blok 1 modul 2

16
1 BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Komunikasi memiliki arti yaitu suatu interaksi antara satu individu dengan individu yang lain dalam hubungan sosial serta pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat dipahami. Komunikasi ada dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan non-verbal. Dengan adanya komunikasi, seseorang dapat mengetahui dan menerima informasi yang disampaikan oleh lawan bicara serta seseorang juga dapat lebih mengerti informasi yang disampaikan dengan mendengarkan. Komunikasi dan mendengarkan juga harus berisi empati didalamnya, yaitu mengerti perasaan lawan bicara tanpa larut di dalamnya. Sedangkan dalam bidang kedokteran pengertian komunikasi dokter pasien adalah komunikasi dua arah yang dilakukan oleh seorang dokter dengan pasiennya. Komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan hal yang penting dan harus dilakukan oleh seorang dokter, karena komunikasi dokter pasien memegang peranan besar dalam menentukan suatu diagnosis dan prognosis pasien. Dalam praktik kedokteran, komunikasi sangat penting untuk dibangun antara dokter dengan pasiennya agar tidak terjadi misrepresentasi antara dokter dan pasien. Jika dokter tidak membangun komunikasi dengan pasiennya, maka akan membawa pengaruh yang buruk dalam hubungan antara dokter dan pasien. Dengan komunikasi dan empati diharapkan dokter tidak hanya memandang pasien tersebut hanya sebagai objek untuk disembuhkan, tetapi agar dokter tersebut juga memahami apa yang dirasakan pasien dan menempatkan diri sebagai pasien tersebut. Dengan berempati, sebenarnya itu adalah obat alami yang bisa membantu kesembuhan pasien karena sifat dari komunikasi itu yang terapeutik. Makalah ini disusun dengan tujuan memberi pemahaman melalui informasi yang lebih baik lagi bagi para komunikator (sender) kepada para penerima pesan (receiver), agar mampu

Upload: reynaldisanjaya

Post on 09-Jul-2016

234 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

komunikasi dan empati

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Komunikasi

memiliki arti yaitu suatu interaksi antara satu individu dengan individu yang lain dalam

hubungan sosial serta pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

dengan cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat dipahami. Komunikasi ada dua bentuk

yaitu komunikasi verbal dan non-verbal.

Dengan adanya komunikasi, seseorang dapat mengetahui dan menerima informasi yang

disampaikan oleh lawan bicara serta seseorang juga dapat lebih mengerti informasi yang

disampaikan dengan mendengarkan. Komunikasi dan mendengarkan juga harus berisi empati

didalamnya, yaitu mengerti perasaan lawan bicara tanpa larut di dalamnya.

Sedangkan dalam bidang kedokteran pengertian komunikasi dokter pasien adalah

komunikasi dua arah yang dilakukan oleh seorang dokter dengan pasiennya. Komunikasi antara

dokter dengan pasien merupakan hal yang penting dan harus dilakukan oleh seorang dokter,

karena komunikasi dokter pasien memegang peranan besar dalam menentukan suatu diagnosis

dan prognosis pasien.

Dalam praktik kedokteran, komunikasi sangat penting untuk dibangun antara dokter

dengan pasiennya agar tidak terjadi misrepresentasi antara dokter dan pasien. Jika dokter tidak

membangun komunikasi dengan pasiennya, maka akan membawa pengaruh yang buruk dalam

hubungan antara dokter dan pasien. Dengan komunikasi dan empati diharapkan dokter tidak

hanya memandang pasien tersebut hanya sebagai objek untuk disembuhkan, tetapi agar dokter

tersebut juga memahami apa yang dirasakan pasien dan menempatkan diri sebagai pasien

tersebut. Dengan berempati, sebenarnya itu adalah obat alami yang bisa membantu kesembuhan

pasien karena sifat dari komunikasi itu yang terapeutik.

Makalah ini disusun dengan tujuan memberi pemahaman melalui informasi yang lebih

baik lagi bagi para komunikator (sender) kepada para penerima pesan (receiver), agar mampu

2

menciptakan suasana komunikasi yang lebih efektif, sehingga pesan yang disampaikan dapat

diterima dengan pemahaman yang baik serta ada pemberian respon yang baik pula.

