nasir.

Pernyataan Menristekdikti tersebut

tentu saja menjadi motivasi bagi

Unsyiah untuk terus bergerak dan

menguatkan institusinya. Di sisi lain,

pesan tersebut sekaligus menjadi

tantangan bagi Samsul Rizal di periode

baru kepemimpinannya. Tentu

dibutuhkan semangat dan energi baru

agar Unsyiah mampu mewujudkan

harapan tersebut. (ib)

Oleh sebab itu, saat pelantikan,

Menristekdikti menaruh harapan

besar atas kepemimpinan Samsul

Rizal di periode baru ini. Menurut

Menristekdikti, Unsyiah merupakan

salah satu kampus di Indonesia yang

berkembang cukup pesat dalam

beberapa tahun terakhir.

Bahkan, Kemenristekdikti menunjuk

Unsyiah sebagai referensi bagi

universitas lain di Indonesia untuk

belajar akreditasi. Hal ini tidak lepas

dari keberhasilan Unsyiah meraih nilai

12 FOKUS

Dengan penghargaan ini, artinya kita telah berhasil dan mudah-mudahan dapat melanjutkan kegiatan lain secara bersama-sama demi memajukan pendidikan Aceh.

15

ISO 9001:2008 oleh UPT Perpustakaan

Unsyiah, serta ISO 9001:2015 oleh

Biro Akademik, Biro Perencanaan dan

Humas, serta Lembaga Pengembangan

Pendidikan dan Penjaminan Mutu

Unsyiah (LP3M).

Semua sistem tata kelola yang

berlangsung di Unsyiah terbuka bagi

publik. Sebab Unsyiah memahami

untuk mewujudkan resolusi dibutuhkan

komunikasi yang baik dengan berbagai

pihak.

“Unsyiah siap bekerja dan bersinergi

dengan berbagai pihak untuk memajukan

Unsyiah agar dapat bersaing di tingkat

nasional maupun internasional,” ujar

Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal,

M.Eng.

Keterbukaan informasi publik yang

dilakukan Unsyiah juga mendapat

apresiasi dari Komisi Informasi Aceh

(KIA). Ini ditandai dengan keberhasilan

Unsyiah meraih peringkat pertama

keterbukaan informasi publik kategori

perguruan tinggi pada tahun 2017 lalu.

Rektor mengatakan semua pencapaian

yang diraih Unsyiah bukanlah kinerja

dari Rektor semata, tetapi merupakan

hasil dari kesamaan visi, kerja keras,

kebersamaan, serta doa.

Oleh sebab itu, demi mewujudkan

resolusi Unsyiah, Rektor mengajak

semua pihak untuk tetap kompak dan

bergandeng tangan untuk membawa

Unsyiah yang inovatif, mandiri,

terkemuka di masa depan.

“Jika kita semua satu visi dengan tetap

menjaga semangat kejujuran, keikhlasan,

dan kebersamaan, saya yakin tak ada

yang tidak mungkin untuk kita capai,”

pungkas Rektor. (ib)

FOKUS

Meningkatkan Daya Saing Universitas

Kepemimpinan yang kuat

merupakan salah satu

indikator suksesnya

sebuah institusi. Hal

ini yang membuat

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) terus

berkembang dan menjadi salah satu

universitas yang diperhitungkan di Pulau

Sumatera. Oleh sebab itu, harapan

Menristekdikti yang menginginkan

Unsyiah sebagai pintu gerbang

pendidikan di barat Indonesia merupakan

sebuah kepercayaan. Pengakuan ini tentu

saja sangat terkait dengan leadership

yang kuat dalam menghasilkan

manajemen institusi yang solid.

Menristekdikti juga berpesan kepada

Rektor Unsyiah terpilih agar semakin

meningkatkan sumber daya manusia,

terutama para dosen.

“Sebab tantangan dan tugas dunia

pendidikan ke depan semakin

berat, maka Unsyiah membutuhkan

sumber daya yang berkualitas,” ujar

Menristekdikti Prof. H. Mohammad Nasir,

Ph.D., Ak.

EDISI 221 . MARET 2018

Harapan Menristekdikti agar Unsyiah

menjadi ujung tombak pendidikan

tinggi di barat Indonesia, sebenarnya

sejalan dengan resolusi Unsyiah tahun

2018 ini. Menurut dokumentasi master

plan, tahun ini Unsyiah memasuki

periode ke-3 (2017-2021) dengan fokus

penguatan daya saing regional. Maka

faktor leadership menjadi sangat penting

untuk mewujudkan resolusi tersebut.

Sebab di tahun 2018 ini, Unsyiah

merencanakan untuk lebih fokus pada

penguatan daya saing regional, terutama

di kawasan ASEAN. Terlebih lagi sejak

EDISI 221 . MARET 2018

14 FOKUS

diberlakukannya Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) akhir tahun 2015, Unsyiah

sebagai penghasil tenaga kerja intelektual

harus berorientasi pada daya saing

regional.

Untuk mewujudkan resolusi tersebut,

instrumen penting yang disiapkan

Unsyiah adalah menciptakan tata

kelola yang baik. Menristekdikti

menegaskan untuk memajukan sebuah

universitas dibutuhkan tata kelola yang

mengedepankan transparansi, kejujuran,

keadilan, serta sikap tanggung jawab.

“Keempat sikap ini dapat membawa

perguruan tinggi ke arah lebih

baik sekaligus menghadirkan good

government university,” ujar

Menristekdikti.

Diakui atau tidak, nilai akreditasi

Unsyiah merupakan cerminan dari

sistem manajemen dan tata kelola yang

berlangsung di Unsyiah. Selain itu, bukti

lain dari sehatnya tata kelola Unsyiah

adalah dengan perolehan sertifikat

Unsyiah siap bekerja dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk memajukan Unsyiah agar dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti),

Prof. H. Mohammad Nasir, Ph.D., Ak., melantik Prof. Dr. Ir. Samsul

Rizal M.Eng sebagai Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) periode

2018-2022 di Auditorium Gedung D Lantai II Kemenristekdikti,

Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (27/2) siang. Ini merupakan

periode kedua Samsul Rizal memimpin Unsyiah.

19PROFIL

EDISI 221 . MARET 2018EDISI 221 . MARET 2018

Selasa sore, tepatnya tanggal 23 Januari 2018, merupakan hari istimewa bagi Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp.KG. Di gedung AAC Dayan Dawood,

dokter spesialis konservasi gigi ini dilantik menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unsyiah. Pelantikan tersebut sekaligus mencatatkan dirinya sebagai salah satu perempuan yang menjadi dekan di Unsyiah.

Nama dr. Aya, begitu ia disapa, memang tak asing lagi di Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah. Sejarah lahirnya fakultas ini juga tidak terlepas dari peran ibu dari dua orang anak ini. Saat itu, dr. Aya masih menjabat sebagai Sekretaris Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Banda Aceh. Ia kemudian ditawarkan oleh Prof. Abdi Wahab selaku Rektor Unsyiah masa itu untuk mendirikan Fakultas Kedokteran Gigi di Unsyiah.

Bersama timnya, termasuk Drg. Zaki Mubarak, MS, mereka mulai menyusun proposal dan menyiapkan syarat lainnya.

Namun, rencana ini sempat terhenti ketika musibah gempa dan tsunami menimpa Aceh pada tahun 2004 silam. Padahal ketika itu semua persiapan hampir rampung, kebutuhan SDM pun telah terpenuhi. Akhirnya di tahun 2006, barulah izin operasional Fakultas kedokteran Gigi Unsyiah terbit. Maka bagi dr. Aya, FKG telah menjadi bagian hidupnya.

“FKG itu sudah nafas saya, mau tidur FKG, bangun tidur FKG,” ujarnya sambil tersenyum saat ditemui Warta Unsyiah di ruang kerjanya.

Hal ini pula yang membuat dr. Aya mantap untuk maju sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi. Sekalipun

ia seorang perempuan, profesionalitas untuk mengabdi di dunia pendidikan telah menjadi jalan hidupnya.

