blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · web viewpestisida yang lengket pada...

35
0 MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN Pengendalian Kimiawi pada Tanaman Kubis Dosen Pengampu : Anton Muhibuddin Disusun oleh: Kelompok 8 / Kelas: U 1. Agustin Dwi Pangesti (105040101111070) 2. Nisaul Mahmudah (105040101111105) 3. Taramitta Handaningrum (105040101111107) 4. Reisha Alfianti (105040101111108) 5. Nurhayati (105040101111110) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: doancong

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

0

MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Pengendalian Kimiawi pada Tanaman Kubis

Dosen Pengampu : Anton Muhibuddin

Disusun oleh: Kelompok 8 / Kelas: U

1. Agustin Dwi Pangesti (105040101111070)

2. Nisaul Mahmudah (105040101111105)

3. Taramitta Handaningrum (105040101111107)

4. Reisha Alfianti (105040101111108)

5. Nurhayati (105040101111110)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak. Yang lazim

ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis tunas, kubis

rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea var.

sylvestris, yang tumbuh di sepanjang pantai Laut Tengah, pantai Inggris,

Denmark, dan sebelah Utara Perancis Barat. Kubis liar tersebut ada yang tumbuh

sebagai tanaman biennial dan ada juga yang perenial.

Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman annual. Untuk

memperoleh bijinya, kubis tersebut dibiarkan tumbuh sebagai tanaman biennial.

Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi

dengan curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong,

membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara

lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra).

Awalnya, daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya

tumbuh membengkok, menutupi daun-daun muda yang terakhir tumbuh.

Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala)

dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Selanjutnya, krop akan

pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai panjang, bercabang-cabang,

berdaun kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna kuning. Buahnya buah polong

berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm,

berwarna cokelat kelabu. Umur panennya berbeda-beda, berkisar dari 90 hari

sampai 150 hari. Daun kubis segar rasanya renyah dan garing sehingga dapat

dimakan sebagai lalap mentah dan matang, campuran salad, disayur, atau dibuat

urap.

Kubis dapat diperbanyak dengan biji atau setek tunas. Oleh karena itu

kami ingin membahas bagaimana pengendalian hama penyakit khususnya

pengendalian secara kimiawi pada tanaman kubis yang kami lakukan di Cangar,

tepatnya hari Jumat 18 November 2011 di lahan milik bapak Arifin.

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

2

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja hama dan penyakit pada tanaman kubis?

b. Mengapa memilih pengendalian secara kimiawi pada tanaman kubis?

c. Apa saja pestisida kimia yang digunakan pada tanaman kubis?

d. Bagaimana aturan pakai pestisida kimia yang digunakan?

e. Bagaimana teknik penyemprotan yang digunakan?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui hama dan penyakit pada tanaman kubis

b. Untuk mengetahui mengapa memilih pengendalian secara kimiawi pada

tanaman kubis

c. Untuk mengetahui pestisida kimia apa saja yang digunakan pada tanaman

kubis

d. Untuk mengetahui aturan pakai pestisida kimia yang digunakan

e. Untuk mengetahui teknik penyemprotan yang digunakan

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-Jenis Kubis

1. Kubis Krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L) Daunnya membentuk

krop (telur) dan berwarna putih sehingga sering disebut kubis telur atau

kubis putih.

2. Kubis Kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C) Daunnya tidak

membentuk krop dan berwarna hijau.

3. Kubis Tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C) Tunas samping

dapat membentuk krop, sehingga dalam satu tanaman terdapat beberapa

krop kecil.

4. Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L) Jenis ini bakal

bunganya mengembang, merupakan telur yang berbentuk kerucut dan

berwarna putih kekuning-kuningan yang bunganya berwarna hijau.

2.2 Syarat Tumbuh

1. Tanaman kubis tumbuh baik pada tanah gembur, mudah menahan air

(sarang) dan tanah tersebut banyak mengandung humus.

2. Menghendaki iklim dengan suhu relatif rendah, kelembaban tinggi dan

tumbuh baik pada ketinggian 1000 - 2000 dpl serta beberapa jenis

misalnya KK Cross, KY Cross cocok untuk dataran rendah.