1.1 Skenario

Seorang anak kecil usia 3 tahun sudah mulai diajarkan oleh ibunya untuk menggosok

gigi sendiri. Walau terkadang malas melakukannya, si anak oleh ibunya tetap diajak untuk

menggosok giginya terutama di pagi dan malam hari. Untuk mengurangi kemalasan itu ibu

memberi sebuah koin setiap si anak mau menggosok gigi. Koin ini bisa ditukarkan dengan

makanan kesukaan anak itu bila sudah berjumlah 10 buah.

1.2 Rumusan Masalah

Seorang anak usia 3 tahun sudah mulai diajarkan oleh ibunya untuk menggosok gigi sendiri.

Ibu memberikan hadiah sebuah koin kepada anak untuk mengurangi kemalasannya.

Jika sudah terkumpul 10 koin, maka dapat ditukarkan dengan makanan kesukaan anak itu.

1.3 Analisis Masalah

Perilaku dapat dipelajari

KEBIASAAN

MENGGOSOK

GIGI

Komunikasi efektif

Analisis transaksionil

Peningkatan perilaku

Perubahan perilaku

karena konsekuensi

Interaksi okmum

K-K D-D

Verbal Non Verbal

Anak Orangtua

3

1.4 Hipotesis

Perilaku dapat dipelajari.

Perubahan perilaku karena adanya konsekuensi, yaitu reinforcement.

Adanya peningkatan perubahan.

State tidak dipengaruhi oleh usia.

Setiap individu memiliki 3 state, yaitu orang tua, dewasa, dan kanak-kanak.

Dalam setiap interaksi dapat terjadi perubahan state sesuai dengan kebutuhan.

Adanya komunikasi verbal dan non-verbal.

1.5 Sasaran Pembelajaran

Untuk mengetahui dan memahami analisa transaksionil.

Untuk mengetahui dan memahami komunikasi empati beserta dengan jenis-jenisnya.

Untuk mengetahui dan memahami perilaku sehat.

4

BAB II ISI

2.1 Analisa Transaksionil

Analisa transaksionil adalah suatu sistem yang diperkenalkan oleh Eric Berne pada

tahun 1961, dimana analisa transaksionil memiliki arti yaitu proses analisa atau komunikasi

dalam hubungan sosial antara 2 individu atau lebih yang berbeda. Analisa transaksionil juga

dapat diartikan memusatkan perhatian pada interaksi yang sedang berlangsung dalam

pengobatan. Yang dianalisa dalam analisa transaksionil adalah proses dan isi pikiran, perasaan,

serta perilaku verbal dan non-verbal seseorang. Analisa transaksionil juga dipakai dalam

psikoterapi individu maupun kelompok.1

Analisa transaksionil digunakan untuk menentukan ego yang dominan yang sedang

berlangsung pada setiap individu yang sedang berinteraksi, dimana setiap individu memiliki 3

state atau okmum didalam dirinya, yaitu:1

Orang tua.

Pada okmum ini, individu berperasaan dan bertindak seperti yang dilakukan ibu dan ayah.

Pada okmum ini, individu juga dapat mengecam dan mendorong. Penampilan okmum orang

tua, yaitu:

Proteksi.

Kritik.

Bimbingan.

Bagaimana melakukan sesuatu.

Dewasa.

Pada okmum dewasa, individu akan mengolah persoalan berdasarkan data, analisa, dan

logika. Penampilan pada okmum ini yaitu:

Analisa.

5

Logika.

Mengumpulkan data.

Mengambil keputusan.

Bio-komputer.

Kanak-kanak

Pada okmum kanak-kanak ini, individu tersebut waktu masih kecil, perasaan dan pola

tingkah lakunya bersifat wajar, dapat bertindak sendiri lepas dari okmum orang tua, tetapi

dapat menyesuaikan diri untuk memuaskan orang tua dalam diri individu tersebut.

Penampilan okmum kanak-kanak ini, yaitu:

Perasaan.

Empati.

Intuisi-Fantasi.

Respon sesuai petunjuk.

Ada empat macam bentuk analisis yang dapat dianalisis, yaitu:1

Analisis Struktur: Analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian

secara global. Perasaan yang terkait dengan pengalaman masa lalu (mengenai fenomena

intrapsikik).

Analisis Transaksional: Menentukan dan mengetahui ego state yang mana yang lebih

dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau belum.