“Jadi kalau ditanya bagaimana latar belakang saya maju. Ya, saya merasa FKG ini memang milik kita semua. Jadi siapapun boleh (maju) yang penting tujuan kita ini untuk memajukan FKG,” katanya.

Hanya saja keputusan besar tersebut tidak lahir dengan sendirinya. Sebagai

perempuan, dr. Aya sadar bahwa ia punya tanggung jawab lain yaitu mendidik anak dan melayani suaminya. Maka sebelum memutuskan, ia terlebih dahulu berdiskusi dengan suaminya, Ir. T. Alaidinsyah, M.Eng, sekaligus meminta izin.

“Pastinya semua yang menyangkut pekerjaan harus konsultasi dan izin suami. Jangan kata menjadi Dekan, saya melanjutkan pendidikan, bahkan saya bekerja dari awal harus ada support suami,” ungkapnya.

Dukungan seperti inilah yang membuat dr. Aya nyaman menjalankan tugas. Maka, dalam bekerja ia harus cerdas mengatur waktu. Sebab dr. Aya tak ingin rutinitasnya di luar membuat ia lupa fungsinya sebagai ibu di rumah.

“Sesibuk apapun di luar, tapi begitu sampai di rumah saya ciptakan quality time khusus untuk keluarga,” ujarnya.

Selama ini, dr. Aya memang dikenal sebagai ahli konservasi gigi. Menurutnya sejak kuliah ia memang sudah tertarik dengan bidang konservasi yang meliputi penambalan dan perawatan syaraf gigi. Menurutnya 70 persen ilmu kedokteran gigi ini adalah bidang konservasi. Sebab

umumnya masyarakat ke dokter gigi karena ingin ditambal, jika tidak bisa ditangani barulah dicabut.

“Saya melihat kalau gigi dicabut terus bisa ompong semua, ya. Artinya saya tertarik dengan ilmu konservasi ini karena gigi itu adalah bagian penting,” ungkapnya.

Maka, ada kebahagiaan tak terkira bagi dr. Aya jika ia berhasil menolong pasien. Pernah sekali, seorang pasien datang menemuinya dengan perasaan putus asa. Ia sudah berobat kemana-mana, tetapi keputusannya tetap sama bahwa giginya harus dicabut.

“Dok saya sudah hopeless,” ia menirukan suara pasiennya.

Saat itu ia berhasil merawat syaraf gigi pasien tersebut sehingga giginya tidak harus dicabut.

“Ketika saya berhasil melakukan itu, maka kebahagiaan saya dua kali dari kebahagiaan pasien,” ucapnya.

Semangat dan dedikasi dr. Aya dalam menjalani profesinya ternyata telah menginspirasi putrinya, Cut Thirza

Talitha, untuk mengikuti jejak ibunya sebagai seorang dentist. Bahkan, sejak kecil putrinya ini setia menemani ibunya praktek.

“Setiap saya praktek sore, dia selalu duduk di samping saya, apa yang saya lakuin dia lakukan juga. Akhirnya saya jahitkan satu jas dokter kecil. Saya kasih kertas untuk coret-coret, saya bikin resep dia bikin resep juga,” kenang dr. Aya.

Kini, putri kecilnya itu telah tumbuh dan menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah semester enam. Meski ia sempat menolak untuk kuliah di Unsyiah karena ada ibunya, namun akhirnya takdir berkata lain.

“Alhamdulilah setelah beberapa pilihan dia diterima di Unsyiah. Memang doa saya, karena saya takut kalau anak perempuan jauh, nanti kalau sudah spesialis terserahlah,” ujarnya.

Dr. Aya merasa sangat bersyukur karena ada garis keluarga yang mengikuti jejaknya. Sebagai orang tua, ia pun mendukung penuh cita-cita anaknya tersebut. Sebagaimana ketika dulu sang suami mendukung penuh pencapaian hidupnya. (ib)

PROFIL18 PROFIL

Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp.KGDekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

Memilih Konservasi Gigi sebagai Jalan Hidup

Jadi kalau ditanya bagaimana latar belakang saya maju. Ya, saya merasa FKG ini memang milik kita semua.

21PENGABDIAN

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

20 PENGABDIAN

Sejatinya berpikir kreatif dan

inovatif harus dilakukan setiap

mahasiswa. Tidak hanya mengikuti

pembelajaran di ruang kelas, tetapi

turut berperan aktif di lingkungan sosial.

Banyak hal yang dapat dilakukan seorang

mahasiswa untuk mengembangkan

potensi diri. Salah satunya seperti

dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah

Kuala (FISIP Unsyiah) yang menjadikan

Gampong Angan, Kecamatan

Dasussalam, Kabupaten Aceh Besar

sebagai desa binaan.

Ide desa binaan ini tercetus setahun

lalu. Tim FISIP Unsyiah melakukan survei

di beberapa desa di Aceh yang dimulai

dari Kabupaten Pidie hingga Kabupaten

Aceh Tengah. Setelah melakukan survei

dan berdiskusi dengan Wakil Dekan

Membangun Desa dengan Program Unggulan

masyarakat tentang internet sehat dan

pemanfaatan teknologi dan informasi.

Diharapkan dengan pemahaman yang

baik, masyarakat dapat mempromosikan

produk unggulan desa di dunia maya.

Program terakhir adalah peureumeun

rakyat (pemberdayaan ekonomi) yang

merupakan program jangka panjang FISIP

Unsyiah di desa tersebut. Program ini

berupaya memberdayakan masyarakat

serta melirik peluang usaha sehingga

dapat meningkatkan kehidupan ekonomi

mereka. Contoh sederhananya dengan

memanfaatkan komputer sebagai

peluang usaha loket pembayaran listrik.

Selain itu, juga melakukan peningkatan

produksi pertanian, pembuatan batu

bata, kerajinan tangan yang disesuaikan

dengan profesi mereka sebagai petani

dan pembuat batu bata.

“Karena desanya sangat luas, setiap

minggunya tim door to door ke rumah

masyarakat untuk menyosialisasi program”.

Iwan bercerita, masyarakat begitu

antusias saat peresmian desa binaan.

Tidak hanya anak-anak, bahkan

orang tua juga mengizinkan anaknya

libur sekolah untuk melihat seremoni

peresmian.

“Ada orang tua yang mengizinkan

anaknya libur sekolah untuk ikut

peresmian. Kami juga membuat beberapa

lomba untuk memeriahkan acara.”

Iwan menambahkan desa binaan ini

merupakan salah satu bentuk penerapan

ilmu sosial mahasiswa FISIP Unsyiah.

Kegiatan ini melibatkan mahasiswa dari

empat program studi, yaitu Ilmu Politik,

Ilmu Komunikasi, Sosiologi, dan Ilmu

Pemerintahan. Iwan berharap dengan

kegiatan ini dapat menciptakan mahasiswa

yang kreatif, kritis, dan mau melakukan

pengabdian di tengah masyarakat.

“Kita kampus ilmu sosial sudah

sepantasnya ada desa binaan, biar ada

penerapan ilmu sosial ke masyarakat.

Jadi mahasiswa harus kreatif untuk

menciptakan masyarakat yang mandiri,”

pungkas Iwan. (syr)

III FISIP Unsyiah, Sufyan Abdullah, SH,

M.Hum., tim memilih Gampong Asan

di Kabupaten Aceh Besar sebagai desa

binaan. Gampong Asan dipilih karena

memenuhi persyaratan, seperti akses

jalan, tata letak desa, jumlah penduduk,

penghasilan masyarakat, serta potensi

daerah.

Iwan Sunaria, Ketua Panitia, menjelaskan

ada lima program unggulan yang

dijalankan dalam kegiatan ini. Program

tersebut adalah balee baca (pustaka

gampong), balee beut (Pendidikan

Alquran), meuseuni gampong (kesenian),

mulia gampong (multimedia), dan

peureumeun rakyat (pemberdayaan

ekonomi).