2.3 Pengolahan Tanah

Pencangkulan tanah dilakukan sebanyak 2 kali, pencangkulan pertama

sedalam 30 cm, kemudian dibiarkan dahulu untuk mendapat sinar matahari selama

7 – 10 hari. Baru setelah itu dicangkul untuk kedua kalinya sekaligus diberi pupuk

kandang sebanyak 15 - 20 ton /ha dan dibuatkan bedengan selebar 120 cm,

panjang 3 – 5 meter.

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

4

2.4 Penanaman

1. Tanaman kubis diperbanyak dengan biji. Biji harus disemai terlebih

dahulu dengan ditabur dalam barisan dengan jarak 5 cm. Kebutuhan benih

150 – 300 gr/ha.

2. Bibit kubis yang telah berumur 1 bulan dipindahkan ke bedengan dengan

jarak 50 x 60 cm.

2.5 Pemeliharaan

1. Pemupukan:

Pada waktu berumur 2 dan 4 minggu setelah tanam diberikan pupuk

buatan urea 225 kg/ha, DS 500 kg/ha dan ZK 170 kg/ha.

2. Gulma:

Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput atau dengan

menggunakan herbisida.

3. Hama:

Hama ulat kubis (Plutella maculipennis), dikendalikan dengan Diazinon

atau Bayrusil 1-2 cc/1 air dengan frekwensi penyemprotan 1 minggu.

Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan dengan

Bayrusil 13 cc/1 air.

4. Penyakit:

Penyakit busuk akar yang disebabkan Rhizoktonia sp dapat dikendalikan

dengan bubur Bordeaux atau fungisida yang dianjurkan. Sedangkan

penyakit penting lainnya adalah busuk hitam (Xanthomonas campestris)

dan busuk lunak bakteri Erwinia carotovora dan penyakit pekung

Phomalincran penyakit kaki gajah (Plasmodiophora brassicae) belum

dapat diatasi. Bila ada tanaman yang terserang segera dicabut lalu dibakar.

2.6 Panen Dan Pengolahan Hasil

Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur

berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata

untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil

jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

5

menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan

pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya

menjadi rendah.

2.7 Pengendalian Hama Terpadu Kubis

A. Prinsip Dasar Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Kubis merupakan tanaman sayuran yang sangat mudah terserang hama dan

penyakit, karena sangat peka terhadap iklim. Belajar dari pengelaman dari

sejumlah petani kubis di daerah sentra produksi, upaya pengendalian hama dan

penyakit berdasarkan konsep PHT merupakan cara dan langkah yang terbaik.

Untuk melaksanakan PHT secara baik, ada 4 prinsip dasar yang perlu dipahami,

yaitu:

1. Tanaman Budidaya Sehat

Cukup pupuk, pengairan, penyiangan gulma, dan pengolahan tanah

pratanam yang baik merupakan dasar untuk memperoleh hasil produksi yang

tinggi. Selain itu, faktor yang teramat penting adalah pemilihan varietas yang

tahan akan penyakit dan hama serta mudah beradaptasi dengan jenis tanah dan

iklim.

Ketahanan tanaman akan penyakit bergantung pada ketahanan tanaman

terhadap infeksi dan perkembangan penyakit. Saat mengalami infeksi, tanaman

yang kuat dapat mengatasi kerusakan yang terjadi. Bila kerusakan ditimbulkan

oleh serangga, tanaman yang sehat dapat mengatasi kerusakan daun atau anakan

dengan membentuk daun atau anakan yang baru, atau dengan pertumbuhan yang

lebih kokoh pada anakan yang tidak rusak.

2. Melestarikan dan Mendayagunakan Fungsi Musuh Alami

Unsur alami merupakan kekuatan dahsyat yang mampu mengendalikan

lebih dari 99% hama di kebanyakan lahan kubis adar berada pada jumlah yang

tidak merugikan. Tanpa disadari sebenarnya hampir semua petani sangat

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

6

bergantung pada kekuatan alami yang sudah tersedia pada lahannya sendiri. KIta

mengetahui bahwa PHT berfungsi untuk mendayagunakan dan memperkuat

peranan musuh alami yang menjadi jaminan pengendalian saat terjadi serangan

hama. Pengurangan penggunaan pestisida berarti mendatangkan keuntungan

ekonomis, kesehatan, dan lingkungan.

3. Pengamatan Lahan Mingguan

Kondisi ekosistem amat berkaitan dengan timbulnya masalah hama. PHT

menganjurkan pengamatan lahan kubis secara mingguan oleh petani sendiri untuk

mengkaji masalah hama yang mungkin timbul dari keadaan ekosistem lahan yang

cenderung berubah dan terus berkembang.