Analisis Mainan: Analisis hubungan transaksi yang terselubung dari interaksi yang

dilakukan. Mengidentifikasi permainan yang dilakukan dalam interaksi mereka dan

kepuasan yang diperoleh.

Analisis Skript: Analisa drama atau kejadian dalam kehidupan yang terlibat dalam semua

interaksi yang dilakukan, dan membuka penyebab masalah emosi pasien.

6

2.2 Komunikasi Ibu-Anak

2.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang

atau lebih dengan cara yang tepat, baik verbal maupun non-verbal sehingga pesan tersebut dapat

dipahami. Menurut KBBI, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita

antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat dipahami.2

Cara atau teknik berkomunikasi adalah pengetahuan dan keterampilan mengenai

komunikasi yang mengikuti langkah-langkah komunikasi yaitu memberi perhatian, membuka

dialog, mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah, dan menyimpulkan hasilnya.3

Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik

sebagai berikut:4

Mempelajari atau mengajarkan sesuatu.

Mempengaruhi perilaku seseorang.

Mengungkapkan perasaan.

Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain.

Berhubungan dengan orang lain.

Menyelesaian sebuah masalah.

Mencapai sebuah tujuan.

Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik.

Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain.

2.2.2 Bentuk-bentuk Komunikasi

Menurut tujuannya:

Komunikasi satu arah: Komunikasi yang tidak berganti peran atau monolog.

Komunikasi dua arah: Komunikasi antara dua pihak, pengirim pesan dan penerima

pesan yang perannya bisa saling bergantian.

7

Menurut jenisnya:

Secara umum terdapat:

Komunikasi verbal: Komunikasi yang menggunakan kata-kata, dapat disuarakan

maupun ditulis dengan memperhatikan pemilihan kata-kata, kualitas suara (keras atau

tidak), pace (kecepatan) dan intonasi (tinggi rendahnya suara). Dengan komunikasi

verbal pasien dapat di undang untuk berbicara lebih banyak sehingga ia merasa diterima,

dihargai sebagai pribadi.

Komunikasi non-verbal: Komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, sehingga

hanya berupa gerakan/isyarat tubuh (gerakan tubuh, cara menatap/kontak mata, ekspresi

wajah), posisi (jarak terlalu dekat/jauh, berhadapan, menyamping, siku), sikap (santai,

wibawa) dan paralinguistik (hembusan nafas, perubahan tinggi nada, perubahan keras

suara, senyum yang dipaksakan).5 Makna dari komunikasi non-verbal sering sukar

dipastikan terhadap pasien karena pesan non verbal bersifat kabur atau susah diprediksi

dan kontradiksi sering terjadi antara pesan non verbal dengan pesan verbal.

Dalam dunia kedokteran terdapat 3 jenis, yaitu:1

Complementary transaction: Komunikasi dimana respon transaksinya sesuai dengan

yang diharapkan. Komunikasi ini merupakan komunikasi yang paling sehat, dimana

apabila komunikasi yang diterima sesuai dengan yang diharapkan maka proses

komunikasinya akan berjalan dengan lancar.

Crossed transaction: Komunikasi dimana respon transaksi tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Komunikasi ini akan memberikan hasil akhir seperti kemarahan, perasaan

bersalah, ribut, serta menghindar.

Ulterior transaction: Dalam komunikasi yang dilakukan terdapat 2 makna yang

tersembunyi, yaitu tersurat dan tersirat. Contoh: Seorang guru merasa lucu dan

8

tersenyum melihat kelakuan bodoh muridnya. Makna tersuratnya adalah senang,

sedangkan makna tersiratnya adalah mengejek.

Berdasarkan langsung tidaknya komunikasi:4

Komunikasi langsung: Komunikasi yang tanpa menggunakan alat. Komunikasi

langsung berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan

isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.

Komunikasi tidak langsung: Komunikasi tidak langsung biasanya menggunakan alat

dan mekanisme untuk melipat-gandakan jumlah penerima-penerima pesan (sasaran)

ataupun untuk menghadapi hambatan geografis dan waktu, misalnya menggunakan

radio, buku, dan lain sebagainya.