Program balee baca (pustaka gampong)

merupakan program pertama yang

dilakukan dengan fokus menumbuhkan

minat baca anak-anak desa. Program

ini menyediakan beragam koleksi buku

yang bertujuan untuk menumbuhkan

minat baca anak-anak Gampong Asan.

Tersedianya balee baca memberikan

kemudahan bagi anak-anak desa untuk

mendapatkan bahan bacaan sekaligus

pengembangan perpustakaan desa.

“Kami mengajak masyarakat untuk ikut

serta menyumbang buku bacaan. Bisa

hubungi kami via instagram

@dbfunsyiah,” ujar Iwan.

Program yang kedua balee beut

(pendidikan Alquran) yang bertujuan

memberikan pendidikan agama berupa

kajian keislaman, tata cara ibadah,

dan pendidikan Alquran. Program ini

ditangani khusus oleh tim hafiz Alquran

FISIP Unsyiah.

Selanjutnya juga ada program

meuseni gampong yang mengajarkan

anak-anak dan remaja desa tentang

kesenian, seperti tarian dan bermain

alat musik. Program ini bertujuan untuk

mengembangkan kreativitas mereka

sehingga kesenian ini dapat ditampilkan

dalam kegiatan desa.

Selain itu, terdapat program mulia

gampong (multimedia) yang mengajarkan

Kami mengajak masyarakat untuk ikut serta menyumbang buku bacaan. Bisa hubungi kami via instagram @dbfunsyiah.

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

Rektor Unsyiah Prof.Dr.Ir. Samsul Rizal M.Eng saat video conference khataman al quran nasional bersama Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. Kegiatan yang bertajuk Nusantara Mengaji dilaksanakan di Masjid Jamik Unsyiah.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Syiah Kuala (LP2M Unsyiah), melakukan penjemputan 1.280 mahasiswa yang telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Pidie selama satu bulan

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Bersama University of Gottingen Jerman memaparkan hasil penelitian tentang dampak implementasi safe childbirth World Health Organization (WHO) terhadap kualitas pelayanan dan persalinan pada fasilitas kesehatan umum di Aceh. Kegiatan ini berlangsung di ruang VVIP AAC Dayan Dawood.

22 23GALERIGALERI

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) meluncurkan mobil listrik bernama Malem Diwa Urban R.2.0. Karya mahasiswa Teknik Mesin dan Teknik Elektro Unsyiah ini akan ikut dalam kompetisi internasional Shell Eco Marathon di Singapura.

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menggelar kuliah umum bersama Z. Arifin Lubis, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, di Balai Senat Unsyiah. Dalam kuliah umum tersebut, Arifin Lubis memaparkan perkembangan dan prospek ekonomi global, Indonesia, dan Aceh.

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

24 25GALERIGALERI

Unit Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah Agama Islam (UP3AI) Unsyiah memulai kegiatan Praktek Ibadah dan Mentoring Tahun 2018. Kegiatan ini ditandai dengan kajian akbar di Masjid Jamik Unsyiah.

Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr.Ir. Samsul Rizal, M.Eng secara resmi melantik tiga Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah di Ruang VIP AAC Dayan Dawood. Mereka yang dilantik adalah drg. Sri Rezeki, Sp.PM sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, drg. Herwanda, M.Kes sebagai Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, drg. Teuku Ahmad Arbi, Sp.BM sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.

Sebanyak 30 orang perwakilan Universitas Negeri Medan (Unimed) berkunjung ke Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) untuk menjalin kerjasama. Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Rektor Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, dan diterima oleh Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng di Ruang Balai Senat Unsyiah.

Tim Informasi Teknologi Perpustakaan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) memberikan pelatihan otomasi dan pelayanan mandiri perpustakaan berbasis RFID di Univeristas Muhammadiyah Aceh. Selain memberikan pelatihan, Unsyiah juga melakukan penandatanganan MOU di bidang perpustakaan dengan Universitas Abulyatama dan Universitas Muhammadiyah Aceh.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unsyiah, Dr. Alfiansyah Yulianur BC memberikan arahan dalam acara pertemuan ASEAN OUTREACH C.S.R PROGRAMME 2018 di Askopma Unsyiah.

26 27RELIGIARELIGIA

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

kita juga akan mempertanggunjawabkan kepemimpinan itu di hadapan Allah Swt. Oleh karena itu, seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin berarti memikul beban tanggung jawab di pundaknya.

Seorang pemimpin harus memikirkan kemajuan dan kemaslahatan kelompok masyarakat yang ia pimpin. Seorang pemimpin tidak lagi berbicara tentang saya atau aku, tetapi berbicara tentang kita. Beban berat yang dipikul seorang pemimpin mengharuskannya untuk meng-upgrade kemampuan dan melejitkan potensi dirinya. Ini bertujuan agar mampu menjalankan amanah dengan baik, sehingga manfaatnya dirasakan oleh banyak orang. Oleh sebab itu, seorang pemimpin diharapkan memiliki tiga modal dasar kepemimpinan, yaitu:

1. Memiliki VisiSeorang pemimpin harus memiliki visi kuat dalam kepemimpinannya. Ia harus memahami tujuan dan arah selayak pilot pesawat atau supir bus yang menentukan

arah jalan. Seorang pemimpin harus mengenal dengan jelas jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki visi yang kuat dalam kepemimpinan.

2. KomunikasiKomunikasi merupakan modal penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sebab pemimpin merupakan orang yang akan memberikan arahan dan petunjuk untuk setiap gerakan dan kerja. Modal komunikasi yang baik akan menjamin kesesuaian antara keinginan pemimpin dan harapan orang-orang atau satuan kerja di bawahnya. Jika di tengah perjalanan mengalami masalah, maka para anggota di bawahnya bisa memberikan pandangan dan mengingatkan agar kembali ke jalur yang tepat.

Selain itu, pemimpin harus mampu mengomunikasikan kondisi dan permasalahan yang sedang dihadapi. Komunikasi yang baik dari seorang pemimpin akan menghasilkan kesadaran

dari para anggota dan satuan kerja.

3. KeteladananModal ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin karena konsep keteladanan jauh lebih efektif dan bermakna dari sekedar berkata-kata. Keteladan ini dapat kita baca dengan jelas dalam banyak tulisan tentang kepemimpinan Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw tidak hanya mengetahui permasalahan yang dihadapi, tetapi juga memahami bagaimana menyelesaikannya. Berkaitan dengan ini, Allah Swt berfirman dalam Alquran surat Ash Shaf ayat 2-3 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman mengapakah kamu berkata apa yang kamu tidak perbuat. Sungguh besar murka Allah jika kamu berkata apa yang kamu tidak perbuat”.

Ayat di atas menjelaskan kepada kita tentang pentingnya keteladanan dalam diri seorang pemimpin. Kehadiran pemimpin baru bukan sekadar menggantikan posisi, tetapi juga harus memiliki konsep baru dan membawa inovasi. Ini bertujuan agar masyarakat merasakan perubahan, sehingga dapat menghadirkan keamanan, kemajuan, dan kesejahteraan. (rk)

dapat ditanya tentang tanggung jawab dan tugasnya. Bahkan, seorang pembantu rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya akan ditanya pula dari elemen yang dipimpinnya. Setiap diri adalah pemimpin dan akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban dari hal yang dipimpinnya (H.R. Bukhari Muslim).

Hadis ini memberi gambaran bahwa pada hakikatnya semua kita adalah pemimpin dan kepemimpinan paling sederhana adalah memimpin diri kita sendiri. Setiap

Tiga Modal Dasar Kepemimpinan

Setiap orang merupakan pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Hal ini seperti dikatakan oleh Ibnu Umar RA, “Aku sudah mendengar Rasulullah Saw bersabda: tiap-tiap orang merupakan pemimpin dan bakal diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang kepala negara dapat diminta pertanggungjawaban tentang keadaan masyarakat yang dipimpinnya, seorang suami dapat ditanya aspek keluarga yang dipimpinnya, seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya

ZAMAKHSYARI

PENGURUS MASJID JAMIK DARUSSALAM, UNSYIAH

Setiap diri adalah pemimpin dan akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban dari hal yang dipimpinnya

langkah-langkah itu sepertinya bukan

menjadi kendala dalam pelaksanaan BLU.