4. Petani Ahli di Lahannya Sendiri

Untuk mengelola lahan kubis secara baik, petani perlu memiliki

keterampilan memantau lahan, menganalisis kondisinya, membuat keputusan, dan

mengambil tindakan pengendalian hama secara tepat, praktis, dan

menguntungkan.

Pengendalian Hama Terpadu membantu petani untuk mempelajari dan

mempraktikkan keterampilan teknologi pengendalian hama. Hal ini sangat penting

untuk mencapai sasaran pengelolaan agroekosistem yaitu hasil produk yang tetap

stabil dan bebas residu.

B. Keuntungan Pendekatan PHT

Penerapan pendekatan ini pada tanaman kubis mendatangkan keuntungan yang

cukup signifikan, di antaranya:

1. Menjaga Aspek Stabilitas Produksi

Kubis merupakan salah satu komoditas unggulan Sumatera Barat dengan

prospek pasar yang potensial baik domestik maupun ekspor. Pendekatan PHT

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

7

menawarkan metode pengelolaan agroekosistem yang menunjang stabilitas

produksi.

2. Aspek Ekonomi

Penggunaan sistem PHT pada umumnya dapat mengurangi penggunaan

pestisida pada tanaman kubis jika dibandingkan dengan pertanian konvensional.

Bila PHT dilaksanakan sepenuhnya, pengeluaran negara untuk subsidi pestisida

setiap tahunnya dapat dihemat 50-100 juta dollar (Departemen Pertanian, 1998).

3. Aspek Kesehatan

Pestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu

yang cukup besar, apalagi bila mengingat intensitas penyemprotan yang bisa

mencapai 20-30 kali tiap musim tanam di daerah sentra produksi. Saat kubis

tersebut dikonsumsi, maka residu pestisida akan terakumulasi di tubuh konsumen.

Pada dosis tertentu, penumpukan pestisida di dalam  tubuh amat berbahaya

bagi kesehatan, sebab bahan kimia penyusun pestisida adalah racun yang keras.

Dalam jangka panjang, akumulasi bahan kimia itu akan menyebabkan kanker dan

janin yang cacat. Cara terbaik mengurangi dampak pestisida adalah dengan

mengurangi kontak. Pemerintah telah mengeluarkan anjuran pengurangan

penggunaan pestisida melalui Inpres No. 3/86 yang intinya menekankan

penggunaan pestisida seminimal mungkin kecuali saat benar-benar dibutuhkan.

4. Aspek Lingkungan

Penggunaan pestisida untuk membunuh hama dan penyakit seringkali juga

membunuh organisme lain di dalam ekosistem. Bila organisme yang mati adalah

organisme yang menguntungkan bagi pengendalian hama, maka bisa terjadi

serangan hama yang lebih hebat. Keadaan ini dapat terjadi karena terganggunya

keseimbangan ekosistem yang ada. Sayangnya, penumpukan pestisida dalam

ekosistem menimbulkan pencemaran lingkungan yang tidak dapat dilihat dan

dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

8

Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa PHT merupakan perwujudan

anjuran pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang

berwawasan lingkungan dengan mengandalkan keterpaduan teknologi teruji dan

keterampilan serta kemampuan para petani itu sendiri.

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

9

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Identifikasi Pengamatan

Pengamatan pengendalian secara kimiawi pada tanaman kubis kami lakukan

pada:

Hari, tanggal : Jumat, 18 November 2011

Lokasi : Daerah Cangar

Jam : 09.00 WIB

Lahan milik : Bapak Arifin (30th)

Luas Lahan : 1 ha

Komoditas : Kubis

Pengendalian HPT : Kimiawi

3.2 Pengambilan Data

1) Wawancara 

Merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara

adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara

melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang

diwawancarai.

2) Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah metode pengumpulan

data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan

langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan

berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi

penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada

di lapangan.

Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang

keadaan dan kondisi d lapangObservasi dilakukan untuk menjajaki.

sehingga berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

10

gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk

tentang cara pemecahannya.

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan untuk merekam dan menyimpan

berbagai data penting yang dihasilkan dari suatu kegiatan.