Berdasarkan besarnya sasaran, komunikasi dibedakan menjadi:4

Komunikasi massa: komunikasi dengan sasaran berupa kelompok orang dalam jumlah

yang besar dan umumnya tidak dikenal. Dalam menerapkan komunikasi massa yang

baik, kita harus menyusun pesan dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele. Bahasa

yang digunakan juga harus mudah dimengerti dan dipahami.

Komunikasi kelompok: komunikasi yang sasarannya berupa sekelompok orang yang

umumnya dapat dihitung atau dikenal dan merupakan komunikasi langsung yang

sifatnya timbal balik.

Komunikasi perorangan, yaitu komunikasi dengan tatap muka ataupun bisa juga melalui

telepon.

Hubungan komunikasi verbal dan non-verbal, yaitu:1

Pengulangan: Pesan non-verbal memperkuat pesan verbal (menunjuk materi yang sedang

dibahas), contoh: Ketika dokter mendiskripsikan berapa panjang sayatan yang akan

dilakukan dengan menunjukkan ukurannya.

9

Pertentangan: Pesan verbal dan non-verbal saling bertentangan, contoh: Dokter menyatakan

(verbal) “tidak ada yang serius”, tetapi non-verbal ia mengerutkan kening.

Melengkapi: Pesan verbal dan pesan non-verbal saling melengkapi, contoh: Pasien

menyatakan sakit di daerah perut/ abdomen yang sedang di palpasi oleh dokter dan

meunjukkan ekspresi wajah kesakitan.

Mengganti: Non-verbal sebagai satu-satunya sarana mengirimkan atau menyampaikan

pesan (ekspresi muka pada persaan tertentu), contoh: sedih, murung, mengantuk.

Menekankan: Non-verbal menekankan interpretasi pesan verbal (sentuhan dalam gerakan

tubuh).

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang

digunakan:

Disease centered communication style atau doctor centered communication style:

Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis termasuk

penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

Illness centered communication style atau patient centered communication style:

Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara

individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,

harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.

Komunikasi memiliki beberapa komponen utama yang harus ada agar suatu komunikasi

dapat berjalan dengan baik. Beberapa komponen tersebut adalah:6

Pengirim atau komunikator (sender): Pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

Pesan (message): Isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.

Saluran (channel): Media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam

komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan

getaran nada/suara.

10

Penerima atau komunikate (receiver): Pihak yang menerima pesan dari pihak lain.

Umpan balik (feedback): Tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang

disampaikannya.

Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan

dijalankan (Protokol).

2.2.3 Empati

Empati adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan menempatkan

diri seseorang di tempat orang lain sesuai dengan identitas: nama, usia, jenis kelamin, kondisi

fisik (warna kulit, tinggi, berat badan, raut muka, taraf kesehatan, dsb), status perkawinan,

orientasi seksual (heteroseksual, biseksual, homoseksual), ras, suku bangsa, etnik, latar

belakang pendidikan, pengetahuan, taraf perkembangan jiwa atau mental, tradisi, budaya,

agama, serta pikiran, perasaan, keinginan, perilaku dari orang itu, tanpa mencampur-baurkan

nilai-nilai atau selera pribadi dari orang yang berempati dengan nilai atau selera pribadi orang

yang diempati atau bereaksi secara emosional bila nilai-nilai orang yang berempati berbeda

dengan nilai-nilai orang yang diempati.1

Dengan adanya empati orang lain akan merasa lebih dihargai. Ketika seseorang merasa

lebih dihargai disitulah terjalin relasi intrapersonal yang baik. Memberikan empati kepada

orang lain juga berdampak positif kepada diri kita. Empati mengasah kepekaan kita terhadap

orang lain, secara tidak langsung hal ini mengasah kepribadian kita untuk berkembang lebih

luas lagi.

Jadi, berempati berarti tidak bersikap menghakimi, baik dalam artikata menyalahkan,

membenarkan, menyetujui, atau tidak menyetujui perbuatan seseorang.1

11

2.3 Perilaku Sehat

2.3.1 Definisi Perilaku Sehat

Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen

kognitif lainnya. Karakter pribadi termasuk tingkat dan sifat afeksi emosional serta pola

perilaku yang jelas, tindakan dan kebiasaan yang terkait dengan pemeliharaan kesehatan,

pemulihan kesehatan, peningkatan kesehatan.1

Perilaku sehat menurut beberapa pakar, yaitu:1

Menurut Gochman

Perilaku sehat adalah karakter, sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, presepsi dan

elemen kognitif lainnya. Kebiasaan yang terkait ialah:

Pemeliharaan kesehatan

Pemulihan kesehatan

Peningkatan kesehatan

Menurut Sarafino

Perilaku sehat merupakan segala aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan

atau meningkatkan kesehatannya, tidak tergantung status kesehatannya saat itu dan atau

apakah perilaku yang dilakukannya mencapai hal tersebut.