Apalagi Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal M.Eng

yang getol ingin menerapkan BLU di

Unsyiah, tahun ini kembali terpilih untuk

memimpin Unsyiah.

Pada dasarnya BLU bukanlah sistem

yang rumit. Meski demikian, jangan pula

menganggap remeh karena sistem ini

menuntut semua pihak agar mampu

berkompetisi dan mengelola keuangan

dengan efisien dan produktif. Semua

civitas akademika harus mempunyai

pola pikir untuk berwiraswasta untuk

mengoptimalkan pemanfaatan aset.

Bahkan, akan lebih baik apabila setiap

orang berlomba untuk menciptakan

inovasi-inovasi baru sesuai dengan

kapasitasnya. Selama ini, inovasi-inovasi

baru cenderung ditemukan para dosen

dan mahasiswa. Ke depan diharapkan

para tenaga pendidik pun akan lebih

produktif dalam menciptakan inovasi-

inovasi baru sesuai dengan kapasitasnya.

Kemudian mahasiswa tidak perlu

khawatir mengenai Sumbangan

Pembinaan Pendidikan (SPP) dengan

berlakunya BLU di Unsyiah. Keberadaan

BLU salah satunya untuk memudahkan

sebuah institusi pemerintah dalam

mengelola keuangannya sendiri. Sebuah

lembaga pemerintah diberi kewenangan

untuk memperoleh dana hibah tanpa

harus menyetorkannya ke dalam kas

negara. Selain itu, sumber penghasilan

yang didapat oleh PTN berasal dari aset

yang dioperasikan, seperti hasil dari

penyewaan gedung. Dengan begitu

Unsyiah bisa memaksimalkan perannya

di dunia pendidikan dengan pundi-

pundi keuangan yang kuat. Dengan

demikian, boleh dikatakan BLU ini adalah

peluang bagi perguruan tinggi untuk

meningkatkan mutu pelayanannya bagi

masyarakat baik dari segi persediaan

barang maupun jasa.

Mungkin yang menjadi tantangan besar

ke depan dalam pelaksanaan BLU yaitu

mengenai manajemen keuangan. Di

sini peran pejabat struktural sangat

signifikan agar mampu mengontrol

iklim keuangan di kampus. Optimalisasi

aset-aset milik kampus adalah alternatif

untuk pengelolaan keuangan tersebut.

Jadi setiap PTN perlu bersaing untuk

menyediakan fasilitas pelayanan yang

baik yang berbasis public service

oriented. Lalu optimisme dan sinergitas

dalam dalam pelaksanaan BLU sangat

penting. Maka semua pihak harus optimis

bahwa moto Unsyiah berupa kejujuran,

keikhlasan, dan kebersamaan dapat

menjadi penyemangat civitas akademika

untuk bekerja sama dalam menyukseskan

pelaksanaan BLU nantinya. (un)

28 29PERSPEKTIFPERSPEKTIF

EDISI 221 . MARET 2018EDISI 221 . MARET 2018

Pelaksanaan sistem Badan Layanan

Umum (BLU) di Universitas

Syiah Kuala sudah di depan

mata. Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

kebanggaan masyarakat Aceh ini sudah

berusaha untuk memenuhi segala syarat

yang telah ditetapkan pemerintah pusat

untuk mengadopsi BLU. Berdasarkan

data yang dimuat di situs Kementerian

Keuangan Republik Indonesia, hingga

Mei 2016, sebanyak 11 PTN sudah

berstatus PTN-Berbadan Hukum yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Sementara 24 PTN berstatus BLU yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan, serta 86 PTN masih berstatus

Satuan Kerja yang kini masih berjalan di

Unsyiah.

Nomor 23 Tahun 2005 Pasal 1 Tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum, disebutkan bahwa instansi

pemerintah yang menerapkan BLU harus

mengedepankan prinsip efisiensi dan

produktivitas. Efisiensi yang dimaksud

di sini juga mengenai pelayanan, bukan

hanya anggaran.

Jadi sebagai pelayan publik Unsyiah

harus mengutamakan service oriented

untuk menarik minat serta memuaskan

masyarakat. Apabila costumer focus

menjadi poin utama, maka dengan

sendirinya kampus akan berusaha

semaksimal mungkin untuk menjawab

kebutuhan masyarakat. Hal ini sejalan

dengan sistem BLU yang menuntut

pemerintah agar lebih kreatif dan inovatif

dengan melahirkan produk dan jasa yang

bernilai dan berguna. Misalnya, para

dosen didorong supaya giat melakukan

penelitian serta memublikasikan hasil

penelitiannya tersebut. Sementara itu,

para tenaga pendidik harus memberikan

pelayanan yang efektif kepada

masyarakat dan civitas akademika,

khususnya para mahasiswa.

Sudah pasti upaya ini bisa tercapai jika

sebuah lembaga pemerintah memiliki

manajemen yang baik. Melihat Unsyiah

yang sudah terakreditasi A, maka

REZA FAHLEVI, S.IP

*ALUMNI FISIP UNSYIAH DAN MAHASISWA S2 ADMINISTRASI

PUBLIK DI CHINA UNIVERSITY OF GEOSCIENCES WUHAN, CHINA.

BLU Unsyiah;Tantangan dan Peluang

Penerapan BLU merupakan harapan

civitas akademika Unsyiah. Tentu

semua pihak sudah tahu bahwa BLU

ini diperuntukkan agar sebuah instansi

pemerintah diberikan kewenangan

khusus untuk mengurus keuangannya

secara mandiri. Dengan demikian, PTN

bukan hanya dituntut untuk menjadi

good governance, tapi juga harus

mampu mengambil posisi sebagai good

corporate governance. Dalam artian

Unsyiah harus mampu menyediakan

barang dan jasa atau pelayanan yang

prima kepada masyarakat.

Sederhananya karena Unsyiah

merupakan institusi pemerintah, maka

poin utama yang perlu ditekankan yaitu

public service. Pada Peraturan Pemerintah

Jadi sebagai pelayan publik Unsyiah harus mengutamakan service oriented untuk menarik minat serta memuaskan masyarakat.

timur, umbi janeng biasa dijadikan

makanan pokok pengganti jagung dan

sagu. Konon di masa lalu, umbi janeng

pernah menjadi makanan andalan

sebagai sumber karbohidrat dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.

Selain untuk kebutuhan pangan, janeng

memiliki khasiat yang dapat digunakan

sebagai obat-obatan. Untuk pemakaian

luar, janeng diparut lalu ditempelkan

yang mengalir dan direndam selama

tiga hari. Setelah proses perendaman,

irisan janeng dicuci kembali dan

dijemur sampai kering. Hal tersebut

dilakukan karena senyawa linamarin

dan lotaustralin yang terkandung pada

umbi janeng sifatnya sangat mudah larut

dalam air dan tidak tahan panas.

Kedua, setelah dikupas, irisan janeng

segera diolesi abu dapur dan dijemur

sampai kering. Selanjutnya janeng

direndam dalam air selama satu malam

dan dijemur hingga kering. Metode

ketiga, janeng yang telah dikupas segera

direbus dalam air mendidih selama 30

menit, kemudian diiris tipis, dicuci, dan

dijemur sampai kering. Cara ketiga

ini bertujuan untuk meng-in-aktifkan

enzim linamarase sehingga tidak dapat

mengatalisis pembentukan HCN.