Kegiatan dokumentasi data sangat penting dilakukan untuk tujuan:

1. Mengamankan data dan informasi penting

2. Mempermudah dalam pelaksanaan pemasukan data (data entry)

3. Mempermudah dalam pelaksanaan akses data (data retrieval)

4. Memberikan bukti secara nyata dari lokasi penelitian

Dalam kegiatan ini, dokumentasi yang kami lakukan adalah

dengan mengambil gambar di lokasi pengamatan. Seperti gambar tanaman

kubis, jenis pestisida yang digunakan, alat sprayer, petani dan aktivitas

pengendalian.

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

11

BAB 4

PEMBAHASAN

3.2 Hasil pengamatan

3.2.1 Hama dan Penyakit Daun Kubis

a. Hama (Plutella xylostella L.)

Klasifikasi Plutella xylostella L. Sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

      Filum      :  Arthropoda

      Kelas      :  Insecta

      Ordo       :  Lepidoptera

      Famili     :  Plutellidae

      Genus     :  Plutella

      Spesies   :  Plutella xylostella L.

Morfologi Plutella xylostella L.

                Plutella xylostella L. tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili

Plutellidae,Plutella xylostella mempunyai nama lain yaitu Plutella  maculipennis,

atau disebut juga ulat tritip, tanaman inangnya, antara lain kubis, lobak, sawi,

kolhrabi, kubis bunga, kubis kale, kubis tunas dan tanaman lain yang termasuk

keluarga Cruciferae.      

Dalam perkembangannya Plutella xylostella mengalami metamorfosis

sempurna (Holometabola), yaitu stadium telur, larva, pupa, imago, lebih jelasnya:

a. Imago

Imagonya berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu. Pada sayap depan

terdapat tanda tiga berlian yang berupa gelombang (undulasi). Warna berlian pada

ngengat betina lebih gelap dibandingkan dengan ngengat jantan. Lamanya siklus

(daur hidup) ± 21 hari, ngengatnya aktif pada senja dan malam.

b. Telur

Bentuk telur bulat panjang, lebar 0,26 mm dan panjang 0,49 mm. Telurnya

kecil, putih kekuningan diletakkan pada permukaan bawah daun dalam kelompok

10-20 butir atau 3-4 butir.

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

12

c. Larva

Ulat yang baru menetas berwarna hijau pucat, sedangkan  yang telah besar

warnanya lebih tua dengan kepala lebih pucat. Larva Plutella xylostella mudah

dibedakan dengan larva serangga hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai

garis membujur pada tubuhnya, larva terdiri atas empat instar.

d. Pupa

Setelah cukup tua ulat mulai berkepompong, sarang kepompong dibuat

dari sejenis benang sutera yang berwarna abu-abu putih pada bagian bawah

permukaan daun. Pembentukan sarang kepompong mula-mula dibuat dari dasar,

kemudian sisi depan dan tutupnya. Pada ujung masih ada lubang kecil untuk

pernapasan.

Hama ulat daun kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae)

merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman kubis. Apabila tidak ada

tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama tersebut dapat meningkat dan

hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun kualitasnya. Serangan yang

timbul kadang-kadang sangat berat sehingga tanaman kubis tidak membentuk

krop dan panennya menjadi gagal. Kehilangan hasil kubis yang disebabkan oleh

serangan hama dapat mencapai 10-90 persen. Ulat daun kubis P. Xylostella

bersama dengan ulat jantung kubis Crocidolomia pavonana F. mampu

menyebabkan kerusakan berat dan dapat menurunkan produksi kubis sebesar

79,81 persen. Kondisi seperti ini tentu saja merugikan petani sebagai produsen

kubis. Oleh karena itu upaya pengendalian hama daun kubis ini sebagai hama

utama tanaman kubis perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian

akibat serangan hama tersebut.

b. Penyakit Busuk hitam (Xanthomonas campestris)

Kingdom : Bacteria

Filum       : Preobacteria

Kelas       :  Gammaprotobacteria

Ordo      :  Xanthonmonadales

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

13

 Famili      :  Xanthonmonadaceae

Genus      :  Xantomonas

Spesies    :  Xantomonas campestris

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris down.