2.3.2 Bentuk-bentuk Perilaku Sehat

Ada lima perilaku sehat, yaitu:1

Pencegahan: Segala tindakan yang secara medis direkomendasikan, dilakukan secara

sukarela oleh seseorang yang sehat dan ingin mecegah penyakit untuk asimptomatik

(mendektesi penyakit yang tidak tampak nyata).

Perlindungan: Tindakan yang dilakukan seseorang untuk melindungi, meningkatkan dan

menjaga kesehatan, dapat tindakan medis atau bukan tindakan medis.

12

Perilaku sebelum sakit: Tindakan yang dilakukan oleh orang yang tidak yakin akan kondisi

kesehatannya.

Perilaku saat sakit: Tindakan yang dilakukan oleh orang yang sakit, baik yang dilakukan

oleh orang lain atau dirinya sendiri.

Kondisi sosial: Tindakan yang dilakukan oleh lingkungan sosial agar kesehatan tetap

terjamin.

Perilaku terdiri atas tiga domain (pengetahuan, sikap, tindakan). Secara konsep teori,

perilaku tersebut terjadi secara berurutan, artinya dari pengetahuan berubah menjadi sikap dan

sikap menjadi tindakan.7 Dalam kenyataannya, timbulnya perilaku sesuai dengan

kebutuhannya.

2.3.3 Faktor yang Mendorong Terjadinya Perilaku Sehat

Hal-hal yang menentukan perilaku sehat individu:1

Pembelajaran:

Perilaku sehat itu dipelajari, perilaku berubah karena ada konsekuensi. Tiga konsekuensi

yang berperan dalam pembelajaran:

Reinforcement (peningkatan): Dimana individu melakukan sesuatu karena mendapat

kepuasan, dan ingin mengulangi lagi agar mendapat kepuasan.

Extinction (peniadaan): Dimana bila konsekuensi yang mempertahankan perilaku sehat

dihilangkan maka akan melemahkan respon.

Punishment (hukuman): Jika perilaku yang dilakukan membawa konsekuensi yang tidak

menyenangkan.

Faktor sosial, kepribadian, dan emosional:

Dukungan sosial (keluarga, teman) dapat mendorong perilaku sehat.

Faktor kepribadian yang berhubungan adalah rasa kehati-hatian.

13

Faktor emosi berhubungan dengan stress yang mendorong melakukan perilaku tidak

sehat seperti merokok.

Persepsi dan Kognitif:

Persepsi tentang sakit, jika berat kebanyakan akan mencari pertolongan. Pengetahuan

tentang kesehatan mempengaruhi perilaku sehat. Pengetahuan yang salah (miskonsepsi)

membahayakan karena tidak didasari bukti ilmiah.

2.3.4 Perubahan Perilaku Sehat

Tingkatan perubahan perilaku sehat, yaitu:1

Perkontemplasi: Belum ada niat perubahan perilaku.

Kontemplasi.

Individu sadar adanya masalah dan secara serius ingin mengubah perilakunya menjadi

lebih sehat.

Belum siap berkomitmen untuk bertindak.

Persiapan.

Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan.

Sudah pernah melakukan, tetapi mungkin masih gagal.

Tindakan: Individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari sejak mulai

usaha memberlakukan perilaku sehat.

Pemeliharaan.

Individu berusaha untuk mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan.

Mungkin akan berlangsung lama.

6 bulan dilihat kembali.

14

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Interaksi Okmum

Dalam skenario, terjadi interaksi antara orang tua dengan anak kecil berusia 3 tahun.