Tujuan proses perendaman selain

melarutkan senyawa linamarin

dan lotaustralin, juga memacu

pertumbuhan mikroorganisme yang

30 31RISETRISET

dapat menguraikan racun pada umbi

janeng. Ketiga cara pengolahan di atas,

residu HCN tersisa sebesar 1-10 mg per

kg gadung. Selanjutnya residu HCN

ini dapat dihilangkan dengan proses

pemanasan yang cukup saat umbi janeng

dimasak. Semoga setelah memahami

manfaat sebagai bahan pangan maupun

obat-obatan dan cara pengolahannya,

tanaman janeng yang banyak tumbuh di

hutan kembali menjadi makanan andalan

sebagai sumber karbohidrat dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.

(mks)

SITTI SALEHA, S.SI., M. SI

STAF PENGAJAR DI JURUSAN KIMIA FMIPA, UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

pada bagian yang sakit. Sebagai obat

dalam, janeng segar atau kering direbus

terlebih dahulu lalu airnya diminum.

Alternatif lain janeng juga bisa diolah

menjadi kolak atau digoreng menjadi

keripik. Jika dikonsumsi secara rutin

janeng dapat menyembuhkan rematik,

kencing manis, kusta, mulas, nyeri

empedu, nyeri haid, radang kandung

empedu, dan kapalan (obat luar).

Dewasa ini, janeng kurang mendapat

perhatian masyarakat untuk

dimanfaatkan sebagai bahan pangan

maupun obat-obatan. Hal ini disebabkan

janeng mengandung racun yang dapat

mengakibatkan pusing dan muntah

apabila proses pengolahannya tidak

dilakukan dengan benar. Sifat alami umbi

janeng yang beracun menyebabkan umbi

ini sering dimanfaatkan sebagai pestisida,

insektisida, dan rodentisida nabati.

Racun pada janeng terdiri dari senyawa

kimia dioskorin dan sianida. Racun

sianida timbul saat jaringan umbi janeng

dirusak, misalnya dikupas atau diiris.

Bila jaringan umbi rusak, dua senyawa

pembentuk racun yaitu linamarin dan

lotaustralin yang terkandung di dalam

umbi akan bereaksi dengan oksigen yang

ada di udara dengan bantuan enzim

linamarase membentuk glukosa dan

sianohidrin. Pada suhu kamar dan kondisi

basa, sianohidrin akan terurai menjadi

asam sianida (HCN) dan aseton.

Ada tiga cara pengolahan untuk

menghilangkan racun pada janeng

yang biasa dilakukan oleh masyarakat.

Pertama, janeng yang telah dikupas dan

diiris harus langsung dicuci dengan air

Serba-SerbiUmbi Janeng

Umbi janeng (Dioscorea

Hispida Dennst) merupakan

sumber karbohidrat yang

baik karena memiliki indeks glikemik

yang rendah. Komposisi utama janeng

adalah karbohidrat dengan bagian yang

dapat dimakan sekitar 85 persen. Jika

dibandingkan dengan singkong, kadar

karbohidrat janeng relatif lebih sedikit,

tetapi memiliki kadar air dan protein

lebih tinggi. Di wilayah Indonesia bagian

Jika dibandingkan dengan singkong, kadar karbohidrat janeng relatif lebih sedikit, namun memiliki kadar air dan protein lebih tinggi.

32

EDISI 221 . MARET 2018

33KREATIFKREATIF

EDISI 221 . MARET 2018

Dinyalakannya lampu teplok yang

sumbunya sudah menghitam

karena terus dibara saban

malam. Ayat-ayat Ilahi mulai diejakan

Ramli, sedang Jumadi tertatih-tatih

mengulang ejaan itu. Rutinitas ini tanpa

berkali-kali. Tercenganglah Ramli. Tak

mungkin ia menolak permintaan anak

semata wayangnya ini. Ia pun memulai

cerita setengah kebenaran itu.

***

Ladang itu terletak nan jauh di rimba.

Untuk menuju ke sana perlu berhari-

hari membuka jalan setapak, barulah

perjalanan kaki dua jam dapat ditempuh.

Ada sungai besar dan dalam yang

membelah hutan. Tetapi, Ramli tidak

kehabisan akal. Ia membuat rakit bambu

untuk menyeberang. Rakit itu selalu

disembunyikannya di semak-semak

bantaran sungai. Berharap tidak ada

orang yang membuntutinya sampai ke

ladang, sebab ia menanam tanaman

mulia.

“Perihal harimau dan buaya, ayah tak

perlu khawatir, ada doa penjinak yang

ditarekatkan kakek ke ayah,” jelas Ramli.

Jumadi terangguk-angguk mengikuti alur

cerita. “Lantas, tanaman mulia apakah

yang ayah maksud?” tanya bocah kecil

alpa terus diterapkan Ramli, terkecuali ia

telat kembali dari ladang yang letaknya

lima kilometer dari pemukiman tempat

ia tinggal. Jikalau ayahnya telat pulang,

maka Jumadi girang bukan main. Ia

bisa leluasa bermain dengan kawan-

kawan sekolah dasar sekampung Alue

Bade. Membakar biji jarak kering yang

ditusuk selayak sate adalah permainan

yang paling ia sukai. Disulutkannya api

di ujung biji, maka lahirlah lilin alam

yang mereka pegang girang untuk

kemudian menyusuri jalan-jalan gelap di

perkampungan. Kalsum, Mak Jumadi,

merepet tak henti-henti melihat baju

anaknya terlukis coklat getah jarak yang

menyerupai pulau-pulau antah-berantah.

Hal yang paling ditunggu Jumadi tak lain

adalah cerita pengantar tidur dari sang

ayah. Mulai dari cerita Abu Nawas, Malin

Kundang, Ahmad Rahmanyang, dan

cerita rakyat lainnya. Walau lelah seharian

ia berladang, cerita itu tetap harus

dikumandangkan Ramli untuk si buah

hatinya. Namun, ada segudang teka teki

dalam benak Jumadi akan ladang yang

saban hari diurus ayahnya. Tak pernah

ada hasil ladang atau kebun ayah yang

dilihat Jumadi. Ketika ia merengek minta

ikut ke ladang, maka dikisahlah harimau

dan macan ganas banyak gentayangan

yang siap mengoyak jantung anak-anak.

Suatu malam, terjebaklah Ramli dengan

cerita permintaan anaknya. Jalan ke

ladang, cara berladang, apa yang

ditanam di sana harus diceritakan.

Kuping Jumadi sudah bosan dengan

koleksi cerita ayahnya yang sudah diulang

itu penasaran. Dikisahlah kembali dengan

sabar dan hati-hati.

Batang tanaman itu paling besar dua kali

jempol kaki orang dewasa. Tingginya

bisa melebihi tinggi orang dewasa,

tetapi tidak sampai terlalu menjulang.

Tumbuhan itu hanya dimanfaatkan

daun dan biji saja. Dia bisa digunakan di

mana saja. Kalau kata perokok, namanya

disandang tembakau mulia. Dalam

meracik bumbu masakan dia digelar

rempah mulia. Masyarakat tempo dulu

mentahtakannya dengan peunajoh raja.

Sedang kata petani picik, ia direndahkan

sebagai tanaman pagar penghalang

hama babi. Tetapi, ayah menanaminya

karena tumbuhan itu memang mulia dan

untuk orang-orang mulia.

“Tapi bukankah raja sudah tidak ada

lagi? Jadi siapa yang harus dimuliakan

untuk mengkonsumsi tanaman mulia

yang ayah tanam?” tanya Jumadi

penasaran. Ramli memutar bola mata

ke langit-langit kamar sambil mengerut

dahi. Ia berpikir keras. Kemudian

melanjutkan ceritanya.

Setiap orang yang mengonsumsi daun

dan biji tanaman mulia akan mulia. Ia

akan merasa seperti raja yang dengan

singgasana tanpa ada beban dunia

akhirat. Orang yang mengonsumsinya

dianugerahkan dapat melayang-layang di

udara melebihi Nabi Sulaiman yang bisa

terbang ke mana saja bersama angin.