Bakteri ini merupakan patogen tular benih ( seed borne pathogen ) yang mampu

bertahan hidup pada biji kubis - kubisan, tanah, tanaman inang maupun sisa-sisa

tanaman yang sakit. Menurut Walker (seorang ahli penyakit tanaman di Amerika )

mengungkapkan bahwa bakteri Xanthomonas campestris down ini mempenetrasi

benih melalui xylem dan bergerak masuk ke bagian biji. Dari pengamatan

dilapang diketahui bahwa sangat sedikit patogen yang menginfeksi benih dengan

cara tersebut dan pada umumnya patogen berada dal;am jaringan dari kulit biji.

Gejala:

Tanaman semai rebah (damping off), karena infeksi awal terjadi pada

kotiledon, kemudian menjalar keseluruh tanaman secara sistematik.

Bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun

massa bunga yang diserang.

Gejala khas daun kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu

mengering. Batang atau massa bunga yang terserang menjadi busuk

berwarna hitam atau coklat, sehingga kurang layak dipanen.

3.2.2 Alasan Petani Memilih Pengendalian Secara Kimiawi Pada Tanaman

Kubis

Petani pada umumnya mengatasi gangguan ulat kubis dan penyakit dengan

menggunakan insektisida kimia sintetik. Ditinjau dari segi penekanan populasi

hama, pengendalian secara kimiawi dengan insektisida memang cepat dirasakan

hasilnya, terutama pada areal yang luas. Tetapi, selain memberikan keuntungan

ternyata penggunaan insektisida yang serampangan atau tidak bijaksana dapat

menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Hasil survai pada petani sayuran

menyebutkan bahwa petani mengeluarkan 50 persen biaya produksi untuk

pengendalian secara kimiawi dengan mencampur berbagai macam pestisida,

karena belum diketahui bagaimana penggunaan pestisida yang tepat.

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

14

Kelebihan pestisida kimia adalah dengan menggunakan pestisida kimia

lebih efektif dalam memberantas hama dibandingkan dengan menggunakan cara

manual atau cara lainnya. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama,

hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan dapat menekan kehilangan hasil

karena hama, sehingga dapat menekan kerugian petani secara ekonomi. Dengan

pestisida, petani tidak begitu memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya

yang tidak begitu besar dan dapat dilakukan dalam kondisi apa saja. 

3.2.3 Pestisida yang Digunakan

Ada 3 pestida kimia yang digunakan yaitu:

1. Fungisida Dithane M-45 80 WP

No. Pendaftaran : RI.59/3-2006/T

Bahan aktif : mankozeb 80%

Dow AgroSciences

Dithane™ M-45 Fungisida 80 WP - Rain Shield adalah fungisida

berbentuk tepung berwarna kuning keabu-abuan yang dapat disuspensikan untuk

mengendalikan penyakit pada tanaman.

Perhatian :

Penambahan 2-4 Ml Latron™ 750 SL per 10 l Larutan sangat dianjurkan

untuk mendapatkan hasil pengendalian yang lebih sempurna terutama pada musim

hujan.

Harga kemasan 1kg = Rp. 85.000 ,-

Harga kemasan 500gr = Rp. 55.000 ,-

2. Insectisida Dupont Prevathon 50 SC

Bahan aktif : klorantraniliprol 50 gl

Insektisida racun lambung dan kontak yang bekerja secara translaminar

berbentuk cair berwarna putih yang dapat disuspensikan dalam air untuk

mengendalikan hama pada tanaman kubis , cabai , kacang panjang , bawang

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

15

merah , kentang kedelai dan tembakau, juga mampu mengendalikan hama

penggerek batang dan pelipat daun pada padi.

Prevathon 50 SC sendiri merupakan Insektisida temuan paling baru dari

Dupont, selain sangat ampuh juga sangat aman (berlabel hiaju). Pengunaan

produk ini telah membawa perubahan besar di tingkat petani karena mampu

memberi jaminan keberhasilan panen serta menekan biaya perawatan.

3. Zat pengatur tumbuh tanaman ProGibb 20 SL

Dengan konsentrasi 5-10 ppm, disemprotkan ke seluruh bagian tanaman

terutama stomata daun, terbukti dapat memunculkan bunga.

Auxin digunakan dalam dosis kecil, part per million (ppm), berfungsi

merangsang perpanjangan sel, pembentukan bunga dan buah, pertumbuhan akar

pada stek batang, memperpanjang titik tumbuh, serta mencegah gugur daun dan

buah.