Okmum yang dominan pertama kali berinteraksi adalah okmum orang tua dengan okmum

kanak-kanak. Dimana okmum orang tua terbukti saat sang ibu sudah mulai mengajarkan sang

anak untuk menggosok gigi sendiri dan okmum kanak-kanak terbukti saat sang anak merespon

sesuai petunjuk, yaitu sang anak mau menggosok gigi saat sang ibu memberikan sebuah koin

setiap si anak mau menggosok gigi.

3.2 Perubahan Perilaku

Pada skenario ini, menunjukkan bahwa perilaku dapat dipelajari, perilaku pada skenario

ini dapat berubah karena adanya konsekuensi, yaitu reinforcement (peningkatan): Dimana

individu melakukan sesuatu karena mendapat kepuasan, dan ingin mengulangi lagi agar

mendapat kepuasan. Hal ini terbukti sang anak menjadi rajin menggosok gigi untuk

mendapatkan sebuah koin dari ibunya dan saat koinnya sudah terkumpul 10 buah, maka koin

tersebut dapat ditukarkan dengan makanan kesukaan sang anak.

3.3 Peningkatan Perubahan

Sang anak mengalami perubahan perilaku, dimana pada awalnya sang anak malas

menggosok giginya, namun karena dijanjikan sebuah koin setiap dia mau menggosok gigi,

maka sang anak pun menjadi rajin untuk menggosok giginya.

3.4 Analisa Transaksionil

Pada skenario ini terjadi analisa transaksionil, dimana pada awalnya okmum yang

dominan pada kedua individu tersebut adalah kanak-kanak dengan kanak-kanak, terbukti pada

saat sang anak malas untuk menggosok giginya kemudian sang ibu membujuk anaknya dengan

memberikan sebuah koin setiap sang anak mau menggosok giginya. Kemudian okmum tersebut

berubah menjadi dewasa dengan dewasa saat sang ibu mengajak anaknya untuk melakukan

15

analisa, dimana saat anaknya mau menggosok giginya sendiri, dia akan mendapatkan sebuah

koin untuk ditukarkan dengan makanan kesukaannya saat koinnya sudah terkumpul 10 koin.

3.5 Komunikasi dan Empati

Pada skenario ini terjadi komunikasi verbal dan non-verbal, serta empati. Komunikasi

verbal terjadi saat sang ibu mengajarkan anaknya untuk menggosok giginya sendiri, kemudian

sang ibu berjanji untuk memberikan sebuah koin setiap sang anak menggosok gigi, dan saat

sudah terkumpul 10 koin ibu berjanji agar koin itu dapat ditukarkan dengan makanan

kesukaannya. Sedangkan komunikasi non-verbal terjadi saat sang ibu sedang memberikan koin

kepada anaknya dan saat sang anak dengan senang menerima koin tersebut dan menukarkan

dengan makanan kesukaannya.

Empati terjadi saat sang ibu melihat anaknya senang saat menerima koin dan

menukarkan dengan makanan kesukaannya.

16

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan komunikasi dengan orang lain, baik secara

verbal maupun non-verbal. Komunikasi yang baik biasanya disertai juga dengan empati, yaitu

tidak bersikap menghakimi, baik dalam artikata menyalahkan, membenarkan, menyetujui, atau

tidak menyetujui perbuatan seseorang.

Pada saat terjadi komunikasi atau interaksi yang baik dapat terjadi perubahan okmum

sesuai dengan kebutuhan, dimana setiap individu memiliki 3 okmum (orang tua, dewasa, kanak-

kanak), namun setiap individu memiliki okmum dominan yang berbeda, yang tidak bergantung

pada usia seseorang.

Dengan komunikasi yang baik juga, perilaku seseorang dapat berubah dengan cara

dipelajari dan karena adanya konsekuensi. Contohnya dalam skenario yang diberikan, dimana

perilaku sang anak berubah menjadi rajin menggosok gigi karena ada konsekuensi yaitu

reinforcement. Pada akhirnya anak akan terbiasa melakukan perilaku sehat dan dengan

dukungan dari orang tua, anak akan menganggap kegiatan menggosok gigi adalah kegiatan

yang menyenangkan.

Komunikasi yang baik disertai dengan empati juga perlu kita terapkan dalam dunia

kedokteran, sehingga dokter dapat berkomunikasi secara lancar dengan pasiennya serta

pasien juga dapat mengerti dan menerima informasi dengan baik dari dokternya untuk

menerapkan perilaku sehat.