Pemerintah sekarang takut tersaingi

dengan lawan politiknya. Dan yang

paling ditakuti oleh presiden, gubernur,

bupati, camat, kepala desa, kepala

lorong sekalipun adalah lahirnya raja-raja

M. YUSRIZAL

MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH, FKIP, UNSYIAH.

baru karena mengonsumsi tanaman ini.

Ditakutkan akan menyaingi mereka.

Pemerintah melarang keras untuk

menanami dan mengedarkan tanaman

itu. Kalau masa kerajaan dulu, para

raja dan panglima sagoe mengeluarkan

reusam, aturan pelarangan menanam,

mengedar, dan mengonsumsi tanaman

mulia. Kalau dijumpai, maka orang

itu akan dicambuk beratus-ratus kali

di depan khalayak ramai. Jumadi

mengerutkan dahi pertanda seramnya

cerita sang ayah.

“Apa ayah sudah pernah menjadi

raja? Atau ayah sudah pernah terbang

melayang melebihi Nabi Sulaiman? Apa

ayah tidak takut dijerat dengan hukuman

pemerintah?”

Pertanyaan itu lahir bertubi-tubi dari anak

yang belum balig akalnya. Jam telah

pukul dua belas malam. Ditiupnya lampu

teplok oleh Ramli. Lalu Jumadi terlelap

tanpa memikirkan lagi tanaman mulia itu.

***

“Apa ayah sudah pernah menjadi

raja? Atau ayah sudah pernah terbang

melayang melebihi Nabi Sulaiman? Apa

ayah tidak takut dijerat dengan hukuman

pemerintah?”

Malam ini Jumadi tidur di pangkuan

ayahnya. Dingin merasuk tulang. Tidak

ada kasur empuk. Ia rela tidur dalam

sangkar berjeruji menemani sang ayah.

Terlebih rindu akan lanjutan cerita

tanaman mulia masih terngiang-ngiang.

(cds)

Tanaman Mulia

Apa ayah sudah pernah menjadi raja? Atau ayah sudah pernah terbang melayang melebihi Nabi Sulaiman? Apa ayah tidak takut dijerat dengan hukuman pemerintah?

pixabay.com

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

34 35GALERIGALERI

MENTERI Perindustrian Republik

Indonesia, Ir. Airlangga Hartarto, MBA,

MMT, memberikan kuliah umum di

depan ribuan mahasiswa dan civitas

Unsyiah di Gedung AAC Dayan Dawood.

Dalam kuliah umum tersebut, menteri

yang tergabung dalam Kabinet Kerja ini

mengangkat tema Revolusi Industri 4.0

dan Sumber Daya Manusia Indonesia.

Menurut Airlangga, saat ini dunia industri

mengalami perubahan besar dan telah

masuk di era revolusi industri keempat

atau yang dikenal dengan Industri

4.0. Perubahan ini ditandai dengan

berkembangnya dunia teknologi digital

yang diintegrasikan ke dalam proses

produksi industri. Untuk itu, ia mengajak

para mahasiswa agar mengambil

kesempatan ini dengan meningkatkan

kemampuan dan kreativitas terutama di

bidang digital.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri

Perindustrian juga meresmikan Gedung

Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah

yang berada di Sektor Timur, Unsyiah.

Kehadiran Gedung ini diharapkan menjadi

pusat bertemunya para alumni untuk

membangun Unsyiah dan Aceh.

36

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

37GALERIGALERI

EDISI 221 . MARET 2018EDISI 221 . MARET 2018

38 39FAKULTASFAKULTAS

Mahkamah Konstitusi (MK) telah

menyediakan video conference

(vicon) di 42 perguruan tinggi

seluruh Indonesia untuk mendukung

pelaksanaan persidangan jarak jauh. Sarana

ini dapat dimanfaatkan secara gratis oleh

pemohon dan termohon untuk pelaksanaan

persidangan. Mekanisme persidangan jarak

jauh pun telah diatur dalam PMK Nomor 18

Tahun 2009 tentang Pedoman Pengajuan

Permohonan Elektronik (electronic filing)

dan Pemeriksaan Persidangan Jarak Jauh

(video conference).

Di Aceh, vicon tersedia di dua tempat, yaitu

Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala dan

Fakultas Hukum, Universitas Malikussaleh,

Lhokseumawe. Kehadiran sarana ini

membuat pemohon tidak perlu lagi

mengeluarkan biaya untuk menghadirkan

saksi ke Ruang Sidang MK di Jakarta.

Mereka dapat mengikuti persidangan

menggunakan video conference yang

tersedia di Fakultas Hukum.

Selain sebagai sarana memudahkan akses

masyarakat mencari keadilan, vicon juga

berkontribusi mendukung proses akademik.

Di Fakultas Hukum Unsyiah misalnya,

dalam sebulan tidak kurang dari sepuluh

kuliah umum dan seminar dilakukan

oleh mahasiswa dan dosen dengan

memanfaatkan fasilitas ini. Siapapun dapat

bergabung mengikuti berbagai kegiatan

akademik di ruang vicon.

Keaktifan Fakultas Hukum Unsyiah

memanfaatkan Video Conference

membuahkan hasil besar di tahun ini.

Sejak tahun 2015, Kepaniteraan dan

Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi

melakukan seleksi dan memilih pengelola

vicon terbaik dari 42 universitas. Pada

pertengahan Februari 2018 lalu, Fakultas

Hukum Unsyiah ditetapkan sebagai

pengelola vicon terbaik pertama untuk

periode 2017 dengan nilai 65,5. Disusul

Fakultas Hukum Universitas Mataram

sebagai juara II dengan nilai 56,2

dan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

sebagai juara III dengan nilai 54,9.

T. Irfan Sujana S.Pt, Operator Vicon Fakultas

Hukum Unsyiah, mengatakan ada beberapa

kriteria penilaian, seperti keaktifan

menayangkan persidangan MK, keaktifan

pemanfaatan vicon untuk kuliah umum

atau seminar, dan kesiapan pelayanan

persidangan jarak jauh. Selain itu, juga

terdapat penilaian terkait ketertiban dalam

penyelesaian administrasi, serta pelaporan

pemeliharaan vicon sebagai bagian dari

pengelolaan barang milik negara.

Penghargaan ini menjadi penyemangat bagi

Fakultas Hukum untuk terus meningkatkan

kualitas pelayanan dalam menggunakan

vicon. Mukhlis, SH. M.Hum, Ketua Tim

Pengelola Vicon Unsyiah, berkomitmen untuk

mempertahankan status juara ini di tahun

mendatang. Langkah yang ditempuh dengan

memaksimalkan pemanfaatan vicon untuk

persidangan maupun proses akademik.

“Untuk mempertahankan status juara ini, kita

harus siap bersaing lebih ketat,” ujar Mukhlis.

Pengelola vicon Fakultas Hukum Unsyiah

juga akan bekerja sama dengan pimpinan

fakultas dan berusaha meningkatkan

jumlah keterlibatan para dosen,

mahasiswa, dan civitas akademika. Semua

pihak diharapkan berperan aktif dalam

meningkatkan pemanfaatan fasilitas vicon.

Sementara itu, langkah awal yang

ditempuh dengan mengajak beberapa

tenaga pengajar, pusat studi, dan guru

besar untuk memberikan kuliah umum,

seminar, atau kegiatan akademik

menggunakan fasilitas vicon. Tetapi kedua

kegiatan tersebut (persidangan jarak jauh

dan kegiatan akademik) membutuhkan

partisipasi aktif mahasiswa dalam jumlah

besar sebagai peserta. Peningkatan jumlah

peserta ini sangat diperlukan sebab

menjadi salah satu indikator penilaian

dalam seleksi pengelolaan vicon terbaik

setiap tahunnya.