Gibberelin sebelumnya dimasukkan bahan laboratorium yang mahal dan

dipergunakan dalam dosis kecil seperti auxin, tapi kini sudah banyak dijual di

pasaran dalam bentuk suspensi, dengan merk antara lain ProGibb dan Super Gib.

Jika menginginkan gibberelin murni, Anda bisa memerolehnya di toko bahan

kimia dengan kode GA3 atau GA6. Gibberelin berfungsi membuat tanaman

mengalami fase perpindahan dari vegetatif ke generatif lebih cepat, tanaman akan

berbunga sebelum waktunya, membuat ukuran buah besar tanpa biji, membuat

tanaman jadi raksasa, mempercepat tumbuhnya biji dan tunas, dan merangsang

aktivitas kambium. Auxin maupun gibberelin lebih cocok digunakan untuk

tanaman semusim seperti cabe, melon, semangka, dan labu.

3.2.3 Aturan Pakai

1. Fungisida Dithane M-45 80 WP

Fungisida Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air untuk

mengatasi penyakit yang disebabkan oleh jamur Alternaria leaf spot.

Jangan menggunakan fungisida ini 10 hari sebelum tanaman dipanen

untuk tanaman pangan dan teh. Untuk tanaman pangan, penyemprotan terakhir

adalah seminggu sebelum dipanen.

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

16

2. Insectisida Dupont Prevathon 50 SC

Pestisida jenis SC adalah pestisida yang dibuat dari bahan aktif turunan

(derifatif) garam dengan air. Sifat dari pestisida ini adalah cepat larut dan

menyebar merata dalam air, sehingga tidak perlu diaduk terus menerus

selama pemakaian.

3. Zat pengatur tumbuh tanaman ProGibb 20 SL

ZPT ini adalah Pekatan cair bila dicampur air akan membentuk larutan.

Formulasi yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate (SL)

merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang dilarutkan

dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air. Formulasi

ini sebelum digunakan terlebih dahulu diencerkan dengan air kemudian

disemprotkan.

3.2.4 Cara Penyemprotan

Penyemprotan dilakukan dengan alat sprayer, namun tanpa standart

pelindung yang tepat, hanya dengan memakai sepatu boot tanpa masker dan

sarung tangan. Kemudian pestisida tersebut disemprotkan tepat diatas tanaman

kubis.

3.2.5 Analisis Perlakuan

Bapak Arifin menanam lahannya seluas 1 ha dengan tanaman kubis dan

kentang. Tanaman kubis yang kami amati berumur sekitar 3 minggu. Bapak

Arifin memilih untuk menggunakan pengendalian secara kimiawi untuk

memberantas hama ulat kubis dan penyakit busuk hitam, menurutnya

pengendalian secara kimiawi dinilai lebih memuaskan daripada pengendalian

nonkimiawi. Beliau pernah mencoba pengendalian secara nonkimiawi dengan

pestisida organik, namun hasilnya jauh dari memuaskankan, sehingga penggunaan

pestisida kimia masih tetap digunakan sebagai pengendalian terbaik baginya

sampai sekarang.

Bapak Arifin menggunakan pestisida kimia tanpa memperhatikan ambang

ekonomi terlebih dahulu. Beliau mengatakan bahwa beliau menggunakan

pestisida kimianya setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Kemudian

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

17

beliau akan menyemprotkan pestisida pada tanaman kubis dengan alat sprayer

setiap 2 minggu sekali hingga panen tiba. Penyemprotan dilakukan pada saat pagi

hari dan ketika cuaca tidak hujan karena pada saat hujan, pestisida yang

disemprotkan dapat terkikis oleh air hujan. Dan dosis yang digunakan sesuai

dengan aturan pemakaian yang tertera pada kemasan pestisida kimia.

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

18

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Macam-macam kubis: kubis krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L) ,

kubis kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C) , kubis tunas (Brassica

oleracea L. var. gennipera D.C) , dan kubis bunga (Brassica oleracea L. var.

bathytis L). Hama dan penyakit pada kubis adalah hama ulat kubis (Plutella

maculipennis), penyakit busuk akar yang disebabkan Rhizoktonia sp.

Bapak Arifin menggunakan Fungisida Dithane M-45 80 WP, Insectisida

Dupont Prevathon 50 SC, dan Zat pengatur tumbuh tanaman ProGibb 20 SL

untuk tanaman kubisnya Penyemprotan dilakukan dengan alat sprayer, namun

tanpa standart pelindung yang tepat. Dan Bapak Arifin lebih memilih

menggunakan pestisida kimiawi dibanding pestisida organik karena hasil dengan

menggunakan pestisida kimiawi lebih menguntungkan budidaya kubisnya.