Menyadari itu, tim vicon Fakultas Hukum

Unsyiah terus berupaya menumbuhkan

motivasi mahasiswa dengan mewajibkan

mereka berpartisipasi dalam kegiatan

persidangan dan kuliah umum. Partisipasi

mahasiswa dalam kegiatan ini direncanakan

menjadi salah satu syarat sidang (ujian

akhir) mahasiswa. Bagi mahasiswa yang

aktif terlibat akan diapresiasi dengan

sertifikat pendamping ijazah.

“Untuk kegiatan persidangan, kewajiban ini

dikhususkan bagi mahasiswa Hukum Tata

Negara,” tegas Mukhlis.

Artinya mahasiswa jurusan tersebut wajib

mengikuti persidangan yang dilakukan

oleh Mahkamah Konstitusi sebagai

penambahan ilmu khususnya di bidang

Hukum Tata Negara. Selain itu, pengelola

vicon juga berencana melibatkan lebih

banyak lagi organisasi mahasiswa untuk

memanfaatkan vicon dalam kegiatan

akademik. Sebab menurutnya, saat ini

hanya mahasiswa yang tergabung dalam

Asian Law Student Association (ALSA) yang

kerap menggunakan fasilitas ini untuk

berkoordinasi dengan perwakilan ALSA di

luar Aceh. (un)

Fakultas Hukum Unsyiah

Memaksimalkan PemanfaatanVideo Conference

Pada pertengahan Februari 2018 lalu, Fakultas Hukum Unsyiah ditetapkan sebagai pengelola vicon terbaik pertama untuk periode 2017 dengan nilai 65,5.

41ENGLISH

For some, the Darmasiswa program

represents an indispensable opportunity

for personal and professional growth.

Mahmoud, a 19-year-old student from

Palestine, will teach Bahasa Indonesia at

the Indonesian Embassy when he returns

home. Mellisa, a 20-year-old student from

Zimbabwe, hopes the language skills she

gains here in Aceh will help her complete

a degree in translation at the University

of Zimbabwe. And Burhan, a 23-year-old

student from Thailand who majored in

Bahasa Melayu, used this experience to

complete research for his thesis.

Taught by expert faculty members of

Unsyiah’s prestigious education faculty

(FKIP), Darmasiswa students attend

rigorous daily Bahasa Indonesia classes

at Pascasarjana Unsyiah. In only six short

months, they have learned to clearly express

themselves through writing, have excelled in

reading, and have become conversationally

fluent in Bahasa. Following course materials

carefully designed by the Bahasa Indonesia

Bagi Penutur Asing (BIPA) program, these

students will leave Indonesia with an

unforgettable souvenir: the ability to speak

Bahasa Indonesia.

Students have been busy outside of the

classroom as well. In addition to studying

Bahasa, Darmasiswa students have learned

to make traditional Acehnese handicrafts

and prepare local Indonesian cuisine like

Boh Rom-Rom. They have also participated

in a variety of cultural excursions to places

like the Tsunami Museum, Museum Aceh,

the PLTD Apung 1, Lampuuk beach,

Kampung Pande (to catch crabs using

traditional fishing methods!), and even to

Sabang Island. Many volunteer their time

teaching English at local pesantren, high

schools, and universities. Some teach karate.

Others are learning to play the sarunee kale.

Perhaps the group’s greatest challenge

has been learning traditional Acehnese

dance. At the invitation of Rector Prof.

Dr. Ir. Samsul Rizal, Darmasiswa students

performed Likok Pulo at Unsyiah’s 57th

anniversary celebration in front of a cheering

audience of students and administrators. “I

love music and dancing, so for me this was

the best activity to get to know Acehnese

culture. We had to practice a long time,”

said Ugne, a 32-year-old student from

Lithuania, reflecting on the experience. Their

hard work certainly paid off, earning them

a standing ovation. They will perform this

Acehnese dance again at the Darmasiswa

Program’s closing ceremony in Jakarta

this May, possibly in front of Indonesian

President Joko Widodo.

As the year comes to an end, some students

are thinking of ways to stay in Indonesia.

“I wanted to go abroad to extend my

knowledge at an institution of higher

education,” says Muhammad, a 34-year-

old student from Senegal. Muhammad

has found a second home in Aceh. “Aceh

is a peaceful place. As a Muslim, I feel so

connected to the people here. The Acehnese

have treated me like family. If possible, I’d

like to finish my Bachelor’s degree at Syiah

Kuala University,” Muhammad remarked.

The Darmasiswa Program’s inaugural

year at Universitas Syiah Kuala has been

a monumental success. When asked if

they would recommend this program to

their friends, every one of the Darmasiswa

students enthusiastically agreed. “The

Darmasiswa Scholarship gives you an

experience second to none. You appreciate

the world more because of your travel, you

are able to see life with a new and different

perspective,” said Chako, reminiscing over

a coffee about his time in Aceh. “I have

established so many lifelong friendships in

Aceh. I don’t want to leave.” (un)

“Darmasiswa has allowed

me learn so much about

Indonesian culture and

language,” said Subkhuddin, a 21-year-old

exchange student from Tajikistan studying

Bahasa Indonesia at Universitas Syiah Kuala

(Unsyiah). “I am very grateful.”

The Darmasiswa Scholarship Program has

been around since 1974, giving foreign

students the unique opportunity to study

Indonesian language, art and culture at over

fifty of the nation’s best universities.

Beyond just enabling foreigners to study

in Indonesia, this program serves a vital

diplomatic purpose: when students return to

their home countries, they serve as cultural

ambassadors who strengthen Indonesia’s

diplomatic relations abroad, promote

cross-cultural understanding, and enhance

Indonesia’s international image. Yet although

the program has existed for over forty years,

it is celebrating its first year in Aceh.

Comprised of twelve students from China,

Taiwan, Thailand, South Korea, Zimbabwe,

Palestine, the United States, Senegal,

Lithuania, and Tajikistan, it can also be said

that the Darmasiswa Program is bringing the

world to Aceh.

Ria Ervilitia, the Assistant Project Manager

for the Darmasiswa Program at Unsyiah,

stressed the important role Darmasiswa

students have played in increasing tourism

in Aceh Province and improving Aceh’s

international appearance. “Darmasiswa

students can be brand ambassadors, helping

to promote tourism in Aceh. Many foreign

people are afraid to come to Aceh because

of issue like the civil war and the tsunami.

But Darmasiswa students can change this —

they can show people the true Aceh, show

them how beautiful and safe Aceh really is,”

Ervilitia noted.

EDISI 219 . JANUARI 2018

• Ryan Sutherland

• Darmasiswa scholar from the United States, studying Bahasa Indonesia at Universitas Syiah Kuala

• A former Fulbright scholar to Spain that focused on teaching high school students about diplomacy, human rights, peace-keeping and conflict resolution.

• Hopes to work as a public health physician in Indonesia and South America.

• Graduated with highest honors from Emory University in Atlanta, Georgia, majoring in music and biology.

• Working with Sanggar Seni Seulaweuet Banda Aceh and have designed a syllabus for a virtual lecture series about Acehnese traditional dances

• Member of Global Environmental Health Lab’s team of research scientists. GEH is a non-profit based out of New York City. With this organization, he have the chance to participate in public health projects that will help thousands of Indonesians live healthier lives.

• Serving as an e-intern with USAID-Indonesia. He produce social media content, research and write human interest stories on topics ranging from public health to education, and draft and translate official press releases.

PERSONAL INFORMATION

Bringing the World to Aceh;The Darmasiswa ScholarshipProgram’s First Yearin Aceh Province

40 ENGLISH

EDISI 221 . MARET 2018

44 MUTU 45MUTU

EDISI 216 . OKTOBER 2017 EDISI 216 . OKTOBER 2017EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

Indahnya hasil perjalanan mutu Unsyiah hari ini. Hasil dari proses panjang yang dilakukan secara konsisten, terstruktur,

dan berkesinambungan melalui keberanian dan kebersamaan menerobos kebiasaan yang tak lumrah di lingkungan perguruan tinggi. Saat diikrarkan lebih 15 tahun lalu (cikal bakal Badan Penjaminan Mutu (BJM) Unsyiah) banyak hal yang telah dicapai melalui kerangka standar mutu Unsyiah yang diinisiasi BJM tahun 2006 dan diluncurkan tahun 2008.

Unsyiah sudah melewati tiga tahap proses mutu: membangun kerangka mutu (2001-2006), penguatan dan eksistensi (2008-20015), dan proses rekonstruksi mindset menuju budaya mutu pasca akreditasi A dan era BLU (2016-hingga sekarang). Fase ini rawan karena menjadi tolak ukur pergeseran nilai kuantitatif mutu ke arah nilai kualitatif mutu yang disebut budaya mutu.

Bagaimana menghadapi fase rekonstruksi mindset tersebut? Saat ini, Unsyiah telah memiliki model manajemen mutu melalui implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang terstruktur berkelanjutan berdasarkan standar dan capaian mutu yang telah ditetapkan. Tantangan utama Unsyiah saat ini adalah merealisasi target-target dalam standar mutu baru yang telah disusun oleh LP3M. Standar ini dianggap telah memenuhi bahkan melebihi dari SNPT sebagai acuan seluruh unit kerja dalam menjalankan dan mencapai target mutu. Diharapkan ada manfaat dari standar mutu baru

Menghadapi tahapan aktualisasi budaya mutu ke depan, maka pemahaman terhadap Total Quality Management System (TQMS) harus diartikan seluruh pengambil kebijakan dan pelaksana mutu Unsyiah sebagai upaya meningkatkan kualitas secara terpadu di seluruh lini perguruan tinggi. Pemahaman mutu yang saat ini masih didominasi upaya mendapatkan pengakuan secara eksternal melalui akreditasi, ISO, AUN dan sebagainya, harus digeser menjadi pemahaman yang hadir dari rekonstruksi mindset dari pengambil kebijakan. Sehingga mutu tidak saja terpapar pada setumpuk sertifikat pengakuan A, tetapi juga tercermin dari perubahan sikap, perilaku, dan karakter civitas akademika dalam menjalankan tridharma perguruan tinggi.

Melalui 41 standar mutu baru (draft 2017) Unsyiah, kita berharap mahasiswa

Menakar Standar Mutu Baru Unsyiah dengan Rekonstruksi Mindset

dan dosen semakin puas dengan segala bentuk kondisi sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia. Diharapkan kualitas pelaksanaan kurikulum KPT yang sudah diluncurkan di tahun 2016, tidak dipahami sebatas perubahan jenis dokumen kurikulum atau perubahan nama mata kuliah saja. Perubahan sikap, perilaku, dan karakter oleh pimpinan unit pelaksana ditingkat universitas, fakultas, dan prodi harus dilakukan dalam memenuhi tuntutan KPT itu sendiri. Mungkin belum ada yang berpikir bahwa perubahan SKS pada kegiatan praktikum akan berdampak pada perlunya meningkatkan dana pelayanan praktikum kepada mahasiswa. Dosen pelaksana praktikum harus juga harus meningkatkan dan memperbaharui materi, metode, dan ouput praktikum bagi mahasiswa. Inilah yang disebut dengan rekonstruksi mindset dalam menjalankan mutu di bidang pendidikan atau pembelajaran.

Hal yang sama diharapkan dari hasil implementasi standar mutu baru Unsyiah di bidang penelitian dan pengabdian adalah peningkatan jumlah penelitian dan publikasi. Seperti diketahui, peningkatan penelitian dan publikasi telah membawa Unsyiah pada jenjang populer dan diperhitungkan di peringkat nasional. Pada tahapan rekonstruksi mindset terkait standar mutu baru, pemahaman mutu penelitian dan pengabdian tidak sebatas pada banyak jumlah dosen yang terlibat. Tetapi juga harus diukur luasnya sebaran keterlibatannya di seluruh bidang keilmuan, variasi latar belakang dosen pelaksana penelitian, serta komitmen menjalankan rencana induk penelitian Unsyiah.

Produk hasil kegiatan pengabdian masyarakat harus diterjemahkan bukan

saja dari sisi kemampuan mentransfer teknologi, tetapi juga harus membawa dampak perubahan sosial masyarakat. Parameter mutu seperti ini akan mampu menunjukkan bahwa standar mutu baru Unsyiah memiliki dampak dan bernilai baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Dari sisi manajemen internal, rekonstruksi mindset sangat dibutuhkan sehingga ada perubahan perilaku, sikap, dan karakter dalam menyikapi seluruh hambatan dan bootleneck manajemen administrasi, perencanaan, dan keuangan untuk mendukung target standar mutu yang baru. Pengambil kebijakan di bidang ini harus lebih piawai dalam menyikap konsekuensi dari penerapan standar mutu baru Unsyiah nantinya. Terobos-terobosan dalam sistem manajemen administrasi, perencanaan, dan keuangan harus berani dimulai sehingga hadir energi baru bagi pelaksana mutu di tingkat unit kerja pelaksana (fakultas, jurusan, prodi, lembaga dan UPT).

Sementara itu, ketika daya khayal mutu ingin mewujudkan akreditasi internasional, di tatanan program studi kita masih disibukkan dengan sulitnya mendapatkan bahan praktikum, wifi yang lelet, ruang kuliah yang kotor dan panas, kondisi laboratorium, dan lain sebagainya. Kita juga masih disibukkan dengan diskusi status organisasi mutu tingkat fakultas dan prodi yang dirasakan masih terkesampingkan.

Satuan Penjaminan Mutu Fakultas (SJMF) harusnya dijadikan unit mutu yang memiliki kekuatan organisasi dan program rutin yang tercermin dalam Renstra Mutu Fakultas, memiliki SDM yang mewakili seluruh program studi,

Dr. Ir. M. AMAN YAMAN, M.Agric.Sc

KEPALA PUSAT PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (PPSMM)

LP3M UNSYIAH

serta memiliki dana operasional. Prodi kecil harus dibesarkan dan prodi besar harus dipacu agar berprestasi mutu di level internasional. Bahkan jika ingin jujur dalam mutu, program studi yang spesifik harus berani dikembangkan menjadi fakultas dengan justifikasi mutu berbasis potensi Aceh.

Pemikiran semacam ini tentunya tidak dapat diantisipasi hanya dengan sebatas meluncurkan dokumen standar mutu baru saja. Unsyiah harus mulai melakukan rekonstruksi mindset terhadap program dan proses mutu menyangkut perubahan sikap, perilaku, kinerja, dan karakter dari seluruh level pimpinan, pelaksana, unit utama, dan pendukung. Ini untuk mewujudkan TQMS atau yang populer dengan SPMI terstruktur dan berkelanjutan.

Perubahan sikap, perilaku, kinerja, dan karakter dalam menjalankan mutu berkelanjutan akan menunjukan kualitas kedewasaan menjalankan mutu di Unsyiah secara bersamaan. Tuntutan mutu perguruan tinggi tidak pernah berhenti. Standar mutu akan terus meningkat. Tinggal bagaimana segenap pelaksana mutu Unsyiah menyikapinya. Unsyiah sudah dijalur tepat, pacu terus kecepatan mutu, berani melakukan terobosan (out of the box), dan harus berani keluar dari comfort zone mutu (puas hanya dengan akreditasi A saja).

Lalu, kapan mutu akan berubah menjadi budaya mutu di kampus Darussalam tercinta ini? Ketika kedai kopi masih penuh, uap kopi masih mengangkasa sepanjang hari, dan mutu digambarkan imajiner sebagai sertifikat pujian saja, maka waktu dan zamanlah yang akan menjawabnya. Bravo untuk Unsyiah yang bermutu! (rk)

Unsyiah tersebut, yaitu harus mampu menumbuhkembangkan budaya mutu yang tercermin dari perubahan sikap, perilaku, dan karakter dari seluruh civitas akademika Unsyiah.

EDISI 221 . MARET 2018 EDISI 221 . MARET 2018

46 47ASPIRASIASPIRASI