5.2 Saran

a. Untuk petani/ penanam; beralihlah kearah pertanian yang lebih organik,

menggunakan sistem monitoring hama, lebih mengenal musuh alami, menerapkan

prinsip dan konsep PHT, menurunkan pemakaian pestisida secara keseluruhan,

memahami bahwa pestisida adalah jalan terakhir dilakukan apabila populasi OPT

telah melampaui ambang ekonomi, memilih pestisida yang selektif dan tidak

berspektrum lebar, menggunakan dosis sesuai dengan petunjuk teknis,

menghindari mencampur beberapa pestisida, menghindari frekuensi

penyemprotan dengan sistem kalender, memberikan tenggang waktu (waktu

tunggu) yang relative lama antara penyemprotan dengan waktu panen.

b. Untuk Pemerintah; menggalakkan pertanian organik dengan menciptakan pasar

organic dan melakukan apapun yang mungkin untuk merendahkan perbedaan

harga antara produk yang dihasilkan baik secara organik, biologis dan kimia

pertanian, Mentan- Menkes- MenLH diharapkan terus bekerjasama dalam

melakukan pemantauan dan pelaksanaan terhadap pemakaian pestisida, kebijakan

terhadap pengurangan pemakaian pestisida harus ditingkatkan, berbagai lembaga

konsumen dan lingkungan harus diikutsertakan dalam pengambilan keputusan

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

19

tentang penggunaan pestisida, meningkatkan berbagai penelitian tentang residu

pestisida dan membiayai penelitian ke arah sistem pertanian alternative non

pestisida, Badan Komisi Pestisida harus merupakan lembaga yang independen

dalam tanggungjawabnya sebagai tempat pendaftaran dan pemantauan pestisida,

Pemerintah harus memaksa pihak perusahaan/ formulator pestisida agar semua

nama merk dagang pestisida diberikan skema pelabelan produk yang

menunjukkan pemahaman tentang perlakuan pestisida baik pra dan pasca panen,

kegiatan PPL harus dilaksanakan sesering mungkin, meningkatkan SLPHT secara

gratis dan memberikan penghargaan/ insentif bagi petani yang terbukti

melaksanakan program PHT.

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2011. http://ast-shania.blogspot.com/2010/12/plutella-xylostella-

dan-rimpang-jahe.html. hama ulat daun kubis.

Anonymous, 2011. http://www.deptan.go.id/teknologi/daerah/kubis-3.htm. PHT.

Achmadi, S.S., 2003. Nasib Bahan Kimia POPs di Lingkungan. Seminar

Pelatihan Inventori POPs Jakarta. 4 Halaman.

Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.

Yogyakarta. Halaman 34 – 42.

Karmisa, I., 2003. Kebijakan Pemerintah Mengenai Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3). Seminar untuk Training-Workshop Prosedur Inventarisasi

POPs, 13 Januari 2003. Bagian Deputy Bidang Pengendalian Dampak

Lingkungan. KLH. Jakarta

Matthews, G. A., 1984. Pest Management. Published in the United States of

America by Longman Inc. New York. 72 Pages.

Prasojo, B., 1984. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

Halaman 7-8.

Wudianto, R., 1998. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

21 Halaman.

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

21

LAMPIRAN FOTO

gambar 1 gambar 2

Foto lahan penyakit busuk hitam

gambar 3 gambar 4

Fungisida insectisida

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

22

gambar 5 gambar 6

Zat pengatur tumbuh tanaman alat penyemprot (sprayer)

gambar 7 gambar 8

Tahapan mencampur pestisida dan air tahapan memasukkan pestisida kedalam sprayer

gambar 9 gambar 10

Menyemprot pestisida foto dengan Bapak Arifin

Page 24: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/04/rifki-doni.docx · Web viewPestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat

23

gambar 11 gambar 12

Foto kubis sebelum disemprot foto kubis setelah disemprot

gambar 13 gambar 14

Tahapan mencoba sprayer Hama kubis (Plutella xylostella)

Gambar 15 gambar 16

Gambar kubis organik dari literatur gambar kubis anorganik dari literatur